• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan hukum Islam terhadap Penanggulangan Prostitusi di Cirebon : (analisis terhadap perda Kabupaten Cirebon no.1 tahun 2002 tentang prostitusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan hukum Islam terhadap Penanggulangan Prostitusi di Cirebon : (analisis terhadap perda Kabupaten Cirebon no.1 tahun 2002 tentang prostitusi"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Ge!ar Sarjana Hukum Islam (SHI)

' : .··"'"""""'"'"""""9""""''''

|A]ZZ]ZZZZZZZZZZ]ZZM[[ZZZZZZ]NZZjゥセ[セゥN@

i

;'.tin

h '. :::

YNPQDセVL@

f}9

klas1li1k:1,;1 : ... °' .. ,, . . . .

Oleh:

Isti'amah

NIM : I 03043227993

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri

(UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang gunakan dalam penulisan ini telah saya camtumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UJN)

Syarif Hidayatullah Jaka11a.

3. Jika di Kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (U!N) Syarif

1-lidayatullah Jakarta

Jakaiia, 3 Juni 2008

(3)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperole:h

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Isti'amalli

NIM : 103043227993

Di Bawah Bimbingan,

Pembimbing I Pembimbing

II;

c_セ@

Drs. Ase a1ifuddin Hida at SH. MH Ahmad Ilii!IJ·i Abd. Shomad, MA

NIP. 150 302 998 NIP. 150 68 573

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM

PROGRAM STUD I PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM

UNIVERSIT AS ISLAM NE GERI

SY ARIF HIDA YATULLAH

(4)

Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sa1jana Program Strata Satu (S 1)

pad a Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH).

Jakarta, 29 Mei 2008

Mengesahkan,

Dekan Fakult s Syari'ah dan Hukum

Prof. r. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM NIP. 150 210 422

P ANITIA UJIAN MUNAQASYAII

Ketua

Sekretaris

Pembimbing I

: Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA NIP. 150 220 554

: H. Muhammad Taufiki, M.Ag NIP. 150 290 159

.

セ[[ᄋ@ セ[ッゥ[セスセセZBGG[B@

a;,,,,csu.,

MH

c

ゥセ@

J

CT-[)--.

Pembimbing 11 : Ahmad Bisyri Abd. Shomad, MA ( ... )

Penguji I

Penguj i II

NIP. 150 302 998 ._

MMセセ@

"

: Enis Amalia, M.Ag NIP. 150 289 264

: Sri Hidayati, M.Ag

(

...

.,

...

)
(5)

patutlah jika syukur dan puji teruntuk bagi-Nya, Tuhan penguasa sepanjang masa.

Dia-lah Robbi Tuhan kita, yang dengan taufik dan hidayah-Nya tersingkap segala

ketidak-berdayaan, serta dengan 'inayah-Nyalah sehingga penulis mempu

menyelesaikan tugas mulia ini.

Setelah melalui proses yang panJang serta melelahkan, akhirnya penul is

mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari, bahwa karya ini selesai bukan

sepenuhnya dari buah pikiran penulis sendiri, akan tetapi banyak pihak yang ikut

andil dalam penyusunan skripsi ini hingga akhirnya dapat terselesaikan, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Mereka yang dengan tulus meluangkan waktu

membantu penulis, meski hanya sekedar menuangkan aspirasi bagi penulis maupun

hanya sekedar memberi motivasi kepada penulis, tentu tanggung jawab ini akan

terasa berat, j ika tan pa kehadiran mereka.

Oleh karena itu, tidaklah berlebihan kiranya jika pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga, khususnya kepada :

I. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM. Selaku Dekan Fakultas

Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak

memberikan bimbingan kepada mahasiswa Fakultas Syari'ah.

2. Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA. Selaku Ketua Jurusan Perbandingan Madzhab dan

(6)

walau di tengah kesibukannya, walaupun dengan keterbatasan waktu memberikan

arahan yang gamblang dan mudah dipahami oleh penulis hingga skripsi ini dapat

terselesa i kan.

4. Segenap Dosen di Fakultas Syari'ah dan Hukum yang dengan tulus telah

mendermakan ilmunya kepada penulis selama kuliah di kampus tercinta ini,

dengan segala rasa ta'dzim "semoga apa yang tel ah diajarkan menjadi al- 'I/mu

Yaefa' baik di dunia dan akhirat". Amin.

5. Pimpinan Perpustakaan Baik Pusat maupun Fakultas, se11a seluruh stafnya yang

telah memberikan pelayanan terbaiknya sehingga mempennudah penulis dalam

mencari buku referensi hingga skripsi ini cepat terselesaikan.

6. Sembah sujud dan ta'dzim dengan rasa bhakti penulis haturkan kepada Abah dan

Mimi tercinta, Abah Madnur dan Mimi Ulidah, yang tak pernah bosan mendidik

dan mendo'akan untuk keberhasilan anaknya ini. Terima kasih atas kasih sayang

yang telah abah dan mimi berikan selama ini. Kepada adik-adik penulis, Mahrus,

Maesaroh, Ma'arif Hamzah dan Fatihatus Syifa Nurfajri, yang selalu mendo'akan

untuk keberhasilan kakaknya, serta merekalah yang selalu menjadi inspirasi bagi

penulis. Juga kepada Bibi Masidah, Mang Ozi, Mang Awi, Mang Shoib, Uwa

Juhroh, Uwa Jariyah, KH. Yusuf dan Mang H. Taslim yang selalu memberi

(7)

Daarut-Tauhid, Cirebon, KH. lbnu Ubaidillah, KH. Husain, KH. Ahsin Sakho. Di

Pon-Pes Sunan Pandan Aran, Yogya, Mbah Mufid (Alm), KH. Mu'tashim billah

dan seluruh asatidz. Di Majlis Dzikir Assamawat Syaikh Kiai Sa'adih al-Batawi.

Semoga apa yang pernah diajarkan kepada penulis mejadi ilmu yang bennanfaat.

Amin.

8. Terkhusus bagi Suami tercinta, Ka' Budi Santoso, yang selalu memberikan

motivasi dan perhatiannya kepada penulis dalam menyelesaian skripsi ini, serta

yang selalu mendukung dalam mengejar cita-cita (/ love you forever). Juga

kepada Pak Ahsin Mahrus yang senantiasa meluangkan waktu menasehati serta

membimbing penulis, walau sedang di Negeri orang.

9. Teman-teman seperjuangan di PH angkatan 2003, khususnya Neni, Narti, Unun,

Ayang, Memey, lim, Real, Sadath, Qodir, Rozak, Alif, Ratomi, serta

taman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya. Terima kasih atas

kebersamaan selama di bangku kuliah.

I 0. Teman-teman di HT!, ka' Syiddah, Ana, ka Eli. Di !nhutani Ari, Umi, Nur, Sari,

Anam, Misbah. Juga terkhusus kepada Zakiyah, Rohmah, Wiwin, Teh Faiz dan

Nelly, ka Nila, Bang Ahmad, yani, Eka, Nurul, ka Neni, ka Ai, mbak Tati, Nurul

Tega!, Pak Edi Danu, ka Hasyim, ka Awang, ka Imam, ka Muhtar, Mas Agus

Purnomo, Mas Agus Rifa'i Mang Tasina Sekeluarga dan Kadnadi. Terima kasih

kebersamaan yang kalaian berikan selama ini, aku tidak akan melupakan kalian

semua.

11. Keluarga Besar KMSGD, H!QMAH, PMII Syari'ah dan Hukum, Flat Bahasa, serta

(8)

agungnya serta iringan do'a semoga Allah Swt membalas dengan segala kebaikan .

Harapan terakhir semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para

pembaca pada umumnya. Akhirnya, kepada-Nya lah kita mohon hidayah dan

ampunan.

Jakarta, 23 Jumadil Tsani 1429 H

27 J U N I 2008 M

(9)

DAFTAR ISi ... IX

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masai ah ... .

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... . .. . .. .. . . . .. . . . .. . . . ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... ... .. . ... .. . .. ... 7

D. Metodologi Penelitian . . .. . . .. . . .... 8

E. Sistematika Penulisan . .. .. .. . . .. . . .. . .. . .. . .. .. . ... . . .. . .. ... .. . .. . I 0

BAB II PROSTITUSI DI CIREBON DAN PENANGGULANGANNY A

A. Definisi Prostitusi .. . .. . ... . .. ... ... ... ... ... .. . .. .. .. . .. ... .... 13

B. Prostitusi Menu rut Hukum Islam .. . . .. .. .. . . .. .. .. .. . ... . . ... 17

C. Dasar Hukum Larangan Prostitusi Menu rut Hukum Islam ... .. . 21

D. Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Prostitusi Menurut 1-lukum

Islam... 26

E. Dampak Praktek Prostitusi Terhaclap Kehiclupan Masyarakat .. . 32

BAB III PERDA KABUPATEN CIREBON NO. 1 TAHUN 2002

TENT ANG PROST IT US!

(10)

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHA]l)AP PERDA

KABUPATEN CfREBON NO. 1 TAHUN 2002 TENTANG

PROSTITUSI . . . .. 53

A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sanksi Pidana yang diatur

dalam Perda Kabupaten Cirebon No. I Tahun 2002 Tentang

Prostitusi . . . .. . . .. .. . . .. .. .. . . .. .. 54

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perda Kabupaten Cirebon

No. 0 I Tahun 2002 Tentang Prostitusi . .. . . .. . . ... 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . . .. .. . .. . . .. .. . . .. . .. . .. ... ... .. .. 79

B. Saran-saran . . . .. . . .. 80

DAFT AR PUST AKA .. .. . .. .. .. . . .. ... .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. . . .. .. .. .. .. . 83

(11)

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa globalisasi dan infonnasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi berjalan sangat cepat, seiring dengan perkembangan tersebut

kehidupan masyarakat sekarang ini banyak mengalami' perubahan, baik cara

hidup, cara pergaulan dan cara berbusana maupun ha! yang lain. Diakui atau tidak

bahwa kemajuan zaman di samping membawa nilai-nilai kemakmuran dalam

kehidupan masyarakat juga menimbulkan kemerosotan pada nilai-nilai moral

dalam kehidupan masyarakat bahkan akan menimbulkan keresahan bagi

lingkungan.

Sementara itu bagi orang yang tidak bisa mernbawa dirinya dalam

mengimbangi cepatnya roda pembangunan dan teknologi yang semakin

berkembang sejalan dengan berkembangnya norma-norma kehidnpan masyarakat,

akibatnya ia akan mudah terbawa arus dalam lingkungan pergaulan yang tidak

terkontrol, terutama lingkungan dan perkembangan teknologi yang banyak

membawa perubahan pada nilai-nilai kehidupan masyarakat, serta terhadap

keluarga dan budi pekerti.

Dari pandangan hidup yang ultra modern ini mengakibatkan merosotnya

penghargaan terhadap nilai Agama yang merupakan pegangan mulia bagi setiap

(12)

bahwa dalam kehidupan masyarakat itu pasti mempunyai suatu norma atau tata

aturan kehidupan yang harus dijunjung tinggi, dalam artian bahwa naluri setiap

manusia yang bermasyarakat tentu mempunyai tujuan 1mtuk hidup tenang nan

damai dan selalu berusaha untuk memperbaiki kehidupan dan akan mengatasi

masalah-masalah yang menghalangi tujuan tersebut, di antaranya masalah itu

ialah masalah penyakit sosial, masyarakat tentu akan bierusaha menanggulangi

masalah penyakit sosial ini, salah satunya adalah pelacuran, karena bagaimanapun

dalam kenyataannya di tengah-tengah masyarakat praktek pelacuran atau

prostitusi dapat menimbulkan berbagai akibat negatif yang membahayakan dan

meresabkan masyarakat, seperti menghancurkan rmnah tangga, terjadinya tindak

pidana kejahatan dan lain sebagainya.

Pelacuran bukan hanya sebuah gejala individual akan tetapi sudah menjadi

gejala sosial dari penyimpangan seksualitas yang normal dan juga Agama.1 Karena pelacuran bukan hanya memiliki dampak terhadap individual-individual

pelaku dan pemakai jasa ini secara personal, akan tetapi juga memiliki dampak

terhadap masyarakat umum, sekaligus pelacuran ini jelas-jelas merupakan sebuah

tindakan yang benar-benar melanggar aturan Agama.

Dalam Agama Islam, masalah pelacuran atau perzinaan, ini merupakan

suatu yang sangat penting sehingga mendapat perhatian secara khusus dalam

(13)

penanggulangannya, dalam al-Qur'an disebutkan dengan

ungkapan yang sangat diplomatis:

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang sangat keji dan merupakan suatu jalan yang buruk".

(QS. Al-lsra' : 32).

Hal ini sebagai bentuk pelarangan yang benar-benar sangat dilarang dalam Islam,

karena memang dampaknya sangat besar terhadap pelaku, bahkan akan berimbas

kepada masyarakat luas.

Dalam menanggulangi pelacuran dan sebagai langkah preventif

(pencegahan) dari perzinaan, Islam memberikan ketentnan bahwa pelaku zina

dikenakan hukuman, dan dalam hukumaunya dibedakan dalam dua jenis menurut

pelakunya, yaitu Zina Muhshon (pelaku zina yang sudah berkeluarga) dikenakan

hukuman rajam, sedangkan Zina ghairu muhshon (belum berkeluarga) dikenakan

hukuman dera sebanyak seratns kali ditambah pengasingan selama satu tahun.

Sekilas hukurnan ini memang kelihatan kejam, tapi justru ini akan memberikan

efek jera terhadap pelaku dan demi menyelarnatkan bagi yang lain dari perbuatan

zina ini.

Mendengar masalah protitusi, pelacuran, perzmaan, asusila dan lain

sebagainya seakan-akan semua mata tertuju ke daerah yang dianggap sebagai

daerah yang berpotensi besar untnk dijadikannya sebagai sarang pelaku prostitusi,

(14)

remang-remang (tempat pelacuran) dapat dijumpai harnpir di seluruh pelosok

daerah tersebut, kini kawasan tersebut telah di sulap meajadi kawasan Islamic

Centre, Kramat Jaya. Setelah Kramat Jaya terbebas dari prostitusi seolah-olah

kawasan Pantura menjadi incaran kecurigaan orang, karena dianggap bahwa

kawasan ini merupakan kawasan yang sangat strategis, dimana lain lintas antar

provinsi yang dapat menghubungkan kota-kota besar, yaitu kota Jakarta dengan

kota-kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga Pantura merupakan

tempat yang cocok dan nyaman untuk tempat persinggahan, apalagi letaknya

dekat dengan pesisir pantai laut Jawa. Dengan demikian tidak menutup

kemungkinan praktek-praktek pelacuran akan bermunculan, bahkan

tempat-tempat prostitusi akan mudah didapatkan disana, dari alasan-alasan tersebut maka

kawasan pantura merupakan kawasan yang dianggap rawan akan tempat

prostitusi, apalagi kalau dihubungkan dengan banyaknya aliran musik yang

terkenal dengan mengmnbar goyangarmya, konon muncul dari kawasan pantura

ini, seperti nyanyian goyang dombret, kucing garong dan lain sebagainya,

sebingga dengan dugaan seperti itu kawasan Pantura dianggap sebagai salah satu

tempat di mana praktek prostitusi mudah dijumpai.

Semua orang boleh beranggapan seperti itu namun kenyataanya apakah

seperti itu? Apakah tidak ada tindakan dari pemerintah setempat? Dalam ha! ini

Pemerintah Daerah Cirebon yang termasuk salah satu Daerah. di kawasan Pantura.

(15)

telah mengupayakan penanggulanga11 prostitusi dalam bentuk Peraturan Daerah,

yakni dengan mengeluarkan Perda Nomor I Tahun 2002 tentang Iarangan

prostitusi.

Tepatnya pada tanggal 13 Maret 2002, Pemerintah Kabupaten Cirebon

memberlakukan Perda Nomor 1 Tahun 2002 tentang Iarangan Prostitusi. Dengan

disahkannya Perda itu maka siapapun dilarang menyediakan, mengadakan, dan

melakukan perbuatan prostitusi. Bagi pelanggar ketentuan-ketentuan Perda

Kabupaten Cirebon No. 1 Th 2002 ini akan dikenakan ancaman pidana bagi

pelakunya, yaitu pidana kurungan selama-lamanya 6 ( enam) bulan dan atau denda

sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). Setelah peraturan

tersebut diberlakukan, apakah praktek prostitusi di Cirebon itu mulai hilang

ataukah malah sebaliknya, yaitu semakin marak, sebagaimana anggapan banyak

orang.

Namun dengan dikeluarkannya Perda Kabupaten Cirebon No. 1 Th 2002

tentang prostitusi ini diharapkan dapat mengurangi ma:raknya tempat-tetnpat

prostitusi di Cirebon yang akhirnya akan dapat menghapus keberadaan praktek

prostitusi di Cirebon demi terciptanya keamanan, kesopanan dan ketertiban susila .

serta menjadikan Kabupaten Cirebon yang berakhlakul ka:rimah dan bebas dari

perbuatan asusila itu.

Diberlakukannya Perda Kabupaten Cirebon No. 1 Th 2002 tentang

prostitusi ini ternyata disambut baik oleh masyarakat Cirebon, yang sudah lama

(16)

Palimanan, Terminal Cargo, Pasar Minggu Palimanan, Gegesik, Plumbon,

Arjawinangun, Cileduk Tatimunya, Losari, Weru, Plered, Cipema Cirebon, dan

cenderung yang dianggap rnwan sebagai tempat berkeliaran para pelaku prostitusi

adalah Terminal.2 Dari itu masyarakat Cirebon berharap penyakit sosial yang ada

di daerah mereka segara hilang karena memang sangat meresahkan terutama bagi

generasi muda.

Melihat dari kenyataan-kenyataan yang sudah di jelaskan di atas, penulis

menganggap bahwa masalah ini merupakan masalah yang sangat penting dan

menarik untuk dikaji, sehingga penulis tertarik untuk membahas dan menganalisa

PERDA Cirebon No. I Th 2002 khususnya tentang prostitusi sebagai upaya

Pemda Cirebon menanggulangi masalah Asusila (prostitusi) sekaligus meninjau

peraturan tersebut dengan hukum Islam. Maka penulis mencoba membahasnya

dalam bentuk penelitian yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Penanggulangan Prostitusi Di Cirebon (Analisis Terlrndap Perda Kabnpaten

Cirebon No. 1 Tahun 2002 Tentang Prostitusi). Dengan harapan masalah

prostitusi ini segera bisa diatasi dan tidak berdampak pada kehidupan masyarakat,

yang mana pada saat ini kesusilaan merupakan masalah yang Urgen untuk

diperhatikan.

2 J(usairi, Kepala Seksi U1nt1111 Satpol PP. J(ab. Cirebon, Jt'au·anc:ara Pribadi, Cirebon,

(17)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalab

Agar pembahasau dalam skripsi ini lebih terarah dan jelas pokok

permasalahannya, maka penulis membatasinya hauya pada seputar kajian masalah

prostitusi tentaug latar belakaug lahirnya Perda Kabupaten Cirebon No. I tahun

2002, tujuannya sanksinya dau pandangan hukum Islam terhadap Perda

Kabupaten Cirebon No. I tahun 2002 tentang prostitusi tersebut. Selaajutnya

untnk memudahkau dalam penulisau skripsi ini, penulis malakukan kualifikasi

bahasan dan masalah dalam satu spesifikasi berdasarkan tingkat kebutuhan yang

menopang dalam penyusunan tulisan ini, yaitu dengan rnembuat rumusan masalah

sebagai berikut:

I. Apa yang melatarbelakangi lallirnya Perda Kabupaten Cirebon No. I tahun

2002 tentang prostitusi dan apa pula tujuannya?

2. Apa sauksi yang diberikau bagi mereka yang melauggar Perda Kabupaten

Cirebon No. I tahun 2002 tentang prostitusi ?

3. Bagiamana pandangan Hukum Islam mengenai upaya penan;sgulangan

prostitusi yang tertuaug dalam Perda Kabupaten Cirehon No. J tahun 2002

tentang prostitusi ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan melakukan penelitiau sehubungan dengau judul diatas, penulis

bertujuan untuk :

!. Untuk mengetahuai latar belakang dan tujuan dibuat/diberlakukannya Perda

(18)

Cirebon bagi mereka yang melanggar peraturan daerah tersebut.

3. Untuk mengetahui bagaimana tirtjauan hukum Islam terhadap Perda Cirebon

No. I tahun 2002 tentang Prostitusi.

Adapun manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :

I . Sebagai media yang bisa memberikan informasi bagi masyarakat yang ingin

mengetahui efektivitas peraturan yang tertuang dalam Perda Kabupaten

Cirebon No. I tahun 2002 tentang prostitusi sebagai upaya Pemerintah Daerah

Cirebon menanggulangi gejala penyakit sosial (prostitusi).

2. Menambah khasanah kepustakaan Islam sehingga menjadi informasi dalam

bentuk bacaan yang bermanfaat untuk mengetahui bagaimana tinjauan huknm

Islam terhadap Undang·undang atau peraturan yang dibuat oleh Pemerintah

Daerah.

D. Metode Penulisan

Untuk pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan

metode sebagai berikut :

I. Metode Pendekatan

Dalam penelitian

ini,

penulis menggunakan kqjian normatif yaitu

pendekatan yang didasarkan pada kaidah-kaidah yang terdapat dalam

peraturan perundang-undangan, dengan memuat deskripsi masalah yang

diteliti berdasarkan tirtjauan pustaka yang dilakukan secara cermat dan

(19)

2. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah jenis kualitatif, yakni deskripsi

berupa kata-kata, ungkapan, norma atau aturan-aturan yang diteliti, karena

penelitian ini dilakukan untuk mengukur dan menilai sebuah

peundang-undangan di Indonesia dalam hal ini Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon,

sehingga penelitian ini digolongkan kepadajenis penelitian Kualitatif

3. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data bersifat library

research guna memperoleh landasan teoritis yang dipero leh dari literatur dan

referensi yang berkaitan dengan tema yang akan dibahas. Selain itu untuk

memperkaya data sekaligus untuk melihat bagaimana urgensi perda ini

terhadap penaggulangan prostitusi tersebut, juga akan digunakan telmik

Interview atau wawancara yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data dengan

mengadakan komunikasi/tanya jawab secara langsung dengan pihak terkait,

dalam hat ini penulis akan mencoba mewawancari pihak Pamong Praja

maupun tokoh masyarakat mengenai tanggapannya terhadap diberlakukannya

perda tersebut. Dengan demikian data yang diguna'kan untuk menunjang

penelitian ini adalah :

a. Data Primer meliputi penmdang-undangan, yaitu Perda Kabupaten

Cirebon No. I Th. 2002 tentang Prostitusi serta al .. Qur'an dan al-Hadits

yang merupakan sumber hukum Islam. Serta data yang didapat dari hasil

wawancara. Bahwa data yang diperoleh tentang jumlah pelanggaran pada

tahun 2006 sebanyak 24 orang, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 31

(20)

data dari internet (website) yang ada korelasinya dengan materi yang

menjadi pokok masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.

4. Telmik Analisis Data

Setelah data tersebut terkumpul, penulis akan menyajikan dan

menganalisanya secara deskriptif komperatif, dimaksudkan untuk memberikan

gambaran secara jelas, sistematis, objektif dan kritis yang dipaparkan antara

hukum Islam dan hukum positif mengenai fakta-falcta yang bersifat normatif

tentang permasalahan yang dibahas, dengan berusalia menyajikan bahan yang

relevan dan mendukung.

5. Tehnik Penulisan

Adapun tehnik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman

penulisan skripsi Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2007.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mernpermudah pembahasan skripsi ini, maka penulis menyusun

skripsi ini dengan siste111atika penulisan yang terdiri Hrna bab, yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang rnasalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan rnanfaat penelitian, rnetode penelitian dan

[image:20.595.48.463.213.526.2]
(21)

Bab II: Mernuat tentang Definisi prostitusi secara umum, kernudian dipaparkan

pengertian prosrptitusi rnenurut hukurn Islam, lalu di sajikan tentang

dasar hukurn dari pelarangan prostitusi rnemrrut hukum Islam, setelah

itu dibahas juga tentang sanksi bagi pelaku tindak pidana prostitusi

menurnt hukurn Islam, kemudian dilihat bagairnana dampak prostitusi

itu terhadap kehidupan masyarakat.

Bab III: Dalam bab ini akan di uraikan tentang faktor penyebab timbulnya

prostitusi di Cirebon, kemudian juga akan di paparkan tentang latar

belakang lahirnya Perda Kabupaten Cirebon No. 1 Th. 2002 tentang

Prostitusi, setelah itu barn kemudian diuaraikan tentang sauksi bagi

pelaku tindak pidana prostitusi menurut Perda Kabupaten Cirebon No. 1

Tahun 2002 tentang prostitusi.

Bab IV: Dalarn bab ini penulis akan mengupas secara tajam tentang bagairnana

tinjauan hukurn Islam terhadap sanksi pidana yang diatur dalam Perda

Kabupaten Cirebon No. 1 Tahun 2002 tentang prostitusi dengan

rnenggunkan rnetode komperatif, disamping itu penulis juga akan

mernbahas tentang bagaimana tinjauan hukwn Islam teradap Perda

Kabupaten Cirebon No. 01 Tahun 2002 Tentang Prostitusi, sehingga

akan nampak jelas bagairnana peran Perda Kabupaten Cirebon No. 01

(22)

pemadatan dari pembahasan skripsi ini, kemudian dilanjutkan dengan

(23)

A. Definisi Prostitusi

Prostitusi sebagairnana pernaparan Frans Salesman, secara etimologis

berasal dari kata bahasa latin yaitu pro-stituare atau prosstaure yang berarti

memberikan atau membiarkan diri berbuat zina, melakukan pelacuran,

persundalan, pergundikan. Sehingga secara harfiah prostitusi dapat dideskripsikan

sebagai tingkah laku bebas tanpa kendali dan cabul karena adanya pelampiasan

nafsu seks dengan lawan jenis tanpa mengenal batas kesopanan (manusiawi) dan

mendapatkan bayaran 1• Adapun secara terminologis, prostitusi atau pelacuran

adalah penyediaan seksual yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan untuk

mendapat uang atau kepuasan. 2

Prostitusi menurut W.A. Banger dalam tulisannya Maatschappelijke

Oorzaken der Prostitutie menulis definisi: "Prostitusi ialah gejala kemasyarakatan

dimana wanita menjual diri melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata

pencaharian". Pada definisi ini jelas dinyatakan adanya peristiwa penjualan diri

sebagai profesi atau mata pencaharian sehari-hari dengan jalan melakukan

relasi-relasi seksual. Menurut sarjana P.J. De Bruine Van Amstel menyatakan bahwa

prostitusi adalah penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki dengan

1

Frans Salesman, "Prostitusi", artikel diakses pada 3 April 2007 dari

b.lln://ww\v. wordpress.com

セ@ Robert P. 1Vlasland, Jr. Dnvid Estridge, Apu yang lngin Diketahui Rernaja Tentang Seks,

(24)

imbalan uang atau hadiah-hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan.4

Definisi di atas mengemukakan adanya unsur--unsur ekonomis dan

penyerahan diri wanita yang dilakukan secara berulang-ulang atau terus-menerus

dengan banyak laki-laki.

G. May dalam bukunya Encyclopedia of Social Science menuliskan

masalah prostitusi yang menekankan masalah barter atau perdagangan secara

tukar-menukar, yaitu menukarkan pelayanan seks dengan bayaran uang, hadiah

atau barang berharga lainnya. Juga mengemukakan promiskuitas, hubungan seks

bebas dan kekacauan emosional, melakukan hubungan seks tanpa emosi, tanpa

perasaan cinta kasih atau afeksi. Pihak pelacur mengutamakan motif-motif

komersil, atau alasan-alasan keuntungan materil. Sedang pihak laki-laki

mengutamakan pemuasan nafsu-nafsu seksual. Baik May maupun ensiklopedia

AMERICANA memberikan batasan "promiscuity dan promiscuous unchastity"

sebagai tingkah laku tuna susila yang professional.5

Selanjutnya, Kartini Kartono dalam bukunya "Patologi Sosial"

mengemukakan definisi pelacuran sebagai berikut: 6

' W.A. Banger, De Maatschappelijke Oorzaken der Prostitutie, Verspreide Geschr!ften,

dell 11. Amsterdam, 1950. (terjemahan B. Simanjutak. Mimbar Demokrasi, Bandung, April 1967).

4

Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 05 tahun 2002 Seri Edisi 4 Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 0 I Tahun 2002 Tentang Larangan Perjudian, Prostitusi dan

rY1inuman Keras.

5

G. May, Encyclopedia of Social Science, dalam Kartini Kartono, Pato/ogi Sosia/,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005) Jil. l, Edisi 2, h. 215-216.

6

f(artini J(artono, Patv!ogi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005) Ji!. 1, Edisi

(25)

I. Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola organisasi

impuls/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak lerintegrasi dalam bentuk

pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa kendali dengan banyak orang

(promiskuitas), disertai eksploitasi dan komersialisasi seks yang impersonal

tanpa afeksi sifatnya.

2. Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri (persundalan) dengan jalan

memperjualbel ikan badan, kehormatan, dan kepribadian kepada banyak orang

untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran.

3. Pelacuran ialah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan

badannya untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan upah.

Prostitusi/pelacuran menurut Kiai Bahrudin, Pimpinan Pondok Pesantren

Al-Ma'unah, Kepuh, Pasar Minggu, Cirebon, ialah perbuatan keji yang

hubungannya dengan penyaluran syahwat baik dengan sejenis maupun dengan

Jawan jenis.7 Menurut Teddy Suhroto (Kepala Ketertiban Satpol PP. Kab.

Cirebon), ia mengemukakan bahwa prostitusi adalah masyarakat yang berbuat

mencari penghasilan dengan menjual seks.8 Lain lagi menurut pemaparan Kusairi

(Kepala Seksi Ketertiban Umum Satpol PP. Kab. Cirebon), prostitusi adalah

termasuk perselingkuhan atau hubungan seksual di luar nikah.9

7 K. Bahrudin, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ma'unah, Kepuh, Pasar Minggu, Cirebon,

Wawancara Pribadi, Cirebon, 15 Januari 2008.

8 Teddy Subroto, Kepala Bidang Ketertiban Satpol PP. Kab. Cirebon,

Wmvancara Pribadi, Cirebon, 15 Januari 2008.

9 Kusairi, Kepala Seksi Umu1n Satpol PP. Kab. Cirebon. Wmvancara Pribadi, Cirebon, 15

(26)

khususnya segi seksual biologis dan psikologis, sedangkan faktor lainnya hanya

bersifat faktor pendamping yang akan memperlancar atau dapat menghambat

pertambahan jumlah pelacuran.10 Pengertian pelacuran menurut konsep kaum

objektif adalah kegiatan penyimpangan prilaku karena telah melanggar

norma-norma sosial.11

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pelacuran berasal

dari kata lacur yang berarti malang, celaka, sial, gaga!, atau buruk laku. Pelacur

adalah wanita yang melacur sundal, wanita tuna susila. Pelacur adalah perihal

menjual diri sebagai pelacur, penyundalan.12

Pendapat Davis beragumenntasi bahwa unsur pembayaran dalam bentuk

tertentu juga ditemukan dalam pranata sosial lain seperti pernikahan dan

pe1tunangan. Komponen yang membedakan unsur ーイッュゥウォオゥエ。セ@ yang harus

ditonjolkan dalam definisi pelacuran. Cara pandang ini diperluas oleh Polsky yang

mendifinisikan pelacuran sebagai pemberian "seks di luar pernikaan sebagai

pekerjaan".13

'0 Soedjono, Pelacuran Ditinjau Dari Hu/cum dan Kenyataan Da/am Masyarakat,

(Bandung: Karya Nusantara, 1977), h. 44.

11

Ibid h. 45.

12 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1987), h. 550.

13

Tahnh-Dam Truong, Parhvisata dan Pe/acuran di Asia Tenggara, Terjemahan: Moh.

(27)

Definisi tentang pelacuran menunjukkan bahwa unsur pembayaran atau

penerimaan upah harus ada dalam konsep pelacuran. Namun, unsur pembayaran

atau penerimaan upah yang merupakan unsur ekonomis bukanlah satu-satunya

unsur dalam penentuan konsep tentang pelacuran. Para ilmuan bersepakat

mengenai adanya unsur ekonomis tersebut dalam konsep tentang pelacuran, tetapi

mereka berbeda pendapat terutama mengenai batas-batas sosial dalam pelacuran.

B. Prostitusi Meuurut Hokum Islam

Dalam kamus lnggris-lndonesia kata Prostitution diartikan dengan

Pelacuran, Persundalan dan ketunasusilaan.14 Sedangkan dalam kamus al-Maurid

kata kerja Prostitute diartikan dengan ( _;,...,) dalam kamus Al-Munawwir kata

dengan ( セ@ -..>P-:! ) dengan arti berzina dan ism failnya adalah perempuan yang

berzina H[[セwiI@ disinonimkan dengan ( :\.,uljll), (._,.,.,._,..II) dan kata bigha ( o\.i.;ll ),

disinonimkan dengan kata al-Zina.15

Dari makna di atas perbedaan makna antara prostitusi dengan perzinaan

hemat penulis adalah setiap prostitutor adalah pezina dan setiap pezina belum

belum tentu prostitutor. Maksudnya setiap praktek protil:usi bertujuan komersil

dengan meraup upah, sedangkan pezina tidak selalu bertujuan materil. Dalam

Al-Qur'an istilah prostitusi diindikasikan dengan menggunakan tenninology al-Bigha

( o\.i.;ll ), dalam surat an-Nur ayat 33:

14

Hasan Sadily dan John M. Echols, Kamus Inggris- Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1990).

15

(28)

Artinya: " Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pe!acuran, sedangkan mereka sendiri menginginkan kesucian, karena

kamu hendak mencari keuntungan duniawi". (QS: an-Nur: 33).

Pesan ayat ini adalah larangan bagi muslim mencari kekayaan lewat jalur yang

haram yaitu prostitusi.

Zina berasal dari kata _,..; j -_,lj; -_,..; j yang artinya berzina, berbuat

zina. Kata 01j yang jamaknya olij (apabila yang berzina laki-laki), dan kata セャェ@

yang kata jamaknya _,il_,j ( apabila yang berzina perempuan). 15 Secara garis besar,

pengertian zina menurut hukum Islan1 sebagaimana yang diungkapkan oleh

Muhammad Ali as-Sabuni bahwa zina menurut arti bahasa adalah persetubuhan

yang diliaranikan. Dan zina menurut syar'i ialah persetubuhan yang dilakukan oleh

seorang laki-laki dengan seorang perempuan melalui (pada) vagina di luar nikah

dan bukan nikah subhat.16

Beberapa defmisi lain tentang ziI1a yang dikemukakan oleh berbagai ulama

madzhab menunjukkan pengertian yang hampir sama. Hanya saja ada yang sedikit

15

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hida Karya Agung, 2002), h. 230.

16

Muhammad Ali as-Sabuni, Rawai'ul Bayan Tafsir Ayaat al-Ahkam min al-Qur'an,

(29)

berbeda, sepe1ii ulama Hanabilah dan ulama zidiyah yang menambahkan jimak

melalui dubur.18

Sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qodir 'Audah dalam kitabnya

Al-Tasyri' al-Jinai al-Islami Muqoronan bi al-Qonun al-Wad'i tentang pendapat para

ulama madzhab dalam mendifinisikan zina, ialah sebagai berikut: 19

I. Pendapat Malikiyah.

Artinya: "Zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh orang mukallaf terhadapfarji (vagina) manusia (wanila) yang bukan miliknya secara disepakati dan dilakukan dengan kesengajaan".

2. Pendapat Hanafiyah.

Artinya: "Zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki lerhadap wanila yang bukan miliknya dan lidak syubhat memilikinya pada qubul (vagina wanita tersebut).

3. Pendapat Syafi'iyah.

Artinya: "Zina adalah memasukkan dzakar ke dalam fmji yang diharamkan karena za111ya, bukan karena syubhat don menurut tabi'atnya menimbulkan syahwat.

4. Pendapat Hanabilah.

18 Muhammad Abduh Malik, Prilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHAP,

(Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), Cet. I, h. 25.

19 Abdul Qodir 1Audah, Al-Tasyri' a/-Jinai al-/slan1i Muqoronan bi al-Qonun a/-Wad'i,

(30)

Artinya: "Zina adalah melakukan perbuatan keji (persetubuhan yang diharamkan), baik terhadap qubul maupun dubur.

5. Pendapat Dzahiriyah.

Artinya: "Zina adalah persetubuhan yang dilakukan terhadap orang yang tidak halal memandang ke seluruh tubuhnya, serta mengetahui akan keharamannya (melakukan zina), atau zina adalah persetubuhan yang di haramkan karena zatnya.

6. Pendapat Zidiyah

Artinya: "Zina adalah memasukkan kemaluan laki-laki (dzakar) ke dalamfarji (vagina wanita) yang masih hidup yang haram atasnya (laki-laki), baik terhadap qubul maupun dubur tanpa ada .1yubhat.

Dari beberapa definisi tersebut di atas, yang akan dipergunakan sebagai

pegangan selanjutnya, adalah definisi yang dikemu.kakan o!eh Muhan1IT1ad Ali

As-Sabuni karena lebih sesuai dengan pandangan umun111ya para ularna.

Se!ain itu, dari definisi zina yang dikernu.kakan oleh para ularna tersebut,

dapat diketahui bahwa unsur-unsur jarinlah itu ada dua, yaitu:

1. Persetubuhan yang diharamkan.

Persetubuhan yang dianggap zina adalah persetubuhan di dalarn farji.

Ukurannya adalah apabila kepala kernaluan telah rnasu.k ke dalarn farji

(31)

dzakar dan farji, selama penghalangnya tipis yang tidak menghalangi perasaan

dan kenikrnatan bersenggama.

Apabila persetubuhan tidak memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut

maka tidak dianggap sebagai zina yang dikenai hukuman had, melainkan hanya

tergolong kepada perbuatan maksiat yang diancam dengan hukuman ta'zir,

walaupun perbuatannya itu merupakan pendahuluan dari zina. Contoh seperti

mufakhadzah (memasukkan penis di antara dua paha), sex oral dan sentuhan di

luar farji. Demikian pula perbuatan maksiat lain yang merupakan pendahuluan

dari zina dikenai hukuman ta'zir, contohnya, ciuman, pelukan, bersunyi-sunyi

dengan yang bukan muhrim. Larangan-Iarangan ternebut tercalrnp dalam

frrman Allah SWT surat al-Isra' ayat 32 :

cl' ,.,.,.,. "' / ..- ,. ,, 0 ,.

.(iY : dr-)'1). セ@ セlNI@ ;G.;...L;

ulS"'

セQ@ _)jll ャケセ@

"J)

, , ,

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang sangat keji dan merupakan suatu jalan yang buruk''.

(QS. Al-lsra': 32).

2. Adanya kesengajaan atau niat yang melawan hukum ('-1'\.J,.I _ra-<}I} ,.1 _,JI ..WU) Unsur kedua dari jarima zinah adalah niat dari pelaku yang melawan

hukum. Unsur ini terpenuhi apabila pelaku melakukan suatu perbuatan

(persetubuhan), padahal ia tahu bahwa wanita yang disetubuhinya adalah

wanita yang diharamkan baginya.

C. Dasar Hukum Larangan Prostitusi Menurut Hukum Islam

Dasar hukum tentang pelarangan prostitusi atau zi.na dalam Islam tidak

(32)

menjelaskan tentang pelarangan secara khusus mengenai dilarangnya perbuatan

zina. Namun dalam al-Qur'an maupun hadits pelarangan ditunjukkan dengan

penyebutan perbuatan keji, serta ditmtjukkan dengan penyebutan langsung

terhadap sanksi kepada para pelaku perbuatan zina.

Sedangkan pelarangan perbnatannya diisyaratkan dengan pelarangan

terhadap hal-hal yang memicu terjadinya perbuatan zina tersebut, bahkan

dalain satu ayat dijelaskan mendekat saja tidak boleh, ayat tersebut sebagai

pangkal dari hadits-hadits yang menjelaskan tentang perbuatan yang bisa

mendekatkan pada perbuatan zina. Selain itu ada juga da1il yang menyebutkan

tentang penggolongan perbuatan zina kepada perbuatan dosa-dosa besar.

Jadi secara garis besar, dasar hukum zina dapat di kelornpokkan menjadi

beberapa bagian, yaitu; pertama dasar hukum tentang hal-hal yang dapat memicu

terjadinya perbuatan zina, serta dan kedua dasar hukum yang rnenjelaskan tentang

akibat dari ー・イセオ。エ。ョ@ zina. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

I. Dasar hukum yang ditunjukkan dengan pelarangan melakukan perbuatan keji.

Firman Allah SWT:

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang sangat keji dan merupakan suatu jalan yang buruk".

(33)

Artinya : "Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di antara kamu, maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang".

(QS. An-Nisa' :16)

2. Dasar hukum tentang hal-hal yang dapat memicu terjadinya perbuatan zina:

Arinya: "Janganlah seorang laki-laki itu bersunyi-sunyi (berduaan) dengan seorang perempuan (yang bukan muhrimnya) karena syaitan akan

menjadi yang ketiganya (menggodanya) ''. (Hadits dikeluarkan dari hadits

Buraidah).

3. Dasar hukum yang mejelaskan tentang akibat dari perbuatan zina:

0 ;ll ... $ ,J. 0 2 ,,.. 0 ,,..,.. ;S) J .... ,.. ,,. ....

w[ 4.ll1 c.J.!.) .) Z[N[Qセ@

4.

セ@ セ|j@

U)

;;::u;.

an ..

セ@ J.>.lj

J"

1J:lli,.u

".,;()Ji)

セQェャャ@

,,.. .... ,.. _,, ,.. ,..,... :;; ,. .... ¢',.. ,,.. ,,.. ....

0 ,,,.,.. ,,, ,,. 0 0 0 "' ,.. ,,

·'I , ',' 11 , - .,.. iセ@ セセiBG@ GNセGLGiG@ '"UI ''ii' .111 • , ' ! '. :!'.<

. ( \ : J.Y). セ⦅[NNNL@ ,,...

c:r

<Ww セGBG@ セj_@

ir.J

>W'! <.!yy

r

,... .... ,... ,.. .... ,.. ,..

Artinya: "Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari

orang-orang yang beriman ". (QS. An-Nur: 2).

,y

o.)\.:i y , 4.iJ/' 4i rJ. セ@

,y

セ@

.:r. .,?=

GJ.>. ,,My.I

J>b:.

cZャセ@ GJ.>.

Jr

J

Jt.> '

4.:9

.ill1

セ@

J

セlNNN、ャ@

rJ. o.)l,Y

y

'

.ill1

--Y' rJ.

eiu..,..

d" ' ;:::->." rJ.

セ@

y..

19

Muhammad bin 'Ilan asy-Syafi'i al-Asy'ari al-Makki as-Siddiqy, Dali/ a/-Falihin Ii

(34)

Y • If > O セ@ _, ,.. > ",.. o'1J > OIP ,. _._. J o o ,,,..

.(<1>.-Lo .y.I olJJ) • セ}ij@ :UL. :i.J_,,,. セT@ :.,..;;:JIJ a.:...., '-:--!-faJ

t:< ,.. ,.. ... v

Artinya : " Bakar bin Khalqf yakni Abu Bisrin menceritakan kepada kami dari

Yahya bin Sa'id, dari Sa'id bin Abi Arubah dari Qatadah, dari Yunus bin Juber dari Khutan bin Abdillah dari Ubadah bin Shamit r.a bahwa Rasu/ullah Saw bersabda : "Ambillah dariku yang Allah telah jadikan jalan bagi mereka, yaitu mereka yang berniat zina telah diberi jalan (hukuman), jejaka dan perawan (yang melakukan zina) hukumannya adalah jilid seratus kali dan buanglah asingkanlah se/ama satu tahun. Sedangkan duda dan janda (yang pernah kawin) hukuman mereka

adalahjilid seratus kali dan rajam". (HR. Ibnu Majah).

4. Dasar hukum yang menyebutkan tentang penggolonganperbuatan zinakepada

perbuatan dosa-dosa besar:

Artinya : "Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksikan), kemudian apabila mereka telah memberi persaksian maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui

ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang lain kepadanya". (QS.

An-Nisa' :15)

20

(35)

Artinya: "Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya). (yakni) akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam adazb itu, dalam keadaan terhina". (QS. Al-Furqan : 68).

,,,. ,.. 0 ! ,I t "'.J. ,,.,.. • ,., @ • ,, ! ... , • '

!JJJj

µ1

:JL;

'?

セi@ セ@

Ji.;

Lセ@

Y.,j

iセ@ il!I ⦅jpセ@ 1)1 :

Ji.;

'?

;1JI セ@ ::,?I

n

.(4#-

セI@

.

AjセgNN@

セ@

セQ}@

::ii'?

セiセ@

,,JL<

Lセセiセセ@

Artinya : "Dari Abdullah bin Mas'ud, katanya, seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw, dosa apa yang paling besar di sisi Allah? Jawab beliau: menyekutukan Allah, padahal dia yang menciptakannya, kemudian ia bertanya lagi, kemudian apa lagi? Jawab Rasulullah Saw; membunuh anakmu disebabkan kamu takut alwn ditumpangi ,makan,

kemudian apalagi? Jawab beliau; berzina dengan istri tetangga". (HR

Muttafaq 'Alaih).

Dasar hukum tentang zina tersebut di atas diturunkan oleh Allah, betapa

perbuatan zina itu sangat dilarang dalam kehidupan manusia, karena merupakan

perbuatan yang keji, selain itu dampak dari perbuatan zina itu sangat banyak.

Da1an1 ha! perbuatan zina, Allah SWT juga telah menetapkar1 hukum dan hukuman

atas perbuatan zina secara berangsur-angsur. Dalan1 surat makiyah Allah SWT

menegaskan terlebih dahulu bahwa perbuatan zina itu adalah suatu perbuatan keji,

karena itu Allah SWT melarang manusia mendekati dan melakukan perbuatan

zina. Setelah itu dalam surat madaniyah Allah SWT menetapkan sanksi hukuman

21

(36)

menetapkan hukuman tambahan bagi pelaku zina yang sudah menikah.

D. Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Prostitusi Menu111t Hokum Islam

Sebagaimana yang disebutkan di atas, bahwa dasar hukum yang

menjelaskan tentang sanksi perbuatan zina tidak dijelaskan secara rinci, di dalam

surat An-Nur ayat (2), tentang sanksi perbuatan zina, masih global, yaitu

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-tiap seorang

dari keduanya seratus kali. Namun dalam hadits Nabi Saw yang diriwayatkan oleh

Ibnu Majah, Rasulullah Saw menjelaskan lebih rinci tentang sanksi terhadap

pelaku perbuatan zina. Yaitu jejaka dan perawan (yang melakukan zina)

hukumannya adalah jilid seratus kali dan diasingkan (penjara) selama satu tahun.

Sedangkan duda dan janda (yang pernah kawin) hukuman mereka adalah jilid

seratus kali dan rajam.

Pada dasamya sanksi terhadap perbuatan zina terbagi menjadi dua, Yaitu:

1. Hukuman di Akhirat

Setiap perbuatan, apalagi yang tern1asuk dalam perbuatan dosa besar pasti

akan mendapatkan balasan dari Allah di akhirat kelak, zina merupakan

perbuatan yang sangat keji dan tergolong dosa yang paling besar setelal1

pembunuhan. Memang di dalam Al-Qur'an tidak disebutkan bahwa apa adzab

(37)

yang jelas dia akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia

akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina.

2. Hukuman di Dunia

Bagi pelaku dosa besar seperti zina ini, maka patutlah mendapatkan

hukuman di dunia, sebagai akibat yang dilakukannya dari perbuatan keji,

kalaulah memang dia lepas dari hukuman di dunia, di akhirat tidak akan bisa

lolos dari siksa api neraka yang sangat pedih

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Qur'an dan hadits Nabi Saw

seperti disebutkan di atas, bahwa sanksi di dunia terhadap pelaku zina bisa

disimpulkan sebagai berikut:

a. Hukuman Fisik

Tentang hukuman fisik ini tidak harus sama, dalam ru1ian

hukumannya dibedakan menurut pelakunya, sudah menikah ataukah masih

lajang. Bagi pelaku zina yang masil1 lajang Oejalca dan perawan), dalam

istilah fiqlmya disebut zina ghairu muhsail, maka hukumannya sebagai

berikut:

I). Hukuman Cambuk

Sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nur ayat 2 di atas

bahwa hukuman pelaku zina baik laki-laki maupun perempuan berupa

seratus kali crunbuk, dijelaskru1 lagi bahwa tidak boleh merasa kasihan

dalam melaksanakan hukuman. Ini berarti hulrnman ini tidak bisa

(38)

diringankan baik kualitas ataupun kuantitas hukumannya.

2). Hukurnan Pengasingan

Mengenai masalah hukuman pengasingan ini, masih terdapat

perbedaan pendapat di kalangan ulama. Namun dalam ha! ini sudah

ditegaskan oleh Ibnu Munzir, yang mengatakan bahwa Nabi Saw

bahkan bersumpah dengan nama Allah ( .(ill GMZjセ@ セ@

<\Ji ) pada

waktu beliau menjelasan hukuman had. Bagi pegawai (' •J"'c ) yang

berzina dengan istri majikannya di mana Nabi berkata bahwa hukuman

bagi si pegawai (masih bujangan) itu adalah dicambuk seratus kali dan

diasingkan selama satu tahun (

f'\.c

'-:-l:lfa

J

;;l ..

セ@ セ@

<\Jj ).

Jadi

berarti penetapan Nabi atas hukuman tambahan diasingkan selama satu

tahun itu jelas berdasarkan kitabullah dan Umar pernah mempidatokan

isi hadits itu di atas mimbar. 22

Sedangkan bagi pelaku zina yang sudah pernah kawin, atau disebut juga

sebagai zina muhsan, maka hukumannya adalah dirajam sampai meninggal.

Jadi sebenarnya pada intinya adalah hukuman mati. Dalam memberikan

hukuman kepada zina muhsan, para ulama juga berbeda pendapat, apakah

cukup dengan hukuman rajam ataukah dikenakanjuga hukuman cambuk.

22

(39)

Pendapat Ali bin Abi Thalib yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori, bahwa

Ali menggabungkan huknman cambuk dan rajam, dii mana Ali mencambuk

Syarahah pada hari kamis dan merajamnya pada hari Jum'at. Selanjutnya Ali

mengatakan bahwa aku mencambuk berdasarkan perintah Al-Qur'an dan

merajam berdasarkan hadits Nabi Saw. Menurut Sya'bi ini sebagai jawaban

atas pertanyaan seorang sahabat, apakah benar Ali menggabungkan kedua

huknman tersebut. Menurut AIHazimi, pendapat Ali ini juga dipegangi oleh

Ahmad, Ishaq, Daud, Ibnu Mnnzir dan juga pendapat Hadawiyah.23 Mereka

menggunakan alasan petunjuk Hadits 'Ubadah bin as-Samit sepe1ii yang telah

disebutkan di atas.

Pendapat lainnya, tidak digabungkan hukuman cambuk dan hukuman

rajam. Mereka mengatakan hadits 'Ubadah tersebut di atas di-mansukh

(dibatalkan) oleh hadits Nabi Muhammad Saw tentang peristiwa Ma'is,

Al-Ghamidiyah dan Al-Yahudiyah di mana Nabi merajam mereka dan tidak

tampak Nabi mencambuk merek:a.24

b. Huknman Non Fisik.

Huknman non fisik ialah hukuman yang berkaitan dengan kejiwaan atau

psikologis pelaku dan juga berhnbungan dengan hnbm1gm1 k:ehidupan sosial si

pelaku. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat An-Nur ayat 2, yang mana

pelaksanaan huknman harus disaksikan oleh orang banyak. Ini berarti pelaku

23

Al-Imam Muhammad bin Ismail al-Amir al-Yumna as-San'ani, Subul al-Salam, (Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi wa Awladuhu, 1950), Ji!. 4, h. 5-6. dan al-Sayid Sabiq, Fiqh al-Sunnah,

(Beirut: Daar al-Fikr, 1977), Jil. II, h. 350.

24

(40)

malu si pelaku, selain itu juga bersifat preventif bagi orang lain. Kemudian

hubungannya dengan kehidupan sosial si pelaku, otom!ltis dengan kejadian itu

masyarakat akan mengucilkannya karena telah dianggap mengotori lingkungan

mereka dengan perbuatan keji.

Jadi siapapun yang melakukan pelanggaran hukum Allagh, dan ia mampu

berkelit atau terhindar dari hukuman meteril maka Allah SWT akan

menjatuhkan hukuman psykologis bagi pelakunya, bentuk hukuman ini dalam

istilah ahli hukum disebut dengan al-Uqubah al-Fitriyah25 (hukuman atas

pelanggaran fitrah), bahkan bal1aya akibat yang ditanggung tidak hanya bagi

pelakunya namun ancaman bala, adzab bagi masyarakat yang mentolerir

prakrik pelacuran akan dilanda berbagai mushibah.

Tekanan jiwa yang dikenakan bagi pelaku maksiat pada umunmya dan

zina khususnya ditunjukkan sebagaimana firman Allah:

Artinya: "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka seszmgguhnya bagi mereka penghidupan yang sempit dan kami akan

menghidupkannya pada ari kiamat dalam keadaan buta''. (QS:

Thaha: 124).

Sedangkan hadits-hadits yang menjelaskan hukuman itu adalah:

25

(41)

129.

_. 11:1 ,,, ,.. 0 .. ,.. ,.. セ@ .. ,.. ,.. ,.. .A 11:1 ,.. ,.. <;:!

t;i:UI

ufa

セi@ \.'.'.:! :

o/:-

\II

ufa

\ANゥセェ@

\J111

J

NN[NLセ@

:

.}1_.,a.:.:.

C...

9

Pセ@

Lijll

,.. ,.. ,.. ,.. ,.. ,.. r:: ,.. _,, ,.. ,.. ,,.

Artinya: "Dari Khudzaifa r.a. bahwa Rasulullah .Saw bersabda: Wahai

segenap manusia hindarilah perzinaan, karena praktik perzinaan terdapat enam perkara (hukumannya), tiga perkara di dunia dan tiga perkara di akhirat: adapun yang di dunia: Perzinaan akan

menghapuskan kharismatika (dari wajah pelakunya), akan

menimbulkan kemiskinan, dan memperpendek umur. Sedangkan tiga perkara di akhirat, maka Allah Swt akan murka kepadanya, eel aka di

dalam hisab, dan akan menerima adzab yangpedih''. (HR. Bukllori) .

.

セiセ@

ャセi@

:

Jti

'i

[Z⦅Lセセi@

セj@

セ@

'i

JJ1

jェZセ|LAZ@

セェ@

<.::Jt;

,,. ,.. ,.. ...

Artinya: "Zainab r.a. bertanya kepada Nabi Saw: Ya Rasulullah, apakah kita akan binasah sedangkan di tengah-tengah kita ada orang-orang yang sholeh? Nabi menjawab: Apabila kemaksiatan sudah merebak (di

tengah-tengah masyarakat". (HR. Ibnu Majah).

26

Wahbah Zuhaili, Ta/sir al-Munir, Ji!. 18, (Beirut: Daar al··Fikr al-Muashir, 1991), h.

27

(42)

.

,

,

28 I I I 1' '· , , 'JJI , "10 1 . 0 ' · , 0•

<<

-(A>.-,_., cJI • o JJ) • y/2.1' cJI. •. セ@ >'-"' セ@

IS:

セ@ l,r'°"

Artinya: "Dari Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah Saw menghampiri kami sambil berkata: Wahai kaum Muhajirin, ada lima perkara jika telah menimpa kalian, maka tidak ada kebaikan lagi bagi kalian. Dan aku berlindung kepada Allah SWT semoga kalian tidak menemui zaman itu: tidak merajalela praktik perzinaan pada suatu !mum, sampai mereka berani berterus terang melakukannya, melainlmn penyakit-penyakit menular di tengah merelm, dan kelaparan yang belum

pernah menimpa umat-umat yang telah lalu''. (HR. Ibnu Majah).

Jadi jelaslah, bahwa bagi pelakti tindak pidana prostitusi tidak hanya

mendapatkan sanksi di akhirat saja melainkan juga sebelum mendapatkan adzab di

akhirat juga dikenakan sanksi di dunia, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas

baik itu hukuman fisik maupun hukuman non fisik.

E.

Dampak Praktek Prostitusi Terltadap Kehidupa11 Masyamkat

Islam melarang manusia berbuat zina dan menutup rapat-rapat segala jalan

yang mungkin dapat membawa manusia kepada perbuatan zii1a. Karena itu tidak

saja Islam melaraug zinanya itu sendiri, tetapi juga melarang segaia bentuk

perbuatan apapun wujud akan manifestasinya, besar atau kecil yang dapat

mendekatkan manusia kepada perzinaan.

Tidak hanya mengenai haranmya zina saja Islam melarang demikian, tetapi

dalam segala ha! yang lain Islam juga demikian, yakni apabila Islam

28

(43)

mengharamkan sesuatu, maka ditutupnyalah rapat-rapat segalajalan yang mungkin

dapat membawa manusia kepada perbuatan yang diharamkan itu.

Jadi dilarangnya segala macam pendahuluan-pendahuluan zina oleh Islam,

tidak lain adalah dalam rangka melindungi dan mengamankan larangan zina itu

sendiri supaya manusia dapat dijauhkan sejauh-jauhnya dari kejahatan seksual

(tidak pada tempatnya) yang amat kotor itu.30

Dari segi pembinaan sosial kemasyarakatan bisa dilihat perbedaan yang

sangat besar antara zina dengan hubungan seksual dalam perkawinan. Perkawinan

merupakan sendi dasar pembentukan masyarakat. Dengan kata lain, lewat

perkawinanlah terjaminnya kesinambungan keturunan, dan memelihara keturunan

merupakan salah satu dari lima tujuan syara', yakni melindungi agama, jiwa,

keturunan, akal, dan melindungi harta. Sedangkan perzinaan itu merusak

semuanya. Bahkan yang paling bahaya zina dapat mengakibatkan tertularnya

penyakit, seperti penyakit kelamin. Zinajuga bisa mengancam kelangsungan hidup

anak akibat kemungkinan besar terjangkiti penyakit-penyakit kelamin. Bayi yang

dilahirkan dari sel benih ibu atau sel bibit bapak yang mengandung bibit penyakit

kelamin, selain bisa menimbulkan keguguran juga bisa mengakibatkan si anak

terlahir dalam keadaan cacat.

Oleh karena itu kel uarga merupakan induk masyarakat, maka untuk

membentuk masyarakat yang baik diperlukan satuan-satuan keluarga yang baik.

Keluarga yang baik, anggota-anggotanya paling tidak harus memiliki ketentraman

30

(44)

satu kesatuan jiwa suami-istri bisa tentram jika keduanya berakhlak mulia, yang

berarti saling mengasihi. Jika jiwa dan akhlak mulia dapat dipelihara dalam suatu

rumah tangga, niscaya kesehatan jasmani dan rohani bisa diperoleh. 30

Sedangkan perbuatan zina menjauhkan tiga ha!. tcrsebut dari kehidupan

rumah tangga. Seorang yang berbuat zina berarti sudah tidak meajunjung tinggi

nilai-nilai kesucian, ketakwaan, dan kejujuran. Akal sehat dan nurani mereka telah

tunduk dan dikendalikan oleh nafsu seksualnya, sangat sulit diharapkan sikap kasih

sayang yang tulus dari mereka, yang merupakan modal utama dalan1 membentuk

runiah tangga bahagia

Beberapa akibat atau dampak yang ditimbulkan oleh pelacuran atau

prostitusi ialah sebagai berikut:

I. Menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin atau kulit, penyakit yang

paling banyak terdapat oleh pelaku zina (yang sering ganti-ganti pasangan)

ialah syphilis dan gonorrhoe (kencing nanah).

2. Mernsak sendi-sendi kehidupan kelnarga. Suami yang tergoda oleh pelacur

biasanya melupakan fungsinya sebagai kepala keluarga, sehingga keluarga

menjadi berantakan.

3. Mendemorealisasi atau memberikan pengaruh demorialisasi kepada Iingkungan

khususnya anak-anak muda remaja pada masa puber dan Adolesensi.

30

(45)

4. Berkorelasi dengan komunitas pelacur dan kecandun bahan-bahan narkotika

(ganja, morfin, heroin dan lain sebagainya}.

5. Merusak sendi-sendi moral, susila, hukum, Agarna. Terutama sekali

menggoyahkan norma perkawinan, sehingga menyimpang dari adat kebiasaan,

norma hukurn, dan Agama, karena digantikan dengan pola pelacuran dan

promistuitas, yaitu digantikan dengan pola pemuasan kebutuhan seks dan

kenikmatan seks yang awut-awutan se11a tidak bertanggung jawab. Bila pola

pelacuran ini telah membudaya, maka rusaklah sendi-sendi kehidupan keluarga

yang sehat.

6. Adanya pengeksploitasian manusia oleh manusia lain. Pada umumnya

wanita-wanita pelacur itu cuma menerima upah sebagian kecil saja dari pendapatan

yang harus diterimanya, karena sebagian besar harus diberikan kepada germo,

calo-calo, centeng-centeng, pelindung dan lain-lain. Dengan kata lain ada

sekelompok manush benalu yang memeras darah dan keringat para pelacur ini.

7. Bisa menyebabkan terjadinya disfungsi sosial, misalnya; impotensi,

anorgasme, nymfomania, satyriasis, ejakulasi premature yaitu pembuangan

sperma sebelum dzakar melakukan penetrasi dalam vagina atau Jiang senggama

dan lain-lain.32

(46)

veneveal deseases yang merupakan dampak dari perzinaan atau pelacuran,

diantaranya ialah:

I. Sifilis

Sifilis atau yang biasa dikenal dengan istilah. penyakit raja singa,

merupakan penyakit berbahaya yang kalau tidak segera ditangani akan

menyerang organ vital di selurub tubuh. Penyakit ini menular lewat hubungan

seksual.

2. Honorheon

Gonorheon merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman neisseria

gonorhoea. Selain menyerang organ kelamin dan organ kemin (organ

urogenital), gonorhoea juga bisa menjangkiti selaput Iendir mulut, anus,

rektrum, mata, dan beberapa organ tubuh lainnya.

3. Herpes Progenitelis

Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simpleks yang secara teratur

akan aktif dalam beberapa bulan atau tahun dan menimbulkan lecet yang

menyakitkan pada alat kelamin laki-laki atau wanita. Al'iivitas virus tersebut

makin lama makin ringan, namun dalam kurun waktu yang lama beberapa

penderita ada yang mendapatkan serangan yang parah.

4. AIDS

Ketika AIDS untuk pertama kalinya ditemukan di Amerika Serikat pada

(47)

ditemukan 18.000 kasus dan 51 persen dari jumlah tersebut meninggal dunia.

Bahkan sampai akhir 1996 di Indonesia sudah muncul 501 kasus AIDS. 32

Penyimpangan seksual yang merajalela di masyarakat adalah fenomena

sosial yang berdampak amat buruk terhadap anak-anak dan para remaja yang

sedang menginjak puberitas, terutama praktek perzinaan. Sering kita mendengar

tentang para remaja di bawah umur terjerumus kepada perbuatan bejat dan amoral,

karena Iepas dari pengawasan orang tua serta orang-orang yang bertanggung jawab

terhadap pendidikan mereka. Sehingga mereka sendiri yang harus menanggung

resiko kelainan mental, dekadensi moral, lalu hanyut ke dalam ketidakberdayaan

yang pada akhirnya menyeret mereka ke jurang kebinasaan dan kehancuran.33

Prostitusi atau pelacuran merupakan penyakit dalam masyarakat yang harus

segera dihilangkan, karena sangat mengganggu ketentraman dan kedamaian dalam

suatu masyarakat. Walaupun dipahami bahwa prostitusi rnerupakan salah satu

sekian keprihatinan yang pasti ada dan sulit untuk dihindarkan, sebagai

konsekuensi logis dari perkembangan peradaban, namun prostitusi dalam bentuk

apapun tetap merupakan penyakit masyarakat yang hams diatasi secara jelas, tegas

dan tuntas.

32

Anang Zamroni dan Ma'ruf Asrosri, Bimbingan Seks ls/ami. h .. 217-227.

33

Usman Ath-Thawil, Ajaran Islam Tentang Fenomena Seksual, (Jakarta: PT. Raja

(48)

Juas menyebar prostitusi tersebut. Sikap reaktif dari masyarakat luas atau reaksi

sosialnya bergantung pada empat factor, yaitu:

I. Derajat penampakan/visibilitas tingkah laku, yaitu menyolok tidaknya perilaku

immoril para pelacur.

2. Besarnya pengaruh yang mendemoralisasi lingkungan sekitarnya.

3. Kronis tidaknya kompleks tersebut menjadi sumber penyakit kotor syphilis dan

gonorrhoe, dan penyebab terjadinya abortus serta kematian bayi-bayi.

4. Pola cultural; adat istiadat, nonna-norma susila dan Agama yang menentang

pelacuran yang sifatnya represif dan memaksakan.

Reaksi sosial itu bisa menolak sama sekali dan mengutuk keras serta

memberi hukuman berat sampai pada sikap netral, masa bocloh dan acuh tak acuh

serta menerima dengan baik. Sikap menolak bisa bercampur dengan rasa benci,

ngeri, jijik, takut, dan marah. Sedang sikap menerima bisa bercampur dengan rasa

senang, memuji-muji, menclorong dan simpati.

Apabila deviasi atau penyimpangan tingkah-laku berlaku terns menerus clan

jumlah pelacur menjadi semakin banyak menjadi kelompok-kelompok deviant

dengan tingkah Jakunya yang mencolok, maka terjadilah pada sikap dan organisasi

masyarakat terhaclap prostitusi, te1jadi pula perubahan-perubahan dalam

kebuda ya an itu sendiri.

Stigma atau nocla sosial clan eksploitasi-komersialisasi seks yang semula

(49)

umum. Usaha penghukuman, pencegahatl, pelarangan, pengendalian, reformasi,

dan perubahan, semuanya ikut bergeser dan berubah. 34 Tingkah laku seksual

immoral yang semula dianggap sebagai noda bagi kehidupan normal dan

mengganggu system yang sudah ada, mulai diterima sebagi gejala yang wajar,

yang tadinya semua ditolak oleh umum kemudian diintegrasikan menjadi bagian

dari kebudayaan masyarakat, demikian pula halnya dengan gejala pelacuran ini.

Demikianlah dampak yang akat1 muncnl akibat perbuatan prostitusi yang

akan mempengaruhi ketimpangan tatanan norma dalam masyarakat, belum lagi

penyakit yang akan timbul akibat prostitusi tersebut. Yang jelas banyak dampak

negatifyang akan timbul dalam kehidupan masyarakat.

34

(50)

Menelusuri tentang latar belakang atau fuktor penyebab prostitusi di

manapun sangat sulit, karena memang masalah yang melingkupinya sudah jelas,

dan saling erat berkaitan d!)fi sebab yang satu ke sebab yang lainnya. Namun

faktor-faktor tersebut dapat dibedakan secara garis besarnya, menurut hasil

penelitian Sedyaningsih, di antaranya: 1

1. Faktor Moral atau Akhlak

a. Adanya demoralisasi atau rendahnya faktor moral, ketakwaan individu, dan

masyarakat serta ketidak-takwaan terhadap ajaran Agamanya.

b. Standart pendidikan dalam keluarga mereka pada umumnya rendah.

c. Berkembangnya pomografis secara bebas dan liar.

2. Faktor Ekonomi

Adanya kemiskinan dan keinginan untuk meraih kemewahan hidup,

khususnya dengan jalan pintas dan mudah, tanpa harus memiliki keterampilan

khusus, walau kenyataanya mereka buta huruf, pendidikan rendah berpikiran

pendek, sehingga menghalalkan pe!acuran.

1

(51)

3. Faktor Sosiologis

a. Ajakan dari teman-temannya se daerah yang sudah lebih dahulu terjun ke

dunia pelacuran.

b. Karena pengalaman dan pendidikan mereka sangat minim, akhirnya mereka

dengan mudah terbujuk dan terkena tipuan dari pria dan calo, terutama

dengan dijanjikan pekerjaan terhormat dengan gaji tinggi yang akhirnya

dijebloskan ke tempat-tempat pelacuran.

4. Faktor Psikologis

Adanya pengalaman traumatis (Iuka jiwa), shock mental, dan rasa ingin

balas dendarn yang diakibatkan oleh hal-hal seperti: Kegagaian dalarn perkawinan,

dimadu, dinodai sama pacarnya yang kemudian ditinggalkan begitu saja.

Berbicara tentang faktor penyebab timbulnya prostitusi di Cirebon,

sangatlah banyak faktornya, tapi yang jelas masalah utama adalah masalah moral

dan ekonomi, seperti yang sudah disebutkan di atas. Hal tersebut bisa kita lihat

pada penjelasan para tokoh masyarakat di Cirebon. Menurut Kiai Bahruddin,

bahwa fakto

Gambar

gambaran secara jelas, sistematis, objektif dan kritis yang dipaparkan antara

Referensi

Dokumen terkait

Bab II Merupakan pendeskripsian hubungan Host dengan materialisme dan hedonisme yang berisi mengenai masalah seperti tujuan serta alasan-alasan Host menjadi nomor satu

Selain UKM, wajib pajak besar pun sampai saat ini masih banyak yang belum ikut amnesti pajak atau belum melaporkan seluruh total atau kekayaannya.. Mungkin karena waktu yang

Perancangan Sistem Pendeteksi Berita Hoax Menggunakan Algoritma Levenshtein Distance Berbasis Php Dimisalkan jika terdapat 10 buah dokumen berita yang akan diuji dalam

Pengelolaan perikanan dapat diterapkan melalui penyediaan zona terbatas, zona pemanfaatan, izin perikanan, implementasi perlindungan spe- sies kunci, implementasi pengawasan

NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH DESA/KEL ENDEMIS KOTA PADANG TAHUN 2008. TIDAK DILAKSANAKAN

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui besarnya konsentrasi ekstrak etanol bunga kecombrang ( Etlingera elatior ) yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan Salmonella

Bidang usaha dan sarana prasarana merupakan bidang yang bertanggung jawab dalam menjalankan program kegiatan dan membawahi bagian - bagian pengelolaan dan pemeliharaan

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan operasi hitung matematika siswa merupakan kecakapan yang sangat penting untuk dikuasai siswa dalam belajar