6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transformator Daya
Transformator ini merupakan suatu alat listrik statis, yang dipergunakan
untuk memindahkan daya dari satu rangkaian ke rangkaian lain dengan mengubah
tegangan tanpa mengubah frekuensi.
Dalam bentuknya yang paling sederhana transformator terdiri atas dua
kumparan dan satu induktansi mutual.Kumparan primer adalah yang menerima
daya, dan kumparan sekunder tersambung pada beban.Kedua kumparan dibelit
pada suatu inti yang terdiri atas material magnetik berlaminasi.
Landasan fisik transformator adalah induktansi mutual (timabal balik)
antara kedua rangkaian yang dihubungkan oleh suatu fluks magnetik bersama
yang melewati suatu jalur dengan reluktansi rendah. Kedua kumparan memiliki
induktansi mutual yang tinggi. Jika satu kumparan disambung pada suatu sumber
tegangan bolak balik, suatu fluks bolak balik, suatu fluks bolak balik terjadi di
dalam inti bereliminasi ,yang sebagian besar akan mengait pada kumparan
lainnya,dan di dalamnya akan terinduksi suatu gaya-gerak-listrik(ggl) sesuai
dengan hukum-hukum induksi elektromagnetik Faraday, yaitu:
E =M. 𝑑𝑖
𝑑𝑡 ... (2.1)
1
dimana :
E = gaya gerak listrik yang diinduksikan
M = induktansi mutual
Bilamana rangkaian sekunder ditutup,suatu arus akanmengalir dan dari kumparan dengan demikian energy listrik dipindah(sepenuhnya secaraMagnetik) primer ke kumparan sekunder
1
Abdul Kadir, “Transformator Daya”, Transmisi Tenaga Listrik, 1996, hal.43 dan 44.
7
Gambar 2.1 Transformator2
Transformator dibuat dengan sebuah kumparan primer kumparan primer
dan satu atau lebih kumparansekunder.Kumparan sekunder yang kedua dapat dinamakanlilitan tertier(berarti”ketiga”),dan sekunderketiga dapat dinamakan lilitan kuartener( berarti”keempat”).Tetapi lebih biasa menamakan lilitan tersebut sesuai fungsi atau tegangannya jadi,sebuah transformator dapat dikatakan
mempunyai sebuah primer,sebuah sekunder tegangan tinggi.
Untuk menghasilkan sebuah Transformator yang mempunyai efisiensi
tinggidanjumlah lilitan miimum,maka kumparan primer dan sekundernya
dililitkan pada suatu inti besi atau bahan lainnya yang mempunyai permeabilitas
yang tinggi.Hasilnya,jika transformator bekerja,maka pada inti besi tersebut akan
dihasilkan medan magnetik yangbergerak secara rapat.3
2.2 Proteksi Transformator Daya
Relay pengaman transformator daya harus dapat mendeteksi adanya
sumber gangguan yang beradadi dalam maupun di luar transformator yang berada
di daerah pengamannya. Di samping itu adanya gangguan di luar daerah
pengamannya bila rele yang terkait tidak bekerja salah satu rele pada
transformator harus bekerja.
2
Abdul Kadir, “Transformator Daya”, Transmisi Tenaga Listrik, 1996, hal.43 dan 44.
3
8
Pengaman transformator daya pada gambar 2.2 pada umumnya meliputi :
Gambar 2.2 Pengaman Transformator Daya4
2.2.1 Relay Buchholz
Transformator daya kesemuanya menggunakan minyak transformator sebagai
bahan isolasidan juga sebagai bahan pendingin perantara. Minyak isolasi
komposisinya terutama dari hidrokarbon dari jenis paraffin( 𝐶2𝐻2𝑛+ 2 ) dengan tiruan dari kompon aromatik. Terutama isolasi padat yang terdapat pada
transformator, pengatur tegangan, reaktor dan sebagainya, dasarnya ialah senyawa
dari selulosa ( 𝐶6 𝐻10𝑂5 ) dan air , kemudian biasanya ditambah adaftif organik
supaya stabil.Bahan ini akan terurai karena dua macam proses yaitu bila terjadi
pemanasan ataupun karena busur listrik.Relay untuk mengamankan hal ini ialah
relay buchholz.5
Apabila gangguan dalam transformator berkembang secara perlahan – lahan,
maka panas yang dihasilkan adalah setempat, dalam hal ini maka bahan isolasi
padat maupun cair akan terurai menghasilkan gas yang dapat menyala. Gas ini
akan naik ke atas transformator dan mengalir ke konservator dan berhenti di relay
buchholz.
4Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”,
Sistem Proteksi Tenaga Listrik, 2004, hal.103 dan 104.
5
9
2.2.2 Relay Suhu Lilitan6
Untuk mengamankan terhadap suhu yang berlebihan bila terjadi beban
lebih, kerusakan sistem pendingin ataupun untuk mengatur kipas yang beroperasi
diperlukan relay suhu.
Instrumen kedua yang sering digunakan untuk mengatur suhu lilitan
dengan pemanasan bayangan.Dalam hal ini tabung isi air raksa ditempatkan pada
kantong spesial dalam minyak panas dekat sisi atas transformator.Tabung
diletakkan disekitar pemanas kecil yang dihubungkan dengan transformator arus
yang mendapat sumber arus dari kumparan lilitan transformator.Instrumen ini
menunjukkan suhu minyak sisi atas transformator ditambah suhu akibat
pertambahan beban transformator. Dua buah instrumen pengukur suhu lilitan
umumnya dipasang di transformator dengan dua buah kotak air raksa. Sebuah
untuk menstart kipas angin serta pompa sirkulasi minyak dan alarm, sedang
sabuah lagi digunakan untuk alarm dan mengetrip pemutus beban sisi sekunder.
Penyetelan tipikal instrumen ini adalah : Alarm 110° Trip 125°
2.2.3 Relay Diferensial7
Berdasarkan survei kebeberapa perusahaan listrik, relay diferensial digunakan
sebagai pengaman hubung singkat untuk transformator daya tiga fasa dimulai
pada 5000 KVA ke atas, sedangkan berdasarkan standar PLN no 51 bagian C,
relay ini digunakan mulai kapasitas 30 MVA ke atas. Dalam hal ini relay
diferensial yang digunakan ialah relay diferensial persentase.
Relay diferensial memberi perintah untuk membuka kedua pemutus beban
dan memberi sinyal serta alarm. Jika relay buchholz mendeteksi semua gangguan
yang terjadi di dalam minyak, tetapi terdapat kemungkinan terjadi flashover diatas
minyak pada bushing, walaupun praktis semua gangguan jenis ini mengandung
gangguan tanah, tetapi pada umumnya pada transformator yang besar diperlukan
pengaman persen diferensial dengan kecepatan tinggi yang akan mendeteksi
6Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”,
Sistem Proteksi Tenaga Listrik, 2004, hal.108.
7
10
terjadinya flashover dan juga menghilangkan gangguan yang besar lainnya lebih
cepat dari pada relay buchholz.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada pengaman diferensial transformator
adalah :
1. Penentuan rasio dari trafo arus.
2. Sambungan relay diferensial.
3. Penentuan tiap sadapan trafo arus pembantu.
4. Penentuan mismatch.
5. Penentuan setting.
2.2.4 Relay Arus Lebih
Relay akan pick up bila arus yang melalui relay melebihi setting relay.
Relay arus lebih pada pengaman transformator juga digunakan sebagai pengaman
cadangan terhadap gangguan di dalam maupun diluar daerah pengaman. Bila relay
tersebut di sisi primer maka dapat berfungsi seperti yang dinyatakan di atas, tetapi
untuk relay arus lebih yang ada pada sisi sekunder hanyaah sebagai pengaman
cadangan dipenyulangnya8.
Penyebab arus lebih adalah :
1. Beban Lebih.
2. Arus Hubung Singkat.9
2.2.5 Relay Gangguan Tanah (Pengaman Tangki Tanah)
Pengaman tangki ini juga dikenal sebagai pengaman Howard. Jika tangki
transformator diisolasi dengan tanah dimana tahanan isolasinya minimum 10 ohm,
relay gangguan tanah dapat diperlengkapi dengan sambungan relay arus lebih
pada sekunder transformator arus, sedang sisi primernya dihubungkan antara
tangki dan tanah, lihat gambar 2.3.
8Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”,
Sistem Proteksi Tenaga Listrik, 2004, hal.110.
9
11
Untuk menjaga supaya tidak terjadi kesalahan kerja waktu terjadi gangguan
di luar daerah pengamannya, maka disarankan setting 30% dari arus gangguan ke
tanah minimum.10
Gambar 2.3Karakteristik Pengaman Lebur11
2.3 Gangguan Pada Transformator Daya
Gangguan yang berpengaruh terhadap kerusakan transformator todak
hanya karena adanya gangguan didalam transformator atau di dalam daerah
pengaman transformator, tetapi juga adanya di luar daerah pengaman.12
2.3.1 Gangguan di luar daerah pengamannya
Gangguan di luar daerah pengamanan transformator daya ini sering terjadi
dan dapat merupakan beban lebih, hubung singkat satu fasa ke tanah maupun
gangguan antar fasa. Gangguan ini pada daerah ini mempunyai pengaruh terhadap
transformator ini, sehingga transformator harus dilepaskan/dipisahkan bila
gangguan tersebut terjadi setelah waktu tertentu untuk memberi kesempatan
pengamanan daerah yang terganggu bekerja. Kondisi beban lebih yang berlanjut
10
Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”, Sistem Proteksi Tenaga Listrik, 2004, hal.109.
11
Ibid, hal. 95.
12
12
dapat dideteksi dengan relay thermal atau termometer yang memberi sinyal
sehingga dapat mengatur ataupun mengadakanmanipulasi jaringan sehingga beban
berkurang, tetapi bila perlu diputuskan suplainya.
Untuk kondisi gangguan diluar daerahnya misalnya gangguan hubung
singkat pada rel atau gangguan hubung singkat di saluran keluarnya, maka relay
arus lebih dengan perlambatan waktu atau sekring digunakan sebagai
pengamannya.Koordinasi yang baik untuk pengaman cadangan transformator ini
perlu diciptakan terhadap pengaman daerah berikutnya yang terkait.Pengaman
utama dari transformator ini dibuat sedemikian rupa sehingga tidak boleh bekerja
terhadap gangguan tersebut di atas.13
2.3.2 Gangguan di daerah pengamannya
Pengaman utama transformator daya ditujukan sebagai pengaman di dalam
daerah pengamanannya. Gangguan di dalam sangat serius dan selalu ada resiko
terjadinya kebakaran; gangguan dalam dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yaitu :14
Kelompok (a)
Gangguan listrik akan dengan segera menyebabkan kerusakan yang serius
tetapi pada umumnya dapat dideteksi oleh adanya arus atau tegangan yang tidak
seimbang, diantaranya :
1. Gangguan satu fasa atau antar fasa pada sisi tegangan tinggi atau tegangan
rendah di terminal luar.
2. Gangguan satu fasa atau antar fasa pada lilitan sisi tegangan tinggi atau
tegangan rendah.
3. Hubung singkat antar lilitan di sisi tegangan tinggi atau tegangan rendah.
4. Gangguan tanah pada lilitan tersier, atau hubung singkat antar bekitan di
lilitan tersier.
13Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”,
Sistem Proteksi Tenaga Listrik, 2004, hal.105.
14
13 Kelompok (b)
Apa yang dinamakan gangguan “incipien” ialah suatu gangguan yang dimulai gangguan yang kecil atau tidak berarti, namun secara lambat akan menimbulkan
kerusakan. Gangguan ini tidak dapat dideteksi adanya tegangan atau bertambah
besarnya arus pada ujung lilitan. Yang ternasuk gangguan lilitan ini ialah :15
1. Sambungan secara elektris dari konduktor jelek dan gangguan inti misalnya
tembusnya lapisan isolasi inti serta baut atau ring klem kurang kencang, yang
akan menimbulkan busur yang terbatas pada minyak.
2. Gangguan sistem pendingin, yang akan menyebabkan pemanasan lebih
walaupun bebannya belum mencapai nominal.
3. Sehubungan butir 2 adalah kemungkinan kurang minyak atau
tersumbatnyaaliran minyak sehingga menimbulkan pemanasan setempat pada
lilitan.
4. Gangguan dari pengatur tegangan dan pembagian beban yang tidak baik antara
transformator yang bekerja paralel, yang akan menyebabkan pemanasan lebih
karena adanya arus sirkulasi.
Secara umum untuk gangguan pada kelompok (a) sangat penting bahwa
peralatan yang terganggu harus secepat mungkin dipisahkan setelah terjadi
gangguan, tidak hanya untuk membatasi kerusakan transformator daya tersebut
tetapi juga membatasi lama waktu tegangan sistem turun. Bila tegangan turun
telalu lama dapat menimbulkan hilangnya sinkronisasi antar mesin, bila hal ini
terjadi arus lebih yang besar akan muncul karena adanya lepas sinkron dari unit
pembangkit sehingga akan ada relay yang salah kerja menyebabkan gangguan
yang beruntun. Gangguan pada kelompok (b) tidak merupakan hal yang serius
pada masa gangguan incipient, tetapi dapat menjadi gangguan yang parah
tergantung dari waktu, maka juga harus dihilangkan secepat mungkin. Dalam hal
bila pengaman untuk kelompok (a) tidak mampu mengamankan gangguan pada
15Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”,
14
kelompok (b), maka pengaman untuk kelompok (b) tidak perlu mendeteksi
gangguan pada terminal dan untuk menghilangkan gangguan tidak perlu secepat
seperti gangguan pada kelompok (a).Inilah merupakan filosofo dasar pengamanan
transformator daya, dan ini artinya bahwa pengamanan kelompok (a) dan
kelompok (b) bukan merupakan alternatif tetapi saling mendukung.16
2.4 Trafo Arus
Trafo arus atau current transformer adalah peralatan padasistem tenaga
listrik yang berupa trafo yang digunakan untuk pengukuranarus yang besarnya hingga
ratusan ampere dan arus yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Di samping untuk
pengukuran arus, trafo arus juga digunakan untuk pengukuran daya dan energi,
pengukuran jarak jauh,dan relay proteksi. Kumparan primer trafo dihubungkan
seri dengan rangkaian atau jaringan yang akan diukur arusnya sedangkan kumparansekunder
dihubungkan dengan meter atau dengan rele proteksi.
Gambar 2.4 Rangkaian Trafo Arus17
Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya satu fasa. Bila
padakumparan primer mengalir arus 𝐼1, maka pada kumparan timbul gaya
gerak magnet sebesar𝑁1 𝐼1Gaya gerak ini memproduksi fluks pada inti, dan fluks ini
membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan sekunder. Bilaterminal
kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus
𝐼1. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet 𝑁2𝐼2padakumparan sekunder. Pada
16Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”,
Sistem Proteksi Tenaga Listrik, 2004, hal.107.
17
15
trafo arus biasa dipasang burden pada bagiansekunder yang berfungsi sebagai
impedansi beban, sehingga trafo tidak benar-benar short circuit. Apabila trafo
adalah trafo ideal, maka berlakupersamaan :
𝑁1𝐼1 =𝑁2𝐼2 ... (2.2)18 𝐼1
𝐼2 = 𝑁2/𝑁1... (2.3)
19
Dimana :
𝑁1 :Jumlah belitan kumparan primer 𝑁2: Jumlah belitan kumparan primer
𝐼1 : Arus kumparan primer
𝐼2 : Arus kumparan sekunder
2.5 Pemutus Tenaga
Circuit breaker (CB) atau pemutus tanaga (PMT) merupakan peralatan
saklar/switching mekanis,yang mampu menutup,mengalirkan dan memutus arus
beban dalam kondisi normal serta mampu menutup,mengalirkan (dalam periode
waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondis
abnormal/gangguan seperti kondisi short circuit/hubung singkat.
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu
rangkaian listrik dalam kondisi berbeban,serta mampu membuka atau menutup
saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau peralatan lain.
2.6Syarat-Syarat Relay Pengaman
Syarat-syarat agar peralatan relay pengaman dapat dikatakan bekerja dengan
baik dan benar adalah :20
1. Cepat Bereaksi
Relay harus cepat bereaksi / bekerja bila sistem mengalami gangguan atau kerja
abnormal.Kecepatan bereaksi dari relay adalah saat relay muIai merasakan adanya
18
Sigit Dwi Anggoro, “Trafo Arus” , Scribd, 2000, hal. 1.
19
Ibid
20
16
gangguan sampai dengan pelaksanaan pelepasan circuit breaker (C.B) karena
komando dari relay tersebut. Waktu bereaksi ini harus diusahakan secepat
mungkin sehingga dapat menghindari kerusakan pada alat serta membatasi
daerah yang mengalami gangguan / kerja abnormal. Mengingat suatu sistem
tenaga mempunyai batas-batas stabiIitas serta kadang-kadang gangguan sistem
bersifat sementara, maka relay yang semestinya bereaksi dengan cepat kerjanya
perlu diperlambat (time delay). 2. Selektif
Yang dimaksud dengan selektif disini adalah kecermatan pemilihan dalam
mengadakan pengamanan, dimana haI ini menyangkut koordinasi pengamanan
dari sistem secara keseluruhan.Untuk rnendapatkan keandalan yang tinggi, maka
relay pengaman harus mempunyai kemampuan selektif yang baik. Dengan
demikian, segala tindakannya akan tepat dan akibatnya gangguan dapat dieliminir
menjadi sekecil mungkin.
3. Peka / Sensitif
Relay harus dapat bekerja dengan kepekaan yang tinggi, artinya harus cukup
sensitif terhadap gangguan didaerahnya meskipun gangguan tersebut minimum,
selanjutnya memberikan jawaban / response .
4. Andal / ReliabiIity
Keandalan relay dihitung dengan jumlah relay bekerja / mengamankan daerahnya
terhadap jumlah gangguan yang terjadi. Keandalan relay dikatakan cukup baik
bila mempunyai harga : 90 % - 99 %. Misal, dalam satu tahun terjadi gangguan
sebanyak 25 X dan relay dapat bekerja dengan sempurna sebanyak 23 X, maka :
keandaIan relay = 23
25× 100 % = 92 %
Keandalan dapat di bagi 2 :
1) dependability : relay harus dapat diandalkan setiap saat.
2) security : tidak boleh salah kerja / tidak boleh bekerja yang bukan
seharusya bekerja.
5. Sederhana / simplicity
Makin sederhana sistem relay semakin baik, mengingat setiap peraIatan /
17
maksudnya kemungkinan terjadinya kerusakan kecil (tidak sering mengalami
kerusakan).
6. Murah / economy
Relay sebaiknya yang murah, tanpa meninggaIkan persyaratan-persyaratan yang
telah tersebut di atas.)
Sederhana dan Ekonomis
Untuk mendapatkan penyetelan yang memenuhi semua kriteria atas
adakalanya sulit dicapai, yaitu terutama antara selektif dan cepat sehingga
adakalanya harus diadakan kompromi.
Kita sadari pula bahwa sistem pengaman tidak dapat sempurna walaupun
sudah diusahakan pemilihan jenis relay yang baik dan penyetelan yang baik, tetapi
nasih sering gagal bekerja.
Hal yang menimbulkan kegagalan pengaman dapat dikelompokkan sebagai
berikut :21
1. Kegagalan pada relay itu sendiri.
2. Kegagalan suplai arus dan/atau tegangan ke relay tegangannya rangkaian
suplai ke relay dari trafo tersebut terbuka atau terhubung singkat.
3. Kegagalan sistem suplai arus searah untuk triping pemutus tenaga. Hal ini
dapat disebabkan baterai lemah karena kurang perawatan.
4. Kegagalan pada pemutus tenaga. Kegagalan ini dapat disebabkan karena
kumparan trip tidak menerima suplai, kerusakan mekanis ataupun kegagalan
pemutusan arus karena besarnya arus hubung singkat melampaui kemampuan
dari pemutusan tenaganya.
Karena adanya kemungkinan kegagalan pada 17ystem pengaman maka
harus dapat di atasi yaitu dengan penggunaan pengaman cadangan (Back up
Protection).
21
18
Dengan demikian pengamanan menurut fungsinya dapat dikelompokkan
menjadi beberapa yaitu :
1. Pengaman utama yang pada umumnya selektif dan cepat, dan malah jenis
mempunyai sifat selektif mutlak misalnya relay diferensial.
2. Pengaman cadangan, umumnya mempunyai perlambatan waktu hal ini untuk
memberikan kesempatan kepada pengaman utama bekerja lebih dahulu, dan
jika pengaman utama gagal, baru pengaman cadangan bekerja dan relay ini
tidak seselektif pengaman utama.
Pada pengaman cadangan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
1. Pengaman cadangan setempat, yang berfungsi menginformasikan adanya
gangguan tersebut kepada seluruh pemutus tenaga (PMT) yang terkait dengan
kegagalan sistem pengaman sehingga pemutus tenaganya tidak membuka.
2. Pengaman cadangan remote.
Dalam hal ini bila terdapat kegagalan suatu pengaman maka pengaman di
sisihulunya harus dapat mendeteksi kemudian bekerja dengan suatu
perlambatan waktu.
Di samping hal di atas pada sistem pengamanan kita kenal apa yang disebut
daerah pengaman (Protection Zone), dalam hal ini semua komponen peralatan
dalam sistem tenaga listrik harus termasuk di dalam daerah pengamanan, sehingga
tidak ada daerah yang mati. Dalam menetukan kaidah penyetelan relay, kesemua
hal di atas menjadi suatu pertimbangan. Mengingat pada sistem distribusi
pengamanannya hanyalah relay arus lebih maka setiap relay berfungsi sebagai
pengaman utama di daerahnya dan sebagai pengaman cadangan di seksi
berikutnya. Sehingga jangkauan relay ini harus dapat mencapaisatu seksi
berikutnya dalam keadaan gangguan yang minimum.22
22Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”,
19
2.7 Prinsip Dasar Kerja Relay
Untuk merencanakan maupun mengevaluasi cara kerja sistem, perlulah
kita mengetahui cara kerja/prinsip dasar kerja relay beserta sifat – sifatnya. Semua
relay mempunyai input berupa besaran (arus atau tegangan) atau beberapa besaran
input.
Pada pembahasan selanjutnya, disini adalah response pada beberapa
besaran listrik yang menggerakkannya.
Pengertian – pengertian
Relay disebut beroperasi/bekerja bila kontak – kontak yang terdapat pada
relay tersebut bergerak membuka atau menutup dari suatu kondisi mula (tertutup
atau terbuka).
Kontak – kontak yang mempunyai posisi tertutup pada kondisi belum
bekerja dan kemudian relay bekerja sehingga mengakibatkan kontak – kontak
tersebut membuka, maka kontak – kontak tersebut dinamakan kontak terbuka dan
sesuai dengan standar internasional diberi simbol “a” contact, untuk yang
sebaliknya disebut contact. Sebagai ilustrasi dapat dijelaskan seperti pada gambar
berikut ini.
Gambar 2.5 Gambar Rangkaian Relay Kontak Terbuka23
Pada gambar 2.5 rangkaian KL terbuka, maka relay “Ry” dalam kondisi
23Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”,
Sistem Proteksi Tenaga Listrik,
20
deenergize, sehingga rangkaian X-Y terbuka karena kontak relay Ry adalah kontak terbuka (“a”).
Gambar 2.6 Gambar Rangkaian Relay Kontak Tertutup24
Demikian pula untuk rangkaian pada gambar 2.5 bila rangkaian SR terbuka,
maka relay Ry dalam kondisi deenergize, sehingga rangkaian m-n tertutup, karena kontak relay Ry adalah kontak tertutup (“b”).
Bila relay mulai bekerja untuk membuka kontak “b” atau menutup kontak “a” disebut “pick up” dan harga besaran terkecil yang menentukan kerja tersebut yang didapatkan dari nol terus dinaikkan secara perlahan – lahan sampai suatu harga tertentu sehingga relay bekerja disebut harga “pick up”.
Sedangkan bila relay mulai bekerja untuk menutup kontak “b” atau bergerak untuk berhenti pada posisi kontak “b” disebut “reset”, dan harga terbesar yang menyebabkan relay tersebut bergerak dengan cara memperkecil besaran
input secara perlahan –lahan “reset”.
Bila suatu relay mulai bekerja untuk membuka kontak “a” tap bukan reset, disebut “drops out”, harga terbesar sehingga drops out terjadi disebut harga “drops out”.
24Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”,
21
2.8 Jenis – Jenis Relay Proteksi
2.8.1 Relay arah (Directional Relay)
Pada dasarnya relay ini menggunakan prinsip dasar induksi dengan satu
besaran input, terlihat bahea gaya/torsi tergantung dari hubungan relatif sudut
phasa antara 𝐼1 dan 𝐼2 .
Untuk relay jenis 𝐼1 didapat dari sumber yang berlainan dengan sumber 𝐼2 .Pada
relay arah induksi ini besaran input terdiri dari :25
1. Besaran penggerak – arus.
2. Besaran pembanding (referensi atau polarizing) – arus atau tegangan.
Persyratan relay arah yang harus dipenuhi yaitu :26
Waktu kerja relay harus cepat; 20 – 40 ms.
Relay harus dapat pick up pada daya yang kecil. Relay harus masih dapat pick up dengan arah yang betul pada tegangan yang rendah (2,6 V).
Konsumsi dari kumparan tegangan dan arus harus sekecil mungkin pada keadaan normal sehingga beban dari CT/PT tetap kecil.
Relay harus mempunyai harga perbandingan drop out dan pick up (kd) tinggi, yaitu kd = 0,9 – 1.
Relay arah tidak boleh bekerja sendiri kalau rangkaian tegangan hilang dan kumparan arus dialiri arus.
Relay arah sebaiknya sederhana. konstruksinya, sehingga dapat diandalkan dalam operasinya dan berukuran kecil.
2.8.2 Relay diferensial
Relay diferensial mempunyai bentuk yang bermacam – macam tergantung
dari peralatan yang diamankan. Pengertian diferensial itu sendiri mengandung
unsur membedakan satu dengan lainnya semua besaran yang masuk ke relay.
Batasan relay diferensial menurut Mason adalah sebagai berikut :
25Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”,
Sistem Proteksi Tenaga Listrik,
2004,hal.26.
26
22
Relay diferensial adalah suatu relay yang bekerja bila ada perbedaan vektor
dari dua besaran listrik atau lebih yang melebihi besaran yang telah
ditentukan.
Dengan demikian setiap jenis relay, bila dihubungkan dengan cara tertentu
dapat dibuat bekerja seperti relay diferensial. Dengan kata lain tidak begitu
banyak susunan relay yang telah dihubungkan dengan satu cara tertentu dalam
sirkuit yang membuat relay tersebut bekerja sebagai suatu relay diferensial
Jenis relay diferensial yaitu :27
Relay Arus Diferensial
Relay ini menggunakan besaran – besaran arus yang masuk dan yang keluar
dari peralatan yang diamankan untuk dibandingkan di dalam sirkuit diferensial.
Setiap perbedaan arus digunakan untuk menggunakan relay tersebut. Dengan
demikian arus masing – masing fasa dibandingkan.
Relay Persentase Diferensial
Relay diferensial mempunyai ciri kerja yang hampir sama dengan relay
arus diferensial, hanya saja rangkaian diferensialnya melalui kumparan penahan
(restraining coil).
Sifat pengaman dengan relay diferensial yaitu :28
Sangat efektif dan cepat, tidak perlu dikoordinasi dengan relay lain.
Sebagai pengaman utama.
Tidak dapat digunakan sebagai pengaman cadangan untuk seksi/daerah berikutnya.
Daerah pengamannya dibatasi oleh pasangan trafo arus dimana relay diferensial dipasang.
Penggunaan relay diferensial adalah sebagai berikut :
Pengaman generator.
27
Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”, Sistem Proteksi Tenaga Listrik,
2004,hal.36,37,dan 39.
28
23 Pengaman trafo daya.
Pengaman motor – motor yang kapasitasnya besar.
Pengaman saluran transmisi yang pendek
2.8.3 Relay jarak
Jenis rele yang paling menarik dan banyak dibicarakan terdapat pada jenis
group relay jarak dalam relay jarak, terdapat keseimbangan antara tegangan dan
arus, dam perbandingannya dinyatakan dalam impedansi – impedansi yang
merupakan ukuran listrik untuk jarak suatu saluran transmisi. Dan relay jarak
disebut juga relay impedansi.
Pada umumnya yang disebut impedansi dapat berupa tahanan resistansi
saja (R), reaktansi (X) atau kombinasi dari keduanya. Dalam terminologi relay
pengaman, impedansi relay mempunyai karakteristik yang berhubungan dengan
seluruh komponen impedansi.29
Hal – hal yang mempengaruhi ketelitian relay jarak yaitu :30
Penyetelan 𝑍𝐿 didasarkan pada impedansi saluran yang diamankan, maka ketelitiannya dipengaruhi oleh data SUTT nya.
Pengukuran dilakukan pada sisi sekunder dari CT/PT, sehingga sangat dipengaruhi oleh ketelitian dari CT/PT nya.
Ketelitian dari relay sendiri.
Kesalahan/ketelitian dari sistem pengaman relay jarak karena hal – hal tersebut
diatas pada umumnya diambil 10 – 15%.
Disamping hal – hal tersebut diatas, masih terdapat hal – hal lainnya yaitu :
Adanya tahanan busur.
Karakteristik dari relay.
Adanya kapasitor pada saluran transmisi.
Adanya mutual coupling pada gangguan satu phasa ke tanah.
29
Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”, Sistem Proteksi Tenaga Listrik, 2004, hal. 41 dan 42.
30
24
2.8.3.1 Jenis relay impedansi
Telah dibicarakan bahwa jenis relay impedansi berhubungan dengan
seluruh elemen impedansi. Torsi yang dihasilkan oleh elemen arus diseimbangkan
dengan torsi hasil dari elemen tegangan.
Elemen arus menghasilkan torsi positif (pick up) sedangkan elemen
tegangan menghasilkan torsi negatif (reset), sehingga impedansi dapat dikatakan sebagai “Relay arus lebih tegangan penahan” (Voltage restrained over current).
Gambar 2.7 Karakteristik Waktu Relay Impedansi31
Unit Arah :
Guna mengetahui letak gangguan agar selektifitas terpenuhi, maka “relay impedansi” dilengkapi dengan “relay unit arah” yang terhubung secara seri dengan relay imepdansi. Sehingga beban tidak akan trip karena di blok oleh relay
arah.
2.8.3.2 Relay reaktansi
Unit relay reaktansi didalam relay jarak jenis reaktansi ini mempunyai
pengaruh suatu elemen arus lebih yang membangkitkan torsi positif dan elemen
arah arus tegangan yang dapat melawan atau membantu elemen arus lebih, yang
mana semua itu tergantung dari pada sudut fasa antara arus dengan tegangan.
31Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”,
25
Berikut adalah karakteristik dari relay reaktansi :
Gambar 2.8 Karakteristik Relay Reaktansi32
2.8.4 Relay arus lebih
Relay arus lebih adalah suatu relay yang bekerjanya didasarkan adanya
kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengamanan tertentu dan dalam jangka
waktu tertentu, sehingga relay ini dapat dipakai sebagai pola pengamanan arus
lebih.
Keuntungan dan fungsi Relay Arus Lebih :
Sederhana dan murah.
Mudah penyetelannya.
Merupakan relay pengaman utama dan cadangan.
Mengamankan gangguan hubung singkat antar fasa maupun hubung singkat satu fasa ke tanah dan dalam beberapa hal dapat digunakan sebagai pengaman
beban lebih (overload).
Pengamanan utama pada jaringan distribusi dan sub transmisi radial.
Pengamanan cadangan untuk generator, trfo tenaga dan saluran transmisi
32
26
Prinsip kerjanya :
Elektro mekanis
Statik
2.8.5 Relay tegangan
Relay ini bekerja dengan menggunakan tegangan sebagai besaran ukur,
disini relay akan bekerja jika tegangan yang terdeteksi melebihi/dibawah tegangan
settingnya. Oleh karena itu relay tegangan diklasifikasikan dalam 2 jenis yaitu :33
1. Relay Tegangan Lebih (Over Voltage Relay = OVR) .
Bekerja berdasarkan kenaikan tegangan mencapai/melebihi nilai settingnya.
2. Relay Tegangan Kurang (Under Voltage Relay = UVR) Bekerja berdasarkan
turunnya tegangan mencapai/dibawah nilai settingnya.
Aplikasi relay tegangan :34
1. Over Voltage Relay (OVR) adalah pengaman tegangan lebih pada sistem pembangkit maupun jaringan, yaitu sebagai pengaman gangguan tanah
(pergeseran titik netral) pada jaringan yang disuplai dari trafo tenaga dimana
titik netral nya ditanahkan melalui tahanan tinggi atau sistem mengambang.
2. Under Voltage Relay (UVR) berfungsi mencegah starting motor bila suplai tegangan turun, dan dalam pengaman sistem dapat dikombinasikan dengan
relay frekuensi kurang.
Prinsip kerja relay tegangan :
Prinsip/azas kerja relay tegangan yang banyak digunakan adalah :
Elektromekanik (induksi piringan)
Elektronik/statik
Prinsip kerja relay tegangan tipe elektro mekanik adalah tegangan
yangdipasang pada relay akan menimbulkan arus pada kumparan utama, dan
33
Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”, Sistem Proteksi Tenaga Listrik, 2004, hal. 64 dan 65.
34
27
bilamana arus ini melampaui harga tertentu maka akan menghasilkan torsi pada
piringan yang dapat berputar dapat menutup kontaknya. Jarak kontak dapat diatur,
yang berfungsi untuk memilih karakteristik relay (Time dial) atau Time Multiple
Setting (TMS).
2.8.6 Relay frekuensi
Frekuensi merupakan salah satu parameter yang dapat menunjukkan
keadaan yang tidak normal pada suatu sistem tenaga listrik. Berkurangnya daya
pembangkit akan mengakibatkan turunnya putaran pembangkit dan turunnya
frekuensi sistem, keadaan ini mutlak perlu dihindari sebab akan menganggu
kestabilan dari sistem tenaga listrik, hal ini dapat diatasi dengan memasang
pengaman khusus yaitu relay frekuensi menurun.
Pemilihan relay ini perlu ditinjau kemampuannya dan ada beberapa yang
perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.35
1. Bagi relay pengaman sangat penting untuk mengetahui keadaan tidak
normaldan kemudian mengamankannya dengan memperhatikan kemampuan
untuk kembali kekeadaan semula/normal secara otomatis.
2. Kemampuan selektif suatu keadaan normal harus segera kembali kekeadaan
normalnya dengan cara pelepasan beban seminimum mungkin setelah
gangguan terjadi.
3. Kepekaan relay harus bekerja sedemikian telitinya sehingga pada keadaan
bagaimanapun kekurangan pembangkitan dapat dirasakan dan dengan
kecepatan kerja tertentu.
4. Waktu kerja. Dalam hal tertentu relay harus bekerja dalam waktu singkat dan
dalam keadaan lain relay dapat juga bekerja dalam waktu tertunda (time
delay), yang mana semua ini ditentukan oleh keadaan sistem dan kecepatan
kerja dari alat – lat pada sistem tersebut.
35
28
Pada umumnya relay frekuensi ini digunakan untuk :
Mendeteksi frekuensi sistem tenaga listrik atau generator.
Menjaga frekuensi sistem tenaga atau generator pada suatu harga tertentu.
Melepaskan beban lebih bila frekuensi turun di bawah harga yang telah
disetting.
2.9 Bagian Umum Dari Suatu Relay Pengaman
Relay pengaman umumnya terdiri dari tiga bagian seperti pada gambar berikut :
Gambar 2.9 Bagian Umum Dari Suatu Pengaman36
1. Bagian perasa (sensing element)
Pada bagian ini, perubahan dari besaran ukur yang dirasakan selanjutnya
diteruskan ke bagian pembanding.
2. Bagian pembanding (comparing element)
Yang akan membandingkan dan menentukan apakah besaran ukur itu masih
dalam keadaan normal atau tidak.
3. Bagian kontrol
Pada bagian ini pembukaan circuit breaker (PMT) atau pemberi tanda/signal
diatur dan dilaksanakan.
2.10 Relay Arus Lebih
Relay arus lebih adalah relay yang bekerja berdasarkan arus, yang mana relay ini
akan bekerja apabila terjadi arus yang melampaui batas tertentu yang telah
36
Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”, Sistem Proteksi Tenaga Listrik, 2004, hal. 69 dan 70.
Bagian
perasa
Bagian
pembanding
Bagian
29
ditetapkan yang disebut arus kerja atau arus setting relay. Relay arus lebih
mempunyai bermacam-macam karakteristik kerja arus waktu kerjanya, maka relay
arus lebih dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu :
2.10.1 Relayarus lebih seketika (moment)
Relay arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika(moment) ialah
jika jangka waktu relay mulai saat rele arus pick up sampai selesainya kerja relay
sangat singkat (20~100 ms),yaitu tanpa penundaan waktu rele ini umumnya di
kombinasikan dengan relay arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu(definite
time) atau waktu terbalik(inverse time)dan hanya dalam beberapa hal berdiri
sendiri secara khusus.37
Gambar 2.10 Karakteristik Instantaneous Relay38
2.10.2 Definite time relay (Waktu Tunda Relay)
Relay arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu ialah jika jangka
waktu mulai rele arus pick up sampai selesainya kerja relay di perpanjang dengan
nilai tertentu dan tidak tergantung dari besarnya arus yang menggerakkan.
37Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”,
Sistem Proteksi Tenaga Listrik, 2004, hal. 53 dan 54.
38
30
Gambar 2.11Karakteristik Defenite Time Relay39
2.10.3 Inverse time relay (Relay Waktu Terbalik)
Relay dengan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka waktu mulai
rele arus pick up sampai selesainya kerja rele diperpanjang dengan besrnya nilai
yang berbanding terbalik dengan arus yang menggerakkannya.Bentuk
perbandingan terbalik dari waktu arus ini sangat bermacam-macam tetapi dapat
digolongkan menjadi:
1. Standart inverse (normaly inverse). 2. Very inverse.
3. Extermely inverse.
Gambar 2.12 Karakteristik Invers Time Relay40
39
Ir.H.Hazairin Samaulah, “Proteksi Transformator Daya”, Sistem Proteksi Tenaga Listrik, 2004, hal. 54.
40
31
2.11 Perhitungan Arus Gangguan
Untuk menghitung impedansi dalam persen atau per unit dapat dihitung
dengan persamaan berikut :
𝑍=〖 (Impedansi (%) × [Tegangan (kv )]2
Daya MVA × 100 ... (2.4)
41
Bila impedansi komponen-komponen adalah 𝑧1,𝑧2, dan 𝑧0 arus gangguan
adalah 𝐼1𝑓,𝐼2𝑓, dan 𝐼0𝑓 , tegangan gangguan adalah 𝐸1𝑓, 𝐸2𝑓 dan 𝐸0𝑓 , serta
tegangan fasa sebelum gangguan adalah 𝐸𝑎1 , maka tegangan dan arus komponen
simetris dinyatakan oleh rumus-rumus seperti tertera di bawah ini :
𝐼1𝑓 = 𝐼𝑓 = 𝐸𝑎1
𝑍1 ... (2.5)
42
2.12 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat
Impedansi yang digunakan adalah impedansi urutan positif ekivalen Z1.
Tegangannya adalah V fasa. Perhitungan arus gangguan hubung singkat 3 fasa
dapat dihitung dengan menggunakan rumus
If 3fasa = V
Z1eq =
20000 3
Z1eq ... (2.6)
43
Dimana :
If3fasa = Arus Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa
V = Tegangan Fasa-Netral
Z1eq = Impedansi Z1 Ekivalen
41
Dr.A.Arismunandar dan Dr.S.Kuwahara, “Cara Menghitung Hubung Singkat”, Teknik Tenaga Listrik Jilid II, 1993, hal. 71.
42
Ibid, hal. 73.
43
32
2.13 Perhitungan Setting Relay Arus Lebih
Pada tahap berikutnya,hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat
dipergunakan untuk menentukan nilai setelan arus lebih,terutama nilai setelan
TMS (Time Multiple Setting),dari relay arus lebih dengan karekteristik
invers.Disampiing itu setelan nilai relay diperoleh,nilai-nilai arus gangguan
hubung singkat pada setiap lokasi gangguan yang diasumsikan dipakai untuk
memeriksa relay arus lebih.
2.13.1 Arus setting
Perhitungan relay dalam menentukan besarnya arus setting dan waktu
harus terlebih dahulu diketahui besar arus nominal saluran ( 𝐼𝑁 ) yang ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝐼𝑁 = 𝑃
3 ×𝑉...(2.7) 44
Dimana :
P = Daya Nominal
V = Tegangan pada jaringan
Sesuai british standar untuk rele invers biasa di setting 1,05 – 1.3 x
Ibeban.Rumus yang digunakan untuk menghitung setelan arus pada sisi primer
yaitu :
𝐼𝑠𝑒𝑡(𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟) = 1,05 x Ibeban ... (2.8)
45
Setelah mendapatkan nilai setelan arus sisi primer,untuk mendapatkan
nilai setelan sekunder yang di setkan pada rele arus lebih,maka harus dihitung
dengan menggunakan data rasio trafo arus yang terpasang di penyulang
tersebut,yaitu sebagai beikut:
44
Ir.Wahyudi Sarimun,N.,M.T., “Fuse Untuk Pengaman Trafo Tenaga”, Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik, 2012, hal. 219.
45
33 𝐼𝑠𝑒𝑡(𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟) = 𝐼𝑠𝑒𝑡(𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟) x
1
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝐶𝑇 ... (2.9)
46
Dimana :
Iset (primer) = Arus yang disetting di primer
Iset (sekunder) = Arus yang disetting di sekunder
Rasio CT = Setting trafo yang dipasang dipenyulang
2.13.2 Setting waktu (TMS)
Waktu operasi rele merupakan waktu operasi yang dibutuhkan rele untuk
memutuskan pemutus tenaga setelah arus gangguan yang masuk ke rele melalui
transformator arus melebihi arus penyetelan.Hubungan untuk arus dan waktu
untuk beberapa kareteristik ditunjukkan dalam persamaan berikut:
tms = 𝑡 𝐼𝑓𝑎𝑢𝑙𝑡
𝐼𝑠𝑒𝑡
0,02
−1
0,14 ... (2.10)
47
Dimana :
t = Waktu (penyulang = 02-0,4 detik)
Waktu (Trafo = 0,7-1 detik)
Ifault = Arus Gangguan
Iset = Arus Setting
46
Ir.Yanuar Hakim,Msc. ,“Koordinasi Relay Arus Lebih Dan Ground”, Feeder Protection, 2003, hal. 29.
47