• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola asuh orang tua terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-10 tahun di Komp.Sekneg RI Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola asuh orang tua terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-10 tahun di Komp.Sekneg RI Tangerang"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Pola Asuh Orang tua terhadap Pembentukan

Akhlak Anak usia 6 – 10 tahun

Di komplek Sekretariat Negara R.I

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

DINNO IRENSA 105052001740

Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah

(2)

Lembar Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar stata S1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini saya camtumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli penulis

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, Maret 2010

(3)

ABSTRAK

Dinno Irensa

Pola asuh orang tua terhadap pembentuk akhlak Anak usia 6 – 10 tahun dikomplek Sekretariat Negara RI Kebon Nanas Tangerang

Akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Bahkan dalam sebuah hadits, Rosulullah SAW mengatakan “Sesungguhnya Aku diutus kedunia ini untuk menyempurnakan akhlak” H.R. Bukhori.

Akhlak terbentuk didalam pribadi manusia karena faktor pendidika dan akal yang digunakan dan di realisasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan norma dan peraturan yang tidak menyimpang dengan kehidupan manusia. Dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab ayat 21 menjelaskan tentang akhlak adalah :

“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah Saw itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu ) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah SWT (Q.S 33 : 21)

Menurut Imam Al-Ghazali akhlak adalah perbuatan yang tertanam / mendarah daging dalam jiwa seseorang dan menjadi kepribadian dalam dirinya. Peran orang tua sangat penting dalam menentukan akhlak anak sebagaimana yang tergambarkan di skripsi ini. Dimana Skripsi ini menjelaskan bagaimana cara mengasuh anak dengan membentuk akhalk anak di kompek SEKNEG RI Kebon Nanas Tangerang

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Alhamdulilah, penulis ucapkan puji syukur kehadirat illahi rabbi yang

telah memberikan hidayah dan inayahnya kepada penulis, sehingga dengan jalan

yang ditentukan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat dan salam

semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarganya, sahabatnya dan umatnya sampai akhir zaman. Skripsi berjudul “Pola

Asuh orang tua terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-10 tahun dikomplek

Sekretariat Negara RI Tangerang.

Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada

Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari Skripsi ini tidaklah mungkin dapat

terselesaikan tanpa dukungan dan dorongan dari berbagi pihak, oleh karena itu

penulis mengucapkan banyak terimakasih

1. Drs. Arief Subhan selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

2. Drs. M. Lutfi M.A, selaku Ketua Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam

sekaligus Pembimbing terima kasih banyak atas perhatian, motivasi dan

pengertian Bapak, tanpa bimbingannya Skripsi ini tidak ada apa-apanya.

Penulis merasa bahagia memiliki pembimbing sekaligus konsultasi dan

sahabat bagi penulis, semoga Allah membalas dikemudian hari. Amien.

3. Nasichah, MA selaku Sekretatis Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam

4. Para dosen UIN Jakarta khususnya Dosen Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, beserta para staff TU

baik di pusat atau Fakultas tidak hanya Ilmu Pengetahuan yang dapat

penulis raih, pengalaman dan nasehat pun sangat berharga buat penulis.

5. Kepada Ayahanda tercinta Suhartono dan Hj. Indah Ranti Nawang Wulan

yang telah memberikan dukungan moral speritual, serta kakanda Ricky

Angga Ervanda dan Adikku tersayang Lovy Harinda yang selalu sabar dan

(5)

6. Kepada mahasiswa-mahasiswi BPI, Senior BPI kakak Duplak dan Abhel

Pasha dan semua mahasiswa dan mahasiswi Fakultas ilmu Dakwah dan

ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan kontribusi pemikiran dan

pengalaman, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis

ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak.

Akhirnya penulis hanya dapatkan memanjatkan do’a semoga semua perhatian,

motivasi dan bantuan mereka dibalas oleh SWT sebagai amal kebaikan. Amien.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu penulis mengharapakan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan. Skripsi ni besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat

bagi penulis dan bagi semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 09 Maret 2010

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuh ... 11

1. Pengertian Pola Asuh ... 12

2. Jenis-jenis Pola Asuh ... 13

3. Dinamika Pola Asuh ... 14

B. Akhlak ... 15

1. Pengertian Akhlak ... 16

2. Ruang Lingkup Akhlak ... 18

3. Proses Pembentukan Akhlak ... 19

C. Anak ... 21

1. Pengertian Anak ... 23

2. Fase Perkembangan Anak ... 24

(7)

BAB III GAMBARAN UMUM KOMPLEK SEKERTARIAT NEGARA

RI KEBON NANAS TANGERANG

A. Sejarah dan Latar Belakang ... 31

B. Visi dan Misi ... 32

C. Letak Geografis dan Data Warga ... 33

D. Sarana dan Prasarana ... 33

E. Struktur Organisai RW 003 ... 35

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Profil Subjek dan Penelitian ... 36

B. Pola Asuh Orang Tua ... 43

C. Analisa Penelitian ... 44

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 45

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 48

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan anugrah, titipan dan ujian dari Tuhan bagi setiap

orang tua. Hal ini tersirat dalam kisah Nabi Ibrahim a.s. di mana setelah

sekian lama beliau menunggu, akhirnya Allah SWT menganugerahi beliau

seorang anak yang bernama Ismail a.s. rasa bahagia dan sayang yang luar

biasa terhadap Ismail a.s membuat beliau harus melewati sebuah ujian dari

Tuhan yang sangat berat. ketika rasa sayang dan cinta Ibrahim a.s harus

memilih, antara sang Pencipta dan sang buah hati, maka dengan besar hati

Ibrahim a.s harus merelakan cintanya terhadap Ismail demi rasa cintanya

terhadap Allah SWT, yakni dengan menyembelih Ismail putra kandungnya

dengan tanganya sendiri. Ada hal menarik yang tersirat dalam kisah Nabi

Ibrahim dan Nabi Ismail a.s ini, ternyata Nabi Ismail a.s rela ketika sang

ayah harus menyembelih dirinya karena perintah Allah SWT. hal ini

menunjukkan betapa Ibrahim mampu mendidik putranya menjadi seorang

anak yang luar biasa berbakti, tanpa Ibrahim a.s harus dibutakan oleh rasa

cinta. Begitupun sebaliknya, Ismail tumbuh menjadi seorang anak dengan

kondisi mental yang tegar, taat dan patuh baik kepada orang tua dan terlebih

lagi terhadap Allah SWT sang-Penciptanya. kisah nabi Ibrahim ini hanyalah

(9)

orang tua dan anak. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mampukah

orang tua di zaman sekarang, mendidik anak-anaknya sehingga sang anak

mampu tumbuh menjadi sosok yang mengenal dengan baik eksistensi

dirinya sebagai manusia yang menjadi bagian dari lingkungan sosial dan

sekaligus memiliki kewajiban sebagai makhluk Tuhan.

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih, suci seperti kertas putih

yang belum tergores tinta. namun kemudian, orang tua sang anaklah yang

akan menjadi penentu akan menjadi apa anak itu kelak di kemudian hari.

Demikianlah kira-kira Islam memberikan sedikit gambaran mengenai begitu

besarnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan anak (teori Imam

Al-Ghazali dalam pengertian akhlak anak). Posisi orang tua dalam menentukan

masa depan anak dalam pandangan Islam sangatlah penting. orang tua

sebagai lingkungan terdekat pertama bagi seorang anak khususnya ibu

menjadi perhatian tersendiri dalam Islam. dimulai dari awal mula proses

kehamilan hingga melahirkan dijelaskan secara berurutan dalam Al-Qur’an.

pada beberapa riwayat dikatakan bahwa Rasulullah SAW pernah

mengungkapkan betapa agungnya seorang ibu, bahkan dikatakan bahwa

surga itu berada di bawah kedua tapak kaki seorang ibu. hal ini

menunjukkan bahwa orang tua, yang benar-benar menjalankan perannya

sebagai orang tua, membasarkan, mendidik dan membimbing anaknya

dengan benar, memiliki posisi penting dalam Islam. terutama seorang ibu

(10)

dengan kasih sayang, menjadikan ia layak untuk lebih dicintai dan dihormati

oleh sang anak tentunya setelah Tuhan dan rasul-Nya.

Pada proses pembelajaran anak, orang tua menjadi pemegang

“kebijakan” awal dan sangat mendasar. Kondisi fisik, mental, maupun

intelegensi akal seorang anak sangat bergantung pada proses, bimbingan,

pembelajaran dan pendidikan pada masa awal yang diberikan oleh orang

tuanya, meskipun ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya seperti; faktor

genetika, dan lain sebagainya. Menurut John Broadus Watson, salah seorang

tokoh psikologi aliran behaviorisme pernah menyatakan: “berikan kepada

saya sepuluh orang anak dan keluasan untuk mendidiknya, maka akan saya

jadikan kesepuluh anak itu sesuai dengan keinginan saya.” ungkapannya ini

berangkat dari pandanganya bahwa dengan memberikan proses

“kondisioning” tertentu pada proses pembelajaran, akan dapat menjadikan

sang anak memiliki pola mental, sifat-sifat, dan perilaku-perilaku tertentu

yang sesuai dengan proses pengkondisian yang telah diberikan.1

Meskipun demikian, sebagai makhluk yang dianugerahi kelebihan

akal dan fikiran dari makhluk lainnya, manusia hidup tidak hanya sekedar

untuk berkembang biak, berkoloni dan memenuhi kebutuhan pokoknya saja.

Akan tetapi manusia juga hidup untuk berinteraksi secara sosial tidak

terbatas hanya dalam koloninya, tapi juga berinteraksi pada lingkungan dan

alam sekitarnya, serta interaksi pada sang Penciptanya. Pada proses interaksi

inilah manusia dituntut untuk mampu memanfaatkan kelebihan yg dimiliki

1

(11)

itu. Sejauh mana seseorang dapat memahami dan beradaptasi dengan tepat

terhadap lingkungan baik sosial, alam maupun Tuhannya, tergantung pada

pola didik/asuh orang tua ketika ia masih kecil. Islam dalam hal ini memiliki

konsep ”akhlaq al-karimah” yang hendaknya dimiliki oleh setiap individu.

Dengan akhlaq al-karimah ini, manusia diharapkan mampu menjadi

khalifatullah fi al-ardhi” yakni wakil Allah di muka bumi dengan tingkat

kesadaran dan rasa tanggung jawab manusiawi yang tinggi.

Al-akhlaq al-karimah, telah banyak dicontohkan oleh Nabi Rasulullah

Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-harinya, berinteraksi sosial,

berinteraksi dengan alam dan bahkan berinteraksi dengan Sang Penciptanya.

Maka daripada itu, seyogyanya manusia membutuhkan bantuan dari orang

lain, terutama para orang tua melalui proses asuh sejak dini terhadap

anaknya. Dengan bimbingan yang tepat mengenai kesadaran akan

kepribadian yang bertanggung jawab dan ber-akhlak al-karimah, diharapkan

pada akhirnya mampu menjadikan sang anak sebagai manusia yang

memiliki kepribadian yang arif dan bijak.

Krisis multi dimensi yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia, tidak

akan dapat terselesaikan dengan mudah, jika tidak diperbaiki sejak usia dini.

Kemerosotan moral dan kurangnya rasa tanggung jawab individu, yang

diakibatkan oleh pola asuh yang tidak tepat dari orang tua terhadap anak,

akan banyak memberi dampak negatif, baik terhadap kehidupan sosial,

politik, ekonomi dan lain sebagainya. Kasus-kasus korupsi, penipuan,

(12)

sebagainya, dapat dikatakan sebagai dampak dari pola asuh sejak dini yang

kurang tepat, hal tersebut timbul akibat dari kurangnya kesadaran individu

akan rasa tanggung jawab dan kurangnya pemahaman yang melekat

mengenai akhlak.

Maka dari itu, dengan skripsi yang berjudul ”POLA ASUH ORANG TUA

TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA 6-10 TAHUN DI

KOMPLEK PERUMAHAN SEKRETARIAT NEGARA KEBON

NANAS-TANGERANG”diharapkan dapat menjadi sebuah karya tulis yang memiliki

makna bagi keilmuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari sedikit uraian di atas, maka penulis membatasi pembahasan

penelitian skripsi ini pada; kegiatan pola asuh orang tua sebagai upaya

membentuk akhlak anak usia 6-10 tahun di Komplek Perumahan Sekretariat

Negara Tangerang. Berdasarkan dari pembatasan masalah diatas, akan

dirumuskan beberapa masalah pada penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana pandangan orang tua terhadap konsep pola asuh anak usia

6-10 tahun dikomplek Sekertariat Negara RI?

2. Bagaimana pola asuh orang tua terhadap anak usia 6-10 tahun di

perumahan Sekertariat Negara RI Tangerang.?

3. Apa yang menjadi faktor penghambat bagi orang tua dalam penerapan

pola asuh anak usia 6-10 tahun dikomplek Sekertariat Negara RI

(13)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui konsep dasar pola asuh orang tua terhadap anak

usia 6-10 tahun.

2) Untuk mengetahui konsep akhlak dalam Islam.

3) Untuk mengetahui dan bagaimana konsep pola asuh orang tua

terhadap anak yang diterapkan di Komplek Perumahan Sekretariat

Negara Tangerang.

4) Untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam

menerapkan pola asuh terhadap anak usia 6-10 tahun di Komplek

Perumahan Sekretariat Negara Tangerang.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menambah wawasan kajian bidang keilmuan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam pada lingkup keluarga, khususnya pada pola asuh

orang tua terhadap anak usia 6-10 tahun.

b. Sebagai salah satu landasan pendekatan dalam proses bimbingan dan

penyuluhan Islam pada masalah-masalah keluarga mengenai pola asuh

khususnya mengenai pembentukan akhlak anak.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini

(14)

sekiranya peneliti dapat memberikan gambaran dari temuan-temuan

lapangan yang berhubungan dengan objek penelitian (kegiatan pola

asuh anak usia 6-10 tahun, dan akhlak al-karimah) dan juga gambaran

mengenai subjek penelitian ini (anak usia 6-10 tahun dan orang

tuanya).

Setelah memperoleh temuan-temuan lapangan yang diinginkan,

kemudian peneliti menggambarkan dan menjelaskannya dengan

menginterpretasikan data-data tersebut. Interpretasi data dilakukan

pada temuan penelitian ini merupakan upaya untuk memperoleh arti

dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian.

Pembahasan hasil penelitian dilakukan secara kritis dengan teori yang

relevan dan informasi yang akurat yang diperoleh dari lapangan.2

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data primer pada penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik wawancara terbuka dan diskusi. Dimana

pertama-tama peneliti merumuskan panduan wawancara yang

berisikan pertanyaan-pertanyaan seputar logoterapi, logoanalisis dan

pengembangan pribadi. Untuk data sekunder peneliti menggunakan

jasa peminjaman buku Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN, dan

website sedangkan mengenai penulisan skripsi, penulis mengacu pada

2

(15)

buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan desertasi yang diterbitkan

oleh UIN Jakarta Press bekerja sama CeQDA.3

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian skripsi ini dimulai pada tanggal 20 Agustus 2009, dan

berakhir pada 18 januari 2010 berlokasi di Komplek Perumahan

Sekretariat Negara RI Kebon Nanas-Tangerang.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum penulis mengajukan masalah penelitian ini sebagai

pembahasan skripsi maka penulis terlebih dahulu melakukan penulusuran

dan peninjauan terhadap skripsi dan buku-buku yang ada di perpustakaan.

Hal ini ditujukan untuk mengidentifikasikan dan mengetahui mengenai

sudah ada atau belum karya ilmiah yang membahas dan menulis tentang

permasalahan yang akan penulis teliti sehingga tidak akan terjadi

pengulangan penelitian dalam permasalahannya. Dari hasil tinjaun pustaka

yang dilakukan tersebut penulis ingin menyatatkan hal-hal sebagai berikut :

1. Dari data-data yang didapatkan melalui perpustakaan Fakultas Dakwah

dan Komunikasi penulis tidak menemukan judul skripsi yang sama

2. Untuk mendukung kerangka teori dalam penelitian ini penulis

menggunakan atau mengacu kepada berbagai buku dan referensi yang

berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti antara lain :

3

(16)

Buku Jamaludin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Pustaka

Al-Kautsar 2003) cet. Ke 1 September 2001.

F. Sistematika Penulisan

Pada penelitian skripsi ini, peneliti membuat sistematika penelitian

ke dalam beberapa Bab, berpedoman pada buku panduan penelitian ilmiah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. berikut adalah penjabaran

bab-bab dalam skripsi ini:

BAB I PENDAHULUAN terdiri dari: Latar Belakang Masalah, yang menjelaskan alasan mendasar mengapa penelitian dilakukan, mencakup

ulasan singkat mengenai pandangan islam mengenai pola asuh dan

fenomena degradasi moral saat ini. Kemudian Pembatasan dan Perumusan

Masalah yang membatasi masalah penelitian pada hal-hal tertentu agar

pembahasan penelitian tidak melebar. Kemudian Tujuan dan Manfaat

Penelitian, sebagai harapan ideal peneliti pada penelitian yang dilakukan.

Selanjutnya tinjauan pustaka dan terakhir adalah metodologi penelitian dan

sistematika penulisan yang merupakan kendali dari proses dan hasil

penelitian agar terstruktur dengan baik dan rapih.

BAB II LANDASAN TEORI terdiri dari: Penjelasan teoritis mengenai akhlak dan pola asuh. Pada masing-masing sub bab akan dibahas mengenai

pengertian, dinamika dan ruang lingkup yang terdapat poin-poin tersebut.

(17)

geografis, dan data kependudukan meliputi jumlah keseluruhan kepala

keluarga/KK, jumlah KK yang memiliki anak usia 6-10 tahun, tingkat

pendidikan orang tua di kompleks perumahan Sekretaris Negara Kebon

Nanas Tangerang.

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA terdiri dari: pertama, profil subjek penelitian,. Kedua, berupa hasil temuan lapangan yang memaparkan tentang bagaimana kegiatan pengasuhan anak usia 6-10

tahun dan jenis pola asuh apa yang cenderung digunakan oleh para orang

tua. Ketiga tanggapan anak terhadap jenis pola asuh yang diterapkan.

Kemudian analisisdata dilakukan terhadap temuan penelitian, menggunakan

teori-teori yang relevan dan dibantu dengan catatan-catatan lapangan agar

dapat menggali arti dan makna dari hasil penelitian tersebut secara lebih

mendalam.

BAB V PENUTUP : Merupakan bab penutup dari keseluruhan skripsi yang terdiri dari kesimpulan penelitian yang menjawab permasalahan penelitian,

(18)

BAB II LANDASAN TEORI

A. POLA ASUH

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak,

karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Bentuk

pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Seorang anak

mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dari orang tua yang menjadi

dasar perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari. Orang tua adalah

lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan seorang anak. Dimana hal

ini akan menjadi dasar perkembangan anak berikutnya. Karenanya

dibutuhkan pola asuh yang tepat agar anak tumbuh berkembang optimal.

Citra diri senantiasa terkait dengan proses pertumbuhan anak berdasarkan

pola asuh dalam membesarkannya. Orangtua dan pola asuh memiliki peran

yang besar dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan

corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa kelak.

Orangtua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan

membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu berbeda antara satu keluarga

dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh orangtua adalah gambaran tentang

sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi dan berkomunikasi

selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan

pengasuhan ini, orangtua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin,

(19)

perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh

anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi

kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya.

1. Pengertian Pola Asuh

Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam

keluarga. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara

dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti

menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan

berakhlak. Akan tetapi banyak pula orang tua yang tidak menyadari bahwa

cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi

kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya.

Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara

berpikir bahkan kecerdasan mereka.4

Pengertian pola asuh menurut Darling (1999) adalah aktivitas kompleks yang melibatkan banyak perilaku spesifik yang bekerja secara

individual dan bersama-sama untuk mempengaruhi anak.5

Sementara itu Gunarsa (1995) berpendapat bahwa pola asuh merupakan cara orangtua bertindak sebagai orangtua terhadap

anak-anaknya di mana mereka melakukan serangkaian usaha aktif.6

Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa pola asuh adalah cara orangtua bertindak dan

(20)

berinteraksi dengan anak sebagai suatu aktivitas yang melibatkan banyak

perilaku tertentu secara individual maupun bersama-sama sebagai

serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anaknya.

2. Jenis-jenis Pola Asuh

Penelitian mengenai perkembangan sosial dan proses

perkembangan keluarga telah dilakukan sejak pertengahan abad ke-20 dan

secara garis besar, menurut Baumrind (1967), ada 4 macam pola asuh

orang tua yaitu:

A. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang

memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak

ragu-ragu mengendalikan mereka. orang tua dengan pola

asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya

pada rasio atau pemikiran-pemikiran. orang tua tipe ini

juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak

berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.

orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak

untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan

pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

B. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak

harus dituruti, biasanya dibarengi dengan

ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa,

memerintah, menghukum. apabila anak tidak mau melakukan

apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe

ini tidak segan menghukum anak. orang tua tipe ini juga

(21)

bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan

umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai

anaknya.

C. Pola Asuh Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.

memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan

sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. mereka

cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila

anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan

yang diberikan oleh mereka. namun orang tua tipe ini

biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai

oleh anak.

D. Pola Asuh Penelantar

Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan

biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. waktu mereka

banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti

bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat

untuk anak mereka. termasuk dalam tipe ini adalah

perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang

depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu

memberikan perhatian fisik maupun psikis pada

anak-anaknya.7

3. Dinamika Pola Asuh Orang Tua

7

(22)

Jika rumah tangga, masyarakat dan sekolah adalah sendi

bimbingan insani, maka rumah tangga merupakan pemberi pengaruh

utama yang lebih kuat di samping di sekolah atau dalam masyarakat.

sebagai pemimpin, orang tua harus mampu menuntun, mengarahkan,

mengawasi, mempengaruhi dan menggerakkan si anak agar penuh dengan

gairah untuk memberikan motivasi pada anak. sebaiknya orang tua harus

mampu berkomunikasi sehingga muncul kepercayaan timbal balik dengan

anak.

Keluarga dapat menciptakan suasana nyaman di rumah agar anak

merasa betah berada di dekat pemimpinnya. ciptakan rasa aman dalam

dirinya, jangan sampai anak kita merasa lebih aman berada di lingkungan

teman-temannya ketimbang di lingkungan keluarganya. Setiap orang tua

seharusnya tahu persis tentang anaknya. dari pengalaman sejak bayi lahir

hingga masa anak-anak kita sudah mengetahui kelebihan dan

kekurangannya, orang tua harus terus menerus memperhatikan

perkembangan anak agar dapat mengevaluasi sejauh mana pola asuh yang

diterapkan mempengaruhi perkembangan anak-anaknya.8

B. AKHLAK

Akhlak adalah cerminan dari kepribadian seseorang, juga merupakan

benteng yang dapat menahan masuknya faham-faham atau nilai-nilai yang

buruk dalam kehidupan. Setiap individu mempunyai pendapat dan pandangan

8

(23)

yang berbeda-beda tentang suatu hal. semua kembali kepada bagaimana cara

dan dari sudut mana ia menilai. seseorang dapat menilai dan memberikan

pendapat dan pandangan pada hal-hal yang ia ketahui. begitu pula dengan

akhlak yang terdapat dalam ajaran agama (Islam), sebagian masyarakat

memiliki perbedaan pendapat tentang pentingnya mengenalkan ajaran agama

sejak dini, hal itu dapat terlihat dari bagaimana cara tingkah laku dan

mendidik dalam keluarga. sebagian orang tua berpandangan bahwa pendidikan

agama penting bagi keluarganya. dan sebagian yang lain berpendapat bahwa

pendidikan agama tidak penting bagi keluarganya karena menghambat

kemajuan, kuno dan kaku.

1. Pengertian Akhlak

Secara bahasa kata ”akhlak” berasal dari bahasa Arab yakni bentuk

jamak dari kata ”khuluk” atau ”khilqun”yang artinya perangai, kebiasaan,

kelaziman atau adab yang baik.9

Al-Qur’an mempertegas arti kata akhlak yakni pada Surat al-qalam

ayat 4 dan al-Syu’ara ayat 137 sebagai berikut:

Artinya: Dan sesungguhnya Kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung. (QS: 68:4).10

________________________________________________________

9 Kamus al-Munjid Beirut: Maktabah al-Katulikiyah h. 194. 10

(24)

Artinya : (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang

yang terdahulu. (QS: 26:137).11

Secara terminologis, akhlak menurut beberapa tokoh adalah sebagai

berikut :

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah; ”sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan”.12

Dalam kitab Ihya’ ’Ulumuddin, al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah: ”sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan

macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan”.13

kedua definisi mengenai akhlak di atas memiliki kemiripan dan saling

melengkapi. hanya saja pengertian akhlak menurut al-Ghazali sedikit lebih

luas dan terkesan memperjelas pengertian menurut Ibn Miskawaih.

Dari beberapa definisi akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa;

a. Akhlak adalah suatu perbuatan yang tertanam kuat / mendarah daging

dalam jiwa seseorang dan telah menjadi kepribadian bagi dirinya.

b. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah (easy going)

dan tanpa pemikiran (refleks). tapi hal ini tidak berarti bahwa yang

bersangkutan melakukannya dalam keadaan tidak sadar, hilang

ingatan, tidur atau gila.

11

Ibid., h 583. 12

Ibn Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, (Mesir: Mathba’ah al-Mishriyah, 1934), Cet I. h. 40.

13

(25)

c. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri (kemauan) orang

yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

d. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sunguh-sungguh,

bukan main-main atau sandiwara.

e. Akhlak yang baik adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas

karena Allah Ta’ala, bukan karena pujian atau riya.14

C. Ruang Lingkup Akhlak

Sebelum memasuki ranah ruang lingkup akhlak, ada baiknya kita

mengenal terlebih dahulu tentang ilmu akhlak, karena ruang lingkup

akhlak dapat diketahui melalui pengenalan terhadap ilmu akhlak itu

sendiri. Menurut Mu’jam al-Wasith, ia menyebutkan bahwa ilmu akhlak

adalah: ”ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai yang

berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik

atau buruk.15

Di lain pihak ada yang mengatakan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu

tentang tata krama.16

Dalam al-Qur’an pada surat al-Ahzab ayat 21, Allah Ta’ala menyebutkan:

14

Abuddin Nata, Akhlak tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,) h. 4-6. 15

Abuddin Nata, Akhlak tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,) h. 7. 16

Husin al-Habsyi, Kamus al-Kautsar, Surabaya: Assegaf, h. 87., dalam Abuddin Nata,

(26)

Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS: 33: 21).17

Pemahaman dan pandangan mengenai suatu perbuatan itu dikatakan

baik atau buruk adalah menggunakan ukuran normatif dalam hal ini adalah

norma-norma ajaran agama, sedangkan jika suatu perbuatan itu dikatakan

salah atau benar adalah dengan ukuran akal manusia yang dibimbing oleh

ajaran-ajaran normatif agama.

D. Proses Pembentukan Akhlak.

Dalam usia yang sangat dini, adalah masa yang sangat penting bagi

perkembangan seorang anak. anak harus bisa menikmati sebagian besar

adaptasinya yang sehat terhadap lingkungan, karena akan memiliki

dampak pada perkembangan kehidupannya kelak. oleh karena itu orang

tua selaku lingkungan dan pendidik terdekat anak harus mampu

memahami cara yang terbaik untuk berinteraksi dengan anak pada

masa-masa awalnya. Sehinga ada jaminan untuk suatu perkembangan baik fisik,

psikis dan sosial yang sehat dan dinamis bagi anak yang bersangkutan.18

Orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga, seorang anak

dipelihara dan dibesarkan dalam keluarga. anak mulai dari kecil dipelihara

dan dibesarkan dalam keluarga. segala sesuatu yang ada dalam keluarga

baik berupa benda-benda, orang-orang dan peraturan-peraturan serta

17

Depag, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 670. 18

(27)

adapt-istiadat yang berlaku dalam keluarga sangat berpengaruh dan

menentukan corak perkembangan anak. sudah seharusnyalah orang tua

menanamkan ajaran agama kepada anak sejak kecil, apakah itu dalam

bentuk shalat, mengajari mengaji atau mengajar do’a-do’a serta mengajari

untuk hormat kepada yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.

secara otomatis anak akan terlatih bila semua itu dibiasakan sejak kecil.

dengan demikian akhlak anak akan terbina secara baik, dan dengan akhlak

yang baik itu pula anak akan dapat mengendalikan dirinya dari segala

perbuatan yang tidak baik. sebaiknya membimbing anak dalam keluarga

haruslah benar-benar diperhatikan karena prilaku yang didapat dari orang

tuanya, maka dengan prilaku itulah anak akan merealisasikannya di

lingkungan sekitarnya. misalnya, orang tua yang sering mengucapkan

kata-kata yang kotor yang tidak baik, maka sudah pasti anak akan meniru

perkataan tersebut. sebaliknya bila orang tua berkata dengan lemah

lembut, maka anak juga akan terbiasa berkata-kata dengan lemah lembut.

Untuk mendukung terciptanya kondisi akhlak yang baik pada anak, maka

proses pengenalan akhlak terhadap anak perlu dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

a) Menumbuh kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada

iman dan taqwa, untuk ini perlu pendidikan agama.

b) Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Al-Qur’an lewat ilmu

pengetahuan, pergaulan dan latihan agar dapat membedakan mana

(28)

c) Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan pada

manusia kebebasan memilih yang baik dan melaksanakannya.

Selanjutnya kemauan itu akan mempengaruhi fikiran dan perasaan.

d) Latihan untuk melakukan yang baik serta mengajak orang lain

bersama-sama melakukan perbuatan baik tanpa paksaan.

e) Pembinaan dan pengulangan melaksanakan yang baik sehingga

perbuatan baik itu menjadi kebiasaan, yaitu kebiasaan yang mendalam,

tumbuh dan berkembang secara wajar dalam diri manusia.19

Untuk memaksimalkan perkembangan akhlak yang baik pada anak, ada

beberapa kebutuhan anak yang harus terpenuhi yaitu; menciptakan rasa

aman bagi si anak, bersikap lemah lembut, dihargai, sehingga timbul rasa

percaya diri dan keinginan untuk mengaktualisasikan diri. kemudian

mengajarkan keterampilan-keterampilan seperti membaca, menulis,

berfikir dan berolah raga. selanjutnya adalah mengajarkan

kebiasaan-kebiasaan yang baik, seperti sopan santun dalam berucap, cara makan dan

minum yang baik serta membiasakan anak untuk berdisiplin ibadah.20

C. ANAK

Tidak ada orang tua yang tidak ingin melihat anak-anaknya tumbuh

sehat fisik dan mental, pintar, penurut dan berkelakuan yang baik. akan tetapi

19

http://sikap-orang-tua-terhadap-pendidikan-agama-dan-kaitannya-dengan-pembinaan-akhlak-anak/

20

(29)

untuk mencapai itu semua, orang tua haruslah memiliki bekal pengetahuan

yang cukup dalam mendidik anak dengan baik. karena jika para orang tua

mengasuh atau mendidik anak-anak dengan cara yang kurang tepat, maka

jangan salahkan sang anak jika ia akan tumbuh menjadi sosok pribadi yang

tidak diinginkan, liar, tidak bermoral, tidak patuh pada orang tuanya, dan

bahkan tidak patuh pada Tuhannya.

Masing-masing anak memiliki karakteristik yang berbeda dan unik,

demikian juga para orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan dan

pola hidup yang berbeda. akan tetapi kesamaan-kesamaan yang sifatnya

umum tetap ada. orang tua dengan kondisi kedewasaanya dan anak-anak

dengan kondisi kekanak-kanakannya sendiri. maka orang tua tidak dapat

begitu saja memaksakan kondisi kedewasaan mereka dalam proses

pengasuhan anak, karena sudah jelas baik secara fisik maupun psikologis,

kedua kondisi di atas sangatlah jauh berbeda. yang diharapkan adalah

bagaimana agar kelak si anak yang bersangkutan dapat tumbuh dan

berkembang menjadi individu dewasa yang baik dan bertanggung jawab, dan

itu diperoleh dari pola asuh orang tua yang tepat terhadap anaknya. Sudah

tanggung jawab setiap orang tua untuk mengupayakan agar anak memiliki

perilaku disiplin diri untuk melaksanakan hubungan baik dengan tuhan yang

menciptakannya, dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan alam serta

makhluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral.

Bernhard menyatakan bahwa tujuan perilaku disiplin diri adalah

(30)

menjadi manusia yang baik, yang nantinya akan mampu menjadi sahabat,

tetangga dan warga negara yang baik.21

1. Pengertian Anak

Dalam kamus besar bahasa indonesia, anak adalah; manusia yg

masih kecil, orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu negeri,

daerah dsb), manusia yg lebih kecil dibandingkan orang yang dewasa, bisa

juga dikatakan sebagai keturunan Adam (manusia).22

Anak juga dapat dikatakan sebagai manusia muda yang batasan

usianya tidak selalu sama di berbagai negara. di Indonesia, sering di pakai

batasan usia anak dari 0 sampai 12 tahun. maka dengan demikian, dalam

kelmpok anak di Indonesia akan termasuk bayi, anak balita, dan anak usia

sekolah.23

Menurut ajaran Islam: anak merupakan amanat yang dibebankan

kepada mereka dan Allah akan menghisab mereka atas amanat tersebut.24

Selain itu Islam juga memandang bahwa anak adalah titipan Ilahi

yang harus dipelihara dan ditunaikan hak-haknya, sebab kelak pada hari

perhitungan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban dari amanah

yang dititipkan itu. Jadi selaku orang tua, kalau ia mengharapkan harus

ditaati olehnya anaknya, maka terlebih dahulu para orang tua harus

menanamkan modal dasar pendidikan hak-hak dari anak-anaknya (dalam

21

http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/peranan-keluarga-dalam-menentukan-tingkat-disiplin-anak.

22

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 30-31. 23

Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Bekasi: PT Delta Pamungkas, 2004), Cet. IV. H. 4. 24

(31)

hal ini minta dihormati), maka laksanakanlah dahulu kewajiban itu sebagai

orang tua.25

Imam Ghazali mengatakan bahwa bayi (anak) itu merupakan amanat bagi kedua orang tuanya, hatinya suci dan bersih. Jika dibiasakan

dan diajarkan kebaikan, ia akan tumbuh dengan kebiasaan, pengajaran,

dan berbahagia di dunia dan di akhirat.26

Sebagaimana dikutip Nur Abdul Hafizh dalam bukunya “Mendidik

Anak Bersama Rasulullah SAW, dikatakan juga bahwa menurut

al-Ghazali anak adalah amanat yang harus dijaga bagi orang tuanya, hatinya

bersih, suci, polos, dan kosong dari segala ukiran dan gambar.27

dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak

adalah anggota terkecil makhluk tuhan (manusia) yang dilahirkan oleh

manusia,

2. Fase Perkembangan Anak.

Istilah perkembangan, berarti serangkaian perubahan

progresif/kemajuan yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan

dan pengalaman. perkembangan bukan hanya penambahan berapa

centimeter tinggi badan seseorang bertambah, atau peningkatan

(32)

kemampuan yang bersangkutan, melainkan suatu proses integrasi dari

banyak struktur dan fungsi yang cukup kompleks.28

Dalam Islam, fase perkembangan anak dibagi menjadi empat; pertama,

fase menyusui, berlangsung dari mulai sang anak dilahirkan hingga

berumur dua tahun sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baqarah

ayat 233. kedua adalah fase permulaan, yakni dari usia dua hingga enam

tahun (fase penyapihan), si anak sudah mampu untuk memakan dan

mencerna makanan selain air susu ibu. fase ketiga yaitu fase pertengahan,

yakni berumur enam hingga sembilan tahun. pada fase ini anak sudah

mampu membedakan yang baik dan buruk dan sudah mampu mengerjakan

shalat. Sebagaimana yang diperitahkan oleh Rasulullah yang diriwayatkan

oleh Abu Daud dari Amr bin Syuaib, bahwa perintahkanlah anak-anak

yang sudah berumur tujuh tahun untuk shalat, dan pukul jika tidak mau

ketika mereka berumur sembilan tahun. Kemudian fase ke empat, adalah

ketika anak berusia sembilan hingga dua belas tahun.29

Sigmud Freud, salah satu tokoh utama dalam aliran Behaviorisme

membagi perkembangan anak menjadi lima fase (fase keenam merupakan

fase dewasa), yaitu; fase Oral (0-1), pada fase ini mulut merupakan sentral

pokok keaktifan yang dinamis. kedua, fase anal (1-3), dorongan dan

tahanan berpusat pada alat pembuangan kotoran. ketiga, fase phalis (3-5),

pada fase ini alat kelamin merupakan daerah organ paling perasa.

28

Elisabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan “suatu Pendekatan Sepanjang Masa,

(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), Ed. Ke V, h. 2. 29

(33)

Keempat, fase Latent (5-12/13), impuls-impuls cenderung berada pada

kondisi tertekan. kelima, fase pubertas (12/13-20), fase ini impuls-impuls

(dorongan kembali menonjol).30

Dalam buku ”The First Tear of Life” Charlote Buhler membagi

fase perkembangan anak menjadi empat; pertama, fase pertama usia 0-1

tahun, dimana pada fase ini si anak menghayati berbagai objek di luar

dirinya sendiri serta melatih fungsi-fungsi motoriknya yaitu fungsi-fungsi

gerakan anggota badan. fase kedua usia 2-4 tahun, yaitu fase anak mulai

berupaya mengenali dunia objektif di luar dirinnya yang dibarengi dengan

penghayatannya/pemahamannya secara subjektif. Ia tidak mengenal dunia

luar secara objektif, itulah kenapa pada masa ini anak seringkali mengajak

boneka atau binatang peliharaannya bercanda dan bergurau seakan-akan

mereka memiliki sifat yang sama dengan si anak. fase ketiga, usia 5-8

tahun, masa ini dapat dikatakan sebagai masa sosialisasi, anak mulai

bergaul dan mengenal teman/kawan bermain, mulai mengenal arti prestasi,

pekerjaan dan tugas-tugas kewajiban. Fase keempat usia 9-10 tahun, yaitu

fase sekolah dasar. anak mulai belajar untuk menjelajah, menyelidik,

mencoba dan bereksperimen. Pada masa ini anak mencapai masa

objektifitas tertingginya.31

Menurut Elisabeth B. Hurlock, masa anak adalah usia 2-10/11 tahun. Pada

masa ini seorang anak berada pada masa belum matang (Immature), hal ini

ditandai dengan adanya usaha si anak untuk menyesuaikan diri dengan

30

http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/05/fase-dan-tugas-perkembangan.html. 31

(34)

lingkungan, sehingga ia merasa bahwa dirinyamerupakan sebagian dari

lingkungan tersebut. Pada usia 3 tahun, anak mulai mencoba untuk

berbahasa secara lisan. Pada usia 6 tahun, seorang anak mulai memusatkan

diri untuk berlatih bersosialisasi.32

Ia juga mengatakan bahwa secara kasad mata masa kanak-kanak dimulai

setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira

sekitar umur dua tahun. sedangkan masa kanak-kanak ini memakan waktu

sebelas tahun untuk perempuan dan dua belas tahun untuk laki-laki. dan

harus diketahui bahwa masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang

berbeda, yaitu awal dan akhir masa kanak-kanak. periode awal dimulai

sejak usia dua hinga enam tahun dan masa akhir kanak-kanak dimulai dari

enam hingga tiba saatnya anak-anak matang secara seksual.33

Menurut Erikson, fase perkembangan anak dibagi menjadi empat;

pertama, masa bayi (0-1,5 tahun), pada fase ini anak berada dalam kondisi

yang penuh ketergantungan, ketidak berdayaan dan pemenuhan kebutuhan

fisik. kedua, fase todler ( usia 1,5-3 tahun), pada fase ini anak

menggunakan kemampuan psikomotorik untuk berberak sendiri secara

bebas. ketiga, fase kanak-kanak awal (usia 4-7 tahun), pada fase ini pusat

perhatian anak berubah dari benda kepada manusia, ditunjukkan dengan

adanya perubahan pola bermain yang tadinya sendiri beralih menjadi

32

Ibid., h. 133. 33

(35)

bermain bersama. keempat, fase kanak-kanak akhir (usia 8-11 tahun), ini

pusat perhatian anak adalah bersosialisasi.34

dari beberapa uraian fase perkembangan dan pengertian anak di atas, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa masa anak dapat dikatakan dimulai dari

usia kandungan hingga 11 tahun atau pada usia setelah masa bayi hingga

masa kematangan anak secara seksual. pada usia ini, peran orang tua

sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan baik mental maupun

fisik sang anak.

b. FaktorYang Mempengaruhi Perkembangan Anak

Sesungguhnya sudah berabad-abad lalu para pemikir, ilmuan dan

tokoh-tokoh telah memperhatikan seluk-beluk kehidupan anak, khususnya

dari sudut pandang perkembangannya, bagaimana dan apa yang

mempengaruhi proses perkembangan tersebut. sejak abad pertengahan,

aspek moral dan pendidikan keagamaan menjadi pusat perhatian dan

tujuan umum dalam mendidik anak. pandangan-pandangan bahwa anak

adalah pribadi yang murni dan jauh dari unsur-unsur dosa dan tidak

bermoral adalah dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas keagamaan pada masa

itu.35

Namun yang masih menjadi perdebatan hingga sekarang adalah

apakah faktor utama terjadinya perkembangan itu diakibatkan oleh

pembawaan ataukah lingkungan yang bersangkutan, ada beberapa aliran

34

Alex Sobur, Psikologi Umum., h. 135-136. 35

(36)

dalam psikologi yang memberikan kontribusi atas pertanyaan-pertanyaan

di atas yaitu;

a. Aliran Nativisme/Aliran Pembawaan.

Aliran ini diprakarsai oleh seorang filosof Jerman bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860), yang berpendapat bahwa perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh pembawaan (faktor genitus

keturunan). Sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak memiliki

andil yang seberapa.36

Tokoh lain dalam yang dapat digolongkan dalam ke dalam aliran ini

adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778), yang berpendapat bahwa

semua orang ketika dilahirkan mempunyai dasar moral yang baik

(noble savage), pandangannya menitik beratkan faktor dunia dalam

atau faktor keturunan sebagai faktor yang penting dari kejiwaan dan

gambaran akan kepribadian seseorang, pandangannya inilah yang

menjadikannya digolongkan ke dalam aliran Nativisme.37

b. Aliran Empirisme/Lingkungan.

Aliran ini adalah kebalikan dari aliran Nativisme. Aliran ini

mengemukakan bahwa anak bagaikan bagaikan kertas putih

atau”tabula rasa” (tabula: meja dan rasa: lilin), yaitu meja yang

tertutup lapisan lilin putih. Meja tersebut dapat dicat warna warni

sesuai keinginan. Lapisan lilin putih atau kertas putih adalah

perumpamaan anak, dan cat warna adalah perumpamaan lingkungan

36

Ibid., h. 147. 37

(37)

(pendidikan). menurut aliran ini lingkungan/pendidikan memiliki

peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, sedangkan

bakat keturunan bisa ditutup rapat-rapat olehnya.38

c. Aliran Konvergensi/Persesuaian.

Tokoh utama aliran ini adalah William Stern (1871-1938), seorang filosof dan sekaligus psikolog Jerman. aliran ini memadukan kedua

aliran sebelumnya yakni Nativisme dan Empirisme, menurutnya kedua

aliran tersebut sangat berat sebelah. aliran Konvergensi

menggabungkan arti penting hereditas (turunan/pembawaan) dan andil

lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam proses

perkembangan manusia. menurut aliran ini, faktor pembawaan/turunan

tidak akan berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman dan sebaliknya.

Keduanya tidak akan mampu mengembangkan manusia sesuai dengan

harapan jika tidak saling mendukung.39

38

Ibid., h. 146. 39

(38)

31 BAB III

GAMBARAN UMUM KOMPLEK SEKRETARIAT NEGARA R.I TANGERANG

A. Sejarah dan Latar Belakang

Komplek Sekretariat Negara RI ini terletak di daerah Tangerang,

tepatnya di daerah Kebon Nanas setelah Jalan Tol Jakarta keluar. Komplek ini

sebelumnya bermula dari sebuah daerah yang masih dalam kondisi biasa dan

belum banyak penduduknya dikarenakan daerah yang masih terlalu

perkampungan, akan tetapi sedikit demi sedikit warga membangun daerah

tersebut menjadi suatu kawasan yang berkembang dan mendapatkan bantuan

dana dari pemerintah tersebut. Karena komplek tersebut suatu pemukiman

yang bersangkutan dengan pemerintahan dan penduduk di sana bergabung

dalam suatu Institut Pemerintahan yang disebut Sekneg40.

Keberadaan komplek ini sangat terkenal dibanding komplek atau

daerah lainnya. Karena komplek tersebut terkenal sebagai kawasan

pemerintahan yang dibanggakan sebagai tempat tinggal para pengawas

pemerintahan di kawasan industri yang berada di daerah Kebon Nanas

Tangerang. Hal ini dimulai sejak tahun 1980 an sampai sekarang dan pusat

daerah strategis yang dekat dengan hubungan pemerintahan dahulu hingga

sekarang. Nama komplek Sekretariat Negara ini terinspirasi oleh keinginan

pemerintahan pada zaman presiden Soeharto yaitu presiden kedua Indonesia

yang mempunyai pemikiran sebagai tempat dan pemukiman

40

(39)

pegawainya pada saat itu. Usaha tersebut beliau wujudkan dalam bentuk

pembuatan tempat tinggal terhadap pegawai-pegawai dari zaman

pemerintahannya dahulu.

Disamping itu, komplek Sekneg ini didirikan dengan tujuan

membantu pemerintah dalam menangani permasalahan sosial dan

pemerintahan khsususnya permasalahan Indonesia. Setelah Presiden Soeharto

meninggal, komplek Sekneg ini diteruskan pimpinannya dengan para menteri

MensesNeg. Komplek Sekretariat Negara RI ini merupakan rasa cinta dan

tanggung jawab beliau terhadap para pegawai-pegawainya. Dengan

memegang amanah ini, beliau jalankan pemerintahan dengan penuh tanggung

jawab, tegas dan rasa hormat warganya pada beliau sangat tinggi sehingga

beliau mendapatkan penghormatan yang sangat tinggi dari pegawai dan

warganya yang tinggal di daerah tersebut.

B. Visi dan Misi

Setiap lembaga pemerintahan memiliki visi, misi guna mencapai

kesejahteraan pemerintahan dan masyarakatnya. Begitu pula komplek

Sekretariat Negara RI ini berupaya mensejahterakan para pegawai-pegawai

dengan memberikan fasilitas yang sangat memadai sebagai sarana dan

prasarana untuk kesejahteraan para pegawai dan warganya41.

Contoh : diberikan Rumah dinas, kendaraan dinas, tunjangan-tunjangan dinas

apabila termasuk warga atau pegawai di lembaga pemerintahan tersebut.

41

(40)

Jadi visi dari lembaga pemerintahan Negara tersebut adalah guna

mensejahterakan para pegawainya dan masyarakat atau warganya yang

bekerja di Instansi pemerintah Sekretariat Negara RI dan adapun misinya

adalah :

1. Memenuhi segala kebutuhan warga dan pegawainya yang berhubungan

dengan kepentingan bersama dan sebagai landasan dan alasan Negara.

Contoh : dibuatkan pul bis kantor, gedung aula pertemuan, kantor RW.

2. Memberikan penghargaan kepada warganya yang mempunyai kualitas

terbaik dibanding warga lainnya di komplek Sekretariat Negara RI disana.

3. Memberikan pembinaan sosial, pemerintahan yang berkesinambungan dan

sistematis agar mereka menjadi warga yang berkualitas, berakhlak baik,

dan mempunyai rasa Nasional yang tinggi terhadap pemerintahan

Indonesia.

C. Letak Geografis

Letak geografis merupakan penentu keberadaan wilayah dalam suatu

Institut pemerintahan. Dengan letak yang strategis, suatu Institut pemerintahan

akan lebih mudah mengembangkan visi dan misi yang terbentuk dalam

program yang telah di susun oleh pengurus komplek disana. Komplek

Sekretariat Negara RI terletak di daerah Kebon Nanas Tangerang Kecamatan

Pinang Kelurahan Panunggangan Utara dan propinsi Banten. Lokasi komplek

Sekretariat Negara ini berdekatan dengan jalur masuk tol Jakarta – Tangerang.

Penduduk disana sekitar 2400 KK (Kepala Keluarga). Yang terdiri dari 16 RT

(41)

oleh seorang ketua RT yang menjadi panutan dan seseorang yang terpandang

dan bijaksana. Beliau memimpin 2400 Kepala Keluarga (KK) dengan teknik

musyawarah yang dibentuk pengurus RW di komplek Sekretariat Negara RI

(Sekneg).

D. Sarana dan Prasarana

Sebagai komplek Sekretariat Negara dibawah pemerintahan, warga

mendapat banyak sekali yang dapat menjadi kebanggaan atau penunjang

kebutuhan warga, orang tua, kaum beragama, pegawai dan tamu pemerintahan

lainnya. Maka untuk memenuhi kebutuhan itu semua pemeritah memberikan

kesejahteraan yang menjadi faktor kebijaksanaan, kegunaan dan kreatifitas

warga di komplek Sekretariat Negara tersebut. Adapun sarana dan prasarana

yang ada di sana adalah :

1. Gedung Aula pertemuan untuk tamu kehormatan, untuk pertemuan warga,

kegiatan sosial, olahraga dan lain-lain.

2. Sebuah bangunan Masjid yang ditanda tangani oleh Presiden Soeharto

dahulu.

3. Ruangan atau kantor pengurus RW dikomplek Sekretariat Negara RI

4. Perpustakaan buku Anak-anak.

5. Pull bis atau kendaraan dinas yang menuju kantor para pegawai Sekretaris

Negara RI.

6. Kendaraan Dinas milik pribadi.

7. Sarana Olah Raga.

(42)

STRUKTUR ORGANISASI PENGURUS RW 003

Kelurahan Panunggangan Utara Kec. Pinang – Tangerang

(43)

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Profil Subjek Penelitian

Dalam bab ini sebelum menulis memaparkan tentang metode

bimbingan dalam pola Asuh orang tua terhadap anak usia 6 – 10 tahun di

komplek Sekretariat Negara RI Tangerang, terlebih dahulu penulis akan

mendeskripsikan informasi dalam penelitian ini. Penulis membagi sumber

yang diteliti oleh penulis, pertama informan sebagai orang tua yang

mempunyai anak dan ingin di wawancarai oleh peneliti. Kedua, informan

sebagai pemberi informasi tentang apa dan bagaimana Pola Asuh yang

diterapkan dikeluarga dan anaknya yang bersangkutan atau tidak dengan

akhlak, pendidikan dan pribadi anak.

1. Informan I

Informan pertama bernama Bapak Momon Surahman42 dan isterinya Ibu

Siti Aminah, yang mempunyai anak bernama Muhammad Lutfiana

Rahman, usia 8 tahun, yang bertempat tinggal di komplek SEKNEG RI

blok D1/34 Tangerang beragama Islam bekerja PNS dan penelitian terjadi

tanggal /hari Sabtu / 16 Januari 2010. jam 16.05 WIB, dirumah beliau.

Proses Bimbingan dan Pola Asuh Orang Tua terhadap anaknya adalah :

42

(44)

36

- Mengenalkan pendidikan Agama terhadap anaknya terhadap Tuhan

(Allah)

- Disiplinkan anaknya dengan waktu belajar, bermain dan tidak

mengekang anaknya dan menggunakan proses pola asuh demokrasi

terhadap anaknya

- Memberikan dorongan semangat, serta pujian jika anaknya mampu

melaksanakan perbuatan baik atau yang disuruh / diminta orang

tuanya.

- Mengajarkan Akhlak, Sopan santun terhadap Agamanya, orang tuanya,

saudaranya dan lingkungan sekitarnya, (bermain dan sekolah).

2. Informan II

Informan kedua bernama Bapak Wisnu Handoko43 dan isterinya Ibu Desi

Harmonis, anaknya bernama M. Danu Asmoro, usia 7 tahun, yang

bertempat tinggal dikomplek SEKNEG RI Blok D2/03 Kebon Nanas

Tangerang beragama Islam, bekerja sebagai wiraswasta dan penelitian in

terjadi tanggal /hari : Senin , 18 Januari 2010 jam : 17.00 Wib di rumah

beliau.

Proses Bimbingan dan Pola Asuh orang tua yang diberikan terhadap anaknya

adalah :

43

(45)

- Disiplin sejak dini agar anak terbiasa hidup dengan tanggung jawab serta

diberi bimbingan Agama agar anak mempunyai akhlak yang baik dan

diberikan kebebasan bermain.

- Proses pola asuh yang diterapkan demokrasi

3. Informan III

Informan ketiga bernama Bapak Ismail Ma’ruf44 dan isterinya Ibu Siti

Musringaturi, dan mempunyai anak bernama Asy-Syifa Nurul Iqomah,

dengan usia 6 tahun, yang bertempat tinggal di komplek SEKNEG RI blok

D3/12 RT 009 / 03 Kebon Nanas Tangerang, beragama Islam bekerja

sebagai Guru dan penelitian terjadi tanggal : Sabtu, 16 Januari 2010. jam

16.05 WIB, dirumah beliau.

Proses Bimbingan dan pola asuh orang tua terhadap anaknya :

- Disiplin, contohnya dalam ibadah, belajar dan waktu bermain tidak lupa

juga selalu mengajarkan sopan santun supaya anak bisa menghargai orang

lain dan orang yang lebih tua, dengan akhlak baik.

4. Informan IV

Informan keempat bernama Bapak Mulyono Adi Saputro45 dan Isterinya

Rinawati Ginting, dan anaknya bernama Marcellino, dengan usia 10 tahun,

yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D2/17 Kebon Nanas

44

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Ismail Ma’ruf, Sabtu 16 Januari 2010. Jam 16.05 WIB

45

(46)

Tangerang Beragama Islam, bekerja wiraswasta dan penelitian in terjadi

hari/tanggal Sabtu 16 Januari 2010 di rumah beliau

Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :

- Dalam sehari-hari dari pagi bangun tidur lalu mandi, gosok gigi,

makannya kemudian sekolah, pulang sekolah lalu mandi dan makan ,

belajar lalu tidur.

- Metode penerapan pola asuh permisif.

5. Informan V

Informan kelima bernama Bapak Tri Winarno46 dengan Isterinya Rara Ar,

dan anaknya bernama M. Rozi Ramadhani dengan panggilan Rama,

dengan usia 8 tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok

D1/27 Kebon Nanas Tangerang Beragama Islam, bekerja karyawan swasta

dan penelitian in terjadi pada Senin 18 Januari 2010 jam 16.15 wib

Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :

- Anaknya yang terpenting harus punya dasar akhlak yang baik, sehingga

kita dapat memberi bimbingan /didikan yang lain.

6. Informan VI

46

(47)

Informan keenam bernama Bapak Moh. Hasyim47 dan Isterinya bernama

Ibu Endah Purwani, dan mempunyai anak bernama Yola Evita Ningrum,

dengan usia 10 tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok

D2/1 Kebon Nanas Tangerang Beragama Islam, bekerja PNS dan Ketua

RT dan penelitian ini terjadi Senin 18 Januari 2010 jam 20.20 Wib di

rumah beliau

Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :

- Sejak dini sekolah TK sudah diajarkan mengaji dan belajar

bersosialisasi sesama teman bermain

- Usia SD diajarkan solat, Puasa, menghormati orang tua, dan orang lain

- Harus rajin belajar mandiri dan dilatih bertanggung jawab masalah

sekolah mengerjakan PR dan tugas lainnya.

7. Informan VII

Informan ketujuh bernama Bapak Urip Moegiyono48 dan Isterinya Ibu Sri

Suprati, mempunyai anak bernama Ryan Viery Bagaskara, dengan usia 9

tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D1/26

Panunggangan Utara Tangerang Beragama Islam, bekerja wiraswasta dan

penelitian in terjadi Sabtu 16 Januari 2010 jam 15.30 Wib di rumah beliau

Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan orang tua pada anaknya

adalah :

47

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Hasyim Blok D2/1, Senin 18 Januari 2010. Jam 20.20 WIB

48

(48)

- Mendidik /memberi pelajaran Agama Islam melalui orang tua atau

lembaga pendidikan formal (seperti TPA atau mengaji dimesjid)

dengan penekanan budi pekerti.

- Memberikan pendidikan umum berupa sekolah

- Memberikan waktu bermain dengan temannya sebagai awal

bersosialisasi mengenal alam sekitar.

8. Informan VIII

Informan kedelapan bernama Bapak H. Iskandar49 dan Isterinya Hj. Siti

Isroni, dan anaknya bernama Via Kanaya Anggita, dengan usia 8 tahun,

yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D5/16/RT 10/03

Kebon Nanas Tangerang Beragama Islam, bekerja wiraswasta dan

penelitian in terjadi Senin 18 Januari 2010 jam 19.05 Wib di rumah beliau

Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :

- mendidiknya Via usia 8 tahun dengan metode belajar dan memberitahukan

apa saja yang dia harus kerjakan, contohnya : menyiapkan buku pelajaran,

menyiapkan pakaian sekolah dan lain-lain

- Memberitahu waktu sholat dan menyuruhnya belajar setelah sholat, makan

- Dari segi Agama Via baru bisa belajar sholat, sopan santun pada orang

yang lebih tua, sesama dan berpamitan bila keluar rumah dan ucapkan

salam bila datang

49

(49)

9. Informan IX

Informan kesembilan bernama Bapak Sutardi50 dan Isterinya Ibu Turah

dan anaknya bernama Inna Kurniaji, dengan usia 8 tahun, yang bertempat

tinggal di Komplek SEKNEG Blok D2/14 Kebon Nanas Tangerang

Beragama Islam, bekerja PNS dan penelitian in terjadi Selasa 19 Januari

2010 jam 16.30 Wib di rumah beliau

Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :

- Cara mendidik dan mengarahkan anak untuk belajar Agama, sikap,

tingkah laku, dan interaksi dimanapun ia berada.

- Bersikap demokratis

- Agar dapat menghargai pendapat orang lain

- Membiasakan musyawarah dalam mengambil keputusan

- Prestasi belajar formal/tidak formal

- Yakin yakinkan anak, namun Allah Allah penentunya

10.Informan X

Informan kesepuluh bernama Bapak Tri W51 dan Isterinya Ibu Rara ar dan

anaknya bernama Rosa Amalia (Ocha), dengan usia 10 tahun, yang

bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D1/27 Kebon Nanas

Tangerang Beragama Islam, bekerja Pegawai Swasta dan penelitian in

terjadi Senin 18 Januari 2010 jam 16.15 Wib di rumah beliau

50

Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Sutardi Blok D5/6 RT 010/03, Selasa 19 Januari 2010. Jam 19.05 WIB

51

(50)

Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :

- Mengajarkan bagaimana berlaku santun terhadap pertama orang tua,

kerabat, guru sahabat dan siapapun yang ia kenal maupun belum kenal.

Selanjutnya disiplin, terutama waktu sholat, belajar, mengaji, bermain dan

sebagainya dan mereka juga harus bisa memenej waktu itu sendiri mulai

dia bangun tidur sampai tidur lagi, sehingga Insya Allah SMP besar dia

akan tahu dan bisa menempatkan waktu itu sendiri sesuai dengan

keperluan dan kebutuhannya. Sebagai orang tua kita tidak boleh mendikte

atau menjadi orang tua yang diktator hal seperti itu sangat tidak

mendukung tumbuh kembangnya anak dan kita tidak akan tahu anak itu

akan menjadi sosok seperti apa…? Dan diusahakan agar kita tidak bicara

jangan ! terus diganti dengan kata-kata atau mengatakan akibat dia

melakukan sesuatu ….?

B. Pola Asuh Orang tua

Pola asuh adalah penerapan metode bimbingan dan teknik bimbingan orang

tua kepada anak, orang tua memberikan pendidikan berupa pengajaran,

pembelajaran dan kasih sayang (bimbingan) terhadap anaknya. Orang tua

biasanya mengasuh anak-anak dengan cara berbeda.

Disini penulis akan menjelaskan bagaimana hasil wawancara dengan orang tua

terhadap akhlak anak usia 6-10 tahun dikomplek Sekretariat Negara RI Kebon

Nanas Tangerang. Yaitu mereka ada yang menggunakan teknik demokratis

dalam memberikan pola asuhnya terhadap anaknya. Demokratis dalam

(51)

kehidupannya, akan tetapi orang tua mengarahkan dengan nasehat, masukan

dan cara yang berbed-beda .

Analisa Penelitian

Pola asuh orang tua terhadap akhlak anak usia 6 -10 tahun di komplek

Sekretariat Negara RI Kebon Nanas Tangerang. Analisa bertujuan

menjelaskan hasil penelitian dari gambaran peneliti tentang hasil umum

temuan dilapangan ditempat yang diteliti yaitu Komplek Sekretariat Negara RI

Tangerang. Peneliti melakukan penelitian disana bertujuan sebagai tugas akhir

skripsi dan mengamati proses pola asuh yang orang tua berikan kepada anak

usia 6 -10 tahun komplek Sekretariat Negara RI Tangerang. Peneliti

melakukan penelitian ini dengan metode yang digunakan kualitatif deskripsi

analisa. Yaitu metode yang digunakan dengan teknik wawancara dan

menganalisa pola asuh orang tua tentang bagaimana membentuk akhlak anak

usia 6 -10 tahun.

Mudah-mudahan apa yang diteliti disana bermanfaat untuk orang tua, anak

peneliti sendiri sebagai tugas skripsi tingkat akhir jurusan Bimbingan

Penyuluhan Islam. Fakultas Dakwah dan Komunikasi di Universita Islam

Gambar

gambaran akan kepribadian seseorang, pandangannya inilah yang
GAMBARAN UMUM KOMPLEK SEKRETARIAT NEGARA R.I

Referensi

Dokumen terkait

Proses belum selesai pada sebatas ijin, namun terdapat kegitan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 12 (1) RUU tentang PPKIPT dan EBT , bahwa “Setelah mendapat izin

Beberapa diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Kewal (2009) menemukan.. 223 bahwa menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar akan menurunkan keuntungan perusahaan,

Tujuan penelitian untuk mengevaluasi kelahiran pedet sapi perah dengan indikator jumlah kelahiran jantan dan betina, lama kebuntingan dan bobot lahir sapi yang

Adapun gambaran perbandingan capaian dari keempat indikator untuk Sasaran Strategis Terwujudnya Layanan, Pendidikan dan Penelitian yang Unggul tersebut dengan target

4.3.3 Pengaruh Dukungan keluarga dan Pengalaman Praktik Kerja Industri secara bersama-sama terhadap Kesiapan Memasuki Karier Dikalangan Siswa Jurusan Administrasi Perkantoran di

Ada beberapa hal positif yang dapat dilihat dari penggunaan gadget yaitu: mempermudah menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, memberikan berbagai macam informasi diseluruh

Dalam melakukan ‘reportase’ tersebut, sang penutur sama sekali tidak memberikan informasi mengenai segala yang dipikirkan para tokoh maupun komentar akan semua yang

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh perbedaan konsentrasi detergen terhadap frekuensi bukaan operkulum dan kelangsungan hidup ikan mas yang terpapar