Pola Asuh Orang tua terhadap Pembentukan
Akhlak Anak usia 6 – 10 tahun
Di komplek Sekretariat Negara R.I
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
DINNO IRENSA 105052001740
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar stata S1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan ini saya camtumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli penulis
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, Maret 2010
ABSTRAK
Dinno IrensaPola asuh orang tua terhadap pembentuk akhlak Anak usia 6 – 10 tahun dikomplek Sekretariat Negara RI Kebon Nanas Tangerang
Akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Bahkan dalam sebuah hadits, Rosulullah SAW mengatakan “Sesungguhnya Aku diutus kedunia ini untuk menyempurnakan akhlak” H.R. Bukhori.
Akhlak terbentuk didalam pribadi manusia karena faktor pendidika dan akal yang digunakan dan di realisasikan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan norma dan peraturan yang tidak menyimpang dengan kehidupan manusia. Dalam Al-Quran Surat Al-Ahzab ayat 21 menjelaskan tentang akhlak adalah :
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah Saw itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu ) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah SWT (Q.S 33 : 21)
Menurut Imam Al-Ghazali akhlak adalah perbuatan yang tertanam / mendarah daging dalam jiwa seseorang dan menjadi kepribadian dalam dirinya. Peran orang tua sangat penting dalam menentukan akhlak anak sebagaimana yang tergambarkan di skripsi ini. Dimana Skripsi ini menjelaskan bagaimana cara mengasuh anak dengan membentuk akhalk anak di kompek SEKNEG RI Kebon Nanas Tangerang
KATA PENGANTAR
BismillahirohmanirrohimAlhamdulilah, penulis ucapkan puji syukur kehadirat illahi rabbi yang
telah memberikan hidayah dan inayahnya kepada penulis, sehingga dengan jalan
yang ditentukan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarganya, sahabatnya dan umatnya sampai akhir zaman. Skripsi berjudul “Pola
Asuh orang tua terhadap pembentukan akhlak anak usia 6-10 tahun dikomplek
Sekretariat Negara RI Tangerang.
Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari Skripsi ini tidaklah mungkin dapat
terselesaikan tanpa dukungan dan dorongan dari berbagi pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan banyak terimakasih
1. Drs. Arief Subhan selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
2. Drs. M. Lutfi M.A, selaku Ketua Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
sekaligus Pembimbing terima kasih banyak atas perhatian, motivasi dan
pengertian Bapak, tanpa bimbingannya Skripsi ini tidak ada apa-apanya.
Penulis merasa bahagia memiliki pembimbing sekaligus konsultasi dan
sahabat bagi penulis, semoga Allah membalas dikemudian hari. Amien.
3. Nasichah, MA selaku Sekretatis Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
4. Para dosen UIN Jakarta khususnya Dosen Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, beserta para staff TU
baik di pusat atau Fakultas tidak hanya Ilmu Pengetahuan yang dapat
penulis raih, pengalaman dan nasehat pun sangat berharga buat penulis.
5. Kepada Ayahanda tercinta Suhartono dan Hj. Indah Ranti Nawang Wulan
yang telah memberikan dukungan moral speritual, serta kakanda Ricky
Angga Ervanda dan Adikku tersayang Lovy Harinda yang selalu sabar dan
6. Kepada mahasiswa-mahasiswi BPI, Senior BPI kakak Duplak dan Abhel
Pasha dan semua mahasiswa dan mahasiswi Fakultas ilmu Dakwah dan
ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan kontribusi pemikiran dan
pengalaman, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis
ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak.
Akhirnya penulis hanya dapatkan memanjatkan do’a semoga semua perhatian,
motivasi dan bantuan mereka dibalas oleh SWT sebagai amal kebaikan. Amien.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis mengharapakan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan. Skripsi ni besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat
bagi penulis dan bagi semua pihak yang berkepentingan.
Jakarta, 09 Maret 2010
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISILEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Metodologi Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka... 8
F. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuh ... 11
1. Pengertian Pola Asuh ... 12
2. Jenis-jenis Pola Asuh ... 13
3. Dinamika Pola Asuh ... 14
B. Akhlak ... 15
1. Pengertian Akhlak ... 16
2. Ruang Lingkup Akhlak ... 18
3. Proses Pembentukan Akhlak ... 19
C. Anak ... 21
1. Pengertian Anak ... 23
2. Fase Perkembangan Anak ... 24
BAB III GAMBARAN UMUM KOMPLEK SEKERTARIAT NEGARA
RI KEBON NANAS TANGERANG
A. Sejarah dan Latar Belakang ... 31
B. Visi dan Misi ... 32
C. Letak Geografis dan Data Warga ... 33
D. Sarana dan Prasarana ... 33
E. Struktur Organisai RW 003 ... 35
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Profil Subjek dan Penelitian ... 36
B. Pola Asuh Orang Tua ... 43
C. Analisa Penelitian ... 44
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA ... 47
LAMPIRAN ... 48
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan anugrah, titipan dan ujian dari Tuhan bagi setiap
orang tua. Hal ini tersirat dalam kisah Nabi Ibrahim a.s. di mana setelah
sekian lama beliau menunggu, akhirnya Allah SWT menganugerahi beliau
seorang anak yang bernama Ismail a.s. rasa bahagia dan sayang yang luar
biasa terhadap Ismail a.s membuat beliau harus melewati sebuah ujian dari
Tuhan yang sangat berat. ketika rasa sayang dan cinta Ibrahim a.s harus
memilih, antara sang Pencipta dan sang buah hati, maka dengan besar hati
Ibrahim a.s harus merelakan cintanya terhadap Ismail demi rasa cintanya
terhadap Allah SWT, yakni dengan menyembelih Ismail putra kandungnya
dengan tanganya sendiri. Ada hal menarik yang tersirat dalam kisah Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail a.s ini, ternyata Nabi Ismail a.s rela ketika sang
ayah harus menyembelih dirinya karena perintah Allah SWT. hal ini
menunjukkan betapa Ibrahim mampu mendidik putranya menjadi seorang
anak yang luar biasa berbakti, tanpa Ibrahim a.s harus dibutakan oleh rasa
cinta. Begitupun sebaliknya, Ismail tumbuh menjadi seorang anak dengan
kondisi mental yang tegar, taat dan patuh baik kepada orang tua dan terlebih
lagi terhadap Allah SWT sang-Penciptanya. kisah nabi Ibrahim ini hanyalah
orang tua dan anak. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mampukah
orang tua di zaman sekarang, mendidik anak-anaknya sehingga sang anak
mampu tumbuh menjadi sosok yang mengenal dengan baik eksistensi
dirinya sebagai manusia yang menjadi bagian dari lingkungan sosial dan
sekaligus memiliki kewajiban sebagai makhluk Tuhan.
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih, suci seperti kertas putih
yang belum tergores tinta. namun kemudian, orang tua sang anaklah yang
akan menjadi penentu akan menjadi apa anak itu kelak di kemudian hari.
Demikianlah kira-kira Islam memberikan sedikit gambaran mengenai begitu
besarnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan anak (teori Imam
Al-Ghazali dalam pengertian akhlak anak). Posisi orang tua dalam menentukan
masa depan anak dalam pandangan Islam sangatlah penting. orang tua
sebagai lingkungan terdekat pertama bagi seorang anak khususnya ibu
menjadi perhatian tersendiri dalam Islam. dimulai dari awal mula proses
kehamilan hingga melahirkan dijelaskan secara berurutan dalam Al-Qur’an.
pada beberapa riwayat dikatakan bahwa Rasulullah SAW pernah
mengungkapkan betapa agungnya seorang ibu, bahkan dikatakan bahwa
surga itu berada di bawah kedua tapak kaki seorang ibu. hal ini
menunjukkan bahwa orang tua, yang benar-benar menjalankan perannya
sebagai orang tua, membasarkan, mendidik dan membimbing anaknya
dengan benar, memiliki posisi penting dalam Islam. terutama seorang ibu
dengan kasih sayang, menjadikan ia layak untuk lebih dicintai dan dihormati
oleh sang anak tentunya setelah Tuhan dan rasul-Nya.
Pada proses pembelajaran anak, orang tua menjadi pemegang
“kebijakan” awal dan sangat mendasar. Kondisi fisik, mental, maupun
intelegensi akal seorang anak sangat bergantung pada proses, bimbingan,
pembelajaran dan pendidikan pada masa awal yang diberikan oleh orang
tuanya, meskipun ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya seperti; faktor
genetika, dan lain sebagainya. Menurut John Broadus Watson, salah seorang
tokoh psikologi aliran behaviorisme pernah menyatakan: “berikan kepada
saya sepuluh orang anak dan keluasan untuk mendidiknya, maka akan saya
jadikan kesepuluh anak itu sesuai dengan keinginan saya.” ungkapannya ini
berangkat dari pandanganya bahwa dengan memberikan proses
“kondisioning” tertentu pada proses pembelajaran, akan dapat menjadikan
sang anak memiliki pola mental, sifat-sifat, dan perilaku-perilaku tertentu
yang sesuai dengan proses pengkondisian yang telah diberikan.1
Meskipun demikian, sebagai makhluk yang dianugerahi kelebihan
akal dan fikiran dari makhluk lainnya, manusia hidup tidak hanya sekedar
untuk berkembang biak, berkoloni dan memenuhi kebutuhan pokoknya saja.
Akan tetapi manusia juga hidup untuk berinteraksi secara sosial tidak
terbatas hanya dalam koloninya, tapi juga berinteraksi pada lingkungan dan
alam sekitarnya, serta interaksi pada sang Penciptanya. Pada proses interaksi
inilah manusia dituntut untuk mampu memanfaatkan kelebihan yg dimiliki
1
itu. Sejauh mana seseorang dapat memahami dan beradaptasi dengan tepat
terhadap lingkungan baik sosial, alam maupun Tuhannya, tergantung pada
pola didik/asuh orang tua ketika ia masih kecil. Islam dalam hal ini memiliki
konsep ”akhlaq al-karimah” yang hendaknya dimiliki oleh setiap individu.
Dengan akhlaq al-karimah ini, manusia diharapkan mampu menjadi
”khalifatullah fi al-ardhi” yakni wakil Allah di muka bumi dengan tingkat
kesadaran dan rasa tanggung jawab manusiawi yang tinggi.
Al-akhlaq al-karimah, telah banyak dicontohkan oleh Nabi Rasulullah
Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-harinya, berinteraksi sosial,
berinteraksi dengan alam dan bahkan berinteraksi dengan Sang Penciptanya.
Maka daripada itu, seyogyanya manusia membutuhkan bantuan dari orang
lain, terutama para orang tua melalui proses asuh sejak dini terhadap
anaknya. Dengan bimbingan yang tepat mengenai kesadaran akan
kepribadian yang bertanggung jawab dan ber-akhlak al-karimah, diharapkan
pada akhirnya mampu menjadikan sang anak sebagai manusia yang
memiliki kepribadian yang arif dan bijak.
Krisis multi dimensi yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia, tidak
akan dapat terselesaikan dengan mudah, jika tidak diperbaiki sejak usia dini.
Kemerosotan moral dan kurangnya rasa tanggung jawab individu, yang
diakibatkan oleh pola asuh yang tidak tepat dari orang tua terhadap anak,
akan banyak memberi dampak negatif, baik terhadap kehidupan sosial,
politik, ekonomi dan lain sebagainya. Kasus-kasus korupsi, penipuan,
sebagainya, dapat dikatakan sebagai dampak dari pola asuh sejak dini yang
kurang tepat, hal tersebut timbul akibat dari kurangnya kesadaran individu
akan rasa tanggung jawab dan kurangnya pemahaman yang melekat
mengenai akhlak.
Maka dari itu, dengan skripsi yang berjudul ”POLA ASUH ORANG TUA
TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA 6-10 TAHUN DI
KOMPLEK PERUMAHAN SEKRETARIAT NEGARA KEBON
NANAS-TANGERANG”diharapkan dapat menjadi sebuah karya tulis yang memiliki
makna bagi keilmuan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dari sedikit uraian di atas, maka penulis membatasi pembahasan
penelitian skripsi ini pada; kegiatan pola asuh orang tua sebagai upaya
membentuk akhlak anak usia 6-10 tahun di Komplek Perumahan Sekretariat
Negara Tangerang. Berdasarkan dari pembatasan masalah diatas, akan
dirumuskan beberapa masalah pada penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimana pandangan orang tua terhadap konsep pola asuh anak usia
6-10 tahun dikomplek Sekertariat Negara RI?
2. Bagaimana pola asuh orang tua terhadap anak usia 6-10 tahun di
perumahan Sekertariat Negara RI Tangerang.?
3. Apa yang menjadi faktor penghambat bagi orang tua dalam penerapan
pola asuh anak usia 6-10 tahun dikomplek Sekertariat Negara RI
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui konsep dasar pola asuh orang tua terhadap anak
usia 6-10 tahun.
2) Untuk mengetahui konsep akhlak dalam Islam.
3) Untuk mengetahui dan bagaimana konsep pola asuh orang tua
terhadap anak yang diterapkan di Komplek Perumahan Sekretariat
Negara Tangerang.
4) Untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam
menerapkan pola asuh terhadap anak usia 6-10 tahun di Komplek
Perumahan Sekretariat Negara Tangerang.
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk menambah wawasan kajian bidang keilmuan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam pada lingkup keluarga, khususnya pada pola asuh
orang tua terhadap anak usia 6-10 tahun.
b. Sebagai salah satu landasan pendekatan dalam proses bimbingan dan
penyuluhan Islam pada masalah-masalah keluarga mengenai pola asuh
khususnya mengenai pembentukan akhlak anak.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini
sekiranya peneliti dapat memberikan gambaran dari temuan-temuan
lapangan yang berhubungan dengan objek penelitian (kegiatan pola
asuh anak usia 6-10 tahun, dan akhlak al-karimah) dan juga gambaran
mengenai subjek penelitian ini (anak usia 6-10 tahun dan orang
tuanya).
Setelah memperoleh temuan-temuan lapangan yang diinginkan,
kemudian peneliti menggambarkan dan menjelaskannya dengan
menginterpretasikan data-data tersebut. Interpretasi data dilakukan
pada temuan penelitian ini merupakan upaya untuk memperoleh arti
dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian.
Pembahasan hasil penelitian dilakukan secara kritis dengan teori yang
relevan dan informasi yang akurat yang diperoleh dari lapangan.2
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data primer pada penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik wawancara terbuka dan diskusi. Dimana
pertama-tama peneliti merumuskan panduan wawancara yang
berisikan pertanyaan-pertanyaan seputar logoterapi, logoanalisis dan
pengembangan pribadi. Untuk data sekunder peneliti menggunakan
jasa peminjaman buku Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN, dan
website sedangkan mengenai penulisan skripsi, penulis mengacu pada
2
buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan desertasi yang diterbitkan
oleh UIN Jakarta Press bekerja sama CeQDA.3
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian skripsi ini dimulai pada tanggal 20 Agustus 2009, dan
berakhir pada 18 januari 2010 berlokasi di Komplek Perumahan
Sekretariat Negara RI Kebon Nanas-Tangerang.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum penulis mengajukan masalah penelitian ini sebagai
pembahasan skripsi maka penulis terlebih dahulu melakukan penulusuran
dan peninjauan terhadap skripsi dan buku-buku yang ada di perpustakaan.
Hal ini ditujukan untuk mengidentifikasikan dan mengetahui mengenai
sudah ada atau belum karya ilmiah yang membahas dan menulis tentang
permasalahan yang akan penulis teliti sehingga tidak akan terjadi
pengulangan penelitian dalam permasalahannya. Dari hasil tinjaun pustaka
yang dilakukan tersebut penulis ingin menyatatkan hal-hal sebagai berikut :
1. Dari data-data yang didapatkan melalui perpustakaan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi penulis tidak menemukan judul skripsi yang sama
2. Untuk mendukung kerangka teori dalam penelitian ini penulis
menggunakan atau mengacu kepada berbagai buku dan referensi yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti antara lain :
3
Buku Jamaludin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim (Pustaka
Al-Kautsar 2003) cet. Ke 1 September 2001.
F. Sistematika Penulisan
Pada penelitian skripsi ini, peneliti membuat sistematika penelitian
ke dalam beberapa Bab, berpedoman pada buku panduan penelitian ilmiah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. berikut adalah penjabaran
bab-bab dalam skripsi ini:
BAB I PENDAHULUAN terdiri dari: Latar Belakang Masalah, yang menjelaskan alasan mendasar mengapa penelitian dilakukan, mencakup
ulasan singkat mengenai pandangan islam mengenai pola asuh dan
fenomena degradasi moral saat ini. Kemudian Pembatasan dan Perumusan
Masalah yang membatasi masalah penelitian pada hal-hal tertentu agar
pembahasan penelitian tidak melebar. Kemudian Tujuan dan Manfaat
Penelitian, sebagai harapan ideal peneliti pada penelitian yang dilakukan.
Selanjutnya tinjauan pustaka dan terakhir adalah metodologi penelitian dan
sistematika penulisan yang merupakan kendali dari proses dan hasil
penelitian agar terstruktur dengan baik dan rapih.
BAB II LANDASAN TEORI terdiri dari: Penjelasan teoritis mengenai akhlak dan pola asuh. Pada masing-masing sub bab akan dibahas mengenai
pengertian, dinamika dan ruang lingkup yang terdapat poin-poin tersebut.
geografis, dan data kependudukan meliputi jumlah keseluruhan kepala
keluarga/KK, jumlah KK yang memiliki anak usia 6-10 tahun, tingkat
pendidikan orang tua di kompleks perumahan Sekretaris Negara Kebon
Nanas Tangerang.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA terdiri dari: pertama, profil subjek penelitian,. Kedua, berupa hasil temuan lapangan yang memaparkan tentang bagaimana kegiatan pengasuhan anak usia 6-10
tahun dan jenis pola asuh apa yang cenderung digunakan oleh para orang
tua. Ketiga tanggapan anak terhadap jenis pola asuh yang diterapkan.
Kemudian analisisdata dilakukan terhadap temuan penelitian, menggunakan
teori-teori yang relevan dan dibantu dengan catatan-catatan lapangan agar
dapat menggali arti dan makna dari hasil penelitian tersebut secara lebih
mendalam.
BAB V PENUTUP : Merupakan bab penutup dari keseluruhan skripsi yang terdiri dari kesimpulan penelitian yang menjawab permasalahan penelitian,
BAB II LANDASAN TEORI
A. POLA ASUH
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Bentuk
pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Seorang anak
mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dari orang tua yang menjadi
dasar perkembangan dan kehidupan anak di kemudian hari. Orang tua adalah
lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan seorang anak. Dimana hal
ini akan menjadi dasar perkembangan anak berikutnya. Karenanya
dibutuhkan pola asuh yang tepat agar anak tumbuh berkembang optimal.
Citra diri senantiasa terkait dengan proses pertumbuhan anak berdasarkan
pola asuh dalam membesarkannya. Orangtua dan pola asuh memiliki peran
yang besar dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan
corak dan gambaran kepribadian seseorang setelah dewasa kelak.
Orangtua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan
membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu berbeda antara satu keluarga
dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh orangtua adalah gambaran tentang
sikap dan perilaku orangtua dan anak dalam berinteraksi dan berkomunikasi
selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan
pengasuhan ini, orangtua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin,
perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh
anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi
kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya.
1. Pengertian Pola Asuh
Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam
keluarga. Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara
dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya. Setiap orang tua pasti
menginginkan anak-anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas dan
berakhlak. Akan tetapi banyak pula orang tua yang tidak menyadari bahwa
cara mereka mendidik membuat anak merasa tidak diperhatikan, dibatasi
kebebasannya, bahkan ada yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya.
Perasaan-perasaan itulah yang banyak mempengaruhi sikap, perasaan, cara
berpikir bahkan kecerdasan mereka.4
Pengertian pola asuh menurut Darling (1999) adalah aktivitas kompleks yang melibatkan banyak perilaku spesifik yang bekerja secara
individual dan bersama-sama untuk mempengaruhi anak.5
Sementara itu Gunarsa (1995) berpendapat bahwa pola asuh merupakan cara orangtua bertindak sebagai orangtua terhadap
anak-anaknya di mana mereka melakukan serangkaian usaha aktif.6
Berdasarkan pada beberapa pengertian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pola asuh adalah cara orangtua bertindak dan
berinteraksi dengan anak sebagai suatu aktivitas yang melibatkan banyak
perilaku tertentu secara individual maupun bersama-sama sebagai
serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anaknya.
2. Jenis-jenis Pola Asuh
Penelitian mengenai perkembangan sosial dan proses
perkembangan keluarga telah dilakukan sejak pertengahan abad ke-20 dan
secara garis besar, menurut Baumrind (1967), ada 4 macam pola asuh
orang tua yaitu:
A. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang
memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak
ragu-ragu mengendalikan mereka. orang tua dengan pola
asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya
pada rasio atau pemikiran-pemikiran. orang tua tipe ini
juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak
berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.
orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak
untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan
pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
B. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak
harus dituruti, biasanya dibarengi dengan
ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa,
memerintah, menghukum. apabila anak tidak mau melakukan
apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe
ini tidak segan menghukum anak. orang tua tipe ini juga
bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan
umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai
anaknya.
C. Pola Asuh Permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.
memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan
sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. mereka
cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila
anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan
yang diberikan oleh mereka. namun orang tua tipe ini
biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai
oleh anak.
D. Pola Asuh Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan
biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. waktu mereka
banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti
bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat
untuk anak mereka. termasuk dalam tipe ini adalah
perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang
depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu
memberikan perhatian fisik maupun psikis pada
anak-anaknya.7
3. Dinamika Pola Asuh Orang Tua
7
Jika rumah tangga, masyarakat dan sekolah adalah sendi
bimbingan insani, maka rumah tangga merupakan pemberi pengaruh
utama yang lebih kuat di samping di sekolah atau dalam masyarakat.
sebagai pemimpin, orang tua harus mampu menuntun, mengarahkan,
mengawasi, mempengaruhi dan menggerakkan si anak agar penuh dengan
gairah untuk memberikan motivasi pada anak. sebaiknya orang tua harus
mampu berkomunikasi sehingga muncul kepercayaan timbal balik dengan
anak.
Keluarga dapat menciptakan suasana nyaman di rumah agar anak
merasa betah berada di dekat pemimpinnya. ciptakan rasa aman dalam
dirinya, jangan sampai anak kita merasa lebih aman berada di lingkungan
teman-temannya ketimbang di lingkungan keluarganya. Setiap orang tua
seharusnya tahu persis tentang anaknya. dari pengalaman sejak bayi lahir
hingga masa anak-anak kita sudah mengetahui kelebihan dan
kekurangannya, orang tua harus terus menerus memperhatikan
perkembangan anak agar dapat mengevaluasi sejauh mana pola asuh yang
diterapkan mempengaruhi perkembangan anak-anaknya.8
B. AKHLAK
Akhlak adalah cerminan dari kepribadian seseorang, juga merupakan
benteng yang dapat menahan masuknya faham-faham atau nilai-nilai yang
buruk dalam kehidupan. Setiap individu mempunyai pendapat dan pandangan
8
yang berbeda-beda tentang suatu hal. semua kembali kepada bagaimana cara
dan dari sudut mana ia menilai. seseorang dapat menilai dan memberikan
pendapat dan pandangan pada hal-hal yang ia ketahui. begitu pula dengan
akhlak yang terdapat dalam ajaran agama (Islam), sebagian masyarakat
memiliki perbedaan pendapat tentang pentingnya mengenalkan ajaran agama
sejak dini, hal itu dapat terlihat dari bagaimana cara tingkah laku dan
mendidik dalam keluarga. sebagian orang tua berpandangan bahwa pendidikan
agama penting bagi keluarganya. dan sebagian yang lain berpendapat bahwa
pendidikan agama tidak penting bagi keluarganya karena menghambat
kemajuan, kuno dan kaku.
1. Pengertian Akhlak
Secara bahasa kata ”akhlak” berasal dari bahasa Arab yakni bentuk
jamak dari kata ”khuluk” atau ”khilqun”yang artinya perangai, kebiasaan,
kelaziman atau adab yang baik.9
Al-Qur’an mempertegas arti kata akhlak yakni pada Surat al-qalam
ayat 4 dan al-Syu’ara ayat 137 sebagai berikut:
Artinya: Dan sesungguhnya Kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung. (QS: 68:4).10
________________________________________________________
9 Kamus al-Munjid Beirut: Maktabah al-Katulikiyah h. 194. 10
Artinya : (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang
yang terdahulu. (QS: 26:137).11
Secara terminologis, akhlak menurut beberapa tokoh adalah sebagai
berikut :
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah; ”sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan”.12
Dalam kitab Ihya’ ’Ulumuddin, al-Ghazali mengatakan bahwa akhlak adalah: ”sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan”.13
kedua definisi mengenai akhlak di atas memiliki kemiripan dan saling
melengkapi. hanya saja pengertian akhlak menurut al-Ghazali sedikit lebih
luas dan terkesan memperjelas pengertian menurut Ibn Miskawaih.
Dari beberapa definisi akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa;
a. Akhlak adalah suatu perbuatan yang tertanam kuat / mendarah daging
dalam jiwa seseorang dan telah menjadi kepribadian bagi dirinya.
b. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah (easy going)
dan tanpa pemikiran (refleks). tapi hal ini tidak berarti bahwa yang
bersangkutan melakukannya dalam keadaan tidak sadar, hilang
ingatan, tidur atau gila.
11
Ibid., h 583. 12
Ibn Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A’raq, (Mesir: Mathba’ah al-Mishriyah, 1934), Cet I. h. 40.
13
c. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri (kemauan) orang
yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
d. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sunguh-sungguh,
bukan main-main atau sandiwara.
e. Akhlak yang baik adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas
karena Allah Ta’ala, bukan karena pujian atau riya.14
C. Ruang Lingkup Akhlak
Sebelum memasuki ranah ruang lingkup akhlak, ada baiknya kita
mengenal terlebih dahulu tentang ilmu akhlak, karena ruang lingkup
akhlak dapat diketahui melalui pengenalan terhadap ilmu akhlak itu
sendiri. Menurut Mu’jam al-Wasith, ia menyebutkan bahwa ilmu akhlak
adalah: ”ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai yang
berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik
atau buruk.15
Di lain pihak ada yang mengatakan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu
tentang tata krama.16
Dalam al-Qur’an pada surat al-Ahzab ayat 21, Allah Ta’ala menyebutkan:
14
Abuddin Nata, Akhlak tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,) h. 4-6. 15
Abuddin Nata, Akhlak tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,) h. 7. 16
Husin al-Habsyi, Kamus al-Kautsar, Surabaya: Assegaf, h. 87., dalam Abuddin Nata,
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS: 33: 21).17
Pemahaman dan pandangan mengenai suatu perbuatan itu dikatakan
baik atau buruk adalah menggunakan ukuran normatif dalam hal ini adalah
norma-norma ajaran agama, sedangkan jika suatu perbuatan itu dikatakan
salah atau benar adalah dengan ukuran akal manusia yang dibimbing oleh
ajaran-ajaran normatif agama.
D. Proses Pembentukan Akhlak.
Dalam usia yang sangat dini, adalah masa yang sangat penting bagi
perkembangan seorang anak. anak harus bisa menikmati sebagian besar
adaptasinya yang sehat terhadap lingkungan, karena akan memiliki
dampak pada perkembangan kehidupannya kelak. oleh karena itu orang
tua selaku lingkungan dan pendidik terdekat anak harus mampu
memahami cara yang terbaik untuk berinteraksi dengan anak pada
masa-masa awalnya. Sehinga ada jaminan untuk suatu perkembangan baik fisik,
psikis dan sosial yang sehat dan dinamis bagi anak yang bersangkutan.18
Orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga, seorang anak
dipelihara dan dibesarkan dalam keluarga. anak mulai dari kecil dipelihara
dan dibesarkan dalam keluarga. segala sesuatu yang ada dalam keluarga
baik berupa benda-benda, orang-orang dan peraturan-peraturan serta
17
Depag, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 670. 18
adapt-istiadat yang berlaku dalam keluarga sangat berpengaruh dan
menentukan corak perkembangan anak. sudah seharusnyalah orang tua
menanamkan ajaran agama kepada anak sejak kecil, apakah itu dalam
bentuk shalat, mengajari mengaji atau mengajar do’a-do’a serta mengajari
untuk hormat kepada yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
secara otomatis anak akan terlatih bila semua itu dibiasakan sejak kecil.
dengan demikian akhlak anak akan terbina secara baik, dan dengan akhlak
yang baik itu pula anak akan dapat mengendalikan dirinya dari segala
perbuatan yang tidak baik. sebaiknya membimbing anak dalam keluarga
haruslah benar-benar diperhatikan karena prilaku yang didapat dari orang
tuanya, maka dengan prilaku itulah anak akan merealisasikannya di
lingkungan sekitarnya. misalnya, orang tua yang sering mengucapkan
kata-kata yang kotor yang tidak baik, maka sudah pasti anak akan meniru
perkataan tersebut. sebaliknya bila orang tua berkata dengan lemah
lembut, maka anak juga akan terbiasa berkata-kata dengan lemah lembut.
Untuk mendukung terciptanya kondisi akhlak yang baik pada anak, maka
proses pengenalan akhlak terhadap anak perlu dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a) Menumbuh kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada
iman dan taqwa, untuk ini perlu pendidikan agama.
b) Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Al-Qur’an lewat ilmu
pengetahuan, pergaulan dan latihan agar dapat membedakan mana
c) Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan pada
manusia kebebasan memilih yang baik dan melaksanakannya.
Selanjutnya kemauan itu akan mempengaruhi fikiran dan perasaan.
d) Latihan untuk melakukan yang baik serta mengajak orang lain
bersama-sama melakukan perbuatan baik tanpa paksaan.
e) Pembinaan dan pengulangan melaksanakan yang baik sehingga
perbuatan baik itu menjadi kebiasaan, yaitu kebiasaan yang mendalam,
tumbuh dan berkembang secara wajar dalam diri manusia.19
Untuk memaksimalkan perkembangan akhlak yang baik pada anak, ada
beberapa kebutuhan anak yang harus terpenuhi yaitu; menciptakan rasa
aman bagi si anak, bersikap lemah lembut, dihargai, sehingga timbul rasa
percaya diri dan keinginan untuk mengaktualisasikan diri. kemudian
mengajarkan keterampilan-keterampilan seperti membaca, menulis,
berfikir dan berolah raga. selanjutnya adalah mengajarkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik, seperti sopan santun dalam berucap, cara makan dan
minum yang baik serta membiasakan anak untuk berdisiplin ibadah.20
C. ANAK
Tidak ada orang tua yang tidak ingin melihat anak-anaknya tumbuh
sehat fisik dan mental, pintar, penurut dan berkelakuan yang baik. akan tetapi
19
http://sikap-orang-tua-terhadap-pendidikan-agama-dan-kaitannya-dengan-pembinaan-akhlak-anak/
20
untuk mencapai itu semua, orang tua haruslah memiliki bekal pengetahuan
yang cukup dalam mendidik anak dengan baik. karena jika para orang tua
mengasuh atau mendidik anak-anak dengan cara yang kurang tepat, maka
jangan salahkan sang anak jika ia akan tumbuh menjadi sosok pribadi yang
tidak diinginkan, liar, tidak bermoral, tidak patuh pada orang tuanya, dan
bahkan tidak patuh pada Tuhannya.
Masing-masing anak memiliki karakteristik yang berbeda dan unik,
demikian juga para orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan dan
pola hidup yang berbeda. akan tetapi kesamaan-kesamaan yang sifatnya
umum tetap ada. orang tua dengan kondisi kedewasaanya dan anak-anak
dengan kondisi kekanak-kanakannya sendiri. maka orang tua tidak dapat
begitu saja memaksakan kondisi kedewasaan mereka dalam proses
pengasuhan anak, karena sudah jelas baik secara fisik maupun psikologis,
kedua kondisi di atas sangatlah jauh berbeda. yang diharapkan adalah
bagaimana agar kelak si anak yang bersangkutan dapat tumbuh dan
berkembang menjadi individu dewasa yang baik dan bertanggung jawab, dan
itu diperoleh dari pola asuh orang tua yang tepat terhadap anaknya. Sudah
tanggung jawab setiap orang tua untuk mengupayakan agar anak memiliki
perilaku disiplin diri untuk melaksanakan hubungan baik dengan tuhan yang
menciptakannya, dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan alam serta
makhluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral.
Bernhard menyatakan bahwa tujuan perilaku disiplin diri adalah
menjadi manusia yang baik, yang nantinya akan mampu menjadi sahabat,
tetangga dan warga negara yang baik.21
1. Pengertian Anak
Dalam kamus besar bahasa indonesia, anak adalah; manusia yg
masih kecil, orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu negeri,
daerah dsb), manusia yg lebih kecil dibandingkan orang yang dewasa, bisa
juga dikatakan sebagai keturunan Adam (manusia).22
Anak juga dapat dikatakan sebagai manusia muda yang batasan
usianya tidak selalu sama di berbagai negara. di Indonesia, sering di pakai
batasan usia anak dari 0 sampai 12 tahun. maka dengan demikian, dalam
kelmpok anak di Indonesia akan termasuk bayi, anak balita, dan anak usia
sekolah.23
Menurut ajaran Islam: anak merupakan amanat yang dibebankan
kepada mereka dan Allah akan menghisab mereka atas amanat tersebut.24
Selain itu Islam juga memandang bahwa anak adalah titipan Ilahi
yang harus dipelihara dan ditunaikan hak-haknya, sebab kelak pada hari
perhitungan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban dari amanah
yang dititipkan itu. Jadi selaku orang tua, kalau ia mengharapkan harus
ditaati olehnya anaknya, maka terlebih dahulu para orang tua harus
menanamkan modal dasar pendidikan hak-hak dari anak-anaknya (dalam
21
http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/peranan-keluarga-dalam-menentukan-tingkat-disiplin-anak.
22
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 30-31. 23
Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Bekasi: PT Delta Pamungkas, 2004), Cet. IV. H. 4. 24
hal ini minta dihormati), maka laksanakanlah dahulu kewajiban itu sebagai
orang tua.25
Imam Ghazali mengatakan bahwa bayi (anak) itu merupakan amanat bagi kedua orang tuanya, hatinya suci dan bersih. Jika dibiasakan
dan diajarkan kebaikan, ia akan tumbuh dengan kebiasaan, pengajaran,
dan berbahagia di dunia dan di akhirat.26
Sebagaimana dikutip Nur Abdul Hafizh dalam bukunya “Mendidik
Anak Bersama Rasulullah SAW, dikatakan juga bahwa menurut
al-Ghazali anak adalah amanat yang harus dijaga bagi orang tuanya, hatinya
bersih, suci, polos, dan kosong dari segala ukiran dan gambar.27
dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak
adalah anggota terkecil makhluk tuhan (manusia) yang dilahirkan oleh
manusia,
2. Fase Perkembangan Anak.
Istilah perkembangan, berarti serangkaian perubahan
progresif/kemajuan yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan
dan pengalaman. perkembangan bukan hanya penambahan berapa
centimeter tinggi badan seseorang bertambah, atau peningkatan
kemampuan yang bersangkutan, melainkan suatu proses integrasi dari
banyak struktur dan fungsi yang cukup kompleks.28
Dalam Islam, fase perkembangan anak dibagi menjadi empat; pertama,
fase menyusui, berlangsung dari mulai sang anak dilahirkan hingga
berumur dua tahun sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baqarah
ayat 233. kedua adalah fase permulaan, yakni dari usia dua hingga enam
tahun (fase penyapihan), si anak sudah mampu untuk memakan dan
mencerna makanan selain air susu ibu. fase ketiga yaitu fase pertengahan,
yakni berumur enam hingga sembilan tahun. pada fase ini anak sudah
mampu membedakan yang baik dan buruk dan sudah mampu mengerjakan
shalat. Sebagaimana yang diperitahkan oleh Rasulullah yang diriwayatkan
oleh Abu Daud dari Amr bin Syuaib, bahwa perintahkanlah anak-anak
yang sudah berumur tujuh tahun untuk shalat, dan pukul jika tidak mau
ketika mereka berumur sembilan tahun. Kemudian fase ke empat, adalah
ketika anak berusia sembilan hingga dua belas tahun.29
Sigmud Freud, salah satu tokoh utama dalam aliran Behaviorisme
membagi perkembangan anak menjadi lima fase (fase keenam merupakan
fase dewasa), yaitu; fase Oral (0-1), pada fase ini mulut merupakan sentral
pokok keaktifan yang dinamis. kedua, fase anal (1-3), dorongan dan
tahanan berpusat pada alat pembuangan kotoran. ketiga, fase phalis (3-5),
pada fase ini alat kelamin merupakan daerah organ paling perasa.
28
Elisabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan “suatu Pendekatan Sepanjang Masa,
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), Ed. Ke V, h. 2. 29
Keempat, fase Latent (5-12/13), impuls-impuls cenderung berada pada
kondisi tertekan. kelima, fase pubertas (12/13-20), fase ini impuls-impuls
(dorongan kembali menonjol).30
Dalam buku ”The First Tear of Life” Charlote Buhler membagi
fase perkembangan anak menjadi empat; pertama, fase pertama usia 0-1
tahun, dimana pada fase ini si anak menghayati berbagai objek di luar
dirinya sendiri serta melatih fungsi-fungsi motoriknya yaitu fungsi-fungsi
gerakan anggota badan. fase kedua usia 2-4 tahun, yaitu fase anak mulai
berupaya mengenali dunia objektif di luar dirinnya yang dibarengi dengan
penghayatannya/pemahamannya secara subjektif. Ia tidak mengenal dunia
luar secara objektif, itulah kenapa pada masa ini anak seringkali mengajak
boneka atau binatang peliharaannya bercanda dan bergurau seakan-akan
mereka memiliki sifat yang sama dengan si anak. fase ketiga, usia 5-8
tahun, masa ini dapat dikatakan sebagai masa sosialisasi, anak mulai
bergaul dan mengenal teman/kawan bermain, mulai mengenal arti prestasi,
pekerjaan dan tugas-tugas kewajiban. Fase keempat usia 9-10 tahun, yaitu
fase sekolah dasar. anak mulai belajar untuk menjelajah, menyelidik,
mencoba dan bereksperimen. Pada masa ini anak mencapai masa
objektifitas tertingginya.31
Menurut Elisabeth B. Hurlock, masa anak adalah usia 2-10/11 tahun. Pada
masa ini seorang anak berada pada masa belum matang (Immature), hal ini
ditandai dengan adanya usaha si anak untuk menyesuaikan diri dengan
30
http://ilmu-psikologi.blogspot.com/2009/05/fase-dan-tugas-perkembangan.html. 31
lingkungan, sehingga ia merasa bahwa dirinyamerupakan sebagian dari
lingkungan tersebut. Pada usia 3 tahun, anak mulai mencoba untuk
berbahasa secara lisan. Pada usia 6 tahun, seorang anak mulai memusatkan
diri untuk berlatih bersosialisasi.32
Ia juga mengatakan bahwa secara kasad mata masa kanak-kanak dimulai
setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira
sekitar umur dua tahun. sedangkan masa kanak-kanak ini memakan waktu
sebelas tahun untuk perempuan dan dua belas tahun untuk laki-laki. dan
harus diketahui bahwa masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang
berbeda, yaitu awal dan akhir masa kanak-kanak. periode awal dimulai
sejak usia dua hinga enam tahun dan masa akhir kanak-kanak dimulai dari
enam hingga tiba saatnya anak-anak matang secara seksual.33
Menurut Erikson, fase perkembangan anak dibagi menjadi empat;
pertama, masa bayi (0-1,5 tahun), pada fase ini anak berada dalam kondisi
yang penuh ketergantungan, ketidak berdayaan dan pemenuhan kebutuhan
fisik. kedua, fase todler ( usia 1,5-3 tahun), pada fase ini anak
menggunakan kemampuan psikomotorik untuk berberak sendiri secara
bebas. ketiga, fase kanak-kanak awal (usia 4-7 tahun), pada fase ini pusat
perhatian anak berubah dari benda kepada manusia, ditunjukkan dengan
adanya perubahan pola bermain yang tadinya sendiri beralih menjadi
32
Ibid., h. 133. 33
bermain bersama. keempat, fase kanak-kanak akhir (usia 8-11 tahun), ini
pusat perhatian anak adalah bersosialisasi.34
dari beberapa uraian fase perkembangan dan pengertian anak di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa masa anak dapat dikatakan dimulai dari
usia kandungan hingga 11 tahun atau pada usia setelah masa bayi hingga
masa kematangan anak secara seksual. pada usia ini, peran orang tua
sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan baik mental maupun
fisik sang anak.
b. FaktorYang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Sesungguhnya sudah berabad-abad lalu para pemikir, ilmuan dan
tokoh-tokoh telah memperhatikan seluk-beluk kehidupan anak, khususnya
dari sudut pandang perkembangannya, bagaimana dan apa yang
mempengaruhi proses perkembangan tersebut. sejak abad pertengahan,
aspek moral dan pendidikan keagamaan menjadi pusat perhatian dan
tujuan umum dalam mendidik anak. pandangan-pandangan bahwa anak
adalah pribadi yang murni dan jauh dari unsur-unsur dosa dan tidak
bermoral adalah dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas keagamaan pada masa
itu.35
Namun yang masih menjadi perdebatan hingga sekarang adalah
apakah faktor utama terjadinya perkembangan itu diakibatkan oleh
pembawaan ataukah lingkungan yang bersangkutan, ada beberapa aliran
34
Alex Sobur, Psikologi Umum., h. 135-136. 35
dalam psikologi yang memberikan kontribusi atas pertanyaan-pertanyaan
di atas yaitu;
a. Aliran Nativisme/Aliran Pembawaan.
Aliran ini diprakarsai oleh seorang filosof Jerman bernama Arthur Schopenhauer (1788-1860), yang berpendapat bahwa perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh pembawaan (faktor genitus
keturunan). Sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak memiliki
andil yang seberapa.36
Tokoh lain dalam yang dapat digolongkan dalam ke dalam aliran ini
adalah Jean Jacques Rousseau (1712-1778), yang berpendapat bahwa
semua orang ketika dilahirkan mempunyai dasar moral yang baik
(noble savage), pandangannya menitik beratkan faktor dunia dalam
atau faktor keturunan sebagai faktor yang penting dari kejiwaan dan
gambaran akan kepribadian seseorang, pandangannya inilah yang
menjadikannya digolongkan ke dalam aliran Nativisme.37
b. Aliran Empirisme/Lingkungan.
Aliran ini adalah kebalikan dari aliran Nativisme. Aliran ini
mengemukakan bahwa anak bagaikan bagaikan kertas putih
atau”tabula rasa” (tabula: meja dan rasa: lilin), yaitu meja yang
tertutup lapisan lilin putih. Meja tersebut dapat dicat warna warni
sesuai keinginan. Lapisan lilin putih atau kertas putih adalah
perumpamaan anak, dan cat warna adalah perumpamaan lingkungan
36
Ibid., h. 147. 37
(pendidikan). menurut aliran ini lingkungan/pendidikan memiliki
peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, sedangkan
bakat keturunan bisa ditutup rapat-rapat olehnya.38
c. Aliran Konvergensi/Persesuaian.
Tokoh utama aliran ini adalah William Stern (1871-1938), seorang filosof dan sekaligus psikolog Jerman. aliran ini memadukan kedua
aliran sebelumnya yakni Nativisme dan Empirisme, menurutnya kedua
aliran tersebut sangat berat sebelah. aliran Konvergensi
menggabungkan arti penting hereditas (turunan/pembawaan) dan andil
lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam proses
perkembangan manusia. menurut aliran ini, faktor pembawaan/turunan
tidak akan berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman dan sebaliknya.
Keduanya tidak akan mampu mengembangkan manusia sesuai dengan
harapan jika tidak saling mendukung.39
38
Ibid., h. 146. 39
31 BAB III
GAMBARAN UMUM KOMPLEK SEKRETARIAT NEGARA R.I TANGERANG
A. Sejarah dan Latar Belakang
Komplek Sekretariat Negara RI ini terletak di daerah Tangerang,
tepatnya di daerah Kebon Nanas setelah Jalan Tol Jakarta keluar. Komplek ini
sebelumnya bermula dari sebuah daerah yang masih dalam kondisi biasa dan
belum banyak penduduknya dikarenakan daerah yang masih terlalu
perkampungan, akan tetapi sedikit demi sedikit warga membangun daerah
tersebut menjadi suatu kawasan yang berkembang dan mendapatkan bantuan
dana dari pemerintah tersebut. Karena komplek tersebut suatu pemukiman
yang bersangkutan dengan pemerintahan dan penduduk di sana bergabung
dalam suatu Institut Pemerintahan yang disebut Sekneg40.
Keberadaan komplek ini sangat terkenal dibanding komplek atau
daerah lainnya. Karena komplek tersebut terkenal sebagai kawasan
pemerintahan yang dibanggakan sebagai tempat tinggal para pengawas
pemerintahan di kawasan industri yang berada di daerah Kebon Nanas
Tangerang. Hal ini dimulai sejak tahun 1980 an sampai sekarang dan pusat
daerah strategis yang dekat dengan hubungan pemerintahan dahulu hingga
sekarang. Nama komplek Sekretariat Negara ini terinspirasi oleh keinginan
pemerintahan pada zaman presiden Soeharto yaitu presiden kedua Indonesia
yang mempunyai pemikiran sebagai tempat dan pemukiman
40
pegawainya pada saat itu. Usaha tersebut beliau wujudkan dalam bentuk
pembuatan tempat tinggal terhadap pegawai-pegawai dari zaman
pemerintahannya dahulu.
Disamping itu, komplek Sekneg ini didirikan dengan tujuan
membantu pemerintah dalam menangani permasalahan sosial dan
pemerintahan khsususnya permasalahan Indonesia. Setelah Presiden Soeharto
meninggal, komplek Sekneg ini diteruskan pimpinannya dengan para menteri
MensesNeg. Komplek Sekretariat Negara RI ini merupakan rasa cinta dan
tanggung jawab beliau terhadap para pegawai-pegawainya. Dengan
memegang amanah ini, beliau jalankan pemerintahan dengan penuh tanggung
jawab, tegas dan rasa hormat warganya pada beliau sangat tinggi sehingga
beliau mendapatkan penghormatan yang sangat tinggi dari pegawai dan
warganya yang tinggal di daerah tersebut.
B. Visi dan Misi
Setiap lembaga pemerintahan memiliki visi, misi guna mencapai
kesejahteraan pemerintahan dan masyarakatnya. Begitu pula komplek
Sekretariat Negara RI ini berupaya mensejahterakan para pegawai-pegawai
dengan memberikan fasilitas yang sangat memadai sebagai sarana dan
prasarana untuk kesejahteraan para pegawai dan warganya41.
Contoh : diberikan Rumah dinas, kendaraan dinas, tunjangan-tunjangan dinas
apabila termasuk warga atau pegawai di lembaga pemerintahan tersebut.
41
Jadi visi dari lembaga pemerintahan Negara tersebut adalah guna
mensejahterakan para pegawainya dan masyarakat atau warganya yang
bekerja di Instansi pemerintah Sekretariat Negara RI dan adapun misinya
adalah :
1. Memenuhi segala kebutuhan warga dan pegawainya yang berhubungan
dengan kepentingan bersama dan sebagai landasan dan alasan Negara.
Contoh : dibuatkan pul bis kantor, gedung aula pertemuan, kantor RW.
2. Memberikan penghargaan kepada warganya yang mempunyai kualitas
terbaik dibanding warga lainnya di komplek Sekretariat Negara RI disana.
3. Memberikan pembinaan sosial, pemerintahan yang berkesinambungan dan
sistematis agar mereka menjadi warga yang berkualitas, berakhlak baik,
dan mempunyai rasa Nasional yang tinggi terhadap pemerintahan
Indonesia.
C. Letak Geografis
Letak geografis merupakan penentu keberadaan wilayah dalam suatu
Institut pemerintahan. Dengan letak yang strategis, suatu Institut pemerintahan
akan lebih mudah mengembangkan visi dan misi yang terbentuk dalam
program yang telah di susun oleh pengurus komplek disana. Komplek
Sekretariat Negara RI terletak di daerah Kebon Nanas Tangerang Kecamatan
Pinang Kelurahan Panunggangan Utara dan propinsi Banten. Lokasi komplek
Sekretariat Negara ini berdekatan dengan jalur masuk tol Jakarta – Tangerang.
Penduduk disana sekitar 2400 KK (Kepala Keluarga). Yang terdiri dari 16 RT
oleh seorang ketua RT yang menjadi panutan dan seseorang yang terpandang
dan bijaksana. Beliau memimpin 2400 Kepala Keluarga (KK) dengan teknik
musyawarah yang dibentuk pengurus RW di komplek Sekretariat Negara RI
(Sekneg).
D. Sarana dan Prasarana
Sebagai komplek Sekretariat Negara dibawah pemerintahan, warga
mendapat banyak sekali yang dapat menjadi kebanggaan atau penunjang
kebutuhan warga, orang tua, kaum beragama, pegawai dan tamu pemerintahan
lainnya. Maka untuk memenuhi kebutuhan itu semua pemeritah memberikan
kesejahteraan yang menjadi faktor kebijaksanaan, kegunaan dan kreatifitas
warga di komplek Sekretariat Negara tersebut. Adapun sarana dan prasarana
yang ada di sana adalah :
1. Gedung Aula pertemuan untuk tamu kehormatan, untuk pertemuan warga,
kegiatan sosial, olahraga dan lain-lain.
2. Sebuah bangunan Masjid yang ditanda tangani oleh Presiden Soeharto
dahulu.
3. Ruangan atau kantor pengurus RW dikomplek Sekretariat Negara RI
4. Perpustakaan buku Anak-anak.
5. Pull bis atau kendaraan dinas yang menuju kantor para pegawai Sekretaris
Negara RI.
6. Kendaraan Dinas milik pribadi.
7. Sarana Olah Raga.
STRUKTUR ORGANISASI PENGURUS RW 003
Kelurahan Panunggangan Utara Kec. Pinang – Tangerang
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA A. Profil Subjek Penelitian
Dalam bab ini sebelum menulis memaparkan tentang metode
bimbingan dalam pola Asuh orang tua terhadap anak usia 6 – 10 tahun di
komplek Sekretariat Negara RI Tangerang, terlebih dahulu penulis akan
mendeskripsikan informasi dalam penelitian ini. Penulis membagi sumber
yang diteliti oleh penulis, pertama informan sebagai orang tua yang
mempunyai anak dan ingin di wawancarai oleh peneliti. Kedua, informan
sebagai pemberi informasi tentang apa dan bagaimana Pola Asuh yang
diterapkan dikeluarga dan anaknya yang bersangkutan atau tidak dengan
akhlak, pendidikan dan pribadi anak.
1. Informan I
Informan pertama bernama Bapak Momon Surahman42 dan isterinya Ibu
Siti Aminah, yang mempunyai anak bernama Muhammad Lutfiana
Rahman, usia 8 tahun, yang bertempat tinggal di komplek SEKNEG RI
blok D1/34 Tangerang beragama Islam bekerja PNS dan penelitian terjadi
tanggal /hari Sabtu / 16 Januari 2010. jam 16.05 WIB, dirumah beliau.
Proses Bimbingan dan Pola Asuh Orang Tua terhadap anaknya adalah :
42
36
- Mengenalkan pendidikan Agama terhadap anaknya terhadap Tuhan
(Allah)
- Disiplinkan anaknya dengan waktu belajar, bermain dan tidak
mengekang anaknya dan menggunakan proses pola asuh demokrasi
terhadap anaknya
- Memberikan dorongan semangat, serta pujian jika anaknya mampu
melaksanakan perbuatan baik atau yang disuruh / diminta orang
tuanya.
- Mengajarkan Akhlak, Sopan santun terhadap Agamanya, orang tuanya,
saudaranya dan lingkungan sekitarnya, (bermain dan sekolah).
2. Informan II
Informan kedua bernama Bapak Wisnu Handoko43 dan isterinya Ibu Desi
Harmonis, anaknya bernama M. Danu Asmoro, usia 7 tahun, yang
bertempat tinggal dikomplek SEKNEG RI Blok D2/03 Kebon Nanas
Tangerang beragama Islam, bekerja sebagai wiraswasta dan penelitian in
terjadi tanggal /hari : Senin , 18 Januari 2010 jam : 17.00 Wib di rumah
beliau.
Proses Bimbingan dan Pola Asuh orang tua yang diberikan terhadap anaknya
adalah :
43
- Disiplin sejak dini agar anak terbiasa hidup dengan tanggung jawab serta
diberi bimbingan Agama agar anak mempunyai akhlak yang baik dan
diberikan kebebasan bermain.
- Proses pola asuh yang diterapkan demokrasi
3. Informan III
Informan ketiga bernama Bapak Ismail Ma’ruf44 dan isterinya Ibu Siti
Musringaturi, dan mempunyai anak bernama Asy-Syifa Nurul Iqomah,
dengan usia 6 tahun, yang bertempat tinggal di komplek SEKNEG RI blok
D3/12 RT 009 / 03 Kebon Nanas Tangerang, beragama Islam bekerja
sebagai Guru dan penelitian terjadi tanggal : Sabtu, 16 Januari 2010. jam
16.05 WIB, dirumah beliau.
Proses Bimbingan dan pola asuh orang tua terhadap anaknya :
- Disiplin, contohnya dalam ibadah, belajar dan waktu bermain tidak lupa
juga selalu mengajarkan sopan santun supaya anak bisa menghargai orang
lain dan orang yang lebih tua, dengan akhlak baik.
4. Informan IV
Informan keempat bernama Bapak Mulyono Adi Saputro45 dan Isterinya
Rinawati Ginting, dan anaknya bernama Marcellino, dengan usia 10 tahun,
yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D2/17 Kebon Nanas
44
Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Ismail Ma’ruf, Sabtu 16 Januari 2010. Jam 16.05 WIB
45
Tangerang Beragama Islam, bekerja wiraswasta dan penelitian in terjadi
hari/tanggal Sabtu 16 Januari 2010 di rumah beliau
Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :
- Dalam sehari-hari dari pagi bangun tidur lalu mandi, gosok gigi,
makannya kemudian sekolah, pulang sekolah lalu mandi dan makan ,
belajar lalu tidur.
- Metode penerapan pola asuh permisif.
5. Informan V
Informan kelima bernama Bapak Tri Winarno46 dengan Isterinya Rara Ar,
dan anaknya bernama M. Rozi Ramadhani dengan panggilan Rama,
dengan usia 8 tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok
D1/27 Kebon Nanas Tangerang Beragama Islam, bekerja karyawan swasta
dan penelitian in terjadi pada Senin 18 Januari 2010 jam 16.15 wib
Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :
- Anaknya yang terpenting harus punya dasar akhlak yang baik, sehingga
kita dapat memberi bimbingan /didikan yang lain.
6. Informan VI
46
Informan keenam bernama Bapak Moh. Hasyim47 dan Isterinya bernama
Ibu Endah Purwani, dan mempunyai anak bernama Yola Evita Ningrum,
dengan usia 10 tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok
D2/1 Kebon Nanas Tangerang Beragama Islam, bekerja PNS dan Ketua
RT dan penelitian ini terjadi Senin 18 Januari 2010 jam 20.20 Wib di
rumah beliau
Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :
- Sejak dini sekolah TK sudah diajarkan mengaji dan belajar
bersosialisasi sesama teman bermain
- Usia SD diajarkan solat, Puasa, menghormati orang tua, dan orang lain
- Harus rajin belajar mandiri dan dilatih bertanggung jawab masalah
sekolah mengerjakan PR dan tugas lainnya.
7. Informan VII
Informan ketujuh bernama Bapak Urip Moegiyono48 dan Isterinya Ibu Sri
Suprati, mempunyai anak bernama Ryan Viery Bagaskara, dengan usia 9
tahun, yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D1/26
Panunggangan Utara Tangerang Beragama Islam, bekerja wiraswasta dan
penelitian in terjadi Sabtu 16 Januari 2010 jam 15.30 Wib di rumah beliau
Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan orang tua pada anaknya
adalah :
47
Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Hasyim Blok D2/1, Senin 18 Januari 2010. Jam 20.20 WIB
48
- Mendidik /memberi pelajaran Agama Islam melalui orang tua atau
lembaga pendidikan formal (seperti TPA atau mengaji dimesjid)
dengan penekanan budi pekerti.
- Memberikan pendidikan umum berupa sekolah
- Memberikan waktu bermain dengan temannya sebagai awal
bersosialisasi mengenal alam sekitar.
8. Informan VIII
Informan kedelapan bernama Bapak H. Iskandar49 dan Isterinya Hj. Siti
Isroni, dan anaknya bernama Via Kanaya Anggita, dengan usia 8 tahun,
yang bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D5/16/RT 10/03
Kebon Nanas Tangerang Beragama Islam, bekerja wiraswasta dan
penelitian in terjadi Senin 18 Januari 2010 jam 19.05 Wib di rumah beliau
Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :
- mendidiknya Via usia 8 tahun dengan metode belajar dan memberitahukan
apa saja yang dia harus kerjakan, contohnya : menyiapkan buku pelajaran,
menyiapkan pakaian sekolah dan lain-lain
- Memberitahu waktu sholat dan menyuruhnya belajar setelah sholat, makan
- Dari segi Agama Via baru bisa belajar sholat, sopan santun pada orang
yang lebih tua, sesama dan berpamitan bila keluar rumah dan ucapkan
salam bila datang
49
9. Informan IX
Informan kesembilan bernama Bapak Sutardi50 dan Isterinya Ibu Turah
dan anaknya bernama Inna Kurniaji, dengan usia 8 tahun, yang bertempat
tinggal di Komplek SEKNEG Blok D2/14 Kebon Nanas Tangerang
Beragama Islam, bekerja PNS dan penelitian in terjadi Selasa 19 Januari
2010 jam 16.30 Wib di rumah beliau
Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :
- Cara mendidik dan mengarahkan anak untuk belajar Agama, sikap,
tingkah laku, dan interaksi dimanapun ia berada.
- Bersikap demokratis
- Agar dapat menghargai pendapat orang lain
- Membiasakan musyawarah dalam mengambil keputusan
- Prestasi belajar formal/tidak formal
- Yakin yakinkan anak, namun Allah Allah penentunya
10.Informan X
Informan kesepuluh bernama Bapak Tri W51 dan Isterinya Ibu Rara ar dan
anaknya bernama Rosa Amalia (Ocha), dengan usia 10 tahun, yang
bertempat tinggal di Komplek SEKNEG Blok D1/27 Kebon Nanas
Tangerang Beragama Islam, bekerja Pegawai Swasta dan penelitian in
terjadi Senin 18 Januari 2010 jam 16.15 Wib di rumah beliau
50
Wawancara pribadi penulis dengan keluarga Bapak Sutardi Blok D5/6 RT 010/03, Selasa 19 Januari 2010. Jam 19.05 WIB
51
Proses Bimbingan dan pola asuh yang diberikan pada anak :
- Mengajarkan bagaimana berlaku santun terhadap pertama orang tua,
kerabat, guru sahabat dan siapapun yang ia kenal maupun belum kenal.
Selanjutnya disiplin, terutama waktu sholat, belajar, mengaji, bermain dan
sebagainya dan mereka juga harus bisa memenej waktu itu sendiri mulai
dia bangun tidur sampai tidur lagi, sehingga Insya Allah SMP besar dia
akan tahu dan bisa menempatkan waktu itu sendiri sesuai dengan
keperluan dan kebutuhannya. Sebagai orang tua kita tidak boleh mendikte
atau menjadi orang tua yang diktator hal seperti itu sangat tidak
mendukung tumbuh kembangnya anak dan kita tidak akan tahu anak itu
akan menjadi sosok seperti apa…? Dan diusahakan agar kita tidak bicara
jangan ! terus diganti dengan kata-kata atau mengatakan akibat dia
melakukan sesuatu ….?
B. Pola Asuh Orang tua
Pola asuh adalah penerapan metode bimbingan dan teknik bimbingan orang
tua kepada anak, orang tua memberikan pendidikan berupa pengajaran,
pembelajaran dan kasih sayang (bimbingan) terhadap anaknya. Orang tua
biasanya mengasuh anak-anak dengan cara berbeda.
Disini penulis akan menjelaskan bagaimana hasil wawancara dengan orang tua
terhadap akhlak anak usia 6-10 tahun dikomplek Sekretariat Negara RI Kebon
Nanas Tangerang. Yaitu mereka ada yang menggunakan teknik demokratis
dalam memberikan pola asuhnya terhadap anaknya. Demokratis dalam
kehidupannya, akan tetapi orang tua mengarahkan dengan nasehat, masukan
dan cara yang berbed-beda .
Analisa Penelitian
Pola asuh orang tua terhadap akhlak anak usia 6 -10 tahun di komplek
Sekretariat Negara RI Kebon Nanas Tangerang. Analisa bertujuan
menjelaskan hasil penelitian dari gambaran peneliti tentang hasil umum
temuan dilapangan ditempat yang diteliti yaitu Komplek Sekretariat Negara RI
Tangerang. Peneliti melakukan penelitian disana bertujuan sebagai tugas akhir
skripsi dan mengamati proses pola asuh yang orang tua berikan kepada anak
usia 6 -10 tahun komplek Sekretariat Negara RI Tangerang. Peneliti
melakukan penelitian ini dengan metode yang digunakan kualitatif deskripsi
analisa. Yaitu metode yang digunakan dengan teknik wawancara dan
menganalisa pola asuh orang tua tentang bagaimana membentuk akhlak anak
usia 6 -10 tahun.
Mudah-mudahan apa yang diteliti disana bermanfaat untuk orang tua, anak
peneliti sendiri sebagai tugas skripsi tingkat akhir jurusan Bimbingan
Penyuluhan Islam. Fakultas Dakwah dan Komunikasi di Universita Islam