• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said Dalam Menyiarkan Islam Di Kelurahan Pondok Petir Kecamatan Bojongsari Kota Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said Dalam Menyiarkan Islam Di Kelurahan Pondok Petir Kecamatan Bojongsari Kota Depok"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PETIR KECAMATAN BOJONGSARI KOTA DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)

Oleh :

ANDRI MAULANA

NIM: 109051000042

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

KECAMATAN BOJONGSARI KOTA DEPOK

Dakwah adalah sebuah ajakan kepada kebaikan. Mengajak manusia untuk

kembali dan tetap dijalan Allah. Inilah yang membuat dakwah dianggap sebagai

profesi atau pekerjaan mulia. Di sisi lain dakwah dijadikan dan disamakan sebagai

profesi umum lainnya. banyak dari

da’i zaman sekarang mengkomersialisasikan

dakwah untuk kepentingan pribadi. Padahal kepentingan dakwah adalah untuk

kepentingan ummat. Sesungguhnya masih banyak metode dan strategi dakwah yang

lebih baik, khususnya yang telah dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur’an.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka rumusan masalahnya adalah:

pertama,

bagaimana strategi dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said dalam menyiarkan

islam?

Kedua, apa kosep yang diterapkan dalam menjalankan strategi dakwah

tersebut? ketiga, apa pesan dakwah ustadz Ahmad Rifky Umar Said?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, maka penulis menggunakan jenis

penelitian kualitatif. Agar penelitian ini mendapatkan hasil yang lebih sempurna.

Penelitian kualitatatif yang digunakan adalah dengan pendekatan deskriptip.

Pendekatan penelitian ini berupa pengamatan, pencarian data dan menjabarkan

tentang hasil penelitaian secara mendalam terhadap strategi dakwah, konsep dakwah

dan faktor pendukung dan penghambat dakwah ustadz Ahmad Rifky.

Teori yang di gunakan adalah teori pola strategi dakwah bil lisan dan

bil hal.

Bil lisan

artinya, bahwa dakwah dapat dilakukan dengan cara perkataan-perkatan

yang baik seperti ceramah, khutbah dan sebagainya,. Sedangkan bil hal artinya bahwa

dakwah dapat dilakukan dengan perbuatan-perbuatan yang baik. (Ghazali: 1997)

Strategi dakwah yang digunakan ustadz Ahmad Rifky Umar Said dalam

menyiarkan Islam adalah strategi dakwah

bil lisan yang dikolaborsikan dengan

strategi dakwah

bil hal. yakni strategi dakwah yang dimulai dengan perkataan dan

diikuti dengan perbuatan. Semua strategi dakwah itu dimulai dari “ibda bin nafsi”

artinya memulai dakwah dari diri sendiri. Kemudian baru berdakwah kepada orang

lain.

Konsep yang dipakai pun adalah konsep sifat yang wajib ada pada diri Rasul.

Yakni:

siddiq (jujur),

amanah (dipercaya),

tabligh (menyampaikan), dan

fathonah

(cerdas).. Pesan dakwahnya adalah mengingat Allah dan Rasul-Nya, mengingat Hari

Akhir dan berdzikir selalu kepada Allah.

Dakwah yang baik adalah dakwah selalu konsisten di jalan Allah. Mereka

yang ikhlas dan hanya mengharap balasan dari Allah. Bukan mengharapkan imbalan

materi. Seakan-akan dakwah sebagai barang yang bisa diberi tarif harga. Dakwah

bukan barang yang bisa dijual. Tetapi dakwah adalah milik

ummat,

untuk

diperjuangkan dalam “amr ma’ruf nahi munkar”.

(6)

ii

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Tiada kata yang patut kita lantunkan selain puji syukur kehadirat Allah SWT

Tuhan yang Maha Agung yang dengan limpahan anugerah dan nikmat yang tak

terukur kepada kami selaku peneliti, sehingga dapat memulai dan menyelesaikan

penelitian ini. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan

baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Amien.

Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri

peneliti, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun Alhamdulillah dengan

keterbatasan dan kekurangan ini akhirnya peneliti bisa menyelesaikan penelitian ini.

Hal ini tidak terwujud sendirinya melainkan karena dukungan dan bantuan dari

banyak pihak baik moril maupun materi, sehingga banyak ucapan terimakasih peneliti

ucapkan kepada:

1.

Keluarga tercinta, Ayah dan Ibu saya, H. M. Nusad dan Nawiyah. Beserta

kakak-kakak dan adik saya yang selalu mendukung saya baik secara

materi ataupun moril untuk terus belajar dalam mencari ilmu.

2.

Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. sebagai Rektor UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

(7)

iii

4.

Bapak Rachmat Baihaky, M.A.selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, Ibu Umi Musyarofah, M.A. selaku Sekretaris Jurusan

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

5.

Dr. Fatmawati, M.A. selaku pembimbing yang telah membimbing peneliti

dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;

6.

Bapak Drs. Masran, M.A. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

memandu dan memberikan support sejak pertama kuliah hingga penulis

dapat menyelesaikan perkuliahan.

7.

Bapak, Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

khususnya jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah

memberikan wawasan ke-ilmuan, mendidik dan mengarahkan peneliti

selama peneliti berada pada masa kuliah.

8.

Bapak, Ibu pengawas Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah membantu peneliti dalam mencari berbagai literature yang

menunjang untuk skripsi ini.

9.

Ustadz Ahmad Rifki Umar Said, sebagai objek dan narasumber penelitian,

dan warga pondok petir yang telah membantu peneliti dalam wawancara

dan melengkapi penyelesaian skripsi.

(8)

iv

mengurangi rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada mereka semua.

Peneliti merasa perlu memberikan ucapan terimakasih yang

sebanyak-banyaknya kepada mereka yang telah peneliti sebutkan di atas, berkat dukungan,

semangat, serta do’a yang tulus kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Tentu saja skripsi ini jauh dari nilai kesempurnaan, namun besar harapan peneliti

bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi

pembaca. Amien

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Maret2014

(9)

v LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Kajian Pustaka ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Strategi dan Dakwah ... 14

B. Ruang Lingkup Dakwah ... 18

1. Subjek dan Objek Dakwah ... 18

2. Metode Dakwah ... 20

3. Media Dakwah ... 26

BAB III BIOGRAFI USTADZ AHMAD RIFKY UMAR SAID A. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan ... 28

B. Kiprah Dakwah ... 29

C. Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Shafa dan Masjid Jami’ An-Nur ... 32

(10)

vi

PETIR KECAMATAN BOJONGSARI KOTA DEPOK

A. Strategi Dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said ... 38

B. Konsep Penerapan Strategi Dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said... 48

1. Shidiq ... 49

2. Amanah... 50

3. Tabligh ... 51

4. Fathonah ... 52

C. Pesan Dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said ... 53

1. Mengenal Allah dan Rasul-Nya ... 53

2. Mengingat Hari Akhir ... 55

3. Berdzikir Sebanyak-banyaknya ... 58

BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 63

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai al-Din Allah merupakan manhaj al-hayat atau way of life, acuan dan kerangka tata nilai kehidupan. Ketika komunitas muslim berfungsi sebagai sebuah komunitas yang ditegakkan di atas sendi-sendi moral iman, Islam dan takwa dan dapat direalisasikan dan dipahami secara utuh dan padu merupakan suatu komunitas yang tidak eksklusif karena bertindak sebagai “Umma al-Wasatan” yaitu sebagai teladan di tengah arus kehidupan yang serba kompeks.1

Dakwah termasuk hal yang amat vital dan penting bagi penyebaran dan perkembangan agama Islam. Tanpa adanya dakwah, Islam tidak akan berkembang dan tidak akan bertahan sampai sekarang, dan juga manusia tidak akan pernah mengenal Islam pada saat ini. Rasulullah Muhammad adalah orang yang pertama yang menyiarkan agama Islam dengan cara berdakwah. Beliau berdakwah untuk mengembalikan manusia kejalan yang diridhoi Allah dan mengajarkan manusia agar selalu menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah. Setelah Rasul meninggal dunia, dakwah Islam pun dilanjutkan oleh para sahabatnya dan berlanjut terus dari generasi ke generasi penerus dakwah Rasulullah hingga sampai sekarang ini.

Dakwah sendiri adalah sebuah ajakan, seruan dan panggilankepada diri sendiri, keluarga maupun orang lain, untuk menjalankan semua perintah dan

1

(12)

meninggakan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.2 Dalam hal ini seorang pendakwah (da’i) selalu menghadapi tantangan dakwah yang berbeda-beda atau sebuah kaum (masyarakat) yang berberbeda-beda-berbeda-beda. Maka inilah yang menjadi sebuah tantangan besar bagi para da’i dalam menyampaikan dakwahnya. Seorang da’i dituntut untuk bisa mengemas sebuah pesan atau isi dakwahnya sedimikian rupa, agar dakwah itu dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat sebagai mad’u-nya. Di dalam al-Qur’an sendiri pun dijelaskan cara-cara bagaimana seorang da’i untuk mengemas dakwahnya agar dakwah itu dapat diterima oleh mad’u.

ä

í÷Š$#

4

’n<Î)

È

≅‹Î6y™

y

7În/u‘

Ï

πyϑõ3Ïtø:$$Î/

Ï

πsàÏãöθyϑø9$#uρ

Ï

πuΖ|¡ptø:$#

(

Οßγø9ω≈y_uρ ÉL©9$$Î/

}

‘Ïδ

ß

|¡ômr&

4

¨

βÎ)

y

7−/u‘

u

θèδ

Þ

Οn=ôãr& yϑÎ/

¨

≅|Ê tã

Ï&Î#Î6y™

(

u

θèδuρ

Þ

Οn=ôãr&

t

ωtGôγßϑø9$$Î/ ∩⊇⊄∈∪

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S. An-Nahl :125)

Dari ayat di atas, maka dakwah adalah: Menyampaikan kebenaran di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala ( ر ) dengan metode ( ا او ). Propaganda, mengajak atau menyampaikan sesuatu dapat disebut dakwah jika metode yang digunakan sesuai dengan ayat di atas, yaitu; Bilhikmah dan Mau’idzah Hasanah. Sedangkan yang menetukan hasil dari dakwah hanyalah Allah SWT,dalam memberi hidayah kepada manusia yang menerima dakwah.

2

(13)

Berhubungan dengan masalah di atas, maka metode yang digunakan dalam mengajak haruslah sesuai dengan kondisi maupun tujuan yang akan dicapai. Pemakaian metode atau cara yang benar merupakan tolak ukur keberhasilan dari dakwah itu sendiri. Namun bila metode yang digunakan dalam menyampaikannya tidak sesuai, maka akan mengakibatkan hal yang tidak diharapkan.

Adanya sebuah metode dalam dakwah memang membantu sekali dalam mengajak mad’u kepada kebaikan (dakwah). Akan tetapi metode saja tidak cukup digunakan oleh seorang da’i dalam berdakwah, apalagi zaman yang sudah berubah menjadi serba modern seperti sekarang ini. Pastilah seorang da’i dituntut agar dapat mengemas dakwah dengan sedemikian rupa, agar dakwahnyaa dapat diterima oleh masyarakat. Maka dari itu yang dibutuhkan da’i saat ini adalah bukan hanya metode dalam dakwah, tapi seorang da’ijuga harus mempunyai strategi khusus dalam mensukseskan dakwahnya. Strategi dalam berdakwah yang dimiliki seorang da’i, biasanya mempunyai perbedaan atau ciri khas dalam pelaksanaannya, hal ini biasanya dipengaruh oleh situasi dan kondisi masyarakat yang dihadapi.

(14)

Inilah sebuah problematika dakwah yang amat sulit bagi Ustadz Ahmad Rifky Umar Said atau juga yang sering disebut dengan nama “Ustadz Lancip”. Ketika beliau ingin mengerjakan sesuatu yang baik, sesuatu yang wajib bagi setiap muslim dan muslimah dalam menegakan agama Islam “amr ma’ruf nahi munkar”. Tetapi yang ia dapatkan adalah sebuah penolakan keras atas

dakwahnya, caci maki, dan lain sebagainya, bahkan ada orang meragukan ilmu agama beliau dalam berdakwah.

Ustadz Lancip menanggapi masalah penolakan tersebut sebagai cobaan dari Allah. Rasulullah sendiri pun mengalami cobaan yang amat lebih berat dalam berdakwah pada masanya. Saat Rasulullah SAW hijrah ke Thaif, saat mendapat penolakan dari Mekkah dan Madinah. Rasul sering mendapat penolakan, caci maki, ancaman orang kafir dengan niat ingin membunuhnya, bahkan mendapat sebuah pengusiran.3 Maka, dari situlah muncul dorongan dalam diri Ustadz Lancip untuk lebih memotivasi, bahwa dirinya harus terus memperjuangkan dakwahnya untuk menegakkan agama Islam dan menciptakan generasi-generasi da’i yang berkualitas dalam berdakwah di zaman yang modern ini, yakni dengan

membangun Pesantren dan Yayasan YatimPiatu Daarul Shafa di kelurahan Pondok Petir.

Awalnya memang beliau sempat merasa putus asa, akibat desakan warga komplek perumahan sekitar Pondok Pesantren Daarul Shafa yang mencoba mengusirnya. Bahkan warga komplek perumahan sekitar melaporkan Ustadz Lancip ke kelurahan dan ke polisi, dengan tuduhan mengganggu ketertiban umum. Inilah yang membuat beliau sempat putus asa dan menangis dalam

3

(15)

do’anya. Dalam hati beliau tidak ada dendam atau marah, tapi sebaliknya beliau terus berdo’a dan melakukan sebuah pergerakan, yakni dengan mendekati para tokoh masyarakat dan pemuda sekitar, untuk meyakinkan masyarakat komplek perumahan dan sekitarnya, agar bisa menerima dakwah dan usulan beliau untuk membangun sebuah Pesantren dan Yayasan Daarul Shafa, karena itu sebenarnya adalah suatu kebaikan dan menguntungkan bagi mereka juga untuk menitipkan anak-anak mereka dalam mendalami Islam melalui Pesantren Daarul Shafa.

Di sela-sela perjuangan dakwah Ustadz Lancip, beliau sempat mengajak para pemuda sekitar untuk meningkatkan kreativitas mereka, yakni dengan membuat sebuah pelatihan marawis secara gratis. Awalnya memang sedikit yang ingin latihan, namun dengan beriringnya waktu akhirnya banyak yang berminat untuk berlatih. Sehingga dibentuklah sebuah Grup Marawis “Arrabany”, yang mana grup ini sudah ikut berbagai parade marawis dan sering mendapat panggilan acara.

(16)

Inilah sebuah keunikan strategi dakwah Ustadz Lancip yang perlu dikupas lebih jauh, bagaimana beliau dapat mengubah pemikiran masyarakat yang tadinya menolak dan berubah menjadi menerima dakwahnya. Maka dari itu penulis ingin lebih jauh meneliti tentang strategi dakwah Ustadz Lancip dalam memperjuangkan dakwahnya dari penolakan masyarakat, yakni dengan mengambil judul penelitian sebagai berikut: “STRATEGI DAKWAH USTADZ AHMAD RIFKY UMAR SAID DALAM MENYIARKAN ISLAM DI

KELURAHAN PONDOK PETIR KECAMATAN BOJONGSARI KOTA

DEPOK”.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Penulis membatasi masalah dalam penelitian skripsi ini, agar masalah yang diteliti tidak melebar terlalu luas dalam pembahasan masalah yang dituju. Maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada strategi dan penerapan konsep dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said (Ustadz Lancip) sebagai komunikator dalam menyiarkan Islam di kelurahan Pondok Petir Kecamatan Bojongsari kota Depok.

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulis mendapatkan rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said (Ustadz Lancip) dalam menyiarkan Islam di kelurahan Pondok Petir kecamatan Bojongsari kota Depok?

2. Apa konsep dakwah yang dipakai Ustadz Ahmad Rifky Umar Said (Ustadz Lancip) dalam menyiarkan Islam?

(17)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui strategi dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said (Ustadz Lancip) dalam menyiarkan Islam di kelurahan Pondok Petir kecamatan Bojongsari kota Depok.

b. Untuk mengetahui konsep penerapan strategi dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said (Ustadz Lancip) dalam menyiarkan Islam di kelurahan Pondok Petir kecamatan Bojongsari kota Depok.

c. Untuk mengetahui pesan dakwah apa saja yang selalu Ustadz Ahmad Rifky Umar Said (Ustadz Lancip) ingatkan kepada mad’u-nya? 2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian di atas diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain:

a. Manfaat Teoritis (Akademis)

(18)

b. Manfaat Praktis

1) Bagi para da’i diharapkan ini menjadi bahan masukan serta informasi agar lebih memperhatikan lagi tentang penyusunan strategi dakwah yang dipakai dalam menghadapi berbagai macam tantangan dakwah Islam.

2) Dengan penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat dan digunakan sebagai bahan informasi dalam meningkatkan mutu dakwah Islam.

D. METODELOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan judul diatas maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu metode untuk mengungkapkan masalah untuk menggambarkan atau memaparkan apa adanya dari penelitian. Penelitian kualitatif biasanya menekankan observatif, wawancara mendalam dan dokumentasi. Maka dalam penelitian ini peneliti menekankan pada observasi dan wawancara mendalam dalam menggali data bagi proses validitas penelitian ini, tetapi tetap menggunakan dokumentasi.4 Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan data dimulai dengan melakukan observasi terlebih dahulu ke Pondok Pesantren Daarul Shafa untuk mengamati kegiatan dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said, baik dalam berdakwah kepada santri-santrinya maupun kepada warga sekitar Pondok Petir. Kemudian melakukan wawancara kepada para narasumber khususnya Ustadz

4

(19)

Ahmad Rifky Umar Said sebagai data utama penelitian, dan umumnya kepada beberapa warga Pondok Petir yang memang selalu mengikuti kegiatan dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said, sebagai data pelengkap penelitian.

2. Tempat Penelitian

Penulis mengambil tempat penelitian di Pesantren Daarul Shafa sekaligus kediaman Ustadz Ahmad Rifky Umar Said (Ustadz Lancip) dan lingkungan sekitar wilayah kelurahan Pondok Petir kecamatan Bojongsari kota Depok. Pada tanggal 20 Januari sampai 30 Januari dan 16 Februari 2014.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi dalam bentuk kata-kata dan tindakan serta sumber data tertulis. Bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain, yang berkaitan dengan masalah strategi dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said dalam berdakwah di kelurahan Pondok Petir kecamatan Bojongsari kota Depok

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi: teknik pengumpulan data dengan mengamati langsung objek penelitian. Observasi juga merupakan pengamatan dari pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.5 Dengan Teknik ini peneliti mengamati, mencatat, merekam dan memfoto tentang kegiatan-kegiatan dakwah Ustad Ahmad Rifky Umar

5

(20)

Said dalam berdakwah. Observasi pun peneliti lakukan saat melakukan wawancara dengan Ustadz Ahmad Rifky Umar Said dan beberapa narasumber lainnya, dan hasil observasi digunakan untuk membantu menjawab perumusan masalah penelitian.

b. Wawancara: Teknik pengumpulan data dalam upaya menghimpun data akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah penelitian. Kemudian data yang diperoleh dengan teknik ini adalah dengan cara Tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung antara seorang atau beberapa orang yang diwawancarai dan pewawancara.6 Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai Ustadz Ahmad Rifky Umar Said (Ustadz Lancip) sebagai narasumber utama penelitian dan mewawancarai beberapa dari warga Pondok Petir sebagai data pelengkap dalam penelitian.

c. Dokumentasi: data yang diperlukan, dicari, dikumpulkan, dibaca dan dipelajari dari sumber-sumber berupa arsip, buku, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan penelitian. Data-data dan dokumen-dokumen dalam penelitian ini berasal dari buku, bulletin, CD dan foto-foto yang terkait dengan penelitian tentang strategi dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said.

5. Teknik Pengolahan Data

Dalam menyederhanakan/mereduksi data penelitian, peneliti melakukan beberapa tahap, yaitu data dikelompokkan, disederhanakan lalu dikemas dengan tujuan mempermudah memahami inti dari topik faktual terkait dengan fokus

6

(21)

penelitian ini. Dan dalam penulisan ini peneliti berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan CeQDA (Center for quality Development and Assurance).

6. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh secara deskriptif, yaitu menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan dianggap akurat serta menuangkannya kedalam konteks penulisan karya ilmiah atau skripsi dengan cara menjabarkan, menerangkan, memberikan gambaran serta klasifikasi dan menginterpretasikan data-data yang terkumpul secara apa adanya terlebih dahulu, kemudian menarik kesimpulan atas permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut.

E. Kajian Pusataka

(22)

Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Judul penulis adalah: 1. Strategi dakwah Kiai Emet Ahmad Khatib melalui Ishlah Tsamaniyah

(studi kasus pengembangan dakawah di Pesantren Al-Ishlah Bobos Cirebon) yang dibuat oleh Abdul Basit (NIM: 106051001769) tahun 2014. 2. Strategi Dakwah Strategi Dakwah Habib Mundzir Al Munsawa dalam

Pembentukan Akhlakul Karimah Jama’ah Remaja di Majelis Rasulullah yang dibuat oleh Halomoan (NIM: 108051000185) tahun 2013. Skripsi ini lebih menjelaskan strategi dakwah dengan strategi pengajian-pengajian keliling dari daerah satu ke daerah lainnya, karena jangkauan jama’ahnya lebih luas.

F. Sitematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini, penulisnya akan menguraikannya ke dalam beberapa bab sebagai berikut:

1. Bab satu pendahuluan berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

2. Pada bab kedua, peneliti akan membahas tentang pengertian stategi dakwah, ruang lingkup dakwah meliputi subjek dan objek dakwah, metode dan media dakwah.

(23)

4. Adapun dalam bab keempat, berisi tentang strategi berdakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said (Ustadz Lancip), konsep dakwah menurut Ustadz Ahmad Rifky Umar Said (Ustadz Lancip) dan pesan dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said.

(24)

14

A. Strategi Dakwah

1. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani "strategos", yaitu jendral dalam militer. Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan, yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.1 Satu definisi umum dalam kamus adalah suatu “prosedur untuk mencapai tujuan”. Dalam kamus istilah manajemen, adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling berhubungan dalam hal waktu dan ukuran.2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi didefinisikan sebagai : a. Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk

melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.

b. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan: sebagai komandan ia memang menguasai betul, seorang perwira di medan perang.

c. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus;

d. Tempat yang baik menurut siasat perang.

1

Rafi’udin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 76.

2

(25)

Menurut Djoko Luknanto strategi adalah:“The science and art” untuk memanfaatkan faktor lingkungan eksternal secara terpadu dengan faktor-faktor lingkungan internal untuk mencapai tujuan lembaga.3

Dari berbagai definisi diatas dapat diambil pengertian bahwa strategi adalah:

cara atau metode terbaik untuk mencapai tujuan atau beberapa sasaran dengan memanfaatkan faktor lingkungan eksternal secara terpadu dengan faktor-faktor internal. Strategi ini biasanya hanya menonjolkan kesempurnaan dari sebuah ide atau perencanaan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Sedangkan pengertian dakwah ditinjau dari segi bahasa Da’wah berarti: panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedang bentuk kata kerja atau fi’il-nya adalah د ة د - - yang berarti memanggil, menyeru atau mengajak.4 Dakwah itu menyeru atau mengajak kepada sesuatu perkara, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah agar menerima dan menjadikan Dienul Islam sebagai dasar dan pedoman hidupnya.5 Kata dakwah juga dapat dikategorikan sebaai fi’il amr yang artinya sebuah perintah6

Jamaluddin Hasyib dalam suatu diskusi Wawacara dan Latihan Da’i Pembangunan Menyongsong Matahari-2000 dalam makalahnya Strategi Dakwah

3

(UGM, 2003, http://luk.staff.ugm.ac.id). 4

Abd. Rasyid Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet. ke-3, h. 7.

5

Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu,1981), h. 28.

6

Kata Ad-da’watu (ة ا) berasal dari kata da’aa – yad’uu ( - د). Kata ini punya arti:

(26)

dalam Pembangunan Masyarakat menulis tentang pengertian dakwah etimologi sebagai berikut:

Dakwah = menyeru Dakwah = mengajak Dakwah = memanggil Dakwah = berdo’a7

Menelusuri pengertian dakwah dari segi yang lain yaitu secara terminologi, beraneka ragam pendapat para ulama. Menurut istilah, dakwah mempunyai bermacam-macam pengertian, tergantung pada tujuan yang hendak dicapainya, dan cara menyampaikannya.

“Menurut syaikh Ali Mahfudz dakwah ialah mendorong (memotivasi) manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, memerintahkan mereka berbuat ma’ruf dan mencegahnya dari perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan didunia dan akhirat.”8 “Menurut Prof. Toha Yahya Omar, M.A.Dakwah Islam adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.”9

“Menurut Dr. Quraish ShihabDakwah adalah seruan atau ajakan kepada insafan atau usaha mengubah situasi kepada kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap diri pribadi maupun masyarakat.”10

Dari pengertian dakwah di atas, maka dakwah dapat diuraikan sebagai suatu usaha penyampaian pesan yang berisikan risalah-risalah atau ajaran-ajaran agama Islam, yang tujuannya adalah mengajak orang-orang yang menerima atau mendengarkan pesan dakwah agar melaksanakan pesan ajaran agama Islam yang disampaikan. Hal ini juga terdapat ajakan kepada para mad’u untuk berkenan

7

Jamaluddin Hasyib, Strategi Da’wah dalam Pembangunan Masyarakat”, Makalah Diskusi Wawasan dan Latihan Da’i Pembangunan Menyongsong Matahari, (Jakarta: 1990), h. 11.

8

Moh. Ansori, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, (PT. Mitra Cahaya Utama, 2006), Cet. ke-1 h. 10.

9

Toha Yahya Omar,Ilmu Dakwah,(Jakarta:Wijaya,1979), 1. dikutip oleh Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta:AMZAH,2009), h. 3.

10

(27)

dengan suka rela mau mengubah sikap dan perilakunya sesuai dengan ajaran Islam, yaitu amar ma’ruf nahi munkar.

Melihat dua pengertian kata kunci diatas, yaitu strategi dan dakwah. Maka penulis mendapat sebuah pengertian dari strategi dakwah. Strategi dakwah adalah sebuah usaha penyampaian pesan-pesan ajaran Islam, yang dilaksanakan secara matang yakni dengan melihat pola dakwah yang tepat dan sesuai dengan sasaran dakwahnya. Hal ini seorang da’i harus bisa memanfaatkan faktor-faktor internal dan ekternal, agar dakwah yang nantinya akan disampaikan itu berhasil dan sampai sesuai dengan tujuan ajaran Islam.

Berbicara masalah strategi dakwah, memang tidak akan lepas kaitannya dengan metode dakwah. Kegitan dakwah dibutuhkan suatu strategi yang merupakan taktik dalam berdakwah, sehingga dapat dilaksanakan dengan tuntas dan berhasil dalam mencapai tujuan. Strategi dalam penyampaian pesan agama

dapat dilaksanakan melalui pola dakwah yang tepat sasaran.11

Pola dakwah yang sering dijadikan strategi adalah:

a. Strategi dakwah bil lisan

Dakwah bil lisan adalah dakwah yang disampaikan dengan perkataan-perkataan yang mempunyai nilai informatif dalam berdakwah, akan tetapi tanpa melupkan nilai persuasif dakwah itu sendiri. Strategi dakwah ini biasanya sering dikenal dengan sebutan ceramah agama. b. Strategi dakwah bil hal

Dakwah bil hal adalah dakwah yang disampaikan dengan tindakan-tindakan nyata atau perbuatan nyata terhadap kebutuhan penerima

11

(28)

dakwah, sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerima dakwah. Dakwah seperti ini biasanya lebih mempunyai nilai pesuasif yang lebih dalam mempengaruhi para mad’u.

Membuat strategi dakwah harus memperhatikan masalah teknik dan taktik yang memang jitu. Untuk mantapnya strategi dakwah, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumusan teori komunikasi Lasswell12, yaitu:

a. Who? (Siapa da’i atau penyampai pesan dakwahnya?) b. Says What? (Pesan apa yang disampaikan?)

c. In Which Channel? (Media apa yang digunakan?)

d. To Whom? (Siapa Mad’unya atau pendengarnya?)

e. With what Effect? (Efek apa yang diharapkan?)

B. Ruang Lingkup Dakwah

1. Subyek dan Obyek Dakwah

Subyek dakwah adalah orang yang melaksanakan tugas dakwah atau bisa disebut sebagai da’i. Pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan atau kelompok. Pribadi atau subyek adalah sosok manusia yang mempunyai nilai keteladanan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala hal.13Da’i yang baik adalah seorang da’i yang mempunyai akhlakul karimah dalam dirinya. Kemudian da’i yang sukses adalah da’i yang ketika hidup bermasyarakat bisa terus mengubah dan

12

Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam Dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009),Cet. ke-1. h. 162.

13

(29)

harus sadar akan perubahan ini, untuk mengarahkan dan mengingatkan dakwah kepada jalan kebaikan menurut Islam.

Daerah da’i adalah mulai dari masyarakat desa yang primitif hingga masyarakat industri yang telah terpengaruh diktatornya pengaruh ekonomi raksasa dan teknologi ultra modern dan merajalelanya individualisme. Da’i berada di tengah gejolak masyarakat yang bergejolak. Jelaslah bahwa da’iadalah seorang yang harus paham benar tentang kondisi masyarakat itu dari berbagai segi, psikologi, sosial, kultural, etnis, ekonomi, politik, makhluk Tuhan ahsani takwim.14 Sebagai orang yang akan menjalankan amanah Allah di atas bumi, maka juru dakwah harus memiliki sifat-sifat khusus, harus memiliki kepribadian muslim sejati yaitu dengan dengan akhlakulkarimah.

Menurut M. Ghazali bahwa ada tiga sifat dasar yang harus dimiliki seorang juru dakwah ke jalan Allah, yaitu: setia pada kebenaran, menegakkan perintah kebenaran dan menghadapi semua manusia dengan kebenaran.15 M. Ghazali juga menegaskan dua syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang juru dakwah, yaitu: pengetahuan mendalam tentang Islam dan juru dakwah harus memiliki jiwa kebenaran (ruh yang penuh dengan kebenaran, kegiatan, kesadaran, kemajuan).16

Obyek dakwah ini disebut juga mad'u atau sasaran dakwah, yaitu orang-orang yang diseru, dipanggil, atau diundang, Maksudnya ialah orang-orang yang diajak ke dalam Islam sebagai penerima dakwah.17 Sehubungan dengan kenyataan yang

14

M. Syafaat Habin, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1982), Cet. ke-1, h. 106-107

15

A. Hasymi, Dustur Dakwah menurut al-Qur'an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 14

16

A. Hasymi, Dustur Dakwah menurut al-Qur'an, h. 16

17

(30)

berkembang dalam masyarakat, bila dilihat dari aspek kehidupan psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah, sasaran dakwahnya terbagi menjadi:

a. Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah marginal dari kota besar.

b. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga. c. Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi

sosial kultural berupa golongan priyayi, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat di Jawa.

d. Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua.

e. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.

f. Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi okupasional (profesi dan pekerjaan) berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya.18

2. Metode Dakwah

Metode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata methodos artinya jalan,

18

(31)

yang dalam bahasa Arab disebut thariq.19 Dalam bahasa Inggris, metode berasal dari kata method, yang mempunyai arti pelajaran atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif.20

Metode dakwah berarti jalan atau cara atau teknik berkomunikasi yang digunakan oleh seorang da’idalam menyampaikan risalah Islam kepada masyarakat (mad'u) yang menjadi obyek dakwahnya.21 Dalam mencari sebuah keberhasilan dakwah di masayarakat kadang membutuhkan metode yang yang sesuai dalam berdakwah. Karena masyarakat sebagai mad’u yang dihadapi bisa berbeda-beda. Tugas seorang da’i adalah mencari dan menyesuaikan metode dakwah yang akan dipakai dalam berdakwah. Pedoman dasar atau prinsip penggunaan metode dakwah Islam sudah termaktub dalam al-Qur'an dan Hadits Rasulullah saw.

Dalam al-Qur'an, sesungguhnya Allah telah befirman dalam surat An-Nahl ayat 125, di mana dijelaskan tentang metode atau cara berdakwah yang baik.

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara baik.” (An Nahl/ 16: 125)

Ayat di atas menjelaskan bahwa ada tiga metode atau tiga cara berdakwah yang baik, yaitu: berdakwah dengan cara yang hikmah (bijaksana), berdakwah dengan cara mauidzatulhasanah (nasehat-nasenat yang baik), dan berdakwah dengan mujadalah (berdebat dengan cara yang baik).

19

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, h. 35.

20

Masdar Helmi, Problem Dakwah Islamiyah dan Pedoman Mubaligh, (Semarang : CV. Toha Putra, 1969), h. 34

21

(32)

a. Dengan Hikmah (bijaksana)

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi:

"Dakwah dengan bil Hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan".

Menurut Toha Yahya Omar, "hikmah adalah bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berpikir, berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan".22 Menurut al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, "hikmah adalah perkataan yang tepat lagi tegas yang dibarengi dengan dalil yang dapat menyingkap kebenaran dan melenyapkan keserupaan".23 Sedangkan menurut Ali Mustafa Ya'kub, "hikmah adalah sebagai ucapan-ucapan yang tepat dan benar atau argumen-argumen yang kuat

dan meyakinkan".24

Dari penjelasan para ahli di atas dalam memberikan definisi hikmah, penulis dapat menyimpulkan bahwa hikmah adalah perkataan

dan perbuatan yang tepat berdasarkan ilmu, dalam arti menyesuaikan kepada keadaan zaman yang tidak bertentangan dengan agama Allah. Artinya seorang da’i dituntut untuk bisa menyesuaikan dakwahnya, baik dari isi dakwah maupun cara penyampaian dakwah tersebut.

22

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, h. 36.

23

M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997), h. 21.

24

(33)

b.

Dengan Mau'izhah Hasanah (nasehat/pelajaran yang baik)

و

!ا " # $ %& ا %ھو ( )* ا (+ , ا

نا. وا "/

.

"Al- Mau'izhatil hasanah yaitu perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mreka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka, atau dengan al-Qur'an.25

Mau'izhahhasanah juga merupakan nasihat-nasihat yang baik

atau memberi peringatan, kata-kata, ucapan, dan teguran yang baik.26 Dengan lemah lembut dan perkataan yang enak didengar dan memberi pelajaran atau nasihat akan dapat membuka hati yang keras, dan akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada dengan ancaman dan penghinaan.

Jadi mau'izhahhasanah adalah nasihat yang baik, yaitu dengan anjuran dan didikan yang baik serta dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami. Memberi nasihat merupakan cara yang mudah dalam berdakwah yang bisa dilakukan oleh seorang muslim dan da’i, ia tidak harus melalui mimbar di masjid atau majelis taklim tapi cukup dengan obrolan biasa atau diskusi ringan yang menyejukkan.

c. Dengan Mujadalah (berdebat dengan cara yang baik) Dalam Tafsir Jalalain disebutkan:

ا ء او 1 ﷲ ا ء 3 4) ا %ھ %& ا ( د 5, ا يا 4) ا %ھ %& د 7و

1&5 .

25

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,h. 37.

26

(34)

Artinya : "Berbantahan yang baik yaitu mengajak ke jalan Allah SWT dengan menggunakan ayat-ayat-Nya dan hujjah-Nya".27

Menurut M. Mansyur Amin, "berdebat dengan cara yang lebih baik artinya adalah berdakwah dengan jalan mengadakan tukar pikiran yang sebaik-baiknya.28 Metode debat merupakan cara praktis yang ideal untuk mencapai cita-cita mulia yang diharapkan, yaitu untuk menegakkan kebenaran.29 Dengan cara demikian, kita dapat mengetahui letak keluasan ilmu Islam untuk diterangkan kepada orang lain. Yang tadinya pendapat kita benar dan yang lain salah, dalam metode debat ini kita dapat mengetahui kebenaran yang baik atau sesungguhnya dan membetulkan aqidah yang batil.

Adapun bentuk-bentuk metode dakwah yang lainnya antara lain: a. Metode pendekatan pribadi (personal approach)

Yaitu metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan kepada setiap individu.30 Metode ini pada prakteknya dilaksanakan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap muka, walaupun jama'ah yang dihadapinya melalui satu perkembangan. Kelebihan memakai metode ini antara lain dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi individu. Sedangkan kekurangannya antara lain, memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama.

27

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,h. 39.

28

M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, h. 30.

29

Muhammad Husain Fadhlullah, Metodologi Dakwah al-Qur'an, (Jakarta: Lentera, 1997), Cet. ke-1, h. 40.

30

(35)

b. Metode diskusi

Metode ini dilakukan dengan cara berdiskusi, khususnya dalam penyampaian materi, sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku.31 Kelebihan pada metode ini antara lain kesimpulan yang dihasilkan dalam diskusi akan mudah dipahami. Adapun kekurangannya sulit untuk diramalkan arah penyelesaian diskusi, dan diskusi akan gagal bila tidak dapat mengarahkannya.

c. Metode Ceramah

Metode yang paling banyak diwarnai oleh ciri (karakteristik) bicara seorang mubaligh pada suatu aktivitas dakwah.32 Metode ceramah ini sangat tepat, apabila jama'ah yang dihadapi merupakan kelompok orang yang berjumlah besar dan perlu dihadapi secara sekaligus. Kelebihan metode ini adalah adanya karakteristik tersendiri dan peluang keberhasilannya pun berbeda dengan metode lainnya, serta dalam waktu cepat dapat disampaikan materi yang sebanyak-banyaknya. Sedangkan kekurangannya, bila penceramah tidak memperhatikan segi psikologis jama'ahnya, maka materi ceramah yang disampaikan tidak sesuai dan membosankan.

d. Metode Tanya Jawab

Metode ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi dakwah sehingga mendorong mereka yang mendengarkan atau menanyakan

31

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, "Pedoman Guru Agama Lanjutan Atas", (Jakarta: 1974), h. 15.

32

(36)

masalah yang dirasa belum dimengerti dan da’i sebagai penjawabnya.33 Kelebihan pada metode ini adalah dapat digunakan sebagai komunikasi dua arah dan forum yang lebih hidup, dimana mubaligh dan jama'ahnya sama-sama aktif memberikan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang kurang jelas di hati para jama'ah. Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah hal ini membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikannya. 3. Media Dakwah

Mediadakwah dalam arti sempit dapat diartikan sebagai alat bantu dakwah. Alat bantu dakwah berarti media dakwah memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin. Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk mengikuti (menjalankan) ideologi (pengajaknya).Sedangkan pengajak (da’i) sudah barang tentu memiliki tujuan yang hendak dicapainya. Proses dakwah tersebut agar mencapai tujuan yang efektif dan efisien, da’i harus mengorganisir komponen-komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat. Salah satu komponen-komponennya adalah media dakwah.34

Ada beberapa media komunikasi dakwah, yang dapat digolongkan menjadi lima golongan besar, yaitu:

a. Lisan: termasuk dalam bentuk ini adalah khutbah, pidato, diskusi, seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah dalam suatu acara, obrolan secara bebas setiap ada kesempatan yang semuanya dilakukan dengan lisan atau bersuara.

33

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 123-124.

34

(37)

b. Tulisan: dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan umpamanya; buku-buku, majalah surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan lain sebagainya. c. Lukisan: yakni gambar-ganbar dalam seni lukis, foto dan lain

sebagainya. Bentuk terlukis ini banyak menarik perhatian orang banyak dan dipakai untuk menggambarkan suatu maksud yang ingin disampaikan kepada orang lain termasuk umpamanya komik-komik bergambar Islami untuk anak-anak.

d. Audio Visual: yaitu suatu cara menyampaikan sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, radio, film, dan sebagainya.

e. Akhlak: yaitu suatu cara menyampaikan langsung ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata.35

35

(38)

28 A. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

Latar belakang keluarga Ustadz Ahmad Rifki Umar Said atau Ustadz Lancip adalah seorang anak yang lahir dari pasangan Bapak H. Umar Said yang masih dari keturunan Yaman dan Ibu Hj. Warisah. Beliau adalah anak ke-empat dari enam bersaudara. Beliau adalah kelahiran Jakarta 8 April 1982. Ustadz Lancip ini memang dari masa kecilnya sudah di amanatkan untuk menjadi seorang pejuang Islam, menjadi seorang pendakwah, menjadi seorang mubaligh dan memang bisa memberi manfaat kepada orang lain baik dari sisi agama maupun sisi sosial.1

Ustadz Ahmad Rifky Umar Said atau yang sering dikenal dengan Ustadz Lancip telah menyelesaika pendidikan SDI Al-Falah (Jakarta Barat) tahun 1990-1996, melanjutkan MTsN 12 (Jakarta Barat) tahun 1996-1999, SMAN 57 (Jakarta Barat) tahun 1999-2002. Kemudian beliau mondok di Pesantren Al-Masturiyah (Jakarta) dan sekolah kembali di MA Al-Masturiyah namun hanya setahun yaitu pada tahun 1999-2000. Kemudain pindah sekolah ke MA Nurul Falah sekaligus belajar di Pondok Pesantren Nurul Falah tahun 2002-2004. Ustadz Lancip juga lulusan Sarjana Pendidikan Islam dari Universitas STAI Babbun Najah, Pandeglang, Banten pada tahun 2006-2010.2

Pengalaman kerja Ustadz Lancip sebelum terjun ke dunia dakwah, mengisi acara dakwah di radio lokal yaitu Fris FM (Pondok Petir). Pada tahun 1998-2000.

1

Wawancara langsung kepada Ustazd Ahmad Rifky Umar Said di kediaman beliau pada tanggal 30 Januari 2014. Dimulai pada jam 10.36 sampai dengan selesai.

2

(39)

Pernah juga mengajar di pondok pesantren Nurul Falah dari tahun 2002-2004. selanjutnya pernah bekerja di Rekanan Pos Indonesia pada tahun 2004. Kemudian pernah bekerja di bidang pabrik pembuatan kaset di Tanah Abang pada tahun 2005. Ustadz Lancip juga membuka layanan mengajar private kepada masyarakat yang memang ingin belajar agama ataupun ilmu umum lainnya.

Dan kegiatan dakwah yang dijalani sekarang adalah:3

1. Ketua seksi dakwah MUI kecamatan Bojongsari kota Depok. 2. Forum Silaturahmi para Ulama sejabodetabek.

3. Pendakwah tetap di Banten TV dalam acara “Ngobrol Sareng Kang Ustadz”.

4. Pendakwah di TV One dalam acara “Damai Indonesiaku”.

B. Perkembangan dakwah ustadz Ahmad Rifky Umar Said (Ustadz Lancip)

Awal mula dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said atau Ustadz Lancip dimulai pada tahun 2002, di daerah Babengket, Cibanteng, Bogor. Dakwah Ustadz Ahmad Rifki Umar Said ini bermula dari ajakan Guru Besar dari Pondok Pesantren Nurul Falah. Ketika itu Ustadz Ahmad Rifki Umar Said mendapatkan tugas untuk berceramah di depan umum. Memamg awal mula berceramah masih merasa gugup apalagi di depan masyarakat umum. Namun hal itu tidak pernah Ustadz Lancip hiraukan, karena menurutnya inilah langkah awal untuk mengamalkan ilmu agama yang didapat. Ceramah pertama Ustadz Lancip ini justru dijadikan sebagai pijakan motivasi baginya dalam menyebarkan agama Islam. Dengan beriringnya waktu beliau mulai mengisi ceramah di

3

(40)

kampung, dan mulai menata dan memperbaiki dakwah untuk kedepannya seperti apa.

Kemudian pada tahun 2003, ketika Ustadz Ahmad Rifky Umar Said berceramah di daerah Balaraja, ceramah ini juga ajakan dari seorang guru yaitu bapak K.H. Hamid yang menyuruh Ustadz Ahmad Rifky Umar Said untuk menggatikan dirinya berceramah. Pada momen inilah seorang guru memberi gelar kepada Ustadz Ahmad Rifki Umar Said dengan sebutan “Ustadz Lancip”. K.H. Hamid memanggil pembawa acara dan memberikan nama untuk penceramah selanjutnya yakni dengan nama Ustadz Lancip.4

Hal itu juga disaksikan oleh ayah Ustadz Ahmad Rifki Umar Said yaitu H. Umar Said yang ikhlas menerima gelar “Ustadz Lancip” yang diberikan kepada anaknya. Kemudian atas keridhoan orangtuanya Ustadz Ahmad Rifky Umar Said menerima gelar nama dengan panggilan “Ustadz Lancip” sampai sekarang. Masalah arti dan makna Ustadz Ahmad Rifky Umar Said tidak pernah membahasnya. Karena ini adalah pemberian dari seorang Guru Besar sekaligus Ulama, beliau percaya bahwa ini adalah nama yang barokah ketika melanjutkan dakwah kedepannya.

Kemudian pada tahun 2004 di Balaraja, ketika Ustadz Ahmad Rifki Umar Said atau Ustadz Lancip berceramah dan sepanggung dengan salah satu Kiyai kondang, ini juga menjadi sebuah tantangan dakwah bagi beliau. Pada saat itu ketika Kiyai kondang berceramah, ternyata isi ceramahnya itu mencoba merendahkan para ustadz-ustadz muda. Menurutnya ustadz muda zaman sekarang tidak berkualitas dalam menjalankan dakwah, mereka tidak konsisten dalam

4

(41)

dakwah. Mereka hanya mencari keuntungan materi dalam berdakwah. Hal ini sempat membuat sedikit marah Ustadz Lancip, namun Ustadz Lancip tidak mau mengeluarkan amarahnya itu secara fisik atau membalas dengan kata-kata yang tidak pantas diucapkan. Beliau hanya bersabar dan justru menjadikan ini sebagai tantangan dakwah yang luar biasa baginya.

Tahun 2007 Ustadz Lancip mendapat undangan berdakwah di daerah Cilacap. Ketika perjalanan beliau mendapat kecelakaan kecil di daerah Tasikmalaya sampai-sampai mobilnya mogok. Setelah itu Ustadz Lancip sampai Ciamis jam 4 sore, namun mobilnya mogok kembali karena air radiatornya kering. Karena beliau mengejar waktu untuk memenuhi undangan dakwah, belau tidak putus asa dengan cobaan yang dialaminya itu. Akhirnya beliau menyewa ojek dari Ciamis untuk menuju Cilacap,5 ini Ustadz Lancip lakukan hanya demi berdakwah di jalan Allah.

Kemudian tahun 2012, ketika Ustadz Lancip di minta oleh sahabatnya untuk menggantikan bertausiah di acara Banten TV yaitu acara “Ngobrol Sareng Kang Ustadz”, beliau di minta untuk mengisi acara 2 episode, karena penceramah tetap Banten TV sedang berhalangan. Kemudian Ustadz Lancip menerima tawaran itu untuk mengisi acara tausiah tersebut selama 2 episode. Setelah Ustadz Lancip mengisi acara tersebut, tidak di sangka beliau dipanggil dan diminta oleh Direktur Banten TV untuk menjadi penceramah tetap di Banten TV dalam acara “Ngobrol Sareng Kang Ustadz”. Permintaan itu pun disetujui oleh Ustadz Lancip untuk mengisi acara tersebut, dan sampai sekarang Ustadz Lancip menjadi penceramah tetap dalam acara tersebut.

5

(42)

Berkat kesabaran, ketekunan, dan konsisten dalam berdakwah, Ustadz Lancip mulai mendapat panggilan-panggilan ceramah. Panggilan dakwah itu datang mulai dari kampung-kampung, orang-orang komplek perumahan dan bahkan pernah di undang mengisi acara dakwah dirumah salah satu Menteri, dan juga dirumah artis-artis. Dakwah yang Ustadz Lancip pakai pun lebih mengedepankan isi dan makna dakwah yang sebenarnya, dan bukan dijadikan sebagai mencari keteranan. Untuk panggilan dakwah sudah merata, sering terjadi di wilayah Jabodetabek, bahkan tidak jarang juga beliau mendapat panggilan dakwah di luar Jabodetabek dan bahkan sampai ke daerah Jawa Tengah.

C. Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Shafa dan Masjid Jami’ An-Nur

1. Pondok Pesantren Daarul Shafa

Awal mula berdirinya pondok Pesantren Daarul Shafa ini tidak dari perjalanan dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said. Pada 2009 beliau mendapatkan sumbangan uang dari seorang dermawan sebesar 125 juta rupiah, yang mana uang ini di amanatkan untuk kepentingan ummat. Kemudian Ustadz Lancip membangun sebuah pesantren dan yayasan yatim piatu, dengan modal uang 125 juta tersebut.6

Namun dengan dana yang dibilang minim untuk pembangunan Pondok Pesantren dan Yayasan YatimPiatu Daarul Shafa, tidak membuat Ustadz Lancip ini ragu sama sekali dalam pembangunan Pondok Pesantren dan Yayasan Yatim Piatu kedepannya, beliau yakin bahwa pembangunan ini pasti akan berjalan terus walaupun memang banyak kekurangan dari sisi manapun.

6

(43)

Pelan-pelan Ustadz Lancip mengerjakan bangunan yang dibilang butuh dana yang tidak sedikit. Bahkan Ustadz Lancip sampai-sampai pinjam sana, pinjam sini, dan pinjam kemana-mana hanya demi berdirinya Pondok Pesantren dan Yayasan YatimPiatu Daarul Shafa. Artinya bahwa Ustadz Lancip memang mempunyai hati yang mantap dalam menggerakan dakwah, agar dakwah ini tidak hanya disampaikan melalui ceramah-ceramah. Akan tetapi berdakwah itu bisa dengan membangun sebuah sekolah Islam, sebuah Pondok Pesantren sekaligus sebuah Yayasan YatimPiatu, yang bisa menciptakan para generasi-generasi penerus dakwah Islam untuk mempertahankan syariat Islam sampai akhir zaman nanti.

Alhamdulillah berkat keyakinan, keikhlasan, keistiqomahan dan kesabaran

Ustadz Lancip mampu mendirikan sedikit demi sedikit pembangunan pesantren dilanjutkan dengan pembangunan Yayasan Yatim Piatu. Ustadz Lancip mulai mendapat dana-dana dari donator-donatur. dan juga menerima shadaqah dari para tamu-tamu yang mengundang dalam acara-acara baik acara hari-hari besar islam seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dan sebagainya, yang hasilnya itu diutamakan untuk pembangunan Pondok Pesantren dan Yayasan Yatim Piatu Daarul Shafa.

(44)

Bantuan itu pun masih terus berjalan sampai saat ini dan dijalankan secara bertahap.7

Karena niat, cita-cita dan keinginan Ustadz Lancip adalah ingin mendirikan sebuah pondok pesantren yang berbasis pengkolaborasian antara modern dan tradisional. Yakni dengan misi:

a. Penanaman aqidah shalihah.

b. Membentuk pribadi yang cerdas, krreatif, inovatif, dan berakhlaqul

karimah.

c. Mengaplikasikan ilmu agama dengan teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

dan visi:

“Mendidik kader-kader umat yang beriman berilmu dan bermanhaj ahli sunnah wal jama’ah”.

Hal ini juga dipengaruhi oleh masalah akhlak bangsa yang semakin hilang digerus oleh pergaulan masa kini. Banyak anak-anak zaman sekarang sudah lupa akan pengetahuan agama. Lupa akan Allah yang menciptakannya, lupa akan Rasulullah SAW akan perjuangan Islam yang begitu berat dalam melawan kemungkaran orang-orang Quraish. Inilah yang amat disayangkan Ustadz Lancip kepada generasi-generasi muda kebanyakan. Maka dari itu beliau ingin menciptakan lembaga pendidikan yang berbasis agama Islam.

Itulah tujuan beliau dalam mendirikan Pondok Pesantren dan Yayasan YatimPiatu, yang intinya adalah menciptakan kader-kader Islam yang memang

7

(45)

bisa bermanfaat bagi umat Islam dan bisa menjadi penerus dakwah dalam memperjuangkan islam.

2. Masjid Jami’ An-Nur

Awal mula berdirinya masjid Jami’ An-Nur dimulai pada tahun 2012, yang awalnya ingin di bangun masjid dengan pembangunan dua lantai, dan pengerjaan pembangunannya mulai berjalan. Diawali dengan pembangunan dan pengecoran tiang-tiang masjid, dilanjutkan dengan membangun dinding-dindingnya. Namun pengerjaannya sempat berhenti karena lagi-lagi terbentur dengan masalah dana. Akhirnya pengerjaannya dihentikan sementara, dan dilanjutkan sambil pencarian dana baik dari donatur-donatur penyumbang atau dari yang lainnya.

Ketika pembangunan masjid itu sedang berjalan, tapi pembangunannya kurang efektif karena terbentur dengan dana. Kemudian datang tim survei dari Arab Saudi yang mempunyai organisasi Bulan Sabit Merah. Team survey itu pun menawarkan siap menajdi donatur dalam pembangunan Masjid tersebut. akan tetapi pembangunannya sesuai dengan konsep dari team Bulan Sabit Merah.8

Ustadz Lancip pun setuju dengan tawaran tersebut, dan kemudian dibongkarlah bangunan Masjid yang rangkaiannya kurang lebih 40 % telah dibangun. Kemudian dibangunlah Masjid yang sederhana namun layak untuk beribadah. Dan pengerjaannya pun semua dana ditanggung dari team Bulan Sabit Merah sampai masjid itu berdiri. Alhamdulillah tidak sampai setahun Masjid Jami’ An-Nur pun berdiri di tengah-tengah pondok pesantren dan bisa dipakai untuk kegiatan santri-santri dalam belajar atau melakukan kegiatan-kegiatan

8

(46)

Islami lainnya. Masjid Jami An-Nur juga dipakai untuk shalat 5 waktu berjamah oleh warga sekitar pondok Pesantren Daarul Shafa dan sholat Jum’at.

D. Rujukan Dakwah dan Guru-Guru Ustadz Ahmad Rifky Umar Said

Al-Qur’an dan Hadits sudah barang tentu menjadi rujukan dakwah utama bagi Ustadz Lancip. Namun seorang da’i juga memerlukan rujukan-rujukan dakwah sebagai bahan materi dan tehnik dalam berdakwah. Al-Qur’an dan Hadits kadang memerlukan penafsiran yang lebih dalam maknanya. Tidak sembarang orang menafsirkan al-Qur’an dan Hadits begitu saja. Namun ada cara-cara tertentu yang sudah diajarkan oleh para Ulama dalam menafsirkan makna yang memang sulit dipahami. Maka dari itu alangkah baiknya kita pakai rujukan-rujukan dakwah dari kitab-kitab yang dikarang oleh para Ulama-Ulama ternama pada saat itu.

Adapun rujukan dakwah yang Ustadz Lancip pakai dari kitab-kitab karangan para Ulama-Ulama terdahulu adalah:9

1. Ta’limu Ta’lim

2. Salafun Nasholih

3. Durratun Nasihin

4. Tanqihul Qoul

5. Shahih Bukhori wa Muslim

6. Shahih Bukhori

7. Nasho’ihul Ibad

8. Tanbihul Ghafilin

Dan kitab fiqihnya yang dipakai: 1. Safinatun Naja’

9

(47)

2. Fathul Mu’in

Dan kitab lainnya yng dipakai:

1. Naso’ihud Diin wal Wasiah Imaniyah (karangan Habib Abdullah bin Alwi

Al-Hadad).

Itulah Sumber-sumber utama dakwah di atas yang dijadikan sebagai rujukan-rujukan dakwah oleh Ustadz Lancip. Kemudian Ustadz Lancip juga belajar berdakwah dari beberapa guru dalam memahami kitab-kitab atau sumber-sumber dakwah diatas. Adapun nama-nama guru”10” beliau dalam belajar agama adalah:

1. K.H. Muhammad Anhar (Pesantren Nurul Falah) 2. K.H. Fahruddin (Pesantren Al-Masturiyyah) 3. Habib Abu Bakar bin Habsyi (Jakarta)

4. Habib Abdullah Al-Athas (Khalifah Empang, Bogor) 5. Habib Salim Sahab (Pandeglang, Banten)

6. Syeikh K.H. Mufasir (Ciomas, Bogor) 7. K.H. Uci Sanusi (Malimping, Lebak, Banten) 8. K.H. Omik (Rangkas Bitung)

9. Utadz Yusuf (Pesantren Al-Amin, Sukabumi).

10

(48)

38 BAB IV

STRATEGI DAKWAH USTADZ AHMAD RIFKY UMAR SAID DALAM

MENYIARKAN ISLAM DI KELURAHAN PONDOK PETIR

KECAMATAN BOJONGSARI KOTA DEPOK

A. Strategi Dakwah Ustadz Ahmad Rifky Umar Said

Dakwah adalah penyampaian pesan-pesan ajaran agama yang berisikan akidah dan norma-norma perilaku yang seharusnya menjadi rujukan masyarakat beragama. Pertanyaannya adalah, bagaimana metode dan strategi paling ideal dalam penyampaian pesan-pesan ajaran tersebut. Setelah kita merujuk pada sejumlah ayat Al-Qur’an yang membicarakan tentang dakwah, maka ada satu ayat yang membicarakan metode dakwah. Sebagaimana yang telah disinggung di atasyaitu SuratAn-Nahl ayat 125. Di ayat itu menjelaskan tentang metode dakwah, yaitu: metode dakwah bilhikmah, metode dakwah mauidzotulhasanah, dan al-mujadalah. Namun dalam hal ini metode dakwah yang di atas tersebut terasa kurang efektif apabila dilaksanakan. Da’iyang butuhkan saat ini bukan hanya metode saja, tetapi juga harus mempunyai strategi dakwah.

(49)

“Tidak akan mengena dakwah kita apabila kita tidak memulai dari hati kita sendiri, jadi strategi dakwah yang pertama saya lakukan adalah ibda bin nafsi.. (memulai dari diri sendiri) sebelum kita nyuruh orang lain, ya kita harus berbuat dulu, nah ini sangat efektif sekali ketika lisan berucap, hati meng-Amin-kan insyaAllahcepet dapet, berkata yang benar, bahwa kita sudah melakukan itu, kita sudah mencoba hal itu”1

Strategi dalam dakwah Ustadz Lancip dimulai dari ibdabinnafsi artinya dakwah yang dimulai dari diri sendiri dengan mengisinya dengan akhlakul karimah. Inilah dakwah yang sangat efektif menurutnya, karena dakwah itu

sebenarnya bukan hanya mengajak orang lain. Tetapi dakwah yang sebenarnya adalah memuilai berdakwah pada diri sendiri dan baru dilanjutkan berdakwah kepada orang lain. Inilah kadang yang menjadi sebuah problematika bahwa setiap da’i kadang-kadang hanya berdakwah panjang-lebar, tetapi dakwah yang telah sampaikan tidak diterapkan dalam drinya. Maka dari itu Ustadz Lancip menganjurkan untuk memulai dakwah dari diri sendiri. Ketika berdakwah dalam diri sendiri sudah mantap ditanamkan, maka percayalah dakwah kepada orang lain pun akan mudah dilaksanakan.

Firman Allah:

ô

‰s)©9

t

β%x.

ö

Νä3s9 ’Îû

É

Αθß™u‘

«

!$#

î

οuθó™é&

×

πuΖ|¡ym yϑÏj9

t

β%x.

(

#θã_ötƒ

©

!$#

t

Πöθu‹ø9$#uρ

t

ÅzFψ$#

t

x.sŒuρ

©

!$# #ZŽÏVx. ∩⊄⊇∪

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [Al Ahzab 21]

Keteladanan Rasulullah saw memiliki pengaruh yang amat besar dalam membantu kaum muslimin untuk mengenal Islam secara teori dan praktek, serta meneladani dalam berbagai masalah kecil maupun besar, baik dalam hal ibadah,

1

(50)

muamalat, atau amalan-amalan harian.2Ayat diatas juga terdapat kata “uswatun hasanah”3yang artinya: contoh yang baik, kebaikan yang ditiru, contoh identifikasi, suri tauladan atau keteladanan.4

Dakwah dengan akhlakul karimahmemang sangat dibutuhkan da’i saat ini. Mengikuti jejak Rasulullah dalam berakhlak maka dijamin dakwah akan sukses. Dakwah yang baik adalah dakwah yang bisa berakhlak pada diri sendiri dan kepada orang lain. Ketika berada di masayarakat, yang dilihat sebenarnya bukan hanya perkataan-perkataan yang berakhlak, namun perbuatan yang nyata dengan akhlak menjadi tolak ukur masyarakat dalam menerima dan menganggumi bahkan mencontoh seorang da’i dalam berdakwah.

Strategi dakwah yang dipakai Ustadz Ahmad Rifky Umar Said adalah: 1. Strategi dakwah bil Lisan

Dalam strategi dakwah bil lisan ini Ustadz Ahmad Rifky Umar Said atau Ustadz Lancip biasa memakai model ceramah agama. Model ini adalah model klasik yang sering dipakai para da’i pada umumnya. Namun dalam strategi dakwah bil lisan seperti jenis ceramah agama tidak begitu saja mampu mempengaruhi mad’u untuk menerima dakwahnya. Dalam hal ini ustadz Lancip membuat strategi dakwah bil lisan ini menjadi lebih hidup dan mampu mempengaruhi mad’u agar kembali kejalan Allah. Ustadz Lancip mengemas dakwah yang disampaikan ini sesuai dengan mad’u yang dihadapi.

2

Munzir Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah (Edisi Revisi),(Jakarta: Kencana, 2009), Ed. Rev. Cet. ke-3 h. 195.

3

Uswatun hasanah berasal dari kata al uswah yang berarti orang yang ditiru sedangkan bentuk jamaknya usan (Tafsir al Maraghi dalam buku Metode Dakwah (Edisi Revisi), karangan Munzir Suparta dan Harjani Hefni, h. 196).

4

(51)

Pada dakwah bil lisan ini, dilihat dari kekuatan pengaruhnya dakwah bil lisan lebih menekankan pengaruh informasi, seorang da’i hanya menyampaikan

dakwah kepada mad’u melalui lisan atau perkataan-perkataan. Dakwah jenis ceramah ini dijadikan sebagai strategi dakwah yang cukup ampuh dalam mengajak mad’u untuk menyimak dakwah. Akan tetapi tidak semua mad’u itu menangkap dakwah yang disampaikan, kadang ada saja yang bosan malah mengantuk dan lain sebagainya.

Inilah tantangan dakwah saat ini yang memang sangat membutuhkan strategi dakwah yang ampuh dalam mengajak para mad’u untuk menyimak dakwah yang disampaikan seorang da’i. Seorang da’i dituntut untuk bisa mengemas dakwahnya sebaik mungkin. Bagaimana bisa menarik perhatian para mad’u agar terus menyimak dakwah yang disampaikan. Bagaimana cara

berdakwah dihadapan mad’u yang berbeda-beda, seperti berdakwah dengan orang-orang intelektual, dengan orang-orang tua, dengan para pemuda, dan dengan anak-anak. Semua itu membutuhkan keterampilan da’i yang handal dan hafal situasi dan kondisi yang dihadapi ketika berdakwah.

(52)

Ustadz Lancip membatasi hiburan dan candaan itu, artinya tidak “kebablasan” dalam menyampikan dakwah dengan menyelipkan hiburan dan candaan dalam materi dakwah tersebut. Karena hiburan adalah hiburan, dan candaan adalah candaan. Hanya sekedar penghilang rasa penat dan stress. Tidak perlu melibatkan hati untuk sesuatu yang lucu, mata, telinga dan otak saja sudah cukup. Mengingat sesuatu hal yang lucu akan merangsang mulut untuk tertawa. Karena tidak ada orang tertawa terpingkal-pingkal yang bisa mengingat Allah.

Dalam menyimak dakwah bukan berarti tidak boleh tertawa. Asal masih dalam batas kewajaran, tertawa itu boleh-boleh saja. Tetapi ketika tertawa itu berlangsung dari awal sampai akhir dalam sebuah kajian ilmu agama, maka nilai dakwahpun akan berubah menjadi sebuah hiburan lawak. Diakui atau tidak memang begitulah kenyataannya. Tidak menambah Iman. Tidak mengubah perilaku. Karena yang mereka lihat dan mereka dengar tidak lebih dari sekedar “guyonan” semata.

2. Strategi dakwah bil Hal

Dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan nyata. Kadang inilah yang menjadi kendala seorang da’i dalam berdakwah. Karena adanya seorang da’i yang masih tidak konsisten dengan dakwahnya. Seperti da’i membicarakan panjang lebar tentang agama, tentang hukum dan syariat Islam. Namun, perkatan yang disampaikan kadang tidak sesuai dengan perbuatannya sehari-hari. Da’i yang sukses dan baik adalah da’i yang konsisten akan tujuan dakwah dan hanya mengharap ridho Allah semata.

(53)

turun langsung ke masyarakat untuk malakukan kegiatan-kegiatan sosial, yakni dengan cara kerja bakti membersihkan lingkungan, mengunjungi tetangga yang terkena musibah, memenuhi undangan warga sekitar dalam acara pengajian, Ta’ziah, acara pernikahan dan lain sebagainya. Inilah yang membuat salah satu

keberhasilan dakwah Ustadz Lancip dalam mengajak orang-orang untuk berbuat baik.

Dakwah bil hal juga dilaksanakan Ustadz Lancip kepada para pemuda sekitar Pondok Pesantern Daarul Shafa. Awalnya Ustadz Lancip melihat anak-anak muda sekitar Pondok Pesantren yang hanya nongkrong-nongkrong di pinggir jalan, main gitar dan menyanyi. Kemudian Ustadz Lancip mencoba mendekati perkumpulan para pemuda itu, menawarkan kepada para pemuda sekitar Pondok Pesantren Daarul Shafa untuk mengalihkan sesaat bakat mereka. Bakat para pemuda yang ada dicoba untuk bermain musik Islami seperti Marawis ataupun Hadroh.

Awalnya memang banyak yang masih menolak, karena masih banyak yang merasa malu. Ketika Ustadz Lancip mengundang mereka untuk latihan di Pondok Pesantren Daarul Shafa, memang yang datang tidak banyak namun latihan tetap berjalan. Kemudian setiap latihan ternyata semakin bertambah para pemuda sekitar yang datang dan ingin latihan. Ustadz Lancip merasa senang dengan kemauan para pemuda dalam menggali kreativitas yang ada dalam kegiatan-keg

Referensi

Dokumen terkait