• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Ruang Lingkup Dakwah 1. Subyek dan Obyek Dakwah 1.Subyek dan Obyek Dakwah

2. Metode Dakwah

Metode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari kata methodos artinya jalan,

18

M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), ed. Cet. ke-2, cet. Ke-4, h. 47.

yang dalam bahasa Arab disebut thariq.19 Dalam bahasa Inggris, metode berasal dari kata method, yang mempunyai arti pelajaran atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif.20

Metode dakwah berarti jalan atau cara atau teknik berkomunikasi yang digunakan oleh seorang da’idalam menyampaikan risalah Islam kepada masyarakat (mad'u) yang menjadi obyek dakwahnya.21 Dalam mencari sebuah keberhasilan dakwah di masayarakat kadang membutuhkan metode yang yang sesuai dalam berdakwah. Karena masyarakat sebagai mad’u yang dihadapi bisa berbeda-beda. Tugas seorang da’i adalah mencari dan menyesuaikan metode dakwah yang akan dipakai dalam berdakwah. Pedoman dasar atau prinsip penggunaan metode dakwah Islam sudah termaktub dalam al-Qur'an dan Hadits Rasulullah saw.

Dalam al-Qur'an, sesungguhnya Allah telah befirman dalam surat An-Nahl ayat 125, di mana dijelaskan tentang metode atau cara berdakwah yang baik.

Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara baik.” (An Nahl/ 16: 125)

Ayat di atas menjelaskan bahwa ada tiga metode atau tiga cara berdakwah yang baik, yaitu: berdakwah dengan cara yang hikmah (bijaksana), berdakwah dengan cara mauidzatulhasanah (nasehat-nasenat yang baik), dan berdakwah dengan mujadalah (berdebat dengan cara yang baik).

19

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, h. 35.

20

Masdar Helmi, Problem Dakwah Islamiyah dan Pedoman Mubaligh, (Semarang : CV. Toha Putra, 1969), h. 34

21

Said bin Ali Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994), cet. Ke-1, h. 101

a. Dengan Hikmah (bijaksana)

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi:

"Dakwah dengan bil Hikmah adalah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan".

Menurut Toha Yahya Omar, "hikmah adalah bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya dan kitalah yang harus berpikir, berusaha menyusun dan mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan".22 Menurut al-Maraghi dalam kitab tafsirnya, "hikmah adalah perkataan yang tepat lagi tegas yang dibarengi dengan dalil yang dapat menyingkap kebenaran dan melenyapkan keserupaan".23 Sedangkan menurut Ali Mustafa Ya'kub, "hikmah adalah sebagai ucapan-ucapan yang tepat dan benar atau argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan".24

Dari penjelasan para ahli di atas dalam memberikan definisi hikmah, penulis dapat menyimpulkan bahwa hikmah adalah perkataan dan perbuatan yang tepat berdasarkan ilmu, dalam arti menyesuaikan kepada keadaan zaman yang tidak bertentangan dengan agama Allah. Artinya seorang da’i dituntut untuk bisa menyesuaikan dakwahnya, baik dari isi dakwah maupun cara penyampaian dakwah tersebut.

22

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, h. 36.

23

M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997), h. 21.

24

Ali Mustafa Ya'kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h. 121.

b.

Dengan Mau'izhah Hasanah (nasehat/pelajaran yang baik)

و !ا " # $ %& ا %ھو ( )* ا (+ , ا

نا. وا "/

.

"Al- Mau'izhatil hasanah yaitu perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mreka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka, atau dengan al-Qur'an.25

Mau'izhahhasanah juga merupakan nasihat-nasihat yang baik atau memberi peringatan, kata-kata, ucapan, dan teguran yang baik.26 Dengan lemah lembut dan perkataan yang enak didengar dan memberi pelajaran atau nasihat akan dapat membuka hati yang keras, dan akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada dengan ancaman dan penghinaan.

Jadi mau'izhahhasanah adalah nasihat yang baik, yaitu dengan anjuran dan didikan yang baik serta dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami. Memberi nasihat merupakan cara yang mudah dalam berdakwah yang bisa dilakukan oleh seorang muslim dan da’i, ia tidak harus melalui mimbar di masjid atau majelis taklim tapi cukup dengan obrolan biasa atau diskusi ringan yang menyejukkan.

c. Dengan Mujadalah (berdebat dengan cara yang baik) Dalam Tafsir Jalalain disebutkan:

ا ء او 1 ﷲ ا ء 3 4) ا %ھ %& ا ( د 5, ا يا 4) ا %ھ %& د 7و 1&5 . 25

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,h. 37.

26

Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nuur Niaga SDN, BHD, 1996), h. 27.

Artinya : "Berbantahan yang baik yaitu mengajak ke jalan Allah SWT dengan menggunakan ayat-ayat-Nya dan hujjah-Nya".27

Menurut M. Mansyur Amin, "berdebat dengan cara yang lebih baik artinya adalah berdakwah dengan jalan mengadakan tukar pikiran yang sebaik-baiknya.28 Metode debat merupakan cara praktis yang ideal untuk mencapai cita-cita mulia yang diharapkan, yaitu untuk menegakkan kebenaran.29 Dengan cara demikian, kita dapat mengetahui letak keluasan ilmu Islam untuk diterangkan kepada orang lain. Yang tadinya pendapat kita benar dan yang lain salah, dalam metode debat ini kita dapat mengetahui kebenaran yang baik atau sesungguhnya dan membetulkan aqidah yang batil.

Adapun bentuk-bentuk metode dakwah yang lainnya antara lain: a. Metode pendekatan pribadi (personal approach)

Yaitu metode yang dilaksanakan dengan cara langsung melakukan pendekatan kepada setiap individu.30 Metode ini pada prakteknya dilaksanakan secara individu, yaitu dari pribadi ke pribadi secara tatap muka, walaupun jama'ah yang dihadapinya melalui satu perkembangan. Kelebihan memakai metode ini antara lain dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisi individu. Sedangkan kekurangannya antara lain, memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama.

27

Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,h. 39.

28

M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, h. 30.

29

Muhammad Husain Fadhlullah, Metodologi Dakwah al-Qur'an, (Jakarta: Lentera, 1997), Cet. ke-1, h. 40.

30

Proyek Penerapan Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam Pusat, "Risalah Metodologi Dakwah Terhadap Narapidana", 1997, h. 36.

b. Metode diskusi

Metode ini dilakukan dengan cara berdiskusi, khususnya dalam penyampaian materi, sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku.31 Kelebihan pada metode ini antara lain kesimpulan yang dihasilkan dalam diskusi akan mudah dipahami. Adapun kekurangannya sulit untuk diramalkan arah penyelesaian diskusi, dan diskusi akan gagal bila tidak dapat mengarahkannya.

c. Metode Ceramah

Metode yang paling banyak diwarnai oleh ciri (karakteristik) bicara seorang mubaligh pada suatu aktivitas dakwah.32 Metode ceramah ini sangat tepat, apabila jama'ah yang dihadapi merupakan kelompok orang yang berjumlah besar dan perlu dihadapi secara sekaligus. Kelebihan metode ini adalah adanya karakteristik tersendiri dan peluang keberhasilannya pun berbeda dengan metode lainnya, serta dalam waktu cepat dapat disampaikan materi yang sebanyak-banyaknya. Sedangkan kekurangannya, bila penceramah tidak memperhatikan segi psikologis jama'ahnya, maka materi ceramah yang disampaikan tidak sesuai dan membosankan.

d. Metode Tanya Jawab

Metode ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi dakwah sehingga mendorong mereka yang mendengarkan atau menanyakan

31

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, "Pedoman Guru Agama Lanjutan Atas", (Jakarta: 1974), h. 15.

32

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas,1983), Cet. ke-1, h. 104.

masalah yang dirasa belum dimengerti dan da’i sebagai penjawabnya.33 Kelebihan pada metode ini adalah dapat digunakan sebagai komunikasi dua arah dan forum yang lebih hidup, dimana mubaligh dan jama'ahnya sama-sama aktif memberikan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang kurang jelas di hati para jama'ah. Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah hal ini membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikannya. 3. Media Dakwah

Mediadakwah dalam arti sempit dapat diartikan sebagai alat bantu dakwah. Alat bantu dakwah berarti media dakwah memiliki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin. Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk mengikuti (menjalankan) ideologi (pengajaknya).Sedangkan pengajak (da’i) sudah barang tentu memiliki tujuan yang hendak dicapainya. Proses dakwah tersebut agar mencapai tujuan yang efektif dan efisien, da’i harus mengorganisir komponen-komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat. Salah satu komponen-komponennya adalah media dakwah.34

Ada beberapa media komunikasi dakwah, yang dapat digolongkan menjadi lima golongan besar, yaitu:

a. Lisan: termasuk dalam bentuk ini adalah khutbah, pidato, diskusi, seminar, musyawarah, nasihat, ramah tamah dalam suatu acara, obrolan secara bebas setiap ada kesempatan yang semuanya dilakukan dengan lisan atau bersuara.

33

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 123-124.

34

b. Tulisan: dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan umpamanya; buku-buku, majalah surat kabar, buletin, risalah, kuliah-kuliah tertulis, pamplet, pengumuman tertulis, spanduk-spanduk dan lain sebagainya. c. Lukisan: yakni gambar-ganbar dalam seni lukis, foto dan lain

sebagainya. Bentuk terlukis ini banyak menarik perhatian orang banyak dan dipakai untuk menggambarkan suatu maksud yang ingin disampaikan kepada orang lain termasuk umpamanya komik-komik bergambar Islami untuk anak-anak.

d. Audio Visual: yaitu suatu cara menyampaikan sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, radio, film, dan sebagainya.

e. Akhlak: yaitu suatu cara menyampaikan langsung ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata.35

35

Hamzah Ya'kub, "Publisistik Islam: Teknik Dakwah dan Leadership", (Bandung: Diponegoro, 1998), h. 47-48.

28 A. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

Latar belakang keluarga Ustadz Ahmad Rifki Umar Said atau Ustadz Lancip adalah seorang anak yang lahir dari pasangan Bapak H. Umar Said yang masih dari keturunan Yaman dan Ibu Hj. Warisah. Beliau adalah anak ke-empat dari enam bersaudara. Beliau adalah kelahiran Jakarta 8 April 1982. Ustadz Lancip ini memang dari masa kecilnya sudah di amanatkan untuk menjadi seorang pejuang Islam, menjadi seorang pendakwah, menjadi seorang mubaligh dan memang bisa memberi manfaat kepada orang lain baik dari sisi agama maupun sisi sosial.1

Ustadz Ahmad Rifky Umar Said atau yang sering dikenal dengan Ustadz Lancip telah menyelesaika pendidikan SDI Al-Falah (Jakarta Barat) tahun 1990-1996, melanjutkan MTsN 12 (Jakarta Barat) tahun 1996-1999, SMAN 57 (Jakarta Barat) tahun 1999-2002. Kemudian beliau mondok di Pesantren Al-Masturiyah (Jakarta) dan sekolah kembali di MA Al-Masturiyah namun hanya setahun yaitu pada tahun 1999-2000. Kemudain pindah sekolah ke MA Nurul Falah sekaligus belajar di Pondok Pesantren Nurul Falah tahun 2002-2004. Ustadz Lancip juga lulusan Sarjana Pendidikan Islam dari Universitas STAI Babbun Najah, Pandeglang, Banten pada tahun 2006-2010.2

Pengalaman kerja Ustadz Lancip sebelum terjun ke dunia dakwah, mengisi acara dakwah di radio lokal yaitu Fris FM (Pondok Petir). Pada tahun 1998-2000.

1

Wawancara langsung kepada Ustazd Ahmad Rifky Umar Said di kediaman beliau pada tanggal 30 Januari 2014. Dimulai pada jam 10.36 sampai dengan selesai.

2

Wawancara langsung kepada Ustazd Ahmad Rifky Umar Said di kediaman beliau pada tanggal 30 Januari 2014. Di mulai dari jam 10.36 WIB samapi dengan selesai.

Pernah juga mengajar di pondok pesantren Nurul Falah dari tahun 2002-2004. selanjutnya pernah bekerja di Rekanan Pos Indonesia pada tahun 2004. Kemudian pernah bekerja di bidang pabrik pembuatan kaset di Tanah Abang pada tahun 2005. Ustadz Lancip juga membuka layanan mengajar private kepada masyarakat yang memang ingin belajar agama ataupun ilmu umum lainnya.

Dan kegiatan dakwah yang dijalani sekarang adalah:3

1. Ketua seksi dakwah MUI kecamatan Bojongsari kota Depok. 2. Forum Silaturahmi para Ulama sejabodetabek.

3. Pendakwah tetap di Banten TV dalam acara “Ngobrol Sareng Kang Ustadz”.

4. Pendakwah di TV One dalam acara “Damai Indonesiaku”.

B. Perkembangan dakwah ustadz Ahmad Rifky Umar Said (Ustadz Lancip)