Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Administrasi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya
VARIABEL
FENOMENA
Kualitas Pelayanan (X
1)
Salah satu pegawai pajak di KPP Majalaya mengatakan
bahwa adanya kesulitan yang dirasakan Wajib pajak
dengan prosedur pelayanan administrasi yang rumit
(Agus Kusumah, 2012)
Administrasi Perpajakan (X
2)
1. Dari sejumlah kebobrokan birokrasi yakni, masalah
administrasi yang masih berbelit-belit. Menurutnya, ini
disebabkan oleh masih adanya kerangka peraturan dan
kelembagaan yang merumitkan kalangan pengusaha
(Hariyadi B Sukamdani, 2008).
2. Pegawai pajak di KPP Majalaya mengatakan bahwa
kendala dalam administrasi pajak adalah wajib pajak
merasa pelayanan yang diberikan sedikit menyulitkan
atau membingungkan seperti mereka harus mengantri
lama sehingga wajib pajak harus membutuhkan waktu
lama dalam melakukan administrasi (Agus Kusumah,
2012).
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
1.Masih banyak Wajib Pajak (WP) yang belum
memenuhi kewajibannya menyampaikan SPT
Masa/Tahunan sampai sekarang, baik wajib pajak orang
pribadi maupun pajak badan usaha menurut Agus
Martowardojo (2011).
2. Menurut salah satu pegawai di KPP Pratama
Majalaya mengatakan bahwa sampai saat ini masih ada
wajib pajak yang tidak tepat waktu dalam penyampaian
SPT Masa dan Tahunan baik Wajib Pajak Badan
X
1= Kualitas
Pelayanan
X
2= Administrasi
Perpajakan
Y = Kepatuhan Wajib
Pajak
(Albari, 2009)
(Sinta Setiana, Tan Kwang En & Lidya
Agustina, 2010)
[image:3.720.10.694.65.515.2](Rapina, Jerry & Yenni Carolina, 2011)
GAMBAR :
PARADIGMA PENELITIAN
(Ni Luh Supadmi,
Var Fenomena Identifikasi Indikator Kuesioner Hasil &
Frekuensi Ket Alasan
X1 • Salah satu pegawai pajak di KPP Majalaya
mengatakan bahwa adanya kesulitan yang dirasakan Wajib pajak dengan prosedur pelayanan administrasi yang rumit (Agus Kusumah, 2012) • Prosedur pelayanan administras i di KPP Pratama Majalaya masih dirasakan sulit oleh wajib pajak. 1. Pelayanan umum yang sederhana 1. Bagaimana prosedur pelayanan di KPP Pratama Majalaya? 67,8% 5 = 18 4 = 20 3 = 46 2 = 15 1 = 1
Cukup Baik
Mayoritas responden sebesar 46% yang menilai bahwa di kantor sudah melakukan prosedur pelayanan yang cukup baik. Persentase skor jawaban
responden sebesar 67,8% berada pada interval 52 – 68 dan termasuk dalam kategori cukup baik. Data ini memberikan gambaran bahwa prosedur pelayanan yang dilakukan kantor pelayanan pajak pratama majalaya cukup baik. 2. Pelayanan umumyang terbuka 2. Bagaimana keterbuka an yang diberikan petugas pajak kepada anda dalam memberik an penjelasan ? 70,4% 5=18 4=35 3=30 2=15 1=2 Baik
Sebanyak 35% responden yang menilai bahwa di kantor, petugas pajak sudah terbuka kepada wajib pajak mengenai masalah
perpajakan dengan baik. Persentase skor jawaban
Var Fenomena Identifikasi Indikator Kuesioner Hasil &
Frekuensi Ket Alasan
3. Pelayanan umum yang lancar 3. Bagaimana menurut anda sarana yang ada di KPP Pratama Majalaya?
69,4% 5 = 30 4 = 12 3 = 38 2 = 15 1 = 5
Baik
Sebanyak 38% responden yang menilai bahwa di kantor, sarana yang ada sudah cukup baik. Persentase skor jawaban
responden sebesar 69,4% berada pada interval 68 – 84 dan termasuk dalam kategori baik. Data ini memberikan gambaran bahwa sarana yang ada di kantor pelayanan pajak pratama majalaya sudah membantu kelancaran dalam proses pelayanan atau sudah baik. 4. Pelayanan umum yang dapat menyajikan secara tepat 4. Bagaimana ketepatan waktu pegawai pajak dalam memberikan pelayanan? 69,4% 5 = 23 4 = 26 3 = 29 2 = 19 1 = 3
Baik
Var Fenomena Identifikasi Indikator Kuesioner Hasil &
Frekuensi Ket Alasan
5. Pelayanan umum yang lengkap 5. Menurut Bapak/Ibu pelayanan yang diberikan (brosur, formulir SPT, SSP, buku petunjuk pengisian SPT) pada KPP Pratama Majalaya 83% 5 = 43 4 = 38 3 = 12 2 = 5 1 = 2
Baik
Sebanyak 43% responden yang menilai bahwa di kantor, ketersediaan brosur, formulir SPT, SSP, buku petunjuk pengisian SPT sudah sangat baik. Persentase skor jawaban responden sebesar 83% berada pada interval 68 – 84 dan termasuk dalam kategori baik. Data ini memberikan gambaran bahwa ketersediaan brosur, formulir SPT, SSP, buku petunjuk pengisian SPT di kantor pelayanan pajak pratama majalaya sudah lengkap atau baik.
6. Pelayanan umum yang wajar 6. Bagaimana menurut anda mengenai sumber daya manusia di KPP Pratama Majalaya dalam menunjang pelayanan terhadap wajib pajak? 81% 5 = 47 4 = 29 3 = 8 2 = 14 1 = 2
Baik
Var Fenomena Identifikasi Indikator Kuesioner Hasil &
Frekuensi Ket Alasan
7. Bagaimana kewajaran petugas pajak dalam memberikan pelayanan secara umum? 72,6% 5 = 14 4 = 50 3 = 22 2 = 13 1 = 1
Baik
Sebesar 50% dari responden kewajaran petugas pajak dalam memberikan pelayanan secara umum sudah baik. Persentase skor jawaban responden 72,6% berada pada interval 68 – 84 dan
termasuk dalam kategori baik. Artinya petugas pajak sudah wajar dalam memberikan pelayanannya atau sudah baik.
7. Pelayanan umum yang terjangkau 8. Apakah ada pungutan atau retribusi dari pelayanan yang diberikan petugas pajak kepada anda?Apabila ada apakah terjangkau oleh anda? 81,2% 5 = 33 4 = 46 3 = 16 2 = 4 1 = 1
Var Fenomena Identifikasi Indikator Kuesioner Hasil &
Frekuensi Ket Alasan
X2 •Dari sejumlah kebobrokan birokrasi yakni, masalah
administrasi yang masih berbelit-belit.
Menurutnya, ini disebabkan oleh masih adanya kerangka peraturan dan kelembagaan yang merumitkan kalangan pengusaha (Hariyadi B Sukamdani, 2008).
•Pegawai pajak di KPP Majalaya mengatakan bahwa kendala dalam administrasi pajak adalah wajib pajak merasa pelayanan yang diberikan sedikit menyulitkan atau membingungkan seperti mereka harus mengantri lama sehingga wajib pajak harus membutuhkan waktu lama dalam melakukan administrasi (Agus Kusumah, 2012).
•Masalah administrasi perpajakan yang berbelit-belit.
•Kendala dalam administrasi pajak adalah wajib pajak merasa pelayanan yang diberikan sedikit menyulitkan atau membingungkan sehingga wajib pajak mengantri lama dalam melakukan administrasi. 1. Restrukturi sasi organisasi 9. Bagaimana struktur organisasi di KPP Pratama Majalaya? 69% 5 = 4 4 = 44 3 = 46 2 = 5 1 = 1
Baik
Sebanyak 46% responden yang menilai bahwa di kantor, struktur organisasinya sudah cukup baik. Persentase skor jawaban
responden sebesar 69% berada pada interval 68 – 84 dan termasuk dalam kategori baik. Data ini memberikan gambaran bahwa struktur organisasi di kantor pelayanan pajak pratama majalaya sudah baik.
10. Apakah struktur organisasi di KPP Pratama Majalaya perlu diubah? 70% 5 = 4 4 = 46 3 = 46 2 = 4
1 = 0 Baik
Sebesar 46% dari responden tidak perlu merubah struktur organisasi. Persentase skor jawaban
responden 70% berada pada interval 68 – 84 dan termasuk dalam kategori baik. Artinya tidak perlu merubah struktur organisasi di kantor pelayanan pajak pratama majalaya atau sudah baik.
2. Penyempur naan proses bisnis melalui pemanfaat an teknologi komunikasi dan informasi. 11.Bagaiman a birokrasi pelayanan di KPP Pratama Majalaya? 64% 5 = 5 4 = 27 3 = 52 2 = 15 1 = 1
Cukup Baik
Sebanyak 52% responden yang menilai bahwa di kantor, birokrasi pelayanannya cukup berbelit-belit. Persentase skor jawaban
Var Fenomena Identifikasi Indikator Kuesioner Hasil &
Frekuensi Ket Alasan
3. Penyempurna an manajemen sumber daya manusia 12. Bagaimana kemampuan perpajakan pegawai KPP Pratama Majalaya? 72,8% 5 = 15 4 = 36 3 = 47 2 = 2 1 = 0
Baik
Sebanyak 47% responden yang menilai bahwa di kantor, kemampuan perpajakan para pegawai sudah cukup baik. Persentase skor jawaban
responden sebesar 72,8% berada pada interval 68 – 84 dan termasuk dalam kategori baik. Data ini memberikan gambaran bahwa kemampuan perpajakan para pegawai di kantor pelayanan pajak pratama majalaya sudah baik. 4. Pelaksanaan Good Governance 13. Apakah anda pernah melihat pegawai KPP Pratama Majalaya melakukan penyimpanga n perpajakan? 70,8% 5 = 9 4 = 38 3 = 51 2 = 2 1 = 0
Baik
Var Fenomena Identifikasi Indikator Kuesioner Hasil &
Frekuensi Ket Alasan
y •Masih banyak Wajib Pajak (WP) yang belum memenuhi kewajibannya sampai sekarang, baik pajak orang pribadi maupun pajak badan usaha menurut Agus Martowardojo (2011).
•Menurut salah satu pegawai di KPP Pratama Majalaya mengatakan bahwa sampai saat ini masih ada wajib pajak yang tidak tepat waktu dalam penyampaian SPT Masa dan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi (Agus Kusumah, 2012). •Masih rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya untuk melaporkan SPT.
•Masih banyak wajib pajak di KPP Pratama Majalaya yang tidak tepat waktu untuk memenuhi kewajibannya melaporkan SPT. 1. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahua n (SPT) 14. Ketepatan waktu wajib pajak dalam melaporkan SPT 67,6% 5 = 27 4 = 11 3 = 39 2 = 19 1 = 4
Cukup Baik
Mayoritas responden sebesar 39% cukup tepat waktu dalam melaporkan SPT. Persentase skor jawaban responden sebesar 67,6% berada pada interval 52 – 68 dan termasuk dalam kategori cukup baik. Data ini memberikan gambaran bahwa pada sebagian besar wajib pajak pada kantor pelayanan pajak pratama majalaya banyak yang tidak menyampaikan SPTnya dengan tepat waktu.
15. Bapak/Ibu menyampaik an SPT massa/tahun an 67,8% 5 = 21 4 = 23 3 = 33 2 = 20
1 = 3 Cukup
Baik
Sebesar 33% dari responden menyampaikan SPT sebulan setelah tenggang waktu yang dijadwalkan oleh kantor pajak. Persentase skor jawaban responden 67,8% berada pada interval 52 – 68 dan termasuk dalam kategori cukup baik. Artinya ketepatan waktu wajib pajak dalam menyampaikan SPT masih lambat. 2. Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri 16. Ketika anda sudah memenuhi kriteria sebagai wajib pajak, bagaimana tindakan 83,4% 5 = 50 4 = 25 3 = 15 2 = 9 1 = 1
Baik
Sebanyak 50% responden yang menilai bahwa di kantor, subjek pajak yang sudah memenuhi kriteria sebagai wajib pajak langsung membuat NPWP. Persentase skor jawaban
Var Fenomena Identifikasi Indikator Kuesioner Hasil &
Frekuensi Ket Alasan
3. Kepatuhan dalam ketepatan perhitungan dan pembayaran pajak terutang 17. Ketepatan waktu wajib pajak dalam membayar pajak 76,8% 5 = 23 4 = 48 3 = 20 2 = 8 1 = 1
Baik
Mayoritas responden sebesar 48% tepat waktu dalam membaya pajak. Persentase skor jawaban responden sebesar 76,8% berada pada interval 68 – 84 dan termasuk dalam kategori baik Data ini memberikan gambaran bahwa pada sebagian besar wajib pajak pada kantor pelayanan paja pratama majalaya sudah tepa waktu membayar pajak atau sudah baik. 18. Bapak/Ibu melakukan pembayaran dan penyetoran pajak terutang 82,6% 5 = 44 4 = 34 3 = 15 2 = 5 1 = 2
Baik
Sebesar 44% dari responden melakukan pembayaran tidak melebihi batas waktu yang ditentukan oleh kantor pajak. Persentase skor jawaban responden 82,6% berada pada interval 68 – 84 dan termasuk dalam kategori baik. Artinya ketepatan waktu wajib pajak dalam membayar dan menyetorkan pajak sudah
Var Fenomena Identifikasi Indikator Kuesioner Hasil &
Frekuensi Ket Alasan
19. Bagaimana ketepatan perhitungan pajak terutang wajib pajak? 81,8% 5 = 49 4 = 27 3 = 10 2 = 12 1 = 2
Baik
Mayoritas responden sebesar 49% menyatakan bahwa wajib pajak merasa sangat tepat dalam perhitungan pajaknya sendiri Persentase skor jawaban responden sebesar 81,8% berada pada interval 68 – 84 dan termasuk dalam kategori baik Data ini memberikan gambaran bahwa pada sebagian besar wajib pajak pada kantor pelayanan paja pratama majalaya banyak yan menghitung pajaknya sudah sanga tepat.
20.Bagaiman akah cara WP patuh
membayar pajak terutang?
73,8% 5 = 16 4 = 50 3 = 22 2 = 11 1 = 173,8% 5 = 16 4 = 50 3 = 22 2 = 11 1 = 1
Baik
Sebesar 50% dari responden secara tepat membayar pajaknya oleh konsultan pajak/Account Representative. Persentase sko jawaban responden 73,8% berada pada interval 84 – 100 dan termasuk dalam kategori sanga baik. Artinya wajib pajak masih mengandalkan bantuan konsultan pajak/Account Representative
ANALISIS VERIFIKATIF
Dari hasil perhitungan komputerisasi, diperoleh korelasi kualitas pelayanan dengan kepatuhan wajib
pajak (rx1y) sebesar 0,713 dengan arah positif.
Korelasi kualitas pelayanan dengan kepatuhan wajib
pajak masuk dalam ketegori cukup kuat. Nilai rx1y
yang diperoleh positif menunjukkan arah hubungan antara penerapan kualitas pelayanan dengan kepatuhan wajib pajak berbanding lurus dan berarti jika semakin besar kualitas pelayanan maka kepatuhan wajib pajak diprediksi akan semakin tinggi.
Hasil perhitungan nilai korelasi administrasi
perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak (rx2y)
diperoleh sebesar 0,432 dengan arah positif. Nilai korelasi administrasi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak masuk dalam ketegori cukup kuat. Dengan arah positif berarti bahwa hubungan antara administrasi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak berbanding lurus, jadi semakin besar administrasi perpajakan maka kepatuhan wajib pajak diprediksi akan semakin tinggi.
Hasil perhitungan nilai korelasi kualitas pelayanan
dan administrasi perpajakan (rx1x2) diperoleh
sebesar 0,190 dengan arah positif. Nilai korelasi
kualitas pelayanan dan administrasi perpajakan
masuk dalam ketegori cukup kuat. Dengan arah positif berarti bahwa hubungan antara kualitas
pelayanan dan administrasi perpajakan berbanding
lurus jadi semakin besar kualitas pelayanan maka administrasi perpajakan akan semakin tinggi.
Correlations Kualitas Pelayanan, Administrasi Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak
Correlations
kepatuhan kualitas administrasi
Pearson Correlation kepatuhan 1,000 ,713 ,432
kualitas ,713 1,000 ,190
administrasi ,432 ,190 1,000
Sig. (1-tailed) kepatuhan . ,000 ,000
kualitas ,000. ,029
administrasi ,000 ,029.
N kepatuhan 100 100 100
kualitas 100 100 100
KORELASI PENERAPAN
KUALITAS PELAYANAN
DENGAN KEPATUHAN WAJIB
PAJAK KETIKA ADMINISTRASI PERPAJAKAN TIDAK BERUBAH
Hubungan antara penerapan kualitas
pelayanan dengan kepatuhan wajib
pajak ketika administrasi perpajakan
tidak berubah adalah sebesar 0,712
dengan arah positif. Artinya hubungan
antara penerapan kualitas pelayanan
dengan kepatuhan wajib pajak
termasuk lemah ketika administrasi
perpajakan tidak mengalami
perubahan. Ini menggambarkan bahwa
ketika penerapan kualitas pelayanan
semakin baik, sementara administrasi
perpajakan tidak berubah maka akan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak
pada KPP Pratama Majalaya. Kemudian
besar pengaruh penerapan kualitas
pelayanan dengan kepatuhan wajib
pajak pada KPP Pratama Majalaya ketika
administrasi perpajakan tidak berubah
adalah (0,712)
2
100% = 50,69%.
Correlations
Control Variables
kualitas kepatuhan administrasi Kualitas Correlation 1,000 ,712
Significance (2-tailed)
. ,000
df 0 97
Kepatuhan Correlation ,712 1,000
Significance (2-tailed)
,000 .
KORELASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN DENGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK
KETIKA PENERAPAN KUALITAS PELAYANAN
TIDAK BERUBAH
Hubungan
antara
administrasi
perpajakan dengan kepatuhan wajib
pajak ketika penerapan kualitas
pelayanan
tidak berubah adalah
sebesar 0,430 dengan arah positif.
Artinya hubungan antara administrasi
perpajakan dengan kepatuhan wajib
pajak
termasuk
lemah
ketika
penerapan kualitas pelayanan
tidak
mengalami
perubahan.
Ini
menggambarkan
bahwa
ketika
administrasi
perpajakan
semakin
tinggi, sementara penerapan kualitas
pelayanan
tidak berubah maka akan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak
pada
KPP
Pratama
Majalaya.
Kemudian
besar
pengaruh
administrasi
perpajakan
dengan
kepatuhan wajib pajak pada KPP
Pratama Majalaya ketika penerapan
kualitas pelayanan tidak berubah
adalah (0,430)
2
100% = 18,49%.
Correlations
Control Variables
administrasi kepatuhan kualitas administrasi Correlation 1,000 ,430
Significance (2-tailed)
. ,000
df 0 97
kepatuhan Correlation ,430 1,000
Significance (2-tailed)
,000.
Nilai R (0,774) pada tabel 4.28 menunjukkan kekuatan hubungan kedua variabel
independen (kualitas pelayanan dan administrasi perpajakan) secara simultan dengan
kepatuhan wajib pajak. Jadi diketahui bahwa secara simultan kedua variabel independen
(kualitas pelayanan dan administrasi perpajakan) memiliki hubungan yang kuat dengan
kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.
Sementara nilai R-Square sebesar 0,599 atau 59,9% menunjukkan bahwa pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya, variabel kualitas pelayanan
dan administrasi
perpajakan secara simultan mampu menerangkan perubahan yang terjadi pada kepatuhan
wajib pajak 59,9%. Dengan kata lain kualitas pelayanan dan administrasi perpajakan secara
bersama-sama memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 59,9% terhadap kepatuhan
wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya. Sementara sisanya sebesar
40,1% merupakan pengaruh faktor-faktor lain yang tidak diamati diluar variabel kualitas
pelayanan
dan administrasi perpajakan.
Koefisien Korelasi Simultan Kualitas Pelayanan dan Administrasi Perpajakan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
dime
nsion
0
1 ,774a ,599 ,591 ,36682
RUMUSAN MASALAH KESIMPULAN SARAN
Bagaimana kualitas pelayanan pada KPP Pratama Majalaya.
Kualitas Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya secara umum berada dalam kategori baik. Hanya saja jika dilihat dari segi pelayanan umum yang sederhana masih kurang, hal ini dikarenakan masih sulitnya wajib pajak dalam hal prosedur pelayanannya.
Kualitas Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya secara umum berada dalam kategori baik. Hanya saja jika dilihat dari indikator pelayanan umum yang
sederhana dianggap masih perlu ditingkatkan kembali. Untuk itu prosedur pelayanannya harus lebih disederhanakan, karena kualitas pelayanan tersebut sangat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam prosedur pelayanannya.
Bagaimana administrasi perpajakan pada KPP Pratama Majalaya.
Administrasi Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya secara umum berada dalam kategori baik. Hanya saja dalam hal penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi masih kurang, hal ini
dikarenakan masih belum maksimalnya informasi yang diberikan kepada wajib pajak sehingga wajib pajak harus menunggu lama karena prosedur administrasi yang rumit.
Administrasi Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya secara umum berada dalam kategori baik. Hanya saja jika dilihat dari indikator penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi masih kurang. Untuk itu para pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya harus lebih
meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada wajib pajak, agar wajib pajak mengerti mengenai administrasi perpajakan sehingga tidak memerlukan waktu yang banyak bagi wajib pajak dalam melakukan administrasi perpajakannya. Karena administrasi perpajakan tersebut sangat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian tingkat pemahaman wajib pajak mengenai perpajakan menjadi lebih baik.
Bagaimana kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Majalaya.
Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung secara umum berada dalam kategori baik, namun demikian Namun jika dilihat dari segi kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat
RUMUSAN MASALAH KESIMPULAN SARAN
Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan dan administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Majalaya.
Kualitas Pelayanan dan Administrasi
Perpajakan secara bersama-sama memberikan kontribusi atau pengaruh sebesar 59,9% terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya. Diantara variabel independen, Kualitas Pelayanan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dibanding Administrasi Perpajakan. Administrasi Perpajakan secara parsial memberikan
pengaruh sebesar 18,49% terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, sementara Kualitas Pelayanan secara parsial hanya memberikan pengaruh sebesar 50,69% terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Pengaruh kualitas pelayanan dan administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya dinilai tinggi, untuk itu KPP Pratama Majalaya diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas pelayanan serta
Pengaruh Kualitas Pelayanan
Dan Administrasi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya
The Impact of Quality Service and Administration Taxation of
Taxpayer Compliance
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jenjang Strata 1
Program Studi Akuntansi
Frega Lukman N
21108157
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iii
ABSTRAK
Kepatuhan wajib pajak salah satunya dapat dilihat dari kesadaran wajib pajak dalam melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT), beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu Negara, pelayanan pada wajib pajak. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan dan administrasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya yang berjumlah 100 sampel. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Person, Spearman, koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan aplikasi SPSS 18 for windows.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kualitas pelayanan dan administrasi perpajakan dengan kepatuhan Wajib Pajak. Selain itu, kualitas pelayanan dan administrasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak sebesar 59,9%. Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa penerapan kualitas pelayanan dan administrasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya.
ii
ABSTRACT
Taxpayer compliance can be seen from the awareness of taxpayers in reporting Tax (SPT), some of the factors that influence taxpayer compliance a condition of a State system of tax administration, service to the taxpayer. The purpose of this study to determine how much influence the service quality and administration of taxes on taxpayer compliance.
The method used in this research is descriptive and verification method. The unit of analysis in this study is the individual taxpayer in Pratama Tax Services Office Majalaya which amounts to 100 samples. The statistic test that has been used is the calculation of correlation Person, Spearman, coefficient of determination, hypothesis test and also using SPSS 18 for windows applications.
The results of this research indicate that there is a strong relationship between the implementation of service quality and administration of taxes with a compliance taxpayers. Besides that, the influence of service quality and administration of taxes with a compliance taxpayers of the effect it amounted to 59,9%. This study provides empirical evidence that the influnce of service quality and administration of taxes significant of the effect to compliance taxpayer in Pratama Tax Services Office Majalaya.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat
dan ridho-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi. Skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh
program studi Strata 1 program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas
Komputer Indonesia (UNIKOM). Dimana judul yang diambil, yaitu: “Pengaruh
Kualitas Pelayanan dan Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Majalaya”.
Mengingat keterbatasan, pengetahuan, kemampuan, pengalaman dan
waktu dari penulis, maka penulis sadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan laporan ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang dapat membangun untuk perbaikan serta penambahan pengetahuan
bagi penulis khususnya, dan untuk pihak lain yang membutuhkan pada umumnya.
Selama dalam penyusunan usulan penelitian ini, penulis banyak menerima
bimbingan, arahan, bantuan dan dorongan yang sangat berarti. Sehubungan
dengan itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak atas bantuan dan kerja samanya
kepada :
1. Dr. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
v
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, DRA. SE. M. Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Rektor Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, SE. M. Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Lilis Puspita Sari SE. M. Si., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Ony Widilestariningtyas, SE. M. Si., selaku Dosen Pembimbing dan Dosen
Wali yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan,
dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya skripsi ini.
6. Agus Kusumah, selaku pegawai KPP Pratama Majalaya yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Kedua orang tua yang selalu mendoakan untuk kemudahan penyelesaian
laporan ini.
8. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis
dengan pengetahuan.
9. Staff Kesekretariatan Program Studi Akuntansi (Ibu Dona dan Ibu Senny),
terima kasih untuk pelayanan dan informasinya.
10.Teman-teman AK4 seperti Rislian, Faris, Heri, Catur, Rani Eka, Irene,
Anggun, Hendri, Basit, Dwi, Indira, dan yang lainnya untuk saling
menyemangati untuk mengerjakan skripsi ini.
11.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini,
vi
Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
bersedia menerima segala kritik dan saran dari semua pihak untuk peningkatan
mutu skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menjadi suatu motivasi untuk lebih maju serta semangat berbuat yang terbaik
untuk diri sendiri dan orang lain.
Terimakasih.
Bandung, Juli 2012
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN
MOTTO ... i
ABSTRACT ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 10
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 10
1.2.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
1.3.1 Maksud Penelitian ... 11
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Kegunaan Penelitian ... 11
1.4.1 Kegunaan Praktis ... 12
1.4.2 Kegunaan Akademis ... 12
viii
1.5.1 Lokasi Penelitian ... 13
1.5.2 Waktu Penelitian ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ... 14
2.1.1 Kualitas Pelayanan ... 14
2.1.1.1 Pengertian Kualitas ... 14
2.1.1.2 Faktor-Faktor Kualitas Pelayanan ... 16
2.1.2 Administrasi Perpajakan ... 17
2.1.2.1 Pengertian Administrasi Perpajakan ... 17
2.1.2.2 Faktor-Faktor Administrasi Perpajakan ... 21
2.1.3 Kepatuhan Pajak... 23
2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Pajak ... 23
2.1.3.2 Faktor-Faktor Kepatuhan Pajak ... 25
2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya... 25
2.2 Kerangka Pemikiran ... 27
2.2.1 Keterkaitan Antara Kualitas Pelayanan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak ... 30
2.2.2 Keterkaitan Antara Administrasi Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak ... 30
ix
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ... 32
3.2 Metode Penelitian ... 32
3.2.1 Desain Penelitian ... 34
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 36
3.2.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.2.3.1 Sumber Data ... 40
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 41
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.2.4.1 Uji Validitas ... 44
3.2.4.2 Uji Reliabilitas ... 46
3.2.4.3 Uji Methode Succesive Interval (MSI) ... 48
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 50
3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 50
3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 65
4.1.1 Sejarah KPP Pratama Majalaya ... 65
4.1.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Majalaya... 67
4.1.3 Job Description KPP Pratama Majalaya ... 68
4.1.4 Aktivitas KPP Pratama Majalaya ... 75
4.2 Karakteristik Responden ... 76
x
4.3.1 Analisis Deskriptif Kualitas Pelayanan ... 79
4.3.2 Analisis Deskriptif Administrasi Perpajakan ... 86
4.3.3 Analisis Deskriptif Kepatuhan Wajib Pajak ... 91
4.4 Analisis Verifikatif ... 97
4.4.1 Keterkaitan Antar Kualitas Pelayanan dan
Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak ... 103
4.4.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan (X1) Dengan
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Secara Parsial ... 105
4.4.3 Pengaruh Administrasi Perpajakan (X2) Dengan
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Secara Parsial ... 106
4.4.4 Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Administrasi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Secara Simultan ... 108
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan ... 116
5.2 Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Permasalahan perpajakan sampai saat ini masih saja sama, banyak
masyarakat yang menolak membayar pajak karena ketidakpuasan masyarakat atas
pelayanan dan mekanisme pajak (Anshari Ritonga, 2010). Masih menurut Anshari
Ritonga (2010) banyak keluhan dari masyarakat yang merasa kurang puas atau
pengenaan pajaknya kurang adil dan kurang mencerminkan ketentuan dalam
Undang-undang. Sebuah negara tidak mungkin kuat jika warga negaranya enggan
membayar pajak (Darmin Nasution, 2008). Masih menurut Darmin Nasution
(2008) semakin besar jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi, semakin sehat
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, Darmin Nasution (2008) meminta agar setiap wajib pajak
agar tidak mengabaikan kewajibannya membayar pajak kepada Negara, karena
melalui pajak, kesejahteraan, kemakmuran, dan martabat bangsa akan tercipta.
Sayangnya di Indonesia menurut Darmin Nasution (2008), perbandingan antara
jumlah wajib pajak yang terdaftar dengan potensi wajib pajak orang pribadi masih
rendah. Masih menurut Darmin Nasution (2008) berdasarkan data yang diperoleh
dari Ditjen Pajak, potensi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bila menggunakan
pendekatan berbasis karyawan dapat mencapai 13,1 juta. Perhitungan tersebut
muncul dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 dan tercatat ada 10,2
2
Masih banyak Wajib Pajak (WP) yang belum memenuhi kewajibannya
sampai sekarang, baik pajak orang pribadi maupun pajak badan usaha menurut
Agus Martowardojo (2011). Masih menurut Agus Martowardojo (2011) wajib
pajak orang pribadi masih sangat rendah dalam menyerahkan SPT, yaitu hanya
8,5 juta dari total jumlah 110 juta pekerja. Selain itu Agus Martowardojo (2011)
juga menuturkan, dari wajib pajak badan usaha atau dunia usaha juga masih
sangat rendah kesadaran membayar pajaknya, wajib pajak badan hanya 446 ribu
yang memenuhi kewajiban dari wajib pajak badan usaha yang berdomisili yang
jumlahnya 12 juta lebih. Dari jumlah pembayar pajak tersebut, rasio SPT terhadap
pekerja aktif di Indonesia hanya 7,73 persen, masih belum memadai bila
dibandingkan dengan Jepang yaitu 50 persen dari jumlah penduduknya, oleh
karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, penerimaan
pajak terhadap total GDP di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan Negara
tetangga (Agus Martowardojo, 2011).
Kepatuhan wajib pajak bisa pula dilihat dari banyaknya wajib pajak yang
menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT). Kesadaran masyarakat baru
nampak di hari-hari terakhir batas waktu penyerahan SPT, hal itu tetap
menunjukkan adanya kemajuan tingkat kepatuhan dari wajib pajak, terlihat
masyarakat berduyun-duyun untuk menunaikan kewajibannya membayar pajak,
(Agus Susanto, 2009). Menurut salah satu pegawai di KPP Pratama Majalaya
mengatakan bahwa sampai saat ini masih adanya wajib pajak yang tidak tepat
waktu dalam penyampaian SPT Masa dan Tahunan baik Wajib Pajak Badan
3
Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan
kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara (Siti
Kurnia, 2010). Menurut Nurmantu (2005) kepatuhan perpajakan diartikan sebagai
suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakannya
dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan pajak adalah bahwa wajib pajak
mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan
aturan-aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama,
peringatan, ataupun ancaman atau penerapan sanksi baik hukum maupun
administrasi (Gunadi, 2005).
DJP memiliki banyak cara untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak
salah satunya adalah dengan meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak.
Karena salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah
pelayanan petugas wajib pajak sendiri (Sri Suratno, 2008). Masih menurut Sri
Suratno (2008) ada beberapa contoh pelayanan yang dilakukan petugas pajak
yang dapat membuat wajib pajak tidak puas akan pelayanan yang diberikan, yaitu
petugas yang lamban dalam mengerjakan tugas, petugas yang tidak ramah,
petugas yang berbelit-belit sehingga bias membingungkan wajib pajak, kantor dan
layanan yang kurang nyaman, fasilitas yang kurang memadai, dan lain
sebagainya.
Banyak permasalahan yang mendasar di masyarakat yang menjadi suatu
alasan mengapa masyarakat menolak membayar pajak, misalnya peraturan
4
kemudahan fiskus dalam memenuhi tugasnya (Anshari Ritonga, 2010). Masih
menurut Anshari Ritonga (2010) selain peraturan yang tidak berpihak pada
masyarakat, bahwa sistem self assesment yang merupakan sistem pemungutan
pajak sejak era reformasi, yang berprinsip bahwa wajib pajak menghitung sendiri
besaran pajaknya, dianggap masih jauh dari harapan, seringkali pemeriksaan
dilakukan dengan bertendensi sebagai pengulangan kembali oleh official
assessment. Masih menurut Anshari Ritonga (2010) mengenai pelayanan kantor
pajak yang dianggap mengecewakan dan terdapat ketidakpuasan dalam
masyarakat, seperti atas hal-hal yang mengecewakan di bidang penegakan hukum
dan pelayanan masyarakat. Dan beberapa hal mengenai keluhan masyarakat
tersebut diwujudkan dengan penolakan atas pemenuhan atas kewajiban
masyarakat atas pajak, dengan menempuh barbagai upaya (Anshari Ritonga,
2010).
Ditjen Pajak diminta bekerja lebih keras untuk meningkatkan rasio
kepatuhan wajib pajak yang kini rasionya masih mencapai 57,1% dari jumlah
wajib pajak terdaftar (Agus Martowadojo, 2010). Masih menurut Agus
Martowadojo (2010) tahun ini, Ditjen Pajak menargetkan rasio kepatuhan
penyampaian SPT bisa mencapai 62,50% dari jumlah wajib pajak terdaftar selama
2010. Gunadi (2011), mengatakan banyak cara yang bisa dilakukan Ditjen Pajak
untuk meningkatkan rasio kepatuhan wajib pajak, salah satunya dengan
memperbaiki kualitas pelayanan pajak. Pemerintah berencana merombak struktur
Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen) Pajak, langkah pemerintah itu untuk
5
Pemerintah mengklaim tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
di Kementerian Keuangan sudah di atas 80 persen, ini berdasarkan evaluasi
keseluruhan Kementerian Keuangan, seperti di Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak,
Bea Cukai, Perbendaharaan, dan Kekayaan Negara (Sri Mulyani, 2010). Namun
menurut Sri Mulyani (2010) tidak hanya melihat dari yang puasnya saja, masalah
kompetensi, tata kelola, atau masih ada pungutan-pungutan, perbaikan kualitas
salah satunya diupayakan melalui reformasi birokrasi. Untuk Ditjen Pajak,
misalnya, pemerintah bertekad melanjutkan pelaksanaan reformasi birokrasi yang
tahun ini memasuki jilid II (Sri Mulyani, 2010).
Pelayanan pajak merupakan proyek pelayanan dari instansi pemerintah
yang khusus berwenang mengurusi masalah pajak yaitu Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) (Siti Kurnia, 2010). Masih menurut Siti Kurnia (2010) kinerja pelayanan
yang baik tetap harus diperhatikan oleh DJP untuk dimungkinkannya diperoleh
manfaat ganda apabila dikombinasikan dengan unsur-unsur self assessment untuk
meningkatkan kepatuhan perpajakan bagi wajib pajak dan secara tidak langsung
akan meningkatkan pula penerimaan pajak. Masih menurut Siti Kurnia (2010)
salah satu langkah penting DJP sebagai wujud nyata kepedulian pada pentingnya
kualitas pelayanan adalah memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak dalam
mengoptimalkan penerimaan Negara. Tujuan pelayanan prima ini adalah
tercapainya tingkat kepatuhan sukarela wp yang tinggi, tercapainya tingkat
kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan tercapainya
6
Dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(Men-Pan) No.81 tahun 1993 mengartikan Pelayanan umum atau pelayanan publik
adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah di pusat, di daerah dan di lingkungan BUMN/D dalam bentuk barang
dan jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun
dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan (Siti Kurnia, 2010).
Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi
harapan konsumen (Tjiptono, 2007). Kualitas pelayanan harus dimulai dari
kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan, dimana persepsi
pelanggan terhadap kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas
keunggulan suatu pelayanan (Kotler dan Keller, 2007).
Dengan keterbatasan sarana kantor, yaitu pengaduan tentang sarana dan
prasarana pada unit penyelenggara pelayanan yang tidak mendukung pemberian
pelayanan kepada masyarakat (Dedi Rudaedi, 2011). Masih menurut Dedi
Rudaedi (2011) kode etik dan disiplin, yaitu pengaduan tentang pelanggaran yang
terkait dengan kode etik pegawai Direktorat Jenderal Pajak dan Tindak Pidana
Perpajakan, yaitu pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang
berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum
seorang yang melakukan tindak pidana perpajakan. Dengan memperluas sarana
pengaduan layanan perpajakan ini, maka Ditjen Pajak berharap dapat
meningkatkan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak sekaligus meningkatkan
7
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak mengklaim telah memenuhi standar
integritas yang ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam
memberikan pelayanan kepada wajib pajak (Iqbal Alamsjah, 2010). Masih
menurut Iqbal Alamsjah (2010) survei yang dilakukan KPK terhadap pelayanan
penyelesaian restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak,
dan hasilnya, Kantor Pelayanan Pajak mendapatkan nilai 6,77 atau memenuhi
standar minimal integritas yang ditetapkan KPK yaitu sebesar 6,0. Ditjen Pajak
berkomitmen untuk memberantas segala bentuk korupsi dalam pelayanan
perpajakan (Iqbal Alamsjah, 2010).
Menurut Siti Kurnia (2010) salah satu langkah penting yang dilakukan
DJP sebagai wujud nyata kepedulian pada pentingnya kualitas pelayanan adalah
memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak dalam mengoptimalkan
penerimaan negara. Masih menurut Siti Kurnia (2010) untuk itu pada awal tahun
2003 dibentuk tim modernisasi administrasi perpajakan jangka menengah yang
menyusun administrasi perpajakan modern dengan sasaran tercapainya tingkat
kepatuhan sukarela wajib pajak yang tinggi, tercapainya tingkat kepercayaan
terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, tercapainya produktivitas aparat
perpajakan yang tinggi.
Salah satu pegawai pajak di KPP Majalaya mengatakan bahwa adanya
kesulitan yang dirasakan wajib pajak dengan prosedur pelayanan administrasi
yang rumit (Agus Kusumah, 2012). Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh
8
penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak (Siti Kurnia
Rahayu, 2010).
Bukan rahasia lagi, bahwa birokrasi kita sekarang ini tidak berjalan baik,
mata rantai komando sering tidak berjalan dengan baik, kebijakan tidak
dirumuskan dengan baik, terutama oleh para pejabat di eselon III dan IV, dan
banyak sekali kesepakatan kebijakan antara pejabat eselon I dan II dengan Kadin
serta para pemangku kepentingan lainnya, yang gagal dilaksanakan oleh pejabat di
bawahnya (Hariyadi B Sukamdani, 2008). Masih menurut Hariyadi B Sukamdani
(2008) lebih parah lagi, banyak dari tindak lanjut tersebut yang mengalami
penyimpangan.
Dari sejumlah kebobrokan birokrasi tersebut yakni, masalah administrasi
yang masih berbelit-belit (Hariyadi B Sukamdani, 2008). Masih menurut Hariyadi
B Sukamdani (2008), ini disebabkan oleh masih adanya kerangka peraturan dan
kelembagaan yang merumitkan kalangan pengusaha. Mereka harus mengeluarkan
biaya dan waktu yang tidak sedikit dibandingkan dengan pengusaha-pengusaha di
negeri lain, ini merupakan perlakuan yang tidak adil bagi pengusaha nasional
(Hariyadi B Sukamdani, 2008).
Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak)
berencana membuat rekening khusus untuk para wajib pajak (Sri Muyani, 2010).
Masih menurut Sri Muyani (2010) hal tersebut dilakukan untuk memudahkan para
wajib pajak dalam menyelesaikan administrasi perpajakan, nantinya seluruh
pelayanan administrasi dari pendaftaran, penagihan sampai dengan pembayaran,
9
dimananpun melalui internet. Tahun 2008 akhir lalu, seluruh kantor Direktorat
Jenderal Pajak telah menerapkan sistem administrasi perpajakan yang modern (Sri
Muyani, 2010).
Menurut Sophar Lumbantoruan (2005) administrasi perpajakan (Tax
Administration) ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak.
Pandiangan (2008) mengemukakan bahwa administrasi perpajakan diupayakan
untuk merealisasikan peraturan perpajakan, dan penerimaan negara sebagaimana
amanat APBN. Menurut Nowak administrasi perpajakan merupakan kunci bagi
berhasilnya pelaksanaan kebijakan perpajakan (Mansury, 2002).
Menurut Chaizi Nusucha (2004), reformasi administrasi perpajakan adalah
penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu,
kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomi dan cepat. Dua tugas
utama reformasi administrasi perpajakan adalah untuk mencapai efektivitas yang
tinggi, yaitu kemampuan untuk mencapai tingkat kepatuhan yang tinggi dan
efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya administrasi per unit
penerimaan pajak sekecil-kecilnya (Yenni Carolina, 2011).
Pegawai pajak di KPP Majalaya mengatakan bahwa kendala dalam
administrasi pajak adalah wajib pajak merasa pelayanan yang diberikan sedikit
menyulitkan atau membingungkan seperti mereka harus mengantri lama sehingga
wajib pajak harus membutuhkan waktu lama dalam melakukan administrasi (Agus
Kusumah, 2012).
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat
10
“Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Administrasi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Majalaya”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang ditemui, yaitu :
1. Prosedur pelayanan administrasi di KPP Pratama Majalaya masih dirasakan
sulit oleh wajib pajak.
2. Masalah administrasi perpajakan yang berbelit-belit.
3. Kendala dalam administrasi pajak adalah wajib pajak merasa pelayanan yang
diberikan sedikit menyulitkan atau membingungkan sehingga wajib pajak
mengantri lama dalam melakukan administrasi.
4. Masih rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan
kewajibannya untuk melaporkan SPT.
5. Masih banyak wajib pajak di KPP Pratama Majalaya yang tidak tepat waktu
untuk memenuhi kewajibannya melaporkan SPT.
1.2.2 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka telah timbul beberapa
pertanyaan yang merupakan rumusan masalah penelitian yaitu:
1. Bagaimana kualitas pelayanan pada KPP Pratama Majalaya.
11
3. Bagaimana kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama
Majalaya.
4. Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan dan administrasi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Majalaya
secara simultan dan parsial.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi
dari objek penelitian pengaruh kualitas pelayanan dan sistem administrasi
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dapat dirumuskan untuk:
1. Untuk mengetahui kualitas pelayanan pada KPP Pratama Majalaya.
2. Untuk mengetahui administrasi perpajakan pada KPP Pratama Majalaya.
3. Untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama
Majalaya.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan dan
administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada
KPP Pratama Majalaya.
1.4 Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian
12
1.4.1 Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat secara praktis
sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Kegunaan penelitian ini bagi penulis adalah dapat menambah wawasan
dan pengetahuan ilmu akuntansi perpajakan khususnya kepatuhan pajak
yang dipengaruhi oleh kualitas pelayan pajak dan administrasi perpajakan.
2. Bagi Instansi
Hasil penelitian dapat memberikan pandangan dan masukan kepada KPP
Pratama Majalaya mengenai kualitas pelayanan, administrasi perpajakan
dan kepatuhan wajib pajak.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih
lanjut dalam bidang kajian yang sama, yaitu mengenai kualitas pelayanan,
administrasi perpajakan dan kepatuhan wajib pajak.
1.4.2 Kegunaan Akademis
Diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong
perkembangan ilmu pengetahuan mengenai kualitas pelayanan, administrasi
perpajakan dan kepatuhan wajib pajak dijadikan sebagai tambahan informasi yang
13
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
Tahap Persiapan :
1. Bimbingan dengan dosen pembimbing
2. Membuat outline dan proposal skripsi
3. Mengambil formulir penyusunan skripsi
4. Menentukan tempat penelitian
Tahap Pelaksanaan :
1. Mengajukan outline dan proposal skripsi
2. Meminta surat pengantar ke perusahaan
3. Penelitian di perusahaan
4. Penyusunan skripsi
Tahap Pelaporan :
1. Menyiapkan draft skripsi
2. Sidang akhir skripsi
3. Penyempurnaan laporan skripsi
4. Penggandaan skripsi
I
Tahap
Prosedur
Bulan
II
III
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.2 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melaksanakan penelitian pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Majalaya yang berlokasi di Jl. Peta No.7
Lingkar Selatan Bandung.
1.5.3 Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada bulan Maret
[image:43.595.92.557.398.730.2]2012 sampai dengan Juli 2012.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Memuat konsep-konsep teoritis yang digunakan sebagai kerangka atau
landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan pada
literatur-literatur yang membahas konsep penelitian.
2.1.1 Kualitas Pelayanan
2.1.1.1Pengertian Kualitas Pelayanan
Terdapat beberapa definisi yang menjelaskan mengenai kualitas. Definisi
kualitas menurut Lena Ellitan (2007:44) menyatakan bahwa :
“Kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses
dan lingkungan yang memenuhi harapan pelanggan.”
Definisi kualitas yang ditulis Ever dalam Lena Elitan (2007:45)
menyatakan bahwa :
“Perusahaan yang berhasil adalah yang dapat memberikan kepuasaan
pada pelanggan dan perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan adalah perusahaan yang berkualitas.”
Dari kedua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas
adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses
dan lingkungan yang memenuhi harapan, kebutuhan dan memberikan kepuasaan
15
Definisi pelayanan menurut Boediono (2003:60) menyatakan bahwa:
“Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara
-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar
tercipta kepuasan dan keberhasilan.”
Definisi pelayanan menurut Lena Ellitan (2007:45) menyatakan bahwa :
“Pelayanan adalah aktivitas-aktivitas yang tidak didefinisikan atau tidak
berwujud yang merupakan objek terutama dari transaksi yang dirancang
untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.”
Sedangkan definisi pelayanan menurut Kotler (2002):
“Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud
dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.”
Dari ketiga definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan
adalah suatu proses bantuan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang tidak
didefinisikan atau tidak berwujud yang merupakan objek terutama dari transaksi
yang dirancang untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Menurut Lewis dan Baums yang dikutip oleh Lena Elitan dan Lina Anatan
(2007:47) mengungkapkan sebagai berikut:
16
Sedangkan menurut Tjiptono (2007) :
“Kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam
mengimbangi harapan konsumen.”
Siti Kurnia Rahayu (2010:134) menyatakan bahwa :
“Pelayanan pajak dalam meningkatkan kepatuhan dimana pelayanan pajak
sebagai pelayanan publik.”
Masih menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:134), Keputusan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Men-Pan) No.81 tahun 1993
mengartikan :
“Pelayanan umum atau pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di lingkungan BUMN/D dalam bentuk barang dan jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan.”
2.1.1.2 Faktor-Faktor Kualitas Pelayanan
Rangkaian kegiatan terpadu yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, yang menjadi indikator (Lena Elitan, 2007:25) menyatakan bahwa :
1. Pelayanan umum yang sederhana
Pelayanan umum berkualitas apabila pelaksanaannya tidak menyulitkan, prosedurnya tidak banyak seluk-beluknya, persyaratan mudah dipenuhi pelanggan. Tidak bertele-tele, tidak mencari kesempatan dalam kesempitan.
2. Pelayanan umum yang terbuka
Aparatur yang bertugas melayani pelanggan harus memberikan penjelasan sejujur-jujurnya, apa adanya dalam peraturan atau norma, jangan menakutnakuti, jangan merasa berjasa dalam memberikan pelayanan agar tidak timbul keinginan mengharapkan imbalan dari pelanggan. Standar pelayanan harus diumumkan, ditempel pada pintu utama kantor.
3. Pelayanan umum yang lancar
17
4. Pelayanan umum yang dapat menyajikan secara tepat
Yang dimaksud tepat di sini adalah tepat arah, tepat sasaran, tepat waktu, tepat jawaban, dan tepat dalam memenuhi janji. Misal kantor pelayanan pajak dalammelakukan penagihan pajak tepat pada waktu wajib pajak memiliki uang.
5. Pelayanan umum yang lengkap
Lengkap berarti tersedia apa yang diperlukan oleh pelanggan. Untuk dapat menjamin pelayanan berkualitas harus didukung sumber daya manusia dan sarana yang tersedia.
6. Pelayanan umum yang wajar
Pelayanan umum yang wajar berarti tidak ditambah-tambah menjadi pelayanan yang bergaya mewah, tidak dibuat-buat, pelayanan biasa seperlunya sehingga tidak memberatkan pelanggan.
7. Pelayanan umum yang terjangkau
Dalam memberikan pelayanan, uang retribusi dari pelanggan yang diberikan harus dapat dijangkau oleh pelanggan.
2.1.2 Administrasi Perpajakan
2.1.2.1Pengertian Administrasi Perpajakan
Terdapat beberapa definisi yang menjelaskan mengenai arti dari pajak.
Menurut Soemarsaid Moertono yang selanjutnya dikutip kembali oleh Siti Kurnia
Rahayu (2010:21) :
“Istilah pajak berasal dari bahasa jawa yaitu “ajeg”, yang berarti pungutan teratur pada waktu tertentu. Pa-jeg berarti pungutan teratur terhadap hasil bumi sebesar 40% dari yang dihasilkan petani untik diserahkan kepada raja dan pengurus desa. Besar kecilnya bagian yang diserahkan tersebut hanyalah berdasarkan adat kebiasaan semata yang berkembang pada saat
itu.”
Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010:22)
merumuskan:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari
sector partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale (tegen prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran
18
Dari kedua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah
berarti pungutan teratur dari rakyat kepada kas Negara berdasarkan
undang-undang dengan tiada mendapat jasa timbale, yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Terdapat beberapa definisi mengenai arti administrasi perpajakan.
Menurut Sophar Lumbantoruan (2005) mengatakan bahwa:
“Administrasi perpajakan (Tax Administration) ialah cara-cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan perpajakan. Administrasi pajak dalam arti sempit merupakan penatausahaan dan pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban pembayaran pajak, baik penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun ditempat wajib pajak, sedangkan administrasi pajak dalam arti luas meliputi fungsi, sistem dan
organisasi atau kelembagaan.”
Sedangkan menurut Djoned Gunadi M (2005:16) mengatakan bahwa:
“Administrasi Pajak adalah administrasi hukum atau legal administration,
artinya administrasi yang harus dijalankan adalah bagaimana ketentuan hukum menghendaki khususnya ketentuan hukum formal perpajakan, disini administrasi pajak adalah merupakan instrumen dari ketentuan formal perpajakan yang ada. Hal yang demikian ini administrasi pajak memiliki posisi yang sangat penting, tidak hanya pada pelayanan, pengawasan, dan pembinaan namun juga menyangkut hak-hak wajib pajak yang yakin benar bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakannya
dilindungi dengan administrasi yang baik.”
Menurut Chaizi Nusucha (2004:37), reformasi administrasi perpajakan
adalah:
19
Pandiangan (2008) mengemukakan bahwa:
“Administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasikan peraturan
perpajakan, dan penerimaan negara sebagaimana amanat APBN.”
Dari keempat definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
administrasi perpajakan adalah cara-cara atau prosedur pengenaan dan
pemungutan perpajakan yang harus dijalankan bagaimana ketentuan hukum
menghendaki khususnya ketentuan hukum formal perpajakan.
Menurut Carlos A. Silvani (2006:72) yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu
(2010:93) menyebutkan administrasi pajak dapat dikatakan efektif bila mampu
mengatasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers).
2. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
3. Penyelundup pajak (tax evaders)
4. Penunggak pajak (delinquent tax pavers).
Penjelasan dari kutipan di atas adalah sebagai berikut :
1. Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers).
Dengan Aministrasi pajak yang efektif akan mampu mendeteksi dan
menindak dengan menerapkan sanksi tegas bagi masyarakat yang telah
memenuhi ketentuan menjadi Wajib Pajak tetapi belum terdaftar. Penambahan
jumlah Wajib Pajak secara signifikan akan menigkatkan jumlah penerimaan
pajak.
2. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
Administrasi perpajakan efektif akan dapat mengetahui penyebab Wajib Pajak
20
3. Penyelundup pajak (tax evaders)
Penyelundup pajak (tax evaders) yaitu Wajib Pajak yang melaporkan pajak
lebih kecil dari yang seharusnya menurut ketentuan perundang-undangan akan
lebih terdeteksi dengan dukungan adanya bank data tentang Wajib Pajak dan
seluruh aktivitas usahanya sangat diperlukan.
4. Penunggak pajak (delinquent tax pavers).
Upaya pencairan tunggakan pajak dilakukan melalui pelaksanaan tindakan
penagihan secara intensif dalam set administrasi pajak yang baik akan lebih
efektif melaksanakan upaya tersebut.
Tujuan Sistem Administrasi Perpajakan Modern menurut Liberti
Pandiangan (2007:8) adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya tingkat kepatuhan Wajib Pajak (tax compliance) yang tinggi;
2. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap adminisrtasi perpajakan
yang tinggi dan;
3. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi.
Tujuan Adminitrasi Perpajakan Modernisasi merupakan perbaikan untuk
memperbaiki sistem yang sudah ada dengan tujuan agar tercapainya tingkat
kepatuhan Wajib Pajak, tingkat kepercayan Wajib Pajak, serta tercapainya tingkat
produktivitas pegawai pajak yang tinggi.
Adapun tujuan dari modernisasi perpajakan berdasarkan Surat Edaran
Direktorat Jenderal Pajak No.SE-45/PJ/2007 adalah peningkatan kualitas
pelayanan kepada Wajib Pajak dan seluruh stakeholder perpajakan. Sedangkan
21
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak sebagai aliran dana
untuk mengisi kas Negara.
2. Menekankan terjadinya penyelundupan pajak (tax evasion) oleh Wajib Pajak.
3. Meningkatkan kepatuhan bagi Wajib Pajak dalam penyelenggaraan
kewajiban perpajakannya.
4. Menerapkan konsep good governance, adanya transparansi, responsibility,
keadilan, dan akuntabilitas dalam meningkatkan kinerja instansi pajak
sekaligus publikasi jelasnya pos penggunaan pengeluaran dana pajak.
5. Meningkatkan penegakan hukum pajak, pengawasan yang tinggi dalam
pelaksanaan administrasi perpajakan, baik kepada fiskus maupun kepada
Wajib Pajak.
2.1.2.2Faktor-Faktor Administrasi Perpajakan
Dimensi dan indikator administrasi perpajakan menurut Siti Kurnia
Rahayu (2010:110) Modernisasi administrasi perpajakan yang dilakukan pada
dasarnya meliputi:
1. Restrukturisasi organisasi
2. Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan
informasi.
3. Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia
4. Pelaksanaan Good Governance
Penjelasan dari kutipan di atas adalah sebagai berikut :
1. Restrukturisasi organisasi
Implementasi konsep Administrasi Perpajakan Modern yang berorientasi
22
baik level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun di level kantor
operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan.
2. Penyempurnaan proses bisnis melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan
informasi.
Kunci perbaikan birokrasi yang berbelit-belit adalah perbaikan business
process yang mencakup metode, sistem, dan prosedur kerja. Untuk itu,
perbaikan business process merupakan pilar penting program modernisasi
DJP, yang diarahkan pada penerapan full automation dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi, terutama untuk pekerjaan yang sifatnya
klerikal.
3. Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia
Departemen keuangan secara keseluruhan telah meluncurkan program
Reformasi Birokrasi sejak tahun 2006. Fokus program reformasi ini adalah
perbaikan sistem dan manajemen SDM, dan direncanakan perubahan yang
dilakukan sifatnya lebih menyeluruh.
4. Pelaksanaan Good Governance
Dalam praktek berorganisasi, good governance biasanya dikaitkan dengan
mekanisme pengawasan internal (internal control) yang bertujuan untuk
meminimalkan terjadinya penyimpangan ataupun penyelewengan dalam
organisasi, baik itu dilakukan oleh pegawai maupun pihak lainnya, baik
23
2.1.3 Kepatuhan Pajak
2.1.3.1Pengertian Kepatuhan Pajak
Terdapat beberapa definisi yang menjelaskan mengenai kepatuhan pajak.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:138) :
“Istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan.
Dalam perpajakan kita dapat memberi pengertian bahwa kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan
ketentuan perpajakan.”
Masih menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:139) :
“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan
kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu
Negara”.
Menurut Safri Nurmantu dan dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia
Rahayu (2006:110)mengatakan bahwa:
“Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan
hak perpajakannya.”
Menurut Norman D. Nowak yang dikutip kembali oleh Siti Kurnia Rahayu
(2010:139) :
“Sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana :
1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunnya.”
Menurut Safri Nurmantu yang dikutip kembali oleh Siti Kurnia Rahayu
24
“Ada 2 macam kepatuhan :
1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.
2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif atau hakikatnnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.
Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.”
Menurut Chaizi Nasucha yang dikutip kembali oleh Siti Kurnia Rahayu
(