• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Napindo Halilintar di Tanah Karo (1945-1949)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gerakan Napindo Halilintar di Tanah Karo (1945-1949)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

GERAKAN NAPINDO HALILINTAR DI TANAH KARO ( 1945-1949)

SKRIPSI

DIKERJAKAN

O L E H

NAMA : AYU MAHARANI BR SEMBIRING

NIM : 100706003

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

GERAKAN NAPINDO HALILINTAR DI TANAH KARO ( 1945-1949)

Yang Diajukan Oleh

Nama : Ayu Maharani Br Sembiring

Nim : 100706003

Telah Disetujui Untuk Diujikan Ujian Skripsi Oleh :

Pembimbing Tanggal,

Drs. Samsul Tarigan

NIP 1958110419866011002

Ketua Departemen Sejarah Tanggal,

Drs. Edi Sumarno, M.Hum

NIP 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LembarPengesahanPembimbingSkripsi

GERAKAN NAPINDO HALILINTAR DI TANAH KARO (1945-1949) SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN O

L E H

AYU MAHARANI BR SEMBIRING 100706003

Pembimbing,

Drs. SAMSUL TARIGAN NIP. 1958110419866011002

Skripsiinidiajukankepadapanitiaujian

FakultasIlmuBudayaUSU Medan, untukmelengkapi Salah satusyaratujianSarjanaIlmuBudaya

DalambidangIlmuSejarah

DAPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

DISETUJUI OLEH :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH

Ketua Departemen,

Drs.Edi Sumarno,M.Hum. NIP 196409221989031001

(5)

LembarPengesahanSkripsiOlehDekandanPanitiaUjian PENGESAHAN :

Diterimaoleh:

PanitiaUjianFakultasIlmuBudayaUniversitas Sumatera Utara UntukmelengkapisalahsatusyaratujianSarjanaFakultasIlmuBudaya DalambidangIlmuSejarahpadaFakultasIlmuBudaya USU Medan Pada :

Tanggal : 17 Juli 2014 Hari :Kamis

FakultasIlmuBudaya USU Dekan,

Dr. SyahronLubis, M.A.

NIP 195110131976031001

PanitiaUjian :

No. NamaTandaTangan

1 Drs. Edi Sumarno , M.Hum (……….………)

2 Dra.Nurhabsyah,M.Si (………)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala limpahan berkat dan karunia Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini meskipun sangat banyak halangan dan kekurangan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana sastra. Penulisan ini juga tidak akan pernah dapat terwujud tanpa bantuan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, inilah saat yang tepat bagi penulis untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada:

1. Ayah dan Ibu, L.Sembiring dan R. Br Ginting , kakak ku tersayang Vera Florida br Sembiring dan adikku tercinta Madona Br sembiring yang memberi dukungan dan semangat kepada penulis dalam masa pendidikan baik itu secara materil maupun non materil.

2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Dr. Syahron Lubis,MA , beserta staf dan para Pembantu Dekan.

3. Drs. Edi Sumarno,M.Hum dan Dra. Nurhabsyah M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU.

4. Drs. Samsul Tarigan selaku dosen pembimbing yang membimbing penulis dalam penulisan dan memberi banyak masukan terhadap penulisan ini.

(7)

6. Dosen-dosen di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya yang telah memberi pengetahuan melalui perkuliahan.

7. Bang Ampera yang membantu di bagian administrasi selama perkuliahan. 8. Teman-temanku ( Rina,Helma, Evi, Ira, Sepno, Nika, Lina , Mindo, Novi,

Boy, Nando,Rico,Jhonly, Yana, Ardi, Suheg. Harun) dan angkatan 2010 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Abang/ Kakak Senior dan Alumni dan adik- adik junior yang telah memberi masukan, dan semangat selama ini. 9. Seluruh Anggota Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA) Siroga FIB USU, IMKA

USU, dan Keluaga Mahasiswa Karo Se Kota Medan terimakasih atas dukungan dan buku-bukunya

10. Keluarga Besar Anggota Napindo Halilintar dan TNI Sektor III yang telah banyak memeberikan masukan dan informasi kepada penulis.

11. Kepada Abangda Lorense Harold Wilson Barus terimakasih sudah merodam saya dari awal masuk sejarah sampai saat ini dan terimakasih untuk kasih sayang, perhatian dan dukungannya selama ini yang tak pernah letih mendampingi penulis.

(8)

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan, saran, dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Juni 2014 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

ABSTRAK ... vi

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka ... 7

1.5 Metode Penelitian ... 9

BAB II Gambaran Umum Penelitian ... 11

2.1 Gambaran Umum Kabupaten karo... 11

2.2 Latar Belakang Sosial Ekonomi Masyarakat Karo ... 14

2.3 Sistem Kekerabatn Masyarkat Karo... 17

2.4 Sistem Kepercayaan Masyarakat Karo ... 18

(10)

BAB III Laskar Napindo Halilintar ... 31

3.1 Latar Belakang Berdirinya Laskar Napindo Halilintar ... 31

3.2 Proses Pembentukan Laskar Napindo Halilintar... 36

3.3 Srikandi Napindo Halilintar ... 43

3.4 Struktur Organisasi Napindo Resimen Halilintar ... 50

BAB IV Gerakan Napindo Halilintar ... 55

4.1 Revolusi Sosial di Tanah Karo ... 55

4.2 Bumi Hangus di Tanah Karo ... 59

4.3 Oprasional Bukit Bertah ... 62

4.4 Srikandi Angkat Senjata ... 65

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN

(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 : Peta Kabupaten Karo………11

2. Gambar 2 : PNI melakukan convoy ………..35

3. Gambar 3: BPI dan PNI bersatu menjadi Napindo Resimen Halilintar………..38

4. Gambar 4 : Laskar-laskar rakyat dileburkan menjadi TNI ………..39

5. Gambar 5 : Letnan Piah Malem ………43

6. Gambar 6 : Srikandi ……….…….45

7. Gambar 7 : Selamat Ginting ………...……47

8. Gambar 8 : Uang karo ……….….….68

9. Gambar 9 : Monument Halilintar……….………69

(12)

ABSTRAK

(13)

ABSTRAK

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jepang menyatakan menyerah pada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Pada tanggal 17 Agustus Indonesia menyatakan kemerdekaan.kerena sulitnya informasi kabar bahagia itu belum sampai ke seluruh Nusantara, Jepang masih menguasai sebagian Sumatera Utara, serdadu Belanda mendarat di Pantai Cermin, pada tanggal 10 Oktober 1945 atau hampir dua bulan setelah Republik Indonesia berdiri, dengan membonceng para serdadu sekutu (Inggris). Serdadu sekutu yang mendarat itu berjumlah 800 orang dengan bersenjata lengkap dan mutakhir, Royal Artelery 26 Th Indian Division dipimpin oleh Brigjen Ted Kelly, yang sebenarnya bertugas menyerbu daratan Semenanjung Malaya1. Setelah kemerdekaan para pemuda membentuk organisasi-organisasi yang non politik yang berencana membantu keamanan dan bertujuan membentuk laskar-laskar . Organisawsi itu disebut Barisan Pemuda Indonesia (BPI). Pada tanggal 29 September 1945 di Kabanjahe telah terbentuk Barisan Pemuda Indonesia (BPI) cabang Tanah Karo, dipimpin oleh Matang Sitepu. Dalam proses sejarah selanjutnya, BPI kemudian berubah menjadi BKR (Badan Keselamatan Rakyat) yang merupakan tentara resmi pemerintah2

1

Tridah Bangun, Kilap Sumagan: Biografi Selamat Ginting, Jakarta: Cv Haji Masagung. 1994. Hal 52

2

Teridah Bangun, Pejuang dan Pelopor Industri Kabel Indonesia: Biografi K.Pri Bangun, Jakarta, Kesain Blanc, 1995. Hal 67.

.

(15)

Napindo Resimen Halilintar di Tanah Karo juga mengalami penyusunan organisasi. Barisan lasykar rakyat Napindo Halilintar Tanah Karo dipimpin oleh Selamat Ginting dan Ulung Sitepu dibantu oleh Koran Karo-karo, Tama Ginting, T.M. Sinulingga, Turah Perangin-angin, Batas Perangin-angin, dan Matang Sitepu. Para pemuda yang bergabung dalam barisan Napindo ini pada mulanya bersifat sukarela dan tidak terikat secara organisatoris, kecuali terdaftar dalam organisasi itu di kampung masing-masing3

Napindo Halilintar merupakan barisan pemuda dari Partai Nasional Indonesia (PNI), Napindo merupakan singkatan kata dari Nasionalis Pelopor Indonesia, untuk resiman 3 bernama Napindo Halilintar. Halilintar itu bermakna pasukan yang bergerak secara cepat, mengadakan penyerangan-penyerangan mendadak dan mengundurkan diri secara cepat pula. Kesatuan yang seperti ini sangat diidamkan Oleh Selamat Ginting sehingga dia membentuk nama barisan nya Napindo Halilintar

. Pemuda-pemuda ini berlatih pada sore hari di bawah pimpinan seseorang yang pernah mendapat latihan militer atau semi militer. Pelatih ini umumnya adalah bekas Gyugun, Haiho, Talapeta, atau peserta kursus sekolah guru.

4

Pada saat agresi Militer Belanda kesatuan laskar Resimen Halilintar ini ikut mengambil peran dapat dilihat seperti peristiwa Bertah. Disini anggota resimen halilintar berjuang mati-matian untuk menghalau Belanda masuk ke ibu kota yaitu Tiga Binanga. Untuk memperingati perjuangan Resimen Halilintar sehingga di desa Berteh di dirikan Tugu Halilintar

Saat revolusi sosial di Tanah Karo, tindakan yang dilakukan oleh pemuda-pemuda tidak menimbulkan kerugian harta benda dan korban jiwa yang besar, karena ketua Pesindo Suwarno menghubungi Selamat ginting untuk mengumpulkan Para Sibayak dan Raja Urung di suatu tempat, sehingga mereka terhindar dari aksi pembunuhan, namun harta mereka di rampas semua. Jika dibandingkan dengan kelakuan laskar-laskar yang lain pada saat revolusi yang begitu kejam menyiksa dan merampas harta benda para sultan justru berbanding terbalik yang di lakukan oleh Laskar Napindo Resimen Halilintar ini. Mereka mengasingkan para Sibayak dan raja Urung ke Aceh Tenggara.

Wawancara dengan Ny.Piah Malem Br Karo (Istri Aml. Selamat Ginting) salah satu anggota Napindo Halilintar di Jambur Halilintar , Tanggal 25 Januari 2014.

5

Wawancara dengan Nurupi Sitepu, anggota Napindo Halilintar, di Kantor Vetran Legiun Tanah Karo, Tanggal 27 maret 2014.

(16)

Penelitian ini membahas tentang Gerakan Napindo Halilintar Di Tanah Karo (1945-1949). Tahun 1945 merupakan periode awal dari kemerdekaan Indonesia dimana untuk mempertahankan kemerdekaan Negara membutuhkan pasukan untuk mempertahankan kemerdekaan. Pada tanggal 10 Oktober 1945 atau hampir dua bulan setelah Republik Indonesia berdiri Belanda mendarat di Pantai Cermin, dengan membonceng para serdadu sekutu (Inggris). Dalam situasi demikian, api perjuangan semakin membara di Sumatera timur maka saat bersamaan dengan mendaratnya pasukan sekutu di Pantai Cermin. Di kota Medan dibentuklah tentara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dipimpin oleh Mayor Achmad Tahir dengan kepala markas umum Kapten R. Sucipto. Sebelum TKR terbentuk BPI sudah terbentuk terlebih dahulu sehingga TKR dan BPI di leburkan menjadi BKR 6. Partai politik pun ikut mengambil peran untuk membantu dan mempertahankan kemerdekaan sehingga awal tahun 1946 terbentuklah Lasykar-Lasykar Rakyat salah satunya Napindo Halilintar. Tahun 1949 adalah akhir dari penelitian ini karena pada tahun ini tanah karo sudah bebas dari penjajahan. Seluruh masyarakat keluar dari pengungsian dan kembali ke kampung mereka masing-masing. Selama mempertahankan kemerdekaan Napindo Halilintar mengambil peran yang sangat penting terutama dalam revolusi sosial. Gerakan – gerakan Napindo Halilintar tidak banyak merugikan para sibayak ataupun urung. Gerakan menurut kamus antropologi adalah aktivitas dan terencana dan berulang-ulang yang dilancarkan berbagai macam organisasi untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan. Sedangkan gerakan sosial, adalah suatu gerakan dari kelompok sosial untuk kepentingan sosial dan tujuan sosial, sehingga dapat mempertahankan, mengubah, dan mengganti atau menghapus hal-hal yang kurang sesuai dari suatu masyarakat. Sedangkan menurut kamus sosiologi, gerakan sosial adalah suatu organisasi informal yang mungkin mencakup unit-unit yang terorganisasi secara formal yang bertujuan mencapai tujuan-tujuan tertentu. Definisi gerakan di atas sangat sesuai untuk manggambarkan dan menganalisis Gerakan Napindo Halilintar Di Tanah Karo ( 1945-1949). Gerakan sosial di Tanah karo merupakan gerakan dari kelompok sosial yang bertujuan untuk mengubah, mengganti dan menghapus hal-hal yang kurang sesuai dengan tata sosial suatu masyarakat. Peristiwa Di Tanah Karo digerakkan oleh Napindo Halilintar yang merupakan aliansi organisasasi PNI yang dipimpin oleh Mayor Selamat Ginting.

6

(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, untuk mempermudah penulis dalam penulisan dan menghasilkan penelitian yang objektif, maka penulis perlu membatasi masalah yang dibahas. Pokok permasalahan yang dibahas yaitu “Gerakan Napindo Halilintar Di Tanah Karo (1945-1949).

Dari judul diatas, maka pokok permasalahan yang dibahas kemudian dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Laskar Napindo Halilintar di Tanah Karo? 2. Bagaimana proses pembentukan Laskar Napindo Halilintar di Tanah Karo ? 3. Bagaimana Pergerakan Laskar Napindo Halilintar di Tanah Karo ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Segala sesuatu yang dilakukan manusia tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan latar belakang berdirinya Laskar Napindo Halilintar di Tanah Karo. 2. Menjelaskan proses pembentukan Laskar Napindo Halilintar menjadi sebuah laskar

rakyat di Tanah Karo.

3. Menjelaskan pergerakan Laskar Napindo Halilintar di Tanah Karo.

Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian tersebut, diharapkan dapat member manfaat , yaitu : 1. Sebagai sebuah penulisan sejarah yang berguna bagi generasi sekarang khususnya

(18)

2. Menambah khasanah penulisan sejarah lokal, khususnya bagi masyarakat Karo. 3. Sebagai pengembangan ilmu bagi penulis dan pembaca untuk mengembangkan ilmu

selanjutnya.

1.4. Tinjaun Pustaka

Dalam penyelesaian tulisan tersebut perlu dilakukan tinjauan pustaka dengan menggunakan buku yang berhubungan dengan judul tulisan yakni tentang Gerakan Napindo halilintar Di Tanah Karo (1945-1949). Untuk itu penulis menggunakan beberapa litetatur yang dapat mendukung penulisan skripsi tersebut.

Antony Reid, dalam Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya kerajaan Sumatra Timur (1987) di jelaskan bagaimana Gerakan Napindo Halilintar yang menjadi pelopor terjadinya Revolusi di Tanah Karo. Dibalik sebagai pelopor pemimpin Mayor Selamat Ginting mengasingkan para Sibayak atau Raja Urung ke Aceh tenggara sehingga para Sibayak atau Raja Urung terhindar dari Peristiwa Maret yang banyak memakan korban dari kalangan Sultan atau Raja seperti di kerajaan atau kesultanan Serdang dan Langkat.

Tridah Bangun, dalam Kilap Sumagan: Biografi Selamat Ginting (1994) buku tersebut merupakan buku Biografi pimpinan Laskar Napindo Halilintar yaitu Mayor Selamat Ginting. Dalam buku tersebut sangat banyak dijelaskan bagaimana awal Napindo Halilintar dibentuk dan gerakan-gerakan yang mereka lakukan dalam mempertahankan kemerdekaan.

(19)

Biro Sejarah Prima, dalam Medan Area Mengisi Kemerdekaan (1976) , dijelaskan bagaimana peranan Napindo Halilintar yang dibentuk kedalam tubuh Tentara Republik Indonesia bersama dengan Barisan Harimu Liar menyerang pos-pos pertahanan sekutu di Tanah Karo.

1.5. Metode Penelitian

Dalam penulisan sejarah ilmiah, pemakaian metode sejarah sangatlah penting. Metode penelitian sejarah lazimnya disebut sebagai metode sejarah. Metode penelitian tersebut dimaksudkan untuk merekontruksi masa lampau manusia sehingga menghasilkan suatu karya ilmiah yang bernilai. Penelitian tersebut menggunakan metode sejarah yaitu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dari peninggalan masa lampau7. Ada beberapa tahap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi dan histiografi8

Langkah berikutnya, melakukan kritik terhadap sumber. Untuk memeriksa keabsahan sumber melalui kritik intern yang bertujuan untuk memperoleh fakta yang kredibel dengan cara menganalisis isi ataupun penjelasan dalam sumber tertulis dan

.

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah heuristik atau pengumpulan data atau bahan-bahan sebanyak mungkin yang memberi penjelasan tentang masalah dalam penelitian yaitu Gerakan Napindo halilintar Di Tanah Karo. Pengumpulan data ini dilakukan dengan dua cara yaitu melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan yaitu mencari sumber tertulis yang berasal dari buku seperti dari perpustakaan, perpustakaan daerah maupun dari toko-toko buku lainnya, majalah, surat kabar, hasil laporan penelitian, dan data yang diperoleh dari internet. Adapun buku yang didapat dari perpustakan yaitu buku karangan Payung Bangun yang berjudul Dari Medan Area ke Sipirok Area, buku karangan Tridah Bangun yang berjudul Kilap Sumagan, buku Koentjaraningrat yang berjudul Manusia dan Kebudayaan Indonesia, buku karangn Anthony Reid yang berjudul Perjuangan Rakyat Revolusi dan Hancurnya kerajaan di Sumatera Timur

dll. Penulis mencari sumber tentang Napindo Halilintar dan gerakan-gerakan yang dilakukan di Tanah Karo. Studi lapangan dilakukan dengan cara mewawancarai para anggota Napindo Halilintar seperti Ny Piah Malem Br Karo ( Istri Almarhum Mayor Selamat Ginting Pimpinan Napindo Halilintar, Manjangi Karo-karo, M.S. Sembiring ,dll.

7

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah terjemahan (Nugroho Notosusanto), Jakarta: UI Press,1971, hal. 18.

8

(20)

kritik ekstern dalam memperoleh fakta yang otentik dengan cara meneliti asli atau tidaknya sumber tersebut. Data yang ada tentang Gerakan Napindo Halilintar Di Tanah Karo sangat perlu dilakukan kritik sumber. Sesudah melakukan langkah pertama dan langkah kedua berupa heuristik dan kritik sumber, langkah selanjutnya dilakukan interpretasi. Langkah tersebut merupakan metode yang dilakukan untuk menafsirkan fakta-fakta yang sudah diseleksi dan menghasilkan data yang valid.

(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Karo

Gambar 1. Peta Kabupaten Karo

(22)

ini dengan banyak taktik dan pengorbanan di berbagai pihak akhirnya di tangkap. Nabung Surbakti gugur pada tahun 1907 setelah Kiras Bangun gugur dua tahun sebelumnya (1905)9

Gugurnya kedua tokoh di atas membuat Kolonial sudah merasa aman dan mulai berani melakukan kebijakan di Utara wilayah orang Karo pada saat inilah

devide et empera lebih ditingkatkan, kalau sebelumnya dilakukan di antara Sibayak-Sibayak yang juga dibentuk oleh Belanda untuk menjalankan pemerintahannya, maka pada tanggal 13 April 1911 dikeluarkan Bijblad no. 7465 dan diputuskan batas Tanah Karo dengan Simalungun. Sedangkan batas dengan Dairi Ditetapkan dengan Stablad 1908 No.604, dimana wilayah orang Karo baluren (lembah) di sepanjang Lau Renun dimasukkan ke wilayah keresidenan Tapanuli. Sementara wilayah orang Karo yang di Langkat dimasukkan kedalam wilayah Afdeling Langkat dipimpin Asisten Residen orang Belanda, sedangkan Sultan Langkat diangkat dari bumi putra. Demikian halnya dengan wilayah orang Karo bagian timur dan Karo Jahe, seperti Deli Tua, Sibolangit, Pancur Batu dan wilayah Sunggal dimasukkan kedalam wilayah administrasi Deli dan Serdang

. Dengan gugurnya kedua tokoh di atas perlawanan masyarakat Karo Mulai menurun, namun tetap muncul perlawanan-perlawanan kecil di berbagi lokasi didataran rendah begitu juga dengan dataran tinggi.

10

Secara umum Kabupaten Karo memiliki alam yang sejuk dan indah yang sering disebut dengan Taneh Karo Simalem berada pada ketinggian 400-1600 m dpl (di atas permukaan laut) dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97% dari wilayah Provinsi Sumatera Utara. Tanah Karo merupakan daerah pegunungan, dua di antaranya yang terkenal yaitu; gunung Sinabung dan Sibayak dan masih aktif sampai sekarang yang membuat Tanah karo sangat subur, sehingga mayoritas masyarakat menggantungkan kehidupannya pada hasil bercocok tanam, dengan kesuburannya ini Tanah karo menjadi sangat terkenal sebagai penghasil sayur dan buah. Kota Kabanjahe merupakan ibukota dari Kabupaten Karo, dengan jarak kurang lebih 75 Km dari kota Medan, dengan jarak tempuh 90-120 menit, sehingga daerah ini banyak dikunjungi oleh masyarakat baik lokal, Nasional maupun manca negara yang menjadikan Tanah Karo menjadi salah satu tempat pariwisata yang sangat diminati untuk menikmati kesejukan dan keindahan alam, karena berada diketinggian tersebut tanah Karo Simalem mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17 derajat celcius. Di dataran tinggi Karo inilah bisa kita temukan indahnya nuansa alam pegunungan dengan udara yang sejuk, dan di tambah pula cirri khas daerah yakni

.

9

Martin L. Peranginangin, Orang Karo Diantara Orang Batak, Jakarta : Sora Mido. 2004. hal. 77

10

(23)

buah dan sayur. Di Daerah ini bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sinabung dan Sibayak dalam keadaan aktif. Dilihat dari Geografi Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah Hulu Sungai. Wilayah Kabupaten Karo secara geografis terletak di antara 2 derajat 50 menit Lintang Utara sampai 3 derajat 19 menit Lintang Utara dan 97 derajat 55 menit Bujur Timur sampai dengan 98 derajat 38 menit Bujur Timur.

Batas-batas wilayah Kabupaten Karo setelah tahun 1948.

o Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang o Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara

o Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun

o Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Daerah

Istimewa Aceh)

2.2 Latar Belakang Sosial Ekonomi Masyarakat Karo

Sebelum pemerintah Kolonial Belanda tiba di dataran tinggi Karo, situasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sifatnya sangat tertutup. Walaupun demikian bukan berarti tertutup seluruhnya, karena ada hubungan perdagangan dengan dunia luar walaupun terbatas. Sejumlah orang Karo pergi merantau ke daerah lain untuk mencari pekerjaan, terutama dataran rendah Deli dan Langkat untuk menanam lada.

(24)

mendaki hutan belantara tersebut. Hasil utama tanaman masyarakat adalah padi, produksi tanaman ini tidak untuk diperdagangkan karena hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja. Seperti telah diuraikan di atas, bahwa produksi padi sangat rendah karena penguasaan teknik dan cara bercocok tanam sangat rendah dan sedikit. Hasil produksi panen juga berubah-ubah dari tahun ke tahun, salah satu faktor yang mengakibatkan demikian adalah karena masyarakat Karo tidak memiliki penanggalan yang baik, dan tanaman padi tidak selalu diadakan pada waktu yang tepat. Untuk melindungi diri terhadap kekurangan bahan pokok makanan dan ancaman kemarau, para petani menanam jagung dan menyimpan padi dalam lumbung sebanyak mungkin, kadangkadang untuk tiga tahun atau lebih.

Perdagangan dengan daerah lain walaupun jumlahnya sangat sedikit tapi berperan bagi ekonomi Karo. Garam dan ikan asin, candu dan besi semuanya diimport. Demikian juga barang pecah belah, kain dan senjata. Sebaliknya ekspor yang dilakukan adalah ternak dan sedikit lada, terkecuali oleh orang-orang Karo yang telah bermukim di sekitar kawasan dataran rendah yang dekat ke pantai jumlahnya besar. Salah satu faktor kenapa ekspor mereka sangat rendah adalah karena sarana jalan tikus tidak terawat baik, juga adalah karena kurangnya perlindungan. Organisasi ekonomi atau kesatuan ekonomi, yang utama tiap-tiap keluarga diharapkan memenuhi kebutuhan subsisten masing-masing. Ada juga beberapa orang yang memiliki pekerjaan sambilan sebagai tukang besi, dukun dan pemain musik. Sedangkan tenaga upah tidak ada sama sekali, pekerjaan dilaksanakan di atas dasar tolong-menolong sesama keluarga dan tetangga, juga diatur atas dasar pertukaran kerja. Lembaga ini di Karo disebut aron, kebanyakan kelompok kerja dibentuk atas dasar sukarela dan hanya bekerja di bidang pertanian.

(25)

2.3 Sistem Kekerabatan Masyarakat Karo

Hubungan kekerabatan bagi masyarakat Karo masih tetap merupakan unsur penting dalam segala aspek kehidupan. Pada masyarakat Karo, sistem kekerabatan sangat penting, dari hal-hal sangat sederhana sampai kepada hal-hal yang rumit. Kekerabatan pada masyarakat Karo bukan hanya dilihat dari segi usia, tetapi juga dengan istilah kekerabatan dengan seluk beluknya, kedekatan dengan silsilahnya.

Di dalam hubungan jenjang keluarga, dalam adat karo hubungan ini diketahui melalui Ertutur yang berpedoman pada marga, beru dan bere – bere sebagai tanda keturunan seseorang. Dari sini akan diketahui jenjang keturunan tinggi rendahnya seseorang. Tiga tingkatan ertutur, tutur meganjang (tutur tinggi) yaitu orang yang mempunyai panggilan ayah ke atas, tutur sintengah (tutur menengah), orang yang mempunyai panggilan senina atau rimpal. Tutur meteruk atau tutur rendah, yaitu orang yang mempunyai panggilan anak bawah. Dalam hubungannya dengan senioritas, faktor usia bukanlah yang menentukan tinggi rendahnya seseorang dalam bertutur, tetapi juga karena kedekatan sisilah atau nomor urut. Jadi tidak heran jika misalnya si Ate Malam yang berumur 40 tahun memanggil bibi kepada Riah Nanita yang berumur 20 tahun. Akibat adanya pertalian keluarga atas dasar ertutur, maka juga ada 8 tutur dalam masyarakat karo yang disebut tutur siwaluh yaitu Sembuyak, senina, siparibanen, senina sipemeren, anak beru, anak beru mentri, kalimbubu, puang kalimbubu, dalam sebuah kegiatan atau upacara adat mereka sudah mempunyai tempat masing-masing yang telah ditentukan oleh adat dengan sedemikian rupa.

2.4. Sistem Kepercayaan Masyarakat Karo

Masyarakat Karo secara umum meyakini selain dihuni oleh manusia alam juga merupakan tempat bagi roh-roh gaib atau makhluk-makhluk lain yang hidup bebas tanpa terikat pada suatu tempat tertentu, untuk itu diperlukan beberapa aktivitas-aktivitas yang dapat menjaga keseimbangan alam. Segala kegiataan yang berhubungan dengan roh-roh gaib dan upacara ritual, suatu kompleks penyembuhan, guna-guna dan ilmu gaib, merupakan sebagai aspek penting dalam kepercayaan tradisional masyarakat Karo.

(26)

si telu (Tuhan yang tiga) atau dianggap sebagai tunggal yang disebut juga Dibata kaci-kaci ( Kaci-kaci artinya Tuhan Perempuan) sebagai penguasa tunggal11

Tradisi kepercayaan nenek moyang tersebut masih sama pada masyarakat Karo di daerah dataran tinggi Karo secara keseluruhan. Di samping pertumbuhan agama Kristen yang sedang masuk kedaerah kabupaten Karo, sistem kepercayaan

.

Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam penulisan ini adalah bagaimana upacara yang bercampur dengan kebudayaan suatu suku bangsa karena merupakan salah satu hal yang sangat lahiriah. selain itu juga, upacara keagamaan itu sendiri berhubungan dengan kepercayaan tradisional Karo yang disebut dengan pemena. demikian lah yang terjadi di masyarakat Kabupaten Karo yang masih memiliki keterikatan kuat dengan upacara-upacara tradisional yang sangat kental dengan kehidupan sehari-hari.

Bagi masyarakat Karo, pada umumnya yang dianggap penting adalah Dibata kacikai sebagai kesatuan kesuluruhan dari Dibata. Menurut mereka Dibata adalah

tendi (jiwa) yang dapat hadir dimana saja, kekuasannya meliputi segalanya dan dianggap sebagai sumber segalanya. Hal ini sesuai dengan keyakinan orang-orang Karo yang sangat dengan suatu bentuk kepercayaan atau keyakinan terhadap tendi,

yaitu suatu kehidupan jiwa yang kebaradaannya dibayangkan sama dengan roh-roh gaib.

Orang karo meyakini bahwa alam semesta di isi oleh sekumpulan tendi. Kesatuan dari seluruh tendi yang mencakup segalanya ini disebut Dibata. Setiap manusia dianggap sebagai kesatuan bersama dari Kula (tubuh), tendi (Jiwa), pusuh peraten (perasaan), Kesah (nafas), dan ukur (fikiran). Setiap bagian berhubungan satu sama yang lainnya, kesatuan ini disebut sebagai keseimbangan dalam manusia. Hubungan yang kacau atau tidak beres antara satu sama lain dapat menyebabkan berbagai bentuk kerugian seperti sakit, malapetaka, dan akhirnya kematian.

Daya pikiran manusia dianggap bertanggung jawab ke luar guna menjaga keseimbangan dalam dengan keseimbangan luar yang meliputi dunia gaib, kesatuan sosial dan lingkungan alam sekitar. Tercapainya suatu keseimbangan dalam manusia akan memperlihatkan berbagai keadaan menyenangkan, seperti malem (sejuk/tenang),

Ukur malem (pikiran tenang), malam ate (hati sejuk/tenang), malem pusuh (perasaan sejuk/tenang). oleh karena itu kata malem digunakan juga sebagai arti sehat atau kesembuhan dalam bahasa karo.

11

(27)

terhadap nenek moyang tersebut belum bisa dihilangkan dan masih ada yang di pertahankan meskipun sudah memeluk agama pada saat itu.

Masyarakat Kabupaten Karo menganggap kepercayaan identik dengan adat istiadat yang mereka warisi dari nenek moyang mereka, sehingga meskipun mereka sudah menganut kepercayaan Agama Kristen mereka masih melaksanakan upacara tradisional antara lain, Erpangir Kulau12

Dengan menggunakan jeruk purut pada upacara berlangir (erpangir), seorang

guru akan menyiramkannya ke kepala pasiennya. Air jeruk diyakini menimbulkan rasa sejuk. Sementara itu kepala si pasien di pilih dengan pertimbangan bahwa kepala adalah tempat dari pikiran dan sebagai pusat dan pimpinan dari jiwa tersebut. oleh karena itu, seorang dalam beberapa ritusnya yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan pada diri manusia akan menggunakan air jeruk yang malem. Air jeruk dianggap sebagai lambang dari alam semesta yang mewakili keseimbangan luar . memberi sesajen di tempat-tempat yang dianggap keramat agar roh nenek moyang memberi rejeki.

Kemudian ada lagi yang disebut Guru, guru ini adalah orang yang mempunyai indra keenam, fungsinya selaian sebagai “dokter” juga peramal. Tidak hanya bagi mayoritas masyarakat Karo untuk mensinonimkan Guru dengan kata Dukun. Guru ini sangat berperan dalam ritual-ritual keagamaan atau upacara tradisional dapat didefenisikan sebagai upacara yang diselenggarakan oleh warga masyarakat sejak dahulu sampai sekarang dalam bentuk tata cara yang relatif tetap. Pendukungan terhadap upacara itu dilakukan masyarakat karena dirasakan dapat memenuhi suatu kebutuhan, baik secara individual maupun kelompok bagi kehidupan mereka.

Konsep guru ini berhubungan erat dengan kepercayaan tradisional Karo yang disebut Pemena atau Perbegu. Penyebutan Pemena ini disepakati sejak tahun 1946 oleh para pengetua adat dan guru-guru mbelin (dukun/tabib terkenal). Perubahan kata dari perbegu menjadi pemena ini dimaksudkan untuk menghilangkan kesalah pahaman orang-orang di luar orang Karo atas pengertian kata perbegu. Kata Perbegu bagi orang di luar orang Karo seolah-olah menunjuk ke arah penyembahan kepada setan, hantu dan roh jahat lainnya. Menurut para guru, terganggunya hubungan-hubungan dalam diri seseorang berarti adanya keadaan tidak seimbang didalam tubuhnya, yaitu ketidakseimbangan antara tubuh, jiwa, perasaan, nafas dan pikiran.

12

(28)

tersebut akan dimasukkan ke dalam diri manusia yang mewakili keseimbangan dalam itu sendiri. Tindakan ini diyakini akan menyempurnakan keseimbangan dalam diri seseorang.

Orang Karo meyakini bahwa alam sekitar diri manusia itu sendiri. Alam sekitar ini di digolongkan ke dalam beberapa inti kehidupan yang masing-masing dikuasai oleh nini beraspati (nini = nenek), beras pati taneh (inti kehidupan tanah),

beraspati rumah (inti kehidupan rumah), beraspati kerangen (inti kehidupan hutan),

beraspati kabang (inti kehidupan udara). Dalam ornamen karo, nini beraspati ini dilambangkan dengan gambar cecak putih yang dianggap sebagai pelindung manusia. Dalam melaksanakan sebuah ritual, biasanya dilakukan dengan meletakkan sebuah sirih yang biasa disebut belo cawir (sirih, kapur, pinang dan gambir). Belo cawir ini merupakan lambang diri manusia13

13

Tarigan, Henry Guntur, op. cit, hlm 19.

. Adanya kehidupan pada manusia disebabkan bekerjanya ketiga unsur tersebut sebagai metabolisme tubuh manusia yang saling mengatur peradaran darah dalam tubuh.

Masyarakat Karo juga mempunyai pandangan mempunyai perbedaan yang sifatnya umum antara alam gaib dan alam biasa. Alam gaib ditunjukkan dengan pemakaian kata ijah (di sana) dan alam manusia biasa dengan kata ijenda (di sini). Dalam peristiwa pemanggilan roh-roh orang mati tersebut/datang dari negeri seberang, sedangkan alam biasa tempat kehidupan manusia, tidak ada seorangpun yang tahu pasti dimana, hal ini kata seberang yang dalam pengertian para guru dianggap melewati suatu batas yang ditandai oleh lau (air), sehingga disebut negri sebrang, harus menyebrangi sesuatu untuk sampai ketempat tersebut yang disebut sebagai i jah (di sana). Dalam hal ini diungkapkan bahwa lau (air) merupakan penghubung antara manusia dan roh-roh yang telah mati. Hal ini pula yang menyebabkan banyak guru memakai air yang ditempatkan dalam suatu mangkuk putih, terutama jika guru merasa bahwa penyebab dari kedaan yang tidak seimbang pada diri manusia tersebut disebabkan karena ada hubungannya dengan roh-roh orang mati yang mengganggu.

Pekabaran injil ke Tanah Karo (1894) tidak terlepas dari kerusuhan-kerusuhan perkebunan tersebut. Pihak perkebunan mengharapkan bahwa gangguan-gangguan orang Karo akan dapat dipadamkan melalui pekabaran injil, jadi yang membiayai

misionaris (Nederlands Zendilingsgenotschap), ke karo adalah pihak perkebunan, diprakarsai oleh J.TH Gremers, Direktur Perkebunan tembakau Deli Maatschappij

(29)

Garamata yang mengadakan perlawanan pada awal abad ini (1901-1905) juga berpendapat bahwa jika Belanda dibiarkan ke Tanah karo maka tanah rakyat mungkin sekali diambil untuk perkebunan. Pikiran ini didasarkan pada pengalaman orang Karo di dataran rendah, di Deli dan Langkat. Selanjutnya dia juga berpendapat bahwa orang Karo mempunyai cara hidupnya sendiri dan istiadatnya sendiri dan tidak perlu dicampuri oleh orang Belanda. Namun kekuatan Belanda yang begitu besar tidak dapat dibendung14

Sebelum kedatangan penjajahan Belanda diawal abad XX di daerah dataran tinggi Karo, di kawasan itu hanya terdapat kampung (Kuta), yang terdiri dari satu atau lebih kesain (bagian dari kampung). Tiap-tiap kesain diperintah oleh seorang

Pengulu

.

2.5. Sistem Pemerintahan Tanah Karo

Tanah Karo terbentuk sebagai Kabupaten Daerah Tingkat II setelah melalui proses yang sangat panjang dan dalam perjalanan sejarahnya Kabupaten ini telah mengalami perubahan mulai dari zaman penjajahan Belanda, zaman penjajahan Jepang hingga zaman kemerdekaan.

15

Di atas kekuasaan penghulu kesain, diakui pula kekuasaan kepala kampung asli (Perbapaan) yang menjadi kepala dari sekumpulan kampung yang asalnya dari kampung asli itu. Kumpulan kampung itu dinamai Urung. Pimpinannya disebut dengan Bapa Urung atau biasa juga disebut Raja Urung. Urung artinya satu kelompok kampung dimana semua pendirinya masih dalam satu marga atau dalam satu garis keturunan. Ada beberapa sistem atau cara penggantian perbapaan atau Raja Urung . arti dari pengulu adalah seseorang dari marga tertentu dibantu oleh 2 orang anggotanya dari kelompok Anak Beru dan Senina. Mereka ini disebut dengan istilah Telu si Dalanen atau tiga sejalanan menjadi satu badan administrasi/pemerintahan dalam lingkungannya. Anggota ini secara turun menurun dianggap sebagai pembentuk kesain, sedang kekuasaan mereka adalah pemerintahan kaum keluarga.

14

Masri singarimbun Garamata: Perjuangan Melawan Penjajah Belanda 1901-1905, Balai Pustaka.Jakrta, 1992. Hal. 45.

15

(30)

atau juga Pengulu di zaman itu, yaitu dengan memperhatikan hasil keputusan

runggu16

• Dasar Adat Sintua-Singuda

kaum kerabat berdasarkan kepada 2 (dua) dasar/pokok yakni: 17

• Dasar Bere-bere

yang dicalonkan. Yang pertama-tama berhak menjadi Perbapaan adalah anak tertua. Namun kalau ia berhalanagan atau karena sebab yang lain, yang paling berhak di antara saudara-saudaranya adalah jatuh kepada anak yang termuda. Dari semua calon Perbapaan maka siapa yang terkemuka atau siapa yang kuat mendapatkan dukungan, misalnya siapa yang mempunyai banyak Anak Beru dan Senina, besar kemungkinan jabatan Perbapaan/Raja Urung atau Pengulu, akan jatuh kepadanya. Jadi dengan demikian, kedudukan Perbapaan, yang disebutkan di atas harus jatuh kepada yang tertua atau yang termuda, tidaklah sepenuhnya dijalankan secara baik waktu itu. Banyak contoh terjadi dalam hal pergantian Perbapaan seperti itu, antara lain ke daerah Perbapaan Lima Senina. Lebih-lebih kejadian seperti itu terjadi setelah di daerah itu berkuasa kaum penjajah Belanda di permulaan abad XX (1907). Belanda melakukan intervensi dalam hal penentuan siapa yang diangap pantas sebagai Perbapaan dari kalangan keluarga yang memerintah, walaupun ada juga selalu berdasarkan adat.

18

16

Runggu adalah musyawarah yang dilakukan sebelum menggambil sebuah keputusan, Runggu Biasanya di hadiri oleh kalimbubu, senina dan anak beru ketiga ini harus hadir dalam menentukan sebuah keputusan.

17

Sintua Singuda adalah sebutan untuk anak dalam bahasa karo, Sintua = anak sulung, Singuda = Anak Bungsu.

18

Bere-bere adalah panggilan untuk keponakan.

(31)

Mengangkat dan mengganti Perbapaan dilakukan oleh runggu Anak Beru,

Senina dan Kalimbubu. Namun setelah jaman Belanda cara seperti itu diper-modern, dengan cara kekuasaannya dikurangi, malah akhirnya diambil alih oleh kerapatan Balai Raja Berempat.

Sistem pergantian Perbapaan Urung dan Pengulu Kesain, sebelum datangnya penjajahan Belanda ke daerah dataran Tinggi Tanah Karo. Yang pertama-tama berhak untuk mewarisi jabatan Perbapaan Urung atau Pengulu ialah anak tertua, kalau dia berhalangan, maka yang paling berhak adalah anak yang termuda/bungsu. Sesudah kedua golongan yang berhak tadi itu, yang berhak adalah anak nomor dua yang tertua, kemudian anak nomor dua yang termuda. Orang yang berhak dan dianggap sanggup menjadi Perbapaan Urung tetapi karena sesuatu sebab menolaknya, maka dengan sendirinya hilang haknya dan berhak keturunannya yang menjadi Perbapaan/Raja Urung.

Seiring dengan masuknya pengaruh kekuasaan Belanda ke daerah Sumatera Timur melalui Kerajaan Siak Riau maka terjadi pula perubahan penting di dareah tersebut karena Belanda juga ingin menguasai seluruh Tanah Karo. Di Deli waktu itu sudah mulai berkembang Perkebunan tembakau yang diusahai oleh pengusaha-pengusaha Belanda. Namun tidak selamanya kekuasaan Belanda tertanam dengan mudah di daerah Sumatera Utara terlebih-lebih di daerah dataran tinggi Karo. Dan bagi orang Karo di masa lampau, kedatangan Belanda identik dengan pengambilan tanah rakyat untuk perkebunan. Banyak penduduk di Deli dan Langkat yang kehilangan tanahnya karena Sultan memberikan tanah secara tak semena-mena untuk jangka waktu 99 tahun (kemudian konsensi 75 tahun) kepada perkebunan tanpa menghiraukan kepentingan rakyat. Kegetiran dan penderitaan penduduk melahirkan perang sunggal yang berkepanjangan (1872-1895) yang juga dikenal sebagai perang Tanduk Benua atau Batakoorlog. Dalam perang tersebut orang Melayu dan orang Karo bahu-membahu menentang Belanda, antara lain dengan membakari bangsal-bangsal tembakau.

(32)

• Landschaap Lingga, membawahi 6 (enam) urung:

o Sepuluh Dua Kuta di Kabanjahe o Telu Kuta di Lingga

o Tigapancur di Tigapancur o Empat Teran di Naman

o Lima Senina di Batu Karang, dan o Tiganderket di Tiganderket

• Landschaap Kutabuluh, membawahi 2 (dua) urung:

o Namo Haji di Kutabuluh, dan o Liang Melas di Samperaya

• Landschaap Sarinembah, membawahi 4 (empat) urung:

o Sepuluhpitu Kuta di Sarinembah o Perbesi di Perbesi

o Juhar di Juhar, dan

o Kuta Bangun di Kuta Bangun

• Landschaap Suka, membawahi 4 (empat) urung:

o Suka di Suka

o Sukapiring/Seberaya di Seberaya o Ajinembah di Ajinembah, dan o Tongging di Tongging

• Landschaap Barusjahe, membawahi 2 (dua) urung:

(33)

o Sinaman Kuta di Sukanalu

Pada masa penjajahan Jepang (Tentara Jepang masuk ke Tanah Karo bulan Maret 1942) susunan pemerintahan di Tanah Karo adalah serupa dengan masa penjajahan Belanda, dengan pergantian orang-orangnya yakni yang setia kepada penjajah Jepang. Pada masa Kemerdekaan RI Struktur pemerintahan di Tanah Karo adalah sebagai berikut:

• Pemerintahan Tanah Karo sebagai alat pemerintahan Pusat yang pada saat itu dikepalai oleh Sibayak Ngerajai Milala

• Pemerintahan Swapraja yaitu Landschaap:

• Lingga dengan 6 Urung

• Barusjahe dengan 2 Urung

• Suka dengan 4 Urung

• Sarinembah dengan 4 Urung

• Kutabuluh dengan 2 Urung

Oleh Komite Nasional Indonesia, Tanah Karo dalam sidangnya tanggal 13 Maret 1946, Kabupaten Karo diperluas dengan Daerah Deli Hulu dan Cingkes, dibagi kedalam 3 (tiga) Kewedanaan dengan masing-masing membawahi 5 (lima) Kecamatan yaitu:

• Kewedanaan Kabanjahe membawahi 5 Kecamatan yaitu:

o Kabanjahe o Tigapanah o Barusjahe

(34)

• Kewedanaan Tigabinanga membawahi 5 Kecamatan yaitu:

o Tigabinanga o Juhar

o Munte o Kutabuluh o Mardingding

• Kewedanaan Deli Hulu membawahi 5 Kecamatan yaitu:

(35)

BAB III

LASKAR NAPINDO HALILINTAR

3.1. Latar Belakang Berdirinya Laskar Napindo Halilintar

Pada tanggal 22 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dalam sidangnya memutuskan untuk membentuk tiga badan sebagai wadah untuk menyalurkan potensi perjuangan rakyat. Badan tersebut adalah Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR)19

Karena pada saat itu komunikasi masih sulit, tidak semua daerah di Indonesia mendengar Pidato Presiden Soekarno tersebut. Mayoritas daerah yang mendengar itu adalah Pulau Jawa. Sementara tidak semua Pulau Sumatera mendengar. Sumatera bagian timur dan Aceh tidak mendengarnya. Walaupun tidak mendengar pemuda-pemuda di berbagai daerah Sumatera membentuk organisasi-organisasi yang kelak menjadi inti dari pembentukan tentara. Pemuda Aceh mendirikan Angkatan Pemuda Indonesia (API), di Palembang terbentuk BKR, tetapi dengan nama yang lain yaitu Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) atau Badan Penjaga Keamanan Rakyat (BPKR)

. BKR merupakan bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang semula bernama Badan Pembantu Prajurit dan kemudian menjadi Badan Pembantu Pembelaan (BPP). BPP sudah ada dalam zaman Jepang dan bertugas memelihara kesejahteraan anggota-anggota tentara Pembela Tanah Air (PETA) dan Heiho.

Pada tanggal 18 Agustus 1945 Jepang membubarkan PETA dan Heiho. Tugas untuk menampung bekas anggota PETA dan Heiho ditangani oleh BPKKP. Pembentukan BKR merupakan perubahan dari hasil sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 yang telah memutuskan untuk membentuk Tentara Kebangsaan. Pembentukan BKR diumumkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 23 Agustus 1945. Dalam pidatonya Presiden Soekarno mengajak pemuda-pemuda bekas PETA, Heiho, Kaigun Heiho, dan pemuda-pemuda lainnya untuk sementara waktu bekerja dalam bentuk BKR dan bersiap-siap untuk dipanggil menjadi prajurit tentara kebangsaan jika telah datang saatnya.

20

19

Markas Besar TNI (2000). Sejarah TNI Jilid I (1945-1949). Jakarta: Pusat Sejarah Dan Tradisi TNI. Hlm. 1

20

Perjuangan ABRI dan rakyat di Sumatera 1945-1950. hlm. bab II.2.

(36)

menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan selanjutnya diubah kembali menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI)21

Pada tanggal 10 Oktober 1945 dibentuk TKR di Sumatera Timur dengan pimpinannya Achmad Tahir. Selanjutnya diadakan pemanggilan bekas Giyugun dan Heiho ke Sumatera Timur. Disamping TKR, terbentuk juga badan-badan perjuangan yang sejak tanggal 15 Oktober 1945 menjadi Pemuda Republik Indonesia Sumatera Timur dan kemudian berganti nama menjadi Pesindo. Setelah dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tentang terbentuknya partai-partai politik pada bulan November 1945, Kurang lebih dari 30 organisasi lahir saat pertama Indonesia merdeka. Tujuan dari organisasi ini hampir memiliki latar belakang yang sama, yaitu sebagai pilar terhadap kemerdekaan Indonesia. Sama seperti organisasi pemuda yang bernuansa Komunis, organisasi pemuda dari kelompok agama dan suku lainnya pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu organisasi yang menginginkan perkembangan dan mempertahankan Indonesia, maka untuk itu organisasi pemuda dari berbagai nuansa ini merencanakan melakukan sebuah kongres besar pemuda yang bertujuan menyatukan kekuatan pemuda Indonesia, maka rencana pun terlaksana pada tanggal 6 November 1945 di Jakarta. 5 Banyak organisasi dari barbagai latar-belakang hadir pada kongres yang dilaksanakan. Mr. Amir Syarifuddin yang saat itu menduduki jabatan sebagai menteri penerangan Republik Indonesia, kesempatan ini dimanfaatkan untuk mnengkonsolidasikan kepentingan organisasi-organisasi untuk membentuk laskar-laskar rakyat untuk mempertahankan kedaulatan yang bersama Partai Komunis Indonesia

.

22

Pada September 1945, para pemimpin RI meresmikan pembentukan Lasjkar Rakjat Alasannya, perjuangan nasional lewat diplomasi tidak akan berhasil tanpa perjuangan rakyat di desa dan kota. Laskar Rakyat diharapkan akan bisa menyatukan semua organisasi para militer dan mendukung Tentara Keamanan Rakyat. Pada akhir November 1945, para pemimpin pusat di Jakarta menyatakan bahwa pembentukan organisasi itu resmi disahkan

. Di Sumatera dibentuk laskar-laskar partai. PNI memiliki laskar yang bernama Nasional Pelopor Indonesia (Napindo), PKI mempunyai barisan Merah, Masyumi mempunyai laskar Hisbullah dan Parkindo mendirikan Pemuda Parkindo.

Laskar bermakna satuan bersenjata di laur tentara reguler, yang secara umum berafiliasi pada kepentingan politik tertentu. Bibit dari pada laskar rakyat di Indonesia dianggap bermula dari sikap gerakan-gerakan politik tertentu terhadap kolonialisme Belanda dan fasisme Jepang.

21

A.H. Nasution (1963). Tentara Nasional Indonesia, Jilid I Cet.II. Bandung: Ganeco N.V. hlm. 106.

22

(37)

PNI mengambil sikap anti fasis dan anti kolonialisme. Ikut mengambil peran untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan membentuk Laskar Rakyat Nasionalis Pelopor Indonesia (NAPINDO). Merasa terpanggil untuk menyelamatkan revolusi serta membela republik dengan membentuk beberapa gerakan yang sesuai dengan afiliasi politiknya ditambah keluarnya maklumat Wakil Presiden Hatta tanggal 3 November 1945” yang berbunyi : menganjurkan supaya rakyat membentuk partai- partai dengan restriksi bahwa partai- partai itu hendaklah memperkuat perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan menjamin keamanan rakyat dan masyarakat.

Pembentukan Laskar Rakyat alasannya, perjuangan nasional lewat diplomasi tidak akan berhasil tanpa perjuangan rakyat di desa dan kota. Laskar Rakyat diharapkan akan bisa menyatukan semua organisasi para militer dan mendukung Tentara Keamanan Rakyat. Pada akhir November 1945, para pemimpin pusat di Jakarta menyatakan bahwa pembentukan organisasi itu resmi disahkan23.

Pada mulanya, Laskar Rakyat dibentuk untuk menyatukan berbagai kesatuan perjuangan, tapi setelah beberapa bulan jelas terlihat keengganan untuk itu. Lebih lagi, cabang-cabang Laskar Rakyat mempunyai susunan organisasi yang berbeda hingga menyulitkan penyeragaman dan koordinasi. Guna memperkuat organisasi, suatu kongres nasional diselenggarakan pada akhir Februari 1946. Dalam kongres itu dinyatakan bahwa Laskar Rakyat adalah federasi dari berbagai kesatuan perjuangan dan merupakan bagian khusus dari Persatuan Perdjuangan, yang menjadi payung dari semua badan perjuangan.

17

(38)

3.2.Proses Pembentukan Laskar Napindo Halilintar

Gambar 2 : Ratusan kader PNI melakukan convoy setelah selesai rapat yang menghasilkan anak organisasi yaitu laskar rakyat Napindo.

Beberapa hari menjelang berakhirnya bulan September 1945, di Medan terlihat kegiatan kelompok-kelompok pemuda. Pada tanggal 21 September 1945, atas inisiatif beberapa pemuda antara lain Ahcmad Tahir, B.H. Hutajulu, Amir Bahrum Nasution bertempat di asrama pemuda di jalan Fuji. Dalam rapat ini diputuskan untuk membentuk suatu organisasi pemuda yang dapat memegang pimpinan gerakan pemuda pada hari yang akan datang. Organisasi ini diberi nama Barisan Pemuda Indonsia.

(39)

Kedatangan Belanda tidak tinggal diam. Mereka dengan segala cara mempengaruhi semua lapisan masyarakat untuk berpihak kepada mereka.

Sementara itu seruan pengurus Barisan Pemuda Indonesia Medan, termasuk anjuran Selamat Ginting kepada Matang Sitepu untuk secepatnya memebentuk Barisan Pemuda Indonesia di Tanah Karo. Atas inisiatif beberapa orang di Kabanjahe, pada tanggal 29 September 1945 didirikan BPI Tanah Karo di Kabanjahe.

Adapun susunan pengurus BPI Tanah Karo adalah sebagai Berikut: Ketua Umum : Matang Sitepu Ketua : Ulung Sitepu Sekretaris : R.M. Pandia Bendahara : Koran Karo-Karo Ketua Penerangan : Keterangan Sebayang

Dalam perjalanan kepemimpinan Matang Sitepu BPI mengalami kekelahan dalam insiden Tiga panah yaitu Insiden perebutan sejata dengan Tentara Jepang. Kepemimpinan di serahkan kepada Payung Bangun, namun masyarakat melakukan demonstrasi karena menganggap ini tidak demokrasi. Payung Bangun merasa ini di balik semua ini Selamat Ginting merencanakannya karena para demonstran meminta agar Selamat Ginting yang menjadi ketua. Akhirnya Payung Bangun beserta pengikutnya meninggalkan Kabanjahe dan membentuk Laskar Barisan Harimau Liar24

Barisan Pemuda Indonesia berubah nama menjadi Pemuda Republik Indonesia, sesuai dengan perkembangan politik di pusat, Pemuda Republik Indonesia berubah lagi menjadi Pemuda Sosialis Indonesia ( Pesindo). Dalam waktu yang bersamaan Tama Ginting mendirikan partai PNI cabang Tanah Karo. Dalam hal ini ada perbedaan PNI cabang Medan dengan PNI cabang Tanah Karo. PNI cabang Medan membuahkan Organisasi Laskar Rakyat sedangakan PNI cabang Tanah Karo masyaraktnya PNI sedangkan pemudanya Pesindo. Walaupun demikian, pemuda-pemuda Pesindo yang di Tanah Karo Pada Hakikatnya adalah anggota PNI dari

.

24

(40)

desanya, namun mereka tetap berada dalam Pesindo, karena waktu itu Pesindo masih tetap sebagai organisasi pemuda dan pasukannya non-politik.

Gambar 3: Beberapa pemuda desa yang dulu bergabung di BPI dan kader PNI berbaris setelah menghadiri rapat di Kabanjahe.

(41)

mengusulkan supaya Pesindo Tanah Karo dibubarkan saja dan seluruh pasukan beralih menjadi Napindo, dan untuk Tanah Karo diusulkan dengan nama Napindo Resimen Halilintar. Semua peserta setuju terkecuali Pesindo Ranting Bunuraya yang dipimpin oleh Benteng Sinuraya dan Ranting Berastagi yang dipimpin Netap Bukit dan Roga Ginting. Kedua Ranting itu untuk seterusnya tetap menjadi Pesindo Tanah karo dan selebihnya beralih menjadi Napindo dan pasukan tempurnya disebuat Napindo Resimen Halilintar25.

Pembinaan pasukan dimulai dari tingkat desa-desa. Disana pemuda-pemuda yang sudah pernah mendapat latihan pada zaman Jepang dikumpulkan dan diberi latihan-latihan dasar. Selain itu pendidikan mental dan moral tidak dilupakan juga. Kemudian pasukan-pasukan yang akan dihadapkan dalam pertempuran-pertempuran Medan mendapat latihan lanjutan di Kabanjahe. Nama Halilintar itu sendiri member keterangan mengenai jenis pasukan yang diidamkan oleh Selamat Ginting. Pasukan-pasukan itu dilatih untuk bergerak secara cepat, mengadakan penyerangan-penyerangan mendadak dan mengundurkan diri secara cepat pula.

25

(42)

Gambar 4: pasukan Napindo Halilintar berbaris setelah selesai menerima jabatan dan senjata ketika laskar-laskar dileburkan menjadi TNI

Pada tanggal 10 mei 1974 Mayor Jendral Sutopo membawa dua buah surat. Surat pertama dari Panglima Besar Sudirman yang ditujukan kepada Panglima Sumatera, agar segera mengkordinir Lasykar-Lasykar kedalam TNI. Sedangkan surat kedua berisi salinan radiogram Dekrit Presiden RI tanggal 3 mei 1947 yang menetapkan bahwa dalam waktu yang sesingkat-singkatnya mempersatukan TRI dan Lasykar Rakyat menjadi satu organisasi TNI.

Pada tanggal 4 Juli 1947 Panglima Sumatera memberikan surat tugas pembentukan TNI kepada lima orang tokoh dari PNI, masing-masing:

1. Yakob Siregar ( Ketua Umum Napindo Andalas Utara) 2. Amir Yusuf dari PNI Andalas Utara

3. Selamat Ginting Komandan Napindo Tanah Karo 4. Bustami dari PNI Andalas Utara

5. Bedjo, Komandan Napindo Batalyon III Andalas Utara.

Tugas mereka ialah:

1. Membentuk TNI yang terdiri dari Laskar Rakyat Napindo sebagai inti dan Laskar-Laskar lainnya yang bersedia menjadi anggota TNI.

2. Pembentukan TNI ini dituangkan dalam dua wadah, yaitu Brigade “A” dan Brigade “B” bersifat pasukan Stoottroep ( Pasukan Penggempur).

Jarak 10 hari kemudian, rencana pembentukan kedua Brigade itu telah tersusun sebagai berikut :

(43)

langsung ke Pangkalan Berandan, meliputi sebagaian daerah Kabupaten Simalungun, Tanah Karo, sebagian Medan dan sebagian Langkat.

2. TNI Stoottroep Brigade “B” dengan komandannya Bedjo. Lokasi pasukan mulai sebelah kanan rel kereta api dari Pemantang siantar sampai ke Pangkalan Berandan , meliputi sebagaian daerah Kabupaten Simalungun, kabupaten Deli Serdang, Sebagian Medan, Belawan dan sebagian Langkat.

3. Pasukan-pasukan Napindo yang berada dalam daerah tersebut supaya segera menggabungkan diri ke dalam TNI Brigade “A” dan TNI Brigade “B”.

4. Yang tidak mematuhi instruksi tersebut, akan diambil tindakan keras.

Sejalan dengan rencana tersebut Napindo mulai mengadakan konsolidasi pasukanya di seluruh daerah Sumatera Timur dan Tapanuli, teristimewa untuk Medan Area.

3.3. Srikandi Napindo Resimen Halilintar

kelompok wanita di Sumatera Utara berperan aktif mendukung kaum pria dalam berjuang menegakkan Kemerdekaan Indonesia. Diantara peranan mereka adalah memberikan bantuan dalam bidang logistik (bahan makanan) dan informasi militer kepada pasukan TNI. Setelah terbentuknya Barisan Pemuda Indonesia (BPI) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR)di Medan, maka dengan cepat cabang-cabang BPI bermunculan di daerah Sumatera Utara26

26

BPI dibentuk di Medan pada tanggal 22 September 1945 oleh sejumlah tokoh pemuda bekas anggota Gyugun dan Heiho dan TKR Sumatera Utara dibentuk tanggal 7 Oktober 1945. Tentang pembentukan kedua lembaga ini baca, Biro Sejarah Prima, Medan Area Mengisi Kemerdekaan, Medan: Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area, 1976, hlm. 111 dan 752-754.

(44)

komandan laskar rakyat juga ikut melatih kaum wanita di kesatuannya masing-masing dalam usaha mengahadapi setiap ancaman terhadap kemerdekaan Indonesia yang baru saja diproklamasikan. Proses pembentukan Barisan Srikandi memang tidak bias dilepaskan dengan riwayat BPI, TKR, dan lasykar rakyat di Sumatera Utara. Seruan untuk segera memasuki pusat pelatihan TKR, segera mendapat tanggapan dari sebagian kaum wanita di Sumatera Utara. Tidak mengherankan jika pada masa itu, kaum wanita dari Binjai, Siantar, Kabanjahe, Tebing Tinggi dan lainlain ikut bergabung di Jalan Asia Medan untuk mengikuti latihan. Dalam pusat pelatihan itu mereka diberi pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan masalah pembelaan terhadap proklamasi kemerdekaan, seperti latihan menggunakan senjata, kepalangmerahaan, dapur umum, mata-mata dan kurir. Semuanya berkaitan erat dengan persiapan mengahadapi pertempuran dengan pasukan asing yang akan menjajah kembali Indonesia.

(45)

Di Tanah Karo beberapa orang wanita Karo yang sudah bersedia menjadi Srikandi dikumpulkan di Asrama Palang Merah TKR Kabanjahe. Batalion III Resimen IV mengutus kesepuluh orang itu ke Medan (Jalan Duyung) untuk mengikuti latihan Srikandi selama satu

bulan. Mereka diajarkan tentang Tata Negara, Sejarah, pertolongan pertama yang

dilaksanakan pada waktu malam, dan latihan ketenteraan pada waktu siang hari. Setelah selesai latihan mereka kembali ke Kabanjahe dan dikirim ke kecamatan-kecamatan untuk membangun BarisanSrikandi di Tanah Karo27

mereka juga ikut memanggul senjata dan menjadi mata-mata atau kurir bagi pasukan republik. Beberapa kesatuan lasykar rakyat juga merekrut kaum wanita sebagai pejuang revolusi Napindo Halilintar membentuk Barisan Srikandi. Tempat pelatihan mereka ada di Kota Gadung Tanah Karo, Napindo Halilintar melatih kaum wanita untuk siap melakukan perang gerilya, menjadi penghubung, mata-mata, palang merah, masak di dapur umum, memberikan penerangan dan bimbingan kepada masyarakat pedesaan. Kaum wanita yang masuk dalam Barisan Srikandi mendapat latihan dasar kemiliteran dari para pemuda mantan Heiho dan Gyugun. Oleh karena itu model latihannya mirip dengan militer Jepang. Mereka misalnya diajarkan latihan baris berbaris, kedisiplinan, bela diri, teknik menyamar, cara menggunakan senjata dan sebagainya

. Dengan cara demikian, maka dengan cepat di

seluruh pelosok Tanah Karo berdiri Barisan Srikandi yang siap membantu TKR

mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peran mereka sangat penting misalnya menjahit tanda pangkat untuk TKR, meminta sumbangan untuk dana perjuangan kepada masyarakat, menyebarkan lencana merah putih di kalangan masyarakatdesa, dan melaksanakan kegiatan PMI dan dapur umum. Di samping itu tidak jarang

28

SriKandi membuat obat-obat tradisional untuk mengobati para korban yang terserang penyakit, baik karena terkena peluru, disentri, malaria atau yang lainnya. Untuk mengobati penyakit disentri mereka mempergunakan jantung pisang yang diiris halus dan direbus sampai masak, kemudian airnya diminumkan kepada si sakit. Orang yang terkena penyakit malaria, diberi air rebusan akar pohon pepaya. Penyakit kembung karena masuk angin diatasi dengan gambir, jagung yang digongseng sampai hangus dan batuk diatasi dengan memberikan air hangat ditambah garam. Untuk mengobati para pejuang yang terkena peluru,

.

Melatih para wanita yang bergabung dalam pasukannya melatih cara-cara merawat korban dan berusaha mencari obat-obatan bagi keperluan pasukannya, kaum wanitai terpanggil untuk ikut membantu menolong korban-korban pertempuran, baik dari kalangan tentara dan laskar atau masyarakat luas. Kondisi ini yangmenyebabkan mereka mau memasuki pusat-pusat pelatihan untuk menjadi Srikandi Laskar. Para Srikandi ini dengan peralatan yang serba mimim tidak hanya bertugas di garis belakang saja, tetapi sering mereka langsung berada di tengahtengah pertempuran. Mereka langsung diberangkatkan bersama-sama dengan kesatuan-kesatuan tempur pasukan republik.

27

Reh Malem Sitepu, "Peranan Wanita Karo Pada Masa Revolusi Fisik di Tanah Karo 1945- 1949, Skripsi S1 Pada Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU, Medan, 1986, hlm. 76.

28

(46)

dipakai daun sirih. Caranya adalah daun sirih dikunyah sampai lumat, kemudian dibubuhkan ke atas daerah yang luka. Hal ini dimaksudkan untuk menghentikan pendarahan akibat luka. Setelah darah tidak mengalir, baru diusahakan untuk mengeluarkan peluru dari tubuh si korban. Proses itupun sangat sederhana sekali, dengan hanya menggunakan pisau. Sarang tawon kuntur pun dipakai sebagai obat untuk menghilangkan infeksi pada luka atau menghilangkan bengkak/memar dikulit. Mengatasi para korban yang terkena peluru dan lukanya sudah terlanjur membusuk, dilakukan amputasi. Proses itupun sebenarnya secara medis tidak boleh dilakukan. Akan tetapi mengingat situasi darurat dan korban sudah tidak tahan lagi menderita, maka terpaksa hal itu dijalanka.

Satu lagi peranan wanita yang penting adalah mata-mata atau kurir. Matamata adalah satu hal yang sangat penting dalam mendukung gerakan militer, baik untuk menghindar atau menyerang basis pertahanan musuh. Di Sumatera Utara pada masa revolusi untuk orang yang menjalankan kegiatan mata-mata ini dikenal dengan sebutan seko29

Untuk mengirim surat kepada teman-teman yang tinggal di daerah yang diduduki oleh pasukan Belanda selalu dikirim melalui wanita-wanita muda. Surat itu yang biasanya hanya selembar daun yang lebar atau secarik kertas kecil, harus dibawa dalam bentuk lipatan-lipatan dan diikat ke dalam rambut wanita muda itu. Juga melalui cara ini, yakni melalui wanita muda itu, para pejuang akan memperoleh keperluan yang dibutuhkan dari wilayah pendudukan Belanda

. Tidak diketahui berasal dari bahasa apa sebutan seko ini, tapi yang jelas istilah ini dikenal luas di daerah operasi tentara republik seperti di Tanah Karo dan juga di daerah Medan Timur. Pada umumnya dalam kesatuan-kesatuan tentara atau lasykar rakyat, seko ditempatkan dibagian unit sabotase.

Dalam kegiatannya seorang seko, biasanya ditugaskan untuk menyamar sebagai masyarakat biasa; petani atau pedagang. Mereka disusupkan ke daerah musuh untuk mengamati atau mencari tahu tentang kekuatan militer Belanda. Dalam aksinya mereka terkadang menyamar sebagai pedagang sayur atau buah-buahan di daerah pendudukan Belanda. Setelah dagangannya terjual, mereka menyempatkan diri untuk mencari tahu tentang keadaan pasukan Belanda. informasi kepada unit-unit TNI.

30

Banyak anggota pasukan Halilintar juga duduk diantara mereka dan Wanita muda datang dan pergi, membeli keperluan yang dibutuhkan oleh pasukan kami

(47)
(48)

3.4. Struktur Organisasi Napindo Resimen Halilintar

Gambar 7: Selamat Ginting, Pimpinan Laskar Napindo Halilintar dan eks Mayor TNI Resimen III.

Setiap organisasi pasti memiliki struktur, demikan juga dengan Napindo Resimen Halilintar memiliki struktur kepengurusan yang di kutip dari dokumen pribadi “ Selamat Ginting” :

Susunan Laskar Rakyat Resimen Halilintar:

Ketua : Selamat Ginting

Wakil Ketua : Tama Ginting

Koordinator Anggota : Keterangen Sebayang Kepala Sekretariat : Ulung Sitepu

Dewan Pertahanan : Tampe malen sinulingga dan Turah Perangi-angin

(49)

Logistik : Koran karo-karo Mentas Tarigan

Susunan Resimen Halilintar setelah melebur menjadi TNI Sektor III : Komandan Sektor : Mayor Selamat Ginting Kepala Staf : Kapten Ulung Sitepu Ajudan Komandan : Letnan R. Nelah Sebayang Kelapa Sekretariat : Letnan I Amin Sebayang Wakil Kepala : Letnan Budi Sembiring dan

Letnan Naksi Sinulingga

Kepala Penyelidik : Tama Sebayang yang kemudian digantikan oleh Letnan I Nganah Tarigan.

Wakil Kepala : Letnan Meluhi Sitepu Kepala Operasi/ Organisasi :Letnan I Tampemalem

Sinulingga

Wakil Kepala : Letnan R.M Pandia dan Letnan Gunung Julu Tarigan

Kepala Pendidikan/ Latihan dan

Tentara Pelajar : Letnan I T.A. Lingga Wakil Kepala : Letnan Nas Sebayang Kepala Personalia : Letnan Mabai Bangun Kepala Dokumentasi, Statistik dan

Kartothik : Letnan A.R. Surbakti dan

Firdaus Ginting

(50)

Wakil Kepala : Letnan Zakaria Daulay Kepala Pemerintahan Militer : Letnan I Matang Sitepu Kepala Staf kantor : Kapten Koran Karo-Karo Seksi Keuangan : Bangsa Perangin-angin

Seksi Perbekalan : Maju Sebayang, Nampat Karo- Karo, Minta Purba

Seksi Perlengkapan : Jendam Kembaren, Jiman

Sebayang.

Seksi Persenjataan : Letnan Janingku Sebayang,

Letnan R.N Maha, Imat Sebayang, Lagumalem Sebayang, Pa Gutul S. Meliala Seksi Pengangkutan : Letnan Nomen Pinem, Kenek

Karo-Karo, Jangampun Tarigan, Lemba Ginting, Bang Joko Seksi Kesehatan : Bunga Br Manik dan Rokim

Beru Meliala

Rumah Sakit Tentara : Letnan Tokoh Sitepu,

Matondang, Ngalkal Brahmana Badan Usaha Khusus : Koran Karo-Karo, Nomen

Pinem, Jamalem Sembiring

Detasemen Polisi Militer : Letnan Mohammad Kasim

(51)

Urusan Khusus Pemberitaan untuk

Pasukan Berita Karo : Letnan A.R. Surbakti, Letnan Kog Karo-Karo Sitepu, Kenek Karo-Karo, Pa Saridam, Mburak Ginting.

Kepala Pertahana Rakyat : Letnan Batas Perangin-angin, Letnan Paken Singarimbun dan Letnan Purna S.Meliala.

Kepala Pertanian Kolektif : Letnan N.R. Saragih dan Terang Malem Sembiring Perwakilan di Kotacane : R.O. Sembiring ( Kepala),

Ngenakenca Tarigan dan Binar Purba.

Perwira Diperbantukan : Letnan Matang Sitepu, Letnan Keterangan Sebayang, Letnan Turah Perangin-angin.

Komandan Batalyon

 Komandan Batalyon I : Kapten Pala Bangun Komandan Kompi I : Letnan I E.H. Sinuraya Komandan Kompi II : Letnan I Sangap Ginting Komandan kompi III : Letnan I Umar

 Komandan Batalyon II : Kapten Kunci Singarimbun

Komandan Kompi I : Letnan Nehken Purba/ Salam Sebayang

Komandan Kompi II : Letnan I Jumpalit Ginting/ Letnan Tokih Ginting Komandan Kompi III : Letnan Pangkat Ginting/ Letnan Panjang Perangin-

angin.

(52)

Komandan Kompi III : Letnan II Dogar Sembiring  Komandan Kompi Istimewa : Letnan Meriam Ginting.

Anggota Laskar Resimen Halilintar menjadi TNI sektor III hanya perubahan nama saja. Susuan anggota tidak ada yang berubah. Setelah masuk TNI mereka gelar mereka menjadi bertamabah dan mempunyai pangkat. Pemberian gelar dan pangkat diberikan langsung oleh komandan Sektor yaitu Mayor Selamat Ginting32.

32

(53)

BAB IV

GERAKAN NAPINDO HALILINTAR

4.1. Revolusi Sosial di Tanah Karo

Meletusnya revolusi sosial di Sumatera Utara tidak terlepas dari sikap sultan-sultan, raja-raja dan kaum feodal pada umumnya, yang tidak begitu antusias terhadap kemerdekaan Indonesia karena setelah Jepang masuk, pemerintah Jepang mencabut semua hak istimewa kaum bangsawan dan lahan perkebunan diambil alih oleh para buruh. Kaum bangsawan tidak merasa senang dan berharap untuk mendapatkan hak-haknya kembali dengan bekerja sama dengan Belanda/NICA, sehingga semakin menjauhkan diri dari pihak pro-republik. Sementara itu pihak pro-republik mendesak kepada komite nasional wilayah Sumatera Timur supaya daerah istimewa seperti Pemerintahan swapraja atau kerajaan dihapuskan dan menggantikannya dengan pemerintahan demokrasi rakyat sesuai dengan semangat perjuangan kemerdekaan33

33

Anthony Reid, Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya Kerajaan Di sumatera timur , Jakarta, Pustaka sinar Harapan, 1987, Hal 272.

. Organisasi-organisasi pemuda yang bergabung dengan persatuan perjuangan menetapkan untuk mengadakan Revolusi Sosial yaitu dengan, menangkapi semua Raja-Raja dan Sultan-Sultan. Di Tanah Karo Persatuan perjuangan di Pimpin oleh Tama Ginting anggota Napindo Halilintar. Ketika perwakilan persataun perjuangan Sumatera Timur datang ke Tanah Karo untuk menyampaikan kabar bahwa di Sumatera Timur sudah disepakati adanya Revolusi Sosial persatuan perjuangan Tanah karo juga harus melakukan Revolusi Sosial terhadap para Sibayak dan Raja Urung. Permintaan dari persataun perjuangan disanggupi Selamat Ginting selaku ketua dari Laskar Napindo Halilintar dan sekaligus Wakil ketua dari Persatuan Perjuangan Tanah Karo.

(54)

Selamat Ginting membuat undangan kepada seluruh Sibayak dan Raja Urung yang direncanakan akan ditangkap juga termasuk golongan-golongan yang dianggap reaksioner terhadap revolusi Indonesia yang diadakan di bungalow Sultan Deli Berastagi34 . para pasukan Napindo Halilintar dan Persatuan perjuangan sudah bersiap dan membawa lima mobil truck. Dalam pertemuan ini Selamat Ginting menyampaikan apa hasil dari pertemuan persatuan perjungan Sumatera Timur maka seluruh Sibayak dan Raja Urung harus ditahan. Selamat Ginting meminta pada seluruh sibayak dan Raja Urung untuk menaati seluruh perintahnya dan meminta kepada Sibayak dan Raja Urung untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat membahayakan jiwa mereka. Selamat Ginting memerintahkn Laskar Napindo Halilintar untuk membawa para Sibayak dan Raja Urung ke dalam mobil truck

berangkat menuju Kutacane dengan membawa surat kepada Mayor Bahren dari TKR Kutacane untuk menahan mereka35

Kemudian pada waktu kedatangan Mr. Luat siregar dan junus Nasution diadakan rapat KNI Tanah Karo bertempat dirumah Pendeta di Kabanjahe . memang sebelumnya KNI Tanah Karo sudah terbentuk. Saya sebagai salah seorang anggotanyadan kalau tidak salah saudara Mbaba Bangun sebagai Seketaris, sedangkan ketuanya saya sudah lupa.

Anggota-.

Setelah revolusi selesai para Sibayak dan Raja Urung diungsikan ke Kutacane maka terjadi kekosongan pemimpin di Tanah Karo. Laskar Napindo Halilintar membuat pertemuan di Kuta Gadung untuk merundingkan siapa yang akan dicalonkan sebagai kepala pemerintatah. Pada pertemuan tersebut yang dipimpin Tama Ginting maka dimufakatilah Rakutta Sembiring dicalonkan sebagai kepala pemerintah.

Dalam Ceramahnya didepana Civitas Academica, Universitas Karo 8 Mei 1991, menyangkut sekitar Revolusi sosial Maret 1946 di Tanah Karo Selamat Ginting Mengatakan :

Beberapa hari sesudah kejadian itu, saya mendapat pemeberitahuan dari Medan bahwa Mr. Luat Siregar mewakili Gubernur dan Residen Junus Nasution akan datang ke Tanah Karo untuk menyelesaikan persoalan Revolusi Sosial di Tanah Karo. Sebelumnya saudara Tama Ginting, Rakutta Sembiring dan saya mengadakan pertemuan di Kuta Gadung untuk merundingkan siapa yang akan kita calonkan sebagai kepala pemerintah. Pada pertemuan tersebut yang dipimpin oleh saudara Tama Ginting maka dimufakatilah saudara Rakutta Sembiring dicalonkan sebagai kepala pemerintah.

34

Bangun, Tridah, Op.Cit, hlm 93.

35

Gambar

Gambar 1. Peta Kabupaten Karo
Gambar 2 : Ratusan kader PNI melakukan convoy  setelah selesai rapat yang menghasilkan anak organisasi yaitu laskar rakyat Napindo
Gambar 3:  Beberapa pemuda desa yang dulu bergabung di BPI dan kader PNI berbaris setelah menghadiri rapat di Kabanjahe
Gambar 5: Piah Malem Br Karo ikut berperang melawan musuh dengan  menunggang kuda.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sebanyak 22 Kecamatan di Klaten mengalami hal yang serupa, meski tidak separah kedua Kecamatan tersebut (Republika kamis, 1 Juni 2006). Banyaknya korban jiwa maupun harta

Bencana banjir adalah kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan. sering mengakibatkan kehilangan jiwa, kerugian harta,

Menghadapi kenyataan serta akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam gempa dan gelombang tsunami yang menimbulkan korban jiwa, harta benda dan kerusakan lainnya yang luar biasa,

Selain untuk menekan atau mengurangi jumlah korban jiwa, harta dan dampak psikologis akibat bencana, pengurangan risiko bencana dengan membangun kesiapsiagaan juga

Bencana alam tanah longsor ini makin sering terjadi, pada periode 1997-2004 di Indonesia tercatat 219 kali kejadian, dengan korban jiwa 435 orang meninggal dan kerugian harta benda

Menghadapi kenyataan serta akibat yang ditimbulkan oleh bencana alam gempa dan gelombang tsunami yang menimbulkan korban jiwa, harta benda dan kerusakan lainnya yang luar biasa,

bahwa tindakan terorisme dengan berbagai bentuknya yang terjadi akhir-akhir ini di beberapa negara, termasuk Indonesia, telah menimbulkan kerugian harta dan jiwa serta