• Tidak ada hasil yang ditemukan

Epidemiologi Toxoplasma Gondhii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Epidemiologi Toxoplasma Gondhii"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

EPI D EM I OLOGI “TOXOPLASM A GON D I I ”

I r .I N D RA CH AH AYA S,M si.

Ba gia n Ke se h a t a n Lin gk u n ga n Fa k u lt a s Ke se h a t a n M a sya r a k a t

Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

I . PEN D AH ULUAN

Di negara berik lim lem bab, peny ak it parasit m asih m erupak an m asalah k esehat an m asy arak at y ang cuk up serius. Salah sat u di ant arany a adalah infek si prot ozoa y ang dit ularkan m elalui t ubuh k ucing. I nfek si peny ak it y ang dit ularkan oleh k ucing ini m em puny ai prevalensi y ang cuk up t inggi, t erut am a pada m asyarak at y ang m em punyai kebiasaan m akan daging m ent ah at au kurang m at ang. Di I ndonesia fak t or- fak t or t ersebut disert ai dengan k eadaan sanit asi lingk ungan dan bany ak ny a sum ber penularan ( Sasm it a dk k , 1988) .

Tok soplasm osis, suat u peny ak it y ang disebabk an oleh Tox oplasm a gondii, m erupak an peny ak it parasit pada m anusia dan j uga pada hew an y ang m enghasilkan daging bagi k onsum si m anusia ( Konishi dk k , 1987) . I nfek si y ang disebabk an oleh T. gondii t ersebar di seluruh dunia, pada hew an berdarah panas dan m am alia lainnya t erm asuk m anusia sebagai hospes perant ara, kucing dan berbagai j enis Felidae lainny a sebagai hospes definit if ( WHO, 1979) .

I nfek si Tox oplasm a t ersebar luas dan sebagian besar berlangsung asim t om at is, m eskipun peny ak it ini belum digolongk an sebagai peny ak it parasit er y ang diut am ak an pem berant asanny a oleh pem erint ah, t et api beberapa penelit ian t elah dilak uk an di beberapa t em pat unt uk m enget ahui deraj at dist ribusi dan prevalensiny a. I ndonesia sebagai negara t ropik m erupak an t em pat y ang sesuai unt uk perkem bangan parasit t ersebut . Keadaan ini dit unj ang oleh beberapa fak t or sepert i sanit asi lingk ungan dan bany ak sum ber penularan t erut am a k ucing dan sebangsany a ( Felidae) ( Ady at m a, 1980 ; Lev ine, 1990) .

Manusia dapat t erkena infek si parasit ini dengan cara didapat ( Aquired t oxoplasm osis) m aupun diperoleh sem enj ak dalam kandungan ( Congenit al t ox oplasm osis) . Diperkirak an sepert iga penduduk dunia m engalam i infek si peny ak it ini.

Prot ozoa ini hidup dalam sel epit el usus m uda hospes definit if, sedangkan ookist any a dik eluark an bersam a t inj any a. Penularan parasit ini t erj adi dengan t ert elannya ookist a dan kist a j aringan dalam daging m ent ah at au kurang m at ang sert a t ransplasent al pada w akt u j anin dalam kandungan. Diagnosis infeksi prot ozoa ini dilak uk an dengan m endapat k an ant ibodi I gM dan I gG ant i T. gondii dalam t es serologi ( WHO, 1979 ; Zam an dan Keong, 1988) .

Sebagai parasit , T. gondii dit em uk an dalam segala m acam sel j aringan t ubuh k ecuali sel darah m erah. Tet api pada um um ny a parasit ini dit em uk an dalam sel ret ik ulo endot elial dan sist em syaraf pusat ( Rem ingt on dan Desm ont s, 1983) .

Bert it ik t olak dari m asalah t ersebut di at as, dalam m akalah ini penulis m encoba m enguraikan dan m enginform asikan m engenai Epidem iologi Toxoplasm a gondii.

I I . SEJARAH .

(2)

t ahun 1937 t elah di isolasinya dari neonat us dengan ensefalit is dan dinyat akan sebagai peny ebab infek si k ongenit al pada anak . Walaupun perpindahan int ra- ut erin secara t ransplasent al sudah diket ahui, t et api baru pada t ahun 1970 daur hidup parasit ini m enj adi j elas k et ik a dit em uk an daur sek sualny a pact a k ucing ( Hut chison, 1970) .

Menurut Brot ow idj oyo ( 1987) , pada t ahun 1969 posisi T. gondii dalam klasifikasi m asih belum past i, nam un pada t ahun 1970 dapat dit et apkan bahw a T. gondii t erm asuk k elas Sporozoa y ang m irip dengan I sospora.

Pada t ahun 1970, dit em ukan secara serent ak di beberapa negara bahw a T. gondii t erny at a m em produk si ookist a di dalam t ubuh k ucing y ang t idak dapat dibedak an dengan suat u ookist a y ang k em udian disebut I sospora bigem ina. Dengan k at a lain, ookist a ini berisi dua sporokist a y ang m asing- m asing berisi em pat sporozoit ( Levine, 1990) .

Di I ndonesia t oksoplasm osis m ulai dit elit i pakar ilm u kesehat an pada t ahun 1972 baik pada m anusia at aupun pada hew an ( Sasm it a, 1989) .

I I I . M ORFOLOGI D AN KLASI FlKASI

Tox oplasm a gondii m erupak an prot ozoa obligat int raseluler, t erdapat dalam t iga bent uk y ait u t ak izoit ( bent uk proliferat if) , k ist a ( berisi bradizoit ) dan ookist a ( berisi sporozoit ) ( WHO, 79, Frenk el,1989, Sardj ono dk k ., 1989) .

Bent uk t akizoit m enyerupai bulan sabit dengan uj ung yang runcing dan uj ung lain agak m em bulat . Uk uran panj ang 4- 8 m ik ron, lebar 2- 4 m ik ron dan m em puny ai selaput sel, sat u int i y ang t erlet ak di t engah bulan sabit dan beberapa organel lain sepert i m it ok ondria dan badan golgi ( Levine, 1990) . Tidak m em puny ai k inet oplas dan sent rosom sert a t idak berpigm en. Bent uk ini t erdapat di dalam t ubuh hospes perant ara sepert i burung dan m am alia t erm asuk m anusia dan kucing sebagal hospes definit if. Tak izoit dit em uKan pada infek si ak ut dalam berbagai j aringan t ubuh. Tak izoit dapat m em asuk i t iap sel y ang berint i ( gam bar 1) .

Kist a dibent uk di dalam sel hospes bila t ak izoit y ang m em belah t elah m em bent uk dinding. Uk uran k ist a berbeda- beda, ada y ang beruk uran k ecil hany a berisi beberapa bradizoit dan ada y ang beruk uran 200 m ik ron berisi k ira- k ira 3000 bradizoit . Kist a dalam t ubuh hospes dapat dit em uk an seum ur hidup t erut am a di ot ak , ot ot j ant ung, dan ot ot bergaris ( Krahenbuhl dan Rem ingt on, 1982) .

[image:2.612.199.424.479.697.2]
(3)

Ket erangan: A. t akizoit dalam sel m ononuklear besar B. t akizoit bebas dalam darah

Di ot ak bent uk k ist a lonj ong at au bulat , t et api di dalam ot ot bent uk k ist a m engikut i bent uk sel ot ot . Kist a ini m erupakan st adium ist irahat dari T. gondii. Menurut Lev ine ( 1990) , pada infek si k ronis k ist a dapat dit em uk an dalam j aringan organ t ubuh dan t erut am a di ot ak .

Ookist a ber bent uk lonj ong, ber ukur an 11- 14 x 9- 11 m ikr on. Ookist a m em punyai dinding, berisi sat u sporoblas yang m em belah m enj adi dua sporoblas. Pada perkem bangan selanj ut ny a k e dua sporoblas m em bent uk dinding dan m enj adi sporokist a. Masing- m asing sporokist a t ersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 m ik ron dan sebuah benda residu ( Frenk el, 1989 ; Lev ine, 1990) .

Toxoplasm a gondii dalam klasifikasi t erm asuk kelas Sporozoasida, karena berkem bang biak secara sek sual dan aseksual y ang t erj adi secara bergant ian ( Levine, 1990) . Menurut Lev ine ( 1990) k lasifikasi parasit sebagai berik ut :

D u n i a : Anim alia Sub Dunia : Prot ozoa F i l u m : Apicom plexa K e l a s : Sporozoasida Sub Kelas : coccidiasina B a n g s a : Eucoccidiorida Sub Bangsa : Eim eriorina S u k u : Sarcocyst idae M a r g a : Tox oplasm a

J e n is : Tox oplasm a gondii.

I V. D AUR H I D UP

Kucing dan hew an sej enisnya m erupakan hospes definit if dari T. gondii. Di dalam usus kecil kucing sporozoit m enem bus sel epit el dan t um buh m enj adi t rofozoit . I nt i t rofozoit m em belah m enj adi bany ak sehingga t erbent uk skizon. Sk izon m at ang pecah dan m enghasilkan banyak m erozoit ( skizogoni) . Daur aseksual ini dilanj ut kan dengan daur seksual. Merozoit m asuk ke dalam sel epit el dan m em bent uk m ak rogam et osit dan m ik rogam et osit y ang m enj adi m ak rogam et dan m ik rogam et ( gam et ogoni) . Set elah t erj adi pem buahan t erbent uk ookist a, y ang ak an dik eluark an bersam a t inj a k ucing. Di luar t ubuh k ucing, ookist a t ersebut ak an berkem bang m em bent uk dua sporokist a y ang m asing- m asing berisi em pat sporozoit ( sporogoni) ( Krahenbuhl dan Rem ingt on, 1982) . Bila ookist a t ert elan oleh m am alia sepert i dom ba, babi, sapi dan t ik us sert a ay am at au burung, m ak a di dalam t ubuh hospes perant ara ak an t erj adi daur aseksual y ang m enghasilkan t ak izoit . Tak izoit ak an m em belah, k ecepat an m em belah t ak izoit ini berkurang secara berangsur k em udian t erbent uk k ist a y ang m engandung bradizoit . Bradizoit dalam k ist a biasanya dit em ukan pada infeksi m enahun ( infeksi lat en) .

Bila kucing sebagai hospes definit if m akan hospes perant ara yang t erinfeksi m aka berbagai st adium seksual di dalam sel epit el usus m uda akan t erbent uk lagi. Jika hospes perant ara yang dim akan kucing m engandung kist a T. gondii, m aka m asa prepat ennya 2 - 3 hari. Tet api bila ookist a t ert elan langsung oleh kucing, m aka m asa prepat ennya 20 - 24 hari. Dengan dem ikian kucing lebih m udah t erinfeksi oleh kist a dari pada oleh ookist a ( Cox, 1982 ; Lev ine, 1990)

(4)

Gam bar 2. Daur hidup Tox oplasm a gondii, sum ber infek si pada m anusia ( frenk el, 1989)

V . CARA I N FEKSI D AN GEJALA KLI N I S

Manusia dapat t erinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara y ait u m ak an daging m ent ah at au k urang rnasak y ang m engandung k ist a T. gondii, t ernak an at au t ert elan bent uk ookist a dari t inj a kucing, rnisalnya bersarna buah- buahan dan sayur-sayuran yang t erkont am inasi. Juga m ungkin t erinfeksi m elalui t ransplant asi organ t ubuh dari donor penderit a t ok soplasm osis lat en k epada resipien y ang belum pernah t erinfeksi T. gondii. Kecelak aan laborat orium dapat t erj adi m elalui j arum sunt ik dan alat laborat oriurn lain yang t erkont am inasi oleh T. gondii. I nfeksi kongenit al. t erj adi int ra ut erin m elalui plasent a ( WHO, 1979 ; Lev ine, 1990) .

Set elah t erj adi infeksi T. gondii ke dalam t ubuh akan t erj adi proses yang t erdiri dari t iga t ahap y ait u parasit em ia, di m ana parasit m eny erang organ dan j aringan sert a m em perbanyak diri dan m enghancurkan sel- sel inang. Perbanyakan diri ini paling ny at a t erj adi pada j aringan ret ik uloendot elial dan ot ak , di m ana parasit m em puny ai afinit as paling besar. Pem bent uk an ant ibodi m erupak an t ahap k edua set elah t er j adinya infeksi. Tahap ket iga r ner upakan r ase kr onik, t er bent uk kist a- kist a yang m enyebar di j aringan ot ot dan syaraf, yang sifat nya m enet ap t anpa m enim bulkan peradangan lokal.

[image:4.612.185.448.97.408.2]
(5)

kem udian m enj adi kronik at au lat en. Gej ala yang nam pak sering t idak spesifik dan sulit dibedak an dengan peny ak it lain.

Tok soplasm osis dapat an biasany a t idak dik et ahui k arena j arang m enim bulk an gej ala. Tet api bila seorang ibu yang sedang ham il m endapat infeksi prim er, ada k em ungk inan bahw a 50% ak an m elahirkan anak dengan t ok soplasm osis k ongenit al. Gej ala yang dij um pai pada orang dew asa m aupun anak- anak um um nya ringan. Gej ala k linis y ang paling sering dij um pai pada t ok soplasm osis dapat an adalah lim fadenopat i dan rasa lelah, disert ai dem am dan sak it k epala ( Zam an dan Keong, 1988) .

Pada infek si ak ut , lim fadenopat i sering dij um pai pada k elenj er get ah bening daerah leher bagian belak ang. Gej ala t ersebut di at as dapat disert ai dem am , m ialgia, m alaise. Bent uk kelainan pada kulit akibat t oksoplasm osis berupa ruam m ak ulopapuler y ang m irip k elainan k ulit pada dem am t it us, sedangk an pada j aringan paru dapat t erj adi pneum onia int erst isial.

Gam baran k linis t ok soplasm osis k ongenit al dapat berm acam - m acam . Ada y ang t am pak norm al pada w ak t u lahir dan gej ala k linisny a baru t im bul set elah beberapa m inggu sam pai beberapa t ahun. Ada gam baran erit roblast osis, hidrops fet alis dan t riad k lasik y ang t erdiri dari hidrosefalus, k orioret init is dan perkapuran int rak ranial at au t et rade sabin y ang disert ai k elainan psikom ot orik ( Zam an dan Keong, 1988) . Toksoplasm osis kongenit al dapat m enunj ukkan gej ala yang sangat berat dan m enim bulk an k em at ian penderit any a k arena parasit t elah t ersebar luas di berbagai organ pent ing dan j uga pada sist em syaraf penderit a.

Gej ala susunan syaraf pusat sering m eninggalkan gej ala sisa, m isalnya ret ardasi m ent al dan m ot orik . Kadang- k adang hany a dit em uk an sik at riks pada ret ina y ang dapat k am buh pada m asa anak - anak , rem aj a at au dew asa. Korioret init is k arena t ok soplasm osis pada rem aj a dan dew asa biasany a ak ibat infek si k ongenit al.

Akibat ker usakan pada ber bagai or gan, m aka kelainan yang ser ing t er j adi berm acam - m acam j enisny a. Kelainan pada bay i dan anak - anak ak ibat infek si pada ibu selam a k eham ilan t rim est er pert am a, dapat berupa k erusak an y ang sangat berat sehingga t erj adi abort us at au lahir m at i, at au bay i dilahirkan dengan k elainan sepert i ensefalom ielit is, hidrosefalus, kalsifikasi serebral dan korioret init is. Pada anak yang lahir prem at ur, gej ala k linis lebih berat dari anak y ang lahir cuk up bulan, dapat disert ai hepat osplenom egali, ikt erus, lim fadenopat i, k elainan susunan syaraf pusat dan lesi m at a.

I nfek si T. gondii pada indiv idu dengan im unodefisiensi m eny ebabk an m anifest asi peny ak it dari t ingk at ringan, sedang sam pai berat , t ergant ung k epada deraj at im unodefisiensiny a ( Cornain dk k ., 1990) . Menurut Gandahusada dk k ., ( 1992) , pada penderit a im unodefisiensi, infek si T. gondii m enj adi ny at a, m isalny a pada penderit a karsinom a, leukem ia at au penyakit lain yang diberi pengobat an k ort ikost eroid dosis t inggi at au radiasi. Gej ala y ang t im bul biasany a dem am t inggi, disert ai gej ala susunan syaraf pusat karena adanya ensefalit is difus. Gej ala klinis y ang berat ini m ungk in disebabk an oleh eksaserbasi ak ut dari infek si y ang t erj adi sebelum nya at au akibat infeksi baru yang m enunj ukkan gej ala klinis yang dram at is karena adanya im uno- defisiensi.

Pada penderit a AI DS, infeksi T. gondii sering m enyebabkan ensefalit is dan k em at ian. Sebagian besar penderit a AI DS dengan ensefalit is ak ibat T. gondii t idak m enunj ukkan pem bent ukan ant ibodi dalam serum ( cornain dkk., 1990) .

VI . EPI D EM I OLOGI

(6)

Seekor k ucing dapat m engeluarkan sam pai 10 j ut a ookist a sehari selam a 2 m inggu. Di dalam t anah y ang lem bab dan t eduh, ookist a dapat hidup lam a sam pai lebih dari sat u t ahun. sedangkan t em pat yang t erkena sinar m at ahari langsung dan t anah k ering dapat m em perpendek hidupny a. Bila di sek it ar rum ah t idak ada t anah, k ucing ak an berdefekasi di lant ai at au t em pat lain, di m ana ookist a bisa hidup cuk up lam a bila t em pat t ersebut lem bab. Cacing t anah m encam pur ookist a dengan t anah, k ecoa dan lalat dapat m enj adi v ek t or m ek anik y ang dapat m em indahk an ookist a dari t anah at au lant ai ke m akanan. Di I ndonesia t anah yang m engandung ookist a Tox oplasm a belum diselidiki ( Gandahusada, 1988) .

Ookist a ini dapat hidup lebih dari sat u t ahun di t anah yang lem bab. Bila ookist a t ert elan oleh t ik us, t ik us t erinfeksi dan ak an t erbent uk k ist a dalam ot ot dan ot aknya. Bila t ikus dim akan oleh kucing, m aka kucing akan t er t ular lagi. Bila ookist a ini t ert elan oleh m anusia at au hew an lain, m aka akan t erj adi infeksi. Misalnya kam bing, sapi dan kuda pem akan rum put yang m ungkin t ercem ar t inj a kucing yang m engandung ookist a, dapat t erinfeksi. Juga ayam dan burung yang m encari m akan di t anah ( m isal cacing t anah) j uga dapat t erinfeksi. Manusia j uga dapat t erinfeksi. Manusia j uga dapat t ert ular dengan ookist a di t anah, m isalny a bila m ak an say ur-sayuran m ent ah yang t ercem ar t inj a kuning, at au set elah berkebun lupa m encuci t angan sew ak t u m au m ak an. Anak balit a y ang berm ain di t anah j uga dapat t erinfeksi oleh ookist a.

Penyebaran Toxoplasm a gondii sangat luas, ham pir di seluruh dunia, t erm asuk I ndonesia baik pada m anusia m aupun pada hew an. Sek it ar 30% dari penduduk Am erik a Serik at posit if t erhadap pem erik saan serologis, y ang m enunj ukkan pernah t erinfeksi pada suat u saat dalam m asa hidupnya ( Levin, 1990) . Kont ak yang sering t erj adi dengan hew an t erkont am inasi at au dagingnya, dapat dihubungk an dengan adany a prevalensi y ang lebih t inggi di ant ara dok t er hew an, m ahasisw a kedokt eran hew an, pekerj a di rum ah pot ong hew an dan orang yang m enangani dagig m ent ah sepert i j uru m asak ( Konishi dk k ., 1987) .

Krist a T,gondii dalam daging dapat bert ahan hidup pada suhu - 40C sam pai t iga m inggu. Kist a t ersebut akan m at i j ika daging dalam keadaan beku pada suhu -150C selam a t iga hari dan pada suhu - 200C selam a dua hari. Daging dapat m enj adi hangat pada sem ua bagian dengan suhu 650C selam a em pat sam pai lim a m enit at au lebih m ak a secara k eseluruhan daging t idak m engandung k ist a ak t if, dem ik ian j uga hasil daging siap k onsum si y ang diolah dengan garam dan nit rat ( WHO, 1979) .

Konsum si daging m ent ah at au daging yang kurang m asak m erupakan sum ber infek si pada m anusia ( WHO, 1979; Jaw et z dk k ., 1986; Volk dan Wheeler, 1989) . Tercem arny a alat - alat unt uk m asak dan t angan oleh bent uk infek t if parasit ini pada w akt u pengolahan m akanan m erupakan sum ber lain unt uk penyebaran T. gondii.

Menurut Konishi dk k . ( 1987) , j alur alam i dari infek si T. gondii pada m anusia t elah difok uskan pada t ert elanny a ookist a dan k ist a parasit ini secara t idak sengaj a, kecuali perpindahan secara kongenit al. Pent ingnya peranan kist a dalam perpindahan t ersebut dapat diabaik an, sesuai dengan rendahny a t ingk at prevalensi pada hew an-hew an pot ong at au an-hew an pedaging, m ak a ookist any a dapat m enj adi sum ber ut am a bagi infek si pada m anusia.

Prevalensi zat ant i T. gondii berbeda di berbagai daerah geografik , sepert i pada k et inggian y ang berbeda di daerah rendah prevalensi zat ant i lebih t inggi dibandingk an dengan daerah y ang t inggi. Prevalensi zat ant i ini j uga lebih t inggi di daerah t ropik.

Pada um um ny a prevalensi zat ant i T. gondii y ang posit if m eningk at sesuai dengan um ur, t idak ada perbedaan ant ara pria dan w anit a.

(7)

Desm ont s, 1982 cit e Gandahusada, 1994) . Di Jepang 59- 78 % pada pek erj a rum ah pot ong hew an dan 21,7 % pada populasi penduduk dengan um ur sam a ( Konishi, 1986 ; Tak ahashi dan Konishi, 1986) . Di berbagai negara t ok soplasm osis k ongenit al t erdapat pada 0,25- 7 % dari set iap 1000 k elahiran hidup.

Selanj ut ny a Konishi ( 1986) , m engat ak an di Jepang t erdapat prevalensi zat ant i T. gondii pada babi 0,33 % , dan pada sapi 1,33 % . Penelit ian Frenk el dk k . ( 1995) di Panam a Cit y , didapat k an bahw a anj ing sebagai sum ber infek si m endapat kan infeksi dari m akan t inj a kucing at au bergulingan pada t anah yang m engandung t inj a kucing, yang m erupakan inst rum en penyebaran secara m ekanis dari infek si T. gondii. Lalat dan k ecoa secara prak t is j uga pent ing dalam penyebarannya.

Di I ndonesia, prevalensi zat ant i T. gondii pada hew an adalah sebagai berik ut : k ucing 35- 73 % , babi 11- 36 % , k am bing 11- 61 % , anj ing 75 % dan pada t ernak lain k urang dari 10 % ( Gandahusada, 1995) .

Prevalensi zat ant i T. gondii y ang posit if pada m anusia di I ndonesia berkisar ant ara 2- 63 % . Pada t ahun 1964, de Roever- Bonnet dkk. m enem ukan 24 % dari penduduk pribum i berum ur 10- 50 t ahun di I rian Jaya, seroposit if bila t it er " dye t est " > 1 : 4 dianggap sebagai bat as posit if. Pada penelit ian Clark e dk k .( 1973) dan Durfee ( 1976) digunak an t it er I RA > 1 : 16 dan 1 : 32 sebagai bat as posit if dan didapat k an prevalensi 51 % di Jaw a Barat , 20 % di Jaw a Tengah dan 31 % di Kalim ant an Selat an. Pada uj i lain dengan uj i I FA v an der Veen dk k . ( 1974) m elaporkan prevalensi 63 % di Surabay a, bila t it er> 1 : 32 dianggap sebagai bat as posit if. Dengan dipak ainy a t it er> 1 : 32 at au lebih rendah sebagai bat as posit if, m ak a didapat k an prevalensi y ang lebih t inggi, y ait u sam pai 63 % .

Pada penelit ian selanj ut ny a, t it er I RA > .1 : 256 dit ent uk an sebagai bat as posit if, karena t it er ini m enunj ukan pem aparan yang baru t erj adi. Kem udian dilaporkan prevalensi dari berbagai daerah y ang lebih rendah y ait u: Surabay a, Jaw a Tim ur 8,9 % ( Yam am ot o dk k . 1970) ; Lem bah Lindu, Sulaw esi Tengah 7,9% ( Clarke dk k . 1975) : Lem bah Palu, Sulaw esi Tengah 16 % ( Cross dk k . 1975a) ; Boy olali, Jaw a Tengah 2 % ( Cross dk k . 1975b) ; Sum at era Ut ara 9 % ( Cross dk k . 1975c) ; Kalim ant an Barat 3 % ( Cross dk k . 1975d) ; Jak art a 10 % pada m ahasisw a Universit as Sw ast a ( part ono & Cross, 1975) ; 12,5 % dari 184 m ahasisw a dan 96 orang k aryaw an Universit as I ndonesia ( Gandahusada, 1978) ; Obano, I rian Jay a, 34,6 % ( Gandahusada dan Endardj o, 1980) dan Menado, Sulaw esi Ut ara 60 % ( Kapoj os, 1988) dengan t it er I HA > 1 : 128 sebagai bat as posit if, sepert i t erlihat pada t abel 1.

Prevalensi t ok soplasm osis pada berbagai k elom pok et nik t elah dit elit i dan dilaporkan, 18 % pada m ahasisw a pribum i dan 7 % pada m ahasisw a k et urunan Cina ( part ono dan Cross, 1975) . Dan pada penelit ian lain Gandahusada ( 1978) prevalensi adalah 14,3 % pada k elom pok pribum i dan 2,3 % pada k elom pok k et urunan Cina.

(8)

pada berbagai k elom pok w anit a y ang diperik sa t idak dapat dit em uk an perbedaan y ang berm ak na. Pada orang dew asa dan anak - anak dengan ret inok oroidit is, prevalensi ant ibodi adalah 60 % , sedangk an pada pasien dengan peny ak it m at a lain prevalensi 17 % ( Ganda- husada, 1995) .

Angk a prevalensi t ok soplasm osis k ongenit al pada bay i baru lahir belum ada, nam un k asus t ok soplasm osis k ongenit al t elah bany ak dilaporkan di I ndonesia. Part ono dan Cross ( 1976) m elaporkan k asus k ebut aan pada anak um ur 18 bulan dengan t it er I FA 1 : 1024. Said dk k . ( 1978) m elaporkan k asus t ok soplasm osis k ongenit al pada bay i berum ur 13 bulan dan 6,5 bulan dengan ret ardasi m ent al dan m ot orik sert a k elainan m at a, k alsifikasi serebral dan t it er I HA dan I FA t inggi.

Ant ibodi T. gondii dit em uk an pada 7 ( 10,6% ) dari 66 anak hidrosefalus di Jakart a, yang berum ur ant ara 1 hari sam pai 12 t ahun, dengan t it er I HA > 1 : 256 ( Gandahusada dan Mahj uddin, 1981) . Dari 99 bay i dengan cacat k ongenit al, berum ur ant ara 1 hari sam pai 6 bulan t erny at a 18,2 % m enderit a t ok soplasm osis k ongenit al dengan dit em uk an I gM, t it er I gG y ang m eningk at at au t et ap t inggi, dan dengan dit em uk an parasit pada aut opsi ( Gandahusada, 1988) . Lazuardi dk k . ( 1989) m elaporkan ant ibodi T. go'ndii pada 44.6 % anak dengan ret ardasi m ent al, 44,6 % pada anak dengan lesi m at a dan 9,5% pada anak dengan gej ala um um . Widy ant oro ( 1989) m enem uk an 7 k asus t ok soplasm osis k ongenit al pada 18 bay i y ang ibuny a m em puny ai t it er I gG t inggi; dua anak hidrosefalus dan m ik ro sefalus dengan t it er I gG dan I gM posit if ( ELI SA) ; 2 bay i prem at ur, seorang dengan I gM posit if, y ang lain I gG posit if pada w ak t u lahir dan pada usia 6 bulan; 3 bay i y ang k linis norm al dengan t it er I gG posit if pada w ak t u lahir dan pada usia 6 bulan sert a t it er I gM posit if pada sat u bay i.

Pencegahan Kucing m erupakan salah sat u fakt or yang m em pengaruhi t im bulnya t oksoplasm osis, karena kucing m engeluarkan berj ut a j ut a ookist a dalam t inj anya, yang dapat bert ahan sam pai sat u t ahun di dalam t anah yang t eduh dan lem bab. Unt uk m encegah hal ini, m ak a dapat di j aga t erj adiny a infek si pada k ucing, yait u dengan m em beri m akanan yang m at ang sehingga kucing t idak berburu t ikus at au burung. Bila k ucing diberik an m onensin 200 m g/ k g m elalui m ak ananny a, m ak a k ucing t ersebut t idak ak an m engeluarkan ookist a bersam a t inj any a, t et api ini hany a dapat digunak an unt uk k ucing peliharaan ( Frenk el dan Sm it h, 1982) . Unt uk m encegah t erj adiny a infek si dengan ookist a y ang berada di dalam t anah, dapat diusahak an m em at ik an ookist a dengan bahan k im ia sepert i form alin, am onia dan iodin dalam bent uk larut an sert a air panas 70oC y ang disiram k an pada t inj a k ucing ( Rem ingt on & Desm ont , 1982 ; Siegm und, 1979) .

Anak balit a yang berm ain di t anah at au ibu- ibu yang em ar berkebun, j uga pet ani sebaiknya m encuci t angan yang bersih dengan sabun sebelum m akan. Sayur m ayur yang dim akan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kem ungkinan ookist a m elek at pada say uran, m ak anan y ang m at ang harus di t ut up rapat supay a t idak dihinggapi lalat at au k ecoa y ang dapat m em indahk an ookist a dari t inj a k ucing ke m akanan t ersebut .

(9)

t oksoplasm osis kongenit al diakibat kan infeksi prim er pada t rim est er t erakhir k eham ilan ( Wilson dan Rem ingt on, 1980) .

Pencegahan dengan obat - obat an, t erut am a pada ibu ham il y ang diduga m enderit a infek si prim er dengan Tox oplasm a gondii, dapat dilak uk an dengan spiram isin.

Vaksin unt uk m encegah infeksi t oksoplasm osis pada m anusia belum t ersedia sam pai saat ini.

V I I . D I S K U S I

Pada beberapa penelit ian y ang dibahas, t am pak angk a seroposit if y ang lebih rendah pada k et inggian daerah y ang lebih t inggi. Keadaan ini j uga dilaporkan dari Am erik a Tengah dan Selat an ( Rem ingt on & Desm ont s, 1982) . Angk a seroposit if 2 % dit em uk an pada beberapa desa y ang t erlet ak pada k et inggian 900 sam pai 1900 m et er di at as perm ukaan laut di kaki gunung Merapi dan Merbabu, daerah Boyolali, Jaw a Tengah ( Cross dk k . 1975b) . Angk a prevalensi y ang rendah j uga dit em uk an di Sum at era Ut ara ( 9% ) ( Cross dk k . 1975c) dan Kalim ant an Barat ( 3% ) ( Cross dk k . 1975d) . Desa- desa di daerah ini let ak ny a lebih t inggi daripada daerah- daerah dengan prevalensi lebih t inggi. Wallace dk k . ( 1979) m enem uk an angk a k urang dari 2% di Danau Plain, Dat aran Tinggi Sent ral di Nugini dan angk a set inggi 14 - 34 % di Dat aran Tinggi Tim ur dan Pulau Rossel. Angk a prevalensi y ang rendah dit em uk an di daerah di m ana t idak ada k ucing, dan angk a y ang lebih t inggi dit em uk an di daerah di m ana ada bany ak k ucing. Di Obano y ang let ak ny a pada k et inggian 1745 - 2100 m et er di at as perm uk aan laut , angk a prevalensi adalah 34,6% . Di daerah ini t idak dit em uk an k ucing, t et api sum ber infek si t ok soplasm osis adalah daging babi m ent ah at au k urang m at ang. Dari observasi ini dapat disim pulk an, bahw a t idak ada k orelasi ant ara prevalensi ant ibodi Tox oplasm a dan k et inggian t em pat , t et api ada k orelasi ant ara Tox oplasm a dengan adany a k ucing at au k ebiasaan m ak an daging m ent ah at au k urang m at ang di daerah t ersebut di at as.

Prevalensi ant ibodi Tox oplasm a lebih rendah pada m ahasisw a k et urunan Cina daripada m ahasisw a pribum i di Jak art a. Prevalensi y ang lebih rendah pada k elom pok Cina daripada kelom pok et nik lainnya j uga dit em ukan di Singapura ( Zam an & Goh, 1969) , Taiw an ( Tsai & Cross, 1972 ; Durfee dk k . 1975) ; Malay sia ( Tan & Zam an, 1973) dan Canada ( Seah, 1974) . Ak an t et api Wallace dk k ( 1974) m elaporkan angk a prevalensi 86 % pada orang cina di Tahit i, dibandingk an 70 % pada orang Tahit i. Prevalensi ant ibodi Tox oplasm a y ang rendah pada orang cina di Asia Tenggara suk ar dij elaskan. Pada penelit ian di Jak art a t idak dit em uk an k orelasi ant ara t it er posit it f dan m em elihara k ucing at au m ak an daging m ent ah at au k urang m at ang, alasan perbedaan ini t idak dapat dipast ikan.

Penelit ian pada w anit a dengan dan t anpa riw ay at abort us habit ualis at au sporadik dan kem at ian j anin dalam kandungan, t idak m enunj ukkan perbedaan berm ak na pada angk a seroposit if. Hasil y ang sam a j uga dilaporkan pada 25 k asus abort us oleh Sout hern ( 1972) , 73 k asus abort us habit ualis oleh Kim ball dk k ( 1971) , sert a 46 kasus abort us habit ualis dan 61 abort us sporadik oleh St ray- Pedersen dkk. ( 1977) . Nam un pada penelit ian lain diny at ak an adany a hubungan sebab ak ibat ant ara infek si Tox oplasm a, abort us dan lahir m at i. Karena hasil y ang berbeda- beda pada berbagai penelit ian, m ak a Rem ingt on & Desm ont s ( 1982) m eny arank an supay a dilakukan penelit ian lebih lanj ut .

(10)

Unt uk m enanggulangi infeksi Toxoplasm a yang m enyebabkan abort us, k elahiran m at i dan k elahiran anak cacat k ongenit al, perlu dibuat diagnosis dini pada w anit a ham il dan bay i y ang baru dilahirkan, supay a dapat diberi pengobat an sedini m ungkin unt uk m encegah kerusakan j aringan lebih lanj ut pada j anin dan bayi.

V I I I . KESI M PULAN

Prevalensi zat ant i Tox oplasm a gondii di I ndonesia pada m anusia adalah 2- 63 % , pada k ucing 35- 73 % , babi 11- 36 % , k am bing 11- 61 % , anj ing 75 % dan pada t ernak lain kurang dari 10 % .

Prevalensi zat ant i Tox oplasm a gondii t ergant ung pada ada t idak ny a k ucing di suat u daerah dan pada k ebiasaan m ak an daging k urang m at ang.

Daging t ernak dan ayam / burung sert a t anah yang t ercem ar t inj a kucing m erupak an sum ber infek si.

Dalam pencegahan infeksi Toxoplasm a gondii, anj ing dan kucing kesayangan t idak perlu disingk irkan dari rum ah, t et api perlu diperhat ikan bahw a t inj a k ucing t idak m encem ari m akanan dan t angan kit a. Tindakan pencegahan infeksi Tox oplasm a gondii ant ara lain adalah :

- j angan m akan daging m ent ah at au kurang m at ang - m encuci t angan set elah m em egang daging m ent ah - m encuci alat dapur bek as daging m ent ah

- t idak m ak an say uran m ent ah sebagai lalap

[image:10.612.90.510.371.685.2]

- m encuci t angan set elah berkebun at au m em egang kucing - m encegah lalat dan kecoa m enghinggapi m akanan.

Tabel: Survey Serologik a t erhadap ant ibodi Tox oplasm a di I ndonesia

D a e r a h Pe n e lit i Uj i H a sil ( + ) H a sil ( % )

I rian Jay a ( Wam ena, Merauke

De Roever- Bonnet dk k , 1964

DT ≥ 1 : 4 24

Jaw a Barat ( Kresek ) Clark e dk k , 1973a I HA ≥1 : 32 51

Jaw a Tengah ( Yogyakar t a)

Clark e dk k , 1973b I HA ≥1 : 32 20

Kalim ant an Selat an Durfee dk k , 1976 I HA ≥1 : 16 31

Jaw a Tim ur ( Surabay a)

Van der Veen dk k , 1974 I FA ≥1 : 32 63

Jaw a Tim ur ( Surabay a)

Yam am ot o dk k , 1970 HA ≥1 : 256 8,9

Sul- Tengah ( Lem bah Lindu)

Clark e dk k , 1975 I HA ≥1 : 256 7,9

Sul- Tengah ( Lem bah Palu)

Cross dk k , 1975a I HA ≥1 : 256 16

Jaw a Tengan ( Boyolali)

Cross dk k , 1975b I HA ≥1 : 256 2

Sum at era Ut ara Cross dk k , 1975c I HA ≥1 : 256 9

Kal- Barat Cross dk k , 1975d I HA ≥1 : 256 3

Jakart a Part ono and Cross,

1975

I HA ≥1 : 256 10

Jak art a Gandahusada, 1978 I HA ≥1 : 256 12,5

I rian Jaya ( Obano) Gandahusada dan Endardj o, 1980

I HA ≥1 : 256 34,6

(11)

D AFTAR PUSTAKA

Ady at m a, 1980. Kebij aksanaan Pem berant asan Peny akit Parasit di I ndonesia. Cerm in Dunia Kedok t eran, 1- 4.

Brot ow idj oy o, M.D., 1987. : parasit dan Parasit ism e. Media Sarana Press, Jakart a. Clarke, M.D ; J.H Cross; J.J Gunning; R.D Reynolds; S. Oem ij at i ; Part ono F. ;

Hudoy o and Hadi., 1973. Hum an m alaria and int est inal parasit es in Kresek,

West Java, I ndonesia w it h a cursory serological survey for t oxoplasm osis and am oebiasis. Sout heast Asian J. Trop. Med. Pub. Healt h. 4( 1) : 32- 36.

Clark e, M.D ; J.H Cross; W.P Carney; P. Hadij ay a; A. Yusuf ; J. Put rali and S. Oem ij at i. 1975. Serological St udy of Am oebiasis and Tox oplasm osis in t he

Lindu Valley, Cent ral Sulaw esi, I ndonesia. Trop.Geogr.Med., 27: 274.

Cross J.H ; M.D Clarke; W.P Carney; J. Put rali ; A. Yusuf; H. Saj idim an ; F. Part ono ; Hudoy o and S. Oem ij at i., 1975a. Parasit ological survey int he Palu Valley

Cent ral Sulaw esi ( Celebes) , I ndonesia. Sout heast Asian J. Trop. Med. Pub.

Hlt h., 6: 366.

Cross J.H ; I rv ing G.S and Gunaw an S., 1975b.: The prevalence of Ent am oeba

hist oly t ica and Tox oplasm a gondii ant ibodies in Cent ral Jav a. I ndonesia.

Sout heast Asian J. Trop. Med. Pub. Healt h. 6( 4) : 467- 471.

Cross J.H ; M.D Clark e; W.C Cole, et .al. 1975c. Parasit ology survey: in Nort h

Sum at era, I ndonesia. Am . J. Trop. Med Hyg., 79: 123.

Cross J.H ; M.D Clark e; W.C Cole, et .al. 1975d. Parasit ic infect ions in hum ans in

West Kalim ant an ( Borneo) . I ndonesia. Trop. Geogr. Med., 28: 121.

Cox , F.E.G., 1982. : I m m unology . I n: Modern Parasit ology. A Text Book of

Par asit ology. Black w ell Scient ific, Publicat ions, London. ( p.173) . .

Cornain, S ; Suryana E.J ; Sugihart o. ; Jacoeb T.Z ; Rahm an, I .A; Lubis, N.S dan Gusniart i, N., 1990. : Aspek I m unologi dan Pendekat an I m unot erapi pada I nfek si Tox oplasm a. Kum pulan Mak alah Sim posium Tox oplasm osis. Fak ult as Kedokt er an UI , Jakar t a.

Durfee P.T ; H.T Sung; C.H Ma ; C.S Tsai ; J.H Cross. 1975. Serologic st udy of

t ox oplasm osis in Taiw an. Sout heast Asian J. Trop. Med. Pub. Hlt h., 6:

170-174.

Durfee P.T ; J.H Cross; Rust am ; Sant oso. 1976. Tox oplasm osis in m an and anim als

in Sout h Kalim ant an ( Borneo) , I ndonesia. Am . J. Trop. Med. Hyg., 25: 42- 47.

Frenk el J.K. 1989. Tox oplasm osis. I n: Tropical Medicine and Parasit ology . Applet on

and Lange, California., 332.

Frenkel J.K ; K.M Hassanein ; R.S Hassanein ; E. Brow n; P. Thulliez and R. Quint ero-Nunez. 1995. Transm ission of Tox oplasm a gondii in Panam a Cit y , Panam a. A Five- Year Prospect ive Cohort St udy of Children, Cat s, Rodent s, Birds, and Soil. Am . J. Trop. Med. Hyg., 53( 5) : 458- 468.

Gandahusada. S. 1978. Serological st udy for Ant ibodies t o Tox oplasm a gondii in

Jakart a. I ndonesia. Sout heast Asian J. Trop. Med. Hlt h. 9( 3) : 308- 311.

Gandahusada. S. 1982. Tox oplasm a ant ibodies in ocular Deseases in Jakart a,

I ndonesia. Proceeding of t he 25t h. Seam eo Trop. Med., 133- 138.

Gandahusada, S. 1988. Diagnosis Toksoplasm osis Kongenit al pada Bayi. Sem inar Parasit ologi Nasional V, Ciaw i. Bogor.

Gandahusada. S. 1991. St udy on t he prevalence of Tox oplasm osis in I ndonesia: A rev iew . Proceedings of t he 33rd. Seam eo Tropm ed Regional Sem inar Supplem ent t o The Sout heast Asian J. Trop. Med. Pub. Hlt h. Vol. 22.

Gandahusada. S. 1995. Penanggulangan Toksoplasm osis dalam Meningkat kan

Kualit as Sum ber Day a Manusia. Pidat o Pengukuhan Guru Besar Tet ap

Parasit ologi. FK- UI , Jak art a.

Gandahusada. S dan S. Endardj o. 1980. Tox oplasm a ant ibodies in Obano, I rian Jay a,

(12)

Gandahusada. S dan H. Mahy udin. 1981. Pem eriksaan Zat Ant i Tox oplasm a gondii

pada anak dengan Hydrocephalus. Maj alah Kedok t eran I ndonesia., 31:

183-185.

Hut chison. W.M ; J.F Dunachie ; J.C Siim ; K. Work. 1970. Coccidian like nat ure of

Toxoplasm a gondii. Br. Med. Journal. 1: 142.

Jaw et z. E ; J.L Melnick dan E.A Adelberg., 1986. Mikrobiologi unt uk Profesi

Kesehat an. Edisi 16, EGC.: 647 Jak art a.

Kim ball A.C ; B.H Kean ; F. Fuchs. 1971. The role of Toxoplasm osis in abort ion. Am . J. Obst et Gynecol. 111: 219- 226.

Krahenbuhl. J.L and Rem ingt on J.S., 1982. The I m m unology of Tox oplasm a and t oxoplasm osis. 2nd Edit ion. Blackw ell Scient ific publicat ions. Oxford. London. Edinburgh. Bost on. Melbourne.

Konishi. E ; R. Sat o ; J. Tak ahashi; T. Tak ao dan S. Anada. 1986. A survev of m eat

inspect ors in Hyogo Prefect ure. Japan for t he presence of ant i Tox oplasm a gondii ant i bodies by enzim e- linked im m unosorbent assay . Japanese J.

parasit ol. 35: 373.

Konishi. E ; R. Sat o ; T. Tak ao ; S. Ananda., 1987. Prevalense of ant ibodies t o

Tox oplasm a gondii am ong m eat anim als. laught ered at an abat t oir in Hyogo Prefect ure. Japan. Japanese J. Parasit ol. 16: 277.

Kapoj os. F.X. 1988. Frekuensi zat Ant i Tox oplasm a gondii di Manado. Sem inar Parasit ologi Nasional v. ciaw i, Bogor.

Lev ine. N.D. 1990. Buku Pelaj aran Parasit oloqi vet eriner. Universit as Gaj ah Mada Press, Yogyakart a.

Lazuardi. S; S. Gandahusada; S. I sm ael; S.K Hendart o; Soet om enggolo. 1989.

Toksoplasm osis Kongenit al. Maj alah Kedok t eran I ndonesia. 39: 464- 472. .

Part ono. F ; J.H Cross. 1975. Tox oplasm a ant ibodies in I ndonesian and Chinese

m edical sudent s. in Jak art a. Sout h east Asian J. Trop. Med. Pub. Healt h. 6:

472- 476.

Part ono. F ; J.H Cross. 1976. Congenit al Toxoplasm osis in I ndonesia. Trop. Geogr. Med. 28: 63- 64.

Rem ingt on, J.S and Desm ont s, G., 1983. : Toxoplasm osis. Rem ingt on, J.S; Klein, J.O. ( eds) : I nfect ious Diseases of t he Fet us and New born I nfant ., W.B Saunders Co. Philadelphia. London. Torant o.

Sasm it a. R ; R. Ernaw at i ; S. Wit j ak sono. 1988. Perbandingan t it er ant ibodi t erhadap

Tox oplasm a gondii pada Kucing di beberapa Rum ah Sakit dan Pasar di Surabay a. Kum pulan Makalah Pert em uan I lm iah Regional Parasit ologi

Kedok t eran I I . FK Univ. Uday ana, Denpasar.

Sasm it a. R ; E.S Kay at ; P. Hast ut iek . 1989. I nfeksi Buat an Tox oplasm a gondii pada

Kucing. Kum pulan Makalah Pert em uan I lm iah Regional Parasit ologi

Kedokt eran I I I . FK. Univ. Airlangga, Surabaya.

Sardj ono. T.W ; D. Dj unaidi ; D.W Soeat m adj i. 1989. Toksoplasm osis pada Manusia

dan Kepent ingan Diagnosisnya. Kum pulan Makalah Pert em uan I lm iah

Regional Parasit ologi Kedokt eran I I I . FK. Unair, Surabaya.

Say ogo dan S. Gandahusada. 1980. Survei t it er zat ant i Tox oplasm a gondii pada w anit a ham il t rim est er t erak hir di RSCM. Maj . Kedok . I ndon. 30: 237- 241. Sam il R. S. 1988. Toksoplasm osis pada ibu ham il dan bay i. Sem inar sehari

penyakit - penyakit m anusia yang dit ularkan oleh hew an piaraan., Jakart a. Said. M ; R. Hassan; A. Sj oeib. 1978. Congenit al Tox oplasm osis. Paed. I ndon. 18:

231- 237.

Siegm und. O.H. 1979. Toxoplasm osis. I n: The Merck Vet erinary Mannual. 5t h .Ed. O.H Siegm und, Merck and Co, I nc. Rahw ay , N.J., USA. 466- 469.

(13)

Sout herm P.M. 1972. Habit ual abort ion and t ox oplasm osis. I s t here relat ionship. Obst et . Gynecol. 39: 45- 47.

St ray - Pedersen B. ; A.M Lorent zen St y r. 1977. Ut erine Tox oplasm a infect ions and

repeat ed abort ions. Am . J. Obst et . Gynecol. 128: 716- 721.

Tan D.S.K and V. Zam an. 1973. Tox oplasm a Ant ibody Survey in West Malay sia. Med. J. Malay sia. 27: 188- 189.

Tak ahasi. J and E. Konishi. 1986. Quant it at ion of Ant ibodies t o Tox oplasm a gondii in

sw ine sera by enzim e- linked im m unosorbent assay . Journal of I m m unoassay.

7: 257.

Tsai C.S and J.H Cross. 1972. Serologic Observat ion of hum an t oxoplasm osis on

Taiw an. Chin.J.Microbio. 5: 122- 124.

Volk dan Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jilid 1. Erlangga Jakart a.

Van der Veen. J ; S. Padm odiw irj o ; L. Basuk i. 1974. Serologic st udy of.

t ox oplasm osis in I ndonesia. Maj alah Kedok t eran I ndonesia. 5- 6: 340- 345.

W.H.O. 1979. Parasit ic Zoonosis. Report of A WHO Expert Com m it t ee Wit h The Part icipat ion of FAO. WHO Technical Report Series 637: 35.

Wallace G.D ; V. Zigas : D.C Gaj dusek. 1974. Toxoplasm osis and Cat s in New

Guinea. Am .J.Trop.Med.Hy g. 23: 8- 14.

Wy diant oro. B. 1989. Ant ibodi Tok soplasm a pada k ej adian abort us dan ibu ham il. Tesis Program St udi Obst et ri dan ginekologi. FK- UI , Jakart a.

Yam am ot o. M ; M. Tok uchi ; S. Hat t a. 1970. A Survey of ant i Tox oplasm a

hem agglut inat ing ant ibodies in sera from resident s and cert ain species of anim als in Surabay a, I ndonesia. Kobe J. Med. Sci. 16: 273- 280.

Zam an. V and J.K Goh. 1969. Tox oplasm ic ant ibodies in v arious et hnic grous in

Singapore. Trans. R. Soc. Trop. Med. Hyg. 63: 883- 884.

Gambar

Gambar 1. Takizoit Toxoplasma gondii (Frenkel, 1989)
Gambar 2. Daur hidup Toxoplasma gondii, sumber infeksi pada manusia (frenkel, 1989)
Tabel:  Survey Serologika terhadap antibodi Toxoplasma di Indonesia Daerah Peneliti Uji Hasil ( + )

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Menurut hasil penelitian yang diperoleh bahwa, komitmen dan usaha semua pihak untuk mengembangkan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran terlaksana, dengan membuat RPP, PBM

Kesimpulan Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan penelitian oleh Panitia berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang berlaku serta berdasarkan Penetapan Pemenang

Cocktail making evening in Sussex is an ideal corporate event to enhance the team-building attitude in corporate people.. This event is like a breath of fresh air after the

“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat kecamatan Medan Helvetia dalam Memilih Lembaga Keuangan sebagai Sumber

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2013-2018 merupakan dokumen yang menjabarkan perencanaan strategis dan

Perencanaan dan perancangan “the music box” sebagai suatu bangunan tunggal dengan lansekapnya, yang bentuknya mengekspresikan ciri minalis dan atraktif, namun

[r]