UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN
ANALISIS PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT DAN PENAGIHAN PIUTANG PADA PT. BANK DANAMON INDONESIA TBK,
UNIT DANAMON SIMPAN PINJAM PUSAT PASAR MEDAN
DRAFT SKRIPSI
OLEH:
JOEL HARI JUNJUNAN PURBA 050521034
MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
ABSTRAK
Joel Hari Junjunan Purba (2009) “Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dan Penagihan Piutang Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan”. Dr. Khaira Amalia, S.E. MBA, Ak., sebagai Dosen Pembimbing. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si., sebagai Ketua Departemen Manajemen, Drs. Syahyunan, M.Si., sebagai Dosen Penguji I, dan Dra Nisrul Irawati, MBA, sebagai Dosen Penguji II.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pemberian kredit dan prosedur penagihan piutang pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.
Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan mengumpulkan, mengolah, mengklasifikasikan, dan menginterprestasikan data penelitian sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti, yaitu mengenai pengelolaan kredit dan prosedur penagihan piutang pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar masih terdapat kesalahan atau penyimpangan sehingga tingkat kredit macet relatif tinggi. Kredit macet yang timbul juga disebabkan dari pihak debitur yaitu itikad yang tidak baik dari debitur maupun adanya faktor-faktor yang lain yang berdampak pada kualitas kredit yang dihasilkan
.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan kesehatan serta kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasehat dan dorongan dari
berbagai pihak selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si., selaku Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen penguji II penulis.
4. Ibu Dr. Khaira Amalia, S.E., MBA, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang meluangkan
begitu banyak waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis
dalam penulisan maupun perbaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Syahyunan M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah membantu
memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen yang telah berjasa dalam memberikan ilmu pengetahuan selama
penulis berada pada masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Dani, Kak Tatik, Kak Nur, Kak Pepti, Kak Cici, Kak Kasnah, Kak Fina, Kak Susi dan
juga terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Bapak Drs. Simba.
7. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan
kasih sayang, dukungan moril, materil, nasehat dan doa yang tak henti-hentinya
kepada penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan buat seluruh keluarga yang
selalu mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Dukungan dan semangat yang
beriring doa dan pengharapan adalah bukti cinta kasih bagi penulis.
8. Terima kasih juga buat teman-teman di program ekstensi manajemen USU. Terima
kasih atas persahabatan, semangat, bantuan, saran dan ide dan dukungan yang selama
ini diberikan kepada penulis.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Maret 2009
Penulis
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 40
A. Sejarah PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk ... 40
B. Danamon Simpan Pinjam ... 41
C. Visi, Misi dan Nilai PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. .... 42
1. ... Visi Bank Danamon ... 42
2. ... Misi Bank Danamon ... 42
3. ... Nilai Bank Danamon ... 43
D. Struktur Organisasi PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk Unit Danamon Simpan Pinjam ... 45
E. Produk Danamon Simpan Pinjam ... 48
F. Prosedur Pemberian Kredit ... 51
G. Prosedur Penagihan Piutang ... 58
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Analisis Prosedur Pemberian Kredit ... 61
B. Tata Cara Penilaian Kualitas Kredit ... 65
C. Analisis Prosedur Penagihan Piutang ... 68
D. Penghapusbukuan Kredit Macet ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1 Prosedur Pemberian Kredit... 29
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.1 Total Outstanding, Total Kredit yang Disalurkan, Total
Run Off dan Persentase Jumlah Piutang Tak Tertagih
PT. Bank Danamon Indonesia,Tbk Unit Danamon Simpan Pinjam Cabang Pusat Pasar Medan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan.
Sebelum penjualan dilakukan biasanya akan disepakati terlebih dahulu bagaimana cara
pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai atau secara kredit. Apabila
pembayaran dilakukan secara tunai maka perusahaan akan langsung menerima kas
namun apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima
piutang yang akan dicatat di neraca hingga saat penagihan berhasil memperoleh
pembayaran kas. Secara umum alasan perusahaan untuk melakukan penjualan secara
kredit adalah untuk mendorong atau meningkatkan penjualan guna meningkatkan laba
perusahaan (Syahyunan, 2004:61).
Lembaga keuangan bank maupun non bank selalu berusaha untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam bidang kredit. Hal tersebut sesuai dengan
pengertian bank yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bentuk dari jasa
perkreditan yaitu melepaskan sejumlah uang kepada para debitur dan diganti dengan
serangkaian ikatan perjanjian kredit. Dalam hal ini pihak bank akan selalu dihadapkan
tersebut akan dapat diterima kembali sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Proses
pemberian kredit menyangkut suatu jumlah uang dari nilai yang relatif kecil sampai
jumlah yang cukup besar hingga ada berbagai kemungkinan yang akan membawa
kerugian finansial bagi bank yang bersangkutan apabila kredit tersebut tidak dikelola
dengan baik.
PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar
Medan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bergerak dibidang pemberian
kredit mikro. PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat
Pasar Medan memberikan pelayanan kepada para nasabah khususnya para
pedagang/pengusaha dengan mengharapkan laba yang diperoleh dari bunga kredit
tersebut. Persaingan yang ketat di dunia pembiayaan kredit membuat PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan lebih siap didalam
memberikan fasilitas kredit pada calon debitur.
PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar
Medan, sebagai salah satu bank swasta yang menyalurkan dananya terbesar ke sektor
kredit mikro khususnya para pedagang di kawasan pusat pasar Medan. Semakin banyak
jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat maka resiko yang akan terjadi juga
semakin besar. Sehingga untuk mencegah terjadinya kredit macet, maka dalam
memberikan kredit kepada nasabah dilakukan analisis dalam pemberian kredit. Analisa
pemberian kredit berguna untuk melihat layak atau tidak layaknya seorang nasabah untuk
memperoleh kredit.
Pemberian kredit atau pinjaman, tidak semuanya pinjaman yang disalurkan dalam
keadaan lancar dalam pengembaliannya atau nasabah tidak tepat pada waktunya untuk
membayar atau pada saat tanggal jatuh tempo debitur tidak memiliki dana yang cukup
untuk membayar angurannya.
Apabila debitur tidak sanggup melakukan pembayaran maka pinjaman yang
disalurkan akan macet. Kondisi kredit macet dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan
debitur untuk membayar. Apabila kemampuan dan kemauan debitur tidak ada dalam
membayar kewajibannya maka debitur tersebut tidak memiliki karakter yang baik (bad
characters). Dalam hal ini bank harus mengetahui apa yang menyebakan kredit yang
diberikan kepada debitur menjadi macet. Proses penagihan kredit macet harus dilakukan
oleh petugas bank untuk menjaga tingkat piutang tak tertagih (non performing loan) tidak
meningkat.
Bank harus lebih selektif dalam memilih debitur sehingga tingkat kredit macet
dapat dikurangi dan kredit lancar dapat ditingkatkan sehingga kredit yang diberikan
berkualitas. Sebaliknya apabila lebih cenderung beorientasi pada target karena adanya
tekanan dari manajemen perusahaan tanpa melihat aspek-aspek dan prinsip kredit maka
kredit yang disalurkan akan macet. Pada umumnya jenis kredit tanpa jaminan memiliki
tingkat piutang tak tertagih relatif tinggi jika dibandingkan dengan kredit yang
menggunakan jaminan.
Pada Tabel 1.1 berikut ini dapat dilihat Total Outstanding, Total Kredit yang
Disalurkan dan persentase Jumlah Piutang Tak Tertagih dari bulan Januari 2008 sampai
Tabel 1.1
Total Oustanding, Total Kredit yang Disalurkan, Total Run Off dan Persentase Jumlah Piutang tak Tertagih PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Unit Danamon
Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan
Bulan
Sumber : PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Unit Danamon
Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah pencairan kredit dan run off
mengalami fluktuasi dari bulan Januari 2008 sampai dengan Juni 2008. Run off
merupakan total angsuran pokok seluruh debitur ditambah dengan total tunggakan pokok
debitur yang telah dibayar pada bulan berjalan. Pelunasan dipercepat juga dapat
meningkatkan run off. Semakin tinggi jumlah run off akan mempengaruhi total kredit
yang telah disalurkan kepada debitur (oustanding), dimana oustanding pinjaman hanya
bertambah sedikit. Misalnya, pada bulan Juni 2008 jumlah pencairan kredit yang
dihasilkan hanya sebesar Rp 1.641.700.000,- sementara run off pada bulan itu mencapai
Rp 2.061.700.000,- sehingga outstanding dari bulan Juni 2008 menurun menjadi Rp
33.009.000.000,- atau menurun sebesar Rp 420.000.000,-. Untuk meningkatkan
outstanding maka jumlah pencairan kredit harus meningkat, sebaliknya apabila kredit
yang dicairkan rendah maka outstandingnya akan menurun.Tingkat persentase non
performing loan (NPL) juga mengalami fluktuasi dari bulan Januari 2008 hingga bulan
Juni 2008. Non Performing Loan (NPL) adalah tidak kembalinya kredit itu tepat pada
tidak sampai 5% sesuai dengan batas maksimal dari ketentuan Bank Indonesia (BI),
tetapi perlu mendapat perhatian karena akan berdampak pada kualitas kredit yang
disalurkan kepada nasabah. Perentase NPL tersebut dapat diturunkan dengan
meningkatkan jumlah pecairan kredit dan melakukan penagihan piutang yang tertunggak
dengan baik sehingga kredit macet dapat berkurang dan meningkatkan kredit yang lancar.
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan
membuat judul “Analisis Prosedur Pemberian Kredit Dan Penagihan Piutang Pada
PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Prosedur pemberian kredit dan
penagihan piutang pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan
Pinjam Pusat Pasar Medan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pemberian
kredit dan prosedur penagihan piutang pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit
Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari dilakukannya penelitian ini antara
lain:
a. Bagi Perusahaan
Dapat menjadi bahan masukan bagi pimpinan perusahaan dalam pengelolaan
pemberian kredit dan prosedur penagihan piutang sehingga dapat dihasilkan
kredit yang berkualitas.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lain yang ingin meneliti
permasalahan yang sama atau yang berkaitan dengan skripsi ini.
c. Bagi Penulis
Untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dalam
permasalahan manajemen yang berkaitan dengan kredit.
D. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional
Batasan dalam penelitian ini hanya menyangkut pada prosedur pemberian kredit
dan penagihan piutang khusus kelompok usaha mikro pada PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kantor pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk,
Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan yang berlokasi di Jalan M.T.
Haryono Komplek Pusat Pasar Lt. 1. Medan dan penelitian ini mulai dilakukan pada
3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini digunakan data sebagai berikut:
a. Data Primer, adalah data yang diperoleh dari subyek penelitian yaitu dari PT.
Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan
melalui observasi dan wawancara. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil
wawancara yang dilakukan kepada bagian credit officer pada PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.
b. Data sekunder (Secondary Data), adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang
sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain dan biasanya sudah
dalam bentuk publikasi.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah:
1. Sejarah singkat berdirinya Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.
2. Struktur organisasi Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.
3. Hasil wawancara dengan beberapa orang debitur Danamon Simpan Pinjam
Pusat Pasar Medan.
4. Hasil publikasi buku-buku ilmiah dan literatur lainnya yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Wawancara merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data pada objek
penelitian dengan cara tanya jawab secara langsung. Tujuan wawancara adalah
untuk mendukung data sekunder. Wawancara dilakukan kepada bagian credit
officer PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon Simpan Pinjam Pusat
Pasar Medan.
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data dan informasi dari
buku-buku, jurnal, internet dan sumber data lain yang berhubungan dengan objek
penelitian, yang akan digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan terhadap
apa yang ada di lapangan.
5. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Metode deskriptif
digunakan dalam penelitian ini dengan mengumpulkan, mengolah,
mengklasifikasikan, dan menginterprestasikan data penelitian sehingga diperoleh
gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti, yaitu mengenai pengelolaan kredit
dan sistim penagihan piutang pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk, Unit Danamon
Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan.
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Nazir (2002) mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Pemberian Kredit
dan Pengaihan Piutang pada PT. Bank Sumut Medan” dengan menggunakan metode
penelitian deskriptif menemukan bahwa di dalam pemberian kredit kepada nasabah telah
diadakan analisis yang akurat terhadap 5C nasabah, sehingga komposisi Non Performing
Loan dibawah 5 %. Dalam penagihan piutang, Bank Sumut memiliki persentase yang
kecil daripada hutang lancar, dengan demikian Bank Sumut dapat dikategorikan sebagai
bank sehat untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat
Dianauli (2006) mengadakan penelitian dengan judul ”Analisis Pemberian Kredit
dan sistem penagihan piutang pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang
Medan”. Dianauli meneliti mengenai pemberian kredit dan sistem penagihan piutang
dengan menggunakan metode penelitian diskriptif dan induktif. Hasil penelitian adalah
prosedur pemberian kredit yang sangat selektif. Kreditur melakukan prinsip kehati-hatian
didalam mengelola kredit. Dapat dilihat bahwa tingkat kredit lancarnya sebesar 81% dan
tingkat kredit macet 0.3%.
Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit
yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti Kepercayaan. Dalam arti yang
lebih luas Pengertian Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian
atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan pada
suatu jangka waktu yang disepakati.
Menurut Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan menyatakan
bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam atara bank dengan pihak
lain, yang mewajibkan pihak pinjam meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan sejumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Pengertian kredit yang dikemukakan para ahli ekonomi berbeda-beda, namun
pada hakekatnya pengertian dari kredit tersebut mempunyai arti dan tujuan yang sama.
Pengertian Kredit Menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan
Pasal 1 (Ketentuan Umum) disebutkan pengertian “kredit adalah penyediaan atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Kasmir,
2003:73).
Berdasarkan pengertian kredit di atas, maka filosofi kredit antara lain:
1. Temporary Financing.
Kredit bukan merupakan penyertaan Bank, tetapi pembiayaan yang bersifat
sementara. Pihak Bank harus memperhitungkan dan meyakini bahwa kredit akan
lunas sesuai waktu yang diperjanjikan.
Sumber pembayaran kredit berasal dari:
a. First Way Out (FWO). Sumber pengembalian berasal dari kelayakan usaha
dan berdasarkan cash flow perusahaan
b. Second Way Out (SWO). Adanya jaminan aktiva yang likuid dan marketable
sebagai kontra garansi apabila FWO dinilai kurang memadai.
3. Prinsip Kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian yang dimaksud adalah
a. First Line of Defence, adanya sistem dan prosedur yang diyakini telah
memenuhi prinsip kehati-hatian dan memenuhi kriteria Good Corporate
Governance (GCG).
b. Second Line of Defence, tersedianya Sumber Daya Manusia yang profesional,
berintegritas tinggi sehingga dapat menjamin sistem dan prosedur dipatuhi.
4. Trade off
Selalu ada trade off service and risk. Service (Sistem dan Prosedur) yang longgar
akan meningkatkan risiko Bank, namun sebaliknya service yang ketat akan
memperkecil risiko.
5. Merencanakan pasar sasaran, menentukan kriteria risiko yang dapat diterima dan
menentukan kriteria nasabah.
Kebijakan atas perencanaan akan menentukan bagaimana suatu Bank dijalankan.
Bank harus mempunyai perencanaan pasar dalam memasarkan kreditnya. Bank
juga harus menentukan kriteria risiko yang dapat diterima, dan hanya
memasarkan kreditnya apabila kriteria risikonya jelas. Misalnya dengan
menetapkan limit eksposure, jenis usaha, lokasi dan sebagainya. Kredit yang
Analisis kredit diberikan untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar
percaya maka, sebelum kredit diberikan bank terlebih dulu mengadakan analisis kredit.
Analisis krdit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya,
jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank
yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang disalurkan
pasti kembali.
Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dulu akan sangat membahayakan bank.
Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data fiktif sehingga kredit tersebut
sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka
kredit yang disalurkan akan sulit ditagih alias macet. Namun faktor salah analisis ini
bukanlah merupakan penyebab utama kredit macet walaupun sebagian terbesar kredit
macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab lainnya mungkin
disebabkan oleh musibah seperti bencana alam yang tidak dapat dihindari oleh nasabah.
Jika kredit disalurkan mengalami kemacetan, maka langkah yang dilakukan oleh bank
adalah berupaya untuk menyelamatkan kredit tersebut dengan berbagai cara tergantung
dari kondisi nasabah atau penyebab kredit tersebut macet.(Kasmir, 2003:74).
Berdasarkan uraian di atas maka unsur-unsur dalam kredit adalah:
1. Kepercayaan.
Adanya keyakinan dari pihak bank terhadap prestasi yang diberikan kepada
nasabah debitur yang akan dilunasinya sesuai dengan jangka waktu
yangdiperjanjikan.
Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya, dimana
jangka waktu tersebut sebelumnya telah ditentukan terlebih dahulu, berdasarkan
kesepakatan bersama.
3. Prestasi.
Adanya objek berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat tercapainya
kesepakatan dalam perjanjian pemberian kredit antara bank dengan nasabah
debitur,berupa bunga atau imbalan.
4. Risiko.
Adanya jangka waktu antara pemberian kredit dan pelunasannya,
memungkinkan adanya risiko dalm perjanjian kredit tersebut. Untuk itu, untuk
mencegah terjadinya risiko tersebut (berupa wanprestasi), maka diadakan
pengikatan jaminan/agunan yang dibebankan kepada pihak nasabah.
5. Balas Jasa.
Adanya suatu keuntungan dalama jumlah tertentu akibat dari pemberian fasilitas
kredit bank.
C. Tujuan Kredit
Suatu usaha dalam sistem ekonomi tidak pernah lepas dari tujuan mencari
keuntungan, demikian juga dalam pemberian kredit. Namun karena di dalam kredit
terdapat unsur risiko, maka usaha mencari keuntungan tersebut harus memperhatikan
prinsip kehati-hatian, karena dana yang dialirkan dalam bentuk kredit adalah dana
simpanan masyarakat. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan kredit
peminjam dana di bank dapat memperoleh kembali simpananya berikut bunga tanpa
dikuatirkan oleh adanya kredit yang macet.
Selain profitability dan safety, bank, khususnya bank pemerintah mengemban
tugas sebagai agent of development yaitu dalam hal:
1. ikut mensukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan.
2. meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya, guna
menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
3. memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat
memperluas usahanya.(Juddiseno, 2002:167)
D. Fungsi Kredit.
Fungsi (peranan) kredit dalarn perekonomian adalah sebagai sarana bagi
peningkatan daya guna barang dan uang, lalu lintas pembayaran, mendorong kegairahan
berusaha, sarana pemenataan pendapatan, dan sebagai alat stabilitas moneter serta
pendorong hubungan internasional.
1. Meningkatkan Daya Guna Barang
Pemberian kredit dapat meningkatkan daya guna barang dengan jalan:
a. Para pengusaha dapat memproduksi barang dan bahan baku menjadi barang
siap pakai , dengan meminjam uang dari lembaga keuangan.
b. Para pengusaha dapat menjual barang dengan cara kredit sehingga barang
menjadi lebih mudah sampai ke tangan konsumen.
Daya guna uang dapat ditingkatkan dengan cara para pemilik uang atau modal
meminjamkan uangnya kepada pengusaha yang kekurangan modal melalui
lembaga keuangan.
3. Meningkatkan Perdaran dan Lalu Lintas
Peredaran dan lalu lintas uang dapat terlaksana jika kredit disalurkan melalui
rekening giro bank, karena rekening giro dapat menimbulkan uang giral.
4. Alat Stabilitas Moneter
Stabilitas moneter dapat terlaksana dengan pemberian kredit yang selektif, terarah
dan berdasarkan prioritas, sehingga jumlah uang beredar dapat diatur melalui
politik tingkat bunga dan rasio kas bank.
5. Meningkatkan Kegairahan Berusaha
Perusahaan yang memperoleh kredit dan bank dapat meningkatkan usahanya dan
pada gilirannya meningkatkan produktivitas, dan akhirnya meningkatkan laba.
6. Sarana Pemerataan Pendapatan
Peningkatan kesempatan berusaha dengan penambahan proyek-proyek baru yang
berasal dan kredit akan membutuhkan tambahan tenaga kerja. Secara tidak
Iangsung kredit menyebabkan semakin banyak tenaga kerja yang memperoleh
pendapatan. Di samping itu, Para penabung akan memperoleh bunga atas
tabungannya.
7. Memperluas Hubungan Internasional
Negara maju cenderung mempunyai tabungan yang tinggi dengan demikian dapat
Para pengusaha di negara maju dapat bekerja sama dengan negara sedang
berkembang dengan memberi kredit dan hal ini akan meningkatkan kerja sama
dalam bidang ekonomi.
E. Jenis-Jenis Kredit
Jenis-jenis kredit yang dikelola oleh Loan Department di setiap bank
berbeda-beda. Hal ini tergantung dari besar kecilnya bank, visi, dab misi perusahaan, dan
sebagainya. Secara umum, jenis-jenis kredit perbankan dapat dibedakan berdasarkan
jangka waktunya, sifat pemakaian dana, sumber dana, tujuan penggunaan dana dan
jaminannya
1. Bedasarkan jangka waktu
Berdasarkan jangka waktu kredit dapat dibedakan atas:
a. Kredit jangka pendek (short term loan), kredit dengan jangka waktu
maksimum satu tahun.
b. Kredit jangka waktu panjang (long term loan), kredit dengan jangka waktu
lebih dari tiga tahun.
2. Berdasarkan sifat pemakaian dana.
Berdasarkan sifat pemakaian dana, kredit dibedakan atas Revolving Loan dan
Non-Revolving Loan. Revolving loan adalah jenis kredit yang danaya dapat
dipakai berulang-ulang. Pinjaman yang telah dilunasi masih dapat dicairkan bila
dibutuhkan.
Pada non-revolving loan, debitur tidak dapat menarik dana yang telah dilunasi.
Sesuai dengan pelunasan yang dilakukan, oustanding pinjaman akan terus
3. Berdasarkan sumber dana
Berdasarkan sumber dana pembiayaan kredit, dikenal adanya kredit yagn dibiayai
oleh bank penyelenggara dan kredit likuiditas. Yang termasuk dalam kredit
likuiditas adalah Kredit Likuiditas Bank Indonesia.
4. Berdasarkan tujuan penggunaan dana
Berdasarkan Tujuan Penggunaan, dikelompokkan menjadi:
a. Kredit Konsumtif.
Kredit yang dipergunakan untuk pembelian barang atau jasa untuk memberikan
kepuasan kebutuhan manusia secara langsung.
b. Kredit Produktif.
Kredit yang dipergunakan untuk produksi baik secara kuantitatif maupun
kualitatif yang dapat meningkatkan kegunaan baik faedah bentuk, waktu
maupun kepemilikan. Kredit produktif ini terdiri atas :
1. Kredit investasi, digunakan untuk pembelian barang-barang modal atau
aktiva tetap.
2. Kredit modal kerja, digunakan untuk membiayai modal lancar yang
biasanya habis dalam satu atau beberapa proses produksi.
3. Kredit likuiditas, digunakan dengan tujuan untuk membantu perusahaan
yang sedang kesulitan likuiditas.
5. Berdasarkan jaminan
Berdasarkan Jaminan, dikelompokkan menjadi:
Jaminan kredit dapat berbentuk harta fisik (seperti tanah, perhiasaan, gedung
dan mesin) dan surat-surat berharga (seperti sertifikat bank, deposito, tabungan,
saham, obligasi) atau jaminan pembayaran dari pihak ketiga.
b. Kredit tanpa jaminan (unsecured loans)
Diberikan berdasarkan kepercayaan yang tinggi dari pihak bank atas
kemampuan dan kesediaan debitur melunasi kredit yang mereka terima sesuai
dengan isi perjanjian kredit. Pemberian kredit tanpa jaminan harus
memperhatikan aspek-aspek analisa kredit yang ditekankan pada segi
kemampuan dan kekuatan keuangan perusahaan yang tercermin dalam laporan
keuangan manajemen yang baik, produk yang kompetitif, jumlah hasil
penjualan, keuntungan yang stabil dan posisi dalam perdagangan.
F. Kebijakan Kredit
Kebijakan dan prosedur pemberian kredit harus merupakan artikulasi dari apa
yang menjadi tujuan dalam strategi bank. Kebijakan ini harus pula memberi kontribusi
bagi pengelolaan risiko kredit yang efektif dalam bentuk menyajikan informasi yang
memadai, untuk membantu bank dalam melakukan penilaian secara komprehensif
terhadap risiko kredit. Toleransi risiko kredit, yaitu jumlah dan jenis risiko kredit yang
siap diserap, harus secara jelas ditegaskan dalam kebijakan kredit. Toleransi risiko ini
harus searah dengan tujuan strategik bank.(Tampubolon, 2002:117)
Manual kebijakan kredit bank sekurangnya harus memuat alat kontrol antara lain
sebagai berikut:
1. Cakupan pemberian kredit
3. Jenis fasilitas yang ditawarkan, masing-masing dengan batas atas, penetapan suku
bunga, profitabilitas, jangka waktu paling lama, dan debt servicing ratio untuk
seorang debitur, untuk debitur grup, atau untuk sebuah Industri.
4. Batas untuk total portofolio kredit, antara lain loan to deposit ratio (LDR), rasio
komitmen yang belum ditarik (undrawn commitment ratio), persentase basis
modal.
5. Pedoman pengelolaan portofolio kredit, misalnya limit maksimal agregat kredit
masing-masing per negara atau geografis, industri , katgori dari peminjam,
produk dan debitur grup. Penetapan limit portofolio ini diukur menurut proporsi
kredit dari total aktiva bank, porsi kredit untuk masing-masing jenis industri
(agriculture, commercial, consumer, real estate, dan lain-lain) dalam portofolio
bank, dan pencegahan konsentrasi kredit, serta tujuan diversifikasi kredit.
6. Batas maksimum kewenangan memutus kredit untuk pejabat kredit, direktur
kredit, komosaris dan komite kredit.
7. Limit-limit, persyaratan kredit (terms and conditions), prosedur penilaian dan
persetujuan kredit, serta catatan-catatan (records) yang harus disimpan untuk
masing-masing pinjaman.
8. Syarat permohonan kredit (dokumen dan informasi yang sekurangnya harus
diserahkan pada bank, rasio keuangan yang dapat diterima, dan faktor lainnya).
9. Jenis kredit yang tidak diinginkan bank.
10. Persyaratan atau kriteria jaminan kredit (guarantees) dan jenis kolateral serta loan
to value ratios yang dapat diterima
11. Standar penilaian kolateral dan prasyarat bagi penilai.
13. Standar analisis kredit dan dokumentasi kredit secara legal.
14. Fungsi Loan Review
G. Prosedur Pemberian Kredit
Prosedur pemberian kredit dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara
umum antar bank yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi
perbedaan mungkin hanya terletak dari bagaimana tujuan bank tersebut serta persyaratan
yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing.
Prosedur pemberian kredit dibedakan antara pinjaman perseorangan dan badan
hukum (sumber
1. Pengajuan berkas-berkas
Pengajuan proposal kredit hendaklah yang berisi antara lain :
a. Latar belakang perusahaan
b. Maksud dan tujuan
c. Besarnya kredit dan jangka waktu
d. Cara pengembalian kredit
e. Jaminan kredit
Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah
dipersyaratkan seperti :
a. Akte notaris
b. Tanda daftar perusahaan (TDP)
c. Nomor Pokok wajib Pajak (NPWP)
e. Bukti diri dari pimpinan perusahaan
f. Foto copy sertifikat jaminan
Penilaian yang dapat kita lakukan untuk sementara adalah dari neraca dan laporan
rugi laba yang ada dengan menggunakan rasio-rasio sebagai berikut :
a. current ratio
b. inventory turn over
c. sales to receivable ratio
d. profit margin ratio
e. return on net worth
f. working capital
2. Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang diajukan sudah
lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum
lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan
apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi
kekurangannya, maka sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.
3. Wawancara I
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan
dengan calon peminjam.
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai obyek
yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokan dengan
hasil wawancara I.
5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat
setelah dilakukan on the spot di lapangan.
6. Keputusan Kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan
atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Biasanya
mencakup :
a. Jumlah uang yang diterima
b. Jangka waktu
c. Dan biaya-biaya yang harus dibayar
7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum
kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit.
8. Realisasi Kredit
Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka
rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.
9. Penyaluran/penarikan
Penyaluran/penarikan adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening
sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan
tujuan kredit yaitu :
b. Secara bertahap
Sebelum fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin terlebih dahulu
bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh
dari hasil penilaian kredit sbelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank
dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk mendapatkan keyakinan tentang
nasabahnya.
Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaiutu
dengan analisis 5 C dan analisis 7 P. Kedua prinsip ini memiliki pesamaan yaitu apa yang
terkandung dalam prinsip 5 C dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7 P dan di dalam prinsip 7
P disamping lebih terinci juga jangkauan analisisnya lebih luas dari 5 C
(Kasmir,2003:91)
Prinsip pemberian kredit dengan analisis dengan 5 C kredit dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Character
Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon
debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat
atau watak dari orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya.
Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat pribadi.
Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar
kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik akan beusaha untuk membayar
kreditnya dengan berbagai cara.
2. Capacity
Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang
mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam
mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan
seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit.
3. Capital
Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya
setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dan
dari sumber lainnya atau modal sendiri dengan kata lain capital adalah untuk
mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki terhadap usaha yang akan
dibiayai oleh bank.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan juga harus ditelti keabsahannya, sehingga jika terjadi
suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat
mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari risiko kerugian.
5. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk
di masa yang akan datang sesuai sector masing-masing. Dalam kondisi
perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sector
tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya
juga dengan melihat prospek usaha terebut di masa yang akan datang.
Sedangkan penilaian dengan prinsip 7 P adalah sebagai berikut :
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari
maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan
tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu
golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga
nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan faslitas
yang berbeda dari lembaga pembiayaan kredit atau bank.
3. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis
kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat
bermacam-macam. Sebagai contoh : apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau
produktif dan lain sebagainya.
4. Prosfect
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan
atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini
penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai
prospek, bukan hanya lembaga pembiayaan kredit atau bank yang rugi akan tetapi
juga nasabah.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara naabah mengembalikan kredit yang telah
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin
banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan
perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan
asuransi.
Di samping prinsip-prinsip di atas, beberapa prinsip lain dalam pemberian kredit
yang berhubungan dengan debitur yang harus diperhatikan oleh suatu bank adalah
sebagai berikut (Usman,2001:250):
1. Prinsip Matching
Yaitu harus match antara pinjaman dengan aset perseroan. Jangan sekali-kali
memberikan suatu pinjaman berjangka waktu pendek untuk kepentingan
pembiayaan/investasi yang berjangka panjang. Karena hal tersebut akan
mengakibatkan terjadinya mismatch.
2. Prinsip Kesamaan Valuta
Maksudnya penggunaan dana yang didapatkan dari suatu kredit sedapat-dapatnya
haruslah digunakan untuk membiayai atau investasi dalam mata uang yang sama.
Sehingga risiko gejolak nilai valuta dapat dihindari. Meskipun untuk itu tersedia
apa yang disebut dengan currency hedging.
3. Prinsip Perbandingan antara Pinjaman dan Modal
Maksudnya haruslah ada hubungan yang prudent antara jumlah pinjaman dengan
gearing. Sebaliknya jika pinjamannya kecil dibandingkan dengan modalnya
disebut low gearing. Post permodalan earnings yang didapat oleh perusahaan
tidak fixed, yaitu dalam bentuk dividen, sementara cost terhadapa suatu pinjaman
yaitu dalam bentuk bunga relatif tetap. Karena itu, kelangsungan suatu
perusahaan akan terancam jika antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal
tidak reasonable.
4. Prinsip Perbandingaan antara Pinjaman dan Aset
Alternatif lain untuk menekan risiko dari suatu pinjaman adalah dengan
memperbandingkan antara besarnya pinjaman dengan aset, yang juga dikenal
dengan gearing ratio.
Prosedur pemberian kredit yang diperoleh dari situs internet
(http:/sipuk.bi.go.id/prosedurpemberiankredit) dapat dijelaskan pada Gambar 1.1 berikut
Gambar 2.1 : Prosedur Pemberian Kredit
H. Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah eksposur yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan
(counterparty) memenuhi kewajibannya. Di satu sisi risiko ini dapat berumber dari
berbagai aktivitas fungsional bank seperti penyaluran pinjaman, kegiatan tresuri dan
kegiatan jasa pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam buku bank. Di sisi lain risiko
ini timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk. Kinerja debitur yang buruk
ini dapat berupa ketidak mampuan atau ketidak mauan debitur untuk memenuhi sebagian
atau seluruh isi perjanjian kredit yang telah disepakati bersama sebelumnya. Dalam hal
ini yang menjadi perhatian bank bukan hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari
jaminan kredit termasuk collateral tetapi juga karakter dari debitur.
Risiko timbul dari penyimpangan (deviasi) kinerja portofolio kredit dari nilai
yang diharapkan, maka sebagian dari risiko kredit ini dapat didiversifikasi. Tetapi risiko
ini tidak mungkin dapat didiversfikasi seluruhnya, karena ada porsi yang dihadapi para
debitur akibat dari systematic risk. Oleh karena itu bank akan lebih mengawasi debitur
yang sifat pasarnya lokal dan sempit atau yang memiliki stock barang dagang yang tidak
likuid.
Dalam jenis risiko ini turut dimasukkan risiko yang oleh bank ukuran besar
disebut sebagai counterparty risk karena perbedaan yang ditimbulkan beberapa transaksi
yang sifatnya berbeda tidak terlalu material. Counterparty risk timbul karena mitra dalam
trading menolak atau tidak mampu memenuhi kontrak yang telah diperjanjikan. Gerakan
harga yang bertentangan dengan yang diharapkan sebagi akibat dari faktor-faktor
sistemik atau adanya hambatan secara hukum maupun politis yang tidak diantisipasi oleh
para pembuat kontrak.
Tujuan manajemen piutang adalah mengupayakan kebijakan piutang yang
menguntungkan, dalam arti manfaat adanya suatu kebijakan piutang (peningkatan
penjualan) lebih besar dari pengorbanan yang harus diberikan karena adanya kebijakan
tersebut (risiko kredit macet, biaya piutang). Dalam praktek, ada beberapa yang akan
diberikan, yaitu jangka waktu kredit, adanya kebijakan diskon dan standar kredit
(persyaratan pelanggan yang layak menerima kredit). (Santoso, 2002:62).
Kekuatan tekanan persaingan (competitive pressures force) yang dialami
menyebabkan perusahaan melakukan kredit. Piutang timbul karena adanya transaksi
penjualan barang atau jasa secara kredit dan pihak bank memberi kredit kepada nasabah.
Penjualan secara kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas tetapi menimbulkan
piutang dan pada saat jatuh tempo terjadi kas masuk yang berasal dari pengumpulan
piutang. Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu berputar secara terus
menerus dalam rantai perputaran modal kerja.
Pihak manajer keuangan dalam pemberian kredit harus mampu membangun
sebuah sistem manajemen piutang yang optimal yaitu berkaitan dengan membangun
syarat kredit, memilih sistem monitoring yang diterapkan untuk menjaga agar piutang
ragu-ragu dapat dikendalikan, mencegah agar arus kas keluar jangan menurun dan
menetapkan tindakan korektif jika muncul perubahan di luar batas yang ditoleransi.
Istilah piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang, barang atau jasa
terhadap perorangan, organisasi atau deitur lainnya. Jadi yang dimaksud dengan piutang
adalah tagihan yang diharapkan dapat diterima beupa uang atau yang dapat disamakan
dengan uang dan penyeleseaiannya tidak melebihi satu kegiatan normal perusahaan.
Dalam membangun suatu kepercayaan antar pihak bank dengan pihak debitur
dibutuhkan berbagai informasi. Informasi-informasi dari kedua belah pihak akan
menimbulkan kepercayaan dan selanjutnya membentuk kesepakatan yang dituangkan
dalam suatu perjanjian atau akad kredit. Dalam hal ini debitur lebih diarahkan oleh bank
untuk menjamin pengembalian kredit tepat waktu, sehingga meminimalisir munculnya
kredit bermasalah (non performing loan).
Non Performing Loan (NPL) adalah tidak kembalinya kredit itu tepat pada
waktunya sesuai perjanjian kredit atau kredit bermasalah. Kredit bermasalah selalu ada
dalam kegiatan perkreditan bank, oleh karena itu setiap bank berusaha menekan
seminimal mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan Bank
Indonesia sebagai pengawas perbankan. Kredit bermasalah adalah jumlah keseluruhan
dari kredit kurang lancer ditambah kredit diragukan dan kredit macet.
Berikut ini rumus perhitungan persentase NPL:
NPL = X100%
K. Prosedur Penagihan Piutang
Apabila menurut pertimbangan bank, kredit yang bermasalah tidak mungkin
terselamatkan dan menjadi lancar kembali melalui upaya-upaya penyelamatan sehingga
akhirnya kredit tersebut menjadi macet, maka bank akan melakukan tindakan-tindakan
penagihan kredit bermasalah itu merupakan upaya bank untuk memperoleh kembali
pembayaran baik dari nasabah debitur dan/atau penjamin atas kredit bank yang telah
menjadi bermasalah atau tanpa melikuidasi agunannya.
Walaupun bank tidak mengharapkan terjadinya kredit bermasalah, seluruh
pejabat bank terutama yang berkaitan dengan perkreditan harus memiliki pandangan dan
persepsi yang sama dalam menangani kredit bermasalah tersebut. Karena itu untuk
menyelesaikan kredit bermasalah perlu menggunakan pendekatan sebagai berikut:
a. Bank tidak membiarkan atau bahkan menutup-nutupi adanya kredit bermasalah.
b. Bank harus mendeteksi secara dini adanya kredit bermasalah.
c. Penanganan kredit bermasalah atau diduga akan menjadi kredit bermasalah juga
harus dilakukan secara dini dan sesegera mungkin.
d. Bank tidak melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara menambah
plafond kredit atau tunggakan-tunggakan bunga dan mengkapitalisasi tunggakan
bunga tersebut.
e. Bank tidak boleh melakukan pengecualian dalam penyelesaian kredit bermasalah,
khususnya untuk kredit bermasalah kepada pihak-pihak yang terkait dengan bank
dan debitur-debitur besar tertentu.
Pengelompokan kredit berdasarkan kelancarannya sangat diperlukan untuk
memperlancar tugas-tugas kreditur dalam penyelesaian atau penagihan piutang kepada
debitur sehingga sikap dan langkah yang diamabil disesuaikan dengan keadaan kredit.
Pengelompokkan atau penggolongan kredit didasarkan atas kolektibilitas yaitu tingkat
ketepatan pembayaran kembali kredit atau angsuran kredit dan bunga. Pengelompokkan
penagihan piutang berdasarkan kolektibilitas kredit terbagi atas:
a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)
2. Dalam Perhatian Khusus (Special Mention), apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui
90 hari; atau
b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau
c. Mutasi rekening relatif aktif; atau
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau
e. Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kurang Lancar (SubStandard), apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90
hari; atau
b. Sering terjadi cerukan; atau
c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari;
atau
e. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4. Diragukan (Doubtful), apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
180 hari; atau
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan.
5. Macet (Loss), apabila memenuhi kriteria :
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
270 hari; atau
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada
nilai wajar.
Sebagian besar kredit bermasalah atau piutang yang tertunggak tidak muncul
secara tiba-tiba. Gejala umum yang muncul sebagai tanda terjadinga kredit bermasalah
adalah penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian kredit, penurunan kondisi
keuangan perusahaan, frekuensi pergantian pimpinan dan tenaga inti , penyajian bahan
masukan yang tidak benar, menurunnya sikap koperatif debitur, penurunan nilai jaminan
yang disediakan dan masalah pribadi.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh pejabat kredit dalam perkreditan ditujukan agar
kredit yang diberikan dapat kembali dengan baik dan membawa keuntungan yang
diharapkan. Akan tetapi dalam perkembangan penagihan piutang, tidak semua kredit
yang diberikan berjalan lancar, sebagian lagi tidak lancar bahkan menuju arah kemacetan.
Kredit macet dapat terjadi disebabkan oleh dua unsur yaitu:
1. Pihak Bank
Pihak analisis kredit bank kurang teliti dalam menilai kualitas permintaan kredit
yang diajukan. Analis kredit dalam meneliti tidak berdasarkan data yang akurat,
kurangnya pengawasan dan pemantauan atas keadaan calon debitur secara terus
menerus dan teratur.
2. Pihak Debitur
Kredit bermasalah terjadi karena:
a. Adanya unsur ketidaksengajaan
Debitur memiliki kemauan untuk membayar kewajibannya tetapi kemapuan
dari debitur tidak ada, misalnya kelancaran usaha yang terganggu yang
mengakibatkan penuruna omset sehingga debitur tidak sanggup untuk
membayar kewajibannya.
b. Adanya unsur kesengajaan
Debitur dengan sengaja tidak membayar kewajibannya atau kemauan
membayarnya tidak ada karena itikad yang tidak baik dengan pihak bank
meski kemampuan untuk membayar ada.
Akan tetapi, apabila kredit yang telah disalurkan tersebut mengalami masalah.
Maka sebelum melakukan penyelamatan terhadap kredit yang bermasalah tersebut maka
dapat ditempuh beberapa usaha sebagai berikut (Dahlan, 2001:178) :
1. Peringatan tertulis untuk segera menyelesaikan kewajibannya yang tertunggak
disamping usaha lain untuk melakukan penagihan. Peringatan tersebut dapat
diulangi sampai tiga kali. Apabila debitur belum juga menyelesaikan
kewajibannya, maka bank dapat mencabut fasilitas kredit sehingga yang
2. usaha debitur untuk melunasi hutangnya dapat ditempuh jalur hukum yaitu
lembaga somtie yang ada di Pengadilan Negeri bagi Bank Swasta. Sedangkan
bagi bank BUMN melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BPLN)
Apabila kredit macet ini terjadi maka pihak bank harus melakukan beberapa cara
untuk meminimalisir kerugian sekecil mungkin. Adapun beberapa cara penyelamatan
terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara lain (Kasmir, 2002:116) :
1. Rescheduling
a. Memperpanjang jangka waktu kredit
Dalam hal ini debitur diberikan keringan dalam hal perpanjangan jangka
waktu kredit sehingga debitur memiliki jangka waktu yang lebih lama untuk
mengembalikan kredit.
b. Memperpanjang jangka waktu angsuran.
Dalam hal ini sama halnya dengan memperpanjang jangka waktu kredit.
Akan tetapi, jangka waktu angsuran yang diperpanjang yang awalnya hanya
36 kali diperpanjang menjadi 48 kali.
2. Reconditioning
Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada, seperti :
a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok.
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.
Maksudnya hanya pembayaran bunga kredit yang ditunda pembayarannnya
c. Penurunan Suku Bunga
Penurunan suku bunga dimaksudkan untuk meringankan beban nasabah.
d. Pembebasan Bunga
Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan
pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut.
Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban membayar pokok
pinjamannya sampai lunas.
3. Restructuring
a. Dengan menambah jumlah kredit
b. Dengan menambah equity :
1. dengan menyetor uang tunai
2. tambahan dari pemilik
4. Kombinasi
Merupakan kombinasi dari ketiga jenis diatas. Dalam rangka penyelamatan kredit
bermasalah (rescue program), bila dianggap perlu bank dapat melakukan berbagai
kombinasi (Kombinasi 3-R) dari tindakan rescheduling, reconditioning, dan
restructuring, yakni :
a. rescheduling dan reconditioning,
b. rescheduling dan restructuring,
c. restructuring dan reconditioning,
d. rescheduling, reconditioning, dan restructuring sekaligus.
Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar
tidak punya etikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi membayar semua
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk.
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (Bank Danamon) didirikan pada tahun 1956
dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Pada tahun 1976 namanya menjadi Bank
Danamon Indonesia hingga kini. Bank Danamon menjadi bank devisa swasta pertama di
Indonesia tahun 1976 dan Perseroan Terbuka pada tahun 1989.
Pada tahun 1997, sebagai akibat krisis moneter Asia, Bank Danamon mengalami
kesulitan likuiditas dan diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
sebagai bank BTO. Pada tahun 1999, Pemerintah Indonesia melalui BPPN
merekapitalisasi Bank Danamon dengan obligasi pemerintah senilai Rp 32 triliun. Saat
itu juga, sebuah bank BTO dilebur ke Perseroan sebagai bagian dari program
pembenahan BPPN.
Pada tahun 2000, delapan bank BTO lainnya dilebur ke dalam Bank Danamon.
Namun sebagai surviving entity, Bank Danamon bangkit menjadi salah satu pilar
perbankan nasional. Dalam kurun waktu tiga tahun berikutnya, Bank Danamon
melakukan restrukturisasi luas mencakup manajemen, manusia, organisasi, sistem, nilai
prilaku serta identitas perusahaan. Upaya ini berhasil meletakkan fondasi maupun
prasarana baru bagi Perseroan guna meraih pertumbuhan berdasarkan transparansi,
responsibilitas, integritas dan profesionalisme (TRIP).
Pada tahun 2003, Bank Danamon diambil alih oleh Konsorsium Asia Finance
Indonesia sebagai pemegang saham pengendali. Dengan kendali manajemen baru, serta
perubahan transformasional yang dirancang untuk dijadikannya sebagai bank nasional
terkemuka dan pelaku regional unggulan.
B. Danamon Simpan Pinjam
Di Indonesia ada 19,5 juta usaha berskala mikro dan kecil. Sebagian besar dari
pengusaha ini tidak mempunyai akses ke layanan perbankan. Danamon Simpan Pinjam
(DSP) hadir untuk melayani para pengusaha secara khusus. DSP adalah sebuah divisi
yang dikembangkan oleh Bank Danamon secara khusus untuk melayani dan membantu
mengembangkan usaha berskala mikro dan kecil. Semua produk, proses, kantor cabang
dan layanan di DSP dirancang dan dikembangkan secara khusus hanya untuk memenuhi
kebutuhan pengusaha mikro dan kecil
Dalam definisi Bank Danamon, usaha mikro dan kecil adalah usaha yang
memiliki tingkat penjualan tahunan tidak lebih dari Rp 2 milyar atau memiliki kebutuhan
pinjaman antara Rp 1 juta hingga Rp 500 juta. Sebagian besar usaha ini adalah usaha
informal yang tidak berbadan hukum, dimiliki dan dikelola oleh perorangan. Kurang
lebih 66%, berada di Pulau Jawa dan Bali.
Sejarah Danamon Simpan Pinjam dimulai dari penelitian pasar pada bulan
November 2003 dilakukan dengan mewawancara terhadap 1000 pengusaha mikro dan
kecil di 8 kota besar. Diketahui bahwa 94% dari responden membutuhkan pinjaman,
namun hanya 36% (yaitu 61% dari 60% yang mempunyai pinjaman pada saat penelitian
dilakukan - currently borrow), yang meminjam dari BRI dan bank komersial lainnya.
Hanya 5% yang mengatakan, Bank terlalu rumit dan menakutkan.
Melalui penelitian yang sama, bahwa persyaratan dan proses untuk meminjam
usaha, dan mereka tidak mempunyai waktu untuk datang ke bank karena harus menunggu
toko/kios-nya. Sebagian besar mengatakan bahwa bank “menakutkan” dan bukan untuk
mereka. Mereka membutuhkan layanan dan persyaratan yang sederhana, proses yang
mudah dan cepat, kenyamanan bertransaksi dan kalau bisa transaksi dapat dilakukan di
tempat mereka. Oleh karena itulah diputuskan untuk membangun suatu organisasi khusus
untuk melayani mereka. Maka lahirlah Danamon Simpan Pinjam (DSP).
Danamon Simpan Pinjam Unit Pusat Pasar berdiri tanggal 29 Januari 2005
serentak dengan 3 unit lainnya yaitu Unit Pasar Petisah, Unit Sei Sikambing dan Unit
Aksara. Kempat unit inilah yang pertama dibuka untuk wilayah Sumatera.
C. Visi, Misi dan Nilai PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. 1. Visi Bank Danamon
Kita peduli dan membantu jutaan orang mencapai kesejahteraan.
2. Misi Bank Danamon
Danamon bertekad untuk menjadi “Lembaga Keuangan Terkemuka” di Indonesia
yang keberadaannya diperhitungkan.
Suatu organisasi yang terpusat pada nasabah, yang melayani semua segmen
dengan menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen, berdasarkan
keunggulan penjualan dan pelayanan, dan di dukung oleh teknologi kelas dunia
Aspirasi kami adalah menjadi perusahaan pilihan untuk berkarya dan yang
dihormati oleh nasabah, karyawan, pemegang saham, regulator dan komunitas dimana
kami berada.
3. Nilai Bank Danamon
Memberi perhatian yang tulus terhadap kebaikan dan kemajuan bersama, yaitu:
1. responsif terhadap masalah di sekitar
2. menemukan masalah dan mengatasinya
3. mendengar dan berusaha memahami pendapat orang lain
4. peka terhadap kebutuhan stake holder
5. mengantisipasi timbulnya masalah
b. Jujur
Berpegang teguh dalam kebenaran, yaitu:
1. berperilaku dengan standar integritas tinggi
2. berbicara berdasarkan fakta secara terbuka dan terus terang
3. berani menyampaikan hal-hal yang menyimpang
4. membangun kepercayaan tanpa ada motif yang disembunyikan
5. berani mengakui kesalahan dan kekurangannya
c. Mengupayakan Yang Terbaik
Selalu mencari cara yang terbaik dalam bekerja dengan mempertimbangkan risiko
yang dapat merugikan perusahaan, tanpa mengorbankan citra perusahaan, yaitu:
1. pantang menyerah dalam mencari solusi yang terbaik
2. menyelesaikan pekerjaan dengan mengutamakan kualitas terbaik
3. menindak lanjuti dan menyelesaikan masalah secara tuntas
4. selalu berusaha membuahkan ide-ide kreatif demi kemajuan perusahaan
5. berani mengambil keputusan dengan memperhatikan risiko
Pegawai harus menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari sebuah tim yang selalu
berusaha meraih hasil yang terbaik dengan memanfaatkan kemajemukan sebagai
kekuatan, yaitu:
1. menghargai perbedaan sebagai kekuatan
2. menciptakan sinergi dengan mempertimbangkan pendapat orang lain untuk
melengkapi pemikirannya
3. selalu siap membantu
4. tidak membiarkan rekan gagal
5. berpikir dan bertindak menag-menang
e. Profesional yang Disiplin
Bertindak dengan menjunjung tinggi standar dan etika tertinggi profesi kita, yaitu:
1. memimpin dengan memberi contoh
2. selalu belajar dan memperbarui diri
3. mau menerima jika sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya dan berani
untuk memperbaikinya
4. memiliki rasa tanggung jawab
Visi, misi dan nilai-nilai pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk pada umumnya
juga diterapkan di setiap unit Danamon Simpan Pinjam (DSP). Dimana DSP adalah
segmen atau divisi dan merupakan kantor cabang pembantu dari PT. Bank Danamon
Indonesia, Tbk.
Struktur organisasi perusahaan merupakan landasan bagi seluruh karyawan yang
ada dalam suatu perusahaan. Dimana struktur organisasi ini pada pokoknya mengandung
penerapan batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing
karyawan perusahaan. Oleh sebab itu pimpinan (kepala cabang) sebagai orang yang
bertanggung jawab atas kelangsungan organisasi haruslah mempu mengkoordinasi
kantornya seoptimal mungkin, khususnya terhadap seluruh sumber daya manusia yang
ada di dalam organisasinya, sehingga tercipta kerjasama yang efektif baik secara vertical
maupun horizontal. Berikut di bawah ini adalah struktur organisasi pada Danamon
Simpan Pinjam Unit Pusat Pasar Medan,
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Danamon Simpan Pinjam Unit Pusat Pasar Medan Sumber: Danamon Simpan Pinjam Unit Pusat Pasar Medan
Keterangan Gambar:
1. Unit Manager
Unit Manager
Operation Officer Credit Officer
Loan Admin.
Sales Officer
Teller
Unit Manager adalah orang yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab
terhadap lancarnya kegiatan kerja di unit Danamon Simpan Pinjam. Adapun tugas
dan tanggung jawab Unit Manager yaitu:
a. Memimpin unit usaha dengan 10-15 staff
b. Memastikan operasional unit berjalan lancer dan proses dilakukan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang berlaku.
c. Membangun organisasi yang sehat melalui Sumber Daya Manusia dan proses untuk mencapai pertumbuhan yang dapat diandalkan serta membangun
lingkungan kerja yang memungkinkan anggota tim (unit) berhasil menjalankan
pekerjaannya.
d. Melakukan review pengajuan kredit dan membuat keputusan kredit sesuai batas kewenangannya.
e. Membangun portfolio usaha yang sehat untuk pencapaian financial yang dapat diandalkan.
2. Credit Officer
Credit officer adalah orang yang bertanggung jawab untuk memverifikasi dan
menganalisis setiap proposal kredit Danamon Simpan Pinjam yang diajukan serta
memutus kredit sesuai dengan batas maksimum memutuskan kreditnya. Adapun tugas
dan tanggung jawab seorang credit officer, antara lain:
a. Menjaga disiplin proses dan kualitas kredit unit pada kondisi yang baik.
b. Melakukan verifikasi terhadap setiap pengajuan kredit yang ditugaskan.
c. Merekomendasikan keputusan kredit kepada Unit Manager.
d. Melakukan review administrasi kredit sesuai dengan prosedur.
Operation Officer adalah orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan
operasional di unit DSP dan melakukan fungsi kontrol dan supervisi terhadap teller
dan security.
4. Sales Officer
Sales Officer adalah orang yang memiliki tanggung jawab dalam pejualan kredit serta
collection untuk membantu tercapainya target dari Unit Danamon Simpan Pinjam.
Adapun tugas dan tanggung jawab sales officer antara lain:
a. mencari nasabah baru dan mengelola portfolio
b. menjaga hubungan baik dengan nasabah
c. mengembangkan dan mengelola portfolio pinjaman yang sehat
5. Teller
Teller adalah orang yang bertanggung jawab atas proses pembukaan Customer
Information File (CIF), pembukaan rekening, penutupan rekening, transaksi nasabah
serta memastikan semua dokumen di dokumentasikan dengan baik. Teller juga
melakukan layanan cash pick up (transaksi setoran di tempat usaha debitur) dan
melakukan berbagai proses operasional dengan efisien sesuai dengan prosedur dan
kebijakan yang berlaku.
6. Loan Admin.
Loan Admin adalah orang yang bertanggung jawab atas adminstrasi
dokumen-dokumen kredit debitur.
7. Security
Security adalah orang yang menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan selama
E. Produk Danamon Simpan Pinjam 1. Funding Product
Ada 2 jenis dari produk ini, yaitu:
a. Tabungan DSP
Merupakan simpanan yang diperuntukkan bagi nasabah Danamom Simpan
Pinjam dimana penyetoran bisa dilakukan setiap saat dengan dating ke unit
Danamon Simpan Pinjam maupun melalui cash pick up (pengambilan oleh teller),
dan frekuensi penarikan tidak dibatasi sepanjang saldo mencukupi. Tabungan
DSP dilengkapi dengan kartu DSP untuk membantu memudahkan nasabah pada
saat bertransaksi karena untuk verifikasi hanya cukup menggunakan sidik jari.
b. Deposito DSP
Simpanan berjangka dalam mata uang rupiah yang dikeluarkan oleh Danamon
Simpan Pinjam, dimana penarikannya hanya dapat dilakukan pada jangka waktu
tertentu sesuai dengan yang telah diperjanjikan.
2. Lending Product
Jenis-jenis produk ini antara lain:
a. Dana Talangan
Merupakan pinjaman tanpa jaminan, digunakan untuk modal usaha atau keperluan
pribadi, proses kredit 2 (dua) hari kerja sejak dokumen lengkap. Limit kredit
minimum Rp. 2.500.000,- dan maksimum Rp. 50.000.000,-. Adapun syarat-syarat
pemeberian dana talangan antara lain:
1. memiliki pinjaman minimal 3 (tiga) bulan di bank atau lembaga keuangan lain