• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian Beli Kembali Dalam Pemberian Kredit Kepemilikan Kios Pasar Pusat Sukaramai Pekanbaru Antara Bank Danamon Dengan PT. Makmur Papan Permata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perjanjian Beli Kembali Dalam Pemberian Kredit Kepemilikan Kios Pasar Pusat Sukaramai Pekanbaru Antara Bank Danamon Dengan PT. Makmur Papan Permata"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

OLEH :

DESKI ARIANTO

087011034/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERJANJIAN BELI KEMBALI DALAM PEMBERIAN

KREDIT KEPEMILIKAN KIOS PASAR PUSAT

SUKARAMAI PEKANBARU ANTARA BANK DANAMON

DENGAN PT. MAKMUR PAPAN PERMATA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh :

DESKI ARIANTO

087011034/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PERJANJIAN BELI KEMBALI DALAM PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN KIOS PASAR PUSAT SUKARAMAI PEKANBARU ANTARA BANK DANAMON DENGAN PT. MAKMUR PAPAN PERMATA Nama Mahasiswa : Deski Arianto

Nomor Pokok : 087011034 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH)

Pembimbing Pembimbing

(Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn) (Chairani Bustami, SH, SpN, MKn)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 November 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

Anggota : 1. Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn 2. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn

(5)

ABSTRAK

Dalam kegiatan bisnis terutama dalam pemberian kredit kepemilikan kios sering dihadapkan pada persoalan yang berisiko tinggi. Hal ini disebabkan berbaurnya lokasi para pedagang di pasar tradisional tersebut. Untuk mengurangi risiko pemberian kredit tersebut, dan terjaminnya pengembalian kredit tersebut, maka PT Makmur Papan Permata dan Bank Danamon membuat perjaniian beli kembali.

Yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah ketentuan bentuk perjanjian beli kembali dalam pemberian kredit kepemilikan kios pasar pusat sukaramai Pekanbaru antara Bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata dan Bagaimanakah penyelesaian sengketa kredit apabila debitur (pedagang) wanprestasi terhadap pelaksanaan perjanjian beli kembali antara Bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder dalam bentuk data dokumen yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu, data yang diperoleh dari perjanjian beli kembali (buy back guarantee) nomor 194 antara PT Makmur Papan Permata dengan Bank Danamon. Dan bahan hukum sekunder berupa literatur, pendapat ahli dan teori-teori hukum. Penarikan kesimpulan dan analisis data berpedoman dengan cara induktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan dari perjanjian beli kembali dalam pemberian kredit kepemilikan kios pasar pusat sukaramai Pekanbaru antara Bank Danamon dan PT Makmur Papan Permata dalam konsep perjanjian beli kembali bahwa dalam perjanjian tersebut melibatkan PT Makmur Papan Permata sebagai pihak penjamin, dan apabila debitur tidak memenuhi prestasinya dalam pembayaran kredit selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, maka pihak penjamin akan melunasi hutang angsuran kredit debitur pada Bank Danamon. Dan pihak penjamin membeli kembali kios tersebut dari debitur untuk dijual kepada pihak lain. Sementara itu penyelesaian sengketa apabila pihak debitur wanprestasi adalah, dapat dilakukan penagihan dengan 3(tiga) cara yaitu, pertama penagihan secara pasif dalam bentuk pemberian konsultasi, penagihan dengan surat atau telepon. Kedua, dilakukan penagihan secara langsung dengan cara mendatangi debitur. Ketiga penagihan yang dilakukan secara bersama-sama dengan penjamin. Jika debitur dinyatakan wanprestasi maka akan dilakukan pengakhiran perjanjian kredit oleh pihak Bank. Dan debitur harus menyerahkan kios tersebut kepada penjamin untuk dilakukan pelunasan oleh penjamin kepada Bank.

(6)

ABSTRACT

In business activities, especially in providing a credit facility on kiosk ownership, people are often faced with high-risk problems. This happens because the locations of the sellers at the traditional market are adjacent to one another. In order to decrease the risk of cerdit provisions and to ensure that loan repayments are made well, PT. Makmur Papan Pertama and Danamon Bank make an agreement called ‘buy back guarantee’.

The research attempts to answer the following main problems : what is the form of the buy back guarantee in the credit facility on kiosk ownership at the Sukaramai Central Market of Pekanbaru made between Danamon Bank and PT. Makmur Papan Permata? What is the solution to a credit dispute in which the debtor (seller) is in breach of the buy back guarantee between Danamon Bank and PT. Makmur Papan Permata?

This research was a normative legal study which was descriptive in nature. It used secondary data in the form of document consisting of a primary legal material, namely the data obtained from the Buy Back Guarantee Number 194 between PT. Makmur Papan Permata and Danamon Bank and secondary legal materials such as literature, expert opinions, and legal theories. The conclusion and data analysis in this research was conducted inductively.

The research findings show that the buy back guarantee in the credit facility on kiosk ownership at the Sukaramai Central Market of Pekanbaru between Danamon Bank and PT. Makmur Papan Permata was implemented as follows : the concept of buy back guarantee involved PT. Makmur Papan Permata as the loan guarantor and if the debtor defaulted on his/her debts for three consecutive months, the guarantor would pay off the debtor’s loan installments at Danamon Bank and repurchase the kiosk from the debtor to be sold to another party. A credit dispute in the event of a debtor’s default on loan installments would be solved by employing three billing ways. First, passive billing in the form of consultation, mail or phone billing. Second, direct billing by meeting the debtor in person. Third, collective billing by meeting the debtor together with the guarantor. If the debtor continued to default on his/her debts, the bank would terminate the credit agreement with the debtor and hand over the kiosk to the guarantor to be completely paid for.

Key Words : Agreement, Default on Payments, Buy Back.

(7)

KATA PENGANTAR

Ucapan Puji dan syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Iman dan ilmu pengetahuan yang luas yang diberikan kepada manusia untuk kesejahteraan, penerang jalan hidup dan sebagai langkah menuju peradaban yang abadi. Salawat serta salam kemuliaan kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Dalam penyelesaian penelitian tesis ini berawal dari tanggungjawab sebagai seorang mahasiswa dan merupakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar akademik Magister Kenotarian (M.Kn) pada Program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari penelitian Tesis ini adalah ” Perjanjian Beli Kembali Dalam Pemberian Kredit Kepemilikan Kios Pasar Pusat Sukaramai Pekanbaru Antara Bank Danamon Dengan PT. Makmur

Papan Permata”.

Pada dasarnya penelitian Tesis ini bukan semata-mata hasil kerja peneliti sendiri, melainkan banyak pihak yang membantu, baik dari sisi material berupa data maupun do’a, kritik dan saran serta semangat yang begitu besar, sehingga dalam penulisan Tesis ini, masalah yang dihadapi tidak memberikan makna yang dapat menghambat pelaksanaan penelitian ini.

Penulis ucapkan terima kasih khususnya kepada yang terhormat dan terpelajar Bapak Dosen Pembimbing Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.H. Bapak Notaris Syahril Sofyan, SH, M.Kn dan Ibu Chairani Bustami, SH, SpN, M.Kn. kesediaannya membantu dalam memberikan bimbingan dan petunjuk serta arahan demi kesempurnaan Tesis ini.

(8)

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penelitian ini, diantaranya adalah :

Yang terhormat ;

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., MSc (CTM)., Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan Kenotariatan di Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

3. Prof. Dr. Muhammad Yamin. SH. MS. CN selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan,.

4. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH. CN, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan,.

5. Para Guru Besar Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan dorongan kepada penulis.

6. Abang-abang dan Kakak-Kakak karyawan tata usaha Magister Kenotariatan yang telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari penulis masuk kuliah sampai penulis menyelesaikan penelitian tesis ini.

7. Manager beserta staff Legal Departement PT. Makmur Papan Permata yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan data sehingga penelitian tesis ini selesai.

Yang Tercinta :

(9)

Nasrul Hadi, ST,.MT/Nani Fety Wulandari SE , Indra Juni Putra SP/Yoan Immanolisa Shaptieni SH, M.Kn, Andrizal SE/Bunga Agustine Rizki SE, Gusni Arif S.Si /Dindy Oktaviani, SE . Adinda Nurhayani Amd.Keb dan Rahmat Ari Septiawan. Yang telah menjadi bagian dari hidup penulis.

2. Kepada teman-teman Ikatan Pelajar Mahasiswa Rokan Hulu-Medan (IPMAROHU-MEDAN).

3. Kepada teman-teman Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Angkatan 2008.

4. Special Thanks to “ Adinda ”., seorang yang menjadi motivator, teman disaat senang dan duka. I Love U So Much

Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan Penulisan Tesis ini.

Alhamdulillah Hirobbil Alamin…

Medan, November 2010

Penulis

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama : Deski Arianto

Tempat / Tanggal Lahir : Dalu-Dalu, 24 Desember 1986 Jenis Kelamin : Laki – Laki

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Kompleks Pasar Lama Dalu-Dalu Kec. Tambusai Kab. Rokan Hulu - Provinsi Riau.

II. Orang Tua

Nama Ayah : H. Nazar Juah Nama Ibu : Hj. Nurbaiti

III. Pendidikan

1. 1992 - 1998 : SD Negeri 001 Dalu-Dalu, Rokan Hulu-Riau 2. 1998 - 2001 : SLTP Negeri 1 Tambusai, Rokan Hulu-Riau 3. 2001 - 2004 : SMA Negeri 1 Tambusai, Rokan Hulu-Riau 4. 2004 - 2008 : S-1 Fakultas Hukum Universitas Islam

(11)

DAFTAR ISI KEMBALI DALAM PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN KIOS PASAR PUSAT SUKARAMAI PEKANBARU ANTARA BANK DANAMON DENGAN PT. MAKMUR PAPAN PERMATA... 29

A. Ketentuan Umum Tentang Hukum Perjanjian ... 29

1. Pengertian Perjanjian ... 29

(12)

a. Subyek perjanjian ... 32

b. Obyek perjanjian ... 34

3. Syarat Sah Perjanjian ... 36

4. Asas-Asas Perjanjian ... 40

B. Ketentuan Hukum Perjanjian Kredit ... 45

1. Pengertian Kredit ... 45

2. Unsur-Unsur Kredit ... 46

3. Jenis-Jenis Kredit dan Jangka Waktu Kredit ... 50

4. Risiko Kredit ... 54

C. Bentuk Perjanjian Beli Kembali Dalam Pemberian Kredit Kepemilikan Kios Pasar Pusat Sukaramai Antara Bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata ... 62

BAB III : PENYELESAIAN SENGKETA KREDIT APABILA DEBITUR (PEDAGANG) WANPRESTASI TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN BELI KEMBALI ANTARA BANK DANAMON DENGAN PT. MAKMUR PAPAN PERMATA. ... 84

A. Tinjauan Hukum Terhadap Penyelesaian sengketa kredit ... 84

B. Analisis Penyelesaian Sengketa Terhadap Perjanjian Beli Kembali ... 88

C. Mekanisme Dan Prosedur Beli Kembali... 95

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

(13)

ABSTRAK

Dalam kegiatan bisnis terutama dalam pemberian kredit kepemilikan kios sering dihadapkan pada persoalan yang berisiko tinggi. Hal ini disebabkan berbaurnya lokasi para pedagang di pasar tradisional tersebut. Untuk mengurangi risiko pemberian kredit tersebut, dan terjaminnya pengembalian kredit tersebut, maka PT Makmur Papan Permata dan Bank Danamon membuat perjaniian beli kembali.

Yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah ketentuan bentuk perjanjian beli kembali dalam pemberian kredit kepemilikan kios pasar pusat sukaramai Pekanbaru antara Bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata dan Bagaimanakah penyelesaian sengketa kredit apabila debitur (pedagang) wanprestasi terhadap pelaksanaan perjanjian beli kembali antara Bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif dengan menggunakan data sekunder dalam bentuk data dokumen yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu, data yang diperoleh dari perjanjian beli kembali (buy back guarantee) nomor 194 antara PT Makmur Papan Permata dengan Bank Danamon. Dan bahan hukum sekunder berupa literatur, pendapat ahli dan teori-teori hukum. Penarikan kesimpulan dan analisis data berpedoman dengan cara induktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan dari perjanjian beli kembali dalam pemberian kredit kepemilikan kios pasar pusat sukaramai Pekanbaru antara Bank Danamon dan PT Makmur Papan Permata dalam konsep perjanjian beli kembali bahwa dalam perjanjian tersebut melibatkan PT Makmur Papan Permata sebagai pihak penjamin, dan apabila debitur tidak memenuhi prestasinya dalam pembayaran kredit selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, maka pihak penjamin akan melunasi hutang angsuran kredit debitur pada Bank Danamon. Dan pihak penjamin membeli kembali kios tersebut dari debitur untuk dijual kepada pihak lain. Sementara itu penyelesaian sengketa apabila pihak debitur wanprestasi adalah, dapat dilakukan penagihan dengan 3(tiga) cara yaitu, pertama penagihan secara pasif dalam bentuk pemberian konsultasi, penagihan dengan surat atau telepon. Kedua, dilakukan penagihan secara langsung dengan cara mendatangi debitur. Ketiga penagihan yang dilakukan secara bersama-sama dengan penjamin. Jika debitur dinyatakan wanprestasi maka akan dilakukan pengakhiran perjanjian kredit oleh pihak Bank. Dan debitur harus menyerahkan kios tersebut kepada penjamin untuk dilakukan pelunasan oleh penjamin kepada Bank.

(14)

ABSTRACT

In business activities, especially in providing a credit facility on kiosk ownership, people are often faced with high-risk problems. This happens because the locations of the sellers at the traditional market are adjacent to one another. In order to decrease the risk of cerdit provisions and to ensure that loan repayments are made well, PT. Makmur Papan Pertama and Danamon Bank make an agreement called ‘buy back guarantee’.

The research attempts to answer the following main problems : what is the form of the buy back guarantee in the credit facility on kiosk ownership at the Sukaramai Central Market of Pekanbaru made between Danamon Bank and PT. Makmur Papan Permata? What is the solution to a credit dispute in which the debtor (seller) is in breach of the buy back guarantee between Danamon Bank and PT. Makmur Papan Permata?

This research was a normative legal study which was descriptive in nature. It used secondary data in the form of document consisting of a primary legal material, namely the data obtained from the Buy Back Guarantee Number 194 between PT. Makmur Papan Permata and Danamon Bank and secondary legal materials such as literature, expert opinions, and legal theories. The conclusion and data analysis in this research was conducted inductively.

The research findings show that the buy back guarantee in the credit facility on kiosk ownership at the Sukaramai Central Market of Pekanbaru between Danamon Bank and PT. Makmur Papan Permata was implemented as follows : the concept of buy back guarantee involved PT. Makmur Papan Permata as the loan guarantor and if the debtor defaulted on his/her debts for three consecutive months, the guarantor would pay off the debtor’s loan installments at Danamon Bank and repurchase the kiosk from the debtor to be sold to another party. A credit dispute in the event of a debtor’s default on loan installments would be solved by employing three billing ways. First, passive billing in the form of consultation, mail or phone billing. Second, direct billing by meeting the debtor in person. Third, collective billing by meeting the debtor together with the guarantor. If the debtor continued to default on his/her debts, the bank would terminate the credit agreement with the debtor and hand over the kiosk to the guarantor to be completely paid for.

Key Words : Agreement, Default on Payments, Buy Back.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia mempunyai berbagai ragam kebutuhan baik barang maupun jasa, dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut, manusia melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tersebut, disebut aktivitas perekonomian, seperti diuraikan oleh N. Gregory Mankiw, bahwa:

“Setiap harinya, hidup kita sesungguhnya tergantung pada begitu banyak orang lain diseluruh dunia, yang kebanyakan tidak pernah kita kenal, untuk menyediakan berbagai barang dan jasa yang kita nikmati”1

Berbagai ragam aktivitas perekonomian ini, dinyatakan juga sebagai aktivitas bisnis, sebagaimana dinyatakan, bahwa : “semua kebutuhan ini dipenuhi melalui kegiatan bisnis. Jadi salah satu tujuan utama dari bisnis ialah untuk memenuhi dan keinginan (need and want) manusia”2

Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik bidang hukum, ekonomi dan politik. Dalam kehidupan masyarakat seringkali dapat dilihat bahwa aktivitas manusia dalam dunia bisnis tidak lepas dari peran Bank selaku pemberi layanan keuangan bagi masyarakat.

1

N. Gregory Mankiw. Pengantar Ekonomi Jilid I, (Jakarta : Erlangga, 2000), Hal 57.

2

(16)

Aktivitas perekonomian yang dinyatakan Mankiw atau aktivitas bisnis yang dinyatakan Buchari Alma tersebut diatas, mempunyai tujuan untuk kemakmuran rakyat. Demikian pula dengan tujuan dari pembangunan ekonomi nasional seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada bab ke XIV pasal 33 ayat (4) yang menyatakan bahwa:

“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

Amanat tersebut berarti bahwa masyarakat bebas untuk melaksanakan aktivitas perekonomian dengan dilandasi prinsip-prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian yang bermuara kepada keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Berbagai ragam aktivitas perekonomian atau kegiatan bisnis itu dapat dikelompokkan berdasarkan klasifikasi sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu jenis pengelompokan aktivitas perekonomian atau bisnis didasarkan atas organisasi bisnisnya, terdapat diantaranya adalah usaha perdagangan besar dan kecil.3

Usaha perdagangan , dimana pelaku usahanya disebut pedagang yang erat kaitannya dengan tempat usaha atau dagangnya, khususnya usaha perdagangan kecil,

3Ibid

(17)

bahkan tempat ini akan sangat menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam melaksanakan usaha dagangnya.4

Tempat berdagang untuk usaha dagang kecil seperti yang diuraikan diatas pada umumnya bisa ditemukan dimanapun dan yang terpenting adalah adanya calon pembeli bagi barang atau jasa yang akan dijual. Pasar adalah salah satu tempat pedagang melaksanakan usahanya. Namun ada banyak jenis pasar dalam refrensi

yang dapat ditemukan. Antara lain menurut Sahat Simbolon : Pasar dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) jenis yaitu Pasar Persaingan sempurna (perfect competition), Pasar Monopoli, dan Pasar persaingan tidak sempurna.5

Kemudian Mankiw menyatakan bahwa, “Pasar (market) adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu”.6 Berdasarkan bentuknya pasar terdapat berbagai jenis, misalnya Pasar Uang, Pasar Modal, Pasar Tekstil, Pasar Emas, Pasar Kompetitif yang kesemuanya itu adalah pasar tidak berwujud, namun pada intinya pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli.

Dari pengertian pasar menurut Mankiw dan Sahat Simbolon tersebut, Nampak bahwa suatu pasar sudah sedemikian majunya, dimana sebagai suatu institusi, pasar sudah tidak lagi tersekat oleh batas ruang, waktu ataupun jarak.

Namun ada beberapa pasar yang masih dapat digolongkan kedalam kelompok “Pasar Tradisional”, salah satunya adalah Pasar Pusat Sukaramai Pekanbaru. Pasar

4

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, (Jakarta :

Balai Pustaka, 2002), Hal 229.

5

Sahat Simbolon, Teori Ekonomi Mikro, (Medan, 2007), Hal 126.

6

(18)

tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.7

Sementara itu menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, “Pasar Tradisional” adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan BadanUsaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar;8

Mata dagangan (komoditas) yang diperjual belikan di pasar tradisional ini, sangat beraneka ragam (heterogen) dari mulai kebutuhan pokok, kebutuhan dan atau peralatan rumah tangga termasuk didalamnya barang-barang elektronik, perhiasan, dan lain sebagainya. Tempat berjualan di pasar tradisional umumnya berbentuk kios atau los, tergantung dari jenis komoditasnya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1997 sebagaimana telah diubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi

7

http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar#Pasar_tradisional, 26 Mei 201

8

(19)

Daerah, bahwa pasar adalah merupakan salah satu jenis obyek retribusi daerah yang termasuk kedalam kelompok jasa umum,9 Sehingga pasar adalah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli daerah (PAD). Oleh karenanya, pasar-pasar tradisional ini dikelola oleh Pemerintah Daerah. Namun adakalanya pengelolaan pasar tersebut diserahkan kepada badan usaha atau koperasi dalam hal operasionalnya. Sementara Pemerintah Daerah hanya menerima setiap bulan atau setiap tahun dana dari perusahaan pengelolaan pasar tersebut sebagai pemasukan daerah dari Retribusi Pasar yang dikelola tersebut.

Selanjutnya dalam Keputusan Bersama Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 144/MPP/Kep/5/97 No.57 Tahun 1997 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan, Pasal 3 ayat (1), dinyatakan, bahwa : Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan terhadap kegiatan Pemerintah Daerah penataan dan pembangunan pasar dan pertokoan.

Pembangunan atau merenovasi pasar yang telah ada dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan menunjuk Investor atau developer, untuk melaksanakan investasi proyek pasar tersebut dan memasarkannya. Setelah kios atau los tersebut terjual seluruhnya, dan segala persyaratan baik sarana maupun prasarananya telah dipenuhi, maka pengelolaan pasar tersebut diserahkan kembali kepada Pemerintah Daerah dan peran investor dianggap selesai.

9

(20)

Para pedagang untuk memperoleh atau memiliki kios di pasar tersebut, dapat membelinya dengan cara tunai ataupun dengan cara cicilan atau kredit. Dalam hal pembelian kios secara tunai akan menguntungkan dikarenakan pihak investor segera dapat menarik dana yang ditanam dalam investasi pembangunan pasar berikut keuntungannya, namun untuk pembelian secara kredit, dana investasi tersebut tidak dengan segera dapat kembali, melainkan baru dapat kembali dalam waktu yang ditentukan.

Oleh karena itu, diperlukan adanya lembaga yang dapat memberikan pinjaman kredit kepada para pembeli untuk membiayai pemilikan kios tersebut, melalui lembaga keuangan, para pedagang dapat dibantu untuk membeli kios dengan dana yang terbatas. Lembaga atau instansi keuangan sebagaimana dinyatakan oleh Sudono Sukirno bahwa :

“Semua perusahaan yang kegiatan utamanya adalah meminjamkan uang yang disimpan kepada mereka” 10

Salah satu yang dikategorikan kedalam lembaga keuangan, adalah Bank. Bank adalah satu lembaga mediasi yaitu lembaga yang fungsi utamanya sebagai penghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan, maksudnya dalam hal ini Bank sebagai tempat menyimpan uang/berinvestasi bagi masyarakat dan penyalur dana masyarakat, maksudnya adalah bank memberikan pinjaman (kredit)

10

Sudono Sukirno, Pengantar Teori Ekonomi Makro Edisi Kedua.( Jakarta : Rajagrafindo

(21)

kepada masyarakat dan penyalur dana masyarakat yang mengajukan permohonan kredit.11

Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan menyatakan Bahwa :

“ Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.12

Dari uraian Undang-Undang Perbankan tersebut tampak jelas bahwa Bank menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan peranan Bank membantu masyarakat tidak memiliki dana yang cukup, untuk membeli dan memperoleh tempat usaha berupa kios atau los di pasar-pasar tradisional sangat dibutuhkan.

Peran sebagai penghimpun dana dilakukan bank dengan melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di Bank. Peran sebagai penyalur dana dilakukan Bank dengan melayani masyarakat yang membutuhkan pinjaman uang dari Bank, misalnya untuk keperluan modal usaha, keperluan pembangunan, keperluan perumahan dan keperluan-keperluan lainnya

Sebelum sebuah Bank menyetujui permohonan calon debitur untuk mendapatkan fasilitas kredit, petugas Bank akan menganalisis nasabah debitur

11

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT. Rajagrfindo Persada, 2004), Hal 1.

12

(22)

tersebut untuk menentukan kemauan dan kemampuan calon nasabah debitur tersebut untuk membayar kembali fasilitas kredit yang akan dinikmatinya, dengan kata lain, bank dengan analisisnya itu menentukan kadar kelayakan untuk menjadi debitur.

Pembangunan pasar-pasar milik pemerintah memerlukan dana sedangkan dana untuk keperluan pembangunan tidak selalu tersedia. Dimana Pemerintah Daerah anggarannya telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya. Sementara perkembangan perekonomian terus meningkat sehingga pembangunan menjadi terhambat. Salah satu aspek penting dari Pemerintah Daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan dan anggaran daerah. Anggaran daerah merupakan instrument kebijakan utama bagi Pemerintah Daerah, Anggaran Daerah seharusnya digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan belanja.13

Dalam upaya pemberdayaan para pedagang kecil dan menengah, Pemerintah Daerah dengan atau melalui pihak swasta mengembangkan sarana dan prasarana bagi para pedagang diantaranya adalah pasar-pasar tradisional. Pemerintah Daerah tidak dapat melaksanakan seluruh kebutuhan yang ada disebabkan oleh terbatasnya dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Mayoritas pasar tradisional dikuasai dan dikelola oleh Pemerintah Daerah setempat, biasanya di bawah kendali Dinas Pasar. Sejumlah kecil pasar tradisional dikembangkan melalui kerjasama antara Pemerintah Daerah dan perusahaan swasta, umumnya di bawah skema bangun,

13

Dasril Munir, Henry Arys Djuanda, Hessel Nogi S. Tangkilisan, Kebijakan & Manajemen

(23)

operasi, dan transfer (build-operate-transfer/BOT). Perusahaan swasta kemudian membayar setiap tahun kepada Pemerintah Daerah sejumlah dana yang telah disepakati

Untuk pembangunan pasar tradisional ini, Pemerintah Daerah melaksanakan kerjasama dengan pihak swasta yang memiliki kompetensi dari berbagai aspek yang dibutuhkan dalam pembangunan pasar tradisional tersebut. Oleh karenanya, untuk melaksanakan pembangunan itu harus dilakukan dengan badan usaha yang memenuhi persyaratan, diharapkan dapat melaksanakan peran yang diharapkan dalam membangun pasar tersebut. Mengenai badan usaha ini, Buchari Alma, menyatakan :

“Bila dilihat dari segi tujuannya, badan usaha selalu bertujuan mencari laba, sedangkan perusahaan tujuannya ialah berproduksi, sebagaimana didefenisikan bahwa perusahaan adalah suatu kesatuan organisasi yang mengorganisir faktor-faktor produksi dengan tujuan berproduksi. Badan usaha mempunyai perusahaan sebagai alatnya untuk memperoleh laba, sedangkan perusahaan tidak perlu punya badan usaha secara terpisah”14

Dari pernyataan Buchari Alma tersebut diatas, Nampak bahwa badan usaha lebih memiliki kompetensi dan kapabilitas yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pembangunan pasar-pasar tersebut, dimana faktor-faktor produksi yang dibutuhkan, telah tersedia dalam perusahaan yang merupakan alat dalam badan usaha tersebut. Namun meskipun demikian, diantara kerjasama yang dilakukan tersebut terkadang masih saja timbul hal-hal yang dapat menghambat pembangunan

tersebut.

14

(24)

Oleh Karenanya dalam menghadapi kekurangan dan keterbatasan dana, Pemerintah Daerah melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga untuk membangun atau merenovasi pasar tersebut. Sehingga pola kerjasama investasi dilakukan dengan cara sepenuhnya didanai oleh Pihak investor dalam hal ini PT.Makmur Papan Permata. Hal ini bila dihubungkan dengan prinsip kemandirian usaha yang diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sangat relevan mengingat Pemerintah Daerah dapat dengan leluasa mengembangkan potensi daerah untuk mendorong perekonomian di daerah dan para pedagang untuk mendapatkan tempat usaha, kios atau los tersebut, harus secara mandiri untuk memperolehnya, termasuk juga mendapatkan kredit atau pinjaman dari Bank untuk membiayai kepemilikannya.

Salah satu Bank umum yang secara luas telah menyediakan pendanaan bagi masyarakat untuk modal kerja adalah Bank Danamon Cabang Pekanbaru. Bank tersebut telah membuktikan dengan ikut memberikan kontribusi dalam pembangunan Negara, turut mensejahterakan masyarakat dengan menyediakan kredit modal kerja untuk mengembangkan kegiatan usaha.

Namun dalam penyaluran kredit ini pihak Bank sering dihadapkan pada risiko dalam pengembalian angsurannya. Risiko penyaluran kredit untuk kepemilikan kios di pasar-pasar tradisional relatif lebih besar dan kompleks. Karena berbagai kepentingan, berbaur di pasar tersebut.

(25)

lokasi berjualan karena tidak tertatanya lokasi kios atau los tempat para pedagang berjualan. Kebijakan yang tidak jelas dan tidak tepat dalam pengaturan penataan kios atau los tempat berjualan akan berakibat menurunnya pendapatan para pedagang di kios-kios pasar tersebut, sehingga pada akhirnya akan dapat merugikan Bank, dikarenakan para pedagang tidak dapat mengangsur kreditnya.

Kondisi seperti ini tentunya sangat dilematis, disatu sisi kebutuhan akan kredit sangat dibutuhkan oleh para pedagang, disisi lain risiko tinggi sangat mengancam menjadikan Bank enggan untuk mengucurkan kreditnya.

Untuk mengantisipasi kondisi yang berisiko tinggi, maka Bank Danamon Cabang Pekanbaru bekerjasama dengan PT. Makmur Papan Permata telah melakukan upaya dalam menyalurkan kredit pemilikan kios pada pasar pusat sukaramai Pekanbaru dengan cara membuat perjanjian dalam bentuk “ Perjanjian Beli Kembali”.

Dalam perjanjian beli kembali tersebut, pihak pedagang diberikan penyaluran kredit oleh Bank Danamon Cabang Pekanbaru berdasarkan perjanjian kerjasama dengan PT Makmur Papan Permata, dimana dalam perjanjian tersebut terdapat beberapa pihak yang terkait, yaitu Bank Danamon Cabang Pekanbaru sebagai pihak pertama, Koperasi Pedagang Pasar Mulya Sentosa yang menaungi para pedagang sebagai pihak kedua ataupun sebagai debitur, dan PT Makmur Papan Permata selaku penjamin dari debitur sebagai pihak ketiga.

(26)

menyediakan kiosnya, tetapi mempunyai kewajiban pula dalam menyelesaikan permasalahan debitur (Pedagang) yang tidak dapat mengangsur kiosnya.

Kewajiban tersebut dilakukan dengan cara pihak investor membeli kembali kios yang telah dibeli oleh debitur (pedagang), yang selanjutnya kios atau los tersebut untuk dijual kembali kepada pihak lain yang berminat. Dengan demikian, pihak Bank tidak sendiri menanggung risiko permasalahan kredit tersebut, akan tetapi secara bersama-sama dengan pihak investor untuk menyelesaikan permasalahan kredit tersebut. Dalam Pasal 1839 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa :

“ Sipenanggung yang telah membayar, dapat menuntutnya kembali dari si berutang utama, baik penanggungan itu telah diadakan dengan maupun tanpa pengetahuan berutang utama.

Penuntutan kembali ini dilakukan baik mengenai uang pokoknya maupun mengenai bunga serta biaya-biaya.

Mengenai biaya-biaya tersebut si penanggung hanya dapat menuntutnya kembali, sekedar ia telah memberitahukan kepada si berutang utama tentang tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepadanya, didalam waktu yang patut. Si penanggung ada juga mempunyai hak menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga, jika ada alasan untuk itu”15

Dengan demikian dalam hal ini pihak investor masih dilibatkan dalam penyelesaian permasalahan penyaluran kredit, yang pada akhirnya dapat mengurangi tingkat kerugian pada Bank Danamon sebagai penyalur kredit, untuk itu antara pihak Bank dengan PT. Makmur Papan Permata terdapat hubungan kemitraan yang saling menguntungkan.

15

(27)

Mengingat risiko yang timbul tidak bisa dihindari disatu sisi, sedangkan disisi lain penyaluran kredit sangat dibutuhkan oleh para pengusaha pada umumnya dan para pedagang pada khususnya. Upaya untuk menembus kepelikan ini dapat diantisipasi dengan perjanjian beli kembali yang dibuat oleh para pihak dalam pelaksanaan penyaluran kredit pemilikan kios.

Bertitik tolak dari persoalan tersebut diatas, tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pelaksanaan Perjanjian Beli Kembali antara Bank Danamon Cabang Pekanbaru dengan PT. Makmur Papan Permata sehingga antara keduanya terdapat hubungan kemitraan yang saling menguntungkan dari risiko Wanprestasi yang dilakukan oleh debitur dalam pelunasan pemilikan kios pasar pusat sukaramai Pekanbaru. Sehingga mengangkat judul

“Perjanjian Beli Kembali Dalam Pemberian Kredit Kepemilikan Kios Pasar Pusat Sukaramai Pekanbaru Antara Bank Danamon Dengan PT. Makmur Papan Permata”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

(28)

2. Bagaimanakah penyelesaian sengketa kredit apabila debitur (pedagang) wanprestasi terhadap pelaksanaan perjanjian beli kembali antara Bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari uraian yang terdapat pada perumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Ketentuan Bentuk Perjanjian Beli Kembali Dalam Pemberian Kredit Kepemilikan Kios Pasar Pusat Sukaramai Pekanbaru antara Bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata.

2. Untuk Mengetahui Penyelesaian Sengketa Kredit Apabila Debitur (Pedagang) Wanprestasi Terhadap Pelaksanaan Perjanjian Beli Kembali Antara Bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata.

D. Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi para akademisi maupun masyarakat umum serta diharapkan dapat memberi manfaat guna menambah khasanah ilmu hukum secara umum dan hukum perjanjian pada khususnya di Indonesia.

(29)

a. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam pengembangan perekonomian, khususnya dalam pengembangan pasar tradisional baik dalam hal pembuatan regulasi demi terwujudnya hukum nasional yang komprehensif.

b. Sebagai informasi dan inspirasi bagi praktisi bisnis (pelaku usaha) untuk memahami dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama. c. Sebagai bahan kajian bagi para akademisi yang dapat mengambil poin-poin

atau modul-modul pembelajaran dari tesis ini.

d. Sebagai data sekunder bagi mahasiswa lainnya yang hendak meneliti permasalahan yang sama.

E. Keaslian Penelitian

Pengajuan judul yang disebutkan diatas telah melalui tahap penelusuran pada data pustaka di lingkungan Universitas Sumatera Utara dan diperoleh informasi bahwa judul yang diajukan oleh penulis dengan persetujuan Sekretaris Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tidak ada ditemukan yang sama baik judul ataupun permasalahan yang diajukan.

Sehingga penelitian ini dapat dikatakan asli dan dapat dipertanggungjawabkan.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

(30)

satu sama lain secara bermakna. Teori memberikan penjelasan melalui cara mengorganisasikan dan mensistematisasikan masalah yang dibicarakan.16

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang terjadi. Karena penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum. Penelitian ini berusaha memahami perjanjian beli kembali antara Bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata secara yuridis, artinya memahami obyek penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum, atau sebagai isi kaidah hukum sebagaimana ditentukan didalam peraturan-peraturan yang berkaitan dengan hukum perjanjian.

Kerangka teori yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah teori keseimbangan, dimana nantinya akan dilihat keseimbangan antara Bank Danamon selaku lembaga keuangan yang menyalurkan kredit kepada debitur (pedagang) pasar Pusat Sukaramai Pekanbaru dan PT. Makmur Papan Permata selaku Developer

pengembang yang bergerak dalam pembangunan/renovasi Pasar Pusat Sukaramai Pekanbaru. Keseimbangan untuk memperoleh kepastian hukum antara para pihak dalam perjanjian beli kembali ini menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Artinya, setelah Bank memberikan prestasi atas penyaluran kredit terhadap debitur (pedagang) Pasar Pusat Sukaramai Pekanbaru, Developer

16

(31)

dilain sisi memikul pula kewajiban untuk menyelesaikan permasalahan bagi debitur (pedagang) yang wanprestasi.

Teori keseimbangan ini dipelopori oleh Aristoteles dimana Ia menyatakan bahwa hukum harus diluruskan penegakannya sehingga memberi keseimbangan yang adil terhadap orang-orang yang mencari keadilan. Dalam teori keseimbangan semua orang mempunyai kedudukan yang sama dan diperlakukan sama pula (seimbang) dihadapan hukum.17

Kerangka teori yang dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori dan pandangan dari para peneliti ilmu hukum dibidang hukum perjanjian pada umumnya, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui atau tidak disetujui. Yang merupakan masukan eksternal dalam penelitian ini.

Membahas masalah perjanjian beli kembali dalam pemberian kredit kepemilikan kios ini tidak terlepas dari hukum perjanjian, jual beli dan pembahasan tentang penyaluran kredit.

Menurut R. Wirjono Prodjodikoro, perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam masa mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan suatu hal, sedang pihak lain berhak menuntut pelaksanaan perjanjian itu.18

17

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung Mandar Maju, 1985), Hal 87.

18

(32)

Menurut Subekti Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.19

Secara yuridis ada 2 jenis perjanjian atau pengikatan kredit yang digunakan oleh Bank dalam memberikan kreditnya, yaitu :

1. Perjanjian Dibawah tangan 2. Perjanjian berbentuk notariel

Perjanjian merupakan undang-undang bagi mereka yang membuatnya, untuk sahnya suatu perjanjian maka harus memenuhi 4 (empat) unsur sebagaimana yang diatur dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu;

4. Suatu sebab yang halal.

Apabila salah satu dari syarat tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan atau dengan sendirinya batal demi hukum.

Menurut M. Yahya Harahap bahwa jika undang-undang menetapkan subyek perjanjian yaitu pihak yang berhak atas prestasi dan pihak debitur yang wajib

19

(33)

melaksanakan prestasi, maka intisari atau obyek dari perjanjian ialah prestasi itu sendiri.20

Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata menyebutkan, “ suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu”. Ada persetujuan-persetujuan dimana untuk setiap pihak atau salah satu pihak menimbulkan suatu kewajiban yang berkelanjutan, misalnya sewa menyewa, persetujuan kerja, pemberian kuasa, perseroan21.

Sementara itu dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, semua perjanjian itu harus dilaksanakan dengan itikad baik, dan hakim diberikan kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan suatu perjanjian, jangan sampai pelaksanaan itu melanggar kepatutan dan keadilan.22

Dalam pelaksanaan perjanjian beli kembali antara Bank Danamon dan PT. Makmur Papan Permata tersebut tentunya tidak selalu berjalan sebagaimana yang diharapkan, ada kalanya para pihak tidak memenuhi kewajibannya. Kondisi seperti demikian disebut wanprestasi.

Wanprestasi juga termasuk kedalam akibat hukum perjanjian disamping tuntutan ganti rugi atas perbuatan prestasi tersebut. Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda “Wanprestatie”, artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan

20

M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, (Bandung, Alumni, 1986), Hal 10.

21

R. Setiwan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, (Bandung, 1999), Hal 64.

22

(34)

dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena Undang-undang.23

Berkenaan dengan perbuatan ingkar janji (wanprestasi) R. Setiawan mengemukakan sebagai berikut :”Pada debitur terletak kewajiban untuk memenuhi prestasi, dan jika tidak melaksanakan kewajibannya tersebut bukan karena keadaan yang memaksa maka debitur dianggap melakukan ingkar janji.

Ada 3 (tiga) bentuk ingkar janji:24 1. Tidak memenuhi prestasi 2. Terlambat memenuhi prestasi

3. Memenuhi prestasi secara tidak baik.

Adapun hukuman atau akibat-akibat yang tidak baik dari debitur yang lalai ada empat macam dikemukakan R. Subekti sebagai berikut :25

1. Membayar kerugian yang diderita oleh debitur atau dengan singkat (ganti rugi)

2. Pembatalan perjanjian atau dinamakan pemecahan perjanjian 3. Peralihan risiko

4. Pembayaran biaya perkara, kalau sampai diperkarakan didepan hakim (kepengadilan)

Menurut Abdulkadir Muhammad ingkar janji membawa akibat yang merugikan bagi debitur, karena sejak saat tersebut debitur berkewajiban mengganti

(35)

kerugian yang timbul sebagai akibat dari pada ingkar janji tersebut. Dalam hal debitur melakukan ingkar janji, kreditur dapat menuntut :26:

1. Pemenuhan perikatan.

Penggantian biaya ganti rugi dan bunga karena tidak terpenuhinya suatu perikatan barulah mulai diwajibkan, apabila siberhutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetapi melalaikan, atau jika sesuatu harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya.27

Sementara itu dalam Pasal 1457 dan 1458 Kitab Undang-undang Hukum Perdata tentang Jual Beli disebutkan bahwa:

“jual beli adalah suatu perjanjian. Dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan. Dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan.

Jual beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak. Seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan. Maupun harganya belum dibayar“.

Selanjutnya mengenai apa yang dimaksud dengan kredit. Kredit berasal dari kata yunani “credere” yang berarti kepercayaannya (truth atau faith).28 Karena itu dasar kredit adalah kepercayaan. Dengan demikian seseorang yang memperoleh

26

Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, Hal 18.

27

R. Subekti dan R. TjitroSudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya

Paramitha, 1996), Hal 324.

28

Thomas Suyatno, H.A.Chalik, Made Sukada, C. Tinon Yuniati, Djuehaepah T. Marala,

(36)

kredit pada dasarnya adalah memperoleh kepercayaan, artinya pihak yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang diperjanjikan.29 Baik menyangkut jangka waktunya, maupun prestasi dan kontra prestasinya. Dengan demikian kredit berarti bahwa pihak yang satu memberikan prestasi baik berupa barang, uang dan jasa kepada pihak lain, sedangkan kontra prestasi akan diterima kemudian (dalam jangka waktu tertentu).

Menurut O.P Simorangkir “ kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontra prestasi) akan terjadi pada waktu mendatang.30

Sedangkan menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan memberi pengertian bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.31

Dari uraian diatas, dapat ditemukan sedikitnya ada 4 (empat) unsur kredit yakni :

a. Kepercayaan yaitu dari sipemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.

b. Waktu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

c. Degree of risk yaitu suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi

(37)

dengan kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi tingkat risikonya., karena sejauh kemampuan manusia untuk menerobos hari depan itu, maka hasil selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat diperhitungkan, yang menyebabkan timbul unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko maka timbul jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi atau objek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi dapat juga dalam bentuk barang atau jasa namun sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uang yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan.32

Sementara itu, perjanjian beli kembali dalam pemberian kredit terhadap para pedagang pasar pusat sukaramai Pekanbaru yang dilakukan oleh bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata merupakan suatu upaya untuk memberdayakan para pedagang kecil dan menengah, dikarenakan Pemerintah Daerah tidak dapat melaksanakan seluruh kebutuhan yang ada disebabkan terbatasnya dana Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah. Untuk mengatasi keterbatasan dana tersebut Pemerintah Daerah melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga sebagai investor. Dimana investor mendanai seluruh pembangunan dan memasarkannya, setelah itu pengelolaan diserahkan kembali ke Pemerintah Daerah.

Dalam memasarkan kios atau los tersebut dapat dilakukan dengan tunai ataupun kredit oleh investor. Pada penjualan secara tunai yang dilakukan oleh

investor, maka dana yang telah ditanamkan dalam pembangunan pasar, dapat segera kembali.

32

(38)

Akan tetapi penjualan kios atau los yang dilakukan secara kredit, dana tersebut akan tertanam dalam jangka waktu yang lama. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, oleh investor melakukan kerjasama dengan lembaga yang dapat memberikan pinjaman bagi para pedagang yang akan membeli kios / los tersebut.

Dengan diberikannya pinjaman bagi para pedagang yang tidak memiliki dana yang cukup untuk memiliki kios/los tersebut, pihak investor menganggap tanggung jawabnya telah selesai, karena penjualan kios/los telah selesai.

Padahal lembaga yang memberi pinjaman bagi para pedagang, masih akan menanggung risiko dari tidak kembalinya pinjaman atau kredit tersebut, sehingga agar pihak investor dapat bersama-sama menghadapi dan dapat menyelesaikan risiko yang akan timbul tersebut, pihak lembaga pemberi pinjaman / kredit dalam hal ini adalah Bank dengan pihak investor membuat perjanjian beli kembali, dimana pihak

investor berkewajiban membeli kembali kios / los yang tidak terbayar angsurannya oleh debitur, dengan cara melunasi sisa kreditnya.

Selanjutnya, pihak investor berkewajiban untuk mencarikan pembeli baru untuk kios/los tersebut. Sehingga karena adanya peran yang saling membantu antara pihak Bank dengan investor, khususnya dalam menjaga tingkat kerugian/risiko akibat wanprestasi yang dilakukan oleh debitur, maka perjanjian ini dapat menjadikan hubungan kedua pihak tersebut suatu hubungan kemitraan yang saling menguntungkan.

(39)

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsep dalam arti penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.33 Selain itu menurut Sumadi Suryabrata “konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus.34

Agar dalam penelitian ini terarah secara operasional dengan adanya kesatuan dan keseragaman persepsi terhadap konsep-konsep yang digunakan, untuk itu istilah-istilah yang digunakan pada judul penelitian ini perlu dijelaskan :

a. Perjanjian Beli Kembali adalah, perjanjian yang memberikan jaminan kepastian bagi Bank untuk pembayaran kredit berisiko tinggi, yang disalurkan kepada debitur untuk membeli kios di pasar tradisional dan melibatkan pihak Bank dengan pihak Penjamin.

b. Pemberian adalah, asal katanya beri atau memfasilitasi.

c. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.35

d. Kepemilikan adalah, berasal dari kata milik, punya.

33

Tan Kamelo, Hukum jaminan Fidusia seuatu kebutuhan yang didambakan. (Bandung:, PT

Alumni, 2006), Hal 30.

34

Sumadi Suryadibrata, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, Liberty, 2003), Hal 3.

35

(40)

e. Kios adalah, bagian dari bangunan yang satu sama yang lain dibatasi dengan dinding serta dapat tertutup.36

f. “Pasar (market) adalah sekumpulan pembeli dan penjual dari sebuah barang atau jasa tertentu.37 Dengan demikian Pasar Pusat Pukaramai Pekanbaru Adalah suatu lokasi atau tempat usaha bertemunya sekumpulan pembeli dan penjual.

g. Bank Danamon adalah, lembaga keuangan dalam bentuk Bank umum. h. PT. Makmur Papan Permata adalah, salah satu badan hukum perseroan

terbatas yang telah melakukan kerjasama dengan Bank Danamon dalam pemberian kredit kepemilikan kios Pasar Pusat Sukaramai.

Dengan demikian yang dimaksud dengan Perjanjian Beli Kembali Dalam Pemberian Kredit Kepemilikan Kios Pasar Pusat Sukaramai Pekanbaru Antara Bank Danamon Dengan PT. Makmur Papan Permata adalah, suatu perjanjian kredit yang diberikan oleh Bank Danamon kepada debitur (Pedagang Pasar Pusat Sukaramai) dalam memperoleh kepemilikan kios / los dengan melibatkan pihak penjamin (PT.Makmur Papan Permata).

G. Metode Penelitian

1. Jenis Dan Sifat Penelitian

36

Pasal 1 butir (f), Peraturan Daerah nomor 4 Tahun 1999 Kota Pekanbaru Tentang Retribusi Pasar.

37

(41)

Adapun jenis penelitian ini termasuk kedalam penelitian hukum normatif, yaitu penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum, sinkronisasi hukum, perbandingan hukum dan sejarah hukum.38 Dimana datanya diperoleh berdasarkan data dokumen, yaitu berdasarkan perjanjian beli kembali dalam pemberian kredit antara Bank Danamon dengan PT Makmur Papan Permata. Dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan perjanjian beli kembali tersebut

Sedangkan sifat penelitian ini bersifat deskriptif yaitu, penelitian yang memberikan gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai Perjanjian kerjasama antara Bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata.

2. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah berupa data sekunder yang dapat dibedakan;

a. Bahan Hukum Primer.

Yaitu data yang penulis peroleh dari perjanjian kerjasama antara PT Makmur Papan Permata dengan Bank Danamon.

b. Bahan Hukum sekunder.

Yaitu, data yang penulis peroleh dari berbagai literatur, pendapat para ahli dan teori-teori tentang hukum perjanjian, baik perjanjian pada umumnya maupun tentang perjanjian kredit.

c. Bahan Hukum Tersier.

38

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, “Penelitian Hukum Normatif”, (Jakarta: PT. Raga

(42)

Yaitu, data yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dalam bentuk kamus.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data secara lengkap dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (Library Research), mengumpulkan data sekunder dari perpustakaan, berupa bahan hukum primer dan sekunder yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti menggunakan studi kepustakaan di perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dan perpustakaan Universitas Sumatera Utara, sebagai cara untuk memperoleh data dalam upaya mencapai tujuan penelitian.

4. Analisis Data

(43)

BAB II

KETENTUAN BENTUK PERJANJIAN BELI KEMBALI DALAM PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN KIOS PASAR PUSAT

SUKARAMAI PEKANBARU ANTARA BANK DANAMON DENGAN PT. MAKMUR PAPAN PERMATA

A. Ketentuan Umum Tentang Hukum Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

Istilah “perikatan” merupakan salah satu dari tiga istilah dari terjemahan kata “verbintenis”. Dua kata lainnya dari terjemahan ini, adalah “perhutangan dan perjanjian”39. Istilah Verbintenis berasal dari perkataan Perancis, yaitu “obligation” didalam code civil Perancis, berasal dari perkataan “obligation” dalam hukum Romawi Corpus Iurus Civilis”40

Mengenai “perikatan” ini Subekti memberikan pengertian :

“Suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu”41

Sedangkan Mariam Darus Badrulzaman, memberikan pengertian terhadap perikatan adalah :

39

H. Mashudi dan Moch. Chaidir Ali. Pengertian-Pengertian Elementer hukum Perjajian

Perdata. (Bandung : Mandar maju, 2001), Hal 21.

40

R. Setiawan. Pokok-Pokok Hukum Perikatan. (Bandung : Bina Cipta. 1994), Hal 2.

41

(44)

“Hubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang terletak dalam harta kekayaan dengan pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu”42

Pengertian lain dari perikatan dinyatakan oleh H. Mashudi dan Moch. Chaidir adalah suatu hubungan hukum, yang artinya hubungan yang diatur dan diakui oleh hukum43. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) tidak memberikan pengertian secara khusus mengenai perikatan. Pasal 1234, menjelaskan bahwa :

“Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”.

Beberapa pengertian yang diuraikan diatas, perikatan intinya adalah suatu hubungan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang diatur oleh hukum. Selanjutnya hubungan antara perikatan dengan perjanjian. Subekti memberikan uraian , bahwa:

“Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan.44.

Sementara itu Mashudi dan Moch. Chaidir Ali, memberi penjelasan tentang pengertian perjanjian adalah:

42

Mariam Darus Badrulzaman. Aneka Hukum Bisnis, (Bandung : Alumni, 1994), Hal 3.

43

Mashudi dan Moch. Chaidir Ali. Op.Cit, Hal 24.

44

(45)

a. Ikatan-ikatan yang bersumber pada persetujuan (overecomsten)

b. Ikatan-ikatan yang bersumber pada perbuatan yang tidak melanggar hukum (rechtmatige daad)

c. Hal-hal yang bersumber pada Undang-Undang saja (iut de wet allen)

d. Hal-hal yang bersumber pada perbuatan melanggar hukum (onrecht matigedaad)45

Koko Kosidin cenderung menyetujui bahwa “perjanjian” merupakan terjemahan dari bahasa Belanda “overencomst” dan memberikan batasan bahwa perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain, atau dua orang atau lebih saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal46.

Sebagaimana telah diuraikan oleh H. Mashudi, bahwa perjanjian adalah sumber dari perikatan. Pengertian perjanjian dapat kita temui dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu :

“ Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.

Dari uraian pasal 1313 KUH Perdata diatas, jelas terlihat bahwa dari persetujuan menimbulkan adanya perikatan diantara para pihak, J. Satrio, menyatakan hubungan ini adalah :

45

M. mashudi dan Moch. Chaidir Ali. Op.Cit, Hal 25

46

Koko kosidin. Perjanjian Kerja Perjanjian Perburuhan Dan Peraturan Perusahaan.

(46)

“ Perjanjian menimbulkan dan berisi ketentuan-ketentuan hak dan kewajiban antara dua pihak, atau dengan perkataan lain, perjanjian berisi perikatan” 47 2. Subyek dan Obyek Perjanjian

a. Subyek perjanjian

Subyek hukum perjanjian terdiri dari dua macam yaitu manusia pribadi dan badan hukum, subyek perjanjian yang berupa seseorang manusia harus mematuhi syarat umum untuk dapat melakukan sesuatu perbuatan hukum secara sah, yaitu harus sudah dewasa, sehat pikirannya dan oleh peraturan seseorang perempuan yang sudah kawin, menurut pasal 108 KUH Perdata.48 KUH Perdata Membedakan dalam tiga golongan untuk berlakunya perjanjian yaitu :

1) Perjanjian berlaku bagi pihak yang membuat perjanjian

Pada asasnya perjanjian yang dibuatnya hanya berlaku bagi para pihak yang membuat perjanjian itu dan ini merupakan asas pribadi seperti apa yang tercantum dalam pasal 1315 Juncto pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata : “pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri”. Selanjutnya dalam pasal 1340 ayat (1) KUH Perdata disebutkan bahwa : “persetujuan-persetujuan hanya berlaku antara

47

J. Satrio, Hukum Perjanjian. (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1992), Hal 3.

48

A. Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Dan Perkembangannya,

(47)

pihak yang membuatnya”. Selanjutnya dalam pasal 1340 ayat (2) KUH Perdata disebutkan bahwa : “suatu perjanjian tidak dapat membawa rugi kepada pihak-pihak ketiga, tak dapat pihak-pihak ketiga mendapat manfaat karenanya, selain dalam hal yang diatur dalam pasal 1317”. Oleh karena itu, apa yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak merupakan

undang-undang bagi pihak tersebut, setiap perubahan, pembatalan, atau perbuatan-perbuatan hukum lainnya yang ada kaitannya dengan perjanjian itu harus mendapat persetujuan bersama dan sama sekali tidak diperkenankan dilakukan secara sepihak.

2) Perjanjian berlaku bagi ahli waris dan mereka yang mendapat hak.

Apabila pihak-pihak mengadakan perjanjian maka pihak tersebut dianggap mengadakan perjanjian bagi ahli warisnya dan atau orang-orang yang memperoleh hak dari padanya. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 1318 KUH Perdata.49

3) Perjanjian berlaku bagi pihak ketiga

Berlakunya perjanjian bagi pihak ketiga dalam arti adanya janji bagi kepentingan pihak ketiga. Pada dasarnya perjanjian berlaku bagi mereka yang membuatnya dan merupakan asas pribadi. Namun bila kita lihat pasal 1340 ayat (2) KUH Perdata maka dimungkinkan menyimpang dari

49

(48)

asas tadi, karena dalam pasal tersebut dijelaskan persetujuan tidak boleh menguntungkan pihak ketiga juga tidak boleh merugikan pihak ketiga, kecuali mengenai apa yang telah diatur dalam pasal 1317 KUH Perdata.50 Tetapi ketentuan itu tidak boleh diartikan secara Letterlijk, karena maksud

pasal 1340 ayat terakhir KUH Perdata itu ialah suatu perjanjian antara para pihak pada umumnya tidak menimbulkan hak dan kewajiban bagi pihak ketiga. Untuk berlakunya perjanjian bagi pihak ketiga adalah suatu janji yang oleh para pihak dinyatakan dalam suatu perjanjian dimana nantinya pihak ketiga akan mendapatkan hak dari sesuatu prestasi.

Lebih lanjut menurut pasal 1317 KUH Perdata suatu janji bagi kepentingan pihak ketiga hanya mungkin dalam dua hal.

1) Jika seseorang memberi sesuatu kepada orang lain. 2) Jika seseorang membuat janji demi kepentingan sendiri. b. Obyek Perjanjian

Obyek dalam perjanjian adalah hal yang diwajibkan kepada debitur dan hal mana terhadap pihak kreditur mempunyai hak, mengenai hal tersebut diatas, pasal 1234 KUH Perdata menentukan adanya tiga hal yaitu:

1) Untuk memberikan atau menyerahkan Sesuatu

50

Pasal 1317 ayat 1 KUH Perdata menyebutkan bahwa : “Lagi pun diperbolehkan juga untuk minta ditetapkan suatu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga, apabila suatu penetapa janji, yang dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri, atau pemberian yang dilakukannya kepada seorang lain, memuat suatu janji seperti itu”. Selanjutnya dalam ayat (2) disebutkan bahwa : “siapa yang telah memperjanjikan suatu seperti itu, tidak boleh menariknya kembali, apabila pihak ketiga tersebut telah

(49)

2) Untuk berbuat sesuatu atau melakukan perbuatan tertentu

3) Untuk tidak berbuat sesuatu atau menurut perjanjian ia tidak boleh melupakan sesuatu.

Pengertian memberikan sesuatu (pasal 1235 KUH Perdata) maksudnya menyerahkan suatu barang, seperti dalam perjanjian jual-beli, sewa-menyewa, tukar menukar, dan lain-lain.51

Pengertian berbuat sesuatu (pasal 1239 KUH Perdata) misalnya melaksanakan sesuatu perbuatan tertentu, membangun rumah, atau membangun jalan, seperti dalam perjanjian perborongan atau perjanjian kerja.52

Pengertian tidak berbuat sesuatu (pasal 1242 KUH Perdata), artinya tidak melaksanakan suatu pekerjaan tertentu, misalnya tidak membangun tembok yang tinggi yang dapat mengganggu (menghalangi) pemandangan tetangga dan lain-lain.53

Dalam pasal 1332 KUH Perdata disebutkan benda yang dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi obyek perjanjian. Sehingga benda yang tidak dapat diperdagangkan tidak dapat menjadi obyek perjanjian. Sedangkan dalam pasal 1333 KUH Perdata menentukan syarat bagi benda agar dapat menjadi obyek suatu perjanjian yaitu benda tersebut harus tertentu, paling tidak mengenai jenisnya, sedangkan mengenai jumlahnya tak perlu ditetntukan terlebih dahulu asal dikemudian dapat ditentukan.

51

Djaja S Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan,

(Bandung Nuansa Aulia, , 2008), Hal 77.

52Ibid.

53Ibid,

(50)

3. Syarat Sahnya Perjanjian

Untuk itu sahnya suatu perjanjian berdasarkan pasal 1320 perdata memberikan empat syarat, yaitu :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri b. Cakap untuk membuat perjanjian c. Mengenai suatu hal tertentu d. Suatu sebab yang halal

Dua syarat yang pertama, dinamakan sebagai syarat subyektif, karena mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian. Sedangkan dua syarat terakhir dinamakan syarat-syarat obyektif, karena mengenai perjanjiannya sendiri atau obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.

Dari keempat persyaratan dalam perjanjian, syarat pertama adalah adanya kesepakatan untuk melaksanakan perjanjian, yang berarti bahwa masing-masing pihak mempunyai kebebasan untuk berkehendak, sebagaimana diuraikan oleh Mariam Darus Badrulzaman, bahwa :

Referensi

Dokumen terkait