• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Ketentuan Hukum Perjanjian Kredit

4. Risiko Kredit

Dalam dunia perbankan terdapat delapan jenis risiko yang harus dikelola manajemen Bank, agar operasional Bank tidak terganggu, yaitu : 1. Risiko Kredit; 2. Risiko Pasar; 3. Risiko likuiditas; 4. Risiko Operasional; 5. Risiko Hukum; 6. Risiko Strategi; 7. Risiko Kepatuhan; 8. Risiko Reputasi;

Dari kedelapan risiko yang kemungkinan akan muncul, akan dibatasi uraiannya hanya pada risiko kredit. Risiko kredit sebagai risiko yang paling mudah dikenali dan dapat langsung terasa. Risiko ini muncul sebagai akibat menurunnya kualitas kredit, yang diakibatkan dari pembayaran kredit tidak sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya, baik untuk pembayaran bunga maupun pembayaran angsuran

pokoknya. Maka untuk menghindarkan risiko tersebut, kegiatan penyaluran kredit ini harus benar-benar dapat dilaksanakan dengan cara yang sehat.

Artinya dalam penyaluran kredit tersebut, harus dilakukan sesuai dengan prosedur dan tata cara yang telah diatur dan ditentukan Bank tersebut. Seberapa besar akibat yang ditimbulkan karena risiko penyaluran kredit ini, seperti yang diuraikan oleh Siswanto Sutojo :

“kegiatan menyalurkan kredit mengandung risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan usaha Bank Umum. Likuiditas Keuangan,

Solvabilitas dan profitabilitas Bank umum sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka mengelola kredit yang disalurkan”81

Pemberian kredit untuk kepemilikan kios atau los di pasar-pasar tradisional ini termasuk kredit yang berisiko tinggi. Salah satu penyebab kredit ini tergolong berisiko tinggi, adalah adanya para pedagang kaki lima dan faktor lainnya seperti tidak tertatanya kios atau los tempat berjualan tersebut, dan faktor lain diluar kendali pemerintah, seperti kehadiran pasar-pasar modern.

Berbeda halnya dengan kondisi yang ada dipusat-pusat perbelanjaan modern, seperti di mall-mall, dengan penataan dan pengelolaan yang baik sehingga pendapatan para pedagang bisa tumbuh dengan cepat, sementara

81

di pasar tradisional kurangnya penataan dan pengelolaan sehingga berbaurnya semua jenis komoditas dagang dapat dijadikan alasan bahwa para pedagang di kios atau los tersebut mengalami penurunan pendapatan, yang pada gilirannya dijadikan alasan untuk tidak dapat mengangsur kreditnya.

Selain itu, karena kredit ini sifatnya massal yang melibatkan jumlah debitur yang banyak dalam suatu lokasi, dapat saja permasalahan pembayaran dari hanya beberapa debitur dapat memberikan dampak yang luas kepada debitur lainnya, yang sebelumnya tidak ada permasalahan dalam pembayaran angsurannya.

Kredit pemilikan kios adalah kredit untuk pembelian tempat usaha atau tempat berjualan bagi para pedagang yang akan berjualan atau berdagang di pasar tradisional. oleh karena itu, kredit ini termasuk kedalam kredit produktif jenis investasi dan sektor usahanya, termasuk kedalam sektor usaha perdagangan. Demikian pula dengan kriteria kredit pemilikan kios ini termasuk kedalam jenis kredit investasi sektor perdagangan

Kredit pemilikan kios merupakan kredit yang diberikan bagi para pedagang untuk membeli atau memiliki kios atau los di pasar. Kredit ini merupakan pengembangan dari kredit investasi sektor perdagangan, dimana jangka waktunya berkisar antara tiga sampai dengan lima tahun. Dalam hal pasar yang dibangun atau direnovasi atau ditingkatkan itu adalah pasar lama atau pasar yang sudah ada, maka para pedagang lama

yang telah menempati pasar tersebut akan mendapatkan prioritas pertama untuk memiliki kios atau los di pasar tersebut. Sedangkan untuk para pedagang baru, akan diberikan kesempatan untuk membeli kios atau los apabila masih tersedia.

Dari uraian sebelumnya bahwa kredit sangat dibutuhkan bagi para pengusaha yaitu para pedagang yang berminat untuk memiliki kios atau los di pasar tradisional, terutama para pedagang yang tidak memiliki cukup dana. Oleh karena itu, kehadiran Bank untuk memberi kredit, sangat dibutuhkan. Begitu pula dengan kaitannya dalam pembangunan pasar, pemberian kredit yang tepat waktu dan dengan jumlah yang cukup, akan memberikan kelancaran berusaha bagi pedagang. Seperti diungkapkan Rahmat Firdaus dan Maya Ariyanti :

“Fungsi kredit dewasa ini pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat (to serve the society) dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk menaikkan taraf hidup rakyat banyak”82.

Sehingga Siswanto Sutojo mengemukakan bahwa, kredit perbankan membantu tersedianya dana untuk membiayai kegiatan produksi nasional, penyimpanan bahan, pembiayaan kredit penjualan, transportasi barang, kegiatan perdagangan dan sebagainya83.

82

Rahmat Firdaus dan Maya Ariyati, Op.Cit., Hal 5.

83

Siswanto Sutojo. Analisa Kredit Bank Umum Konsep Dan Teknik, (Jakarta : Pustaka

Bagi para pedagang, adanya pengembang merupakan merupakan jembatan dari kebutuhan akan tempat berdagang di pasar tradisional, dikarenakan pedagang tidak mungkin untuk membangun tempat berdagangnya secara sendiri-sendiri. Tempat berdagang dipasar tersebut pada umumnya terdiri dari puluhan bahkan ratusan kios atau los jumlahnya. Banyak pedagang yang tidak cukup uang untuk membangun kios/los tersebut, sehingga dengan adanya pengembang para pedagang tidak perlu repot membangun. Dengan adanya pengembang, bangunan akan tertata dengan tertib dengan ukuran yang standar. Selain itu, pengembang diharapkan menjadi jembatan bagi para pedagang yang tidak memiliki cukup dana untuk memiliki kios di pasar tersebut. Pengembang dapat menjembatani untuk mencarikan lembaga Bank yang dapat memenuhi kebutuhan kredit, dalam memiliki kios tersebut.

Bahkan lebih dari itu, termasuk juga sebagai jembatan dalam berhubungan dengan pihak pemerintah, untuk menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan perijinan dan lain sebagainya. Para calon pedagang yang berminat untuk berdagang di bangunan pasar yang telah selesai dibangun atau direnovasi, dapat memiliki kios atau los dengan cara membeli melalui pihak pengembang. Sebagai bukti kepemilikan kios atau los tersebut, pembeli akan mendapatkan bukti pemilikan yang akan diberikan oleh Pemerintah Daerah. Bukti itu adalah bukti hak penggunaan atas kios atau

los di pasar tersebut, yang diwujudkan dalam bentuk Kartu Tanda Bukti Hak (KTBH).

Dalam hal pembangunan pasar tersebut berada diatas tanah milik Pemerintah Daerah, Undang-Undang nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Pasal 41 Ayat (1) menyatakan sebagai berikut :

“ hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilikan tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah segala sesuai asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang ini”.

Sementara itu pada Pasal 41 ayat (2) menyatakan bahwa, hak pakai dapat diberikan :

a. Selama jangka waktu yang tertentu atau selama tanahnya dipergunakan untuk yang tertentu;

b. Dengan Cuma-Cuma, dengan pembayaran atau pemberian jasa berupa apapun.

Pemberian bukti hak pakai kepada para pedagang oleh Pemerintah Daerah, untuk jangka waktu selama 20 tahun sesuai dengan aturannya, Pemerintah sebagai pemilik tanah yang diperuntukkan bagi bangunan pasar. Jangka waktu selama 20 tahun adalah masa ekonomis dari bangunan pasar tersebut, dan dimungkinkan untuk dijadikan agunan kredit dengan jangka waktu selama 5 (lima) tahun.

Dalam memberikan kredit kepemilikan kios ini Bank tetap menerapkan tata cara dan prosedur pemberian kredit ini sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam pedoman pelaksanaan perkreditan. Artinya meskipun pedagang lama mendapatkan prioritas yang pertama, penilaian atas kelayakannya tetap dilakukan. Penilaian yang dilakukan juga mengacu kepada prinsip-prinsip yang berlaku dalam pemberian kredit. Prinsip tersebut, yaitu :

1. Tentang watak (Character) yaitu, watak dari calon debitur merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dan merupakan unsur terpenting sebelum memutuskan pemberian kredit kepada calon debitur. Dalam hal ini Bank meyakini benar calon debitur itu memiliki reputasi baik. Artinya selalu menepati janji dan tidak terlibat hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas, misalnya penjudi, pemabuk dan penipu.

2. Tentang modal (capital) yaitu, Bank harus meneliti modal calon debitur selain besarnya juga sturukturnya. Hal ini diperlukan untuk mengukur tingkat rasio

likuiditas dan solvabilitas. Rasio ini diperlukan berkaitan dengan pemberian kredit untuk jangka pendek atau panjang.

3. Tentang kemampuan (capacity)

Bank harus mengetahui secara pasti atas kemampuan calon debitur dengan melakukan analisis usahanya dari waktu ke waktu. Pendapatan yang selalu meningkat diharapkan kelak mampu melakukan pembayaran kembali atas

kreditnya. Sedangkan bila dikira tidak mampu, Bank dapat menolak dari calon debitur.

4. Tentang kondisi ekonomi (condition of economic) yaitu, kondisi ekonomi ini perlu menjadi sorotan bagi Bank karena berdampak baik secara positif atau negatif terhadap usaha calon debitur.

5. Tentang jaminan (collateral) yaitu, jaminan yang diberikan oleh calon debitur akan diikat sesuatu hak atas jaminan sesuai dengan jaminan yang diserahkan. Dalam praktik perbankan, jaminan merupakan langkah terakhir bila debitur tidak dapat melaksanakan kewajibannya lagi84

Untuk prinsip 5 (lima) C ini, Siswanto Sutojo, menambahkannya satu C lagi, sehingga menjadi 6 C (The six C of Credit). Satu C yang ditambahkan Siswanto itu adalah wewenang untuk meminjam (Competence to Borrow). Yang dimaksud adalah Bank harus mengetahui dan meyakini bahwa yang menandatangani dalam perjanjian kredit adalah pejabat atau pihak yang berwenang untuk melaksanakan perjanjian pinjam-meminjam85.

Dalam permohonan kredit pemilikan kios ini, pada umumnya adalah para pengusaha mikro dan kecil, maka dalam penilaian terhadap aspek keuangan atau modal yang tercantum dalam prinsip capital

84

Johanes Ibrahim, Mengupas Tuntas Kredit Komersial Dan Konsumtif Dalam Perjanjian

Kredit Bank (Perspektif Hukum Dan Ekonomi), (Bandung :Mandar Maju, 2004), Hal 16-17.

85

penilaiannya diperlukan penyesuaian dengan kemampuan, pengetahuan dan kondisi pemohon tersebut.

Sebagai barang jaminan atau agunan yang akan digunakan dalam pemberian kredit pemilikan kios ini, berupa kios atau los yang akan dibeli dan akan digunakan untuk tempat berusaha atau berjualan bagi pedagang tersebut.

Bagi para pedagang yang telah memiliki Kartu Tanda Bukti Hak (KTHB), untuk melaksanakan usahanya atau bila ingin melaksanakan usahanya atau bila ingin melaksanakan berjualan, harus dilengkapi dengan kartu ijin untuk berdagang yang diterbitkan oleh Dinas Perindustrian dan perdagangan Kabupaten/Kota. Kartu ini dikelompokkan berdasarkan jenis usahanya, yaitu kelompok kios, los atau kaki lima.

C. Bentuk Perjanjian Beli Kembali Dalam Pemberian Kredit Kepemilikan

Dokumen terkait