• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PENYELESAIAN SENGKETA KREDIT APABILA

A. Tinjauan Hukum Terhadap Penyelesaian

Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa perjanjian beli kembali ini bermula dari Perjanjian Kredit kepemilikan kios Pasar Pusat Sukaramai Pekanbaru yang dibuat oleh Debitur (pedagang) dengan Bank Danamon dalam hal penyelesaian kredit yang macet oleh debitur, sehingga perlu diketahui beberapa teori tentang perjanjian kredit.

Menurut Ch Gatot Wardoyo, dalam tulisannya mengenai klausula-klausula perjanjian kredit Bank, perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi yaitu diantaranya :92

1. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidak batalnya perjanjian lain yang mengikutinya. Misalnya perjanjian pengikat jaminan 2. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan

hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur.

3. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.

92

Ch. Gatot Wardoyo, dalam Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia

Sementara itu untuk menghindari kredit bermasalah ada beberapa prinsip lain dalam hal pemberian kredit yang berhubungan dengan debitur yang mesti diperhatikan oleh suatu Bank adalah sebagai berikut :

a. Prinsip Macthing. Yaitu harus macth antara pinjaman dengan aset perseroan. Jangan sesekali memberikan suatu pinjaman berjangka waktu pendek untuk kepentingan pembiayaan investasi yang berjangka panjang, karena hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya mismacth.

b. Prinsip kesamaan valuta, maksudnya adalah penggunaan dana yang didapatkan dari suatu kredit sedapat-dapatnya haruslah digunakan untuk membiayai atau investasi dalam mata uang yang sama. Sehingga risiko gejolak nilai valuta dapat dihindari.

c. Prinsip perbandingan antara pinjaman dan modal. Maksudnya adalah ada hubungan yang prudent antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal d. Prinsip perbandingan antara pinjaman dan aset. Alternatif lain untuk

menekan risiko dari suatu pinjaman adalah dengan memperbandingkan antara besarnya pinjaman dengan aset.93

Ada beberapa penggolongan mengenai kualitas kredit apakah kredit yang diberikan suatu bank termasuk kredit tidak bermasalah (performing loan) atau kredit bermasalah ( non performing loan) penggolongan tersebut adalah sebagai berikut:94

1. Lancar

2. Dalam perhatian khusus 3. Kurang lancar

4. Diragukan macet 5. Macet

Dan juga dapat diketahui bahwa salah satu hal yang harus diperhatikan dalam permohonan kredit pada bank adalah aspek jaminan atau dalam kredit disebut juga

collateral.

93

Rachmadi Usman , Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama. 2001) Hal 250

94

Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana risiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Penilaian terhadap jaminan ini menliputi jenis, lokasi, bukti pemilikan dan status hukumnya.95

Pada hakikatnya bentuk jaminan (collateral) tidak hanya berbentuk kebendaan, baik berupa jaminan kebendaan barang bergerak dan jaminan kebendaan barang tidak bergerak. Tetapi juga jaminan yang tidak berwujud seperti jaminan pribadi (personal guarantee/bortocht) dan jaminan perusahaan (corporate guarantee).

Sementara itu dalam perjanjian kredit antara pedagang pasar pusat Sukaramai Pekanbaru dengan Bank Ddanamon penjaminnya adalah PT. Makmur Papan Permata. Namun adakalanya setiap debitur (pedagang) tidak memenuhi prestasi terhadap perjanjian kredit yang dibuatnya. Walaupun debitur (pedagang) tersebut sudah dijamin oleh PT Makmur Papan Permata, Sehingga terjadinya kemacetan, keterlambatan, bahkan tidak terpenuhinya prestasi tersebut. Sehingga diperlukan langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan perjanjian kredit debitur (pedagang) yang wanprestasi tersebut. Berikut beberapa teori tentang wanprestasi dalam penyelesaian permasalahan tersebut

Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) dalam perjanjian dapat berupa empat macam, yaitu:96

95

Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit management Handbook, (Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada, 2007) Hal 292.

96

1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya. 2) Tidak melaksanakan apa yang dijanjikannya.

3) Melakukan apa yang dijanjikan tapi terlambat.

4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Wanprestasi juga termasuk kedalam akibat hukum perjanjian disamping tuntutan ganti rugi atas perbuatan wanprestasi tersebut. Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda ”wanprestatie”, artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan yang timbul karena undang-undang.97

Salah satu masalah dalam perjanjian beli kembali antara Bank Danamon Dan PT. Makmur Papan Permata ini adalah Wanprestasi tersebut dilakukan oleh pihak ketiga yaitu Debitur (pedagang), adapun wanprestasi tersebut biasanya disebabkan beberapa hal:

1. Menurunnya Pendapatan Debitur (Pedagang)

Menurunnya pendapatan debitur (pedagang) dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya, debitur (pedagang) tidak siap menghadapi kondisi pasar, komoditas yang diperjual belikan tidak mengikuti selera pasar, debitur (pedagang) tidak mampu bersaing dengan pedagang lainnya.

2. Dapat terjadi karena debitur (pedagang) tidak sanggup lagi membayar angsuran kreditnya.

97

3. Debitur (pedagang) tidak beritikad baik membayar angsuran kredit kiosnya tepat waktu.

Masalah tersebut diatas merupakan wanprestasi yang dilakukan oleh Debitur (pedagang) yaitu ”tidak memenuhi prestasi sesuai dengan yang diperjanjikan” terhadap perjanjian kredit yang dibuatnya dengan Bank Danamon dalam hal pembiayan kepemilikan kios pasar pusat sukaramai Pekanbaru.

Sehingga hal ini berakibat terhadap perjanjian beli kembali yang dibuat antara Bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata, dimana jika terjadi wanprestasi

yang dilakukan oleh debitur (pedagang) PT. Makmur Papan Permata selaku

Developer dari pembangunan Pasar Sukaramai tersebut harus menyelesaikan

permasalahan kredit debitur (pedagang) tersebut dengan cara membeli kembali kios tersebut dan menjualnya kepada pihak lain.

Masalahnya sekarang dalam perjanjian beli kembali yang dibuat antara Bank Danamon dengan PT. Makmur Papan Permata yang sudah ditandatangani kedua belah pihak yang bersangkutan, hanya merupakan kewajiban bagi Developer atau PT. Makmur Papan Permata dalam penyelesaian kredit Debitur (pedagang) karena dalam perjanjian beli kembali ini Developer atau PT. Makmur Papan Permata hanya merupakan sebagai penjamin atas perjanjian kredit tersebut.

Dokumen terkait