UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENGARUH PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP PERTUMBUHAN PDRB PERKAPITA
(STUDI KASUS KABUPATEN TOBA SAMOSIR)
SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH
VALENTINA SIAGIAN
050501081
EKONOMI PEMBANGUNAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
ABSTRACT
The research analyzes the reletion beetwen the Developing Regional
Percapita allocation in Toba Samosir Residence.The object is exhibite how far of
the effect Developing Regional to growth PDRB percapita allocation Toba
Samosir Residence.
The research use deskrif analyzes teori by interpretation and to analyzes
the data use computer Program SPSS 16.0 for windows evaluation version,and to
know the economics basis in Toba Samosir Residence use the Location Quotient
Teori.
The result shows that there is effects of Developing Regional to growth
PDRB percapita.Develop percapita can increase welfare.
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis hubungan antara pemekaran wilayah dengan
Pertumbuhan PDRB perkapita dengan studi kasus Kabupaten Toba
Samosir.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh
pemekaran wilayah terhadap pertumbuhan PDRB perkapita di Kabupaten Toba
Samosir.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan
menginterpretasikan data,dan untuk mengolah data dengan menggunakan program
komputer SPSS i6.0 for windows Evaluation version.Dan untuk melihat basis
ekonomi di Kabupaten Toba Samosir digunakan Teori Location Quotient.
Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya pengaruh pemekaran wilayah
terhadap pertumbuhan PDRB perkapita.Peningkatan PDRB perkapita Tersebut
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 6
1.3 Hipotesis ... 7
1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1.Pemekaran Wilayah ... 9
2.2.Manfaat Pemekaran Wilayah ... 12
2.3.Pengertian Pembangunan Ekonomi ... 14
2.4.Pembangunan Ekonomi Daerah... 17
2.5.Pertumbuhan Ekonomi ... 21
2.6.PDRB Perkapita ... 34
2.7.Pendapatan Regional dan Analisis LQ ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Ruang Lingkup Penelitian ... 36
3.2.Lokasi Penelitian ... 36
3.3.Jenis dan Sumber Data ... 36
3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.5.Metode Analisis ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Deskripsi Kabupaten Toba Samosir Sebelum Pemekaran ... 41
4.1.1.Kondisi Geografis ... 41
4.1.2.Kondisi Alam Dan Topografi ... 42
4.1.3.Kondisi Demografis ... 43
4.1.4.Potensi Wilayah ... 45
4.2.Pemerintah Kabupaten Toba Samosir ... 48
4.3.Sejarah Pemekaran Wilayah ... 56
4.4.Analisis dan Pembahasan ... 61
4.4.1.Identifikasi Lapangan Usaha Basis ekonomi ... 61
4.4.2.Perkembangan PDRB Perkapita KabupatenTapanuli Utara,Toba Samosir,Samosir ... 67
4.4.3.Perbedaan PDRB perkapita Kab.Toba Samosir Sebelum dan Sesudah Pemekaran ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 72
5.2.Saran ... 72
DAFTAR TABEL
No
Tabel
Judul Tabel Halaman
4.1 Luas Kabupaten Toba Samosir 42
4.2 Luas Wilayah ,Jumlah penduduk dan Kepadatan
Penduduk tahun 2006
44
4.3 Data Komoditi Perkebunan Toba Samosir 46
4.4 Kecamatan,Desa,Kelurahan Kab.Toba Samosir setelah
pemekaran
58
4.5 Luas Per Kecamatan Kab.Tobasa dan Kab.Samosir 60
4.6 Nilai LQ Kab Tobasa dan Kab Taput 63
4.7 Nilai LQ Kab Tobasa dan Kab Samosir 65
4.8 PDRB Perkapita 68
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Sejak diberlakukannya UU No.5 tahun 1974,pembangunan Indonesia
dituntut untuk memperhatikan istilah desentralisasi,yang dimaksudkan untuk
memberi kewenangan kepada pemerintah daerah dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat di daerah menurut prakarsa sendiri,berdasarkan aspirasi
sesuai dengan undang-undang.
Namun masih ditemukan banyak kelemahan yang terjadi di dalam
umdang-undang ini yaitu tidak secara tegas mengatur sampai seberapa jauh
tingkat otonomi yang dimiliki daerah atau yang diberikan pusat ke
daerah.Undang-undang ini hanya mencantumkan prinsip saja “pelaksanaan
otonomi yang bersifat nyata dan bertanggung jawab.”Sampai seberapa jauh
nyata-nya dan batas-batas tanggung jawab seperti apa tidak ditegaskan.Hal ini
mengakibatkan pembangunan tetap berjalan secara sentralistis yang tetap ditandai
dengan peraturan dan kebijakan yang diterapkan oleh pusat,dan pemerintah di
tingkat daerah praktis sekedar perpanjangan tangan dari pusat.
Sejalan dengan pembangunan dalam mencapai peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang adil dan merata dengan kondisi yang ada pembangunan
Indonesia mengalami kesenjangan kesejahteraan itu, ditengah arus globalisasi
yang membuat batas-batas Negara semakin tipis,mobilitas faktor produksi
semakin tinggi,arus informasi yang tidak terbendung,menurut sistem
memiliki keunikan sendiri,baik dari demografi maupun potensi
ekonominya.Melihat inilah maka pemerintah menetapkan UU No. 22 tahun 1999
dalam memberi acuan dasar yang cukup tegas bagi pemerintah daerah baik
provinsi maupun kabupaten untuk mengatur dan mengurus daerah sendiri.
Dalam acuan dasar tersebut setiap daerah harus membentuk suatu paket
otonomi yang konsisten dengan kapasitas dan kebutuhannya.Dalam Negara
majemuk seperti Indonesia,satu ukuran belum tentu cocok untuk semua
daerah.Dalam proses ini komunitas-komunitas lokal perlu dilibatkan oleh
masing-masing pemerintah kabupaten/kota,termasuk DPR untuk menjamin proses
desentralisasi secara lebih baik dan bertanggung jawab dimana mereka sebagai
salah satu stakeholder yang memiliki kepentingan mendalam untuk mensukseskan
otonomi daerah (Widjaja,2004:2).
Perjalanan desentralisasi inipun terus mengalami perkembangan
diberbagai daerah dan dalam pelaksanaannya banyak ditemukan kelemahan
terkhusus dari segi undang-undang yang mengaturnya sehingga dimunculkan
beberapa undang-undang seperti dengan berlakunya UU No. 32 tahun 2004
tentang pemerintah daerah dan UU No 33 tahun 2004 tentang hubungan keuangan
pusat-daerah.Kedua undang-undang ini semakin memberikan kemudahan dalam
melihat pencapaian pengelolaan daerah dimana pemerintah daerah.Hal ini yang
berekaitan erat dengan kemandirian pelaksanaan pemerintah daerah adalah
kebijakan fiscal daerah,termasuk pengelolaan keuangan daerah dan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 ,ada tiga kriteria
administratif, teknis dan kewilayahan. Secara administratif pemekaran antara lain
ialah persetujuan dari DPRD, Bupati/Walikota dan Gubernur serta rekomendasi
Menteri Dalam Negeri, sementara syarat teknis antara lain ialah kemampuan
ekonomi, sosial, budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan
dan keamanan. Sedangkan persyaratan kewilayahan antara lain adalah 4 (empat)
kecamatan untuk pembentukan kabupaten/kota, dan minimal 5 (lima)
kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi, serta didukung oleh ketersediaan
sarana dan prasarana pemerintahaan.
Berdasarkan ketentuan tersebut nyatalah bahwa tujuan pemekaran daerah
adalah untuk melancarkan pembangunan yang tersebar diseluruh wilayah dan
membina kestabilan politik dan kesatuan bangsa.Dengan kata lain ,bertujuan
untuk menjamin perkembangan dan pembangunan daerah yang dilkasanakn
dengan azas dekonsentrasi.Lebih terperinci tujuan tersebut seperti dijelaskan
dalam Undang-Undang No 32 tahun 2004 adalah :
1. Mempercepat laju pertumbuhan pembangunan
2. Upaya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
3. Upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat .
4. Mempertinggi daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintah di daerah.
5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan dan
pembangunan.
Namun seperti diketahui bahwa meskipun sudah ada otonomi
daerah,pembangunan di daerah tidak hanya berasal dari program regional,tetapi
berasal dari program pembangunan sektoral yang dilaksanakan oleh Departemen
teknis.Artinya program pembangunan daerah tersebut merupakan kombinasi dari
asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi.Dengan cara demikian diharapkan
disparitas kemajuan akibat pembangunan antar daerah dapat dikurangi.Keadaan
seperti ini merupakan suatu ciri negara sedang berkembang,yaitu masih tingginya
peranan pemerintah pusat dalam memperoleh dan menyalurkan dana kepada
daerah (Majidi.1991;4)
Dalam kenyataan pelaksanaan pembangunan sektoral di daerah sering
menimbulkan masalah.Hal ini disebabkan proyek pembangunan sektoral tersebut
tidak sesuai dengan keinginan(aspirasi) daerah seiring perencanaan pembanugnan
sektoral lebih bersifat top-down.
Pemekaran wilayah berakibat langsung terhadap terjadinya pembatasan
wilayah dengan luasan yang lebih kecil, persebaran penduduk lebih
konsentrasi,keuangan (PAD),dan perencanaan pembangunan yang lebih terarah
dan berkelanjutan.Hal ini merupakan konsekuensi,karena walaupun diadakan
pemekaran wilayah namun potensi wilayah yang bersifat alamiah dan sarana
prasarana wilayah yang sudah terbangun tidak akan dapat dibagi.Demikian juga
distribusi penduduk dan aktivitasnya yang sudah tersebar dengan keadaan saat ini
juga sangat sulit diubah.
Tolak ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari tingkat
pertumbuhan ekonomi,struktur ekonomi,dan semakin kecilnya ketimpangan
ukuran utama keberhasilan pembangunan dan hasil pertumbuhan ekonomi dapat
dinikmati semua lapisan masyarakat
Menurut pandangan ekonomi klasik (Adam smith )pada dasarnya ada 4
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu jumlah penduduk,jumlah
stok barang modal,luas tanah dan kekayaan alam serta tingkat teknologi yang
digunakan.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang
apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada
masa sebelumnya.Menurut Boediono(2001) pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.Proses pertumbuhan ekonomi
bersifat dinamis yang berarti berkembang terus-menerus.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) salah satu indikator untuk
melihat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dan sangat dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan.PDRB merupakan keseluruhan nilai tambah yang dasar
pengukurannya timbul akibat adanya aktivitas ekonomi dalam suatu daerah atau
wilayah.Data PDRB menngambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola
sumber daya alam yang dimilikinya.PDRB perkapita merupakan hasil dari
pembagian PDRB dengan jumlah penduduk,dengan kata lain pembentukan PDRB
perkapita dapat dilihat dari meningkatnya nilai tambah sektor-sektor ekonomi
yang ada dalam wilayah tersebut.Penelitian ini terfokus pada pemekaran wilayah
kanupaten/kota.
Berdasarkan uraian di atas,penulis mencoba menganalisis sejauh mana
pertumbuhan PDRB perkapita.Untuk itu penulis mengambil judul “Pengaruh
pemekaran wilayah terhadap pertumbuhan PDRB perkapita (studi kasus Kabupaten Toba Samosir) .
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas,maka rumusan masalah yang dapat diambil
sebagai berikut :
1. Apakah pemekaran kabupaten akan menyebabkan perubahan
aktivitas basis ekonomi Kabupaten Toba Samosir?
2. Bagaimana pengaruh pemekaran wilayah terhadap
pertumbuhan(peningkatan) PDRB perkapita di Kabupaten
Toba Samosir?
3. Apakah ada perbedaan PDRB perkapita sebelum dan sesudah
pemekaran wilayah?
1.3.HIPOTESIS
Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,maka penulis
membuat hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat perubahan aktivitas basis ekonomi sebelum dan sesudah
2. Dengan adanya pemekaran wilayah pertumbuhan PBRD perkapita di
Kabupaten Toba Samosir mengalami peningkatan.
3. Dengan adanya pemekaran wilayah ,terdapat perbedaan PDRB perkapita
sebelum dan sesudah pemekaran.
1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perubahan aktivitas basis ekonomi di kabupaten Toba
Samosir.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemekaran wilayah terhadap pertumbuhan
(peningkatan) PDRB perkapita di Kabupaten Toba Samosir.
3. Untuk melihat perbedaan PDRB perkapita sebelum dan sesudah
Pemekaran wilayah.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan atau kajian untuk melakukan penelitian
selanjutnya atau sebagai bahan perbandingan bagi pengambilan
keputusan oleh pihak yang berwenang.
2. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi USU,terutama bagi mahasiswa departemen
3. Untuk memperkaya wawasan ilmiah dan non ilmiah penulis dalam
displin ilmu yang penulis tekuni serta mengaplikasikannya secara
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1.Pemekaran Wilayah
Pemekaran wilayah dapat diartikan sebagai upaya mendirikan bagian
wilayah tertentu melalui peningkatan kedudukan ,baik status maupun
perannanya dalam administrasi pemerintahan Negara,sehingga masing-masing
bagian wilayah tersebut menjadi daerah otonomi lainnya. Dengan pengertian
tersebut, pemekaran wilayah berarti juga pemberian tanggung jawab
pengelolaan pemerintah dan pembangunan yang lebih besar, sehingga pada
akhirnya masing-masing daerah akan berkembang dalam suatu ikatan Negara
dan laju pembangunan pada semua wilayah akan semakin seimbang dan
serasi (Santoso,2001).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
pokok-pokok pemerintahan di daerah, suatu daerah otonom bertanggung jawab
mengatur urusan rumah tangga sendiri. Besar kecilnya tanggung jawab
tersebut dapat dilihat dari berbagai indikator seperti aspek kuantitatif yang
mencakup jumlah penduduk,wilayah bawahan,luas wilayah dan kelengkapan
wilayah, sedangkan dari aspek kualitatif mencakup kondisi geografis , potensi
wilayah dan sumber pendapatan.
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tersebut menyatakan dengan
jelas adanya desentralisasi, artinya diberikan kewenagan dan tanggung jawab
kepada badan dan organisasi di daerah untuk melaksanakan pembangunan
yang diwujudkan dengan pemberian otonom kepada daerah untuk
berarti seluruh pertanggungan pengelolaan dan pembiayaan program-program
dilakukan oleh pemerintah dan daerah .
Konsep baru tentang otonomi daerah dituangkan dalam
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya direvisi
kembali dengan Undang-undang No 32 Tahun 2004, menyebutkan daerah
otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Jaweng (2001) , beberapa alasan dilakukannya perbaikan
(revisi) terhadap Undang-undang N0 32 tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah ke dalam Undang-undang No 32 tahun 2004 adalah:;
• Alasan formal, yakni adanya mandat yang diberikan oleh MPR
melalui Tap No.IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah.Inti dari ketetapan majelis ini
adalah rekomendasi perlunya perintisan awal untuk mulai melakukan
revisi yang bersifat mendasar terhadap perlunya UU Pemerintahan
Daerah yang berlaku. Diharapkan revisi itu nantinya bisa menciptakan
kesesuaian dengan maksud bunyi pasal 18 UUD 1945 dan termasuk
merencanakan soal pemberian otonomi bertingkat terhadap
propinsi,kabupaten/kota,desa/marga/nagari dan lain sebagainya.
• Alasan ketidaklengkapan materi pengaturan sehingga menjadi
potensial problem dalam pelaksanaanya. Undang-undang yang lahir di
tahun 1999,kenyataannya mengabaikan sejumlah muatan dasar yang
mestinya dicakup di dalamnya,atau mengaturnya secara tidak jelas
dan tidak utuh sehingga menyebabkan kerancuan makna
tafsirannya.Salah satu bukti ketidaklengkapan ini, dan pengaturan atas
sebagiannya juga rancu, adalah menyangkut kedudukan gubernur
sebagai wakil pemerintah pusat dan status propinsi sebagai wilayah
administratif(selain sebagai daerah otonom terbatas ).
• Alasan inkonsistensi. Dalam hal ini,sejumlah pasal dalam
Undang-undang No.22 Tahun 1999 menunjukkan bahwa antara maksud dan
prinsip dasar otonomi dengan terjemahannya dalam rupa pasal-pasal
tersebut malah terjadi ketidaksesuaian (asimetris). Ketidaklengkapan
dan inkonsistensi semacam itu membawa implikasi yang serius
sepanjang perjalanan otonomi daerah sekarang ini, yang menimbulkan
efek berlebihan dan kontraproduktif dari maksud awalnya. Hal tersebut
paling nampak dalam kelahiran ribuan peraturan daerah (perda) yang
belakangan ini ramai diperbincangkan.
Dalam aspek keuangan, suatu daerah otonom harus mampu dan
mempunyai rencana penerimaan dan pengeluaran daerah. Daerah otonom
yang mandiri lebih mengutamakan sumber-sumber penerimaan dari
Pendapatan Asli Daerah yang kemudian diperkuat oleh pendapatan yang
bersumber dari pemerintah pusat. Oleh sebab itu, sangat tergantung kepada
kemampuan aparat pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber
2.2. Manfaat Pemekaran Wilayah
Dalam kaitannya dengan pembangunan wilayah, terdapat tiga unsur
yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pembangunan dan sangat
penting diperhatikan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan
pembangunan. Ketiga unsur tersebut di atas merupakan satu kesatuan yang
saling terkait antara satu sama lain dan secara bersama-sama mempengaruhi
pembangunan.
Unsur-unsur tersebut adalah : (a) Daerah, dalam arti tanah, baik yang
produktif maupun tidak produktif beserta penggunaanya. Dalam pengertian
ini terkait dengan kondisi lokasi (letak),luas dan batas yang merupakan
kondisi goegrafis setempat, (b) penduduk, yang meliputi jumlah,pertambahan,
kepadatan, persebaran dan mata pencaharian, (c) tata kehidupan, meliputi:
pola tata pergaulan warga (Bintarto,1983).
Selanjutnya oleh Bintarto (1983) dijelaskan bahwa ketiga unsur
tersebut merupakan faktor dasar yang masih harus dikelola untuk
mewujudkan pembangunan.. Dalam pengertian bahwa pembangunan itu
sendiri ditentukan oleh usaha manusia dan tata geografi.
Nilai-nilai sosial yang merupakan cara hidup masyarakat, dapat
sebagai penghambat dan pendukung pembangunan. Oleh sebab itu, rencana
dan pelaksanaan pembangunan harus diselaraskan dengan kondisi sosial
masyarakat.sebagai contoh, bagi masyarakat yang masih didominasi sistem
ekonomi jasa yang tradisional, akan sulit menerima sistem perekonomian
diketahui perekonomian modern tersebut sangat berperan menunjang
kemajuan masyarakat. Salah satu penghambat dalam hal ini adalah hubungan
kekerabatan yang sangat erat yang dapat menghalangi proses pengawasan
terhadap penyelewengan.
Peran serta penduduk dalam pembangunan dipengaruhi oleh sikap
atau penilaiannya sendiri terhadap pembangunan, dan bukan oleh nilai-nilai
atau norma-norma yang hidup melembaga didalam masyarakat. Nilai-nilai
bersifat abstrak dan memberikan pengarahan yang normatif, sehingga tidak
dapat (sangat sulit) berubah, sedangkan sikap manusia lebih realistis,
sehingga mudah berubah (Pearson dalam Soedjito,1987). Juga dijelaskan
bahwa sikap merupakan fungsi dari kepentingan, sedangkan kepentingan
ditentukan oleh situasi lingkungan.
Sebagaimana pada umumnya, semua orang akan berkepentingan
untuk meningkatkan kesejahteraan. Melihat hubungan demikian, untuk
melaksanakan pembangunan yang harus berorientasi bagi peningkatan
kesejahteraan penduduk. Artinya, masyarakat perlu disadarkan bahwa upaya
pembangunan yang dilaksanakan adalah demi kesejahteraan masyarakat,
dengan demikian masyarakat akan berkepentingan dan selanjutnya
dicerminkan dalam sikap mendukung pembangunan. Kepentingan masyarakat
pedesaan harus bersifat langsung dan nyata. Dalam hal ini harus bersifat
langsung dan nyata, menyentuh aspek-aspek perekonomian masyarakat yang
pada umumnya tergolong lemah (warpani , 1984).
Bagi masyarakat pedesaan, adakalanya kesadaran akan pentingnya
dilakukan melalui pemberian informasi ataupun tekanan-tekanan seperti
tekanan ekonomi maupun politik. Dengan demikian masyarakat akan
merasakan pembangunan sebagai kepentingannya sendiri sehingga mau
melaksanakan pembangunan dengan sukarela tanpa merasa terpaksa.
Kemudian agar perubahan-perubahan dirasakan tidak melanggar/menyalahi
norma-norma yang hidup dan dipelihara oleh masyarakat,perlu kiranya agar
perubahan tersebut didasari suatu prinsip idiologis.Idiologis tersebut akan
menjadikan alasan pembenar (justification) terhadap perubahan yang
direncanakan (Parson dalam Soedjito,1987) Prinsip idiologis tersebut hidup
dalam masyarakat dan pada umumnya sebagai motto hidup masyarakat dan
bernegara. Bagi masyarakat Indonesia, Prinsip idiologis tersebut adalah
Pancasila.
2.3.PENGERTIAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Pembangunan ekonomi adalah suatu cara untuk memajukan dan
memeberikan kesejahteraan kepada masyarakat yang merupakan usaha untuk
menghilangkan suatu mata rantai dari lingkungan kemiskinan yang dihadapi
masyarakat berkembang,sedangkan dalam UUD 1945 dikatakan bahwa
bangsa Indonesia bertujuan untuk melindungi segenap bangsa , individu dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, maka sudah sewajarnya Indonesia
melakukan pembangunan yang telah tercermin dalam GBHN yang berisikan
tujuan pembanguan.Hasil dari pembangunan itu sendiri yaitu untuk
dan spiritual berdasarkan pancasila dalam wadah NKRI yang merdeka,
berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat yang bersuasana perikehidupan
yang aman, damai,serta dal;m lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka,bersahabat,tertib, dan damai.
Banyak terdapat defenisi tentang pembangunan ekonomi,baiknya kita
tinjaau tentang pengertian pembangunan ekonomi yang diartikan sebagai
proises yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat
mengalami peningkatan dalam jangka panjang.Dari defenisi ini mengandung
tiga unsur yaitu:
1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terus menerus yang
didalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk
investasi .
2. Usaha peningkatan pendapatan perkapita.
3. Berlangsung dalam jamgka waktu yang lama.
Perkembangan ekonomi selalu dipandang sebagai kenaikan dalam
pendapatan perkapita karena kenaikan pendapatan perkapita merupakan suatu
pencerminan dari timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi
masyarakat.Namun masalah pembangunan merupakan suatu jalinan eksistensi
dari masyarakat sosial dan ekonomi, oleh karena itu kebijakan
pembangunan ekonomi yang dilaksanakan perlu mempertimbangkan
faktor-faktor yang bersifat non ekonomi yaitu untuk melengkapi analisis yang
ditinjau dari sudut ekonomi.
Dalam memberikan defenisi pembangunan ekonomi para ahli
mereka sehingga lahirlah suatu pengertian pembangunan yang baru yang
dikemukakan dalam buku Todaro (Todaro 1996) dalam bukunya Economic
For Development World And Intoduction to Principles Problem And
Policres For Development,yang mengatakan pembanguan ekonomi sebagai
suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar
dalam stuktur sosial, sikap mental yang sudah terbiasa, lembaga nasional
termasuk pula percepatan pra ekonomi pengurangan dan pemberantasan
kemiskinan yang absolut.
Pengertian pembangunan ekonomi telah mengalami perubahan yang
mencakup dimensi yang luas,terpadu dan mencakup sebagai aspek
kehidupan,oleh sebab itu pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis
dan bukan sebagai konsep yang statis dalam memahami ekonomi
pembangunan, perlu juga dibedakan pembangunan ekonomi (Economic
Development) dan pertumbuhan ekonomi(economic growth).
Dalam pembangunan ekonomi terkandung arti adanya usaha untuk
meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat atau GDP, Dimana kenaikan
dibarengi oleh perombakan dan modernisasi serta memperhatikan aspek
pemerataan pendapatan (Income Inquirey)sedangkan pertumbuhan ekonomi
diikutkan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa
memandang kenaikan itu lebih besar atau lebihkecil daripendapatan penduduk
dan tanpa memandang pembahasan struktur ekonomi.
Pada umumnya pembangunan selalu dibarengi dengan pertumbuhan,
tetapi pertumbuhan belum tentu disertai dengan pembanguan .Pada tingkat
pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya. Sehubungan dengan itu,istilah
pertumbuhan ekonomi yang biasa terdapat di negara maju, dimana struktur
ekonominya yang sudah terindustri yang tidak mengalami perubahan struktural
lagi, sedangkan pembangunan dan kemajuan ekonomi di negara-negara
berkembang yang mengalami proses perubahan struktural dari
keterbelakangan ke arah kemajuan dan modernisasi.
2.4.PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
Sebelum kita membahas tentang pembangunan ekonomi daerah,
terlebih dahulu dibahas tentang pengertian daerah/regional.Pengertian regional
dipandang dari sudut tinjauan ekonomi adalah suatu ekonomi ruang yang
berada dibawah satu administrasi tertentuseperti Propinsi,Kabupaten,Kecamatan
dan sebagainya.Jadi daerah disini didasarkan pada pembagian administrassi
suatu Negara.daerah daalam pengertian seperti ini, dinamakan daerah
perencanaan aatau daerah administrasi.Lebih lanjut dikatakan pembangunan
daerah merupakan suatu kegunaan pembangunan ,baik yang termasuk
maupun yang tidak termasuk urusan Rumah Tangga (RT) daerah yang
meliputi berbagai sumber pembiayaan baik yang berasal dariAnggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan yang berasal dari luar
masyarakat. Kegunaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh
pemerintah termasuk BUMN,BUMD adalah berasal dari masyarakat lainnya.
Dari uraian ini kita menggunakan sumber-sumber pembiayaan
masyarakat, sehingga pembangunan di daerah dapt dibagi dalam 3 kelompok
1. Pembangunan dari pemerintah daerah yaitu pembangunan yang
dibiayai dari PAD (Pendapatan Asli Daerah),perencanaan,prioritas
proyek,dann kebijaksanaan dilaksanakan oleh daerah .
2. Pembangunan yang menjadi kewajiban pemerintah pusat tetapi
pelaksanaannya oleh pemerintah daerah, misalnya proyek yang
dibelanjai oleh daerah.
3. Pembangunan yang menjadi kewajiban pemerintah daerah yang
pelaksanaannya oleh pemerintah pusat tetapi alokasinya berada di
daerah pembangunan yang merupakan kewaajiban pemerintah daerah
yang dibiayai dari sumber APBD (Anggaran Pendapatan Belanja
Negara).APBD menggambarkan kemampuan daerah memobilisasi
potensi keuangannya. Adapun penerimaan dari sumber daerah adalah
cukup besar maka berarti pula mengurangi ketergantungan daerah
yang bersangkutan kepada pusat;.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah
daerah masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu
pola kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta untuk menciptakan
lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi dalam kurun
waktu tertentu.Masalah pokok dalam pembangunan daaerah adalah terletak
pada penekanan terhadap kebijakan pembangunan yang didasarkan pada
kekhsan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber daya
menusia (SDM),kelembagaan,dan sumber daya fisik maupun local .Orientasi ini
mengarahkan pada pengambilan inisiatif yang berasal dari daerah tersebut
merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.Pembangunan ekonomi daerah adalah
suatu proses mencakup pembentukan inisiatif yang baru,pembangunan industri
alternatif,perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk
dan jasa yang lebih baik,identifikasi pasar baru,alih ilmu pengetahuan dan
pengembngan-pengembangan perubahan baru.
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama
untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat
daera.Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut,pemerintah daerah dan
masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan
daerah,oleh karena itu,pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakat dan
dengan menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan
mengembangkan perekonomian daerah.
Dalam hal pembangunan daerah pemerintah daerah mengambil beberapa
peranan sebagai berikut :
1. ENTERPRENEUR
Dalam hal ini pemerintah daerah bertanggungjawab untuk menjalankan
suatu usaha bisnis,pemerintah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri
(BUMN),aset pemerintah daerah harus dapat dikelola dengan baik,sehingga
ekonomis dan menguntungkan.
2. KOORDINATOR
Dalam hal ini berfungsi untuk menetapkan atau menghasilkan strategi bagi
pembangunan daerahnya,perluasan dari peranan ini,dalam pembangunan ekonomi
melibatkan kelompok dalam masyarakat dalam proses pengumpulan dan
koordinator pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga
pemerintahan lainnya,dunia usaha,dan masyarakat dalam penyusunan
sasaran-sasaran ekonomi,rencana-rencana dan strategi-strategi.Pendekatan ini sangat
potensial dalam menjaga konsistensi pembangunan daerah dengan nasional dan
menjamin bahwa perekonomian daerah akan bermanfaat kepada masyarkatnya.
3. FASILITATOR
Pemerintah daerah dapat mempercepat pembanguan melalui perbaikan
lingkungan cattitudinal (prilaku atau budaya masyarkat) di daerah.Hal ini akan
mempercepat pembangunan dan prosedur perencanaan serta pengaturan penetapan
daerah(zoning yang lebih baik)
4. STIMULAN
Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan
usaha melalui tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan untuk masuk
ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang ada tetap
berada di daerah tersebut.Stimulasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain pembuatan brosur-brosur penembangan kawasan industri,pembuatan
outlet untuk produk industri kecil,dan membantu industri kecil untuk melakukan
pameran.
2.5.PERTUMBUHAN EKONOMI
1.Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Simon Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan
jangka panjang dalam kemampuan suatu negara menyediakan semakin banyak
dengan kemajuan teknologi,dan penyesuaian kelembagaan,dan ideologis yang
diperlukannya.Defenisi ini mempunyai 3 komponen : pertama,pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan
barang ,kedua teknologi maju merupakan faktor dalam perumbuhan ekonomi
yang menentukan derajat kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang
kepada penduduk;ketiga,penggunaan teknologi secara luas dan efisien
memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga
inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan secara tepat.
Secara umum pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan
kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan
jasa-jasa.Dengan perkataan lain bahwa pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk
kepada perubahan yang bersifat kuantitatf (quantitative change) dan biasanya
diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (GDP) atau pendapatan
atau nilai akhir pasar (total market value) daari barang akhir dan jasa (finalgoods
and service) yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu
tertentu (biasanyasatu tahun).
Dalam defenisi pertumbuhan ekonomi dapat dilihat bahwa terdapat
perspektif waktu jangka panjang suatu perekonmian dikatakan mengalami
pertumbuahan apabila dalam suatu waktu yang cukup lama (10,20,50 tahun atau
bahkan lebih lama lagi) mengalami kenaikan output perkapita,tentu saja dalam
waktu tersebut bisa terjadi kemerosotan output perkapita,karena gagal panen
misalnya,tetapi apabila dalam waktu yang cukup panjang tersebut output
perkapita menunjukkan kecenderungan menaik bagi output perkapita saja tidak
tersebut.Dengan kata lain proses pertumbuhan itu sendiri menghasilkan kekuatan
bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan dalam periode selanjutnya.
2.Metode Perhitungan PDRB
1. Metode Langsung
Dengan pendekatan produksi (production approach) produk nasional atau
produk domestic bruto diperoleh dengan menjumlahkan nilai pasar dari
seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sector dalam
perekonomian .Dengan demikian ,GNP atau GDP menurut pendekatan
produksi ini adalah merupakan penjumlahan dari harga masing masing barang
dan jasa dikalikan dengan jumlah atau kuantitas barang atau jasa yang
dihasilkan .Hal ini secara matematis dapat dinyataakan sebagai berikut:
Y=
∑
=1
t
PtQ1
Dimana
Y = Produk Nasional atau Produk Domestik Bruto (GNP atau GDP)
P = Harga barang unit ke-1 hingga unit ke-n
Dengan perkataan lain GNP atau GDP diperoleh dengan menjumlahkan
nilai tambah (value add) yang dihasilkan oleh berbagai sektor yang dihasilkan
perekonomian.Dalam hal ini sektor GNP atau GDP merupakan penjumlahan dari
nilai GNP merupakan penjumlahan dari nilai tambah dari sektor
pertanian,ditambah nilai tambah dari sektor pertambangan,ditambah dari nilai
tambah sektor manufaktur dan seterusnya .
2. Pendekatan Pendapatan
Pendekatan pendapatan (income approach) adalah suatu pendekatan
dimana pendapatn nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan dari
berbagai faktor produksi yang memberi konstribusi terhadap proses
produksi.Dalam hubungan ini pendapatan nasional adalah merupakan
penjumlahan dari unsur-unsur atau jenis-jenis pendapatan :
a) Kompensasi untuk pekerja (compensation for employess),yang terdiri
dari upah(wages) dan gaji(salaries) ditambah factor rent terhadap upah
dan gaji (misalnya kontribusi pengusaha untuk rencana-rencana
pensiun dan dana jaminan sosial,dan ini merupakan komponen
terbesar dalam pendapatan nasional.
b) Keuntungan perusahaan (corporate profit),yang merupakan
kompensasi kepada pemilik perusahaan dimana sebagian yang
daripadanya digunakan untuk membayar pajak keuntungan
perusahaan (corporate profit takes),sebagian lagi dibagikan kepada
pemegang saham (stockholder) sebagai deviden dan sebagian lagi
c) Pendapatan usaha perorangan (proprictors profit),yang merupakan
kompensasi atas penggunaan tenaga kerja dan sumber-sumber dari
self employeed person,misalnyapetani,selfemployeed professional,dan
lain-lain.
d) Pendapatan sewa (rentailncome of person),yang merupakan
kompensasi untuk pemilik tanah,rental business dan residential
properties.Termasuk di dalam pendapatan sewa dari mereka yang
tidak terikat dalam bisnis real estate;pendapatan sewa dihitung untuk
rumah-rumah non form yang dihuni sendiri oleh pemiliknya, dan
royalitas yang diterima oleh orang dari hak paten,hak cipta, dan hak
terhadap sumber daya alam.
e) Bunga netto (net interest),terdiri atas bunga yang dibayar oleh
perusahaan dikurangi bunga yang diterima oleh perusahaan ditambah
bunga netto yang diterima dari luar negeri.Bunga yang dibayar oleh
pemerintah dan konsumen tidak termasuk didalamnya.
Secara matematis pendapatan nasional berdasarkan pendekatan
pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana : Yw menunjukkan pendapatan dari upah ,gaji dan pendapatan
lainnya sebelum pajak,Yr adalah pendapatan dari bunga,Ynr dan Ynd adalah
pendapatan dari keuntungan perusahaan dan pendapatan lainnya sebelum
pengenaan pajak.
3. Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan pengeluaran adalah pendekatan dimana produk nasional atau
produk domestik bruto diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari
seluruh permintaan akhir (final demand) atas output yang dihasilkan di dalam
perekonomian ,diukur pada harga pasar yang berlaku. Dengan perkataan
lain,produk nasional atau produk domestik bruto adalah penjumlahan nilai pasar
dari permintaan sektor rumah tangga untuk barang-barang konsumsi dan jasa-jasa
(C),permintaan sektor bisnis untuk barang-barang investasi (I),pengeluaran
pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa(G),dan pengeluaran sektor luar
negeri untuk ekspor dan impor (X-M).
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
Y = Pendapatan Nasional (GNP atau GDP)
C = Nilai pasar pengeluaran pemerintah untuk barabg-barang dan jasa-jasa
(pemerintah
Pusat, daaerah tingkat I dan II)
X = Nilai pasar peneluaran atas barang-baarang dan jasa-jasa yang diekspor
M = Nilai pasar pengeluaran atas barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor
a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C)
Adapun yang dimaksud dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga
(personal consumption expenditure) adalah total dari nilai pasar barang-barang
dan jasa-jasa yang dibeli oleh rumah tangga institusi nirlaba (non profit
institution) dan nilai dari barang dan jasa yang diterima oleh mereka sebagai
pendapatan.
b. Pengeluaran investasi
Adapun pengeluaran investasi atau pembentukan modal domestik bruto
(gross private domestic investment) adalah total nilai pasar dari pembelian
bangunan-bangunan yang baru dihasilkan dan peralatan tahan lama milik
produsen,ditambah nilai perubahan didalam volume persediaan yang dimiliki atau
dikuasai oleh perusahaan.Dengan kata lain,pe,bentukan modal domestic bruto
tersebut mencakup produksi dari seluruh barang-barang investasi seperti untuk
yang baru dibangun pada tahun yang bersangkutan,ditambah setiap tambahan
netto (net addition) terhadap stok modal perekonomian.
c. Pengeluaran pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa (government
purcashe of goods and services)
Mencakup pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah,baik
pusat maupun daerah (Dati I dan II)dan sejenisnya meliputi pengeluaran
pemerintah untuk menambah perangkat keras (haardware) militer untuk
kepentingan pertahanan Negara,pengeluaran untuk membiayai gaji
pegawai,perbaikan jalan,pendidikan,dan lain-lain.
d. Pengeluaran Ekspor Netto
Pengeluaran ekspor netto (net ekspor) adalah nilai pasar ekspor
barang-barang daan jasa-jasa.
II. Metode TIdak Langsung
Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan
mengalokasikan nilai tambah ke dalam masing-masing kelompok kegiatan
ekonommmi pada tingkat regional sebagai alokator digunakan yang paling besar
tergantung atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.
3. PDRB menurut harga berlaku dan harga konstan
Pendapatan regional suatu propinsi dapat dipakai untuk mengukur
kenaikan tingkat pendapatan masyarakat.kenaikan itu dapat disebabkan oleh dua
faktor yaitu:
• Kenaikan pendapatan yang benar-benar dapat menaikkan daya beli
• Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena
inflasi,kenaikaan pendapatan yang disertai kenaikan harga pasar
tidak menaikkan daya beli masyarakat dan kenaikan semacam ini
merupakan kenaaikan pendapatan yang tidak riil.Oleh karena itu
berdasarkan kenyataan di atas untuk mengetahui kenaikan
pendapatan yang sebenarnya (riil) maka faktor inflasi harus
dieleminir. Pendapatan regional dengan faktor inflasi (factor inflasi
belum dihilangkan) merupakan pendapatan regional dengan harga
berlaku,sedangkan pendapatan regional dimana faktor inflasi tidak
lagi diperhitungkan disebut dengan pendapatan regional atas dasar
harga konstan.
4. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh 2 macam factor yaitu
faktor ekonomi dan faktor non ekonomi.
• Faktor ekonomi
Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utma
mempengaruhi pertumbuhan,jatuh atau bangunnya perekonomian adalah
konsekuensi dari perubahan yang terjadi dalam faktor produksi tersebut.
1. Sumber Daya Alam
Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian
adalah sumber daya alam atau tanah.Tanah sebagai mana dipergunakan dalam
ilmu ekonomi mencakup sumber daya alam seperti kesuburan tanah, letak dan
Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi tersedianya sumber daya alam
secara melimpah merupakan hal yang penting,suatu negara yang kekurangan
sumber daya alam tak akan dapat membangun dengan cepat sebagaimana
dikatakan Lewis,”Dengan hal-hal lain yang sama,orang dapat mempergunakan
lebih baik kekayaan alamnya dibandingkan apabila mereka tidak memilikinya.”
2. Akumulasi Modal
Faktor ekonomi terpenting kedua dalam pertumbuhan adalah akumulasi
modal.Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat
direproduksi.Apabila stok modal dalam batas waktu tertentu ,hal ini dapta disebut
akumulasi modal atau pembentukan modal.Dalam ungkapan Nurksee,makna
pembentukan modal adalah masyarakat tidak melakukan saat ini sekedar untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak,akan tetapi
mengarahkan sebagian besar daripadanya untuk pembuatan barang
modal,alat-alat,mesin-mesin,pabrik dan peralatan-peralatannya.Dalam hal ini pembentukan
modal berarti investasi dalam bentuk barang modal yang dapat menaikkan stok
modal,output nasional dan pendapatan nasional.
Proses pembentukan modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri
serta mencakup tiga tahapan yang saling berkaitan .(a) keberadaan tabungan nyata
dan kenaikannya;(b)keberadaan lembaga keuangan dan menyalurkan ke jalur
yang dikehendaki;(c) menggunakan tabungan untuk investasi barang modal.
Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan.Organisasi
berkaitan dengan penggunaanfaktor produksi dalam kegiatan ekonomi bersifat
melengkapi modal,buruh,dan membantu meningkatkan produktivitasnya.
4. Kemajuan Teknologi
Perubahan teknologi dianggap sebagai sektor paling penting dalam proses
pertumbuhan ekonomi.Perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam metode
produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian
baru.Perubahan teknologi telah menaikkaan produktivitas buruh,modal,dan sektor
produksi lainnya.
5. Pembagian kerja dan Skala Produksi
Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan
produktivitas.Keduanya membawa perekonomian ke arah ekonomi skala besar
yang selanjutnya membantu perkembangan industri.
• Faktor non ekonomi
Faktor non ekonomi dalam kenyataan pada umumnya sektor non ekonomi
mempengaruhi keberadaan faktor non ekonomi yang dibicarakan di atas yaitu :
1. Faktor social
Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi,pendidikan dan kebudayaan barat membawa kearah
penalaran(reasoning) dan skeptisme.Ia menanamkan semangat yang
menghasilkan berbagai penemuan baru juga merubah cara
pandang,harapan,sruktur,dan nilai-nilai sosial.
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam
pertumbuhan ekonomi.
3. Faktor Politik Dan Administratif
Faktor politik dan administratif juga membantu pertumbuhan
ekonomi modern.pertumbuhan ekonomi negara-negara maju merupakan hasil dari
stabilitas politik dan administrasi yang kokoh.
5. Teori-teori tentang Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefenisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor-faktor apa saja yang menetukan kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang,dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut
berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono,1999).
1. Teori Klasik
Ahli ekonomi klasik meyakini adanya perekonomian persaingan sempurna
dan hanya ekonomi persaingan sempurna maka seluruh sumber ekonomi dapat
dimanfaatkan secara maksimal atau full employment.Para ahli ekonomi klasik
menyatakan bahwa full employment itu hanya dapat dicapai apabila
perekonomian bebas dari campur tangan pemerintah dan sepenuhnya diserahkan
menurut mekanisme pasar.
Semua kaum klasik memandang bahwa penumpukan modal sebagai kunci
kemajuan,karena itu mereka menekankan betapa penting arti tabungan dalam
investasi .Semakin besar keuntungan merangsang investasi,semakin besar
keuntungan,semakin besar pula akumulasi modal dan investasi.
2. Teori Ricardian
David Ricardo mengungkapkan pandanganya mengenai pembangunan
ekonomi dalam bukunya The Principles of Political Economy and Taxation.David
mengungkapkan bahwa faktor yang terpenting dalam pertumbuhan ekonomi
adalah buruh,pemupukan modal,perdagangan luar negeri.Seperti ahli ekonomi
modern,teori Ricardo lebih menyetujui pemupukan modal melalui
tabungan,tabungan dapat dibentuk melalui penghematan
pengeluaran,memprodukssi lebih banyak dan dengan meningkatkan keuntungan
serta mengurangi harga barang.
3. Teori Harodd-Domar
Model pertumbuhan Harodd-Domar dibangun berdasarkan pengalaman
negara maju.Harodd dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi
didalam proses pertumbuhan ekonomi,khususnya mengenai watak ganda yang
dimiliki oleh investasi.Pertama.Ia menciptakan pendapatan dan Kedua ia
memperbesar kapasitas produksi perekonomiandengan cara meningkatkan stok
modal.karena itu selama investasi netto tetap berjalan,pendapatan nyata dan
output akan senantiasa tambah besar.
Harodd-Domar (Suryana 2001) mengembangkan analisa Keynes yang
menekankan tentang perlunya penanaman modal dalam menciptaakan
pertumbuhan ekonomi.Setiap usaha harus menyelamatkan proporsi tertentu dari
pendapatan nasional yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan
2.6. PDRB PERKAPITA
PDRB perkapita adalah jumlah seluruh nilai tambah dari produk yang
dihasilkan oleh berbagai sektor yang melakukan kegiatan usahanya disuatu tempat
tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi yang dipakai.Yang
dimasukkan dengan nilai tambah adalah nilai produktif (output) dikurangi dengan
biaya antara (input).PDRB perkapita dapat digunakan sebagai gambaran rata-rata
pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari keseluruhan
proses produksi sektor-sektor ekonomi dalam suatu wilayah.
PDRB perkapita suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai pendapatan
perkapita apabila seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) dari seluruh kegiatan sektor
ekonomi di daerah benar-benar seluruhnya dinikmati oleh masyarakat wilayah
tersebut,atau dengan kata lain bahwa seluruh nilai tanbah bruto yang dihasilkan
oleh seluruh sector-sektor ekonomi di suatu wilayah yang dibawa ke luar dari
wilayah tersebut sama besarnya dengan nilai tambah bruto sektor ekonomi di
wilayah lain yang dibawa masuk penduduk wilayah tersebut ke dalam
wilayahnya.
Dalam menentukan PDRB perkapita,dimana nilai tambah bruto setiap
sektor ekonomi yang dinikmati oleh penduduk daerah tersebut sangat dipengaruhi
oleh pertumbuhan penduduk,jika pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan
sedemikian rupa maka PDRB perkapita dapat ditingkatkan.
2.7.Pendapatan Regional dan Analisis Location Quotient
Konsep basis ekonomi untuk mengetahui suatu sektor pembangunan
maupun pasar luar daerah.Dalam mengukur suatu sektor menjadi basis dilakukan
dengan Location Quotient (LQ).Perbandingan relatif kemampuan suatu sektor
dalam wilayah yang ingin dianalisis. Location Quotient mempunyai kelebihan dan
kekurangan ,adapun kelebihan LQ memiliki konsep yang sederhana,mudah
diterapkan,sedangkan kelemahannya adalah penambahan unit lokasi harus
disesuaikan dengan penentuan kegiatan basis dan non basis,model ini kurang bisa
diandalkan jika wilayahnya lebih luas.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah langkah-langkah sistematik atau prosedur
yang akan dilakukan dalam pemgumpulan data atau informasi empiris, guna
memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metodologi
penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.1.RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar dampak
pemekaran wilayah terhadap peningkatan PDRB perkapita dan juga untuk
mengetahui aktivitas basis ekonomi sebelum dan sesudah pemekaran wilayah
serta melihat perbedaan PDRB perkapita sebelum dan sesudah pemekaran
wilayah.
3.2. LOKASI PENELITIAN
Untuk memperoleh data ini,penulis melakukan penelitian di kabupaten
Toba Samosir.
3.3. JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder,yaitu data yang diperoleh
dari instansi yang memiliki data yang diperlukan maupun dari hasil penelitian.
1. Data PDRB Kabupaten Tapanuli Utara,.data PDRB Kabupaten Toba
Samosir, data PDRB Kabupaten Samosir yakni dari tahun 1993 sampai
dengan tahun 2007..
2. Data sekunder lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
Sumber Pengumpulan data sekunder ini adalah :
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Toba
Samosir.
2. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara.
3. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Toba Samosir.
3.4.TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data yang diperoleh
dari instansi atau lembaga yang terdapat publikasi data yang diperlukan,penelitian
juga dilakukan dengan menelaah berbagai bahan kepustakaan berupa
tulisan-tulisan ilmiah,jurnal,laporan-laporan penelitian ilmiah yang berhubungan dengan
topik yang diteliti.
3.5.METODE ANALISIS
Data yang sudah terkumpul terlebih dahulu ditabulasi,kemudian dianalisis
sesuai dengan tujuan sebagai berikut :
• Untuk tujuan pertama yaitu untuk mengetahui perubahan aktivitas basis
Location Qoutient (LQ),untuk setiap lapangan usaha komponen
PDRB,baik sebelum pemekaran maupun sesudah pemekaran.Dengan
demikian dapat terlihat pengaruh pemekaran wilayah terhadap perubahan
lapangan usaha basis.
Rumus yang digunakan adalah :
( )
LQ = Nilai LQ untuk sektor i (pertanian s/d jasa-jasa) di Kabupaten Toba
Samosir.
i
e = PDRB masing-masing sektor di Kabupaten Toba Samosir
e = PDRB seluruh sektor di Kabupaten Toba Samosir
i
E = PDRB masing-masing sektor di Sumatera Utara
E = PDRB seluruh sektor di Sumatera Utara
Kriteria pengujian
LQ > 1 ; berarti merupakan lapangan usaha basis
LQ < 1 ; berarti tidak merupakan lapangan usaha basis
Selanjutnya perkembangan lapangan usaha dapat diramalkan berdasarkan analisis
trend terhadap nilai-nilai LQ untuk setiap lapangan usaha,baik pada keadaan
sebelum dan sesudah pemekaran.
• Untuk tujuan yang kedua yaitu untuk melihat pengaruh pemekaran
wilayah terhadap pertumbuhan (peningkatan) PDRB perkapita Kabupaten
Toba Samosir sebelum dan sesudah pemekaran, dengan menggunakan
analisa deskriptif yakni menggambarkan keadaan yang ada berdasarkan
data yang tersedia.
• Untuk tujuan yang ketiga,melihat perbedaan PDRB perkapita sebelum dan
sesudah pemekaran dianalisis dengan menggunakan analisis compare
means uji t-statistik (Paired sample T-Test) merupakan prosedur yang
digunakan untuk membandingkan rata-rata dua veriabel dalam satu
grup.Artinya,analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua
sampel yang berhubungan atau dua sampel berpasangan.Dengan bantuan
komputer melalui program SPSS 16.0 for Windows Evaluation Version.
Prosedur (Paired sample T-Test) digunakan untuk menguji bahwa tidak
ada perbedaan antara dua variabel.Data boleh terdiri dari dua pengukuran
dengan subjek yang sama atau pengukuran dengan beberapa subjek.
Prosedur uji ini akan menghasilkan :
• Statistik deskriptif untuk masing-masing menguji variabel.
• Pearson korelasi antara masing-masing pasangan dan arti
• Suatu interval kepercayaan untuk rata-rata perbedaan (95% atau
suatu nilai tertentu yang ditetapkan).
Kriteria Pengambilan Keputusan :
Terima Ho jika : -ttabel ≤thitung ≤ ttabel
Tolak Ho jika : thitung > ttabel atau thitung <-ttabel
3.6.DEFENISI OPERASIONAL
1. Pemekaran wilayah adalah penggabungan beberapa wilayah yang
bersanding atau daerah otonom yamgdimekarkan menjadi dua atau lebih
dan membentuk pemerintahan baru yang sama dengan daerah yang
ditinggalkannya.
2. Lapangan usaha basis adalah lapangan usaha yang mengakibatkan aliran
masuk uang ke dalam suatu wilayah.Dalam penelitian ini diidentifikasikan
berdasarkan analisa Location Quatient.
3. PDRB perkapita adalah nilai PDRB atas harga berlaku dan atas harga
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Deskripsi Kabupaten Toba Samosir sebelum pemekaran
4.1.1 Kondisi Geografis
Kabupaten Toba Samosir terletak dibagian tengah provinsi sumatera utara
yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara,memeliki daerah yang
cukup strategis dimana hamper seluruh daerah kabupaten ini dilalui oleh lintas
provinsi di Sumatera Utara.Kabupaten Toba Samosir berada pada ketinggian
300-500 meter di atas permukaan laut.
Secara geografis daerah ini terletak si antara 1020’-2 4’ LU dan 0 98 10’-0
0
99 38’ BT,dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun
Sebelah Timur : Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhan Batu
Sebalah Selatan : Kabupaten Tapanuli Utara
4.1.2 Kondisi Alam Dan Topografi
Luas Kabupaten Toba Samosir keseluruhannya adalah 4543,45
km2(termasuk Danau Toba seluas 1102,60 km2),sehingga luas daratan 3.440,85
km2
Perincian mengenai luas wilayah dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 4.1
Luas Kabupaten Toba Samosir per Kecamatan
No Kecamatan Luas wilayah
Kabupaten Toba Samosir terletak di garis khatulistiwa, kabupaten ini
memiliki iklim
Tropis yaitu tropis basah dengan suhu berkisar 17C-29C dan rata-rata kelembaban
udara 85,04 persen. Kabupaten Toba Samosir mempunyai dua musim yaitu
musim kemarau dan musim hujan dengan curah hujan tertinggi 285 mm yang
terjadi Di Bulan Desember .
Kabupaten Toba Samosir keseluruhannya terletak di jajaran Bukit Barisan
memiliki topografi dan kontur tanah yang beragam yaitu
datar,berombak,bergelombang,dan terjal. Struktur tanah labil dan berada pada
wilayah genpa tektonik dan vulkanik.
4.1.3 kondisi demografis
Menurut hasil pencacahan sensus penduduk tahun 1990,penduduk
Toba Samosir berjumlah 289.933 jiwa.Dan berdasarkan angka registrasi
penduduk,tahun 2006 mencapai 300.469 jiwa,dengan perincian jumlah laki-laki
146.317 jiwa dan perempuan 154.152 jiwa. Pertumbuhan penduduk dengan luas
wilayah mencapai 87,32 jiwa per km2
Tabel 4.2
Luas Wilayah,Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2006
No Kecamatan Luas wilayah
Sumber : BPS Tobasa,2007
Berdasarkan agama dan kepercayaan yang dianut,penduduk Toba Samosir
memeluk adama Kristen Protestan yaitu sebesar 71,72% selebihnya adalah agama
4.1.4 Potensi Wilayah
Sektor pertanian merupakan leading sektor dalam struktur perekonomian,
merupakan sektor andalan Toba Sanosir yang memberi sumbangan yang cukup
besar terhadap PDRB. Sestor pertanian di banding sektor lain merupakan sektor
yang paling banayak menyerap tenaga kerja.
Wilayah Toba Samosir ini sangat potensial untuk di kembangkan di
bidang pertanian, perkebunan,dan peternakan melalui program intensifikasi dapat
di lakukan dengan cara memanfaatkan lahan-lahan yang kosong yang belum di
gunakan selama ini, tercat pada tahun 1999 seluas 42871,5m.
Komoditas yang di hasilkan berupa tanaman pangan yaitu jagung, padi,
bawang merah, cabai, kedelai. Subsektor perkebuan juga sangat potensial di
kembangkan di Toba Samosir.hal ini ditunjukkan dengan peningkatan produksi
perkebunan terhadap PDB rata-rat 14,23%.Komoditas yang dapat dikembangkan
di daerah ini adalah kopi,karet,kemenyan,kelapa sawit,the,kemiri,kulit manis,dan
jahe.Produksi perkebunan tertinggi dihasilkan dari perkebunan kelapa sawit dan
kulit manis yang rata-rata sebesar 75,44% dan 57,55% setiap tahunnya.Berikut
Tabel 4.3
Data Komoditi Perkebunan Toba Samosir
No Komoditi Luas
(Ha)
Potensi Lahan
1 Kelapa
sawit
775 Kec.Habinsaran
2 Kopi 2765 Kec.Balige,Laguboti,Habinsaran,Silaen,Po
ersea,Lumban Julu,Onan
Runggu,Palipi,Pangururan,Simanindo
3 Kulit manis 1089 Semua Kecamatan di Toba Samosir
4 Teh 1600 Kec.Habimsaran
5 Kemenyan 1561 Kec.Balige,Laguboti,Habinsaran,Silaen,Por
sea,Lumban Julu
6 Jahe 548 Kec,Balige,Laguboti,Habinsaran,Porsea,Lu
mban Julu,OnanRunggu
7 Karet 664 Kec.Habinsaran,Porsea,Silaen
Sumber : BPS Tobasa,2007
Selain sektor pertanian,sektor pariwisata juga merupakan potensi yang
cukup besar bagi Kabupaten Toba Samosir,Yang apabila dikembangkan akan
menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah dan masyarakat secara langsung.Hal
di Toba Samosir.Potensi objek wisata ini berupa alam untuk tempat rekreasi
sebanyak 41 daerah,objek wisata yang mengandung sejarah dan budaya 40
daerah dan objek lainnya ada sekitar 11 daerah.Sektor pariwisata ini akan semakin
prospektif,karena di Sumatera Utara sendiri yang menjadi tujuan utama wisatawan
adalah Danau Toba yang sebagian besar terletak di Kabupaten Toba Samosir.
Sektor industri di Toba Samosir pun memiliki peluang yang cukup
potensial untuk dikembangkan.Industri diarahkan pada pemanfaatan Sumber Daya
Alam dan Sumber Daya Manusia secara optimal dalam rangka mendapatkan nilai
tambah peningkatan kesejahteraan masyarakat.Kabupaten Toba Samosir
mempunyai Sumber Daya Alam yang cukup potensial diolah menjadi barang
industri seperti sektor peertanian tanaman pangan,kehutanan,pertambangan yang
dapat digunakan dalam rangka pengembangan industri.
Industri yang menonjol di Kabupaten Toba Samosir adalah industri kecil
sandang dan kulit,industri penyulingan minyak,ukiran kayu,perbengkelan,dan
pengelasan.Namun terdapat juga industri menenga/besar yang dapat dihrapkan
swbagai penggerak ekonomi yaitu PT PULP yang terletak di kecamatan
Porsea,dan PT Inalum yang menghasilkan aluminium dan penghasil energi
listrik.Kehadiran industri ini menjadi penggerak perekonomian dimana
penyerapan tenaga kerja sedikit tidaknya dapat diatasi.
Dan potensi daerahlyang belum digali masih dimiliki oleh Kabupaten ini
galian lainnya.Semua potensi ini membutuhkan penggalian yang optimal dari
pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan daerah.
4.2.PEMERINTAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR
4.2.1.Kedudukan dan Fungsi Perangkat Daerah
1. Bupati
Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten yang dalam menjalankan tugas
dan kewenangan selalu bertanggungjawab kepada DPRD.
2. Sektertaris Daerah
• Sekretaris Daerah adalah unsur staf yang dipimpin oleh seorang
dalm melaksanakn tugas pokok penyelenggaraan
pemerintah,pelaksana pembangunan dan Pembina masyarakat serta
Pembina administrasi,organisasi dan tata kerja serta pelayanan
teknis pada seluruh perangkat daerah dan instansi vertikal.
• Melaksanakan koordinasi staf terhadap segala kebutuhan yang
dilakukan oleh perangkat daerah/wilayah dalam penyelenggaraan
administrasi pemerintah.
• Pembinaan penyelenggaraan pemerintah dalam arti mengumpulkan
dan menganalisis data ,memasukkan program,dan petunjuk teknis
serta memantau perkembangan penyelenggaraan pemerintahan.
• Pembinaan penyelenggaraan pemerintah dalam arti mengumpulkan
dan menganalisi data,memasukkan program dan petunjuk teknis
• Pembinaan penyelenggaraan pemerintah dalam arti mengumpulkan
dan menganalisi data,memasukkan program dan petunjuk teknis
serta memantau perkembangan dan pembinaan masyarakat.
• Pembinaan organisasi,administrasi dan tatalaksana serta pelayan
teknis administrasi kepada seluruh perangkat daerah.
• Koordinasi perumusan peraturan perundang-undangan dan
pembinaan hukum.
• Melaksanakan hubungan masyarakat dan hubungan antar lembaga.
3. Asisten Tata Praja
• Bertugas melakukan pembinaan,penyelenggaraan pemerintahan dan
mengkoordinasi perumusan Undang-undang.
• Merumuskan bahan kebijakan,penyusunan program dan petunjuk
teknis serta memantau penyelenggaraan pemerintahan.
• Melaksanakan koordinasi penyelenggaraan pemerintah.
• Merumuskan bahan-bahan kebijakan dan perumusan peraturan
perundang-undangan
4 . Asisten Administrasi Pembangunan
• Mempunyai tugas melaksanakan penyususnan pedoman dan petugas
teknis,pembinaan pelaksanaan pembangunan,perekonomian daerah
dan kesejahteraan masyarakat.
• Pembinaan pembangunan daerah,pembangunan antar daerah dan antar
• Pembinaan di bidang pengembangan produksi,pertumbuhan
industri,pertambangan,pariwisata,koperasi,perusahaan,perbankan
daerah dan transportasi.
• Pemberian bantuan dan pelayan dibidang kesejahteraan
masyarakat,ketenagakerjaan dan transportasi.
• Pembinaan di bidang keagamaan,pendidikan,dan kebudayaan.
5 Asisten Administrasi
• Mempunyai tugas melaksanakan dan membina tata
laksana,kepegawaian,keuangan,perlengkapan,hubungan
masyarakat,ketatausahaan,kearsipan dan rumah tangga.
• Melaksanakan koordinasi penyusunan pedoman dan petunjuk
pembinaan kepegawaian serta tata usaha kepegawaian.
• Mengkoordinasi penyusunan program anggaran dan pengelola
administrasi keuangan.
• Melaksanakan koordinasi penusunan pedoman anggaran dan
petunjuk pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan.
• Melaksanakan hubungan masyarakat dan hubungan antar lembaga.
• Melaksanakan hubungan rumah tangga, tata usaha dan kearsipan
protokol dan perlengkapan.
6 Bagian Tata Pemerintahan
• Bertugas melaksanakan penyusunan program dan petunjuk teknis
pembinaaan pemerintahan umum,ketertiban umum dan perangkat
• Penyuunan rencana program dan petunjuk teknis pembinaan
prasarana fisik desa.
• Memberi pertimbangan dalam rangka pembinaan perangkat
wilayah/daerah.
• Penyusunan program dan petunjuk teknios pembinaan dan
pemeliharaan ketertiban umum.
• Penyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan
penyelenggaraan pembangunan desa dan kelurahan.
• Penyusun pedoman dan petunjuk teknis pembinaan peningkatan
sumber pendapatan daerah.
7 Bagian Hukum
• Bertugas melaksanakan koordinasi perumusan peraturan
perundang-undangan,telaah hokum dan memberikan bantuan
hukum,mempublikasikan dan mendokumentasikan produk.
• Menyiapkan bahan pertimbangan dan bantuan hukum kepada
unsur pemerintah daerah atas masalah hukum yang timbul dalam
pelaksaan tugas.
• Menelaah dan mengevaluasi pelaksaan peraturan
perudang-undangan dan menyiapkan bahan rancangan peraturan daerah.
• Menghimpun peraturan perundang-undangan,melakukan publikasi
produk hukum dan melaksanakn dokumentasi hukum..
• Bertugas malaksanakn dan mengkoordinasi penyusunan pedoman
dan petunjuk teknis pembinaan serta memonitor perkembangan di
bidang sarana perekonomian dan peningkatan produksi serta
perkembangan lingkungan hidup.
• Bertugas melaksanakn dan mengkoordinasi penyusun pedoman
dan petunjuk teknis pembinaan di bidang pertumbuhan
industri,pertambangan dan energi serta kepariwisataan.
• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman
dan petunjuk teknis pembinaan di bidang
perkoperasian,perkreditan,dan permodalan.
• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman
dan petunjuk teknis pembinaan di bidang perusahaan dan
perbankan daerah.
• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman
dan petunjuk teknis pembinaan di bidang transportasi dan
komunikasi.
• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman
dan petunjuk teknis pembinaan di bidang lingkungan hidup.
9 Bagian Penyusunan Program
• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman
dan petunjuk teknis pembinaan serta pengendalian administrasai
pembangunan.
• Mengumpulkan bahan koordinasi dan penyusunan program
• Melakukan pengendalian administrasi yang dibiayai oleh
APBD,bantuan pembangunan dan dana pembangunan lainnya.
• Mengumpulkan bahan dan mengadministrasikan program bantuan
dari daerah tingkat I,pemerintah pusat dan bantuan pihak ketiga.
• Melakukan analisa dan evaluasi pelaksanaan pembangunan.
10 Bagian Sosial
• Bertugas melaksanakan dan mengkoordinasi penyusunan pedoman
dan petunjuk teknis pembinaan serta memantau pemberian bantuan
dan pelaksanaan kegiatan pelayanan sosial.
• Mengumpulkan bahan penyusun dan petunjuk teknis dibidang
pelayanan dan bantuan sosial.
• Mengumpulkan bahan penyusun dan petunjuk teknis dibidang
kesejahteraan.
• Mengumpulkan dan mengelola data serta menyiapkan bahan
penyusun perjalanan dibidang pendidikan ,agama,dan sosial
budaya.
• Mengumpulkan dan mengelola data serta menyiapkan bahan
penyusun perjalanan dibidang pendidikan generasi muda,olahraga
dan peranan wanita serta ketenagakerjaan.
11. Bagian Kepegawaian
• Bertugas melaksanakan pengelolaan administrasi
kepegawaian,penyusunan program dan petunjuk teknis