• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perilaku Ibu Balita Dan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Perilaku Ibu Balita Dan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERILAKU IBU BALITA DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN IMUNISASI DASAR

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

T E S I S

Oleh

AUGUSTIANNY SITUMEANG 117032132/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PERILAKU IBU BALITA DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN IMUNISASI DASAR

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

AUGUSTIANNY SITUMEANG 117032132/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERILAKU IBU BALITA DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Augustianny Situmeang Nomor Induk Mahasiswa : 117032132

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyrakat

Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Drs. Eddy Syahrial, M.S

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

pada Tanggal : 4 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. Drs. Eddy Syahrial, M.S

(5)

PENGARUH PERILAKU IBU BALITA DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN IMUNISASI DASAR

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperolah gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013

(6)

ABSTRAK

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. Cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan masih dibawah angka nasional dan masih banyak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap. Hal ini diduga terkait dengan perilaku ibu balita dan dukungan keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Ibu Balita dan Dukungan Keluarga dalam Mendukung Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013 dilakukan terhadap 69 orang ibu balita sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistik menggunakan uji regresi

logistik ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan perilaku ibu balita (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan dukungan keluarga (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian dan dukungan emosional) berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Dukungan instrumental merupakan variabel paling dominan memengaruhi pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar (p = 0,015 dan OR = 33,495).

Disarankan kepada Puskesmas Pandan perlu peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga tentang imunisasi, perhatian dari petugas kesehatan serta pembentukan posyandu bagi ibu bekerja. Pemberdayaan keluarga khususnya suami untuk ikut mendukung dan mengingatkan bahkan bila perlu mengantar ibu untuk mengimunisasikan anaknya.

(7)

ABSTRACT

Immunize base were giving immunize early at new baby born until age one year to reach impenetrability rate above protection sill. Coverage immunize base in working area Pandan Puskesmas still below/under national number and still a lot do not get to immunize completely. This matter of asummed related to balita mother behavior and family support.

The aim this research to know behavioral influence ms. balita and support family in supporting exploiting service immunize base in working area Pandan Puskesmas District Tapanuli Tengah of 2013 conducted to 69 balita mother people as sampel. Data collecting use questionnaire and analysed statistically using multiple logistics regressiion tests at α = 5%.

Result of this research show balita mother behavior ( knowledge, action and attitude) and family support (instrumental support, informasional support, assessment support and emotional support) having an effect on to service exploiting immunize base in working area Pandan Puskesmas District tapanuli Tengah. Instrumental Support represent variable most dominant influence service exploiting immunize base ( p = 0,015 and OR = 33,495)

Suggested to Pandan Puskesmas Screw need the make-up of knowledge of family and mother about immunizing, attention from health officer and also forming of posyandu to mother work. Enableness. Family specially husband to follow to to support and remind even when needed accompany mother to immunize its child.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan karuniaNya, penulisan tesis ini dapat di selesaikan dengan baik. Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari begitu banyak dukunggan, bimbingan, bantuan dan kemudahan yang diberikan oleh berbagai pihak, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Dengan penuh ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc.(CTM)., Sp.A,(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M dan Drs. Eddy Syarial M.S., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Anggota Komisi Pembimbing.

6. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes., selaku Dosen Penguji Tesis.

7. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Kepala Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah dr. Margan Sibarani, M.Kes.

9. Kepala Tata Usaha Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah Freddy Situmeang, S.Sos. 10. Kepala Puskesmas Pandan Tapanuli Tengah dr.Riana Lumbantobing.

11. Seluruh Ibu Balita di wilayah kerja Puskesmas Pandan Tapanuli Tengah yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Minat Studi Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Terima kasih yang tak terhingga kepada suami tercinta Maruhal Ricardo Damanik, dan Putra tersayang Agung Paranata Damanik dan Lewi Agri Syebat Damanik, serta seluruh keluarga yang telah memberikan doa, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan penelitian dan pendidikan S2 ini.

Medan, Juli 2013

(10)

RIWAYAT HIDUP

Augustianny Situmeang dilahirkan di Sibolga tanggal 17 Agustus 1968 dari pasangan bapak Alm. P. Situmeang dan ibu Alm. N. Aritonang. Penulis anak ke tujuh (7) dari tujuh (7) bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 081227 Sibolga selesai tahun 1980, pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Sibolga selesai tahun 1983, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA negeri 1 Sibolga selesai tahun 1986, kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Kimia Analis Universitas Sumatera Utara Medan selesai tahun 1989, kemudian melanjutkan ke Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Prima Indonesia tahun 2007 selesai tahun 2009, pendidikan S2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas kesehatn Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai saat ini.

Mulai bekerja tahun 1990-1994 sebagai tenaga Honorer di Rumah sakit Umum Sibolga, tahun 1995-1998 sebagai tenaga Honorer di Dinas Kesehatan Tapanuli tengah, tahun 2003-2012 sebagai dosen di STIKes Nauli Husada Sibolga, tahun 2012 sampai sekarang sebagai dosen di Akademi Keperawatan Pemerintah Tapanuli Tengah.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1. Perilaku ... 10

2.1.1. Pengetahuan ... 10

2.1.2. Sikap ... 14

2.1.3. Tindakan ... 15

2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku... 16

2.2. Keluarga ... 18

2.2.1. Konsep Keluarga ... 19

2.2.2. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan ... 20

2.2.3. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga ... 22

2.2.4. Dukungan Keluarga... 22

2.2.5. Dukungan Sosial Keluarga ... 23

2.3. Imunisasi ... 26

2.3.1. Pengertian Imunisasi ... 26

2.3.2. Tujuan Imunisasi ... 26

2.3.3. Manfaat Imunisasi ... 27

2.3.4. Jenis Imunisasi ... 27

(12)

2.3.6. Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi ... 31

2.3.7. Jadwal dan Dosis Pemberian Imunisasi ... 38

2.3.8. Kontraindikasi Imunisasi ... 39

2.4. Landasan Teori ... 39

2.5. Kerangka Konsep ... 41

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 42

3.2.2. Waktu Penelitian ... 42

3.3. Populasi dan Sampel ... 43

3.3.1 Populasi ... 43

3.3.2 Sampel ... 43

3.4. Pengumpulan Data ... 44

3.4.1. Data Primer ... 44

3.4.2. Data Sekunder ... 44

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 44

3.5. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 45

3.5.1. Variabel Penelitian ... 45

3.5.2. Defenisi Operasional ... 46

3.6 Metode Pengukuran ... 47

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel ... 48

3.7 Pengolahan dan Analisa Data... 50

3.7.1 Pengolahan Data ... 50

3.7.2 Analisa Data ... 51

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 52

4.1 Gambaran Puskesmas Pandan ... 52

4.2 Analisis Univariat ... 53

4.2.1 Identitas Responden ... 53

4.2.2 Perilaku ... 55

4.2.2.1 Pengetahuan... 55

4.2.2.2 Sikap ... 57

4.2.2.3 Tindakan ... 60

4.2.3 Dukungan Keluarga ... 63

4.2.3.1 Dukungan Instrumental ... 63

4.2.3.2 Dukungan Informasional ... 64

4.2.3.3 Dukungan Penilaian ... 66

4.2.3.4 Dukungan Emosional ... 67

4.2.4 Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar ... 72

4.3 Analisis Bivariat ... 70

(13)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 78

5.1 Pengaruh Perilaku terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 78

5.1.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 78

5.1.2 Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 .... 81

5.1.3 Pengaruh Tindakan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 85

5.2 Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 87 5.2.1 Pengaruh Dukungan Instrumental terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 87

5.2.2 Pengaruh Dukungan Informasional terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 90

5.2.3 Pengaruh Dukungan Penilaian terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 92

5.2.4 Pengaruh Dukungan Emosional terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 94

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

6.1 Kesimpulan ... 98

6.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi ... 38 2.2. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin ... 38 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen ... 47 4.1. Distribusi Reponden Menurut Identitas di Puskesmas Pandan Tahun

2013 ... 54 4.2. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Imunisasi

Dasar di Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 55 4.3. Distribusi Responden Menurut Kategori Pengetahuan tentang Imunisasi

Dasar di Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 57 4.4. Distribusi Responden Menurut Sikap tentang Imunisasi Dasar di

Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 57 4.5. Distribusi Responden Menurut Kategori Sikap tentang Imunisasi Dasar

di Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 60 4.6. Distribusi Responden Menurut Tindakan dalam Mendukung Imunisasi

Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 61 4.7. Distribusi Responden Menurut Kategori Tindakan dalam Mendukung

Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 62 4.8. Distribusi Responden Menurut Dukungan Instrumental dari Keluarga di

Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 63 4.9. Distribusi Responden Menurut Kategori Dukungan Instrumental dari

Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 64 4.10. Distribusi Responden Menurut Dukungan Informasional dari Keluarga

di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 65 4.11. Distribusi Responden Menurut Kategori Dukungan Informasional dari

(15)

4.12. Distribusi Responden Menurut Dukungan Penilaian dari Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 66 4.13. Distribusi Responden Menurut Kategori Dukungan Penilaian dari

Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 67 4.14. Distribusi Responden Menurut Dukungan Emosional dari Keluarga di

Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 68 4.15. Distribusi Responden Menurut Kategori Dukungan Emosional dari

Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 68 4.16. Distribusi Responden Menurut Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi dasar

di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 69 4.17. Distribusi Reponden Menurut Kelengkapan Jenis Imunisasi Dasar di

Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 73 4.18. Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Pengetahuan

Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 71 4.19. Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Sikap Responden di

Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 71 4.20. Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Tindakan Responden

di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 72 4.21. Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Dukungan

Instrumental Keluarga Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 73 4.22. Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Dukungan

Informasional Keluarga Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 73 4.23. Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Dukungan Penilaian

Keluarga Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Tahun 2013 ... 74 4.24. Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar menurut Dukungan Emosional

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 106

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 112

3. Hasil Uji Univariat ... 116

4. Hasil Uji Bivariat ... 135

5. Hasil Uji Multivariat ... 142

6. Master Data Penelitian ... 143

7. Surat Izin Penelitian ... 149

(18)

ABSTRAK

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. Cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan masih dibawah angka nasional dan masih banyak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap. Hal ini diduga terkait dengan perilaku ibu balita dan dukungan keluarga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Ibu Balita dan Dukungan Keluarga dalam Mendukung Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013 dilakukan terhadap 69 orang ibu balita sebagai sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistik menggunakan uji regresi

logistik ganda pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan perilaku ibu balita (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan dukungan keluarga (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian dan dukungan emosional) berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Dukungan instrumental merupakan variabel paling dominan memengaruhi pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar (p = 0,015 dan OR = 33,495).

Disarankan kepada Puskesmas Pandan perlu peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga tentang imunisasi, perhatian dari petugas kesehatan serta pembentukan posyandu bagi ibu bekerja. Pemberdayaan keluarga khususnya suami untuk ikut mendukung dan mengingatkan bahkan bila perlu mengantar ibu untuk mengimunisasikan anaknya.

(19)

ABSTRACT

Immunize base were giving immunize early at new baby born until age one year to reach impenetrability rate above protection sill. Coverage immunize base in working area Pandan Puskesmas still below/under national number and still a lot do not get to immunize completely. This matter of asummed related to balita mother behavior and family support.

The aim this research to know behavioral influence ms. balita and support family in supporting exploiting service immunize base in working area Pandan Puskesmas District Tapanuli Tengah of 2013 conducted to 69 balita mother people as sampel. Data collecting use questionnaire and analysed statistically using multiple logistics regressiion tests at α = 5%.

Result of this research show balita mother behavior ( knowledge, action and attitude) and family support (instrumental support, informasional support, assessment support and emotional support) having an effect on to service exploiting immunize base in working area Pandan Puskesmas District tapanuli Tengah. Instrumental Support represent variable most dominant influence service exploiting immunize base ( p = 0,015 and OR = 33,495)

Suggested to Pandan Puskesmas Screw need the make-up of knowledge of family and mother about immunizing, attention from health officer and also forming of posyandu to mother work. Enableness. Family specially husband to follow to to support and remind even when needed accompany mother to immunize its child.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat (Depkes RI, 2011).

Berdasarkan hasil kajian Kepmenkes dan Technical Advisory Group on Imuninization (TAG), WHO dan UNICEF, yang menyatakan campak dan polio masih menjadi masalah di Indonesia, maka pemerintah dalam hal ini Ditjen P2PL Kemenkes menggagas kegiatan kampanye Imunisasi Tambahan Campak dan Polio tahap ketiga selama satu bulan penuh. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak (KemenKes. RI, 2012).

(21)

Serangan penyakit tersebut akibat status imunisasi dasar yang tidak lengkap pada sekitar 20% anak sebelum ulang tahun yang pertama (WHO dan UNICEF dalam Utomo, 2008). Berdasarkan estimasi global yang dilakukan WHO tahun 2007 pelaksanaan imunisasi dapat mencegah kurang lebih 25 juta kematian balita tiap tahun akibat penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) dan campak. Di seluruh dunia, cakupan imunisasi polio yang diterima bayi dengan 3 dosis vaksin polio tahun 2007 adalah 82% dan cakupan imunisasi Hepatitis B dengan 3 dosis vaksin adalah 65%. Sedangkan cakupan imunisasi DPT dan campak masing-masing sebesar 81% dan 82% (WHO, 2008).

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Depkes RI, 2005). Secara khusus antigen merupakan bagian protein kuman dan racun yang jika masuk kedalam tubuh manusia, maka sebagai reakasinya tubuh harus memiliki zat anti. Bila anrigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia disebut antibody. Zat anti terhadap racun kuman disebut anti toksin. Dalam keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan membentuk antibody untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi. Tetapi antibody tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu yang masih kedalam tubuh dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya (Satgas IDAI, 2008).

(22)

imunisasi, motif dalam kelengkapan imunisasi, pengalaman yang pernah dialami oleh ibu baik maupun cerita orang lain, ibu yang bekerja sehingga tidak memikili waktu untuk membawa anaknya ke posyandu, dukungan keluarga yang mendukung ataupun yang tidak mendukung, fasilitas posyandu, lingkungan sekitar ibu, sikap ibu tentang pemberian imunisasi, provider (tenaga kesehatan) merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan bagi keberhasilan program imunisasi, penghasilan keluarga dan tingkat pendidikan.

Pada dasarnya, setiap bayi yang dilahirkan sudah memperoleh kekebalan secara alami dari ibu yang melahirkannya, namun kekebalan itu tidak bertahan lama. Oleh karena itu, bayi dapat diimunisasi segara setelah lahir. Sebaiknya bayi sudah diimunisasi secara lengkap sebelum tahun pertama kehidupan (Depkes RI, 2004).

Menurut jhonson dan leny (2010), Ciri-ciri keluarga Indonesia adalah sebagai berikut : Suami sebagai pengambil keputusan, merupakan satu kesatuan yang utuh, berbentuk monogram, bertanggung jawab, meneruskan nilai-nilai budaya bangsa, ikatan kekeluargaan sangat erat dan mempunyai semangat gotong royong.

Pengaruh faktor pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) pada bayi di desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi adalah pengetahuan, dukungan keluarga dan kepercayaan, (Sitepu 2011).

(23)

2008). Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) secara resmi pada tahun 1997, yang menganjurkan agar semua anak diimunisasi enam macam penyakit yaitu difteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis, polio, campak. Tahun 1991/1992 Departemen Kesehatan RI telah mulai mengembangkan program imunisasi Hepatitis B dengan mengintegrasikannya ke dalam program imunisasi rutin yang telah ada di empat propinsi yaitu Nusa Tenggara Barat, Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, yang terus dikembangkan ke propinsi lainnya dan akhirnya pada tahun 1997/1998 imunisasi Hepatitis B sudah dapat menjangkau seluruh bayi di Indonesia (Depkes RI, 2000).

Salah satu target keberhasilan kegiatan imunisasi adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap bayi, secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010. Indikator imunisasi lengkap adalah cakupan imunisasi kontak pertama (DPT I) sebesar 90%, dan cakupan imunisasi kontak lengkap (campak) sebesar 80%. Indikator lainnya yang digunakan untuk kontak lengkap adalah cakupan imunisasi DPT 3 sebesar 80%. Secara nasional, pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan tahun 2004-2005 mengalami peningkatan 6,8% dari 69,43% tahun 2004 menjadi 76,23% tahun 2005 (Profil Kesehatan Indonesia, 2006).

(24)

BCG, DPT I dan Campak >80% sedangkan DPT 3 dan HB 3 <80% (Immunization Coverage Survey, 2007). Imunisasi lengkap yaitu 1 (satu) dosis vaksin BCG, 3 (tiga) dosis vaksin DPT, 4 (empat) dosis vaksin Polio dan 1 (satu) vaksin Campak serta ditambah 3 (dosis) vaksin Hepatitis B diberikan sebelum anak berumur satu tahun (9-11 bulan) (Immunization Coverage Survey, 2007).

Pada tahun 2005 KLB Campak terjadi sebanyak 122 kali dengan jumlah kasus sebanyak 1.467 dan CFR 0,48%. Difteri terjadi 29 kali KLB dengan jumlah kasus sebanyak 65 dan CFR sebesar 13,85%. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan Diare, Pneumonia, Campak, Malaria, dan Malnutrisi.

(25)

tentang imunisasi, selain itu karakteristik ibu (tingkat pengetahuan yang rendah, pendidikan, pekerjaan dan kesadaran yang kurang terhadap imunisasi). Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi dasar sikap penolakan dari ibu. Pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang untuk menyerap informasi yang ada, hal ini berarti akan semakin tinggi pula pengetahuannya (Notoadmodjo, 2007).

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena orang terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu. Demikian juga tentang pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu. Pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan seorang ibu akan mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi dan anak, sehingga dapat mempengaruhi status imunisasinya. Masalah pengertian, pemahaman dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi halangan yang besar jika pendidikan pengetahuan yang memadai tentang hal itu diberikan (Ali M, 2002).

Hasil laporan Riskesdas tahun 2010 diperoleh bahwa cakupan imunisasi campak di Propinsi Sumatera Utara hanya mencapai 51,1%, sementara cakupan imunisasi nasional mencapai 74,4%. Data di atas menunjukkan bahwa cakupan imunisasi campak di Propinsi Sumatera Utara masih cukup rendah bila dibandingkan dengan propinsi lainnya yang rata-rata > 60%, bahkan ada beberapa propinsi yang mencapai 90%, seperti di Yogyakarta dan Kepulauan Riau.

(26)

imunisasi. Dari penyuluhan tersebut diharapkan ada peningkatan partisipasi masyarakat khususnya ibu yang memiliki bayi sehingga dapat memperluas dan memperdalam pemahaman masyarakat tentang imunisasi. Sehingga dalam usaha mencapai target imunisasi diharapkan mereka lebih termobilisasi untuk berperan serta dalam praktik mengimunisasikan anaknya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah tahun 2010, diperoleh laporan hasil cakupan imunisasi dari 7.985 sasaran bayi, diimunisai BCG 6.256 (78,3%), Polio1 6.989 (87,5%), Polio2 6.464 (81,0%), Polio3 6.162 (77,2%), Poli4 7.260 (90,9%), Campak 5.355 (67,1%), HB-0 (0-7 hari) 2.641 (33,1%), DPT-HB-1 6.219 (77,9%), DPT-HB-2 5.883 (73,7%) dan DPT-HB-3 5.588 (70,0%). Dari angka cakupan ini terlihat bahwa rata-rata bayi diimunisasi lengkap untuk masing-masing jenis imunisasi adalah sebesar 5.882 (73,7%), selebihnya tidak lengkap mendapatkan imunisasi (Dinkes Tapanuli Tengah, 2011).

(27)

Berdasarkan hasil observasi salah satu rendahnya cakupan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Pandan adalah rendahnya dukungan keluarga dalam pemberian imunisasi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perilaku ibu balita dan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah bagaimana Pengaruh Perilaku Ibu Balita dan Dukungan Keluarga dalam

Mendukung Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Ibu Balita dan Dukungan Keluarga dalam Mendukung Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013.

1.4Hipotesis

(28)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah untuk meningkatkan cakupan imunisasi di wilayah kerja Kabupaten Tapanuli Tengah.

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Perilaku

Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Perilaku ini tidak sama dengan sikap. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, Bloom dalam Notoatmodjo (2012), membagi perilaku ke dalam tiga domain, yaitu 1) kognitif, 2) afektif, dan 3) psikomotor. Untuk memudahkan pengukuran, maka tiga domain ini diukur dari; pengetahuan, sikap dan tindakan/ praktek.

2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

(30)

penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni (Notoatmodjo, 2012) :

a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.

(31)

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

(32)

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat diliat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah.

2.1.2. Sikap

Berkowitz tahun 1972 pernah mendaftarkan lebih dari tiga puluh definisi tentang sikap (Azwar, 2000), namun secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok pemikiran, yaitu :

(33)

(favorable) maupun perasaan tidak mendukung dan tidak memihak (unfavorable) terhadap objek sikap tertentu”.

2). Kelompok kedua yang diwakili oleh Chave (1928), Bogardus (1931), LaPiere (1934), Mead (1934) dan Girdon Allport (1935), mengatakan bahwa “sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons”.

3). Kelompok ketiga adalah yang mengatakan bahwa “sikap merupakan konstalasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif”. Termasuk dalam kelompok ini Secord dan Backman (1964) mengatakan bahwa “sikap adalah sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (efeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.”

(34)

seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap, berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan (Fishbein, 1987).

2.1.3. Tindakan

Tindakan merupakan aturan yang dilakukan, melakukan/mengadakan aturan atau mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengetahuan. Sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak dan nampak jadi lebih konsisten, serasi, sesuai dengan sikap. Bila sikap individu sama dengan sikap sekelompok dimana ia berada adalah bagian atau anggotanya (Notoatmodjo, 2012).

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinnya (dinilai baik). Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup (Notoatmodjo, 2012).

a. Tindakan sehubungan dengan penyakit

b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan c. Tindakan kesehatan lingkungan

2.1.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku

(35)

predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors). Masing-masing faktor ini mempunyai pengaruh yang berbeda atas perilaku. Model ini dikembangkan untuk keperluan diagnosis, perencanaan dan intervensi pendidikan kesehatan, dan dikenal sebagai kerangka kerja PRECEDE yang merupakan singkatan dari “Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes of Educational Diagnosis and Evaluation”.

a. Faktor-faktor predisposisi

Setiap karakteristik konsumen atau komuniti yang memotivasi perilaku yang berkaitan dengan kesehatan. Yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok, dapat memudahkan atau merintangi tindakan, faktor sosio demografis juga termasuk umur, jenis kelamin, pendidikan.

b. Faktor-faktor pemungkin

(36)

c. Faktor-faktor penguat

Setiap ganjaran, insentif atau hukuman yang mengikuti atau diperkirakan sebagai akibat dari suatu perilaku kesehatan dan berperan bagi menetap atau lenyapnya perilaku itu. Hal ini terwujud dalam sikap dan perilaku seseorang yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Referensi ini dapat berasal dari guru, dosen, famili, tokoh masyarakat, supervisior, majikan, teman sebaya dan lain sebagainya.

(37)

yang sedang diamati karena telah mengetahui dirinya sedang dijadikan subjek pengamatan.

2.2. Keluarga

Pengertian keluarga adalah yang terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran sosial dan menggunakan kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri (Friedman, 1998). Pengertian keluarga yang lain adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi dalam perannya masing-masing, menciptakan serta membedakan kebudayaan (Effendy, 1998).

(38)

Peran keluarga sangat penting untuk setiap aspek perawatan anggota keluarga, terutama pada kuratif (pengobatan). Apabila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga juga yang akan memperhatikan individu tersebut secara total, menilai, dan memberikan perawatan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu keadaan sehat sampai tingkat optimum, mengingat prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarga.

2.2.1. Konsep Keluarga

Pengertian keluarga menurut Suprajitno (2004), yang mengutip para ahli mengatakan :

1. Friedman (1998) mendefinisikan keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

2. Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah.

(39)

Ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional.

2.2.2. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi (Effendy, 1998) :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

(40)

keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

Keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga sumber-sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi, kekompakan antara anggota keluarga. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga

keberadaan fasilitas kesehatan, keuntungan yang dapat diperoleh dan fasilitas kesehatan terjangkau oleh keluarga (Suprajitno, 2004).

2.2.3. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga

Pemegang kekuasaan dalam keluarga menurut Effendy (1998), yaitu :

a. Patrilineal, yang dominan dan pemegang kekuasaan dalam keluarga adalah di pihak ayah.

(41)

c. Equalitarian, yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu. Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang dituakan, mereka yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga. Dasar pengambilan keputusan tersebut yaitu :

a. Hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga

b. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga.

c. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau anggota keluarga yang bermasalah.

2.2.4. Dukungan Keluarga

(42)

2.2.5. Dukungan Sosial Keluarga

Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Cohen&Syme (1996),dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.

Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip Frieman (1998), dukungan social keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial.

Dalam semua tahapan, dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.

Jenis dukungan keluarga ada empat menurut Prasetyawati 92011) yang mengutip pendapat Friedman (1998), yakni :

1. Dukungan Instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan kongkrit, dukungan ini bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membentuk dan keluarga dapat memenuhinya, sehingga keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan, waktu serta modifikasi lingkungan.

(43)

dengan cara memberi informasi, nasehat, dan petunjuk tentang cara penyelesaian masalah. Keluarga juga merupakan penyebar informasi yang dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan semangat serta pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari.

3. Dukungan Penilaian ( Apprasial), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menangani pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga, terjadi lewat ungkapan hormat untuk pasien, misalnya pujian terhadap tindakan atau upaya penyampaian pesan atau masalah keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik serpeti dorongan bagi anggota keluarga.

4. Dukungan Emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi (Smet Bart, 1999).

Menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat House (Smet Bart,1994), setiap bentuk dukungan social keluarga mempunyai cirri-ciri anatara lain :

(44)

yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapai persolan yang sama atau hampir sama.

b. Perhatian Emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksasi dari orang lain. Dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan.

c. Bantuan Instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan engan, persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapinya.

d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak orang lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bias positif dan negative yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga, maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian positif.

2.3. Imunisasi

2.3.1. Pengertian Imunisasi

(45)

imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan (Wahab, 2002).

Imunisasi lengkap yaitu 1 (satu) dosis vaksin BCG, 3 (tiga) dosis vaksin DPT, 4 (empat) dosis vaksin Polio dan 1 (satu) vaksin Campak serta ditambah 3 (tiga) dosis vaksin Hepatitis B diberikan sebelum anak berumur satu tahun (9-11 bulan) (Depkes RI, 2013).

2.3.2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia, seperti cacar. Tujuan dari imunisasi adalah memberikan suatu antigen untuk merangsang sistem imunoglobik tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit (Musa dalam Wardhana, 2001).

(46)

2.3.3. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi adalah sebagai berikut : 1. Bagi Anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.

2. Bagi Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

3. Bagi Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Proverawati, 2010).

2.3.4. Jenis Imunisasi

Jenis imunisasi adalah sebagai berikut : 1. Imunisasi Aktif

Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak.

Dalam imunisasi aktif terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu :

(47)

pembawa seperti polisakarida dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-komponen organisme dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian dari organisme yang dijadikan vaksin.

b. Pengawet/stabilisator, atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan seperti air raksa atau antibiotik yang biasa digunakan.

c. Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya telur, protein serum, bahan kultur sel.

d. Adjuvan, terdiri dari garam aluminium yang berfungsi meningkatkan sistem imun dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.

2. Imunisasi Pasif

(48)

menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak (Proverawati, 2010).

2.3.5. Tata Cara Pemberian Imunisasi

a. Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut: 1. Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak

divaksinasi.

2. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan.

3. Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.

4. Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang akan diberikan.

5. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan. 6. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan

baik.

7. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan. Periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya adanya perubahan warna yang menunjukkan adanya kerusakan.

(49)

9. Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi penerima vaksin.

b. Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut:

c. Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh, apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat.

d. Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.

e. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang P2M.

e. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan (Alimul, 2009).

2.3.6. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Jenis-jenis penyakit menular yang saat ini masuk ke dalam program imunisasi adalah Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak, Dan Hepatitis B (Depkes RI, 2005).

1. Tuberkulosis Berat

(50)

tuberkulosis termasuk dalam genus Mycobacterium, suatu anggota dari famili Mycobacterium dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosa menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi. Masih terdapat Mycobacterium paratuberkulosis dan Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan (Depkes RI, 2005).

Tuberculosis milier dapat mengenai bayi, terbanyak pada usia 1-6 bulan. Tidak ada perbedaan antara lelaki dan perempuan. Gejala dan tanda tersering pada bayi adalah demam, berat badan turun atau tetap, anoreksia, pembesaran kelenjar getah bening, dan hepatosplenomegali. Gejala spesifik tuberkulosis pada anak biasanya tergantung pada bagian tubuh mana yang terserang, misalnya Tuberkulosis otak dan saraf yaitu meningitis dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan keasadaran menurun.

(51)

Menurut Kartasasmita (2006) diagnosa TB pada anak ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala klinis, uji tuberkulin (Mantoux Test) serta pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi. Uji tuberkulin (Mantoux Test) menjadi alat diagnostik utama pada kasus TB anak. Pemeriksaan klinik antara lain menyangkut perkembangan berat badan. Pemeriksaan laboratorium menyangkut pengamatan sputum dan cairan lambung dan pemeriksaan radiologi untuk melihat kondisi paru-paru Salah satu pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan imunisasi BCG (Bacille Calmette Geurin). Vaksin ini terbuat dari kuman TBC yang hidup, namun telah dilemahkan. BCG dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi TB seperti milier, meningitis, dan spondilitis.

2. Difteri

(52)

Secara umum gejala penyakit difteri ditandai dengan adanya demam yang tidak terlalu tinggi, kemudian tampak lesu, pucat, nyeri kepala, anoreksia (gejala tidak mampu makan) dan gejala khas pilek, napas yang sesak dan berbunyi (Stridor). Untuk pencegahan penyakit ini, vaksin diberikan secara bersama dengan vaksin pertusis dan tetanus toxoid, yang dikenal sebagai vaksin trivalen yaitu DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) (Depkes RI, 2005).

3. Pertusis

Penyakit yang dikenal sebagai penyakit batuk rejan, menyerang bronkhus yakni saluran napas bagian atas. Cara penularan melalui airborne (jalan udara). Penyakit ini dapat menyerang semua umur, namun terbanyak berumur 1-5 tahun. Penyebab pertusis adalah sejenis kuman yang disebut Bordetella pertussis.

Gejala awal berupa batuk-batuk ringan pada siang hari. Makin hari makin berat disertai batuk paroksismal selama dua hingga enam minggu. Batuk tersebut dikenal sebagai whooing cough, yaitu batuk terus tak berhenti-henti yang diakhiri dengan tarikan napas panjang berbunyi suara melengking khas. Gejala lain adalah anak menjadi gelisah, muka merah karena menahan batuk, pilek, serak, anoreksia (tidak mau makan), dan gejala lain yang mirip influenza. Pencegahan penyakit ini dengan melakukan imuniasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus) (Depkes RI, 2005). 4. Tetanus

(53)

sementara). Gejala umum penyakit tetannus pada awalnya dapat dikatakan tidak khas bahkan gejala ini terselimuti oleh rasa sakit yang berhubungan dengan luka yang diderita. Dalam waktu 48 jam penyakit ini dapat menjadi buruk. Penderita akan mengalami kesulitan membuka mulut, tengkuk terasa kaku, dinding otot perut kaku dan terjadi rhisus sardonikus, yaitu suatu keadaan berupa kekejangan atau spasme otot wajah dengan alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi (Depkes RI, 2005).

Ada tiga tipe gejala tetanus, yaitu :

a. Tipe pertama penderita hanya mengalami kontraksi otot-otot lokal, jadi tidak mengalami rhisus sardonikus.

b. Tipe generalized, yakni spasme otot khususnya otot dagu, wajah dan otot seluruh badan.

c. Tipe cephalic (tipe susunan saraf pusat), tipe ini jarang terjadi. Gejalanya timbul kekejangan pada otot-otot yang langsung mendapat sambungan saraf pusat.

(54)

5. Polio

Polio atau penyakit infeksi yang menyebabkan kelumpuhan kaki. Penyakit polio disebabkan oleh poliovirus (genus enterovirus) tipe 1, 2 dan 3. semua tipe dapat menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1 dapat diisolasi dari hampir semua kelumpuhan. Tipe 3 lebih jarang, demikian pula tipe 2 paling jarang. Tipe 1 paling sering menyebabkan kejadian luar biasa. Sebagian besar kasus vaccine associated disebabkan oleh tipe 2 dan 3. Masa inkubasi umumnya 7-14 hari untuk kasus paralitik, dengan rentang waktu antara 3-35 hari. Reservoir satu-satunya adalah manusia, dan sumber penularan biasanya penderita tanpa gejala (inapparent infection) terutama anak-anak (Depkes RI, 2005).

(55)

6. Campak

Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan menular lewat udara melalui sistem pernapasan, terutama percikan ludah seseorang penderita. Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk ke dalam genus Morbilivirus dan keluarga Paramyxoviridae. Masa inkubasi berkisar antara 10 hingga 12 hari, kadang 2-4 hari. Gejala awal berupa demam, malaise atau demam, gejala conjunctivis dan coryza atau kemerahan pada mata seperti sakit mata, serta gejala radang tracheo bronchitis yakni daerah tenggorokan saluran napas bagian atas. Campak dapat menimbulkan komplikasi radang telinga tengah, pneumonia (radang paru), diare, encephalitis (radang otak), hemiplegia (kelumpuhan otot kaki) (Depkes RI, 2005).

Penyakit campak secara klinik dikenal memiliki tiga stadium, yaitu (Depkes RI, 2005) :

a. Stadium kataral, berlangsung selama 4-5 hari disertai panas malaise, batuk, fotofobia (takut terhadap suasana terang atau cahaya), konjunctivis dan coryza. Menjelang akhir stadium kataral timbul bercak berwarna putih kelabu khas sebesar ujung jarum dan dikelilingi eritema, lokasi disekitar mukosa mulut.

(56)

Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi campak yang menggunakan vaksin yang mengandung virus campak yang dilemahkan.

7. Hepatitis B

Penyakit Hepatitis adalah penyakit peradangan atau infeksi liver pada manusia, yang disebabkan oleh virus. Sedangkan Hepatitis B adalah penyakit liver (hati) kronik hingga akut, umumnya kronik-subklinik dan sembuh sendiri (self limited). Penularan penyakit ini dapat melalui ibu ke bayi dalam kandungan (vertical transmission), jarum suntik yang tidak steril dan hubungan seksual. Masa inkubasi biasanya berlangsung 45-180 hari, rata-rata 60-90 hari. Paling sedikit diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa mendeteksi HBsAg dalam darah, dan pernah dijumpai baru terdeteksi 6-9 bulan kemudian (Depkes RI, 2005).

2.3.7. Jadwal dan Dosis Pemberian Imunisasi 1. Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi

Umur Antigen

0 Bulan BCG / HB 0 Uniject Polio 1

2 Bulan DPT 1 / HB 0 Polio 2

3 Bulan DPT 2 / HB 2 Polio 3

4 Bulan DPT 3 / HB 3 Polio 4

9 Bulan CAMPAK

(57)
[image:57.612.111.527.173.270.2]

2. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin

Tabel 2.2. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin

Vaksin Dosis Pemberian

BCG 0,05 ml Intra Cutan

HB 0 0,5 ml Intra Muskular

Polio 2 tetes Oral

DPT / HB 0,5 ml Intra Muskular

Campak 0,5 ml Sub Cutan

Sumber : Buku Pedoman Imunisasi, Dinkes Tap-Teng, 2007

2.3.8. Kontraindikasi Imunisasi

Kontraindikasi imunisasi adalah :

a. Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 38ºC merupakan kontraindikasi pemberian DPT, Hepatitis B-1 dan campak. b. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala

AIDS, sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan.

c. Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah sehat (Proverawati, 2010).

2.4. Landasan Teori

(58)

informal diperoleh dari luar sekolah. Selain itu, pengetahuan juga dapat diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, dan lain lain, juga dari media elektronika seperti televisi, radio, dan internet.

Jenis dukungan keluarga ada empat menurut Prasetyawati (2011) yang mengutip pendapat Friedman (1998), yakni :

a. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

b. Dukungan penilaian

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya : kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.

d. Dukungan emosional

(59)

serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.

[image:59.612.110.458.208.467.2]

2.5. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep di atas bahwa perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan dan dukungan keluarga (instrumental, informasional, penilaian dan emosional) diasumsikan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi pada bayi.

Tindakan dalam variabel perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mendukung ibu mengimunisasikan bayinya, sedangkan pemanfaatan pelayanan adalah tindakan ibu dalam mengimunisasikan bayinya.

Perilaku

− Pengetahuan

− Sikap

− Tindakan

Dukungan Keluarga Instrumental

Informasional Penilaian Emosional

Pemanfatan Pelayanan Imunisasi pada

(60)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.3Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional (sekat silang) untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Ibu Balita dan

Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfatan Pelayanan Imunisasi Dasar di Wilayah

Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2013.

3.4Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Pemilihan lokasi ini dipilih dengan alasan bahwa : cakupan imunisasi dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan adalah yang paling rendah di

Kabupaten Tapanuli Tengah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dimulai bulan Januari sampai Juli 2013 dengan melakukan survei pendahuluan, penelurusan referensi keperpustakaan, penulisan proposal penelitian

(61)

3.5. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak umur > 12 bulan yang bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Pandan Kabupaten

Tapanuli Tengah yaitu berjumlah 243 orang.

3.3.3 Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi dijadikan menjadi sampel. Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Lemeshow sebagai berikut :

= 69,03 orang ≈ 69 orang dimana :

n = besar sampel minimum N = besar populasi

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P = proporsi di populasi

d = kesalahan absolute yang dapat ditolerir

(62)

dipilih adalah balita yang umurnya paling muda. Penentuan sampel dengan menggunakan teknik simpel random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Murti, 1997). Pemilihan responden dilakukan dengan mengacu tabel bilangan random, dimulai dengan memilih satu bilangan random kemudian dilanjutkan secara konsisten melangkah dari kiri ke kanan hingga terpenuhi jumlah responden yang dibutuhkan.

3.6. Metode Pengumpulan Data 3.6.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner yaitu telah disusun berdasarkan variabel perilaku ibu balita dan dukungan keluarga (pengetahuaan, sikap, tindakan, dukungan instrumental, dukungan informational, dukungan penilaian dan dukungan emosional) dan pemanfaatan pelayanan imunisasi bayi.

3.6.2. Data Sekunder

(63)

3.6.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner (daftar pertanyaan) untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Kuesioner tentang pengaruh perilaku ibu balita dan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar yang telah disusun, terlebih dahulu dilakukan uji coba sebelum dijadikan sebagai alat ukur penelitian yang bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik Pearson Product Moment Correlation Coeffcient (r) dengan ketentuan jika nilai rhitung > rtabel, maka dinyatakan valid atau sebaliknya.

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach Alpha yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan rAlpha > rtabel maka dinyatakan reliabel (Ghozali, 2005).

(64)

dan nilai cronbach alpha > 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan valid dan reliabel (Lampiran-2).

Uji validitas dan reliabilitas yang pertama dilakukan menunjukkan seluruh item pertanyaan/pernyataan valid dan reliabel, sehingga uji tersebut hanya dilakukan sekali.

3.7. Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

a. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku ibu (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) dan Dukungan Keluarga (dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional). b. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah pemanfaatan pelayanan imunisasi pada bayi. 3.5.2 Definisi Operasional

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang imunisasi pada bayi.

b. Sikap adalah tanggapan responden terhadap sesuatu yang diketahuinya tentang imunisasi pada bayi.

(65)

d. Keluarga adalah unit masyarakat terkecil dalam struktur kependudukan, yang terdiri dari orangtua (ayah, ibu dan anak-anak) serta orang lain yang tinggal dalam satu rumah.

e. Dukungan instrumental adalah bantuan atau dukungan yang diberikan oleh keluarga, dimana keluarga berperan dalam memberikan atau menyediakan benda konkrit untuk pemberian imunisasi.

f. Dukungan informasional adalah bantuan atau dukungan yang diberikan oleh keluarga, dimana keluarga berperan dalam pemberian informasi tentang imunisasi dasar.

g. Dukungan penilaian adalah bantuan atau dukungan yang diberikan oleh keluarga, dimana keluarga berperan dalam memberikan penghargaan atau balasan atas apa yang dilakukan keluarga dalam upaya pemberian imunisasi dasar.

h. Dukungan emosional adalah bantuan atau dukungan yang diberikan oleh keluarga, dimana keluarga berperan dalam memberikan perhatian serta menciptakan kondisi nyaman saat pemberian imunisasi.

i. Pemanfaatan pelayanan Imunisasi adalah responden membawa anaknya untuk imunisasi ditempat-tempat yang telah disediakan oleh pihak Puskesmas, dan anak berhasil memperoleh jenis imunisasi sesuai dengan umurnya.

3.6 Metode Pengukuran

(66)
[image:66.612.112.530.281.577.2]

memiliki bayi di wilayah kerja Puskesman Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. Pengukuran variabel bebas adalah perilaku ibu dan dukungan keluarga (pengetahuan, sukap, tindakan, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional) dan pemanfaatan pelayanan imunisasi dasar pada bayi.

Tabel 3.1 Aspek Pengukur Variabel Independen dan Variabel Dependen No Nama Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1. Pengetahuan Kuesioner Baik >75% Ordinal

Sedang 40%-75% Ordinal Kurang <40% Ordinal 2. Sikap Kuesioner Baik > 75% Ordinal Sedang 40%-75% Ordinal Kurang <40% Ordinal 3. Tindakan Kuesioner Baik >75% Ordinal Sedang 40%-75% Ordinal Kurang <40% Ordinal 4. Dukungan Intrumental Kuesioner Baik > 75% Ordinal Tidak Baik ≤75% Ordinal 5. Dukungan Informasional Kuesioner Baik > 75% Ordinal Tidak Baik ≤ 75% Ordinal 6. Dukungan Penilaiaan Kuesioner Baik > 75% Ordinal Tidak Baik ≤ 75% Ordinal 7. Dukungan Emosional Kuesioner Baik > 75% Ordinal Tidak Baik ≤75% Ordinal 8. Pemanfaatan pelayanan Kuesioner Baik (Ya) Ordinal Imunisasi Tidak Baik (Tidak) Ordinal

Berdasarkan pendapat Arikunto (2012), dapat disimpulkan bahwa skor nilai dapat dikategorikan untuk perilaku ada 3 kategori dan dukungan keluarga ada 2 teori. Yaitu :

(67)

2.Sedang : jika total nilai yang diperoleh responden 40%-75%. 3.Kurang : jika total nilai yang diperoleh responden < 40%. 3.6.1. Metode Pengukuran Variabel

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah responden diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 10dan diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu (Arikunto, S, 2012) :

− Baik : Jika > 75 % dijawab dengan benar dengan total skor >7

− Sedang : Jika 45-75 % dijawab dengan benar dengan total skor 5-7

− Kurang : Jika < 45 % dijawab dengan benar dengan t

Gambar

Tabel 2.2. Dosis dan Cara Pemberian Vaksin
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1  Aspek Pengukur Variabel Independen dan Variabel Dependen
Tabel 4.1  Distribusi Reponden Menurut Identitas di Puskesmas Pandan Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pasalnya, HAM yang seharusnya diperjuangkan adalah hak yang sesuai dengan kodrat alam dan digariskan tuhan yaitu manusia telah diciptakan berpasang-pasangan dan

Ketidaktepatan pada kalimat soal tersebut adalah tidak dilesapkannya unsur yang sama dengan induk kalimat dari anak kalimat.. Unsur yang sama itu adalah mereka dan

Pungutan sebagai pembayaran disebabkan pemakaian atau karena memperoleh Jasa dari pekerjaan, usaha atau mi- lik daerah bagi yang berkepentingan atau karena yang diberikan

Dalam penerapan metode snowball drilling, peran guru adalah mempersiapkan paket soal-soal dan lembar skoring penilaian yang dibagikan kepada siswa serta menggelindingkan bola

Pembuatan briket arang ini dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain: kerapatan arang dapat ditingkatkan, bentuk dan ukuran arang dapat disesuaikan dengan

Faktor penyebab kematian bayi (AKB) adalah kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat dikontribusikan melalui perbaikan

DAN PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT SAMIN DI BOJONEGORO.. Slamet Widodo Dosen Jurusan

Distribusi frekuensi berdasarkan kepatuhan diet sesudah pemberian pendidikan kesehatan pada penderita hipertensi di Desa Tambar Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang