• Tidak ada hasil yang ditemukan

Refleksi Hukum Harta Perkawinan Dalam Hukum Adat Melayu (Studi DiKecamatan Hamparan Perak...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Refleksi Hukum Harta Perkawinan Dalam Hukum Adat Melayu (Studi DiKecamatan Hamparan Perak..."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

REFLEKSI HUKUM HARTA PERKAWINAN DALAM HUKUM

ADAT MELAYU

(STUDI DI KECAMATAN HAMPARAN PERAK KABUPATEN DELI

SERDANG)

TESIS

Oleh :

(2)

REFLECTION OF MARITAL TREASURE RULES

I N M A L A Y C U S T O M S L A W

ABSTRACT

C u s t o m s L a w i n I n d o n e s i a r e c o g n i z e s v a r i o u s m a r i t a l t r e a s u r e ( H u w e k i j k s goederencht) such as heritage treasure of transfer which is obtained by either the husband or the wife from their relations. Treasure obtained either by the husband or the wife with their own effort before or during the marriage, treasure they obtain with their mutual effort, and treasure obtained from presents during the marriage, treasure they obtain with their mutual effort, and treasure obtained from presents during the marriage. In brief, marital treasure is all belongings possessed by husband and wife in marital ties, be it the treasure brought recognize any institution of mutual treasure (gezinvennogen). When seen from its origin, the husband-and-wife treasure is basically separated. The treasure brought into the marriage by husband and wife or the treasure obtained by one of them on his/her own effort or obtained from presents or heritage after they are tied in a marriage are separable. To find the solution for above matters, a way out is sought by making an analysis and categorizing mutual treasure into "syirkah" discussion and custom discussion. In Islamic Law Compilation (Mil) on treasure in marriage inscribed in Chapter XIII clause 85 — 92 clause 85 describes that the existence of mutual treasure does not hinder the possibility of an existences of each husband or wife possesses his/her own possession. Clause 37 of Regulation ≠ 1 year 1974 states that when the marriage is broken up because of a divorce, the mutual treasure is arranged according to each existing law; i.e. religious law, custom law, etc. That is to say that, custom law is still being accommodated in nation law when solving problems arising from the mutual treasure when the marriage is broken up because of a divorce. In conclusion, the status of treasure when the marriage is broken or of its origin does not cause any problem because some legal products such as custom law, Islamic law and Regulation ≠ 1 year 1974, except both parties have a marital agreement. The Malay who live and grow among other ethnics in Indonesia, has a custom law which is thickly influenced by Islamic law. In its community, still clings noble values of Islamic rules which are the guidance in their life and in their legal actions.

(3)

The research shows that, in Malay community at Hamparan Perak sub-district, marital treasure becomes a significant matter. One of marriage's purposes is to form a happy and everlasting family and to develop, to manage and to maintain a peaceful relationship besides the hereditary purpose. Marital treasure is used to fulfill the family's need, child education, and future savings. Marital treasure is divided into 2 kinds: brought-in treasure which includes heritage, will, transfer and treasure obtained on one's own effort and mutual treasure (institutional treasure) which is mutually obtained by husband and wife during the marriage. Mutual or Shared treasure based on share understanding which is equally given in daily life such, as, the children. The status of marital treasure after a marriage break-up either because of a divorce or death is decided by using Islamic law. While for the shared treasure, each party obtains 50 % (half) of the treasure they have earned. However, the wife still gets additional 118 of treasure left by the husband. In its current development, the matters pertaining to marital treasure are settled within the family of both parties by using Islamic law called "faraidh", or by discussion which, if necessary, is attended by the leaders of the ethnic community or religious scholars. Legal institution is the last effort to bring the matters to when other efforts to solve the marital treasure is fruitless.

(4)

R E F L E K S I H U K U M H A R T A P E R K A W I N A N DALAM HUKUM ADAT

Hukum Adat di Indonesia mengenal berbagai macam liana perkawinan (Huwelijks goederenrecht) diantaranya, harta warisan atau hibah yang diperoleh salah satu pihak suaini atau isteri dari kerabatnya, harta yang diperoleh salah satu pihak suami atau isteri atas usaha sendiri sebelum atau selama perkawinan, harta yang, diperoleh suami isteri dalam masa perkawinan atas usaha bersama, dan harta yang diperoleh dari hadiah-hadiah selama perkawinan. Tegasnya harta perkawinan adalah semua harta yang dikuasai suami isteri dalam ikatan perkawinan, baik harta yang dibawa kedalam perkawinan maupun yang diperoleh selama perkawinan. Hukum Islam tidak mengenal adanya lembaga harta bersama (gezinverinogen). Apabila diperhatikan ketentuan asalnya, maka pada dasarnva harta suami isteri adalah terpisah baik harta bawaan masing-masing atau harta yang diperoleh oleh salah satu pihak atas usahanya sendiri maupun harta yang diperoleh salah seorang dari mereka karena hadiah atau hibah atau warisan sesudah mereka terikat dalam hubungan perkawinan. Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, maka dicarikanlah jalan keluar dengan meiakukan kajian yaitu menggolongkan harta bersama ke dalam pembahasan syirkah dan menggolongkan harta bersama dalam pembahasan adat. Dalam Kompilasi Hukum Islam (1:1-11) tentang harta kekayaan dalarn perkawinan diatur pada Bab XIII pasal 85 – pasal 92. Pasal 85 mengatakan adanya harta bersama dalam perkawinan tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami isteri. Ketentuan dalam pasal 37 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebut bahwa bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. Dan yang dimaksud dengan hukumnya masing-masing ialah hukum agarna, hukum adat dan hukum lainnya. Dengan demikian hukum adat masih diberi tempat oleh hukum nasional dalam menyelesakan sengketa khususnya mengenai harta bersama apabila perkawinan putus karena perceraian. Dengan demikian mengenai status harta bawaan atau harta asal dalam perkawinan sebenarnya tidak menjadi masalah. Oleh karena didalam berbagai aturan hukum seperti hukum adat, hukum Islam, Undang-undang No. I Tahun 1974 kecuali dalam KUHP Perdata sudah

1.

Fakultas Hukurn Universitas Sumatera Utara.

(5)

m e n g a t u r s e c a r a j e l a s d a n t e g a s b a h w a h a r t a b a w a a n i t u p e n g u a s a a n d a n pemilikannya tetap berada dibawah kekuasaan masing-masing pihak dari suami isteri yang membawa harta tersebut kedalam perkawinan. Kecuali para pihak mengadakan perjanjian perkawinan. Suku Melayu yang hidup dan berkembang bersama-sama dengan etnis lainnya di Indonesia, mengenai hukum adatnya sangat dipengaruhi oleh hukum Islam. Pada masyarakatnya masih melekat nilai-nilai luhur yang terdapat di d a l a m a t u r a n h u k u m I s l a m y a n g m e r u p a k a n p e d o m a n d a l a m k e h i d u p a n bermasyarakat maupun dalam perbuatan-perbuatan / tindakan hukum lainnya.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari 6 (enam) desa. Responden dari penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Hamparan Perak yang ditetapkan secara purposive yaitu masyarakat yang pernah atau sedang terlibat dalam suatu penyelesaian mengenai Harta Perkawinan. Terhadap mereka dilakukan wawancara langsung dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disusun. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap, wawancara khusus dilakukan dengan beberapa tokoh masyarakat. Data dianalisis secara sistematis dengan memakai metode induktif dan deduktif. Untuk melengkani hasil penelitian juga dilakukan studi kepustakaan.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

laporan kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yaitu. dimulai dari bulan Juli 2010 sampai dengan bulan

The adsorption capability of Ben- tonite – biochar nanocomposite was tested for the removal of Cu(II) and Pb(II) from aqueous solution. Langmuir and Freundlich adsorption

Pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak milik pada Kantor Pertanahan Kota Tangerang, sebaiknya dilakukan berdasarkan langkah- langkah pengendalian, seperti, penetapan

Hamdan wa syukron lillah yang senantiasa memberi kekuatan, kesabaran, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kesadaran Beragama

Bentuk dan atap Masjid ini berbentuk segi empat dan tidak memiliki kubah seperti masjid pada umumnya yang dimana memiliki makna yang diadopsi dari bentukan

89 https://steemit.com/myanmar/@kowinnhtunn/english-speaking- exercise-online-3-ff7e80d54983e BICARA. 90

berbentuk kuis dan pemberian pertanyaan inilah yang dapat menjadi konsep dalam evaluasi siswa terhadap hasil pembelajaran atau pemberian materi selama kegiatan

Dalam penelitian ini teknik analisis regresi berganda dengan dua variabel independen dan satu variabel dependen digunakan untuk menentukan pengaruh pelaksanaan Shalat Dhuha dan