BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peternakan
Ternak adalah hewan piara yang dalam kehidupannya baik mengenai
tempat, perkembangbiakan serta manfaatnya, diatur dan diawasi manusia serta
dipelihara khusus sebagai bahan-bahan dan jasa yang berguna bagi kepentingan
hidup manusia (Reksohadiprodjo, 1984).
Peternakan merupakan kegiatan untuk mengembangbiakkan serta untuk
membudidayakan hewan ternak lalu kemudian mendapatkan manfaat serta
hasilnya. Ternak dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu ternak ruminansia(sapi,
kerbau, kambing, domba), nonruminansia (babi, kuda, kelinci) dan unggas (ayam
buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik, puyuh, merpati, itik manila).
Ruminansia adalah kelompok hewan mamalia yang bisa memah (memakan)
dua kali sehingga kelompok hewan tersebut dikenal juga sebagai hewan
memamah biak. Ternak ruminansia merupakan salah satu ternak yang memiliki
sistem pencernaan yang kompleks dibandingkan ternak lain. Hal ini terlihat dari
kemampuan rumi-nansia dalam memproduksi protein mikroba dalam rumen.
Dimana protein mik-roba berperan besar terhadap ketersediaan total protein yang
tersedia bagi ternak yang akan dimanfaatkan untuk kebutuhan ternak itu sendiri
(Nugroho, dkk., 2013).
Salah satu hewan ruminansia yang paling banyak di konsumsi di Sumatera
Utara adalah sapi. Sapi termasuk dalam filum chordata, (yaitu hewan-hewan yang
memiliki tulang belakang), kelas mamalia (menyusui), ordo artiodaktil (berkuku
(tanduk berongga), genus bos (pemamah biak berkaki empat). Spesiesnya
terbagi dua, yaitu bos Taurus (sebagian besar bangsa sapi yang ada) dan bos
indicus (sapi-sapi yang memiliki punuk) (Blakely dan Bade, 1985).
Hewan non ruminansia adalah hewan berperut tunggal dan sederhana. Alat
pencernaannya terdiri dari mulut, esophagus, perut, usus halus, usus besar
dan rektum. Sistem pencernaanya disebut simple monogastric system. Hewan non
ruminansia memiliki pencernaan monogastrik (perut tunggal) yang berkapasitas
kecil. Makanan ditampung di dalam crop kemudian empedal/gizzard terjadi
penggilingan sempurna hingga halus. Makanan yang tidak tercerna akan keluar
bersama ekskreta, oleh karena itu sisa pencernaan berbentuk cair
(Hakim dan ichal, 2009).
Hewan non ruminansia dengan produksi terbesar di Sumatera Utara salah
satunya adalah babi. Menurut Blakely dan Bade (1985) babi terkenal karena
produksinya yang berfluktuasi naik dan turun. Para peternak babi menghadapi
bermacam masalah antara lain : pengetahuan tentang produksi dan teknik beternak
yang lain, karena usaha produksi daging babi merupakan usaha dengan investasi
yang cukup besar. Dalam sejarah pemasaran babi mengalami peningkatan dan
penurunan dengan cepat, seringkali secara sangat mendadak. Namun demikian,
usaha ini masih tetap menguntungkan. Dikatakan bahwa seorang peternak selalu
terjamin akan mendapatkan untung bila :
1. Pejantan tidak menjadi jelek
2. Betina mendapat pakan yang baik
3. Betina tidak mengalami keguguran karena bang atau lepto
5. Penyakit tidak menyerang
6. Bila induk tidak memakan anaknya
7. Babi itu tidak diare
8. Bila edemanya tidak parah
Ternak unggas merupakan ternak yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan karena produknya quick yielding (cepat menghasilkan) dan
mengandung nilai gizi tinggi. Performans yang baik pada unggas akan tampak
apabila faktor genetik dan lingkungan pemeliharaannya juga baik. Ayam boiler
sebagai ayam ras pedaging pertumbuhannya sangat cepat karena mempunyai
kemampuan mengubah makanan menjadi daging dengan sangat efisien.
Kemampuan ini akan ditunjukan pada temperature 19-21o C
(Cahyono dan Bambang, 1995).
Menurut Kamal (1994) unggas mengalami proses pencernaan yang berbeda
dengan hewan lain, meskipun mempunyai kesamaan pada prosesnya.
Sebagaimana hewan lain proses pada saluran pencernaan unggas menggunakan
tiga prinsip :
a. Secara mekanik. Pencernaan secara mekanin pada unggas berlangsung pada
empedal. Pakan didalam empedal dengan adanya kontraksi otot empedal
dengan bantuin grit akan diubah menjadi pasta.
b. Secara khemis/enzimatis. Pencernaan secara enzimatis terutama dibantu
dengan adanya senyawa kimia dan kerja dari enzim yang dihasilkan oleh
alat-alat pencernaan.
c. Secara mikrobiologik. Pencernaan secara mikrobiologik terjadi dengan
pencernaan secara mikrobiologik tidak berperan besar seperti pada ternak
yang lain, hanya sedikit ditemukan mikrobia pada tembolok dan usus
besarnya. Pada tembolok ditemukan beberapa bakteri aktif yang
menghasilkan asam organik seperti asam asetat dan asam laktat dan juga
pada ceca terjadi sedikit pencernaan hemiselulosa oleh bakteri.
Salah satu unggas favorit untuk di ternakkan adalah ayam piaraan. Ayam
piaraan merupakan jenis unggas yang paling banyak di dunia, termasuk genus
gallus, dan spesies gallus domesticus. Nenek moyang ayam piaraan dapat
dihubungkan kembali pada beberapa spesies liar yang masih hidup sampai saat
ini. Namun demikian, ayam hutan merah dengan nama latin gallus gallus
memiliki penyebaran paling luas dan spesies liar ini kemungkinan merupakan
nenek moyang utama dari gallus domesticus, atau ayam piaraan yang kita kenal
sekarang ini (Blakely dan Bade, 1985).
2.2. Landasan Teori
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tidak lanjut, serta prioritas alokasi
sumberdaya. Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adiktif
terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal
yang dapat mempengaruhi organisasi (Rangkuti, 2000).
Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan.
Terdapat elemen strategi yang harus dipenuhi untuk menjamin keberhasilan
kegiatan. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana, konsisten dan
Ketiga, penilaian objektif terhadap sumberdaya dan implementasi yang efektif
(David, 2006).
Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami
seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk
mengetahiu isu apa saja yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa saja
yang harrus segera dilakukan untuk memecahkan masalah.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematika untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis di dasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Pada analisis SWOT, yang ditinjau adalah perbandingan antara faktor
eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan sesuai dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set
Tabel 4. Matriks SWOT
IFAS
EFAS
Strength (S) (Kekuatan)
Weakness (W) (Kelemahan)
Opportunity (O) (Peluang)
Strategi (SO)
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang.
Strategi (WO)
Ciptakan strategi yang
meminimal kelemahan
untuk memanfaatkan
peluang.
Treaths (T) Ancaman)
Strategi (ST)
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk dapat mengatasi
ancaman.
Strategi (WT)
Ciptakan strategi yang
dapat meminimalkan
kelemahan serta dapat
menghindari ancaman.
Keterangan : IFAS = Internal Factors Analisys Summary EFAS = Eksternal Factors Analisys Summary
• Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan
menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
• Strategi ST
Ini adalah strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan
dengan cara menghindari ancaman.
• Strategi WO
Strategi ini ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan
• Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan ditujukan
untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman
(Rangkuti, 2008).
2.3. Penelitian Terdahulu
Untuk mengetahui penelitian yang dilakukan terlepas dari plagiat
(originalnya) maka dilakukan pemetaan (mapping) penelitian yang sudah
dilakukan. Penelitian terdahulu yang diperoleh dari berbagai sumber disajikan
Tabel 5. Tabulasi Penelitian Terdahulu
Analisis Hasil Penelitian
1. Dede
Di Kabupaten Deli Serdang
1.Apa saja faktor
internal yang
mempengaruhi pengembangan
KUD di Kabupaten Deli Serdang?
2.Apa saja faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan
KUD di Kabupaten Deli Serdang? Kabupaten Deli Serdang?
Deskriptif dan SWOT
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi
pengembangan KUD di Kabupaten Deli Serdang ialah KUD yang memiliki badan hukum, struktur organisasi yang sesuai dengan koperasi, kepengurusan yang bersifat demokratis (terbukan dan transparan), kepengurusan sesuai dengan keahlian atau bidangnya, banyaknya unit usaha yang dikelola koperasi, kurangnya sumber modal bagi koperasi,
pengelolaan/manajemen usaha yang masih lemah, pengelolaan yang kurang inovatif dalam menemukan ide baru untuk pengembangan KUD, kurang penguasaan
dalam mengggunakan
teknologi bagi pengelola maupun anggota, pengelola sulit menentukan bisnis inti. Dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan KUD di Kabupaten Deli Serdang ialah adanya aspek pemerataan yang diperioritaskan oleh pemerintah, adanya tuntutan masyarakat untuk lebih membangun koperasi, adanya peluang pasar bagi komoditas yang dihasilkan koperasi, adanya inverstor yang ingin melakukan kerja sama dengan koperasi, adanya UU. No. 12 tahun 1992, adanya persaingan usaha yang semakin ketat, peranan IPTEK yang meningkat, terbatasnya penyediaan teknologi, adanya anggapan negatif dari masyarakat, menurunnya daya beli masyarakat. Serta strategi yang cocok untuk mengembangkan KUD di Kabupaten Deli Serdang
adalah strategi ST
Lanjutan Tabel 5. Tabulasi Penelitian Terdahulu
Analisis Hasil Penelitian
2. Eko
Tradisional di Kota Medan (Studi Kasus: Pasar
Tradisional Sei Sikambing Kecamatan Medan Helvetia Dan Pasar Tradisional
Pajak Pagi Padang Bulan Kecamatan Medan Baru)
1.Bagaimana perkembangan pasar tradisional di kota Medan?
2. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi pasar tradisional?
3.Apasaja kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman dalam mengembangkan pasar tradisional?
4.Bagaimana
strategi yang sesuai dalam mengembangkan pasar tradisional?
Deskriptif dan SWOT
1. a. Pasar tradisional yang di teliti selama 3 tahun yakni
2007 – 2009 tidak
mengalami perkembangan dalam jumlah kios dan jumlah pedagang. Hal ini disebabkan karena jumlah pasar di kota Medan tetap, b. Jumlah kios dan jumlah pedagang di pasar tradisional Sei Sikambing selama 3 tahun terakhir yakni 2007 – 2009 tidak mengalami perkembangan, c. Jumlah pedagang di pasar Pagi Padang Bulan selama 3 tahun terakhir
yakni 2007 – 2009
mengalami perkembangan begitu juga dengan jumlah kiosnya.
2. a. Pasar tradisional dalam
usahanya untuk menjalankan strategi pengembangan pasar tradisional dalam memanfaatkan peluang atau menhindari ancaman masih dibawah rata – rata. Hal ini dilihat dari nilai total skoring sebesar 2,40, b. Pasar tradisinal dalam
usahanya untuk menjalankan strategi pengembangan pasar tradisional dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan meminimalisir kelemahan masih dibawah rata – rata. Hal ini dapat dilihat dari nilai skoring pembobotan adalah 2,86, c. Jika dibandingkan faktor
eksternal (peluang dan
Lanjutan Tabel 5. Tabulasi Penelitian Terdahulu
Analisis Hasil Penelitian
3. Dewi
Juwita H (2008)
Strategi Pengembangan Komoditi Jamur
Tiram Putih
(Pleurotus
Ostreatus) Di Kabupaten Deli Serdang
1.Bagaimana Ketersediaan faktor produksi pertanian primer (seperti bibit, luas kumbung, tenaga kerja, serbuk kayu, bekatul, gypsum, kapur dan modal) pada pengembangan usahatani jamur tiram putih?
2.Bagaimana Kelayakan
usahatani jamur tiram putih bila ditinjau dari keadaan
financial?
3.Bagaimana
Potensi pasar terhadap
usahatani jamur tiram putih?
4.Bagaimana Strategi pengembangan komoditi jamur tiram putih di daerah penelitian dengan analisis SWOT?
R/C dan SWOT
1. Faktor produksi pertanian primer (seperti bibit, luas kumbung, tenaga kerja, serbuk kayu, bekatul, gypsum, kapur dan modal) sudah tersedia di daerah penelitian dalam usaha kecil (rumah tangga)
namun untuk mengembangkan sekala
usaha menjadi lebih besar sarana produksi belum tersedia di daerah penelitian.
2.Usaha tani jamur tiram putih layak diusahakan karena : -produksi jamur tiram putih di daerah penelitian per petani dan per 500 baglog, telah melampaui BEP volume (471,83 kg dan 53,11 kg) yaitu 1.680,88 kg per petani dan 195,88 per 500 baglog, -harga jamur tiram putih di daerah penelitian adalah Rp. 17.705,88 lebih besar dari BEP harga produksi sebesar Rp. 4.867,80, -R/C jamur tiram di daerah penelitian sebesar 3,74 lebih besar dari 1, makan usahatani jamur tiram di daerah penelitian layak untuk di usahakan.
3. Potensi pasar jamur tiram di daerah penelitian sangat baik. Harga dan permintaan meningkat dari waktu ke waktu sehingga petani jamur tiram tidak pernah mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil produksi
jamur tiramnya,
Lanjutan Tabel 5. Tabulasi Penelitian Terdahulu
Analisis Hasil Penelitian
4. Boiman
Gultom (2012)
Strategi Pengembangan Usahatani Kopi Arabika (Studi Kasus : Desa Tamba Dolok, Kecamatan Sitio-tio, Kabupaten Samosir)
1. Bagaimana
formulasi strategi pengembangan usaha tani kopi arabika di daerah
penelitian?
SWOT Alternatif strategi yang
diformulasikan dalam
rangka pengembangan usahatani kopi arabikadi daerah penelitian adalah strategi defensive (defensive strategic). Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus :
Kabupaten Deli Serdang)
1. Apa saja faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah
penelitian?
2. Bagaimana
strategi dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah
penelitian?
SWOT 1. Faktor-faktor internal yang
mempengaruhi
pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian dan termasuk kedalam kekuatan ialah produksi, ketersediaan limbah pertanian yang melimpah, tersedianya tenaga kerja, tidak terdapat serangan virus penyakit mematikan, pengalaman beternak. Serta yang masuk kedalam
kelemahan ialah lahan
yang tidak memadai, teknik pemeliharaan masih tradisional, modal tidak tercukupi, ketersediaan bibit yang kurang, teknik pemanfaatan limbah yang kurang. Dan faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi
pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian yang masuk kedalam peluang ialah pasar, musim, politik, keamanan, pemerintah. Serta yang masuk kedalam ancaman yaitu pesaing, ketidak stabilan harga sapi potong, hewan ternak pengganti sapi potong, pemanfaatan teknologi kurang baik, kurangnya kemitraan.
2. Strategi pengembangan
usaha ternak sapi potong di daerah penelitian adalah
strategi WO (
2.4. Kerangka Pemikiran
Pengembangan peternakan merupakan bagian dari pembangunan nasional
yang sangat penting, karena salah satu tujuan dari pengembangan peternakan
adalah peningkatan SDM yang unggul. Selain itu pengembangan peternakan
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, pelestarian
lingkungan hidup serta peningkatan devisa negara.
Penelitian tentang pengembangan peternakan ini dilakukan di Provinsi
Sumatera Utara. Potensi pengembangan peternakan di Sumatera Utara masih
minim akibat terbatasnya SDM dan dukungan pembiayaan dari perbankan.
Padahal wilayah Sumatera Utara dapat menjadi surga usaha peternakan dengan
dukungan 1,3 juta hektar lahan padang rumput dan 1,9 juta hektar lahan
perkebunan, ditambah limbah pertanian dan perkebunan untuk sumber pakan
ternak.
Salah satu alat analisis strategi pengembangan adalah menggunakan SWOT.
Dengan SWOT maka dapat dilihat faktor-faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat pengembangan peternakan. Analisis SWOT menghasilkan keputusan
strategi mana yang menjadi prioritas untuk menghasilkan strategi yang dapat
direkomendasikan kepada Dinas Ketahanan Pangan Provinsi dan Peternakan
Sumatera Utara serta pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan peternakan di
Provinsi Sumatera Utara.
Untuk lebih memperjelas mengenai strategi pengembangan peternakan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Peternakan Di Provinsi Sumatera Utara
2.5. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka dan landasan teori yang
telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini adalah :
1. Faktor internal (kekuatan) dan faktor eksternal (peluang) merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap strategi pengembangan peternakan di
Provinsi Sumatera Utara.
2. Terdapat 4 alternatif formulasi strategi dalam pengembangan peternakan di
Provinsi Sumatera Utara.
Peternakan
Faktor Eksternal Faktor Internal
KekuatanStr ength
(S)
Kelemahan Weakness
(W)
Peluang Opportunity
(O)
AncamanTh reat
(T)
Strategi Pengembangan Peternakan
Keterangan :