PASANGAN SUAMI ISTRI MENGGUNAKAN METODE
BAYES DAN FORWARD CHAINING
SKRIPSI
RIKA RENTIKA
131421042
PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana Ilmu Komputer
Oleh :
RIKA RENTIKA
131421042
PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERSETUJUAN
Judul : Sistem Pakar Menentukan Alat Kontrasepsi Untuk Pasangan Suami Istri Menggunakan Metode Bayes Dan Forward Chaining Kategori : SKRIPSI
Nama : RIKA RENTIKA
Nomor Induk Mahasiswa : 131421042
Program Studi : EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER Departemen : ILMU KOMPUTER
Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, Agustus 2015
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Handrizal, S.Si, M.Comp. Sc Dr. Poltak Sihombing, M.Kom
NIP. - NIP. 19620317 199103 1 001
Diketahui/Disetujui oleh
Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,
PERNYATAAN
SISTEM PAKAR MENENTUKAN ALAT KONTRASEPSI UNTUK PASANGAN SUAMI ISTRI MENGGUNAKAN METODE
BAYES DAN FORWARD CHAINING
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.
Medan, Agustus 2015
PENGHARGAAN
Alhamdulillah segala puji dan syukur atas nikmat kepada Allah Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer, pada Program Studi S1 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak membimbing, mengarahkan, membantu, dan memberikan dukungan semangat dan kasih sayang dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapa
k Dr. Poltak Sihombing, M.Kom selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara dan Dosen pembimbing I yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Ibu
Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara.
5. Bapa
k Handrizal, S.Si, M.Comp. Sc selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Bapa memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.
8. Semu
a dosen dan semua pegawai di Program Studi S1 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.
9. Bapa
k Dr. Raymond Ginting SpOG selaku Pakar yang telah memberikan pemahaman tentang pemilihan alat kontrasepsi dalam penyempurnaan skripsi ini.
11. Tema n-teman seperjuangan mahasiswa Ekstensi S1-Ilmu Komputer stambuk 2013, terutama Dwi Septiana Sari dan Rabani Damanik telah memberikan dukungan dan kerja sama yang baik kepada penulis..
12. Semu
a pihak yang terlibat langsung ataupun tidak langsung yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada pembaca agar kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Sehingga dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Medan, Agustus 2015
ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol menimbulkan dampak negatif bagi Indonesia. Salah satu cara untuk mengendalikan jumlah penduduk adalah dengan menggunakan kontrasepsi. Namun, jumlah pakar kontrasepsi yang terbatas menjadi salah satu pemicu masyarakat mendapatkan sedikit informasi mengenai kontrasepsi. Maka, dibangunlah sistem pakar dengan mengaplikasikan metode Bayes untuk menghitung nilai kepastian dan forward chaining dalam proses perunutan untuk membantu pasangan suami istri dalam menentukan alat kontrasepsi. Penentuan alat kontrasepsi berdasarkan pada evidence yang dipilih user berupa jawaban dari pertanyaan yang diajukan sistem, dimana semua evidence tersebut akan dihitung dengan teorema Bayes untuk mencari nilai kepastian terbesar. Probabilitas alat kontrasepsi pria tanpa evidence apapun, yaitu kondom 80% dan MOP 20%. Probabilitas alat kontrasepsi wanita tanpa evidence apapun, yaitu pil 6%, suntik 4%, AKDR 35%, AKBK 15% dan MOW 40%. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, diketahui bahwa evidence mengenai kondisi kesehatan user memiliki bobot yang berbeda terhadap tiap alat kontrasepsi sehingga evidence yang dipilih akan mempengaruhi nilai kepastian tiap alat kontrasepsi.
EXPERT SYSTEM SELECTION OF APPROPRIATE CONTRACEPTION FOR MARRIED COUPLE USE BAYES THEOREM
AND FORWARD CHAINING
ABSTRACT
Uncontrolled population growth have a negative impact for Indonesia. One way to control the population is using contraceptives. However, a limited of contraceptive experts to be one of the triggers so that society get a bit of information about contraception. Then, expert systems built by applying Bayes method to calculate the value of certainty and forward chaining in the process of tracing to assist couples in determining contraceptive. Determination of contraceptives based on evidence that selected by user as answers from questions posed by system, where all the evidence will be calculated by Bayes theorem to find the biggest certainty value. The probability of male contraception without evidence, there are 80% of condoms and 20% of vasectomy. The probability of female contraception without evidence, there are 6% of pills, 4% of injection, 35% of IUD, 40% implant and 15% of tubektomi. Based on the results of this research, it is known that the evidence concerning of user's health condition has a different weight to each of contraceptives so that the evidence is chosen will affect the value of the certainty of each contraceptives.
DAFTAR ISI
2.2.1. Perbandingan Sistem Pakar dengan
Sistem Konvensional 7
2.2.2. Perbandingan Sistem Pakar dengan
Sistem Pendukung Keputusan 8
2.2.3. Kelebihan dan Kelemahan
Sistem Pakar 9
2.2.4. Arsitektur Sistem Pakar 10
2.3. Forward Chaining 13
2.4. Teorema Bayes 13
2.5. Kontrasepsi 14
2.5.1. Coitus Intteruptus 16
2.5.2. Metode Ovulasi Billings (MOB) 16
2.5.3. Kondom 16
2.5.4. Kontrasepsi Oral / Pil 17
2.5.5. Suntikan Kombinasi 17
2.5.6. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
(AKBK) / Implan 17
2.5.7. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
2.5.8. Metode Operasi Pria (MOP) /
3.1.2. Analisis Kebutuhan Sistem 20
3.2. Permodelan Sistem 21
3.2.1. Use Case Diagram 21
3.2.2. Entity Relationship Diagram (ERD) 25
3.2.3. Struktur Basis Data 26
3.2.4. Diagram Konteks 28
3.2.4.1. Data FlowDiagram 29
3.3. Perancangan Flowchart 30
3.3.1. Flowchart Sistem 30
3.4. Analisis Permasalahan Teorema Bayes 32 3.5. Perancangan Antar Muka Sistem (User Interface) 34
3.5.1. Halaman Utama 34
3.5.2. Halaman Konsultasi 35
3.5.3. Halaman Daftar Alat Kontrasepsi 38
3.5.4. Halaman Admin 39
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 43
4.1. Implementasi Sistem 43
4.1.1. Spesifikasi Perangkat Keras dan
Perangkat Lunak 43
4.2. Antarmuka Pengguna (User Interface) 44
4.2.1. Halaman Beranda 44
4.2.2. Halaman Konsultasi 45
4.2.3. Halaman Daftar Alat Kontrasepsi 47
4.2.4. Halaman Admin 49
4.3. Pengujian 51
4.3.1. Pengujian dengan Sampel Pria 51 4.3.2. Pengujian dengan Sampel Wanita 55
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 61
5.1. Kesimpulan 61
5.2. Saran 62
Daftar Pustaka 63
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbandingan Sistem Konvensional dengan
Sistem Pakar 8
Tabel 2.2. Perbandingan Sistem Pakar Sistem Sistem dengan
Pendukung Keputusan 9
Tabel 3.1. Skenario Use Case Daftar Alat 22 Tabel 3.2. Skenario Use Case Daftar User 23 Tabel 3.3. Skenario Use Case Konsultasi 23
Tabel 3.4. Skenario Use Case Login 24
Tabel 3.5. Skenario Use Case Pengolahan Basis Data 25
Tabel 3.6. Rancangan Tabel User 26
Tabel 3.7. Rancangan Tabel Admin 27
Tabel 3.8. Rancangan Tabel Fakta 27
Tabel 3.9. Rancangan Tabel User 28
Tabel 3.10. Nilai Probabilitas Diisi oleh
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Arsitektur Sistem Pakar 11
Gambar 3.1. Use Case Diagram Sistem Pakar
Menentukan Alat Kontrasepsi 21
Gambar 3.2. ERD Sistem Pakar Menentukan Alat Kontrasepsi 25 Gambar 3.3. Diagram Konteks Sistem Pakar
Menentukan Alat Kontrasepsi 28
Gambar 3.4. DFD Level 1 Sistem Pakar
Menentukan Alat Kontrasepsi 29
Gambar 3.5. Flowchart Sistem Pakar
Menentukan Alat Kontrasepsi 30
Gambar 3.6. Halaman Utama 34 Gambar 4.15. Lanjutan Daftar Pertanyaan yang
Diajukan Kepada User 58
Gambar 4.16. Hasil Konsultasi 59
ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol menimbulkan dampak negatif bagi Indonesia. Salah satu cara untuk mengendalikan jumlah penduduk adalah dengan menggunakan kontrasepsi. Namun, jumlah pakar kontrasepsi yang terbatas menjadi salah satu pemicu masyarakat mendapatkan sedikit informasi mengenai kontrasepsi. Maka, dibangunlah sistem pakar dengan mengaplikasikan metode Bayes untuk menghitung nilai kepastian dan forward chaining dalam proses perunutan untuk membantu pasangan suami istri dalam menentukan alat kontrasepsi. Penentuan alat kontrasepsi berdasarkan pada evidence yang dipilih user berupa jawaban dari pertanyaan yang diajukan sistem, dimana semua evidence tersebut akan dihitung dengan teorema Bayes untuk mencari nilai kepastian terbesar. Probabilitas alat kontrasepsi pria tanpa evidence apapun, yaitu kondom 80% dan MOP 20%. Probabilitas alat kontrasepsi wanita tanpa evidence apapun, yaitu pil 6%, suntik 4%, AKDR 35%, AKBK 15% dan MOW 40%. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, diketahui bahwa evidence mengenai kondisi kesehatan user memiliki bobot yang berbeda terhadap tiap alat kontrasepsi sehingga evidence yang dipilih akan mempengaruhi nilai kepastian tiap alat kontrasepsi.
EXPERT SYSTEM SELECTION OF APPROPRIATE CONTRACEPTION FOR MARRIED COUPLE USE BAYES THEOREM
AND FORWARD CHAINING
ABSTRACT
Uncontrolled population growth have a negative impact for Indonesia. One way to control the population is using contraceptives. However, a limited of contraceptive experts to be one of the triggers so that society get a bit of information about contraception. Then, expert systems built by applying Bayes method to calculate the value of certainty and forward chaining in the process of tracing to assist couples in determining contraceptive. Determination of contraceptives based on evidence that selected by user as answers from questions posed by system, where all the evidence will be calculated by Bayes theorem to find the biggest certainty value. The probability of male contraception without evidence, there are 80% of condoms and 20% of vasectomy. The probability of female contraception without evidence, there are 6% of pills, 4% of injection, 35% of IUD, 40% implant and 15% of tubektomi. Based on the results of this research, it is known that the evidence concerning of user's health condition has a different weight to each of contraceptives so that the evidence is chosen will affect the value of the certainty of each contraceptives.
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang pemilihan judul tugas akhir, rumusan masalah,
tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang
Saat ini Indonesia menempati urutan ke-4 negara dengan jumlah penduduk terpadat di
dunia. Dikutip dari Geohive.com, yaitu sebuah website yang mengumpulkan berbagai statistik jumlah penduduk mencatat pada tanggal 4 Mei 2015 jumlah penduduk dunia
mencapai 7.306.210.060penduduk. Berikut adalah 5 negara dengan jumlah penduduk
terpadat di dunia, yaitu China di urutan pertama dengan 1.400.414.238 penduduk,
India di urutan kedua dengan 1.279.709.363 penduduk, Amerika Serikat di urutan
ketiga dengan 324.632.477 penduduk, Indonesia di urutan keempat dengan
255.221.539 pendudukdan Brazil di urutan kelima dengan 203.379.209 penduduk.
Pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak terkendali ini ternyata
menimbulkan dampak negatif bagi negara itu sendiri. Contohnya Indonesia, jumlah
lapangan kerja yang tersedia saat ini belum mampu menampung semua penduduk
Indonesia yang akhirnya mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah
pengangguran. Para pengangguran jika dalam waktu lama belum juga menemukan
pekerjaan sebagai sumber pendapatannya, maka akan mulai kehilangan tempat tinggal
dan akan menjadi gelandangan. Gelandangan juga harus hidup dengan memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti makanan, namun dengan tidak adanya sumber
pendapatan atau pekerjaan, maka tidak jarang para gelandangan terpaksa melakukan
tindak kriminal dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa
meningkatnya jumlah penduduk juga sebanding dengan meningkatnya angka
Indonesia berinisiatif membentuk BKKBN, yaitu Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional sebagai lembaga pemerintah di Indonesia yang mempunyai tugas
untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia melalui pendekatan 4 (empat)
pilar program, yaitu Program Keluarga Berencana (KB), Kesehatan Reproduksi (KR),
Kelurga Sejahtera (KS) dan Pemberdayaan Keluarga (PK). Selain BKKBN, ada
sebuah asosiasi professional independen yang secara khusus fokus pada keamanan
kontrasepsi yang bernama Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI).
Keluarga Berencana (KB) dicanangkan pertama kali pada akhir 1970,
merupakan gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan
membatasi jumlah kelahiran dan pengendalian fertilitas atau menekan pertumbuhan
penduduk tersebut menggunakan kontrasepsi. Adapun tujuan umum gerakan ini yaitu
meningkatkan kesejahteraan ibu, mengurangi angka kelahiran bayi, meningkatkan
kesehatan keluarga berencana dengan penjarangan kelahiran, juga meningkatkan
jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi. Ada dua macam metode
kontrasepsi yang dikenal di masyarakat, antara lain:
1. Metode sederhana yaitu tanpa alat (metode ovulasi billing, coitus interruptus, dan lain-lain) dan menggunakan alat (kondom, diafragma, dan lain-lain);
2. Metode modern yaitu kontrasepsi hormonal (pil, suntikan, implan), Intra Uterin Devices (IUD) atau alat kontasepsi dalam rahim (AKDR), kontrasepsi mantap (vasektomi dan tubektomi).
Sudah 44 tahun program KB berjalan namun pertumbuhan penduduk semakin
tidak terkontrol tiap tahunnya. Terbatasnya ahli atau pakar kontrasepsi menjadikan
salah satu pemicu sehingga masyarakat sendiri juga masih kurang mendapatkan
informasi tentang apa itu kontrasepsi bagaimana menggunakan alat kontrasepsi yang
baik , apa efek samping dari alat kontrasepsi, dan alat kontrasepsi apa yang tepat bagi
masyarakat.
Maka dari itu diperlukan sebuah sistem pakar yang fungsinya nanti membantu
mengenai kontrasepsi khususnya dalam pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai bagi
pasangan suami istri. Dengan begitu permasalahan masyarakat Indonesia tentang
kurangnya informasi alat kontrasepsi dapat teratasi. Efek lebih luasnya nanti akan
mengurangi peledakan penduduk yang terjadi di Indonesia sehingga pengangguran
dapat berkurang dan kesejahteraan rakyat dapat meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana menentukan alat kontrasepsi yang tepat untuk pasangan suami istri
menggunakan teorema Bayes dan forward chaining.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem pakar dengan mengaplikasikan
teorema Bayes dan forward chaining untuk membantu pasangan suami istri dalam pemilihan alat kontrasepsi yang tepat dan sesuai dengan kondisi mereka.
1.4 Batasan Masalah
1. Alat kontrasepsi yang dibahas ada tujuh yaitu kondom, pil, suntikan, alat
kontrasepsi bawah kulit (AKBK), alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), dan
strerilisasi (tubektomi dan vasektomi). Selain itu juga menggunakan dua metode
kontrasepsi tanpa alat yaitu coitus interruptus dan metode ovulasi billings (MOB). 2. Sistem pakar ini menggunakan metode teorema Bayes untuk menghitung derajat
kepercayaan dan metode forward chaining pada proses inferensi.
3. Sistem berbasis web dengan bahasa pemrograman PHP dan MySQL sebagai basis data .
4. Informasi untuk menyusun rule merupakan fakta yang diperoleh dari pakar (dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi).
Manfaat dari penelitian ini adalah mempermudah ahli kontrasepsi dan membantu
masyakarat awam dalam menentukan alat kontrasepsi untuk suami istri sehingga
proses pemilihan menjadi lebih cepat dan efisien juga mengurangi tingkat kesalahan.
1.6 Metodologi Penelitian
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai
berikut :
1. Studi Literatur
Pada tahap studi literatur, kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari
bahan-bahan ataupun buku-buku referensi, skripsi, jurnal dan sumber lain yang
berkaitan dengan penulisan tugas akhir.
2. Pengumpulan Data
Tahapan selanjutnya adalah pengumpulan data, dimana data yang akan
digunakan diperoleh secara langsung dari pakar (dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi).
3. Analisis dan Perancangan
Pada tahan analisis dan perancangan dilakukan analisis sesuai dengan
kebutuhan seperti cara membangun aplikasi yang mengimplementasikan
metode teorema Bayes dan metode forward chaining, jenis perangkat yang digunakan, pembuatan desain interface, target pengguna, dan hasil yang diinginkan.
4. Implementasi Sistem
Implementasi sistem dilaksanakan dengan mengimplementasikan rancangan
sistem yang telah dibuat pada analisis dan perancangan sistem kedalam
program komputer dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan
MySQL sebagai basis data.
5. Pengujian Sistem
Tahan pengujian sistem dilaksanakan dengan mengimplementasikan metode
teorema Bayes dan metode forward chaining dalam pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai untuk pasangan suami istri. Hasil program diuji kemudian
dianalisis perbandingan ketepatan keputusan dengan keputusan pakar.
Pada tahap terkahir yaitu dokumentasi, membuat laporan dan kesimpulan
akhir dari hasil analisis dan pengujian dalam bentuk penulisan tugas akhir
beserta kesimpulannya dan menampilkan data-data sebagai bukti dalam bentuk
hard copy.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang pemilihan judul tugas akhir, rumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, metode
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas teori-teori dasar sistem pakar, metode forward chaining, teorema Bayes dan kontrasepsi yang mendukung pembahasan pada bab selanjutnya.
BAB 3 : ANALISI DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini membahas analisa teorema Bayes dan forward chaining dalam pemilihan alat kontrasepsi serta perancangan sistem dan desain interface.
BAB 4 : IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM
Bab ini membahas implementasi sistem dan pengujian terhadap sistem yang
sudah dibangun.
BAB 5 :KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas tentang kesimpulan dari sistem yang telah dibangun serta saran
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas teori-teori dasar sistem pakar, metode forward chaining, teorema Bayes dan kontrasepsi yang mendukung pembahasan pada bab selanjutnya.
2.1 Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan adalah suatu ilmu yang mempelajari cara membuat komputer
melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh manusia (Minsky, 1989). Kecerdasan
buatan adalah ilmu tentang sistem yang melakukan sesuatu hal kepada setiap
pengamat sehingga menjadikannya cerdas (Ben, 2004). Menurut Rich dan Knight
(1991), kecerdasan buatan adalah sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer
melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia
(Kusrini, 2006).
Tujuan utama kecerdasan buatan adalah membuat komputer untuk lebih
berguna dan mengerti prinsip-prinsip yang memungkinkan untuk menjadi cerdas.
Prinsip-prinsip tersebut termasuk penggunaan struktur data di dalam representasi ilmu
pengetahuan, algoritma-algoritma yang diperlukan dalam penerapan ilmu
pengetahuan, bahasa beserta teknik-teknik pemrograman yang digunakan dalam
implementasinya. Selain itu, tujuan dari kecerdasan buatan adalah untuk
mengembangkan kerja sistem komputer yang benar-benar mampu melakukan
tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan tinggi (Kristanto, 2004).
2.2 Sistem Pakar
Sistem pakar adalah sistem yang menggunakan pengetahuan manusia yang
dimasukkan ke dalam komputer untuk memecahkan masalah-masalah yang biasanya
diselesaikan oleh pakar (Turban dan Aronson ,2001). Menurut Giarratano dan Riley
pengetahuan-pengetahuan khusus yang dimiliki oleh seorang ahli untuk
menyelesaikan suatu masalah tertentu. Sistem pakar merupakan program kecerdasan
buatan yang menggabungkan basis pengetahuan (knowledge base) dengan sistem inferensi (Kristanto, 2004).
Ciri-ciri sistem pakar adalah sebagai berikut (Kusrini, 2006):
1. Terbatas pada bidang spesifik,
2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau tidak
pasti,
3. Dapat mengemukakan rangkaian alasan yang diberikan dengan cara dapat
dipahami,
4. Berdasarkan pada rule atau kaidah tertentu,
5. Dirancang untuk dapat dikembangkan secara bertahap,
6. Output bersifat nasihat atau anjuran,
7. Output tergantung dari dialog dengan user, dan 8. Knowledge base dan inference engine terpisah.
2.2.1 Perbandingan Sistem Pakar dengan Sistem Konvensional
Kecerdasan buatan berbeda dengan program konvensional. Pemrograman
konvensional berbasis pada algoritma yang mendefinisikan setiap langkah dalam
penyelesaian masalah. Lain halnya dengan pemrograman dalam kecerdasan buatan
yang berbasis pada representasi simbol dan manipulasi. Berikut adalah perbandingan
sistem kovensional dan sistem pakar ditunjukkan di tabel 2.1 pada halaman
Tabel 2.1. Perbandingan Sistem Konvensional dan Sistem Pakar (Kusrini, 2006).
Sistem Konvensional Sistem Pakar
Informasi dan pemrosesan umumnya digabung dalam satu program sequential
Knowledge base terpisah dari mekanisme pemrosesan (inference)
Program tidak pernah salah (kecuali pemrogramnya yang salah)
Program bisa saja melakukan kesalahan
Tidak menjelaskan mengapa input dibutuhkan atau bagaimana hasil diperoleh
Penjelasan (explanation) merupakan bagian dari sistem pakar
Data harus lengkap Data tidak harus lengkap
Perubahan pada program merepotkan Perubahan pada rules dapat dilakukan dengan mudah
Sistem bekerja jika sudah lengkap Sistem dapat bekerja hanya dengan rules yang sedikit
Eksekusi secara algoritmik (step-by-step) Eksekusi dilakukan secara heuristic dan logic
Manipulasi efektif pada database yang besar
Manipulasi efektif pada knowledge base yang besar
Efisiensi adalah tujuan utama Efektivitas adalah tujuan utama
Data kuantitatif Data kualitatif
Representasi data dalam numeric Representasi pengetahuan dalam simbol Menangkap, menambah dan
mendistribusikan data numeric dan informasi
Menangkap, menambah dan mendistribusikan pertimbangan (judgement) dan pengetahuan.
2.2.2. Perbedaan Sistem Pakar dengan Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang membantu para
pengambil keputusan mengatasi berbagai masalah melalui interaksi langsung dengan
sejumlah database dan perangkat lunak analitik (Wibisono, 2003).
Ada beberapa perbedaan antara sistem pakar dengan sistem pendukung
keputusan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 pada halaman selanjutnya.
Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pakar
Sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mempertinggi efektifitas pengambilan keputusan dari masalah semi terstruktur.
Aplikasi komputer yang ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan atau pemecahan persoalan dalam bidang yang spesifik.
Merefleksikan keyakinan manajer dalam caranya memecahkan masalah.
Memberikan peluang bagi manajer untuk mendapatkan kemampuan dalam membuat keputusan melebihi kemampuan yang dimilikinya.
Tidak memiliki kemampuan memberikan alasan.
Memiliki kemampuan menjelaskan.
Manusia dan atau sistem sebagai pembuat keputusan.
Sistem sebagai pembuat keputusan.
Input berupa informasi dan semua tipe data.
Input berupa informasi.
Output berupa grafik dan informasi (bersifat aktif, sistem mampu berfikir out of the box, namun sebatas sebagai sistem pendukung keputusan saja dan tidak meniadakan keputusan dari seorang pengambil keputusan/manajer).
Output berupa informasi (bersifat pasif, sistem hanya mampu berfikir sesuai dengan pengetahuan dari pakar, yang digunakan untuk menggantikan keberadaan seorang pakar).
2.2.3. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pakar
Sistem pakar jelas berbeda dibandingkan dengan sistem konvensional, sehingga
dengan begitu sistem pakar sendiri memiliki kelebihan dan kelemahan pula. Berikut
adalah kelebihan sistem pakar yaitu:
1. Pekerjaan para ahli (pakar) dapat dikerjakan oleh orang awam,
2. Proses yang berulang dapat dilakukan secara otomatis,
3. Keahlian para ahli (pakar) dapat diambil dan dilestarikan,
4. Sistem pakar akan menyimpan pengetahuan dan keahlian para ahli (pakar),
7. Mampu beroperasi dalam lingkungan berbahaya,
8. Memiliki kemampuan untuk mengakses pengetahuan,
9. Memiliki realibilitas,
10. Meningkatkan kapabilitas sistem komputer,
11. Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang tidak lengkap
dan mengandung ketidakpastian,
12. Sebagai media pelengkap dalam pelatihan,
13. Meningkatkan kapabilitas dalam penyelesaian masalah, dan
14. Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan.
Selain memiliki beberapa kelebihan, sistem pakar juga memiliki kelemahan
yaitu :
1. Dalam proses pembuatan dan pemeliharaan sistem, dibutuhkan biaya yang
cukup mahal,
2. Sistem pakar sulit dikembangkan karena erat kaitannya dengan
ketersediaan pakar dalam bidangnya, dan
3. Sistem pakar tidak 100% bernilai benar.
2.2.4. Arsitektur Sistem Pakar
Menurut Turban, sistem pakar terdiri dari dua bagian pokok, yaitu : lingkungan
pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment) (Arhami, 2004). Pakar menggunakan lingkungan pengembangan untuk memasukan pegetahuannya, dan pengguna yang bukan pakar menggunakan
lingkungan konsultasi untuk memperoleh pengetahuan pakar. Arsitektur sistem pakar
Antar Muka
Aksi yang Direkomendasikan
Fasilitas Penjelasan
Mesin Interfensi
Workplace
Basis Pengetahuan : fakta dan aturan
Knowledge Engineer
Pakar
Perbaikan Pengetahuan Pemakai
Lingkungan
Konsultasi Lingkungan Pengembangan
Fakta tentang kejadian tertentu
Gambar 2.1. Arsitektur Sistem Pakar (Arhami,2004)
1. Antarmuka Pengguna (User Interface)
Antar muka (user interface) merupakan media yang dibutuhkan oleh pengguna agar dapat berkomunikasi dengan sistem. Antarmuka menerima informasi dari pengguna
dan mengubahnya ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh sistem. Selain itu,
antarmuka menerima dari sistem dan menyajikannya ke dalam bentuk yang dapat
dimengerti oleh pengguna.
2. Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan mengandung pengetahuan untuk pemahaman, formulasi dan
penyelesaian masalah. Komponen sistem pakar ini disusun atas dua elemen dasar,
yaitu:
a. Fakta
b. Aturan
Aturan adalah informasi tentang cara bagaimana memperoleh fakta baru
dari fakta yang telah diketahui.
3. Akusisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition)
Akusisi pengetahuan adalah akusisi, transfer dan transformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam program komputer. Dalam
tahap ini knowledge engineer berusaha menyerap pengetahuan untuk selanjutnya di-transfer ke dalam basis pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari pakar, dilengkapi dengan buku, basis data, laporan penelitian dan pengalaman pengguna.
4. Mesin/Motor Inferensi (Inference Engine)
Inferensi merupakan proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui
atau diasumsikan. Inferensi adalah konklusi logis (logical conclusion) atau implikasi berdasarkan informasi yang tersedia. Dalam sistem pakar proses inferensi dilakukan
dalam suatu modul yang disebut Inference Engine atau mesin inferensi (Kusrini, 2008).
Mesin/motor inferensi adalah komponen yang mengandung mekanisme pola
pikir dan penalaran yang digunakan oleh pakar dalam menyelesaikan suatu masalah.
Mesin inferensi adalah program komputer yang memberikan metodologi untuk
penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace untuk memformulasikan kesimpulan.
5. Workplace/Blackboard
Workplace/blackboard merupakan area dari sekumpulan memori kerja (working memory) yang digunakan untuk merekam kejadian yang sedang berlangsung termasuk keputusan sementara.
6. Fasilitas Penjelasan
Fasilitas Penjelasan adalah komponen tambahan yang akan meningkatkan kemampuan
sistem pakar. Digunakan untuk melacak respon dan memberikan penjelasan tentang
7. Perbaikan Pengetahuan
Pakar memiliki kemampuan untuk menganalisis dan meningkatkan kinerjanya serta
kemampuan untuk belajar dari kinerjanya. Kemampuan tersebut adalah penting dalam
pembelajaran terkomputerisasi, sehingga program akan mampu menganalisis
penyebab kesuksesan dan kegagalan yang dialaminya dan juga mengevaluasi apakah
pengetahuan-pengetahuan yang ada masih cocok untuk digunakan di masa mendatang.
2.3 Forward Chaining
Proses perunutan yang dimulai dengan menampilkan kumpulan data atau fakta yang
meyakinkan menuju konklusi akhir. Disebut juga dengan penalaran forward (forward chaining) atau pencarian yang dimotori data (data driven search). Menurut Giarattano dan Riley (1994), metode inferensi runut maju cocok digunakan untuk menangani
masalah pengendalian (controlling) dan peramalan (prognosis) (Kusrini, 2008).
Forward chaining atau runutan maju adalah metode yang disajikan untuk masa depan dimana data memandu penalaran dari bawah ke atas, bekerja ke depan untuk
menghasilkan solusi yang mengikuti fakta yang sudah ada sebelumnya dengan
penjelasan yang tidak difasilitasi.
2.4 Teorema Bayes
Teorema Bayes, diambil dari nama Rev. Thomas Bayes. Pada abad ke 18 Thomas Bayes, seorang pendeta Presbyterian Inggris, mengajukan pertanyaan berikut ;
“Apakah Tuhan benar-benar ada?”. Karena ketertarikannya pada ilmu matematika,
dia mencoba mengembangkan sebuah rumus untuk menentukan probabilitas Tuhan
benar-benar ada berdasarkan fakta-fakta yang terdapat di bumi. Kemudian Laplace
menyempurnakan hasil penemuan tersebut dan memberikannya nama “Teorema
P (H|E) =
dimana,
P (H|E) : probabilitas hipotesa H jika terdapat evidence E
P (E|H) : probabilitas munculnya evidence E jika diketahui hipotesa H P (H) : probabilitas hipotesa H tanpa memandang evidence apapun P (E) : probabilitas evidence E
Penerapan teorema Bayes untuk mengatasi ketidakpastian, jika muncul lebih dari satu evidence dituliskan sebagai berikut :
P (H|E,e) = P (H|E)
dimana,
e : evidence lama
E : evidence baru
P (H|E,e) : probabilitas adanya hipotesa H, jika muncul evidence baru E dari evidence lama e
P (e|E,H) : probabilitas kaitan antara e dan E jika hipotesa H benar
P (e|E) : probabilitas kaitan anatara e dan E tanpa memandang hipotesa apapun
P (H|E) : probabilitas hipotesa H jika terdapat evidence E
2.5 Kontrasepsi
Menurut Johan Suban Tukan (1993), keluarga berencana tidak hanya berarti
membatasi jumlah anak. Keluarga berencana berarti mengatur waktu kelahiran,
perbedaan usia antara anak–anak, mendidik anak dan peningkatan kebahagiaan
pasangan suami-istri. Terdapat beberapa metode keluarga berencana, antara lain :
a. Cara Radikal
b. Kontraseptive (mencegah kehamilan)
Pil anti hamil, kondom, diafragma, pesarium spremiside dan sanggama terputus atau coitus interruptus. Kontrasepsi dianggap ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Dapat dipercaya,
2. Tidak menimbulkan efek yang menganggu kesehatan,
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan,
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus,
5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus,
6. Mudah pelaksanaannya,
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat, dan
8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan bersangkutan.
c. Cara Alamiah
Dengan cara mengukur suhu basal, mengamati lendir kesuburan dan perabaan
leher rahim. Cara alamiah berpedoman bahwa pria selalu subur namun wanita
subur hanya sekali dalam setiap daur hidupnya. Oleh karena itu, kalau tidak
mau mendapatkan anak, maka kebersamaan seksual jangan dilakukan saat
wanita sedang mengalami ovulasi.
Dalam pemilihan metode kontrasepsi tersebut, ada beberapa faktor dalam
pencocokannya terhadap klien, yaitu (Brahm U, 2007) :
a. Faktor Pribadi,
b. Faktor Kesehatan Umum,
c. Faktor Ekonomi dan Aksesibilitas, dan
d. Faktor Budaya.
Selain kecocokan, kontasepsi yang dipilih juga harus sesuai dengan kondisi
klien. Adapun ciri-ciri kontrasepsi yang sesuai, (Pinem, 2009):
a. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta mungkin mengharapkan punya
anak lagi,
c. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak
yang direncanakan, dan
d. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik
sampai anak usia 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian anak.
2.5.1 Coitus Intteruptus
Coitus intteruptus juga dikenal dengan metode senggama terputus. Teknik ini dapat mencegah kehamilan dengan alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara
sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah (Melani, 2010).
2.5.2 Metode Ovulasi Billings (MOB)
Pasangan secara sukarela menghindari sanggama pada masa subur Ibu (ketika Ibu
tersebut dapat menjadi hamil), atau sanggama pada masa subur untuk mencapai
kehamilan. Metode Lendir Servics atau lebih dikenal sebagai Metode Ovulasi Billing
(MOB) adalah paling efektif. Cara yang kurang efektif misalnya Sistem Kalender atau
Pantang Berkala dan Metode Suhu Basal yang sudah tidak dianjurkan lagi
dikarenakan kegagalan yang cukup ringgi (>20%) dan waktu pantang yang lebih lama.
Untuk menggunakan MOB, seorang perempuan harus belajar mengenai Pola
Kesuburan dan Pola Dasar ke-Tidak-Suburan-nya. Untuk menghindari kekeliruan dan
untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar, pasangan diminta secara penuh
tidak bersenggama pada satu siklus haid, untuk mengenali pola kesuburan dan pola
ketidaksuburan (Saifuddin et al, 2003).
2.5.3 Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom menghalangi terjadinya
karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam
saluran reproduksi perempuan. Kondom juga melindungi pemakainya dari penyakit
menular seksual dan dapat mencegah perubahan pra-kankertertentu pada sel-sel leher
rahim (Saifuddin et al, 2003).
2.5.4 Kontrasepsi Oral / Pil
Kontrasepsi oral/pil mencakup pil kombinasi dan sekuensial yang berisi estrogen dan
progesteron dan pil yang berisi progesteron saja dikenal dengan istilah mini pil. Pil ini
pada tahun 1930-an Dr. Kurzrok menunjukkan bahwa estrogen oral dapat meredakan
dismenorhea dan menghambat ovulasi (Melani, 2010).
2.5.5 Suntikan Kombinasi
Cara kerja suntikan kombinasi ini pada prinsipnya sama dengan cara kerja pil
kombinasi. Yang membedakan adalah lebih secara teknis karena isi dari kontrasepsi
suntik ini tidak mengandung etinilestradiol maka risiko terhadap hipertensi dan vaskularisasi yang disebabkan oleh hormon ini praktis tidak terjadi. Maka kontrasepsi
suntikan ini lebih aman untuk perempuan dengan hipertensi. Demikian juga pada
perempuan yang mempunyai migrain (Melani, 2010)
2.5.6 Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) / Implan
Kontrasepsi implan adalah kapsul plastik yang mengandung hormon progesteron,
yang bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan menghalangi masuknya sperma
melalui lendir serviks yang kental. Enam kapsul dimasukkan ke bawah kulit lengan
atas. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan
2.5.7 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah cara pencegahan kehamilan yang
sangat efektif, aman dan reversible bagi wanita tertentu, terutama yang tidak terjangkit Pra-Menstruation (PMS) dan sudah pernah melahirkan. AKDR adalah suatu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan ke uterus melalui kanalis
servikalis. Walaupun mekanisme kerja pasti tidak diketahui, dihipotesiskan bahwa
AKDR mengganggu motilitas sperma dan perjalanan ovum. Efektivitas AKDR
dipengaruhi oleh karakteristik alat, keterampilan penyedia layanan (dalam memasang
alat) dan karakteristik pemakai (misalnya usia dan paritas) (Wulansari & Hartanto,
2007).
2.5.8 Metode Operasi Pria (MOP) / Vasektomi
Vasektomi adalah metode kontrasepsi permanen bagi pria yang sudah memutuskan
tidak ingin mempunyai anak lagi. Klien harus mempertimbangkan secara matang
sebelum mengambil keputusan. Vasektomi adalah operasi yang aman, mudah dan
hanya memerlukan beberapa menit dirumah sakit atau klinik yang tersandar untuk
melakukan pembedahan ringan. Secara umum vasektomi tidak ada efek samping
jangka panjang (Melani, 2010).
2.5.9 Metode Operasi Wanita (MOW) / Tubektomi
Tubektomi dilakukan dengan menyumbat tuba falopii melalui bedah sehingga telur
dan sperma tidak dapat bertemu. Metode-metode yang dilakukan untuk tubektomi
berbeda-beda sesuai dengan pendekatan teknik bedah yang digunakan untuk mencapai
tuba. Penyedia pelayanan harus membuat keputusan mengenai pendekatan dan teknik
oklusi yang akan ditawarkan sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang dimilki
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini membahas analisa teorema Bayes dan forward chaining dalam pemilihan alat kontrasepsi serta perancangan sistem dan desain interface.
3.1 Analisis Sistem
Analisis sistem adalah sebuah istilah yang secara kolektif mendeskripsikan fase-fase
awal pengembang sistem. Analisis sistem adalah teknik pemecah masalah yang
menguraikan bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan (Al Fatta, 2007).
Analisis sistem merupakan kegiatan menguraikan sistem informasi menjadi
beberapa bagian untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kembali permasalahan,
kesempatan dan hambatan yang dihadapi serta kebutuhan yang diharapkan sehingga
memberikan kemudahan dalam perbaikan sistem nantinya.
3.1.1 Analisis Permasalahan Sistem
Analisis permasalahan sistem merupakan langkah pertama dalam analisis sistem.
Masalah dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan yang diinginkan untuk
dipecahkan. Masalah ini yang menyebabkan sasaran dari sistem tidak dapat dicapai.
Adapun permasalahan dalam sistem ini yaitu : “Bagaimana menentukan alat
3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem
Tahap kedua dari tahap analisis sistem adalah memahami kerja dari sistem yang ada.
Langkah ini dapat dilakukan dengan mempelajari secara rinci bagaimana sistem yang
ada beroprasi. Tahap analisis kebutuhan sistem dibagi menjadi dua, yaitu analisis
kebutuhan fungsional sistem dan analisis kebutuhan non-fungsional sistem.
1. Kebutuhan Fungsional Sistem
Kebutuhan fungsional sistem menunjukkan aktifitas apa yang dibutuhkan serta
aktifitas apa saja yang terjadi dalam sistem. Adapun kebutuhan sistem pakar
pemilihan alat kontrasepsi antara lain sebagai berikut :
a. Sistem memberikan hasil pemilihan alat kontrasepsi berdasarkan jawaban
dari pertanyaan yang diberikan langsung kepada user, yaitu kondisi kesehatan yang sebenarnya dimiliki oleh user,
b. Dalam pemilihan alat kontrsepsi, sistem menggunakan teorema bayes dalam menghitung derajat kepastian tiap alat terhadap kondisi user dan forward chaining dalam proses perunutannya, dan
c. Sistem menampilkan informasi mengenai petunjuk penggunaan sistem
untuk mempermudah user dalam menggunakan sistem ini.
2. Kebutuhan Non-Fungsional Sistem
Kebutuhan non-fungsional memberikan batasan suatu sistem dan
mendeskripsikan beberapa fitur dalam sistem. Berikut adalah kebutuhan
non-fungsional sistem pakar pemilihan alat kontrasepsi , yaitu :
a. Data yang digunakan dalam penghitungan nilai kepastian dari pemilihan
alat kontrasepsi didapat dari pakar (dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi) untuk menghasilkan informasi yang benar,
b. Sistem yang telah dirancang nantinya masih dapat dikembangkan kembali
oleh pakar untuk menghasilkan informasi yang lebih akurat, dan
3.2 Pemodelan Sistem
Permodelan sistem adalah proses membangun atau membentuk sebuah model dari
suatu sistem nyata dalam bahasa formal tertentu. Berikut karakteristik permodelan
sistem :
1. Dibuat dalam bentuk grafis dan tambahan keterangan secara tekstual,
2. Dapat diamati dengan pola top-down dan portioned, 3. Memenuhi persyaratan minimal redundancy, dan
4. Dapat mempresentasikan tingkah laku sistem dengan cara yang transparan.
3.2.1 Use Case Diagram
Use case yaitu model fungsional sebuah sistem yang menggunakan actor dan use case. Use case adalah layanan (services) atau fungsi-fungsi yang disediakan oleh sistem untuk penggunaanya (Henderi, 2008).
Use-case dari sistem pakar pemilihan alat kontrasepsi dapat dilihat pada gambar 3.1. dibawah ini:
Gambar 3.1. Use Case Diagram Sistem Pakar Menentukan Alat kontrasepsi
User Admin
Login
Konsultasi Daftar
Sebagai User
Pengolahan Basis Data
Informasi
Alat
<<extends>>
<<extends>>
Berikut adalah skenario dari use-case pada gambar 3.1, yaitu: Nama Use Case : Informasi Alat
Aktor : User
Deskripsi : Use case ini berfungsi untuk menampilkan keterangan lengkap mengenai alat kontrasepsi.
Pre-condition : Keterangan alat kontrasepsi belum ditemukan. Post-condition : Keterangan alat kontrasepsi ditemukan.
Skenario : Skenario use case informasi alat dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1. Skenario Use Case Informasi Alat
Aksi Aktor Reaksi Sistem
Skenario Normal
1. Memilih alat kontrasepsi yang diinginkan
2. Menampilkan halaman keterangan alat kontrasepsi.
Skenario Alternatif
- -
Nama Use Case : Daftar Sebagai User
Aktor : User
Deskripsi : Use case ini berfungsi untuk mendaftar sebagai user sebelum melakukan konsultasi.
Pre-condition : User belum meng-input data pribadi. Post-condition : User sudah meng-input data pribadi.
Tabel 3.2. Skenario Use Case Daftar Sebagai User
Aksi Aktor Reaksi Sistem
Skenario Normal
1. Meng-input data pribadi
2. Menampilkan halaman “Konsultasi”
Skenario Alternatif
1. Meng-input data pribadi
2. Menampilkan pesan “Data yang input masih ada yang kosong, mohon isi
kembali!”
Nama Use Case : Konsultasi
Aktor : User
Deskripsi : Use case ini berfungsi untuk memulai konsultasi pemilihan alat kontrasepsi.
Pre-condition : User sudah menginput data pribadi. User berada di halaman
“konsultasi”.
Post-condition : User menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
Skenario : Skenario use case konsultasi dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3. Skenario Use Case Konsultasi
Aksi Aktor Reaksi Sistem
Skenario Normal
1. Memasukkan pilihan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
2. Menampilkan hasil konsultasi, yaitu alat kontrasepsi dengan nilai kepastian tertinggi.
3. Memilih menu “detail”
4. Menampilkan detail evidence yang dipilih dan persentasi tiap alat kontrsepsi.
Skenario Alternatif
Nama Use Case : Login
Aktor : Admin
Deskripsi : Use case ini berfungsi untuk mengauthentifikasi user ketika akan masuk kedalam sistem dengan menggunakan username dan password. Username dan password dihasilkan oleh administator. Tujuan utama use case ini adalah agar hanya user terdaftar saja yang dapat memasuki sistem.
Pre-condition : Admin belum login kedalam sistem. Post-condition : Admin sudah login kedalam sistem.
Skenario : Skenario use caselogin dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini.
Tabel 3.4. Skenario Use CaseLogin
Aksi Aktor Reaksi Sistem
Skenario Normal
1. Input username & password
2. Memeriksa input
3. Mengarahkan ke halaman main menu.
Skenario Alternatif
1. Input username & password
2. Menampilkan pesan “Username atau Passwordsalah”
Nama Use Case : Pengolahan Basis Data
Aktor : Admin
Deskripsi : Use case ini berfungsi untuk admin dalam memperbaharui basis pengetahuan atau melihat dan mengedit bobot alat dan
data user (pasien).
Pre-condition : Admin sudah login kedalam sistem.
Post-condition : Admin dapat melihat daftar bobot alat dan daftar pasien. Skenario : Skenario use case pengolahan basis data dapat dilihat pada
Tabel 3.5. Skenario Use Case Pengolahan Basis Data
Aksi Aktor Reaksi Sistem
Skenario Normal
1. Memilih menu “Daftar Bobot Alat”
2. Menampilkan halaman “Daftar Bobot
Alat”
3. Memilih menu “Daftar Data Pasien”
4. Menampilkan halaman “Daftar Data
Pasien”
Skenario Alternatif -
3.2.2 Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity relationship diagram (ERD) adalah gambar atau diagram yang menunjukkan informasi yang dibuat, disimpan dan digunakan dalam sistem bisnis. Entitas biasanya
menggambarkan jenis informasi yang sama. Dalam entitas digunakan untuk
menghubungkan antar entitas yang sekaligus menunjukkan hubungan antar data (Al
Fatta, 2007).
ERD sistem pakar dalam menentukan alat kontrasepsi untuk pasangan suami
istri dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah ini.
3.2.3 Struktur Basis Data
Ada 4 tabel yang digunakan dalam sistem ini yaitu;
1. Tabel User
Primary Key (*) : id
Fungsi : untuk menyimpan data user yang melakukan konsultasi. Kamus data : {id* + nama + umur + jenis_kelamin + berat + tinggi +
MOP + MOW + Kondom + AKDR + AKBK + Suntik +
Pil}
Rancangan tabel user dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini :
Tabel 3.6. Rancangan Tabel User
Field Jenis
Id * Int (3) unsigned
Nama Text
Umur Int (3)
Jenis_kelamin Varchar (30)
Berat Int (3)
Tinggi Int (3)
MOP Float
MOW Float
Kondom Float
AKDR Float
AKBK Float
Suntik Float
2. Tabel Admin
Primary Key (*) : id
Fungsi : untuk menyimpan username dan password yang digunakan admin untuk proses login.
Kamus data : {id* + username + password}
Rancangan tabel admin dapat dilihat pada tabel 3.7 di halaman selanjutnya.
Tabel 3.7. Rancangan Tabel Admin
Field Jenis
Id * Int (3) unsigned
Username Varchar (30)
Password Varchar (9)
3. Tabel Fakta
Primary Key (*) : id
Fungsi : untuk menyimpan bobot evidence terhadap tiap alat
kontrasepsi.
Kamus data : {id* + evidence + MOP + MOW + kondom + AKDR + AKBK + suntik + pil + keterangan}
Tabel 3.8. Rancangan Tabel Fakta
4. Tabel Pilihan
Primary Key (*) : id
Fungsi : sebagai tabel sementara yang menyimpan evidence yang dipilih user beserta bobotnya terhadap tiap alat kontrasepsi, yang nantinya akan dihitung menggunakan
teorema Bayes.
Kamus data : {id* + evidence + MOP + MOW + kondom + AKDR + AKBK + suntik + pil + keterangan}
Rancangan tabel pilihan dapat dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini :
Field Jenis
Id * Int (3) unsigned
Evidence Varchar (50)
MOP Float
MOW Float
Kondom Float
AKDR Float
AKBK Float
Suntik Float
Pil Float
Tabel 3.9. Rancangan Tabel User
3.2.4 Diagram Konteks
Diagram konteks adalah gambaran sistem secara umum yaitu sistem dengan
lingkungan sistem. Dalam sistem pemilihan alat kontrasepsi terdapat dua entitas yang
terhubung langsung dengan sistem yaitu user dan admin. Gambaran diagram konteks dapat dilihat pada gambar 3.3 di bawah ini.
Sistem Pakar Input Jawaban Pertanyaan yang Diajukan
Info Identitas Data Pribadi User
Info Alat KB
Info Hasil Konsultasi
Data User (hapus)
Data Bobot Alat (tambah, edit, hapus)
Data login Admin
Info Bobot Alat berhasil ditambah, edit atau hapus Info Data User berhasil dihapus
Info Login Valid
Gambar 3.3 Diagram Konteks Sistem Pakar Menentukan Alat Kontrasepsi
3.2.1.1 Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram adalah suatu diagram yang menggunakan notasi-notasi untuk menggambarkan arus dari data sistem yang penggunaannya sangat membantu untuk
memahami sistem secara logika, terstruktur dan jelas. DFD level 1 dilakukan untuk
lebih memperinci diagram konteks yang telah dibuat pada gambar 3.4 di bawah ini.
Login
- Info Bobot Alat yang berhasil ditambah, edit atau hapus
- Info Data User yang berhasil dihapus
Info Bobot yang berhasil disimpan
Data bobot yang telah ditambah, edit atau hapus
Info Identitas Data Pribadi User
Input Data Pribadi
- Info Hasil Diagnosa
Daftar Jawaban dari Pertanyaan yang Diajukan
Data User - Mengajukan Pertanyaan Kondisi
Kesehatan
3.3. Perancangan Flowchart
Flowchart adalah suatu metode yang digunakan untuk menyajikan dalam bentuk bagan alur atau sekuensi aktual serangkaian peristiwa dalam proses atau layanan yang
diberikan (Robert dan Greene, 2009).
3.3.1 Flowchart Sistem
Gambar 3.5Flowchart Sistem Pakar Menentukan Alat Kontrasepsi Flowchart sistem pada gambar 3.5 dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Start, program dimulai.
2. User akan berada pada halaman beranda/halaman utama. Pada halaman ini akan ada 3 menu lainnya, yaitu konsultasi, daftar alat dan admin.
3. Jika user memilih menu konsultasi, maka user selanjutnya akan masuk form input data pribadi yang harus diisi untuk dapat melakukan konsultasi pemilihan alat
kontrasepsi. Jika form tidak diisi, maka user tidak dapat melanjutkan ke halaman pengisian jawaban dari pertanyaan yang diajukan seputar kondisi kesehatan user. Setelah user menjawab seluruh pertanyaan, user akan diberikan hasil konsultasi berupa solusi alat kontrasepsi yang memiliki nilai kepastian tertinggi. Proses
perhitungan nilai kepastian menggunakan teorema Bayes .
4. Jika user memilih menu daftar alat, user diberikan link tiap alat kontrasepsi, yang jika dipilih masing-masing akan melanjutkan ke halaman detail keterangan mengenai alat kontrasepsi tersebut.
5. Jika user memilih menu admin, maka user akan berada pada halaman login. Menu admin khusus untuk admin saja, sehingga diperlukan autentifikasi berupa
username dan password saat login, agar user yang tidak berhak tidak dapat masuk ke halaman ini. Setelah berhasil login, maka akan ada 2 menu yaitu daftar bobot alat dan daftar pasien dimana data dalam tiap daftar dapat dilihat, diedit atau
dihapus untuk kepentingan admin saja.
3.4 Analisis Permasalahan Teorema Bayes
Dalam pengambilan keputusan terhadap diagnosa suatu penyakit, pakar sering kali
dihadapkan pada nilai ketidakpastian. Harold C.Sox (2013) mengungkapkan bahwa
dengan menggunakan teorema Bayes, maka para pakar dapat menghitung nilai kepastian seorang pasien mengidap suatu penyakit dengan kuantiti berikut :
1. Nilai kepastian dari tiap penyakit,
2. Nilai kepastian dari hasil tes pasien yang kondisinya ternyata mengidap
penyakit tersebut, dan
3. Nilai kepastian dari hasil tes pasien yang kondisinya ternyata tidak mengidap
penyakit tersebut. Maka dengan begitu, teorema Bayes dapat juga membantu dalam sistem pemilihan alat kontrasepsi ini.
Proses awal sistem dimulai dengan input data pribadi user, kemudian dilanjutkan dengan beberapa pertanyaan seputar kondisi kesehatan user yang berpengaruh pada penggunaaan alat kontrasepsi. Setelah menjawab semua pertanyaan,
user dapat menekan tombol submit untuk memperoleh hasil konsultasi yang memberikan solusi berupa alat kontrasepsi yang memiliki nilai kepastian paling besar
yang proses perhitungannya berdasarkan kondisi yang dipilih sebelumnya. Tiap
kondisi yang dipilih user memiliki bobot yang berbeda dan bobot inilah yang diproses sistem dengan teorema Bayes untuk menghasilkan nilai kepastiannya.
Berikut adalah rumus teorema Bayes yang digunakan dalam mencari nilai kepastian tiap saat kontrasepsi :
P (H|E) =
dimana,
P (H|E) : probabilitas hipotesa H jika terdapat evidence E
Berikut adalah proses perhitungannya. Dokter memberikaan nilai probabilitas
penggunaan Pil sebagai alat kontrasepsi tanpa gejala apapun adalah 0.15 dan
probabilitas AKDR sebagai alat kontrasepsi tanpa gejala apapun adalah 0.25.
Misalnya, ada dua (2) kondisi yang dimasukkan oleh pengguna yaitu jumlah anak < 2
dan varises, dimana memiliki nilai probabilitas masing-masing terhadap alat
kontrasepsi Pil dan AKDR terdapat pada tabel 3.10 di bawah ini.
Tabel 3.10. Nilai probabilitas diisi oleh Dokter SPOG
Kondisi
Alat Kontrasepsi
Pil (A) AKDR (B)
Jumlah Anak < 2 (X) 0.95 0.95
Varises (Y) 0.95 0.75
Dimana :
P(A) : Peluang hipotesa Pil sebagai alat kontrasepsi yang sesuai tanda evidence apapun.
P(X|A) : Peluang evidence jumlah anak < 2 terhadap hipotesa Pil P(Y|A) : Peluang evidence varises terhadap hipotesa Pil
P(A|X,Y) : Peluang hipotesa Pil terhadap evidence jumlah anak < 2 dan varises. P(B) : Peluang hipotesa AKDR sebagai alat kontrasepsi yang sesuai tanda
evidence apapun.
P(X|B) : Peluang evidence jumlah anak < 2 terhadap hipotesa AKDR P(Y|B) : Peluang evidence varises terhadap hipotesa AKDR
P(B|X,Y) : Peluang hipotesa AKDR terhadap evidence jumlah anak < 2 dan varises.
Maka untuk mengetahui alat kontrasepsi mana yang paling sesuai dengan
kondisi user adalah menggunakan teorema Bayes.
1. Menghitung derajat kepastian dari alat kontrasepsi Pil dengan evidence jumlah anak < 2 dan varises.
=
=
P(A|X,Y) = 0.475
2. Menghitung derajat kepastian dari alat kontrasepsi AKDR dengan
evidence jumlah anak < 2 dan varises.
P(B|X,Y) =
=
=
P(B|X,Y) = 0.419
Dari perhitungan didapat nilai kepercayaan terbesar adalah 0.475 x 100 =
47%, maka alat kontrasepsi yang paling sesuai untuk pengguna yang mempunyai
anak < 2 dan varises adalah Pil.
3.5 Perancangan Antar Muka Sistem (Interface)
3.5.1 Halaman Utama
Halaman utama atau beranda adalah halaman yang pertama kali ditampilkan ketika
LOGO
Konsultasi Daftar Alat Admin
Selamat Datang di Sistem Pakar Menentukan Alat Kontrasepsi Bagi
Pasangan Suami Istri
Konsultasi Daftar Alat Admin
1
2 3 4
5
6 7 8
Gambar 3.6. Halaman Utama
Keterangan :
1. Logo halaman utama.
2. Menu konsultasi, mengarahkan user ke halaman konsultasi.
3. Menu daftar alat, mengarahkan user ke halaman daftar alat kontrasepsi. 4. Menu admin, mengarahkan user ke halaman admin.
5. Static text berupa judul sistem.
6. Logo konsultasi dilengkapi keterangan mengenai halaman konsultasi. Logo
ini juga mengarahkan user ke halaman konsultasi.
7. Logo daftar alat dilengkapi keterangan mengenai halaman daftar alat
kontrasepsi. Logo ini juga mengarahkan user ke halaman daftar alat kontrasepsi.
8. Logo admin dilengkapi keterangan mengenai halaman admin. Logo ini
juga mengarahkan user ke halaman admin.
3.5.2 Halaman Konsultasi
Pada halaman konsultasi adalah halaman untuk memulai konsultasi pemilihan alat
1. Form Input Data Pribadi
Sebelum memulai konsultasi, user harus mengisi data pribadi terlebih dahulu di form data pribadi. Rancangan form data pribadi dapat dilihat pada gambar 3.7. di halaman selanjutnya.
LOGO
Gambar 3.7. Halaman Konsultasi –Form Input Data Pribadi
Keterangan :
1. Logo halaman konsultasi.
2. Menu beranda, mengarahkan user ke halaman utama.
3. Menu daftar alat, mengarahkan user ke halaman daftar alat kontrasepsi. 4. Menu admin, mengarahkan user ke halaman admin.
5. Static text berupa judul form data pribadi. 6. Text filed untuk nama.
7. Text field untuk umur.
8. Radio button pilihan jenis kelamin pria. 9. Radio button pilihan jenis kelamin wanita. 10. Text field untuk berat badan.
11. Text field untuk tinggi badan.
2. Form Pertanyaan
Setelah mengisi data pribadi, user harus melanjutkan proses konsultasi dengan menjawab pertanyaan yang diajukan sistem seputar kondisi kesehatan user. Rancangan form pertanyaan dapat dilihat pada gambar 3.8. di halaman
Gambar 3.8. Halaman Konsultasi –Form Pertanyaan
Keterangan :
1. Static text untuk keterangan pertanyaan yang ditanyakan, yaitu mengenai riwayat reproduksi.
2. Radio button untuk pertanyaan pertama tentang riwayat reproduksi. 3. Radio button untuk pertanyaan kedua tentang riwayat reproduksi.
4. Static text untuk keterangan pertanyaan yang ditanyakan, yaitu mengenai penyakit kardiovaskular.
5. Radio button untuk pertanyaan pertama tentang penyakit kardiovaskular. 6. Radio button untuk pertanyaan kedua tentang penyakit kardiovaskular. 7. Tombol submit untuk melanjutkan proses ke halaman hasil konsultasi.
3. Halaman Hasil Konsultasi
selanjutnya, yaitu halaman hasil konsultasi. Halaman ini berisi data user dan menyarankan alat kontrasepsi yang sesuai dengan user. Halaman ini juga menampilkan keterangan semua nilai kepastian tiap alat kontrasepsi.
Rancangan halaman konsultasi dapat dilihat pada gambar 3.9. di halaman
selanjutnya.
LOGO
Beranda
Bapak/ Ibu _________ ,
Anda disarankan untuk memakai ___________ sebagai alat kontrasepsi.
Berikut adalah nilai prersentasi alat kontrasepsi sesuai dengan kondisi kesehatan Anda :
%
Gambar 3.9. Halaman Hasil Konsultasi
Keterangan :
1. Logo halaman konsultasi.
2. Menu beranda, mengarahkan user ke halaman utama. 3. Static text berisi sapaan kepada user.
4. Nama user yang melakukan konsultasi.
5. Alat kontrasepsi yang direkomendasikan kepada user. 6. Static text yang memberikan keterangan hasil konsultasi. 7. Detail nilai kepastian tiap alat kontrasepsi.
3.5.3 Halaman Daftar Alat Kontrasepsi
Halaman daftar alat kontrasepsi adalah halaman yang menampilkan semua alat
kontrasepsi tersebut. Rancangan halaman daftar alat kontrasepsi dapat dilihat pada
gambar 3.10 di halaman selanjutnya.
LOGO
Beranda Konsultasi Admin
Daftar Alat Kontrasepsi 1
2 3 4
6
Keterangan
Keterangan
Keterangan
Keterangan
Keterangan
Keterangan
5
Gambar 3.10. Halaman Daftar Alat Kontrasepsi
Keterangan :
1. Logo halaman daftar alat.
2. Menu beranda, mengarahkan user ke halaman utama. 3. Menu konsultasi, mengarahkan user ke halaman konsultasi. 4. Menu admin, mengarahkan user ke halaman admin.
5. Static text berupa judul halaman daftar alat kontrasepsi.
6. Daftar alat kontrasepsi dengan gambar dan sedikit keterangan. Gambar
tersebut bila di klik akan mengarahkan user ke halaman detail mengenai keterangan alat kontrasepsi tersebut.
3.5.4 Halaman Admin
Halaman admin adalah halaman khusus untuk administrator saja. Pada halaman ini
1. Form login
Karena halaman admin khusus untuk administrator, maka setiap user yang masuk harus login terlebih dahulu, agar yang tidak berhak tidak bisa masuk.
Rancangan form login dapat dilihat pada gambar 3.11 di bawah ini :
LOGO
Username
Password
SUBMIT
Beranda Konsultasi Daftar Alat
Login
1
2 3 4
5
6
7
8
Gambar 3.11 Halaman Admin –Form Login
Keterangan :
1. Logo halaman admin.
2. Menu beranda, mengarahkan user ke halaman utama. 3. Menu konsultasi, mengarahkan user ke halaman konsultasi.
4. Menu daftar alat, mengarahkan user ke halaman daftar alat kontrasepsi. 5. Static text berupa judul login admin.
6. Text field untuk username. 7. Text field untuk password.
8. Tombol submit yang akan melanjutkan ke halaman admin, sehingga bisa melihat daftar nilai bobot alat dan daftar user.
2. Halaman Daftar Nilai Bobot