• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komposisi Produk Domestik dan Produk Impor yang Dijual di Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Pasar Modern Hypermart Sun Plaza di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Komposisi Produk Domestik dan Produk Impor yang Dijual di Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Pasar Modern Hypermart Sun Plaza di Kota Medan"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPOSISI PRODUK DOMESTIK DAN PRODUK

IMPOR YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL SEI

SIKAMBING DAN PASAR MODERN HYPERMART SUN

PLAZA DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

REGINA FACIS JULIANTI HUTABARAT

050304032

SEP-AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS KOMPOSISI PRODUK DOMESTIK DAN PRODUK

IMPOR YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL SEI

SIKAMBING DAN PASAR MODERN HYPERMART SUN

PLAZA DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

REGINA FACIS JULIANTI HUTABARAT

050304032

SEP-AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan

Gelar Sarjana Pertanian Di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

(DR.Ir.Tavi Supriana, Ms)

NIP:131836671

NIP:131570511

(Ir.Thomson Sebayang, MSP)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi

: Analisis Komposisi Produk Domestik dan Produk Impor yang

Dijual di Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Pasar Modern

Hypermart Sun Plaza di Kota Medan

Nama

: Regina Facis Julianti Hutabarat

NIM

: 050304032

Departemen

: Agribisnis

Program Studi : Agribisnis

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

DR.Ir.Tavi Supriana, MS

Ir.Thomson Sebayang, MT

Ketua

Anggota

Mengetahui,

Ir.Luhut Sihombing,MP

Ketua Departemen Agribisnis

(4)

ABSTRAK

REGINA FACIS JULIANTI HUTABARAT: Analisis Komposisi Produk

Domestik dan Produk Impor yang Dijual di Pasar Tradisional Sei Sikambing dan

Pasar Modern Hypermart Sun Plaza di Kota Medan, dibimbing oleh

Dr.Ir.Tavi Supriana, MS dan Ir.Thomson Sebayang, MT.

Perkembangan dan globalisasi membawa pengaruh yang besar terhadap

konsumsi masyarakat akan produk-produk kebutuhannya yang dominan berasal

dari produk impor. Keberadaan produk impor yang telah menjamur di pasar

modern juga telah membanjiri pasar tradisional sehingga pasaran produk-produk

domestik mulai berkurang. Penelitian ini menganalisis komposisi produk

domestik dan produk impor yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern di

kota Medan, pada pasar Sei Sikambing dan Hypermart Sun Plaza, mengetahui

produk yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan dan faktor yang

berpengaruh positif terhadap keputusan pedagang untuk menjual produk domestik

ataupun produk impor pada pedagang pasar tradisional Sei Sikambing yang

dimulai pada bulan Oktober-Desember 2009 dengan menggunakan metode

analisis deskriptif dan skala Likert. Data yang diteliti pada pedagang pasar Sei

SIkambing yaitu data produk domestik dan produk impor yang dijual, data jumlah

penerimaan,biaya dan pendapatan serta faktor yang berpengaruh terhadap

keputusan pedagang untuk menjual yaitu faktor jenis dan karakteristik produk,

harga dan syarat penjualan.Pada Hypermart Sun Plaza yaitu data produk

domestik dan produk impor yang dijual.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua pasar tersebut,

komposisi produk domestik lebih besar daripada komposisi produk impor yang

dijual. Produk yang memberi kontribusi terbesar terhadap pendapatan pedagang

yaitu produk impor. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap keputusan

pedagang untuk menjual produk domestik yaitu faktor jenis dan karakteristik

produk, faktor harga, dan faktor syarat penjualan sedangkan untuk produk impor

yaitu faktor jenis dan karakteristik produk dan faktor syarat penjualan.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Juli 1987 dari ayah Ismail

Hutabarat dan ibu Juliat br Panggabean. Penulis merupakan anak pertama dari

empat bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Negeri 3 Pematang Siantar dan pada

tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agribisnis

Departemen Agribisnis.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Pemerintahan

Mahasiswa (PEMA) Fakultas Pertanian periode 2009-2010. Penulis melaksanakan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan,

Kabupaten Dairi dari tanggal 15 Juni sampai 16 Juli 2009. Pada bulan Oktober

2009, penulis melaksanakan penelitian skripsi di Pasar Tradisional Sei Sikambing

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Analisis Komposisi Produk Domestik dan Produk Impor yang

Dijual di Pasar Tradisional Sei Sikambing dan Pasar Modern Hypermart Sun

Plaza di kota Medan”.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Dr.Ir.Tavi Supriana, MS dan Bapak Ir.Thomson Sebayang,MT selaku

ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan

berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul,

melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Pada kesempatan ini juga, penulis

menghaturkan pernyataan terima kasih kepada kedua orangtua penulis,

I.Hutabarat dan J.br Panggabean, yang telah membesarkan, memelihara, dan

mendidik penulis selama ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada

manager dan staff Hypermart Sun Plaza Medan serta pedagang-pedagang pasar

tradisional Sei Sikambing Medan yang telah membantu dan mendukung penulis

dalam memperoleh data untuk penelitian ini.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada staf

pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis, serta

semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 10

Tujuan Penelitian ... 10

Kegunaan Penelitian ... 11

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka ... 12

Landasan Teori ... 16

Kerangka Pemikiran ... 23

Hipotesis ... 26

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 27

Metode Penentuan Sampel Penelitian ... 27

Metode Pengumpulan Data ... 28

Metode Analisis Data ... 29

Definisi dan Batasan Operasional

Defenisi ... 32

Batasan Operasional ... 33

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, KARAKTERISTIK PASAR DAN

PEDAGANG RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian ... 34

Keadaan Penduduk ... 35

Sarana dan Prasarana ... 38

Karakteristik Pasar (Lokasi Penelitian)

Pasar Tradisional Sei Sikambing ... 40

Pasar Modern (Hypermart Sun Plaza) ... 41

Karakteristik Pedagang Responden ... 42

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Jenis Produk Domestik dan Produk Impor yang Dijual di

Pasar Tradisional Sei Sikambing ... 43

(8)

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Positif terhadap Keputusan Pedagang

untuk Menjual Produk Domestik atau Produk Impor ... 53

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 58

Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Persentase pembatasan produk impor yang dijual di pasar modern .... 6

2. Penduduk kota Medan menurut kelompok umur dan jenis kelamin.... 35

3. Penduduk kota Medan menurut tingkat pendidikan ... 36

4. Penduduk kota Medan menurut mata pencaharian ... 37

5. Sarana dan prasarana di kota Medan... 38

6. Karakteristik pedagang responden ... 42

7. Jumlah dan komposisi jenis produk domestik dan produk impor

yang dijual pedagang pasar Sei Sikambing ... 44

8. Jumlah dan komposisi produk domestik dan produk impor yang

dijual di Hypermart Sun Plaza ... 46

9. Total penerimaan pedagang responden (Rp)/bulan ... 50

10. Total biaya pedagang responden (Rp)/bulan ... 50

11. Total pendapatan pedagang responden (Rp)/bulan ... 51

12. Kriteria faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap

keputusan pedagang untuk menjual produk domestik ... 54

(10)

DAFTAR GAMBAR

No.

Hal

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Hal

1. Karakteristik pedagang sampel di pasar Sei Sikambing ... 63

2. Produk yang dijual pedagang responden dan total penerimaan

(Rp)/bulan (lampiran 2a-lampiran 2o) ... 64

3. Alat-alat yang digunakan pedagang responden dalam usaha berdagang

dan biaya penyusutan peralatan (lampiran 3a-lampiran 3o) ... 86

4. Biaya variabel pedagang buah setiap bulan (Rp)

(lampiran 4a-lampiran 4o) ... 90

5. Total biaya penyusutan dan biaya variabel pedagang responden

(Rp)/bulan ... 94

6. Pendapatan pedagang responden dari produk domestik dan

produk impor (Rp)/bulan (lampiran 6a-lampiran 6o) ... 95

7. Jumlah produk-produk yang dijual di Hypermart Sun Plaza ... 97

8. Pola Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pedagang

untuk menjual produk domestik ... 98

9. Pola pernyataan dari faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap

keputusan pedagang responden untuk menjual produk domestik ... 99

10. Pola Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pedagang

untuk menjual produk impor ... 100

11. Pola pernyataan dari faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap

(12)

ABSTRAK

REGINA FACIS JULIANTI HUTABARAT: Analisis Komposisi Produk

Domestik dan Produk Impor yang Dijual di Pasar Tradisional Sei Sikambing dan

Pasar Modern Hypermart Sun Plaza di Kota Medan, dibimbing oleh

Dr.Ir.Tavi Supriana, MS dan Ir.Thomson Sebayang, MT.

Perkembangan dan globalisasi membawa pengaruh yang besar terhadap

konsumsi masyarakat akan produk-produk kebutuhannya yang dominan berasal

dari produk impor. Keberadaan produk impor yang telah menjamur di pasar

modern juga telah membanjiri pasar tradisional sehingga pasaran produk-produk

domestik mulai berkurang. Penelitian ini menganalisis komposisi produk

domestik dan produk impor yang dijual di pasar tradisional dan pasar modern di

kota Medan, pada pasar Sei Sikambing dan Hypermart Sun Plaza, mengetahui

produk yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan dan faktor yang

berpengaruh positif terhadap keputusan pedagang untuk menjual produk domestik

ataupun produk impor pada pedagang pasar tradisional Sei Sikambing yang

dimulai pada bulan Oktober-Desember 2009 dengan menggunakan metode

analisis deskriptif dan skala Likert. Data yang diteliti pada pedagang pasar Sei

SIkambing yaitu data produk domestik dan produk impor yang dijual, data jumlah

penerimaan,biaya dan pendapatan serta faktor yang berpengaruh terhadap

keputusan pedagang untuk menjual yaitu faktor jenis dan karakteristik produk,

harga dan syarat penjualan.Pada Hypermart Sun Plaza yaitu data produk

domestik dan produk impor yang dijual.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua pasar tersebut,

komposisi produk domestik lebih besar daripada komposisi produk impor yang

dijual. Produk yang memberi kontribusi terbesar terhadap pendapatan pedagang

yaitu produk impor. Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap keputusan

pedagang untuk menjual produk domestik yaitu faktor jenis dan karakteristik

produk, faktor harga, dan faktor syarat penjualan sedangkan untuk produk impor

yaitu faktor jenis dan karakteristik produk dan faktor syarat penjualan.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia hidup ingin memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya

sehingga ia dapat mencapai suatu kepuasan dan kemakmuran. Kebutuhan manusia

berjenis-jenis jumlahnya, sedangkan kemampuan manusia terbatas adanya.

Keterbatasan manusia disebabkan oleh keadaan fisik, kemampuan pengetahuan

dan keterampilan yang serba terbatas, serta keadaan potensi lingkungan daerah

yang amat rendah. Kebutuhan yang bermacam-macam itu, hanya dapat dipenuhi

oleh manusia dalam suatu pertemuan dan dalam masyarakat. Manusia hidup selalu

dibatasi oleh ruang dan waktu yang relatif. Untuk mendapatkan dan memenuhi

kebutuhan, manusia yang memiliki uang dan mengatasi kesulitannya dengan

gigih, memanfaatkan alam, memanfaatkan segala tenaga dan pikiran yang ada

padanya, menggunakan organisasi dan modal yang ada pada dirinya dan

lingkungannya. Adapun salah satu wadah yang bisa menjawab segala sesuatu

terutama kebutuhan yang bersifat ekonomi adalah pasar (Ikram.dkk,1990).

Secara umum, pasar didefinisikan sebagai tempat bertemunya penawaran

dan permintaan, yang kemudian terwujud dalam aktivitas jual-beli. Setidaknya

terdapat dua jenis pasar, yakni pasar tradisional dan pasar modern. Pasar

tradisional, selain menggunakan sarana dan fasilitas yang relatif sederhana, juga

menerapkan sistem jual-beli interaktif. Pemilik modal umumnya memegang

langsung barang dagangannya dan tawar-menawar dimungkinkan. Sebaliknya,

(14)

turut menentukan harga. Sistem ini umumnya tidak melibatkan pemilik modal

secara langsung dalam aktivitas jual-beli (Listiani,2009).

Di Indonesia banyak sekali kita temukan pasar tradisional, baik yang

berskala besar maupun kecil. Pasar tradisional ini juga bukan hanya ada di desa

tetapi di pingg iran –pinggiran kota.

Barang atau produk yang di jual di pasar tradisional sangat beragam mulai

dari kebutuhan rumahtangga seperti beras, ikan, sayur pakaian hasil kerajinan

maupun kebutuhan lainya. Meskipun latar belakang komunitas yang ada di pasar

tradisional berasal dari berbagai kalangan tidak tampak terlihat perbedaan yang

jauh antara kaya atau miskin, pejabat atau petani,dosen atau pedagang semua pada

posisi seperti dua sisi mata uang yaitu penjual dan pembeli.Selain memiliki

persamaan simbol untuk saling beinteraksi seperti bahasa atau dialek yang

sama,cara bertegur sapa sesuai budaya mereka,masyarakat pasar tradisional

memiliki kesamaan tujuan ekonomi yakni kebutuhan membeli atau kebutuhan

menjual barang yang sama. Mereka umumnya datang dari daerah sekitar pasar

atau masyarakat yang tinggal di sekitar pasar tersebut sehingga sangat muda bagi

mereka untuk berkomunikasi satu sama lain. Akan tetapi tidak jarang pula yang

datang dari luar daerah, baik sebagai pedagang maupun pembeli yang memiliki

kultur,bahasa berbeda namun satu tujuan yakni melakukan transaksi jual beli. Dan

pada hakikatnya semua yang terlibat di pasar tradisional sepakat menjalankan

kultur budaya yang ada meski ada produk impor namun tetap tindakan mereka

lokal. Artinya tidak mentang-mentang barang impor si penjual seenaknya

menawarkan harga tinggi. Sehingga keragaman,suasana dan lingkungan social di

(15)

Peristiwa yang terjadi di pasar tradisional sangat berbeda seperti di pasar

modern (supermarket, mall, hypermarket) dimana peristiwa peristiwa social

sangat jarang terjadi interaksi antara pembeli (masyarakat konsumen) dan penjual.

Seolah-olah para pembeli tidak lagi memiliki kesempatan untuk melakukan

penawaran. Interaksi yang terjadi justru hanya sebatas melakukan

pembayaran,karena pembeli tinggal mencari barang atau produk yang sudah

tersedia di toko dan kemudian membayarnya di kasir sesuai harga yang telah

tercantum di barang atau produk yang di jual (Tewu,2007).

Konsumen di pasar tradisional yang dikelola Perusahaan Daerah Pasar Kota

Medan lambat laun tersedot ke pasar modern alias mal. Kondisi itu

mengakibatkan berkurangnya sebagian pedagang di pasar tradisional. Pedagang di

pasar tradisional tersebut ada yang pindah ke mal terdekat tetapi ada juga yang

bangkrut karena kalah bersaing dengan pedagang lain baik yang di pasar

tradisional maupun yang di pasar modern. Keberadaan pasar modern itu

mengambil alih konsumen pasar tradisional. Empat pasar tradisional yang ada di

Kota Medan misalnya Pusat Pasar, Pasar Petisah, Pasar Sukaramai, dan Pasar

Aksara berdekatan dengan pasar modern. Pasar modern mencari konsumen

dengan cara memilih lokasi usaha yang berdampingan dengan pasar tradisional.

Sebagai contoh, di Pasar Petisah sebelum mal Medan Fair berdiri, konsumen yang

datang lebih banyak daripada sesudahnya. Pengelola pasar modern lebih banyak

mempunyai modal untuk mengembangkan pusat perbelanjaan. Untuk bersaing,

pasar tradisional lama-lama bisa kalah. Pengurangan konsumen pasar tradisional

(16)

pasar tradisional berdekatan dengan pasar modern. Buruknya penataan kota

memperburuk perkembangan kedua pasar itu. Sebaliknya penataan kota yang baik

akan menciptakan persaingan usaha yang lebih sehat antara pasar tradisional dan

modern, maupun sesama pasar modern (Hidayat,2008).

Perkembangan dan globalisasi saat ini sudah sampai pada sendi-sendi

masyarakat kita. Tidak terkecuali produk-produk impor kebutuhan sehari-hari

masyarakat pun banyak yang berasal dari impor. Mencari produk impor saat ini

bukan saja di pasar modern akan tetapi di pasar tradisional di seluruh pelosok

negeripun sering ditemukan produk impor tersebut (Tewu,2007).

Globalisasi memang luar biasa. Bukan hanya informasi saja yang kini tak

lagi bisa disaring, tapi juga membanjirkan produk konsumsi dari luar ini. Ini

memang luar biasa. Bahkan menurut hasil pengamatan Lembaga Pengkajian

Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majeli Ulama Indonesia (LPPOM-MUI),

hampir semua supermarket kini ramai menjajakan produk penganan dari luar

negeri. Jenisnya beragam, mulai dari biskuit, coklat, permen, agar-agar, wafer,

mie instant sampai makanan kaleng. Begitu pula negara asal produk yang

merambah ke pasar konsumen Indonesia, tak kalah beragamnya. Mulai dari

tetangga terdekat kita, Malaysia, Singapura, dan Thailand, sampai Taiwan, Cina,

dan negara industri maju seperti Jepang, Amerika Serikat, dan

negara-negara Eropa.

Label ML merupakan label resmi yang diberikan pada produk impor yang

diizinkan masuk dan dipasarkan di Indonesia alias masuk ke Indonesia. Sehingga

bila produk impor tersebut tak menggunakan label ML, maka bisa dipastikan

(17)

membanjirnya produk impor tersebut, tentu punya implikasi langsung terhadap

produk dalam negeri. Pukulan minimal yang langsung bisa membuat produk lokal

agak kedodoran adalah soal harga jual. Kebanyakan produk impor umumnya

dijual bisa dengan harga lebih murah, padahal dari sisi kualitas produk tersebut

relatif sama dengan produk lokal. Implikasi lain yang juga amat penting adalah

soal kehalalan produk tersebut untuk dikonsumsi (Republika,2009).

Peningkatan angka impor barang jadi (end product) pada paruh pertama

2006 sudah sangat mengkhawatirkan dan mengancam perekonomian nasional.

Kenaikan itu disebabkan produksi dalam negeri semakin kalah bersaing dengan

barang jadi yang datang dari luar negeri. Produk barang jadi tersebut umumnya

dari China, Taiwan, dan negara lainnya. Barang jadi dari luar negeri beberapa

waktu terakhir memang semakin mendominasi pasar-pasar di dalam negeri, baik

pasar modern maupun pasar tradisional. Contohnya produk pakaian jadi, sepatu,

tas, dan produk-produk massal lainnya yang membanjiri pasar domestik. Produk

barang jadi paling banyak dari China dan Taiwan. Apalagi konsumen dapat

memiliki barang tersebut dengan harga yang sangat murah di banding produk

dalam negeri (Murdono,2007).

Kalangan industri dan pemasok nasional tidak mempunyai opsi atau

alternatif pemasaran lain, misalnyas ke pasar tradisional. Hal ini dikarenakan,

sebagian besar konsumen cenderung berbelanja ke pasar modern, mulai dari

minimarket, supermarket hingga hipermarket. Sementara, bila tidak menjual ke

pasar dan toko modern, industri dan kalangan pemasok nasional dipastikan akan

(18)

pasar-pasar tradisional terus menurun, karena barang dagangannya juga dijual di

pasar modern (Andrian,2006).

Menurut Silitonga (2006), Departemen Perdagangan membatasi penjualan

produk impor di pasar modern, dengan mewajibkan pasokan produk lokal di gerai

modern minimal 30% dari total barang yang dijual. Hal ini dilakukan agar produk

lokal bisa dipasarkan di pasar modern. Persentase produk impor yang dijual di

pasar modern tertera pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Persentase pembatasan produk impor yang dijual di pasar modern.

Kelas pasar modern

Persentase produk impor

Menengah atas

>60%

Menengah

30%-40%

Bawah

<20%

Sumber: Silitonga, 2006

Jenis barang dagangan yang membanjiri pasar modern saat ini terutama untuk

produk tekstil dan mainan anak-anak yang dijual dengan harga jauh lebih murah

dari produk lokal. Asal produk itu terutama dari China. Di samping serbuan

produk China, APGAI juga melihat produk dari Bangkok dan Vietnam juga terus

mengejar produk dari China dari segi volume, untuk katagori garmen.

Sebagai contohnya, Pasar Tanah Abang di Jakarta, hampir setengah dari

barang yang dijual di pusat grosir terbesar di Tanah Air itu berasal dari buatan

luar negeri yang mayoritas datang dari Cina. Khusus di Pasar Tanah Abang,

komposisi produk yang dipasarkan sampai saat ini adalah 53 persen buatan lokal

dan 47 persen buatan impor (sebagian besar Cina) (Bataviase,2009).

Dinegara yang telah maju seperti Amerika, Jepang, dan

negara-negara Eropa, kegitan impor masih tetap berlangsung, yaitu impor bahan-bahan

(19)

Indonesia, perdagangan impor tetap berlangsung terus, tetapi terbatas pada

barang-barang (baku dan penunjang) yang belum dihasilkan atau tidak dapat

dihasilkan di negara kita, kita ambil sebagai contoh yaitu buah kourma yang tidak

dapat dihasilkan di Indonesia. Meskipun kita tidak melakukan impor sandang

misalnya, tetapi kita masih tetap memerlukan impor kapas, onderdil mesin-mesin

dan

lainnya

alat

penunjang

yang

belum

dihasilkan

di

Indonesia

(Kartasapoetra,1992).

Rata-rata setiap tahun Indonesia mengimpor gula sejumlah 1,6 juta ton. Hal

ini menjadikan negara kita sebagai importir gula terbesar kedua di dunia. Padahal

semasa penjajahan, Indonesia merupakan eksportir gula terbesar kedua. Pada

tahun 2000, impor komoditas pangan seperti gandum, jagung, beras, kedelai,

kacang tanah, gula pasir dan bawang putih mencapai nilai Rp 16,62 trilyun. Nilai

impor buah segar seperti apel, jeruk, jeruk mandarin dan impor sayuran seperti

bawang dan kentang mencapai hampir Rp. 1 trilyun. Impor pangan besar-besaran

tersebut dipicu oleh kebutuhan dalam negeri yang juga semakin besar, sementara

produksinya tidak lagi mencukupi. Harga internasional yang rendah karena

produk yang dijual, di negara asalnya tidak laku atau jumlahnya melimpah,

misalnya paha ayam dari Amerika Serikat dan jerohan ternak dari Australia, gula

dari Australia dan India, beras Vietnam dan Thailand, tembakau dan jeruk dari

Cina dan lain-lain negara, juga telah ikut menghancurkan pertanian Indonesia.

(Waridin,2008).

Tutup tahun 2008 ditandai dengan prestasi menggembirakan di sektor

(20)

terakhir kali diraih pada tahun 1984 atau hampir 24 tahun lalu. Terjadinya krisis

ekonomi di negara-negara barat (negara maju) bisa dijadikan momentum untuk

lebih mengagresifkan pembangunan pertanian secara umum dan merebut kembali

pasar domestik untuk produk pertanian nonberas yang telah merajalela di negeri

ini. Krisis ekonomi sebenarnya juga mempengaruhi sektor pertanian Indonesia,

khususnya pada komoditas berorientasi ekspor di antaranya minyak sawit, karet

dan kakao. Karena itulah Departemen Pertanian mengoreksi target pertumbuhan

sektor pertanian 2009 dari 4,6-4,8 persen menjadi 4,2 persen. Namun demikian

krisis juga membuka peluang pasar domestik khususnya untuk komoditas pangan

(komoditas lokal) yang bertumpu pada impor (Ismantoro,2009).

Produk pertanian segar Indonesia mempunyai prospek yang baik untuk

diekspor ke negara-negara Eropa, Amerika, Jepang dan Timur Tengah.

Permintaan dari negara-negara tersebut terhadap buah-buahan dan sayuran

Indonesia seperti mangga, manggis, rambutan dan produk-produk eksotik lainnya

termasuk produk-produk hasil perikanan cukup tinggi (Deptan,2007).

Peningkatan produk tidak akan mempunyai arti, kalau

produk-produk yang berlebihan itu tidak dipasarkan dengan baik dan memperoleh nilai

pemasaran yang wajar. Produk-produk yang berlebihan itu dapat bermanfaat bagi

pemenuhan kebutuhan hidup para pedagang dan keluarganya jika produk itu dapat

menghasilkan pendapatan-pendapatan yang meningkat sebagai hasil penjualannya

dipasaran. Pedagang dan keluarganya dapat membeli barang-barang yang

dibutuhkan baik itu barang-barang untuk kepentingan usaha maupun untuk

(21)

Dari teori-teori yang telah dipaparkan diatas,kita dapat mengetahui

banyaknya pasaran untuk produk-produk lokal di Indonesia terutama produk

pertanian, baik itu pasar tradisional maupun pasar modern. Tetapi, mengapa

produk impor yang hampir mengusai pasar Indonesia? Tidak hanya di pasar

modern, bahkan di pasar tradisional kita dapat menemukan produk impor. Dari

data yang telah dipaparkan ternyata Indonesia lebih dominan mengimpor daripada

mengekspor. Sebagai contohnya pada produk buah-buahan, buah-buah impor

sudah mulai masuk ke pasaran pasar tradisional seperti apel fuji, pier, anggur,

yang tadinya hanya berada pada pasar-pasar modern saja. Produk perikanan,

seperti di daerah Jawa Timur yang sudah mulai mengimpor jenis ikan Dori dari

Vietnam, ikan Patin dari Vietnam,Thailand dan India, Udang,ikan Salmon,ikan

Tuna dari China. Selain buah-buahan dan ikan, produk-produk impor yang mulai

menjamur di Indonesia juga ada pada produk sayuran, garmen dan sepatu, mainan

anak-anak serta alat-alat elektronik, sehingga terjadi penumpukan produk impor

di pasaran Indonesia. Jika hal ini terus menerus terjadi, bagaimana pertumbuhan

ekonomi domestik di wilayah-wilayah Indonesia. Hal inilah yang membuat

penulis tertarik untuk meneliti bagaimana komposisi produk domestik dan produk

impor yang dijual dipasar tradisional maupun pasar modern di kota Medan.

Apakah keberadaan produk-produk impor sudah sangat menjamur di pasar

tradisional dan pasar modern di Kota Medan? Dengan mengetahui komposisi

kedua jenis produk tersebut, penulis dapat menentukan produk mana yang

dominan dijual di pasar tradisional dan pasar modern. Apakah keberadaan produk

(22)

hal tersebut memang benar setelah dilakukan penelitian, maka ekonomi domestik

kota Medan masih bisa dipertahankan.

Identifikasi Masalah

Untuk mengetahui bagaimana komposisi barang domestik dan barang

impor yang biasanya di jual di pasar tradisional dan pasar modern di kota Medan,

maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.

Bagaimana komposisi (komposisi jenis) produk domestik dan produk impor

yang dijual di pasar tradisional di kota Medan ?

2.

Bagaimana komposisi (komposisi jumlah) produk domestik dan produk impor

yang dijual di pasar modern di kota Medan?

3.

Produk mana yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan

pedagang di pasar tradisional di kota Medan?

4.

Faktor-faktor apa yang berpengaruh positif terhadap keputusan pedagang untuk

menjual produk domestik atau impor?

Tujuan Penelitian

1.

Untuk mengetahui komposisi (komposisi jenis) produk domestik dan produk

impor yang dijual di pasar tradisional di kota Medan.

2.

Untuk mengetahui komposisi (komposisi jumlah) produk domestik dan produk

impor yang dijual di pasar modern di kota Medan.

3.

Untuk mengetahui produk mana yang memberikan kontribusi terbesar

terhadap pendapatan pedagang di pasar tradisional di kota Medan.

4.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruhn positif terhadap keputusan

(23)

Kegunaan

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang melaksanakan

penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

2.

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pembaca yang memiliki

ketertarikan terhadap masalah pasar tradisional dan pasar modern di kota

(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pustaka

Umumnya pasar di Indonesia digambarkan sebagai sebuah tempat yang

ramai dan menyenangkan, dengan kegiatan yang sibuk dan tak terbatas, penuh

dengan berbagai komoditas, serta banyak orang yang sibuk melakukan transaksi.

Sudut pandang Geertz tentang pasar adalah pertama, sebagai arus barang dan jasa

menurut pola tertentu. Kedua, sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk

memelihara dan mengatur arus barang dan jasa. Ketiga, sebagai sistem sosial dan

kebudayaan di mana mekanisme tertanam. Mekanisme tawar-menawar

merupakan unsur khas pasar tradisional (Listiani,2009).

Pada sisi lain, pasar merupakan suatu arena lapangan kerja baru seperti

tukang parkir, tukang becak, penarik gerobak dorong, kuli, tukang semir sepatu,

pelayan toko, penjual koran dan sebagainya. Dengan demikian, pasar merupakan

sarana dan media pemberi lapangan kerja untuk mendapatkan kesejahteraan

masyarakat. Pasar juga berfungsi sebagai pusat pengetahuan pengenalan metode

dan teknik pemasaran. Dalam setiap kegiatan jual beli dan pertukaran barang dan

jasa baik di kota maupun di pedesaan atau dimana saja proses pertukaran itu

terjadi kita akan mengenal kegiatan pemasaran. Selain pasar sebagai tempat

berbelanja, tempat berjualan, maka pasar berfungsi pula sebagai tempat

perputaran modal usaha. Satu kesempatan yang baik bagi pedagang yang akan

mengembangkan modal usahanya, karena dipasar merupakan tempat berkumpul

dan bertemunya penjual dengan pembeli. Modal usaha pedagang dapat dijalankan

(25)

memperoleh laba yang cukup lumayan. Dengan cara menjalankan modal, menjual

belikan barang maka modal usahanya dapat berputar dan memungkinkan

perusahaannya semakin besar (Ikram.dkk,1990).

Pasar tradisional merupakan salah satu sektor penting yang mendukung

perekonomian rakyat. Di dalamnya, kepentingan rakyat kecil hingga kalangan

menengah ke atas diwadahi (Listiani,2009). Pasar tradisional merupakan tempat

bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual

dan pembeli secara langsung. Bangunan pasar biasanya terdiri dari kios-kios atau

gerai, los, dan dasaran terbuka. Kebanyakan yang diperjualbelikan adalah

kebutuhan sehari-hari, buah, sayur, daging, kain, dsb. Pasar seperti ini banyak

ditemukan di Indonesia. Diperkirakan ada 13.000 lebih pasar di seluruh Indonesia,

dan sekitar 15 juta orang tergantung hidupnya dari aktifitas pasar

(Wikipedia,2008).

Pasar tradisional secara umum disamping memiliki kelemahan berupa

kondisi yang kumuh, becek, tidak teratur, panas, tidak aman dan tidak nyaman

tetapi juga memiliki kelebihan di bandingkan pasar modern. Kelebihan itu

diantaranya yaitu: pertama, lokasinya yang strategis karena dekat dengan

pemukiman; kedua, masih buka tawar-menawar yang secara fisikologis

memberikan nilai positif pada proses interaksi penjual dan pembeli dan menjual

barang kebutuhan sehari-sehari dengan harga relatif murah, karena jalur distribusi

lebih lebih pendek, tidak terkena pajak atau pungutan lain yang besar. Oleh karena

itu, pemerintah masih dapat memberdayakan pasar tradisional melalui

(26)

kelebihan-kelemahannya melalui kebijakan daerah (perda) yang menjadikan pasar

tradisional dapat terus eksis dan berkembang, perbaikan fisik dan penataan pasar

serta lingkungannya untuk memberikan kenyamanan terjadinya transaksi tanpa

meninggalkan peran para pedagang itu sendiri (Feryanto,2006).

Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern,

umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa

dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota

masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar modern antara lain mall, supermarket,

departement store, shopping centre, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba

ada, toko serba ada dan sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi

jenis yang beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga

menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang relatif

lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga

barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Secara

kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang

terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti (tercantum

harga sebelum dan setelah dikenakan pajak (Anonimous, 2006).

Di Indonesia,supermarket lokal telah ada sejak 1970-an, meskipun masih

terkonsentrasi di kota-kota besar.Pemberlakukan liberalisasi sektor ritel pada 1998

menjadi awal masuknya ritel asing ke pasar dalam negeri. Meningkatnya

persaingan telah mendorong kemunculan supermarket di kota-kota yang lebih

kecil dalam rangka untuk mencari pelanggan baru dan terjadinya perang

harga.Akibatnya, persaingan bukan hanya antarsesama pasar modern, pasar

(27)

mengincar pasar kelas menengah ke atas,tetapi juga kelas bawah. Kondisi ini

menyebabkan pasar tradisional kehilangan pelanggan akibat membanjirnya

produk-produk bermutu dengan harga murah dan lingkungan perbelanjaan lebih

nyaman yang disediakan. Lambat laun, sejumlah pasar tradisional gulung tikar.

(Anonimous)

Pada 2008, pertumbuhan pasar modern (minimarket, supermarket, dan

hipermarket) ternyata lebih pesat dibanding pasar tradisional. Jika pasar

tradisional tumbuh 19,6 persen, pasar modern justru bisa tumbuh hingga 23,6

persen. Padahal, pertumbuhan pasar tradisional pada 2008 lalu merupakan capaian

yang cukup tinggi. Pasar modern dan tradisional menopang pertumbuhan bisnis

ritel sebesar 21,1 persen. Pertumbuhan ini mencakup nilai penjualan Rp 95,3

triliun untuk 54 produk atau lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2007 yang hanya

mencapai 15,2 persen. Studi AC Nielsen mencakup 5 kota, yakni Jakarta plus

Botabek, Bandung, Surabaya, Semarang, dan Medan. Dari sisi frekuensi belanja

untuk pasar modern turun rata-rata dari 31,3 kunjungan menjadi 27,4 kunjungan

per tahun atau turun 13 persen dari 2007 ke 2008. Sedangkan untuk pasar

tradisional hanya mengalami penurunan 1 persen atau dari kunjungan 190,5 kali

menjadi 187,9 kal (Andrian,2009)

Indonesia cenderung sebagai pengimpor produk-produk hortikultura.

Sebagai contoh pada tahun 2003, Indonesia mengekspor produk sayuran sebesar

125 ribu ton dan mengimpor sebesar 362 ribu ton sayuran segar dan olahan. Pada

produk buah-buahan, Indonesia mengekspor sebesar 209 ribu ton dan mengimpor

(28)

Semakin banyaknya buah impor yang merambah di pasar tradisional itu

menunjukkan pemerintah belum serius dalam memberikan perlindungan produk

pertanian lokal. Pemerintah diminta untuk bersungguh-sungguh melindungi

produk pertanian lokal yang memiliki nilai strategis. Tanpa adanya perlindungan,

dikhawatirkan produk pertanian lokal tidak mampu bersaing dengan produk impor

(Anonimous,2002).

Kebijaksanaan dan kegiatan impor pada masa sekarang sangat dikaitkan

dengan kebijaksanaan di bidang lain yang menyangkut bidang pembangunan,

terutama untuk menjamin keberlangsungan produksi di sektor-sektor yang penting

dengan mempertahankan kestabilan harga (Kartasapoetra,1992).

Landasan Teori

Pasar dapat berbentuk sebagai pusat kegiatan ekonomi, dan sebagai pusat

kegiatan kebudayaan. Sebagai pusat kegiatan ekonomi pasar menunjukkan

peranannya dalam aspek perekonomian ditengah-tengah masyarakat dan

lingkungannya. Pengertian pasar di mata masyarakat dapat bermacam-macam.

Pasar dapat berarti tempat orang berjual beli, pusat pengadaan barang kebutuhan,

tempat perputaran modal uang, dan juga tempat berbelanja, tempat tukar menukar

barang, tempat memberi lapangan kerja dan lapangan usaha, sarana pengubah

wajah perekonomian dan kehidupan masyarakat , pusat informasi dan komunikasi,

tuntunan standar harga barang dan jasa, saran dan media pemberi kesejahteraan

bagi masyarakat, pusat pengenalan metode dan teknik pemasaran dan lain-lain

(Ikram.dkk,1990).

Eksistensi pasar tradisional merupakan salah satu indikator paling nyata

(29)

pemerintah sebagai regulator harus mampu mewadahi semua aspirasi yang

berkembang tanpa ada yang dirugikan. Pemerintah diharuskan mampu melindungi

dan memberdayakan peritel kelas menengah dan kecil karena jumlahnya yang

mayoritas. Di sisi lain peritel besar pun mempunyai sumbangan yang besar dalam

ekonomi. Selain menyerap tenaga kerja, banyak peritel justru memberdayakan dan

meningkatkan kualitas ribuan pemasok yang umumnya juga pengusaha kecil dan

menengah (Sugia,2007).

Ritel mempunyai arti penjualan secara eceran. Seiring tuntutan pasar

bebas, ritel pun belakangan bertambah dongan konsep ritel modern. Ritel

tradisional merupakan ritel sederhana dengan tempat yang tidak terlalu luas,

barang yang dijual terbatas jenisnya. Sistem manajemen yang sederhana

memungkinkan adanya proses tawar menawar harga. Berbeda dengan ritel

modern menawarkan tempat lebih luas, banyak jenis barang yang dijual,

manajemen lebih terkelola, harga pun sudah menjadi harga tetap. Ritel modern ini

menggunakan konsep melayani sendiri atau biasa disebut swalayan. Dalam ritel

modern dikenal Hypermarket, Supermarket dan Minimarket. Gerai ritel modern

biasanya disebut pasar modern. Dari catatan Business Watch Indonesia (BWI)

perkembangan ritel modern di Indonesia sejak tahun 2000 semakin pesat. Apalagi

sejak masuknya peritel asing. Sebut saja peritel asal Prancis dengan Carrefour

membuka ritel jenis Hypermarket kemudian ada Giant yang dibuka oleh

Hero-Dairy Farm dari Hongkong. (Solopos, 2008).

Fleksibilitas dalam pasar tradisional tidak hanya dalam masalah harga.

(30)

waktu, kegiatan, maupun tempat. Banyak pedagang, terutama yang tidak memiliki

kios, berdagang hanya pada waktu-waktu tertentu saja (Listiani,2009).

Sejak era globalisasi dengan pasar bebasnya dibuka pada awal dasawarsa

1990-an, produk pertanian negara maju membanjiri negara-negara berkembang

termasuk Indonesia. Tanpa banyak yang menyadari bahwa globalisasi telah

menjadikan negara maju misalnya Amerika Serikat (AS) sebagai pengimpor

produk pangan terbesar di dunia. Sebagai contoh pada tahun 2000 total impor

kedelai dari AS ke Indonesia mencapai 1,2 juta ton dengan nilai sekitar 250 juta

dolar ASs. Indonesia juga menjadi pengimpor produk pangan lain seperti jagung

yang mencapai 1,2 juta ton pada tahun 2000, kentang 4.500 ton (2000) atau

gandum yang pada tahun 2000 total impor mencapai 3,5 juta ton dengan nilai

hampir 500 juta dolar AS (Ismantoro,2009).

Menurut Irawan (2008), globalisasi dan liberalisasi perdagangan

memberikan peluang sekaligus tantangan yang baru yang harus dihadapi dalam

pembangunan pertanian kedepan. Dikatakan memberikan peluang karena pasar

komoditas akan semakin luas sejalan dengan dihapuskannya berbagai hanmbatan

perdagangan antar negara. Namun liberalisme perdagangan juga dapat

menimbulkan masalah jika komoditas yang diproduksi secara lokal tidak mampu

bersaing dengan negara lain sehingga pasar domestik semakin dibanjiri oleh

komoditas impor.

Pedagang juga turut mengambil peranan yang sangat penting, karena

pedagang merupakan produsen kedua setelah petani. Perlu diketahui bahwa

(31)

selain dari pedagang ada juga pihak lain yaitu pemerintah dan tangan yang tak

tampak tetapi mempengaruhi perubahan harga (Soekartawi,1991).

Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan

rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan

keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.

Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari penjualan dapat

diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk

mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang

dihasikan. Penjualan adalah suatu transfer hak atas benda-benda. Dari penjelasan

tersebut dalam memindahkan atau mentransfer barang dan jasa diperlukan

orang-orang yang bekerja dibidang penjualan seperti pelaksanaan dagang, agen, wakil

pelayanan dan wakil pemasaran (Swastha dan Irawan, 1990).

Menurut Swastha dan Irawan (2000), kegiatan penjualan dipengaruhi oleh

beberapa faktor sebagai berikut:

1.

Kondisi dan Kemampuan Penjual.

Transaksi jual-beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas

barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual sebagai

pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Disini penjual harus dapat

menyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan

yang diharapkan. Untuk maksud tersebut penjual harus memahami beberapa

masalah penting yang sangat berkaitan, yakni:

a.

Jenis dan karakteristik barang yang di tawarkan.

(32)

c.

Syarat penjualan seperti: pembayaran, penghantaran,

pelayanan sesudah penjualan, garansi dan sebagainya.

2.

Kondisi Pasar.

Pasar, sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam

penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktor-faktor

kondisi pasar yang perlu di perhatikan adalah:

a. Jenis pasarnya

b. Kelompok pembeli atau segmen pasarnya

c. Daya belinya

d. Frekuensi pembelian

e. Keinginan dan kebutuhan

3.

Faktor lain seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah, sering

mempengaruhi penjualan. Namun untuk melaksanakannya, diperlukan sejumlah

dana yang tidak sedikit. Bagi perusahaan yang bermodal kuat, kegiatan ini secara

rutin dapat dilakukan. Sedangkan bagi perusahaan kecil yang mempunyai modal

relatif kecil, kegiatan ini lebih jarang dilakukan

Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan ketersediaan serta

kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Permintaan akan suatu

jenis barang ialah jumlah-jumlah barang itu yang pembeli bersedia membelinya

pada tingkat harga yang berlaku pada suau pasar tertentu pula. Sedangkan

penawaran akan suatu jenis barang adalah jumlah-jumlah barang itu yang penjual

bersedia menawarkannya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar

(33)

Permintaan pasar dapat diukur dengan menggunakan volume fisik maupun

volume rupiah. Berdasarkan pendapat Swastha dan Irawan tersebut, pengukuran

volume penjualan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu didasarkan jumlah unit

produk yang terjual dan didasarkan pada nilai produk yang terjual (omzet

penjualan). Volume penjualan yang diukur berdasarkan unit produk yang terjual,

yaitu jumlah unit penjualan nyata pedagang dalam suatu periode tertentu,

sedangkan nilai produk yang terjual (omzet penjualan), yaitu jumlah nilai

penjualan nyata pedagang dalam suatu periode tertentu. Sedangkan komposisi

produk dapat dilihat dari persentase jumlah ragam unit produk yang dijual

pedagang (Swastha dan Irawan, 2000).

Menurut Anonimous (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi volume

penjualan antara lain:

1.

Kualitas barang.

Turunnya mutu barang dapat mempengaruhi volume penjualan, jika

barang yang diperdagangkan mutunya menurun dapat menyebabkan pembelinya

yang sudah menjadi pelanggan dapat merasakan kecewa sehingga mereka bisa

berpaling kepada barang lain yang mutunya lebih baik.

2.

Selera konsumen.

Selera konsumen tidaklah tetap dan dia dapat berubah setiap saat,

bilamana selera konsumen terhadap barang-barang yang kita perjualkan berubah

maka komposisi barang yang dijual akan menurun.

3.

Servis terhadap pelanggan merupakan faktor penting dalam usaha

(34)

tajam. Dengan adanya servis yang baik terhadap para pelanggan sehingga dapat

meningkatkan volume penjualan.

4.

Persaingan menurunkan harga jual.

Potongan harga dapat diberikan dengan tujuan agar penjualan dan

keuntungan pedagang dapat ditingkatkan dari sebelumnya. Potongan harga

tersebut dapat diberikan kepada pihak tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula.

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan

maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga

income

dari seorang warga

masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang

dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor

produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga

yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor

produksi ( seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang ) ditentukan

oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan.

Menurut Surynanto (2005), secara garis besar pendapatan digolongkan

menjadi tiga golongan yaitu:

1.

Gaji dan Upah

Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk

orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu maupun satu bulan.

2.

Pendapatan dari Usaha Sendiri

Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurang dengan

biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan

tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri

(35)

3.

Pendapatan Dari Usaha Lain

Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, dan

inibiasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain (a) Pendapatan dari

hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah, ternak dan barang lain, (b)

Bunga dari uang, (c) Sumbangan dari pihak lain, (d) Pendapatan dari pensiun, (e)

Dan lain-lain.

Kerangka Pemikiran

Pasar didefenisikan sebagai tempat bertemunya penawaran dan permintaan

yang kemudian terwujud dalam aktivitas jual beli. Terdapat dua jenis pasar yaitu

pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat

bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual

dan pembeli secara langsung. Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan

manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia

barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen

(umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar tradisional

merupakan salah satu penunjang perekonomian masyarakat Indonesia.

Produk-produk yang dijual pedagang baik di pasar tradisional dan pasar modern sangat

beraneka ragam, mulai dari produk yang ditujukan untuk dikonsumsi hingga

untuk industri. Melalui pasar tradisional dan pasar modern ini, para produsen

dapat menjual produknya kepada konsumen. Dalam hal ini, yang disebut produsen

adalah pedagang, karena pedagang merupakan produsen kedua setelah petani.

(36)

diimpor karena beberapa hal seperti produk-produk ini tidak dapat dihasilkan di

Indonesia, keninginan konsumen yang tidak terbatas dan pengawasan terhadap

produk impor masih mengambang dan tidak adanya kebijaksanaan yang dipegang

untuk syarat masuk produk impor ke Indonesia.

Pada pasar modern, yang akan diteliti yaitu hypermart, sehingga tidak

terdapat pedagang seperti di pasar tradisional. Pedagang pasar tradisional

mempunyai beberapa hal yang membuatnya memilih untuk menjual

produk-produk tersebut. Hal ini merupakan faktor-faktor yang berpengaruh positif

terhadap keputusan pedagang dalam menjual produk-produk baik itu produk

domestik maupun produk impor.

Komposisi produk domestik dan produk impor yang dijual di pasar

tradisional dan pasar modern dilihat dari keragaman jenis produk dan jumlahnya.

Faktor yang mempengaruhi komposisi produk yang dijual adalah akibat

permintaan dan penawaran terhadap produk-produk tersebut. Perbedaan

komposisi produk domestik dan produk impor yang dijual dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti mutu dan kualitas produk, harga produk, loyalitas

konsumen terhadap merek produk, kemasan dan sanitasi produk, serta kondisi

fisik produk.

Produk domestik dan produk impor yang dijual pedagang di pasar

tradisional sedikit banyaknya sangat berpengaruh kepada pendapatannnya. Hal ini

bisa terjadi dari keuntungan yang diperolehnya saat menjual produk domestik atau

produk impor. Pendapatan para pedagang pasar tradisional dalam menjual

(37)

domestik). Untuk mengetahui lebih jelas tentang kerangka pemikiran dapat dilihat

dalam pada Gambar 1.

Keterangan : : menyatakan hubungan

[image:37.595.104.547.194.636.2]

: ada pengaruh

Gambar.1. Skema kerangka pemikiran

Pedagang

Pendapatan

Pedagang

Produk

Impor

Produk

Domestik

Faktor-faktor

yang berpengaruh

positif terhadap

keputusan untuk

menjual

PASAR

TRADISIONAL

PASAR

MODERN

Produk

Domestik

(38)

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1.

Komposisi jenis produk domestik yang dijual di pasar tradisional Sei

Sikambing di Kota Medan lebih besar daripada komposisi jenis produk impor.

2.

Komposisi jumlah produk impor yang dijual di pasar modern Hypermart

Sun Plaza di Kota Medan lebih besar daripada komposisi jumlah produk

(39)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Secara teritorial penelitian ini mempunyai lingkup cakupan pada dua pasar

di kota Medan yaitu pasar tradisional Sei Sikambing dan pasar modern Hypermart

Sun Plaza. Adapun penetuan daerah sampel ditentukan dengan

Purposive

, karena

pasar tradisional Sei Sikambing merupakan pasar tradisional yang sangat

tradisional, memiliki jumlah bangunan dan jumlah pedagang yang banyak dan

memiliki lokasi yang strategis dan mudah dijangkau pembeli sehingga dapat

mewakili pasar tradisional lainnya. Pasar modern Hypermart Sun Plaza

merupakan salah satu pasar modern yang terletak disalah satu mall terbesar di

kota Medan yaitu Sun Plaza yang merupakan mall berkelas menengah keatas

sehingga diduga produk-produk yang dijual juga berkelas Internasional sehingga

dapat mewakili pasar modern lainnya

Metode Penentuan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang di pasar tradisional Sei

Sikambing. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan

metode

Porpusive Sampling

.

Purposive sampling

adalah metode pengambilan

sampel yang dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh

peneliti menurut ciri-ciri yang dimiliki oleh sampel itu (Azwar,2003). Dimana

(40)

(basah), pedagang ikan kering, pedagang daging ayam, pedagang daging sapi,

pedagang kelontong, pedagang pakaian, pedagang sepatu dan tas, pedagang

aksesoris, pedagang kosmetik, pedagang barang pecah belah, pedagang mainan

anak-anak, pedagang bumbu dapur olahan, dan pedagang bumbu dapur segar.

Pengambilan sampel pedagang responden sebanyak 15 pedagang berdasarkan

barang yang didagangkan karena 15 jenis barang yang didagangkan ini yang

dominan ada di pasar tradisional Sei sikambing dan sampel untuk masing-masing

pedagang berdasarkan jenis barang yang didagangkan sebanyak 1 pedagang yang

memiliki skala usaha yang cukup besar baik dari segi luas usahanya maupun dari

segi pelanggannya, diambil satu pedagang saja dikarenakan barang yang dijual

pedagang sampel tersebut lebih banyak jenisnya dibandingkan pedagang lainnya

yang sejenis dan biasanya produk yang dijual pedagang-pedagang yang skala

usahanya lebih kecil lainnya hampir sama dengan yang dijual pedagang sampel,

sehingga pedagang yang dijadikan sampel dapat mewakili pedagang lainnya yang

ada di pasar tradisional Sei sikambing.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer yang dikumpulkan berupa daftar produk-produk yang

dijual pedagang responden, harga jual, harga beli, biaya yang dikeluarkan

pedagang dalam usaha dagangnya yang diperoleh dari wawancara langsung

kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) dan

database Hypermart Sun Plaza berupa data produk-produk yang dijual di

Hypermart Sun Plaza, sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau

(41)

Tingkat II Petisah Medan dan Badan Pusat Statistik dan buku-buku penelitian

pendukung lainnya.

Metode Analisis Data

Untuk hipotesis (1) digunakan metode analisis deskriptif dengan melihat

bagaimana komposisi jenis produk domestik dan produk impor yang dijual

dipasar Sei Sikambing.

Kriteria uji:

H0 : Komposisi jenis produk domestik yang dijual di pasar tradisional Sei

Sikambing di kota Medan lebih kecil daripada komposisi jenis produk impor

yang dijual di pasar tradisional Sei Sikambing di kota Medan.

H

1

: Komposisi jenis produk domestik yang dijual di pasar tradisional Sei

Sikambing di kota Medan lebih besar daripada komposisi produk impor

yang dijual di pasar tradisional Sei Sikambing di kota Medan.

H

0

: KPD

≤ KPI ... Hipotesis ditolak

H1 : KPD > KPI ... Hipotesis diterima

Keterangan:

KPD : Komposisi Produk Domestik

KPI

: Komposisi Produk Impor

Untuk hipotesis (2) digunakan metode analisis deskriptif dengan melihat

bagaimana komposisi jumlah produk domestik dan produk impor yang dijual

(42)

Kriteria uji:

H0 : Komposisi jumlah produk impor yang dijual di dipasar modern Hypermart

Sun Plaza lebih kecil daripada komposisi jumlah produk domestik yang

dijual di dipasar modern Hypermart Sun Plaza.

H1 : Komposisi jumlah Produk impor yang dijual di dipasar modern Hypermart

Sun Plaza lebih besar daripada komposisi produk domestik yang dijual di

dipasar modern Hypermart Sun Plaza.

H0 : KPI

≤ KPD ... Hipotesis ditolak

H

1

: KPI > KPD ... Hipotesis diterima

Keterangan:

KPD

: Komposisi Produk Domestik

KPI

: Komposisi Produk Impor

Untuk masalah (3) dianalisis dengan menggunakan metode analisis

deskriptif yaitu dengan melihat produk mana yang memberikan kontribusi

terbesar terhadap pendapatan pedagang dan menggunakan analisis pendapatan

dengan memperhatikan biaya-biaya yang dikeluarkan pedagang dan

penerimaannya dalam satu bulan.

TI = TR – TC

Dimana :

TI

: Total Income (Total Pendapatan)

TR

: Total Revenue (Total Penerimaan)

(43)

Untuk masalah (4) dianalisis dengan menggunakan

skala Likert

yaitu

dengan melihat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh positif terhadap

keputusan pedagang untuk menjual produk domestik ataupun produk impor.

Menurut Sugiyono (2002) dengan skala Likert, maka variabel yang akan

diukur dijabarkan menjadi subvariabel. Kemudian subvariabel dijabarkan menjadi

komponen-komponen yang dapat terukur. Komponen-komponen yang terukur

kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item instrumen yang dapat

berupa pertanyaan atau pernyataan yang kemudian dijawab oleh responden.

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai

gradasi dari sangat positif menjadi sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata

antara lain:

1. Sangat Setuju (SS)

2. Setuju (S)

3. Netral (N)

4. Tidak Setuju (TS)

5. Sangat Tidak Setuju (STS)

Jumlah pernyataan yang akan diberikan kepada 15 pedagang responden

sebanyak 8 pernyataan untuk produk domestik dan 8 pernyataan untuk produk

impor. Setiap pernyataan akan diberi pilihan jawaban sebagai berikut:

a.

Sangat Setuju (SS) dengan skor 5(lima)

b.

Setuju (S) dengan skor 4 (empat)

c.

Netral (N) dengan skor 3 (tiga)

(44)

Jumlah skor ideal untuk masing-masing pernyataan dari 15 pedagang

responden yaitu 75 dan skor terendah yaitu 15, dengan kriteria interpretasi skor

sebagai berikut:

0% - 33,3% : Negatif

33,4% - 66,6% : Netral

66,7% - 100% : Positif.

Definisi dan Batasan Operasional

Definisi

1.

Komposisi Jenis Produk Domestik/Impor adalah persentase keragaman

produk tersebut yang terdapat atau dijual di suatu tempat, Komposisi Jumlah

Produk Domestik/Impor adalah persentase jumlah produk tersebut yang

terdapat atau dijual di suatu tempat.

2.

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung, bangunan

biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka

oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.

3.

Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern,

umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa

dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota

masyarakat kelas menengah ke atas).

4.

Pedagang adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan

(45)

5.

Produk domestik adalah merupakan semua barang hasil dari kegiatan

ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik tanpa memperhatikan faktor

produksi berasal atau dimiliki oleh penduduk wilayah tersebut.

6.

Produk impor adalah produk yang dihasilkan dari luar wilayah kegiatan

ekonomi ataupun dari luar negeri yang dipasarkan di dalam negeri dengan

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7.

Pendapatan pedagang adalah keuntungan yang diperoleh pedagang dari

hasil penjualan produk yang dijualnya yang dapat digunakan kembali sebagai

modal usaha ataupun untuk membeli kebutuhan keluarganya.

8.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan pedagang untuk

menjual produk domestik ataupun produk impor yaitu jenis dan karakteristik

produk yang dijual, harga produk, sistem pembayaran secara tunai dan kredit,

sistem penghantaran, serta garansi produk.

Batasan Operasional

1.

Penelitian dilakukan di kota Medan

2.

Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2009.

3.

Produk Domestik yang diteliti yaitu produk yang berasal dari dalam

Indonesia dan diproduksi di Indonesia.

(46)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, KARAKTERISTIK

PASAR DAN PEDAGANG RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak geografis, luas wilayah, batas dan iklim

Kota Medan merupakan Ibukota dari Propinsi Sumatera Utara. Kota

Medan terletak antara 2

0

.27’ – 2

0

.44’ BT dan pada ketinggian 2,5 – 3,75 meter

diatas permukaan laut. Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah

Tingkat I Sumatera Utara. Kota Medan mempunyai luas 26.510 Ha, yang terdiri

dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan.

Batas-batas Kota Medan yaitu:

Sebelah Utara

: Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Barat

: Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Selatan

: Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Timur

: Selat Malaka.

Kota Medan mempunyai iklim tropisdengan temperatur siang 31,1

0

C dan

malam hari 24,1

0

C, rata-rata curah hujan perbulan 175,17 mm dengan rata-rata

hari hujan 17,33 hh/bulan. Kelembapan udara di kota Medan 84%, kecepatan

angin rata-rata 0,45m/sec sedangkan laju pengupan tiap bulannya 111,26 mm.

Kota Medan memiliki topografi datar dengan ketinggian 7-25 dpl dengan jenis

tanah Alluvial.

Tata guna lahan

Pola penggunaan tanah di kota Medan sangat beragam jenisnya.

(47)

sangat besar yaitu mulai bangunan pemukiman, perkantoran, pemerintahan,

tempat ibadah, pusat-pusat perbelanjaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas

umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel, dan lahan pertanian

di pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia

sehingga keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang

banyak.

Keadaan Penduduk

Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di kota Medan

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah penduduk Kota Medan

[image:47.595.113.511.388.651.2]

berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penduduk kota Medan menurut kelompok umur dan jenis kelamin

Golongan

umur

Laki – laki

Perempuan

Jumlah

Jiwa

Persen

(%)

Jiwa

Persen

(%)

Jiwa

Persen

(%)

0-4

89.206

8,62

92.853

8,86

182.059

8,74

5-9

96.559

9,33

91.885

8,76

188.444

9,05

10-14

98.519

9,52

100.590

9,59

199.109

9,56

15-19

111.263

10,75

105.426

10,06

216.689

10,40

20-24

116.164

11,23

121.385

11,58

237.549

11,40

25-29

99.499

9,62

102.041

9,73

201.540

9,67

30-34

83.325

8,05

75.926

7,24

159.251

7,64

35-39

75.482

7,30

83.180

7,93

158.662

7,62

40-44

70.091

6,77

75.926

7,24

146.017

7,01

45-49

50-54

57.837

47.054

5,59

4,55

53.680

47.393

5,12

4,52

111.517

94.447

5,35

4,53

55-59

30.879

2,98

31.434

3,00

62.313

2,99

60-64

26.468

2,56

22.246

2,12

48.714

2,34

65

+

32.350

3,13

44.495

4,24

76.864

3,69

Jumlah

1.034.696

49,67 1.048.460

50,33 2.083.156

100

Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2008

Penduduk Kota Medan Berjumlah 2.083.156 jiwa orang dengan 470.481

(48)

persentase sebesar 49,67% dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1.048.460

jiwa dengan persentase sebesar 50,33%, dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa

jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki.

Dari table dapat kita ketahui jumlah usia non produktif (bayi, balita, anak-anak

dan remaja (0-14 tahun)) sebesar 569.612 jiwa atau sebesar (27,34%), jumlah usia

produktif (15-54 tahun) adalah sebesar 1.325.672 jiwa sebesar (63,63%)

sedangkan jumlah penduduk manula (>55 tahun) sebesar 187.872 jiwa sebesar

(9,02%).

Dari keterangan tersebut jumlah penduduk usia produktif lebih besar dari

pada jumlah non produktif dan manula, usia produktif adalah usia dimana orang

punyai nilai ekonomi yang tinggi dalam menghasilkan barang dan jasa dengan

efektif dan dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa ketersediaan tenaga kerja di

Kota Medan cukup besar.

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Menurut tingkat pendidikan penduduk Kota Medan yang terdiri dari

pendidikan SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi dapat secara jelas kita ketahui

[image:48.595.116.512.595.716.2]

dari Tabel 3.

Tabel 3. Penduduk kota Medan menurut tingkat pendidikan

No Tingkat pendidikan

Jumlah

Persentase (%)

1

SD

451. 226

21,24

2

SLTP

635.451

29,92

3

SLTA

726.560

34,21

4

Perguruan Tinggi

310.475

14,62

Jumlah

2.123.712

100

(49)

Dari Tabel 3 diatas dapat kita ketahui bahwa penduduk Kota Medan dilihat

dari tingkat pendidikannya yang terbesar berada pada tingkat pendidikan

Gambar

Tabel 1. Persentase pembatasan produk impor yang dijual di pasar modern.
Gambar.1. Skema kerangka pemikiran
Tabel 2. Penduduk kota Medan menurut kelompok umur dan jenis kelamin
Tabel 3. Penduduk kota Medan menurut tingkat pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Configure each switch with hostname, local passwords, and login banner..  Save the

Sahabat yang menemani Nabi Muhammad saw .hijrah ke kota Thaif adalah ….. Di kota Thaif Nabi Muhammad

[r]

Tahapan kegiatan yang selanjutnya adalah pembelajaran mandiri. Pada pembelajaran mandiri mahasiswa melakukan praktik mengajar dengan ketentuan mengajar satu hari

Pada dasarnya setiap perusahaan ingin mendapatkan laba optimal dalam setiap produksinya, oleh karena itu manajer harus memperhatikan laba dari tiap produksi dengan memperhatikan

sesi tanya jawab tersebut terdapat pertanyaan yang diajukan oleh calon peserta lelang. Tipe Madya Pabean

Adam Malik Medan periode 2015 dan untuk mengetahui usia, jenis kelamin, keluhan, durasi tertelan benda asing, lokasi corpus , jenis corpus dan tatalaksana yang terbanyak

Dari perangkat mana pun yang berada dalam segmen jaringan yang sama seperti data embedded system yang dikelola dapat dikirim ke embedded system tanpa