ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN DANA BANTUAN PROGRAM OPTIMASI LAHAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI
SAWAH
(Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI
OLEH: NELFITA RIZKA
110304051 AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN DANA BANTUAN PROGRAM OPTIMASI LAHAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI
SAWAH
(Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI NELFITA RIZKA
110304051 AGRIBISNIS
Diajukan kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Univesitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Diketahui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi
Pembimbing
(Dr. Ir. Salmiah, M.S)
NIP : 195702171986032001 NIP : 196303131991031006 (Ir. Aspan Sofian, M.M)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
NELFITA RIZKA NIM 110304051, dengan judul skripsi ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN DANA BANTUAN PROGRAM OPTIMASI LAHAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH (Studi Kasus: Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai) dengan pembimbing Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S dan Bapak Ir. Aspan Sofian, M.M.
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi tanaman pangan khususnya padi dan palawija di Sumatera Utara. Daerah ini sangat subur dan banyak penduduknya menggantungkan pekerjaannya dari hasil pertanian, sehingga peran sektor ini sangat penting. Sektor pertanian dengan segala kelebihan dan kekurangannya masih menjadi tumpuan masyarakat sebagai mata pencaharian utama dan masih sebagai sektor andalan. Hasil pertanian tanaman pangan merupakan komoditi yang sangat strategis karena menyangkut kebutuhan pokok masyarakat. Permasalahan di lapangan adalah buruknya kondisi tanah yang menyebabkan produksi padi turun, seingga diadakan program bantuan optimasi lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis distribusi dana bantuan program optimasi lahan, efektivitas dana bantuan, produksi, dan pendapatan antara petani padi sawah yang memperoleh dana bantuan program optimasi lahan dengan petani yang tidak memperoleh dana bantuan. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode penentuan sampel adalah secara purposive. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 40 petani yakni 20 petani yang petani padi sawah yang memperoleh dana bantuan program optimasi lahan dan 20 petani yang tidak memperoleh dana bantuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Bantuan Program Optimasi Lahan diberikan cukup efektif dengan rata-rata terbobot 3,17. Tidak ada perbedaan produksi yang nyata antara petani petani padi sawah yang memperoleh dana bantuan program optimasi lahan dengan petani yang tidak memperoleh dana bantuan . Tidak ada perbedaan yang nyata pendapatan yang nyata antara petani padi sawah yang memperoleh dana bantuan program optimasi lahan dengan petani yang tidak memperoleh dana bantuan.
ii
Nelfita Rizka Depari , lahir di Medan pada tanggal 29 Juni 1994. Merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara dari Bapak Nelson Sembiring dan Ibu Nuraini
Chan.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 2005 lulus dari Madrasah Islamiyah Swasta (MIS) Islamiyah
GUPPI.
2. Tahun 2008 lulus dari Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTS) Islamiyah
GUPPI.
3. Tahun 2011 lulus dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Medan.
4. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.
Pada bulan Agustus 2014, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di Desa Lubuk Kertang, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Langkat, dan pada
tahun 2015 bulan Mei hingga Agustus penulis melaksanakan penelitian skripsi di
iii
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan sebaik-baiknya. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis
Dampak Penggunaan Dana Bantuan Program Optimasi Lahan dalam Meningkatkan Produksi Padi Sawah” (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Berdagai).
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Papa tersayang Ir. Nelson Sembiring dan Mama tersayang Ir. Nuraini
Chan, atas segala kasih sayang yang diberikan pada penulis dan juga atas
dukungan, doa, motivasi dan materi selama perkuliahan sehingga sampai
sekarang penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Dan tak lupa
kepada Kakak tersayang Nina Sari Rizki Depari, S.Ked, dan Adik
tersayang Nanda Eka Putra Depari atas doa dan semangat yang diberikan
pada penulis.
2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S. sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ketua
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian yang telah bersabar dan
penuh kasih sayang dalam membimbing saya dan memberi arahan,
masukan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Aspan Sofian, M.M sebagai Anggota Komisi Pembimbing dan
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang telah meluangkan
waktunya untuk memberi bimbingan dan arahan, serta memotivasi penulis
iv
telah meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan dan arahan, serta
memotivasi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang mengajar di Program Studi Agribisnis,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu
dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan selama
masa perkuliahan,
6. Seluruh staff pegawai di Program Studi Agribisnis, khususnya Kak Yani,
Kak Runielda, dan Kak Anita yang telah membantu dan memberi
kemudahan dalam setiap urusan administrasi,
7. Seluruh instansi khususnya Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara dan
responden terkait yakni masyarakat Kelurahan Tualang dan Desa Melati
II Kecamatan Perbaungan yang turut serta membantu penulis dalam
memperoleh data yang diperlukan.
8. Teman-teman yang seperjuangan penulis di Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, khususnya Fitrah Aulia Hasibuan, Futri Medwina, Novita
S Sinaga, Sri Wahyuni, Meinia Singgar Niari, M Fadhil Arrahman, Agri
Mandasari, Fadli Nasution, Sonia Ramadhani, Sri Ayu Saragih yang telah
banyak membantu dan mengajari penulis di dalam pembuatan skripsi dan
v
untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Medan, Agustus 2015
vi
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8
2.1.1 Lahan ...8
2.1.2 Optimasi Lahan ...9
2.1.3 Efektivitas ...12
2.1.4 Pupuk ...12
2.1.5 Bibit...13
2.1.6 Pestisida ...13
2.1.7 Alat dan Mesin Pertanian ...14
2.2 Landasan Teori ... 16
2.2.1 Usahatani ...16
2.2.2 Pendapatan ...17
2.3 Peneliti Terdahulu ... 18
2.4 Kerangka Pemikiran ... 21
vii
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 25
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 26
3.4 Metode Analisis Data ... 26
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 34
3.5.1 Defenisi ... 34
3.5.2 Batasan Operasional ... 35
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 36
4.2 Karakteristik Responden ... 42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Distribusi Dana Bantuan Program Optimasi Lahan ... 45
5.2 Eefektivitas Pemberian Dana Bantuan Program Optimasi Lahan ... 52
5.3 Analisis Perbandingan Usahatani Padi Sawah ...57
5.4 Produksi Padi Sawah ... 60
5.5 Pendapatan Petani Padi Sawah ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 70
6.2 Saran ... 71
viii
1 Luas Panen, Produksi, Rata-Rata Produksi Padi Sawah
di Sumatera Utara 3
2 Alat dan Mesin Pertanian 15
3 Luas Area Optimasi Lahan di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2007-2015 24
4 Lokasi Kegiatan Optimasi Lahan Tanaman Pangan di
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014 25
5 Kategori Jawaban Pernyataan Efektivitas Dana
Bantuan Program Optimasi Lahan 27
6 Luas Wilayah dan Persentase terhadap Luas
Kecamatan Tahun 2014 37
7 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan
Penduduk Kecamatan Perbaungan Tahun 2013 39
8 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Rasio
Jenis Kelamin Tahun 2013 40
9 Distribusi Penduduk menurut Pekerjaan 41
10
Umur Responden Petani Petani Padi Sawah Yang Menerima Dana Bantuan Program Optimasi Lahan di Kelurahan Tualang Kecamatan Perbaungan
43
11
Umur Responden Petani Petani Padi Sawah Yang Tidak Menerima Dana Bantuan Program Optimasi Lahan di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan
43
12
Tingkat Pendidikan Petani Petani Padi Sawah Yang Menerima Dana Bantuan Program Optimasi Lahan di Kelurahan Tualang Kecamatan Perbaungan
44
13
Tingkat Pendidikan Petani Petani Padi Sawah Yang Tidak Menerima Dana Bantuan Program Optimasi Lahan di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan
44
14
Jumlah Tanggungan Petani Padi Sawah Yang Menerima Dana Bantuan Program Optimasi Lahan di Kelurahan Tualang Kecamatan Perbaungan
45
15
Jumlah Tanggungan Petani Padi Sawah Yang Tidak Menerima Dana Bantuan Program Optimasi Lahan di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan
45
16
Lama Berusaha Tani Petani Petani Padi Sawah Yang Menerima Dana Bantuan Program Optimasi Lahan di Kelurahan Tualang Kecamatan Perbaungan
ix 18
Luas Lahan Petani Padi Sawah Yang Menerima Dana Bantuan Program Optimasi Lahan di Kelurahan Tualang Kecamatan Perbaungan
47
19
Luas Lahan Petani Padi Sawah Yang Tidak Menerima Dana Bantuan Program Optimasi Lahan di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan
47
20 Sikap Petani Penerima Dana Bantuan Program
Optimasi Lahan Terhadap Indikator Tepat Sasaran 53 21 Sikap Petani Penerima Dana Bantuan Program
Optimasi Lahan Terhadap Indikator Tepat Waktu 54 22 Sikap Petani Penerima Dana Bantuan Program
Optimasi Lahan Terhadap Indikator Tepat Jumlah 55 23 Sikap Petani Penerima Dana Bantuan Program
Optimasi Lahan Terhadap Indikator Tepat Guna 56 24 Rekapitulasi Persentase Jawaban Responden dan
Rata-rata Terbobot Berdasarkan 4 Indikator Efektivitas 57
25
Perbandingan Usahatani Padi Sawah yang Menerima Dana Bantuan dengan Usahatani Padi Sawah yang Tidak Menerima Dana Bantuan
59
26 Perbandingan Produksi Padi Sawah di Kecamatan
Perbaungan 60
27
Analisis Perbedaan Produksi Padi Sawah Petani Padi Sawah Yang Menerima Dana Bantuan Dengan Petani Padi Sawah Yang Tidak Memperoleh Dana Bantuan
61
28 Perbandingan Penerimaan Usahatani Padi Sawah di
Kecamatan Perbaungan 64
29 Perbandingan Biaya Tidak Tetap Usahatani Padi
Sawah di Kecamatan Perbaungan 65
30 Perbandingan Biaya Tetap Usahatani Padi Sawah di
Kecamatan Perbaungan 65
31 Perbandingan Total Biaya Usahatani Padi Sawah di
Kecamatan Perbaungan 66
32 Perbandingan Pendapatan Petani Padi Sawah di
Kecamatan Perbaungan per Petani 66
33
Analisis Perbedaan Pendapatan Petani Padi Sawah Petani Padi Sawah Yang Menerima Dana Bantuan Dengan Petani Padi Sawah Yang Tidak Memperoleh Dana Bantuan
x
No. JUDUL HALAMAN
1. Kerangka Pemikiran 22
2. Traktor Quick Impala 50
xi
NO JUDUL
1 Karakteristik Responden Usahatani Padi Sawah di Kelurahan Tualang Kecamatan Perbaungan
2 Peralatan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan
3 Biaya Input Produksi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Per Masa Tanam : Bibit
4 Biaya Input Produksi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Per Masa Tanam : Pupuk Urea
5 Biaya Input Produksi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Per Masa Tanam : Pupuk SP 36
6 Biaya Input Produksi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Per Masa Tanam : Pupuk Kcl
7 Biaya Input Produksi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Per Masa Tanam : Pupuk ZA
8 Biaya Input Produksi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Per Masa Tanam : Pupuk NPK
9 Biaya Input Produksi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Per Masa Tanam : Pupuk Kompos
10 Total Biaya Penggunaan Pupuk Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan
11 Biaya Input Produksi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Per Masa Tanam : Insektisida
12 Biaya Input Produksi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Per Masa Tanam : Fungisida
13 Biaya Input Produksi Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Per Masa Tanam : Herbisida
14 Total Biaya Penggunaan Pestisida Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan
15 Biaya Peralatan Usahatani Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan : Cangkul
16 Biaya Peralatan Usahatani Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan : Garu
17 Biaya Peralatan Usahatani Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan : Sekop
18 Biaya Peralatan Usahatani Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan : Sabit
19 Biaya Peralatan Usahatani Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan : Parang
20 Biaya Peralatan Usahatani Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan : Sprayer
21 Biaya Peralatan Usahatani Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan : Mesin Babat
xii
24 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan : Penanaman
25 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan : Penyiangan
26 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan : Pemupukan
27 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan : Pengendalian Hama Dan Penyakit
28 Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan : Panen
29 Total Upah Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan 30 Jumlah Pemakaian Tenaga Kerja Satu Kali Masa Tanam Usahatani Padi
Sawah di Kecamatan Perbaungan
31 Penerimaan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan 32 Biaya Tidak Tetap Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan 33 Biaya Tetap Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan 34 Total Biaya Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan 35 Total Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan
36 Jawaban Responden Mengenai Indikator Efektivitas Dana Bantuan Program Optimasi Lahan
37
Analisis Perbedaan Produksi Padi Sawah Petani Padi Sawah Yang Menerima Dana Bantuan Dengan Petani Padi Sawah Yang Tidak Memperoleh Dana Bantuan
38
i
NELFITA RIZKA NIM 110304051, dengan judul skripsi ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN DANA BANTUAN PROGRAM OPTIMASI LAHAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH (Studi Kasus: Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai) dengan pembimbing Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S dan Bapak Ir. Aspan Sofian, M.M.
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi tanaman pangan khususnya padi dan palawija di Sumatera Utara. Daerah ini sangat subur dan banyak penduduknya menggantungkan pekerjaannya dari hasil pertanian, sehingga peran sektor ini sangat penting. Sektor pertanian dengan segala kelebihan dan kekurangannya masih menjadi tumpuan masyarakat sebagai mata pencaharian utama dan masih sebagai sektor andalan. Hasil pertanian tanaman pangan merupakan komoditi yang sangat strategis karena menyangkut kebutuhan pokok masyarakat. Permasalahan di lapangan adalah buruknya kondisi tanah yang menyebabkan produksi padi turun, seingga diadakan program bantuan optimasi lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis distribusi dana bantuan program optimasi lahan, efektivitas dana bantuan, produksi, dan pendapatan antara petani padi sawah yang memperoleh dana bantuan program optimasi lahan dengan petani yang tidak memperoleh dana bantuan. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Metode penentuan sampel adalah secara purposive. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 40 petani yakni 20 petani yang petani padi sawah yang memperoleh dana bantuan program optimasi lahan dan 20 petani yang tidak memperoleh dana bantuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Bantuan Program Optimasi Lahan diberikan cukup efektif dengan rata-rata terbobot 3,17. Tidak ada perbedaan produksi yang nyata antara petani petani padi sawah yang memperoleh dana bantuan program optimasi lahan dengan petani yang tidak memperoleh dana bantuan . Tidak ada perbedaan yang nyata pendapatan yang nyata antara petani padi sawah yang memperoleh dana bantuan program optimasi lahan dengan petani yang tidak memperoleh dana bantuan.
1 1.1Latar Belakang
Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun
demikian, tiap tahun penduduk yang tidak cukup makan makin banyak jumlahnya.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian
sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Karena Indonesia
merupakan salah satu negara agraris yang mengekspor dan mengimpor produk
pangan terbesar di dunia. Perkembangan pertanian di Indonesia apabila ditelusuri
dari waktu ke waktu mengalami berbagai pasang surut. Bidang pertanian sebagai
dasar perekonomian kerakyatan yang pada awalnya sangat diandalkan dalam
menopang sendi-sendi pembangunan bangsa, pada akhirnya mengalami berbagai
gejolak permasalahan. Keadaan pertanian di Indonesia tidak lepas dari
unsur-unsur penguasaan tanah sebagai faktor produksi yang penting dan berpengaruh
luas terhadap tingkat kemakmuran rakyat (Husodo, 2004).
Menurut Husodo (2004), sektor pertanian memiliki 4 fungsi yang sangat
fundamental bagi pembangunan suatu bangsa, yaitu:
1) Mencukupi pangan dalam negeri,
2) Penyediaan lapangan kerja dan berusaha,
3) Penyediaan bahan baku untuk industri, dan
Berdasarkan Sensus Pertanian 2013, jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian
(RTP) mengalami penurunan sebesar 10,77% , ditambah lagi Perusahaan
Pertanian mengalami penurunan sebesar 9,89% (Badan Pusat Statistik, 2013).
Permasalahan sumberdaya lahan di Indonesia memiliki perspektif yang sangat
luas dan kompleks. Secara nasional, penggunaan lahan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia, walaupun telah banyak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap produksi pertanian melalui manajemen lahan yang lebih baik,
akan tetapi tidak sedikit permasalahan yang ditimbulkan telah memberikan
pengaruh yang kurang menguntungkan terhadap keadaan lingkungan secara luas
karena miss-management dalam penggunaan lahannya.
Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah: (1) degradasi dan kerusakan lahan, (2)
konversi lahan pertanian produktif ke penggunaan non-pertanian, serta (3)
disparitas dan fragmentasi penguasaan/pemilikan lahan, yang secara keseluruhan
telah berdampak pada kondisi sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat yang
pada akhirnya dapat menghambat kegiatan produksi dalam sistem pertanian
berkelanjutan. Karena itu aspek manajemen sumberdaya lahan menjadi penting.
Pada umumnya, lahan di daerah tropis termasuk Indonesia, ditinjau dari tingkat
kesuburannya – dapat dikategorikan sebagai lahan dengan kesuburan yang rendah.
Artinya, tanah pada lahan yang akan diusahakan untuk pertanian perlu dikelola
dengan baik (Arsyad dan Ernan, 2008).
Peranan pertanian dalam perekonomian di negara kita terutama sebagai penghasil
bahan makanan yang makin bervariasi mengikuti permintaan dari sektor lain yang
makin besar, sebagai penghasil bahan baku dan pasar hasil non pertanian, sebagai
investasi, dan sebagai sumber pemasok tenaga kerja. Tanaman pangan yang
banyak diusahakan oleh rumah tangga petani adalah padi sebagai penghasil beras.
Di Indonesia beras merupakan mata dagangan yang sangat penting sebab beras
merupakan bahan makanan pokok dan merupakan sumber kalori bagi sebagian
besar penduduk dan situasi beras secara tidak langsung dapat mempengaruhi
konsumsi barang lain (Darwanto, 1998).
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi
tanaman pangan khususnya padi dan palawija di Sumatera Utara. Daerah ini
sangat subur dan banyak penduduknya menggantungkan pekerjaannya dari hasil
pertanian, sehingga peran sektor ini sangat penting. Sektor pertanian dengan
segala kelebihan dan kekurangannya masih menjadi tumpuan masyarakat sebagai
mata pencaharian utama dan masih sebagai sektor andalan. Hasil pertanian
tanaman pangan merupakan komoditi yang sangat strategis karena menyangkut
Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah di Sumatera Utara Tahun 2013
No Kabupaten/Kota Luas Panen (ha)
27 Tanjungbalai
Dalam rangka mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan, kementerian
pertanian mengupayakan kegiatan optimasi lahan sawah untuk meningkatkan
indeks pertanaman (IP) dan produktivitas padi. Kegiatan optimasi lahan
merupakan kegiatan pendukung usaha pertanian, sehingga target swasembada
beras dapat terpenuhi (Anonimous, 2014).
Permintaan terhadap bahan pangan senantiasa mengalami kenaikan seiring dengan
pertumbuhan penduduk, sedangkan luas lahan pertanian tanaman pangan terbatas.
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi yaitu dengan melakukan kegiatan
optimasi lahan. Optimasi lahan dilakukan dengan meningkatkan Indeks
Pertanaman (IP). Daerah yang mendapat bantuan dana bantuan program optimasi
lahan tanaman pangan harus memiliki persyaratan yaitu komoditasnya harus padi
dengan Indeks Pertanaman (IP) ≤ 200. Yang dimaksud dengan Indeks Pertanaman
(IP) ≤ 200 adalah intensitas pertanaman padi kurang atau sama dengan dua kali
dalam setahun. Meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) bertujuan untuk
meningkatkan produksi padi.
Dana bantuan program optimasi lahan yang diberikan selanjutkan akan dikelola
oleh kelompok tani yang bersangkutan. Dana tersebut akan didistribusikan untuk
kepentingan-kepentingan yang mendukung program optimasi lahan, misalnya
membeli faktor-faktor produksi seperti pupuk, bibit, pestisida, dan alat mesin
pertanian dalam mendukung peningkatan Indeks Pertanaman (IP).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Analisis
Meningkatkan Produksi Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten
Serdang Bedagai.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana distribusi dana bantuan program optimasi lahan dalam
meningkatkan produksi padi sawah di daerah penelitian?
2. Bagaimana efektivitas pemberian dana bantuan program optimasi lahan dalam
meningkatkan produksi padi sawah di daerah penelitian?
3. Bagaimana perbandingan peningkatan produksi bagi petani yang mendapatkan
dana bantuan program optimasi lahan dengan yang tidak mendapatkan dana
bantuan di daerah penelitian?
4. Bagaimana perbandingan peningkatan pendapatan bagi petani yang
mendapatkan dana bantuan program optimasi lahan dengan yang tidak
mendapatkan dana bantuan di daerah penelitian?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk menganalisis distribusi dana bantuan program optimasi lahan dalam
meningkatkan produksi padi sawah di daerah penelitian.
2. Untuk menganalisis efektivitas pemberian dana bantuan program optimasi
3. Untuk menganalisis perbandingan peningkatan produksi bagi petani yang
mendapatkan dana bantuan program optimasi lahan dengan yang tidak
mendapatkan dana bantuan di daerah penelitian.
4. Untuk menganalisis perbandingan peningkatan pendapatan bagi petani yang
mendapatkan dana bantuan program optimasi lahan dengan yang tidak
mendapatkan dana bantuan di daerah penelitian.
1.4Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka manfaat penelitian ini
adalah:
1. Sebagai sumber informasi ilmiah bagi pihak pemerintah.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan bagi pihak
pemerintah dalam merumuskan kebijakan terhadap sektor pertanian Kabupaten
Serdang Bedagai.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya berhubungan
8 2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Lahan
Lahan memiliki arti lebih luas daripada makna tanah mengingat tanah hanya
merupakan salah satu aspek dari lahan. Proses perubahan pemanfaatan sifatnya
cukup kompleks dimana mekanisme perubahannya melibatkan beberapa kekuatan
seperti kekuatan pasar, sistem administratif yang dikembangkan oleh pemerintah
dan juga kepentingan politik (Darwis, 2008).
Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya
ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status lahan
tersebut. Termasuk disini lahan yang terdaftar di Pajak Hasil Bumi, Iuran
Pembangunan Daerah, lahan bengkok, lahan serobotan, lahan rawa yang ditanami
padi dan lahan-lahan bukaan baru. Lahan sawah mencakup sawah pengairan,
tadah hujan, sawah pasang surut, rembesan, lebak dan lain sebagainya
(Anonimous, 2015).
Menurut Hanafie (2010), berdasarkan topografi kemiringannya lahan terbagi
menjadi empat:
1) Lahan dengan lereng 0-3% : datar, termasuk rawa-rawa, untuk tanaman padi
atau perkebunan kelapa,
2) Lahan dengan lereng 3-8% : baik untuk tanaman setahun tertentu apabila
3) Lahan dengan lereng 8-15% : baik untuk tanaman rumput sehingga cocok
untuk daerah peternakan,
4) Lahan dengan lereng >15% : baik untuk tanaman kayu sehingga cocok
dijadikan perkebunan atau kehutanan.
Mutu lahan memiliki pengaruh terhadap nilai gizi pangan, jika lahan tidak subur
maka jumlah pangan yang dihasilkan akan sedikit. Jika lahan subur dan kaya akan
zat hara, airnya cukup, keadaan iklim baik, dan persyaratan tumbuh lainnya
terpenuhi, maka hasil tanamnya akan melimpah. Karena cara pengusahaan lahan
yang tidak baik di beberapa daerah, tanah akan kehilangan zat hara yang
diperlukan tanaman. Kalau hal ini terjadi, perlakuan pemupukan dengan jumlah
zat hara yang tepat perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi. Akan tetapi
walaupun kemampuan lahan untuk berproduksi dapat ditingkatkan atau
diturunkan dengan jalan merubah keadaan, perlakuan, atau buruh yang digunakan,
kisaran hasil pada sebidang lahan tentu ada batasnya. Jika lahan pertanian baru
menjadi langka atau kalau produksi dan pendapatan pada bidang usahatani yang
ada sekarang menurun, perhatian yang lebih banyak harus diberikan untuk
meningkatkan hasil lahan. Dengan hal demikian, penggunaan pupuk dan anjuran
lainnya memegang peranan penting dalam kegiatan pertanian (Harper, 2006).
2.1.2 Optimasi Lahan
Menurut Anonimous (2014), optimasi lahan pertanian merupakan usaha
meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan pertanian menjadi lahan usahatani
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan melalui upaya perbaikan dan
peningkatan daya dukung lahan, sehingga dapat menjadi lahan usahatani yang
kriteria lahan usahatani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan
dari aspek teknis, perbaikan fisik dan kimiawi tanah, serta peningkatan
infrastruktur usahatani yang diperlukan. Kegiatan optimasi lahan diarahkan untuk
menunjang terwujudnya ketahanan pangan dan antisipasi kerawanan pangan.
Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan optimasi lahan adalah:
1) Memanfaatkan lahan yang sementara tidak diusahakan menjadi lahan pertanian
produktif dan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) untuk memperluas areal
tanam,
2) Mendukung Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN),
3) Meningkatkan produksi pertanian, khususnya padi untuk mendukung surplus
10 juta ton beras,
4) Meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan pertanian,
5) Memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di pedesaan.
Sasaran kegiatan optimasi lahan diarahkan untuk :
1) Mendukung sub sektor pangan, komoditasnya harus padi pada lahan dengan
Indeks Pertanaman (IP) ≤ 200,
2) Mendukung sub sektor hortikultura, diarahkan pada lahan komoditi
hortikultura yang belum optimal (komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran),
3) Mendukung sub sektor perkebunan, diarahkan pada lahan perkebunan rakyat
yang produktivitas dan jumlah populasi tanamannya rendah,
Program optimasi lahan yang dilakukan dengan meningkatkan Indeks Pertanaman
tanaman. Indeks Pertanaman (IP) menunjukkan kekerapan atau intensitas
meningkatkan produksi dalam menghadapi masalah peningkatan kebutuhan
tanaman tersebut, penciutan lahan, dan keterbatasan lahan. Lahan kering dan
lahan padi sawah dapat dimaksimalkan penggunaannya dengan peningkatan IP.
Peningkatan IP dapat dilakukan dengan cara mempersingkat proses produksi dan
meniadakan waktu lowong antara musim tanam. Adapun indeks pertanaman pada
sawah masih rendah yaitu satu atau dua kali tanam per tahun (Anonimous, 2009).
Menurut Hanafie (2010), teknologi usahatani merupakan salah satu cara
melakukan usahatani, yang meliputi cara menyebar benih, memelihara tanaman,
memungut hasil, dan memelihara ternak. Juga termasuk benih, pupuk, pestisida,
perkakas, alat, dan sumber tenaga. Meningkatnya produksi pertanian merupakan
salah satu efek dari penggunaan teknik dan metode dalam usahatani yang
senantiasa berubah.
Sistem pertanian khususnya bidang tanaman pangan sangat membutuhkan
ketersediaan lahan potensial. Ketersediaan lahan yang cukup untuk usaha
pertanian merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan peran sektor pertanian
secara berkelanjutan, terutama dalam perannya mewujudkan ketahanan dan
kedaulatan pangan secara nasional. Penyediaan lahan pertanian berkaitan dengan
kapasitas produksi pangan yang ditentukan oleh luas lahan produksi, produktivitas
lahan, tingkat konsumsi pangan (ketergantungan terhadap beras), laju luasan
konversi, dan jumlah penduduk. Pada dasarnya mengalokasikan penyediaan lahan
potensial untuk lahan pertanian tanaman pangan sangat perlu dilakukan. Tapi
bukan hanya sekedar pemenuhan target lahan, yang terpenting adalah bagaimana
2.1.3 Efektivitas
Menurut Hidayat (1986), efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Efektif merupakan suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah
tercapai. Dimana semakin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi
efektivitasnya.
Menurut The Liang Gie (1967), efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi
sebagai akibat dari yang dikehendaki, jika seseorang melakukan sesuatu dengan
maksud tertentu dan memang dikehendakinya, maka dia dikatakan efektif apabila
mencapai maksudnya. Dapat disimpulkan bahwa suatu hal dikatakan efektif
apabila hal tersebut sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Pada program optimasi lahan, efektivitas pemberian dana bantuan dapat dilihat
dari beberapa sudut pandang, yaitu tepat jumlah (jumlah dana yang diberikan) ,
tepat sasaran (kepada siapa dana tersebut diberikan), dan tepat waktu (kapan dana
tersebut diberikan) dan tepat guna (untuk apa dana tersebut digunakan).
2.1.4 Pupuk
Menurut Lingga (2008), pupuk merupakan salah satu kunci dari kesuburan tanah
karena berisi satu atau lebih unsur yang habis terisap tanaman. Petani dan pupuk
sudah menyatu, petani kerap kali enggan tidak memberikan pupuk ketika
menanam seuatu. Bagi mereka, pupuk sudah menjadi sebuah jaminan agar
tanaman dapat tumbuh subur dengan hasil yang melimpah, namun hasil yang
diperoleh tak selamanya bagus. Petani kerap kali mengalami kegagalan, hal ini
tepat, harus memerhatikam beberapa hal misalnya dosis penggunaan pupuk, cara
pemakaian, dan khasiatnya bagi tanaman harus diketahui terlebih dahulu sebelum
memakai pupuk tersebut.
2.1.5 Bibit
Bibit merupakan komponen teknologi produksi yang sangat penting untuk
mendapatkan tingkat produksi yang optimal. Bibit merupakan tumbuhan muda
yang sangat menentukan untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya. Untuk tanaman
padi sawah, penggunaan bibit dengan umur dan jumlah yang tepat perlu
diperhatikan (Kamil, 1982).
Bibit adalah benih yang telah berkecambah atau bertunas. Menurut Peraturan
Menteri Pertanian No. 23/Permentan/SR.120/2/2007 benih padi yang bersertifikat
menjamin beberapa hal, yaitu keaslian / kemurnian varietas, daya tumbuh yang
baik, dan masa pakai (expired product) diketahui dengan pasti, sehingga lebih
terjamin. Jaminan kualitas benih padi bersertifikat adalah benih belum kadaluarsa,
daya tumbuh minimal 80%, kadar air 10% – 13%, kandungan kotoran maksimal
2%, dan kemurnian varietas minimal 98%. Dengan kualitas yang baik, tanaman
padi akan tumbuh lebih seragam, sehingga memaksimalkan hasil saat dipanen.
Untuk memperoleh produksi yang maksimal, usaha yang baik harus dimulai sejak
awal. Selain penggunaan benih bersertifikat, perlakuan benih saat akan
disemaikan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan awal bibit padi.
2.1.6 Pestisida
Menurut PP No. 7 Tahun 1973 pestisida adalah semua bahan racun yang
ternak, dan sebagainya yang dibudidayakan oleh manusia untuk kesejahteraan
hidup. Pestisida dipergunakan untuk memberantas hama dan penyakit yang
merusak tanaman, memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu (gulma),
mematikan daun dan pertumbuhan yang tidak diinginkan, memberantas atau
mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak, dan memberantas
atau mencegah hama-hama air.
Menurut PP RI No.6 tahun 1995, pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau
senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan lain, serta
mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman.
Menurut Depkes (2004), pestisida kesehatan masyarakat adalah pestisida yang
digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular (serangga, tikus) atau
untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat kerja, tempat
umum lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat penyimpanan/pergudangan.
Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena sifatnya (fisik dan kimia) dan atau
karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan
lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk diedarkan, disimpan dan
digunakan secara terbatas.
2.1.7 Alat Mesin Pertanian
Menurut Anonimous (2015), alsintan atau alat dan mesin pertanian adalah sebutan
yang digunakan untuk menyebut alat-alat atau mesin yang digunakan dalam
bidang pertanian. Pada zaman dahulu, ketika manusia masih hidup di zaman
purba tapi sudah mengenal pola bercocok tanam, alat pertanian yang mereka
untuk bercocok tanam, manusia mencari kemudahan-kemudahaan dengan
menciptakan alat yang bisa mempemudah proses bertani atau bercocok tanam.
Dan alat yang di ciptakan untuk tujuan pertanian ini kemudian di kenal dengan
istilah Alat dan mesin pertanian.
Alat dan mesin pertanian sesungguhnya mempunyai pengertian yang sangat jauh
berbeda. Alsintan adalah dua kata yang di satukan. Berasal dari istilah alat
pertanian dan mesin pertanian. Keduanya, baik alat maupun mesin mempunyai
perbedaan dalam bentuk, tenaga pengerak dan proses yang dilakukan. Alat
pertanian mempunyai bentuk dan mekanisme yang sederhana, dijalankan secara
manual dan proses yang dilakukan sedikit. Sedangkan mesin pertanian bentuk dan
mekanismenya sangat kompleks, bekerja secara otomatis dan hasil proses yang di
kerjakan sangat banyak.
Berikut ini adalah contoh alat-alat dan mesin pertanian yang sekarang banyak di
gunakan di tingkat petani dari yang sederhana dan manual hingga yang modern
dan otomatis.
Tabel 2. Alat dan Mesin Pertanian
Proses yang Dikerjakan Alat Pertanian Mesin Pertanian
Membalik Tanah Cangkul Traktor
Memotong Rumput Sabit Sabit Bergerigi
Menyiram Tanaman Ember/Gembor Power Sprayer
Menanam Biji Kayu Tugal Mesin Tugal
Sumber :
Alat dan mesin pertanian telah digunakan dalam usaha tani tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan peternakan. Penggunaan alat dan mesin pertanian
telah dirasakan manfaatnya oleh petani khususnya tanaman pangan dalam
khususnya di daerah intensifikasi. Namun demikian jumlah alat dan mesin
pertanian masih sangat sedikit dibanding dengan luas lahan yang ada
(Anonimous, 2015).
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Usahatani
Menurut Vink (1984), ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
norma-norma yang digunakan untuk mengatur usahatani agar memperoleh pendapatan
yang setinggi-tingginya.
Ilmu usahatani biasa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk
tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif
bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dengan
sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut
menghasilkan pengeluaran yang melebihi masukan (Soekartawi, 1995).
Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari
bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu
usaha pertanian, peternakan, atau perikanan. Selain itu uga dapat diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada
usaha pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati oleh petani/peternak tersebut (Prawirokusumo, 1990).
Menurut Tohir (1983), dalam usahatani sering ditemui istilah intensif dan
ekstensif yang tidak mudah untuk menentukannya karena tidak memiliki
tenaga kerja dan atau modal per satuan luas. Suatu usahatani intensif dapat dilihat
dari tiap kegiatannya, misalnya pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman.
Contoh usahatani intensif adalah jika seorang petani menggarap tanah sesuai
dengan kebutuhan sampai siap untuk ditanami jagung, menggunakan pupuk awal,
bibit unggul, melakukan penyiangan dan pemupukan periodik. Tiga setengah
bulan kemudian, petani tersebut panen dan diperoleh hasil 12 ku per satuan luas.
Suatu usahatani dikatakan ekstensif jika usahatani tersebut tidak banyak
menggunakan tenaga kerja atau modal per satuan luas. Sebagai contoh usahatani
ekstensif adalah jika seorang petani menggarap tanah ala kadarnya, lalu menebar
bibit, biji-bijian (jagung). Setelah itu lahan dibiarkan saja. Tiga setengah bulan
kemudian, petani tersebut datang untuk memanen dan memperoleh hasil 2 ku per
satuan luas. Dapat disimpulkan bahwa karena penggunaannya intensif, yaitu
menggunakan tenaga dan modal lebih banyak maka diperoleh hasil yang lebih
banyak pula.
2.2.2 Pendapatan
Menurut Soekartawi (1999), biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani
dalam proses produksi, dihitung dalam rupiah per satuan luas lahan (Ha).
Sedangkan pendapatan dapat dihitung dengan mengurangi nilai output total
(penerimaan) dengan nilai input (biaya). Dapat disimpulkan bahwa pendapatan
adalah selisih antara penerimaan dan total biaya. Persamaan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan:
Pd : Pendapatan
TR : Total Penerimaan
TC : Total Biaya
2.3 Penelitian Terdahulu
Agustira (2004) tentang “Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi Pada
Usahatani Padi Sawah Di Kabupaten Deli Serdang”. Metode Penentuan sampel
yang digunakan dengan metode acak berlapis atau strata (stratified random
sampling), berdasarkan strata luas lahan sebanyak 30 sampel yaitu Strata I dengan
luas lahan < 0,5 Ha sebanyak 20 orang dan Strata II yaitu dengan luas lahan
sebanyak 10 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Input-input produksi
yang digunakan petani padi sawah di daerah penelitian meliputi penggunaan
lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk SP 36, pupuk KCl, pupuk ZA,
insektisida, herbisida, dan fungisida. Penggunaan input produksi mempengaruhi
81,6% produksi padi sawah di daerah penelitian, dan secara serempak
berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah. Sedangkan secara parsial, input
produksi yang berpengaruh adalah penggunaan pupuk urea dan pupuk SP 36,
sedangkan input produksi yang lain pupuk KCl, pupuk ZA, insektisida, herbisida,
dan fungisida tidak berpengaruh secara nyata. Penggunaan semua input produksi
oleh petani belum optimal sehingga perlu dilakukan penambahan penggunaan
input produksi di daerah penelitian.
BPTP Sulawesi Tengah (2009) dalam “Kajian Peningkatan Intensitas Tanaman
Padi Sawah Di Sulawesi Tengah (APBN)”. Indeks Pertanaman Padi bahkan bisa
Padi 400) merupakan pilihan menjanjikan guna meningkatkan produksi padi
nasional tanpa memerlukan tambahan irigasi luar biasa. IP Padi 400 artinya petani
dapat panen padi empat kali setahun di lokasi yang sama. Konsekuensi
pengembangan IP Padi 400, diperlukan empat pilar pendukung. Pertama, produksi
benih super genjah dengan umur kurang dari 80 hari. Kedua, dukungan
pengendalian hama terpadu (PHT). Ketiga, pengelolaan hara terpadu. Keempat,
manajemen tanam dan panen yang efisien. IP Padi 400 dapat memecah kejenuhan
peningkatan produksi (levelling off) dalam peningkatan produksi beras nasional
(P2BN), bahkan Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan lahan yang
sama sampai 25 bahkan 50 tahun mendatang. Pertimbangannya, para pemulia
tanaman (breeder) Indonesia berhasil mengubah padi berumur 180 hari (6 bulan)
dengan produksi 2-3 ton/ha menjadi berumur 105 hari dengan produktivitas 6-8
ton/ha seperti padi lokal beras meras Aek Sibundong varietas lokal Sumatera
Utara. Melalui persilangan konvensional, marka molekuler, iradiasi para pemulia
dapat memperpendek umur padi 105 hari menjadi kurang dari 80 hari dengan
produktivitas yang sama. Saat ini Balai Besar Penelitian Padi Badan Litbang
Pertanian telah memiliki galur (calon varietas) dengan umur 85 hari meski
produktivitasnya masih di bawah lima ton.
Lungguk (2011) tentang “Analisis Luas Lahan Minimum Untuk Peningkatan
Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang”. Metode Penentuan sampel yang digunakan
dengan metode acak berlapis atau strata (stratified random sampling), metode
analisis data adalah analisis usahatani dan analisis deskriptif. Hasil penelitian
bervariasi pada masing-masing strata. Rata-rata luas lahan petani di daerah
penelitian berkisar antara 0,35 Ha sampai dengan 1,38 Ha dan rata-rata
pendapatan petani berkisar antara Rp 617.650 sampai dengan Rp 2.906.900 per
bulan. Pola pengeluaran petani berdasarkan pengeluaran terbanyak digunakan
pada kebutuhan makanan. Luas lahan minimum yang harus diusahakan petani
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya di daerah penelitian adalah 0,96 Ha.
Azrul (2014) tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
Usahatani Padi Sawah Petani Penyewa Lahan di Desa Pematang Sijonam
Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”. Metode pengambilan
sampel dilakukan secara purposive, artinya pengambilan sampel dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang.
Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda. Adapun hasil
penelitian yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas usahatani padi
sawah petani penyewa lahan di Desa Pematang Sijonam adalah umur (X1), bibit
(X2), lama berusahatani (X3), dan pupuk (X4). Nilai koefisien determinasi (R2)
diperoleh sebesar 0,426. Koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa
produktivitas padi sawah (Y) dapat dijelaskan oleh variabel umur (X1), bibit (X2),
lama berusahatani (X3), dan pupuk (X4) sebesar 43%, sedangkan sisanya sebesar
57% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Secara serempak faktor umur, bibit, lama
berusahatani dan pupuk, berpengaruh nyata terhadap produktivitas pai sawah
petani penyewa lahan. Secara parsial faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas ushatani padi sawah petani penyewa lahan adalah bibit, sedangkan
umur, lama berusahatani, dan pupuk tidak mempengaruhi produktvitas usahatani
2.4 Kerangka Pemikiran
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah sentra produksi beras di
Provinsi Sumatera Utara. Banyak penduduk yang memilki mata pencaharian
sebagai petani, khususnya petani padi sawah. Seiring bertambahnya jumlah
penduduk, hasil produksi yang tetap dari tiap tahunnya dianggap belum mampu
memenuhi kebutuhan pangan penduduk, sedangkan untuk melakukan perluasan
areal tanaman pangan memiliki kemungkinan kecil untuk dilakukan disebabkan
oleh beberapa faktor. Maka dari itu program optimasi lahan dilakukan untuk
meningkatkan produksi padi sawah. Program optimasi lahan dilakukan dengan
cara meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan produktivitas lahan.
Dinas Pertanian memberikan dana bantuan program optimasi lahan kepada
kelompok tani, selanjutnya petani akan menggunakan dana bantuan tersebut untuk
kepentingan yang mendukung program optimasi lahan, misalnya membeli pupuk,
bibit, pestisida, dan alat mesin pertanian yang mendukung peningkatan Indeks
Pertanaman (IP). Efektif atau tidaknya dana bantuan tersebut dapat dilihat dari
Secara sistematika kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
: menyatakan hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Padi Sawah
Tidak Memperoleh Dana Bantuan Program Optimasi
Lahan Memperoleh Dana
Bantuan Program Optimasi Lahan
Indeks Pertanaman Indeks
Pertanaman
Produktivitas
Pendapatan Distribusi Dana
Efektivitas
2.4 Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan peningkatan produksi bagi petani yang mendapatkan
dana bantuan program optimasi lahan dengan yang tidak mendapatkan dana
bantuan di daerah penelitian.
2. Terdapat perbedaan peningkatan pendapatan bagi petani yang mendapatkan
dana bantuan program optimasi lahan dengan yang tidak mendapatkan dana
24 3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian
Tabel 3. Luas Area Optimasi Lahan Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2015
No. Kabupaten/Kota Luas Area Optimasi Lahan (Ha)
1 Asahan 726
13 Tapanuli Selatan 3580
14 Tapanuli Tengah 1830
15 Tapanuli Utara 1425
16 Toba Samosir 1630
17 Pakpak Barat 1230
18 Humbang Hasundutan 800
19 Samosir 1270
20 Serdang Bedagai 2960
21 Padang Lawas 1450
22 Batu Bara 2770
23 Padang Lawas Utara 2900
24 Pematang Siantar 1090
25 Padang Sidempuan 1120
26 Medan 560
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2015
Penelitian dilakukan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), purposive
tertentu. Daerah penelitian dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa
Kecamatan Perbaungan merupakan salah satu daerah terluas yang menjalankan
program optimasi lahan di Sumatera Utara.
Tabel 4. Lokasi Kegiatan Pengembangan Optimasi Lahan Tanaman Pangan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014
No Kabupaten Kecamatan Desa / Kelurahan 1. Serdang Bedagai 1. Bandar Khalipah 1. Gelam Sei Serimah
2. Dolok Marsihul 1. Batu 13 2. Hutanauli 3. Pantai Cermin 1. Kuala Lama 4. Perbaungan 1. Tualang 5. Sei Bamban 1. Sei Bamban 6. Sei Rampah 1. Silau Rakyat 7. Tanjung Beringin 1. Pematang Terang 8. Tebing Tinggi 1. Paya Lombang 9. Teluk Mengkudu 1. Pematang Kuala
2. Pematang Guntung
Jumlah 9 11
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, 2015
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah Metode Purposive (dilakukan secara sengaja) tetapi dengan pertimbangan
tertentu (Wirartha, 2006).
Pertimbangan dalam penelitian ini adalah jumlah populasi petani padi sawah
anggota kelompok tani yang menerima dana bantuan program optimasi lahan
sebanyak 141 orang, dari jumlah tersebut diambil sampel sebanyak 20 orang
petani yang menerima dana bantuan program optimasi lahan dan 20 orang petani
padi sawah yang tidak menerima dana bantuan program optimasi lahan. Maka
jumlah keseluruhan sampel adalah 40 orang petani padi sawah di Kecamatan
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui wawancara kepada responden
dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dibuat terlebih
dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
sumber-sumber lain yang relevan, seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Dinas
Pertanian Provinsi Sumatera Utara dan dari instansi terkait lainnya yang dapat
mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menyelesaikan masalah (1), dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif, yaitu dengan menganalisis distribusi dana dana bantuan program
optimasi lahan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
Untuk menyelesaikan masalah (2), dianalisis dengan menggunakan metode
analisis teknis penskalaan likert, yaitu untuk mengetahui pendapat petani dalam
menyikapi efektivitas dana bantuan program optimasi lahan.
Menurut Sugiyono (2010), skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang
kejadian atau gejala sosial.
Skala ini diukur oleh para peneliti dengan mengajukan beberapa pernyataan
kepada responden. Kemudian responden diminta untuk menjawab dengan
menggunakan skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju,
Dalam identifikasi masalah ini, efektivitas tersebut diukur berdasarkan tepat
sasaran, tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat guna untuk mengetahui efektivitas
dana bantuan program optimasi lahan.
1. Tepat Sasaran
Pemberian dana bantuan program optimasi lahan sesuai dengan sasaran yaitu
petani padi sawah yang membutuhkan bantuan untuk meningkatkan produksi
padi.
2. Tepat Waktu
Pemberian dana bantuan program optimasi lahan sesuai dengan masa tanam
petani padi sawah.
3. Tepat Jumlah
Jumlah dana bantuan program optimasi lahan yang diberikan kepada petani
sesuai dengan kebutuhan petani untuk meningkatkan produksi padi sawah.
4. Tepat Guna
Penggunaan dana bantuan program optimasi lahan yang diberikan kepada
petani padi sawah untuk meningkatkan produksi padi sawah (Silalahi,2013).
Untuk pernyataan efektivitas dana bantuan program optimasi lahan tersebut, dapat
diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban dengan kategori sebagai
berikut:
Tabel 5. Kategori Jawaban Pernyataan Efektivitas Dana Bantuan Program Optimasi Lahan
No Kategori Jawaban Skor
1 SS(Sangat Setuju) 5
2 S (Setuju) 4
3 N (Netral) 3
4 TS (Tidak Setuju) 2
Dalam analisis tabulasi sederhana, data yang diperoleh diolah ke bentuk
persentase dengan rumus:
P = fi x 100%
Ʃfi
Dimana:
P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu
fi = Jumlah responden yang memilih kategori tertentu Ʃfi = Banyaknya jumlah responden
Skor jawaban responden dari pertanyaan yang diberikan, diberi bobot. Cara
menghitung rata-rata terbobot adalah dengan menjumlahkan seluruh hasil kali
nilai masing-masing bobotnya dengan frekuensinya, kemudian dibagi dengan
jumlah total frekuensi. Rumus penghitungnya:
X = Ʃ fi . wi
Ʃ fi
Dimana:
X = Rata-rata terbobot
fi = Frekuensi
wi = Bobot
Setelah rata-rata terbobotnya diketahui, digunakan rentang skala penilaian untuk
menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan nilai skor setiap
variabel. Rentang skala dihitung dengan menggunakan rumus:
Rs = R (bobot)
Dimana:
Rs = Rentang skala
R (bobot) = bobot terbesar-bobot terkecil
M = banyaknya kategori bobot
Rentang skala Likert yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5 hingga 1, maka
rentang skala penliaian yang didapat adalah:
Rs = 5-1 = 0,8
5
Sehingga diperoleh rentang skala sebagai berikut:
STE = Sangat Tidak Efektif (masuk skala 1,00-1,80)
TE = Tidak Efektif (masuk skala 1,80-2,60)
N = Cukup Efektif (masuk skala 2,60-3,40)
E = Efektif (masuk skala 3,40-4,20)
SE = Sangat Efektif (masuk skala 4,20-5,00)
(Durianto, 2003)
Untuk menyelesaikan identifikasi masalah (3) dianalisis dengan menggunakan uji
rata-rata (Compare Means) karena berasal dari dua variabel yang berbeda maka
uji beda rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah independent test
untuk mengetahui perbedaan antara produksi padi sawah petani yang memperoleh
dana bantuan program optimasi lahan dengan produksi padi sawah petani yang
tidak memperoleh dana bantuan program optimasi lahan di Kecamatan
t = X1 – X2
sX1 – X2
Keterangan :
X1 : Rata-rata variabel 1
X2 : Rata-rata variabel 2
sX1 – X2 : Rata-rata standar deviasi variabel atau kekeliruan baku
apabila N1 = N2 maka untuk menghitung sX1 – X2 digunakan rumus sebagai
berikut :
sX1 – X2 = �
∑ �12− (∑ �1)2
� +∑ �22− (∑ ��2)2
� (�−1)
Keterangan :
sX1 – X2 : Rata-rata standar deviasi variabel atau kekeliruan baku
X1 : Variabel 1
X2 : Variabel 2
N : Jumlah Sampel
N1 : Jumlah Sampel untuk Variabel 1
N2 : Jumlah Sampel untuk Variabel 2
Kriteria uji :
thit > ttabel , maka H0 diterima H1 ditolak
thit < ttabel, maka H0 ditolak H1 diterima,
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif, dan
menggunakan model T-test mean compare untuk mengetahui perbedaan yang
signifikan antara produksi padi sawah petani yang memperoleh dana bantuan
program optimasi lahan dengan produksi padi sawah petani yang tidak
memperoleh dana bantuan program optimasi lahan di Kecamatan Perbaungan
Kabupaten Serdang Bedagai. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan
alat bantu software spss 17.
Dengan kriteria uji :
1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- table
- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka H0 ditolak
- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka H0 diterima
2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)
- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima
- Jika nilai Signifikansi < α maka H0 ditolak
Identifikasi masalah (4) dianalisis dengan menggunakan uji rata-rata (Compare
Means) karena berasal dari dua variabel yang berbeda maka uji beda rata-rata
yang digunakan dalam penelitian ini adalah independent test untuk mengetahui
perbedaan pendapatan antara padi sawah petani yang memperoleh dana bantuan
program optimasi lahan dengan padi sawah petani yang tidak memperoleh dana
bantuan program optimasi lahan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang
Bedagai, dengan rumus sebagai berikut:
t = X1 – X2
Keterangan :
X1 : Rata-rata variabel 1
X2 : Rata-rata variabel 2
sX1 – X2 : Rata-rata standar deviasi variabel atau kekeliruan baku
apabila N1 = N2 maka untuk menghitung sX1 – X2 digunakan rumus sebagai
berikut :
sX1 – X2 = �
∑ �12− (∑ �1)2
� +∑ �22−
(∑ �2)2
�
� (�−1)
Keterangan :
sX1 – X2 : Rata-rata standar deviasi variabel atau kekeliruan baku
X1 : Variabel 1
X2 : Variabel 2
N : Jumlah Sampel
N1 : Jumlah Sampel untuk Variabel 1
N2 : Jumlah Sampel untuk Variabel 2
Kriteria uji :
thit > ttabel , maka H0 diterima H1 ditolak
thit < ttabel, maka H0 ditolak H1 diterima,
dengan formulasi H0 dan H1 (Ritonga, 2004).
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan kualitatif, dan
menggunakan model T-test mean compare untuk mengetahui perbedaan yang
signifikan antara pendapatan padi sawah petani yang memperoleh dana bantuan
memperoleh dana bantuan program optimasi lahan di Kecamatan Perbaungan
Kabupaten Serdang Bedagai, dengan rumus sebagai berikut. Pengolahan data
digunakan dengan menggunakan alat bantu software spss 17.
Dengan kriteria uji :
1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- table
- t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka H0 ditolak
- t-hitung < t-tabel α/2 (n-p), maka H0 diterima
2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α =0,05)
- Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima
- Jika nilai Signifikansi <
Dimana pendapatan dihitung dengan menggunakan rumus berikut: α maka H0 ditolak
1. Penerimaan
TR = Y . Py
Keterangan:
TR (Total Revenue) = Total Penerimaan (Rp)
Y = Jumlah Produksi Padi Sawah (Kg)
Py = Harga Jual Padi Sawah (Rp)
2. Biaya
TC = FC + VC
Keterangan:
TC (Total Cost) = Jumlah Biaya (Rp)
FC (Fixed Cost) = Biaya Tetap (Rp)
3. Pendapatan
I = TR-TC
Keterangan:
I (Income) = Pendapatan (Rp)
TR (Total Revenue) = Total Penerimaan (Rp)
TC (Total Cost) = Jumlah Biaya (Rp)
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Defenisi dan batasan operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk
menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiran dan pengertian.
Maka digunakan defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:
3.5.1 Defenisi
1. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang , saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami
padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status lahan
tersebut
2. Optimasi lahan pertanian merupakan program dari pemerintah dalam usaha
meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan pertanian menjadi lahan
usahatani tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan melalui upaya
perbaikan dan peningkatan daya dukung lahan, sehingga dapat menjadi lahan
usahatani yang lebih produktif.
3. Indeks Pertanaman atau Intensitas Pertanaman (IP) menunjukkan kekerapan
atau intensitas pertanaman pada sebidang lahan.
4. Jumlah produksi padi sawah adalah hasil yang diperoleh dari usahatani padi
5. Produktivitas adalah produksi padi sawah per satuan luas lahan (kg/Ha).
6. Distribusi dana bantuan program optimasi lahan adalah penyaluran dana
bantuan program optimasi lahan yang digunakan untuk membeli pupuk, bibit,
pestisida, dan alat mesin pertanian.
7. Efektivitas pemberian dana bantuan program optimasi lahan dapat dilihat dari
tepat jumlah, tepat sasaran, dan tepat waktu.
8. Sampel adalah petani padi sawah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten
Serdang Bedagai.
9. Pupuk merupakan salah satu kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu
atau lebih unsur yang habis terisap tanaman.
10. Bibit merupakan komponen teknologi produksi yang sangat penting untuk
mendapatkan tingkat produksi yang optimal.
11. Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh
organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak, dan sebagainya yang
dibudidayakan oleh manusia untuk kesejahteraan hidup.
12. Alsintan atau alat dan mesin pertanian adalah sebutan yang digunakan untuk
menyebut alat-alat atau mesin yang digunakan dalam bidang pertanian.
13. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan total biaya.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah petani padisawah di kecamatan
perbaungan yang menerima dana bantuan program optimasi lahan dan yang
tidak menerima dana bantuan program optimasi lahan.
36 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
Berikut ini adalah deskripsi daerah penelitian:
4.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Kecamatan Perbaungan
Kecamatan Perbaungan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di
Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Perbaungan
memiliki luas wilayah 111.260 km2, terdiri dari 24 desa dan 4 kelurahan. Desa
terluas pada Kecamatan Perbaungan adalah Desa Adolina yang memiliki luas
wilayah 16,74 km2 atau 15 persen dari luas Kecamatan Perbaungan. Sedangkan
desa yang terkecil pada Kecamatan Perbaungan adalah Sei Buluh dengan luas
1,23 km2 atau 1,10 persen dari luas wilayah Kecamatan Perbaungan.
Kecamatan Perbaungan terletak lebih kurang 65 meter diatas permukaan laut.
Adapun batas wilayah Kecamatan Perbaungan adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pegajahan
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli
Serdang
4.1.2 Pemerintahan
Tabel 6. Luas Wilayah dan Persentase terhadap Luas Kecamatan Tahun 2014
No Desa/Kelurahan
Luas Wilayah
(km2)
Persentase Terhadap Luas Kecamatan (%)
Sumber : Kecamatan Perbaungan dalam Angka, 2014
Pemerintah Kecamatan Perbaungan dipimpin oleh seorang Camat yang
membawai 24 desa yang dipimpin Kepala Desa dan 4 kelurahan yang dipimpin
oleh Lurah, juga terdiri dari 194 RW yang dipimpin oleh ketua RW dan 463 RT
Desa yang memiliki dusun/lingkungan terbanyak adalah Desa Melati II yaitu
terdapat 23 dusun. Adapun Desa Tanjung Buluh, Desa Deli Muda Hulu, dan Desa
Melati I merupakan desa yang memiliki dusun/lingkungan terkecil masing-masing
2 dusun/lingkungan.
4.1.3 Penduduk dan Tenaga Kerja
Penduduk Kecamatan Perbaungan sebanyak 101.899 jiwa, merupakan salah satu
kecamatan yang terdapat penduduknya di Kabupaten Serdang Bedagai, dimana
terdiri dari 51.036 jiwa laki-laki dan 50.853 perempuan. Dengan luas wilayah
111,620 km2 dan jumlah penduduk 101.899 jiwa, maka rata0rata kepadatan
penduduk Kecamatan Perbaungan mencapai 913 jiwa/km2. Namun persebaran
kepadatan penduduk antar desa tidak begitu merata. Terlihat dari Desa Simpang
Tiga Pekan yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi yaitu 6.521
jiwa/km2, sedangkan bila dibandingkan dengan Desa Tanjung Buluh memiliki
kepadatan penduduk paling sedikit yaitu 45 jiwa/km2.
Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kecamatan Perbaungan sekitar 100,36
persen. Yang berarti dalam setiap 100 penduduk perempuan terdaoat 100
penduduk laki-laki. Rata-rata banyak rumah tangga di Kecamatan Perbaungan
adalah 4 orang. Desa Citaman Jernih dan Desa Kota Galuh merupakan desa yang
memiliki rata-rata anggota rumah tangga 5 orang. Sedangkan lainnya rata-rata
Tabel 7. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Perbaungan Tahun 2013
No Desa/Kelurahan Luas Wilayah
(km2)
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2013
No Desa/Kelurahan
Penduduk
Rasio jenis Kelamin Laki-laki
Sumber : Kecamatan Perbaungan dalam Angka, 2014
4.1.4 Sosial
Sarana pendidikan di Kecamatan perbaungan terdapat 43 unit SD Negeri, 5 unit
SD Swasta, 3 unit SMP Negeri, 12 unit SMP Swasta, 2 unit SMA Negeri, 7 unit
Kecamatan Perbaungan memiliki sarana kesehatan yaitu : 4 unit rumah sakit, 4
unit rumah sakit bersalin, 20 rumah bersalin, 11 unit poliklinik, 2 unit puskesmas,
1 unit puskesmas pembantu, 10 unit balai pengobatan, 15 unit tempat praktek
dokter, 13 unit polindes, 14 unit apotek, 6 unit toko obat dan 31 unit praktek
bidan. Jumlah tenaga kerja medis yang tersedia sebanyak 17 orang dokter, 76
orang bidan, 29 orang bidan, 25 orang dukun bayi dan 533 orang paramedis.
Sarana ibadah di Kecamatan Perbaungan terdapat 71 unit mesjid, 115 unit
musholla, 17 unit gereja, dan 5 unit vihara yang tersebar di wilayah Kecaatan
Perbaungan.
Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk Kecamatan perbaungan terdiri dari
berbagai profesi.
Tabel 9. Distribusi Penduduk menurut Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa)
1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 823
2 ABRI / Polri 100
3 Karyawan 4817
4 Wiraswasta 13701
5 Jasa 3010
6 Tani 12813
7 Nelayan 226
8 Buruh 10678
9 Lainnya 8890
Jumlah 55058
Sumber : Kecamatan Perbaungan dalam Angka, 2014
4.1.5. Pertanian
Kecamatan Perbaungan memiliki potensi yang luas di bidang pertanian dengan
luas lahan 12.158 Ha, tanah sawah 5.535 Ha dan tanah kering 6.623 Ha yang
Adapun luas lahan sawah yang diusahakan untuk tanaman padi sebagai berikut:
irigasi teknis 3.796 Ha, irigasi non teknis 1.612 Ha, lahan pertanian bukan sawah
2.473 Ha, dan lahan non pertanian 4.157 Ha.
Luas penggunaan lahan kering yang luasnya 8.504 ha dipergunakan sebagai
berikut : untuk ladang / tegal / kebun tanaman rakyat 2.519 Ha dan perumahan /
lainnya sebesar 2.437 Ha.
Selain sektor pertanian, Kecamatan Perbaungan juga memiliki sektpr peternakan
berupa sapi potong jantan sejumlah 865 ekor, dan sapi potong betina sejumlah
383 ekor. Selain itu populasi ternak kecil di Kecamatan Perbaungan tercatat
yakni: babi 257 ekor, domba 7.103 ekor, kambing 4.635 ekor, dan kelimci 423
ekor.
4.2 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang menerima dana
bantuan program optimasi lahan di Kelurahan Tualang dan petani padi sawah
yang tidak menerima dana bantuan program optimasi lahan di Desa Melati II.
Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 40 orang petani padi sawah,
yang terdiri dari 20 petani padi sawah yang menerima dana bantuan optimasi
lahan di Kelurahan Tualang dan 20 petani padi sawah yang tidak menerima dana
bantuan program optimasi lahan di Desa Melati II. Karakteristik responden yang
diperlukan dalam penelitian meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah