• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA

PENGASUHAN BALITA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PADANG BULAN

MEDAN

Novita Susanti

145102178

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS

KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Medan Tahun 2015

ABSTRAK Novita Susanti

Latar belakang : Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak dalam mencapai kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya. Pola pengasuhan balita di pengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui lebih jauh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan balita .

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik dalam pengambilan sampel ini adalah dengan menggunakan Teknik Total Sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah adalah semua ibu-ibu yang mempunyai balita di Puskesmas yang berjumlah 85 orang. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan.

Hasil : Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua yang diterapkan sebagian besar berkategori pola asuh otoriter sebanyak 49 orang (57,6%).

Kesimpulan : Kesimpulan penelitian ini adalah pola asuh yang diterapkan orang tua bukan menjadi faktor utama yang mempengaruhi pola pengasuhan balita. Saran hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada orang tua tentang pengasuhan balita.

(6)

ii

Factors That AffectParenting Toddlers In Puskesmas Medan Padang Bulan Year 2015

ABSTRACT Novita Susanti

Background : Parenting parents is how parents treat children, educate, guide and discipline children in attaining maturity so that the efforts to establish norms expected by society at large. Parenting toddlers is influenced by many factors, one of which is education, job retention and revenue.

Research Purposes : To learn more about the factors that affect parenting toddlers. Methodology : This study used a descriptive design with Cross Sectional approach. The sampling technique in this is to use the Total Sampling Technique. The population in this experiment are all mothers who have children in health centers amounted to 85 people. This research was conducted in Puskesmas Medan Padang Bulan.

Result : Statistical test results of this study showed that parenting parents applied largely categorized authoritarian parenting as much as 49 people (57.6%).

Conclusion : The conclusion of this study is applied parenting parents not be a major factor affecting parenting toddlers. Suggestions results of this study can be memberikn information to parents about parenting toddlers.

(7)

iii

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015”. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes selaku dosen pembimbing dalam penyusunan proposal, yang telah membimbing peneliti hingga proposal penelitian ini dapat selesai.

4. dr. Christoffel L Tobing, SpOG selaku dosen penguji I.

5. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji II.

6. Seluruh Dosen, Staff dan Pegawai Administrasi program D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.

(8)

iv

tercinta Sulastri yang selalu memberikan semangat buat saya. Terima Kasih atas do’a dan restu dari Almarhum Ayah dan Ibu Tercinta yang selalu membimbing saya ke jalan-Nya.

8. Rekan – rekan mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan, semangat dan masukan kepada peneliti.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, agar menjadi lebih baik dan bermanfaat. Atas segala bantuan dan didikan yang peneliti terima, peneliti hanya dapat berdoa semoga kiranya mendapat imbalan dan rahmat dari Allah SWT.

Medan, 06 Juli 2015 Peneliti

(9)

v

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Balita ... 6

(10)

vi

2. Mengasuh Dan Membimbing Anak Umur 1,5 - 3 Tahun . 14

3. Mengasuh Dan Membimbing Anak Umur 3 – 6 Tahun .... 16

D. Ada 9 Kesalahan Dalam Mengasuh Anak ... 17

E. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Pada Pembentukan Kepribadian Anak ... . 21

1. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Yang Bekerja Dengan Yang Tidak Bekerja ... 21

2. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Yang Berpendidikan Tinggi Dengan Yang Berpendidikan Rendah ... 21

3. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Ekonomi Rendah Dan Menengah Ke Bawah ... 22

F. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh ... 24

1. Pendidikan ... 24

2. Pekerjaan ... 25

3. Pendapatan ... 25

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 26

B. Defenisi Operasional ... 27

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Tempat Penelitian ... 29

D. Waktu Penelitian ... 30

E. Aspek Pengukuran ... 30

F. Pertimbangan Etik Penelitian ... 30

G. Instrumen Penelitian ... 31

H. Uji Validitas ... 32

I. Cara Pengumpulan Data ... 32

J. Metode Pengolahan Data ... 33

(11)

vii

A. Hasil Penelitian ... 34 1. Analisis Univariat ... 34 1.1 Distribusi Karakteristik Responden ... 34 1.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Pengasuhan

Balita ... 35 B. Pembahasan ... 36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 38 B. Saran ... 38

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Defenisi Operasional ... 27

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015 ... 34 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Pengasuhan Balita Di

(13)

ix

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Universitas Sumatera Utara Fakultas Keperawatan .

Lampiran 2 : Surat Balasan Dinas Kesehatan Puskesmas Padang Bulan Medan.

Lampiran 3 : Lampiran Persetujuan Menjadi Responden.

Lampiran 4 : Kuisioner Penelitian.

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

(15)

i

Medan Tahun 2015

ABSTRAK Novita Susanti

Latar belakang : Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak dalam mencapai kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya. Pola pengasuhan balita di pengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui lebih jauh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan balita .

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik dalam pengambilan sampel ini adalah dengan menggunakan Teknik Total Sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah adalah semua ibu-ibu yang mempunyai balita di Puskesmas yang berjumlah 85 orang. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan.

Hasil : Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua yang diterapkan sebagian besar berkategori pola asuh otoriter sebanyak 49 orang (57,6%).

Kesimpulan : Kesimpulan penelitian ini adalah pola asuh yang diterapkan orang tua bukan menjadi faktor utama yang mempengaruhi pola pengasuhan balita. Saran hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada orang tua tentang pengasuhan balita.

(16)

ii

Factors That AffectParenting Toddlers In Puskesmas Medan Padang Bulan Year 2015

ABSTRACT Novita Susanti

Background : Parenting parents is how parents treat children, educate, guide and discipline children in attaining maturity so that the efforts to establish norms expected by society at large. Parenting toddlers is influenced by many factors, one of which is education, job retention and revenue.

Research Purposes : To learn more about the factors that affect parenting toddlers. Methodology : This study used a descriptive design with Cross Sectional approach. The sampling technique in this is to use the Total Sampling Technique. The population in this experiment are all mothers who have children in health centers amounted to 85 people. This research was conducted in Puskesmas Medan Padang Bulan.

Result : Statistical test results of this study showed that parenting parents applied largely categorized authoritarian parenting as much as 49 people (57.6%).

Conclusion : The conclusion of this study is applied parenting parents not be a major factor affecting parenting toddlers. Suggestions results of this study can be memberikn information to parents about parenting toddlers.

(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya Kesehatan dilakukan sejak anak masih dalam kandungan sampai lima tahun pertama untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, sekaligus meningkatkan kualitas anak agar mencapai tumbuh kembang yang optimal (Depkes, 2005).

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu proses yang panjang dan berkesinambungan, harus dimulai sejak dini, yaitu sejak manusia masih dalam kandungan. Dalam mempersiapkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas, terampil, produktif dan kreatif yang akan meneruskan pembangunan bangsa harus lebih memperhatikan aspek tumbuh kembang balita, sehingga dalam jangka panjag tercipta kesehatan bangsa Indonesia secara nyata (Depkes RI, 2010).

(18)

2

konsisten. Pola asuh pelindung membentuk anak menjadi penakut, tidak percaya diri, merasa khawatir, ragu, tidak mandiri dan bila anak berontak akan melakukan semua larangan orang tua . Pola asuh menuntut bila anak gagal memenuhi tuntutan orang tua anak akan mengalami frustasi diikuti rasa bersalah dan dosa serta bila anak berontak maka akan sengaja menggagalkan diri (Markum, 2007).

Perbedaan sifat dan perilaku anak menimbulkan respon orang tua yang berbeda sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh anak terhadap orang tua mempunyai peran yang sama pentingnya dengan pengaruh orang tua terhadap anak. Keadaan perilaku akan mempengaruhi pola tumbuh kembang, perilaku yang sudah tertanam pada masa anak akan terbawa dalam masa kehidupan selanjutnya. Perubahan perilaku dan bentuk perilaku yang terjadi akibat pengaruh berbagai faktor lingkungan yang akan mempunyai dampak luas terhadap sosialisasi dan disiplin anak (Markum, 2007).

(19)

akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinsiatif, gemar menentang, suka melanggar norma-norma, berkepribadian lemah, cemas, dan terkesan menarik diri. Serta pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang implusif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri (Dewi, 2013).

Menurut Dewi L (2013) dari penelitian yang dilakukan di PG-TK Terpadu Gabungan Tanon Sragen pada 15 Desember 2012 terdapat 32 murid. Melalui wawancara dengan beberapa orang tua murid didapatkan data mengenai karakteristik pola asuh. Dari 9 orang tua yang dilakukan wawancara terdapat 4 keluarga yaang menerapkan pola asuh yang otoriter dengan keluhan anak sering marah tanpa alasan, perasaan takut atau kecemasan berlebihan, menghindari teman-temannya. 3 keluarga yang menerapkan pola asuh permisif mengeluh anaknya suka melanggar dan membantah, mudah teralih perhatiannya , nafsu makan berkurang dan terkadang sulit tidur. Sedangkan 2 orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis mengeluh anaknya terkadang suka mengompol dan dekat dengan orang tuanya. Hal tersebut merupakan salah satu diantara permasalahan perilaku pada anak yang dapat mengalami masalah mental emosional dimana salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pola asuh orang tua.

(20)

4

Daerah perkotaan sedikit lebih tinggi pola asuh anaknya daripada daerah pedesaan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah di atas maka rumusan penelitian ini adalah “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan, meningkatkan wawasan, serta salah satu persyaratan untuk kelulusan dari D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU di Medan dan mengaplikasi ilmu yang diperoleh selama perkuliahan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

(21)

3. Bagi Responden

Untuk memberikan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan balita sehingga tercapailah pola asuh yang baik

4. Bagi Tempat Penelitian

(22)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Balita 1. Definisi Balita

Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan berat badan naik 2x berat badan lahir, dan 3x berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa prasekolah dengan kenaikan berat badan kurang lebih 2 kg pertahun, kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir (Septiari, 2012).

Balita merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan, dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan, dan perkembangan fisik contohnya kordinasi motorik halus dan motorik kasar juga kecerdasan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh anak. Usia balita dibagi dalam 3 tahap yaitu masa sebelum lahir, masa bayi, dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahap tersebut banyak terjadi perubahan, baik fisik maupun psikologi yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pembagian menurut tahapan tersebut sangat bergantung pada faktor sosial yaitu tuntutan, dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang harus dilampau anak dari lingkungannya (Septiari, 2012).

2. Karakteristik Balita

(23)

2. Anak usia prasekolah 3-5 tahun.

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan orang tua. Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Tetapi perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh sebab itu pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering (Septiari, 2012).

Pada usia prasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup. Pada fase ini anak mencapai fase gemar memprotes. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan (Septiari, 2012).

B. Pola Pengasuhan

1. Definisi Pola Pengasuhan

Pola pengasuhan adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap, dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik dan mental, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga dan masyarakat, dan lain sebagainya (Soekirman, 2000).

(24)

8

hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya (Casmini, 2007).

Sebenarnya, pola asuh hanya mengacu kepada dua kompenen, yaitu kasih sayang dan tuntutan. Kasih sayang orang tua dalam mengasuh anak akan mengarah pada pengembangan pribadi anak, kemampuan untuk merasa bahagia, mengekspresikan kasih sayang kepada orang lain, serta mencintai dan bangga terhadap dirinya sendiri. Di lain pihak, tuntutan adalah cara orang tua mengarahkan anak untuk menuju kedewasaan atau menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab, disiplin, persisten, dan konsisten . Itulah sebabnya, sangat penting bagi orang tua untuk memahami pola asuh yang benar dan memiliki kemampuan pengasuhan yang baik (Noe’man, 2012).

2. Tujuan Pengasuhan

Selain menetapkan impian masa depan tentang keluarga secara bersamaan, orang tua juga perlu menetapkan tujuan pengasuhan. Tujuan pengasuhan adalah hasil (output) yang orang tua inginkan untuk anak. Secara umum, ada tiga tingkatan tujuan pengasuhan (Noe’man, 2012) :

1. Orang tua ingin menumbuhkan anak yang tangguh dan memiliki spritualitas yang tinggi.

2. Orang tua ingin menumbuhkan anak yang berprilaku baik.

(25)

3. Peran Orang Tua 1. Peran Ibu

b. Menumbuh perasaan mencintai dan mengasihi pada anak melalui interaksi yang lebih melibatkan sentuhan lembut dan kasih sayang. c. Menumbuhkan kemampuan berbahasa pada anak melalui kegiatan

bercerita dan mendogeng serta kegiatan yang lebih dekat ke anak, yakni berbicara dari hati ke hati pada anak.

d. Mengajarkan tentang jenis kelamin perempuan tentang perilaku seorang perempuan baik – baik sesuai ajaran agama (Noe’man, 2012).

2. Peran Ayah

a. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kompetensi pada anak melalui kegiatan bermain yang lebih melibatkan fisik, baik di dalam maupun di luar ruangan.

b. Menumbuhkan kebutuhan akan hasrat berpretasi pada anak melalui berbagai kisah tentang cita – cita.

c. Mengajarkan tentang peran jenis kelamin laki-laki, tentang perilaku seorang laki – laki yang sesuai dengan ajaran agama (Noe’man, 2012).

4. Jenis - Jenis Pola Asuh

(26)

10

1. Pola Asuh Otoriter adalah tipe pengasuhan dengan tuntutan yang tinggi, tidak fleksibel atau kaku, tidak responsif, mendesak anak mengikuti arahan-arahan orang tua, penerapan hukuman, dan menghargai kerja keras. Orang tua tipe ini menempatkan batasan-batasan dan kontrol yang tegas pada anak, sangat menekankan pada kepatuhan, dan mengharapkan aturan-aturan mereka dipatuhi tanpa adanya penjelasan. Biasanya, mereka hanya sedikit terlibat dalam komunikasi dengan anak, tidak ada kompromi maupun negosiasi, serta tidak banyak memberikan penjelasan mengenai aturan ataupun tindakan orang tua (Noe’man, 2012) .

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter, biasanya menyediakan lingkungan yang telah terstruktur dan disertai tata tertib. Ciri utama dari pola asuh ini adalah arahan dari tuntutan yang tinggi serta harapan yang tidak fleksibel dan tidak responsif. Orang tua yang otoriter menganggap pengekspresian emosi bukanlah prioritas. Oleh karena itu, mereka jarang menunjukkan empati serta membantu anak dalam mengekspresikan emosinya secara tepat. Mereka juga tidak mendorong anak untuk memerhatikan perasaaan dan keyakinan yang dimiliki anak, ataupun membantu anak berpikir secara fleksibel mengenai solusi-solusi terhadap masalah (Noe’man, 2012).

(27)
(28)

12

3. Pola Asuh Permisif adalah pengasuhan yang lebih mengedepankan kasih sayang, tetapi tidak memberi batasan berupa tuntutan. Orang tua yang permisif, biasanya sangat toleran, lembut, dan tidak menuntut anak untuk berperilaku matang, mandiri, atau bertanggung jawab. Mereka lebih suka menghindari konfrontasi dengan anak dan membiarkan anak melakukan semua hal yang disukainya. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini akan memiliki kemampuan yang sangat rendah mengontrol diri dan cenderung menuntut setiap keinginannya. Kelak, ketika dewasa, anak-anak permisif akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginannya, termasuk dengan dengan korupsi, menindas orang lain, atau berbagai bentuk kejahatan lainnya (Noe’man, 2012).

(29)

Dari keempat jenis pola asuh di atas, orang tua tentu sepakat bahwa pola asuh demokratis adalah yang paling baik untuk diterapkan. Adapun ciri utama pola asuh demokratis, yaitu sebagai berikut:

a. Orang tua suportif dan komunikatif.

b. Orang tua menerapkan disiplin yang konsisten. c. Orang tua mengawasi.

d. Orang tua membantu anak untuk mengembangkan kesadaran, pengekspresian dan kontrol emosional (Noe’man, 2012).

C. Prinsip Dalam Mengasuh Dan Membimbing Anak

Anak perlu di asuh, dan dibimbing karena mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan itu merupakan suatu proses. Agar pertumbuhan dan perkembangan berjalan sebaik-baiknya anak perlu di asuh dan dibimbing oleh orang dewasa, terutama dalam lingkungan kehidupan keluarga. Peran orang tua adalah menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak ke arah yang positif (Septiari, 2012).

1. Mengasuh Dan Membimbing Anak Umur 0 – 1,5 Tahun. a. Ciri dan tuntutan perkembangan :

• Memperoleh rasa aman dan rasa percaya dari lingkungan merupakan dasar yang penting dalam hubungan anak dengan lingkungannya.

(30)

14

a. Sikap orang tua

• Penuh kasih sayang dalam merawat, dan mengasuh akan menimbulkan perasaan aman serta percaya pada bayi.

• Kesiapan ibu pada setiap saat dibutuhkan oleh bayi, juga menimbulkan rasa aman dan percaya pada bayi.

• Berilah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Jangan terlalu ketat dengan jadwal pemberian makanan. Karena setiap bayi mempunyai kebutuhan berbeda.

• Bila ibu terpaksa memberikan susu botol, perlakukanlah seperti bayi minum ASI, yaitu dengan cara memeluknya (Septiari, 2012). b. Gangguan atau penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini

• Kesulitan makan.

• Mudah terangsang , marah, tersinggung.

• Menolak segala sesuatu yang baru (Septiari, 2012). 2. Mengasuh Dan Membimbing Anak Umur 1,5 – 3 Tahun.

a. Ciri dan tuntutan perkembangan

• Anak akan bergerak dan berbuat sesuatu sesuai dengan kemampuannya sendiri. Sehingga dia seolah-olah ingin mencoba apa yang dapat dilakukannya.

• Anak dapat menuntut atau menolak apa yang dia kehendaki atau tidak dia kehendaki.

(31)

terbentuknya rasa yakin pada diri dan harga diri pada kemudian hari (Septiari, 2012).

b. Sikap orang tua

• Doronglah agar anak dapat bergerak bebas dan berlatih melakukan hal-hal yang diperkirakan mampu dia kerjakan, sehingga akan menumbuhkan rasa kemampuan diri. Namun harus bersikap tegas untuk melindungi dari bahaya, karena dorongan anak berbuat belum diimbangi oleh kemampuan untuk melaksanakannya secara wajar dan rasional.

• Usahakan agar anak mau bermain dengan anak lainnya. Dengan demikian dia akan belajar bagaimana mengikuti aturan permainan. Tetapi jangan lupa bahwa dalam bermain atau berhubungan dengan orang lain, anak masih bersifat egois yaitu mementingkan diri sendiri, dan memperlakukan orang lain sebagai obyek atau benda sesuai dengan kemauannya sendiri. • Banyaklah berbicara dengan anak dalam kalimat pendek yang

mudah dimengerti (Septiari, 2012).

c. Gangguan atau penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini. • Kesulitan makan.

• Suka ngambek atau tempertantrum.

• Tingkah laku yang menentang dan keras kepala.

(32)

16

3. Mengasuh Dan Membimbing Anak Umur 3 – 6 Tahun. a. Ciri dan tuntutan perkembangan

• Anak bersifat ingin tahu, banyak bertanya berbagai macam dan meniru kegiatan disekitarnya.

• Anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama, dan menunjukkan inisiatif untuk mengerjakan sesuatu, tetapi dia tidak mementingkn hasilnya. Pengalaman dalam melakukan aktivitas ini amat penting artinya bagi anak.

• Sering kali kita melihat bahwa anak cenderung berpindah-pindah dan meninggalkan tugas yang diberikan kepadanya untuk melakukan yang lain. Hal ini dapat menimbulkan krisis baru karena hal itu bertentangan dengan lingkungan yang semakin menuntut, sehingga anak mengalami kekecewaan (Septiari, 2012). b. Sikap orang tua

• Berilah kesempatan anak untuk menyalurkan inisiatifnya sehingga dia mendapat kesempatan untuk membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan itu.

• Ikut sertakan anak dalam aktivitas keluarga misalnya menyapu, berbelanja ke pasar, memasak, atau membetulkan mainan yang rusak.

• Dengar dan hargailah pendapat serta usul yang dikemukakan oleh anak.

(33)

• Kesulitan belajar.

• Masalah di sekolah (masalah pergaulan dengan teman).

• Anak pasif dan takut serta kurang kemauan dan kurang inisiatif (Septiari, 2012).

D. Ada 9 Kesalahan Dalam Mengasuh Anak Balita

Berikut ini ada kesalahan yang umum dilakukan orang tua kepada anak balitanya (Septiari, 2012) :

1. Tidak Konsisten

Anak balita harus mulai belajar mengenai konsekuensi sejak awal. Dia harus mengetahui apa yang akan didapatkan jika tidak pergi mandi atau tidur pada waktu seharusnya. Semakin konsisten dan dapat ditebak apa yang akan dia alami jika peraturan tidak dipatuhi, semakin mudah anak untuk diajak bekerja sama.

2. Terlalu Fokus Pada Waktu Keluarga

(34)

18

3. Terlalu Sering Menawarkan Bantuan

Beberapa orang tua menganggap si anak balita masih seperti bayi yang belum mengerti banyak hal, sehingga mereka lebih sering memberikan bantuan kepada anaknya, itu berarti dia tidak bisa melakukannya sendiri. Dengan kata lain anak tidak kompeten. Orang tua yang menawarkan terlalu banyak bantuan kepada nak balitanya dapat menyabotase kemampuan anak untuk percaya akan kemampuan dirinya sendiri.

4. Terlalu Banyak Bicara

Perlu diingat bahwa anak balita bukanlah orang dewasa dalam tubuh kecil. Mereka belum paham bagaimana cara berfikir dalam logika. Bayangkan, jika anak berusia 2 tahun meminta kue, dan orang tua menjawab “tidak”, kemudian si anak merengek, si ibu menjelaskan sudah saatnya makan malam, si ibu pun menarik kuenya lalu mencoba menjelaskan lagi, si anak merampas lalu yang seharusnya dilakukan orang tua adalah setelah memberitahu si anak untuk melakukan sesuatu, jangan memaksa untuk menjelaskan segalanya atau mencoba melakukan kontak mata. Jika si anak tidak mau mematuhi berikan peringatan dengan kata-kata sedikit atau hitung hingga 3. Jika si anak masih melanggar lakukan time out atau konsekuensi langsung tanpa memberi penjelasan.

5. Hanya Menghidangkan Makanan Khusus Anak

(35)

kebiasaan. Cobalah mengajak anak mengkonsumsi apa yang anda makan di meja makan, jika seharusnya sudah siap makan-makanan berat. Banyak anak yang sudah mau mencoba makanan baru jika dia melihat ayah atau ibunya menikmati makanan itu. Jika dia menolaknya. Cobalah sodorkan kembali. Beberapa anak balita harus mencoba banyak tipe makanan sehingga mereka memutuskan menyukai makanan itu.

6. Terlalu Dini Menyingkirkan Tempat Tidur Bayi

Tempat tidur khusus bayi bukan hanya dibuat untuk menjaga keamanan si bayi saat tertidur, tetapi juga untuk membuat kebiasaan tidur yang sehat. Saat anak terlalu dini dipindahkan ke tempat tidur, mereka dapat menjadi sulit tidur, kadang dipenghujung malam mereka datang ke kamar orang tuanya minta untuk ditemani. Saat yang tepat memindahkan anak ke tempat tidur besar adalah saat dia sudah mulai memanjat ingin keluar dari tempat tidurnya atau saat dia sudah meminta keluar dari tempat tidurnya atau saat dia sudah meminta keluar dari tempat tidurnya tersebut. Kebanyakan anak sudah siap pindah diantara rentang usia 2-3 tahun.

7. Memulai Latihan Menggunakan Toilet Terlalu Awal

(36)

langkah-20

langkahnya, tunjukkan toilet kepada anak, beritahulah fungsinya, dan cara penggunaannya, berilah pujian jika si anak mau mencoba menggunakannya. Umumnya anak sudah siap melakukan toilet training pada umur 2 tahun. Tetapi setiap anak berbedah karena kemajuan tumbuh kembang anak yang satu dengan yang lain tidak sama, ada yang tumbuh kembangnya lambat, dan ada juga yang cepat. Sebagai orang tua haruslah perka terhadap anak apakah dia sudah siap atu belum menggunakan toilet, jadi janganlah terlalu memaksa anak untuk dapat melakukannya.

8. Tidak Membatassi Jam Menonton Televisi

Banyak anak balita menghabiskan waktunya untuk menonton televisi. Hal ini dapat membuatnya sulit untuk belajar. Kebanyakan anak dibawah usia 2 tahun belum paham apa yang ditayangkan di televisi atau di monitor komputer. Cobalah membuat si kecil sibuk dengan kegiatan lain seperti membaca bersama atau kegiatan kreatif lainnya. Cobalah lakukan perbincangan dan mendengarkan agar si anak kecil bisa belajar berkomunikasi.

9. Mencoba Menghentikan Rengekan Besar

(37)

E. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Pada Pembentukan Kepribadian Anak 1.Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Yang Bekerja Dengan Yang Tidak

Bekerja.

Pada kenyataan sekarang ini adalah berkurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal ini mengakibatkan terbatasnya interaksi antara anak dengan kedua orang tuanya. Keadaan ini biasanya terjadi pada keluarga-keluarga muda yang semuanya bekerja. Anak-anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya karena keduanya sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sedangkan pada usia ini anak sangat membutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama untuk perkembangan kepribadiannya. Anak yang ditinggal orang tuanya dan hanya tinggal dengan seorang pengasuh yang dibayar oleh orang tua untuk menjaga dan mengasuh, belum tentu si anak mendapatkan pengasuhan yang baik sesuai perkembangannya dari seorang pengasuh. Anak yang ditingggal kedua orang tuanya bekerja cenderung bersifat manja. Biasanya orang tua akan merasa bersalah terhadap anak karena telah meninggalkan seharian. Sehingga orang tua perkembangan kepribadian anak selanjutnya. Kurangnya perhatian dari kedua orang tua akan mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar baik dilingkungan sekolah, dengan teman sebaya maupun dengan orang tua pada saat mereka ada di rumah (Septiari, 2012).

2.Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Yang Berpendidikan Tinggi Dengan Yang Berpendidikan Rendah.

(38)

22

belakang pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpindidikan tinggi umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak khususnya untuk pembentukan kepribadian yang baik bagi anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya dapat mengajarkan sopan – santun kepada orang lain, baik dalam berbicara ataupun dalam hal lain. Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Dalam pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan memperhatikan tingkat perkembangan anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam, dan tidak mengetahui tingkat perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang dan dalam tahap apa anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya dan cara mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya. Anak dengan pola asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang kurang baik (Septiari, 2012).

3.Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Ekonomi Rendah & Menengah Ke Bawah.

(39)

menengah ke atas dalam pengasuhannya biasanya orang tua memanjakan anak. Apapun yang diinginkan oleh anak akan dipenuhi orang tua. Segala kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang tua. Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas materi. Perhatian dan kasih sayang orang tua diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak (Septiari, 2012).

(40)

24

F. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh 1.Pendidikan

Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahan-bahan atau materi pendidikan kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna mencapai perubahan tingkah laku atau tujuan. Pendidikan berkaitan dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya. Sikap individu pada umumnya menginginkan pendidikan, makin banyak dan makin tinggi pendidikan seseorang maka makin baik tingkat pengetahuan yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan adalah jenjang sekolah yang pernah diikuti oleh seseorang, dimana jenjang tersebut telah diatur menurut umur oleh dinas terkait dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan Nasional. Jenjang pendidikan yang telah diperbaharui sekarang ini adalah jenjang pendidikan dasar dari tidak sekolah, sekolah dasar sampai dengan sekolah lanjutan pertama, jenjang pendidikan menengah yaitu sekolah menengah atas sederajat serta jenjang pendidikan tinggi meliputi perguruan tinggi dan sederajat (Azwar, 2005).

(41)

2. Pekerjaan

Ibu-ibu yang bekerja dari pagi sampai sore tidak memiliki waktu yang cukup bagi anak-anak dan keluarga. Dalam hal ini ibu mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian ibu dituntut tanggung jawabnya kepada suami dan anak-anaknya, khususnya memelihara anak. Keadaan yang demikian dapat mempengaruhi keadaan keluarga khususnya anak balita dan usia sekolah. Ibu-ibu yang bekerja tidak mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta kurang perhatian dan pengasuhan kepada anak (Jus’at, 2000).

3. Pendapatan

Pendapatan merupakan penghasilan seseorang atau keluarga yang diperoleh dari sebuah kegiatan baik dilakukan di rumah atau di luar rumah (Setiawan, 2003). Pendapatan menentukan besarnya pengeluaran sebuah keluarga baik untuk pangan maupun non pangan. Semua aktivitas yang berhubungan dengan pengeluaran dalam sebuah keluarga akan berimbas pada pendapatan. Semakin tinggi pendapatan maka diyakini akan semakin baik pula tingkat kesejahteraan keluarga tersebut demikian sebaliknya (Hardiansyah, 2007). Menurut Upah Minimum regional (UMR) provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 pendapatan dikategorikan:

(42)

26

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 2010).

Adapun kerangka konsep untuk penelitian dengan judul Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015 seperti dibawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

(43)

B. Defenisi Operasional

Tabel 1

Defenisi Operasional Beberapa Variabel Penelitian

No Variabel

Kuesioner Dengan menghitung

skor dengan 20

pertanyaan.

- Jika jawaban ya,

diberi skor 1

- Jika jawaban tidak,

(44)

28

2. Pekerjaan Kegiatan

menghasilka

n pendapatan

rutin setiap

bulannya.

Kuesioner - Bekerja: (Petani,

PNS,

Karyawan/Pegawai

Swasta,

Berdagang/Wirasw

asta)

- Tidak Bekerja: Ibu

Rumah Tangga

3. Pendapatan Penghasilan

(45)

29

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional yang dilakukan secara bersamaan untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah merupakan seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang mempunyai balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan yang berjumlah 85 orang

2. Sampel

Sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2010). Teknik dalam pengambilan sampel ini adalah dengan menggunakan Teknik Total Sampling sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 85 orang. Dengan kriteria:

a. Ibu yang memiliki balita 1-5 tahun b. Bersedia menjadi responden. C. Tempat Penelitian

(46)

30

Penelitian ini dilakukan pada tangggl 10 April 2015 sampai dengan tanggal 20 Juni 2015.

E. Aspek Pengukuran

Untuk mengukur pola asuh diberikan 20 pertanyaan dimana responden menjawab iya skornya 1, jika tidak skornya 0. Maka pola asuh dibagi menjadi 4 kategori dengan skor dominan tertinggi pada jenis-jenis pola asuh.

1. Pola Asuh Demokratis : jika skor 16 - 20 2. Pola Asuh Otoriter : jika skor 11 - 15 3. Pola Asuh Permisif : jika skor 6 - 10

4. Pola Asuh Abai (Tidak Peduli) : jika skor 1 - 5 F. Pertimbangan Etik Penelitian

(47)

Confidentiality yaitu kerahasiaan informasi responden didalam peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian. G. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner terdiri dari beberapa bagian pertanyaan :

1. Data umum, terdiri dari nomor, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan 2. Pola pengasuhan balita berjumlah 20 soal pertanyaan yaitu: 1, 2, 3, 4 ,5 ,6,

7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20.

3. Pada pembahasan tentang pola asuh otoriter dengan 5 soal pertanyaan yaitu: 1, 2, 3, 4, 5.

4. Pada pembahasan tentang pola asuh demokratis dengan 5 soal pertanyaan. 5. Pada pembahasan tentang pola asuh permisif dengan 5 soal pertanyaan. 6. Pada pembahasan tentang pola asuh abai (tidak peduli) dengan 5 soal

pertanyaan.

7. Pendidikan berjumlah 1 pertanyaan dengan kategori SD, SMP, SMA, Diploma dan Sarjana.

8. Pekerjaan berjumlah 1 pertanyaan dengan kategori bekerja & tidak bekerja.

(48)

32

instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat atau mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2006). H. Uji Validitas

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur . mengukur aspek yang perlu diukur. Semakin tinggi validitas suatu alat test tersebut semakin mengenai sasarannya atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya di ukur. (Azwar, 2007)

Menurut Davies dan Hodnett (2002), besarnya sebuah koefisien menunjukkan bagaimana kesahan sebuah instrumen. Rentang koefisien antara 0,00 sampai 1,00 dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan kriteria ke validan yang lebih besar. Nilai koefisien yang diharapkan 0,70 atau lebih. Uji validitas sudah dilakukan secara content validity kepada ahli dibidang nya. Dalam penelitian ini, peneliti telah berkonsultasi dengan tiga staf pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan, yaitu Betty Mangkuji, SST, M.Keb, Hj Juliani, SST, MARS & Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep. Hasilnya signifikan yaitu 0,91.

I. Cara Pengumpulan Data

(49)

peneliti. Selanjutnya peneliti memeriksa jawaban responden sehingga dalam pengolahan data tidak terjadi kesalahan.

J. Metode Pengolahan Data 1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (Arikunto, 2002) :

a. Editing yaitu melakukan pengecekan terhadap hasil pengisian

kuesioner yang meliputi kelengkapan identitas dan jawaban yang diberikan oleh responden.

b. Coding yaitu memberikan kode jawaban secara angka atau kode

tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana.

c. Transfering yaitu memindahkan jawaban responden ke dalam bentuk

tabel.

d. Tabulating yaitu mengelompokkan responden berdasarkan kategori

yang telah dibuat untuk variabel yang diukur dan ditampilkan ke dalam bentuk tabel.

K. Analisa Data

a. Analisa Univariat

(50)

34

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat,, yang dilakukan menggunakan bantuan program komputer, untuk mencari presentasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan balita.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Hasil distribusi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

a. Distribusi Karakteristik Responden Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan Di Wilayah Kerja Puskesmas

Padang Bulan Medan Tahun 2015

Karakteristik Frekuensi (F)

Perguruan Tinggi (Akademi, Sarjana) 23 27,1

Total 85 100

Pekerjaan

Tidak Bekerja (IRT) 44 51,8

Bekerja (Petani, PNS, Karyawan, Berdagang)

41 48,2

Total 85 100

Pendapatan

Sesuai UMR (Upah Minimum Regional) 36 42,4 Dibawah UMR (Upah Minimum

Regional)

11 12,9

Tidak Ada 38 44,7

(51)

Tabel 5.1. menunjukkan bahwa, berdasarkan pendidikan minoritas berpendidikan perguruan tinggi (Akademi, Sarjana) yaitu 23 orang (27,1%), dan mayoritas berpendidikan menengah (SMA) yaitu 37 orang (43,5%).

Berdasarkan pekerjaan minoritas yang bekerja (Petani, PNS, Karyawan, Berdagang) yaitu 41 orang (48,2%), dan mayoritas yang tidak bekerja (IRT) yaitu 44 0rang (51,8%).

Berdasarkan pendapatan minoritas dibawah UMR (Upah Minimum Regional) yaitu 11 orang (12,9%), dan mayoritas pendapatan tidak ada yaitu 38 orang (44,7%).

b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Pengasuhan Balita Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan

Medan Tahun 2015

Pola Asuh

Frekuensi Presentase

F %

Abai 2 2,4

Permisif 25 29,4

Otoriter 49 57,6

Demokratis 9 10,6

Total 85 100

(52)

36

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian di atas menunjukkan pola asuh balita di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015 adalah sebanyak 49 orang (57,6%) pada pola asuh otoriter.

Pola asuh adalah cara orang tua mendidik anak dan membesarkan anak yang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor budaya, agama, kebiasaan dan kepercayaan, serta kepribadian orang tua (orang tua sendiri atau orang yang mengasuh anak). Macam-macam pola asuh yang biasa di terapkan anatara lain: pelindung, penuntut, dominan, pemanja, permisif, rejektif, pengkritik, tidak konsisten. Pola asuh pelindung membentuk anak menjadi penakut, tidak percaya diri, merasa kwatir, ragu, tidak mandiri dan bila berontak akan melakukan semua larangan orang tua. Pola asuh penuntut bila anak gagal memenuhi tuntutan orang tua anak akan mengalami frustasi diikuti rasa bersalah dan dosa serta bila anak berontak maka akan sengaja menggagalkan diri (Markum, 2007).

Menurut Anita (2013), pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

(53)

melanggar norma-norma, berkepribadian lemah, cemas, dan terkesan menarik diri. Sedangkan pola asuh liberal, orang pola asuh dimana orang tua menerima sikap dan tingkah laku anak, serba memperbolehkan tanpa pengarahan atau perintah. Sehingga anak kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua, serta kebutuhan fisik dan psikis anak menjadi tidak terpenuhi. Pengaruh pola asuh liberal akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang implusif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang matang secara sosial dan kurang percaya diri (Anita, 2013).

Menurut Chalke (2010), pada anak dengan orang tua keduanya bekerja lebih menerapkan pola asuh pemanja maupun pelindung. Karena orang tua merasa tidak banyak waktu sehingga saat berada di rumahorang tua cenderung memperlakukan anak dengan menuruti semua kemauan anak tanpa ada batasan yang jelas. Sedangkan apabila orang tua kurang menginginkan anak, maka orang tua tersebut dapat menerapkan pola asuh rejektif, permisif maupun pola yang tidak konsisten.

(54)

38

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pola asuh orang tua yang diterapkan sebagian besar berkategori pola asuh otoriter sebanyak 49 orang (57,6%) dan sebagian kecil pola asuh abai (tidak peduli) yaitu 2 orang (2,4%).

B. Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif kepada berbagai pihak, diantaranya Fakultas Keperawatan USU khususnya D-IV Bidan Pendidik, agar dapat memberikan penyuluhan tentang pola asuh bagi masyarakat sekitar dan dapat dijadikan sebagai bentuk intervensi kebidanan pada anak dalam pemberian pengasuhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memberikan asuhan terhadap anak.

Bagi pelayanan kesehatan terutama di Puskesmas Padang Bulan Medan perlunya peningkatan pembimbingan bagi keluarga yang mempunyai masalah dalam hal pengasuhan anak sebagai bagian dari program Kesehatan Ibu Anak (KIA).

(55)

39

Anita, DA. 2013. Analisis Tingkat Pendidikan Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan. Jurnal Ilmiah Kebidanan Vol 4 No.1 Edisi Juni 2013: hlm 10-12

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. 2005. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. 2007. Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dewi, L. 2013. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Penyimpangan

Mental Emosi Anak Usia 36 – 72 Bulan.

tanggal 21 Maret 2015)

Depkes, RI. 2010. Instrumen Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: IDAI

Departemen Kesehatan RI. 2015. Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jakarta: IDAI

Hardiansyah. 2007. Review Faktor Determinan Keragaman Konsumsi Pangan. Jurnal Gizi Dan Pangan. Mei 2015 2 (2): 55-74

Harsiki, T. 2002. Hubungan Pola Asuh Anak Dan Faktor Lain Dengan Gizi Batita Keluarga Miskin Di Pedesaan Dan Perkotan Provinsi Sumatera Barat. http://www.digilib.ui.ac.id

Jus’at, W. 2000. Perilaku Ibu Dalam Memberikan Pengasuhan Pada Balita. Jakarta: Rineka Cipta

(di akses pada tanggal 21 Maret 2015)

Junaidi, W. 2010. Macam – Macam Pola Asuh Orang Tua. http:/wawan-junaidi.blogspot.com/2010/02

Markum, AH. 2007. Buku Ajar Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta: FKUI (di akses pada tanggal 21 Maret 2015)

Noe’man, R. 2012. Amazing Parenting, Menjadi Orang Tua Asyik. Jakarta: Noura Books

(56)

40

Notoatmodjo , S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Septiari, B. 2012. Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang Tua.

Yogyakarta: Nuha Medika

(57)
(58)
(59)
(60)

44

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang penelitian “Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pengasuhan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2015”. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2015

(61)

KUISIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA PENGASUHAN BALITA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN TAHUN 2015

Berikan tanda checklist pada kolom dibawah ini sesuai dengan biodata anda.

No. Responden :

A. Identitas

1. Pendidikan : Dasar (SD, SMP / Sederajat) Menengah (SMA, Sederajat) Tinggi (Akademi, Sarjana)

2. Pekerjaan

Tidak Bekerja : Ibu Rumah Tangga (IRT)

Bekerja : Petani

Pegawai Negeri Sipil (PNS) Karyawan / Pegawai Swasta Berdagang / Wiraswasta

3. Pendapatan : Sesuai UMR (Upah Minimum Regional), jika > Rp. 1.350.000,-

(62)

46

B. Pertanyaan Petunjuk Pengisian:

Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai dengan memberikan

tanda cheklist (√) pada salah satu kolom yang telah disediakan!

No Pernyataan Ya Tidak

POLA ASUH OTORITER

1. Selalu mendesak anak dalam mengikuti arahan-arahan, ketika mau berangkat ke sekolah. 2. Memberikan penerapan hukuman dalam hal

mendidik dan mengajari anak ketika belajar di rumah.

3. Sangat menekankan pada anak-anak kepatuhan dalam hal disiplin di rumah.

4. Mengharapkan aturan-aturan di rumah dan dipatuhi tanpa adanya penjelasan dari anak. 5. Adanya batasan-batasan dan kontrol yang tegas

pada anak.

POLA ASUH DEMOKRATIS

6. Memberikan tuntutan kepada anak sekaligus menanggapi terhadap kemauan dan kehendak anak.

7. Membiarkan anak untuk memilih apa yang menurutnya baik.

8. Mendorong anak untuk bertanggung jawab atas pilihannya, tetapi menetapkan kesepakatan dan batasan yang jelas pada anak serta selalu mengawasinya.

9. Setiap aturan dan tindakan ibu selalu disertai penjelasan dan menanggapi yang baik terhadap pendapat anak.

(63)

POLA ASUH PERMISIF

11. Lebih mengedepankan kasih sayang terhadap anak, tetapi tidak memberi batasan berupa tuntutan.

12. Lebih suka menghindari permasalahan dengan anak dan membiarkan anak melakukan semua hal yang disukainya.

13. Ibu tidak pernah menuntut anak dalam hal bermain dengan siapa pun.

14. Ibu selalu memenuhi keinginan anak ketika meminta sesuatu.

15. Membiarkan anak menuntut keinginannya, agar anak tidak menangis.

POLA ASUH ABAI (TIDAK PEDULI)

16. Ibu bekerja dari pagi sampai malam, sementara anak – anak di asuh oleh baby sitter.

17. Kurang-nya waktu dalam mengasuh anak di rumah.

18. Anak belajar dengan sendiri tanpa mengawasinya.

19. Mengabaikan anak karena sibuk mengurusi kepentingan dalam bekerja.

(64)
(65)
(66)

50

RIWAYAT HIDUP

Nama : NOVITA SUSANTI

Tempat / Tanggal Lahir : Kisaran, 27 November 1991

Agama : Islam

Alamat : Jalan Haji Misbah No.13 Kisaran Barat Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1996 – 1998 : TK ABA 2 Kisaran

2. Tahun 1998 – 2005 : SD Negeri 010086 Kisaran 3. Tahun 2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Kisaran 4. Tahun 2008 – 2011 : SMK Negeri 2 Kisaran 5. Tahun 2011 – 2014 : AKBID Senior Medan

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 1
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan,
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Pengasuhan Balita

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan saintiik di bidang tari menyajikan ragam gerak tari tradisional, analisis, dan pengembangan ragam gerak berdasarkan unsur tenaga (lemah, sedang, kuat), ruang

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXIX-B8, 2012 XXII ISPRS Congress, 25 August – 01 September 2012,

Pada penulisan Ilmiah ini penulis membahas pemanfaatan Corel R.A.V.E 1.0 sebagai salah satu aplikasi multimedia yang mendukung pembuatan animasi sampai kemampuan dalam membuat

Berdasarkan Keputusan Panitia SPCP IPDN 2017 Nomor : 810-397 Tahun 2017 Tentang Penetapan Peserta Seleksi Yang Lulus Tes Psikologi, Integritas Dan Kejujuran Pada Seleksi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan soal post test untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang telah melakukan kegiatan pembelajaran dengan

Berdasarkan hasil tes yang telah diujicobakan peneliti di SMPN 3 Tambang sebanyak 33 siswa, diketahui bahwa kemampuan pemhaman konsep matematis siswa kelas VII

Variabel terikat dari penelitian ini adalah motivasi belajar dan model Teams Games Tournament (TGT) matematika dengan pokok bahasan keliling dan luas daerah persegi, persegi

sp adalah 10,79 x 106 sel/ml, hal ini menunjukkan Chlorella sp dapat dikultivasi pada skala semi masal dengan hasil biomassa yang lebih tinggi dengan kultivasi di