• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pada Tn.H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Harga Diri di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pada Tn.H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Harga Diri di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

1

Asuhan Keperawatan Pada Tn. H dengan Prioritas Masalah

Kebutuhan Dasar Harga Diri di Rumah Sakit Jiwa

Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi

Sumatera Utara Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

LILY LOLYTA S. TAMPUBOLON

122500120

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

3

KARYA TULIS ILMIAH

Asuhan Keperawatan Pada Tn. H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Harga Diri di Rumah Sakit Umum Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem

Provinsi Sumatera Utara Medan

Medan, 10 Juli 2015

Pembimbing Penguji

Mahnum Lailan Nst, S.Kep, Ns., M.Kep. Eryunita Lubis, S.Kep, Ns. NIP. 19750113 200212 2 001

(4)

4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.H dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Harga Diri di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan”. Disusun sebagai persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

Diploma III bagi mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya tulis ilmiah ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS, selaku Pembantu Dekan I, ibu Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS, selaku Pembantu Dekan II dan Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp., MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp., M.Kep, selaku ketua Prodi DIII Keperawatan dan Bapak Mula Tarigan, S.Kp., M.Kep, selaku sekretaris Prodi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan sabar dan memberikan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Eryunita Lubis, S.Kep, Ns, selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns., M.Biomed, selaku dosen pembimbing akademik yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan program pendidikan DIII Keperawatan.

(5)

5

7. Direktur dan staf pegawai Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan yang telah memberikan tempat, waktu dan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. 8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayah Drs. Jujung

Tampubolon dan ibu M. Simbolon, Ketiga saudaraku Zamal J. Tampubolon, S.Pd, Maytryana S. Tampubolon, Tumiar A. Tampubolon dan anggota keluarga lainnya yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

9. Johariscan N, Satrina T, Melyta B, Lela S, Anna S, Syarifah S, Sovia T, Inry M, Carol B, Devi, Yudi, Irene S, Irmana P dan Riko N yang selalu siap dalam memberikan masukan kepada penulis.

10.Teristimewa kepada Geofrey B. Hutauruk, Rumondang S. Siagian, Nofa Nainggolan dan Chesya F. Purba, yang terus memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

11.Seluruh teman-teman DIII Keperawatan Stambuk 2012 yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu disini.

Penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan serta pengetahuan yang penulis miliki, maka dari itu penulis mengharapkaan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Imiah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan penulis.

Medan, 10 Juli 2015

Lily Lolyta S. Tampubolon

(6)

6

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan 1 Tujuan Umum... 3

2 Tujuan Khusus ... 3

C. Manfaat ... 4

BAB II PENGELOLAAN KASUS A. Konsep Dasar 1. Defenisi ... 5

2. Etiologi ... 5

3. Tanda dan Gejala ... 6

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Harga Diri 1. Pengkajian ... 7

2. Analisa Data ... 10

3. Rumusan Masalah ... 12

4. Perencanaan ... 12

C. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian ... 14

2. Analisa Data ... 16

3. Rumusan Masalah ... 18

4. Diagnosa Keperawatan ... 18

5. Perencanaan ... 18

6. Implementasi dan Evaluasi ... 21

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 25

(7)

7

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori hierarki kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena terdapat perbedaaan budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha untuk mendapatkannya (Hidayat, 2009).

Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri akan terjadi jika kehilangan kasih sayang. Perlakuan orang yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah memiliki lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Yosep, 2009).

Gangguan harga diri merupakan salah satu gejala skizofrenia. Skizofrenia merupakan gangguan yang ditandai dengan disorganisasi kepribadian yang cukup parah, distorsi realita dan ketidakmampuan berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari (Ardani, 2011).

Menurut klasifikasi Diagnostic and Statisyical Manual of Mental Disorder

Text Revision (DSM IV, TR 2000), harga diri rendah merupakan salah satu jenis

(9)

2

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal. Faktor prespitasi terjadinya harga diri rendah yaitu hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan. Faktor predisposisi dan prespitasi mempengaruhi seseorang baik dalam pikiran, bersikap maupun bertindak, telah dianggap telah mempengaruhi koping individu sehingga menjadi tidak efektif (Fajariah, 2012).

Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO (World Health Organization) di berbagai negara menunjukkan sebesar 20-30 %, klien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa.

Departement of Health and Human Service (1999), memperkirakan 51 juta

penduduk Amerika dapat didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah tersebut 6,5 juta mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa yang berat dan 4 juta diantaranya adalah anak-anak dan remaja (Videbeck, 2008).

Menurut Irmansyah (2006), jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia angka kejadiannya cukup tinggi yaitu mencapai 1-2% dari populasi penduduk Indonesia. Penderita yang dirawat di rumah sakit jiwa di Indonesia hampir 70% karena skizofrenia. Pendataan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan pada awal tahun 2015, data klien terbaru terhitung 1 Januari hingga 5 Januari 2015 ada 380 klien gangguan jiwa yang sedang dirawat inap (Gultom, 2015).

Berdasarkan hasil survei awal penelitian diruangan Bukit Barisan pada bulan Mei 2015, dari 36 klien yang dirawat inap diruangan Bukit Barisan, 15 klien mengalami harga diri rendah.

(10)

3

komunikasi tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai panduan oleh seorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009). Berdasarkan kasus di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan dengan klien Tn. H berumur 37 tahun, ditemukan

bahwa klien mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan dasar harga diri. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar harga diri disebabkan oleh gangguan psikologis, dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai keinginan.

Kasus yang dialami Tn. H merupakan kasus yang membutuhkan asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar harga diri. Penulis memprioritaskan masalah kebutuhan dasar ini sebab harga diri yang terganggu sangat mempengaruhi status kesehatan klien. Terpenuhinya kebutuhan harga diri menjadikan klien mampu untuk menggali kemampuan dan kepercayaan dirinya sehingga membantu proses penyembuhan klien itu sendiri. Untuk itu, perlu penanganan berupa asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar Tn. H.

Berdasarkan latar belakang ini, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar harga diri di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran nyata tentang asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar harga diri.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah:

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan masalah kebutuhan dasar harga diri.

(11)

4

c. Melakukan perencanaan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar harga diri.

d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada klien sesuai rencana yang telah ditetapkan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar harga diri.

e. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar harga diri.

C. Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

a. Pendidikan Keperawatan

Membekali mahasiswa untuk dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar harga diri.

b. Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa

Menjadi masukan bagi perawat khususnya agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar harga diri.

c. Penelitian Selanjutnya

(12)

5

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar 1. Definisi

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri /cita-cita/ harapan langsung menghasilkan perasaan berharga (Atoilah & Kusnadi, 2013).

Menurut Stuart (2006) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2012), harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga.

Menurut Atoilah dan Kusnadi (2013), gangguan harga diri terjadi secara: 1. Situasional

Perkembangan persepsi negatif tentang harga diri sebagai respon terhadap situasi saat ini yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal; harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara).

2. Kronik

Beresiko mengalami penilaian diri atau perasaan negatif dalam jangka panjang tentang diri sendiri atau kemampuan diri. Perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

2. Etiologi

Menurut Stuart (2006) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2012), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor-faktor predisposisi dan faktor prespitasi sebagai berikut:

(13)

6 a. Faktor Predisposisi

1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua harapan orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.

2. Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.

3. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.

b. Faktor Prespitasi

Menurut Yosep (2009) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2012), faktor prespitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki peran negatif dan meningkat saat dirawat.

3.Tanda dan Gejala

Menurut Atoilah dan Kusnadi (2013), tanda dan gejala gangguan harga diri adalah:

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Misal; malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.

(14)

7

3. Merendahkan martabat, misal; saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.

4. Gangguan hubungan sosial, menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.

5. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan, misal; tentang memilih alternatif tindakan.

6. Mencederai diri, akibat harga diri yang rendah diserta harapan yang suram, mungkin klien ingin mengakhiri hidupnya.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Harga Diri

1. Pengkajian

Tahap pertama pengkajian meliputi faktor predisposisi, faktor prespitasi, perilaku, sumber koping dan mekanisme koping klien.

Pengkajian meliputi beberapa faktor, yaitu: a. Faktor predisposisi

Menurut Yosep (2009) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2012), faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor presipitasi

Menurut Sunaryo (2004) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2012), faktor presipitasi meliputi:

1. Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang diduduki individu lain.

2. Peran yang tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran yang kabur, sesuai perilaku yang diharapkan.

3. Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individu dalam proses peralihan mengubah nilai dan sikap.

(15)

8

Menurut Stuart (2006) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2012), stresor pencetus juga berasal dari sumber internal atau eksternal seperti:

1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.

2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu dan mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:

a. Transisi peran perkembangan; b. Transisi peran situasi;

c. Transisi peran sehat-sakit. c. Perilaku

Menurut Stuart (2006) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2012), perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah kronik sebagai berikut:

1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain; 2. Penurunan produktivitas;

3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain; 4. Gangguan dalam berhubungan;

5. Rasa diri penting yang berlebihan; 6. Perasaan tidak mampu;

7. Rasa bersalah;

8. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan; 9. Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri; 10.Ketegangan peran yang dirasakan;

11.Pandangan hidup yang pesimis; 12.Keluhan fisik;

13.Pandangan hidup yang bertentangan; 14.Penolakan terhadap kemampuan personal; 15.Destruktif terhadap diri sendiri;

16.Pengurangan diri;

(16)

9 20.Khawatir.

d. Sumber Koping

Menurut Stuart (2006) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2012), semua orang, tanpa memperhatikan gangguan perilakunya, mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi:

1. Aktivitas olahraga dan aktivitas diluar rumah; 2. Hobi dan kerajinan tangan;

3. Seni yang ekspresif;

4. Kesehatan dan perawatan diri; 5. Pendidikan atau pelatihan; 6. Pekerjaan, vokasi, atau posisi; 7. Bakat tertentu;

8. Kecerdasan;

9. Imajinasi dan kreatifitas; 10.Hubungan interpersonal. e. Mekanisme Koping

Menurut Stuart (2006) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2012), mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. Pertahanan tersebut mencakup berikut ini:

Jangka pendek:

1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesif).

2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya, ikut serta dalam club sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng).

(17)

10

Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:

1. Penutupan identitas: adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.

Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat

2. Analisa Data

Analisa Data menurut Herdman (2013) dalam buku saku NANDA (2012),

Masalah Keperawatan Batasan Karakteristik

Harga diri rendah kronis -Evaluasi diri bahwa individu tidak sanggup menghadapi peristiwa tertentu

-Mengungkapkan rasa malu atau bersalah

-Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri

-Menolak umpan balik positif

-Bergantung pada pendapat orang lain -Selalu mencari penguatan secara berlebihan -Sering kurang berhasil (dalam kerja atau peristiwa

hidup lain)

-Ragu-ragu untuk mencoba hal atau situasi baru -Bimbang

-Kurang kontak mata -Tidak asertif atau pasif

-Menyesuaikan diri secara berlebihan -Perkataan peniadaan diri

Harga diri rendah situsional

-Evaluasi diri bahwa ia tidak sanggup menghadapi situasi atau peristiwa

-Ekspresi diri tidak berguna dan tidak ada harapan -Perkataan peniadaan diri

-Melaporkan secara verbal tantangan situasional saat ini terhadap harga diri

- Perilaku bimbang dan tidak asertif Risiko harga diri rendah

kronik

-Ketidakefektifan adaptasi pada kehilangan -Kurang afeksi

(18)

11 -Dalam kelompok

-Adanya kesenjangan antara diri dan norma budaya -Adanya kesenjangan antara diri dan mormal spritual -Merasa kurang memiliki

-Merasa kurang dihargai orang lain -Gangguan psikiatri

-Kegagalan berulang

-Penguatan negatif berulang -Kejadian traumatik

-Situasi traumatik Risiko harga diri rendah

situasional

-Perilaku tidak selaras dengan nilai -Penurunan kendali terhadap lingkungan -Perubahan perkembangan

-Gangguan citra tubuh -Kegagalan

-Gangguan fungsi -Riwayat ditinggalkan -Riwayat penganiayaan

-Riwayat ketidakberdayan yang dipelajari -Riwayat pengabaian

-Kurang pengenalan -Kehilangan

-Penyakit fisik -Penolakan

(19)

12

3. Rumusan Masalah

Menurut Herdman (2013) dalam buku saku NANDA (2012), terdapat empat diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan harga diri rendah. Adapun diagnosa tersebut adalah sebagai berikut:

1. Harga diri rendah kronis 2. Harga diri rendah situsional 3. Risiko harga diri rendah kronik 4. Risiko harga diri rendah situsional

4. Perencanaan

Menurut NIC (Bulechek, 2013) dan NOC (Moorhead, 2013) perencanaan keperawatan yang berkaitan dengan harga diri rendah sebagai berikut:

Diagnosa Perencanaan

Harga Diri Rendah

Kronis

Tujuan dan Kriteria Hasil : NOC : self esteem

Dalam waktu perawatan klien akan menunjukkan self esteem / harga diri dengan indikator :

1. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal dengan skala 3 2. Penerimaan keterbatasan diri dengan skala 3

3. Mempertahanakan kontak mata dengan skala 3 4. Menerima kritik dari orang lain dengan skala 3

5. Melatih perilaku yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dengan skala 3

NOC : Self- Awareness / kesadaran diri

Dalam waktu perawatan klien akan menunjukkan kesadaran diri dengan indikator :

1. Membedakan diri dari lainnya dan lingkungan dengan skala 4 2. Mengenali kemampuan fisik pribadi, mental, emosional serta

keterbatasannya dengan skala 4

3. Menyatakan perasaan ke orang lain dengan skala 4

Intervensi Rasional

NIC: Self-Esteem Enchancement

Definisi : Membantu klien untuk meningkatkan penilaian pribadi tentang harga dirinya.

1. Pantau pernyataan klien tentang harga diri

2. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3. Bantu klien menggunakan kemampuan positif yang

1. Pernyataan klien tentang pandangan harga diri klien mengidentifikasi kepada penyebab harga diri.

2. Kemampuan positif yang dimiliki klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien

(20)

13 dimiliki klien.

4. Pantau pernyataan klien tentang harga diri

5. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

6. Bantu klien menggunakan kemampuan positif yang dimiliki klien.

4. Penerimaan diri akan membuat klien lebih menerima keadaan saat ini. 5. Tujuan realistis untuk

mencapai harga diri yang lebih tinggi

6. Rencana kegiatan klien yang dibuat mambantu klien menyadari bahwa ia masih memiliki banyak

Diagnosa Perencanaan

Harga Diri Rendah

Kronis

Intervensi Rasional

7. Bantu klien untuk menemukan penerimaan diri. 8. Bantu klien dalam

menetapkan tujuan yang realistis

9. Fasilitasi lingkungan dan kegiatan yang akan meningkatkan harga diri. 10. Berikan penghargaan /

pujian kepada klien atas kemajuan klien.

11. Explorasi alasan untuk kritik diri atau rasa bersalah

kemampuan dan aspek positif yang dimilkinya sebagai individu

7. Penghargaan dan pujian akan memotivasi klien dalam kemajuan yang telah dilakukan.

8. Kritik diri akan membuat klien mampu mengenali dirinya.

NIC: Self- Awareness

Enchancement /Meningkatkan

kesadaran diri

Definisi : membantu suatu klien untuk menyelidiki dan memahami pemikiran nya, perasaan, motivasi, dan perilaku.

1. Dorong klien untuk mengenali dan

mendiskusikan pemikiran dan perasaan

2. Bantu klien untuk menyadari bahwa semua orang adalah unik

3. Fasilitasi klien

mengidentifikasi tentang pola tanggapan umum terhadap berbagai situasi

4. Bantu klien untuk

mengidentifikasi dampak penyakit atas konsep diri 5. Bantu klien untuk sadar akan

1. Mengenali diri sendiri dapat meningatkan kesadaran diri 2. Setiap manusia unik, dengan

karena itu kesadaran dirilah yang membuat seseorang diterima

3. Tanggapan umum terhadap berbagai situasi membuat seseorang mengenal pribadinya

(21)

14 hal negatif tentang diri 6. Bantu klien untuk

mengidentifikasi sumber motivasi

7. Fasilitasi ungkapan diri dengan menggolongkan panutan klien

merupakan salah faktor penyembuh gangguan jiwa.

C. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian

Berdasarkan penugasan dan sesuai dengan jadwal praktik mahasiswa di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan, pada tanggal 18 Mei 2015 sampai 22 Mei 2015, mahasiswa mulai melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. H. Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan dan secara lengkap terdapat di lampiran 1.

a) Biodata

Tn. H berusia 37 tahun, berjenis kelamin laki-laki, agama Islam. Status Tn. H sudah menikah dengan pendidikan SMP dan tidak bekerja, tinggal di jalan M. Nawii Hrp, Gg. Suka No. 9, Kel. Sitirejo, Medan Amplas.

Adapun komposisi keluarga, Tn. H anak pertama dari delapan bersaudara, 4 laki-laki dan 4 perempuan. Tn. H memiliki seorang istri bernama Ny. S berumur 34 tahun. Tn. H memiliki seorang anak.

b) Keluhan utama

Saat dilakukan pengkajian, Tn. H mengatakan masuk rumah sakit jiwa dengan alasan marah-marah, merusak barang-barang, memukul orang tanpa sebab, dan pernah masuk rumah sakit jiwa sebelumnya.

c) Riwayat kesehatan sekarang

Saat ini Tn. H menutup diri, merasa tidak yakin akan kemampuan dirinya, klien tidak bercakapan dengan teman sekamar.

d) Riwayat kesehatan masa lalu

(22)

15

menjenguk. Klien tidak mengingat penyakit yang pernah dialaminya dan klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.

e) Riwayat keadaan psikososial

Persepsi klien tentang penyakitnya, Klien mengatakan merasa malu dengan penyakitnya saat ini, klien ingin cepat pulang, namun akan butuh waktu lama dan keluarganya akan sulit menerimanya karena ia sakit jiwa.

Konsep diri, klien mengatakan menerima seluruh bagian tubuhnya, klien mampu untuk menyebutkan nama, alamat, status dan pekerjaan, klien berperan sebagai anak, kakak bagi adik-adiknya, seorang suami bagi isterinya dan ayah bagi anaknya, klien berharap agar ia cepat sembuh dan dapat segera pulang agar dapat kembali bekerja dan berkumpul dengan keluarganya, klien mengatakan merasa tidak berguna, tidak dapat melakukan apa-apa, tidak bekerja dan dirawat dirumah sakit jiwa, klien labil, lebih senang berdiam diri dikamar, bicara dengan pelan dan kontak mata kurang.

Hubungan sosial, klien mengatakan bahwa orang yang paling berarti bagi dirinya ialah Ibunya, klien mengatakan keluarganya menjauhinya karena klien gangguan jiwa, klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena klien merasa tidak percaya kepada orang lain. Klien juga tidak mengikuti kegiatan/organisasi apapun di lingkungannya, klien merupakan orang yang pendiam dan mengatakan tidak ingin berbicara dengan teman sekamarnya selama dirawat dirumah sakit jiwa.

Spritual, klien menganut agama Islam dan percaya adanya Allah, klien mengatakan jarang sholat dan beribadah.

f) Status mental

(23)

16 g) Mekanisme Koping

Maladaptif: Klien mengatakan apabila ada masalah maka ia akan menyendiri, memikirkan sendiri masalahnya, klien juga merokok dan tidur. klien jarang membicarakan masalahnya dengan dengan orang lain karena tidak suka menceritakan masalahnya dan lebih baik menyelesaikannya sendiri

2. Analisa Data

No. Data Penyebab Masalah

Keperawatan 1. Data Subyektif :

1. Masuk rumah sakit jiwa sudah berulang. 2. Klien mengatakan

keluarga tidak memperdulikan klien sejak keluar dari rumah sakit dulu hingga sekarang, dan klien selalu sendirian. 3. Klien mengatakan

tidak diterima di lingkungan tempat tinggal.

4. Klien mengatakan malu, dan tidak bisa berbuat apapun, karena tidak bekerja serta tidak memiliki apa yang dimiliki saudaranya, klien iri terhadap saudaranya. 5. Klien mengatakan

Skizofrenia residual

Gangguan proses pikir

Harga Diri Rendah

Harga Diri Rendah Kronik

Harga Diri Rendah Kronik berhubungan dengan persepsi kurang dihargai oleh orang lain ditandai

dengan klien

(24)

17 tidak mau bergaul

dengan orang lain karena klien merasa tidak percaya kepada orang lain. 1. Klien mengatakan

lebih suka menyendiri

2. Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena klien merasa tidak percaya kepada orang lain.

3. Klien mengatakan tidak ada dijenguk keluarga

4. Klien mengatakan tidak yakin akan kemampuannya.

Skizofrenia residual

Gangguan proses pikir

Harga Diri Rendah

Harga Diri Rendah Kronik

Isolasi sosial

Isolasi Sosial berhubungan dengan sumber personal yang tidak adekuat ditandai dengan klien tampak tidak yakin dengan kemampuannya, klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena klien merasa tidak percaya kepada orang lain,

lebih banyak

(25)

18

Data objektif :

1. Tidak komunikatif

2. Tidak ada kontak mata

3. Proses pikir tangensial

3. Rumusan Masalah

Harga Diri Rendah Kronik berhubungan dengan persepsi kurang dihargai oleh orang lain ditandai dengan klien mengatakan keluarga tidak memperdulikan klien, tidak diterima di lingkungan tempat tinggal, tidak mampu berbuat apapun, lesu.

Isolasi Sosial berhubungan dengan sumber personal yang tidak adekuat ditandai dengan klien tampak tidak yakin dengan kemampuannya, klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena klien merasa tidak percaya kepada orang lain, lebih banyak menunduk, tidak komunikatif.

Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

Menurut Herdman (2013) dalam buku saku NANDA (2012), Harga Diri Rendah Kronik berhubungan dengan persepsi kurang dihargai oleh orang lain ditandai dengan klien mengatakan keluarga tidak memperdulikan klien, tidak diterima di lingkungan tempat tinggal, tidak mampu berbuat apapun, lesu.

4. Perencanaan

Diagnosa Perencanaan

Harga Diri Rendah

Kronis

Tujuan dan Kriteria Hasil : NOC : self esteem

Dalam waktu 4 hari klien akan menunjukkan self esteem / harga diri dengan indikator :

1. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal dengan skala 3 2. Penerimaan keterbatasan diri dengan skala 3

3. Mempertahanakan kontak mata dengan skala 3 4. Menerima kritik dari orang lain dengan skala 3

(26)

19

NOC : Self- Awareness / kesadaran diri

Dalam waktu 4 hari klien akan menunjukkan kesadaran diri dengan indikator :

1. Membedakan diri dari lainnya dan lingkungan dengan skala 4 2. Mengenali kemampuan fisik pribadi, mental, emosional serta

keterbatasannya dengan skala 4

3. Menyatakan perasaan ke orang lain dengan skala 4.

Intervensi Rasional

NIC: Self-Esteem Enchancement

Definisi : Membantu klien untuk meningkatkan penilaian pribadi tentang harga dirinya.

1. Kaji pernyataan klien tentang harga diri

2. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3. Bantu klien menggunakan kemampuan positif yang dimiliki klien.

4. Bantu klien untuk menemukan penerimaan diri.

5. Bantu klien dalam menetapkan tujuan yang realistis

6. Fasilitasi lingkungan dan kegiatan yang akan meningkatkan harga diri. 7. Berikan penghargaan / pujian

kepada klien atas kemajuan klien.

8. Explorasi alasan untuk kritik diri atau rasa bersalah.

1. Pernyataan klien tentang pandangan harga diri klien mengidentifikasi kepada penyebab harga diri.

2. Kemampuan positif yang dimiliki klien dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.

3. Kegiatan positif akan meningkatkan harga diri klien.

4. Sikap penerimaan diri salah 5. Tujuan realistis untuk

mencapai harga diri yang lebih tinggi.

6. Lingkungan mempengaruhi minat klien dalam meningkatkan harga diri. 7. Penghargaan dan pujian akan

memotivasi klien dalam kemajuan yang telah dilakukan.

8. Kritik diri akan membuat klien mampu mengenali dirinya.

Diagnosa Perencanaan

Intervensi Rasional

NIC: Self- Awareness

Enchancement /Meningkatkan

kesadaran diri

Definisi : membantu suatu klien untuk menyelidiki dan memahami pemikiran nya, perasaan, motivasi, dan perilaku.

1. Kaji klien untuk mengenali dan mendiskusikan pemikiran dan perasaan

2. Bantu klien untuk menyadari bahwa semua orang adalah unik

1. Mengenali diri sendiri dapat meningatkan kesadaran diri 2. Setiap manusia unik, oleh

karena itu kesadaran dirilah yang membuat seseorang diterima

3. Tanggapan umum terhadap berbagai situasi membuat seseorang mengenal pribadinya

(27)

20 3. Fasilitasi klien

mengidentifikasi tentang pola tanggapan umum terhadap berbagai situasi

4. Bantu klien untuk

mengidentifikasi dampak penyakit atas konsep diri 5. Bantu klien untuk sadar akan

hal negatif tentang diri 6. Bantu klien untuk

mengidentifikasi sumber motivasi

7. Ajarkan klien untuk

mengungkapkan pandangan orang lain terhadap dirinya.

5. Hal negatif juga perlu diketahui klien agar klien tidak selalu merasa paling benar

6. Motivasi salah satu faktor penyembuh orang yang memiliki harga diri rendah 7. Pandangan orang lain dapat

meningkatkan harga diri

Isolasi social

Tujuan dan Kriteria Hasil

Klien akan menunjukkan sosial involvement / keterlibatan sosial skala 3 dalam waktu 1x 6 jam dengan indikator:

1. Berinteraksi dengan teman satu ruangan, anggota keluarga atau para pegawai ruangan/ kelompok kerja.

2. Berpartisipasi sebagai sukarelawan, pada aktivitas organisasi, atau pada kegiatan keagamaan.

3. Berpartisipasi dalam aktivitas pengalihan dengan orang lain.

Intervensi Rasional

NIC : Socialization Ecnhancement

Definisi : fasilitasi setiap orang lain untuk mampu berinteraksi dengan lainnya.

1. Motivasi klien untuk meningkatkan hubungan interaksi.

2. Bantu menggunakan tehnik peran untuk meningkatkan kemampuan tehnik komunikasi klien.

3. Dorong klien untuk terlibat dalam aktivitas kelompok atau individu.

4. Berikan umpan balik yang positif ketika klien mampu menggunakan keterampilan interaksi sosial yang efektif NIC : Activities therapy resep dan bantuan dengan

physical,cognitive spesific, sosial, dan aktivitas rohani untuk

NIC : Socialization Ecnhancement

1. Hubungan interaksi dengan orang lain akan membantu klien untuk menghindari rasa kesepian.

2. Kemampuan klien dalam berkomunikasi dapat meningkatkan rasa percaya diri klien dalam berinteraksi dengan oran lain.

3. Melibatkan klien dalam aktivitas kelompok, akan mengurangi rasa kesepian yang dialami klien.

(28)

21 meningkatkan cakupan, frekwensi, atau janga waktu dari suatu

individu atau aktivitas kelompok 1. Tentukan kemampuan klien

untuk berpartisipasi dalam kegiatan spesifik

2. Kaji peningkatkan komitmen klien untuk meningkatkan frekuensi dan berbagai aktivitas

3. Bantu klien untuk memilih aktivitas dan tujuan bagi kegiatan sesuai dengan kemampuan fisk, psikologis dan sosial

4. Bantu klien untuk

mengembangkan motivasi diri dan penguatan.

1. Kemampuan klien akan meningkatkan partisipasi pada kegiatan tertentu 2. Komitmen merupakan salah

satu cara meningkatkan sebuah terapi

3. Kemampuan yang dimiliki klien salah satu cara meningkatkan sosialisasi 4. Motivasi dan penguatan

sangat penting bagi klien harga diri rendah agar klien terus bersemangat.

5. Implementasi dan Evaluasi

Hari / Tanggal

No.DX Implementasi Evaluasi

Selasa, 19 Mei 2015

1 1. Mengkaji pernyataan klien tentang harga diri dengan menanyakan dan meminta klien menyatakan apa itu harga diri

2. Mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3. Mengkaji kemampuan positif yang dimiliki klien.

4. Memotivasi dalam

menetapkan tujuan yang realistis

5. Fasilitasi lingkungan dan kegiatan yang akan meningkatkan harga diri. 6. Memberikan penghargaan /

pujian kepada klien atas kemajuan klien.

S :

(29)

22

mengatakan mau melakukan kegiatan di dalam ruangannya

- Pantau kegiatan klien

Rabu, 20 Mei 2015

1 1. Mengkaji klien untuk

mengenali dan mendiskusikan pemikiran dan perasaan 2. Membantu klien untuk

menyadari bahwa semua orang adalah unik 3. Membantu klien untuk

mengidentifikasi dampak penyakit atas harga diri 4. Membantu klien untuk sadar

akan hal negatif tentang diri 5. Membantu klien untuk

mengidentifikasi sumber mengerti bahwa semua orang

penyakit yang mempengaruhi kondisi klien saat ini

O:

- Klien tampak tenang

(30)

23

melakukan kegiatan yang diajarkan pada klien meningkatkan hubungan interaksi.

2. Membantu klien untuk meningkatkan harga diri 3. Ajarkan bersosialisasi agar

meningkatkan harga diri 4. Mendorong klien untuk

terlibat dalam aktivitas kelompok atau individu seperti TAK atau beribadah, 5. Memberikan umpan balik

yang positif ketika klien

mampu menggunakan

keterampilan interaksi sosial yang efektif, Mengajarakan cara berkenalan

6. Membantu klien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.

7. Menentukan kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam kegiatan spesifik , Membuat jadwal kegiatan harian.

8. Mengajarkan klien untuk melakukan aktivitas menyapu dan mengepel dengan benar 9. Mengkaji peningkatan

komitmen klien untuk meningkatkan frekuensi dan

(31)

24

berbagai aktivitas berinteraksi yang benar A :

Masalah sebagian teratasi P :

Intervensi dilanjutkan - Tingkatkan

cara berkenalan dengan orang lain caranya berbicara dengan teman sekamar - Identifikasi

(32)

25

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn.H dengan masalah kebutuhan dasar harga diri selama tiga hari, yaitu pada tanggal 19 Mei sampai 21 Mei 2015. Sebagai langkah dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat ditarik beberapa kesimpulan.

Pengkajian keperawatan pada Tn.H ditemukan data pendukung mengatakan klien mengatakan keluarga tidak memperdulikan klien, tidak diterima di lingkungan tempat tinggal, tidak mampu berbuat apapun, lesu. Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena klien merasa tidak percaya kepada orang lain, lebih banyak menunduk, tidak komunikatif, dengan data tersebut ditegakkan beberapa masalah keperawatan seperti harga diri rendah kronik dan isolasi sosial.

Dengan diagnosa keperawatan, harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang dihargai oleh orang lain ditandai dengan klien mengatakan keluarga tidak memperdulikan klien, tidak diterima di lingkungan tempat tinggal, tidak mampu berbuat apapun, lesu. Isolasi Sosial berhubungan dengan sumber personal yang tidak adekuat ditandai dengan klien tampak tidak yakin dengan kemampuannya, klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena klien merasa tidak percaya kepada orang lain, lebih banyak menunduk, tidak komunikatif. Adapun fokus intervensi dan implementasi yang dilakukan pada Tn.H sudah maksimal dan efektif sesuai dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya sehingga hasil yang diharapkan sudah mendekati kriteria hasil yang telah ditetapkan. Sedangkan evaluasi dari asuhan keperawatan pada Tn.H dengan masalah harga diri rendah kronik di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara Medan dimana kedua masalah keperawatan tersebut belum teratasi sepenuhnya dan intervensi masih perlu untuk dilanjutkan oleh pihak rumah sakit.

(33)

26

2. Saran

Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar harga diri kronik, penulis menekankan pentingnya mengatasi atau mengurangi masalah harga diri rendah yang bisa terjadi pada klien dapat terpenuhi dengan baik.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, diharapkan:

1. Mahasiswa yang akan melakukan asuhan keperawatan hendaknya lebih memahami tentang kebutuhan dasar manusia dengan masalah keperawatan harga diri rendah terkhusus pada klien gangguan jiwa, waktu asuhan keperawatan akan lebih efektif jika dua minggu dilakukan agar ditemukan kriteria hasil yang maksimal.

(34)

27

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, T. (2011). Psikologi Abnormal. Bandung: Lubuk Agung.

Bulechek, M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Sixth Edition. USA: Mosby.

Damaiyanti, M dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep Dan Kerangka

Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Lapora n Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta :

Salemba Medika.

Herdman, T. H. (2013). NANDA International, Diagnosis Keperawatan Definisi

Dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Atoilah, E. M dan Kusnadi E. (2013). Askep Pada Klien dengan Gangguan

Kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media.

Moorhead S, et all. (2013). Nursing Outcames Clasification (NOC). Fifth Edition. USA: Mosby.

(35)

28

Lampiran 1

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN KLIEN

1. Pengkajian I. Biodata

Identitas Klien

Nama : Tn. H

Jenis Kelamin : Laki-laki (Lk)

Umur : 37 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Jln. M. Nawii Hrp, Gg. Suka No. 9, Kel.

Sitirejo, Medan Amplas

Tanggal Masuk RS : 20 Februari 2015 No. Register : 02.19.59

Ruang/kamar : Bukit Barisan Tanggal Pengkajian : 19 Mei 2015

Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid

II.Keluhan Utama

(36)

29 GENOGRAM

Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Klien : Serumah

III. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat ini Tn. H klien menutup diri, merasa tidak yakin akan kemampuan dirinya, klien tidak bercakapan dengan teman sekamar.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Masuk rumah sakit sudah berulang, 10 tahun lalu diantar oleh ibu dan saudara ke rumah sakit. Klien tidak mengingat kenapa klien dibawah ke rumah sakit, merasa tidak berguna dalam keluarga, klien tidak diterima di lingkungan tempat tinggal, sudah menikah, keluarga belum ada yang menjenguk.

a. Penyakit yang pernah dialami:

Klien tidak mengingat penyakit yang pernah dialaminya. b. Alergi:

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.

V. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Orang tua:

(37)

30 b. Saudara kandung:

Klien mengatakan, klien anak pertama dari delapan bersaudara c. Penyakit keturunan yang ada:

Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:

Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.

VI. Riwayat Keadaan Psikososial

a. Persepsi klien tentang penyakitnya:

Klien mengatakan merasa malu dengan penyakitnya saat ini, klien ingin cepat pulang, namun akan butuh waktu lama dan keluarganya akan sulit menerimanya karena ia sakit jiwa.

b. Konsep diri:

1. Gambaran diri: klien mengatakan menerima seluruh bagian tubuhnya.

2. Identitas diri: klien mampu untuk menyebutkan nama, alamat, status dan pekerjaan.

3. Peran diri: klien berperan sebagai anak, sebagai kakak bagi adik-adiknya, seorang suami bagi isterinya dan ayah bagi anaknya.

4. Ideal diri: klien berharap agar ia cepat sembuh dan dapat segera pulang agar dapat kembali bekerja dan berkumpul dengan keluarganya.

5. Harga diri: klien mengatakan merasa tidak berguna, tidak dapat melakukan apa-apa, tidak bekerja dan dirawat dirumah sakit jiwa. 6. Keadaan Emosi:

Klien labil, lebih senang berdiam diri dikamar, bicara dengan pelan dan kontak mata kurang.

c. Hubungan Sosial: 1. Orang yang berati:

(38)

31 2. Hubungan dengan keluarga:

Klien mengatakan keluarganya menjauhinya karena klien gangguan jiwa.

3. Hubungan dengan orang lain:

Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena klien merasa tidak percaya kepada orang lain. Klien juga tidak mengikuti kegiatan/organisasi apapun di lingkungannya.

4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:

Klien merupakan orang yang pendiam dan mengatakan tidak ingin berbicara dengan teman sekamarnya selama dirawat dirumah sakit jiwa.

d. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan

Klien menganut agama Islam dan percaya adanya Allah. 2. Kegiatan ibadah

Klien mengatakan jarang sholat dan beribadah.

VII. Status Mental

a. Penampilan: tidak rapi dan penggunaan pakaian tidak sesuai. b. Tingkat kesadaran: bingung/orientasi.

c. Pembicaraan: lambat.

d. Alam perasaan: lesu dan putus asa. e. Afek: labil

f. Interaksi selama wawancara: kontak mata kurang g. Persepsi: pendengaran

h. Proses pikir: tangensial i. Waham: curiga

(39)

32

VIII.Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Klien tampak menarik diri, sering berdiam diri dan tidak melakukan aktivitas apa pun.

b. Tanda- tanda vital

1. Suhu tubuh : 36,70C

2. Tekanan darah : 110/70 mmHg

3. Nadi : 79x/i

4. Pernafasan : 22x/i

5. TB : 180 cm

6. BB : 65 Kg

IX. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Pola makan dan minum

1. Frekuensi makan : 3 X sehari

2. Nafsu/selera makan : Klien selera makan

3. Nyeri ulu hati : Tidak ada

4. Alergi : Tidak ada

5. Mual dan muntah : Tidak ada

6. Tampak makan memisahkan diri : iya, klien memisahkan diri ketika makan

7. Waktu pemberian makan : Pagi, siang dan sore 8. Jumlah dan jenis makanan : Nasi, lauk dan sayur 9. Masalah makan dan minum : Tidak ada masalah b. Perawatan diri/personal hygiene

1. Kebersihan tubuh : Klien terlihat bersih 2. Kebersihan gigi dan mulut : Gigi kuning, mulut kering

dan kotor

3. Kebersihan kuku kaki dan tangan : Klien terlihat bersih c. Pola kegiatan/aktivitas

(40)

33

Klien tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari, klien lebih sering menyendiri, susah diajak berbicara dan eliminasi dapat dilakukan mandiri.

2. Uraian aktivitas ibadah klien selama dirawat:

Semenjak klien dirawat di rumah sakit, klien malas untuk melakukan ibadah.

d. Pola eliminasi 1. BAB

a. Pola BAB : Lancar

b. Karakter fases : lembek dan berbentuk c. Riwayat pendarahan : Tidak ada

d. BAB terakhir : Tadi pagi

2. BAK

a. Pola BAK : 2x, Lancar

b. Nyeri/kesulitan BAk : Tidak ada e. Mekanisme Koping

Maladaptif : Klien mengatakan apabila

(41)

Lampiran 2

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi No.DX Hari/

Tanggal

Pukul Tindakan Keperawatan

1 Rabu,

1. Melatih kemampuan yang dimiliki klien, seperti menyapu dan mengepel (kegiatan pertama)

2. Mengexplorasi kembali alasan untuk kritik diri atau rasa bersalah

3. Memberikan jadwal kegiatan harian klien

4. Memberikan penghargaan / pujian kepada klien atas kemajuan klien.

SOAP S :

 Klien mulai memahami bagaimana cara berkritik dengan benar dan tepat

 Klien mengatakan merasa senang dengan kegiatan ini

O :

 Klien mampu menyapu dan mengepel dengan benar

 Klien tampak senang dengan pertemuan hari ini

Kemajuan klien sangat cepat.

A : Masalah teratasi sebagian, Kemampuan klien

masih perlu ditingkatkan

P : Intervensi dilanjutkan.

 Melatih kemampuan klien sesuai kemampuan fisik

No.DX Hari/ Tanggal

Pukul Tindakan Keperawatan

1 12.30

- 13.40

1. Mengkaji klien untuk mengenali dan mendiskusikan pemikiran dan perasaan

(42)

WIB semua orang adalah unik

3. Membantu klien untuk mengidentifikasi dampak penyakit atas harga diri

4. Membantu klien untuk sadar akan hal negatif tentang diri

5. Membantu klien untuk mengidentifikasi sumber motivasi

6. Memfasilitasi ungkapan diri dengan menggolongkan panutan klien

SOAP S :

 Klien mengatakan sulit mengungkapkan perasaannya saat ini

 Klien mengatakan mengerti bahwa semua orang adalah unik

 Klien mengatakan tidak ada dampak penyakit yang mempengaruhi kondisi klien saat ini

O:

 Klien tampak tenang

 Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan yang diajarkan pada klien

 Klien belum mampu mengenal hal-hal negatif pada diri

A : Masalah sebagian teratasi P : Intervensi dilanjutkan

 Kaji sumber motivasi klien, dan hal apa saja penyemangat klien

Pantau kegiatan sehari hari klien

Kamis,

1. Melatih kemampuan klien sesuai kemampuan fisik, seperti merapikan tempat tidur.

2. Kaji sumber motivasi klien, dan hal apa saja penyemangat klien

3. Pantau kegiatan sehari hari klien

(43)

O :

 Jadwal harian klien mulai berisi.

 Klien tampak tenang, dan komunikasi mulai terarah

A : Masalah teratasi sebahagian

P : Intervensi dilanjutkan (Aktivitas harian klien

sesuai jadwal harian yang telah ditentukan, dan dilanjutkan sendiri oleh klien)

12.00 - 13.40 WIB

1. Memotivasi klien untuk meningkatkan hubungan interaksi.

2. Mendorong klien untuk terlibat dalam aktivitas kelompok atau individu seperti TAK atau beribadah,

3. Memberikan umpan balik yang positif ketika klien mampu menggunakan keterampilan interaksi sosial yang efektif, Mengajarakan cara berkenalan

4. Membantu klien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.

5. Menentukan kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam kegiatan spesifik , Membuat jadwal kegiatan harian.

6. Mengkaji peningkatan komitmen klien untuk meningkatkan frekuensi dan berbagai aktivitas.

SOAP S :

 Klien mengatakan beringinan untuk berinteraksi dengan orang lain dan akan mengikuti kegiatan TAK atau beribadah  Klien mengatakan mampu mengepel,

menyapu.

O :

 Klien tampak berkeinginan untuk beraktivitas lanjut.

 Klien mampu menerapkan cara berinteraksi yang benar.

(44)

 Tingkatkan cara berkenalan dengan orang lain.

 Identifikasi kemampuan klien yang ada

Jumat, 22 Mei 2015

09.00

- 10.00

WIB

 Tingkatkan cara berkenalan dengan orang lain.

 Identifikasi kemampuan klien yang ada

SOAP S :

 Klien mengatakan sangat senang dengan adanya keberadaan perawat selama 4 hari ini.  Klien mulai bersosialisasi dengan akrab

dengan teman sekamar dan seruangan

O :

 Klien mampu dengan benar cara berkenalan dengan benar

Klien tampak tidak menyendiri lagi Kegiatan harian klien bertambah banyak

A : Masalah teratasi sementara

P : Intervensi di delegasikan kepada perawat

Referensi

Dokumen terkait

[r]

mengakibatkan pada timbulnya tuntutan hukum yang akan ditujukan kepada Bank. Apabila tuntutan- tuntutan hukum yang diajukan kepada Bank memiliki nilai yang material, maka

Considering the rotation and scale change between the transformed local regions, the difference of Gaussians (DoG) detector is adopted to extract the point

Kartu ATM Victoria dapat digunakan untuk penarikan tunai, informasi saldo dan transfer di lebih dari 60.000 jaringan ATM Prima/BCA di seluruh Indonesia tanpa biaya*. Kartu

In this section the rectification of the image triplets, dense matching with SG optimisation, subsequent sub-pixel interpolation and the calculation of 3D point clouds will be

Membaca surat-surat Al Qur’an 1.3 Membaca QS.Al-Alaq VI Siswa dapat membaca surat Al Alaq 1-5 dengan lancar. 8 10.Melakukan dzikir dan doa 10.1 Melakukan dzikir

In Figure 14 ten façade planes of the Old Pinakothek with the detected window centre positions are shown. For evaluation the planes are divided into three groups: a)

Membentuk /menggambar bangun ruang gabungan sederhana serta mengitung volumenya. 6 / 1 Disediakan selembar kertas HVS/karton, siswa dapat: