• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh PH dan Jumlah Penggunaan Larutan NaOH Pada Proses Pemutihan Pulp Pada Tahap Ekstraksi Oksidasi (Eop) di Unit Pemutihan Fiber Line PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh PH dan Jumlah Penggunaan Larutan NaOH Pada Proses Pemutihan Pulp Pada Tahap Ekstraksi Oksidasi (Eop) di Unit Pemutihan Fiber Line PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PH DAN JUMLAH PENGGUNAAN LARUTAN NAOH

PADA PROSES PEMUTIHAN PULP PADA TAHAP EKSTRAKSI

OKSIDASI (Eop) DI UNIT PEMUTIHAN FIBER LINE

PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA.

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

LINDA TRISNAWATI.S

102401051

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PH DAN JUMLAH PENGGUNAAN LARUTAN NAOH

PADA PROSES PEMUTIHAN PULP PADA TAHAP EKSTRAKSI

OKSIDASI (Eop) DI UNIT PEMUTIHAN FIBER LINE

PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA.

TUGAS AKHIR

LINDA TRISNAWATI.S

102401051

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh PH dan Jumlah Penggunaan Larutan NaOH Pada Proses Pemutihan Pulp Pada Tahap Ekstraksi Oksidasi (Eop) di Unit Pemutihan Fiber Line PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA.

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : LINDA TRISNAWATI.S NomorInduk Mahasiswa: 102401051

Program Studi : D3 KIMIA INDUSTRI Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH PH DAN JUMLAH PENGGUNAAN LARUTAN

NAOH PADA PROSES PEMUTIHAN PULP PADA TAHAP

EKSTRAKSI OKSIDASI (Eop) DI UNIT PEMUTIHAN FIBER

LINE

PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA.

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2013

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, ada pun judul dari tugas akhir ini adalah ”Pengaruh PH dan Jumlah Penggunaan Larutan NaOH Pada Proses Pemutihan Pulp Pada Tahap Ekstraksi Oksidasi (Eop) Di Unit Pemutihan Fiber Line Di PT.TOBA PULP LESTARI,TBK. PORSEA”

Tugas akhir ini merupakan hasil praktek kerja lapangan di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea, dan merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada program studi Diploma-3 Kimia Industri Fakultas Matematika danI lmu Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara dan salah satu syarat untuk mendapat gelar Ahli Madya.

Dengan kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada keluarga penulis yang senantiasa mendukung dan membiayai perkuliahan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr.Hamonagan Nainggolan,Msc yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya. Saya juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr.Rumondang Bulan,MS selaku ketua Departemen Kimia danIbu Emma Zaidar,MS selaku Ketua D3 Kimia Industri yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada saya. Dan saya juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh mahasiswa kimia industri stambuk 2010 yang telah memberikan dukungan dan semangat bagi saya,semoga seluruh mahasiswa kimia industri 2010 sukses dan berguna bagi semua orang.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini dan penulis berharap kiranya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2013

(6)

ABSTRAK

(7)

EFFECT OF PH AND AMOUNT OF USE OF NaOH ON PULP

BLEACHING PROCESS AT THE EXTRACTION STAGE OF

OXIDATION (Eop) ON THE BLEACHING UNIT FIBER

LINE PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk. PORSEA

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Permasalahan 5

1.3. Tujuan 6

1.4. Manfaat 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Umum Kayu 7

2.1.1. Sifat Kimia Kayu 8

2.1.2. Komponen Kimia Kayu 9 2.1.3. Sifat Fisik Kimia Kayu 10 2.1.4. Sifat Mekanik Kayu 11 2.2. Pembagian Kayu Berdasarkan Sumber Serat 11

2.3. Caustic Soda 12

2.4. Teori Umum Pulp 14

2.4.1. Metode Pembuatan Pulp 15 2.4.2. Bahan Kimia Proses Pemutihan 16 2.5. Proses Pembuatan Pulp 18

2.5.1. Bahan Baku 18

2.5.2. Proses Pemasakan (Digester) 19 2.5.2.1.Washing& Screening 19

2.5.3. Bleaching 20

2.5.4. Pulp Machine 20

2.6. Tahapan Proses Pemutihan 21

2.6.1. Tahap Klorinasi 22

2.6.2. Tahap Ekstraksi Oksidasi (EoP) 23 2.6.3. Tahap Klorin Dioksida (D) 24 2.6.4. Tahap Klorin Dioksida (D2) 25 2.7. Variabel-Variabel Proses PadaTahapEkstraksi 25 BAB 3 METODOLOGI

3.1. Bahan dan Peralatan 27

3.1.1. Bahan 27

(9)

3.1.3. Prosedur Dilapangan 28

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 30

4.2. Perhitungan 30

4.3. Pembahasan 34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 36

5.2. Saran 36

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

(11)

ABSTRAK

(12)

EFFECT OF PH AND AMOUNT OF USE OF NaOH ON PULP

BLEACHING PROCESS AT THE EXTRACTION STAGE OF

OXIDATION (Eop) ON THE BLEACHING UNIT FIBER

LINE PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk. PORSEA

ABSTRACT

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pulp adalah produk utama kayu yang berasal melalui sisa hasil pembuburan bahan

tumbuh-tumbuhan yang komponen utamanya terdiri dari selulosa dalam bentuk

serat yang digunakan untuk bahan pembuatan kertas.

Secara umum PT.Toba Pulp Lestari merupakan sebuah pabrik kraft pulp

yang berlokasi di Porsea kirakira kurang lebih 200 km dari kota Medan

-Sumatera Utara,Indonesia.Proses pembuatan pulp di PT.Toba Pulp Lestari

dilakukan dengan proses secara kimia (kraft) yang terdiri dari beberapa unit

pengolahan. Unit Fiber Line merupakan unit yang sangat penting dalam proses

pembuatan pulp yang dibagi menjadi 4(empat) bagian, yaitu:

1. Digester(pemasakan)

2. Washing dan Screening(pencucian dan penyaringan)

3. Bleaching(pemutihan)

4. Pulp machine(pencetakan pulp)

Tujuan utama pembuatan pulp adalah memisahkan serat-serat selulosa dari

komponen-komponen lainnya yang dikerjakan secara kimia atau secara mekanis

atau dengan kombinasi kedua tipe tersebut.

Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp dengan

menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama untuk menghilangkan

(14)

produksi pulp di seluruh di dunia saat ini menggunakan proses kimia baik secara

sulfit dan sulfat(Kraft).

Proses pemutihan dapat dianggap sebagai lanjutan proses yang

dimaksudkan untuk memperbaiki tingkat keputihan dan kemurnian dari pulp.Hal

ini dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna yang

tersisa pada pulp.Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk

menghasilkan warna pulp,oleh karena itu ini harus dihilangkan atau diputihkan.

Pengurangan kandungan resin di dalam pulp merupakan faktor yang

paling penting dalam proses pemutihan.Warna pulp yang belum diputihkan

disebabkan karena adanya kandungan lignin yang tersisa.Penghilangan lignin

dapat lebih banyak pada proses pemasakan,tetapi akan mengurangi hasil yang

banyak sekali dan merusak serat sehingga menghasilkan pulp yang berkualitas

rendah.

Oleh karena itu,proses penghilangan lignin dengan bahan kimia,umumnya

memiliki suatu dampak terhadap dekomposisi dari lignin.Pada normalnya proses

penghilangan lignin adalah melarutkan pulp ke dalam bentuk yang larut dengan

air.Penghilangan lignin merupakan kehilangan sebagian dari proses

pemutihan,yang mana ini adalah antara 5% sampai dengan 10% (dihitung mulai

dari pulp yang telah selesai dimasak), tergantung kepada metoda pemasakan dan

sasaran dari brightness dari pulp. Lignin ini sangat reaktif yang berarti bahwa ini

mudah dipengaruhi oleh bahan kimia seperti klorin,hipoklorit dan hidrogen

(15)

kecil,yang larut dalam air dan dapat dihilangkan dari pulp.Variabel-variabel dasar

pada proses pemutihan adalah bahan kimia,waktu,temperatur dan pH.

Tahap pemutihan pada bleaching merupakan proses lanjutan yang

bertujuan untuk mengubah pulp yang bewarna coklat menjadi pulp yang bewarna

putih dengan menggunakan bahan kimia tertentu untuk menaikkan derajat

keputihan (brightness) dan kemurnian pulp.Bahan kimia yang digunakan pada

proses pengelantangan yaitu: Sodium Hidroksida (NaOH),Hidrogen

Peroksida(H2O2)dan Oksigen (O2).Bahan kimia inilah yang digunakan untuk

menghilangkan lignin yang terkandung dalam bubur pulp yang menyebabkan pulp

bewarna coklat dan bahan pemutih tersebut dapat mempengaruhi kekuatan serat

pulp.Proses bleaching dibagi atas empat tahap,yaitu : tahap Do,tahap Eop,tahap

D1 dan tahap D2.

Pada tahap ekstraksi alkali(Eop) merupakan tahap pemurnian, yaitu proses

pengelantangan yang kedua yaitu untuk menekstraksi lignin-lignin yang tersisa

dari pulp pada proses sebelumnya.Tujuan dari penggunaan larutan NaOH pada

tahap ekstraksi adalah melarutkan komponen-komponen penyebab warna yang

kemungkinan besar larut dalam larutan NaOH berdasarkan kerja dan bahan-bahan

kimia yang digunakan terhadap sebagian proses pemutihan.Parameter yang perlu

dijaga pada tahap ekstraksi antara lain pH,temperatur,penambahan

alkali,brightness.

Penambahan atau pengurangan penggunaan larutan NaOH pada menara

ekstraksi oksidasi akan mempengaruhi pH. pH yang digunakan pada tahap

(16)

ekstraktif pulp dapat dihilangkan semaksimal mungkin.Banyak faktor yang

mempengaruhi kestabilan pH di tahap ekstraksi.Dengan penambahan caustic

soda,maka pH 2 yang berasal dari stage klorinasi akan naik menjadi

10-11.Penghilangan lignin dan ekstraktif tidak sempurna jika pH dibawah 10,akan

tetapi dengan pH lebih besar dari 10 akan mendegrasi serat selulosa.Tingkat

keputihan pada pulp harus tercapai 80-85% sesuai standart ISO dan akan bekerja

secara maksimal pada pH 10,8-11.

Tingkat keputihan pada tahap ekstraksi ,dimana semakin tinggi pH maka

% tingkat keputihan akan semakin tinggi.Batas optimum pH 10-11.Jika melebihi

batas optimum tersebut maka warna pulp menjadi terang dan cerah.Tetapi yang

menjadi masalahnya akan terjadi kerusakan serat selulosa pada pulp itu.

Untuk mencapai tingkat keputihan pada pulp,penggunaan larutan NaOH

merupakan faktor yang perlu diperhatikan.NaOH merupakan zat yang mengatur

kestabilan pH,karena pH dapat mempengaruhi tingkat keputihan pada pulp.Jika

penggunaan larutan NaOH sedikit,maka tingkat keputihan (brightness) pada pulp

tidak tercapai,sebaliknya jika penggunaan larutan NaOH berlebihan,maka

tingkatkeputihan(brightness) menjadi tinggi sehingga warna pada pulp menjadi

terang,tetapi resikonya mengakibatkan kerusakan pada serat yang menyebabkan

pulp rapuh dan mudah sobek.Berdasarkan inilah penulis tertarik untuk

mengambil judul:

“PENGARUH PH DAN JUMLAH PENGGUNAAN LARUTAN NAOH PADAPROSES PEMUTIHAN PULP PADA TAHAP EKSTRAKSI

(17)

1.2. Permasalahan

Bleaching merupakan suatu proses lanjutan yang bertujuan untuk mengubah

atau menghilangkan lignin sehingga pulp tersebut memiliki tingkat keputihan

yang tinggi.Pemakaian caustic soda di tahap ekstraksiakan mempercepat

pemurnian pulp.Penambahan atau pengurangan penggunaan larutan caustic

soda(NaOH) pada menara ekstraksi oksidasi akan mempengaruhi pH.

pH yang digunakan pada tahap ekstraksi berkisar antara 10-11.Hal ini

gunanya agar kandungan lignin dan zat ekstraktif pulp dapat dihilangkan

semaksimal mungkin.Banyak faktor yang mempengaruhi kestabilan pH di tahap

ekstraksi.Dengan penggunaan larutan NaOH,maka pH 2 yang berasal dari stage

klorinasi akan naik menjadi 10-11. Penghilangan lignin dan ekstraktif tidak

sempurna jika pH dibawah 10,akan tetapi dengan pH lebih besar dari 11 akan

mendegrasi serat selulosa.Tingkat keputihan yang harus tercapai 80-85% sesuai

standart ISO dan akan bekerja secara maksimal pada pH 10-11.

Brightness pada tahap Eop,dimana semakin tinggi pH maka % brightness

akan semakin tinggi.Batas optimum pH 10-11.Jika melebihi batas optimum

tersebut maka warna pulp menjadi terang dan cerah.Tetapi yang menjadi

masalahnya akan terjadi kerusakan serat selulosa pada pulp itu.

Untuk mencapai tingkat keputihan,penggunaan larutan NaOH merupakan

faktor yang perlu diperhatikan.NaOH merupakan zat yang mengatur kestabilan

(18)

Beberapa permasalahan yang didapat selama praktek kerja lapangan antara lain:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan larutan caustic soda (NaOH) terhadap

kestabilan pH dan dalam menaikkan derajat keputihan pada tahap ekstraksi

oksidasi.

2. Bagaimana pengaruh pH dan penggunaan larutan NaOH untuk mencapai

derajat putih (brightness) yang tinggi.

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh pH dan penggunaan larutan NaOH

pada tahap ekstraksi terhadap brightness (tingkatkeputihan) pada pulp sehingga

produknya memiliki kualitas yang baik.

1.4. Manfaat

Untuk dapat mengetahui pengaruh pH dan penggunaan larutan NaOH

terhadap tingkat keputihan (brightness), serta dapat mengetahui standart mutu

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Umum Kayu

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam dan bahan mentah yang

mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi.Pengertian

kayu adalah sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di

hutan yang merupakan bagian-bagian dari pohon tersebut,setelah diperhitungkan

bagian-bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk tujuan sesuatu

penggunaan.Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar.

(Dumanauw, J.F,1993)

Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon,hidrogen

dan oksigen.

Tabel 2.1 Komposisi Unsur Kayu.

Unsur-unsur penyusunan kayu itu tergabung dalam sejumlah senyawa

organik:selulosa,hemiselulosa dan lignin.(Haygreen,1986)

Unsur %Berat Kering

Karbon 49

Hidrogen 6

Oksigen 44

Nitrogen Sedikit

(20)

2.1.1. Sifat Kimia Kayu

Komponen kimia di dalam kayu mempunyai arti yang penting,karena

menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu. Juga dengan mengetahuinya,kita dapat

membedakan jenis-jenis kayu. Susunan kimia kayu digunakan sebagai pengenal

ketahanan kayu terhadap serangan mahkluk perusak kayu.Pada

umumnya,komponen kimia kayu terdiri dari tiga unsur kayu:

1. Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa

2. Unsur non karbohidrat terdiri dari lignin

3. Unsur yang diendapkan dalam kayuselama proses pertumbuhan dinamakan

zat ekstraktif

Komposisi unsur-unsur kimia kayu:

1. Karbon 50%

2. Hidrogen 6 %

3. Nitrogen 0,04-0,10 %

4. Abu 0,20-0,50%

5. Sisanya adalah oksigen

2.1.2. Komponen Kimia Kayu.

1. Selulosa.

Selulosa merupakan bahan kristalin untuk membangun dinding sel.Bahan

(21)

merupakan bahan dasar yang penting bagi industri-industri yang memakai

selulosa sebagai bahan baku,misalnya pabrik kertas,pabrik sutra tiruan dan

sebagainya.(Dumanauw,J.F, 1993)

2. Hemiselulosa.

Hemiselulosa merupakan semacam selulosa berupa persenyawaan dengan

molekul-molekul besar yang bersifat karbohidrat.Kayu mengandung hemiselulosa

sekitar 15-25%.Hemiselulosa disusun oleh gula yang bermartabat lima, dengan

rumus C5H10O5 yang disebut dengan pentosan atau gula bermartabat enam

(C6H12O6) yang disebut hexosan. Zat-zat ini terdapat sebagai bahan bangunan

dinding-dinding sel juga sebagai bahan zat cadangan.

(Dumanauw,J.F,1993)

3. Lignin.

Lignin adalah suatu polimer yang kompeks dengan berat molekul yang

tinggi.Lignin sangat stabil,sukar dipisahkan dan mempunyai bentuk yang

bermacam-macam,karena susunan lignin dalam kayu tidak menentu.Lignin

merupakan bagian yang bukan karbohidrat,sebagai persenyawan yang sederhana

dan tidak berstruktur.Di dalam kayu,lignin merupakan bahan yang tidak

bewarna,apabila lignin bersentuhan dengan udara, terutama dengan adanya sinar

matahari,maka lama-kelamaan lignin akan menjadi kuning.Pada kertas Koran

yang terbuat dari serat-serat yang diperoleh secara mekanis dengan lignin yang

belum dipisahkan,tidak berumur panjang karena kecenderungannya menjadi

kuning.Kertas Koran juga kasar dan massanya besar dan kekuatannya rendah

(22)

(Haygreen,J.G,1996)

4. Zat Ekstraktif.

Zat ekstraktif memiliki arti yang penting dalam kayu karena :

1. Dapat mempengaruhi sifat keawetan,warna, bau,dan rasa sesuatu jenis

kayu.

2. Dapat digunakan untuk mengenal sesuatu jenis kayu

3. Dapat digunakan sebagai bahan industri

4. Dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan mengakibatkan kerusakan

alat-alat pertukangan

2.1.3. Sifat Fisik Kimia Kayu.

1. Berat jenis kayu

Makin berat kayu itu,umumnya makin kuat pula kayunya.Semakin

ringan suatu jenis kayu, akan berkurang pula kekuatannya.Berat jenis

ditentukan oleh dinding sel, kecilnya rongga sel yang berbentuk

pori-pori.

2. Keawetan alami kayu.

Yang dimaksud keawetan alami ialah ketahanan kayu terhadap

serangan kayu dari luar seperti : jamur,rayap,bubuk,cacing laut dan

makhluk lainnya yang diukur dengan jangka tahunan.

3. Higroskopik

Kelembaban kayu sangat melepaskan air atau

(23)

disekitarnya akan makin tinggi pula kelembaban kayu. Sampai

tercapai keseimbangan dengan lingkungannya.

2.1.4. Sifat Mekanik Kayu

Sifat mekanik kayu dibagi menjadi

1. Kekerasan

Yang dimaksud dengan kekerasan kayu ialah suatu ukuran kekuatan

kayu menahan gaya yang membuat takik atau lekukan. Juga dapat

diartikan sebagai kemampuan kayu untuk menahan kikisan atau

abrasi.

2. Kekakuan Kayu

Kekakuan kayu ialah suatu ukuran kekuatannya untuk mampu

menahan perubahan bentuk atau lengkungan.

3. Keuletan Kayu

Keuletan tarik kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan

gaya-gaya yang berusaha menarik kayu, dimana kekuatan tarik

terbesar pada kayu adalah sejajar arah serat. (Dumanauwe. J,F. 1993)

2.2.Pembagian kayu berdasarkan sumber serat

1. Kayu berserat pendek (hard wood). Kayu jenis ini sering juga disebut kayu

berdaun lebar.

a. Kayu Alam (Mix Tropical Hard Wood)

Seperti kayu medang,api-api,martolu,raru,hoting,hau dolok,dan

lain sebagainya.

(24)

Kayu berdaun lebar ini mempunyai struktur sel kayu yang lebih lengkap.

2. Kayu Berserat panjang (Soft Wood)

Kayu ini disebut dengan kayu berdaun jarum seperti kayu pinus.Kayu

berdaun jarum ini tidak mempunyai pori-pori (sel pembuluh),melainkan

trakeida,yang merupakan bagian terbesar dari volume kayu.

2.3. a.Caustic Soda (NaOH)

Natrium Hidroksida (NaOH) dikenal sebagai caustic soda, adalah sejenis

basa logam caustic.Natrium Hidroksida membentuk larutan alkali yang kuat

ketika dilarutkan dalam air. Digunakan diberbagai industri,kebanyakan digunakan

sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum,

sabun dan detergen. Natrium Hidroksida adalah basa yang paling umum

digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium Hidroksida murni berbentuk putih

padat dan tersedia dalam bentuk pellet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh

50%. Ia bersifat lembab cair dan secara sepontan menyerap karbon dioksida dari

udara bebas. Sangat larut dalam air dan akan melepas panas ketika dilarutkan.

NaOH bila dilarutkan di dalam air akan terionisasi menjadi ion Na+ dan OH-.

Larutan ini terdiri dari 3 atom, masing-masing 1 atom Na, O, H. Dimana dalam

hal ini O dan H tetap bersatu, oleh karena itu apabila NaOH menjadi ion akan

terpecah menjadi ion Na+dan ion OH- yang disebut dengan hidroksil. Adapun

sifat-sifat NaOH adalah :

1. Warnanya terang benderang

2. Licin dan berbusa

(25)

4. Memiliki molekul 40 g/mol

5. Densitas 1,6 g / ltr

6. Titik leleh 3180C (591 K)

7. Mudah bereaksi dengan asam

8. Tidak mudah terbakar

Penambahan caustic soda berfungsi untuk melarutkan Khlorinat Lignin

dan zat ekstraktif lainnya yang terdapat dalam bahan baku, sehingga serat selulosa

terlepas dari ikatannya. Pada unit pemasakan NaOH digunakan sebagai cairan

pemasak (Lindi Putih / White Liquor). Keuntungan dari pemakaian NaOH yaitu

larutannya lebih cepat bereaksi dengan lignin, sehingga waktu yang dibutuhkan

oleh proses pemasakan lebih singkat, disamping itu NaOH lebih mudah diperoleh

dengan harga relatif murah (anonim dan wikipedia).

b.pH

Derajat keasaman(pH) merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen dan

tingkat keasaman atau kebasaan pada suatu skala dengan jangkauan dari 0 sampai

dengan 14.Titik netral adalah 7,0 dari 7,0 ke 0 sifat keasaman bertambah dan 7,0

ke 14 sifat kebasaan bertambah.Derajat keasaman (pH) memiliki pengaruh yang

besar terhadap proses degradasi kandungan pulp.Pada menara ekstraksi

kandungan lignin dan ekstraksi kayu harus dihilangkan semaksimal mungkin.

(Suhunan,2003)

2.4. Teori Umum Pulp.

Pulp adalah produk utama kayu,terutama digunakan untuk pembuatan

kertas,tetapi juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa,seperti sutera rayon

(26)

Tujuan utama dari pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan

serat-serat yang dapat dikerjakan secara kimia atau secara mekanik atau dengan

kombinasi dua tipe perlakuan tersebut.Pembuatan pulp secara kimia adalah proses

dimana lignin dihilangkan sama sekali hingga serat-serat kayu mudah dilepaskan

pada pembongkaran dari bejana-bejana pemasak(digester) atau paling tidak

setelah perlakuan mekanik lunak.Hampir semua produksi pulp kimia didunia ini

berdasarkan proses-proses sulfit atau sulfat(kraft).

Pada pembuatan pulp kraft sistem pemasakan alkali bertekanan pada suhu

tinggi.Menurut metode yang diusulkan oleh C.Watt dan H.Burgess.Larutan

Natrium Hidroksida digunakan sebagai lindi pemasak dan lindi bekas yang

dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan atau dibakar.Leburan yang terdiri

atas Natrium karbonat diubah kembali menjadi natrium hidroksida dan kalsium

hidroksida(konstitasi).Karena Natrium karbonat digunakan sebagai imbuhan,

maka proses pemasakan dinamakan proses soda.

Pada tahun 1960-an,produksi pulp kraft juga telah naik lebih cepat daripada

pulp sulfit karena beberapa faktor seperti pemulihan bahan kimia yang lebih

sederhana dan lebih ekonomis dan sifat-sifat pulp yang lebih baik hubungannya

dengan kebutuhan pasar.Pengenalan bahan-bahan pengelantang yang

efektif,terutama klorin dioksida telah menghapuskan kesukaran terdahulu

mengenai pengelantangan pulp-pulp kraft menjadi derajat putih yang tinggi dan

pra-hidrolisis kayu telah memungkinkan untuk menghasilkan pulp-pulp

(27)

Proses kraft ini juga mempunyai sisi kelemahan yang sukar diatasi yaitu

gas-gas berbau tidak enak dan kebutuhan bahan kimia pengelantangan yang tinggi

pada pulp-pulp kraft kayu lunak.Namun menurut perkembangan terakhir dapat

diharapkan bahwa modifikasi baru akan membawa perbaikan-perbaikan dalam hal

kebutuhan lingkungan.(Sjostrom,1995)

2.4.1. Metode Pembuatan Pulp

Ada dua macam yaitu secara kimia (chemical pulping) dan proses

mekanikal(mechanical pulping).

Kertas yang sering kita gunakan itu umumnya terbuat dari kayu atau lebih

tepatnya dari serat kayu dicampur dengan bahan-bahan kimiasebagai pengisi dan

penguat kertas.Kayu yang digunakan umumnya jenis akasia.Kayu jenis ini

umumnya berserat pendek sehingga kertas menjadi rapuh.Di mesin pembuat

kertas(paper machine),serat kayu ini dicampur dengan kayu yang berserat panjang

contohnya pinus.Proses pembuatan pulp dimulai dengan penyediaaan bahan

baku,dengan cara mengambil dari hutan industri kemudian disimpan dengan

tujuan pelapukan dan persediaan bahan baku.

Kayu yang siap diolah ini disebut dengan log.Kemudian log ini dikupas

kulitnya dengan alat yang berbentuk drum disebut Drum Barker.Setelah itu log

melewati stone trap (alat yang berbentuk silinder berfungsi untuk membuang batu

yang menempel pada log),setelah itu log dicuci.Log yang sudah bersih ini

kemudian diiris menjadi potongan kecil yang disebut denganchip.Chips kemudian

dikirim ke penyaringan.Chip yang bisa dipakai(ukuran standar (25x25x10

(28)

Dari tempat penampungan chip dibawa dengan conveyor ke

bejana(digester).Steam dimasak dengan beberapa tahap.Pertama di

kukus(presteamed),kemudian baru dipanaskan dengan steam di steaming

vessel.Chip dimasak dengan cairan pemasak yang disebut dengan cooking liquor.

Tahap selanjutnya setelah bubur kertas siap kemudian dicuci dengan

tujuan untuk memisahkan cairan sisa hasil pemasakan dan mengurangi dampak

terhadap lingkungan.Proses selanjutnya pulp disaring (screening) agar terbebas

dari bahan-bahan pengotor yang dapat mengurangi kualitas pulp.Proses

penyaringan ini ada dua tahap,yaitu penyaringan kasar dan penyaringan halus.

Proses akhir dari penyaringan berada pada sand removal cyclones untuk

memisahkan pasir dari pulp.Kemudian bubur kertas dicampur dengan oksigen(O2)

dan natrium hidroksida(NaOH) di dalam delignifikasi tower sebelum di cuci di

washer.Tujuan dari pencampuran ini adalah untuk mengurangi pemakaian

bahan-bahan kimia pada tahap pengelantangan (bleaching), mengurangi kandungan

lignin.Bubur kertas ini kemudian dikelantang (bleaching) dengan bahan kimia

didalam proses bleaching untuk mencapai derajat keputihan sesuai standart

ISO.Pulpkemudian disimpan atau dikirim ke paper machine untuk diolah menjadi

kertas

2.4.2 Bahan kimia dalam proses pemutihan.

1. Sodium Hidroksida(NaOH)

Pada saat klorin dioksida bereaksi dengan lignin dan resin,sebagian besar

yang dihasilkan tersebut larut dengan air. Karena klorinat lignin dan resin

(29)

proses klorinasi. Sodium Hidroksida(caustic soda) merupakan salah satu

alkali kuat.Ini merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar

pada kulit. Penanganan caustic soda harus memperhatikan keseluruhan

tindakan pencegahan pada proses pemutihan normalnya dipergunakan alkali

encer dengan konsentrasi kira-kira 120 g/l.

2. Oksigen

Gas oksigen dipergunakan sebagai salah satu zat pemutih bersama-sama

dengan alkali pada tahap ekstraksi. Gas oksigen memperkuat sifat-sifat pulp

yang diputihkan. Hal ini mungkin membuat berkurangnya emisi yang dapat

mengganggu terhadap lingkungan.

3. Khlorin Dioksida (ClO2)

Klorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat,kerja dari

proses pemutihan ini umumnya dengan cara oksidasi terhadap lignin.Ini

digunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas sebab ini memiliki

keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan selulosa dengan

kerusakan pada selulosa yang minimum. Brightness tinggi dihasilkan dengan

klorin dioksida adalah stabil. Pada bleaching plants,klorin dioksida digunakan

sebagai suatu larutan gas di dalam air.(Suhunan,2003)

2.5 Proses pembuatan Pulp

2.5.1 Bahan baku

Bahan baku untuk pembuatan pulp adalah :

(30)

Kualitas chips yang akan dipakai sebagai bahan baku dalam pemasakan

merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan operasi keseluruhan

pabrik pulp,dimana akan berpengaruh terhadap kualitas pulp yang dihasilkan.

Kayu dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu jenis hard wood dan jenis soft

wood.Kayu jenis soft wood menghasilkan pulp yang lebih kuat dibandingkan

jenis hard wood karena serat-seratnya lebih panjang dan lebih lentur

dibandingkan dengan serat yang terdapat pada kayu hard wood.

2. White Liquor.

White Liquor adalah media pemasak yang terdiri dari beberapa

bahan-bahan kimia yang berupa larutan berair :

1. Natrium Hidroksida

2. Natrium Sulfida(Na2S)

Konsentrasi dari masing-masing zat tersebut mempunyai peranan yang sangat

penting dalam reaksinya dengan kayu yaitu :

1. Pengurangan pada konsentrasi alkali aktif yang berarti menambah

jumlah pengencer berakibat pada beban penguapan yang lebih besar.

2. Pengurangan sulfidity akan berakibat pada kualitas pulp(lebih banyak

pemutusan rantai yang terjadi) karena adanya penambahan

konsentrasi ion hidroksil

2.5.2 Proses Pemasakan (Digester)

Digester merupakan bejana yang berguna untuk memasak chips dan

(31)

Lestari, tbk ada 14 buah.Chips dimasukkan ke digester melalui

conveyor,kemudian chips dimasukkan ke digester masing-masing 75 ton.

Dari heater dimasukkan steam (panas) sampai 1700C.Kemudian diturunkan

pressure atau tekanan sampai 45 bar dan dimasukkan cairan pemasak berupa

white liquor dan black liquor. White liquor mengandung NaOH dan

Na₂S,sementara black liquor berasal dari sisa –sisa pemasakan.

Setelah itu ditambahkan lagi steam (panas) sampai 1700C,dan

dipompakan ke MD steam. Dari MD steam dialirkan melaui dua jalur yaitu

jalur atas dan bawah,setelah itu dipompakan lagi dari awal sampai akhir dan

masuk ke blow tank

2.5.3 Pencucian dan Penyaringan (Washing and Screening)

Tahap selanjutnya yaitu pencucian dengan tujuan untuk memisahkan

cairan sisa hasil pemasakan dan mengurangi dampak terhadap lingkungan.

Washing digunakan untuk memisahkan serat dari kotoran-kotoran,dimana alat

pencuci ini terdiri dari saringan yang menutupi silinder yang berputar didalam

vat. Prinsip dari pencucian ini adalah dengan menggunakan air sedikit

mungkin dengan tingkat kebersihan pulp yang dihasilkan setinggi mungkin.

Air pencucimenggunakan shower yang disemprotkan dipermukaan bubur

kayu secara terus-menerus dan airnya turun ke tanki filtrat dengan

menggunakan vakum. Pulp berwarna coklat dari digester plant selanjutnya

dicuci dan disaring dimana pulp dibersihkan dari kayu yang tidak

masak(knots) dan dari serat kayu yang tidak terurai (shives).Pulp dicuci

(32)

selanjutnya. Proses selanjutnya pulp disaring (screening) untuk memisahkan

kotoran-kotoran.

2.5.4 Pengelantangan (Bleaching)

Proses bleaching merupakan kelanjutan dari proses pembuatan pulp.

Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin

yang tersisa.Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk

menghasilkan warna pulp,oleh karena itu harus dihilangkan atau diputihkan.

Bahan kimia yang digunakan pada proses bleaching yaitu Natrium

Hidroksida(NaOH),Oksigen(O2),Klorin Dioksida (ClO2) dan Hidrogen

Peroksida (H2O2)

2.5.5 Mesin Pencetak (Pulp Machine)

Pulp Machine merupakan integrasi dari bagian operasi pabrik pulp.

Dimana pulp machine(peralatan mesin) yang digunakan untuk mengubah

bubur pulp dari area bleaching menjadi lembaran pulp dengan kekeringan

lebih kurang 10%.Pulp machine merupakan tahap akhir pada proses produksi

pulp. Pulp machine dirancang yang mempunyai fungsi utama memisahkan

air dari bubur pulp dengan cara sangat effisien tanpa merusak struktur serat.

Pulp machine dibagi menjadi 6 bagian :

1. Bleach Screening yaitu untuk memisahkan pulp dari kotoran-kotoran

2. Wire fourdrinier yaitu untuk mencetak bubur pulp menjadi lembaran pulp

3. Press Section yaitu untuk memadatkan lembaran pulp dengan cara di press

4. Dryer yaitu untuk mengeringkan lembaran pulp

5. Cutter Layboy yaitu untuk proses pemotongan lembaran pulp dengan

(33)

6. Bailing Line yaitu untuk penataan lembaran pulp menjadi bate dan unit

setelah lembaran pulp dibungkus dan diikat pakai kawat selanjutnya

dikirim ke pelanggan.

2.6 Tahapan Proses Pemutihan

Proses ini dapat dianggap sebagai lanjutan proses pemasakan yang

dimaksudkan untuk memperbaiki tingkat keputihan dan kemurnian pada

pulp. Hal ini dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan

pewarna yang tersisa pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang

paling dominan untuk menghasilkan warna pulp oleh karena itu,harus

dihilangkan atau diputihkan.

Pengurangan kandungan resin didalam pulp juga merupakan faktor

lain yang penting dalam proses pemutihan.Warna pada pulp yang belum

diputihkanumumnya disebabkan oleh lignin yang tersisa.Penghilangan

lignin lebih banyak pada proses pemasakan,tetapi akan mengurangi hasil

yang banyak sekali dan merusak serat sehingga menghasilkan kualitas

pulp yang rendah.

Pada normalnya proses penghilangan lignin adalah melarutkan pulp

kebentuk yang larut dengan air. Penghilangan bentuk-bentuk lignin

merupakan kehilangan sebagian dari hasil proses pemutihan,yang mana ini

adalah diantara 5% sampai dengan 10%(dihitung dari mulai pulp yang

telah selesai dimasak),tergantung pada metoda pemasakan dan sasaran

(34)

Lignin pada pulp kelihatan pada berbagai macam bentuk tergantung

pada kondisi-kondisi proses pulp yang berlangsung. Lignin ini sangat

reaktif yang berarti bahwa ini mudah dipengaruhi oleh bahan kimia seperti

klorin,hidrogen peroksida dan NaOH, kemudian molekul terurai menjadi

partikel-partikel yang lebih kecil yang larut dalam air dan dapat

dihilangkan dari pulp.Tahap pemutihan dengan klorin dioksida

menghasilkan tingkat keputihan pulp (brightness) yang tinggi. Keuntungan

dengan perlakuan ini adalah bahwa klorin dioksida dapat menghancurkan

lignin tanpa merusak selulosa.

2.6.1. Tahap Klorinasi (Do)

Pada tahap klorinasi,lignin diklorinasi menjadi klorilignin(yang akan

menjadi terlarut pada tahap ekstraksi),sehingga proses delignifikasi terjadi.

Peningkatan brightness setelah melalui tahap-tahap Klorinasi Ekstraksi Alkali

sangatlah kecil. Oksigen juga dipergunakan pada tahap ekstraksi dan terutama

digunakan pada proses delignifikasi.

Tahap pemutihan dengan klorindioksida menghasilkan tingkat keputihan pulp

yang tinggi. Keuntungan dengan perlakuan ini adalah bahwa klorin dioksida

menghancurkan lignin tanpa merusak selulosa.Klorin bereaksi dengan lignin

secara oksidasi dan substitusi. Reaksi ini mengeluarkan lignin dan oleh karena

itu,beberapa akan terlarut dalam tahap klorinasi.

Subsitusi :Cl2+( Lignin)→(Lignin)−��+���

(35)

Selanjutnya dicuci dan disaring untuk memisahkan cairan kimia dan

kandungan lignin dari pulp selanjutnya pulp dikirim ke tahap pengelantangan

berikutnya.

2.6.2. Tahap Oksidasi Ekstraksi (Eop)

Tahap kedua pada bleaching plant dengan banyak tahapan ini merupakan

tahap pemurnian dari tahap klorinasi.Tujuan utama dari penambahan alkali

(NaOH) pada tahap ekstraksi adalah melarutkan komponen-komponen penyebab

warna yang kemungkinan besar larut dalam larutan alkali (NaOH). Kelarutan

klorinat dan lignin yang teroksidasi,dan komponen-komponen warna lain yang

meningkatkan tingkat keputihan dalam tahap pemutihan selanjutnya.

Proses oksidasi kimia seperti klorin dioksida, peroksida,yang digunakan

setelah tahap ekstraksi,merupakan bahan-bahan kimia yang mahal. Konsumsi

bahan kimia tersebut akan menjadi tinggi jika tidak ada tahap ekstraksi yang

mengeluarkan lignin dan beberapa hemiselulosa dari pulp. Klorilignin yang tidak

larut dalam air panas dan media asam larut dalam larutan alkali (NaOH) pada

temperatur yang rendah.Pada temperatur yang lebih tinggi,hemiselulosa

(pentosan) larut,sehingga menyebabkan kehilangan produksi pulp untuk golongan

kertas.Parameter-parameter proses pada oksidasi ekstraksi yaitu temperatur, pH,

brightness dan viscosity.

Pengujian viskositas dilakukan untuk menentukan kekuatan yang dimiliki

oleh pulp, pengujian mengevaluasi derajat polimerisasi dari pada selulosa atau

dengan kata lain degradasi serat selulosa. Tingkat keputihan yang lebih tinggi

(36)

rendah dapat dicapai jika temperatur ekstraksi dijaga pada suhu 800C.Tingkat

keputihan juga harus mencapai 80-85% sesuai standart ISO dan akan bekerja

secara maksimal pada pH 10-11.

2.6.3. Tahap Klorin Dioksida(D1)

Proses pemutihan tahap III dimana pulp dari tahap II diputihkan kembali

untuk mendapat tingkat keputihan yang diinginkan, dengan menggunakan bahan

kimia ClO2 yang direaksikan pada temperatur 800C. Selanjutnya dicuci dan

disaring untuk memisahkan cairan kimia dan kandungan lignin dari pulp nya.

Klorin dioksida adalah suatu bahan pemutih yang akan berpengaruh

terhadap lignin dan memberikan tingkat putih yang tinggi pada pulp tanpa

memperlemah kekuatannya.

2.6.4 Tahap Klorin Dioksida(D2)

Proses pemutihan tahap keempat dimana prosesnya sama dengan tahap

ketiga dimana pulp dari tahap klorin dioksida diputihkan kembali supaya

mencapai derajat brightness yang lebih tinggi dari tahap III dan bahan kimia yang

digunakan adalah ClO2 pada temperatur 800C selanjutnya dicuci dan disaring

untuk memisahkan cairan kimia dan kandungan lignin dari pulp nya.

Temperatur yang optimum untuk pemutihan tahap ini adalah 800C,jika

temperatur lebih rendah daripada ini,klorin yang dikonsumsikan tidak mencukupi

untuk mencapai brightness lebih dari 800C sesuai standart ISO. Jika temperatur

dinaikkan lebih tinggi secara substansial,reaksi sangat cepat dapat terjadi tetapi

ada suatu resiko terhadap semua pemakaian klorin dioksida sebelum reaksi

(37)

2.7.Variabel-varibel Proses Pada Oksidasi Ekstraksi

1. Kekentalan

Keefektifan proses ekstraksi tergantung pada konsentrasi alkali

yang digunakan. Suatu Pulp dengan konsistensi yang tinggi maka akan

diberikan konsentrasi alkali yang lebih tinggi pada penerapan bahan

kimia yang diberikan. Pada konsistensi yang lebih tinggi sedikit uap

air yang dibutuhkan untuk memanaskan pulp untuk menaikan

temperatur.

2. Temperatur

Brightness yang lebih tinggi dihasilkan pada tahap pemutihan /

oksidasi berikutnya dan ekstraksi kappa lebih rendah dapat dicapai jika

temperatur ekstraksi dijaga pada suhu 65 – 700C. Temperatur diatas

700C tidak menunjukan adanya hasil-hasil yang menguntungkan.

3. Waktu Reaksi

Bilangan kappa berkurang dengan suatu kenaikan terhadap waktu

reaksi pada saat parameter- parameter lainnya dijaga ketat. Hal ini

secara terus menerus berkurang setelah suatu reaksi dengan waktu

yang sangat lama.Ada 2 bentuk reaksi untuk menghilangkan lignin,

sebuah tahap awal delignifikasi yang sangat cepat diikuti dengan

sebuah akhir delignifikasi yang lambat. Masing- masing mereka

disebut eliminasi lignin yang bersifat mudah dan eliminasi lignin

(38)

4. Brightness

Ketika lignin sudah dikeluarkan dari pulp pada proses pemutihan

dengan oksigen, brightness meningkat. Hal ini umumnya disebabkan

oleh delignifikasi dan bukan proses penghilangan lignin.

5. PH

Ketika pulp yang dicuci diklorinasi, pH dengan cepat turun lebih

rendah dari 2 sebagai akibat pemakaian klorin yang dihasilkan HCl.

pH memiliki pengaruh yang besar proses eliminasi lignin secara

khusus terhadap degrasi kandungan pulp. Pulp dengan pH 2 keluar dari

menara klorinasi masuk ke menara ekstraksi oksidasi. Di menara

ekstrasi kandungan lignin dan ekstraktif kayu harus dihilangkan

semaksimal mungkin.Dengan penambahan caustic soda (NaOH) pH 2

dinaikan hingga pH berkisar antara 10-11. Penghilangan lignin dan

ekstraktif tidak akan sempurna dengan pH dibawah 10, akan tetapi

dengan pH lebih besar dari 11 akan mendegrasi serat selulosa.

6. Pengadukan

Ketika lignin sudah dikeluarkan dari pulp pada proses pemutihan

dengan oksigen,tingkat keputihan meningkat. Hal ini umumnya

disebabkan oleh delignifikasi, dan bukan proses penghilangan lignin.

Tujuan dari pengadukan ini adalah untuk mendistribusikan bahan-bahan

kimia yang ditambahkan secara merata. Pengadukan yang tidak baik dapat

(39)

BAB III

METODOLOGI

3.1Bahan Dan Peralatan

3.1.1 Bahan yang digunakan di lapangan

1. Bubur pulp

2. NaOH

3. H₂O₂

4. O₂

5. Air

3.1.2 Peralatan di lapangan

1. Menara klorindioksida (Chlorindioksida Do tower)

Menara klorindioksida adalah tanki untuk mereaksikan bubur pulp

coklat dengan bahan kimia ClO2 sehingga bubur pulp coklat akan

menjadi agak putih dengan terjadinya reaksi tersebut.

2. Pencuci klorindioksida (Chlorindioksida washer)

Pencuci korindioksida merupakan alat pencuci bubur pulp yang berasal

dari menara klorindioksida sehingga bubur pulp yang telah bercampur

ClO2 akan tercuci di dalam washer tersebut agar bahan kimia tersebut

larut.

3. Pencampur Densitas Tinggi (High Density Mixer)

Fungsi dari mixer ini adalah mencampur bubur pulp supaya merata dan

(40)

4. Tanki penyimpanan (feed tank)

Tanki penyimpanan ini merupakan sebuah tempat penampungan air

yang akan digunakan untuk mengencerkan bubur pulp yang ada di

menara klorinasi.

5. Pompa (Medium Consistency Pump)

Merupakan alat untuk memompa bubur pulp yang mempunyai

kekentalan 8-15%

6. Menara ekstraksi (Extraction tower)

Menara ini merupakan alat untuk mereaksikan bubur pulp coklat

dengan bahan kimia NaOH, O2, H2O2 sehingga bubur pulp yang agak

coklat menjadi agak putih karena reaksi tersebut.

7. Pencuci ekstraksi (Extraction washer)

Merupakan alat pencuci bubur pulp yang berasal dari Eop sehingga

bubur pulp yang sudah bercampur dengan bahan kimia seperti NaOH

dan akan tercuci didalam washer dan bahan kimia tersebut dapat larut.

8. Tanki Filtrasi (filtrate tank)

Merupakan tanki untuk penampungan air yang digunakan untuk

mengencerkan bubur pulp yang ada di Eop washer dan tanki lainnya.

3.1.3 Prosedur kerja lapangan

1. Dicuci pulp yang telah mengalami klorinasi

2. Ditambahkan Caustic soda

3. Dimasukkan ke alat pencampur high density dengan konsistensi

sekitar 12%

(41)

5. Ditambahkan air tekanan rendah untuk memanaskan stock hingga

tercapai temperatur yang dikehendaki(70°C)

6. Dari alat pencampur HD stock turun ke tanki umpan lalu pompa MC

menginjeksikan H2O2(hidrogren peroksida) dengan kecepatan pompa

yang bervariasi untuk memperbaiki brightness

7. Ditambahkan oksigen ke alat pencampur dan pulp keluar dari alat

pencampur menuju aliran menanjak

8. Didilusi stock menjadi konsistensi sebesar 2,5% dengan filtrat dari

washer proses ekstraksi

9. Dikeluarkan stock dari bagian atas menara ekstraksi secara gravitasi

menuju washer selanjutnya

10. Di dilusi lanjut stock hingga konsistensi sebesar 1,2%

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil pengamatan data yang diperoleh pada penentuan hubungan pengaruh

pH dan jumlah penggunaan larutan NaOH pada proses pemutihan pulp pada tahap

ekstraksi (Eop) di unit pemutihan fiber line di PT.Toba Pulp Lestari, tbk Porsea

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1.Pengaruh pH dan Penggunaan Larutan NaOH Pada Tingkat Pemutihan (Brightness)

Menghitung penggunaan larutan NaOH

(43)

Tabel 4.2.Data Pengaruh Penggunaan Larutan NaOH Terhadap Tingkat

4.3. Pengaruh Larutan NaOH Dengan Metode Least Square

x y x² y² xy

y = tingkat keputihan(brightness)

(44)

=118255,97 −3,80

=-31119,99

b =�Ʃ�2�(Ʃ�)−(Ʃ�)(Ʃ��)

�(Ʃ�2)(Ʃ�

=(1682,7)(496,4)−(100,64)(28035,61) 6(1682,7)−(100,64)²

=835292,28−2821503,79 (10096,2)−(10128,4)

=−1986211,51 −3,80

= 522687,23

Maka diperoleh persamaan garis yang regresinya sebagai berikut:

y = ax+b

Untuk memperoleh harga y dengan memasukkan harga x (larutan NaOH)

y =(-31119,99)6+(522687,23)

= -186719,94+522687,23

(45)

Tabel 4.4.Data Hasil Analisa Garis Regresi Linear

Untuk menentukan apakah terhadap hubungan korelasi antara x (larutan NaOH)

dan y (brightness)maka dapat ditentukan dengan memakai koefisien korelasi

(46)

C.Menghitung jumlah pemakaian optimal NaOH untuk mencapai brightness

(tingkat keputihan)

Target Brightness : 85% ISO

y =ax+b

85=-31119,99x + (522687,23)

�=85−522687,23

31119,99

=

−522602 ,23

−31119 .99

=16,79 kg/ton pulp

Jadi, penggunaanlarutan NaOH yang optimal adalah 16,79 kg untuk 1 ton pulp

4.3 Pembahasan

Natrium Hidroksida(NaOH) adalah larutan basa yang digunakan untuk mengatur

kestabilan pH di tahap Ekstraksi,dimana berfungsi untuk melarutkan lignin dan

zat ekstraktif lainnya yang tidak larut dalam suasana asam tetapi larut dalam

suasana basa.

Tujuan utama penggunaan larutan NaOH adalah supaya mencapai target

tingkat keputihan yaitu 85% sesuai standart ISO dan pH berkisar 10-11 harus

(47)

yang maksimal, sedangkan jika pH nya lebih dari 11 menyebabkan serat pulp

rusak. Dari data yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan mengenai pengaruh

penggunaan larutan NaOH terhadap tingkat keputihan, semakin tinggi jumlah

larutan NaOH yang digunakan,maka tingkat keputihan akan semakin

tinggi,sebaliknya jika jumlah larutan NaOH sedikit maka tingkat keputihan pulp

akan semakin rendah,jadi jumlah pemakaian NaOH terhadap tingkat keputihan

berbanding lurus. Dari hasil perhitungan diperoleh garis regresi

Y=−31119,99x+(522687,23)

Dari hasil persamaan tersebut dapat diketahui jumlah penggunaan larutan

NaOH yang optimal di tahap ekstraksisecara matematik diperoleh jumlah

pemakaian larutan NaOH yang optimal adalah 16,79 kg/ton.

Dari grafik kita dapat melihat hubungan antara penggunaan larutan NaOH

dengan tingkat keputihan pulp,jumlah pemakaian harus dikontrol karena jika

pemakaian NaOH yang digunakan berlebihan akan menghasilkan tingkat

keputihan yang tinggi, tetapi serat pulp rusak dan biaya produksi mahal dan

sebaliknya jika pemakaian NaOH kurang,maka tingkat keputihan tidak mencapai

target yang diinginkan,jadi harus diperhatikan keseimbangan pemakaian dan hasil

(48)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang dilakukan selama praktek

kerja lapangan di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk.dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Semakin tinggi pemakaian NaOH pada tahap ekstraksi maka tingkat

keputihan juga semakin meningkat, sebaliknya semakin sedikit pemakaian

NaOH maka tingkat keputihan juga akan semakin rendah.

2. Semakin tinggi pH pada tahap ekstraksi maka tingkat keputihan juga akan

semakin meningkat, sebaliknya semakin rendah pH maka tingkat

keputihan juga akan semakin rendah.

3. Untuk mencapai tingkat keputihan yang optimal pada proses ekstraksi

yaitu 85% sesuai dengan standart ISO maka jumlah penggunaan larutan

NaOH adalah sebanyak 16,79 kg untuk 1 ton pulp dengan pH optimal

10−11.

5.2. Saran

1. Penggunaan larutan NaOH perlu diperhatikan karena jika penggunaan

NaOH terlalu banyak dapat merusak serat dan sebaliknya jika penggunaan

NaOH sedikit maka tingkat keputihan pulp rendah.Penggunaan NaOH

juga mempengaruhi pH,jika semakin tinggi penggunaan NaOH,maka pH

semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah pemakaian NaOH maka pH

semakin rendah,karena itu penggunaan larutan NaOH harus diperhatikan

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2003.Buku Manual Training Digester.Porsea.PT.Toba Pulp Lestari,Tbk.

Dumanauw, J.F.1993.Mengenal Kayu.Semarang. Kanisius

Fengel, D.1995. Kayu Kimia Ultra Struktur Reaksi.Yogyakarta:Gajah Mada

University Press.

Haygreen, J.G.1986.Hasil Hutan dan ILmu Kayu.Yogyakarta.UGM-Press

Sirait, S.2003.BleachingModule Training and DevelopmentCenter.Porsea.

PT.Toba Pulp Lestari,Tbk

Sjostrom,E.1995.Kimia Kayu,Dasar-Dasar dan Penggunaan.Yogyakarta.UGM

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi Unsur Kayu.
Tabel 4.1.Pengaruh pH dan Penggunaan Larutan NaOH Pada Tingkat  Pemutihan (Brightness)

Referensi

Dokumen terkait

Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun Anggaran 2015 tanggal 13 Februari 2015 nomor : 360. / POKJA / KONS / II

Kelompok Kerja Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Jalan dan Jembatan. Provinsi

Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun Anggaran 2015 tanggal 13 Februari 2015 nomor : 361. / POKJA / KONS / II

Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun Anggaran 2015 tanggal 13 Februari 2015 nomor : 364. / POKJA / KONS / II

Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun Anggaran 2015 tanggal 13 Februari 2015 nomor : 365. / POKJA / KONS / II

Kelompok Kerja Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Jalan dan Jembatan. Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun

The specific circumstances of each wood-lot transaction (family transmission, consolidation of holding by local proprietors, departure of a family from the district) highlight

[r]