A. Landasan Teori
Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti menggunakan beberapa
istilahyang berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk itu pada bab ini peneliti
menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini. Teori
berfungsi sebagai pisau analisis atau untuk menjelaskan dan menjadi panduan
dalam penelitian.
Landasan Teori adalah Penelitian ilmiah merupakan suatu bentuk
penelitian dengan cara berpikir dan bertindak secara sistematis. Sebab itu
kajiannya perlu didukung oleh suatu landasan teori yang di pilih dari literatur
maupun berbagai referensi sebagai landasan dasar teoritik yang menghubungkan
konsep – konsep, preposisi-preposisi dan defenisi variabel yang hendak diteliti,
sehingga dapat meramalkan, menerangkan dan memecahkan gejala sosial
sementara yang dihadapi (Sugiyono, 2012:77).
Sehubungan dengan hal itu, berikut ini penulis akan menguraikan secara
teoritik variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dan hubungan-hubungan
diantaranya.
1. Kebijakan
Secara umum, istilah “kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk
menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok,
maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang
kegiatan tertentu. Pengertian kebijakan seperti ini dapat kita gunakan dan relatif
memadai untuk keperluan pembicaraan-pembicaraan biasa, namun menjadi
kurang memadai untuk pembicaraan-pembicaraan yang lebih ilmiah dan
sistematis menyangkut analisis kebijakan publik. Kebijakan merupakan suatu
rangkaian alternatif yang siap dipilih berdasarkan prinsip-prinsip tertentu.
Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam terhadap berbagai
alternatif yang bermuara kepada keputusan tentang alternatif terbaik.
2. Kebijakan Publik
Pada dasarnya banyak para ahli yang memberikan definisi tentang
kebijakan publik. Perbedaan ini timbul karena masing-masing ahli mempunyai
latar belakang yang berbeda-beda. Sementara di sisi lain, pendekatan dan model
yang digunakan para ahli pada akhirnya juga akan menentukan bagaimana
kebijakan publik tersebut hendak didefinisikan. Para ahli yang memberikan
definisi mengenai kebijakan publik antara lain :
1. Robert Eyestone, mengatakan bahwa secara luas kebijakan publik dapat
didefinisikan sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya; 2. Thomas R. Dye, mengatakan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang
3. Richard Rose, menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai
serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta
konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu
keputusan tersendiri;
4. Carl Friedrich, memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang
diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan
terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam
rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu
maksud tertentu;
5. Bagi Philip J. Cooper, kebijakan publik sebagai pilihan otoritatif yang dibuat
demi kepintingan masyarakat. Dengan sendirinya, kebijakan publik hanya
dapat dikeluarkan oleh pemerintah, tidak oleh badan lain, walaupun kebijakan
tersebut mungkin diambil atas desakan pihak lain diluar pemerintah. Aspek
paling vital dalam kebijakan publik adalah pembuat keputusan.
Kebijakakan publik dan lembaga-lembaga pemerintah mempunyai
hubungan yang sangat erat. Suatu kebijakan tidak akan menjadi kebijakan publik
sebelum ditetapkan dan dilaksanakan oleh suatu lembaga pemerintah.
Lembagalembaga pemerintah merupakan pola - pola perilaku yang tersusun dari
individu-individu dan kelompok – kelompok. Pola – pola perilaku individu dan
kelompok yang stabil mungkin mempengaruhi substansi kebijaksanaan publik.
Pola – pola ini mungkin memberikan manfaat kepada kepentingan-kepentingan
tertentu dalam masyarakat dan tidak memberikan manfaat kepada
lembaga-lembaga pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat. Oleh karena itu, sangat
mungkin terdapat masalah – masalah yang menghambat implementasi kebijakan
P2KP disebabkan adanya kepentingan – kepentingan yang berbeda dari lembaga
pelaksana. Kepentingan itu berasal dari pola perilaku individu-individu dan
kelompok – kelompok yang ada dalam lembaga tersebut.
3. Implementasi Kebijakan
Implementasi secara politik adalah implementasi yang perlu dipaksakan
secara politik karena walupun ambiguitasnya rendah, tingkat konfliknya tinggi.
Tahap implementasi terjadi hanya setelah keputusan hukum ditetapkan dan dana
disediakan. Implementasi kebijakan tidak hanya bersangkut paut dengan
mekanisme operasional kebijakan ke dalam prosedur-prosedur birokrasi,
melainkan juga terkait dengan masalah konflik keputusan dan bagaimana suatu
kebijakan tersebut diperoleh kelompok – kelompok sasaran.
Studi implementasi kebijakan atau analisis implemetasi kebijakan
memfokuskan diri pada aktivitas – aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan
untuk menjalankan keputusan kebijakan yang telah ditetapkan. Menurut Udoji
(1981) dalam Wahab, implementasi kebijakan merupakan sesuatu yang penting,
bahkan mungkin jauh lebih penting dibandingkan proses pembuatan kebijakan,
karena suatu kebijakan hanya sekedar susunan peraturan yang sempurna dan
hanya tersimpan rapi dalam arsip apabila tidak diimplementasikan.
Implementasi kebijakan adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk
jembatan yang menghubungkan antara tindakan – tindakan dengan tujuan yang
ingin dicapai dari suatu kebijakan. Seperti yang dikemukakan oleh Pressman dan
Wildavsky, implementasi diartikan sebagai interaksi antara penyusunan tujuan
dengan sarana tindakan dalam mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan Van Meter dan Carl Horn, Dalam ”The Policy Implementation
Process” di dalam Jurnal Administration and Society, Vol. 5 no. 4 tahun 1975,
mendefinisikan implementasi sebagai :
” ... policy implementation encompasses those action by public and privat individuals (or groups) that are directed at the achievement of objectives set forth in the prior policy decisions. This includes both one-tome efforts to transform decision into operational terms, as well as contuining efforts to achieve the large and small changes mandated by policy decisions” (Van Meter & Van Horn; 1975:447).
Implementasi kebijakan dibatasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh individu – individu (atau kelompok - kelompok) pemerintah maupun swasta
yang diarahkan untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah ditetapkan dalam
keputusan – keputusan kebijakan sebelumnya. Dengan demikianperlu ditekankan
bahwa tahap implementasi tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran
sasaran ditetapkan oleh keputusan.
Dalam rangka implementasi kebijakan P2KP, pelaksana atau implementor
harus tunduk kepada instruksi-instruksi legal yang dibuat oleh pembuat kebijakan.
Maka dari itu sebelum melaksanakan proses implementasi, pelaksana harus
mengetahui dan memahami apa yang harus mereka lakukan. Karena itu menurut
Jones (1977) ditegaskan bahwa implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang
diinginkan. Kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi, yaitu
meliputi: 1) Penafsiran, merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna
program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan. 2)
Organisasi, sebagai unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan
kebijakan. 3) Penerapan, berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan,
upah dan lain – lainnya.
Jones menjelaskan dari sudut institusional, organisasi bisa dilihat dari aktor
atau badan-badan dalam implementasi program dengan memfokuskan diri pada
peranan birokrasi sebagai lembaga pelaksana primer. Penafsiran terhadap rencana
kebijakan ke dalam proses implementasi hanya dilakukan oleh organisasi
pemerintah dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan program
kebijakan. Suatu program kebijakan akan berhasil bila penafsiran oleh
badan-badan eksekutif, birokrat dan beberapa pihak lain yang terlibat apa adanya.
Patton dan Savicky membedakan kegagalan implementasi kebijakan ke dalam
dua jenis; pertama, kegagalan program (program failure), yaitu kegagalan yang
disebabkan kebijakan tidak dapat diimplementasikan. Kedua, kegagalan teori
(theory failure), yaitu jika kebijakan dapat dilaksanakan tetapi tidak menghasilkan
manfaat yang dikehendaki.
Sedangkan menurut Winter (1990) terdapat empat variabel kunci yang
mempengaruhi keberhasilan implementasi, yaitu: (1) proses formasi kebijakan, (2)
perilaku organisasi pelaku implementasi, (3) perilaku pelaksana di tingkat bawah
dalam masyarakat. Sementara itu, Cheema dan Rondinelli, mengatakan bahwa
untuk analisa implementasi program – program pemerintah yang bersifat
desentralisasi, ada empat kelompok variabel yang dapat mempengaruhi kinerja
dan dampak suatu program, yaitu:
a. Kondisi lingkungan
b. Hubungan antar organisasi
c. Sumber daya orgnaisasi untuk implementasi program; dan d. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana
Keempat faktor ini dijelaskan sebagai berikut :
Pertama, kondisi lingkungan meliputi: tipe sistem politik, struktur pembuatan
kebijakan, karakteristik struktur, politik lokal, kendala sumber daya, sosio
kultural, derajat keterlibatan para penerima program, dan tersedianya infrastruktur
yang cukup. Kedua, hubungan antar organisasi, meliputi unsur kejelasan dan
konsistensi program, pembangunan fungsi antar instansi yang pantas, standarisasi
prosedur perencanaan, anggaran, implementasi dan evaluasi, ketepatan,
konsistensi, dan kualitas komunikasi antar instansi, dan efektivitas jejaring untuk
mendukung program. Ketiga, sumber daya organisasi, meliputi unsur: kontrol
terhadap sumber dana, keseimbangan antara pembagian anggaran dan kegiatan
program, ketepatan alokasi anggaran, pendapatan yang cukup untuk pengeluaran,
dukungan pemimpin politk pusat, dukungan pemimpin politik lokal, dan
komitmen birokrasi. Terakhir, keempat, karakteristik dan kapabilitas instansi
pelaksana, meliputi: keterampilan teknis; manajerial dan politis petugas;
kemampuan untuk mengkoordinasi; mengontrol dan mengintegrasikan keputusan;
yang baik antara instansi dengan pihak di luar pemerintah, kualitas pemimpin
instansi yang bersangkutan; komitmen petugas terhadap program, dan kedudukan
instansi dalam hierarki sistem administrasi.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi
semata. Pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan
ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, namun lebih dari itu pembangunan
memiliki perspektif yang luas. Beberapa ahli ekonomi seperti Schumpeter dan
Hicks, telah menarik perbedaan yang lebih lazim antara istilah perkembangan
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi mengacu pada
masalah negara terbelakang sedang pertumbuhan mengacu pada masalah negara
maju. Perkembangan menurut Schumpeter adalah perubahan spontan dan
terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan
mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedang pertumbuhan
adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui
kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks mengemukakan, masalah negara
terbelakang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak ada atau
belum dipergunakan, kendati penggunaannya telah cukup dikenal, sedang masalah
negara maju terkait pada pertumbuhan.
Kamus Ekonomi Everyman membuat pembedaan di atas lebih eksplisit bahwa
umumnya perkembangan ekonomi berarti pertumbuhan ekonomi. Lebih khusus,
perekonomian yang sedang berkembang (seperti laju kenaikan di dalam
pendapatan nyata per kapita) tetapi perubahan ekonomi, sosial atau perubahan lain
yang yang mengarah kepada pertumbuhan. Pertumbuhan lalu dapat diukur dan
objektif, ia menggambarkan perluasan tenaga-tenaga kerja, modal, volume
perdagangan dan konsumsi. Perkembangan ekonomi dapat dipergunakan untuk
menggambarkan faktor-faktor penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi,
seperti perubahan dalam teknik produksi, sikap masyarakat dan lembaga-lembaga.
Perubahan tersebut dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi. (Jhingan; 1994).
Dalam pembangunan ekonomi, modal memegang peranan yang penting.
Menurut teori ini, akumulasi modal ini akan menentukan cepat atau lambatnya
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Modal tersebut diperoleh
dari tabungan yang dilakukan masyarakat. Adanya akumulasi modal yang
dihasilkan dari tabungan, maka pelaku ekonomi dapat menginvestasikannya ke
sektor riil, dalam upaya untuk meningkatkan penerimaannya. Akumulasi modal
dan investasi sangat bergantung pada perilaku menabung masyarakat, sementara
disisi lain kemampuan menabung masyarakat ditentukan oleh kemampuan
menguasai dan mengeksplorasi sumberdaya yang ada. Artinya bahwa orang yang
mampu menabung pada dasarnya adalah kelompok masyarakat yang menguasai
dan mengusahakan sumber-sumber ekonomi, yaitu para pengusaha dan tuan
tanah.
Pekerja merupakan satu-satunya pelaku ekonomi yang tidak memiliki
kemampuan menabung karena mereka tidak mampu menguasai dan
pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan
keterkaitan satu dengan yang lain. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu
sektor akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong
kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi, dan memperluas pasar. Hal ini
akan mendorong pertumbuhan ekonomi semakin pesat. (Kuncoro; 2000).
Menurut Smith (Abdul Hakim, 2000;64) mengatakan bahwa variabel penentu
proses produksi suatu negara dalam menghasilkan output total ada tiga, yaitu : 1)
sumber daya alam yang tersedia (masih diujudkan sebagai faktor produksi
‘tanah’), 2) sumber daya manusia (jumlah penduduk), dan 3) stok barang kapital
yang ada. Menurutnya sumber daya alam yang tersedia merupakan bahan baku
utama dari kegiatan produksi suatu perekonomian dan jumlahnya terbatas. Proses
produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi manusia akan terus
berjalan sepanjang sumber daya alam masih tersedia.
Sumber daya manusia dalam arti angkatan kerja, input dalam proses produksi
berperan aktif dalam proses pertumbuhan ekonomi. Jumlahnya akan terus
bertambah atau berkurang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam proses produksi.
Stok kapital juga memegang peran yang sangat penting dalam menentukan cepat
lambatnya proses pertumbuhan output. Besar kecilnya stok kapital dalam
perekonomian pada saat tertentu akan sangat menentukan kecepatan pertumbuhan
ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi didefiniskan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor
penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama
lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. (Boediono; 1999). Pertumbuhan
ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis
tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan sejauhmana aktivitas perekonomian akan menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada
dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor
produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan
menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh
masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan pendapatan
masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan turut meningkat. (Susanti,
dkk; 2000).
Todaro (2000) menjelaskan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama
dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, yaitu :
1. Akumulasi Modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan sumbersaya manusia.
2. Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selanjutnya dengan sendirinya
membawa pertumbuhan angkatan kerja 3. Kemajuan teknologi.
Akumulasi modal (capital accunulation) terjadi apabila sebagian dari
pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar
output dan pendapatan. Akumulasi modal akan menambah sumberdaya baru
meningkatkan kualitas sumberdaya (misalnya, perbaikan sistim irigasi,
pengadaan pupuk, pestisida).
Todaro (2000) menjelaskan bahwa akumulasi modal (Capital Accumulation)
terjadi apabila sebagian pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan
tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan pabrik
baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stok modal secara
fisik suatu negara (yakni nilai riil netto atas seluruh barang modal produktif
secara fisik) dan hal itu jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan output
dimasa-masa mendatang. Investasi dalam pembinaan sumberdaya manusia juga
meningkatkan kualitasnya sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif
yang sama terhadap angka produksi, bahkan akan lebih besar lagi mengingat terus
bertambahnya jumlah manusia. Menurut Dr Singer (Jhingan; 1994) pembentukan
modal terdiri dari barang yang nampak seperti pabrik, alat-alat dan mesin, maupun
barang yang tidak nampak seperti pendidikan bermutu tinggi, kesehatan, tradisi
ilmiah dan penelitian. Untuk memahami bagaimana akumulasi modal dan
perubahan teknologi dapat menggerakkan perekonomian, maka model
pertumbuhan neo-klasik yang diperkenalkan oleh Robert Solow menggambarkan
suatu perekonomian dimana output merupakan hasil kerja dari dua jenis input,
yaitu modal dan tenaga kerja. (Samuelson; 1995)
Investasi (sebagai salah satu komponen penting dari AD) merupakan suatu
faktor krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi (Sustainable
Development), atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pembangunan
untuk kegiatan pembangunan itu diperlukan dana untuk membiayainya yang
disebut dana investasi. (Tambunan;2001).
Tambunan (2001) dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan
pada ketersediaan dan kualitas dari faktor-faktor produksi seperti SDM, kapital,
teknologi, bahan baku, entrepreneurship, dan energi. Pertumbuhan ekonomi
ditentukan oleh faktor internal yang dapat dibedakan antara lain faktor ekonomi
dan faktor non ekonomi khususnya politik dan sosial sedangkan faktor eksternal
didominasi oleh faktor-faktor ekonomi seperti perdagangan internasional dan
pertumbuhan ekonomi kawasan atau dunia.
Proses pembangunan dilihat sebagai perubahan struktural ditandai dengan
perubahan yang bersifat multi dimensional yaitu suatu perubahan dari konstelasi
ekonomi yang mengalami stagnasi kearah perimbangan-perimbangan keadaan
yang sudah mengandung gerak kekuatan dinamika dalam perkembangannya.
Perubahan struktural menyangkut perubahan-perubahan pada struktur dan
komposisi produk nasional, pada kesempatan kerja produktif, pada ketimpangan
antar sektor, antar daerah dan antar golongan masyarakat, pada kemiskinan dan
kesenjangan antara golongan berpendapatan rendah dan tinggi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional
bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau
berkembang bila terjadi pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi
perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur
dengan output riil per orang.
Secara singkat, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses
kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dalam pengertian itu terdapat
tiga aspek yang perlu digarisbawahi, yaitu proses, output per kapita, dan jangka
panjang. Pertumbuhan sebagai proses, berarti bahwa pertumbuhan ekonomi bukan
gambaran perekonomian pada suatu saat. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan
output per kapita, berarti harus memperhatikan dua hal, yaitu output total (GDP)
dan jumlah penduduk, karena output per kapita adalah output total dibagi dengan
jumlah penduduk. Aspek jangka panjang, mengandung arti bahwa kenaikan
output per kapita harus dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama ( 10, 20, atau
50 tahun, bahkan bisa lebih lama lagi). Kenaikan output per kapita dalam satu atau
dua tahun kemudian diikuti penurunan bukan pertumbuhan ekonomi.
Teori pertumbuhan ekonomi pada dasarnya adalah suatu “ceritera” logis
mengenai bagaimana proses pertumbuhan terjadi. Teori ini menjelaskan dua hal,
yaitu (1) mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita
dalam jangka panjang, dan (2) mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut
berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan. Satu hal yang
perlu diingat bahwa dalam ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori
pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori pertumbuhan. Sampai sekarang tidak
ada suatu teori pertumbuhan yang bersifat menyeluruh dan lengkap dan
5. Pertumbuhan Ekonomi dan Kenaikan Produktivitas
Sementara negara-negara miskin berpenduduk padat dan banyak hidup pada
taraf batas hidup dan mengalami kesulitan menaikkannya, beberapa negara maju
seperti Amerika Serikat dan Kanada, negara-negara Eropa Barat, Australia,
Selandia Baru, dan Jepang menikmati taraf hidup tinggi dan terus bertambah.
Pertambahan penduduk berarti pertambahan tenaga kerja serta berlakunya hukum
Pertambahan Hasil yang Berkurang mengakibatkan kenaikan output semakin
kecil, penurunan produk rata-rata serta penurunan taraf hidup. Sebaliknya
kenaikan jumlah barang-barang kapital, kemajuan teknologi, serta kenaikan
kualitas dan keterampilan tenaga kerja cenderung mengimbangi berlakunya
hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang. Penyebab rendahnya pendapatan di
negara-negara sedang berkembang adalah berlakunya hukum penambahan hasil
yang semakin berkurang akibat pertambahan penduduk sangat cepat, sementara
tak ada kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi berupa pertambahan
kuantitas dan kualitas sumber alam, kapital, dan kemajuan teknologi.
Teori Pertumbuhan Adam smith, Untuk mewakili bahasan teori Klasik, dalam
bab ini hanya dibahas teori dari Smith. Menurut Smith terdapat dua aspek utama
dari pertumbuhan ekonomi, yaitu :
a. pertumbuhan output (GDP) total, dan
b. pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan Output Sistem produksi nasional suatu negara terdiri dari tiga
a. Sumberdaya alam ( = faktor produksi tanah)
b. Sumberdaya manusia ( = jumlah penduduk), dan
c. Stok kapital yang tersedia.
Sumberdaya alam merupakan faktor pembatas ( = batas atas) dari
pertumbuhan ekonomi. Selama sumberdaya alam belum sepenuhnya
dimanfaatkan maka yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan
ekonomi adalah sumberdaya manusia (tenaga kerja) dan stok kapital. Namun, jika
sumberdaya alam telah dimanfaatkan sepenuhnya ( dieksploitir) atau dengan kata
lain batas atas daya dukung sumberdaya alam telah dicapai maka pertumbuhan
ekonomi akan berhenti.
Sumberdaya manusia atau jumlah penduduk dianggap mempunyai peranan
yang pasif di dalam pertumbuhan output. Artinya, jumlah penduduk akan
menyesuaikan diri dengan kebutuhan tenaga kerja di suatu masyarakat. Misalnya,
kebutuhan tenaga kerja pada suatu saat mencapai 1 juta orang, tetapi pada saat itu
hanya tersedia 900.000 orang, maka jumlah penduduk akan cenderung meningkat
sampai mencapai 1 juta orang. Jadi, berapapun tenaga kerja yang dibutuhkan akan
dapat terpenuhi. Dengan demikian, faktor tenaga kerja bukan kendala di dalam
proses produksi nasional.
Faktor kapital merupakan faktor yang aktif dalam pertumbuhan ekonomi.
Oleh karena itu akumulasi kapital sangat berperanan dalam proses pertumbuhan
ekonomi. Umtuk menjelaskan bagaimana peranan akumulasi kapital dalam proses
mengenai spesialisasi dan pembagian kerja. Stok kapital (K) mempunyai dua
pengaruh terhadap tingkat output total (Q), yaitu pengaruh langsung dan pengaruh
tak langsung. K berpengaruh langsung terhadap Q karena pertambahan K ( yang
diikuti pertambahan tenaga kerja, L) akan meningkatkan Q. Secara matematis,
dapat ditulis : Q = f (K,L). Pengaruh tidak langsung dari K terhadap Q adalah
berupa peningkatan produktivitas per kapita melalui dimungkinkannya
spesialisasi dan pembagian kerja (specialization and devision of labor) yang lebih
tinggi. Makin besar kapital (K) yang digunakan, makin besar kemungkinan
dilakukan spesialisasi dan pembagian kerja, dan selanjutnya akan meningkatkan
produktivitas per pekerja. Peningkatan produktivitas tersebut bersumber dari tiga
hal, (1) dengan spesialisasi akan meningkatkan ketrampilan setiap pekerja dalam
bidang pekerjaannya, (2) dengan sistem pembagian kerja akan menghemat waktu
dari waktu ketika pekerja beralih dari macam pekerjaan yang satu ke pekerjaan
yang lain, dan (3) ditemukannya mesin-mesin yang mempermudah dan
mempercepat pekerjaan.
Dari penjelasan di atas, dapat diartikan bahwa peningkatkan stok kapital (K)
secara terus menerus dengan menganggap tenaga kerja (L) selalu terpenuhi, juga
akan diikuti oleh peningkatan output total (Q) terus menerus sampai mencapai
batas atas sumberdaya alam. Di sini proses pertumbuhan ekonomi berhenti. Tahap
di mana proses pertumbuhan ekonomi telah berhenti disebut posisi stasioner
(stationary state). Pada posisi ini, semua proses pertumbuhan berhenti:
pertumbuhan kapital berhenti, pertumbuhan penduduk berhenti, pertumbuhan
Menurut Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai
”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan
semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan
ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan
idiologis yang diperlukannya”. Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen; 1.
Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara
terus-menerus persediaan barang; 2. Teknologi maju merupakan faktor dalam
pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam
penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; 3. Penggunaan teknologi
secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan
dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat
manusia dapat dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2000:57).
Selain itu menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994) pertumbuhan ekonomi
berpokok pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan
ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses
peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang
berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatkan hasil produksi dan
pendapatan.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Dalam hal
ini berkaitan dengan output total (GDP) dan jumlah penduduk, karena output
perkapita adalah output total dibagi dengan jumlah penduduk. Jadi, kenaikan
total di satu pihak, dan jumlah penduduk di pihak lain, pertumbuhan ekonommi
mencakup GDP total dan pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting
dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu
negara. Dimana pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan sejauh mana aktivitas
perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu
periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas ekonomi adalah suatu proses
penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini
pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor
produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi
maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga
akan meningkat.
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi:
Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor yakni
faktor ekonomi dan faktor non ekonomi :
A. Faktor Ekonomi
Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang
mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya
merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi didalam faktor produksi
tersebut.
1.Sumber Daya Alam
Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah
sumber daya alam atau tanah. “Tanah”sebagaimana dipergunakan dalam ilmu
ekonomi mencakup sumber daya alam seperti kesuburan tanah, letak dan
susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan, dan
sebagainya. Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber daya
alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Suatu negara yang
kekurangan sumber alam tidak akan dapat membangun dengan cepat
2.Akumulasi Modal
Faktor ekonomi kedua yang penting dalam pertumbuhan adalah akumulasi
modal. Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat
direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut
akumulasi modal atau pembentukan modal. Dalam ungkapan Nurkse, “makna
pembentukan modal adalah masyarakat tidak melakukan saat ini sekedar untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, akan tetapi
menggairahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang modal, alat-alat,
mesin-mesin, pabrik dan peralatannya. Dalam arti ini pembentukan modal
merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan
stok modal, output nasional dan pendapatan nasional. Jadi, pembentukan modal
merupakan kunci utama menuju pembangunan ekonomi.
Proses pembentukan modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri serta
(a) Keberadaan tabungan nyata dan kenaikannya.
(b) Keberadaan lembaga keuangan dan menyalurkan ke jalur yang dikehendaki.
(c) Menggunakan tabungan untuk investasi barang modal.
Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi. Di satu
pihak ia mencerminkan permintaan efektif, dan di pihak lain ia menciptakan
efisiensi produktif bagi produksi di masa depan. Pembentukan modal mempunyai
arti penting khusus bagi Negara kurang berkembang. Proses pembentukan modal
menghasilkan kenaikan output nasional dalam berbagai cara. Pembentukan modal
diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk di Negara itu. Investasi di
bidang barang modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga kesempatan
kerja. Pembentukan modal ini pula yang membawa kearah kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi pada gilirannya membawa ke arah spesialisasi dan
penghematan dalam produksi skala luas. Pembentukan modal membantu usaha
penyediaan mesin, alat dan perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin
meningkat. Penyediaan overheadsocial dan ekonomi seperti pengangkutan,
sumber tenaga, pendidikan dan sebagainya di negara bersangkutan dimungkinkan
melalui pembentukan modal ini juga. Pembentukan modal ini pula yang
membawa kearah penggalian sumber alam, industrialisasi dan ekspansi pasar yang
diperlukan bagi kemajuan ekonomi.
Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi
berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi.
Organisasi bersifat melengkapi (komplemen) modal, buruh dan membantu
meningkatkan produktifitas. Dalam ekonomi modern para wiraswastawan tampil
sebagai organisator dan pengambil resiko dalam ketidakpastian.Wiraswastawan
bukanlah manusia dengan kemampuan biasa. Ia memiliki kemampuan khusus
untuk bekerja dibandingkan orang lain. Menurut schumputer, seorang
wiraswastawan tidak perlu seorang kapitalis. Fungsi utamanya ialah melakukan
pembaharuan (inovasi).
4. Kemajuan Teknologi
Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor penting dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam metode
produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian
baru. Perubahan dalam teknologi telah menaikkan prokduktifitas buruh, modal,
dan sektor produksi lain.Kuznets mencatat lima pola penting pertumbuhan
teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi modern. Kelima pola tersebut ialah:
penemuan ilmiah atau penyempurnaan pengetahuan teknik; invensi; inovasi;
penyempurnaan, dan penyebar luasan penemuan yang biasanya di ikuti dengan
penyempurnaan.Seperti Schumputer, ia menganggap inovasi sebagai factor
teknologi yang paling penting dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Kuznets,
inovasi terdiri dari dua macam: pertama, penurunan biaya yang tidak
menghasilkan perubahan apapun pada kualitas produk; kedua, pembaharuan yang
5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi Spesialisasi dan pembagian kerja
menimbulkan peningkatan produktifitas. Keduanya membawa perekonomian
kearah ekonomi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan
industri.Hal ini menurunkan laju pertumbuhan ekonomi. Adam Smith
menekankan arti penting pembagian kerja bagi perkembangan ekonomi.
Pembagian kerja menghasilkan perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap
buruh menjadi lebih efisien daripada sebelumnya.
B. Faktor Non ekonomi
Faktor non ekonomi bersama sektor ekonomi saling mempengaruhi
kemajuan perekonomian. Dalam kenyataan pada umumnya sektor non ekonomi
mempengaruhi keadaan faktor ekonomi yang dibicarakan diatas.
1.Faktor Sosial
Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Pendidikan dan kebudayaan barat kearah penalaran (reasioning) dan skeptisme. Ia
menanamkan semangat yang menghasilkan berbagaipenemuan baru, juga
merubah cara pandang, harapan, struktur, dan nilai-nilai sosial. Namun sikap
sosial masyarakat yang masih tradisional dapat menghambat berjalannya
pertumbuhan ekonomi. Untuk menghilangkan sistem sosial dan sikap masyarakat
yang menjadipenghambat pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah harus selalu
berusaha untuk melakukan perombakan dalam sistem sosial seperti penghapusan
kekuasaan tuan tanah memberikan tanah tersebut kepada para petani yang tidak
Sehubungan dengan pengembalian investasi yang lebih tinggi dari perusahaan
yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang sudah ada atau yang potensial di
negara tuan rumah agar dapat menutup kerugian ketidakunggulan operasi
perusahaan tersebut diluar negeri. Kemungkinan memperoleh pengembalian
investasi yang lebih tinggi akan timbul bila perusahaan memiliki keunggulan
tertentu atas perusahaan yang ada di negara tuan rumah. Keunggulan tertentu
perusahaan dapat timbul karena adanya akses ke sumber modal yang lebih mudah
dan besar, adanya pasar bahan mentah yang diproduksi dengan skala besar dan
memiliki keahlian seperti keahlian manajemen, keterampilan pemasaran dan
sebagainya.
8. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan
konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan berbasis pada potensi
sumber daya lokal. Secara umum upaya penganekaragaman pangan sangat
penting untuk dilaksanakan secara massal, mengingat trend permintaan terhadap
beras kian meningkat seiring dengan derasnya pertumbuhan penduduk, semakin
terasanya dampak perubahan iklim, adanya efek pemberian beras bagi keluarga
miskin (Raskin) sehingga semakin mendorong masyarakat yang sebelumnya
mengonsumsi pangan pokok selain beras menjadi mengonsumsi beras (padi), serta
belum optimalnya pemanfaatan pangan lokal sebagai sumber pangan pokok bagi
Sebagai bentuk keberlanjutan program Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal tahun 2010, pada tahun
2013 program P2KP diimplementasikan melalui kegiatan: (1) Optimalisasi
Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL). Disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, gerakan P2KP
ini juga ditujukan untuk meningkatkan keragaman dan kualitas konsumsi pangan
masyarakat agar lebih beragam, bergizi seimbang dan aman guna menunjang
hidup sehat yang aktif dan produktif.
Tujuan kegiatan P2KP yaitu (1) meningkatkan kesadaran dalam mewujudkan
pola konsumsi pangan yang B2SA serta mengurangi ketergantungan terhadap
bahan pangan pokok beras; (2) Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam
penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan
pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral
untuk konsumsi keluarga; dan (3) Mendorong pengembangan usaha pengolahan
pangan sumber karbohidrat selain beras dan terigu.
Roadmap pencapaian tujuan Kegiatan Desa Mapan dirancang selama empat
tahun dalam empat tahap, meliputi: persiapan, penumbuhan,
pengembangan, dan kemandirian. Melalui berbagai kegiatan yang
dilaksanakan di setiap tahap, akan memberikan kemajuan pada kelompok
afinitas di desa yang dibangun, sebagai berikut:
a. Tahap persiapan, di tahun pertama, terjadi perubahan dinamika masyarakat
pangan di desanya, serta penumbuhan kelembagaan di desa yang dikelola
oleh masyarakat untuk penguatan modal dan sosial.
b. Tahap penumbuhan, di tahun kedua, LKD sudah berfungsi sebagai
layanan modal; posyandu bersama kader gizi dan PKK sudah aktif; sistem
ketahanan pangan dalam aspek ketersediaan, distribusi, dan konsumsi
pangan sudah bekerja; serta koordinasi program lintas subsektor dan
sektor sudah dirintis untuk rencana pembangunan sarana prasarana
perdesaan yang mendukung ketahanan pangan.
c. Tahap pengembangan, di tahun ketiga, sudah terdapat : kemajuan sumber
pendapatan, peningkatan daya beli, gerakan tabungan masyarakat,
peningkatan ketahanan pangan rumah tangga, peningaktan pola pikir
masyarakat, serta peningkatan keterampilan dan pengetahuan
masyarakat.
d. Tahap kemandirian,di tahun keempat, perubahan pada:
(1) Dinamika kelompok afinitas meningkat, yang ditandai dari: usaha
ekonomi produktif telah mampu meningkatkan daya beli, serta
berfungsinya lembaga-lembaga layanan kesehatan, permodalan, kemudahan
akses produksi,dan pemasaran pertanian;
(2) Jaringan kemitraan meningkat, yang ditandai munculnya usaha kecil dan
usaha mikro perdesaan di bidang pangan dan non pangan, tumbuhnya
Gapoktan yang mandiri, dan berfungsinya LKD sebagai layanan modal;
(3) Pola pikir masyarakat lebih maju dan mulai menyadari pentingnya
yang ditandai adanya perubahan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi,
berimbang, dan aman serta berfungsinya cadangan pangan masyarakat;
(4) TPD telah berfungsi/mampu menggerakkan dan mengkoordinasikan
program /kegiatan pembangunan ketahanan pangan di desa, yang ditandai
dengan pengelolaan sarana dan prasana pendukung usaha tani melalui
program /kegiatan lintas subsektor dan sektor yang berdampak terhadap
kemampuan akses fisik dan ekonomi masyarakat desa setempat dan
desa sekitarnya;
(5) Sistem ketahanan pangan telah bekerja, yang ditandai dengan
ketersediaan dan kecukupan pangan, jaminan distribusi pangan antar wilayah
wilayah dan antar waktu, tingkat harga pangan yang stabil sesuai
mekanisme pasar, serta jaminan konsumsi pangan yang cukup, bergizi,
beragam, seimbang, dan aman sampai tingkat rumah tangga.
Tingkat kemandirian dicapai dengan berfungsinya sarana fisik yang
dibangun secara partisipatif oleh masyarakat, dan fasilitasi pemerintah
dengan menggunakan teknologi spesifik lokasi sesuai kebutuhan masyarakat
dan memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat dan desa
sekitarnya. Untuk mencapai kemandirian pangan di tingkat desa, diperlukan
dukungan program /kegiatan lintas subsektor dan sektor untuk pembangunan
wilayah perdesaan dan pembangunan sarana prasarana perdesaan.
Kegiatan Desa Mapan untuk memperluas manfaat kegiatan bagi desa-desa
sekitarnya Desa yang sudah mandiri dijadikan desa inti, dan bersama
lembaga masyarakat serta pemerintah daerah melakukan pembinaan bagi
tiga desa rawan pangan di sekitarnya sebagai desa replikasi selama tiga
tahun dalam tiga tahap: penumbuhan, pengembangan, dan kemandirian.
Pengertian-Pengertian :
1. Kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara
mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan
bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menetukan
sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
2. Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam
memproduksipangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat
menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di
tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam,
manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
3. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara
sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan.
4. Gerakan kemandirian pangan adalah upaya bersama berbagai komponen
masyarakat dan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat
sumber daya manusia, sumber daya alam, modal dan sosial) untuk
meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga dan masyarakat.
5. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses dimana masyarakat
khususnya mereka yang kurang memiliki akses kepada sumberdaya
pembangunan didorong untuk mandiri dalam mengembangkan
perikehidupan mereka. Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk
mengkaji kebutuhan, masalah dan peluang dalam pembangunan yang
dimilikinya sesuai dengan lingkungan sosial ekonomi peri kehidupan
mereka sendiri.
6. Rumah Pangan Lestari (RPL) adalah rumah penduduk yang
mengusah akan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan
berbagai sumber daya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan
penyediaanya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai, dan
keanekaragamannya.
7. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) adalah sebuah konsep
lingkungan perumahan penduduk yang secara bersama- sama
mengusahakan pekarangannya secara intensif untuk dimanfaatkan menjadi
sumber pangan secara berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek
potensi wilayah dan kebutuhan gizi warga setempat.
8. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) adalah beragam
upaya untuk menginformasikan (transfer kebiasaan) pola konsumsi pangan
beragam, bergizi seimbang dan aman kepada anak didik dan masyarakat, agar
pengetahuan dan pemahamannya tentang penganekaragaman konsumsi
9. Desa Pelaksana P2KP adalah desa yang telah ditunjuk sebagai penerima
manfaat dan pelaksana kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan (P2KP).
10. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM)
adalah upaya pemberdayaan Gapoktan dalam pengelolaan distribusi
pangan (gabah/beras, jagung) melalui pembelian, penyimpanan,
pengolahan, dan pemasaran untuk mendorong stabilitasi harga
gabah/beras/jagung ditingkat petani dan mengembangkan cadangan pangan
masyarakat.
11. Desa Mandiri Pangan adalah desa yang masyarakatnya mempunyai
kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui
pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan subsistem
konsumsi dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan. 12. Kawasan Mandiri Pangan adalah kawasan yang dibangun dengan
melibatkan keterwakilan masyarakat yang berasal dari kampung-kampung
terpilih (5 kampung/desa), untuk menegakkan masyarakat miskin/rawan
pangan menjadi kaum mandiri.
13. Kelompok lumbung pangan adalah kelembagaan cadangan pangan yang
dibentukoleh masyarakat desa/kota dan dikelola secara berkelompok yang
bertujuan untuk pengembangan penyediaan cadangan pangan bagi masyarakat
disuatu wilayah.
14. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) adalah suatu sistem
pendeteksian dan pengelolaan informasi tentang situasi pangan dan gizi
yang berjalan terus menerus dan menghasilkan pemetaan daerah rawan
koordinasi program dan kegiatan penanggulangan daerah rawan pangan
dan gizi.
15. Dana Bantuan Sosialuntuk pertanian adalah semua pengeluaran negara
dalam bentuk transfer uang kepada kelompok tani/gabungan kelompok
tani guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya berbagai
resiko sosial, sesuai dengan Pedoman Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial
Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015. Sedangkan untuk transfer
dalam bentuk barang mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Jo Perpres Nomor 70
Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Jo Perpres Nomor 172
Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
16. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang Pemerintah kepada
Gubernur sebagai wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal
diwilayah tertentu.
17. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan
oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi,
tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di
daerah.
18. Tugas Pembantuan adalah penugasan Pemerintah kepada daerah untuk
melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan
mempertanggungjawakan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
19. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan
mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
tugas pembantuan.
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam penelitian ini dilakukan penelusuran ulang (review) terhadap
penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan variabel yang
dibahas dalam penelitian ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu. Penelitian
terdahulu yang relevan dengan dengan judul “Peningkatan Aktivitas Ekonomi
Masyarakat Dalam P2KP Desa Mandiri Kabupaten Musi Banyuasin” adalah Tesis
Riadi dengan Judul “Peningkatan Kegiatan Ekonomi Masyarakat dalam
Ketahanan Pangan di Kecamatan Sematang Borang” yang inti sari narasinya
adalah : Hasil penelitian menunjukkan : Pangan adalah kebutuhan dasar manusia
paling utama, karena itu pemenuhan pangan merupakan bagian dari hak asasi
individu. Pemenuhan pangan juga sangat penting sebagai komponen dasar untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Mengingat pentingnya
memenuhi kecukupan pangan, setiap negara akan mendahulukan pembangunan
ketahanan pangannya sebagai fondasi bagi pembangunan sektor sektor lainnya.
Berdasarkan Undang- Undang Pangan No. 7 Tahun 1996, definisi dan konsep
ketahan pangan dinyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan kondisi
terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman,
merata dan terjangkau. Dari pengertian tersebut, perwujudan ketahanan pangan
1. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan
pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak,
dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral serta turunannya.
2. Terpenuhinya pangan dalam kondisi yang aman, diartikan bebas dari cemaran
biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.
3. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang
harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air.
4. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang terjangkau, diartikan pangan
mudah diperoleh rumah tanggadengan harga yang terjangkau
Mengingat pangan juga merupakan komoditas ekonomi, maka
pembangunannya dikaitkan dengan peluang pasar dan peningkatan daya saing,
yang dibentuk dari keunggulan spesifik lokasi, keunggulan kualitas serta efisiensi
dengan penerapan teknologi inovatif. Selanjutnya, karena produksi pangan daerah
sebagian besar dilaksanakan petani dengan skala usaha kecil oleh masyarakat
miskin di pedesaan, maka pembangunan ketahanan pangan sangat strategis untuk
memperkuat ekonomi pedesaan dan mengentaskan masyarakat dari kemiskinan.
Ketahanan pangan merupakan suatu sistern yang terdiri atas subsistern
ketersediaan, distribusi dan konsurnsi. Kinerja dari masing-masing subsistern
tersebut tercermin dalam hal stabilitas pasokan pangan, akses masyarakat terhadap
pangan, serta pemanfaatan pangan (food utilization) termasuk pengaturan menu
Ketahanan pangan dihasilkan oleh suatu sistem pangan yang terdiri atas tiga
subsistem, yaitu : (a) ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup
untuk seluruh penduduk; (b) distribusi pangan yang lancar dan mengakses pada
masyarakat; dan (c) konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang, serta
memenuhi kaidah kesehatan.
Prioritas program pembangunan ketahanan pangan untuk peningkatan
ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan diarahkan untuk : (1)
mensinergikan upaya peningkatan kapasitas produksi pangan; (2) meningkatkan
koordinasi pengelolaan cadangan pangan; serta (3) meningkatkan koordinasi
pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kegiatan Desa Mandiri Pangan (Kegiatan Desa Mapan) merupakan
kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa rawan pangan, dengan karakteristik :
Kualitas sumber daya masyarakat rendah, sumber daya modal terbatas, akses
teknologi rendah, dan infrastruktur perdesaan terbatas. Komponen kegiatan
Desa Mapan meliputi: (1) Pemberdayaan masyarakat; (2) Penguatan
kelembagaan; (3) Pengembangan Sistem Ketahanan Pangan; dan (4) integrasi
program lintas sektor dalam menjalin dukungan pengembangan sarana
prasarana perdesaan.
Pelatihan dan Pendampingan
1. Pengembangan kerjasama dan partsipatif indusif 2. Pengembangan kapasitas individu
3. Pengembangan Kapasitas kelembagaan masyarakat 4. Pengembangan sosial dan ekonomi
5. pengembangan ketahanan pangan
Input
1. SDM 2. SDA 3. Dana 4. Teknologi 5. Kearifan Lokal 6.
Penguatan Sistem Ketahanan Pangan
Distribusi /Akses 1. Akses fisik 2. Daya Beli
3. Stabilisasi Pasokan Ketersediaan 1. Peningkatan Produksi 2. Cadangan Pangan
Konsumsi 1. Kualitas Pangan 2. diversifikasi pangan
Output 1. Berkembangnya usaha
produktif berbasis sumber daya lokal 2. Meningkatnya
ketersediaan pangan 3. Meningkatny daya beli
rumah tangga
4. Meningkatnya akses pangan
Penguatan Kelembagaan