• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Notaris dalam pengertian sehari-hari yang ditahui adalah orang atau

seseorang yang dapat mengurus surat-surat berharga seperti : sertifikat tanah,

warisan, pendirian perseroan, pendirian yayasan, dan surat- surat lain yang sejenis

itu. Namun, pengertian notaris yang sebenarnya yang didefenisikan di dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang notaris yaitu

Undang-Undang nomor 30 Tahun 2004, pada Pasal 1 nya berbunyi notaris adalah pejabat

umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Sesuai dengan defenisi yang diberikan sebelumnya bahwa notaris adalah

pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik. Maka, akta otentik yang

dibuat oleh notaris adalah akta sah yang dapat dipercaya1 serta berkekuatan

hukum tetap dimana apabila akta yang dibuat ada bermasalah, maka hukum

nasional akan berlaku terhadap permasalahan yang ditimbulkan oleh akta ini.

Salah satu contoh masalah yang timbul adalah apabila akta otentik tersebut

berupa perjanjian jual beli, tetapi tidak dibuat dengan memenuhi syarat-syarat

yang telah ditetapkan seperti tercantum di dalam Pasal 1320 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yaitu:

1

(2)

1. sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, dimana pengertian dari sepakat

mereka mengikatkan dirinya adalah bahwa kedua subyek yang mengadakan

perjanjian itu harus bersepakat, setuju satu sama lainnya mengenai hal-hal

apa saja yang dibuat di dalam perjanjian itu dan juga hal tersebut berlaku

secara timbal balik dengan pihak lainnya2;

2. kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, mempunyai pengertian bahwa

setiap individu yang ingin membuat perjanjian secara hukum harus sudah

dewasa, sehat pikirannya. Sementara orang yang dinilai belum cakap

menurut Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah sebagai

berikut:

a). Orang-orang yang belum dewasa;

b). Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;

c). Orang perempuan yang dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-

Undang, dan semua orang kepada siapa Undang-Undang telah

melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu;

3. suatu hal tertentu, maksudnya adalah bahwa apa yang akan diperjanjikan

kemudian haruslah sudah jelas sebelumnya, bukan hal yang diperjanjikan

tidak menjadi jelas atau bersifat sumir, misalnya barang dari yang

diperjanjikan jelas jenis, merek, fungsinya, dan identitas pendukung

lainnya;

4. suatu sebab yang halal, maksudnya adalah bahwa sudah jelas isi dari

perjanjian itu sendiri harus mempunyai causa yang halal. Seperti seseorang

2

(3)

yang membuat perjanjian jual beli bom untuk meledakkan sebuah kapal,

maka sebab mereka membuat perjanjian itu sudah otomatis melanggar

Undang-Undang dan tidak halal.

Seiring dengan perjalanan profesi notaris ini, tentu perlu diketahui

sebenarnya apa itu notaris, darimana sejarahnya notaris, dan apa saja pekerjaan

yang dapat dikerjakan oleh notaris itu sendiri. Kita tidak mau hanya mempunyai

pengertian yang singkat tentang notaris seperti yang selama ini banyak dianut oleh

masyarakat umum bahwa notaris itu sama halnya seperti dokter, dimana kantor

notaris mempunyai tulisan dengan warna latar papan putih dan kantor yang

cenderung kaku, dan setiap orang yang datang ke kantor notaris pasti tidak

mengetahui mau berurusan apa dengan notaris. Selain itu, perlu diketahui bahwa

apa yang membuat notaris selama ini kurang dikenal secara luas oleh masyarakat

sebagai sebuah profesi yang sebenarnya dapat dijadikan tempat bagi masyarakat

jika ingin membuat perjanjian-perjanjian yang sifatnya otentik.

Untuk hal tersebut maka perlu diberi uraian secara lengkap tentang notaris

yang ditinjau dari Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Peraturan

Jabatan Notaris di dalam Bab III.

Salah satu profesi notaris adalah membuat akta perjanjian. Akta perjanjian

itu sendiri adalah akta yang dibuat oleh kedua belah pihak dimana kedua belah

pihak telah sepakat untuk menaatinya.

Perjanjian itu sendiri harus mempunyai persyaratan-persyaratan

(4)

kedua belah pihak telah sepakat untuk membuatnya dengan bermacam jenis dan

fungsi.

Maksud dari bermacam jenis adalah bahwa akta perjanjian itu mempunyai

jenis-jenis yang berbeda-beda, diantaranya perjanjian jual beli, perjanjian pinjam

pakai, perjanjian kredit, dan banyak lagi perjanjian-perjanjian lain yang ada.

Fungsinya juga bermacam-macam sesuai dengan nama perjanjian itu sendiri

seperti contoh perjanjian jual beli di dalam Pasal 1457 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata mempunyai penjelasan bahwa kesepakatan antara kedua belah

pihak dalam membuat hal jual beli terhadap suatu benda atau objek yang bisa

diperjualbelikan dengan persyaratan yang telah mereka buat dan mereka setuju

untuk melaksanakannya dimana di dalam perjanjian ini si penjual akan

menyerahkan suatu benda dan pihak yang lain membayar dengan harga yang telah

disepakati tadi.

Sama halnya seperti yang telah tertulis di dalam Pasal 1337 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang menjelaskan bahwa segala hal yang diperjanjikan

itu tidak boleh melanggar ketentuan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku

termasuk juga apabila perjanjian tersebut tidak boleh melanggar kesusilaan dan

ketertiban umum.

Namun disini akan lebih fokus membahas tentang perjanjian yang terkait

dengan kredit. Kredit adalah cara menjual barang dengan pembayaran secara tidak

tunai atau pembayaran dengan cara mengangsur3.

3

(5)

Pembahasan ini dilakukan karena di zaman sekarang, semakin banyak

masyarakat yang tertarik untuk meminjam uang guna menambah modal atau

memulai membuka modal usahanya maupun juga untuk kebutuhan yang lain yang

bersifat pribadi, padahal kalau dipikir kembali bahwa ada falsafah di dalam

perkreditan yang mengatakan bahwa “No one likes debt”4. Maksud dari falsafah

ini sebenarnya perlu juga menjadi bahan kajian mengapa dalam perkreditan ada

mengenai falsafah yang seperti ini, sementara masyarakat cenderung terbiasa

dengan sistem kredit ini.

Masyarakat umumnya meminjam uang dari individu antar individu, ada

juga yang meminjam dari lembaga yang fungsinya memberikan pinjaman kepada

mereka yang membutuhkan.

Lembaga-lembaga pemberi pinjaman ini juga sudah semakin banyak

jenisnya sehingga masyarakat bisa dengan mudah meminjam dimana saja mereka

mau. Diantara lembaga pemberi pinjaman itu ada yang dikenal dengan Bank dan

Koperasi Simpan Pinjam.

Kalau pada bank, sudah semua bank mempunyai produk yang merupakan

fasilitas mereka untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat, belum lagi

dengan ketentuan yang sudah sangat dipermudah dan alur peminjaman yang tidak

susah untuk dimengerti oleh si debitur, maka semakin banyak kredit yang ada di

masyarakat. Sedangkan pada koperasi, fasilitas pinjaman juga sudah mulai

berkembang menjadi salah satu produk dari koperasi itu sendiri.

Lalu, apa hubungan atau kaitan dasarnya kepada notaris?

4

(6)

Hubungan mendasarnya adalah bahwa notaris mempunyai peran yang

sangat penting dalam pemberian kredit itu sendiri. Peranan penting itu terdapat

dalam proses pemberian kredit, ketika si anggota ingin meminjam, maka sebelum

meminjam tentu ada yang disebut dengan istilah membuat kesepakatan.

Apabila suatu lembaga pemberi pinjaman dalam hal ini koperasi simpan

pinjam, maka koperasi tentu tidak mau memberikan pinjaman kepada anggotanya

apabila tidak jelas bagaimana nasib dana yang dipinjam oleh anggotanya tersebut.

Maka dalam hal inilah notaris berperan untuk membuat suatu rancangan

perjanjian baku yang kemudian dinamakan akta notariel (notariel akta).

Akta Notariel ini mempunyai pengertian yaitu bahwa akta yang akan dibuat

haruslah dibuat dengan tindakan minimum kedua belah pihak5. Pengertian

sederhana dari tindakan minimum kedua belah pihak ini adalah bahwa kedua

belah pihak mempunyai niat mengikat diri dalam sebuah perjanjian untuk

kemudian dituangkan di dalam suatu bentuk tertulis. Kemudian akta ini dapat

digunakan sebagai sebuah form perjanjian yang bisa dipergunakan koperasi

sebagai dasar hukum untuk memberikan pinjaman lunak atau kredit tersebut

kepada anggota – anggota yang ingin meminjam tersebut.

Biasanya, jika Koperasi atau lembaga pemberi pinjaman lainnya akan

menjadikan akta notariel ini menjadi akta sepihak. Maksud dari akta sepihak

adalah bahwa akta ini dibuat oleh sepihak karena akan dijadikan sebagai kontrak

5

(7)

baku oleh lembaga pemberi kredit itu sendiri sehingga memudahkan proses

peminjamannya6.

Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka notaris haruslah cakap dalam

membuat akta yang dimintakan oleh koperasi untuk dibuat tanpa melanggar

ketentuan undang-undang yang berlaku.

Akta perjanjian kredit ini haruslah memuat ketentuan-ketentuan yang

mengatur tentang jumlah pinjaman, jangka waktu pinjaman, angsuran yang harus

dibayar oleh si anggota dalam satu satuan waktu, dan tentunya juga sanksi-sanksi

yang tegas yang mengatur tentang pelanggaran atau wanprestasi yang dilakukan

oleh salah satu pihak terhadap isi dari perjanjian itu sendiri.

Akta perjanjian kredit ini juga haruslah dibuat dengan mempunyai kekuatan

eksekutorial, sesuai dengan amanat dari Undang-Undang nomor 30 tahun 2004

tentang Peraturan Jabatan Notaris, pada Pasal 1 angka 11.

Kekuatan eksekutorial mempunyai pengertian apabila nanti suatu saat salah

satu pihak ada melakukan pelanggaran, maka melalui akta notaris inilah dapat

dilakukan eksekusi terhadap objek yang dijadikan jaminan terhadap kredit yang

telah dilakukan sebelumnya

Apabila dalam ketentuan yang diatur notaris terhadap isi dari perjanjian

yang telah disepakati ada yang ternyata tidak diatur, ada yang diubah dan juga ada

yang ingin ditambahakan , maka notaris perlu merevisi isi perjanjian tersebut yang

harus dengan persetujuan kedua belah pihak.

6Ibid

(8)

Dalam pembahasan mengenai kredit ini juga akan dibahas di dalam

penjelasan yang ada dalam BAB II. Kredit yang akan dijelaskan disini adalah

kredit mulai dari apa yang dimaksud dengan kredit yang akan diperoleh dari

beberapa sumber yang jelas, jenis dan fungsi kredit itu sendiri nantinya akan

seperti apa, bagaimana membuat isi dari perjanjian kredit, dan pelanggaran yang

umum terjadi dalam proses perkreditan berlangsung yang terjadi kepada kedua

belah pihak.

Khususnya untuk kotamadya Medan, dimana tingkat perekonomian

masyarakat kota Medan mulai beranjak naik dengan berbagai jenis kegiatan dan

usaha yang sudah mulai beragam yang dapat dinilai dari semakin berkembangnya

kawasan industri skala kecil sampai dengan industri dengan skala besar, maka

kredit ini juga semakin diminati.

Jika pada dahulu kala, trend kredit ini masih berada di kalangan pengusaha

yang meminjam uang dengan skala yang besar, maka di beberapa tahun

belakangan ini trend kredit sudah mulai bergeser ke kalangan menengah kebawah.

Untuk itulah notaris dalam hal ini harus lebih jeli melihat keadaan, bukan

hanya diam dan menunggu klien yang datang. Memang sesuai ketentuan yang

berlaku, notaris dilarang untuk mempromosikan dirinya sendiri guna mendapatkan

klien7, namun notaris bisa menganjurkan kepada masyarakat guna menjamin

pinjaman yang dilakukan aman, sebaiknya si peminjam membuat perjanjian.

Apabila si peminjam tidak tahu cara membuat perjanjian yang dimaksud,

disinilah peran notaris untuk membantu membuat perjanjian itu guna menjamin

7

(9)

keamanan dan kenyamanan si peminjam maupun si pemberi pinjaman dalam

proses kredit berjalan. Hal itu tentu tidak melanggar isi dari Pasal 4 dalam kode

etik notaris yang telah dibuat 8.

Selain itu juga akan dibahas sejauh mana efektifitas notaris dalam membuat

perjanjian kredit terhadap lembaga pemberi kredit dalam hal ini koperasi simpan

pinjam kepada anggota – anggota yang ingin meminjam uang dimana didalam isi

dari perjanjian yang akan dibuat harus tergantung dari kedua belah pihak yang

bersangkutan, lain halnya seperti bank yang cenderung sudah menetapkan sendiri

jangka waktu pinjamannya.

Maka, dengan melihat latar belakang yang telah diuraikan tadi di bagian

awal dari bab I ini, penulis memilih judul “ PERANAN NOTARIS DALAM HAL

PEMBUATAN PERJANJIAN KREDIT”, untuk kemudian dalam bab – bab yang

selanjutnya akan dibahas secara lebih terperinci sehingga nantinya akan

ditemukan jawaban atas pokok permasalahan yang diajukan.

B. Rumusan Permasalahan

Yang menjadi rumusan permasalahan yang telah disiapkan untuk kemudian

akan dibahas ada beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaiana aspek-aspek hukum yang ada dalam akta perjanjian kredit?

2. Bagaimana tugas dan wewenang Notaris menurut Undang-Undang nomor

30 tahun 2004?

8

(10)

3. Bagaimana peranan Notaris sebagai Pembuat Akta Perjanjian Kredit?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui aspek hukum yang terdapat di dalam akta perjanjian

kredit yang dibuat oleh notaris.

2. Untuk menjelaskan secara terperinci tugas dan wewenang notaris yang

tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang

Peraturan Jabatan Notaris.

3. Untuk mengetahui peranan Notaris dalam membuat akta perjanjian

kredit.

D. Manfaat Penulisan

Diharapkan manfaat positif dari hasil penulisan ini ada 2 manfaaat

penulisan yang bisa dikaji, yaitu sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Bahwa dengan adanya penulisan terhadap notaris diharapkan dapat

menyumbangkan suatu pengetahuan baru maupun tambahan pengetahuan yang

sudah ada sebelumnya.

Dalam kaitannya dengan ilmu hukum, agar dapat menjadi salah satu aspek

yang layak untuk dikaji dari segi yuridis dimana sangat penting bahwa kita

(11)

Pekerjaan yang disini terutama sekali dalam pembuatan akta perjanjian

kredit ini dikarenakan kebiasaan masyarakat sekarang yang sudah mulai ramai

untuk melakukan tindakan meminjam uang dengan cara kredit kepada

lembaga-lembaga pemberi kredit apakah itu bank ataupun lembaga-lembaga-lembaga-lembaga non bank.

Apabila nantinya masyarakat ingin membuat perjanjian untuk menjamin

keamanan dan kenyamanan mereka selama proses peminjaman kredit

berlangsung, maka notaris dapat digunakan jasanya untuk membuat

klausul-klausul yang dapat menyenangkan bagi kedua belah pihak untuk kemudian dapat

ditaati bersama.

2. Secara praktis

Dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari kelak apabila ada seseorang

yang ingin meminjam uang atau bertindak selaku debitur atau jika tidak bertindak

sebagai kreditur, maka dapat diketahui sampai sejauh mana hak dan kewajiban

sesuai perjanjian yang telah disepakati dan dengan secara sadar serta tidak

sepihak.

Perjanjian itu dibuat sesempurna mungkin agar terhindar dari kecacatan

hukum.

Guna mencapai standar baku yang sempurna, maka harus menggunakan

jasa notaris yang secara khusus akan membuat isi dari perjanjian sesuai

permintaan kedua belah pihak tanpa mengurangi keinginan-keinginan yang akan

(12)

asas dalam pembuatan perjanjian yaitu asas kebebasan berkontrak dan juga asas

pacta sun servanda”.

Pengertian pacta sun servanda ini adalah bahwa persetujuan yang telah

dibuat oleh para pihak harus dilaksanakan dengan iktikad baik dan tidak boleh

ditarik kembali tanpa kesepakatan kedua belah pihak 9.

Sesuai dengan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang

menjelaskan bahwa kedua belah pihak yang membuat perjanjian menjadikan

perjanjian yang telah dibuat itu sebagai Undang-Undang yang berlaku bagi

mereka yang membuat dan mereka harus menuruti apa yang telah mereka sepakati

sebelumnya.

Apabila nanti ada yang ingin menjadikan profesi notaris sebagai

profesinya, maka dalam hal pembuatan perjanjian kredit juga nantinya harus

memperhatikan para pihak yang akan membuat perjanjian tersebut, apakah layak

atau tidak.

Hal ini tentu menjadi salah satu poin penting bagi notaris agar perjanjian

yang nantinya dibuat menjadi bagus dan tidak cacat hukum.

E. Metode Penelitian

Metode penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan jenis

penelitian yuridis normatif. Sejalan dengan nama metodenya yaitu yuridis

9

(13)

normatif. Perlu dijelaskan sedikit mengenai pengertian yuridis normatif ini. Secara

pengertian gramatikal dan diambil dari kata per kata, maka defenisi yuridis adalah

segala sesuatu yang ada hubungan atau kaitannya dengan hukum, sedangkan

normatif adalah berpegang teguh pada norma yang ada.

Maka setelah mendapat peleburan, makna dari kata-kata yuridis normatif

ini mendapat perubahan makna yaitu penelitian yang dilakukan yang berobjekkan

pada asas-asas hukum normatif.

Hukum normatif yang akan diteliti adalah peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan profesi notaris serta kaitan peranan notaris dalam

pembuatan akta perjanjian kredit yang dikaji dari Undang-Undang tersebut.

2. Sumber Data

Pembuatan skripsi ini mempunyai beberapa sumber data. Adapun sumber

data yang dipergunakan adalah sumber data primer, sumber data sekunder, dan

sumber data tersier atau sumber data pendukung.

Sumber data primer nantinya akan diperoleh data yang berupa hasil

wawancara penulis dengan orang-orang yang dianggap mampu untuk memberikan

keterangan mengenai hal yang dibutuhkan oleh penulis yang mana orang-orang

tersebut adalah notaris di wilayah kota Medan dan juga Koperasi yang

mempunyai kerjasama dengan notaris tersebut dalam hal pengikatan perjanjian

kredit.

Sumber data sekunder yang akan digunakan sebagai olahan data ada

(14)

a). Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer ini sendiri adalah bahan – bahan utama yang

akan digunakan di dalam penulisan ini. Melalui bahan hukum primer

inilah nantinya diolah data-data yang akan dimasukkan menjadi

susbtansi penulisan. Adapun bahan – bahan hukum primer yang akan

digunakan adalah segenap peraturan perundang-undangan yang ada,

antara lain:

1). Kitab Undang-Undang hukum Perdata;

2). Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Peraturan Jabatan

Notaris;

3). Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian;

4). Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan;

5). Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas

Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan;

6). Peraturan – Peraturan lainnya yang mendukung;

b). Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder ini adalah bahan hukum pendukung bahan

hukum primer yang telah disebutkan diatas yang diperoleh dari

berbagai sumber yang berupa beberapa bahan diantaranya:

1). Hasil Penelitian baik yang dilakukan oleh penulis langsung maupun

secara tidak langsung;

2). Berbagai informasi yang diperoleh dari seminar, jurnal hukum,

(15)

3). Pendapat dari pakar – pakar hukum;

c). Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier ini merupakan bahan tambahan yang juga

merupakan pelengkap terhadap data-data yang akan dirangkum

sehingga menjadi karya ilmiah yang nantinya tersusun secara terangkai

dan berurutan. Adapun bahan hukum tersier yang akan digunakan

adalah data-data yang berupa:

1). Kamus Besar Bahasa Indonesia;

2). Kamus Hukum;

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dilakukan dengan dua cara,

yaitu :

a). Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dalam teknik pengumpulan data melalui penelitian kepustakaan atau

yang disebut “Library Research” ini, akan mempelajari,

mengumpulkan, dan mengolah data-data yang berupa peraturan –

peraturan perundang-undangan, informasi - informasi, karya tulis

ilmiah, pendapat para ahli sarjana hukum, media – media cetak dan

media elektronik, dan sumber – sumber tertulis lain.

b). Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan yang dilakukan adalah dengan cara mencari

(16)

digunakan sebagai referensi data. Adapun penelitian lapangan ini

umumnya diambil berupa data berupa hasil wawancara singkat dengan

Notaris yang mempunyai kerjasama dalam hal pembuatan akta

perjanjian kredit dengan koperasi simpan pinjam yang ada di kota

Medan yaitu Notaris Abidin S. Panggabean, S.H., Sp.N., yang

mempunyai kantor di Jalan Palang Merah nomor 82 dengan wilayah

kerja seluruh kota Medan, serta mempunyai kerjasama dengan Koperasi

Simpan Pinjam C.U. Rukun Damai, yang berkantor pusat di Jalan H. M.

Joni nomor 73.

E. Keaslian Penulisan

Judul yang dipilih belum pernah ditulis maupun diteliti di Fakultas Hukum

Sumatera Utara maupun di kantor notaris dan di koperasi yang akan dijadikan

objek penelitian lapangan.

Jika ada judul atau karya ilmiah yang mirip seperti judul diatas, bahwa

sesungguhnya penulisan ini berbeda dari segi isi maupun hal-hal lain. Hal ini

dikarenakan bahwa bahan-bahan yang digunakan ini merupakan

referensi-referensi yang sungguh berbeda dari apa yang pernah ditulis yang mirip dengan

penulisan ini.

Dan juga, bahan-bahan yang dipakai merupakan karya-karya penulis lain

yang juga ada di dalam media elektronik dan untuk memperkuatnya digunakan

studi lapanagan hingga ke kantor notaris dan koperasi simpan pinjam yang berada

di wilayah kota Medan yang hasilnya nanti berupa data-data yang berisikan form

(17)

dari notaris tersebut dan juga data-data yang diperoleh dari koperasi simpan

pinjam nantinya yang berhubungan dengan kredit maupun data terkait dengan itu

selama beberapa tahun belakangan ini.

Dengan semua penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka sesungguhnya

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Tinjauan Kepustakaan

Ada beberapa hal yang akan menjadi kajian pokok dalam hal peranan

notaris dalam perjanjian. Berikut akan dijelaskan kajian pokok tersebut.

Notaris sebagai pejabat pemerintah yang ditugaskan untuk membuat atau

suruh perbuat surat-surat dari dan oleh pihak-pihak yang berkepentingan wajib

memperhatikan hal-hal yang ada di dalam kode etik notaris.

Memang, jika dilihat di dalam peraturan perundang-undangan dan

khususnya kepada Undang-Undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,

maka notaris mempunyai tugas-tugas salah satunya dalam hal pembuatan akta

perjanjian.

Namun di dalam pembuatan dan pengolahan data-data skripsi ini lebih

difokuskan kepada peranan notaris di dalam pembuatan akta perjanjian.

Akta secara defenitif mempunyai pengertian yaitu surat tanda bukti yang

berisi pernyataan yang berupa ketarangan, pengakuan, keputusan, dan sebagainya

(18)

oleh notaris atau pejabat lainnya yang berwenang untuk itu10. Akta perjanjian

yang akan dibuat oleh notaris adalah akta perjanjian yang sifatnya otentik.

Akta Otentik maksudnya adalah bahwa akta yang dibuat sah secara hukum

dan dapat dipercayai sebagai salah satu dasar hukum yang legal yang dirancang

sesuai dengan bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang.

Maka akta perjanjian yang dibuat dan disahkan oleh notaris ini merupakan

alat bukti bagi seseorang yang dapat dibuktikan secara hukum kebenarannya.

Secara umum, banyak perjanjian yang bisa dibuat oleh notaris. Aneka perjanjian -

perjanjian itu dapat berupa perjanjian, jual beli, sewa menyewa, melakukan

pekerjaan, hibah, penitipan barang, untung – untungan, pemberian kuasa,

perdamaian, kredit, sewa beli, dan lain sebagainya.

Tetapi, ruang lingkup dari perjanjian-perjanjian tersebut dipilihlah

perjanjian kredit sebagai pokok pembahasan yang diinginkan. Kalau ditinjau dari

segi tata bahasanya dimana dibahas mengenai akta, maka sekarang akan diberikan

sedikit penjelasan mengenai kredit.

Kredit, bila dilihat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai

pengertian pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur.

Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang

Perbankan mengatakan bahwa:

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan;

10

(19)

Maka, dari pengertian diatas ada defenisi yang dipahami mengenai makna

kredit ini sendiri. Intinya adalah apabila ada seseorang yang ingin meminjam uang

dari sebuah lembaga peminjam uang, pengembaliannya dilakukan dengan cara

mengangsur dengan rentang waktu yang ditentukan.

Penentuan waktu yang diberikan ini biasanya ditentukan oleh pihak

kreditur. Tetapi, didalam koperasi, pihak debitur mempunyai peran juga dalam

menentukan berapa lama waktu yang ingin dibuat oleh debitur dalam rangka

membayar utang-utangnya.

Maka, notaris disini mempunyai peran penting yaitu untuk membuat akta

perjanjian yang berisikan tentang jumlah angsuran, jangka waktu, besarnya

pinjaman, dan hal-hal yang perlu lainnya yang ditulis di dalam akta perjanjian

kredit yang akan dibuat nanti.

Akta Perjanjian Kredit inilah nantinya yang akan diteliti sebagai inti utama

kemudian akan dilakukan pembahasan secara lebih mendalam.

Sebagai seorang pejabat pemerintah, maka tentunya akta perjanjian kredit

yang dibuat haruslah mempunyai syarat – syarat yang telah diuraikan dibagian

awal bab ini. Hal ini penting dilakukan, karena di dalam pembuatan akta

perjanjian kredit ini, para pihak yang nanti akan menaatinya menjadi tidak

bingung dan ambigu dalam melaksanakan isi dari perjanjian ini .

Begitu pula apabila selama pelaksanaan perjanjian ini, apabila ada

kemacetan pembayaran, sejauh mana akta perjanjian kredit ini bisa menyelesaikan

(20)

Disinilah tanggungjawab notaris dalam membuktikan kekuatan wewenang

yang ada padanya.

Maka, akta perjanjian kredit itu haruslah dibuat dengan tidak ada cacat

cela, mempunyai format baku yang sah, dan mempunyai butir atau Pasal tentang

penyelesaian perkara apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hal-hal yang

tidak diinginkan dalam perjanjian ini maksudnya adalah wanprestasi yang

umumnya dilakukan oleh si debitur. Adapun beberapa wanprestasi yang dapat

dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Debitur tidak melakukan kesanggupan yang diamanatkan kepadanya;

2. Debitur melaksanakan apa yang telah diperjanjikan, tapi tidak sesuai

dengan yang diperjanjikan;

3. Debitur melakukan apa yang diperjanjikan di dalam perjanjian, tetapi

terlambat memenuhi kewajibannya;

4. Debitur melakukan sesuatu yang di dalam perjanjian tidak boleh dilakukan,

dalam kata lain debitur melanggar larangan dalam perjanjian; 11

Maka untuk jenis wanprestasi yang dilakukan debitur diatas, haruslah

diperbuat suatu sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukannya. Disinilah juga

dituntut keahlian notaris dalam merancang sanksi-sanksi yang sesuai dan tidak

terlalu ringan dan tidak terlalu berlebihan bagi pihak yang lalai.

Dalam hal pemilihan tempat dimana notaris membuat perjanjian kredit,

maka dipilih tempat yang digunakan yaitu pada sebuah koperasi simpan pinjam

dimana notaris yang bersangkutan ada mempunyai kerjasama dengna koperasi ini,

11

(21)

yaitu Koperasi Kredit C.U. Rukun Damai yang telah berdiri sejak tahun 1999

dengan nomor pendirian 394/BH/KDK.2.17/VIII/1999 oleh Departemen Koperasi

Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.

Pemilihan koperasi diatas karena dianggap koperasi ini nantinya selain

koperasi ini mempunyai kerjasama dengan notaris yang dimaksud, juga akan

dapat membantu dalam pemberian bahan-bahan hukum yang berguna.

Dan lagi, di dalam koperasi ini juga diharapkan dapat menemukan

peminjam atau debitur yang lalai dalam melaksanakan kewajibannya.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari 5 bab yang akan diuraikan sebagai

berikut:

1. BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang dalam penulisan

skripsi ini. Dari pendahuluan inilah yang menjadi dasar acuan untuk pergerakan

penulis yang kemudian dirangkum dalam 7 sub bab.

Adapun sub bab-sub bab itu dimulai dari latar belakang yang berisikan

tentang alasan penulisan karya ilmiah, rumusan permasalahan yang akan menjadi

sumber pembahasan, tujuan penulisan, manfaaat penulisan, metode penelitian

yang digunakan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, dan sistematika

penulisan.

2. BAB II: ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM AKTA PERJANJIAN

(22)

Di dalam bab ini lebih memfokuskan dalam pembahasan mengenai

akta perjanjian kredit. Di dalam bab ini dibahas akta perjanjian kredit ditinjau dari

aspek – aspek hukumnya yang kemudian dibagi ke dalam 6 sub bab.

Beberapa sub bab itu sendiri berisi tentang pembahasan mengenai

pengertian kredit dan perjanjian kredit, jenis kredit, tujuan dan fungsi kredit,

asas-asas pemberian kredit, bentuk perjanjian kredit dan sahnya perjanjian kredit.

3. BAB III: TUGAS DAN WEWENANG NOTARIS MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG

JABATAN NOTARIS

Di dalam bab ini akan dijabarkan secara detail mengenai jabatan semua

yang berkaitan dengan notaris. Di dalam bab ini akan dibagi menjadi 5 sub bab.

Beberapa sub bab itu terdiri dari pengertian notaris yang akan membahas

tentang notaris, sejarah perkembangan notaris yang akan membahas mengenai

sejarah notaris di dunia dan di Indonesia, sub bab berikutnya akan membahas

syarat-syarat untuk diangkat menjadi notaris, sub bab selanjutnya mengenai

prosedur pengangkatan notaris, dan sub bab terkahir mengenai tugas, wewenang,

dan kode etik notaris

4. BAB IV: PERANAN NOTARIS SEBAGAI PEMBUAT AKTA

DALAM PERJANJIAN KREDIT

Sesuai dengan judul bab nya, di dalam bab ini akan dibahas mengenai

permasalahan penulisan ini, yaitu mengenai keterkaitan notaris dengan perjanjian

(23)

Bab ini dibagi dalam pembahasan 6 sub bab dimana sub bab itu terdiri dari

kekuatan pembuktian akta notaris dalam perjanjian kredit, pertanggungjawaban

akta perjanjian yang dibuat oleh notaris, akta notaris sebagai akta pengikat kedua

belah pihak yang membuat perjanjian, notaris sebagai penasehat hukum bagi

pihak yang membuat perjanjian kredit, pelaksanaan pengembalian kredit dan

terakhir mengenai tata cara penyelesaian kredit bermasalah.

5. BAB V: PENUTUP

Penutup yang disajikan berisi kesimpulan dari keseluruhan bahan yang

telah dirangkum menjadi kesatuan yang disertai saran terhadap permasalahan di

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan kewenangan notaris dalam pembuatan akta sebagaimana dalam putusan pengadilan mahkamah agung No 3124 K/ Pdt/ 2013, melalui putusannya, hakim menyatakan batal dan

Dari sanksi-sanksi yang telah disebutkan di atas, pelanggaran terhadap pelanggaran kode etik pembuatan akta Notaris di luar wilayah jabatannya

Sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari kulit pisang yang merupakan limbah menjadi bahan baku yang sangat berpotensi yang digunakan untuk menghasilkan etil

Dengan memperhatikan beberapa hal diatas, limbah kulit pisang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan etil asetat melalui proses

19 Herlien Budiono, Notaris dan Kode Etiknya, (Disampaikan pada Upgrading dan Refreshing Course Nasional Ikatan Notaris Indonesia, Medan, 2007, hlm 3. 20 Van

Analisis kinerja dinamis model dilakukan dengan bantuan perangkat lunak simulasi selanjutnya menghasilkan keluaran: (1) kontribusi lingkungan dari sistem pengelolaan sampah

Kode Etik Notaris memiliki ciri-ciri atau karakteristik layaknya peraturan perundang-undangan, yaitu: 1 penyusunan dan penetapannya merupakan amanat langsung UUJN; 2 dijadikan dasar

Peraturan ini dikeluarkan dengan pertimbangan Pasal 4 angka 16 Kode Etik Notaris tentang larangan bagi notaris membuat akta melebihi batas kewajaran yang jumlahnya telah ditentukan oleh