Dalam melaksanakan tugas kedinasan, seorang Notaris harus memperhatikan etika yang disepakati bersama dalam bentuk kode etik. Notaris bertanggung jawab terhadap mutu pelayanan berdasarkan Kode Etik Notaris. Kode etik notaris merupakan suatu standar prinsip profesi, sehingga dapat menjadi parameter mengenai kewajiban profesional para anggotanya.
Kode etik Notaris merupakan kristalisasi perilaku yang dianggap benar dalam opini masyarakat, karena didasarkan pada pertimbangan kepentingan Notaris yang bersangkutan. Kode etik merupakan kode moral yang harus dihormati oleh setiap anggota perkumpulan demi menjaga kehormatan dan keluhuran Notaris. Bekerja dalam batas wajar untuk pelaksanaan peraturan hukum khususnya undang-undang tentang Notaris dan kode etik.39.
Kewajiban Notaris dalam kode etik Notaris sebagaimana disebutkan di atas terdiri dari 18 butir atau angka. Salah satu kewajiban Notaris sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Nomor 18 Kode Etik Notaris adalah membuat akta dalam batas wajar.
Larangan Notaris Menurut Kode Etik Notaris
Jadi, sebagai seorang Notaris yang tergabung dalam suatu organisasi Ikatan Notaris Indonesia, maka dalam segala perbuatan dan perbuatannya harus bersikap dan bersikap sesuai dengan kaidah yang dirumuskan dalam kode etik Notaris, agar Notaris dapat menjunjung tinggi dan memelihara citra dan wibawa lembaga notaris serta menjaga keluhuran dan martabat jabatan notaris. Larangan ini terkait dengan kewajiban yang terdapat dalam Pasal 3 ayat (9) Kode Etik Notaris, sehingga perbuatannya dapat dianggap melanggar kewajibannya. Notaris adalah pejabat umum dan yang dilakukannya adalah pekerjaan dinas dan bukan untuk mencari uang atau keuntungan, maka penggunaan jasa badan/orang/badan hukum sebagai perantara pada hakekatnya adalah perbuatan seorang pengusaha untuk mencari keuntungan, yang tidak sesuai dengan peran dan fungsi Notaris.
Kedudukan Notaris harus independen, adil dan tidak memihak, sehingga pembuatan berita acara yang dibuat oleh pihak lain tidak memenuhi kewajiban Notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (4) Kode Etik Notaris. Melakukan upaya-upaya baik langsung maupun tidak langsung yang mengakibatkan terciptanya persaingan tidak sehat dengan sesama Notaris. Persaingan yang tidak selalu merupakan pelanggaran Kode Etik, sehingga upaya yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung harus dianggap sebagai pelanggaran Kode Etik.
Penetapan tarif yang lebih rendah diyakini telah menimbulkan persaingan tidak sehat yang terjadi melalui penetapan tarif. Pengambilalihan pegawai rekan notaris dianggap sebagai tindakan tercela yang dapat mengganggu fungsi kantor notaris. Notaris dituntut untuk memperlakukan sesama Notaris sebagai keluarga profesional, sehingga sesama Notaris harus saling menghormati, saling membantu dan selalu berusaha menjalin komunikasi dan silaturahmi.
Larangan bagi Notaris dalam kode etik ini lebih rinci dibandingkan dengan larangan yang diatur dalam UUJN. Larangan dalam kode etik Notaris lebih banyak mengenai sikap, tingkah laku dan tindakan atau perbuatan apa pun yang tidak boleh dilakukan oleh Notaris yang tergabung dalam Persatuan INI atau orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris. Dengan menghindari larangan-larangan yang terdapat dalam kode etik notaris, diharapkan dapat mengangkat cita-cita dan wibawa lembaga notaris atau harkat dan martabat profesi notaris.
Salah satu larangan yang meresahkan dan menjadi pokok bahasan dalam skripsi ini adalah larangan Notaris untuk tidak melakukan perbuatan yang melebihi batas kewajaran sebagaimana tercantum dalam pasal 4 angka 16 yang tertuang dalam Kode Etik Notaris.
Penegakan Kode Etik Notaris
Meskipun Kode Etik Notaris telah dibuat secara tegas dan jelas serta telah dibentuk Dewan Kehormatan, namun nampaknya masih banyak pelanggaran di lapangan. Penerapan Kode Etik Notaris semata-mata didasarkan pada kesadaran moral para anggota Notaris, berbeda dengan penerapan UUJN yang bersifat wajib dan dikenakan sanksi berat bagi yang melanggarnya. Kode Etik Notaris tidak mempunyai sanksi yang tegas, sehingga Notaris yang melakukan pelanggaran Kode Etik tidak merasakan akibat dari perbuatannya.
Apabila didasarkan pada kesusilaan, kesusilaan, dan agama serta menurut hati nurani, hendaknya tidak dilakukan oleh Notaris yang memangku jabatan terhormat, apalagi sebagai pengurus. Sehubungan dengan hal tersebut, organisasi profesi Ikatan Notaris Indonesia telah menyusun peraturan tertulis berdasarkan hasil perjanjian dan janji bersama sebagai aturan mainnya, yaitu berupa seperangkat aturan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Anggaran Rumah Tangga. Hukum Notaris untuk Etika. Notaris yang melanggar kode etik sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan akan ditindak berdasarkan ketentuan itu sendiri, sehingga kepastian hukum bagi profesi Notaris lebih terjamin.
Notaris yang melanggar etika, kesusilaan atau kesusilaan ditindak tidak hanya berdasarkan Kode Etik saja, namun juga berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kode etik notaris didasarkan pada kenyataan bahwa seorang notaris sebagai manusia profesional adalah orang yang mempunyai keahlian dan pengetahuan di bidang kenotariatan, sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan jasa dalam bidang kenotariatan. bidang jasa notaris. Semangat kode etik notaris adalah penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia pada umumnya dan harkat dan martabat Notaris pada khususnya.
Kode etik notaris dengan demikian mengatur hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang notaris dalam melaksanakan tugasnya maupun di luar jabatannya. Profesi berkaitan dengan etika, oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya, notaris harus berpegang teguh pada kode etik notaris. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kode etik Notaris merupakan suatu prinsip moral yang ditetapkan oleh organisasi profesi Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota perkumpulan yang menjalankan tugas Notaris. .
Kewajiban dan larangan yang terdapat dalam Kode Etik Notaris dan juga dalam UUJN harus diwujudkan dalam praktik.
Ikatan Notaris Indoneisa (INI) sebagai Wadah Organisasi Profesi Notaris
Pengurus utama mengajukan rekomendasi kepada anggota dewan pengawas pusat setelah mendengar usulan dan pendapat dewan kehormatan pusat. Pengurus pusat mengadakan pertemuan rutin dengan dewan kehormatan pusat paling sedikit 1 (satu) kali setiap 6 (enam) bulan. Pengurus daerah mengusulkan rekomendasi kepada anggota dewan pengawas daerah setelah mendengar usulan dan pendapat dewan kehormatan daerah.
Pengurus Daerah mengusulkan pencalonan anggota Dewan Pengawas Daerah setelah mendengarkan usul dan pendapat Dewan Kehormatan Daerah. Menurut ketentuan anggaran rumah tangga yang dikeluarkan oleh Kongres di Belakang Dewan pada tanggal 12 Januari 2017, ayat 5 pasal 7 sehubungan dengan Dewan Kehormatan Pusat menentukan hal itu. Majelis Kehormatan Pusat terdiri dari 7 (tujuh) orang anggota biasa, yaitu paling sedikit 4 (empat) orang anggota biasa dari Notaris aktif dan paling banyak 3 (tiga) orang anggota biasa dari Notaris Werda.
Anggota Dewan Kehormatan Puat dipilih oleh Kongres dari calon-calon yang dipilih dalam Rapat Paripurna Pengurus Pusat yang Diperluas (Pra-Kongres). Susunan Dewan Kehormatan Pusat sekurang-kurangnya terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, dan seorang sekretaris yang dipilih dari dan oleh para anggota Dewan Kehormatan Pusat yang menjadi pimpinan bersama. Dewan Kehormatan Pusat bertanggung jawab dan memberikan laporan pertanggungjawaban kepada Kongres atas pelaksanaan tugas dan kewajibannya.
Anggota dewan kehormatan pusat tidak boleh merangkap menjadi anggota pengurus pusat, penasihat manajemen pusat, pengurus daerah, penasihat pengurus daerah, dewan kehormatan daerah, pengurus daerah, penasihat pengurus daerah, dan dewan kehormatan daerah. . Terlepas dari ketentuan pada ayat (3) Di atas, apabila karena sebab apapun jumlah anggota Dewan Kehormatan Pusat yang ada selama masa jabatan Dewan Kehormatan Pusat tetap sah meskipun jumlah anggotanya berkurang. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Dewan Kehormatan Pusat dapat menyelenggarakan rapat dengan Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Daerah, dan Dewan Kehormatan Daerah.
Rapat Dewan Kehormatan Pusat sah apabila lebih dari 1/2 (satu per dua) bagian dari jumlah anggota yang hadir. Dewan Kehormatan Pusat, Dewan Kehormatan Daerah, Dewan Kehormatan Daerah, Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, dan Pengurus Daerah mengadakan pertemuan secara berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan, atau setiap kali pimpinan pusat dan Dewan Kehormatan Daerah memandang diperlukan atau atas permintaan 5 (lima) pimpinan Provinsi dan Dewan Kehormatan Provinsi. Para anggota Dewan Kehormatan Pusat hendaknya menjadi Dewan Pengawas Notaris Pusat dan Dewan Kehormatan Notaris dari unsur-unsur Notaris yang diusulkan oleh pengurus pusat berdasarkan kriteria yang ditentukan dalam rapat paripurna pengurus pusat.
Hubungan Kode Etik Notaris dengan UUJN
Profesi Notaris merupakan suatu profesi yang berkaitan dengan perseorangan, organisasi profesi, masyarakat pada umumnya, dan negara. Perbuatan Notaris dalam melaksanakan tugasnya akan berkaitan dengan unsur-unsur tersebut, oleh karena itu perbuatan Notaris yang salah dalam menjalankan profesinya tidak hanya akan merugikan Notaris itu sendiri, tetapi juga dapat merugikan organisasi profesi, masyarakat. dan negara. . Pendapat Abdul Ghofur Anshori, Notaris sebagai pejabat publik yang diberi amanah harus berpegang teguh tidak hanya pada peraturan perundang-undangan (UUJN) namun juga harus berpegang pada kode etik profesinya yaitu Kode Etik Notaris, karena tanpa Kode Etik Notaris maka kehormatan dan kehormatan Notaris akan terpelihara dengan baik. martabat Notaris akan hilang.
Selain hubungan pertama dalam Pasal 4 UUJN tentang sumpah Notaris, bukti adanya hubungan antara UUJN dengan Kode Etik Notaris ditentukan dalam pasal-pasal lain baik dalam UUJN maupun dalam Kode Etik Notaris ( KEN). termasuk: . 2) huruf a ayat pertama Pasal 16 UUJN “Dalam melaksanakan tugasnya, Notaris wajib: bertindak amanah, jujur, teliti, independen, tidak memihak, dan melindungi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam perbuatan hukum.” seratus juta rupee) atau setara dengan gram emas pada saat itu, fee yang diterima paling tinggi sebesar 2,5% (dua ratus lima persen); Notaris dilarang : Menetapkan biaya yang harus dibayar oleh pemohon dalam jumlah yang lebih rendah dari biaya yang ditetapkan oleh Perkumpulan.”
Pengenaan sanksi sebagaimana diuraikan di atas bagi anggota yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kuantitas dan kualitas pelanggaran yang dilakukan anggota. Hubungan Kode Etik Notaris dengan UUJN ditentukan oleh profesi Notaris itu sendiri. UUJN dan Kode Etik Notaris mensyaratkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagai pegawai negeri, selain harus mematuhi UUJN, notaris juga harus menaati Kode Etik Notaris dan harus bertanggung jawab kepada masyarakat sebagai perantaranya, yaitu masyarakat Indonesia. Organisasi Ikatan Notaris (INI) dan negara.
Dengan hubungan tersebut, Notaris yang mengabaikan atau melanggar ketentuan dan standar UUJN yang tertuang dalam Kode Etik Notaris, selain dikenakan sanksi moral, ditegur atau diberhentikan dari keanggotaan profesi Notaris, juga dapat diberhentikan dari jabatannya sebagai Notaris. seorang notaris. Pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris adalah perbuatan atau perbuatan yang dilakukan oleh anggota Ikatan Notaris Indonesia atau orang lain yang memegang dan menjalankan fungsi Notaris yang melanggar ketentuan Kode Etik dan/atau disiplin organisasi.