Konstruksi Identitas
Gay di Jejaring
Sosial
FebryanY
Wulansary
Alumni Program Studi llmu Komunikasi Fakultas llmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email : febrye-0ywu.le-nsery@ya!-9.a cgm
Abstract
Discrimination agoinst homosexuals
in
lndonesio is the background of this reseorch. Where the existence of discrimination on goys make the other identity. Facebook is chosen by the gay medio for identity construction. The purpoieof
this study was to find out how the,y construct thetr identit[es in 'Focebook,and whot difference their identity in the real worLd and the virtual world. And what ore the foctors that require them
to do'
This study used ethnogrophic reseorch methods and three informants as o reseorch subiect The resultsof
this study indicate that one foctor being goy wos largely due to familiot foctors. They chose to construct thek identity in online ond offline. They do impression management through back stage and front stoge os in the theory of dromaturgY.Keywords: H o m osex u a L, F a ceb oo k, I de ntity, Co n stru ct io n
Abstrak
Diskriminasi terhadap homoseksual di Indonesia merupakan latar belakang
dari
penelitianini. Di
mana dengan adanya diskriminasi padagay
membuat adanya identitaslain yang
mereka konstruksi. Facebook merupakan media yang dipilih oleh gay untuk mengkonstruksi identitas Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara mereka mengkonstruksi identitas mereka dalam Facebook,dan apa
perbedaan identitas mereka dalam dunia nyata dan dunia maya. Serta apa saja faktor yang mengharuskan mereka untuk melakukan hal tersebut. Penelitian ini menggunalan metode penelitian etnografi dan tiga orang informan sebagai subjek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor seseorang menladi gay sebagian besar adalah karena faktor keluarga. Mereka memilih untuk mengkonstruksi identitasnya dalam online maupun offline. Mereka melakukan impression management melalui bock stage danfront
stage seperti yang ada dalam teori dramaturgi.Pendahuluan
Saat
ini media
berkenrbang sangat pesat, seperti vang clikemuliakan oleh MarshallMc.
Luhan (I-ittlc John, 2005: 273) sekarangklta hidup
di
clunia 1.ang disebut sebagai "Ghba/vi//a.ge", yaitu sebual-r perkampungan grobar yang rerintcgrasi melalui kornunikasi massa. Salah satu media vang palng cepat dan digunakan oleh se|:ruh masyarakat dunia dalam mengakses dan mendapatkan infor.masi saat in.i adalah internet. Sejak munculnya internet tanpa saclar otak manusia drpengaruhi oleh adanva budaya dan segala sesuatu yang adadi
dalamnya. Terlebih hadirnya internet di l'donesia mcrupakan suatu fenomena yang luar biasa, dimana internet telah betkembang menjacli "kebutuhan" bagilebih da.
jutaan orang di Indonesia. Dari bermacam-macam situs jcjar.ing sosial di Internet, Facebook menarik banyak pethatian pengguna internet.Akun
Facebook didukung dengan banyaknyafitut
dalam satu halaman spontanitas membuat otang enfol dengan Facebook. N{ereka bisa mengetahui secara langsung^pa yang sedang dipikirk ^n ^t^u ^pavang sedang dilakukan oleh teman-ternannya sekaligus bisa langsung memberikan komentar. Facebook belakangan
ini
juga sering digunakan untuk mengkonstruksi identitasdiri
oleh individu. Seperti yang dikemukakan oleh DennisMceuail
bahwa salah satu fungsi media adalah untuk membangun identitas drri di depan khalayak umum ([4c.Quail, 1.99 6 : 7 2).Dalam
interaksi
ce tofurc
seseorang; akan memahami gambaran icrentitasdiri
orang larn melaluige'der,
ras, pakaian, dan karakteristik non-verbal !..tnnya.Namun,
bebetapa karaktcristikini
sangats.lit muncul
clalarn interakst uirtual,
teknologi interner menawarkan fasilitas untuk menl,embunyrkan beberapa petunjuk atau karakterisuk tertentu yang tidak ingin ditampilkan dan diketahui oleh publik. Facebook juga berlaku demikian, setiapi'dividu
berrombalomba menampilkan dirinya sebaik mungkin.Ini
dapat dilihat darj aktivitas lrpdate st:Ltls clan aktivitas memasang foto pro6l terbaik yang dilakukan oleh Facebookers unruk menciptakan citta did yangpositif
dan normzrl.Proses informasi inilah yang terjadi
di
Facebook, siapaX di
dunia n\rata clan siapa X di dunia
rtualbjsa jadi sama dan bisa jadi sangat berbeda. X sebagai seorang leiaki pekerja, kepala keluarga, dan memrriki dua orang anak bisa menjadrX
yang bujangan, berstatus mahasiswa, dan belum memiliki pacar.Ini
yang disebut oleh Tim Jordan (1999: 62-87), bahwa operasionalisasi identitas dr dunia u)rhra/ menjaditefbentuk
ini
tidaklah mesti sama atau mendekati dengan idenutasnyadi
dr.rrua fly^t^ (,ffine irlentitu . Renouated hierarclties adalah pfoses di mana hirark.i-hirarki yangte rjadi di dunia nyata (ffine hierarchie direkabentuk kembali rnenladi on/ine hierartlties. Hasil akhir dati identiry fuidi4t dan renouated hiewchies inllah yang selanjutnya rne njadi
i
rnationa/ gace, yakor inlormasi vang menggambatkan realita yang hanya berlakudi dunia virtual (Tim Jo:dan 1999: 62-81).
Euer1dalt
Life,
settapindividu
pada kenyataannya melakukan konsttuksi atas dlri mereka dengan cara menamPilkanditi
(-c
pefornann)' Namun, penampilan diri tersebut pada dasarnya dibentuk atauuntuk
memenuhl keinginan audien.r atau lingkungan sosial, br-rkan berasal dari diti dan bukan pula diciptakan oleh individu itu senditi. Sehingga identrtas yang nruncul adalah penggambaran^P^ y^ng sebenarnl'a
menjadi keinginan dan guna memenuhi kebutuhan pengakuan social dan rdcntitas manusia bisa berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang
lain
(http: //
s,'u'w. Fejournal.stainpurwokerto.ac.id akses 9 aptil 201 2).
Individu
)rang mensgunakan dunia mayauntuk
membangun identitas diri adalah individu ),ang tidak bisa diterima identitas aslirryadi
dunia nyata. Sebagdcontoh
adalahkaum
Lesbian, Gay, Biseksual,dan
Transgender(LGBT). Di
Indonesra kekrmpokI-GBT
menjadi salah satu lielompok masYarakat yang terus mendapatkan drsl<riminasi multidimensional. Diskriminasi di sini dapat diartilian sebagai pelal'21ntt a.tau pedaliuan yang tidak adil terhadap individu tertentu, d.i mana perlakuan berbedaini
dibuat berdasarkan katakteristik yang diwakili oleh individu tersebut, seperti karakterisuk kelemin, orientasi seksual, ras, agama dan keperca\raan,aliran politik, kondisr fisik atau katakteristrk lain, yang tidak mengindahkan tuiuan vang sah atau wajar (Ariyanto
&
Rido Ttiawan, 2008: 26-27) 'Dalam penelitian ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah homoselisual, pada
khususnya gay yang mengkonstruksi identitasnya di jejaring sosial Facebool< akibat diskrimlnasi atau penolakan masyarakat terhadap kaum gay Tidak banyak yane tahu apa alasan meteka melakukan hal tersebut, dengan adanya diskriminasi mengapa mereka tidak bettahan dengan identitas gay tersebut jika mengingat setiaP orang rnemiliki hak untuk n-ren'rilih orientasi seksual masing-masing'
Homoseksual atau hubungnn seksual sering dikaitkan dengan gendet karena jenis kelanrin, di mana sesungguhnya gender dengan
kelamin
e-xJ itu dua hal vang berbeda. Dalambuku
Gender Troub/e, Buder mengatakan bahrva budayalah yang mengkonstruksi gender dan membuatnya seolah olah seks adalah gender. Bagi Butler6i,
.':,Ji'i'i:;masalal-r kebutuhan yaitu alat kclamin mamrsta (vagina dan penis). Sedanglian gender adalah sebuah konstruksi budaya yang tidak ada hubunga.nnya dengan
kelamin
ax) yangdimililii
oleh seseorang. Rutler melihat bahrva pemahatnan gender yang ada sekarang adalah sebuah pemahaman yang dibentuk oleh budaya )'ang sudah ada seiak zaman dahulu yaitu budava patrialkal, dan kita yang hidup pada masa Hni seolah meyakini bahwa halitu
alamiah. Gendet bukan seseorang, tetapi sesuatuyang dilakukan oleh orang (Butler, 1999:33).
Terlepas dari persoalan gender dan seks, lieberadaan homoseksual sendid dalam masyarakat memang sudah
memiliki
label yang negatif, terlebrh dengan adanyaperbedaan pandangan dan perlakuan terhadap kaum hornoseksual ditengah kuasa heteronolnativitas dan heteropatriatki. I(onsep heteronotmattvitas adalah sebuah konsep di mana heteroseksual adalah kelompok yang normal dan mereka yang ada
di luar konsep ini adalatr
abnorm
. Sedangkan konsep heteropatriatki adalah sebuah konsep )rang bethubungan dengan opresi kelompok dominan tethadap kelompok marjinal
dalam kaitannya de ngan budayapatriarki
(Lindner,Martins,
Romao,2004:12). Pada titik im munculah apa yang disebut dengan homophobia. Phar (1995: 54) menyebutkan bahwa homophobia muncul karena. adanya heterosexism. Akrbat dari terus munculnya homophobia dan label peny'impangan tethadap kaum gay menimbulkan dampak negatif pada kelompok tersebut. Dengan adanya pelabelan yang diberikan masyarakat kepada kaum gay maka mereka akan cenderung meLihat
ditinya
sebagar kelompok )'anglain
e o/her), marginal bahkan abnotmal danmembuat para gay memihh untuk menyembunyikan identitas seksual mereka.
Di
Amerika
sebetulnl'a komunitas homoseksual sudahmulai
membuatperlarvanan, ditandai dengan melctusnya peristis'a Stonewall (1969)
di
mana pada saat itu terjacli perlawanan secara fisik komunitas homoseksual di dalam sebuah bar lesbian, gay, dan transcksualdi
karvasan Greenwich Village, NewYork
betnamaStonewall Inn (Spe ncet, 2004:441). Peristiwa Stonewall menjadi awal mula komunitas homoseksual untuk rnempetjuangkan keadilan dan persamaan hak meteka secata
terbuka
setelah sebelumnya komunitas homoseksualterus
mettyembunyikan identitas mereka karena tekanan dari masyarakat sekitar. Penggunaan istilah yang secara term.inologi menghina kaum homoseksual pada u'aktuitu
juga semakinmemperjelas adanya pembedaan
yang
dilakukan
sebagai upaya menjadikan homoseksual sebagai kaum yang terpingg.irkan, sebagai contoh penggunaan istilahpaur,
Fair1, ataa Fag4oL"Iiata
pneer berasal dari kata bahasa Jerman yang berarti bengkok, miring, atau salah" (JuliastLrti dalam wwr.v.kunci.or.id/esai /n:x,s 105 /gay.homoseksual
lakilaki
hingga secara petlahan mular digantikan dengan istilah "gay" yang berarti orang y^ng meriah (Anclerson dalam Oetomo, 2003:10)Dengan adanl,a peristirva Stoner.vall seliarang
ini
rnemang semakin birnvakkaum homoseksual yang selama ini tcrPasung dalam satu lingkungan yang tertutup menjadi lebih terbuka untuk mempetiuangkan
^P^ y^ng meniadi pilihan hiclupnva
terkuak identitas homoseksualnya.
Di
Indonesia sendiri contohnya adalah kasus pembunuhan mutilasi yang dilakr,rkan oleh Ryan tahun 2008 dan Baekuni "Babeh" akhrr tahun 2009 lalu, dimana peristiwa kekejarnan tersebut dilatar belakangi oleh orientasi seksr.ral mereka yang menf impang.T'idak seclikit
dari
n-rereka )rang sekarangini
melakukanpolitik
identitasunruk
tetap bisa ber.interaksidan
bersosialisasi dengan masyarakat heterosel<s. Politik identitas sendiri dipahami sebagai "tinclakan pol,itis untuk mengedepankankepent-ingan-kepentingan dari anggota-anggota suatu kelompok katena memiliki hesamaan identitas atau katakteristill, baik berbasiskan pada ras, etnisitas, gender,
atau keagamaan" (Lukmantoro dalam vww:wawasandigital.com/index.php diakses 10 J:uIi 2012).
Selain melakukan pohtik ider-rtitas kaum gay saat ini mengembangkan identites
bil<ultrrr (Santrok, 1999: 17).Identitas biku]tur adalah dua identitas yang dimiliki
oleh seseorang
lakilahi gay
yang tidak metubah orientasi seksualnlra dengan tetapmenjadi gay namLrn memiliki anak dan istri. N{enjalani kehidupan sebagai gay secara
tersembunyi namun juga hidr:p normal dan bersosialisasai sepetti orang bi^sa tanPa
masyarakar tau bahrva. sesungguhnya mereka adalah gayr Identitas bikultur ini kcrap
dilakukan oleh hornosel<sual tertutup (in the close
Hal
ini
disebutoleh
Erving
Goffman
dengan Ittprusian Manageruent, yangmemiliki pengertian kemampuan
individu Lrntuk
mengatul tingkah iakr-rn1'2 d21 segala sesuatu dalam dirinya agar tetsampaikan suatu citra diti 1.ang ingin ditunir-rkkan (Goffman, 1959: 17). Iutprusion nrti d!,e xe tinl
terdapat dalam suatu konsep t'anglebih besar dari Goffman yaitu teori dramaturgi, di mana teori
ini
mengungkapl<anbahwa banyak tefdapat kesamaan antata Pementasan teatef dengan berbagai ienis pefan yang kita mainkan dalam interaksi dan tindakan seharian. Dalam dtarnaturgi, interaksi sosial drmaknai sama dengan pertunjukan teater. Nlanusia adalal-r alitor yang
berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang
lain melalui pertunjukan dramanya sendiri.
Dalam mencapai tujuannya terscbut, menufut konsep dramaturgi, manusia akan mengembanglian perilaku-pefil^liu ),2rngkehidupan juga harus mempetsiapkan kelengkapan pertuniukan. I(elengkapan
ini
antara lain memperhitungktn setting, tttstum, penggunaan kata (dialog) dan tindakan
non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan ialan mencapai tujuan (wwwwikipedia.org/
wiki/Dramaturgy Akses 21 September 2012).
Goffman mengistilahkan tindakan di atas dalam istilah "lnrprerion
Man
ent".Goffman juga rnelihat bahwa ada perbedaan akting vang besar saat aktor berada di atas panggung (fi'ont stage) dan di belakang Panggung (back stage) drama kehidupan.
I(ondisi
akting di front stage adalah adanya penonton yang melihatkita
dan kitasedang berada dalam kegiatan pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan
peran
kita sebaik-baiknya agar
penonton
memahami tujuandari
perilaku kita. Perilakukita
dibatasi oleh konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil. Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakangpanggung, dengan kondisi bahrva ridak ada penonton. Sehingga kita dapat berprilaku bebas tanpa mernpedulikan p/at perllak:u bagaimana yang harus kita bawakan. Pada
penelitian
ini
Facebook menjadi panggung sandiwara di mana objek atau informanmerupakan
individu
yang menjalani kehidupan layaknya sepertimahluk
sosiallainnya, normal (mencintai lawan jenis), betgaul dengan orang lain, bekerjasama dalam sebuah team, berplJl'ak:u batk (frant stage) dengan segala
atribut
dan setting yang juga telah dipersiapkan. Namun ketika berada dilingkungan pribadi maka dia menjadi seorang seorang gay (back stage) (GoffmarL, 1.959: 44). Dan ketika apayang dilakukan
di
depan panggung berhasil dan dilakukan secara berulang, maka^p^ yang kita lakukan akan menjadi identitas y^ng
onng
berikan pada diri kita. Identitas bukanlah setiap sifat yang kitamiliki
bukan pula sesuatu yang kita miliki. Tetapi identitas personal 1ebi1-r merujuk kepada apa yane kita pikirkan tentangdiri
kita sebagai pribadi (Giddens dalam Barker, 2006: 111).Identitas juga sesuatuyang ada dalam kesadaran dan dilafalkan dalarn komunikasi sosial.
Oleh
karenaitu, identitas merupakan sebtah sense dari individu atau kelompok, sebab identitas adalah produk dari kesadaran individu yang
dimilikt
oleh saya dan anda sebagaisuatu entitas yang membcdakan saya dari anda dan membeclakan kita dari merelia
(Huntington, 2004: 21).
Kerangka
Teoritik
is-Social-Media--iCrossing-eb<;ok.pclf, alises 1
6 Aptll
201'2)'
Dengan adanya sosialmedia manusia yang biasa saling berbagi ide, beketiasama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikit, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi ten-ran baik, menemukan pasangan, membentuk suatu identitas dan n-rembangun sebuah komunitas sangat menarik. Dengan betmacam-macam media sosial, manusia atau user hanya tinggal
merrilih
media sosial apa yang akan digunakan sesuai clenqan tujr-ran atau kepeduannya.Ada tujuh dasar jet-ris rr-redia sosial, yaitu: .f rtcial Nenttork, B/ags, lVikis' Podcast,
Foruns, Microblogingdan Cantent Corurttrnities.I{etuluh pemetaan berdasatkan jenis clan fungsi yang digunakan te tsebut membantu Pengguna interne
t
dalam ment'alurkau,memberi rnformasi, berbagi
foto
maupun r.'ideodi
lempat yang tepat. Nlenulis sebuah cerita dan langsung mendapat tanggapan serta memberikan pengetahuan melaluifoto-foto
dari berbagai budaya, negara )rang dapat dipublikasikan sehingga semua orang dapat mengetahuiinformasi
tersebut.Itulah
media sosial, dapat menun-rbuhkan kreativitas, mengenalindividu lewat
budaya,dan
dapat saling berbagi.Dati
macam-macam jenis medta sostal dtatas, Facebook masuk dalam Social Network yang sangat populer di Indonesia bahkan dunia setelah diluncurkan oleh Mark Zuckerberg pada 4 Februari 2004. Aplikasi yang tetdapat dalam Facebook men-rungkinkan setiap or^ng y^ng men-riliki account untuk menampilkan infbrmasi personalnya, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, temPat tinggalbe
tu juga clengan foto atzru garnbar prtbadi. Selain itu, Pengguna juga dapat mengiriml;an pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya, dan Facebooli iuga menampilkan dan n-renyediakan informasi )'ang lebih banyak dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnl'a (Stutzman dalam Girsang, 2008: 9).Tubbs (2003: 87-89) menyatakan bahwa fasiltas yang
dimiliki
Facebook juga memudahkan penggunantra untuk mengirimkan dan berbagi biografi visual untuk mempertahankan pertemanan clengan kenalan dan untuk mengeksplorasi hubungan yang dibentuk dengan otang larn )'ang be lum dikenal. Mengetahui infotmasi petsonalmerupakan syarat utama ketika seseotang memulai suatu hubungan interpersonal. Pada hubungan personal yang dibentuk secara online, kita mengembangkan identitas kita sebagai anggota dari l<omunitas online tersel:ut dan membentuk kesan terhadap anggota lainnya.
Namun terdapat pe rbedaan antara komr-rnikasi langsung dengan komunihrsi
di!iH!;*rs,i;rinl
tidak mengetahui dengan siapa kita menjalin komunikasi. Hal
ini
sejalan denganDevito
(dalam Girsang, 201,2: 16) yang mendukung salah satu kerugian ketika kita membina hubungan secara online kita tidak dapat melihat secara langsung orang yangkita
ajak menjalin hubungan. Selainrtu
terdapat kemungkinan orang yang bednteraksi secara online memberitahu informasi yang salah mengenai dir.inya dan terdapat kemungkinankecil
untuk
mengetahui kebohongan tersebut. A{enurut Tay\og 2009 (dalam Girsang 2008: 1.1) menyatakan bahwa anonimitas yang terdapatdalam
interaksi
secara online memwdahkan seseoranguntuk
mengungkapkan informasi personalnya, hal ini mungkin karena individu metasa meteka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek pentingdari
diri
mereka saat mereka melakukan interaksi secara onJine.Dengan fasilitas Facebook yang tidak menuntut
untuk
memberlkan informasi itulah maka sekarang ini banyak pengguna Facebook yang menggunakan Facebookuntuk mengkonstruksi identitas. N{emberikan identitas palsu
di
Facebook, entah merubah total atau hanya menamb ahi apa yang sudah ada menjadi seperti apa yang diharapkan dengan tujuan tertentu. Identitas atau dikenal dengan identiry dapat diattikan dari sudut budaya sebagat tasa memiliki, rasa^m^n, rasa berarti yang dapat dirasakan oleh seseotang sebagai anggota kelompok yang terikat bersama nilai dan gaya hidup bersama (Lull, 1,998:221).
Stuart Hall (dalam Barker, 2005: 1.72) menjelaskan konsep bahwa ada
iga
cara untuk mengkonseptualisasikan identitas, ia menyebutnya sebagai subjek pencerahan,subjek sosiologis
dan
subjek pascamodern. Subjek Pencerahan adalah Sublek yang melihat bhawa individu mampu mengaturdiri
mereka sendirl dan mampumemlilih
^pa y^ng baik untuk diri mereka sendiri, Sujek Sosiologis adalah subjek yang menganggap bahwa identitas bukanlah sesuatu yang diciptakan sendiri namun seutuhnya diciptakan oleh budaya (cultural), sedangkan Subjek Pasca Modern adalah subjek yang beranggapan bahwa identitas akan tetus bergeser, terpecah, dan jamak.
Dengan adanya identitas lain
di
Facebook yang berbeda dengan dunia nyata, maka apa sama dengan Teori Dramaturgi Erving Goffman dalamltuktnya
Thein euerydal Life yang menyatakan bahwa kehidupan sehari-hari setiap individu sama seperti sebuah pertunjukkan teater dimana
dari waktu
kewaktu setiap individubetganti peran sesuai dengan kebutuhan dan kemauan mereka (Collen, 2008:326-327).
Di
dalam membahas sebuah pettunjukan,Goffman
mengatakan bahwatuluan kepada orang lain melah-ri "pertunjukan dramanya sendiri". Dalam melcapai tu juannya tersebut, menurut konse;l dramaturgis, manusia akan mengembangkan perilaku-pefllaku yang mendukung pefannya tersebut. Selayaknya pettunjukan drama, seorang aktor clrama kehidupan juga harr:s mempersiapkan kelengliapan
pertunjukan.
I(elengkapanini
antaralain
memperhitr-rngkan seltingkosum,
penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, ha1ini
tentunya bertr:juan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memulr,rskan ialan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan cliatas disebut dalamistilah
"iutpression managemenl" (Goffman, 1'959: 17)N{enurut Goffman, ada dua bidang penampilan yang pedu dibedakan, }'^itu panggung depan (frant stage) dan Panggung
belakang
ack stage). Goffman rnelhat bahwa ada perbedaan akting 1'ang besat saat aktor beradadi
ataspanggr-rng
ntnt stage adalah adanya penonton yang rnelihat kita dan kita sedang berada dalam
bagan pertr.rnjukan, selain itu panggung depan adaiah rnerupakan bagian Penampil2n
rndividu yang secafa tefarur beffungsi di dalam mode yang umum dan tet^p untuk mendefinisikan situasi bagi mefeka yang menyaksikan penampilan itu. Saat
itu
liita berusaha untuk memainkan perankita
sebaik-baikny agar penonton rnemahami tuluandari
perilaku kita. Petilaku krta dibatasi oleh konsep-konseP drama yangbef tujuan untuk membuat dran'ra yang bethasil. Aspek-aspek yang berpengaruh dalam
front stage antara lain cara berpakaian, jenis kelamin, umur, karaktetistik rasial, uliuran tubuh dan postur, cara
berbicara,
rd atau gerak tubuh, bahkan informasi mengenripe
rner (orangyang sedang melakul<an pertunjr:kkan) seperti pekeriaan, aliliasi dalamorganisasi atau komunitas tertentu dan lain sebagainya (Goffman, 1959:24).
Back stage (panggung
belakan
yaltu merupakan keadaan dimana kita berada dibelakang pangEiung pe ristiu'a yang memungkinkannya mempersiapkan pctannva di
wilayah depan di mana disana terdapat kamat tias tempat pemain sandirvara betsantai, mempersiapkan diri, atau berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan dengan kondisi tidak ada penonton. Sehingga aktor dapat berpetilaku bebas tanpa
mempeduLikan
plot
perilaku bagaimana yang harus kita bau'akan nam]un back rtttge merupakan ruang drmana dis.itulah berialan skenario pertuniukan yang dibr-rat oleh indi'"'idu untuk mengzttuf pementasan sebelum aktor tersebut memainkan pelannva di atas panggung.I(etika
seorang fietfornar melakukan pe
rlltance, ia akan bel-rsaha sekuat tenaga untuk menampilkan apa yang ia ingin ditunjukll-an kepada attdience-nya dan akan mengurangi segala hal yang akan membuat a rlience-oya mendapatkanMetode
Penelitian
Jenis penelitian
ini
adalah penelitian etnografiyang
mengkaji rnendalam mengenai identrtas gaydi
jejaring sosial Facebook.Teknik
pengumpulan datamenggunakan wawancara mendalam
(in-
th interuiew), observasi partisipan, analisisdokumen,
dan studi
pustaka.Teknik
analisis clata data yang digunakan dalampeneLitian
ini
adalah dengan pengamatan yang sudah ditultskan dalam catatan lapangan, kemudian ditelaah dan dipelajari sebelum direduksr yang pada alihirnya ditarik kesimpr"rlan.Hasil
dan Analisis
Biografi Informan
o
ProfilJA "Man
Ga1t"JA
merupakan sosok laki-laki yang gantengdan
sangat maskulin. Seorang yang berprofesi sebagai pegawai bank di salah satu bank swasta di Yogyakatta. Dia dipindah tugaskan ke Yogyakatta setelah sebelumnya di Malang. Awal dramenjadi gay adalah trauma yangmendalam terhadap hubungan heteroseksualnya yang tidak disetujui oleh kedua orang tuanya karena perbed^
n agaml
o
Profil
S'N "Sis:1tCE"
Berbeda dengan JA, Snfl merupakan
lakilaki
)rang feminim. Banyak hal yangdilakukan
oleh
perempuan juga dilakukan olehnya. I(epribadianSW
yangmemang
feminim
membuatnyalebih
gampang akrbab dengan perempuan,SW lebih banyak memiliki teman perempuan dibandingkan dengan teman laki-laki. arval SW menjadi gay aclalah karena kurangnya perhatian dari orang tua
karena poligami yang dilakukan oleh ayahnya. SW mengaku seteiah ayahnya
berpoligami,
ibu
dan semua anggota keluarganya tidak pernah peduli dengan^pa y^ng sedang atau akan dtlakukan oleh S\Xl I(arena itulah pergaulan SW tidak tetkontrol hingga akhirnya ia menjadi ga,v.
o
Profil SP "Cool Ca1"SP betasal
dari
keluarga yang sangat berkecukupan, orang tuanya seorangpengusaha sukses. Berkerja
di
salah satu percetakandi
Yogyakarta setelahkeluar dari kampus katena alasan malas kuliah. I{urangnya perhatian katena
kesibukkan yang dimilit<r kedua otang tuanya membuat SP menjadi gay sejak
SP semakin berkembang. I(umpul bersama komunitas-komunitaspun kerap ta
lakukan.
Konsttuksi
Identitas
Offline
Fenomena-t-enome na komunitas homoscksual pacla jaman dahulu sr-rlit untnk
ditemui, namun seiring dengan berjalannya rvaktu perlahanlahan merclia mulai membuka
jati diri
sebenarnya Jiang selamaini ditutupi
daripublik.
l\IunculLrva fenomena-fenomena tersebut membuat banyak omng tergugah untuli mctlbaLrasdan
mencaritahu
darimanadan
bagaimana fenomenaitu
datang.Namun
di lndonesia sendiri, dunia bagi para homose ksual masih termasuk dalan-rltelompoh-kelonpr,lk kecil (minoritas) yane setiap eay atau lesbian rnasih segan untuk nrcnsaliui jati ditinya senditi clan lebih memilih untuk menutr-rp
Tapi dengan semakin banyaknva kaun-r gav tersebut tidak rnenjaclikan selurLrh
gay
untuk
bisa terbuka. Banyak pula gay yang memilihuntuk tettutup
clenganidentitasnya tersebut. I(onsekuensi buruk vang akan mereka terima bisa saja berupa
ucap^n ataupun 'undakan. Otang orang clisekitarnya
bisa
saia secal^ tiba-ttb^ menjauhinya tanpa diketahui alasannya, tidak lagi bisa care atau senyaman sebelum mereka mengetahui jdenritas g21y nya" Dengan berbagai siasat, hinggakini
rnerel<a bisa tetap n-rempertahankan identitas seksualnva.Tidak
seperti otanglain
vang bisa "cuek" mengahui dirinl'a sselnr* gay. Dan setiaP ga)r dalam menyembunlikanidentitasnya agar: udak dil<etahui orang sckitarnva memiliki cara masing rr-rasing. Contohnya dari ketiga
tnlorman
penelitian, merekalnemiliki
cara yang berbedaunuk
metahasiakan statusnya sebagat ga1'.Cara
JA
dalam menyembr-rnf i[21t identitas gay nya dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan melakukan hal-hal yang memang hatusnya dia lakukan. I{atenapada dasarnyaJA memang sangat maskulin maka ticlak petlu ada vang di buat-buat. JA hanya perlu hati-hati dalam bcrhubungan dengan Pasangan gay flva baik secara
langsungmaupun hubungan via elektronik. Tetlebih hubungannva terdahulu betsama
perempuan yang tidak disetr-rjui oleh orang tuanlra 6sftrrp meyakinkan orang tua dan orang-orang sekitarnl'a fnhrva dirinya normal. Sedangkan SW vang memPun)'a'
sifat feminim akan mchliukan banyak aktinq dalarn kehidupan sehati-hari r-rntuk
menyembunr.ikan identitas gay n)ra. Dart memperkenalhan tem^n PeremPuannva kepada orang
tua
sebagai Pacar, berusahalcbih
maskulinjika
berada ditumah, tidak memperbolehkan teman-temannya masr-rk kedalam kamarnya karenayang memang harusnya drlakukan, hanya saja SP berhasil menggambarkan dirinya sebagai lalri laki yang playboy. Dart situ lah orang orang disekitarny^ Pefc^y^ ^tau yakin bahwa SP adalah lakrlaki normal.
Identitas Online
GayDalam subbab in.i peneliti akan membahas bagaimana konsttuksi identitas yang terjadi melalui komunikasi yang tefmediasi oleh komputet
at^i
cz///P/.tter nediaterl canmtnicatior,t dan diimpiementasikandi
situs jejaring sosial Facebook. I{ehaditan teknologi dianggap menjadi salah satu medium yang mampu memenuhi kebutuhan individu akan komunikasi dan bisa mendofong lebih bebas setiap indivldu untuk mengungkapkan siapadiri
meteka. Facebook merupakan Penggambaran yang sempurna bagaimana sebuah teknologi mampu mendorong serta menyediakan ruang bagi setiap individu dalam mengkonstruksidiri
mereka, di mana dalarn hal ini adalah gay'. Dari segi tealitas yang ditanyakan peneliti kepada informan, tel.rryat^ jawaban-jawaban yang didapatkan adalah memang meteka menggunakan Facebook untuk menghonstruksi identitasdiri
agar lebih "aman"di
pandangan masyarakat dengan rdentitasnya sebagai laki-laki normal sePerti aPa yang mereka gambarkan dalam Facebook.Informan yang pada dasarnya merupakan ga1 hidden rr'embuat atau meperbatki rdentitas asLinya sebagai gay melalui ieiating sosial Facebook, dengan alasan banyak pengguna Facebook yang memang berada di kehidupan mereka yang secara otomatis akan melihat dan metespon
^P^ yang dilakukan
di
Facebookdi
kehidupan nyata. Dengan adanya Facebook, akan memudahkaninforman
dalam mengkonstruksi identitas di dunia nyata ((fineiden
,mereka memainkan perannya dalam Facebook (on/ine identij) secara apik sefringga lebih menegaskan dan meyakinkan bahrva apa yang dilakukan dalam dunia nyata. akan terlihat seperti kenyataan. I(arena perilakukita dalam
suatubentuk interaksi, dipengatuhi
oleh
harapan peran mengenai identitas kita di depan orang lain.gay
di
tengah mas\r^raliat hctcroseksual. Selair-r alasan yang menguntunglian diribagi individu gay, identitas lain dalam on/ine ,:'an1 berpengaruh dalam kehidupan e adalah terhindarnya resiko untuk menemPatkan keluatganlta terLltama orang
tua dalam kondisi )'ang tidak menyenangkan karena salah satu altggotanYa ga\r.
Inlorman atau ga\r lain pastr akan mengalzrn-ri konflik atas identitas gay yans n'rereka
miliki dcngan perasaan orang tuarrya jika sampai ide ntitasu'a diketahui sebaqai salah
satu anggota minoritas atau,vallg di diskriminasi oleh pemerintah dan tn:rsvat akat Inclonesia.
Dalam mengkonstruksi identitas
di Facebook, ketiga
inforrnan
melakukan clengan cara \rang berbeda beda. SP dan JA menggunakan nama asli dan fcrto aslinrcreka
di
jejaring sosial Faccbook,tidak
sePerti S\X/ vang mengglrnakan nrtnalain dan bukan
foto
dinnya. N{enurut peneakuan dari SP danJA
justn-L cleneanmenggunakan nama palsu dan foto palsu di iejaring sosial Facebook, maka iclcntitas mereka di lraccbook akan diragukan keasliannya.
Namun dari
perbeclaan cara mereka dalam me ngkonstrr-rksi identitas di Facebook, ketiganva memiliki tr-rjuan 1'ang sama yaitu menl'errbunyikan ()rientxsiseksual mereka. I(etiga infbrn-ran melakukan hal-hal vang tidak dilakukan dt alf ine
identi\ untak mendukung kcbe rhasilan an/ine
iden
. Contohnya saja JA, JA
vang lebih banyak diam di dunia nyata maka akan sangat komunikatif di dunia n'rava. JArnenjadikan dirinya sangat rara clan terbuke liepada teman teman Facebooknlrl.
Ilort
yang dilakukan oleh SW yang merniliki pacar PeremPuan
di
akun Faceboolinya,sedangkan pada lien),ataannya paczu dari SW berjenis kelamin lahilaH.
Elemen-elemen
liecil
yang jil.'a
tidak
diperhatikan secaradetail
teln,vatamerupakan hal 1'ang sudah atau sedang dikonstruksi oleh g4rr bidden dalan iejarinq
sosial Facebook tanpa orang lain tahu.
Dan dati
hal-hal kecjl itr-r akan men-rberipengatuh besar dalam konstruksi identitas. Satu sama
lain
dati
hal
yang 1sl2hdihonstruksi dalam Faccbook saling berhubungan dan berpengatuh. Jiha salah satu
hal yang drkonstruksi tidah bisa diterima oleh orang lain maka hal-hal lairr iLtaa akan sama. Oleh karena itu ga1' 1'ang melakukan konsttuksi idenutas melal<r:kannva dengan sangat hatl-hati dan se detail munghin. I{arena itu akan sangat berPenqartrh pada kehidupan nyata, tetlebih jika seseorang individu sudah
di
anggap baik, lalu tedihat keburukanny262[2
al<an sangat terlihat clampaknva.l(onstruksi yang berhasil tidak akan pernah tedihat oleh otang lain. Bahkan orang
lain
akan menganggap bahwalingkungan yang bisa menerima kita juga dapat memberi gambaran bahwa apa yang
kita bentuk dan bangun agar dapat diterima oleh lingkungan sekitar tanpa adanya
diskriminasi sudah ada hasilnya.
Itu
terjadi pada ketiga informan penelitian, ketigainforman penelitian bisa berjalan seimbang antara kehidupan soslal dan kehidupan
bersama pasangannya (aki-laki).
Analisis
Informan
.
Analisis Infbrman terhadap Penggunaan Facebook sebagaiMedia
I(onstruksiIdentitas
Dari berbagai macam pendapat dan cara pandang informan tethadap fungsi
dan penggunaan Facebook sebagai
mediauntuk
mengkonstruksi identitas ditemukan satu kesamaan.Di
mana mayoritas dari informan yang metupakan gcyt hidden menerima kehadiran Facebook dan menggunakannya sebagai mediauntuk mengkonstruksi idenutas guna mempertegas dan meyakinkan
^tas ap^
yang dilakukan dalam dunia nyata. Hal hal yang mendasari sikap meteka untuk melakukan konstruksi identitas dalam jejaring sosial Facebook adalah karena
ketidaksiapan mereka
untuk
membuka identitas gay kepada keluarga danmasyarakat yang mayoritas hetetoseksual, katena masyarakat menganggap gay
merupakan
^flcarr'an dan harus di hindari karena melakukan penyimpangan.
Alasan yang diberikan ketiga informan dari wav ancan mendalam yang telah
dilakukan, mengapa mereka menggunakan Facebook untuk mengkonstruksi
identitas bukan media
^t^u c^t^ lain adalah karena Facebook merupakan med.ia
yang cukup berpengaruh daiam masyarakat dan sudah menjadi btdaya (cu/ta
di
Indonesia. Seperti konsep identitas StuartHall
(dalam Barker,2005: 172)yang menjelaskan subjek sosiologis,
di
mana konsepini
menganggap bahwa identitas bukanlaL-r hal yang dapat menciptakan dirinya sendiri, tetapi sepenuhnyadiciptakan oleh budaya (cw/tare).
Ini
yang coba dilakukan oleh ketiga infotman untuk membentuk identitas yang ingin di anggap atau diakui oleh masyarakatdan
lingkungan sekitar. Dengan alasan yang dikemukakanoleh
informan,maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan psikologi sosial oleh Martin dan
I{anaya
piliweri,
2003: 12-78) tentang pemahaman identitas juga dibuktikan oleh ketiga infotman.Di
mana dalam pendekatan psikologi sosialini
melihat bahwa kehidupan dan perilakuindividu selalu dalam lingkungan sosial
yangmenyebabkan individu dibentuk oleh lingkungan sosial.
Goffman
dalarn The Presentation oJ' S'e/f in Euerydal I'ife juga mengungkapkan bahwa penampilandiri
bukan berasal clarl
diri
senditi. Sehingga identitas yang muncul kepada lietiga informan dalam penelitianini
adalah penggambaran atas apa yang sebenalnva menjacli keinginaninfornan
guna mencJapat pengakuan dan perlakuan sosial yang baik.Analisis Informan terhadap Identitas Online dan Offline
Setelah melakukan
walancara
mcnclalamdan
oben asi lanusung t.ane dilakukan oleh peneliti dalan'r penelitian rni dapat membeti inforn'rasi bal-rrva gay hidden yang melakul<an l<onstruksi identitas di Faccbook melakukan dengan cara yanll berbeda-bedanlmun
clcngan tujuan yang sama. I{etiga informan yang memiliki karakter berbecla-beda, vaitu S\W dengan gal'a feminimnya, JA dengan galla cooln)'a, serta SP yang sanllat '\/etgek'an" menvetr-rjui keharlrsan adanya iclentitas gancla r-rntukmenl'smbun kan
identitas gay yang clirniliki.Narnun
ada liesamaan )rxitu merekatidak
per:nah berinteral'si san-ra sekali c{engan pasangannya cli jejaring lracebooli meskipun mereka berteman. l)alan'r aliun Faccbook dan kehiclupan sehari-hari yang melibatlian orang lain in firrnranrnenjadi individu ;'ang berbecla bai-rkan sangat berbeda dengan saat
di
manainforman
sedang sendiri atau dengan Pasangannlra )rang memanl] metlrrsuki tanah pribadinva.Ini
prcrsis scpertl Teori Dramaturgi ),ang dikemban{:lianoleh
llrving
Goffman,
di
mana kehidupan diibatatkan sebagai petuainan peran oleh manusia,ada
nl .r/aga tTan back stage. Tentu permainan perxn vxngdimainkan olch manusia tersebut cltsesuaikan dengan tujuan lrang
in
n dicapai sebelumnl'a. Informan dalam penelitian rni juga demikian, mereka mernainkan berbagai petan cli clepan linckungan sosial dengan tujuan pengakuan idenritas///an
ezl sendiri dalam dramaturgi metupakan kemampuan individn untnk mengatur tingkah lakunya, dan segala sesuatu dari dirinya agat tersampailian suatu citradiri
yang ditunjukkan (Goffman, L959: 1.7). Front stage tidak hanya tetjadi di Facebool< sebagai panggung atalr media 1'ang mereka gunalian untulrdengan Facebook sebagai media untuk mempertegas bahwa apa yang n-rereka lakukan di dunia n)rata adalah benrrr adanya.
foto
asli karena dirasa alian mendukung imptession marlagement yang sedangia bangun api sebaliknya terjadi pada JA dan SP, meteka lebih memrlih untuk
menggunakan
foto
asli dalam akun Facebooknya.Ini
menunlr-rkkan bahwaterkadang indiviclu al<an berusaba
mclakukan
re.r.rion ntanageltml agat drterimaDalarn menjalankan petannva ada banyak hal yang dapat membr,rat apa vang
menjadi tr:juann;'a gagal atar-r seclikit mengaiami gangguan. Gangguan tcrseblrt muncul dati luat dan dalam cliri Lita, faktor internal yang dapat menggan(qgLr perforntaace biasa dise br-rt dengan unrueant geasture yaitu tingkah laku ata.u gcrai<an
dilakulian
(Goffman,
1959: 209). Sedangkanfaktor
elrsternal r,aitu bcrupaindividu J'ang rnuncul secata se ngaja rnaupun tidak sengaja yang memberikan inlormasi yang bertolak belakang dengan impre si yang dilakukan oleh
roe
r/://er (Goffn'ran, 1959: 145). Itu juga tcrjacli pada informan dalam penelitianini, contohgangguan laktor internal yang dialami oleh infrrrrnan yaitu apa yang ter]acli pada
S'rX,i
Di
rnana SW 1'ang n-remihhi gesture dan ga1,a bicava 1'ang fcminimhal-rs meyakrnkan orang clisekitarnya bahwa dia adalah laki laki notmal. Dan Lrntulirnenghindati faktor elistcrnal yang muncul, informan tedlhat sangat menjaga
hubungan baik dengan trmrn-teman yang menjadi member dalam Facebook
dan
teman-teman yang ada clalam lingkungan sekitarnya dengan menjagainage sebagai laki-laki normal.
Dan
dengan dilal<ukannl'a hal tersebut sccaraberulang diirarapkan dapat men-rberikan dampak positif guna menyembun\,ihan identttasnya sebagai gay serta penerimaan diri oleh masyarakat.
Kesimpulan
Dan
apa vang telah dipaparkan diatas dapat diambil kesimpulan balrr.va:.
Setiap gay akzrn memberi penolakan pada awal mengetahui otientasi seksualmerel<a. N{ere ka bertrsaha untr-rk mengabaikan perasaan terhadap lal<i-laki 1,ang
timbul, hcinginan
untuk
mengubah orientasi seksual juga kerap muncul. Tetapipada akhrrnya mereka te tap bet tahan dan berusaha menerirna diri merel<:r apa
adanya bal-rwa ini adalah sesuatu hal 1,ang sudah tidak bisa ditubah lagi.
.
Faktor keluarga clan lingkungan terhadap munculnya suatu perilaku, dalam haiini orientasi seksual yang sejenis (gay) sangat besar.
.
Adanya diskriminasi dan penolakan dt Indonesia terhadap kaum ga1,, rnembuat/dE
Sii't,'',,,,nut.
Caragay mengkonstruksi identitas di Facebook betberbeda-beda dan bermacam-m^cam setiap indir.idu, ada 1'ang memilih hanya sedikit menambahkan apa yang telah ada dalam dirinya, ada pr.rla yang mengubah total seluruh identitas aslinya.Dan konstruksi identitas dalam Facebook digunakan untuk menegaskan bahwa
^pa y^ng dilakukan di dunia nyata (ffine
iden
adalah suatu fakta.Daftar
Pustaka
Buku:
Anderson, Benedict R. O'G. (1990). I.anguage and Power: Exploring Palitical Cultaru in I ndone sia. Ithaca: CorneilUniversity Press.
Barker, Chis (2006) Cwltaral J'tadies. Yogyakarta: Ifueasi Wacana.
Buder,
Judith.
(1999). Gender'Tronbk: Feninisn and the Subuersionof
Identifl. NewYork: Roudedge.
Devito,
J.
A.
(2008).Erential
Hnman Camntunication (6'Le/.
Boston: PersonInternational.
Goffman,
Erving
(1959).ThePruentaon
J'elf inEuerydqL-rfe.Dotfileday Anchor: Garden Ciry', New York.Jordan,
Tim
(1999). Clberpoaur, The culture andPolitcs
Clberspace and The Internet. London and New York: RoutledgeLittlejohn,
StephenSil
(2005). Theoriesof
Hunan
Corumunication.New
York: Wadsworth Pubhshing Company.Lull, James (1.995). Media Kantanikasi Kebudalaan: J'aata Purdekatan C/aba/. lakarra: Yayasan
Obor
lndonesia.Manning,
Philip
(2005) "Iruprusion Managenent"Enclc/opedia
Social Theorl, F'd. George Ritzer. Vol. 1. Thousand Oaks: Sage Reference,. 2 YoIs. Gale VirtaalReference Librarl.
Oetomo,
Dede
(1 999). IGhidupan Ga1t. Ssv2.!'t^tn Abadi Prastama.Santrock, J. Sfl (i999). L.tfe-,fq,an Deuelopruent euent edition).
McGraw-Hill
Coilege,Boston. Dalam Jurnal Penelitian Psikologi No. 1
Spencer, Colin (2004). Histoire de I'horuosexaalite: De I'antiquite a nos joars, tryn.
Ninrk
YOILJTiI
Taylor, S.E., Peplau,
L.A.,
D.O. (2009). PikologtSosial
disi ke dtta be/as). Jal<arta:Kencana Ptenada Media GrouP.
Taylor, D.
M,
&
Moghaddam, F,M.
(1994).Theaies
intergrotp relations. London:Praeger.
TriawanRido,Ariy2llo. (2008).JadiKauTakMerasaBersalah!?,.\'tudiKasusDnk asi dan kkerasan Tu'ltadap Kaunt LGBTI. Jakatta Selatan : Arus Pelangi
&
YayasanTifa.
Tubbs, Stewart,
L.
dan Moss, Sylvia. (2003). Hunan Corumwnication, Konteks-konteksKomanikasi (buku kedrt . Bandung : Remaja Rosdakarya.
Skripsi
:Girsang, Firty Putri Yas\n. (2012). Huhangan Melalai FaubaaklangDialanti Maha'rtsa'a
U,9U dalan Per:pekiJ Fenontenolagi. Universitas Sumatera Utara.
Internet:
Juliastuti dalam wwwkunci.or.id /esai /nws /05
/
gay.htm diakses tanggal 10 Juli2012,
I(ito,
Mie.
(2005). TheJaurnal
.|ocia/ Pslchology. http://www.Psych.umn.edu/Tanggal akses 23
JuIi201.2
Lukmantoro dalam www.wawasandigital.com/ index.php diakses 10 Juli 2012
Mayfield dalam lVhat a S acialMel27 @ttp: / /www.icros sing.co.uk / fileadmin /uPload
/
eBook/What
is
Social Media iCrossing ebook.pdf, akses 16 ApitI2012)