SKRIPSI
IMPLEMENTASI MoU KPK DAN UNODC DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
TAHUN 2009-2012
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1
Oleh:
IMAM AKBARSYAH NIM : 201010360311122
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Imam Akbarsyah
NIM : 201010360311122
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Hubungan Internasional
Judul Skripsi : IMPLEMENTASI MoU KPK DAN UNODC DALAM
PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA TAHUN 2009-2012
Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS
Pada hari: Jum’at Tanggal : 23 Januari 2015 Tempat : Ruang Dosen FISIP
Mengesahkan, Dekan FISIP UMM
Dr. Asep Nurjaman, M.Si
Dewan Penguji
1. Hafid Adim Pradana, MA Penguji I ( )
2. Havidz Ageng Prakoso, MA Penguji II ( )
3. M. Syaprin Zahidi, MA Penguji III ( )
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim…
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas semua nikmat,
karunia, hidayah dan inayah-Nya yang terus diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun guna
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan penulis guna penyempurnaan dalam skripsi ini, selain itu penulis
menyadari bahwa bantuan dan bimbingan dari semua pihak sangat berperan
penting dalam penyusunan skripsi ini. Maka dari itu penulis mengucapkan
banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini.
Ucapan syukur yang mendalam rasanya masih kurang untuk
menggambarkan betapa bersyukurnya hamba pada-Mu Ya Allah, Terima kasih
kepada Abah dan Umi, terima kasih banyak, kalian orangtua yang sungguh luar.
Kepada Ayahanda H. Abdul Hadi Syihab terima kasih atas kerja kerasnya selama
ini membiayai studi sampai selesai, terima kasih banyak. Ibunda tersayang
Faridah terima kasih umi untuk selalu sabar menasehati dan terus berdo’a dengan
tulus. Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah melihat Abah dan Umi bahagia,
semoga dengan selesainya skripsi ini bisa membuat Abah dan Umi bahagia.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang luar biasa kepada :
1. Bapak Dr. Muhajir Effendy, M.AP sebagai Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang
2. Seluruh Pembantu Rektor UMM, PR I, PR II, dan PR III
3. Bapak Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik beserta seluruh staff dan karyawan Universitas Muhammadiyah
Malang
4. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak M. Syaprin Zahidi,
MA dan Ibu Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov selaku dosen pembimbing,
atas segala kesabaran dan nasehat-nasehatnya dalam membimbing penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Hafid Adim Pradana,
MA dan Bapak Havidz Ageng Prakoso, MA selaku dosen penguji.
6. Terima kasih untuk HI UMM, khususnya HI angkatan 2010, dosen-dosen
HI, dan semuanya terima kasih banyak.
Terima kasih kepada ALIYAH BASIR, S.IP, yang telah sabar membantu,
berdiskusi, mulai dari awal skripsi ini dibuat sampai akhirnya selesai, terima kasih
sobat. Terima kasih juga untuk SOVYAN ARIEF, FARIZ MUHAMMAD
PAHLEVI, S.IP, kalian teman seperjuangan selama di Malang.
Malang, 23 Januari 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
COVER ... i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ORISINILITAS ... iv
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v
BAB II GAMBARAN UMUM KORUPSI DI INDONESIA
2.1 Sejarah Korupsi di Indonesia ... 21
2.2 Persoalan Korupsidi Indonesia ... 24
2.3 Upaya Penanggulangan Korupsi di Indonesia ... 29
2.3.1 Undang-Undang Mengenai tindak Pidana Korupsi . 29 2.3.2 Pembentukan KPK ... 31
2.3.3 Visi, Misi, dan Rencana Strategis KPK ... 36
2.4 Hambatan KPK dalam Memberantas Korupsi di Indonesia 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Budi, Johan dkk. 2007. Empat Tahun KPK; Menyalakan Lilin di Tengah
Kegelapan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, hlm: 5
Coplin, William D. 1992. Pengantar Politik Internasional: Suatu telaah teoritis,
terj, Marsedes Marbun, Bandung: CV Sinar Baru, hal. 284.
Guy Benveniste, 1997. Birokrasi. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, hlm: 176
Hamzah, Andi. 1991. Korupsi Di Indonesia Masalah dan Pemecahannya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, hlm: 2
Hartanti, Evi. 2012. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta; Sinar Grafika, hlm: 9
Holsti, K.J. 1988, Politik Internasional, terj, Tahir Anshary, Jakarta: Erlangga,
hal. 210.
Indrayana, Denny. 2005. Negara dalam Darurat Korupsi, Jakarta , Sinar Grafika.
hal.3
Kapita, Muladi. 1995. Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang, Badan
Penerbit UNDIP, hal.13
Mas’udi, Masdar F, dkk. 2003., FIQH KORUPSI; Amanah vs Kekuasaan.
Parthiana, I. Wayan. 2002. Ekstradisi dalam Hukum Internasional dan Hukum
Nasional,Mandar Maju, Bandung, hal 12
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochammad Yani , 2006, Pengantar
Hubungan Internasional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal 23.
Pramoedya Ananta, Toer. 2002. Korupsi, Jakarta: Hasta Mitra, hlm 5
SC, IAN McWALTER. 2006. Memerangi Korupsi Sebagai Peta Jalan Indonesia.
Surabaya. PT. Temprina Media Grafika, hlm 250
Suryokusumo, Soermaryo. 1987.Organisasi Internasional.Jakarta:UI Pres.hlm:10
Syahmin, 1985.Hukum Perjanjian Internasional; CV Armiko,Jakarta, hal 7
Umar, Musni, (ed) Syukri Ilyas, 2004. Korupsi Musuh Bersama. Jakarta.
Lembaga Pencegah Korupsi, hlm:77
Rudy, T. May. 2002. Hukum Internasional 2. Bandung : Refika Aditama.hlm 44
Winarno, Budi. 2002. Isu-isu Global Kontemporer. CAPS; Yogyakarta, hlm:283
Skripsi/Thesis :
Febri Diansyah, Emerson Yuntho, Donal Fariz. 2011. Laporan Penelitian,
Penguatan Pemberantasan Korupsi melalui Fungsi Koordinasi dan
Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jakarta; Indonesia
Corruption Watch
I Made Regianandya Mahayasa, 2012. Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia
Indonesia di Singapura. Kementerian Pendidikan Nasional Universitas
Brawijaya Malang
Rinda Choiriyah, 2007. Bargaining power diplomasi negara Indonesia dalam
hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura. FISIP. UI
Rizkia Septiana, 2014. Rasionalisasi Indonesia dalam proses Pendatanganan
Perjanjian Ekstradisi dan DCA. FISIP UMM
Artikel/Report :
Badan Pemeriksa Keuangan RI, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I
Tahun 2007. Hal. 287
Diolah dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) Badan Pemeriksa
Keuangan RI, 2008-2010
Nanang T. Puspito, Marcella Elwina S., Indah Sri Utari, Yusuf Kurniadi, 2011.
Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI
Internet :
Conference: Indonesian Youth against Corruption
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi KPK dan UNODC Sepakat JALIN
Kerjasama, Terkait UPAYA Pemberantasan KORUPSI
http://nrmnews.com/2012/12/12/kpk-dan-unodc-sepakat-jalin-kerjasama-terkait-upaya-pemberantasan-korupsi/, diakses pada 2 Agustus 2014
Dalam
http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/2010/01/anti-seminarindonesia/ story.html, diakses pada 23 Juli 2014.
Enam Kendala Pemberantasan Korupsi Versi PPATK
http://www.tempo.co/read/news/2013/03/20/063468346/Enam-Kendala-Pemberantasan-Korupsi-Versi-PPATK diakses 20 Desember 2014
Hasil Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2011.
http://www.transaktual.com/fullpost/nasional/1333657981/hasil-
pemeriksaan-bpk-semester-ii-tahun-2011-ada-temuan-kasus-senilai-rp2025-triliun.html, diakses pada 24 November 2014
Indonesia Tuan Rumah Konvensi.
http://hukumham.info/info-pers-beritamenu-
43/530-indonesia-tuan-rumahkonferensi-negaranegara-pihak-konvensi-pbb-menentang-korupsi.html , diakses pada 17 Juli 2014
Indonesia Office
http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/indonesia/overview.html
Indonesia: fokus baru dalam pelaksanaan Konvensi Anti Korupsi PBB
http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/2010/05/mofa/ind/story.html,
diakses pada 25 Juli 2014
Jumlah Kasus Korupsi Meningkat 50 Persen
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/168991-korupsi-meningkat-50-persen diakses pada 21 Desember 2014
KPK. http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=99, diakses pada
17 Juli 2014 KPK Jalin Kerja Sama dengan PBB Berantas Korupsi
http://www.antaranews.com/berita/104484/kpk-jalin-kerja-sama-dengan-pbb-berantas-korupsi diakses pada I September 2014.
KPK dan UNODC Sepakat JALIN Kerjasama, Terkait UPAYA Pemberantasan
KORUPSI
http://nrmnews.com/2012/12/12/kpk-dan-unodc-sepakat-jalin-kerjasama-terkait-upaya-pemberantasan-korupsi/, diakses pada 2 Agustus
2014
KPK Jalin Kerja Sama Dengan UNODC
http://tempo.co.id/hg/nasional/2008/06/04/brk,20080604-124372,id.html,
diakses pada 2 Agustus 2014
KPK dan UNODC Sepakat JALIN Kerjasama, Terkait UPAYA Pemberantasan
KORUPSI
http://nrmnews.com/2012/12/12/kpk-dan-unodc-sepakat-jalin-kerjasama-terkait-upaya-pemberantasan-korupsi/, diakses pada 2 Agustus
KPK dan UNODC Luncurkan Dua Proyek Antikorupsi
http://nasional.kompas.com/read/2009/12/07/16452654/kpk.dan.unodc.lun
curkan .dua.proyek.antikorupsi - diakses pada 8 November 2014
Laporan tahunan KPK 2009-2012
http://www.kpk.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan diakses pada 21 Desember 2014
Peran KPK dalam Indonesia Anti-Corruption Forum
http://acch.kpk.go.id/peran-kpk-dalam-indonesian-anti-corruption-forum, diakses pada 23 September
2014
Regional Centre for East Asia and the Pacific
http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/where-weare/
regional-centre.html, diakses pada tanggal 08 Juli 2014.
Sarwedi Oemarmadi,2005. Tool Kit Anti Korupsi, Lima Belas Langkah
Pengadaan. Barang dan Jasa Pemerintah, Indonesia Procurement
Watch-Hivos. hlm:1
Statistik Penanganan Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Tahun
http://acch.kpk.go.id/statistik-penanganan-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-tahun, diakses pada 5 September 2014
Strengthening the Capacity of Anti-Corruption Institutions in Indonesia
Strengthening Judiciary Integrity and Capacity in Indonesia, Phase II - IDNT 12
http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/Projects/2008_05/Strengtheni
ng-Judiciary-Indonesia.html, diakses pada 17 Agustus 2014
Tingkatkan Performa, KPK Timba Ilmu dari UNODC
http://us.finance.detik.com/read/2012/12/07/180354/2112559/10/tingkatka
n-performa-kpk-timba-ilmu-dari-unodc. diakses pada 1 September 2014
Ummi Muthohharoh, Maraknya Tindak KorupsiI oleh Pejabat Negara di
Indonesia,
http://www.lesprivatsurabaya.net/maraknya-tindak-korupsi-oleh-pejabat-negara-di-indonesia/. diakses pada 2 September 2014
UNCAC
http://www.unodc.org/documents/eastasiaandpacific//Publications/UNCA
C_bahasa_version.pdf, diakses pada 19 Juli 2014.
UNODC melengkapi pelatih lokal dengan keahlian profesional di Indonesia
https://www.unodc.org/southeastasiaandpacific/en/2011/03/law-enforcement-training/ind/story.html, diakses pada 1 September 2014.
UNODC melengkapi pelatih lokal dengan keahlian profesional di Indonesia,
https://www.unodc.org/southeastasiaandpacific/en/2011/03/law-enforcement-training/ind/story.html, diakses pada 13 November 2014
UNODC Executive Director Membahas Penguatan Kerjasama Di Bidang
http://www.bappenas.go.id/berita-dan-siaran-
pers/features/3706-unodc-executive-director-membahas-penguatan-kerjasama-di-bidang-polhukam/, diakses pada 5 November 2014
UNODC Dukung Pemberantasan Korupsi oleh KPK
http://wartaekonomi.co.id/berita6713/unodc-dukung-pemberantasan-korupsi-oleh-kpk.html, diakses pada 23 September 2014
UNODC Akan Mendukung Kinerja KPK
http://skalanews.com/news/detail/131697/UNODC-Akan-Mendukung-Kinerja-KPK, diakses 23 September 2014
United Nations Office On Drugs and Crime (UNODC)
http://keuanganlsm.com/united-nations-office-on-drugs-and-crime-unodc/,
diakses pada 2 Agustus 2014
Undang - Undang Pendukung
http://kpk.go.id/id/tentang-kpk/undang-undang-pendukung, diakses pada 4 Oktober 2014 Profil Pimpinan
http://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/profil-pimpinan, diakses pada 1
Agustus 2014
Visi-Misi KPK 2011-2015 http://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/visi-misi, diakses
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindak pidana korupsi merupakan permasalahan universal, dimana
diperlukan upaya pemerintah untuk memberantasnya, baik korupsi lingkup besar
maupun kecil. Apapun alasannya korupsi tidak dibenarkan karena akan
berdampak buruk bagi kehidupan bernegara dan tatanan kehidupan bangsa.
Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk memberantas korupsi, namun
sampai saat ini tindak pidana korupsi masih terus saja dilakukan oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab demi untuk mencapai kepentingan dirinya
maupun golongannya. Menurut Benveniste, korupsi hanya dapat dihilangkan bila
para pengawas benar-benar melaksanakan semua tugasnya dengan baik dan tidak
bersedia menerima suap. Situasi seperti ini hanya bias terwujud jika terdapat
komitmen ideology dan profesi yang sangat memadai.1
Berdasarkan indeks Indonesia dalam Corruption Perception Index
dijadikan salah satu indikator untuk membaca kondisi korupsi di Indonesia,
tercatat dari tahun 2001 sampai 2003, indeks Indonesia stagnan di angka 1,9,
kemudian meningkat di tahun 2004 terjadi kenaikan 0,8 poin dari tahun 2004
hingga 2010.2 Ini menjadi bukti bagaimana peran pemerintah dalam pemerantasan korupsi di Indonesia tidak dilaksanakan dengan maksimal, dan sesungguhnya hal
1
Guy Benveniste, 1997. Birokrasi. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, hlm: 176 2
2
ini mulai tumbuh sejak tahun 2004 hingga saat ini. Sehingga ada indikasi yang
mencerminkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah.
Data di atas menunjukkan bahwa, korupsi di Indonesia terus menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun
jumlah kerugian keuangan negara. Kualitas tindak pidana korupsi yang dilakukan
juga semakin sistematis dengan lingkup yang memasuki seluruh aspek kehidupan
masyarakat. Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor utama penghambat
keberhasilan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
sebagaiman diamanatkan oleh Undang-Undang dalam memberantas korupsi.
Korupsi juga semakin memperburuk citra pemerintah di mata masyarakat yang
tercermin dalam bentuk ketidakpercayaan dan ketidakpatuhan masyarakat
terhadap hukum, bila tidak ada perbaikan yang berarti, maka kondisi tersebut
sangat membahayakan kelangsungan hidup bangsa.3
Begitu besar dampak dari korupsi baik dipusat maupun daerah menjadi
tantangan bagi KPK untuk memberantasnya, dimana tujuan utama KPK adalah
menciptakan sistem good and clean government (pemerintahan yang baik dan
bersih) dari tindakan korupsi di Indonesia. Untuk itu KPK sebagai lembaga yang
menangani kasus korupsi bekerjasama dengan berbagai organisasi baik di dalam
negeri maupun di luar negeri. Karena tanpa kerjasama dengan berbagai organisasi
dalam pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK tidak akan berjalan dengan
maksimal.
3
3
Dengan demikian dukungan dan kerjasama KPK dengan berbagai pihak
akan banyak membantu dalam menyelesaikan dan memberantas korupsi. Seperti
halnya KPK menjalin kerjasama dengan United Nations Office on Drugs and
Crime (UNODC) adalah salah satu departemen dari dewan ekonomi dan sosial
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang menangani masalah internasional
mengenai kejahatan terorganisir, terorisme, perdagangan manusia dan obat-obatan
terlarang.4 Adanya kerjasama tersebut, menjadi langkah awal dalam upaya
meningkatkan secara signifikan kolaborasi antara KPK dan UNODC untuk
memerangi dan memberantas korupsi di Indonesia yang sangat membahayakan
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi tidak hanya berakibat
hilangnya begitu banyak uang Negara melainkan juga rusaknya moralitas bangsa.
Bangsa yang korup tidak bisa membedakan mana yang dilarang.5
Dalam rangka meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi di
Indonesia, maka diperlukan suatu kerjasama antara KPK dan UNODC.
Bagaimanapun juga memiliki hubungan kerja secara internasional
berimplementasi pada satu hal yaitu bagaimana membuat usaha penanggulangan
masalah itu efektif, cepat dan tepat sasaran. Pengalaman telah membuktikan
bahwa untuk melaksanakan tujuan ini tidaklah mudah dan sering terjadi adalah
4KPK Jalin Kerja Sama dengan PBB Berantas Korupsi
http://www.antaranews.com/berita/104484/kpk-jalin-kerja-sama-dengan-pbb-berantas-korupsi Diakses pada I September 2014.
5
4
kelambatan, ketidakefisienan, birokrasi yang berbelit-belit dan pemborosan
anggaran.6
Kerjasama KPK dengan UNODC adalah kerjasama dalam hal
pemberantasan korupsi untuk meningkatkan kualitas dalam penanganan tindak
pidana korupsi, seperti halnya mengembangkan strategi anti korupsi nasional
dalam melakukan pencegahan melalui serangkaian forum internasional dan
mengembangkan kapasitas kelembagaan untuk dapat melakukan sosialisasi
melalui seminar, talkshow, serta kampanye anti korupsi. Karena pada dasarnya
upaya kerjasama UNODC dengan KPK yaitu mensosialisasikan perang terhadap
korupsi yang sesuai dengan konvensi anti korupsi, dimana Indonesia dari dahulu
hingga kini berjuang memberantas korupsi, baik secara prefentif, edukatif,
maupun represif. Bahkan tidak sedikit perangkat hukum yang telah dibuat
untuk menjerat para koruptor di Indonesia yang semakin meningkat.
Tindak korupsi yang ada di Indonesia saat ini sudah meluas dalam
masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari
jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan Negara maupun dari segi
kualitas tindak pidana yang dilakukan yang semakin sistematis oleh pejabat
Negara. Korupsi bisa dikatakan sebagai hal yang tidak terlepaskan dari kehidupan
bangsa Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari “prestasi” bangsa Indonesia dengan
6
5
menduduki peringkat-peringkat atas negara terkorup di dunia dalam beberapa
tahun belakangan ini.7
Selain itu, KPK terus memperbaiki kinerja dan kelembagaan dalam rangka
pemberantasan korupsi. KPK mencoba menggali pengalaman dari lembaga
antikorupsi Internasional dalam untuk performa yang lebih baik di masa
mendatang. Seperti yang dinyatakan oleh Wakil Ketua KPK, Adnan Pandu Praja
saat menerima kedatangan United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)
di Gedung KPK, bahwa "Pada prinsipnya UNODC yang selama ini membantu
kinerja KPK akan tetap mendukung ke depannya. Ada rencana perwakilan di
Indonesia lebih besar lagi, perjalanan KPK cukup panjang dan butuh dukungan
yang lebih besar juga,". UNODC memberikan sejumlah rekomendasi terhadap
sejumlah hal untuk diperbaiki agar ke depan KPK menjadi lebih baik. Seperti
dalam hal peraturan, gratifikasi dan pemanfaatan teknologi.8 Peneliti kemudian tertarik meneliti hal ini, ketertarikan peneliti terletak pada implementasi MoU
KPK dengan UNODC. Peneliti ingin mengetahui bagaimana implementasi dari
MoU ini dapat menjadi strategi tepat dalam memberantas korupsi di Indonesia.
7
Ummi Muthohharoh, Maraknya Tindak KorupsiI oleh Pejabat Negara di Indonesia., http://www.lesprivatsurabaya.net/maraknya-tindak-korupsi-oleh-pejabat-negara-di-indonesia/. diakses pada 2 September 2014
8
Tingkatkan Performa, KPK Timba Ilmu dari UNODC
6 1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan
masalah adalah bagaimana implementasi MoU KPK dan UNODC dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 - 2012?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui implementasi MoU KPK dan UNODC dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 - 2012.
1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian dalam ilmu
hubungan internasional yang fokus pada MoU KPK dan UNODC dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia.
1.3.2.2Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini, penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat
menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah Indonesia dalam
kebijakannya mengenai implementasi MoU dengan UNODC dalam
7 1.4Penelitian Terdahulu
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh I Made Regianandya Mahayasa,9
yang membahas tentang Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Singapura
Sebagai Upaya Pengembalian Pelarian Koruptor Indonesia di Singapura. Dalam
penelitiannya bertujuan untuk, mendeskripsikan mekanisme pengembalian
tersangka korupsi Indonesia yang melarikan diri ke Singapura selain
menggunakan perjanjian ekstradisi, mendeskripsikan kendala yuridis yang dialami
Indonesia dalam mewujudkan perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan
Singapura. Penelitian tersebut adalah penelitian Yuridis Normatif di Bidang
perjanjian extradisi, yaitu mencari dan mengkaji norma-norma hukum, baik yang
ada dalam undang-undang maupun keputusan-keputusan pengadilan, tentang
kendala kendala yuridis yang dihadapi oleh Indonesia dalam Pengembalian Pelaku
Korupsi yang melarikan diri ke Singapura dan juga bagaimanakah mekanisme
yang seharusnya digunakan oleh Indonesia untuk dapat mengembalikan pelaku
korupsi tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mekanisme -
mekanisme lain selain menggunakan perjanjian ekstradisi memang dapat
digunakan, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu
pengembalian pelaku koruptor dan juga beserta aset asetnya sangat sulit untuk
didapatkan karena jika hanya menggunakan Mutual Legal Assistance (MLA), dan
juga ekstradisi terselubung yang hanya berpedoman pada asas timbal balik antara
ke dua belah Negara, kemungkinan maksimal yang hanya bisa didapatkan
9
8
hanyalah pengembalian pelaku korupsi itu saja, sedangkan untuk pengembalian
aset aset pelaku tersebut ke Indonesia harus melalui prosedur yang legal dan
berdasarkan perjanjian dari kedua belah Negara. Karena ketiadaan perjanjian
ekstradisi tersebut membuat pihak Indonesia walaupun sudah mengetahui para
pelaku tersebut melarikan diri ke Singapura, Indonesia tidak dapat menangkap
mereka begitu saja karena terbentur oleh yuridiksi dari Pemerintah Singapura
karena berada di wilayah negaranya.
Sedangkan dalam penelitian ini ditempatkan pada pembahasan mengenai
implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia
tahun 2009 hingga 2012. Penulisan ini akan membahas lebih fokus pada
langkah-langkah dari kerjasama yang dilakukan merupakan upaya kedua lembaga dalam
menegakkan aturan hukum demi tercapainya sebuah pemerintahan yang bersih
dari tindak pidana korupsi, sekaligus perkembangan Mou KPK dan UNODC
dalam pemberantasan korupsi.
Peneliti kedua, adalah Rinda Choiriyah10 yang membahas tentang
Bargaining power diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama
bilateral antara Indonesia dan Singapura. Dalam penelitiannya bertujuan untuk
mendeskripsikan faktor yang menyebabkan lemahnya posisi tawar Indonesia
dalam hubungan kerjasama dengan Singapura, mendeskripsikan faktor yang
menyebabkan Defence Cooperation Agreement Indonesia dan Singapura gagal
diratifikasi oleh DPR-RI. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif
analitis yaitu menjelaskan dengan menggambarkan berdasarkan data-data yang
10
9
ada secara obyektif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode studi
pustaka (library reseach), dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip isi
perjanjian DCA, teori-teori atau konsep-konsep, serta mengumpulkan data atau
informasi lainnya yang berkaitan dengan perjanjian DCA, baik yang berasal dari
buku, jurnal, majalah, koran, internet, dan tulisan lain yang relevan untuk
pengumpulan data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bargaining power diplomasi negara
Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura
masih mengalami kelemahan karena Indonesia belum mampu membuat kemajuan
yang signifikan diakibatkan masih lemahnya kekuatan-kekuatan nasional
Indonesia. Kekuatan pereokonomian, militer, SDM, teknologi yang dimiliki
Singapura belum mampu disaingi oleh Indonesia sehingga posisi tawar diplomasi
Indonesia seakan tidak bisa berpengaruh apa-apa. Dalam studi kasus perjanjian
ekstradisi dan pertahanan seakan Indonesia masih dipengaruhi tendensi yang kuat
oleh Singapura. Kerugian-kerugian nantinya yang akan diterima oleh Indonesia
akibat dipakainya wilayah NKRI guna latihan militer Singapura.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rinda Choiriyah yang lebih
focus pada faktor yang menyebabkan lemahnya posisi tawar Indonesia dalam
hubungan kerjasama dengan Singapura. Selain itu faktor yang menyebabkan
Defence Cooperation Agreement Indonesia dan Singapura gagal diratifikasi oleh
DPR-RI. Sedangkan dalam penelitian ini ditempatkan pada pembahasan mengenai
10
tahun 2009 hingga 2012. Penelitian ketiga, dilakukan oleh Rizkia Septiana,11 yang membahas tentang Rasionalisasi Indonesia dalam proses Pendatanganan
Perjanjian Ekstradisi danDCA.Dalam penelitiannya bertujuan untuk menjelaskan
rasionalisasi Indonesia dalam menandatangani perjanjian ekstradisi dan DCA.
Penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini adalah penelitian ekplanatif yang
bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel.
Pengumpulan data peneliti lakukan dengan menggunakan metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, website dan lain sebagainya yang diterbitkan
oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang peneliti
teliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasionalisasi Indonesia dalam
Manandatangani Perjanjian Ekstradisi dan DCA akan memberi dampak signifikan
bagi upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, masalahnya terletak pada
Defence Cooporation Agreement (DCA) yang dianggap sangat banyak merugikan
Indonesia.
Sedangkan dalam penelitian ini ditekankan pada upaya membangun dan
memperkuat kerjasama kedua belah pihak dalam memberantas terutama dalam
pencegahan korupsi, meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam
mengembangkan sistem dan strategi anti-korupsi dan merumuskan serta
melaksanakan proyek yang disusun bersama dengan memperkuat penegakan
hukum sebagai langkah mencegah dan melawan korupsi.
11
11
Berdasarkan data hasil penelitian, bahwa penggunaan mekanisme– mekanisme lain selain menggunakan perjanjian ekstradisi memang dapat digunakan, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal sangat sulit. Indonesia tidak dapat menangkap mereka begitu saja karena terbentur oleh yuridiksi dari Pemerintah Singapura karena berada di wilayah negaranya.
Berdasarkan data hasil
penelitian,bahwa bargaining power
diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura masih
mengalami kelemahan karena
Indonesia belum mampu membuat kemajuan yang signifikan diakibatkan masih lemahnya kekuatan-kekuatan nasional Indonesia. Kekuatan pereokonomian, militer, SDM, teknologi yang dimiliki Singapura belum mampu disaingi oleh Indonesia sehingga posisi tawar diplomasi Indonesia seakan tidak bisa berpengaruh apa-apa. Dalam perjanjian ekstradisi dan pertahanan seakan Indonesia masih dipengaruhi tendensi yang kuat oleh Singapura.
12 Perjanjian
Ekstradisi dan DCA
Oleh:
Rizkia Septiana
dan DCA) signifikan bagi upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, masalahnya terletak pada Defence Cooporation Agreement (DCA) yang dianggap UNDOC merupakan strategi tepat yang dilakukan Indonesia dalam memberantas korupsi di Indonesia. MoU KPK dan UNODC mampu meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam mengembangkan sistem dan strategi anti-korupsi di Indonesia.
1.5Landasan Konsep
1.5.1 Organisasi Internasional
Organisasi internasional diperlukan dalam rangka kerjasama,
menyesuaikan dan mencari kompromi untuk meningkatkan kesejahteraan serta
memecahkan persoalan bersama, serta mengurangi pertikaian yang terjadi.
Organisasi juga diperlukan dalam menjaga sikap bersama dan mengadakan
hubungan dengan negara lain. Organisasi itu mempunyai instrumen dasar yang
akan memuat prinsip dan tujuan, struktur maupun cara organisasi itu bekerja.
Organisasi internasional dibentuk berdasarkan perjanjian, dan biasanya agar dapat
melindungi kedaulatan negara, organisasi itu mengadakan kegiatannya sesuai
dengan persetujuan atau rekomendasi serta kerjasama, dan bukan semata-mata
bahwa kegiatan itu haruslah dipaksakan atau dilaksanakan.12
12
13
Dalam hal ini dapat difahami bahwa organisasi internasional dibentuk
berdasarkan kesepakatan bersama dimana anggota-anggota di dalam organisasi
tersebut saling berinteraksi dan melakukan kerjasama. Organisasi internasional
dibentuk oleh negara-negara yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama,
yang kemudian tergabung dalam satu forum yang tentunya memiliki visi dan misi
yang sama. Dalam organisasi internasional terdapat perjanjian internasional
dimana dalam perjanjian tersebut tentu terdapat aturan-aturan dan tujuan yang
harus dilaksanakan oleh organisasi tersebut.
Agar diakui statusnya di dalam hukum internasional, organisasi
internasional harus memenuhi tiga syarat yaitu Pertama, adanya persetujuan
internasional seperti instrumen pokok itu akan membuat prinsip-prinsip dan tujuan
maupun cara organisasi itu bekerja. Kedua, Organisasi internasional haruslah
mempunyai paling tidak satu badan. Ketiga, Organisasi internasional haruslah
dibentuk di bawah hukum internasional. Persetujuan internasional (instrumen
pokok) biasanya dilaksanakan di bawah hukum internasional sesuai ketentuan
dalam hukum perjanjian.13
Dalam perjanjian pembentukan organisasi internasional terkadang juga
berisi tentang apakah organisasi tersebut akan dibubarkan ketika tujuan mereka
tercapai atau tidak. Di dalam organisasi internasional tidak bisa sebuah negara
terlepas dari keanggotaannya begitu saja. Berbeda dengan rezim, anggota yang
menjalin kerjasama dapat keluar begitu saja karena kembali pada sifat rezim yang
tidak mengikat.
13Ibid
14
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi
internasional cakupannya lebih luas. Ia terikat oleh sebuah aturan yang bisa
disebut sebagai perjanjian internasional dimana aturan dan kebijakan yang
tertuang di dalamnya harus dipatuhi dan disepakati oleh anggota-anggotanya. Dan
tujuan daripada organisasi tersebut dalam menjalankan misinya di kancah
internasional juga harus terealisasikan dan apabila tujuan tersebut ternyata tidak
terlaksana maka akibatnya tentu akan ditanggung oleh pihak-pihak anggota
terkait.
Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa korupsi merupakan permasalahan
serius tidak hanya menjadi permasalahan nasional melainkan menjadi
permasalahan global dan butuh penanganan yang signifikan. Adanya MoU antara
KPK dan UNODC secara tidak langsung menunjukkan bahwa kedua lembaga ini
sepemahaman bahwa korupsi menjadi permasalahan serius saat ini, oleh sebab itu
KPK berkolaborasi dengan UNODC yang memang pada kenyataan permasalahan
ini tidak dapat dengan mudah diseleseikan sendiri oleh KPK. Maka, kehadiran
Organisasi Internasional seperti UNODC memberikan peran penting bagi KPK
dan Indonesia khususnyaa dalam membantu memberantas korupsi di Indonesia.
1.5.2 Korupsi dalam Hukum Internasional
Huntington mendefinisikan korupsi sebagai perilaku pejabat public yang
menyimpang dari norma yang diterima oleh masyarakat dan perilaku menyimpang
itu ditujukan dalam rangka memenuhi kebutuhan pribadi.14 Secara harfiah korupsi
14
15
merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Karena korupsi menyangkut
segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau
aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,
factor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam
kedinasan di bawah kekuasaan dan jabatannya.15 Pada dasarnya korupsi merupakan penyalahgunaan jabatan.16 Dalam rumusan Fiqh Korupsi yang mendefinisikan korupsi sebagai perbuatan mengambil hak orang lain secara
terencana ataupun tidak, dibawah kekuasaannya, untuk memperkaya diri, orang
lain dan lembaga yang bersifat pada kerusakan dan kerugian bagi pihak lain.17
Artinya tindak pidana korupsi merupakan ancaman terhadap
prinsip-prinsip demokrasi, yang menjunjung tinggi transparansi, akuntanbilitas, dan
integritas, serta keamanan dan stabilitas politik maupun ekonomi suatu negera.
Tindak pidana korupsi dapat merusak nilai-nilai demokrasi, etika, dan keadilan
serta mengacaukan pembangunan berkelanjutan, penegakan hukum, dikarenakan
korupsi berhubungan dengan bentuk-bentuk kejahatan lain, khususnya kejahatan
yang terorganisir dan kejahatan ekonomi, termasuk pencucian uang dengan
adanya kasus-kasus korupsi yang melibatkan jumlah aset yang besar yang dapat
merugikan sumber daya negara, dan dapat mengancam stabilitas politik dan
pembangunan nasional negara tersebut.
Oleh karena korupsi merupakan tindak pidana yang bersifat sistematik
yang tidak dapat dikatakan permasalahan suatu bangsa saja, tetapi sudah menjadi
15
Evi Hartanti, 2012. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta; Sinar Grafika, hlm: 9 16 Masdar F. Mas’udi dkk. 2003.,
FIQH KORUPSI; Amanah vs Kekuasaan. Mataram: Somasi NTB hlm 268
16
permasalahan internasional. Upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi diperlukan manajemen kerjasama internasional dalam mengembalikan
aset-aset yang berasal dari tindak pidana korupsi. KPK memiliki kekuatan hukum
dalam menentukan kebijakan dengan melakukan pencegahan dan penindakan
tindak pidana korupsi dan UNODC dapat memfasilitasi serta mengkoordinasikan
kebutuhan Negara dalam menerapkan Konvensi anti korupsi maupun kerjasama
internasional.
1.6Metode Penelitian
1.6.1 Metode/Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Penelitian deskriptif disebut juga penelitian taksomonik yang
dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena atau
kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan
dengan masalah dan unit yang diteliti18. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat mengenai implementasi MoU KPK dan UNODC
dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Dengan begitu penulis bisa
melakukan eksplorasi dan klarifikasi mengenai masalah yang diteliti.
18
17 1.6.2 Teknik Analisa Data
Dalam menganalisa penelitian ini peneliti menggunakan beberapa tahapan
antara lain :
1. Mengumpulkan sebanyak mungkin data - data yang diperlukan tentang
fenomena yang diteliti dengan sumber data yang relevan.
2. Selain Internet sebagai sumber informasi pencarian data, Peneliti juga
melakukan pencarian sumber data di perpustakaan-perpustakaan guna
mencari buku-buku penunjang terkait dengan fenomena yang diteliti.
3. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan
buku-buku, jurnal, e-book, dan artikel-artikel yang menunjang
penelitian ini dan sesuai dengan fenomena yang diteliti.
4. Mengolah data untuk di pilah-pilah mana yang cocok dan sesuai
dengan kategori yang dibutuhkan tentang fenomena yang diteliti.
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penulis lakukan dengan menggunakan metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, website dan lain sebagainya yang diterbitkan
oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang peneliti
teliti. Data mengenai penelitian ini sendiri peneliti dapatkan dari perpustakan
pusat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Lab HI UMM dan website
18 1.6.4 Ruang lingkup Penelitian
1.6.4.1 Batasan Waktu
Adapun batasan waktu dalam penelitian ini adalah tentang implementasi
MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun
2009-2012. Karena kerjasama yang dilakukan kedua lembaga dilaksanakan sejalan
dengan program kerja regional UNODC tahun 2009-2012.
1.6.4.2Batasan Materi
Agar tidak menyimpang dan fokus penelitian menjadi terarah, maka
peneliti memberikan batasan materi mengenai Implementasi MoU KPK dan
UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 – 2012 di
Indonesia. Sehingga penelitian ini melihat fenomena korupsi yang terjadi di
Indonesia.
1.7 Argumen Dasar
Argumen dasar peneliti adalah bahwa implementasi MoU KPK dan
UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 – 2012 dapat
dikatakan berjalan sesuai dengan kerangka kerjasama yang telah disepakati. Hal
ini terlihat pada upaya membangun dan memperkuat kerjasama dalam
memberantas terutama dalam pencegahan korupsi. Selain itu MoU KPK dan
UNODC mampu meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam
mengembangkan sistem dan strategi anti-korupsi. UNODC merupakan sarana
19
Indonesia kerjasama dalam program terpadu bantuan teknis, perangkat lunak, dan
pelatihan khusus yang didanai Norwegia dan Komisi Eropa.
Dengan diilaksanakannya isi kesepakatan kerjasama kedua lembaga
tersebut, maka hal tersebut menjadi pilihan tepat bagi Pemerintah pemerintah
dalam menangani permasalahan tindak pidana korupsi yang tidak dapat
dilakukan oleh negara itu sendiri. Oleh karena itu, negara melakukan
kerjasama dengan Organisasi Internasional agar dapat memecahkan dan
menyelesaikan permasalahan tindak pidana korupsi yang sudah menjadi isu dan
fenomena dalam Hubungan Internasional. Dimana dari kerjasama tersebut, negara
dituntut untuk dapat melaksanakan mandat PBB yang berdasarkan Konvensi anti
korupsi yang telah ditandatangani dan disepakati dengan menyatakan perang
terhadap korupsi.
1.8 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan
Pada bab ini terdiri dari susunan atau kerangka penulisan mulai dari Latar
Belakang, Rumusan Masalah, Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu,
Landasan Konsep, Metode Penelitian, Argumen Dasar, Ruang Lingkup, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II Gambaran Umum Korupsi di Indonesia
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang Sejarah Korupsi di
Indonesia, Persoalan Korupsi di Indonesia, Upaya Penanggulangan Korupsi,
20
Komisi Pemberantasan Korupsi beserta visi, misi, tugas dan wewenangnya, serta
Hambatan KPK Dalam Memberantas Korupsi di Indonesia
Bab III Kerjasama KPK dan UNODC dalam Pemberantasan Korupsi
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang Sekilas tentang UNODC,
Visi, misi, tugas, dan wewenangnya, Kerjasama KPK-UNODC, Penandatanganan
MoU UNODC, Tujuan kerjasama UNODC, Implementasi MoU
KPK-UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, Isi MoU KPK-KPK-UNODC, dan
Implementasi MoU.
BAB IV Penutup
Dalam bab ini peneliti menjelaskan isi skripsi yang berupa Kesimpulan
dan Saran penelitian yang dilakukan. Kemudian akan diberikan saran-saran bagi
peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan atau mengoreksi penelitian ini ke