• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MoU KPK DAN UNODC DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA TAHUN 2009-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MoU KPK DAN UNODC DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA TAHUN 2009-2012"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

IMPLEMENTASI MoU KPK DAN UNODC DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA

TAHUN 2009-2012

Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat

memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.IP) strata-1

Oleh:

IMAM AKBARSYAH NIM : 201010360311122

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Imam Akbarsyah

NIM : 201010360311122

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Hubungan Internasional

Judul Skripsi : IMPLEMENTASI MoU KPK DAN UNODC DALAM

PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA TAHUN 2009-2012

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada hari: Jum’at Tanggal : 23 Januari 2015 Tempat : Ruang Dosen FISIP

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji

1. Hafid Adim Pradana, MA Penguji I ( )

2. Havidz Ageng Prakoso, MA Penguji II ( )

3. M. Syaprin Zahidi, MA Penguji III ( )

(3)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim…

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas semua nikmat,

karunia, hidayah dan inayah-Nya yang terus diberikan-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun guna

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Ilmu

Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan

kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat

diharapkan penulis guna penyempurnaan dalam skripsi ini, selain itu penulis

menyadari bahwa bantuan dan bimbingan dari semua pihak sangat berperan

penting dalam penyusunan skripsi ini. Maka dari itu penulis mengucapkan

banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam

penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini.

Ucapan syukur yang mendalam rasanya masih kurang untuk

menggambarkan betapa bersyukurnya hamba pada-Mu Ya Allah, Terima kasih

kepada Abah dan Umi, terima kasih banyak, kalian orangtua yang sungguh luar.

Kepada Ayahanda H. Abdul Hadi Syihab terima kasih atas kerja kerasnya selama

ini membiayai studi sampai selesai, terima kasih banyak. Ibunda tersayang

Faridah terima kasih umi untuk selalu sabar menasehati dan terus berdo’a dengan

tulus. Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah melihat Abah dan Umi bahagia,

semoga dengan selesainya skripsi ini bisa membuat Abah dan Umi bahagia.

(4)

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang luar biasa kepada :

1. Bapak Dr. Muhajir Effendy, M.AP sebagai Rektor Universitas

Muhammadiyah Malang

2. Seluruh Pembantu Rektor UMM, PR I, PR II, dan PR III

3. Bapak Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik beserta seluruh staff dan karyawan Universitas Muhammadiyah

Malang

4. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak M. Syaprin Zahidi,

MA dan Ibu Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov selaku dosen pembimbing,

atas segala kesabaran dan nasehat-nasehatnya dalam membimbing penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Hafid Adim Pradana,

MA dan Bapak Havidz Ageng Prakoso, MA selaku dosen penguji.

6. Terima kasih untuk HI UMM, khususnya HI angkatan 2010, dosen-dosen

HI, dan semuanya terima kasih banyak.

Terima kasih kepada ALIYAH BASIR, S.IP, yang telah sabar membantu,

berdiskusi, mulai dari awal skripsi ini dibuat sampai akhirnya selesai, terima kasih

sobat. Terima kasih juga untuk SOVYAN ARIEF, FARIZ MUHAMMAD

PAHLEVI, S.IP, kalian teman seperjuangan selama di Malang.

Malang, 23 Januari 2015

Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINILITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

(6)

BAB II GAMBARAN UMUM KORUPSI DI INDONESIA

2.1 Sejarah Korupsi di Indonesia ... 21

2.2 Persoalan Korupsidi Indonesia ... 24

2.3 Upaya Penanggulangan Korupsi di Indonesia ... 29

2.3.1 Undang-Undang Mengenai tindak Pidana Korupsi . 29 2.3.2 Pembentukan KPK ... 31

2.3.3 Visi, Misi, dan Rencana Strategis KPK ... 36

2.4 Hambatan KPK dalam Memberantas Korupsi di Indonesia 39

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Budi, Johan dkk. 2007. Empat Tahun KPK; Menyalakan Lilin di Tengah

Kegelapan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, hlm: 5

Coplin, William D. 1992. Pengantar Politik Internasional: Suatu telaah teoritis,

terj, Marsedes Marbun, Bandung: CV Sinar Baru, hal. 284.

Guy Benveniste, 1997. Birokrasi. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, hlm: 176

Hamzah, Andi. 1991. Korupsi Di Indonesia Masalah dan Pemecahannya. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, hlm: 2

Hartanti, Evi. 2012. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta; Sinar Grafika, hlm: 9

Holsti, K.J. 1988, Politik Internasional, terj, Tahir Anshary, Jakarta: Erlangga,

hal. 210.

Indrayana, Denny. 2005. Negara dalam Darurat Korupsi, Jakarta , Sinar Grafika.

hal.3

Kapita, Muladi. 1995. Selekta Sistem Peradilan Pidana, Semarang, Badan

Penerbit UNDIP, hal.13

Mas’udi, Masdar F, dkk. 2003., FIQH KORUPSI; Amanah vs Kekuasaan.

(9)

Parthiana, I. Wayan. 2002. Ekstradisi dalam Hukum Internasional dan Hukum

Nasional,Mandar Maju, Bandung, hal 12

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochammad Yani , 2006, Pengantar

Hubungan Internasional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, hal 23.

Pramoedya Ananta, Toer. 2002. Korupsi, Jakarta: Hasta Mitra, hlm 5

SC, IAN McWALTER. 2006. Memerangi Korupsi Sebagai Peta Jalan Indonesia.

Surabaya. PT. Temprina Media Grafika, hlm 250

Suryokusumo, Soermaryo. 1987.Organisasi Internasional.Jakarta:UI Pres.hlm:10

Syahmin, 1985.Hukum Perjanjian Internasional; CV Armiko,Jakarta, hal 7

Umar, Musni, (ed) Syukri Ilyas, 2004. Korupsi Musuh Bersama. Jakarta.

Lembaga Pencegah Korupsi, hlm:77

Rudy, T. May. 2002. Hukum Internasional 2. Bandung : Refika Aditama.hlm 44

Winarno, Budi. 2002. Isu-isu Global Kontemporer. CAPS; Yogyakarta, hlm:283

Skripsi/Thesis :

Febri Diansyah, Emerson Yuntho, Donal Fariz. 2011. Laporan Penelitian,

Penguatan Pemberantasan Korupsi melalui Fungsi Koordinasi dan

Supervisi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jakarta; Indonesia

Corruption Watch

I Made Regianandya Mahayasa, 2012. Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia

(10)

Indonesia di Singapura. Kementerian Pendidikan Nasional Universitas

Brawijaya Malang

Rinda Choiriyah, 2007. Bargaining power diplomasi negara Indonesia dalam

hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura. FISIP. UI

Rizkia Septiana, 2014. Rasionalisasi Indonesia dalam proses Pendatanganan

Perjanjian Ekstradisi dan DCA. FISIP UMM

Artikel/Report :

Badan Pemeriksa Keuangan RI, Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I

Tahun 2007. Hal. 287

Diolah dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) Badan Pemeriksa

Keuangan RI, 2008-2010

Nanang T. Puspito, Marcella Elwina S., Indah Sri Utari, Yusuf Kurniadi, 2011.

Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan RI

Internet :

Conference: Indonesian Youth against Corruption

(11)

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi KPK dan UNODC Sepakat JALIN

Kerjasama, Terkait UPAYA Pemberantasan KORUPSI

http://nrmnews.com/2012/12/12/kpk-dan-unodc-sepakat-jalin-kerjasama-terkait-upaya-pemberantasan-korupsi/, diakses pada 2 Agustus 2014

Dalam

http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/2010/01/anti-seminarindonesia/ story.html, diakses pada 23 Juli 2014.

Enam Kendala Pemberantasan Korupsi Versi PPATK

http://www.tempo.co/read/news/2013/03/20/063468346/Enam-Kendala-Pemberantasan-Korupsi-Versi-PPATK diakses 20 Desember 2014

Hasil Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2011.

http://www.transaktual.com/fullpost/nasional/1333657981/hasil-

pemeriksaan-bpk-semester-ii-tahun-2011-ada-temuan-kasus-senilai-rp2025-triliun.html, diakses pada 24 November 2014

Indonesia Tuan Rumah Konvensi.

http://hukumham.info/info-pers-beritamenu-

43/530-indonesia-tuan-rumahkonferensi-negaranegara-pihak-konvensi-pbb-menentang-korupsi.html , diakses pada 17 Juli 2014

Indonesia Office

http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/indonesia/overview.html

(12)

Indonesia: fokus baru dalam pelaksanaan Konvensi Anti Korupsi PBB

http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/2010/05/mofa/ind/story.html,

diakses pada 25 Juli 2014

Jumlah Kasus Korupsi Meningkat 50 Persen

http://fokus.news.viva.co.id/news/read/168991-korupsi-meningkat-50-persen diakses pada 21 Desember 2014

KPK. http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=99, diakses pada

17 Juli 2014 KPK Jalin Kerja Sama dengan PBB Berantas Korupsi

http://www.antaranews.com/berita/104484/kpk-jalin-kerja-sama-dengan-pbb-berantas-korupsi diakses pada I September 2014.

KPK dan UNODC Sepakat JALIN Kerjasama, Terkait UPAYA Pemberantasan

KORUPSI

http://nrmnews.com/2012/12/12/kpk-dan-unodc-sepakat-jalin-kerjasama-terkait-upaya-pemberantasan-korupsi/, diakses pada 2 Agustus

2014

KPK Jalin Kerja Sama Dengan UNODC

http://tempo.co.id/hg/nasional/2008/06/04/brk,20080604-124372,id.html,

diakses pada 2 Agustus 2014

KPK dan UNODC Sepakat JALIN Kerjasama, Terkait UPAYA Pemberantasan

KORUPSI

http://nrmnews.com/2012/12/12/kpk-dan-unodc-sepakat-jalin-kerjasama-terkait-upaya-pemberantasan-korupsi/, diakses pada 2 Agustus

(13)

KPK dan UNODC Luncurkan Dua Proyek Antikorupsi

http://nasional.kompas.com/read/2009/12/07/16452654/kpk.dan.unodc.lun

curkan .dua.proyek.antikorupsi - diakses pada 8 November 2014

Laporan tahunan KPK 2009-2012

http://www.kpk.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan diakses pada 21 Desember 2014

Peran KPK dalam Indonesia Anti-Corruption Forum

http://acch.kpk.go.id/peran-kpk-dalam-indonesian-anti-corruption-forum, diakses pada 23 September

2014

Regional Centre for East Asia and the Pacific

http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/where-weare/

regional-centre.html, diakses pada tanggal 08 Juli 2014.

Sarwedi Oemarmadi,2005. Tool Kit Anti Korupsi, Lima Belas Langkah

Pengadaan. Barang dan Jasa Pemerintah, Indonesia Procurement

Watch-Hivos. hlm:1

Statistik Penanganan Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Tahun

http://acch.kpk.go.id/statistik-penanganan-tindak-pidana-korupsi-berdasarkan-tahun, diakses pada 5 September 2014

Strengthening the Capacity of Anti-Corruption Institutions in Indonesia

(14)

Strengthening Judiciary Integrity and Capacity in Indonesia, Phase II - IDNT 12

http://www.unodc.org/eastasiaandpacific/en/Projects/2008_05/Strengtheni

ng-Judiciary-Indonesia.html, diakses pada 17 Agustus 2014

Tingkatkan Performa, KPK Timba Ilmu dari UNODC

http://us.finance.detik.com/read/2012/12/07/180354/2112559/10/tingkatka

n-performa-kpk-timba-ilmu-dari-unodc. diakses pada 1 September 2014

Ummi Muthohharoh, Maraknya Tindak KorupsiI oleh Pejabat Negara di

Indonesia,

http://www.lesprivatsurabaya.net/maraknya-tindak-korupsi-oleh-pejabat-negara-di-indonesia/. diakses pada 2 September 2014

UNCAC

http://www.unodc.org/documents/eastasiaandpacific//Publications/UNCA

C_bahasa_version.pdf, diakses pada 19 Juli 2014.

UNODC melengkapi pelatih lokal dengan keahlian profesional di Indonesia

https://www.unodc.org/southeastasiaandpacific/en/2011/03/law-enforcement-training/ind/story.html, diakses pada 1 September 2014.

UNODC melengkapi pelatih lokal dengan keahlian profesional di Indonesia,

https://www.unodc.org/southeastasiaandpacific/en/2011/03/law-enforcement-training/ind/story.html, diakses pada 13 November 2014

UNODC Executive Director Membahas Penguatan Kerjasama Di Bidang

(15)

http://www.bappenas.go.id/berita-dan-siaran-

pers/features/3706-unodc-executive-director-membahas-penguatan-kerjasama-di-bidang-polhukam/, diakses pada 5 November 2014

UNODC Dukung Pemberantasan Korupsi oleh KPK

http://wartaekonomi.co.id/berita6713/unodc-dukung-pemberantasan-korupsi-oleh-kpk.html, diakses pada 23 September 2014

UNODC Akan Mendukung Kinerja KPK

http://skalanews.com/news/detail/131697/UNODC-Akan-Mendukung-Kinerja-KPK, diakses 23 September 2014

United Nations Office On Drugs and Crime (UNODC)

http://keuanganlsm.com/united-nations-office-on-drugs-and-crime-unodc/,

diakses pada 2 Agustus 2014

Undang - Undang Pendukung

http://kpk.go.id/id/tentang-kpk/undang-undang-pendukung, diakses pada 4 Oktober 2014 Profil Pimpinan

http://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/profil-pimpinan, diakses pada 1

Agustus 2014

Visi-Misi KPK 2011-2015 http://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/visi-misi, diakses

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tindak pidana korupsi merupakan permasalahan universal, dimana

diperlukan upaya pemerintah untuk memberantasnya, baik korupsi lingkup besar

maupun kecil. Apapun alasannya korupsi tidak dibenarkan karena akan

berdampak buruk bagi kehidupan bernegara dan tatanan kehidupan bangsa.

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk memberantas korupsi, namun

sampai saat ini tindak pidana korupsi masih terus saja dilakukan oleh

oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab demi untuk mencapai kepentingan dirinya

maupun golongannya. Menurut Benveniste, korupsi hanya dapat dihilangkan bila

para pengawas benar-benar melaksanakan semua tugasnya dengan baik dan tidak

bersedia menerima suap. Situasi seperti ini hanya bias terwujud jika terdapat

komitmen ideology dan profesi yang sangat memadai.1

Berdasarkan indeks Indonesia dalam Corruption Perception Index

dijadikan salah satu indikator untuk membaca kondisi korupsi di Indonesia,

tercatat dari tahun 2001 sampai 2003, indeks Indonesia stagnan di angka 1,9,

kemudian meningkat di tahun 2004 terjadi kenaikan 0,8 poin dari tahun 2004

hingga 2010.2 Ini menjadi bukti bagaimana peran pemerintah dalam pemerantasan korupsi di Indonesia tidak dilaksanakan dengan maksimal, dan sesungguhnya hal

1

Guy Benveniste, 1997. Birokrasi. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, hlm: 176 2

(17)

2

ini mulai tumbuh sejak tahun 2004 hingga saat ini. Sehingga ada indikasi yang

mencerminkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah.

Data di atas menunjukkan bahwa, korupsi di Indonesia terus menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun. Baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun

jumlah kerugian keuangan negara. Kualitas tindak pidana korupsi yang dilakukan

juga semakin sistematis dengan lingkup yang memasuki seluruh aspek kehidupan

masyarakat. Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor utama penghambat

keberhasilan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur

sebagaiman diamanatkan oleh Undang-Undang dalam memberantas korupsi.

Korupsi juga semakin memperburuk citra pemerintah di mata masyarakat yang

tercermin dalam bentuk ketidakpercayaan dan ketidakpatuhan masyarakat

terhadap hukum, bila tidak ada perbaikan yang berarti, maka kondisi tersebut

sangat membahayakan kelangsungan hidup bangsa.3

Begitu besar dampak dari korupsi baik dipusat maupun daerah menjadi

tantangan bagi KPK untuk memberantasnya, dimana tujuan utama KPK adalah

menciptakan sistem good and clean government (pemerintahan yang baik dan

bersih) dari tindakan korupsi di Indonesia. Untuk itu KPK sebagai lembaga yang

menangani kasus korupsi bekerjasama dengan berbagai organisasi baik di dalam

negeri maupun di luar negeri. Karena tanpa kerjasama dengan berbagai organisasi

dalam pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK tidak akan berjalan dengan

maksimal.

3

(18)

3

Dengan demikian dukungan dan kerjasama KPK dengan berbagai pihak

akan banyak membantu dalam menyelesaikan dan memberantas korupsi. Seperti

halnya KPK menjalin kerjasama dengan United Nations Office on Drugs and

Crime (UNODC) adalah salah satu departemen dari dewan ekonomi dan sosial

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang menangani masalah internasional

mengenai kejahatan terorganisir, terorisme, perdagangan manusia dan obat-obatan

terlarang.4 Adanya kerjasama tersebut, menjadi langkah awal dalam upaya

meningkatkan secara signifikan kolaborasi antara KPK dan UNODC untuk

memerangi dan memberantas korupsi di Indonesia yang sangat membahayakan

sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi tidak hanya berakibat

hilangnya begitu banyak uang Negara melainkan juga rusaknya moralitas bangsa.

Bangsa yang korup tidak bisa membedakan mana yang dilarang.5

Dalam rangka meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi di

Indonesia, maka diperlukan suatu kerjasama antara KPK dan UNODC.

Bagaimanapun juga memiliki hubungan kerja secara internasional

berimplementasi pada satu hal yaitu bagaimana membuat usaha penanggulangan

masalah itu efektif, cepat dan tepat sasaran. Pengalaman telah membuktikan

bahwa untuk melaksanakan tujuan ini tidaklah mudah dan sering terjadi adalah

4KPK Jalin Kerja Sama dengan PBB Berantas Korupsi

http://www.antaranews.com/berita/104484/kpk-jalin-kerja-sama-dengan-pbb-berantas-korupsi Diakses pada I September 2014.

5

(19)

4

kelambatan, ketidakefisienan, birokrasi yang berbelit-belit dan pemborosan

anggaran.6

Kerjasama KPK dengan UNODC adalah kerjasama dalam hal

pemberantasan korupsi untuk meningkatkan kualitas dalam penanganan tindak

pidana korupsi, seperti halnya mengembangkan strategi anti korupsi nasional

dalam melakukan pencegahan melalui serangkaian forum internasional dan

mengembangkan kapasitas kelembagaan untuk dapat melakukan sosialisasi

melalui seminar, talkshow, serta kampanye anti korupsi. Karena pada dasarnya

upaya kerjasama UNODC dengan KPK yaitu mensosialisasikan perang terhadap

korupsi yang sesuai dengan konvensi anti korupsi, dimana Indonesia dari dahulu

hingga kini berjuang memberantas korupsi, baik secara prefentif, edukatif,

maupun represif. Bahkan tidak sedikit perangkat hukum yang telah dibuat

untuk menjerat para koruptor di Indonesia yang semakin meningkat.

Tindak korupsi yang ada di Indonesia saat ini sudah meluas dalam

masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari

jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan Negara maupun dari segi

kualitas tindak pidana yang dilakukan yang semakin sistematis oleh pejabat

Negara. Korupsi bisa dikatakan sebagai hal yang tidak terlepaskan dari kehidupan

bangsa Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari “prestasi” bangsa Indonesia dengan

6

(20)

5

menduduki peringkat-peringkat atas negara terkorup di dunia dalam beberapa

tahun belakangan ini.7

Selain itu, KPK terus memperbaiki kinerja dan kelembagaan dalam rangka

pemberantasan korupsi. KPK mencoba menggali pengalaman dari lembaga

antikorupsi Internasional dalam untuk performa yang lebih baik di masa

mendatang. Seperti yang dinyatakan oleh Wakil Ketua KPK, Adnan Pandu Praja

saat menerima kedatangan United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)

di Gedung KPK, bahwa "Pada prinsipnya UNODC yang selama ini membantu

kinerja KPK akan tetap mendukung ke depannya. Ada rencana perwakilan di

Indonesia lebih besar lagi, perjalanan KPK cukup panjang dan butuh dukungan

yang lebih besar juga,". UNODC memberikan sejumlah rekomendasi terhadap

sejumlah hal untuk diperbaiki agar ke depan KPK menjadi lebih baik. Seperti

dalam hal peraturan, gratifikasi dan pemanfaatan teknologi.8 Peneliti kemudian tertarik meneliti hal ini, ketertarikan peneliti terletak pada implementasi MoU

KPK dengan UNODC. Peneliti ingin mengetahui bagaimana implementasi dari

MoU ini dapat menjadi strategi tepat dalam memberantas korupsi di Indonesia.

7

Ummi Muthohharoh, Maraknya Tindak KorupsiI oleh Pejabat Negara di Indonesia., http://www.lesprivatsurabaya.net/maraknya-tindak-korupsi-oleh-pejabat-negara-di-indonesia/. diakses pada 2 September 2014

8

Tingkatkan Performa, KPK Timba Ilmu dari UNODC

(21)

6 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan

masalah adalah bagaimana implementasi MoU KPK dan UNODC dalam

pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 - 2012?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui implementasi MoU KPK dan UNODC dalam

pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 - 2012.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian dalam ilmu

hubungan internasional yang fokus pada MoU KPK dan UNODC dalam

pemberantasan korupsi di Indonesia.

1.3.2.2Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini, penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat

menjadi rekomendasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah Indonesia dalam

kebijakannya mengenai implementasi MoU dengan UNODC dalam

(22)

7 1.4Penelitian Terdahulu

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh I Made Regianandya Mahayasa,9

yang membahas tentang Perjanjian Ekstradisi antara Indonesia dan Singapura

Sebagai Upaya Pengembalian Pelarian Koruptor Indonesia di Singapura. Dalam

penelitiannya bertujuan untuk, mendeskripsikan mekanisme pengembalian

tersangka korupsi Indonesia yang melarikan diri ke Singapura selain

menggunakan perjanjian ekstradisi, mendeskripsikan kendala yuridis yang dialami

Indonesia dalam mewujudkan perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan

Singapura. Penelitian tersebut adalah penelitian Yuridis Normatif di Bidang

perjanjian extradisi, yaitu mencari dan mengkaji norma-norma hukum, baik yang

ada dalam undang-undang maupun keputusan-keputusan pengadilan, tentang

kendala kendala yuridis yang dihadapi oleh Indonesia dalam Pengembalian Pelaku

Korupsi yang melarikan diri ke Singapura dan juga bagaimanakah mekanisme

yang seharusnya digunakan oleh Indonesia untuk dapat mengembalikan pelaku

korupsi tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mekanisme -

mekanisme lain selain menggunakan perjanjian ekstradisi memang dapat

digunakan, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu

pengembalian pelaku koruptor dan juga beserta aset asetnya sangat sulit untuk

didapatkan karena jika hanya menggunakan Mutual Legal Assistance (MLA), dan

juga ekstradisi terselubung yang hanya berpedoman pada asas timbal balik antara

ke dua belah Negara, kemungkinan maksimal yang hanya bisa didapatkan

9

(23)

8

hanyalah pengembalian pelaku korupsi itu saja, sedangkan untuk pengembalian

aset aset pelaku tersebut ke Indonesia harus melalui prosedur yang legal dan

berdasarkan perjanjian dari kedua belah Negara. Karena ketiadaan perjanjian

ekstradisi tersebut membuat pihak Indonesia walaupun sudah mengetahui para

pelaku tersebut melarikan diri ke Singapura, Indonesia tidak dapat menangkap

mereka begitu saja karena terbentur oleh yuridiksi dari Pemerintah Singapura

karena berada di wilayah negaranya.

Sedangkan dalam penelitian ini ditempatkan pada pembahasan mengenai

implementasi MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia

tahun 2009 hingga 2012. Penulisan ini akan membahas lebih fokus pada

langkah-langkah dari kerjasama yang dilakukan merupakan upaya kedua lembaga dalam

menegakkan aturan hukum demi tercapainya sebuah pemerintahan yang bersih

dari tindak pidana korupsi, sekaligus perkembangan Mou KPK dan UNODC

dalam pemberantasan korupsi.

Peneliti kedua, adalah Rinda Choiriyah10 yang membahas tentang

Bargaining power diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama

bilateral antara Indonesia dan Singapura. Dalam penelitiannya bertujuan untuk

mendeskripsikan faktor yang menyebabkan lemahnya posisi tawar Indonesia

dalam hubungan kerjasama dengan Singapura, mendeskripsikan faktor yang

menyebabkan Defence Cooperation Agreement Indonesia dan Singapura gagal

diratifikasi oleh DPR-RI. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif

analitis yaitu menjelaskan dengan menggambarkan berdasarkan data-data yang

10

(24)

9

ada secara obyektif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode studi

pustaka (library reseach), dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip isi

perjanjian DCA, teori-teori atau konsep-konsep, serta mengumpulkan data atau

informasi lainnya yang berkaitan dengan perjanjian DCA, baik yang berasal dari

buku, jurnal, majalah, koran, internet, dan tulisan lain yang relevan untuk

pengumpulan data.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bargaining power diplomasi negara

Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura

masih mengalami kelemahan karena Indonesia belum mampu membuat kemajuan

yang signifikan diakibatkan masih lemahnya kekuatan-kekuatan nasional

Indonesia. Kekuatan pereokonomian, militer, SDM, teknologi yang dimiliki

Singapura belum mampu disaingi oleh Indonesia sehingga posisi tawar diplomasi

Indonesia seakan tidak bisa berpengaruh apa-apa. Dalam studi kasus perjanjian

ekstradisi dan pertahanan seakan Indonesia masih dipengaruhi tendensi yang kuat

oleh Singapura. Kerugian-kerugian nantinya yang akan diterima oleh Indonesia

akibat dipakainya wilayah NKRI guna latihan militer Singapura.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Rinda Choiriyah yang lebih

focus pada faktor yang menyebabkan lemahnya posisi tawar Indonesia dalam

hubungan kerjasama dengan Singapura. Selain itu faktor yang menyebabkan

Defence Cooperation Agreement Indonesia dan Singapura gagal diratifikasi oleh

DPR-RI. Sedangkan dalam penelitian ini ditempatkan pada pembahasan mengenai

(25)

10

tahun 2009 hingga 2012. Penelitian ketiga, dilakukan oleh Rizkia Septiana,11 yang membahas tentang Rasionalisasi Indonesia dalam proses Pendatanganan

Perjanjian Ekstradisi danDCA.Dalam penelitiannya bertujuan untuk menjelaskan

rasionalisasi Indonesia dalam menandatangani perjanjian ekstradisi dan DCA.

Penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini adalah penelitian ekplanatif yang

bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel.

Pengumpulan data peneliti lakukan dengan menggunakan metode

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, website dan lain sebagainya yang diterbitkan

oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang peneliti

teliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasionalisasi Indonesia dalam

Manandatangani Perjanjian Ekstradisi dan DCA akan memberi dampak signifikan

bagi upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, masalahnya terletak pada

Defence Cooporation Agreement (DCA) yang dianggap sangat banyak merugikan

Indonesia.

Sedangkan dalam penelitian ini ditekankan pada upaya membangun dan

memperkuat kerjasama kedua belah pihak dalam memberantas terutama dalam

pencegahan korupsi, meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam

mengembangkan sistem dan strategi anti-korupsi dan merumuskan serta

melaksanakan proyek yang disusun bersama dengan memperkuat penegakan

hukum sebagai langkah mencegah dan melawan korupsi.

11

(26)

11

Berdasarkan data hasil penelitian, bahwa penggunaan mekanisme– mekanisme lain selain menggunakan perjanjian ekstradisi memang dapat digunakan, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang maksimal sangat sulit. Indonesia tidak dapat menangkap mereka begitu saja karena terbentur oleh yuridiksi dari Pemerintah Singapura karena berada di wilayah negaranya.

Berdasarkan data hasil

penelitian,bahwa bargaining power

diplomasi negara Indonesia dalam hubungan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Singapura masih

mengalami kelemahan karena

Indonesia belum mampu membuat kemajuan yang signifikan diakibatkan masih lemahnya kekuatan-kekuatan nasional Indonesia. Kekuatan pereokonomian, militer, SDM, teknologi yang dimiliki Singapura belum mampu disaingi oleh Indonesia sehingga posisi tawar diplomasi Indonesia seakan tidak bisa berpengaruh apa-apa. Dalam perjanjian ekstradisi dan pertahanan seakan Indonesia masih dipengaruhi tendensi yang kuat oleh Singapura.

(27)

12 Perjanjian

Ekstradisi dan DCA

Oleh:

Rizkia Septiana

dan DCA) signifikan bagi upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, masalahnya terletak pada Defence Cooporation Agreement (DCA) yang dianggap UNDOC merupakan strategi tepat yang dilakukan Indonesia dalam memberantas korupsi di Indonesia. MoU KPK dan UNODC mampu meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam mengembangkan sistem dan strategi anti-korupsi di Indonesia.

1.5Landasan Konsep

1.5.1 Organisasi Internasional

Organisasi internasional diperlukan dalam rangka kerjasama,

menyesuaikan dan mencari kompromi untuk meningkatkan kesejahteraan serta

memecahkan persoalan bersama, serta mengurangi pertikaian yang terjadi.

Organisasi juga diperlukan dalam menjaga sikap bersama dan mengadakan

hubungan dengan negara lain. Organisasi itu mempunyai instrumen dasar yang

akan memuat prinsip dan tujuan, struktur maupun cara organisasi itu bekerja.

Organisasi internasional dibentuk berdasarkan perjanjian, dan biasanya agar dapat

melindungi kedaulatan negara, organisasi itu mengadakan kegiatannya sesuai

dengan persetujuan atau rekomendasi serta kerjasama, dan bukan semata-mata

bahwa kegiatan itu haruslah dipaksakan atau dilaksanakan.12

12

(28)

13

Dalam hal ini dapat difahami bahwa organisasi internasional dibentuk

berdasarkan kesepakatan bersama dimana anggota-anggota di dalam organisasi

tersebut saling berinteraksi dan melakukan kerjasama. Organisasi internasional

dibentuk oleh negara-negara yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama,

yang kemudian tergabung dalam satu forum yang tentunya memiliki visi dan misi

yang sama. Dalam organisasi internasional terdapat perjanjian internasional

dimana dalam perjanjian tersebut tentu terdapat aturan-aturan dan tujuan yang

harus dilaksanakan oleh organisasi tersebut.

Agar diakui statusnya di dalam hukum internasional, organisasi

internasional harus memenuhi tiga syarat yaitu Pertama, adanya persetujuan

internasional seperti instrumen pokok itu akan membuat prinsip-prinsip dan tujuan

maupun cara organisasi itu bekerja. Kedua, Organisasi internasional haruslah

mempunyai paling tidak satu badan. Ketiga, Organisasi internasional haruslah

dibentuk di bawah hukum internasional. Persetujuan internasional (instrumen

pokok) biasanya dilaksanakan di bawah hukum internasional sesuai ketentuan

dalam hukum perjanjian.13

Dalam perjanjian pembentukan organisasi internasional terkadang juga

berisi tentang apakah organisasi tersebut akan dibubarkan ketika tujuan mereka

tercapai atau tidak. Di dalam organisasi internasional tidak bisa sebuah negara

terlepas dari keanggotaannya begitu saja. Berbeda dengan rezim, anggota yang

menjalin kerjasama dapat keluar begitu saja karena kembali pada sifat rezim yang

tidak mengikat.

13Ibid

(29)

14

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi

internasional cakupannya lebih luas. Ia terikat oleh sebuah aturan yang bisa

disebut sebagai perjanjian internasional dimana aturan dan kebijakan yang

tertuang di dalamnya harus dipatuhi dan disepakati oleh anggota-anggotanya. Dan

tujuan daripada organisasi tersebut dalam menjalankan misinya di kancah

internasional juga harus terealisasikan dan apabila tujuan tersebut ternyata tidak

terlaksana maka akibatnya tentu akan ditanggung oleh pihak-pihak anggota

terkait.

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa korupsi merupakan permasalahan

serius tidak hanya menjadi permasalahan nasional melainkan menjadi

permasalahan global dan butuh penanganan yang signifikan. Adanya MoU antara

KPK dan UNODC secara tidak langsung menunjukkan bahwa kedua lembaga ini

sepemahaman bahwa korupsi menjadi permasalahan serius saat ini, oleh sebab itu

KPK berkolaborasi dengan UNODC yang memang pada kenyataan permasalahan

ini tidak dapat dengan mudah diseleseikan sendiri oleh KPK. Maka, kehadiran

Organisasi Internasional seperti UNODC memberikan peran penting bagi KPK

dan Indonesia khususnyaa dalam membantu memberantas korupsi di Indonesia.

1.5.2 Korupsi dalam Hukum Internasional

Huntington mendefinisikan korupsi sebagai perilaku pejabat public yang

menyimpang dari norma yang diterima oleh masyarakat dan perilaku menyimpang

itu ditujukan dalam rangka memenuhi kebutuhan pribadi.14 Secara harfiah korupsi

14

(30)

15

merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Karena korupsi menyangkut

segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau

aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,

factor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam

kedinasan di bawah kekuasaan dan jabatannya.15 Pada dasarnya korupsi merupakan penyalahgunaan jabatan.16 Dalam rumusan Fiqh Korupsi yang mendefinisikan korupsi sebagai perbuatan mengambil hak orang lain secara

terencana ataupun tidak, dibawah kekuasaannya, untuk memperkaya diri, orang

lain dan lembaga yang bersifat pada kerusakan dan kerugian bagi pihak lain.17

Artinya tindak pidana korupsi merupakan ancaman terhadap

prinsip-prinsip demokrasi, yang menjunjung tinggi transparansi, akuntanbilitas, dan

integritas, serta keamanan dan stabilitas politik maupun ekonomi suatu negera.

Tindak pidana korupsi dapat merusak nilai-nilai demokrasi, etika, dan keadilan

serta mengacaukan pembangunan berkelanjutan, penegakan hukum, dikarenakan

korupsi berhubungan dengan bentuk-bentuk kejahatan lain, khususnya kejahatan

yang terorganisir dan kejahatan ekonomi, termasuk pencucian uang dengan

adanya kasus-kasus korupsi yang melibatkan jumlah aset yang besar yang dapat

merugikan sumber daya negara, dan dapat mengancam stabilitas politik dan

pembangunan nasional negara tersebut.

Oleh karena korupsi merupakan tindak pidana yang bersifat sistematik

yang tidak dapat dikatakan permasalahan suatu bangsa saja, tetapi sudah menjadi

15

Evi Hartanti, 2012. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta; Sinar Grafika, hlm: 9 16 Masdar F. Mas’udi dkk. 2003.,

FIQH KORUPSI; Amanah vs Kekuasaan. Mataram: Somasi NTB hlm 268

(31)

16

permasalahan internasional. Upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana

korupsi diperlukan manajemen kerjasama internasional dalam mengembalikan

aset-aset yang berasal dari tindak pidana korupsi. KPK memiliki kekuatan hukum

dalam menentukan kebijakan dengan melakukan pencegahan dan penindakan

tindak pidana korupsi dan UNODC dapat memfasilitasi serta mengkoordinasikan

kebutuhan Negara dalam menerapkan Konvensi anti korupsi maupun kerjasama

internasional.

1.6Metode Penelitian

1.6.1 Metode/Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. Penelitian deskriptif disebut juga penelitian taksomonik yang

dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan klasifikasi mengenai suatu fenomena atau

kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan

dengan masalah dan unit yang diteliti18. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara tepat mengenai implementasi MoU KPK dan UNODC

dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Dengan begitu penulis bisa

melakukan eksplorasi dan klarifikasi mengenai masalah yang diteliti.

18

(32)

17 1.6.2 Teknik Analisa Data

Dalam menganalisa penelitian ini peneliti menggunakan beberapa tahapan

antara lain :

1. Mengumpulkan sebanyak mungkin data - data yang diperlukan tentang

fenomena yang diteliti dengan sumber data yang relevan.

2. Selain Internet sebagai sumber informasi pencarian data, Peneliti juga

melakukan pencarian sumber data di perpustakaan-perpustakaan guna

mencari buku-buku penunjang terkait dengan fenomena yang diteliti.

3. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan

buku-buku, jurnal, e-book, dan artikel-artikel yang menunjang

penelitian ini dan sesuai dengan fenomena yang diteliti.

4. Mengolah data untuk di pilah-pilah mana yang cocok dan sesuai

dengan kategori yang dibutuhkan tentang fenomena yang diteliti.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penulis lakukan dengan menggunakan metode

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, website dan lain sebagainya yang diterbitkan

oleh berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan dengan topik yang peneliti

teliti. Data mengenai penelitian ini sendiri peneliti dapatkan dari perpustakan

pusat Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Lab HI UMM dan website

(33)

18 1.6.4 Ruang lingkup Penelitian

1.6.4.1 Batasan Waktu

Adapun batasan waktu dalam penelitian ini adalah tentang implementasi

MoU KPK dan UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun

2009-2012. Karena kerjasama yang dilakukan kedua lembaga dilaksanakan sejalan

dengan program kerja regional UNODC tahun 2009-2012.

1.6.4.2Batasan Materi

Agar tidak menyimpang dan fokus penelitian menjadi terarah, maka

peneliti memberikan batasan materi mengenai Implementasi MoU KPK dan

UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 – 2012 di

Indonesia. Sehingga penelitian ini melihat fenomena korupsi yang terjadi di

Indonesia.

1.7 Argumen Dasar

Argumen dasar peneliti adalah bahwa implementasi MoU KPK dan

UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia tahun 2009 – 2012 dapat

dikatakan berjalan sesuai dengan kerangka kerjasama yang telah disepakati. Hal

ini terlihat pada upaya membangun dan memperkuat kerjasama dalam

memberantas terutama dalam pencegahan korupsi. Selain itu MoU KPK dan

UNODC mampu meningkatkan kapasitas lembaga anti korupsi dalam

mengembangkan sistem dan strategi anti-korupsi. UNODC merupakan sarana

(34)

19

Indonesia kerjasama dalam program terpadu bantuan teknis, perangkat lunak, dan

pelatihan khusus yang didanai Norwegia dan Komisi Eropa.

Dengan diilaksanakannya isi kesepakatan kerjasama kedua lembaga

tersebut, maka hal tersebut menjadi pilihan tepat bagi Pemerintah pemerintah

dalam menangani permasalahan tindak pidana korupsi yang tidak dapat

dilakukan oleh negara itu sendiri. Oleh karena itu, negara melakukan

kerjasama dengan Organisasi Internasional agar dapat memecahkan dan

menyelesaikan permasalahan tindak pidana korupsi yang sudah menjadi isu dan

fenomena dalam Hubungan Internasional. Dimana dari kerjasama tersebut, negara

dituntut untuk dapat melaksanakan mandat PBB yang berdasarkan Konvensi anti

korupsi yang telah ditandatangani dan disepakati dengan menyatakan perang

terhadap korupsi.

1.8 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Pada bab ini terdiri dari susunan atau kerangka penulisan mulai dari Latar

Belakang, Rumusan Masalah, Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu,

Landasan Konsep, Metode Penelitian, Argumen Dasar, Ruang Lingkup, dan

Sistematika Penulisan.

BAB II Gambaran Umum Korupsi di Indonesia

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang Sejarah Korupsi di

Indonesia, Persoalan Korupsi di Indonesia, Upaya Penanggulangan Korupsi,

(35)

20

Komisi Pemberantasan Korupsi beserta visi, misi, tugas dan wewenangnya, serta

Hambatan KPK Dalam Memberantas Korupsi di Indonesia

Bab III Kerjasama KPK dan UNODC dalam Pemberantasan Korupsi

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang Sekilas tentang UNODC,

Visi, misi, tugas, dan wewenangnya, Kerjasama KPK-UNODC, Penandatanganan

MoU UNODC, Tujuan kerjasama UNODC, Implementasi MoU

KPK-UNODC dalam pemberantasan korupsi di Indonesia, Isi MoU KPK-KPK-UNODC, dan

Implementasi MoU.

BAB IV Penutup

Dalam bab ini peneliti menjelaskan isi skripsi yang berupa Kesimpulan

dan Saran penelitian yang dilakukan. Kemudian akan diberikan saran-saran bagi

peneliti lain yang berminat untuk melanjutkan atau mengoreksi penelitian ini ke

Gambar

Tabel 1.1 Posisi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kinerja suatu kebijakan akan ditentukan oleh sumberdaya finansial, material, infratruktur, dan sebagainya. 4) Kemampuan aktor yang terlibat dalam pembuatan kebijakan.. Kualitas

Melalui world wide web informasi tersebut ditampilkan dalam bentuk yang menarik, dinamis, dan interaktif, yang biasanya disebut website, sehingga masyarakat berlomba-lomba

Latar Belakang saat ini belajar kurang memerhatiakan peran dan pengaruh emosi pada proses dan hasil belajar yang di capai seseorang, Tetapi sejak orang mulai

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh pengetahuan dan sikap pasien terhadap pemanfaatan ulang

Jika Anda merasa bahwa jawaban yang Anda berikan salah dan Anda ingin mengganti dengan jawaban yang lain, maka Anda dapat langsung mencoret dengan memberikan tanda dua

[r]

pada Program Studi Diploma III Teknik Kimia Universitas Diponegoro5. Menerapkan ilmu yang didapat dari bangku perkuliahan seacar