• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.D SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 PULAU PANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.D SEMESTER GENAP PADA SMP NEGERI 1 PULAU PANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.D SEMESTER GENAP

PADA SMP NEGERI 1 PULAU PANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

( PTK)

Oleh:

Yuniar

NPM 1013121005

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VII.D SEMESTER GENAP

PADA SMP NEGERI 1 PULAU PANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh: Yuniar

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Problem-Based Learning. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Problem-Based Learning pada pelajaran IPS di kelas VII.D SMP Negeri 1 Pulau Panggung yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan observasi.

Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Problem-Based Learning pada pelajaran IPS di kelas VII.D SMP Negeri 1 Pulau Panggung selalu mengalami peningkatan untuk setiap siklusnya. Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, dan model pembelajaran kooperatif tipe

(3)
(4)

DAFTAR ISI

(5)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 53

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 53

2. Hasil Penelitian ... 59

a. Siklus I ... 59

b. Siklus II ... 64

c. Siklus III ... 67

3. Deskripsi Kreativitas Siswa dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran ... 71

B. Pembahasan Penelitian ... 66

1. Kreativitas Belajar Siswa ... 73

2. Hasil Belajar ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan ... 77

b. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

(6)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tenaga pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya. Oleh karena itu, tenaga pendidik harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi anak didik dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Untuk memenuhi hal tersebut tenaga pendidik dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang selalu memberikan rangsangan kepada anak didiknya sehingga mau belajar dengan baik, mengingat anak didik merupakan subjek utama dalam proses pembelajaran.

Fenomena pembelajaran merupakan fenomena yang sudah sejak lama

mengemuka. Sebagian besar pembelajaran dipersekolahan di Indonesia masih menampakkan ciri-ciri sistem belajar konvensional. Setiap aspek dari proses pembelajaran ini dinilai mengandung banyak kelemahan, yang bahkan secara agregat menjadi kontraproduktif terhadap pengembangan diri dan kompetensi siswa. Walaupun demikian, paradigma baru pendidikan yang mendukung Kurikulum Berbasis Kompetensi berupaya melakukan perubahan sistem pembelajaran konvensional menuju pembelajaran kontekstual. Model

(7)

2 menghadapi berbagai kendala dan resistensi. Diantara kendala dan resistensi tersebut adalah terkait pemahaman dan kemampuan praktis guru tentang pendekatan, strategi dan model-model pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.

Mengajar adalah upaya menciptakan lingkungan yang sesuai, dalam mengajar terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya belajar atau sebaliknya. Model mempunyai peran yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat memiliki anak didik, akan ditentukan oleh ketetapan

penggunaan model yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat tercapai dengan penggunaan model yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang ditetapkan dalam tujuan. Dengan begitu strategi yang sesuai dan tepat diharapkan akan memotivasi siswa sehingga dapat menarik rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diberikan. Salah satu strategi dalam pembelajaran adalah menerapkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas, 2003: 5).

Bern dan Erickson (2001:5) mengemukakan bahwa coorperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang

mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Burns dan Grafes (dalam Erni, 1993:3) menyatakan bahwa dalam pembelajaran

(8)

3 sebayanya. Sehingga dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat

memotivasi serta meningkatkan hasil belajar siswa yang memiliki kemampuan kurang dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar (Ibrahim, 2008:5).

Berdasarkan hasil pengalaman peneliti selama menjadi guru secara umum proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Pulau Panggung tidak jauh berbeda dengan proses pembelajaran di sekolah-sekolah lain yang masih menggunakan metode

konvensional atau juga disebut dengan model ceramah. Sebuah model mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya siswa mengikuti pelajaran secara pasif sehingga kurang menumbuhkan semangat dan kerativitas siswa. Hal ini juga terjadi pada proses pembelajaran kewirausahaan, selain nilai siswa belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) siswa juga tidak aktif dalam kegiatan

pembelajaran. Hal ini kurangnya peran siswa dalam proses pembelajaran, suasana yang pasif, juga membuat siswa kurang bersemangat dalam proses belajar dan mengajar. Faktor penyebab timbulnya permasalah tersebut salah satunya dikarenakan kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru saat proses pembelajaran.

(9)

4 Tabel 1. Nilai ulangan harian I dan II mata pelajaran IPS kelas VII.D di SMP

Negeri 1 Pulau Panggung semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013. No. Rentang Sumber : Dokumen SMP Negeri 1 Pulau Panggung

Berdasarkan Tabel 1 di atas, telihat nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas VII.D di SMP Negeri 1 Pulau Panggung semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013 yang mendapatkan nilai ≥ 65 hanyalah 25,72 % pada Ulangan Harian ke-I dan 20,57% pada Ulangan Harian yang ke II. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS pada siswa kelas VII.D di SMP Negeri 1 Pulau Panggung masih dibawah standar nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar ≥ 65.

Belajar IPS tidak sekedar learning to know, melainkan harus ditingkatkan meliputi learning to do, Learning to be sehingga Learning to live together. Oleh karena itu filosofi pengajar IPS perlu diperbaharui menjadi pembelajaran IPS. Dalam pengajaran IPS, guru lebih banyak menyampaikan sejumlah ide atau gagasan pokok, sedangkan dalam pembelajaran IPS kegiatan siswa mendapat forsi lebih banyak dibanding guru, bahkan mereka harus dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam pembelajaran siswa berperan lebih aktif sebagai

(10)

5 argumentatif serta tidak membosankan. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih cepat dan menarik, dimana setiap siswa dapat belajar secara kooperatif, dapat bertanya meski tidak ada guru secara langsung dan mengemukakan pendapat atau pemikirannya.

Tabel 2. Hasil Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Kriteria Jumlah Siswa Persentase (%)

Siswa yang aktif 13 37,14

Siswa yang belum aktif 22 62,86

Jumlah 35 100

Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat dilihat siswa yang aktif sebanyak 10 siswa dari 32 siswa (31,35%) dan siswa yang belum aktif sebanyak 22 siswa dari 32 siswa (68,75%). Hasil pengamatan tersebut, dapat dinyatakan bahwa tingkat aktivitas siswa masih rendah.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengambil judul Penelitian

Tindakan Kelas “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Dengan Menggunakan Model Problem-Based Learning pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VII.D Semester Genap Pada SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut.

(11)

6 2. Model pembelajaran yang digunakan belum sesuai dengan materi yang

disampaikan oleh guru.

3. Masih rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas VII.D SMP Negeri 1 Pulau Panggung. Hal ini tampak dari banyaknya siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar.

4. Guru cenderung menggunakan model ceramah dalam memberikan materi pembelajaran.

5. Pembelajaran masih berpusat pada guru ( teacher centered).

6. Partisipasi siswa secara aktif dalam proses pembelajaran masih rendah. 7. Aktivitas belajar siswa di kelas belum optimal.

8. Proses belajar mengajar masih cenderung pasif, dimana guru menjelaskan pelajaran dan siswa memperhatikan penjelasan dari guru.

C.Pembatasan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah dan agar dalam pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang ingin dipecahkan dan diteliti, maka perlu adanya batasan masalah bahwa yang dianalisis adalah Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Problem-Based Learning pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VII.D Semester

Genap Pada SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2012/2013.

D.Rumusan Masalah

(12)

7 1. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa dengan penerapan Model Problem-Based Learning pada mata pelajaran IPS di kelas VII.D semester

genap pada SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2012/2013? 2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan Model

Problem-Based Learning pada mata pelajaran IPS di kelas VII.D semester

genap pada SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2012/2013?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan penerapan Model Problem-Based Learning pada mata pelajaran IPS di kelas VII.D semester genap

pada SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2012/2013;

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan penerapan Model Problem-Based Learning pada mata pelajaran IPS di kelas VII.D semester genap

pada SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini, sebagai berikut. 1. Secara Teoritis

(13)

8 2. Secara Praktis

Penelitian ini secara praktis dapat memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk mempermudah siswa memahami meteri pelajaran IPS yang disampaikan sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa lebih baik.

G.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini, sebagai berikut. 1. Objek Penelitian

Penerapan Model Problem-Based Learning untuk mengetahui aktivitas dan hasil Belajar IPS.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.D yang diajarkan menggunakan Model Problem-Based Learning.

3. Wilayah Penelitian

SMP Negeri 1 Pulau Panggung. 4. Waktu Penelitian

(14)

III. METODE PENELITIAN

A.Setting Penelitian

Pendekatan penelitian tindakan kelas ini adalah pendekatan dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga penelitian akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitiannya. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa Kelas VII.D semester genap pada SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan menerapkam model pembelajaran kooperatif tipe Problem-Based Learning, sesuai dengan tujuan penelitian, rancangan

penelitian tindakan kelas atau class room action research.

Penelitian tindakan kelas ini didesain untuk memecahkan masalah masalah yang diaplikasikan secara langsung didalam ajang kelas atau dunia kerja. Dalam penelitian ini masalah yang dimaksud adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPS pada siswa kelas VII.D semester genap pada SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Alternatif untuk pemecahan masalahnya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning sebagai metode pembelajaran pada pelajaran IPS

(15)

26 problem-based learning ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar IPS pada siswa praktisi dengan mengambil latar alamiah di kelas.

B.Tempat dan Waktu Penetitian 1. Tempat Pengertian

Tempat penelitian adalah siswa kelas VII.D SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap di kelas VII.D SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2012/ 2013.

3. Subyek dan Objek Penelitian a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dilakukan di kelas kelas VII.D SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dengan jumlah siswa 35 yang terdiri dan 10 siswa laki- laki dan 25 siswa perempuan.

b. Objek Penelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa dengan rnenggunakan model pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning pada siswa kelas VII.D SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tahun

(16)

27 4. Rancangan Penetian

Penelitian ini dirancang sebagai suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 siklus, setiap siklus merupakan alur kegiatan yang pelaksanaannya meliputi empat (4) tahap yaitu : (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; (4) refleksi. Proses kegiatan yang mencakup 4 tahap tersebut disebut satu siklus. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus adalah sebagal berikut:

a. Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan ini meliputi identifikasi ialah melalui observasi awal, analisis penyebab masalah dan menetapkan intervensi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan Pelaksanaan merupakan suatu kegiatan di laksanakannya skenario pembelajaran yang telah direncanakan,

c. Pengamatan/ Observasi

Tindakan pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya tindakan untuk memantau sejauh mana tindakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning pada mata pelajaran IPS. Pengumpulan data dilakukan pada tahap ini.

d. Refleksi

(17)

28 diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan digunakan untuk memperbaiki pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Secara ringkas kegiatan penelitian direncanakan dalam tiga siklus. Namun jika pada siklus II indikator keberhasilan sudah tcrcapai, maka kegiatan penelitian akan dihentikan pada siklus II. Demikian pula jika pada siklus III indikator keberhasilan belum tercapai, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai kreteria penilaian tercapai. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, siklus II dan siklus III merupakan modifikasi siklus sebelumnya untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang lebih baik. Alur kegiatan dapat dianalogikan dalam bagan berikut:

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Dan refleksi pada siklus I terlihat adanya kekurang sempurnaan, maka dilakukan siklus II untuk menyempurnakan siklus I. Begitu juga siklus III dilakukan untuk menyempurnakan siklus II.

(18)

29 a. Siklus I

1) Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi sebagai berikut.

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran Problem Based Learnig yang meliputi rencana pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran Problem Based Learnig berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan prosedur siklus. e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas VII.

f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran Problem Based Learnig.

g. Mempersiapkan perangkat.

2) Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus I dikelas VII dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua dilaksanakan setiap pertemuan 2x40 menit.

3) Observasi (observating)

(19)

30 4) Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

b. Siklus II

1. Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus I meliputi sebagai berikut.

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus I b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran Problem Based Learnig yang meliputi rencana pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran Problem Based Learnig berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan prosedur siklus. e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas VIII.

f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran Problem Based Learnig.

g. Mempersiapkan perangkat.

2. Pelaksanaan (Acting)

(20)

31 hasil siklus pertama. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua dilaksanakan setiap pertemuan 2x40 menit.

3. Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

c. Siklus III

1. Perencanaan (Planning)

Persiapan yang dilakukan pada siklus II meliputi:

a. Peneliti menentukan materi yang akan diajarkakn pada siklus II b. Menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran sesuai kompetensi

dasar yang ingin dicapai.

c. Menyusun skenario pembelajaran melalui model pembelajaran Problem Based Learnig yang meliputi rencana pembelajaran, contoh soal, latihan soal, dan evaluasi.

d. Menyiapkan model pembelajaran Problem Based Learnig berupa lembar soal yang digunakan untuk mengerjakan prosedur siklus. e. Menyiapkan sumber belajar berupa buku paket IPS kelas VII.

f. Mempersiapkan lembar pengamatan (observasi) untuk melihat bagaimana keaktifanan Siswa dalam pembelajaran melalui model pembelajaran Problem Based Learnig.

(21)

32 2. Pelaksanaan (Acting)

Pembelajaran IPS siklus III dikelas VII dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dua kali pembelajaran dan satu pertemuan untuk uji tes hasil siklus pertama. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua dilaksanakan setiap pertemuan 2x40 menit.

3. Observasi (observating)

Observasi adalah proses mencermati jalanya pelaksanaan tindakan.

4. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

5. Prosedur Penelitian a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut. a. Menyusun jadwal penelitian.

b. Menentukan kompetensi dasar (KD) yang akan diajarkan dengan penerapan kontekstual model pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning.

c. Merumuskan alternatif tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

(22)

33 e. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan penerapan

kotekstual model pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning. f. Menyusun lembar kerja observasi aktivitas belajar siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan terdiri dan tiga kegiatan pokok yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan kegiatan penutup. Kegiatan siswa mengakomodir aktivitas tanya jawab dengan memgadopsi dan memodifikasi model pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning yang disesuaikan dengan keadaan siswa dan kelas.

c. Observasi

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangan dan perangkat tes. Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas yaitu perilaku yang relevan dengan kegiatan pembelajaran antara lain:

Tabel 4. Aktivitas siswa

Aktivitas Siswa Jumlah siswa Prosentase %

Ket A. Kegiatan Awal Siswa

Melengkapi alat tulis Mengerjakan tugas ( PR )

(23)

34 Aktivitas Siswa Jumlah siswa Prosentase

%

Refleksi adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

6. Indikator Keberhasilan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas tindakan, maka ditetapkan indikator keberhasilan dan penelitian. lndikator tersebut berguna sebagai bahan pertimbangan dalan merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

Sekaligus sebagai acuan untuk menentukan jumlah siklus dalam penelitian. Indikator keberhasilan penelitian ini sebagai berikut.

a. Jika sekurang-kurangnya persentase aktivitas belajar siswa 81 %-90% Maka telah masuk dalam kreteria “tinggi”.

b. Jika sekurang-kurangnya dalam pelaksanaan pembelajaran mencapai 70%

mencapai KKM maka masuk dalam kreteria “Baik.

(24)

35

7. Sumber data penelitian

Data dalam penelitian ini terdiri sebagai berikut.

1. Data aktivitas siswa, yaitu data yang diperoleh dan hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Data basil belajar siswa, yaitu data hasil belajar siswa diperoleh dan tes hasil belajar siswa yang diberikan pada setiap akhir siklus I, II dan III.

8. Teknik Pengumpulan Data

1. Dalam pengumpulan data untuk penelitian ini, guru menggunakan metode penelitian tindakan kelas yaitu suatu jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas. 2. Tes Hasil Belajar

Tes dilakukan dengan tujuan unluk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe problem-based learning. Bentuk tes yang digunakan yaitu tes tertulis yang diberikan pada setiap akhir siklus.

9. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa

Analisis data format I rnenggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa ditentukan dengan mengisi lembar observasi.

(25)

36 Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan koritekstual diambil rata-rata tes formatif yang diberikan pada setiap akhir siklus dengan rumus:

x N N Y

S

 100 %

Keterangan:

Y = Nilai rata-rata kelas

Ns = jumlah nilai tes seluruh siswa N = jumlah siswa

10. Instrumen tes

a. Uji Syarat lnstrumen Tes 1. lnstrumen Tes (Kognitif)

Uji persyaratan instrumen tes ini diperoleh melalui pemberian tes pilihan ganda pada siswa dengan syarat intrumen tes sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Pengujian validasi tiap butir instrument menggunakan analis item, yaitu mengkorelasi skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Dalam memberi interprestasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai korelasi positif dengan korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut tidak tinggi pula. Syarat minimal yang di anggap memenuhi yaitu syarat dengan r hitung ≥ r tabel dengan ά = 0,05. Uji validitas menurut Arikunto ( 2006 : 79 ) menggunakan rumus korelasi biserial :

(26)

37 keterangan :

γ pbi = Koefisien korelasi biserial

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya. Mt = Rerator skor total

Si = Standar deviasi dari skor total P = Proporsi siswa menjawab benar Q = Proporsi siswa menjawab salah

Dengan kriteria pengujian jika harga rhit rtabel dengan α=0,05 maka alat ukur tersebut dinyatakan valid,dan sebaliknya apabila rhitung rtabel maka alat ukur tersebut dinyatakan tidak valid.

Tabel 4. Uji Validitas Butir Soal Siklus I

(27)

38 Sesuai dengan soal yang diberikan kepada siswa berjumlah 20 item soal dan terdapat 4 buah soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 1,3,4 dan 9 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,361. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus II

No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan

Soal yang dianalisis pada siklus II masih berjumlah 20 item soal dan terdapat 1 buah soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 20 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,361. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

Tabel 6. Uji Validitas Butir Soal Siklus III No. Soal r Tabel r Hitung Keterangan No. 1 0.361 -0.205 TV

(28)

39

Siklus III berjumlah 20 item soal dan terdapat 3 butir soal yang tidak valid, yaitu item soal nomor 1,2 dan 7 dengan nilai r hitung < r tabel. r tabel (n=20, α=5%) atau sama dengan 0,361. Untuk soal yang tidak valid, maka peneliti memperbaiki soal tersebut.

b. Uji Realibilitas

Reabilitas atau tingkat ketetapan ( consistensi atau keajegan ) adalah tingkat kemampuan intrumen untuk mengumpulkan data secara tetap dari sekelompok individu. Instrumen yang memiliki tingkat reabilitas tinggi cenderung menghasilkan data yang sama tentang suatu variabel unsur – unsurnya, jika diulang pada waktu berbeda pada kelompok individu yang sama menurut Arikunto (2006 : 101).

(29)

40 K – R.20. Perhitungan dilkukan secara manual. Berikut ini adalah rumus

K – R.20.

R11 = ( k/k – 1 ) ( S² - ∑pq / S² ) Keterangan :

R11 = Reabilitas secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

Q = Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah ( q = 1 –p )

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Berdasarkan analisis butir soal dari siklus I sampai dengan siklus III dengan jumlah 20 butir soal, didapat untuk uji reabilitas siklus Idi peroleh 0,943 atau nilai reliable yang tinggi, dan pada siklus II diperoleh 0,993 serta pada siklus III diperoleh 0,919. Dari ketiga siklus tersebut dinyatakan soal yang diberikan kepada siswa untuk uji siklus mempunyai nilai reliabel yang tinggi.

Berdasarkan analisis butir soal untuk uji kesukaran soal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Tingkat kesukaran soal siklus I dan Siklus II

SIKLUS I

No. Soal Kesukaran soal Kategori

(30)

41 c. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan mudahnya atau sukarnya suatu soal tersebut disebut dengan indeks kesukaran.

Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai 1,0 indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaiknya jika indeks menunjukan 1,0 maka soal tersebut terlalu mudah, sehingga semakin mudah soal tersebut semakin besar bilangan indeksnya. Dalam istilah evaluasi, indeks

kesukaran ini diberi simbol P, singkatan dari proporsi”.

Tingkat kesukaran dapat dicari dengan rumus :

P= B / JS

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Arikunto (2006: 208) ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklafikasikan sebagai berikut :

(31)

42 d. Daya Beda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan yang tinggi) dengan siswa yang bodoh (kemampuan rendah) angka yang menunjukan besarnya daya pembeda tersebut disebut indeks diskriminasa disingkat D. Daya pembeda berkisar antara 0,00 sampai 1,00 sama halnya dengan indeks kesukaran namun bedanya pada indeks diskriminasi ini ada tanda negatif. Tanpa negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas tes yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Suatu soal yang dapat dijawab oleh siswa yang pandai maupun siswa yang bodoh maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda, demikian juga apa bila soal tersebut tidak dapat dijawab benar oleh seluruh siswa pandai maupun siswa baik, maka soal tersebut tidak mempunyai daya beda sehingga soal tersebut tidak baik digunakan untuk tes. Suatu soal yang baik adalah yang dapat dijawab benar oleh siswa yang pandai saja.

Seluruh kelompok tes akan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:

(32)

43 Untuk menentukan indeks diskriminasi digunakan rumus sebagai berikut.

D = BA / JA – BB / JB = PA – PB Dimana :

D = Daya pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab salah PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah Klasifikasi daya pembeda

D = 0,00 – 0,20 = Jelek D = 0,21 – 0,40 = Cukup D = 0,41 – 0,70 = Baik D = 0,71 – 1,00 = Baik Sekali

Negatif, Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja (Arikunto, 2006 : 213 ).

Tabel 8. Hasil Analisis Daya Beda

SIKLUS I

(33)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Model pembelajaran kooperatif problem based learning dapat meningkatka aktivitas siswa secara keseluruhan. Dengan adanya tugas yang berbeda untuk setiap individu, sehingga hal tersebut dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk bertanggung jawab dan lebih meningkatkan aktivitasnya dalam belajar.

2. Model pembelajaran kooperatif problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pelaksanaan tindakan dari hasil belajar yang diukur dari kognitif adalah siklus I sebesar 48,57%, pada siklus II sebesar 65,75% pada siklus III sebesar 85,71%. Ini terbukti bahwa dengan pemanfaatan model pembelajaran kooperatif problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan.

B. Saran

(34)

67 1. Upaya peningkatan aktivitas belajar Siswa, guru diharapkan dapat menerapkan model belajar dan model pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran IPS diantaranya motivasi belajar siswa akan meningkat, dengan meningkatnya motivasi maka aktivitas belajar siswa juga meningkat.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Renny.2009. Studi Perbandingan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan Kooperatif Tipe STAD dengan Memperhatikan Kemampuan Awal. Skripsi, FKIP.

Universitas Lampung.

A. M. Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 233 hlm.

Ayu Mirnasari, Rosi. 2010. Studi perbandingan hasil belajar akuntansi siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas XI SMA Negeri 4 Kotabumi tahun pelajaran 2009/2010. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta.

B. Uno, Hamzah. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.

Rineka Cipta: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual;Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama: Bandung

Koestoro, Budi dan Basrowi. 2006. Stategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yayasan Kampusina: Surabaya.

Purnamasari, Lora. 2010. Penggunaan Animasi Multimedia Dengan Pembelajaran Tipe Jigsaw dan TSTS Terhadap Penguasaan Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia Dan Hewan. Skripsi, FKIP. Universitas Lampung.

(36)

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara: Jakarta.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.

---. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

Suryosubroto, 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta: Jakarta Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Prenada

Gambar

Tabel 2. Hasil Rekapitulasi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Tabel 4. Aktivitas siswa
Tabel 4. Uji Validitas Butir Soal Siklus I
Tabel 5. Uji Validitas Butir Soal Siklus II
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitihan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, adanya hubungan yang signifikan antara manajemen kelas dengan tingkat prestasi belajar siswa pada mata

Melalui pitfall trap (Gambar 2) yang mendominasi adalah pengurai dengan keberadaannya dimulai pada saat tanaman berumur 2 MST dengan jumlah 20 imago dan mencapai puncak

Ber ik ut cont oh fungsi uang sebagai penyim pan kekayaan, yait u ..... Tuliskan ket am pakan buat an yang ada di sekit ar r um

Hak yang dimiliki atas tanah merupakan suatu hak untuk menguasai tanah oleh negara yang diberikan kepada seseorang, sekelompok orang, maupun kepada badan hukum baik Warga

Dari hasil ini membuktikan hipotesis yang menyatakan “ Week Four Effect pada Jakarta Islamic Indeks yang menyebabkan perbedaan return pada Senin minggu ke 1, 2 dan 3 dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kedudukan dan hak waris yang dimiliki oleh anak dari perkawinan siri yang diangkat oleh istri pertama

limbah gliserol dengan jurnlah yang cukup banyak, dari 7,35 lbs rninyak nabati. rnenghasilkan 1 gallon biodiesel dan 1 pound lirnbah gliserol (70 -

Aplikasi Buku Kenangan Elektronik ini dapat menjawab masalah tersebut.Dengan aplikasi ini data â data tentang teman â teman dan kenalan, khususnya data teman â teman 3 KC 39