• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap Perdagangan Jeruk Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap Perdagangan Jeruk Sumatera Utara"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK CAFTA

(CHINA ASEAN FREE TRADE

AREA) TERHADAP PERDAGANGAN JERUK

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH: MARIA GULTOM

080304025 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS DAMPAK CAFTA

(CHINA ASEAN FREE TRADE

AREA) TERHADAP PERDAGANGAN JERUK

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH: MARIA GULTOM

080304025 AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Sebagai Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

( Dr. Ir. Tavi Supriana, MS ) ( Dr. Ir. Salmiah, M.Si ) NIP. 1964 1102 198903 2 001 NIP. 1957 0217 198603 2 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

MARIA GULTOM: Analisis Dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap Perdagangan Jeruk Sumatera Utara, dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, Msi.

Perkembangan perdagangan internasional sekarang mengarah pada perdagangan bebas, salah satunya adalah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area). Dalam CAFTA disepakati tiga tahap penurunan tarif, salah satunya adalah

Early Harvest Programme (EHP) yang mencakup produk buah-buahan seperti jeruk. Dalam perjanjian ini, jeruk dari negara-negara anggota CAFTA bebas masuk ke Indonesia dan begitu juga sebaliknya. Untuk itu, penelitian ini telah dilakukan di provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu sentra produksi jeruk di

Indonesia yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap perdagangan jeruk di Sumatera Utara

dengan menganalisis data sebelum CAFTA (1999-2004) dan sesudah CAFTA (2005-2010) dianalisis dengan menggunakan Uji t berpasangan memakai alat

SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA mengalami defisit dimana nilai impor lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor. (2) Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada volumer jeruk ekspor Sumatera Utara dan harga jeruk ekspor sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area). Terdapat perbedaan yang nyata pada volumer jeruk impor Sumatera Utara, harga jeruk impor Sumatera Utara dan harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).

(4)

RIWAYAT HIDUP

Maria Gultom, lahir tanggal 11 Agustus 1989 di Sitalaseak, Kabupaten Samosir, merupakan anak dari Bapak Josep Gultom dan Ibu Mardiana Parhusip. Penulis adalah anak keempat dari enam bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: pada tahun 1996 masuk sekolah dasar di SD St. Paulus Onanrunggu taamat tahun 2002. Kemudian tahun 2002 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Bakti Mulia Onanrunggu tamat tahun 2005. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU St. Thomas 2 Medan tamat tahun 2008 dan pada tahun yang sama diterima melalui Ujian Masuk Bersama (UMB) di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan antara lain, Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), Paduan Suara Gloria UKM KMK St. Albertus Magnus USU.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat serta syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerah-Nya, yang memberikan pertolongan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap Perdagangan Jeruk Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

• Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, Msi selaku anggota komisi pembimbing, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini,

• Ibu Dr. Ir. Salmiah, Msi selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP-USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, Mec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah memberikan kemudahan dalam hal perkuliahan dan kegiatan di kampus,

• Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis dalam masa perkuliahan, dan

• Seluruh Pegawai Program Studi Agribisnis FP-USU khususnya Kak Lisbet, Kak Yani dan Kak Runi yang membantu penulis dalam administrasi kampus.

(6)

kakanda Ice Vanny Gultom, Amd, kakanda Sr. Maria Juwita Gultom, adinda Jojor Pretty Gultom dan adinda Ivan Flobert Gultom yang juga memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

Penulis juga berterimakasih kepada semua teman-teman Stambuk 2008 Agribisnis tanpa terkecuali, yang menjadi inspirasi selama penulis menjalani perkuliahan. Secara khusus kepada sahabat-sahabat saya, Betharia, Theresia, Monika, Dewi, Veralina, Ririn, Roima, Marthin, Frandi dan Manro untuk setiap evaluasi, saran, dan doa yang diberikan kepada penulis. Terima kasih untuk teman-teman Paduan Suara Gloria UKM KMK St. Albertus Magnus USU, IMK FP USU yang menjadi sahabat dalam pertumbuhan rohani penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2013

(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 6

Tujuan Penelitian ... 6

Kegunaan Penelitian... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 7

Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 11

Kerangka Pemikiran ... 15

METODE PENELITIAN ... 18

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

Metode Pengumpulan Data ... 19

Metode Analisis Data ... 19

Defenisi dan Batasan Operasional ... 21

Definisi ... 21

Batasan Operasional ... 22

(8)

Kondisi Penduduk Provinsi Sumatera Utara ... 25

Perkembangan Tanaman Jeruk Sumatera Utara ... 29

Deskripsi Variabel yang Diteliti... 30

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara ... 36

Kondisi Perdagangan Jeruk Sumatera Utara ... 39

Volume Jeruk Impor Sumatera Utara ... 39

Harga Jeruk Impor Sumatera Utara... 41

Volume Ekspor Jeruk Sumatera Utara ... 42

Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara ... 44

Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara ... 46

KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

Kesimpulan ... 48

Saran ... 48

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1 Volume Impor Buah dari Negara China - ASEAN 3 2 Volume Jeruk Impor Indonesia Tahun 2000-2011 (Triwulan I) 4 3 Produksi Jeruk menurut Provinsi Tahun 2010 18 4 Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2006-2010 (Jiwa)

26 5 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2010

28 6 Perkembangan Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Jeruk

Tahun 1997 - 2010 Provinsi Sumatera Utara

29 7 Perkembangan Ekspor Jeruk Tahun 1997 - 2010 Provinsi

Sumatera Utara

31 8 Perkembangan Impor Jeruk Tahun 1997 - 2010 Provinsi

Sumatera Utara

33 9 Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA 36 10 Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sesudah CAFTA 37 11 Kondisi Volume Impor Jeruk Sumatera Utara 39 12 Hasil Uji Beda Rata-rata untuk Volume Jeruk Impor Sumatera

Utara

40 13 Harga jeruk Impor Sebelum dan Sesudah CAFTA 41 14 Hasil Uji Beda Rata-rata untuk Harga Jeruk Impor Sumatera

Utara

41 15 Volume Ekspor Jeruk Sebelum dan Sesudah CAFTA 42 16 Hasil Uji Beda Rata-rata untuk Volume Jeruk Ekspor Sumatera

Utara

43 17 Harga jeruk Ekspor Sebelum dan Sesudah CAFTA 44 18 Hasil Uji Beda Rata-rata untuk Harga Jeruk Ekspor Sumatera

Utara

45 19 Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah

CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

46 20 Hasil Uji Beda Rata-rata untuk Harga Jeruk Domestik Sumatera

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1 Perkembangan Impor Jeruk Indonesi Tahun 2000-2011 (Triwulan I)

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Data Ekspor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1997-2010 2 Data Impor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1997-2010

3 Data Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara tahun 1997-2010 4 Data Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA

(China ASEAN Free Trade Area)

5 Data Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

6a

Statistik Volume Jeruk Impor Sumatera Utara

Koefisien Korelasi Volume Jeruk Impor Sumatera Utara Nilai Signifikansi Volume Jeruk Impor Sumatera Utara Statistik Harga Jeruk Impor Sumatera Utara

Koefisien Korelasi Harga Jeruk Impor Sumatera Utara Nilai Signifikansi Harga Jeruk Impor Sumatera Utara Statistik Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Koefisien Korelasi Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara Nilai Signifikansi Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara Statistik Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Koefisien Korelasi Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara Nilai Signifikansi Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara Statistik Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara

(12)

ABSTRAK

MARIA GULTOM: Analisis Dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap Perdagangan Jeruk Sumatera Utara, dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, Msi.

Perkembangan perdagangan internasional sekarang mengarah pada perdagangan bebas, salah satunya adalah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area). Dalam CAFTA disepakati tiga tahap penurunan tarif, salah satunya adalah

Early Harvest Programme (EHP) yang mencakup produk buah-buahan seperti jeruk. Dalam perjanjian ini, jeruk dari negara-negara anggota CAFTA bebas masuk ke Indonesia dan begitu juga sebaliknya. Untuk itu, penelitian ini telah dilakukan di provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu sentra produksi jeruk di

Indonesia yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) terhadap perdagangan jeruk di Sumatera Utara

dengan menganalisis data sebelum CAFTA (1999-2004) dan sesudah CAFTA (2005-2010) dianalisis dengan menggunakan Uji t berpasangan memakai alat

SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA mengalami defisit dimana nilai impor lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor. (2) Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada volumer jeruk ekspor Sumatera Utara dan harga jeruk ekspor sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area). Terdapat perbedaan yang nyata pada volumer jeruk impor Sumatera Utara, harga jeruk impor Sumatera Utara dan harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan perdagangan internasional yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir mengarah pada bentuk perdagangan bebas yang disertai dengan berbagai bentuk kerjasama bilateral, regional dan multilateral. Seperti halnya dengan CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) yang telah disetujui yaitu perdagangan bebas antara Indonesia dengan China. Sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004 tentang Pengesahan Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the Associaton of Southeast Asean Antions and the People’s

Republic of China (Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional, 2010).

(14)

Menurut Kuncoro (2012), China ASEAN Free Trade Area (CAFTA) digagas dan diberlakukan sebagai kerjasama perdagangan dan ekonomi antara negara-negara ASEAN dan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dan menghilangkan atau mengurangi perdagangan barang (tarif maupun non tarif), peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak CAFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN-China sepakat untuk menurunkan dan menghapus tarif berdasarkan 3 tahap yaitu (1) Early Harvest Programme (2) Normal Track Programme (3) Senscitive Track yang meliputi Sensitive List dan Highly Sensitive List.

Dalam Direktorat Jenderal Perdagangan Indonesia (2005) dijelaskan bahwa EHP adalah tahapan awal liberalisasi CAFTA yang terdiri dari penghapusan tarif antara produk negara ASEAN dengan produk China dan sebaliknya untuk delapan jenis produk yang terdiri dari produk hewan hidup (live animals), daging dan jeroan yang bisa dimakan (meat and edible meat and offal), ikan termasuk udang (fish), produk susu (dairy products), produk hewan lainnya (other animal products), tanaman hidup (live trees), sayur (edible vegetables) dan produk buah serta kacang-kacangan (edible fruits and nuts) dengan pengecualian untuk jagung manis (sweet corn). Liberalisasi dilakukan bertahap dimulai dari tahun 2004 dan mencapai penghapusan tarif untuk kedelapan produk tersebut di tahun 2006.

(15)

Buah-buahan merupakan salah satu dari produk Early Harvest Package (EHP) yang ditetapkan dalam perdagangan bebas China ASEAN. Keunggulan buah impor adalah harga buah impor yang bersaing dengan harga buah dalam negeri, kepraktisan dalam mengkonsumsi dan banyak buah impor yang mempunyai penampilan yang lebih menggoda konsumen untuk membayar. Selain itu, konsistensi rasa dari buah impor menyebabkan konsumen setia membeli buah impor. Buah impor yang paling banyak masuk ke Indonesia adalah apel, pir, jeruk Mandarin, lengkeng dan jeruk.

Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 setelah penghapusan tarif dalam EHP disajikan volume impor buah Indonesia dari negara China ASEAN disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Volume Impor Buah Indonesia dari negara China ASEAN Tahun Apel (kg) Pir (kg) Jeruk (kg) Jeruk

Mandarin (kg)

Lengkeng (kg)

2006 83.168.231 76.531.309 7.260.466 52.281.154 45.417.363 2007 109.428.933 90.714.332 10.433.578 77.196.089 49.770.232 2008 10.7361.626 82.846.395 14.123.736 100.406.177 40.696.597

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008

(16)

Secara lebih rinci impor jeruk Indonesia dapat dilihat pada tabel 2. Berikut ini:

Tabel 2. Volume jeruk impor Indonesia Tahun 2000-2011 (Triwulan I) Tahun 2003 32.804.620 29.131.134 -24,93 2004 43.416.631 24.803.365 13,92 2005 53.658.734 23.913.452 10,55 2006 68.535.374 48.518.411 12,17 2007 89.125.467 73.851.400 13,059 2008 109.598.159 94.298.946 10,30 2009 188.956.251 166.834.494 26,58 2010 160.254.789 143.392.444 -8,22 2011 115.716.077 104.591.250 -16,14

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011

(17)

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 1. Perkembangan Impor Jeruk Indonesia Tahun 2000 – 2011 (Triwulan I)

Dari penjelasan di atas, umumnya volumer jeruk impor Sumatera Utara setelah pelaksanaan CAFTA meningkat. Kebijakan CAFTA ini memberikan dampak pada perdagangan jeruk Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana dampak CAFTA terhadap perdagangan jeruk Sumatera Utara dimana provinsi ini merupakan salah satu sentra produksi jeruk di Indonesia.

0 20000000 40000000 60000000 80000000 10000000 12000000 14000000 16000000 18000000 20000000

(18)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)?

2. Bagaimana volume jeruk impor, harga jeruk impor, harga jeruk lokal, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor sebelum dan sesudah adanya CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk:

1. Untuk mengetahui neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA.

2. Untuk mengetahui bagaimana volume jeruk impor, harga jeruk impor, harga jeruk lokal, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor Sumatera Utara sebelum dan sesudah adanya CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui dampak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).

(19)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka Tanaman Jeruk

Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak digemari oleh masyarakat kita. Buah jeruk selalu tersedia pada sepanjang tahun, karena tanaman jeruk tidak mengenal musim berbunga yang khusus. Di samping itu, tanaman jeruk dapat ditanam di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman jeruk juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia (AAK, 1994).

Jeruk terdiri dari berbagai varietas yang mempunyai arti penting dari segi ekonomis. Berdasarkan karakteristik (bentuk, sifat fisik buah, dan manfaatnya), jeruk yang dibudidayakan di Indonesia dapat dibagi menjadi enam golongan besar, yakni: jeruk keprok (Citrus nobilis L.), jeruk siem (Citrus microcarpa),

jeruk manis (Citrus aurantium), jeruk besar (Citrus maximamus Herr), jeruk sayur/bumbu, dan jeruk lainnya (Soelarso, 1996).

(20)

Sentra produksi tanaman jeruk di Indonesia antara lain NAD (Nanggroe Aceh Darussalam), Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan (Rahardi,dkk, 2007).

Di provinsi Sumatera Utara sendiri, sentra produksi jeruk ialah kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Selatan. Kabupaten Karo merupakan sentra produksi utama komoditi jeruk di Sumatera Utara. Varitas jeruk yang ditanam di Kabupaten Karo sekarang ini adalah jenis Siam, Washington, Sunkist, Padang, Siam Madu dan sebagainya. Jenis yang disukai oleh konsumen lokal adalah varitas Siam Madu sehingga varitas jeruk ini mendominasi penanaman jeruk di Kabupaten Kar

Jeruk siam madu ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : manis, bentuk bulat atau oval, tebal kulit 2 – 4 mm, warna lapisan dalam kuning, diameter jeruk 5 – 7 cm, dan beratnya 90 – 225 gram, ketahanan 8 – 10 hari setelah masa panen, umur tanaman 4 – 9 tahun dan Komoditi ini telah diekspor ke negara-negara tetangga dan saat sekarang ini dijual kepada masyarakat lokal dan domestik. Daerah pemasaran utama komoditi ini adalah Pulau Batam, Jakarta dan Bandung

Proses Terjadinya CAFTA

(21)

ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak CAFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China.

Dalam Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional (2010) dijelaskan bahwa dalam membentuk CAFTA, para Kepala Negara Anggota ASEAN dan China telah menandatangani ASEAN - China Comprehensive Economic Cooperation pada tanggal 6 Nopember 2001 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam. Sebagai titik awal proses pembentukan CAFTA para Kepala Negara kedua pihak menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation between the ASEAN and People’s

Republic of China di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 Nopember 2002. Protokol perubahan Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 6 Oktober 2003, di Bali, Indonesia. Protokol perubahan kedua Framework Agreement ditandatangani pada tanggal 8 Desember 2006.

(22)

Menurut Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional (2010), Indonesia sendiri membuat peraturan-peraturan nasional terkait CAFTA antara lain:

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004 tentang Pengesahan Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-operation between the Associaton of Southeast Asean Antions

and the People’sRepublic of China.

2. Keputusan Menteri Keuangan Republi Indonesia Nomor 355/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dalam rangka Early Harvest Package ASEAN-China Free Trade Area.

3. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 57/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN- China Free Trade Area.

4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 21/PMK.010/2006 tanggal 15 Maret 2006 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka

Normal Track ASEAN-China Free Trade Area.

5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 04/PMK.011/2007 tanggal 25 Januari 2007 tentang Perpanjangan Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN-China Free Trade Area.

(23)

7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 235/PMK.011/2008 tanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area.

Landasan Teori

Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suat

(24)

Perdagangan Bebas

Perdagangan bebas adalah bentuk integrasi ekonomi yang lebih tinggi dimana semua hambatan perdagangan tarif maupun nontarif di antara negara-negara telah dihilangkan sepenuhnya, namun masing-masing negara-negara anggota tersebut masih berhak untuk menentukan sendiri apakah mereka hendak mempertahankan atau menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkannya terhadap negara-negara luar yang bukan anggota. Perdagangan internasional sebagai perdagangan bebas (free trade) akan memberikan pengaruh menguntungkan bagi pihak produsen dan bahkan konsumen itu sendiri. Bagi produsen dengan pola produksi advantage akan mendapatkan keuntungan berupa kenaikan atau selisih harga barang yang berlaku di pasar domestik dengan pasar internasional dikalikan dengan jumlah barang yang diekspor (producer surplus). Akan tetapi produsen bagi negara yang disadvantage berupa kerugian, yaitu jumlah produksi di dalam negeri akan berkurang sebagai suatu konsekuensi (producer loss) (Nasution dan Arifin, 2008).

Ekspor dan Impor

(25)

umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima (Ratnasari, 2012).

Dalam kegiatan ekspor dan impor ini dikenal neraca perdagangan. Neraca perdagangan adalah daftar perdagangan barang dan jasa suat negara lain dalam jangka waktu satu tahun. Neraca Perdagangan memperlihatkan selisih nilai ekspor denga ekspor maka neraca perdagangan dinyatakan aktif (surplus), namun apabila nilai ekspor lebih kecil dari nilai impor maka neraca perdangan dinyatakan pasif (defisit) yang artinya negara tersebut sedang memiliki hutang luar negeri. Neraca perdagangan juga menyimpan negara tujuan ekspor dan negara asal impor (Nasution dan Arifin, 2008).

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang terkait dengan dampak China ASEAN Free Trade Area

(26)

Aziz (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Impor Beras serta Pengaruhnya terhadap Harga Beras dalam Negeri. Hasil penelitiannya bahwa impor beras Indonesia periode sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga beras dalam negeri dengan pengaruh negatif. Artinya semakin besar jumlah beras impor yang masuk, maka harga beras dalam negeri akan semakin turun. Respon harga beras terhadap impor beras periode sebelumnya adalah inelastis, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

(27)

Kerangka Pemikiran

CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) adalah sebuah kesepakatan antar negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dan menghilangkan atau mengurangi perdagangan barang (tariff maupun non tariff), peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak CAFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam perdagangan bebas China ASEAN ini telah disepakati tarif 0% untuk produk kategori Early Harvest Package dimana salah satunya adalah komoditi buah-buahan. Dengan pemberlakuan Early Harvest Package ini maka buahan dari anggota CAFTA bebas masuk ke Indonesia. Produk buah-buahan juga bebas masuk (ekspor) ke negara anggota CAFTA.

(28)

Ekspor Impor Jeruk

Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran penelitian ini:

Kererangan: Menyatakan hubungan (alur koordinasi)

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

CAFTA

Neraca

Perdagangan Jeruk

Volume jeruk impor

Harga jeruk impor Harga jeruk impor

Volume jeruk impor Neraca

Perdagangan Jeruk

Volume Jeruk ekspor Volume jeruk ekspor

Harga jeruk ekspor

Harga jeruk ekspor

Harga jeruk domestik Harga jeruk domestik

(29)

Hipotesis

(30)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja yaitu di provinsi Sumatera Utara adalah sentra produksi jeruk terbesar di Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Jeruk Menurut Provinsi Tahun 2010

No Provinsi Produksi (ton)

1 Aceh 21.238

2 Sumatera Utara 788.748

3 Sumatera Barat 31.740

4 Riau 11.137

5 Jambi 52.212

6 Sumatera Selatan 49.763

7 Bengkulu 7.068 19 Nusa Tenggara Timur 24.149 20 Kalimantan Barat 146.690 21 Kalimantan Tengah 7.551 22 Kalimantan Selatan 106.233 23 Kalimantan Timur 10.744

24 Sulawesi Utara 1.868

25 Sulawesi Tengah 28.406 26 Sulawesi selatan 31.334 27 Sulawesi Tenggara 98.556

28 Gorontalo 1.010

(31)

30 Maluku 16.442

31 Papua 946

32 Papua Barat 7.256

Indonesia 2.028.904

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2011

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series selama periode tahun 1998 sampai dengan tahun 2011. Data yang akan digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari insatansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Biro Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara , Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara serta instansi terkait lainnya ditambah dengan literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk masalah (1) digunakan analisis deskriptif dengan menjelaskan neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA dan sesudah CAFTA dengan menggunakan grafik.

(32)

Untuk melihat perbedaan volume jeruk impor, harga jeruk impor, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor dan harga jeruk domestik sebelum dan sesudah CAFTA dapat menggunakan uji statistik t-hitung berpasangan dengan formulasinya sebagai berikut:

t hitung = ���−��

/√��;��=� −1

Dimana:

d = rata-rata volume jeruk impor, harga jeruk impor, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor dan harga jeruk domestik sesudah pelaksanaan CAFTA do = rata-rata volume jeruk impor, harga jeruk impor, volume jeruk ekspor,

harga jeruk ekspor dan harga jeruk domestik sebelum pelaksanaan CAFTA

Sd = standar deviasi n = jumlah bservasi db = Derajat bebas (Walpole, 1997)

Hipotesis menunjukkan adanya perbedaan volume jeruk impor, harga jeruk impor, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor dan harga jeruk domestik sebelum dan sesudah pelaksanaan CAFTA. Hipotesis tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

H0: µ1 = µ2 H1: µ1 ≠ µ2 Dimana:

(33)

µ2 = volume jeruk impor, harga jeruk impor, volume jeruk ekspor, harga jeruk ekspor dan harga jeruk domestik sesudah pelaksanaan CAFTA. Kriteria uji:

Jika t-hitung ≤ t-tabel, H0 diterima, H1

Jika t-hitung > t-tabel, H

ditolak.

0 ditolak, H1

Penggunaan α = 0,05 dalam uji statistik t-hitung sesuai dengan kebutuhan peneliti, bahwa dalam penelitian sosial, besarnya alpha yang digunakan dapat bernilai satu persen atau lima persen. Penentuan besarnya alpha tersebut tergantung kepada peneliti (Usman dan Akbar, 2008).

diterima.

Defenisi dan Batasan Operasional Definisi

1. CAFTA (China ASEAN Free Trade Area ) adalah sebuah kesepakatan antar negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dan menghilangkan atau mengurangi perdagangan barang (tariff maupun non tariff), peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak CAFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2. Perdagangan jeruk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ekspor dan impor jeruk segar Sumatera Utara.

(34)

5. Harga jeruk ekspor adalah harga jeruk yang diekspor yang dikonversikan dalam rupiah.

6. Volumer jeruk ekspor adalah jumlah seluruh ekspor jeruk Sumatera Utara yang dinyatakan dalam satuan kg.

7. Harga jeruk domestik adalah harga jeruk Sumatera Utara dalam satuan Rupiah/kilogram.

Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah Provinsi Sumatera Utara. 2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2012.

(35)

DESKRIPSI WILAYAH

Gambaran Umum Wilayah Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1º - 4º Lintang Utara dan 98º - 100º Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh, sebelah Timur dengan negara Malaysia di Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2 , sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, pulau-pulau batu serta beberapa pulau kecil di bagian barat maupun di bagian timur pantai pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,24 persen dari total luas Sumatera Utara, diikuti kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km2 atau 8,74 persen, kemudian kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km2 atau sekitar 6,09 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77 km2

(36)

Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Barat, Kabupaten Samosir dan Kota Pematang Siantar.

Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjung Balai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai.

Iklim

Karena dekat dengan garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,2 º C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, ebriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 20º C.

(37)

Kondisi Penduduk Provinsi Sumatera Utara

Penduduk Sumatera Utara tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 berjumlah 12,98 juta jiwa, atau 5,46 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 237,64 juta jiwa dan merupakan urutan terbesar keempat secara nasional. Sedangkan tahun 2011 penduduk Sumatera Utara mencapai 13,10 juta jiwa, ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk bertambah sebesar 120 ribu jiwa dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,92 persen.

(38)

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2010 (Jiwa)

Kabupaten/Kota 2006 2007 2008 2009 2010

01. N i a s 442.019 442.548 443.492 444.502 131.377

02. Mandailing Natal 413.750 417.590 423.712 429.889 404. 945

03. Tapanuli Selatan 629.212 637.312 263.812 265.855 263.815

04. Tapanuli Tengah 297.843 305.922 314.632 323.563 311.232

05. Tapanuli Utara 256.444 263.750 267.595 271.474 279.257

06. Toba Samosir 169.116 169.299 171.833 174.453 173.129

07. Labuhan Batu 987.157 1.007.185 1.027.964 417.584 415.110

08. A s a h a n 1.038.554 676.605 688.529 700.606 668.272

09. Simalungun 841.198 846.329 853.112 859.879 817.720

10. D a i r i 267.629 268.780 271.983 273.851 270.053

11. K a r o 342.555 351.368 360.880 370.619 350.960

12. Deli Serdang 1.634.115 1.686.366 1.738.431 1.788.351 1.790.431

13. L a n g k a t 1.013.849 1.027.414 1.042.523 1.057.768 967.535

14. Nias Selatan 271.026 271.944 272.848 273.733 289.708

15. Humbang Hasundutan 152.757 153.837 155.290 158.070 171.650

16. Pakpak Bharat 34.822 38.726 41.062 42.814 40.505

17. Samosir 130.662 131.205 131.549 132.023 119.653

18. Serdang Bedagai 605.630 618.656 630.728 642.983 594.383

19. Batu Bara x 373.836 382.474 389.510 375.885

27. Tanjungbalai 156.475 159.932 163.679 167.500 154.445

28. Pematangsiantar 235.372 236.607 238.773 240.939 234.698

29. Tebing Tinggi 137.959 139.409 141.059 142.717 145.248

30. M e d a n 2.067.288 2.083.156 2.102.105 2.121.053 2.097.610

31. B i n j a i 244.256 248.256 252.652 257.105 246.154

32. Padangsidimpuan 181.865 185.132 188.499 191.912 191.531

33. Gunung Sitoli x x x x 126.202

Jumlah/Total

12.643.494 12.834.371 13.042.317 13.248.38

6 12.982.204 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2011

(39)

penurunan sebesar 2 persen. Ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi.

Dari Tabel 4. dapat dilihat ada daerah yang jumlah penduduknya yang semakin berkurang yaitu Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Asahan. Penurunan jumlah penduduk yang paling tinggi di Kabupaten Labuhan Batu adalah pada tahun 2009 yaitu menjadi 417.584 jiwa ini berkurang 59,37 persen dari tahun 2008. Penurunan jumalah penduduk yang paling tinggi Kabupaten Asahan adalah pada tahun 2007 yaitu menjadi 676.605 jiwa ini berkurang 34,85 persen dari tahun 2006.

(40)

Tabel 5. Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010

Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

(41)

adalah 6.483.354 jiwa (49,94 persen) dan perempuan adalah 6.498.850 jiwa (50,06 persen). Rasio jenis kelamin di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 adalah 99,76 persen ini menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki.

Perbandingan rasio jenis kelamin antara kabupaten/kota dapat dilihat bahwa terdapat 14 kabupaten/kota yang memiliki rasio jenis kelamin di atas 100 sedangkan sisanya berada di bawah 100. Rasio jenis kelamin terbesar adalah Kabupaten Labuhan Batu Selatan (104,31 persen) diikuti oleh Kabupaten Labuhan Batu (102,31 persen), dan Kabupaten Labuhan Batu Utara (102,21 persen).

Perkembangan Tanaman Jeruk Sumatera Utara

Tanaman jeruk tersebar di wilayah Indonesia khususnya Provinsi Sumatera Utara sebagai sentra produksi. Perkembangan tanaman jeruk di Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perkembangan Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Jeruk Tahun 1997 – 2010 Provinsi Sumatera Utara

Tahun Produksi (ton) Luas Lahan (Ha) Produktivitas (ton/Ha)

2000 18.692,6 6.219 3,07

(42)

Dari Tabel 6. dapat dilihat bahwa produksi jeruk pada tahun 2000 sebanyak 113.229 ton kemudian pada tahun 2001 turun menjadi 110.763 ton. Pada tahun 2002 sampai tahun 2006 produksi jeruk Sumatera Utara mengalami peningkatan dan selanjutnya pada tahun 2007 dan 2010 produksi jeruk mengalami penurunan yang cukup signifikan. Luas lahan jeruk Sumatera Utara dari tahun Luas lahan tanaman jeruk pada tahun 2000 sampai tahun 2004 mengalami peningkatan yaitu 6.573 Ha pada tahun 2000 meningkat menjadi 14.058 Ha pada tahun 2004. Namun pada tahun 2005, luas lahan menurun menjadi 12.920 Ha dan meningkat kembali pada tahun 2006 menjadi 20.742 Ha. Pada tahun 2007 samapi 2010, luas lahan tanaman jeruk mengalami penurunan.

Deskripsi Variabel yang Diteliti

Pada bagian ini akan membahas perkembangan ekspor dan impor jeruk Sumatera Utara. Perkembangan yang diamati dalam jangka waktu sekitar empat belas tahun, mulai tahun 1998 sampai dengan tahun 2011.

Perkembangan Ekspor dan Impor Jeruk Sumatera Utara Ekspor Jeruk

(43)

Tabel 7. Perkembangan Ekspor Jeruk tahun 1998 – 2011 Provinsi Sumatera

Total 2.155.565 1.221.364

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 1 diolah), 2012

Dari tabel 7. dapat dilihat bahwa ekspor jeruk pada tahun 1998 yaitu sebanyak 419.047 kg dan menurun pada tahun 1999 menjadi 390.049 kg dan pada tahun 2000 yaitu menjadi 49.844 kg kemudian pada tahun 2001 meningkat menjadi 77.759 kg dan meningkat pada tahun 2002 menjadi 138.162 kg. Pada tahun 2003, ekspor jeruk Sumatera Utara mengalami penurunan sebanyak 49,33% menjadi 68.165 kg dan tahun 2004 meningkat menjadi 617.050 kg dan menurun kembali pada tahun 2005 menjadi 307.776 kg. Pada tahun 2006 sampai tahun 2011 mengalami penurunan sehingga pada tahun 2011 mencapai 984 kg. Jumlah ekspor jeruk Sumatera Utara yang tertinggi adalah pada tahun 2004 yaitu sebanyak 617.050 kg dan jumlah ekspor yang paling rendah adalah 164 kg.

(44)

Gambar 3. Grafik Ekspor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1998 – 2011

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa ekspor jeruk Sumatera Utara setelah diberlakukannya EHP dalam CAFTA mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelum dilaksanakannya CAFTA. Hal ini disebabkan kualitas produksi jeruk lokal belum sesuai yang diinginkan pasar ekspor seperti besar dan warna buah yang tidak seragam atau jauh berbeda dengan produksi jeruk dari luar negeri.

Impor Jeruk

Volume impor jeruk Sumatera Utara sangat berfluktuatif selama kurun waktu 1998 sampai 2011. Volume eksopr jeruk Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Tahun

Volume jeruk ekspor (kg)

(45)

Tabel 8. Perkembangan Impor Jeruk tahun 1998 – 2011 Provinsi Sumatera

2009 1.355.371 1.110.170

2010

Total 15.537.720 10.156.580

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 2 diolah), 2012

(46)

Untuk lebih jelasnya impor jeruk Sumatera Utara dapat disajikan pada grafik di bawah ini:

Gambar 4. Grafik Impor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1997 – 2010 0

500000 1000000 1500000 2000000 2500000

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Tahun

Volume jeruk impor (kg)

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara

a. Sebelum CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

Nilai ekspor dan impor jeruk Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 9. berikut ini:

Tabel 9. Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA

Tahun Nilai Ekspor Jeruk US $) Nilai Impor Jeruk (US $) Selisih

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2005 (Lampiran 4 dolah)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5. berikut:

Gambar 5. Neraca Perdagangan Sumatera Utara Sebelum CAFTA

Berdasarkan Tabel 9. dan Gambar 5. dapat dijelaskan bahwa neraca

0

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

(48)

jeruk lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor jeruk setiap tahun. Dapat dilihat bahwa sebelum CAFTA, Sumatera Utara mengalami defisit dalam perdagangan jeruk.

b. Sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

Nilai ekspor dan impor jeruk Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara Setelah CAFTA Tahun Nilai Ekspor Jeruk (US $) Nilai Impor Jeruk (US $) Selisih

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 (Lampiran 5 diolah)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 6. Neraca Perdagangan Sumatera Utara Sesudah CAFTA

Dari Tabel 10. dan Gambar 6. dapat dilihat bahwa neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara setelah pelaksanaan CAFTA selalu mengalami defisit

0

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Tahun

(49)

dimana nilai impor Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor jeruk Sumatera Utara.

Kondisi Perdagangan Jeruk Sumatera Utara Volume Jeruk Impor Sumatera Utara

Volume jeruk impor Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 11. ini:

Tabel 11. Kondisi Volume Jeruk Impor Sumatera Utara Tahun

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 2 diolah)

Dari Tabel 11. dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan volume impor jeruk Sumatera Utara sebelum persetujuan CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

(50)

untuk jeruk menjadi 0% mulai tahun 2005 sampai sekarang sehingga impor buah bebas masuk ke Indonesia dan Sumatera Utara.

Tabel 12. Hasil Uji beda rata-rata berpasangan untuk volume jeruk impor Sumatera Utara

Sumber:Lampiran 6a, 6b, 6c (diolah)

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa terjadi peningkatan volume impor jeruk Sumatera Utara antara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) yaitu sebesar 25,54 %. Dan untuk mengetahui apakah volume impor jeruk sebelum dan sesudah CAFTA tersebut berbeda nyata atau tidak, maka dilakukan pengujian dengan uji beda rata-rata berpasangan dan dapat dilihat hasilnya seperti pada Tabel 12.

Pada Tabel 12. dapat dilihat bahwa nilai signifikansi volume impor jeruk sebelum CAFTA dan volume impor jeruk sesudah CAFTA sebesar 0,010 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara volume impor sebelum CAFTA dan volume impor sesudah CAFTA.

(51)

Harga Jeruk Impor Sumatera Utara

Tabel 13. Harga jeruk impor sebelum dan sesudah CAFTA

Tahun

Sumber: Badan Pusat Statistik (Lampiran 2 diolah)

Dari Tabel 13. dapat dilihat bahwa rata-rata harga jeruk impor sebelum CAFTA yaitu sebesar Rp. 4.140,- /kg dan setelah CAFTA, rata-rata harga jeruk impor adalah Rp. 7.067,-/kg. Rata-rata harga setelah CAFTA lebih mahal dibandingkan dengan harga jeruk impor sesudah CAFTA. Harga jeruk impor yang diperoleh disebabkan oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dolar (US $) yang berfluktuatif setiap tahunnya.

Dan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata antara harga jeruk impor sebelum dan sesudah perjanjian CAFTA, maka dilakukan pengujian dengan uji beda rata-rata berpasangan, dan dapat dilihat hasilnya pada Tabel 14.

(52)

Dari Tabel 14. terlihat bahwa nilai signifikansi harga jeruk impor sebelum CAFTA dan harga jeruk impor sesudah CAFTA sebesar 0,004 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara harga jeruk impor sebelum CAFTA dan harga jeruk impor sesudah CAFTA.

Hal ini juga dapat dibuktikan dengan pengujian t-hitung. Dari Tabel 12. diperoleh nilai t-hitung sebesar 4,633 dan dari Tabel distribusi t didapat t-Tabel sebesar 2,447 dimana t-hitung > t-Tabel (4,326 > 2,447). Maka terdapat perbedaan antara harga jeruk impor sebelum CAFTA dengan harga jeruk impor sesudah CAFTA,

Volume Ekspor Jeruk Sumatera Utara

Volume ekspor jeruk dibuat setiap tahun. Untuk volume ekspor jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara Sebelum dan Sesudah CAFTA

Tahun

Volume Jeruk Ekspor Sebelum

CAFTA (kg) Tahun

Total 1.760.076 395.489

Rataan 251.439,43 56.498,43

(53)

Dari Tabel 15. dapat dilihat bahwa penurunan yang cukup signifikan terjadi dalam jumlah rata-rata ekspor jeruk Sumatera Utara antara sebelum dan sesudah persetujusn CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).

Tabel 16. Hasil Uji beda rata-rata berpasangan untuk volume jeruk ekspor Sumatera Utara

Sumber: Lampiran 8 (diolah)

Dari Tabel 16. Dapat dilihat bahwa nilai signifikansi volume ekspor jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA dan volume ekspor jeruk Sumatera Utara sesudah CAFTA sebesar 0,047 < 0,05 . Ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara volume ekspor jeruk sebelum CAFTA dengan volume ekspor jeruk sesudah CAFTA.

(54)

Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Tabel 17. Harga jeruk ekspor Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA

Tahun

Harga Jeruk Ekspor

Sebelum CAFTA (Rp/Kg) Tahun

Harga Jeruk Ekspor Sesudah CAFTA (Rp/kg)

1998 5.005,28 2005 4.261,78 1999 3.360,04 2006 2.028,70 2000 2.838,21 2007 6.307,14 2001 2.633,20 2008 24.849,27 2002 3.594,08 2009 3.996,75 2003 2.085,95 2010 5.691,50 2004 7.194,75 2011 12.122,57

Total 26.711,51 59.257,71

Rataan 3.815,93 8.465,39

Sumber: Badan Pusat Statistik (Lampiran 1 diolah)

Dari Tabel 17. dapat dilihat bahwa rata-rata harga jeruk ekspor sebelum CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) adalah Rp. 3.816 sedangkan rata-rata harga jeruk ekspor setelah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) adalah Rp. 8.465. Perbedaan rata-rata harga ini disebabkan oleh nilai tukar Rupiah terhadap US $ setiap tahunnya berfluktuasi sehingga harga juga begitu karena harga diperoleh dengan mengalikan nilai ekspor (US $) dengan kurs Rupiah.

(55)

Tabel 18. Hasil Uji beda rata-rata berpasangan untuk harga jeruk ekspor

Sumber: Lampiran 9 (diolah)

Pada Tabel 18. dapat dilihat bahwa nilai signifikansi harga jeruk ekspor sebelum CAFTA dan sesudah CAFTA sebesar 0.180 > 0,05. Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara harga jeruk ekspor sebelum CAFTA dengan harga jeruk ekspor setelah CAFTA.

(56)

Kondisi Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara

Tabel 19. Harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

Tahun

Harga Jeruk EKspor

Sebelum CAFTA (Rp/Kg) Tahun

Harga Jeruk Ekspor

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 3 diolah)

Dari Tabel 19. dapat dilihat bahwa rata-rata harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) adalah sebesar Rp. 3.955 sedangkan rata-rata harga jeruk domestik Sumatera Utara setelah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area) adalah sebesar Rp. 6.031.

Tabel 20. Hasil Uji beda rata-rata berpasangan untuk harga jeruk ekspor Sumatera Utara

Sumber:Lampiran 10a, 10b, 10c (diolah)

(57)

Sumatera Utara sebelum CAFTA dengan harga jeruk domestik Sumatera Utara sesudah CAFTA.

(58)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA mengalami defisit dimana nilai impor lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor.

2. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada harga ekspor jeruk Sumatera Utara Free Trade Area). Terdapat perbedaan yang nyata pada volume impor jeruk Sumatera Utara, harga jeruk impor Sumatera Utara, volume ekspor jeruk dan harga jeruk domestik Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area).dan harga jeruk ekspor sebelum dan sesudah CAFTA (China ASEAN Free Tade Area).

Saran

Kepada Pemerintah

Bagi pihak pemerintah, untuk melakukan upaya antisipasi melonjaknya buah impor dan juga meningkatkan produksi jeruk khususnya di Sumatera Utara.

Kepada Peneliti Selanjutnya

(59)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Anonimus, 2012. Jeruk

Ananingsih, Kristina. 2006. Mendongkrak Potensi Buah Lokal di Pasar Global. Jurnal Kajian Politik Lokal dan Sosial Humaniora: Renai.

Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian, Departemen Pertanian. 1978. Manajemen Usahatani 1 dan Tata Buku. Jakarta: C.V. Yasaguna. Badan Pusat Statistik. 1998. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara

dalam Angka 1998. Medan

Badan Pusat Statistik. 1999. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 1999. Medan

Badan Pusat Statistik. 2000. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2000. Medan

Badan Pusat Statistik. 2001. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2001. Medan

Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2002. Medan

Badan Pusat Statistik. 2003. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2003. Medan

Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2004. Medan

Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2005. Medan

Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2006. Medan

Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2007. Medan

Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2008. Medan

Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2009. Medan

(60)

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara dalam Angka 2011. Medan

Badan Pusat Statistik. 2011. Indonesia dalam Angka 2011. Jakarta.

Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional. 2005. Analisis Dampak

CAFTA dan Kebijakan Perdagangan.

Direktorat Kerjasama Regional dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional. 2010. China ASEAN Free Trade Area.

Hady, hamdy. 2007. Ekonomi Internasional Buku-I EdisiRevisi Teori Kebijakan Perdagangan Internasional. Jakarta: GI.

Jiwayana. 2010. “CAFTA, Kesempatan atau Ancaman”, Kompas 6 Februari 2010. Kuncoro. 2012. SNI Penguat Daya Saing Bangsa Menghadapi China Asean Free

Trade Area (Cafta

(Diakses pada tanggal 25 April 2012)

Nasution, Syahrir Hakim dan Arifin Hamzah. 2008. Ekonomi Internasional. Medan: USU Press.

Ratnasari, Dian. 2012. Pengertian Ekspor dan Impor.

(daiakses tanggal 19 Oktober 2012).

Soelarso. 1996. Budidaya Jeruk. Jakarta: Penerbit Kanisius.

Usman dan Akbar. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

(61)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Ekspor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1998 – 2011

Perhitungan Harga Jeruk Ekspor

HE = [ CIF (US $) / JE (Kg)] x Kurs (Rp/$) dimana :

HE = Harga ekspor (Rp/kg) CIF = Nilai ekspor (US $) JE = Volume ekspor (Kg)

Kurs = Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar (Rp/US$)

(62)

Lampiran 2. Data Impor Jeruk Sumatera Utara Tahun 1998 – 2011

Tahun

Volume jeruk impor

(kg) Nilai (US $) Kurs Rupiah

Harga Jeruk Impor (Rp/kg)

1998 804.027 350.569 8.000 3.488,13

1999 706.341 138.945 7.100 1.396,65

2000 1.041.564 210.861 9.675 1.958,67

2001 590.291 156.799 10.482,5 2.784,47

2002 866.318 581.223 9.122 6.120,06

2003 883.258 841.460 8.498 8.095,85

2004 892.567 504.016 9.097,25 5.137,05

2005 1.181.602 787.611 9.838,75 6.558,14

2006 794.672 503.386 9.137,5 5.788,16

2007 1.647.913 987.552 9.139 5.476,77

2008 1.185.226 931.175 9.697 7.618,47

2009 1.355.371 1.110.170 10.404,25 8.522,01

2010 1.296.081 1.117.426 9.085 7.832,70

2011 2.292.489 1.935.387 9.085 7.669,83

TOTAL 1.553.7720 1.0156.580

Perhitungan Harga Jeruk Impor

HI = [ CIF (US$) / JI (Kg)] x Kurs (Rp/$) dimana :

HI = Harga impor (Rp/kg) CIF = Nilai impor (US$) JI = Volume impor (Kg)

(63)

Lampiran 3. Data Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara TAHUN Harga jeruk domestik (Rp)

1998 3.687

Lampiran 4. Data Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sebelum CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

Tahun Nilai Ekspor Jeruk (US $) Nilai Impor Jeruk (US $) Selisih

Lampiran 5. Data Neraca Perdagangan Jeruk Sumatera Utara sesudah CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)

(64)

Lampiran 6a. Statistik Volume Jeruk Impor Sumatera Utara

Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 VolumeJerukImporSebelum

CAFTA 8.2634E5 7 1.45007E5 54807.46501 VolumeJerukImporSesudah

CAFTA 1.3933E6 7 4.70943E5 1.78000E5

Lampiran 6b. Koefisien Korelasi Volume Jeruk Impor Sumatera Utara

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 VolumeJerukImporSebelum

CAFTA &

VolumeJerukImporSesudah CAFTA

(65)

Lampiran 6c. Nilai Signifikansi Volume Jeruk Impor Sumatera Utara

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 VolumeJerukI

mporSebelum CAFTA – VolumeJerukI mporSesudah CAFTA

-5.66998E5 4.06395E5 1.53603E5 -9.42851E5

-1.91146E

5

(66)

Lampiran 7a. Statistik Volume Ekspor Jeruk Sumatera Utara

Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 HargaJerukImporSebelum

CAFTA 4.1397E3 7 2419.05400 914.31647 HargaJerukImporSesudah

CAFTA 7.0661E3 7 1139.76992 430.79254

Lampiran 7b. Koefisien Korelasi Harga Jeruk Impor Sumatera Utara

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 HargaJerukImporSebelum

CAFTA &

HargaJerukImporSesudah CAFTA

(67)

Lampiran 7c. Nilai Signifikansi Harga Jeruk Impor Sumatera Utara

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 HargaJerukImpor SebelumCAFTA –

HargaJerukImpor SesudahCAFTA

-2.92643E3 1671.34435 631.70879 -4472.16429 -1380.69285 -4.633 6 .004

Lampiran 8a. Statistik Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 VolumeJerukEksporSebelum

CAFTA 2.5144E5 7 2.22936E5 84261.90764 VolumeJerukEksporSesudah

(68)

Lampiran 8b. Koefisien Korelasi Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 VolumeJerukEksporSebelum

CAFTA

VolumeJerukEksporSesudah CAFTA

7 .388 .389

Lampiran 8c. Nilai Signifikansi Volume Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper Pair 1 VolumeJerukEkspor

SebelumCAFTA – VolumeJerukEkspor SesudahCAFTA

1.94941E5 2.07227E5 78324.40755 3288.07894 3.8659

(69)

Lampiran 9a. Statistik Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 HargaJerukEksporSebelumCAFTA 3.8156E3 7 1752.81477 662.50171

HargaJerukEksporSesudahCAFTA 8.4649E3 7 7887.13817 2981.05802

Lampiran 9b. Koefisien Korelasi Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 HargaJerukEksporSebelumCAFTA &

(70)

Lampiran 9c. Nilai Signifikansi Harga Jeruk Ekspor Sumatera Utara Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 HargaJerukEkspor

SebelumCAFTA – HargaJerukEkspor SesudahCAFTA

-4.64929E3 8104.02572 3063.03381 -12144.25945 2845.68802 -1.518 6 .180

Lampiran 10a. Statistik Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 HargaJerukDomestikSebelumCAFTA 3.9546E3 7 943.23978 356.51113

(71)

Lampiran 10b. Koefisien Korelasi Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 HargaJerukDomestikSebelumCAFTA &

HargaJerukDomestikSesudahCAFTA 7 .472 .285

Lampiran 10c. Nilai Signifikansi Harga Jeruk Domestik Sumatera Utara

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 HargaJerukDomesti

kSebelumCAFTA - HargaJerukDomesti kSesudahCAFTA

Gambar

Tabel Judul
Gambar Judul
Tabel 1. Volume Impor Buah Indonesia dari negara China ASEAN
Tabel 2. Volume jeruk impor Indonesia Tahun 2000-2011 (Triwulan I)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman Konsep Matematika dalam

g) Tanah endapan (alluvial): tanah ini terjadi akibat proses pengendapan dari batuan induk yang telah mengalami proses pelarutan. Tanah ini dibedakan atas beberapa jenis, antara

Penggunaan produk yang dikelola dengan baik oleh manajemen hotel seharusnya mendorong tingginya persepsi Konsumen terhadap Surabaya Plaza Hotel, namun hasil

apabila remaja tidak dapat mengendalikan diri mereka maka akan terbentuk identitas diri yang salah, tidak hanya demikian remaja yang merasa tidak di terima,

Dengan semakin banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh dosen pada bidang studi tertentu dan mengajar kelas yang lebih dari satu maka akan menyulitkan jika setiap

Pada hari ini Rabu Tanggal Dua puluh empat bulan Oktober tahun Dua ribu dua belas, Kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kantor Wilayah

Judul, nama penulis tanpa gelar, instansi asal, alamat email, abstrak, kata kunci, isi meliputi: Pendahuluan: latar belakang, permasalahan, dan landasan teori (dengan

[r]