LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2011/2012
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh
FARAH DINA ZUHRA
080406032
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oleh
FARAH DINA ZUHRA
080406032
Medan, Juli 2012
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Wahyu Abdillah, S.T. Devin Devriza, S.T., M.T.
Ketua Departemen
Nama : Farah Dina Zuhra
NIM : 080406032
Judul Proyek Akhir : Arena Sepatu Roda
Tema Proyek Akhir : Struktur sebagai Elemen Estetika
Rekapitulasi Nilai :
Nilai akhir A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :
No Status Waktu
Pengumpulan Laporan
Paraf Pembimbing
I
Paraf Pembimbing
II
Koordinator TKA-490
1 LULUS
LANGSUNG
2 LULUS
MELENGKAPI 3 PERBAIKAN
TANPA SIDANG 4 PERBAIKAN
DENGAN SIDANG 5 TIDAK LULUS
Medan, Juli 2012
Ketua Departemen Arsitektur FT – USU Koordinator TKA-490 Studio Tugas Akhir
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.
Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data melalui studi literatur dan dari berbagai nara sumber, telaah, analisa dan penyusunan landasan - landasan teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta gambar - gambar rancangan.
Selama proses penyelesaian laporan ini, penulis didukung oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini,penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Kedua orang tua saya yang tercinta Bapak Drs. Ansharuddin dan Ibu Sinarwati, serta saudara-saudara saya Farah Diba Thahura (kak Diba), Fitri Rahayu (Omenk), dan Novia Maheran (Opi) atas segala doa, semangat dan perhatiannya yang tiada hentinya kepada saya.
Nuril Huda Lubis yang selalu bersabar dan memberi semangat.
Bapak Wahyu Abdillah, S.T. sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingan, dukungan dan semangat yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.
Bapak Devin Devriza, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, serta motivasi yang sangat berarti.
Ibu Ir. Basaria T., M.T. selaku Ketua Sidang dan dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.
Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T. sebagai Ketua Jurusan Arsitektur USU Bapak Imam Faisal Pane, MT Sebagai Sekretaris Jurusan Arsitektur USU
Bapak Bagindo Alfisyahrin danBapak Doli Dalimunte sebagai Pengurus PORSEROSI SUMUT yang telah memberikan banyak bantuan dalam pengumpulan data dan pemahaman tentang olahraga sepatu roda.
Seluruh Staf pengajar
Arsitektur Universitas Sumatera Utara atas bimbingan
Utara.
Seluruh teman-teman Stambuk 08, khususnya
Marlina Tarigan, Rabita
Akbari S., Ayunda AlQadr H., Dwi Ananda P., Wenny Arminda, Ahmad
Husin D., Rahmi Abdillah Lbs, Welda Saputri
atas kebersamaan yang telah
kita lewati bersama.
Seluruh teman-teman Kelompok Tugas Akhir saya,
Angga Kim P., Rusman,
Wenny, Widiana, Jansen.
Sahabatku
Z
uhri Reza ‘Banenk’, s
ahabatnya Opi
‘Pina, Nahar
Cs.
’
,
Adik-adik 2011
‘Bagus Imam Cs.’
atas sumbangan tenaga dan pikiran dalam
membantu tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kemajuan bersama.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Hormat penulis,
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1.
Latar Belakang
1
1.2.
Maksud dan Tujuan
4
1.3.
Masalah Perancangan
4
1.4.
Pendekatan
4
1.5.
Lingkup Batasan
5
1.6.
Kerangka Berfikir
1.7.
Sistematika Penulisan
7
BAB 2 DESKRIPSI PROYEK 8
2.1. Data Umum 8
2.2. Tinjauan Proyek 8
2.2.1. Terminologi Judul 8
2.2.2. Sejarah Umum Perkembangan Sepatu Roda 8
2.2.3. Kondisi Olahraga Sepatu Roda di Sumatera Utara 9
2.2.4 Pentingnya Arena Sepatu Roda di Sumatera Utara 13
2.2.5 Jenis Kegiatan Arena Sepatu Roda 13
2.2.6 Peraturan Olahraga Sepatu Roda 14
2.2.7. Organisasi PORSEROSI 17
2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi 19
2.3.2. Alternatif Lokasi Tapak 20
2.3.3. Penilaian AlternatifLokasi 26
2.3.4. Deskripsi Kondisi Lahan 28
2.4 Studi Banding Proyek Sejenis 30
2.4.1. Haining International Roller Skating Center 30
2.4.2. Arena Geisingen 33
2.4.3. Kompleks Olahraga Saparua Bandung 38
BAB 3 ELABORASI TEMA 41
3.1. Struktur Sebagai Elemen Estetika 41
3.2. Interpretasi Tema 42
3.3. Pendekatan Struktur 43
3.4. Keterkaitan Tema dengan Judul 49
3.5. Studi Banding Tema Sejenis 50
3.5.1. Beijing National Stadium 50
3.5.2. Center Georges Pompidou 52
BAB 4 ANALISA PERANCANGAN 56
4.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan 56
4.1.1. Lokasi Tapak 56
4.1.2. Ukuran Tapak dan Batas-batas 56
4.1.3. Tata Guna Lahan Sekitar Tapak 57
4.2.6. Skyline 58
4.1.7. Sirkulasi Kendaraan 59
4.1.8. Sirkulasi Pejalan Kaki 59
4.1.9. Pola Arsitektur Bangunan 60
4.1.10. Vegetasi 60
4.1.11. Cahaya Matahari 61
4.1.12. Kebisingan 61
4.2. Analisa Fungsional 62
4.2.1. Analisa Pengguna 62
4.2.2. Analisa Lama Pemakaian Bangunan 63
4.2.3. Analisa Kegiatan 65
4.2.4. Analisa Kebutuhan Ruang 69
4.3. Program Ruang 72
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 80
5.1. Konsep Ruang Luar 80
5.1.1. Konsep Perancangan Tapak 80
5.1.2. Konsep Entrance 80
5.1.3. Konsep Sirkulasi Kendaraan 81
5.1.4. Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki 81
5.2. Konsep Ruang Dalam 82
5.2.1. Konsep Penzoningan 82
5.3.1. Konsep Bentuk dan Massa Bangunan 83
5.3.2. Bentukan Massa Bangunan 83
5.3.3. Ground Plan 84
5.4. Konsep Struktur 85
5.5. Konsep Utilitas 85
5.5.1. Sistem Pengkondisian Udara 85
5.5.2. Sistem Penyediaan Air Bersih 85
5.5.3. Sistem Proteksi Kebakaran 86
5.5.4. Sistem Keamanan 86
BAB 6 HASIL RANCANGAN 87
6.1. 3D PERSPEKTIF 87
6.2. FOTO MAKET 90
6.3. GAMBAR KERJA 91
DAFTAR PUSTAKA xii
LAMPIRAN
Gambar 2.1. Kondisi Tempat Latihan Klub Sepatu Roda 13
Gambar 2.2. Standard Track Sepatu Roda 15
Gambar 2.3. Site Alternatif A dan Kondisi Sekitarnya 22
Gambar 2.4. Site Alternatif B dan Kondisi Sekitarnya 23
Gambar 2.5. Site Alternatif C dan Kondisi Sekitarnya 25
Gambar 2.6. Eksisting Site 29
Gambar 2.7. Haining International Roller Skating Center ( HIRSC ) 30
Gambar 2.8. Tribun dengan Kapasitas lebih dari 2000 kursi penonton 31
Gambar 2.9. Track Standard Internasional dengan keliling 200m dan mining 31
Gambar 2.10. Ruang Fitness sebagai Fasilitas Pendukung 32
Gambar 2.11. Arena Geisingen 33
Gambar 2.12. Site Plan Arena Geisingen 33
Gambar 2.13. Foto Udara Arena Geisingen 34
Gambar 2.14. Suasana ruang luar Arena geisingen 34
Gambar 2.15. Proses Konstruksi Arena Geisingen 35
Gambar 2.16. Track Standard International dengan Keliling 200 meter 35
Gambar 2.17. Aktivitas Pengguna Lintasan Sepatu Roda 36
Gambar 2.18. Suasana Interior 37
Gambar 2.19. Retail yang terdapat di Arena Geisingen 37
Gambar 2.20. Denah Kompleks Olahraga Saparua 38
Gambar 2.21. Peralatan Sepatu Roda Jenis Aggerssive 40
Gambar 3.2. Struktur yang diekspos pada stadion 52
Gambar 3.3. Pompidou Center 52
Gambar 3.4. Fasade Pompidou Center, mengekspos Escalator Tube dan Struktur
Bangunan 53
Gambar 3.5. Eksterior yang Menunjukan Pipa – Pipa Sistem Utilitas Berwarna 54
Gambar 3.6. Ekskalator Tube Pampidou Center 55
Gambar 4.1. Lokasi Tapak 56
Gambar 4.2. Batas – Batas Tapak 56
Gambar 4.3. Peta tata guna lahan sekitar tapak 57
Gambar 4.4. Analisa view dari tapak 57
Gambar 4.5. Analisa view menuju tapak 58
Gambar 4.6. Analisa skyline 58
Gambar 4.7. Analisa sirkulasi kendaraan 59
Gambar 4.8. Analisa sirkulasi pejalan kaki 59
Gambar 4.9. Analisa pola arsitektur bangunan sekitar tapak 60
Gambar 4.10. Analisa sirkulasi kendaraan 60
Gambar 4.11. Analisa cahaya matahari 61
Gambar 4.12. Analisa kebisingan 61
Gambar 5.1. Konsep perancangan tapak 80
Gambar 5.2. Konsep entrance 80
Gambar 5.3. Konsep sirkulasi kendaraan 81
Gambar 5.6. Konsep sirkulasi antarruang 82
Gambar 5.7. Lintasan sepatu roda 83
Gambar 5.8. Elemen lengkung pada atap 83
Gambar 5.9. Bentukan massa bangunan 84
Gambar 5.15. Ground plan 84
Gambar5.16. Struktur pelengkung pada atap bangunan 85
Gambar 5.17. Sistem pengkondisian udara 85
Gambar 5.18. Sistem penyediaan air bersih 86
Gambar 5.19. Sistem proteksi kebakaran 86
Gambar 5.20. Sistem keamanan 86
Gambar 6.1. Perspektif mata burung 87
Gambar 6.2. Perspektif suasana eksterior 88
Gambar 6.3. Perspektif suasana pintu masuk utama dan ticketing 89
Gambar 6.4. Perspektif suasana interior ruang loker pria dan ruang
shower wanita 89
Gambar 6.5. Foto maket 90
Gambar 6.6. Ground plan 91
Gambar 6.7. Denah Lantai 1, tribun, dan lantai 2 92
Gambar 6.8. Tampak dan potongan 93
Gambar 6.9. Potongan 94
Gambar 6.10. Rencana atap 95
Gambar 6.13. Rencana elektrikal 98
Gambar 6.14. Rencana sanitasi 99
Gambar 6.15. Denah lintasan 200meter 100
Gambar 6.16. Rencana dan detail sumur resapan air hujan 101
Tabel 1.1. Perolehan medali tiap cabang olahraga pada SEA GAMES 2011 1
Tabel 2.1. Prestasi atlet Sumut mewakili daerah 11
Tabel 2.2. Kriteria pemilihan lokasi 20
Tabel 2.3. Penilaian alternatif lokasi 26
Tabel 2.4. Jadwal penggunaan track sepatu roda Saparua 39
Tabel 3.1. Jenis-jenis struktur 45
Tabel 4.1. Jadwal latihan klub sepatu roda 63
Tabel 4.2. Pelaksanaan kompetisi berkala olahraga sepatu roda 64
Tabel 4.3. Analisa kegiatan pengguna 65
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Olahraga sepatu roda adalah kegiatan olahraga yang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Olahraga yang diperkenalkan oleh Belanda pada masa penjajahan ini berkembang di Indonesia pada tahun 1980an. Perlombaan-perlombaan di bidang olahraga sepatu roda yang diadakan secara regular, seperti perlombaan antarklub, PON, maupun SEA GAMES, dapat menjadi arah prestasi bagi peminat olahraga ini. Secara umum, prestasi Indonesia di ajang perlombaan tingkat regional ASEAN terbilang membanggakan jika dibandingkan dengan olahraga lainnya, terbukti pada ajang SEA GAMES pada tahun 2011, Indonesia berhasil merebut 12 medali emas.
Tabel 1.1. Perolehan medali tiap cabang olahraga pada SEA GAMES 2011
No. Cabang Olahraga Perolehan Medali
Emas Perak Perunggu
1 Athletics 13 12 11
2 ROLLER SPORT 12 9 1
3 Paragliding 11 4 6
4 Karate-Do 10 2 4
5 Cycling 10 8 9
6 Shorinji Kempo 8 7 1
7 Wushu 8 3 3
8 Soft Tennis 7 2 2
9 Fin Swimming 7 8 2
10 Wall Climbing 7 5 0
11 Pencak Silat 6 0 2
12 Taekwondo 6 3 5
13 Canoeing 6 5 2
14 Badminton 5 4 2
15 Swimming 5 8 9
16 Vovinam 5 1 8
17 Tennis 4 2 3
18 Bridge 4 1 3
19 Weightlifting 4 8 2
20 Wrestling 4 2 3
21 Water Ski 4 3 5
23 Pencak Silat 3 5 0
24 Shooting 2 0 2
25 Boxing 2 3 4
26 Wall Climbing 2 0 0
27 Judo 2 1 1
28 Ekuestrian 2 2 2
29 Cycling 2 0 0
30 Golf 2 1 1
31 Rowing 2 0 0
32 Judo 2 1 6
33 Swimming 1 0 1
34 Diving 1 3 4
35 Sailing 1 2 1
36 Rowing 1 1 1
37 Ekuestrian 1 0 0
38 Fencing 1 6 2
39 Billiard & Snooker 1 3 2
40 Archery 1 0 0
41 Chess 1 2 2
42 Sepak Takraw 1 3 2
43 Gymnastic – Artistic 1 2 6
44 Beach Volleyball 1 2 0
45 Water Polo 0 1 1
46 Volleyball 0 1 1
47 Basketball 0 0 1
48 Bowling 0 1 1
49 Gymnastic – Aerobic 0 0 1
50 Wrestling 0 3 0
51 Baseball 0 1 0
52 Gymnastic - Rhythmic 0 0 1
53 Softball 0 1 1
54 Open Water Swimming 0 1 1
55 Football 0 1 0
56 Table Tennis 0 0 3
57 Futsal 0 0 1
58 Synchronized Swimming 0 1 4
59 Traditional Boat Race 0 5 4
60 Open Water Swimming 0 1 1
Sumber: http://msumarna.blogspot.com/
Sumatera Utara hanya memiliki sekitar 140 atlet yang tersebar di 7 klub yang ada di Kota Medan dan Asahan.
Salah satu penyebab ketertinggalan ini adalah tidak adanya sarana dan prasarana olahraga sepatu roda di Sumatera Utara yang sesuai standard internasional. Saat ini, atlet dan peminat olahraga sepatu roda melakukan latihan di beberapa tempat yang fungsinya bukanlah sebagai arena bersepatu roda, seperti Lanud dan Tapian Daya Sumatera Utara. Kondisi ini tentu saja menghambat pembinaan atlet sepatu roda.
Tidak adanya arena sepatu roda yang sesuai standard internasional di Sumut juga mengakibatkan Sumut tidak bisa menjadi tuan rumah perlombaan olahraga sepatu roda nasional, regional, maupun internasional.
Tidak hanya bagi atlet, pencinta olahraga sepatu roda pun tidak memiliki sarana dan prasarana yang layak yang bisa dijadikan tempat penyaluran minat. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Pengprov PORSEROSI Sumut, penjualan sepatu roda di Ace Hardware rata-rata setiap hari sebanyak 10 buah selama beberapa bulan terakhir.1 Tetapi, peminat olahraga sepatu roda yang terpantau oleh Pengprov PORSEROSI tidaklah sebanyak itu. Tidak diketahui dimana sebagian besar para pembeli sepatu roda lainnya bermain. Hal ini terjadi diakibatkan tidak adanya wadah yang representatif bagi olahraga sepatu roda.
Hal-hal tersebut di atas melatarbelakangi perlunya didirikan Arena Sepatu Roda. Pembuatan Arena Sepatu Roda juga didukung oleh program Pengurus Besar PORSEROSI untuk mengembangkan sepatu roda di seluruh Indonesia, khususnya Sumatera Utara yang belum memiliki arena sepatu roda sesuai standard internasional.
1
Wawancara terhadap Pengprov PORSEROSI
Pengprov (Pengurus Provinsi) PORSEROSI Sumut sebagai organisasi yang menaungi olahraga sepatu roda di Sumatera Utara sedang berusaha mengajukan permohonan pengadaan sarana dan prasarana olahraga sepatu roda kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara demi mewujudkan misi PORSEROSI yaitu mewujudkan olahraga sepatu roda yang kompetitif di tingkat nasional, regional, dan internasional.
1.2.
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan perancangan Arena Sepatu Roda adalah:
Menyediakan suatu wadah atau tempat yang berfungsi sebagai sarana
pelatihan dan pembinaan atlet sepatu roda agar lebih berprestasi baik di
kompetisi nasional, regional, maupun internasional
Menyediakan sarana sepatu roda bagi peminat olahraga sepatu roda
agar dapat mengarahkan minat di tempat yang selayaknya
Menyediakan arena perlombaan sepatu roda berstandard internasional di
Sumatera Utara
1.3.
Masalah Perancangan
Permasalahan yang timbul dari tema dan kasus dalam perancangan proyek ini adalah:
Bagaimana menciptakan sebuah rancangan lingkungan dan bangunan
yang sesuai dengan judul yang diangkat.
Bagaimana mengelola ruang dalam bangunan agar saling terintegrasi
antarberbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda.
Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam mengumpulkan data-data, baik data primer maupun sekunder untuk memperjelas pemahaman tentang Arena Sepatu Roda dilakukan dengan metode pendekatan berikut:
Studi Literatur
Studi terhadap kepustakaan yang berkaitan dengan standard-standard
arsitektur yang berkaitan dengan fungsi bangunan dan tema
perancangan Arena Sepatu Roda, berupa teori, standard perencanaan,
peraturan, dan peruntukan.
Studi banding
Studi banding terhadap proyek sejenis, tema sejenis, serta proyek dan
tema sejenis untuk memperoleh data-data tentang sarana olahraga
sepatu roda, serta kegiatan yang berlangsung di dalamnya.
Observasi Lapangan
Merupakan pengamatan langsung di lokasi perencanaan, meliputi
keadaan eksisting dan sekitarnya.
Wawancara
Dilakukan dengan pihak yang terkait dengan Pengprov PORSEROSI
sebagai pihak yang ingin mendirikan arena sepatu roda, maupun pihak
lainnya yang berhubungan dengan olahraga sepatu roda sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam perancangan.
1.5.
Lingkup / Batasan
Ruang lingkup perancangan proyek Arena Sepatu Roda ini adalah:
Sarana latihan dan perlombaan olahraga sepatu roda, serta sarana
pendukung kegiatan olahraga sepatu roda.
1.6.
Kerangka Berfikir
Arena Sepatu Roda
ANALISA
MAKSUD DAN TUJUAN
Menyediakan
wadah
pelatihan dan pembinaan
atlet
Menyediakan
sarana
olahraga
bagi
pecinta
olahraga sepatu roda
Menyediakan
arena
perlombaan olahraga sepatu
LATAR BELAKANG
Tidak adanya sarana olahraga
sepatu roda di Sumut
Pengprov PORSEROSI Sumut
ingin mengajukan permohonan
pengadaan arena sepatu roda
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana
menciptakan
rancangan
lingkungan dan bangunan sesuai dengan
judul
Bagaimana
mengelola
ruang
dalam
bangunan
agar
saling
terintegrasi
STUDI LITERATUR STUDI BANDING SURVEI LAPANGAN DESAIN AKHIR KONSEP
TEMA PENDEKATAN
KONSEP DESAIN
1.7.
Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang, maksud dan tujuan, masalah perancangan, pendekatan, lingkup/batasan, kerangka berfikir, dan sistematika laporan.
BAB 2 DESKRIPSI PROYEK
Data umum proyek, tinjauan umum (terminologi judul, sejarah umum perkembangan sepatu roda, organisasi PORSEROSI, kondisi olahraga sepatu roda di sumatera utara, pentingnya arena sepatu roda di Sumatera Utara, jenis kegiatan Arena Sepatu Roda, peraturan olahraga sepatu roda, struktur organisasi PORSEROSI), lokasi dan studi banding proyek sejenis.
BAB 3 ELABORASI TEMA
Pengertian tema (struktur sebagai elemen estetika), interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.
BAB 4 ANALISA PERANCANGAN
Analisis fungsional, analisis kondisi lingkungan (lokasi, kondisi dan potensi lahan, peraturan, bangunan sekitar, prasarana, karakter lingkungan, pemandangan, orientasi, lalu lintas, sirkulasi dan lain-lain).
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN
BAB 2
DESKRIPSI PROYEK
1.8.
Data Umum
Judul proyek : Arena Sepatu Roda
Tema perancangan : Struktur Sebagai Elemen Estetika
Status proyek : Semi real
Pemilik proyek : Pemerintah
Sumber dana : Pemerintah
1.9.
Tinjauan Umum
2.2.1. Terminologi Judul
Pengertian arena:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arena berarti:
n
1
gelanggang; 2
ki
bidang.
Sedangkan gelanggang berarti: [n] (1) ruang atau lapangan
tempat
menyabung
ayam,
bertinju,
berpacu
(kuda),
berolahraga,
dsb;
(2)
medan
perang
(pertempuran,
perjuangan); (3) lingkaran yg mengelilingi (bulan, matahari,
dsb).
Pengertian sepatu roda:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sepatu roda berarti:
sepatu yang beroda kecil (mainan anak-anak untuk meluncur).
Arena sepatu roda dapat diartikan sebagai ruang atau lapangan tempat berolahraga sepatu roda.
Negeri Belanda adalah asal olahraga sepatu roda. diciptakan sekitar abad ke 17 oleh seorang penggemar ice skating. Dia ingin mengubah permainan ice skating menjadi permainan yang dapat bergerak di atas tanah atau jalan keras.
Seorang teknisi Belgia dan pembuat alat-alat musik, Joseph Marlin, pada tahun 1963 mencoba berlari dengan peralatan ice skating yang dilengkapi dengan roda kecil dari besi, tapi tidak bisa berkembang pada waktu itu karena ada larangan pemerintah Belanda bermain sepatu roda di jalan raya. Tahun 1863, seorang bernama James Leonard Plimton‟s,pencipta “rocking Skate yang kemudian ia patenkan menjadi sangat popular, ia kemudian dijuluki “Bapak Pencipta Sepatu Roda”. Olahraga itu kemudian popular di Amerika, Inggris dan Austria.
Tahun 1876 terbentuk organisasi sepatu roda di Inggris yang bernama NSA (The National Skating Association). Tahun 1924, berdiri organisasi sepatu roda Internasional dengan nama Federasi Internationale de Roller Skating (FIRS). Sekarang sudah menyebar di 5 benua dengan 42 anggota federasi nasional.
Di Indonesia, sepatu roda mulai masuk ketika masa penjajahan Belanda, kemudian diikuti oleh anak-anak orang Indonesia yang kebetulan orang tuanya bekerja pada Belanda. Tahun 1978, muncul perkumpulan sepatu roda yang diselenggarakan Ikatan Mahasiswa Djakarta (Imada), dan pada tanggal 7 Oktober 1979 terbentuk Pengda Perserosi DKI Jakarta. Pada tanggal 24 – 26 April 1981 dilaksanakan Munas Perserosi I, diikuti oleh 10 utusan Pengda Perserosi. Dan dalam Munas Perserosi I resmi terbentuk PB. Perserosi dengan 14 anggota Pengda yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim, Kaltim, Sulsel, Sulut, Sulteng, Riau, Bengkulu, dan DKI Jakarta. Selanjutnya Olahraga ini terus berkembang sampai dengan sekarang.
2.2.3. Kondisi Olahraga Sepatu Roda di Sumatera Utara
hanya memiliki sekitar 140 atlet yang tersebar di 7 klub yang ada di Kota Medan dan Asahan. Beberapa klub yang ada di Medan antara lain:
1. Bintang Medan Roller Skate Club (RSC)
Bintang Medan RSC merupakan klub yang dibentuk oleh mantan
atlet sepatu roda nasional. Para siswa diajar oleh instruktur
bersertifikat. Fokus mereka yaitu pembinaan atlet sepatu roda di
bidang speed skate. Selain pembinaan atlet di bidang speed
skate, mereka juga menerima murid untuk
skate for fun
dan juga
slalom
.
Sekretariat
: Jl. Nazir Alwi No.15 Kampus USU Medan
Tempat latihan
: Apron Lanud Polonia Medan
Lapangan Parkir dan Basket FKG USU
Car Free Day, Jalan Sudirman
Jadwal latihan
: Rabu dan Sabtu pukul 16.00 - 18.00
Minggu pukul 08.00
–
11. 00
Kelas yang dibuka
: Advance Class
Intermediate Class
Beginner Class
2. MAX Speed Skate
Sekretariat
: Palem Indah Johor Residence, blok A8, Jalan
Karya
Kasih, Medan Johor
Tempat latihan : Lapangan Parkir Tapian Daya (PRSU)
Lapangan Parkir Lotte Mart
Car Free Day, Jalan Sudirman
Jadwal latihan : Rabu, Jumat, dan Sabtu pukul 16.00
–
18.00
Minggu 07.00 - selesai
Tabel 2.1. Prestasi atlet Sumut mewakili daerah
Tahun Kejuaraan Tempat Atlet Prestasi
1990 Kejurnas antardaerah
Semarang Doli
Dalimunthe
Memperloleh medali emas (kelas 200 m putra), dan medali perunggu
(kelas 5000 m putra)
1992 Kejurnas antardaerah
Bandar Lampung
Doli
Dalimunthe
Memperloleh medali emas
(kelas 200 m putra) Tim relay
putri
Memperoleh medali perunggu (kelas 5000 m relay putri)
1994 Kejurnas antardaerah
Jakarta Doli
Dalimunthe
Memperloleh medali perak (kelas 200 m putra)
Tim relay putra
Memperloleh medali perunggu
(kelas relay putra) Tim relay
putri
Memperloleh medali perunggu (kelas relay putri)
1995 Kejuaraan antarmaster Indonesia
Jakarta Doli
Dalimunthe
Memperoleh 2 medali emas (kelas 300 m dan 500 m putra), dan medali perak (kelas 1500 m putra)
1996 Kejurnas antardaerah
Serpong, Tangerang
Doli
Dalimunthe
Memperoleh medali emas (kelas 5000 m putra), dan medali perunggu (kelas 1500 m putra)
emas (kelas 4000 m putra), dan
medali perak (kelas 10000 m putra)
Denis Paramitha
Memperoleh medali perak (kelas 1500 m)
PON XIV Jakarta Lolos PON
1998 Kejurnas antardaerah
Jakarta Imam Darmono
Memperoleh medali emas (kelas 5000 m putra)
2000 PON XV Surabaya Lolos PON
2008 PON XVII Kalimantan Timur
Lolos PON
2010 Bupati Sidoarjo Cup VIII
Sidoarjo M. Rizky Ramadhan
Memperoleh medali perunggu (kelas 10000 m putra)
2011 Bupati Sidoarjo Cup IX
Sidoarjo M. Rizky Ramadhan
Memperoleh medali perak (kelas 1000 m putra)
Kejurnas antardaerah
Semarang M. Rizky Ramadhan
Memperoleh medali perak (kelas 1500 m putra)
2011 Pra-PON Bandung M. Rizky Ramadhan dan
Ananda Putri
Lolos ke PON XVIII 2012 di Riau
2012 Bupati Sidoarjo Cup X
Sidoarjo M. Rizky Ramadhan
Walaupun sudah memiliki prestasi, tapi kondisi tempat latihan para atlet tidak sesuai standard lapangan sepatu roda yang dikeluarkan oleh CIC. Saat ini, atlet dan peminat olahraga sepatu roda melakukan latihan di beberapa tempat yang fungsinya bukanlah sebagai arena bersepatu roda, seperti Lanud dan Tapian Daya Sumatera Utara (PRSU). Kondisi ini tentu saja menghambat pembinaan atlet sepatu roda.
Gambar 2.1. Kondisi tempat latihan klub sepatu roda
Tidak adanya arena sepatu roda yang sesuai standard internasional di Sumut juga mengakibatkan Sumut tidak bisa menjadi tuan rumah perlombaan olahraga sepatu roda nasional, regional, maupun internasional.
2.2.4. Pentingnya Arena Sepatu Roda di Sumatera Utara
Jika melihat kondisi olahraga sepatu roda di Sumatera Utara saat ini, maka Arena sepatu roda sangat dibutuhkan agar regenerasi atlet terjadi secara berkesinambungan di masa yang akan datang.
Arena sepatu roda diharapkan menjadi wadah pengenalan olahraga sepatu roda ke masyarakat luas, tidak hanya bagi pembinaan atletnya.
2.2.5. Jenis Kegiatan Arena Sepatu Roda
Latihan dan Pembinaan
Yang akan berlatih dan dibina di Arena Sepatu Roda adalah
para atlet daerah Sumatera Utara dan siswa dari klub sepatu
roda yang khususnya terdapat di Kota Medan.
Kejuaraan
Berbagai kejuaraan akan digelar di Arena Sepatu Roda, baik
level kota, daerah, nasional, regional, maupun internasional.
Dengan adanya arena sepatu roda
indoor
, kans Sumatera
Utara menjadi tuan rumah kejuaraan-kejuaraan sepatu roda
akan terbuka lebar, sebagaimana yang telah terjadi di
daerah-daerah
lainnya
yang
telah
memiliki
track
standard
internasional.
Komersial
Arena Sepatu Roda merupakan aset pemerintah. Sehingga
fasilitas komersial dibutuhkan untuk membiayai perawatan
gedung dan seluruh fasilitas yang ada di dalamnya. Selain
mendukung dalam hal pembiayaan perawatan gedung, fungsi
komersial juga memenuhi kebutuhan terhadap peralatan
olahraga sepatu roda, makanan dan minuman yang pasti
diperlukan oleh pengunjung.
2.2.6. Peraturan Olahraga Sepatu Roda
Peraturan pertandingan olahraga sepatu roda tertuang dalam Internasional Speed Skating Committe C.I.C. Sport Regulations, antara lain:
1. Lintasan Balap
- Lintasan balap bisa berupa lintasan
track
atau jalan.
Lintasan balap di jalan bisa berbentuk sirkuit terbuka atau
tertutup.
- Di semua lintasan, tikungan harus dibatasi oleh garis
pinggir atau tanda yang bergerak yang dapat dilihat dengan
jelas. Tanda tidak diletakkan pada
rope
pada
track
karena
akan berbahaya bagi peserta perlombaan.
- Pada lintasan jalan dengan tikungan di kiri dan kanan,
pengukuran diambil sepanjang garis imajiner pada 30 cm
dari tikungan tajam.
2.
Track
-
Track
diartikan sebagai lintasan balap
outdoor
atau
indoor
yang tersedia dengan dua jalur lurus yang sama panjang
dan dengan dua tikungan simetris yang memiliki diameter
yang sama.
- Track untuk
event
internasional dan kejuaraan dunia harus
dengan ukuran standard dan bersertifikat CIC.
Track
ini
harus memiliki keliling 200 meter dan lebar lintasan 6
meter.
- Permukaan
track
boleh terbuat dari bahan apa saja,
asalkan benar-benar halus dan tidak licin.
- Garis start dan finish harus ditandai dengan garis putih,
selebar 5 cm, tidak boleh diletakkan di tikungan.
- Pagar pembatas bagian luar track harus dilindungi oleh
material yang sesuai untuk menghindari bahaya karena
keberadaannya.
Gambar 2.2. Standard track sepatu roda Sumber: Internasional Speed Skating Committe C.I.C. Sport Regulations
3. Arah Balapan
Untuk kompetisi dengan
track
atau jalan tertutup, peserta
kompetisi diposisikan dengan tangan kiri menghadap sudut
dalam
track
atau jalan. Arah balapan seharusnya berlawanan
arah jarum jam.
4. Jarak Resmi Lintasan
Lintasan
track
dan jalan, keduanya memiliki jarak yang resmi
sebagai berikut: 200
–
300
–
500
–
1000
–
1500
–
3000
–
5000
–
10000
–
15000
–
20000 meter. Pada balapan di jalan,
termasuk marathon (42195 meter) untuk laki-laki dan wanita
anak-anak, serta laki-laki dan wanita dewasa.
5. Jarak Resmi untuk Kejuaraan Dunia
Berlaku sama untuk kategori pria dan wanita, anak-anak dan
dewasa.
TRACK
300 meter
time-trial race
500 meter
sprint race
1000 meter
10000 meter
points + elimination race
- Team time trial
- Elimination races
- Mass start distance race
- Endurance races
- Point to point race
- Relay races
- Stage races
- Pursuit races
- Elimination + point to point race
7. Fasilitas, Peralatan, dan Pelayanan Lainnya
Untuk sirkuit jalan tertutup atau kompetisi
track,
fasilitas,
peralatan, dan pelayanan yang diperlukan antara lain:
- Pengeras suara
- Sebuah papan skor yang menunjukkan nomor lap
- Sebuah bel atau peralatan lainnya yang menunjukkan lap
terakhir
- Pusat pertolongan pertama
- Ruang ganti terpisah untuk pria, wanita, dan wasit
- Tempat terpisah, dilengkapi dengan meja dan kursi untuk
juri
- Sebuah tempat terpisah untuk atlet, manajernya, dan
pelatihnya
- Sebuah tempat disiapkan untuk pers; tersedia radio dan
televisi
- Gerbang untuk membatasi penonton
- Peralatan pencahayaan untuk acara yang berlangsung
malam hari
- Jasa keamanan
- Untuk kejuaraan internasional, pelayanan anti doping harus
diatur
- Tanggung jawab Organising Federation untuk menyediakan
translator bahasa bagi ofisial FIRS selama kejuaraan dunia
dan selama pertemuan-pertemuan
- 5
earphone
minimal sebanyak 1 set
- Komputer dan printer
2.2.7. Organisasi PORSEROSI
PERSEROSI adalah satu-satunya organisasi olahraga nasional yang berwenang mengkoordinasikan dan membina seluruh kegiatan olahraga sepatu roda dan seluncur di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PORSEROSI didirikan di Jakarta pada tanggal 25 April 1981 untuk waktu yang tidak terbatas. PORSEROSI adalah anggota KONI Pusat sejak tahun 1981, mempunyai peran serta dalam pembinaan pembangunan olahraga prestasi di Indonesia.
PORSEROSI bertujuan mewujudkan prestasi olahraga yang membanggakan dalam rangka turut mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia. Tugas pokok PORSEROSI adalah mengkoordinasikan dan membina seluruh kegiatan olahraga yang dilaksanakan oleh anggota-anggotanya untuk menghasilkan prestasi optimal di tingkat nasional, regional dan internasional.
Fungsi PORSEROSI antara lain:
Memasyarakatkan olahraga dengan menghimpun seluruh
penggemar olahraga dalam wadah organisasi PORSEROSI.
Mengembangkan organisasi PORSEROSI, di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional serta membina
hubungan di tingkat regional dan internasional melalui kegiatan
olahraga dan menjadi anggota Federasi Olahraga Sepatu Roda
di tingkat regional dan internasional.
Dalam rangka mewujudkan tujuan, tugas dan fungsi di atas, PORSEROSI bertanggung jawab :
Menyelenggarakan Kejuaraan Tingkat Nasional
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
Membentuk Tim Nasional dalam rangka mengikuti kegiatan
olahraga di tingkat regional dan internasional.
Menjalin kerjasama internasional di bidang olahraga dengan
mengikuti kegiatan olahraga dan menjadi aggota Federasi
Olahraga di tingkat regional dan internasional.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelatih dan wasit.
Menyelenggarakan Pemusatan Latihan Nasional dalam rangka
membina dan meningkatkan prestasi.
Mengadakan penelitian dan pengembangan dalam rangka
peningkatan dan pembinaan organisasi dan prestasi.
Mengadakan prasarana dan sarana olahraga di Daerah
Propinsi, Daerah Kota dan Kabupaten di seluruh Indonesia.
Menyelenggarakan penerangan dan komunikasi tentang
olahraga secara periodik.
Kegiatan-kegiatan lainnya secara teratur, terorganisir dan
merata di seluruh Indonesia.
2.2.8. Struktur Organisasi PORSEROSI
1. Seorang Ketua Umum
2. Seorang Ketua Harian
3. Seorang atau lebih Wakil Ketua
4. Seorang Sekretaris Jenderal
5. Seorang atau lebih Wakil Sekretaris Jenderal
6. Seorang Bendahara
7. Seorang atau lebih Wakil Bendahara
8. Biro
–
biro, sebanyak
–
banyaknya 8 (delapan)
9. Komisi
–
komisi, sebanyak
–
banyaknya 6 (enam).
2.3.
Lokasi
2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi
Tabel 2.2. Kriteria pemilihan lokasi
NO. Kriteria Lokasi
1. RTRW Kota Medan Termasuk dalam sub pusat pelayanan olahraga.
2. Status Kepemilikan Lahan Hak milik pemerintah
3. Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Berada di kawasan yang mendukung fungsi Arena Sepatu Roda sebagai fasilitas olahraga.
4. Pencapaian Dapat diakses mudah dari seluruh wilayah Kota Medan, baik dengan angkutan umum dan pribadi.
5. Area Pelayanan Pelayanan mencakup khususnya Kota Medan secara keseluruhan, dan wilayah Sumut
6. Fungsi Lahan Sekitar Berada di kawasan yang fungsi lahan sekitanya mendukung fungsi bangunan.
7. Fungsi Eksisting Sebaiknya berupa lahan kosong.
8. Kontur Tapak/Topografi Tidak berkontur/datar.
9. Ukuran Lahan Harus mencukupi untuk fungsi utama dan fasilitas pendukung. (>1.5 ha)
2.3.2. Alternatif Lokasi Tapak
Adapun yang menjadi alternatif tapak adalah:
Alternatif A
Jalan Willem Iskandar, Pancing
Batas- batas:
- Utara : Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan Provinsi Sumatera Utara, Stadion Mini Pancing
- Selatan : Lapangan futsal, Gedung Serba Guna
- Barat : Jalan Willem Iskandar
Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:
- Berada pada kecamatan Medan Perjuangan
- Berdasarkan Perda No.13 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Medan, Kecamatan Medan Perjuangan merupakan Sub Pusat Pelayanan Olahraga di Kota Medan.2
Kelebihan :
- Pencapaian site mudah, karena banyak angkutan umum yang melewati site.
- Kawasan telah dikenal sangat baik oleh penduduk kota Medan.
- Site berada di kawasan fasilitas olahraga, berdekatan dengan sarana olahraga lainnya.
Kekurangan :
-
Letak site terlalu jauh dari banyak kecamatan lain di Kota Medan.
-
Pada site terdapat bangunan yang sedang digunakan oleh Dinas
Tata Ruang dan Permukiman Sumut
Sirkuit IMI Pancing
Site
Lapangan Futsal Gedung Serba Guna
Gambar 2.3. Site alternatif A dan kondisi sekitarnya
Alternatif B
Jalan Pasar 5 Barat, Pancing
Batas- batas:
- Utara : Proyek Perumahan
- Timur : Jalan Pasar 7, Pancing
- Barat : Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Bidang Arsip
- Selatan : Jalan Pasar 5, Pancing
Stadion Mini Pancing
Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan Sumut
Site
Gedung Serba Guna
UNIMED Stadion Mini Pancing
Sirkuit IMI Pancing Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:
- Berada pada kecamatan Medan Perjuangan
- Berdasarkan Perda No.13 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Medan, Kecamatan Medan Perjuangan merupakan Sub Pusat Pelayanan Olahraga di Kota Medan.3
Gambar 2.4. Site alternatif B dan kondisi sekitarnya
Kelebihan :
- Pencapaian site mudah, karena banyak angkutan umum yang melewati site.
- Kawasan telah dikenal sangat baik oleh penduduk kota Medan.
- Site berada di kawasan fasilitas olahraga, berdekatan dengan sarana olahraga lainnya.
Kekurangan :
-
Letak site terlalu jauh dari banyak kecamatan lain di Kota Medan.
-
Pada site terdapat bangunan yang sedang digunakan oleh Dinas
Tata Ruang dan Permukiman Sumut
Alternatif C
Jalan Cut Mutia
Batas- batas:
- Utara : Ruko, permukiman
- Timur : Gang kecil, rumah warga
- Barat : Rumah warga
-
Selatan : Jalan Cut Mutia
Posisi terhadap struktur ruang kota:
- Berada pada Kecamatan Medan Kota
- Berada di pusat Kota Medan
Kelebihan :
- Berada di pusat Kota Medan
- Bernilai komersial tinggi
- Mudah dicapai dari berbagai Kecamatan di Kota Medan
Kekurangan:
Jalan Cut Mutia Permukiman Penduduk Rumah Warga
Rumah Warga
Gang Site
Tiara Hotel dan Convention Hall
2.3.3. Penilaian Alternatif Lokasi
[image:42.595.138.540.201.739.2]Dengan melihat kriteria pemilihan lokasi, maka didapat penilaian alternatif lokasi sebagai berikut:
Tabel 2.3. Penilaian alternatif lokasi
No. Kriteria Lokasi
Alternatif A
Jl. Willem Iskandar,
Pancing
Alternatif B
Jl. Pasar 5, Pancing
Alternatif C
Jl.Cut Mutia
1. RTRW Kota Medan
Termasuk dalam
sub pusat
pelayanan olahraga7
3
Termasuk dalam
sub pusat
pelayanan olahraga
3
Termasuk dalam pusat pelayanan Kota Medan
2
2. Status Kepemilikan Lahan
Hak milik
pemerintah 3
Hak milik
pemerintah 3
Hak milik
pemerintah 3
3. Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Berada di
Kecamatan Medan
Perjuangan yang merupakan kawasan
pendidikan dan olahraga
3
Berada di
Kecamatan Medan
Perjuangan yang merupakan kawasan
pendidikan dan olahraga
3
Berada di pusat kota Medan, yaitu
Kecamatan Medan Kota
3
4. Pencapaian Dapat diakses
mudah dari
seluruh wilayah
Dapat diakses
mudah dari
seluruh wilayah
Kota Medan, baik dengan angkutan umum dan pribadi
3
Kota Medan, baik dengan angkutan umum dan pribadi
3
Kota Medan, baik dengan angkutan umum dan pribadi
3
5. Area Pelayanan
Seluruh
Kecamatan di
Kota Medan
dengan jarak tempuh maksimal 1 jam perjalanan
2
Seluruh
Kecamatan di
Kota Medan
dengan jarak tempuh maksimal 1 jam perjalanan
2
Seluruh
Kecamatan di Kota Medan dengan jarak tempuh
maksimal 45 jam perjalanan
3
6. Fungsi Lahan Sekitar
Sarana olahraga, kantor pemerintahan, sarana pendidikan, perdagangan, permukiman 3
Sarana olahraga, kantor pemerintahan, sarana pendidikan, perdagangan, permukiman 3 Perkantoran, hotel, perdagangan, sarana pendidikan 2
7. Fungsi Eksisting
Lahan kosong dan kantor Dinas Tata Ruang dan Permukiman Sumut 2 Lahan Kosong 3 Lahan Kosong 3
8. Kontur Tapak/Topogr afi Datar 3 Datar 3 Datar 3
9. Ukuran Lahan 3 Ha 3
3 Ha 3
0,8 Ha 1
Keterangan:
1 = kurang baik
2 = sedang
3 = baik
Dari penilaian alternatif lokasi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa site yang akan dijadikan lokasi perancangan proyek Arena Sepatu Roda adalah alternatif lokasi B yang berada di Jl. Pasar 5 Pancing.
2.3.4. Deskripsi Kondisi Lahan
Lokasi site : Jl. Pasar 5, Pancing
Batas-batas site :
Utara : Proyek perumahan
Selatan : Jl. Pasar 5 Pancing
Timur : Gedung Serbaguna
Barat : Jl. Pasar 7 Pancing
Luas site : 3 Ha
Kontur : Datar
Batas ketinggian : 4 lantai
KDB : 60%
GSB, Jl. Pasar 5 : 15 meter
Jl. Pasar 7 : 15 meter
Fungsi eksisting : tanah kosong
Berada di kawasan pusat pelayanan olahraga Kota Medan.
Fasilitas olahraga yang ada antara lain: Stadion Mini Pancing,
lapangan futsal, sirkuit IMI Pancing, Gedung Serbaguna,
Kantor KONI Sumut, Velodrome Pancing, Gedung Bulutangkis
PBSI Sumut, Lapangan Tembak Pengprov Perbakin Sumut,
dll.
Berdekatan dengan banyak sarana pendidikan, seperti
UNIMED, Universitas Amir Hamzah, Universitas Medan Area,
IAIN Sumut, SLTP Negeri 27 Medan, MTs N 2, dan SMP N 35
Medan.
Luas site mencukupi.
Mudah dicapai, dilewati oleh angkutan umum.
Site
Gedung Serba Guna
UNIMED Stadion Mini Pancing
[image:46.595.102.522.124.513.2]Sirkuit IMI Pancing
2.4.
Studi Banding Proyek Sejenis
2.4.1. Haining International Roller Skating Center (HIRSC)
Gambar 2.7. Haining International Roller Skating Center (HIRSC)
Nama bangunan : Haining International Roller Skating Center (HIRSC)
Lokasi : No.2 Yucai Road , Haizhou Avenue, Haining ,
Zhejiang Province.
Luas lahan : 23345 m2
Luas bangunan : 24000 m2
Pembangunan : 9 Juni 2007 – Juni 2008
Mulai dibuka : 14 Juli 2008
Fungsi : Sarana kompetisi sepatu roda, latihan, dan hiburan
Jadwal buka : Senin – Jumat,
Pukul 08.30 - 11.00 dan 15.50 – 17.00
Proyek ini dimulai pada tanggal 9 Juni 2007. Setelah setahun proses konstruksi, proyek ini selesai pada akhir Juni 2008 dan kemudian langsung digunakan. HIRSC memiliki 3 lantai, dan 1 lantai basement dengan total ketinggian 16 meter. Tribun penonton berkapasitas lebih dari 2.000 kursi.
Konsep mendirikan HIRSC ini adalah untuk mewadahi anak – anak dan remaja yang tertarik terhadap olahraga sepatu roda agar dapat tetap bermain sepatu roda tanpa terhalang angin dan hujan.
Gambar 2.8. Tribun dengan kapasitas lebih dari 2000 kursi penonton
Track dibuat sesuai standard internasional. Menurut standard internasional, desain dan konstruksi track balap merupakan track oval yang memiliki keliling 200 m dengan kurva miring.
remaja mengikuti pelatihan di sini sejak dibuka. Selain melatih masyarakat yang tertarik pada olahraga sepatu roda, HIRSC juga memiliki klub sendiri yang membina 17 atlet. Sejak didirikan pada tahun 2008, tim ini telak mencapai hasil yang baik di kompetisi nasional.
HIRSC menghadirkan eksplorasi gedung olahraga skala besar. Dalam proses proyek pembangunan secara keseluruhan, tempat ini didukung oleh State Sports General Administration, Zheijiang Province Sports Bureau of Haining dan pemerintah kota. Kepala Negara, Kepala Daerah, dan Walikota berulang kali datang melihat proses konstruksi untuk melakukan pengawasan dan pengarahan. HIRSC memiliki peralatan terbaik dan fasilitas yang paling lengkap, serta tempat skating paling maju di Asia. Hal ini juga menunjukkan pembangunan gaya baru di kota Haining dan menunjukkan prestasi gemilang dalam pengembangan olahraga. Di HIRSC terdapat toko peralatan sepatu roda yang memproduksi sendiri sepatu, helm, alat pelindung, roda, dan sebagainya.
Gambar 2.10. Ruang fitness sebagai fasilitas pendukung
Saat ini, lokasi pusat pelatihan untuk Chinese Inline Skating Association telah ditetapkan di HIRSC. Haining memberikan kontribusi pada pelatihan atlet nasional serta orang-orang dengan bakat di olahraga sepatu roda.
2.4.2. Arena Geisingen
Gambar 2.11. Arena Geisingen
Nama bangunan : Arena Geisingen atau The Geisingen Arena
Lokasi : Am Espen 16, 78187, Geisingen
Luas lahan : 3,5 ha
Mulai dibuka : 16 April 2010
Kapasitas penonton : 3000 orang (2500 kursi tribun dan 500 berdiri)
Fungsi : Sarana kompetisi sepatu roda, latihan, dan hiburan
Arena Geisingen merupakan arena olahraga sepatu roda yang terletak di Jerman. Arena ini terdiri dari lintasan outdoor dan lintasan indoor yang difungsikan sepanjang hari.
Gambar 2.13. Foto udara Arena Geisingen
Gambar 2.14. Suasana ruang luar Arena Geisingen
Gambar 2.15. Proses konstruksi Arena Geisingen
secara psikologis menciptakan suasana yang memotivasi. Sehingga baik atlet maupun pengunjung berada dalam suasana yang bersemangat.
Gambar 2.17. Aktivitas pengguna lintasan sepatu roda
Gambar 2.18. Suasana interior
Bagi pengunjung dirancang tribun dengan kapasitas 2500 kursi dan 500 penonton berdiri. Arena Geisingen dirancang dengan konsep dinamis, ceria, dan modern. Bagi pengunjung, menonton olahraga sepatu roda merupakan kegiatan yang rekreatif dan menyenangkan.
Arena Geisingen dilengkapi dengan fasilitas pendukung antara lain: bistro, fitness center, dan toko perlengkapan olahraga.
2.4.3. Kompleks Olahraga Saparua Bandung
Nama bangunan : Saparua
Lokasi : Jalan Ambon No.9 Bandung
Pemilik : Pemerintah
Kompleks Olahraga Saparua merupakan kompleks sarana olahraga di Bandung yang fasilitas olahraganya terdiri dari GOR Saparua dan fasilitas outdoor. Sarana olahraga yang disediakan antara lain:
Sepatu roda
Skate board
BMX
Basket
Area permainan dengan
remote control
Bulutangkis
Gambar 2.20. Denah kompleks olahraga Saparua
menghadapi Porda yang diselenggarakan di Bandung. Pengadaan track untuk kejuaraan sepatu roda pada Porda di Bandung ini menjadi awal kebangkitan kembali olahraga sepatu roda di Bandung.
Arena ini dilengkapi dengan toko penyewaan dan penjualan peralatan sepatu roda. Sehingga, siapapun yang tertarik dengan olahraga sepatu roda, baik yang memiliki sepatu roda atau pun tidak, bisa mencoba bermain di Saparua.
Tabel 2.4. Jadwal penggunaan track sepatu roda Saparua
N
O.
Waktu Hari
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1. 08.00- 10.00
Pelatda Pelatda Pelatda Pelatda Pelatda Balan-ce
B-Blades
2. 10.00- 12.00
- - - Pelatda -
3. 14.00- 16.00
- Falcon Pelatda Falcon Balan-ce
Pelatda Falcon
4. 16.00-18.00
Pelatda Pelatda B-Blades
Pelatda Pelatda B-Blades
Balan-ce
Sumber: Arsip Pengelola Saparua
Track sepatu roda bersifat publik, tetapi ketika atlet pelatda atau klub sepatu roda yang sudah terdaftar sedang melakukan latihan, maka penggunaan track terbatas sesuai jadwal.
Gambar 2.21. Peralatan untuk sepatu roda jenis aggressive
Walaupun track sepatu roda di Saparua berstandard internasional, tetapi masih terdapat kekurangan. Salah satunya adalah permukaan aspal yang tidak rata menyebabkan ada genangan air di lintasan sehabis hujan. Jika dalam keadaan seperti ini ada altet atau klub yang akan latihan, maka mereka harus menyapu genangan air ini untuk menghindari kecelakaan saat latihan. Hal ini merupakan salah satu kelemahan track sepatu roda outdoor.
BAB 3
ELABORASI TEMA
1.10. Struktur sebagai Elemen Estetika
Pengertian struktur:
Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dari titik dimana gaya tersebut bekerja dalam bangunan ke pondasi yang pada akhirnya menahan gaya-gaya tersebut.4
Pengertian elemen:
Elemen adalah bagian (yang penting, yang dibutuhkan) dari keseluruhan yang lebih besar.5
Pengertian estetika:
Estetika berasal dari bahasa Yunani yaitu Aisthesis yaitu cabang filsafat yang membahas mengenai keindahan baik rasa, kaidah, maupun sifat hakiki dari keindahan. Cara menguji keindahan tersebut dengan perasaan dan pikiran manusia, pengaruh lingkungan dan tradisi atas penilaian dan apresiasi sebagai suatu kategori yang terpisahkan dari logika dan etika.
Menurut Webstus New School dan Office Dictionarys Acsthetios yaitu ilmu atau teori dari keindahan berada dalam perasaan ataupun suatu seni. Jadi dari penjabaran di atas dapat disimpulkan Estetika merupakan kata pengganti dari indah, bagus, menarik, dan sebagainya yang semuanya itu bersifat subjektif dimana penilaian dan apresiasi atas indah, bagus, menarik berbeda-beda pada setiap manusia.
4
Angus J. Macdonald, Struktur dan Arsitektur, hal A-112 5
1.11. Interpretasi Tema
Dari penjabaran di atas, maka diperoleh pengertian bahwa Struktur sebagai Elemen Estetika adalah estetis bangunan tercipta melalui inovasi logika struktur yang dipengaruhi oleh kaidah-kaidah estetika arsitektur yaitu kesatuan, keseimbangan, proporsi, skala, dan irama. Dalam hal ini, inovasi-inovasi struktur didukung oleh pemakaian material struktur memegang peranan penting terciptanya estetika bangunan arsitektur.
Dalam bidang rancang bangunan, arsitektur mempunyai landasan yaitu fungsi, struktur, dan estetika, maka hubungan struktur dan estetika saling terkait dan saling mempengaruhi. Untuk merancang suatu bentuk arsitektur seorang arsitek harus mampu mengaplikasikan landasan fungsi struktur dan estetika secara seimbang ditambah pemahaman yang luas terhadap faktor yang mempengaruhi fungsi struktur maupun estetika yang kemudian disusun kedalam keseluruhan yang tunggal. Dalam arsitektur, dinyatakan suatu prinsip bahwa semua bangunan akan menjadi baik apabila ada kesatuan antara denah, tampak, potongan.
Bangunan yang menerapkan konsep ini memunculkan dan cenderung menonjolkan struktur bangunannya sebagai elemen estetika dimana bangunan lain pada umumnya lebih banyak menyembunyikan strukturnya sendiri, atau memakai material sebagai pelapis strukturnya untuk menambah nilai estetis dari bangunan itu. Penggunaan struktur yang tidak awam dan diekspose merupakan karakter menonjol dari bangunan yang menerapkan tema ini.
Angus J. Macdonald dalam buku berjudul Struktur & Arsitektur mengemukakan bahwa struktur sebagai elemen estetika adalah:
“Bangunan dimana batas dari apa yang mungkin secara teknis dikerjakan, tanpa memungkinkan kompromi terhadap persyaratan struktur.”6
6Angus J. Maacdonald,
1.12. Pendekatan Struktur
Banyak hal yang mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur, karena bentuk arsitektur tidak lahir begitu saja tanpa ada penyebabnya. Arsitektur dihadapkan pada persoalan baru untuk menjawab persoalan berkembangnya kebutuhan dan pengetahuan manusia. Karena itu, struktur dengan metode-metode baru mampu membuat langgam-langgam arsitektur yang baru dan kemudian memajukan bentuk arsitektur itu sendiri. Adalah wajar bila suatu bentuk arsitektur kemudian memunculkan atau menampilkan bentuk struktur yang dikandungnya. Perkembangan bentuk arsitektur ini kemudian menimbulkan adanya persepsi dan konsep struktur yang berkembang menjadi sebuah langgam, yang memunculkan bentuk melalui permainan struktur.
Struktur bangunan yang paling ideal adalah yang paling stabil, kuat, fungsional, ekonomis dan estetis. Bila syarat fungsi, struktur dan bentuk sudah tepat maka segi estetikanya yang mencakup segi-segi arsitektur, ekonomi, politik, sosial budaya, sejarah, dan tradisi merupakan syarat selanjutnya yang harus diperhitungkan.
Dalam kasus proyek Arena Sepatu Roda, struktur yang akan dipergunakan adalah struktur bentang lebar. Struktur jenis ini memungkinkan untuk ruangan besar yang bebas kolom, sehingga dapat dimanfaatkan untuk lapangan pertandingan, yang sudah tentu harus bebas kolom.
Struktur bentang lebar diklasifikasikan oleh Heinrich Engel dalam buku Structure System, 1987, sebagai berikut:
1. Vector Active Structure System
Struktur pembebenan berupa gaya tekan (compression) atau tarik
(tension) melalui garis vector (batang).
2. Surface Active Structure System
Non rigid, fleksibel
Struktur pembebenan berupa gaya tekan (compression) atau tarik
(tension) melalui bidang permukaan.
Struktur pembebenan berupa gaya tekan (compression) atau tarik
(tension) melalui bidang permukaan.
Pembagian struktur kedalam kelas-kelasnya dijabarkan sebagai berikut: Vector Active Structure System
Rigid (portal) Frame
Truss Frame (rangka kuda-kuda)
Grid Structure
-
Space Frame (Rangka Ruang)
-
Folded Bracing
-
Barrel Bracing
-
Dome Bracing
Surface Active Structure System
Folded Plate (lipat)
-
Lipat Piramidal (Limas/Pelana)
-
Lipat Prismatis (perisai)
Shell (cangkang)
-
Shell Singly Curved (Melengkung Satu Arah)
-
Shell Doubly Curved (Melengkung Dua Arah)
Rotation Surface
Translation Surface
Ruled Surface
Shell Free Form (bentuk Bebas)
4. Form Active Structure System
Arch (pelengkung)
Cable Structure (Struktur Kabel)
-
Vertical Cable System (Kabel Gantung)
-
Horizontal Cable System (Kabel Layer)
Tent (Struktur Tenda)
Pneumatic
-
High Profile Air Supported Structures
Inflated Ribbed Structures
-
Low Profile Air Supported Structures
Tabel 3.1. Jenis-jenis struktur
Jenis Struktur Contoh Bangunan
Vector Active Structure
System
Rigid / Portal Frame
Truss Frame
Grid Structure
Space Frame
Barrel Bracing
Dome Bracing
Surface Active Structure
System
Folded Plate
Lipat Piramidal
Shell
Shell Singly Curved
Shell Doubly Curved
Shell Free Form
Form Active Structure
System
Cable Structure
Vertical Cable System
Horizontal Cable System
Tent
Pneumatic
High Profile Air Supported
Low Profile Air Supported Structures
Dari banyak jenis struktur bentang lebar yang telah diklasifikasikan
tersebut maka akan dipakai beberapa jenis untuk diterapkan ke dalam
proyek.
1.13. Keterkaitan Tema dengan Judul
Angus J. Macdonald dalam buku Struktur & Arsitektur mengemukakan bahwa struktur dan arsitektur dapat berkaitan dalam berbagai cara yang beragam mulai dari dominasi struktur secara penuh pada arsitektur yang ekstrim hingga pengabaian sepenuhnya persyaratan struktural dalam penentuan bentuk bangunan dan pengolahan estetikanya. Bentuk-bentuk hubungan tersebut dikelompokkan menjadi enam bidang berikut:
1. Ornamentasi struktur
2. Struktur sebagai ornament
3. Struktur sebagai arsitektur
4. Struktur sebagai penghasil bentuk
5. Struktur yang diterima
6. Struktur yang diabaikan
86
Manusia selaku objek dari arsitektur akan semakin dekat dengan bangunan yang digunakan dan menjadi tempat melaksanakan aktivitasnya. Semakin majunya teknologi struktur pada bangunan maka manusia akan semakin terbiasa dengan potensi bentuk yang mampu dihasilkan oleh struktur bangunan tersebut.
Olahraga dapat dikatakan merupakan suatu bahasa universal, yang tidak mengenal suku, agama, budaya, dan batas geografis. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kesamaan cabang olahraga di setiap negara, bahkan kebanyakan negara mengikuti perlombaan olahraga, baik tingkat regional, maupun tingkat internasioanal.
Dengan penerapan teknologi struktur pada bangunan-bangunan olahraga, khususnya gedung olahraga, maka pada saat ini pembangunan gedung olahraga yang modern dan canggih serta yang bertaraf internasional dan nasional telah menjadi kebutuhan bagi pengembangan olahraga itu sendiri.
Kebutuhan yang pada awalnya hanya pada ruang berubah pada kebutuhan akan, kenyamanan dan keindahan yang kesemuanya berkembang sejalan dengan teknologi struktur.
Sehingga pada saat sekarang ini sulit untuk melepaskan hubungan antara gedung olahraga dengan aplikasi struktur bangunan.
Dalam kasus proyek Arena Sepatu Roda akan digunakan struktur pelengkung dan rangka batang.
1.14. Studi Banding Tema Sejenis
3.5.1.
Beijing National Stadium
Nama bangunan : Beijing National Stadium, juga dikenal sebagai The National
Stadium atau Bird‟s Ness
Lokasi : Beijing, China
Mulai dibangun : 24 Desember 2003
Dibuka sejak : 28 Juni 2008
Arsitek : Herzog & de Meuron
Kapasitas : 80.000
Beijing National Stadium adalah proyek bersama antara arsitek Jacques Herzog dan Pierre de Meuron dari Herzog & de Meuron, arsitek proyek Stefan Marbach, seniman Ai Weiwei, dan CADG (China Architecture Desain and Research Group) yang dipimpin oleh kepala arsitek Li Xinggang. Dalam usahanya mendesain sebuah stadion yang „berpori‟ yang juga akan menjadi bangunan tempat berkumpul dan wadah publik Cina, tim mempelajari keramik Cina. Pemikiran ini akhirnya juga membawa mereka pada desain „pola sarang‟. Bangunan stadion terdiri dari dua struktur yang berdiri sendiri: sebuah mangkuk semen berwarna merah dan rangka baja pada bagian luar yang mengelilinginya. Keduanya berjarak 50 kaki.
Gambar 3.2. Struktur yang diekspos pada stadion
3.5.2.
Center Georges Pompidou
Gambar 3.3. Pompidou Center
[image:70.595.124.504.446.693.2]Pompidou Center
Lokasi : Paris, France
Mulai dibangun : 1971
Selesai dibangun : 1977
Arsitek : Renzo Piano dan Richard Rogers
Fungsi bangunan : Museum, perpustakaan, dan riset institut
Center Georges Pompidou yang juga dikenal dengan nama Pompidou Center adalah sebuah kompleks di daerah Beaubourg, dekat Les Halles. Pompidou Center didesain dengan langgam arsitektur high-tech.
[image:71.595.161.467.465.670.2]Pompidou Center menempatkan the Bibliotheque publique d‟information, sebuah perpustakaan yang sangat luas, Musee National d‟Art Moderne yang juga adalah museum terbesar untuk modern art di Eropa, the Pompidou Center oleh masyarakat setempat dikenal dengan sebutan Beaubourg, dan juga pusat penelitian musik dan suara. Pompidou Center telah diikunjungi oleh lebih dari 150 juta orang sejak dibuka pada tahun 1977.
Gambar 3.5. Eksterior yang menunjukkan pipa-pipa sistem utilitas berwarna
Pompidou Center didesain oleh arsitek Itali, Renzo Piano dan pasangan arsitek Inggris, Richard Rogers dan Su Rogers. Proyek ini diberikan dalam kompetisi desain yang hasilnya diumumkan pada tahun 1971. Disebutkan saat kemenangan Rogers atas Pritzker Prize pada tahun 2007, The New York Times mencatat bahwa desain Pompidou Center “memutarbalikkan dunia arsitektur” dan bahwa “Rogers mendapat reputasi sebagai seorang iconoclast high-tech dengan Pompidou Center nya, dengan adanya ekspose pipa-pipa sistem mekanikal yang masing-masing diwarnai dengan warna yang berbeda.
BAB 4
ANALISA PERANCANGAN
Dalam merancang, bangunan yang dirancang harus memperhatikan tapak, lingkungan sekitar tapak, dan manusia. Analisa yang baik akan menghasilkan konsep perancangan yang baik.
1.15. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan
[image:74.595.109.514.210.784.2]4.1.1. Lokasi Tapak
Gambar 4.1. Lokasi tapak
4.1.2. Ukuran Tapak dan Batas-batas
site
Ukuran : 2,7 ha Batas utara : Proyek
perumahan Batas selatan : Jl. Pasar 5 Batas barat : Gedung arsip Batas timur : Jl. Pasar 7 Lokasi terletak di Jl.
Pasar 5 dan Pasar 7 Pancing, Kec.Medan Perjuangan, Sumut.
Potensi:
Terletak di kawasan sub pusat pelayanan olahraga Kota Medan.
Usulan:
Gambar 4.2. Batas-batas tapak
[image:75.595.184.463.150.374.2]4.1.3. Tata Guna Lahan Sekitar Tapak
Gambar 4.3. Peta tata guna lahan sekitar tapak
Berdasarkan Perda Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang RTRW Kota Medan, pasal 14(6)d, subpusat pelayanan kota Medan Perjuangan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat pelayanan Olahraga, ditetapkan di Kecamatan Medan Tembung tepatnya disekitar aksara, meliputi Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Tembung
4.1.4. View dari Tapak
Gambar 4.4. Analisa view dari tapak
TANGGAPAN DAN USULAN:
- Area servis dan utilitas diletakkan pada sisi dengan view keluar yang kurang baik
Ke arah Jl.Pasar5 Ke arah Jl.Pasar7
Ke arah GSG
++ Bangunan dapat berorientasi ke arah yang memiliki view yang baik
[image:76.595.140.545.449.656.2]4.1.5. View menuju Tapak
Gambar 4.5. Analisa view menuju tapak
TANGGAPAN DAN USULAN:
++ Sisi tapak yang view dari luarnya baik dapat diperuntukkan bagi ruang terbuka publik, dan ruang latihan outdoor, untuk menarik perhatian masyarakat
4.1.6. Skyline
Gambar 4.6. Analisa skyline
4.1.7. Sirkulasi Kendaraan
Gambar 4.7. Analisa sirkulasi kendaraan
4.1.8. Sirkulasi Pejalan Kaki
[image:77.595.157.467.400.620.2]4.1.9. Pola Arsitektur Bangunan
Gambar 4.9. Analisa pola arsitektur bangunan sekitar tapak