• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arena Sepatu Roda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Arena Sepatu Roda"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2011/2012

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh

FARAH DINA ZUHRA

080406032

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Oleh

FARAH DINA ZUHRA

080406032

Medan, Juli 2012

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Wahyu Abdillah, S.T. Devin Devriza, S.T., M.T.

Ketua Departemen

(3)

Nama : Farah Dina Zuhra

NIM : 080406032

Judul Proyek Akhir : Arena Sepatu Roda

Tema Proyek Akhir : Struktur sebagai Elemen Estetika

Rekapitulasi Nilai :

Nilai akhir A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :

No Status Waktu

Pengumpulan Laporan

Paraf Pembimbing

I

Paraf Pembimbing

II

Koordinator TKA-490

1 LULUS

LANGSUNG

2 LULUS

MELENGKAPI 3 PERBAIKAN

TANPA SIDANG 4 PERBAIKAN

DENGAN SIDANG 5 TIDAK LULUS

Medan, Juli 2012

Ketua Departemen Arsitektur FT – USU Koordinator TKA-490 Studio Tugas Akhir

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data melalui studi literatur dan dari berbagai nara sumber, telaah, analisa dan penyusunan landasan - landasan teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta gambar - gambar rancangan.

Selama proses penyelesaian laporan ini, penulis didukung oleh berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini,penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

 Kedua orang tua saya yang tercinta Bapak Drs. Ansharuddin dan Ibu Sinarwati, serta saudara-saudara saya Farah Diba Thahura (kak Diba), Fitri Rahayu (Omenk), dan Novia Maheran (Opi) atas segala doa, semangat dan perhatiannya yang tiada hentinya kepada saya.

Nuril Huda Lubis yang selalu bersabar dan memberi semangat.

 Bapak Wahyu Abdillah, S.T. sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingan, dukungan dan semangat yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.

 Bapak Devin Devriza, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, serta motivasi yang sangat berarti.

 Ibu Ir. Basaria T., M.T. selaku Ketua Sidang dan dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

 Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T. sebagai Ketua Jurusan Arsitektur USU  Bapak Imam Faisal Pane, MT Sebagai Sekretaris Jurusan Arsitektur USU

 Bapak Bagindo Alfisyahrin danBapak Doli Dalimunte sebagai Pengurus PORSEROSI SUMUT yang telah memberikan banyak bantuan dalam pengumpulan data dan pemahaman tentang olahraga sepatu roda.

Seluruh Staf pengajar

Arsitektur Universitas Sumatera Utara atas bimbingan

(5)

Utara.

Seluruh teman-teman Stambuk 08, khususnya

Marlina Tarigan, Rabita

Akbari S., Ayunda AlQadr H., Dwi Ananda P., Wenny Arminda, Ahmad

Husin D., Rahmi Abdillah Lbs, Welda Saputri

atas kebersamaan yang telah

kita lewati bersama.

Seluruh teman-teman Kelompok Tugas Akhir saya,

Angga Kim P., Rusman,

Wenny, Widiana, Jansen.

Sahabatku

Z

uhri Reza ‘Banenk’, s

ahabatnya Opi

‘Pina, Nahar

Cs.

,

Adik-adik 2011

‘Bagus Imam Cs.’

atas sumbangan tenaga dan pikiran dalam

membantu tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kemajuan bersama.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Hormat penulis,

(6)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1.

Latar Belakang

1

1.2.

Maksud dan Tujuan

4

1.3.

Masalah Perancangan

4

1.4.

Pendekatan

4

1.5.

Lingkup Batasan

5

1.6.

Kerangka Berfikir

1.7.

Sistematika Penulisan

7

BAB 2 DESKRIPSI PROYEK 8

2.1. Data Umum 8

2.2. Tinjauan Proyek 8

2.2.1. Terminologi Judul 8

2.2.2. Sejarah Umum Perkembangan Sepatu Roda 8

2.2.3. Kondisi Olahraga Sepatu Roda di Sumatera Utara 9

2.2.4 Pentingnya Arena Sepatu Roda di Sumatera Utara 13

2.2.5 Jenis Kegiatan Arena Sepatu Roda 13

2.2.6 Peraturan Olahraga Sepatu Roda 14

2.2.7. Organisasi PORSEROSI 17

(7)

2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi 19

2.3.2. Alternatif Lokasi Tapak 20

2.3.3. Penilaian AlternatifLokasi 26

2.3.4. Deskripsi Kondisi Lahan 28

2.4 Studi Banding Proyek Sejenis 30

2.4.1. Haining International Roller Skating Center 30

2.4.2. Arena Geisingen 33

2.4.3. Kompleks Olahraga Saparua Bandung 38

BAB 3 ELABORASI TEMA 41

3.1. Struktur Sebagai Elemen Estetika 41

3.2. Interpretasi Tema 42

3.3. Pendekatan Struktur 43

3.4. Keterkaitan Tema dengan Judul 49

3.5. Studi Banding Tema Sejenis 50

3.5.1. Beijing National Stadium 50

3.5.2. Center Georges Pompidou 52

BAB 4 ANALISA PERANCANGAN 56

4.1. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan 56

4.1.1. Lokasi Tapak 56

4.1.2. Ukuran Tapak dan Batas-batas 56

4.1.3. Tata Guna Lahan Sekitar Tapak 57

(8)

4.2.6. Skyline 58

4.1.7. Sirkulasi Kendaraan 59

4.1.8. Sirkulasi Pejalan Kaki 59

4.1.9. Pola Arsitektur Bangunan 60

4.1.10. Vegetasi 60

4.1.11. Cahaya Matahari 61

4.1.12. Kebisingan 61

4.2. Analisa Fungsional 62

4.2.1. Analisa Pengguna 62

4.2.2. Analisa Lama Pemakaian Bangunan 63

4.2.3. Analisa Kegiatan 65

4.2.4. Analisa Kebutuhan Ruang 69

4.3. Program Ruang 72

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 80

5.1. Konsep Ruang Luar 80

5.1.1. Konsep Perancangan Tapak 80

5.1.2. Konsep Entrance 80

5.1.3. Konsep Sirkulasi Kendaraan 81

5.1.4. Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki 81

5.2. Konsep Ruang Dalam 82

5.2.1. Konsep Penzoningan 82

(9)

5.3.1. Konsep Bentuk dan Massa Bangunan 83

5.3.2. Bentukan Massa Bangunan 83

5.3.3. Ground Plan 84

5.4. Konsep Struktur 85

5.5. Konsep Utilitas 85

5.5.1. Sistem Pengkondisian Udara 85

5.5.2. Sistem Penyediaan Air Bersih 85

5.5.3. Sistem Proteksi Kebakaran 86

5.5.4. Sistem Keamanan 86

BAB 6 HASIL RANCANGAN 87

6.1. 3D PERSPEKTIF 87

6.2. FOTO MAKET 90

6.3. GAMBAR KERJA 91

DAFTAR PUSTAKA xii

LAMPIRAN

(10)

Gambar 2.1. Kondisi Tempat Latihan Klub Sepatu Roda 13

Gambar 2.2. Standard Track Sepatu Roda 15

Gambar 2.3. Site Alternatif A dan Kondisi Sekitarnya 22

Gambar 2.4. Site Alternatif B dan Kondisi Sekitarnya 23

Gambar 2.5. Site Alternatif C dan Kondisi Sekitarnya 25

Gambar 2.6. Eksisting Site 29

Gambar 2.7. Haining International Roller Skating Center ( HIRSC ) 30

Gambar 2.8. Tribun dengan Kapasitas lebih dari 2000 kursi penonton 31

Gambar 2.9. Track Standard Internasional dengan keliling 200m dan mining 31

Gambar 2.10. Ruang Fitness sebagai Fasilitas Pendukung 32

Gambar 2.11. Arena Geisingen 33

Gambar 2.12. Site Plan Arena Geisingen 33

Gambar 2.13. Foto Udara Arena Geisingen 34

Gambar 2.14. Suasana ruang luar Arena geisingen 34

Gambar 2.15. Proses Konstruksi Arena Geisingen 35

Gambar 2.16. Track Standard International dengan Keliling 200 meter 35

Gambar 2.17. Aktivitas Pengguna Lintasan Sepatu Roda 36

Gambar 2.18. Suasana Interior 37

Gambar 2.19. Retail yang terdapat di Arena Geisingen 37

Gambar 2.20. Denah Kompleks Olahraga Saparua 38

Gambar 2.21. Peralatan Sepatu Roda Jenis Aggerssive 40

(11)

Gambar 3.2. Struktur yang diekspos pada stadion 52

Gambar 3.3. Pompidou Center 52

Gambar 3.4. Fasade Pompidou Center, mengekspos Escalator Tube dan Struktur

Bangunan 53

Gambar 3.5. Eksterior yang Menunjukan Pipa – Pipa Sistem Utilitas Berwarna 54

Gambar 3.6. Ekskalator Tube Pampidou Center 55

Gambar 4.1. Lokasi Tapak 56

Gambar 4.2. Batas – Batas Tapak 56

Gambar 4.3. Peta tata guna lahan sekitar tapak 57

Gambar 4.4. Analisa view dari tapak 57

Gambar 4.5. Analisa view menuju tapak 58

Gambar 4.6. Analisa skyline 58

Gambar 4.7. Analisa sirkulasi kendaraan 59

Gambar 4.8. Analisa sirkulasi pejalan kaki 59

Gambar 4.9. Analisa pola arsitektur bangunan sekitar tapak 60

Gambar 4.10. Analisa sirkulasi kendaraan 60

Gambar 4.11. Analisa cahaya matahari 61

Gambar 4.12. Analisa kebisingan 61

Gambar 5.1. Konsep perancangan tapak 80

Gambar 5.2. Konsep entrance 80

Gambar 5.3. Konsep sirkulasi kendaraan 81

(12)

Gambar 5.6. Konsep sirkulasi antarruang 82

Gambar 5.7. Lintasan sepatu roda 83

Gambar 5.8. Elemen lengkung pada atap 83

Gambar 5.9. Bentukan massa bangunan 84

Gambar 5.15. Ground plan 84

Gambar5.16. Struktur pelengkung pada atap bangunan 85

Gambar 5.17. Sistem pengkondisian udara 85

Gambar 5.18. Sistem penyediaan air bersih 86

Gambar 5.19. Sistem proteksi kebakaran 86

Gambar 5.20. Sistem keamanan 86

Gambar 6.1. Perspektif mata burung 87

Gambar 6.2. Perspektif suasana eksterior 88

Gambar 6.3. Perspektif suasana pintu masuk utama dan ticketing 89

Gambar 6.4. Perspektif suasana interior ruang loker pria dan ruang

shower wanita 89

Gambar 6.5. Foto maket 90

Gambar 6.6. Ground plan 91

Gambar 6.7. Denah Lantai 1, tribun, dan lantai 2 92

Gambar 6.8. Tampak dan potongan 93

Gambar 6.9. Potongan 94

Gambar 6.10. Rencana atap 95

(13)

Gambar 6.13. Rencana elektrikal 98

Gambar 6.14. Rencana sanitasi 99

Gambar 6.15. Denah lintasan 200meter 100

Gambar 6.16. Rencana dan detail sumur resapan air hujan 101

(14)

Tabel 1.1. Perolehan medali tiap cabang olahraga pada SEA GAMES 2011 1

Tabel 2.1. Prestasi atlet Sumut mewakili daerah 11

Tabel 2.2. Kriteria pemilihan lokasi 20

Tabel 2.3. Penilaian alternatif lokasi 26

Tabel 2.4. Jadwal penggunaan track sepatu roda Saparua 39

Tabel 3.1. Jenis-jenis struktur 45

Tabel 4.1. Jadwal latihan klub sepatu roda 63

Tabel 4.2. Pelaksanaan kompetisi berkala olahraga sepatu roda 64

Tabel 4.3. Analisa kegiatan pengguna 65

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Olahraga sepatu roda adalah kegiatan olahraga yang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Olahraga yang diperkenalkan oleh Belanda pada masa penjajahan ini berkembang di Indonesia pada tahun 1980an. Perlombaan-perlombaan di bidang olahraga sepatu roda yang diadakan secara regular, seperti perlombaan antarklub, PON, maupun SEA GAMES, dapat menjadi arah prestasi bagi peminat olahraga ini. Secara umum, prestasi Indonesia di ajang perlombaan tingkat regional ASEAN terbilang membanggakan jika dibandingkan dengan olahraga lainnya, terbukti pada ajang SEA GAMES pada tahun 2011, Indonesia berhasil merebut 12 medali emas.

Tabel 1.1. Perolehan medali tiap cabang olahraga pada SEA GAMES 2011

No. Cabang Olahraga Perolehan Medali

Emas Perak Perunggu

1 Athletics 13 12 11

2 ROLLER SPORT 12 9 1

3 Paragliding 11 4 6

4 Karate-Do 10 2 4

5 Cycling 10 8 9

6 Shorinji Kempo 8 7 1

7 Wushu 8 3 3

8 Soft Tennis 7 2 2

9 Fin Swimming 7 8 2

10 Wall Climbing 7 5 0

11 Pencak Silat 6 0 2

12 Taekwondo 6 3 5

13 Canoeing 6 5 2

14 Badminton 5 4 2

15 Swimming 5 8 9

16 Vovinam 5 1 8

17 Tennis 4 2 3

18 Bridge 4 1 3

19 Weightlifting 4 8 2

20 Wrestling 4 2 3

21 Water Ski 4 3 5

(16)

23 Pencak Silat 3 5 0

24 Shooting 2 0 2

25 Boxing 2 3 4

26 Wall Climbing 2 0 0

27 Judo 2 1 1

28 Ekuestrian 2 2 2

29 Cycling 2 0 0

30 Golf 2 1 1

31 Rowing 2 0 0

32 Judo 2 1 6

33 Swimming 1 0 1

34 Diving 1 3 4

35 Sailing 1 2 1

36 Rowing 1 1 1

37 Ekuestrian 1 0 0

38 Fencing 1 6 2

39 Billiard & Snooker 1 3 2

40 Archery 1 0 0

41 Chess 1 2 2

42 Sepak Takraw 1 3 2

43 Gymnastic – Artistic 1 2 6

44 Beach Volleyball 1 2 0

45 Water Polo 0 1 1

46 Volleyball 0 1 1

47 Basketball 0 0 1

48 Bowling 0 1 1

49 Gymnastic – Aerobic 0 0 1

50 Wrestling 0 3 0

51 Baseball 0 1 0

52 Gymnastic - Rhythmic 0 0 1

53 Softball 0 1 1

54 Open Water Swimming 0 1 1

55 Football 0 1 0

56 Table Tennis 0 0 3

57 Futsal 0 0 1

58 Synchronized Swimming 0 1 4

59 Traditional Boat Race 0 5 4

60 Open Water Swimming 0 1 1

Sumber: http://msumarna.blogspot.com/

(17)

Sumatera Utara hanya memiliki sekitar 140 atlet yang tersebar di 7 klub yang ada di Kota Medan dan Asahan.

Salah satu penyebab ketertinggalan ini adalah tidak adanya sarana dan prasarana olahraga sepatu roda di Sumatera Utara yang sesuai standard internasional. Saat ini, atlet dan peminat olahraga sepatu roda melakukan latihan di beberapa tempat yang fungsinya bukanlah sebagai arena bersepatu roda, seperti Lanud dan Tapian Daya Sumatera Utara. Kondisi ini tentu saja menghambat pembinaan atlet sepatu roda.

Tidak adanya arena sepatu roda yang sesuai standard internasional di Sumut juga mengakibatkan Sumut tidak bisa menjadi tuan rumah perlombaan olahraga sepatu roda nasional, regional, maupun internasional.

Tidak hanya bagi atlet, pencinta olahraga sepatu roda pun tidak memiliki sarana dan prasarana yang layak yang bisa dijadikan tempat penyaluran minat. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Pengprov PORSEROSI Sumut, penjualan sepatu roda di Ace Hardware rata-rata setiap hari sebanyak 10 buah selama beberapa bulan terakhir.1 Tetapi, peminat olahraga sepatu roda yang terpantau oleh Pengprov PORSEROSI tidaklah sebanyak itu. Tidak diketahui dimana sebagian besar para pembeli sepatu roda lainnya bermain. Hal ini terjadi diakibatkan tidak adanya wadah yang representatif bagi olahraga sepatu roda.

Hal-hal tersebut di atas melatarbelakangi perlunya didirikan Arena Sepatu Roda. Pembuatan Arena Sepatu Roda juga didukung oleh program Pengurus Besar PORSEROSI untuk mengembangkan sepatu roda di seluruh Indonesia, khususnya Sumatera Utara yang belum memiliki arena sepatu roda sesuai standard internasional.

(18)

1

Wawancara terhadap Pengprov PORSEROSI

Pengprov (Pengurus Provinsi) PORSEROSI Sumut sebagai organisasi yang menaungi olahraga sepatu roda di Sumatera Utara sedang berusaha mengajukan permohonan pengadaan sarana dan prasarana olahraga sepatu roda kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara demi mewujudkan misi PORSEROSI yaitu mewujudkan olahraga sepatu roda yang kompetitif di tingkat nasional, regional, dan internasional.

1.2.

Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan perancangan Arena Sepatu Roda adalah:

Menyediakan suatu wadah atau tempat yang berfungsi sebagai sarana

pelatihan dan pembinaan atlet sepatu roda agar lebih berprestasi baik di

kompetisi nasional, regional, maupun internasional

Menyediakan sarana sepatu roda bagi peminat olahraga sepatu roda

agar dapat mengarahkan minat di tempat yang selayaknya

Menyediakan arena perlombaan sepatu roda berstandard internasional di

Sumatera Utara

1.3.

Masalah Perancangan

Permasalahan yang timbul dari tema dan kasus dalam perancangan proyek ini adalah:

Bagaimana menciptakan sebuah rancangan lingkungan dan bangunan

yang sesuai dengan judul yang diangkat.

Bagaimana mengelola ruang dalam bangunan agar saling terintegrasi

antarberbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda.

(19)

Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam mengumpulkan data-data, baik data primer maupun sekunder untuk memperjelas pemahaman tentang Arena Sepatu Roda dilakukan dengan metode pendekatan berikut:

Studi Literatur

Studi terhadap kepustakaan yang berkaitan dengan standard-standard

arsitektur yang berkaitan dengan fungsi bangunan dan tema

perancangan Arena Sepatu Roda, berupa teori, standard perencanaan,

peraturan, dan peruntukan.

Studi banding

Studi banding terhadap proyek sejenis, tema sejenis, serta proyek dan

tema sejenis untuk memperoleh data-data tentang sarana olahraga

sepatu roda, serta kegiatan yang berlangsung di dalamnya.

Observasi Lapangan

Merupakan pengamatan langsung di lokasi perencanaan, meliputi

keadaan eksisting dan sekitarnya.

Wawancara

Dilakukan dengan pihak yang terkait dengan Pengprov PORSEROSI

sebagai pihak yang ingin mendirikan arena sepatu roda, maupun pihak

lainnya yang berhubungan dengan olahraga sepatu roda sebagai

pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam perancangan.

1.5.

Lingkup / Batasan

Ruang lingkup perancangan proyek Arena Sepatu Roda ini adalah:

Sarana latihan dan perlombaan olahraga sepatu roda, serta sarana

pendukung kegiatan olahraga sepatu roda.

(20)

1.6.

Kerangka Berfikir

Arena Sepatu Roda

ANALISA

MAKSUD DAN TUJUAN

Menyediakan

wadah

pelatihan dan pembinaan

atlet

Menyediakan

sarana

olahraga

bagi

pecinta

olahraga sepatu roda

Menyediakan

arena

perlombaan olahraga sepatu

LATAR BELAKANG

Tidak adanya sarana olahraga

sepatu roda di Sumut

Pengprov PORSEROSI Sumut

ingin mengajukan permohonan

pengadaan arena sepatu roda

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana

menciptakan

rancangan

lingkungan dan bangunan sesuai dengan

judul

Bagaimana

mengelola

ruang

dalam

bangunan

agar

saling

terintegrasi

STUDI LITERATUR STUDI BANDING SURVEI LAPANGAN DESAIN AKHIR KONSEP

TEMA PENDEKATAN

KONSEP DESAIN

(21)

1.7.

Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar belakang, maksud dan tujuan, masalah perancangan, pendekatan, lingkup/batasan, kerangka berfikir, dan sistematika laporan.

BAB 2 DESKRIPSI PROYEK

Data umum proyek, tinjauan umum (terminologi judul, sejarah umum perkembangan sepatu roda, organisasi PORSEROSI, kondisi olahraga sepatu roda di sumatera utara, pentingnya arena sepatu roda di Sumatera Utara, jenis kegiatan Arena Sepatu Roda, peraturan olahraga sepatu roda, struktur organisasi PORSEROSI), lokasi dan studi banding proyek sejenis.

BAB 3 ELABORASI TEMA

Pengertian tema (struktur sebagai elemen estetika), interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.

BAB 4 ANALISA PERANCANGAN

Analisis fungsional, analisis kondisi lingkungan (lokasi, kondisi dan potensi lahan, peraturan, bangunan sekitar, prasarana, karakter lingkungan, pemandangan, orientasi, lalu lintas, sirkulasi dan lain-lain).

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

(22)

BAB 2

DESKRIPSI PROYEK

1.8.

Data Umum

Judul proyek : Arena Sepatu Roda

Tema perancangan : Struktur Sebagai Elemen Estetika

Status proyek : Semi real

Pemilik proyek : Pemerintah

Sumber dana : Pemerintah

1.9.

Tinjauan Umum

2.2.1. Terminologi Judul

Pengertian arena:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arena berarti:

n

1

gelanggang; 2

ki

bidang.

Sedangkan gelanggang berarti: [n] (1) ruang atau lapangan

tempat

menyabung

ayam,

bertinju,

berpacu

(kuda),

berolahraga,

dsb;

(2)

medan

perang

(pertempuran,

perjuangan); (3) lingkaran yg mengelilingi (bulan, matahari,

dsb).

Pengertian sepatu roda:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sepatu roda berarti:

sepatu yang beroda kecil (mainan anak-anak untuk meluncur).

Arena sepatu roda dapat diartikan sebagai ruang atau lapangan tempat berolahraga sepatu roda.

(23)

Negeri Belanda adalah asal olahraga sepatu roda. diciptakan sekitar abad ke 17 oleh seorang penggemar ice skating. Dia ingin mengubah permainan ice skating menjadi permainan yang dapat bergerak di atas tanah atau jalan keras.

Seorang teknisi Belgia dan pembuat alat-alat musik, Joseph Marlin, pada tahun 1963 mencoba berlari dengan peralatan ice skating yang dilengkapi dengan roda kecil dari besi, tapi tidak bisa berkembang pada waktu itu karena ada larangan pemerintah Belanda bermain sepatu roda di jalan raya. Tahun 1863, seorang bernama James Leonard Plimton‟s,pencipta “rocking Skate yang kemudian ia patenkan menjadi sangat popular, ia kemudian dijuluki “Bapak Pencipta Sepatu Roda”. Olahraga itu kemudian popular di Amerika, Inggris dan Austria.

Tahun 1876 terbentuk organisasi sepatu roda di Inggris yang bernama NSA (The National Skating Association). Tahun 1924, berdiri organisasi sepatu roda Internasional dengan nama Federasi Internationale de Roller Skating (FIRS). Sekarang sudah menyebar di 5 benua dengan 42 anggota federasi nasional.

Di Indonesia, sepatu roda mulai masuk ketika masa penjajahan Belanda, kemudian diikuti oleh anak-anak orang Indonesia yang kebetulan orang tuanya bekerja pada Belanda. Tahun 1978, muncul perkumpulan sepatu roda yang diselenggarakan Ikatan Mahasiswa Djakarta (Imada), dan pada tanggal 7 Oktober 1979 terbentuk Pengda Perserosi DKI Jakarta. Pada tanggal 24 – 26 April 1981 dilaksanakan Munas Perserosi I, diikuti oleh 10 utusan Pengda Perserosi. Dan dalam Munas Perserosi I resmi terbentuk PB. Perserosi dengan 14 anggota Pengda yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim, Kaltim, Sulsel, Sulut, Sulteng, Riau, Bengkulu, dan DKI Jakarta. Selanjutnya Olahraga ini terus berkembang sampai dengan sekarang.

2.2.3. Kondisi Olahraga Sepatu Roda di Sumatera Utara

(24)

hanya memiliki sekitar 140 atlet yang tersebar di 7 klub yang ada di Kota Medan dan Asahan. Beberapa klub yang ada di Medan antara lain:

1. Bintang Medan Roller Skate Club (RSC)

Bintang Medan RSC merupakan klub yang dibentuk oleh mantan

atlet sepatu roda nasional. Para siswa diajar oleh instruktur

bersertifikat. Fokus mereka yaitu pembinaan atlet sepatu roda di

bidang speed skate. Selain pembinaan atlet di bidang speed

skate, mereka juga menerima murid untuk

skate for fun

dan juga

slalom

.

Sekretariat

: Jl. Nazir Alwi No.15 Kampus USU Medan

Tempat latihan

: Apron Lanud Polonia Medan

Lapangan Parkir dan Basket FKG USU

Car Free Day, Jalan Sudirman

Jadwal latihan

: Rabu dan Sabtu pukul 16.00 - 18.00

Minggu pukul 08.00

11. 00

Kelas yang dibuka

: Advance Class

Intermediate Class

Beginner Class

2. MAX Speed Skate

Sekretariat

: Palem Indah Johor Residence, blok A8, Jalan

Karya

Kasih, Medan Johor

Tempat latihan : Lapangan Parkir Tapian Daya (PRSU)

Lapangan Parkir Lotte Mart

Car Free Day, Jalan Sudirman

Jadwal latihan : Rabu, Jumat, dan Sabtu pukul 16.00

18.00

Minggu 07.00 - selesai

(25)
(26)

Tabel 2.1. Prestasi atlet Sumut mewakili daerah

Tahun Kejuaraan Tempat Atlet Prestasi

1990 Kejurnas antardaerah

Semarang Doli

Dalimunthe

Memperloleh medali emas (kelas 200 m putra), dan medali perunggu

(kelas 5000 m putra)

1992 Kejurnas antardaerah

Bandar Lampung

Doli

Dalimunthe

Memperloleh medali emas

(kelas 200 m putra) Tim relay

putri

Memperoleh medali perunggu (kelas 5000 m relay putri)

1994 Kejurnas antardaerah

Jakarta Doli

Dalimunthe

Memperloleh medali perak (kelas 200 m putra)

Tim relay putra

Memperloleh medali perunggu

(kelas relay putra) Tim relay

putri

Memperloleh medali perunggu (kelas relay putri)

1995 Kejuaraan antarmaster Indonesia

Jakarta Doli

Dalimunthe

Memperoleh 2 medali emas (kelas 300 m dan 500 m putra), dan medali perak (kelas 1500 m putra)

1996 Kejurnas antardaerah

Serpong, Tangerang

Doli

Dalimunthe

Memperoleh medali emas (kelas 5000 m putra), dan medali perunggu (kelas 1500 m putra)

(27)

emas (kelas 4000 m putra), dan

medali perak (kelas 10000 m putra)

Denis Paramitha

Memperoleh medali perak (kelas 1500 m)

PON XIV Jakarta Lolos PON

1998 Kejurnas antardaerah

Jakarta Imam Darmono

Memperoleh medali emas (kelas 5000 m putra)

2000 PON XV Surabaya Lolos PON

2008 PON XVII Kalimantan Timur

Lolos PON

2010 Bupati Sidoarjo Cup VIII

Sidoarjo M. Rizky Ramadhan

Memperoleh medali perunggu (kelas 10000 m putra)

2011 Bupati Sidoarjo Cup IX

Sidoarjo M. Rizky Ramadhan

Memperoleh medali perak (kelas 1000 m putra)

Kejurnas antardaerah

Semarang M. Rizky Ramadhan

Memperoleh medali perak (kelas 1500 m putra)

2011 Pra-PON Bandung M. Rizky Ramadhan dan

Ananda Putri

Lolos ke PON XVIII 2012 di Riau

2012 Bupati Sidoarjo Cup X

Sidoarjo M. Rizky Ramadhan

(28)

Walaupun sudah memiliki prestasi, tapi kondisi tempat latihan para atlet tidak sesuai standard lapangan sepatu roda yang dikeluarkan oleh CIC. Saat ini, atlet dan peminat olahraga sepatu roda melakukan latihan di beberapa tempat yang fungsinya bukanlah sebagai arena bersepatu roda, seperti Lanud dan Tapian Daya Sumatera Utara (PRSU). Kondisi ini tentu saja menghambat pembinaan atlet sepatu roda.

Gambar 2.1. Kondisi tempat latihan klub sepatu roda

Tidak adanya arena sepatu roda yang sesuai standard internasional di Sumut juga mengakibatkan Sumut tidak bisa menjadi tuan rumah perlombaan olahraga sepatu roda nasional, regional, maupun internasional.

2.2.4. Pentingnya Arena Sepatu Roda di Sumatera Utara

Jika melihat kondisi olahraga sepatu roda di Sumatera Utara saat ini, maka Arena sepatu roda sangat dibutuhkan agar regenerasi atlet terjadi secara berkesinambungan di masa yang akan datang.

Arena sepatu roda diharapkan menjadi wadah pengenalan olahraga sepatu roda ke masyarakat luas, tidak hanya bagi pembinaan atletnya.

2.2.5. Jenis Kegiatan Arena Sepatu Roda

(29)

Latihan dan Pembinaan

Yang akan berlatih dan dibina di Arena Sepatu Roda adalah

para atlet daerah Sumatera Utara dan siswa dari klub sepatu

roda yang khususnya terdapat di Kota Medan.

Kejuaraan

Berbagai kejuaraan akan digelar di Arena Sepatu Roda, baik

level kota, daerah, nasional, regional, maupun internasional.

Dengan adanya arena sepatu roda

indoor

, kans Sumatera

Utara menjadi tuan rumah kejuaraan-kejuaraan sepatu roda

akan terbuka lebar, sebagaimana yang telah terjadi di

daerah-daerah

lainnya

yang

telah

memiliki

track

standard

internasional.

Komersial

Arena Sepatu Roda merupakan aset pemerintah. Sehingga

fasilitas komersial dibutuhkan untuk membiayai perawatan

gedung dan seluruh fasilitas yang ada di dalamnya. Selain

mendukung dalam hal pembiayaan perawatan gedung, fungsi

komersial juga memenuhi kebutuhan terhadap peralatan

olahraga sepatu roda, makanan dan minuman yang pasti

diperlukan oleh pengunjung.

2.2.6. Peraturan Olahraga Sepatu Roda

Peraturan pertandingan olahraga sepatu roda tertuang dalam Internasional Speed Skating Committe C.I.C. Sport Regulations, antara lain:

1. Lintasan Balap

- Lintasan balap bisa berupa lintasan

track

atau jalan.

Lintasan balap di jalan bisa berbentuk sirkuit terbuka atau

tertutup.

(30)

- Di semua lintasan, tikungan harus dibatasi oleh garis

pinggir atau tanda yang bergerak yang dapat dilihat dengan

jelas. Tanda tidak diletakkan pada

rope

pada

track

karena

akan berbahaya bagi peserta perlombaan.

- Pada lintasan jalan dengan tikungan di kiri dan kanan,

pengukuran diambil sepanjang garis imajiner pada 30 cm

dari tikungan tajam.

2.

Track

-

Track

diartikan sebagai lintasan balap

outdoor

atau

indoor

yang tersedia dengan dua jalur lurus yang sama panjang

dan dengan dua tikungan simetris yang memiliki diameter

yang sama.

- Track untuk

event

internasional dan kejuaraan dunia harus

dengan ukuran standard dan bersertifikat CIC.

Track

ini

harus memiliki keliling 200 meter dan lebar lintasan 6

meter.

- Permukaan

track

boleh terbuat dari bahan apa saja,

asalkan benar-benar halus dan tidak licin.

- Garis start dan finish harus ditandai dengan garis putih,

selebar 5 cm, tidak boleh diletakkan di tikungan.

- Pagar pembatas bagian luar track harus dilindungi oleh

material yang sesuai untuk menghindari bahaya karena

keberadaannya.

(31)

Gambar 2.2. Standard track sepatu roda Sumber: Internasional Speed Skating Committe C.I.C. Sport Regulations

3. Arah Balapan

Untuk kompetisi dengan

track

atau jalan tertutup, peserta

kompetisi diposisikan dengan tangan kiri menghadap sudut

dalam

track

atau jalan. Arah balapan seharusnya berlawanan

arah jarum jam.

4. Jarak Resmi Lintasan

Lintasan

track

dan jalan, keduanya memiliki jarak yang resmi

sebagai berikut: 200

300

500

1000

1500

3000

5000

10000

15000

20000 meter. Pada balapan di jalan,

termasuk marathon (42195 meter) untuk laki-laki dan wanita

anak-anak, serta laki-laki dan wanita dewasa.

5. Jarak Resmi untuk Kejuaraan Dunia

Berlaku sama untuk kategori pria dan wanita, anak-anak dan

dewasa.

TRACK

300 meter

time-trial race

500 meter

sprint race

1000 meter

10000 meter

points + elimination race

(32)

- Team time trial

- Elimination races

- Mass start distance race

- Endurance races

- Point to point race

- Relay races

- Stage races

- Pursuit races

- Elimination + point to point race

7. Fasilitas, Peralatan, dan Pelayanan Lainnya

Untuk sirkuit jalan tertutup atau kompetisi

track,

fasilitas,

peralatan, dan pelayanan yang diperlukan antara lain:

- Pengeras suara

- Sebuah papan skor yang menunjukkan nomor lap

- Sebuah bel atau peralatan lainnya yang menunjukkan lap

terakhir

- Pusat pertolongan pertama

- Ruang ganti terpisah untuk pria, wanita, dan wasit

- Tempat terpisah, dilengkapi dengan meja dan kursi untuk

juri

- Sebuah tempat terpisah untuk atlet, manajernya, dan

pelatihnya

- Sebuah tempat disiapkan untuk pers; tersedia radio dan

televisi

- Gerbang untuk membatasi penonton

- Peralatan pencahayaan untuk acara yang berlangsung

malam hari

- Jasa keamanan

(33)

- Untuk kejuaraan internasional, pelayanan anti doping harus

diatur

- Tanggung jawab Organising Federation untuk menyediakan

translator bahasa bagi ofisial FIRS selama kejuaraan dunia

dan selama pertemuan-pertemuan

- 5

earphone

minimal sebanyak 1 set

- Komputer dan printer

2.2.7. Organisasi PORSEROSI

PERSEROSI adalah satu-satunya organisasi olahraga nasional yang berwenang mengkoordinasikan dan membina seluruh kegiatan olahraga sepatu roda dan seluncur di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PORSEROSI didirikan di Jakarta pada tanggal 25 April 1981 untuk waktu yang tidak terbatas. PORSEROSI adalah anggota KONI Pusat sejak tahun 1981, mempunyai peran serta dalam pembinaan pembangunan olahraga prestasi di Indonesia.

PORSEROSI bertujuan mewujudkan prestasi olahraga yang membanggakan dalam rangka turut mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia. Tugas pokok PORSEROSI adalah mengkoordinasikan dan membina seluruh kegiatan olahraga yang dilaksanakan oleh anggota-anggotanya untuk menghasilkan prestasi optimal di tingkat nasional, regional dan internasional.

Fungsi PORSEROSI antara lain:

Memasyarakatkan olahraga dengan menghimpun seluruh

penggemar olahraga dalam wadah organisasi PORSEROSI.

Mengembangkan organisasi PORSEROSI, di seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(34)

Memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional serta membina

hubungan di tingkat regional dan internasional melalui kegiatan

olahraga dan menjadi anggota Federasi Olahraga Sepatu Roda

di tingkat regional dan internasional.

Dalam rangka mewujudkan tujuan, tugas dan fungsi di atas, PORSEROSI bertanggung jawab :

Menyelenggarakan Kejuaraan Tingkat Nasional

sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.

Membentuk Tim Nasional dalam rangka mengikuti kegiatan

olahraga di tingkat regional dan internasional.

Menjalin kerjasama internasional di bidang olahraga dengan

mengikuti kegiatan olahraga dan menjadi aggota Federasi

Olahraga di tingkat regional dan internasional.

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dalam rangka

meningkatkan kualitas pelatih dan wasit.

Menyelenggarakan Pemusatan Latihan Nasional dalam rangka

membina dan meningkatkan prestasi.

Mengadakan penelitian dan pengembangan dalam rangka

peningkatan dan pembinaan organisasi dan prestasi.

Mengadakan prasarana dan sarana olahraga di Daerah

Propinsi, Daerah Kota dan Kabupaten di seluruh Indonesia.

Menyelenggarakan penerangan dan komunikasi tentang

olahraga secara periodik.

Kegiatan-kegiatan lainnya secara teratur, terorganisir dan

merata di seluruh Indonesia.

2.2.8. Struktur Organisasi PORSEROSI

(35)

1. Seorang Ketua Umum

2. Seorang Ketua Harian

3. Seorang atau lebih Wakil Ketua

4. Seorang Sekretaris Jenderal

5. Seorang atau lebih Wakil Sekretaris Jenderal

6. Seorang Bendahara

7. Seorang atau lebih Wakil Bendahara

8. Biro

biro, sebanyak

banyaknya 8 (delapan)

9. Komisi

komisi, sebanyak

banyaknya 6 (enam).

2.3.

Lokasi

2.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

(36)
[image:36.595.105.516.156.540.2]

Tabel 2.2. Kriteria pemilihan lokasi

NO. Kriteria Lokasi

1. RTRW Kota Medan Termasuk dalam sub pusat pelayanan olahraga.

2. Status Kepemilikan Lahan Hak milik pemerintah

3. Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Berada di kawasan yang mendukung fungsi Arena Sepatu Roda sebagai fasilitas olahraga.

4. Pencapaian Dapat diakses mudah dari seluruh wilayah Kota Medan, baik dengan angkutan umum dan pribadi.

5. Area Pelayanan Pelayanan mencakup khususnya Kota Medan secara keseluruhan, dan wilayah Sumut

6. Fungsi Lahan Sekitar Berada di kawasan yang fungsi lahan sekitanya mendukung fungsi bangunan.

7. Fungsi Eksisting Sebaiknya berupa lahan kosong.

8. Kontur Tapak/Topografi Tidak berkontur/datar.

9. Ukuran Lahan Harus mencukupi untuk fungsi utama dan fasilitas pendukung. (>1.5 ha)

2.3.2. Alternatif Lokasi Tapak

Adapun yang menjadi alternatif tapak adalah:

Alternatif A

Jalan Willem Iskandar, Pancing

Batas- batas:

- Utara : Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan Provinsi Sumatera Utara, Stadion Mini Pancing

(37)

- Selatan : Lapangan futsal, Gedung Serba Guna

- Barat : Jalan Willem Iskandar

Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:

- Berada pada kecamatan Medan Perjuangan

- Berdasarkan Perda No.13 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Medan, Kecamatan Medan Perjuangan merupakan Sub Pusat Pelayanan Olahraga di Kota Medan.2

Kelebihan :

- Pencapaian site mudah, karena banyak angkutan umum yang melewati site.

- Kawasan telah dikenal sangat baik oleh penduduk kota Medan.

- Site berada di kawasan fasilitas olahraga, berdekatan dengan sarana olahraga lainnya.

Kekurangan :

-

Letak site terlalu jauh dari banyak kecamatan lain di Kota Medan.

-

Pada site terdapat bangunan yang sedang digunakan oleh Dinas

Tata Ruang dan Permukiman Sumut

(38)

Sirkuit IMI Pancing

Site

Lapangan Futsal Gedung Serba Guna

Gambar 2.3. Site alternatif A dan kondisi sekitarnya

Alternatif B

Jalan Pasar 5 Barat, Pancing

Batas- batas:

- Utara : Proyek Perumahan

- Timur : Jalan Pasar 7, Pancing

- Barat : Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Bidang Arsip

- Selatan : Jalan Pasar 5, Pancing

Stadion Mini Pancing

Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan Sumut

(39)

Site

Gedung Serba Guna

UNIMED Stadion Mini Pancing

Sirkuit IMI Pancing Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:

- Berada pada kecamatan Medan Perjuangan

- Berdasarkan Perda No.13 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Medan, Kecamatan Medan Perjuangan merupakan Sub Pusat Pelayanan Olahraga di Kota Medan.3

Gambar 2.4. Site alternatif B dan kondisi sekitarnya

(40)

Kelebihan :

- Pencapaian site mudah, karena banyak angkutan umum yang melewati site.

- Kawasan telah dikenal sangat baik oleh penduduk kota Medan.

- Site berada di kawasan fasilitas olahraga, berdekatan dengan sarana olahraga lainnya.

Kekurangan :

-

Letak site terlalu jauh dari banyak kecamatan lain di Kota Medan.

-

Pada site terdapat bangunan yang sedang digunakan oleh Dinas

Tata Ruang dan Permukiman Sumut

Alternatif C

Jalan Cut Mutia

Batas- batas:

- Utara : Ruko, permukiman

- Timur : Gang kecil, rumah warga

- Barat : Rumah warga

-

Selatan : Jalan Cut Mutia

Posisi terhadap struktur ruang kota:

- Berada pada Kecamatan Medan Kota

- Berada di pusat Kota Medan

Kelebihan :

- Berada di pusat Kota Medan

- Bernilai komersial tinggi

- Mudah dicapai dari berbagai Kecamatan di Kota Medan

Kekurangan:

(41)

Jalan Cut Mutia Permukiman Penduduk Rumah Warga

Rumah Warga

Gang Site

Tiara Hotel dan Convention Hall

(42)

2.3.3. Penilaian Alternatif Lokasi

[image:42.595.138.540.201.739.2]

Dengan melihat kriteria pemilihan lokasi, maka didapat penilaian alternatif lokasi sebagai berikut:

Tabel 2.3. Penilaian alternatif lokasi

No. Kriteria Lokasi

Alternatif A

Jl. Willem Iskandar,

Pancing

Alternatif B

Jl. Pasar 5, Pancing

Alternatif C

Jl.Cut Mutia

1. RTRW Kota Medan

Termasuk dalam

sub pusat

pelayanan olahraga7

3

Termasuk dalam

sub pusat

pelayanan olahraga

3

Termasuk dalam pusat pelayanan Kota Medan

2

2. Status Kepemilikan Lahan

Hak milik

pemerintah 3

Hak milik

pemerintah 3

Hak milik

pemerintah 3

3. Tinjauan Terhadap Struktur Kota

Berada di

Kecamatan Medan

Perjuangan yang merupakan kawasan

pendidikan dan olahraga

3

Berada di

Kecamatan Medan

Perjuangan yang merupakan kawasan

pendidikan dan olahraga

3

Berada di pusat kota Medan, yaitu

Kecamatan Medan Kota

3

4. Pencapaian Dapat diakses

mudah dari

seluruh wilayah

Dapat diakses

mudah dari

seluruh wilayah

(43)

Kota Medan, baik dengan angkutan umum dan pribadi

3

Kota Medan, baik dengan angkutan umum dan pribadi

3

Kota Medan, baik dengan angkutan umum dan pribadi

3

5. Area Pelayanan

Seluruh

Kecamatan di

Kota Medan

dengan jarak tempuh maksimal 1 jam perjalanan

2

Seluruh

Kecamatan di

Kota Medan

dengan jarak tempuh maksimal 1 jam perjalanan

2

Seluruh

Kecamatan di Kota Medan dengan jarak tempuh

maksimal 45 jam perjalanan

3

6. Fungsi Lahan Sekitar

Sarana olahraga, kantor pemerintahan, sarana pendidikan, perdagangan, permukiman 3

Sarana olahraga, kantor pemerintahan, sarana pendidikan, perdagangan, permukiman 3 Perkantoran, hotel, perdagangan, sarana pendidikan 2

7. Fungsi Eksisting

Lahan kosong dan kantor Dinas Tata Ruang dan Permukiman Sumut 2 Lahan Kosong 3 Lahan Kosong 3

8. Kontur Tapak/Topogr afi Datar 3 Datar 3 Datar 3

9. Ukuran Lahan 3 Ha 3

3 Ha 3

0,8 Ha 1

(44)

Keterangan:

1 = kurang baik

2 = sedang

3 = baik

Dari penilaian alternatif lokasi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa site yang akan dijadikan lokasi perancangan proyek Arena Sepatu Roda adalah alternatif lokasi B yang berada di Jl. Pasar 5 Pancing.

2.3.4. Deskripsi Kondisi Lahan

Lokasi site : Jl. Pasar 5, Pancing

Batas-batas site :

Utara : Proyek perumahan

Selatan : Jl. Pasar 5 Pancing

Timur : Gedung Serbaguna

Barat : Jl. Pasar 7 Pancing

Luas site : 3 Ha

Kontur : Datar

Batas ketinggian : 4 lantai

KDB : 60%

GSB, Jl. Pasar 5 : 15 meter

Jl. Pasar 7 : 15 meter

Fungsi eksisting : tanah kosong

(45)

Berada di kawasan pusat pelayanan olahraga Kota Medan.

Fasilitas olahraga yang ada antara lain: Stadion Mini Pancing,

lapangan futsal, sirkuit IMI Pancing, Gedung Serbaguna,

Kantor KONI Sumut, Velodrome Pancing, Gedung Bulutangkis

PBSI Sumut, Lapangan Tembak Pengprov Perbakin Sumut,

dll.

Berdekatan dengan banyak sarana pendidikan, seperti

UNIMED, Universitas Amir Hamzah, Universitas Medan Area,

IAIN Sumut, SLTP Negeri 27 Medan, MTs N 2, dan SMP N 35

Medan.

Luas site mencukupi.

Mudah dicapai, dilewati oleh angkutan umum.

(46)

Site

Gedung Serba Guna

UNIMED Stadion Mini Pancing

[image:46.595.102.522.124.513.2]

Sirkuit IMI Pancing

(47)

2.4.

Studi Banding Proyek Sejenis

2.4.1. Haining International Roller Skating Center (HIRSC)

Gambar 2.7. Haining International Roller Skating Center (HIRSC)

Nama bangunan : Haining International Roller Skating Center (HIRSC)

Lokasi : No.2 Yucai Road , Haizhou Avenue, Haining ,

Zhejiang Province.

Luas lahan : 23345 m2

Luas bangunan : 24000 m2

Pembangunan : 9 Juni 2007 – Juni 2008

Mulai dibuka : 14 Juli 2008

Fungsi : Sarana kompetisi sepatu roda, latihan, dan hiburan

Jadwal buka : Senin – Jumat,

Pukul 08.30 - 11.00 dan 15.50 – 17.00

(48)

Proyek ini dimulai pada tanggal 9 Juni 2007. Setelah setahun proses konstruksi, proyek ini selesai pada akhir Juni 2008 dan kemudian langsung digunakan. HIRSC memiliki 3 lantai, dan 1 lantai basement dengan total ketinggian 16 meter. Tribun penonton berkapasitas lebih dari 2.000 kursi.

Konsep mendirikan HIRSC ini adalah untuk mewadahi anak – anak dan remaja yang tertarik terhadap olahraga sepatu roda agar dapat tetap bermain sepatu roda tanpa terhalang angin dan hujan.

Gambar 2.8. Tribun dengan kapasitas lebih dari 2000 kursi penonton

Track dibuat sesuai standard internasional. Menurut standard internasional, desain dan konstruksi track balap merupakan track oval yang memiliki keliling 200 m dengan kurva miring.

(49)

remaja mengikuti pelatihan di sini sejak dibuka. Selain melatih masyarakat yang tertarik pada olahraga sepatu roda, HIRSC juga memiliki klub sendiri yang membina 17 atlet. Sejak didirikan pada tahun 2008, tim ini telak mencapai hasil yang baik di kompetisi nasional.

HIRSC menghadirkan eksplorasi gedung olahraga skala besar. Dalam proses proyek pembangunan secara keseluruhan, tempat ini didukung oleh State Sports General Administration, Zheijiang Province Sports Bureau of Haining dan pemerintah kota. Kepala Negara, Kepala Daerah, dan Walikota berulang kali datang melihat proses konstruksi untuk melakukan pengawasan dan pengarahan. HIRSC memiliki peralatan terbaik dan fasilitas yang paling lengkap, serta tempat skating paling maju di Asia. Hal ini juga menunjukkan pembangunan gaya baru di kota Haining dan menunjukkan prestasi gemilang dalam pengembangan olahraga. Di HIRSC terdapat toko peralatan sepatu roda yang memproduksi sendiri sepatu, helm, alat pelindung, roda, dan sebagainya.

Gambar 2.10. Ruang fitness sebagai fasilitas pendukung

Saat ini, lokasi pusat pelatihan untuk Chinese Inline Skating Association telah ditetapkan di HIRSC. Haining memberikan kontribusi pada pelatihan atlet nasional serta orang-orang dengan bakat di olahraga sepatu roda.

(50)
[image:50.595.179.474.498.734.2]

2.4.2. Arena Geisingen

Gambar 2.11. Arena Geisingen

Nama bangunan : Arena Geisingen atau The Geisingen Arena

Lokasi : Am Espen 16, 78187, Geisingen

Luas lahan : 3,5 ha

Mulai dibuka : 16 April 2010

Kapasitas penonton : 3000 orang (2500 kursi tribun dan 500 berdiri)

Fungsi : Sarana kompetisi sepatu roda, latihan, dan hiburan

(51)

Arena Geisingen merupakan arena olahraga sepatu roda yang terletak di Jerman. Arena ini terdiri dari lintasan outdoor dan lintasan indoor yang difungsikan sepanjang hari.

Gambar 2.13. Foto udara Arena Geisingen

Gambar 2.14. Suasana ruang luar Arena Geisingen

(52)

Gambar 2.15. Proses konstruksi Arena Geisingen

(53)

secara psikologis menciptakan suasana yang memotivasi. Sehingga baik atlet maupun pengunjung berada dalam suasana yang bersemangat.

Gambar 2.17. Aktivitas pengguna lintasan sepatu roda

(54)
[image:54.595.141.512.491.721.2]

Gambar 2.18. Suasana interior

Bagi pengunjung dirancang tribun dengan kapasitas 2500 kursi dan 500 penonton berdiri. Arena Geisingen dirancang dengan konsep dinamis, ceria, dan modern. Bagi pengunjung, menonton olahraga sepatu roda merupakan kegiatan yang rekreatif dan menyenangkan.

(55)

Arena Geisingen dilengkapi dengan fasilitas pendukung antara lain: bistro, fitness center, dan toko perlengkapan olahraga.

2.4.3. Kompleks Olahraga Saparua Bandung

Nama bangunan : Saparua

Lokasi : Jalan Ambon No.9 Bandung

Pemilik : Pemerintah

Kompleks Olahraga Saparua merupakan kompleks sarana olahraga di Bandung yang fasilitas olahraganya terdiri dari GOR Saparua dan fasilitas outdoor. Sarana olahraga yang disediakan antara lain:

Sepatu roda

Skate board

BMX

Basket

Area permainan dengan

remote control

Bulutangkis

Gambar 2.20. Denah kompleks olahraga Saparua

(56)

menghadapi Porda yang diselenggarakan di Bandung. Pengadaan track untuk kejuaraan sepatu roda pada Porda di Bandung ini menjadi awal kebangkitan kembali olahraga sepatu roda di Bandung.

Arena ini dilengkapi dengan toko penyewaan dan penjualan peralatan sepatu roda. Sehingga, siapapun yang tertarik dengan olahraga sepatu roda, baik yang memiliki sepatu roda atau pun tidak, bisa mencoba bermain di Saparua.

Tabel 2.4. Jadwal penggunaan track sepatu roda Saparua

N

O.

Waktu Hari

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

1. 08.00- 10.00

Pelatda Pelatda Pelatda Pelatda Pelatda Balan-ce

B-Blades

2. 10.00- 12.00

- - - Pelatda -

3. 14.00- 16.00

- Falcon Pelatda Falcon Balan-ce

Pelatda Falcon

4. 16.00-18.00

Pelatda Pelatda B-Blades

Pelatda Pelatda B-Blades

Balan-ce

Sumber: Arsip Pengelola Saparua

Track sepatu roda bersifat publik, tetapi ketika atlet pelatda atau klub sepatu roda yang sudah terdaftar sedang melakukan latihan, maka penggunaan track terbatas sesuai jadwal.

(57)

Gambar 2.21. Peralatan untuk sepatu roda jenis aggressive

Walaupun track sepatu roda di Saparua berstandard internasional, tetapi masih terdapat kekurangan. Salah satunya adalah permukaan aspal yang tidak rata menyebabkan ada genangan air di lintasan sehabis hujan. Jika dalam keadaan seperti ini ada altet atau klub yang akan latihan, maka mereka harus menyapu genangan air ini untuk menghindari kecelakaan saat latihan. Hal ini merupakan salah satu kelemahan track sepatu roda outdoor.

(58)

BAB 3

ELABORASI TEMA

1.10. Struktur sebagai Elemen Estetika

Pengertian struktur:

Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban dari titik dimana gaya tersebut bekerja dalam bangunan ke pondasi yang pada akhirnya menahan gaya-gaya tersebut.4

Pengertian elemen:

Elemen adalah bagian (yang penting, yang dibutuhkan) dari keseluruhan yang lebih besar.5

Pengertian estetika:

Estetika berasal dari bahasa Yunani yaitu Aisthesis yaitu cabang filsafat yang membahas mengenai keindahan baik rasa, kaidah, maupun sifat hakiki dari keindahan. Cara menguji keindahan tersebut dengan perasaan dan pikiran manusia, pengaruh lingkungan dan tradisi atas penilaian dan apresiasi sebagai suatu kategori yang terpisahkan dari logika dan etika.

Menurut Webstus New School dan Office Dictionarys Acsthetios yaitu ilmu atau teori dari keindahan berada dalam perasaan ataupun suatu seni. Jadi dari penjabaran di atas dapat disimpulkan Estetika merupakan kata pengganti dari indah, bagus, menarik, dan sebagainya yang semuanya itu bersifat subjektif dimana penilaian dan apresiasi atas indah, bagus, menarik berbeda-beda pada setiap manusia.

4

Angus J. Macdonald, Struktur dan Arsitektur, hal A-112 5

(59)

1.11. Interpretasi Tema

Dari penjabaran di atas, maka diperoleh pengertian bahwa Struktur sebagai Elemen Estetika adalah estetis bangunan tercipta melalui inovasi logika struktur yang dipengaruhi oleh kaidah-kaidah estetika arsitektur yaitu kesatuan, keseimbangan, proporsi, skala, dan irama. Dalam hal ini, inovasi-inovasi struktur didukung oleh pemakaian material struktur memegang peranan penting terciptanya estetika bangunan arsitektur.

Dalam bidang rancang bangunan, arsitektur mempunyai landasan yaitu fungsi, struktur, dan estetika, maka hubungan struktur dan estetika saling terkait dan saling mempengaruhi. Untuk merancang suatu bentuk arsitektur seorang arsitek harus mampu mengaplikasikan landasan fungsi struktur dan estetika secara seimbang ditambah pemahaman yang luas terhadap faktor yang mempengaruhi fungsi struktur maupun estetika yang kemudian disusun kedalam keseluruhan yang tunggal. Dalam arsitektur, dinyatakan suatu prinsip bahwa semua bangunan akan menjadi baik apabila ada kesatuan antara denah, tampak, potongan.

Bangunan yang menerapkan konsep ini memunculkan dan cenderung menonjolkan struktur bangunannya sebagai elemen estetika dimana bangunan lain pada umumnya lebih banyak menyembunyikan strukturnya sendiri, atau memakai material sebagai pelapis strukturnya untuk menambah nilai estetis dari bangunan itu. Penggunaan struktur yang tidak awam dan diekspose merupakan karakter menonjol dari bangunan yang menerapkan tema ini.

Angus J. Macdonald dalam buku berjudul Struktur & Arsitektur mengemukakan bahwa struktur sebagai elemen estetika adalah:

“Bangunan dimana batas dari apa yang mungkin secara teknis dikerjakan, tanpa memungkinkan kompromi terhadap persyaratan struktur.”6

6Angus J. Maacdonald,

(60)

1.12. Pendekatan Struktur

Banyak hal yang mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur, karena bentuk arsitektur tidak lahir begitu saja tanpa ada penyebabnya. Arsitektur dihadapkan pada persoalan baru untuk menjawab persoalan berkembangnya kebutuhan dan pengetahuan manusia. Karena itu, struktur dengan metode-metode baru mampu membuat langgam-langgam arsitektur yang baru dan kemudian memajukan bentuk arsitektur itu sendiri. Adalah wajar bila suatu bentuk arsitektur kemudian memunculkan atau menampilkan bentuk struktur yang dikandungnya. Perkembangan bentuk arsitektur ini kemudian menimbulkan adanya persepsi dan konsep struktur yang berkembang menjadi sebuah langgam, yang memunculkan bentuk melalui permainan struktur.

Struktur bangunan yang paling ideal adalah yang paling stabil, kuat, fungsional, ekonomis dan estetis. Bila syarat fungsi, struktur dan bentuk sudah tepat maka segi estetikanya yang mencakup segi-segi arsitektur, ekonomi, politik, sosial budaya, sejarah, dan tradisi merupakan syarat selanjutnya yang harus diperhitungkan.

Dalam kasus proyek Arena Sepatu Roda, struktur yang akan dipergunakan adalah struktur bentang lebar. Struktur jenis ini memungkinkan untuk ruangan besar yang bebas kolom, sehingga dapat dimanfaatkan untuk lapangan pertandingan, yang sudah tentu harus bebas kolom.

Struktur bentang lebar diklasifikasikan oleh Heinrich Engel dalam buku Structure System, 1987, sebagai berikut:

1. Vector Active Structure System

Struktur pembebenan berupa gaya tekan (compression) atau tarik

(tension) melalui garis vector (batang).

2. Surface Active Structure System

Non rigid, fleksibel

Struktur pembebenan berupa gaya tekan (compression) atau tarik

(tension) melalui bidang permukaan.

(61)

Struktur pembebenan berupa gaya tekan (compression) atau tarik

(tension) melalui bidang permukaan.

Pembagian struktur kedalam kelas-kelasnya dijabarkan sebagai berikut: Vector Active Structure System

Rigid (portal) Frame

Truss Frame (rangka kuda-kuda)

Grid Structure

-

Space Frame (Rangka Ruang)

-

Folded Bracing

-

Barrel Bracing

-

Dome Bracing

Surface Active Structure System

Folded Plate (lipat)

-

Lipat Piramidal (Limas/Pelana)

-

Lipat Prismatis (perisai)

Shell (cangkang)

-

Shell Singly Curved (Melengkung Satu Arah)

-

Shell Doubly Curved (Melengkung Dua Arah)

Rotation Surface

Translation Surface

Ruled Surface

Shell Free Form (bentuk Bebas)

4. Form Active Structure System

Arch (pelengkung)

Cable Structure (Struktur Kabel)

-

Vertical Cable System (Kabel Gantung)

-

Horizontal Cable System (Kabel Layer)

Tent (Struktur Tenda)

Pneumatic

-

High Profile Air Supported Structures

(62)

Inflated Ribbed Structures

-

Low Profile Air Supported Structures

(63)
[image:63.595.114.496.115.651.2]

Tabel 3.1. Jenis-jenis struktur

Jenis Struktur Contoh Bangunan

Vector Active Structure

System

Rigid / Portal Frame

Truss Frame

Grid Structure

Space Frame

(64)

Barrel Bracing

Dome Bracing

Surface Active Structure

System

Folded Plate

Lipat Piramidal

(65)

Shell

Shell Singly Curved

Shell Doubly Curved

Shell Free Form

Form Active Structure

System

(66)

Cable Structure

Vertical Cable System

Horizontal Cable System

Tent

Pneumatic

High Profile Air Supported

(67)

Low Profile Air Supported Structures

Dari banyak jenis struktur bentang lebar yang telah diklasifikasikan

tersebut maka akan dipakai beberapa jenis untuk diterapkan ke dalam

proyek.

1.13. Keterkaitan Tema dengan Judul

Angus J. Macdonald dalam buku Struktur & Arsitektur mengemukakan bahwa struktur dan arsitektur dapat berkaitan dalam berbagai cara yang beragam mulai dari dominasi struktur secara penuh pada arsitektur yang ekstrim hingga pengabaian sepenuhnya persyaratan struktural dalam penentuan bentuk bangunan dan pengolahan estetikanya. Bentuk-bentuk hubungan tersebut dikelompokkan menjadi enam bidang berikut:

1. Ornamentasi struktur

2. Struktur sebagai ornament

3. Struktur sebagai arsitektur

4. Struktur sebagai penghasil bentuk

5. Struktur yang diterima

6. Struktur yang diabaikan

8

6

(68)

Manusia selaku objek dari arsitektur akan semakin dekat dengan bangunan yang digunakan dan menjadi tempat melaksanakan aktivitasnya. Semakin majunya teknologi struktur pada bangunan maka manusia akan semakin terbiasa dengan potensi bentuk yang mampu dihasilkan oleh struktur bangunan tersebut.

Olahraga dapat dikatakan merupakan suatu bahasa universal, yang tidak mengenal suku, agama, budaya, dan batas geografis. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kesamaan cabang olahraga di setiap negara, bahkan kebanyakan negara mengikuti perlombaan olahraga, baik tingkat regional, maupun tingkat internasioanal.

Dengan penerapan teknologi struktur pada bangunan-bangunan olahraga, khususnya gedung olahraga, maka pada saat ini pembangunan gedung olahraga yang modern dan canggih serta yang bertaraf internasional dan nasional telah menjadi kebutuhan bagi pengembangan olahraga itu sendiri.

Kebutuhan yang pada awalnya hanya pada ruang berubah pada kebutuhan akan, kenyamanan dan keindahan yang kesemuanya berkembang sejalan dengan teknologi struktur.

Sehingga pada saat sekarang ini sulit untuk melepaskan hubungan antara gedung olahraga dengan aplikasi struktur bangunan.

Dalam kasus proyek Arena Sepatu Roda akan digunakan struktur pelengkung dan rangka batang.

1.14. Studi Banding Tema Sejenis

3.5.1.

Beijing National Stadium

(69)

Nama bangunan : Beijing National Stadium, juga dikenal sebagai The National

Stadium atau Bird‟s Ness

Lokasi : Beijing, China

Mulai dibangun : 24 Desember 2003

Dibuka sejak : 28 Juni 2008

Arsitek : Herzog & de Meuron

Kapasitas : 80.000

Beijing National Stadium adalah proyek bersama antara arsitek Jacques Herzog dan Pierre de Meuron dari Herzog & de Meuron, arsitek proyek Stefan Marbach, seniman Ai Weiwei, dan CADG (China Architecture Desain and Research Group) yang dipimpin oleh kepala arsitek Li Xinggang. Dalam usahanya mendesain sebuah stadion yang „berpori‟ yang juga akan menjadi bangunan tempat berkumpul dan wadah publik Cina, tim mempelajari keramik Cina. Pemikiran ini akhirnya juga membawa mereka pada desain „pola sarang‟. Bangunan stadion terdiri dari dua struktur yang berdiri sendiri: sebuah mangkuk semen berwarna merah dan rangka baja pada bagian luar yang mengelilinginya. Keduanya berjarak 50 kaki.

(70)
[image:70.595.217.417.99.370.2]

Gambar 3.2. Struktur yang diekspos pada stadion

3.5.2.

Center Georges Pompidou

Gambar 3.3. Pompidou Center

[image:70.595.124.504.446.693.2]
(71)

Pompidou Center

Lokasi : Paris, France

Mulai dibangun : 1971

Selesai dibangun : 1977

Arsitek : Renzo Piano dan Richard Rogers

Fungsi bangunan : Museum, perpustakaan, dan riset institut

Center Georges Pompidou yang juga dikenal dengan nama Pompidou Center adalah sebuah kompleks di daerah Beaubourg, dekat Les Halles. Pompidou Center didesain dengan langgam arsitektur high-tech.

[image:71.595.161.467.465.670.2]

Pompidou Center menempatkan the Bibliotheque publique d‟information, sebuah perpustakaan yang sangat luas, Musee National d‟Art Moderne yang juga adalah museum terbesar untuk modern art di Eropa, the Pompidou Center oleh masyarakat setempat dikenal dengan sebutan Beaubourg, dan juga pusat penelitian musik dan suara. Pompidou Center telah diikunjungi oleh lebih dari 150 juta orang sejak dibuka pada tahun 1977.

(72)
[image:72.595.212.417.99.381.2]

Gambar 3.5. Eksterior yang menunjukkan pipa-pipa sistem utilitas berwarna

Pompidou Center didesain oleh arsitek Itali, Renzo Piano dan pasangan arsitek Inggris, Richard Rogers dan Su Rogers. Proyek ini diberikan dalam kompetisi desain yang hasilnya diumumkan pada tahun 1971. Disebutkan saat kemenangan Rogers atas Pritzker Prize pada tahun 2007, The New York Times mencatat bahwa desain Pompidou Center “memutarbalikkan dunia arsitektur” dan bahwa “Rogers mendapat reputasi sebagai seorang iconoclast high-tech dengan Pompidou Center nya, dengan adanya ekspose pipa-pipa sistem mekanikal yang masing-masing diwarnai dengan warna yang berbeda.

(73)
[image:73.595.171.459.99.462.2]
(74)

BAB 4

ANALISA PERANCANGAN

Dalam merancang, bangunan yang dirancang harus memperhatikan tapak, lingkungan sekitar tapak, dan manusia. Analisa yang baik akan menghasilkan konsep perancangan yang baik.

1.15. Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan

[image:74.595.109.514.210.784.2]

4.1.1. Lokasi Tapak

Gambar 4.1. Lokasi tapak

4.1.2. Ukuran Tapak dan Batas-batas

site

Ukuran : 2,7 ha Batas utara : Proyek

perumahan Batas selatan : Jl. Pasar 5 Batas barat : Gedung arsip Batas timur : Jl. Pasar 7 Lokasi terletak di Jl.

Pasar 5 dan Pasar 7 Pancing, Kec.Medan Perjuangan, Sumut.

Potensi:

Terletak di kawasan sub pusat pelayanan olahraga Kota Medan.

Usulan:

(75)

Gambar 4.2. Batas-batas tapak

[image:75.595.184.463.150.374.2]

4.1.3. Tata Guna Lahan Sekitar Tapak

Gambar 4.3. Peta tata guna lahan sekitar tapak

Berdasarkan Perda Kota Medan No.13 tahun 2011 tentang RTRW Kota Medan, pasal 14(6)d, subpusat pelayanan kota Medan Perjuangan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan perdagangan/bisnis dan pusat pelayanan Olahraga, ditetapkan di Kecamatan Medan Tembung tepatnya disekitar aksara, meliputi Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Tembung

4.1.4. View dari Tapak

Gambar 4.4. Analisa view dari tapak

TANGGAPAN DAN USULAN:

- Area servis dan utilitas diletakkan pada sisi dengan view keluar yang kurang baik

Ke arah Jl.Pasar5 Ke arah Jl.Pasar7

Ke arah GSG

(76)

++ Bangunan dapat berorientasi ke arah yang memiliki view yang baik

[image:76.595.140.545.449.656.2]

4.1.5. View menuju Tapak

Gambar 4.5. Analisa view menuju tapak

TANGGAPAN DAN USULAN:

++ Sisi tapak yang view dari luarnya baik dapat diperuntukkan bagi ruang terbuka publik, dan ruang latihan outdoor, untuk menarik perhatian masyarakat

4.1.6. Skyline

Gambar 4.6. Analisa skyline

(77)
[image:77.595.152.471.132.336.2]

4.1.7. Sirkulasi Kendaraan

Gambar 4.7. Analisa sirkulasi kendaraan

4.1.8. Sirkulasi Pejalan Kaki

[image:77.595.157.467.400.620.2]
(78)

4.1.9. Pola Arsitektur Bangunan

Gambar 4.9. Analisa pola arsitektur bangunan sekitar tapak

Gambar

Tabel 2.2. Kriteria pemilihan lokasi
Tabel  2.3. Penilaian alternatif lokasi
Gambar 2.6. Eksising Site
Gambar 2.11. Arena Geisingen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumatera Utara (Sumut) mengadakan diskusi dan buka puasa bersama untuk memperingati perayaan hari ulang tahun ke-17 SPI

KEPUTUSAN KETUA UMUM PENGURUS PUSAT BADAN PEMBINA OLAHRAGA MAHASISWA INDONESIA TENTANG PENGURUS BADAN PEMBINA OLAHRAGA MAHASISWA INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA

Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumatera Utara (Sumut) mengadakan diskusi dan buka puasa bersama untuk memperingati perayaan hari ulang tahun ke-17 SPI

mengajukan permohonan untuk mengikuti Seleksi Terbuka Jabatan Administrator (Eselon lll) dilingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016

“Juara Bersama Sepatu Roda” dan “Fun Skate on Car Free Day merupakan rangkaian acara yang dikemas Porserosi kota Semarang dengan tujuan meningkatkan pengetahuan

SUARA MERDEKA GRUP, 2012, Master plan Gelora Jatidiri, Semarang Sekilas Tentang Ikatan Orangtua Atlet Sepatu Roda Semarang (IKOS),

Dari latar belakang di atas, penulis mulai membuat sebuah sistem untuk menggerakkan sepatu roda dengan menggunakan remote kontol yang dapat dikendalikan

Dengan memanfaatkan sistem berbasis IoT yang dapa memberikan informasi lebih akurat penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul: Sistem Penghitung Kecepatan Atlit Sepatu roda