• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH REPRESENTASI ANALOGI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH REPRESENTASI ANALOGI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL DAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGARUH REPRESENTASI ANALOGI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL DAN PENGUASAAN

KONSEP FISIKA SISWA

Oleh

RISTA FIDIANINGSIH

Hasil obsrvasi dan wawancara di SMA Negeri 2 Gadingrejo diketahui bahwa kemampuan berpikir rasional dan penguasaan konsep fisika siswa masih kurang. Hal ini disebabkan proses pembelajaran kurang menstimulus kemampuan berpikir siswa dan hanya terbatas pada menghafal konsep tanpa memahami benar isi pelajaran. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh representasi analogi terhadap kemampuan berpikir rasional siswa, dan (2) Pengaruh representasi analogi terhadap

penguasaan konsep listrik dinamis siswa. Penelitian ini menggunakan sampel satu kelas yaitu kelas X2 dengan jumlah 27 siswa dan menggunakan desain penelitian one-shot case study. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data

(3)

Rista Fidianingsih

iii

pengaruh linear yang positif dan signifikan antara representasi analogi terhadap kemampuan berpikir rasional dengan kontribusi sebesar 46% dan persamaan regresinya adalah Y’ = 55,262 + 0,316 X, dan (2) Terdapat pengaruh linear yang positif dan signifikan antara representasi analogi terhadap penguasaan konsep listrik dinamis siswa dengan kontribusi sebesar 63% dan persamaan regresinya adalah Y’ = 14,057 + 0,671 X.

(4)
(5)
(6)
(7)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 6

1. Representasi Analogi ... 6

2. Kemampuan Berpikir Rasional ... 11

3. Penguasaan Konsep ... 14

4. Model Pembelajaran Kontekstual ... 18

B. Kerangka Pemikiran ... 22

C. Hipotesis ... 24

III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 26

B. Sampel Penelitian ... 26

(8)

xv

D. VariabelPenelitian ... 27

E. Instrumen Penelitian ... 27

F. Analisis Instrumen ... 28

1. Uji Validitas ... 28

2. Uji Reliabilitas ... 29

3. Uji Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ... 30

G. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Data Representasi Analogi ... 31

2. Data Kemampuan Berpikir Rasional ... 31

3. Data Penguasaan Konsep ... 32

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 32

1. Teknik Analisis Data ... 32

2. Uji Normalitas ... 32

3. Uji Linearitas ... 34

4. Uji Hipotesis... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

1. Uji Instrumen Penelitian ... 36

a. Uji Validitas Soal ... 37

b. Uji Reliabilitas Soal ... 39

c. Uji Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal ... 41

2. Tahapan Pelaksanaan ... 43

3. Data Hasil Penelitian ... 45

4. Pengujian Hipotesis ... 49

a. Hipotesis Pertama ... 50

b. Hipotesis Kedua ... 53

B. Pembahasan ... 57

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

(9)

xvi LAMPIRAN

1. Pemetaan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar ... 68

2. Silabus ... 72

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 76

4. Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 89

5. Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Rasional... 108

6. Lembar Tes Kemampuan Berpikir Rasional ... 114

7. Rubrikasi Penilaian Soal Kemampuan Berpikir Rasional ... 119

8. Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep ... 120

9. Lembar Soal Penguasaan Konsep ... 133

10.Rubrikasi Penguasaan Konsep ... 139

11.Soal Representasi Analogi ... 140

12.LP 4: Format Pengamatan Perilaku Berkarakter... 144

13.LP 5: Format Pengamatan Keterampilan Sosial ... 145

14.Hasil Uji Instrumen Representasi Analogi ... 146

15.Hasil Uji Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Rasional ... 153

16.Data Hasil Uji Instrumen Soal Penguasaan Konsep ... 161

17.Data Representasi Analogi ... 172

18.Data Kemampuan Berpikir Rasional ... 174

19.Data Nilai Penguasaan Konsep ... 176

20.Hasil Uji Normalitas Representasi Analogi - Kemampuan Berpikir Rasional - Penguasaan Konsep ... 178

21.Hasil Uji Linearitas Representasi Analogi - Kemampuan Berpikir Rasional - Penguasaan Konsep ... 184

22.Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Representasi Analogi dan Kemampuan Berpikir Rasional ... 188

(10)

1

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Hakikatnya pembelajaran fisika merupakan salah satu bidang sains yang mencari tahu fenomena alam secara sistematis. Penyelenggaraan mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai sarana agar siswa mampu menguasai pengetahuan, konsep, memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran fisika adalah pembelajaran yang berorientasi pada siswa yang dapat mengasah kemampuan siswa memahami konsep, keaktifan serta kemampuan berpikir siswa.

(11)

2 pembelajaran karena siswa dapat mempelajari fisika dengan baik jika

penguasaan siswa akan konsep terhadap materi fisika juga baik dan hal ini sangat berkaitan erat dengan prestasi belajar siswa di sekolah.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada beberapa orang siswa, mereka cenderung menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit di pahami karena banyak hitungan dan terdapat materi fisika yang dipelajari bersifat non observable, artinya fenomenanya sulit diamati secara langsung. Salah satu

contoh materi fisika yang bersifat non observable adalah materi tentang listrik dinamis. Pada materi tersebut kecenderungan siswa untuk memahaman konsep sangat kurang, karena dalam pembelajaran siswa hanya menghafal tanpa memahami benar isi pelajaran. Selain itu pembelajaran yang diberikan guru kurang bermakna sehingga tidak memberikan stimulus kepada siswa untuk mengembangkan kemapuan berpikir rasional dan meningkatkan penguasaan konsep fisikanya. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pembelajaran yang dapat menjadikan materi pembelajaran mudah dipahami oleh siswa, sekaligus memperkecil kuantitas miskonsepsi mereka khususnya pada konsep listrik dinamis.

Untuk mengatasi kendala tersebut maka ada baiknya jika digunakan suatu cara penyajian (representasi) yang lebih bermakna sehingga diharapkan mampu membantu siswa untuk dapat memahami suatu materi belajar dan

(12)

3 efektif dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir mereka sehingga memberikan hasil yang berbeda.

Cara penyajian (representasi) yang dapat digunakan adalah representasi analogi. Cara ini merupakan salah satu dari cara penyajian Multiple

Representations yang sudah banyak diterapkan dalam dunia pendidikan untuk

membuat para siswa mudah dalam memahami suatu materi belajar.

Representasi analogi sangat cocok digunakan untuk materi yang bersifat non observable. Dengan representasi analogi, siswa diajak untuk membandingkan

kesamaan dari dua konsep. Konsep yang lebih akrab bagi siswa (analog) dan konsep asing (target) yang memiliki kesamaan fitur atau atribut. Selain itu, analogi dapat membantu siswa dalam memvisualisasikan konsep-konsep fisika dan membuat konsep-konsep teoretis yang mudah dimengerti sehingga siswa dapat lebih mudah memahami konsep listrik dinamis.

(13)

4 B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Adakah pengaruh representasi analogi terhadap kemampuan berpikir rasional siswa?

2. Adakah pengaruh representasi analogi terhadap penguasaan konsep fisika siswa?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh representasi analogi terhadap kemampuan berpikir rasional. 2. Pengaruh representasi analogi terhadap penguasaan konsep fisika siswa.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut: 1. Sebagai masukan bagi para guru fisika dalam melakukan kegiatan

pembelajaran dikelas untuk menggunakan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran.

(14)

5 E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Representasi analogi dapat membantu siswa dalam memvisualisasikan konsep-konsep fisika dan membuat konsep teoritis yang mudah dimengeri. 2. Kemampuan berpikir rasional merupakan suatu proses berpikir secara nalar

dan logis untuk menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah.

3. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa yang diukur melalui tes. Pada penelitian ini penguasaan konsep siswa diukur melalui tes pada akhir pembelajaran.

4. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X2 SMAN 2 Gadingrejo tahun ajaran 2012/2013.

(15)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Representasi Analogi

Kress et al dalam Abdurrahman, dkk (2008: 373) mengatakan bahwa secara naluriah manusia menyampaikan, menerima, dan

menginterpretasikan maksud melalui berbagai penyampaian dan berbagai komunikasi. Baik dalam pembicaraan bacaan maupun tulisan. Oleh karena itu, peran representasi sangat penting dalam proses pengolahan informasi mengenai sesuatu. Definisi tentang representasi yang menurutWandersee dalam Farida (2012:1)

Representasi merupakan suatu cara untuk mengekspresikan fenomena, objek, kejadian, konsep-konsep abstrak, gagasan, proses mekanisme dan bahkan sistem. Representasi digunakan untuk berbagai tujuan untuk menyajikan kembali (re-present) suatu kenyataan, hipotetikal atau entitas imajinatif tanpa memperhatikan sifat-sifat alaminya.

(16)

7 digunakan untuk menemukan solusi yang dapat disajikan sebagai gambar, simbol, ataupun lambang yang terakhir digunakan sebagai pengetahuan.

Beberapa materi fisika terdapat konsep dan teori yang bersifat abstrak yaitu sulit diamati fenonemanya secara langsung, misalnya materi mengenai listrik dinamis. Fenomena semacam ini diistilahkan sebagai objek non observable. Oleh karena itu, untuk mengajarkan ilmu fisika kepada siswa diperlukan suatu cara atau representasi yang dapat

menjembatani konsep-konsep fisis non observable ke keadaan lain yang bersifat observable, sehingga pembelajaran konsep-konsep yang

melukiskan fenomena tersebut menjadi lebih bermakna. Salah satu contoh representasi yang dapat menjembatani konsep-konsep fisis non observabel ke keadaan yang bersifat observable adalah representasi dengan analogi. Analogi berfungsi sebagai model awalatau representasi sederhana untuk menjelaskan konsep kepada siswa.Saat proses pembelajaran guru sering memberi pengantar penjelasan kepada siswa dengan ekspresi seperti: "ini seperti," "sama seperti", "demikian pula", dan "demikian juga". Semua ungkapan-ungkapan tersebut sebenarnya bertujuan untuk mengatakan kepada siswa bahwa guru sedang memberikananalogi.Definisi analogi menurut Duit dalam Guera dan Ramos (2011:29)

Analogies, metaphors and models are common devices in everyday experience, spoken and writtencommunication when trying to make familiar the unfamiliar. Very often, they are collectively considered to be analogies because of their potential to compare one object or situation to another, and in that

(17)

8 Sedangkan definisi analogi menurut Glynn (2007:52)

An analogy is a similarity between concepts. Analogies can help students build conceptual bridges between what is familiar and what is new. Often, new concepts represent complex, hard-to-visualize systems with interacting parts (e.g., a cell, an ecosystem, photosynthesis).

Analogiadalah perangkat umum dalam pengalaman sehari-hari. Bentuk dari komunikasi lisan dan tertulis yang mencoba membuat sesuatu yang akrab dari yang tidak akrab. Seringkali dinamakan analogi karena memiliki potensi untuk membandingkan suatu objek atau situasi pada keadaan yang lain.Sebagai bentuk representasi, analogi dapat membantu siswa membangun jembatan konseptual antara apa yang akrab dan apa yang baru. Seringkali, konsep-konsep baru merupakan konsep yang kompleks dan bagian-bagian yang saling berinteraksi sulit untuk divisualisasikan.

Hubungan antara konsep dasar dan konsep target menurut Duit (2001:284) dapat dilihatpada Gambar 2.1

--- context --- Analogical relation

Base domain=========================targetDomain

--- context ---

(18)

9 Adapun, langkah-langkah strategi belajar mengajar dengan menggunakan analogi memiliki 6 tahap utama yang dilakukan oleh guru menurut Glynn (2008:118) adalah:

a. Memperkenalkan konsep target yang akan dijelaskan. b. Menyampaikan konsep analogi.

c. Mengidentifikasikan sifat-sifat konsep analogi dan konsep target.

d. Menentukan sifat konsep analogi dengan konsep target. e. Mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan. f. Menarik kesimpulan antara konsep analogi.

Tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Memperkenalkan konsep target/materi yang akan dijelaskan. Dalam hal ini, guru menstimulus siswa dengan memberikan penjelasan awal atau persepsi awal kepada siswa untuk memahami konsep yang telah siswa miliki sebelumnya.

2. Menyampaikan konsep analogi. Dalam kegiatan ini, guru memberikan penjelasan tentang konsep konkrit yang berkaitan dengan materi pelajaran.

3. Mengidentifikasi sifat-sifat konsep analogi dan konsep target. 4. Memetakan sifat konsep analogi dengan konsep target. Guru harus

menjelaskan gambar yang relevan yang akan menjadi jembatan penghubung anatara konsep dan target yang ingin dicapai. Siswa akan lebih mudah memahami jika seorang guru memvisualisasikan konsep abstrak melalui gambar daripada penjelasan narasi dan deskriptif saja. 5. Mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan. Guru

(19)

10 dalam mengungkapkan kesamaan-kesamaan yang terdapat dalam menganalogikan suatu konsep abstrak menjadi konsep yang konkrit. 6. Menarik kesimpulan antara konsep analogi yang telah didiskusikan.

Guru mengarahkan siswa agar mampu membuat kesimpulan atau pemahaman baru yang lebih umum.

Menurut Sulistina dan Rahayu (2005: 30), terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan yang didapatkan dengan penggunaan analogi dalam

pembelajaran. Kelebihannya antara lain:

a. Sebagai jembatan psikologi siswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak.

b. Memvisualisasi konsep-konsep fisika yang abstrak

c. Menimbulkan rasa ingin tahu dan meningkatkan kreativitas siswa d. Mendorong terjadinya belajar bermakna.

Sedangkan kelemahan analogi adalah:

a. Analogi yang tidak familiar bagi siswa dapat menambahkebimbangan siswa.

b. Kurang efektif untuk siswa yang belum memiliki kemampuan visualisasi berpikir logis dan berpikirrasional.

(20)

11 2. Kemampuan Berpikir Rasional

Berpikir merupakan kegiatan yang unik yang merupakan suatu ciri manusia sebagai ciri pembeda dari makhluk hidup lainnya.Berpikir menurut Solso dalam Ismienar, dkk: (2009:30) menyatakan:

Berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika,

imajinasi, dan pemecahan masalah.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatan kemampuan

berpikirmerupakan kemampuan otak manusia yang dilakukan secara sadar untuk menggali informasi yang diterima indra yang kemudian diproses dalam rangka mencari pemecahan masalah atas suatu persoalan, ide, mencari pengetahuan, atau sekedar berimajinasi. Karena proses berpikir dilakukan oleh otak yang merupakan pusat yang mengatur seluruh sistem dalam tubuh seperti kesadaran, berpikir, berperilaku, dan emosi sehingga kegiatan berpikir merupakan kegiatan yang mencerminkan keseluruhan dirinya, kebudayaannya, kejiwaan, bahasa, dan ingatan.Kemampuan berpikir manusia dibedakan menjadi dua yaitu kemampuan berpikir dasar (rasional) dan kemampuan berpikir kompleks.

Pengertian berpikir rasional menurut Anonim (2011:1)

Berpikir rasional adalah berpikir menggunakan nalar atas dasar data yang ada untuk mencari kebenaran faktual, kegunaan dan derajat kepentingannya.

(21)

12 sesuai dengan fakta dan premis, serta memecahkan masalah secara logis. Adapun tahap-tahap pemecahan masalah menurut proses berpikir rasional adalah: a) menyatakan masalah, b) menganalisis situasi, c) memikirkan pemecahan masalah yang kira-kira mungkin dapat dilaksanakan dan d) menguji kebenaran dan ketepatan atau disebut juga pengambilan keputusan atau pemecahan masalah.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan kemampuan berpikir rasional adalahkemampuan untuk menganalisis informasi menggunakan nalar atas dasar data yang ada dari suatu pengalaman untuk mencari kebenaran faktual.Kemampuan berpikir rasional meliputi tahap-tahap menyatakan masalah, menganalisis situasimemikirkanpemecahan masalah yang kira-kira mungkin dapat dilaksanakan, menguji kebenaran dan ketepatan atau disebut juga pengambilan keputusan atau pemecahan masalah.Menurut Costa dalam Farida (2006:8) berpikir rasional termasuk hirarki berpikir tahap I, karena mengandung aspek-aspek keterampilan berpikir dasar yang menjadi prasyarat untuk berpikir lebih kompleks.

Secara alami, manusia telah memiliki kapabilitas berpikir secara rasional. Umumnya berpikir rasional dilakukan dengan cara menyusun kerangka penalaran berdasarkan premis-premis tertentu secara deduktif. Namun sebagian besar pemikiran rasional itu secara sadar tidak diusahakan untuk menguji premis maupun kesimpulan yang diajukan secara empiris. Oleh karena itu, kapabilitas ini perlu ditingkatkan melalui pendidikan.

(22)

13 berpikir rasionaldapat menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar

pengertian yang kemudian menganalisis dan menarik kesimpulan. Siswa dapat dilatih kemampuan berpikir rasionalnya melalui pengamatan, pembentukan gagasan pemikiran, pengujian, dan terpenting siswa harus peka terhadap masalah dan pemecahannya.

Saprudin (2010:22) menyatakan bahwa kemampuan berpikir rasional pada dasarnya merupakan kemampuan menggunakanpikiran atau rasio secara optimal yang terbagi menjadi tigakemampuan berpikir, yaitu:

1. Kecakapan menggali dan menggunakan informasi (information searching). Kecakapan ini memerlukan kecakapan dasar, yakni

kecakapan membaca, menghitung dan kecakapan observasi. Tujuan dari kecakapan ini adalah untuk memperoleh informasi (data-data yang penting dan berperan dalam penentuan keputusan).

2. Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan

(processing and decision making skill). Kecakapan ini memerlukan

kecakapan dasar seperti membandingkan, membuat perhitungan tertentu, membuat analogi. Selain itu, menilai dan memilih alternatif yang paling baik berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang dibuat sebelumnya. Tujuan dari pengolahan informasi adalah untuk membuat kesimpulan-kesimpulan mengenai alternatif pemecahan sedangkan mengambil keputusan tujuannya yaitu untuk memperoleh solusi alternatif pemecahan yang paling baik.

(23)

14 efektif dan efisien. Tujuannyaadalah menghasilkan solusi yang efektif dan efisien serta menghasilkan solusiyang baru artinya solusi yang lebih dari satu jawaban.

Menurut Astuti (2011:242) , dalam berpikir rasional siswa dituntut menggunakan data, prinsip, dan logika, untuk menentukan sebab akibat dan menarik kesimpulan. Siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji kehandalan gagasan pemecahan masalah.

Terdapat beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari proses

pembelajaran yang menekankan pada keterampilan berpikir rasional antara lain siswa: 1) Lebih semangat dan antusias dalam belajar; 2) Memiliki sifat ilmiah; 3) Memiliki kemampuan memecahkan masalah; 4) Pengajaran yang telah diperoleh tahan lama dalam benak siswa.

3. Penguasaan Konsep

Konsep dalam Ensiklopedi Indonesia merupakan pokok pertama yang mendasari keseluruhan pemikiran, konsep biasanya hanya ada dalam alam pemikiran, atau kadang-kadang tertulis secara singkat. Dalam penyusunan ilmu pengetahuan, diperlukan kemampuan menyusun konsep-konsep dasar yang dapat diuraikan terus menerus, kemampuan abstrak itu disebut

(24)

15 dan berpikir abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkannya.

Pengertian konsep juga dijelaskan oleh Rosser dalam Sagala (2011:73). Mereka mengungkapkan definisi konsep sebagai berikut:

(1) Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau

hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama; (2) Konsep adalah abstraksi berdasarkan pengalaman karena dua orang tidak mungkin mempunyai pengalaman yang sama.

Ciri-ciri konsep menurut Dahar dalam Agustina (2006: 8) dijelaskan sebagai berikut:

(1)Konsep merupakan sebuah pengukuran yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok.Konsep itu semacam symbol; (2) Konsep timbul sebagai hasil dari pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta.Konsep itu

generalisasi; (3) Konsep ialah hasil berpikir abstraksi manusia yang menekankan banyak pengalaman.(4) Konsep menyangkut perkalian fakta-fakta atau pemberian pola pada fakta itu.(5) Konsep dapat mengalami perubahan akibat timbulnya

pengertian baru; (6) Konsep berguna untuk membuat ramalan dan taksiran.

(25)

16 dihadapi. Menguasai konsepfisika bukan hanya sekedar mengingat

mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat

dinamis.

Proses penguasaan konsep mendorong keinginan yang lebih tinggi dari pemikiran siswa untuk mengembangkan konsep fisika. Dimensi

pemahaman konsep menurut Flavel dalam Sagala ( 2010:72) terdiri atas: (1) Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda;(2) Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu; (3) Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret atau konsep. Konsep itu terdiri dari konsep-konsep yang lain;(4) Keinklusifan, yaitu ditunjukan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu; (5) Generalisasi atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda; (6) Ketepatan, yaitu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan, untuk membedakan contoh-contoh atau non contoh suatu konsep; (7) Kekuatan (power), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.

Faturahman (2009: 6) menyatakan penguasaan konsep merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau bertingkat-tingkat.Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah : (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara

(26)

17 penting untuk membentuk prinsip-prinsip.Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah.

Penguasaan konsep menurut revisi taksonomi Bloom dalam Dirgantara (2009:1) menyatakan bahwa untuk aspek kognitif terdiri dari:

(1) Mengingat (remember); meliputi mengenali (recognizing), mengingat (recalling); (2) Pemahaman/mengerti (understand); meliputi menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying),

merangkum/meringkas (summarizing), menyimpulkan (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining); (3) Menerapkan (apply); meliputi

melaksanakan/menjalankan (executing), menerapkan (implementing); (4) Menganalisis (analyze); meliputi membedakan/membuat perbedaan (differentiating),

menyusun/mengorganisasikan (organizing), menghubungkan (attributing); (5) Mengevaluasi/menilai (evaluate); meliputi mencek (cheking), mengkritik (criticuing); (6) Menciptakan (create); meliputi membangkitkan/menghasilkan (generating), merencanakan (planing), menghasilkan (producing).

Taraf penguasaan konsep siswa dapat diketahui kriterianya dengan kriteria taraf penguasaan konsep dari Arikunto yang dtampilkan pada Tabel2.1

Tabel 2.1. Kriteria Taraf Penguasaan Konsep Nilai rata-rata Kualifikasi nilai

൒ 66 Baik

56-65 Cukup Baik

൑ 55 Kurang Baik

(27)

18 4. Model Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.Johnson dalam Rusman (2010: 187) menyatakan bahwa

Pembelajaran Kontekstual adalah sebuah sistem yang

merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari.

Sedangkan Keneth dalam Rusman (2010: 189) menyatakan

Contextual teaching is teaching that enables learning in which student employ their academic understanding and abilities in a variety of in-and out of school context to solve simulated or real world problem, both alone and with other

(28)

19 sebagainya yang baik secara langsung atau tidak, diupayakan terkait

dengan pengalaman di kehidupan nyata.

Asas-asas pembelajaran kontekstual menurut Idris (2010: 1) meliputi: (1) Konstruktivisme merupakan proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman; (2) Inkuiri merupakan pross

pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis; (3) Belajar pada hakiaktnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan; (4) Masyarakat belajar (Learning Community); (5) Pemodelan; (6) Refleksi; (7) penilaian sebenarnya.

Ketujuh asas ini di atas dapat dijelaskan sebagai berikut

1. Konstruktivisme merupakan proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan

pengalaman. Menurut konstrukvisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Model pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat

mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman yang nyata.

2. Inkuiri merupakan pross pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Sehingga,

pengetahuan bukan sekedar mengingat, lebih dari itu pengetahuan merupakan serangkaian usaha sadar siswa untuk mencari dan mengembangkannya.

(29)

20 siswa dapat menemukan sendiri. Disisi lain siswa diharapkan banyak memberikan pertanyaan terhadap gurunya,sehingga terjadi

pembelajaran yang sangat dialogis.Bertanya mempunyai banyak kegunaan bagi diri siswa dalam menggali informasi, membangkitkan motivasi siswa agar tidak jenuh, dapat merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu, siswa dilatih untuk fokus pada sesuatu yang

diinginkan, dan dengan bertanya siswa terbimbing untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

4. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapimembutuhkan bantuan orang lain. Asas ini lebih menekankan bagaimana seorang siswa membiasakan diri untuk bekerja sama. Kerja sama ini dapat dilakukan dengan membentuk kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan masyarakat sekitarnya. Pembagian kelompok harus bersifat heterogen, artinya dalam satu kelompok dicampur macam-macam kemampuan siswa, sehingga diharapkan yang mempunyai integritas intelektual yang tinggi mampu

mengembangkannya, begitupun sebaliknya siswa yang mempunyai kemampuan integritas yang rendah mampu membiasakan diri untuk berkembang.

(30)

21 6. Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari

yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.

7. Penilaian nyata (authentic assessment) merupakan proses yang

dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilain otentik dilakukan secara

terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secar terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.

Berdasarkan asas-asas tersebut, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran kontekstual antara lain:

1. Mengembangkan pemikiran siswa dengan melakukan kegiatan bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimiliki.

2. Melakukan kegiatan inkuiri pada setiap topik pembelajaran, 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa,

(31)

22 5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui

analogi, model, bahkan media yang sebenarnya.

6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran.

7. Melakukan penilaian objektif.

2. Kerangka Pemikiran

(32)
[image:32.595.203.394.74.264.2]

23

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran

Keterangan:

X = Representasi analogi

Y1 = Kemampuan berpikir rasional Y2 = Penguasaan konsep fisika

Z = Model Pembelajaran Kontekstual

r = Pengaruh representasi analogi terhadap kemampuan berpikir rasionaldan pemahaman konsep fisika

Pada meteri fisika seperti materi listrik dinamis, siswa dihadapkan pada permasalahan konsep yang abstrak.Pada materi listrik dinamis diperlukan representasi yang dapat menjembatani konsep listrik yang abstrak dengan konsep yang lebih dikenal siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Representasi analogi merupakan cara penyajian materi yang dapat menjadi jembatan psikologi siswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak, menimbulkan rasa ingin tahu dan meningkatkan kreativitas siswa, serta mendorong terjadinya belajar bermakna. Hal ini dapat

menjadikan siswa lebih antusias dalam belajar, memiliki sifat ilmiah, memiliki kemampuan memecahkan masalah, dan materi yang disampaikan dapat tahan lama dalam benak siswa sehingga nantinya berpengaruh baik

r

Z X

Y1

Y2

(33)

24 terhadap kemampuan berpikir terutama kemampuan berpikir rasional.Selain itu, representasi analogi dapat memvisualisasi konsep-konsep fisika yang abstrak seperti konsep listrik dinamis, sehingga kemampuan siswa dalam memahami konsep fisika pada tersebutmenjadi lebih baik.

Selanjutnya dalam pembelajaran dengan menggunakan representasi analogi, model pembelajaran kontekstual dapat menjadi alternatif yang tepat karena dalam model pembelajaran ini, menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi dan mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi kehidupan nyata.

(34)

25 3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang diajukan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh representasi analogi terhadap kemampuan berpikir rasional siswa.

(35)

26

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 2 Gadingrejo pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 4 kelas, terdiri dari kelas X1 sampai dengan kelas X4.

B. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah kelas X2 SMAN 2 Gadingrejo. Sampel ditentukan secara purposive yaitu penentuan sampel dari anggota populasi dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008: 124). Pertimbangan tertentu yang dilakukan dalam memilih satu kelas sabagai sampel adalah dengan melihat prestasi belajar fisika siswa semester ganjil tahun pelajaran

2012/2013. Berdasarkan rata-rata prestasi siswa, siswa pada kelas X2 memiliki prestasi yang lebih baik sehingga kelas X2 ditetapkan sebagai sampel.

C. Desain Penelitian

(36)

27 penguasaan konsep fisika. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-Shot Case Study. Menurut Sugiyono (2009: 111), desain penelitian ditampilkan pada Tabel 3.1

Tabel. 3.1 Desain Penelitian One-Shoot CaseStudy

Perlakuan Posttest

X O2

Keterangan:

X = penerapanrepresentasi analogi O2= nilai posttest

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdapat tiga jenis variabel, yakni satu variabel bebas , dua variabel terikat, dan satu variable moderator . Variabel bebas dalam penelitian ini adalah representasi analogi (X), sedangkan variabel terikat adalah

kemampuan berpikir rasional (Y1) dan penguasaan konsep fisika (Y2), serta model pembelajaran kontekstual sebagai variabel moderator (Z).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Representasi analogi menggunakan soal representasi analogi.

2. Kemampuan berpikir rasional menggunakan instrumen tes kemampuan berpikir rasional berbentuk soal uraian.

(37)

28 F. Analisis Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen terlebih dahulu diuji validitas , reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran .

1. Validitas

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

= −

2− 2 2 − 2

(Arikunto,2008: 72)

Kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3, maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05, maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

Butir yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika r = 0,3.

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3, data merupakan

(38)

29 2. Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan

keajegan skor tes. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus alpha, yaitu:

11 = −

1 1− �1

2

�2

di mana: r11 = reliabilitas yang dicari

Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item σt2 = varians total

(Arikunto, 2008: 109)

Uji reliabilitas soal dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha

cronbach’s 0 sampai 1.

Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30),

kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:

a) Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang

reliabel.

b) Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak

(39)

30

c) Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup

reliabel.

d) Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.

e) Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat

reliabel.

Instrumen yang valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan

menjumlahkan skor setiap nomor soal.

3. Uji Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran

Uji daya beda dan tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui seberapa jauh butir soal dapat mengukur dan membedakan kemampuan siswa. Uji daya beda dan tingkat kesukaran tiap butir soal ini

[image:39.595.156.512.567.742.2]

menggunakan software Anates. Kriteria mutu soal dapat ditampilkan pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Kriteria Kualitas Soal untuk Kepentingan Pemilihan Butir

Kriteria Indeks Klasifikasi Penafsiran

Tingkat Kesukaran

0,000-0,099 Sangat Sukar Dibuang/revisi total 0,100-0,299 Sukar Perlu Direvisi 0,300-0,700 Sedang Baik

0,701-0,900 Mudah Perlu Direvisi 0,901-1,00 Sangat

Mudah

Dibuang/revisi total Daya beda

(D)

D ≤ 0,199 sangat

rendah

Dibuang/revisi total 0,200-0,299 Rendah Perlu Direvisi

0,300-0,399 Sedang Sedikit atau tanpa revisi

(40)
[image:40.595.154.511.120.229.2]

31 Tabel 3.2 Kriteria Kualitas Soal untuk Kepentingan Pemilihan

Butir (Lanjutan)

Kriteria Indeks Klasifikasi Penafsiran Proporsi

Jawaban

0,000-0,10 Kurang Dibuang/revisi total 0,011-0,050 Cukup Baik

0,051-1,000 baik Baik Sekali Reliabilitas

soal

0,000-0,400 Rendah Kurang Baik 0,401-0,700 Sedang Cukup 0,701-1,00 Tinggi Baik

(Rosidin, 6: 2010)

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes tertulis untuk representasi analogi, kemampuan berpikir rasional, dan penguasaan konsep fisika siswa.

1. Data Representasi Analogi

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari data representasi analogi berupa tes berbentuk soal uraian.

2. Data Kemampuan Berpikir Rasional

(41)

32 3. Data Penguasaan Konsep

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari data penguasaan konsep berupa tes berbentuk pilihan jamak beralasan.

H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik Analisis Data

Data diambil dengan menggunakan lembar pengumpulan data representasi analogi, kemampuan berpikir rasional dan penguasaan konsep siswa. Proses analisis untuk representasi analogi, kemampuan berpikir rasional dan penguasaan konsep fisika adalah:

a) Skor yang diperoleh masing-masing siswa adalah jumlah skor dari seluruh soal.

b) Nilai representasi analogi, kemampuan berpikir rasional dan penguasaan konsep fisika diperoleh dengan rumus:

Nilai = � � � ℎ

� � × 100

c) Nilai rata-rata representasi analogi, kemampuan berpikir rasional dan penguasaan konsep fisika diperoleh dengan rumus:

Nilai Rata−Rata = � � � �

� ℎ��

2. Uji Normalitas

(42)

33 teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data antara lain dengan Chi Kuadrat. Menurut Sugiyono (2010: 241), langkah-langkah pengujian dengan Chi-Kuadrat sebagai berikut:

a) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. b) Menentukan jumlah kelas interval.

c) Menentukan panjang kelas interval yaitu:(data terbesar – data terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval.

d) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat. e) Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara

mengalikan persentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel.

f) Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung harga-harga (fo– fh) dan

fo−fh 2 fh dan menjumlahkannya. Harga fo−fh

2

fh merupakan harga Chi Kuadrat (χh2) hitung.

g) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga chi Kuadrat Tabel ( χh2 ≤ χt2 ), maka distribusi data

dinyatakan normal, dan bila lebih besar (>) dinyatakan tidak normal.

(43)

34 3. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 dengan metode Test for Linearity pada taraf signifikan 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila

signifikansi (Linearity) kurang dari 0, 05 (Priyatno, 2010: 73).

4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana. Hipotesis dalam penelitian ini:

Hipotesis 1

Ho : Tidak terdapat pengaruh representasi analogi terhadap keterampilan berpikir rasional siswa.

Ha : Terdapat pengaruh representasi analogi terhadap keterampilan berpikir rasional siswa.

Hipotesis 2

Ho : Tidak terdapat pengaruh representasi analogi terhadap penguasaan konsep fisika siswa.

(44)

35 Selanjutnya dapat dilanjutkan dengan uji regresi linier sederhana untuk menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi digunakan untuk memprediksi seberapa tinggi nilai variabel terikat jika nilai variabel bebas diubah-ubah dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat apakah positif atau negatif.

′ = +

dengan:

=

2 −

2 − 2

= −

2 − 2

(Priyatno, 2010: 55)

(45)

63

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh linear yang positif dan signifikan antara representasi

analogi terhadap kemampuan berpikir rasional siswa dengan kontribusi sebesar 46%.

2. Terdapat pengaruh linear yang positif dan signifikan antara representasi analogi terhadap penguasaan konsep fisika siswa dengan kontribusi sebesar 63%

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

(46)

64 2. Fenomena yang dipilih dalam representasi analogi harus benar-benar

dikenal oleh siswa agar tidak terjadi miskonsepsi pada konsep yang dipelajari.

(47)

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Liliasari, A.Rusli & Bruce Waldrip. 2011. Implementasi

Pembelajaran Berbasis Multi Representasi Untuk Peningkatan Penguasaan Konsep Fisika Kuantum. Jurnal Cakrawala Pendidikan. Februari 2011, Th. XXX, No.1

Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi. 2008. Limitation of representation mode in learning gravitational concept and its influence toward student skill problem solving. Proceeding of The 2nd International Seminar on Science Education. PHY-31: 373 – 377.

Abidin, Zainal. 2009. Mengembangkan Kecakapan Berfikir Rasional pada Mata Kuliah Data Base Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Problem Base Learning dan Computer Assisted Learning. Diakses pada 11 November 2012 dari http://dimasje.blogspot.com/2009/12/mengembangkan-kecakapan-berfikir.html/

Agustina, Emi. 2006. Peningkatan Aktivitas, Minat, dan Penguasan Konsep Siswa Materi Pokok Usaha dan Energi Menggunakan Metode Analogi dan

Demonstrasi dalam Pembelajaran Konstruktivisme. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Anonim. 2011. Berfikir Kritis, Berfikir Rasional, Berfikir Terdalam, dan Berfikir Sistematis. Diakses pada 11 november 2012 dari

http://anaktanimbar.blogspot.com/2011/12/berfikir-kritis-berfikir-rasional.html/

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Astuti, Rini. 2011. Model Pembelajaran Connected Dalam Pembelajaran Sains untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Rasional Siswa MI/SD. Jurnal Pendidikan. Malang: UIN Maliki Malang

(48)

66 Dirgantara, Yudi. 31 Maret 2009. Model Pembelajaran Laboratorium Berbasis

Inkuiri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa MTs pada Pokok Bahasan Kalor. Diakses 11 November 2012 dari http://ydgfis.blogspot.com/

Duit, Reinders, DKK. 2001. Fostering Conceptual Change by Analogies Between Scylla and Charybdis. Journal Learning and Instruction. Germany: Institute for Science Education, University of Kiel, Olshausenstrasse 62, 24098 Kiel Farida, Ida. 2006. Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan Keterampilan

Berpikir Rasional Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Pada Konsep Sumber Arus Listrik Searah. Jurnal Pendidikan MIPA. Bandung: UIN Bandung

_________. 2012. Peranan Multiple Representasi Dalam Belajar Sains Kimia. Diakses pada tanggal 3 Maret 2013 dari

http://faridach.wordpress.com/2012/11/15/peranan-multiple-representasi-dalam-belajar-sainskimia/

Fathurrohman, Pupuh. 2009. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep. Bandung: PT Refika Aditama.

Fitriyanti. 2009. Pengaruh Metode Pemecahan Masalah terhadap kemampuan Berfikir Rasional Siswa. Jurnal Pendidikan. Palembang: Universitas Sriwijaya

Glynn, Shawn. April 2007. The Teaching With Analogy Model Build Conceptual Bridges With mental Models. Diakses 21 November 2012 dari

http://www.coe.uga.edu/twa/PDF/Glynn_2007_article.pdf

___________. April 2008. Making Science Concepts Meaningful to Students: Teaching With Analogies. Diakses 21 November 2012 dari

http://blogs.oregonstate.edu/smed1112/files/2011/10/Glynn2008MakingScie nceConceptsMeaningful.pdf

Guerra, Maria & Ramos. 2011. Analogies as Tools For Meaning Making In Elementary Science Education. Eurasia journal of mathematics, Science & technology Education. 7(1), 29-39

Harison, Alan & Treagust. 1993. Teaching with Analogies: A Case Study in Grade-10 Optics. Journal of Research in Science. Australia: Curtin University of Technology

Idris, Adi Muhammad. 2010. Pembelajaran Kontekstual (CTL). Diakses Pada 21 Juni 2013 dari Http://pembelajaran kontekstual

(49)

67 Ismienar, Swesty, Dkk. 2009. Thinking. Diakses Pada 21 November 2012 dari

Http://psikologi.or.id

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: MediaKom.

Rosidin, Undang. 2010.Dasar-Dasar Perencanaan Evaluasi Pembelajaran Pedoman Praktikum Bagi Mahasiswa Calon Pendidik. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Rumiyanti, Leni. 2010. Pengaruh Tingkat Berpikir dan Cara Belajar

Siswa terhadap Penguasaan Konsep Fisika Pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap YP UNILA Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Meningkatkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Rusyana, A. 1998. Penerapan Model Pembelajaran Induktif dengan Menggunakan Pendekatan Analogi Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Pengajaran Biologi. Tesis. Bandung: UPI

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Saprudin. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Untuk

Mengembangkan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Siswa Di SMP. Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010. Tidak diterbitkan

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sulistina,Oktavia dan Sri Rahayu. 2005. The Analogical Explanation In

Chemictry Text Books for High School Class II Used By High Schools In Malang. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional MIPA dan

Gambar

Tabel 2.1. Kriteria Taraf Penguasaan Konsep
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 3.2 Kriteria Kualitas Soal untuk Kepentingan Pemilihan Butir
Tabel 3.2 Kriteria Kualitas Soal untuk Kepentingan Pemilihan Butir (Lanjutan)

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran menggunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar melalui model inkuiri terbimbing dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif model

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut: (1) media TIK tutorial dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ANALOGI PADA MATERI SISTEM IMUN TERHADAP KREATIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hal ini berarti bahwa “Terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan analogi matematis dan kemampuan berpikir

Salah satu yang dapat dijadikan solusi untuk para guru guna merangsang dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa adalah dengan mengintensifkan penggunaan pemetaan

Flipped classroom salah satu model yang bisa digunakan sebagai alternatif guru dalam memberikan pengaruh motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

Penggunaan representasi gambar dalam penyajian masalah akan membuat siswa lebih memahami masalah (Rosengrant, dkk., 2006), karena siswa dapat melihat langsung obyek

matematika,  salah  satu  komponennya  kemampuan  representasi.  Kemampuan  representasi  dapat  ditingkatkan  melalui  proses  inquiry  menggunakan  konsep