• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kadar Asam Benzoat yang Terdapat pada Sirup Univit dan Univit lysine dengan Metode Spektrofotometri UV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kadar Asam Benzoat yang Terdapat pada Sirup Univit dan Univit lysine dengan Metode Spektrofotometri UV"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KADAR ASAM BENZOAT YANG TERDAPAT

PADASIRUP UNIVIT DAN UNIVIT LYSINE DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI UV

KARYA ILMIAH

RIA ARDIANTI LUBIS

092401030

PROGRAM STUDI D 3 KIMIA ANALIS

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA KADAR ASAM BENZOAT YANG TERDAPAT PADA SIRUP UNIVIT DAN UNIVIT LYSINE DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI UV

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli madya

RIA ARDIANTI LUBIS 092401030

PROGRAM STUDI D 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KADAR ASAM BENZOAT YANG

TERDAPAT PADA SIRUP UNIVIT DAN UNIVIT LYSINE DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI UV

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : RIA ARDIANTI LUBIS

Nomor Induk Mahasiswa : 092401030

Program Studi : D 3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Juni 2012

Diketahui/Disetujuin oleh : Program Studi D3 Kimia Analis

Ketua, Pembimbing,

Dra. Emma ZaidarNasution, MS Drs. Firman Sebayang, MS

NIP195512181987012001 NIP 196903051999032001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

(4)

ii PERNYATAAN

ANALISA KADAR ASAM BENZOAT YANG TERDAPAT PADA SIRUP UNIVIT DAN UNIVIT LYSINE DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI UV

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan masing-masing yang disebutkan

Medan, Juni 2012

RIA ARDIANTI LUBIS NIM 092401030

(5)

PENGHARGAAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya serta segala nikmat-Nya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan untuk berkarya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sesuai dengan yang diharapkan dengan judul ANALISA KADAR ASAM BENZOAT YANG TERDAPAT PADA SIRUP UNIVIT DAN UNIVIT LYSINE DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV.Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil praktek kerja lapangan yang dilaksanakan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan dari tanggal 29 Desember s/d 13 Januari 2012, Karya Ilmiah ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi syarat kelulusan dalam meraih gelar Ahli Madya Kimia Analis Departemen Kimia Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian Karya Ilmiah ini penulis mendapatkan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Kepada Ayahanda Ardiwan Lubis dan Ibunda Suhaibah yang telah memberikan perhatian dan kasih sayangnya baik secara moril maupun materil yang tiada pernah henti kepada penulis.

2. Bapak Drs.Firman Sebayang,M.S selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan Karya Ilmiah ini.

3. Ibu Rumondang Bulan,M.S, selaku ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 4. Ibu Dra. Emma Zaidar, M.S, selaku ketua program studi D 3 Kimia Analis

5. Berserta seluruh keluarga penulis Abang Hafisullah Amin Lubis, KakakEsty Lubis dan Adek Luthfan Alwafi Lubis yang telah memberikan semangat, doa dan dukungan kepada penulis.

6. Bapak Drs. Agus Prabowo, MS, selaku Kepala Balai Besar POM.

7. Seluruh staf dan para pegawai Balai Besar POM yang telah membimbing dan menyediakan fasilitas selama penulis melaksanakan praktek kerja lapangan.

8. Para staf pengajar dan pegawai Kimia Analis FMIPA USU

9. Teman – teman dekat penulis, Adwina Nasution, Nizla Rosa P Harahap, Neli Rizki Yani, May Syarah, Sri Maya Pransiska, dan Wulandari Utami Siahaan, dan Nael S, serta teman-teman Kimia Analis FMIPA USU stambuk 2009 yang selalu memberikan bantuan dan perhatiannya

10.Semua pihak yang telah membatu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyajian Karya Ilmiah ini, masih jauh dari sempurna, untuk itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan segala kritikan dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Semoga hasil Karya Ilmiah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi penulis dan kita semua. Amin

Medan, Juni 2012

Penulis

(6)

iv ABSTRAK

Telah dilakukan anlisa kadar asam benzoat yang terdapat pada sirup univit dan univit lysine dengan metode spektrofotometri UV. Dari data diperoleh kadar asam benzoat pada sirup univit sebesar 0,022% dan pada sirup univit lysine sebesar 0,024% ini berarti bahwa kadar asam benzoat dalam sirup tersebut memenuhi syarat sesuai dengan MA PPOM 35/OT/93 yaitu tidak kurang dari 0,1%.

(7)

DETERMINATION OF BENZOIC ACID IN UNIVIT SYRUP AND LYSINE UNIVIT USING UV SPECTROPHOTOMETRIC METHOD

ABSTRACT

(8)

vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

DAFTAR TABEL viii

BAB I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2.Permasalahan 2

1.3.Tujuan 3

1.4.Manfaat 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Pengawet 4

2.1.1. Meknisme Kerja Bahan Pengwet 4

2.1.2. Tujuan dan persyaratan Bahan Pengawet 5 2.1.3. Sifat Fisik dan Kimia Bahan pengawet 6

2.1.4. Efek Terhadap Kesehatan 7

2.1.5. Jenis Bahan pengawet 8

2.2. Asam Benzoat 9

2.2.1.Struktur dan Sifat-sifat Asam benzoate 10

2.2.2. Mekanisme kerja Asam benzoat 10

2.2.3. Efek Asam Benzoat Terhadap Kesehatan 11

2.3. Kromatografi 12

2.3.1. Kromatografi lapis tipis 12

2.4. Spektrofotometri UV 14

BABIII. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan 23

3.1.1. Alat 23

3.1.2. Bahan 23

3.2. Prosedur Percobaan 24

BABIV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil 27

4.1.1. Data Percobaan 27

4.1.1.1. Tabel Metode Kromatografi Lapis Tipis 27 4.1.1.2. Tabel Metode Spektrofotometer UV 28

4.1.2. Perhitungan 28

4.2. Pembahasan 29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 31

5.2. Saran 31

(9)

DAFTAR PUSTAKA 32 DAFTAR LAMPIRAN

(10)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 01 : 33

LAMPIRAN 02 : 34

LAMPIRAN 03 : 35

LAMPIRAN 04 : 36

LAMPIRAN 05: 37

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

4.1.1.1. Tabel Metode Kromatografi Lapis Tipis 27

(12)

iv ABSTRAK

Telah dilakukan anlisa kadar asam benzoat yang terdapat pada sirup univit dan univit lysine dengan metode spektrofotometri UV. Dari data diperoleh kadar asam benzoat pada sirup univit sebesar 0,022% dan pada sirup univit lysine sebesar 0,024% ini berarti bahwa kadar asam benzoat dalam sirup tersebut memenuhi syarat sesuai dengan MA PPOM 35/OT/93 yaitu tidak kurang dari 0,1%.

(13)

DETERMINATION OF BENZOIC ACID IN UNIVIT SYRUP AND LYSINE UNIVIT USING UV SPECTROPHOTOMETRIC METHOD

ABSTRACT

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan

untukdigunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,

menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan

badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau

memperindah badan atau bagian badan lainnya.

Obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat

bersifat sebagai obat jika tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan

waktu yang tepat. Akan tetapi apabila digunakan penyalahgunaan dalam

pengobatanatau dengan dosis yang berlebihan maka dapat menimbulkan keracunan,

sebaliknya apabila dosis yang diberikan lebih kecil maka tidak akanmemperoleh efek

penyembuhan.

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau

tanpa bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan alat yang

menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya

yang enak biasanya menghilangkan keengganan pada sebagian anak-anak untuk

meminum obat.

Beberapa sirup bukan obat yang sebelumnya resmi dimaksudkan sebagai

pembawa yang memberikan rasa enak pada obat yang ditambahkan kemudian, baik

dalam peracikan resep secara mendadak atau dalam pembuatan formula standar untuk

sirup obat, yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau bahan obat. Sirup obat

dalam perdagangan dibuat dari bahan-bahan awal yaitu dengan menggabungkan

(15)

2

masing-masing komponen tunggal dari sirup seperti sukrosa, air murni, bahan pemberi

rasa, bahan pewarna, bahan terapeutik danbahan-bahan lain yang diperlukan dan

diinginkan.

Jenis obat yang diberikan dalam bentuk sirup-sirup obat yang sering

ditemukan adalah antitusif dan antihistamin. Ini tidak berarti bahwa jenis obatobat

lainnya tidak ada yang diformula menjadi sirup, tentu saja banyak macam zat-zat obat

dapat ditemukan dalam bentuk sirup dalam compendia resmi dan diantara

produk-produk dagang yang banyak. Sirup (Sirupi) adalah merupakan larutan jernih berasa

manis yang dapat ditambahkan Gliserol, Sorbitol, Polialkohol yang lain dalam jumlah

sedikit dengan maksud untuk meningkatnya kelarutan obat dan menghalangi

pembentukan hablur sukrosa. Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali

dinyatakan lain. Larutan gula yang encer, merupakan medium pertumbuhan bagi

jamur, ragi, dan bakteri.

Jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup terhadap pertumbuhan

Mikroba berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air yang tersedia untuk pertumbuhan,

sifat dan aktivitas sebagai pengawet. Diantara pengawet-pengawet yang umum

digunakan sebagai pengawet sirup dengan konsentrasi lazim yang efektif adalah asam

benzoat (0,1-0,2%), natrium benzoate (0,1-0,2%) dan berbagai campuran metal, propil

dan butyl paraben(total ± 0,1%).

1.2. Permasalahan

Permasalah dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah :

Apakah kadar asam benzoat yang terdapat pada sirup Univit dan Univit Lysine

telah memenuhi syarat sesuai dengan standart MA PPOM 35/OT/93 yaitu tidak lebih

(16)

3

3 1.3.Tujuan

Adapun tujuan dari karya ilmiah ini adalah :

- Untuk mengetahui kadar asam benzoat yang terdapat pada sirup Univit dan

Univit Lysine

- Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penentuan kadar asam

benzoat pada sirup Univit dan Univit Lysine secara laboratoratorium

1.4. Manfaat

- Memberikan informasi tentang kadar asam benzoat dalam sirup univit dan univit lysine

- Memberikan informasi tentang apakah kadar asam benzoat yang terdapat dalam sirup univit dan univit lysine telah memenuhi syarat sesuai dengan standart MA

PPOM 35/OT/93 yaitu tidak lebih dari 0,1%

- Memberikan informasi tentang metode yang digunakan dalam penentuan kadar asam benzoat pada sirup univit dan univit lysine

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Pengawet

Bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau

menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain terhadap makanan

yang disebabkan oleh mikroorganisme.Bahan tambahan pangan ini biasanya

ditambahkan kedalam makanan yang mudah rusak atau makanan yang disukai sebagai

media tumbuhan bakteri atau jamur misalnya pada produk daging, buah-buahan, dan

lain-lain. Defenisi bahan pengawet adalah senyawa atau bahan yang mampu

menghambat, menahan, atau menghentikan dan memberikan perlindungan bahan

makanan dari proses pembusukan.

Pengertian bahan pengawet sangat bervariasi tergantung di Negara yang

membuat batasan pengertian bahan pengawet. Meskipun demikian, penggunaan bahan

pengawet memiliki tujuan yang sama yaitu mempertahankan kualitas yang

memperpanjang umur simpan bahan pangan. Bahan pengawet adalah senyawa yang

mampu menghambat dan menghentikan proses fermentasi, pengasaman atau bentuk

keusakan lainnya, atau bahan yang dapat memberikan perlindugan bahan pangan dari

pembusukan.

2.1.1 Mekanisme Kerja Bahan Pengawet

Mekanisme kerja senyawa antimikroba berbeda-beda antara senyawa yang

satu dengan yang lain, meskipun tujuan akhirnya sama yaitu menghambat atau

menghentikan pertumbuhan mikroba. Larutan garam NaCl dan gula yang digunakan

(18)

5

5

mikrroorganisme. Oleh sebab itu, air akan keluar dari sel dan sel menjadi kering atau

mengalami dehidrasi.

Kerja asam sebagai bahan pengawet tergantung pada pengaruhnya terhadap

pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri, khamir, dan kapang yang tumbuh pada

bahan pangan. Penambahan asam berarti menurunkan pH yang disertai dengan

naiknya konsentrasi ion hidrogen (H+), dan dijumpai bahwa pH rendah lebih besar

penghambatannya pada pertumbuhan mikroorgansme. Asam digunakan sebagai

pengatur pH sampai pada harga yang bersifat toksik untuk mikroorganisme dalam

bahan pangan. Efektivitasnya suatu asam dalam menurunkan pH tergantung pada

kekuatan (strength), yaitu derajat ionisasi asam dan konsentrsi yaitu jumlah asam

dalam volume tertentu (misalnya molaritas). Jadi, asam keras lebih efktif dalam

menurunkan pH apabila dibandingkan dengan asam lemah pada konsentrasi yang

sama.

2.1.2. Tujuan dan Persyaratan Bahan Pengawet

Secara umum penambahan bahan pengawet pada suatu produk memiliki tujuan

sebagai berikut :

a. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat

patogen maupun yang tidak patogen.

b. Memperpanjang umur simpan pangan.

c. Tidak menurunkan kulitas gizi, warna, cita rasa,dan bau bahan pangan yang

diawetkan.

d. Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.

e. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau

tidak memenuhi persyaratan.

f. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

(19)

6

Pada bahan pengawet terdapat juga beberapa persyaratan yang harus dimiliki,

antara lain :

a. Memberi arti ekonomis dari pengawetan(secara ekonomis)

menguntungkan.

b. Digunakan hanya apabila cara-cara pengawetan yang lain tidak

mencukupi atau tidak tersedia.

c. Memperpanjang umur simpan dalam pangan

d. Tidak menurunkan kualitas (warna, cita rasa, dan bau) bahan pangan

yang diawetkan.

e. Mudah dilarutkan.

f. Menunjukkan sifat-sifat anti mikroba pada jenjang pH bahan pangan

yang diawetkan.

g. Aman dalam jumlah yang diperlukan.

h. Mudah ditentukan dengan analisa kimia.

i. Tidak menghambat enzim-enzim pencernaan.

j. Tidak mengalami dekomposisi atautidak bereaksi untuk membentuk

suatu senyawa kompleks yang bersifat lebih toksik.

k. Mudah dikontrol dan didistribusikan secara merata dalam bahan pagan.

l. Mempunyai spektra antimikrobia yang luas yang meliputi

macam-macam pembusukan oleh mikrobia yang berhubungan dengan bahan

pangan yang diawetkan.

2.1.3 Sifat Fisik dan Kimia Bahan Pengawet

Sifat – sifat bahan pengawet dapat meliputu sifat kimia dan fisik. Sifat kimia

(20)

7

7

a. struktur kimia atau rumus molekul, contohnya asam benzoat dengan

rumus molekul C7H6O2.

b. harga pKa yang spesifik

c. bentuk bahan pengawet.

d. pelarutan baik dalam air, alkohol maupun minyak

e. rasa dan bau yang berbeda

2.1.4. Efek Terhadap Kesehatan

Konsentrasi bahan pengawet yang diizinkan oleh peraturan bahan pangan

sifatnya adalah penghambatan dan bukannya mematikan organisme-organisme

pencemar. Oleh karena itu, sangat penting bahwa populasi mikroorganisme dari bahan

pangan yang akan diawetkan harus dipertahankan minimum dengan cara penanganan

dan pengolahan secara higienis.

a. Bahan pengawet organik

pemakaian bahan pengawet dari satu sisi menguntungkan karena

dengan bahan pengawet dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik yang

bersifat patogen yang dapat menyebabkan gangguan keracunan atau gangguan

kesehatan lainnya maupun mikroba yang nonpatogen yang dapat menyebabkan

kerusakan bahan pangan. Namun dari sisi lain, bahan pengawet pada dasarnya

adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk bersama

bahan pangan yang dikonsumsi.Apabila pemakaian jenis pengawet dan

dosisnya tidak diatur maka menimbulakan kerugian bagi si pemakai, misalnya,

keracunan atau terakumulasi pengawet dalam organ tubuh dan bersifat

karsinogenik.

(21)

8

b. Bahan pengawet anorganik

Konsep ADI didasrkan pada kenyataan bahwa semua bahan kimia yang

digunakan sebagai bahan pengawet adalah racun, tetapi toksisitasnya sangat

ditentukan oleh jumlah yang diperlukan untuk menghasilkan pengaruh atau

gangguan kesehatan atau sakit. ADI dinyatakan dalam mg/kg berat badan yang

didefenisikan sebagai jumlah bahan yang masuk tubuh setiap harinya, bahkan

selama hidupnya tanpa risiko yang berarti bagi konsumen atau pemakainya.

Contoh bahan pengawet yang diizinkan pemakaiannya dari nilai ADI ialah :

- Natrium nitrit

Pemakaian nitrit dengan dosis tinggi menyebabkan kanker pada hewan

percobaan (tikus). Karena pada kondisi tertentu akan terjadi reaksi antara nitrit

dan beberapa amin secara alami kedapatan dalam bahan pangan sehingga

membentuk senyawa nitrosamine yang dikenal sebagai senyawa karsinogenik.

- Sulfur dioksida

Belerang dioksida merupakan bahan pengawet yang sangat luas

pemakaiannya, namun pada dosis tertentu dapat menimbulkan gangguan pada

kesehatan,tetapi belum ada pengganti belerang dioksida yang sama efektifnya

atau cukup memuaskan. Keracunan adanya belerang dioksida dapat

menyebabkan luka usus.

2.1.5. Jenis Bahan Pengawet

Bahan pengawet terdiri dari dua jenis yaitu:

1. Zat Pengawet Anorganik

Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hydrogen

perosida, nitrat dan nitrit. Sulfit digunakn dalam bentuk SO2, garam Na atau K sulfit,

(22)

9

9

2. Zatpengawet organik

Zat pengawet organik lebih banyak dipakai daripada yang anorganik karena

bahan ini lebih mudah dibuat. Bahan organik digunakan baik dalam bentuk asam

maupun dalam bentuk garamnya. Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan

pengawet ialah asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat, dan

epoksida.(Cahyadi, 2008)

2.2. Asam Benzoat

COOH

Asam Benzoat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari

100,5% C7H6O2 , dihitung terhadap zat anhidrat. (F.I. Ed IV. 1995)

Asam benzoat (C6H5COOH),merupakan bahan pengawet yang luas

penggunaannya dan sering digunakan padamakanan atau minuman. Bahan

inidigunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Benzoat efektif pada pH

2,5-4,0. Karena kelarutan garamnya lebih besar, maka biasa digunakan dalam bentuk

garam Na-benzoat. Sedangkandalam bahangaram benzoat terurai menjadi bentuk

aktif, yaitu bentuk asam benzoat yang tak terdisosiasi.

Menurut PerMenKes RI No.722/MenKes/Per/IX/88 batas maksimum

penggunaan asam banzoat dalam minuman ringan adalah 600 mg/kg.Dalam tubuh

terdapat mekanisme detoksifikasi terhadap asam benzoat, sehingga tidak terjadi

penumpukan asam benzoat. Asam benzoat akan bereaksi dengan glisin menjadi asam

hipurat yang akan dibuang oleh tubuh. Asam benzoat secara alami terdapat dalam

rempah-rempah seperti cengkeh dan kayu manis. (Winarno, 1992).

(23)

10

Keasaman dari substrat ke dalam mana asam benzoat

ditambahkanmempengaruhi keefektifan dari zat pengawet kimia. Asam benzoat

kurang efektif dalam suatu bahan pangan yang mempunyai pH 7,0 dibandingkan

dengan bahan pangan yang asam yang mempunyai pH mendekati 3,0.

(Desrosier,1988).

Penambahan asam berarti menurunkan pH yang disertai dengan naiknya

konsentrasi ion hydrogen, dan ditemui bahwa pada pH rendah, lebih besar

penghambatannya pada pertumbuhan mikroorganisme. Efektivitas suatu asam dalam

menurunkan pH tergantung pada kekuatan atau derajat ionisasi asam dan konsentrasi.

2.2.1.Sifat-sifat Asam benzoat

- Berbentuk hablur atau jarum putih

- Sedikit berbau benzaldehid atau benzoin - Agak mudah menguap pada suhu hangat - Mudah menguap dalam air

- Sukar larut dalam air

- Mudah larut dalam etanol dan eter

- Merupakan asam lemah yang mengalami disosiasi tergantung pada pH mediumnya

2.2.2. Mekanisme kerja Asam Benzoat

Senyawa ini relatif kurang efektif sebagai bahan pengawet pada pH lebih

besar, tetapi kerja sebagai pengawet naik dengan turunnya pH sampai dibawah 5.

Turunnya pH medium akan menaikkan proporsi asam yang tidak terdisosiasi karena

asam yang tidak terdisosiasi penentu utama peranan pengawet. Asam benzoat sangat

(24)

11

11

benzoat sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba dalam bahan pangan

pH rendah seperti sari buah dan minuman penyegar.

2.2.3. Efek Asam Benzoat terhadap kesehatan

Metabolisme ini meliputi dua tahap reaksi, pertama dikatalis oleh

enzimsyntetase dan pada reaksi kedua dikatalis oleh enzim acytranferase. Asam

hipurat yang disinpengujiana dalam hati ini, kemudian diekskresikan melalui urine.

Jadi, di dalam tubuh tidak terjadi penumpukan asam benzoat, sisa asam benzoat yang

tidak di ekskresi sebagai asam hipurat dihilangkan toksisitasnya berkonjugasi dengan

asam glukoronat dan diekskresi melalui urin. Pada penderita asma dan orang yang

menderita urticaria sangat sensitif terhadap asam benzoat, jika dikonsumsi dalam

jumlah besar akan mengiritasi lambung.

COCH+ATP + CoA C-CoA+ AMP PP I

O

Benzoic acid Benzoyl CoA

N

Benzoyl CoA + glycine C – N – CH2 - COOH + CcA

O

Hippuric Acid

Metabolisme asam benzoat dalam tubuh (Cahyadi. 2008)

Diduga pula zat ini akan dapat mengakibatkan reaksi alergi dan penyakit

syaraf. Selain itu, Asosiasi Konsumen Penang pada 1988 silam telah menyatakan

bahwa berdasarkan penelitian Badan Pangan Dunia (FAO), konsumsi benzoat yang

(25)

12

berlebihan pada tikus akan menyebabkan kematian dengan gejala-gejala hiper aktif,

sawan, kencing terus-menerus dan penurunan berat badan.(Yuliarti,2007)

2.3. Kromatografi

Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia

Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman

dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium

karbonat (CaCO3). Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling

umum sering digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan untuk

melakukan analisis, baik analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparatif dalam bidang

farmasi, lingkungan, industri, dan sebagainya. Kromatografi merupakan suatu teknik

pemisahan yang mengunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile

phase). Teknik kromatografi telah berkembang dan telah digunakan untuk

memisahkan dan mengkuantifikasikan berbagai macam komponen yang kompleks,

baik komponen organik maupun komponen anorganik. (Rohman, 2007)

2.3.1 Kromatografi Lapis Tipis

Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa

senyawa–senyawa yang dipisahkan terdistribusi sendiri antara fase gerak dan fase

diam dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari satu senyawa terhadap

senyawa yang lain.

Faktor–faktor yang memperngaruhi gerakan noda dalam kromatografi yang

juga mempengaruhi harga Rf, yaitu :

1. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan.

(26)

13

13

Biasanya aktifitas dicapai dengan pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan

molekul-molekul air yang menempati pusat-pusat serapan dari penyerap.

3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap

Meskipun dalam prakteknya tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tapi perlu

diusahakan tebal lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut

menjadi tak rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.

4. Pelarut dan derajat kemurnian fase gerak

Kemurnian dari pelarut yang digunakan sebagai fase pada kromatografi kertas adalah

sangat penting dan bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan yang dipakai

harus betul- betul diperhatikan.

5. Derajat kejenuhan dari uap dalam bejana pengembangan yang

digunakan

6. Teknik percobaan

7. Jumlah cuplikan yang digunakan

Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan memberikan tendensi

penyebrangan noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak

seimbang lainnya sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.

8. Suhu

Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini terutama untuk

mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang disebabkan oleh

penguapan atau perubahan-perubahan fase.

9. Kesetimbangan

Kesetimbangan dalam kromatografi kertas sangat penting, hingga perlu

mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala bila

atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut

(27)

14

campuran, akan terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk

cekung dan fasa bergerak lebih cepat pada bagian tepi–tepi dari pada di bagian tengah.

(Sastrohamidjojo. 1985)

2.4.Spektrofotometri UV

Spektrofotometri adalah cabang analisis instrumental yang mencakup seluruh

metoda pengukuran berdasarkan interaksi antara suatu spektrum sinar (Radiasi Elektro

Magnetik/REM) dengan larutan molekul atau atom. Spektrofotometri uv-vis

melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehinga

spektrofotometri uv-vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibanding

kualitatif. (Mulja, 1995)

Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan

panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya

yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk

mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau

diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer

dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat

terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah

optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan

diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi

melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin

diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu

trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang

gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai

(28)

15

15

yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko

dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun

pembanding. (Khopkar, 1990).

Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi daerah UV-Vis karena mereka

mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke

tingkat energi yang lebih tinggi (Underwood, 2002).

Hukum Lambert – Beer

Hukum Lambert – Beer digunakan untuk radiasi monokromatik, dimana

absorbansi sebanding dengan tebal medium (b) dan konsentrasi (c) senyawa yang

mengabsorbsi. Hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

A = a.b………....(2.1)

Dimana a adalah faktor kesebandingan yang disebut absorptivitas. Besarnya dan

ukuran daria tergantung pada satuan untuk b dan c. Untuk larutan dari senyawa yang

mengabsorpsi, sering diberikan dalam centimeter dan c dalam gram per Liter. Maka

absorptivitas dalam satuan L.g-1.cm-1 (Skoog, 1996).

Ketika persamaan (2.1) dinyatakan dalam mol per liter dan tebal medium

dalam centimeter, absorptivitas disebut molar absorptivitas dan diberi simbol khusus

yaitu ε. Jadi, ketika badalah centimeter dan c dalam mol per Liter makapersamaannya

adalah sebagai berikut :

A = ε.b.c……….(2.2)

Dimana ε dalam satuan L.mol-1.cm-1 (Skoog, 1996).

Keterbatasan Hukum Lambert – Beer

Beberapa pengecualian ditemukan untuk menyamaratakan absorbansi sebagai

garis lurus. Di sisi lain, penyimpangan dari perbandingan langsung diantara

absorbansi dan konsentrasi ketika b adalah konstan seringkali ditemukan. Beberapa

(29)

16

penyimpangan ini adalah dasar dan menunjukkan keterbatasan yang nyata dari hukum

ini (Skoog, 1996).

Hubungan antara kadar dengan intensitas sinar yang diserap oleh sampel yang

di analisis dinyatakan oleh hukum Lambert-Berr dalam bentuk persamaan sebagai

berikut :

Log Io/I = A=a.b.C

Dimana:

Io= intensitas sinar sebelum melewati sampel

I = intensitas sinar setelah melewati sampel

A = absorban

a = absopsifitas molekul

b = ketebalan kuvet

C = konsentrasi larutan

Oleh karena a dan b nilainya tetap (wadah yang dipakai spesifik), maka A

berbanding lurus dengan C (konsentrasi larutan). Dalam penurunan hukum ini

dianggap bahwa, (1) radiasi yang masuk adalah monokromatik, (2) spesies penyerap

berkelakuan tidak tergantung satu terhadap lainnya dalam proses penyerapan, (3)

penyerapan terjadi dalam volume yang mempunyai luas penampang yang sama, (4)

dengan radiasi tenaga adalah cepat (tidak terjadi fluorosensi), dan (5) indeks bias tak

tergantung pada konsentrasi (tidak berlaku pada konsentrasi yang tinggi).

(Sastrohamidjojo.1985 )

Komponen-komponen pokok dari Spektrofotometer meliputi :

1. Sumber tenaga radiasi yang stabil

(30)

17

17

3. Monokromator untuk mengubah radiasi menjadi komponen-komponen panjang

gelombang tunggal.

4. Tempat cuplikan yang transparan

5. Detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau pencatat.

Diagram sederhana dari Spektrofotometer UV-Vis adalah sebagai berikut:

(Satrohamidjojo. 1985)

Uraian bagan spektrofotometri UV-Vis yaitu sebagai berikut :

1. Sumber radiasi

Sumber-sumber radiasi ultraviolet kebanyakan digunakan adalah lampu

hidrogen dan lampu deuterium. Sumber radiasi cahaya tampak yang paling umum

dipakai adalah lampu pijar tungsten. Lampu tungsten merupakan campuran dari

filament tungstein dan gas iodine (halogen). Sumber radiasi ini dapat memancarkan

radiasi kontinyu antara 380-780 nm.

2. Monokromator

Monokromator merupakan serangkaian alat optic yang menguraikan radiasi

polikromatik menjadi jalur-jalur yang efektif atau panjang gelombang-gelombang

tunggalnya dan memisahkan panjang gelombang-gelombang tersebut menjadi

jalur-jalur yang sangat sempit.

sampel

Meter atau pencatat Detektor

Monokromator Sumber radiasi

Blanko

(31)

18

3. Tempat cuplikan

Culipkan yang dipakai pada daerah ultraviolet atau terlihat yang biasa berupa

gas atau larutan ditempatkan dalam sel atau cuvet. Untuk daerah ultraviolet biasanya

digunakan quartz atau sel dari silika yang lebur, sedangkan untuk daerah terlihat

digunakan gelas biasa atau quarzt. Sel yang digunakan untuk cuplikan yang berupa

gas mempunyai panjang lintasan dari 0,1 hingga 100 nm, sedangkan sel untuk larutan

mempunyai panjang lintasan tertentu dari 1 hingga 10 cm

4. Detektor atau pencatat

Setiap detektor menyerap tenaga foton yang mengenainya dan mengubah

tenaga tersebut untuk dapat diukur secara kualitatif seperti sebagai arus listrik atau

perubahan-perubahan panas. Kebanyakan detektor menghasilkan sinyal listrik yang

dapat mengaktifkan meteran atau pencatat, setiap pencatat harus menghasilkan yang

secara kualitatif berkaitan dengan tenaga cahaya yang mengenainya.

5. Penetapan Kadar Dengan Spektrofotometri

Ada empat cara menentukan kadar zat tunggal dengan metode

spektrofotometri:

a. Membandingkan serapan atau transmisi zat yang dianalisis dengan zat murni.

Dalam hal ini dilakukan pengukuran serapan zat (A X) serapan zat standar

(A S), pada panjang gelombang yang sama yaitu λ maks, sehingga kadar zat X

sebagai:

CX = ����[��������������������]

Persyaratan diusahakan pembacaan A x dan A s tidak berbeda jauh.

b. Dengan membuat kurva baku.Kurva baku dibuat pada sistem koordinat

Carstein dimana sebagai absis adalah konsentrasizat standar, dan sebagai

(32)

19

19

c. Dengan memakai sostem ekstingsi spesifik �E 1 1 %��� . cara ini sebagai salah satu usaha analisis kuantitatif zat tunggal dengan metode spektrofotometri

yang dalam hal ini tidak mempunyai zat standar. Dengan jalan

membandingkan E 1 1 %�� dari zat yang tertera dalam pustaka, maka kadar zat tersebut akan dapat diketahui.

d. Dengan memakai nilai ekstingsi molar(ε). Cara ini akan memberikan hasil

yang lebih tepat dan pada prinsipnya sama dengan cara ketiga. Harga ε

dapat dinyatakan sebagai:

6. Kesalahan Pengukuran Secara Spektrofotometri

Pengukuran secara spektrofotometri dari konsentrasi zat berwarna didasarkan

pada validitas hukum Lambert-Beer. Dampak praktek, hasil pengukuran

memperlihatkan beberapa penyimpangan, diantaranya penyimpangan nyata dan aktual

(sebenarnya). Penyimpangan nyata pada prinsipnya berasal dari ketidaksempurnaan.

Penyimpangan ini disebabkan oleh ketidakmampuan monokromator untuk

memberikan cahaya yang benar-benar monokromatis sehingga menyebabkan

peristiwa seperti transmisi, pemantulan, dan serapan pada medium. Penyimpangan

yang disebabkan oleh ketidaksempurnaannya cahaya monokromatik pada prinsipnya

disebabkan oleh absorpsifitas yang berbeda sesuai dengan panjang gelombang dari

sumber cahaya yang diserap atau tergantung dari spektrum serapannya. Sedangkan

penyimpanan sebenarnya disebabkan oleh perubahan konsentrasi zat pengabsorpsi

cahaya yang berlangsung akibat tercapainya kesetimbangan kimia dibawah pengaruh

gaya interion atau intermolekul. Tetapi, ada kalanya dipengaruhi oleh rasio

konsentrasi komponen berwarna dan tak berwarna dari larutan yang dianalisis.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan

spektrofotometri uv-vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang

(33)

20

akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel, karena senyawa tersebut harus diubah

terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna. Berikut ini adalah tahap-tahap yang

harus diperhatikan :

a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar uv-vis

b .Waktu operasional

c. Pemilihan panjang gelombang

d. Pembuatan kurva baku

e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan (Gandjar, 2007)

Beberapa perbedaan yang juga merupakan keunggulan dari spektrofotometer

uv-vis dibanding dengan spektrofotometer uv-vis yang lainnya adalah :

1. Memakai sumber radiasi tunggal yaitu lampu D2 (Dauterium)

2. Radiasi yang diukur adalah radiasi polikromatis, sehingga

sampelkompartemen benda dalam keadaan terbuka

3. ”Wavelenght reproducibility” karena tidak ada gerakan mekanisme untuk

mengatur panjang gelombang.

4. Kecepatan scanning, keseluruhan daerah pengukuran panjang gelombang

sangat tinggi.

Pada spektrofotometer uv-vis ada beberapa macam sumber radiasi yang

dipakai yakni lampu deuterium, lampu tungsten dan lampu merkuri. Setiap bagian

peralatan optik dari spektrofotometer uv-vis memegang fungsi dan peranan tersendiri

yang saling terkait fungsi dan peranannya. Setiap fungsi dan peranan tiap bagian

dituntut ketelitian dan ketepatan yang optimal, sehingga akan diperoleh hasil

(34)

21

21 Metode-metode yang digunakan dalam menentukan asam benzoat selain metode spektrofotometri yaitu :

1. Kualitatif (SNI 1992)

a. Uji dengan FeCl3

- Sampel dalam bentuk laruan diambil sebanyak 50 gramdimasukkan

kedalam labu ukur 250 mldan tambahkan 10 ml NaOH 10% agar bersifat

basa dan larutan NaCl jenuh (30 gram dalam 100ml air), ditepatkan tanda

kocok dan dibiarkan selama 2 jam, disaring dengan kertas saring.

- Sebanyak 50 ml filtrat masukkan kedalam corong pisah 250 m dan

asamkan dengan HCl (1 : 3) berlebih, ditambahkan 10-15 ml eter lau

kocok. Lapisan eter ditampung dalam labu erlenmeyer 50 ml dan d uapkan.

Residu dengan pemanasan ditambah NH4OH sampai basa, dab hilangkan

kelebihan NH3dengan penguapan, kemudian ditambahFeCl3 5% netral.

Apabila terbentuk endapan kecoklatan berarti benzoat positif.

b. Dengan cara destilasi uap

Sampel diekstrak kedalam eter dari larutan asam diuji dengan TLC atau

spekrorofotometer UV.

2. Kuantitatif

a. Titrimetri tanpa pemanasan

Sampel dimasukkan kedamal labu ukur, ditambahkan NaCl jenuh

secukupnya, buat alkalis kertas lakmus dengan NaCl 10% atau dengan

suspensi Ca(OH)2. Encerkan dengan NaCl jenuh, kocok. Biarkan selama 2

jam, kocok berulang dan saring. Jika cotoh mengandung banyak lemak,

(35)

22

ditambah larutan NaOH 10% kedalam saringan. Ekstraksi eter sebelum

dilanjutkan cara kerja.

b. Ekstraksi dan titrimetri

c. Metode titrasi, melalui ekstraksi memakai alat perforator (khusus untuk

contoh-contoh yang berwarna)

d. Kromatografi gas

Digunakan untuk sari apel, pasta almond, ikan, makanan yang kaya protein

dan karbohidrat.

e. Metode HPLC

Eluen asam asetat- metanol, seperangkat HPLCdengan kolomµ- Bondapak

CN waters dan jenis detektor UV dengan panjang gelombang yang

bervariasi.

Pereksi : Asam Bnzoat , metanol pro HPLC, asam sitrat, dan asam asetat

(36)

23

23

(37)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

− Beaker glass Pyrex

− Gelas ukur Pyrex

− Kertas saring Whatman

− Corong pisah Pyrex

− Erlenmeyer Pyrex

− Pipet tetes

− Corong Pyrex

− Neraca analitik Mettler teledo

− Labu ukur Pyrex

− Spatula

− Syiringe Pyrex

− Spektrofotometer UV Shimadzu

3.1.2. Bahan

− Univit

− Univit Lysine

− NaOH(aq) 2 N

(38)

24

3.2. Prosedur Kerja

1. Larutan Uji

Timbang 1 dosis cuplikan, masukkan ke dalam labu erlenmeyer125 ml

tambahkan 50 ml air dan dibasahkan dengan larutan NaOH 2 N hingga pH 10,

kocok selama 30 menit dan saring, filtrat diasamkan dengan H2SO4 1 N hingga

pH 3 dan ekstraksi 3 kali setiap kali menggunakan 30 ml eter.Ekstrak eter

dikumpulkan dan diuapkan hingga kering sisa penguapan dilarutkan dalam 5

ml metanol (A).

2. Larutan Baku

Timbang masing – masing baku nipagin, nipasol, asam benzoat dan asam

sorbat 100 mg, kemudian masing – masing larutan bakudimasukkan ke dalam

labu tentukur 100 ml. Larutkan dalam metanol, tambahkan metanol sampai

garis tanda (B).

3. Identifikasi

a. Cara KLT

Totolkan secara terpisah larutan Adan B dan lakukan KLT sebagai berikut :

− Fase diam : Silikagel GF 254

− Fase gerak : i.pentana-asam asetat glasial (88:12)

(39)

25

ii.propanol-etil asetat-air (60:10:30)

− Penjenuhan : Dengan kertas saring

− Volume penotolan : Larutan A,B, dan C masing-masing 15 µl

− Jarak rambat : 15 cm

− Nampak bercak : Cahaya UV 251, terjadi peredaman fluoresensi

b. Cara Spektrofotometri UV

− Larutan Adan B di KLT seperti tersebut di atas dengan volume

penotolan disesuaikan hingga diperoleh bercak setara dengan 50 µg

nipagin, 50 µg nipasol, 50 µg asam benzoat, 40 µg asam sorbat Bercak

baku dan bercak senyawa yang mempunyai harga Rf sama ditandai dan

dikerok

− Hasil kerokan diekstraksi secara terpisah dengan metanol dan disaring

− Ukur serapan filtrat pada panjang gelombang antara 200 nm dan 300

nm

− Nipagin akan menunjukkan serapan maksimum pada panjang

gelombang ± 256 ��, nipasol akan menunjukan serapan maksimum

pada panjang gelombang ± 268 nm, asam benzoat akan menunjukan

serapan maksimum pada panjang gelombang ± 227 nm, sedangkan

asam sorbat akan menunjukan serapan maksimum ± 255 nm.

c. Penetapan Kadar

Serapan larutan A, B dan C diukur pada panjang gelombang ± 251 nm,

(40)

26

26

��

�� x Kb x ��� ��� x

���

� x F x 100% Keterangan :

Au : serapan larutan uji

Ab : seraoan larutan baku

Kb : konsentrasi larutan baku

Vtb : volume penotolan ( µl )

Vtu : volume penotolan larutan uji ( µl )

Veu : volume awal ekstrak ( ml )

B : bobot cuplikan

F : faktor pengencer

(41)

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Data Percobaan

4.1.1.1. Tabel Metode KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

(42)

28

28 4.1.1.2.Tabel Metode SPEKTROFOTOMETRI UV

Nama Zat

Kadar metil p-hidroksi benzoat = ��

�� x Kb x

1. Sampel Univit

(43)

29

2. Sampel Univit Lysine

Baku pembanding : Benzoat 0,2 % ( 99,94 % )

Obat tradisional hanya diperbolehkan mengandung asam benzoat tidak lebih

dari 0,1 % sesuai dengan standart MA PPOM 35/OT/93

4.2. Pembahasan

Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk

digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit.

Obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat

bersifat sebagai obat jika tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan

waktu yang tepat. Akan tetapi apabila digunakan penyalahgunaan dalam pengobatan

atau dengan dosis yang berlebihan maka dapat menimbulkan keracunan, sebaliknya

apabila dosis yang diberikan lebih kecil maka tidak akan memperoleh efek

penyembuhan.

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau

tanpa bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan alat yang

(44)

30

30

tidak enak, sirup efektif dalam pemberian obat untuk anak-anak, karena rasanya yang

enak biasanya menghilangkan keengganan pada anak-anak untuk meminum obat

Adapun pentingnya mengetahui kadar asam benzoat pada sirup adalah untuk

menghindari konsumsi sirup yang berlebihan dan tidak menjadikan sirup sebagai obat

rutin. Asam benzoat yang terdapat pada sirup berfungsi sebagai bahan pengawet,

sebagai anti mikroba untuk pencegahan pertumbuhan kapang dan khamir pada sirup.

Kadar asam benzoat yang diperbolehkan terdapat dalam sirup adalah tidak lebih dari

0,1%, jika mengkonsumsi asam benzoat lebih dari kadar yang ditetapkan dapat

mengiritsi lambung pada penderita asma dan orang yang menderita urticaria.

Berdasarkan penelitian Badan Pangan Dunia (FAO), konsumsi benzoat

yangberlebihan pada tikus akan menyebabkan kematian dengan gejala-gejala

hiperaktif,sariawan, kencing terus-menerus serta penurunan berat badan.

Dari hasil analisa kadar asam benzoat yang terdapat pada sirup univit dan

univit lysine dengan metode spektrofotometri uv maka kadar asam benzoate yang

terdapat pada sirup univit adalah 0,022% dan pada sirup univit lysine adalah 0,024%.

Dimana kadar asam benzoat yang diperoleh masih memenuhi standart, dimana

standart asam benzoat pada sirup adalah 0,1% sesuai dengan MA PPOM 35/OT/93

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa:

- Kadar Asam Benzoat pada sirup Univit adalah 0,022% dan Univit Lysine

adalah 0,024%, sehingga dapatdikonsumsi oleh konsumen karena sesuai

dengan persyaratan MA PPOM 35/OT/93 yaitu tidak lebih dari 0.1%

- Metode yang digunakan untuk menentukan kadar asam benzoat dalam sirup

Univit dan Univit Lysine adalah spektrofotometri UV

5.2. Saran

Sebaiknya penentuan kadar asam benzoat pada sirup tidak hanya dilakukan

dengan menggunakan metode spektrofotometri tetapi juga dengan menggunakan

(46)

32

32 DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi,W. 2008. Bahan Tambahan Pangan.Jakarta: Bumi aksara

Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI-Pres

Farmakope Indonesia.1995. Pengawasan Obat dan Makanan. Edisi IV.Jakarta:

Departemen Kesehatan

Gandjar, G.I. 2007. Kimia Farmasi Analisis.Jakarta:Pustaka Pelajar

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press

Mulja, S. 1995. Analisis Instrumen. Surabaya: Airlangga University Press

Rohman,A. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Jakarta: Graha Ilmu

Sastrohamidjojo, H. 1985.Spektroskopi. Yogyakarta:PustakaLiberty

Skoog, D.A. 1996. Fundamental of Analitycal Chemistry. Seventh Ed. USA: Sauders

College Publishing

Uderwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia

Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta:Penerbit

Andi

(47)

33

(48)

34

34

LAMPIRAN 02 : Kromatogram lapis Tipis Univit

(49)

35

(50)

36

36

LAMPIRAN 04 : Kromatogram Lapis Tipis Univit Lysine

(51)

37

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 3.4 dapat dilihat pengaruh variasi massa dan variasi koagulan dengan menggunakan koagulan alami tunggal untuk menurunkan parameter warna pada air gambut,

penelitian dalam mengamati pencapaian pengajar maupun peserta didik dalam proses pembelajaran menggunakan model Team Games Tournamen (TGT). Penyusunan alat penilaian

Seperti di Eropa dan negara sepakbola lainnya dimana para fans akan memenuhi seisi stadion untuk memberikan dukungan, Indonesia juga dikenal sebagai negara yang memiliki fanbase

9. Mosi yang tepat untuk cuplikan teks debat tersebut adalah... BPJS merugikan rumah sakit...  b. BPJS memudahkan

Pada pertanaman pepaya di Kota Banjarbaru terdapat empat spesies tungau hama yang menyerang yaitu Tetranychus piercei, Aculops pelekassi, Brevipalpus phoenicis dan

Hasil penyelidikan menunjukkan yang pertama ialah kekayaan tradisional Indonesia berupa folklore merupakan tata nilai dalam sistem kehidupan

Sajak-sajak SDD dalam kumpulan Hu- jan Bulan Juni ini juga menunjukkan konsep dan pandangan SDD bahwa puisi tidak se- kedar menjadi reproduksi dari realita, mela- inkan

1 Kec.. disebabkan oleh beberapa faktor, seperti berkurangnya objek pajak dan pembayaran pajak yang tidak sesuai. Daftar Target dan Realisasi penerimaan pajak Hotel