ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CATATAN HARIAN DENGAN PENERAPAN METODE DISKUSI PADA SISWA SMP NEGERI 6
BANDARLAMPUNG KELAS VII SEMESTER GANJIL TAHUN 2011/2012
Oleh Yuhartini
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis catatan harian dengan penerapan metode diskusi pada siswa kelas VII SMP Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis catatan harian dengan penerapan metode diskusi pada siswa kelas VII SMP Negeri 6 Bandar Lampung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII, berjumlah 33 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis, dalam proses pembelajaran menulis catatan harian menggunakan metode diskusi.
Hal-hal yang dinilai dalam penelitian ini adalah ketepatan kosakata, keterpaduan hubungan antar kalimat, ketepatan ejaan, bahasa ekspresif, kelengkapan.
56
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CATATAN HARIAN DENGAN PENERAPAN METODE DISKUSI PADA SISWA SMP NEGERI 6
BANDARLAMPUNG KELAS VII SEMESTER GANJIL TAHUN 2011/2012
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh
YUHARTINI
Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Bahasa dan sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CATATAN HARIAN DENGAN PENERAPAN METODE DISKUSI PADA SISWA SMP NEGERI 6
BANDARLAMPUNG KELAS VII SEMESTER GANJIL TAHUN 2011/2012
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh
YUHARTINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
2.5 Bentuk-bentuk Catatan Harian Berdasarkan Bentuk Karangan ... 11
a. Agenda ... 11
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Diskusi ... 20
d. Peranan Guru Sebagai Pemimpin Diskusi ... 22
BAB III. METODE PENELITIAN
3.6 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan Siklus I ... 28
3.7 Instrumen Penelitian, dan Validitas Reabilitas Instrumen Penelitian ... 28
a. Insrumen Penelitian ... 28
c. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Rindakan Siklus Dua ... 39
6
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. ...
Sekretaris : Sumarti, S.Pd., M. Hum. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Imam Rejana, M.Si. ..…………..
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 002
4
PERSEMBAHAN
Sebagai tanda syukur penulis atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah limpahruahkan kepada penulis, PTK ini dipersembahkan kepada orang-orang tercinta berikut :
1. Anak-anak, menantu dan cucu-cucu yang telah memberikan dorongan untuk terus bersemangat menuntut ilmu walau usia sudah menjelang senja. 2. Rekan-rekan guru SMP Negeri 6 Bandarlampung yang telah terlebih dahulu menyelesaikan study strata satu sehingga menginspirasi penulis untuk menyelesaikan pendidikan penyetaraan strata satu di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. 3. Dosen pembimbing yang telah membimbing penulisan PTK ini. 4. Almamater tercinta”Universitas Lampung”
5
Judul PTK : PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CATATAN HARIAN DENGAN PENERAPAN METODE DISKUSI PADA SISWA SMP NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG KELAS VII SEMESTER GANJIL TAHUN 2011/2012 Nama Mahasiswa : Yuhartini
Nomor Pokok Mahasiswa : 1013066021
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. Sumarti, S.Pd., M. Hum. NIP 19620203 198811 1 001 NIP 19700318 199403 2 002
2. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
1
RIWAYAT HIDUP
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Catatan Harian Dengan Penerapan Metode Diskusi pada Siswa SMP 6 Bandar Lampung Kelas VII Semester Ganjil Tahun 2011/2012”. Penulis menyadari PTK ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan atas segala bantuan, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut :
1. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Pembimbing 1 yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memotivasi, memberikan pengarahan serta saran-saran dari menyusun proposal hingga PTK ini selesai ditulis.
2. Sumarti, S.Pd., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis selama menyelesaikan PTK ini.
3. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila beserta stafnya. 4. Drs.Imam Rejana, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. 5. Dr. Edy Suyanto, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
6. Drs. Khaeroni, M.M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Bandar Lampung yang selalu memotivasi dan membantu kelancaran dalam penelitian dan penyusunan PTK ini.
7. Bapak dan Ibu dosen FKIP Universitas Lampung yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani perkuliahan.
8. Keluarga besar SMP Negeri 6, seluruh dewan guru, karyawan, dan Staf Tata Usaha SMP Negeri 6 Bandar Lampung.
9. Anak, menantu,dan cucu-cucu tercinta yang telah memberikan doa dan semangat serta dukungan kepada penulis menyelesaikan pendidikan S-I walaupun usia semakin senja.
10. Teman-teman mahasiswa penyetaraan S-1 dalam Jabatan Program Studi Bahasa Indonesia Angkatan 2009/2010 yang telah bersama-sama berjuang menyelesaikan Pendidikan S-1 dalam jabatan.
Semoga Allah Swt mencatatnya menjadi amal saleh. Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan PTK ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.
Bandar Lampung, 2012 Penulis
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis. (Depdiknas, 2008 : 16) Standar Isi Bahasa
Indonesia untuk SMP. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup
komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu keterampilan menulis
yang tertuang dalam Standar Isi Bahasa Indonesia kelas VII semester ganjil
adalah menulis catatan harian atau pengalaman pribadi dengan memperhatikan
cara pengungkapan dengan bahasa yang baik dan benar.
Keterampilan menulis mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan
untuk mencapai maksud dan tujuannya. Kompetensi ini sangat penting diajarkan
untuk melatih kebiasaan menulis di kalangan siswa, namun demikian sebagian
besar siswa kelas VII SMP Negeri 6 Bandar Lampung masih kesulitan menulis
catatan harian. Hal ini disebabkan siswa kelas VII SMP Negeri 6 Bandar
Lampung belum terbiasa menulis catatan harian dan kekurangtepatan guru
memilih metode pembelajaran menulis catatan harian menjadi faktor penyebab
2
khususnya menulis catatan harian siswa kelas VII menduduki peringkat terbawah
dari kelima aspek penilaian berbahasa dengan KKM 65.
Nilai tersebut dapat dijelaskan tabel berikut.
Tabel 1
Nilai Rerata Aspek Kebahasan Siswa Kelas VII Semester Ganjil 2010/2011
Kelas Menyimak Berbicara Nilai Aspek Kebahasaan Membaca Menulis
VII A 69 70 73 60
Sumber Waka Kurikulum SMP Negeri 6 Bandar Lampung
Berdasarkan wawancara antara peneliti dan guru, didapat gambaran mengenai
kesulitan kegiatan menulis catatan harian, yaitu salah satunya kosakata yang
dimiliki siswa terbatas mengingat mereka masih menduduki tingkat pertama
pendididikan menengah pertama. Mereka merasa kesulitan merangkaikan kata
menjadi catatan harian dengan bahasa yang ekpsresif. Di lain pihak, guru
mengatakan pelajaran menulis harian adalah pelajaran yang paling tidak dikuasai
siswa. Pembelajaran menulis adalah momok dalam pelajaran bahasa Indonesia
bagi siswa karena mereka harus berpikir dan menuangkan pikirannya dalam
bahasa tulis sekaligus. Keterbatasan kosakata siswa cukup memenga-ruhi minat
siswa dalam mengembangkan idenya untuk dituangkan menjadi tulisan catatan
3
Guru juga masih kesulitan menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk
mengajarkan materi menulis catatan harian. Selama ini dalam mengajarkan materi
menulis catatan harian, guru menggunakan metode ceramah dan tugas. Pada awal
kegiatan belajar-mengajar, guru menerapkan pembekalan materi mengenai
pengertian menulis catatan harian sambil memberi pertanyaan-pertanyaan
sederhana tentang tulisan catatan harian. Kemudian guru memberi tugas pada
siswa menulis buku harain.
Menurut siswa pembelajaran menulis catatan harian itu tidak menyenangkan
karena mereka merasa kesulitan merangkaikan kata. Di lain pihak, guru
mengatakan pelajaran menulis catatan harian adalah keterampilan berbahasa yang
paling tidak dikuasai siswa. Pembelajaran menulis catatan harian adalah momok
dalam pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa karena mereka harus berpikir dan
menuangkan pikirannya dalam bahasa tulis sekaligus. Keterbatasan kosakata
siswa cukup memengaruhi minat siswa dalam mengembangkan idenya untuk
dituangkan menjadi catatan harian. Akibatnya mereka jadi enggan dan mengikuti
pelajaran menulis catatan harian.
Guru kesulitan menemukan teknik yang tepat untuk mengajarkan materi menulis
catatan harian. Selama ini dalam mengajarkan materi menulis catatan harian, guru
menggunakan metode ceramah dan tugas dan cenderung teoritis. Pada awal
kegiatan belajar-mengajar, guru menerapkan pembekalan materi mengenai
pengertian menulis catatan harian sambil memberi pertanyaan-pertanyaan
sederhana tentang tulisan catatan harian. Kemudian guru mengajarkan kepada
4
catatan harian sesuai dengan penjelasan guru. Siswa masih mengalami kesulitan
membuat tulisan catatan harian yang baik, terbukti hasil pekerjaan menulis catatan
harian siswa belum maksimal. Kesulitan yang banyak dialami siswa adalah cara
mengembangkan ide dan mengatur ide tersebut agar dapat ditulis secara runtut.
1.2 Identifikasi Masalah
Rendahnya prestasi menulis catatan harian siswa kelas VII SMP Negeri 6 Bandar
Lampung, masalah yang terkait dengan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
1. Siswa kelas VII SMP Negeri 6 Bandar Lampung belum terbiasa menulis
catatan harian.
2. Kekurangtepatan guru dalam memilih metode pembelajaran.
3. Menulis catatan harian belum menjadi budaya/tradisi baik bagi siswa ataupun
guru.
4. Nilai rata-rata pelajaran menulis khususnya menulis catatan harian siswa kelas
VII menduduki peringkat terbawah dari kelima aspek berbahasa dengan
KKM 65.
5. Kosakata yang dimiliki siswa masih terbatas mengingat mereka masih
menduduki tingkat pertama pendididikan menengah pertama dan
merangkaikan kata-kata menjadi catatan harian dengan bahasa yang ekpsresif.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dicoba metode pembelajaran
diskusi untuk meningkatkan kemampuan siswa SMP Negeri 6 Bandar Lampung
5
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran pada kegiatan
menulis catatan harian dengan metode diskusi?
2. Apakah kemampuan siswa menulis catatan harian bisa ditingkatkan dengan
penerapan metode diskusi?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah berikut ini.
1. Meningkatkan aktivitas siswa menulis catatan harian dengan penerapan
metode pembelajaran diskusi.
2. Meningktakan kemampuan siswa menulis buku catatan harian dengan
penerapan metode pembelajaran diskusi.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi guru untuk meningkatkan wawasan guru tentang model pmbelajaran
diskusi dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis buku catatan harian.
2. Meningkatkan kemampuan siswa menulis buku catatan harian.
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 6
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemampuan (kompetensi)
Berkaitan dengan pengertian kemampuan, banyak pakar telah mendefinisikan.
Nurhadi dan Agus G.S. (2003: 15) menyebutkan bahwa kemampuan (kompetensi)
merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Hal senada diungkapkan oleh Suparno (2004:
16). Dia menjelaskan bahwa kemampuan merujuk pada pengetahuan fundamental,
keterampilan, dan pembawaan perilaku berkaitan pada keadaan seseorang dalam
menunjukkan pemilikan suatu kompetensi. Departemen Pendidikan Nasional
(2006: 1) menyederhanakan pengertian kemampuan sebagai pengetahuan,
keterampilan, dan nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Jadi, kemampuan merujuk pada “kemampuan mendemonstrasikan pengetahuan”
(Suparno, 2001: 27).
2.2 Pengertian Menulis
Menulis adalah suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak
mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri
dalam tulisan. Pendapat ini senada dengan Tarigan, (2002: 12 ) yang menyatakan
bahwa menulis berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati dan buah
7
kegiatan seseorang yang mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis
untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Hasil perwujudan melalui bahasa
tulis tersebut menjadi karya tulis yang dapat berupa catatan harian. Lain halnya
dengan Harefa (2003: 7) yang menjelaskan bahwa menulis merupakan
keterampilan tingkat dasar, artinya menulis akan membangun keyakinan dan sikap
percaya diri secara sehat. Keyakinan itu dapat diperteguh dengan menambahkan
berbagai alasan yang bersifat rasional maupun sosial-emosional, bahkan spiritual.
Dalam proses membangun proses keyakinan diri tersebut, pertanyaan pertama
yang perlu dijawab bukan pertanyan apa yang harus ditulis, melainkan pertanyaan
yang muncul adalah mengapa ingin menulis.
Menurut HG Tarigan menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang
menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang kemudian dapat
dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut berserta simbol-simbol
grafis. Menulis adalah komunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
kehendak pada orang lain secara tertulis.
Berdasarkan pada beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan menulis merupakan aktivitas seseorang dalam
mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan melalui bahasa tulis secara
tertib dan tertata sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Dalam menulis
catatan harian diperlukan adanya bentuk ekspresi gagasan yang
berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosa kata
dan tatabahasa tertentu atau kaidah bahasa yang digunakan sehingga dapat
8
Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu
mengungkapkan gagasan, pandapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui
bahasa tulis. Secara umum tujuan pembelajaran keterampilan menulis yaitu
siswa mampu mengomunikasikan ide atau gagasan secara tertulis ataupun sebagai
kegiatan mengekspresikan ilmu pengethuan, pengalaman hidup, ide, imaji,
aspirasi dan lain-lain.
Sejalan dengan tujuan tersebut, peran budaya menulis catatan harian semakin
menempati kedudukan yang sentral di dalam kehidupan moderen. Tanpa budaya
menulis, arus komunikasi dan informasi akan terputus sehingga manusia akan
terkungkung dalam keterbelakangan dan kebodohan. Pendapat bahwa membuat
seorang anak mengingat berbagai jenis informasi, kata-kata, dan tulisan yang
sedemikian banyak, bukan merupakan cara efektif untuk mengembangkan
memorinya. Kunci pengembangan memori anak-anak adalah dengan mendorong
mereka menyusun sebuah kisah dan merangkai sejumlah kata-kata yang mereka
miliki. Aen Trisnawati (2005:1) juga berpendapat bahwa fantasi merupakan unsur
paling menarik dalam kehidupan anak-anak. Fantasi sangat mendominasi
kehidupan mereka karena merupakan unsur yang mendukung kreativitas.
Anak-anak bisa memandang hal-hal yang tidak mungkin menjadi hal yang mungkin
dengan fantasinya menjadi catatan catatan harian.
Dengan menulis kita meninggalkan monumen dalam kehidupan ini bahkan ketika
kita menulis karya kita akan abadi walau kita nantinya telah meninggal dunia.
Untuk itu saat ini mulai dengan memiliki buku catatan yang mencatat hal-hal yang
9
mencoba mengelola emosi kepada teman, atasan maupun pasangan dalam bentuk
kalimat, puisi maupun prosa, maka akan terbiasa untuk menulis dan mengasah
ketajaman kemampuan menulis.
2.3 Catatan Harian
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, catatan harian artinya tulisan yang
berisi kegiatan yang harus dilakukan dari kejadian yang dialaminya setiap hari.
Catatan harian bisa merupakan catatan pribadi yang berisi kejadian atau
pengalaman seseorang yang dialami setiap hari. Catatan harian bukanlah
semata-mata sebuah catatan pikiran-pikiran kita dan aktivitas kita sehari-hari. Hal ini
tidak perlu diragukan, tetapi juga merupakan catatan kemajuan dan
perkembangan dari seseorang yang terus menerus bertambah. Sifat yang
perlahan-lahan berkembang menjadi bukti dan nampak jelas bagi orang yang memelihara
catatan harian jika catatan tersebut dibaca kembali setelah setahun atau lebih.
Catatan harian digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian dan pikiran-pikiran
yang benar, tidak menyimpang atau dibesar-besarkan, dan harus lengkap tanpa
meringkas-ringkas apa yang ada. Kenyataannya, ini merupakan catatan yang terus
terang tanpa sesuatu yang disembunyikan dan dihilangkan dari konteksnya.
Catatan seperti itu membuat mudah bagi orang untuk melihat kedalam dirinya
dengan kejujuran yang mutlak, penilaian kondisi atas diri sendiri menjadi
sederhana dan mudah, serta seseorang juga dapat perlahan-lahan mulai menerima
10
Setiap orang dalam kehidupan ini pasti mengalami berbagai pengalaman. Ada
yang menarik, menjengkelkan, mengecewakan, bahkan membuat putus asa.
Semua pengalaman tersebut dapat saja diungkapkan/dicurahkan kepada orang
lain. Apakah itu teman, orang tua, guru, atau siapa saja. Jika tidak ada seseorang
yang dapat mencurahkan pengalaman, bisa juga perasaan, pemikiran, bahkan hasil
perenungan, kita bisa menuliskannya pada catatan harian. Jika menganggap
menulis catatan harian adalah sesuatu yang bodoh dan membuang-buang waktu
adalah salah besar. Betapa banyak orang yang menulis catatan harian bisa menjadi
terkenal. Seperti: Catatan Harian Seorang Demonstran yang ditulis oleh Soe Hok
Gie, belum lama ini difilmkan, dan filmnya cukup menarik perhatian kaum muda.
Begitu juga, dengan Catatan Harian Anne Frank yang sudah diterjemahkan ke
berbagai bahasa dunia
2.4 Model-Model Menulis Catatan Harian
a. Berdasarkan Hasil Pemikiran
Biasanya orang menggunakan teknik ini jika ia ingin menuliskan sesuatu yang
terpikirkan pada saat itu. Pikiran ataupun gambaran tentang sesuatu peristiwa,
orang, tempat, waktu, bahkan mimpi pun dapat diungkapkannya. Hal-hal yang
sulit dilupakan yang merupakan penggalan dari perjalanan hidup seseorang. Para
penulis catatan harian biasanya senang menggunakan teknik ini. Mengapa?
Karena teknik ini dapat menggambarkan semua peristiwa yang dipikirkan
penulisnya. Contoh: Aku hampir saja yakin bahwa pemerintah memperhatikan
11
orang tuaku membiayai sekolahku. Mungkin memang pemerintah mulai
memikirkan rakyatnya.
b. Berdasarkan Hasil Perenungan
Pada model ini penulis dapat menuangkan hasil perenungan dirinya atas suatu
kejadian/peristiwa yang dialaminya baik yang menyenangkan, menjengkelkan,
mengecewakan, ataupun menyakitkan hati yang dapat mengubah sifat atau
karakter diri. Berdasarkan hasil perenungannya penulis dapat mengambil hikmah
dari semua kejadian yang telah dialaminya. Misalnya jika penulis adalah seorang
yang boros maka ia akan merenungkannya sehingga ia tidaklah boros lagi.
2.5 Bentuk-Bentuk Catatan Harian Berdasarkan Bentuk Karangan
a. Agenda
Agenda merupakan catatan catatan harian yang sudah dicetak hari, tanggal, bulan,
dan tahunnya. Penulis menuliskan kegiatan atau jadwal kegiatannya pada kolom
yang tersedia, sehingga panjang tulisannya terbatas (sesuai dengan tempat yang
tersedia). Dengan demikian, penulis menuliskan catatannya secara singkat, padat,
dan jelas.
Contoh : Sabtu, 4 Februari 2006 Pukul 11.00 Rapat OSIS
12
b. Uraian
Penulisan catatan harian berbentuk uraian, maksudnya adalah penulisan dengan
mengambil format prosa, biasanya berupa narasi. Penulis dapat dengan bebas
menuangkan ide-ide, perasaan, pengalamannya. Contoh: pagi itu hujan turun
deras aku kesiangan tiba di sekolah. Aku harus menjalani hukuman guru piket
membersihkan WC guru. Hampir setengah jam aku tertahan tidak bisa masuk
kelas. Akhirnya pada pukul 07.45 aku baru diizinkan masuk kelas.
c. Puisi
Penulisan catatan harian berbentuk puisi, biasanya penulis ingin mengungkapkan
perasaan/ emosi yang membelenggu dirinya secara lepas. Setelah dituliskan,
penulis akan merasa lega dan lepas dari beban yang membelenggunya seperti
contoh yang dituliskan oleh Anwar berikut ini.
Oh…andai kubisa
Andai kuraih
Semua angan yang ada
Betapa bahagia…
2.6 Manfaat Catatan Harian
a. Teman untuk Mencurahkan Hati (Curhat)
Seringkalai kita sulit untuk mengungkapkan perasaan kita kepada orang lain
karena bisa saja apa yang kita utarakan, teman atau orang lain tersebut tidak
bisa menyimpan rahasia kita. Sepertinya sulit mencari orang yang benar-benar
13
Catatan harian dapat kita jadikan teman atau tempat untuk mencurahkan
hati/perasaan kita, istilah sekarang Curhat. Mengapa tidak? Bila kita sudah
mencurahkan segala isi hati kita, maka kita akan merasa lega.
b. Bahan Biografi
Catatan harian dapat menjadi bahan biografi dan membagi pengalaman bagi
orang yang membacanya. Catatan harian yang bisa menjadi monumental
misalnya: Catatan Harian Seorang Demonstran: Soe Hok Gie, bahkan
difilmkan. Begitu pula dengan Catatan Harian Anne Frank.
c. Bahan Cerita
Di masa sekarang ini banyak remaja yang mengangkat catatan hariannya
menjadi novel. Ada beberapa yang sudah difilmkan, misalnya: Eiffel I’m in
Love.
d. Sebagai Evaluasi Diri/Cermin Diri
Catatan harian yang kita tulis dapat sebagai bahan untuk mengevaluasi apa
yang telah kita lakukan. Dengan mengevaluasi diri, maka dapat menjadi cermin
bagi diri kita untuk memperbaiki prilaku/perbuatan kita yang salah/
menyimpang. Dengan demikian, kita akan menjadi orang yang lebih baik di
masa yang akan datang
e. Tata Cara Menulis Catatan Harian
1. Catatlah pada catatan diary yang tersedia.
2. Pada catatan tebal agar dapat dipakai dalam jangka waktu lama.
14
4. Cantumkan tanggal dan hari penulisan catatan harian.
5. Usahakan tidak banyak menggunakan singkatan agar kita mudah
memahami isi catatan harian di masa yang akan datang.
6. Tulislah kejadian hari ini dengan segera agar mudah mengingatnya.
7. Tulislah catatan harian kita dengan jujur sesuai dengan kejadian yang
sebenarnya.
8. Jika ada guntingan koran/majalah yang berhubungan dengan prestasi kita
jangan lupa tempelkan pada catatan harian kita
2. 7 Metode Pembelajaran Diskusi
Metodologi pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk
melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari
pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu
kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan
pengajaran tercapai. (Sri Hastuti:1997) Sedangkan Muhibbin Syah ( 2000 ),
mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat
hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim
juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama
(socialized recitation). Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian bahan
pelajaran dan pengajar memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan.
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta
15
mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi
merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif, menyebutkan bahwa dibanding
dengan metode ceramah, dalam hal retensi, proses berfikir tingkat tinggi,
pengembangan sikap dan pemertahanan motivasi, lebih baik dengan metode
diskusi. Hal ini disebabkan metode diskusi memberikan kesempatan anak untuk
lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan balik yang bersifat langsung.
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah,
metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan
keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan,
penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah.
Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas
pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
Pemecahan masalah merupakan tujuan utama dari diskusi (Maier, dalam
Depdikbud, 1983:29). Masalah-masalah yang tepat untuk pembelajaran dengan
metode diskusi adalah masalah yang menghasilkan banyak alternatif pemecahan.
Dan juga masalah yang mengandung banyak variabel. Banyaknya alternatif dan
atau variabel tersebut dapat memancing anak untuk berfikir. Oleh karena itu,
masalah untuk diskusi yang pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir,
misalnya hanya menuntut anak untuk menghafal, maka masalah tersebut tidak
cocok untuk didiskusikan.
Menurut Maiyer (Depdikbud,1983:29) dalam diskusi kelompok kecil, dapat
16
bilamana guru menginginkan keterlibatan anak secara maksimal dalam diskusi,
maka jumlah anggota kelompok diskusi perlu diperhatikan guru. Jumlah anggota
kelompok diskusi yang mampu memaksimalkan partisipasi anggota adalah antara
3-7 anggota. Dari hasil pengamatan, kelompok diskusi yang jumlah anggotanya
antara 3-7. Anggota yang diduga kurang berpartisipasi penuh berkisar 1-2 orang.
Dalam diskusi dengan jumlah anggota yang relatif kecil memungkinkan setiap
anak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi. Masalah atau isu yang
dijadikan topik diskusi hendaknya yang relevan dengan minat anak. Masalah
diskusi yang cocok dengan minat anak dapat mendorong keterlibatan mental dan
keterlibatan emosional siswa secara optimal.
a. Beberapa Jenis Diskusi
a. Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion. Jenis diskusi kelompok
besar dilakukan dengan memandang kelas sebagai satu kelompok. Dalam
diskusi ini, guru sekaligus sebagai pemimpin diskusi. Namun begitu, siswa
yang dipandang cakap, dapat saja ditugasi guru sebagai pemimpin diskusi.
Dalam diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin diskusi, guru berperan
dalam memprakarsai terjadinya diskusi. Untuk itu, guru dapat mengajukan
permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya sehingga mendorong
anak untuk mengajukan pendapat. Dalam diskusi kelompok besar, tidak
semua siswa menaruh perhatian yang sama, karena itu tugas guru sebagai
pemimpin diskusi untuk membangkitkan perhatian anak terhadap masalah
yang sedang didiskusikan. Di samping itu, distribusi siswa yang ingin
17
sering didominasi oleh anak-anak tertentu. Akibatnya tidak semua anak
berkesempatan untuk berpendapat. Untuk menghindari keadaan itu,
pemimpin diskusi perlu mengatur distribusi pembicaraan. Tugas terberat bagi
pemimpin diskusi adalah menumbuhkan keberanian peserta untuk
mengemukakan pendapatnya. Dalam praktek, tidak sedikit anak-anak yang
kurang berani berpendapat dalam berdiskusi. Terlebih bagi anak yang kurang
menguasai permasalahan yang menjadi bahan diskusi.
b. Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) Kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil terdiri atas 4-5 orang. Tempat berdiskusi diatur agar
siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi
diadakan dipertengahan pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud
menajamkan pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas penguasaan bahan
pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan
ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin
berbeda-beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan
informasi yang diperoleh masing-masing individu yang dapat saling
memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi, sehingga dapat
dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
c. Diskusi Panel Fungsi utama diskusi panel adalah untuk mempertahankan
keuntungan diskusi kelompok dengan situasi peserta besar, dimana ukuran
kelompok tidak memungkinkan partisipasi kelompok secara mutlak. Dalam
artian panel memberikan pada kelompok besar keuntungan partisipasi yang
18
peserta yang terplih. Peserta yang terpilih yang melaksanakan panel mewakili
beberapa sudut pandangan yang dipertimbangkan dalam memecahkan masalah.
Mereka memiliki latar belakang pengetahuan yang memenuhi syarat untuk
berperan dalam diskusi tersebut. Forum panel secara fisik dapat dihadiri
audience secara lansung atau tidak langsung (melalui TV, radio, dan
sebagainya).
d. Diskusi Kelompok. Suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil erdiri
atas 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan diskusi dengan
masalah tertentu. Guru menjelaskan garis besar problem kepada kelas, ia
menggambarkan aspek- aspek masalah kemudian tiap-tiap kelompok
(syndicate) diberi topik masalah yang sama atau berbeda-beda selanjutnya
masing-masing kelompok bertugas untuk menemukan kesepakatan jawaban
penyelesaiannya. Untuk memudahkan diskusi anak, guru dapat menyediakan
reference atau sumber-sumber informasi yang relevan. Setiap sindikat
bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi dan menysusun
kesimpulan sindikat. Tiap-tiap kelompok mempresentasikan kesimpulan hasil
diskusinya dalam sidang pleno untuk didiskusikan secara klasikal.
e. Brain Storming Group. Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai
segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar
yang diharapkan ialah agar kelompok belajar menghargai pendapat orang lain,
19
f. Symposium. Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu subjek
tertentu dan membacakan di muka peserta simposium secara singkat (5-20
menit). Kemudian dikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para
penyanggah dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya
dirumuskan oleh panitia perumus sebagai hasil simposium.
g. Informal Debate. Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya dan
mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa
memperdebatkan peraturan perdebatan. Bahan yang cocok untuk
diperdebatkan ialah yang bersifat problematis, bukan yang bersifat faktual.
h. Colloqium. Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari audiensi. Dalam kegiatan belajar mengajar
siswa/mahasiswa menginterview manusia sumber, selanjutnya mengundang
pertanyaan lain/tambahan dari siswa mahasiswa lain.
i. Fish Bowl. Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan
suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur
merupakan setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap
peserta diskusi, kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi,
seolah-olah melihat ikan yang berada dalam mangkuk (fish bowl). Selama
kelompok diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbang
pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi
mempersilahkan berbicara ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan
20
b. Manfaat Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk :
a. Mendorong siswa berpikir kritis.
b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c. Mendorong siswa menyumbangkan pikirnya untuk memcahkan masalah
bersama.
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama.
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Diskusi
Kelebihan metode diskusi:
1. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai jalan
2. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang lebih baik.
3. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap
toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode diskusi:
1. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
2. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas.
21
4. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri
Djamrah, 2000)
Beberapa model diskusi kelompok berbasis pembelajaran kooperatif
(Depdiknas 2005:41-42), antara lain sebagai berikut.
1. Learning together (belajar bersama) yang melibatkan siswa untuk bekerja
dalam kelompok beranggotakan empat - lima siswa heterogen untuk
menangani tugas.
2. Jigsaw yang mengelompokkan siswa ke dalam tim beranggotakan enam
orang yang memelajari materi akademik yang telah dibagi menjadi
beberapa subbab.
3. Team-Assisted Individualization (TAI) yang lebih menekankan pengajaran
individual meskipun tetap menggunakan pola kooperatif.
Menurut Zaini, dkk. (2004:123-124), keunggulan metode diskusi kelompok
di antaranya:
1. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek
bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir.
2. Membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya
atau posisi yang lain.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memformulasikan penerapan
suatu prinsip.
4. Membantu siswa menyadari akan suatu problem dan memformulasikannya
dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah.
22
6. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik
7. Siswa akan lebih cepat dalam menemukan dan mengorganisasikan ide
dengan bantuan teman sebaya karena menulis merupakan aktivitas
kolaborasi.
d. Peranan Guru Sebagai Pemimpin Diskusi
Untuk mempertahankan kelangsungan, kelancaran dan efektivitas diskusi, guru
sebagai pemimpin diskusi memegang peranan menentukan. Mainuddin,
Hadisusanto dan Moedjiono, 1980:8-9, menyebutkan sejumlah peranan yang
harus dimainkan guru sebagai pemimpin diskusi, adalah berikut.
1. Initiating, yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru dalam melihat
masalah yang sedang didiskusikan.
2. Seeking information, yakni meminta fakta yang relavan atau informasi yang
otoritarif tentang topik diskusi.
3. Giving information, yakni fakta yang relavan atau menghubungkan
pokok diskusi dengan pengalaman pribadi peserta didik.
4. Giving opinion, yakni memberi pendapat tentang pokok yang sedang
dipertimbangkan kelompok, bisa dalam bentuk menantang konsesus atau
sikap "nrimo" kelompok.
5. Clarifying, yakni merumuskan kembali pernyataan sesorang; memperjelas
pernyataan sesorang anggota.
6. Elaborating, yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau memberi
23
7. Controlling, yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata menyakinkan
bahwa anggota yang perlu bicara, memperoleh giliran bicara.
8. Encouraging, yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap pernyataan
serta buah pikiran anggota.
9. Setting Standards, yakni memberi atau meminta kelompok menetapkan,
kriteria untuk menilai urunan anggota.
10. Harmonizing, yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi dalam
diskusi.
11. Relieving tension, yakni melakukan penyembuhan setelah terjadinya
tegangan.
12. Coordinating, yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul dalam
diskusi, membantu kelompok mengembangkan gagasan. Orientating, yakni
menyampaikan posisi yang telah dicapai kelompok dalam diskusi dan
mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.
13. Testing, yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah yang
seharusnya dicapai.
14. Consensus Testing, menialai tingkat kesepakatan yang telah dicapai dan
menghindarkan perbedaan pandangan.
15. Summarizing, yakni merangkum kesepakatan yang telah dicapai.
2.8 Definisi Operasional
a. Kemampuan = (kompetensi) merupakan pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
24
perasaan melalui bahasa tulis secara tertib dan tertata sehingga mudah
dipahami oleh orang lain.
c. Catatan harian = catatan tulis yang berisi catatan kegiatan yang harus
dilakukan dari kejadian yang dialaminya setiap hari.
d. Metodologi pembelajaran = ilmu yang mempelajari cara-cara untuk
melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari
pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu
kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan
pengajaran tercapai.
e. Metode diskusi = cara penyampaian bahan pelajaran dan pengajar memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat
25
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini berusaha
menghasilkan data tertulis yang secara potensial dapat menghasilkan makna dan
informasi sesuai dengan tujuan penelitan. Data dimaksud berupa nilai kuantitatif
menulis catatan harian dan aktivitas siswa selama berdiskusi menulis catatan
harian seperti serius, bekerja sama atau saling mengganggu. Data tersebut
dikumpulkan dan dianalisis secara induktif berupa uraian kata-kata, bukan dalam
bentuk perhitungan angka-angka. Hal ini sejalan ini sejalan dengan karakteristik
penelitian kualitatif yang terdiri dari lima bentuk yakni (1) latar penelitian sebagai
sumber pengambilan data bersifat alamiah; (2) bersifat deskriptif (3) bersifat
induktif (4) penulis menjadi instrumen kunci dan (5) menekankan pada proses
selaian hasil dan (6) makna menjadi tekanan utama ( Bogdan dan Biklen, 1990).
Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas karena masalah yang
dipecahkan berasal dari praktik pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki atau
meningkatkan hasil dengan mengubah cara, metode, pendekatan, startegi yang
berbeda dari biasanya Penelitian tidak harus selalu berpikir dan mengejar hasil,
tetapi mengamati proses yang terjadi. Hasil yang diperoleh merupakan dampak
26
Mengacu pada pandangan Jhonston, penelitian tindakan kelas diawali dengan
mengidentifikasikan gagasan umum yang dispesifikasikan sesuai dengan tema
penelitian. Spesifikasi gagasan tersebut lebih lanjut digarap melalui empat tahap
secara berdaur ulang, yaitu perencanaan (planing), pelaksanaan tindakan (akting) ,
pengamatan (observing), dan reflekting (perenungan, pemikiran dan evaluasi).
(Johnston:1997). Lebih lanjut lihat bagan di bawah ini !
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan semester ganjil tahun 2011/2012 selama 2 siklus pada
27
Lampung. Penelitian tindakan kelas dianggap selesaia bila ketuntasan belajaran
secara klasikal diatas 80 % .
3.3 Subyek Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VII A sebanyak 33 orang siswa. Secara
umum keadaan intak siswa kelas VII A memiliki potensi akademik sedang,
rendah dan kemampuan menulis catatan catatan harian masih rendah.
Keadaan latar belakang etnis dan sosial siswa kelas VII A sangat heterogen.
Secara etnis siswa kelas VII A terdiri dari suku Jawa, Sunda, Lampung, Banten,
Minang, dan Batak. Mata pencaharian orang tua siswa sebagian buruh,
wiraswasta, dan sebagain kecil PNS/POLRI.
3.4 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah kemampuan siswa menulis catatan harian dengn
penerapan metode diskusi dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran menulis
catatan harian dengan penerapan metode diskusi.
3.5 Rancangan Penelitian
1. Melakukan observasi awal untuk melihat pembelajaran menulis catatan
harian yang selama ini dilakukan oleh guru SMP Negeri 6 Bandar Lampung
serta melihat hasilnya.
2. Menyusun rancangan pelaksana pembelajaran (RPP)
28
3.6 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan Siklus I
(1) Guru menyampaikan kompetensi dasar (KD) 4.2 Menulis catatan harian atau
pengalaman pribadi dengan memperhartikan cara pengungkapan bahasa yang baik
dan benar (2) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok diskusi dengan cara berhitung
satu sampai tujuh. Siswa yang mempunyai nomor sama berkumpul menjadi satu
kelompok diskusi. Learning together (belajar bersama) yang melibatkan siswa
untuk bekerja dalam kelompok beranggotakan empat atau lima siswa heterogen
untuk menangani tugas tertentu. (3) Siswa berdiskusi menulis pokok-pokok
catatan catatan harian dan mengembangkan pokok-pokok catatan harian menjadi
catatan harian (4) Setiap kelompok diwakili satu siswa mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan kelas. (5) Siswa dari kelompok lain saling
menanggapi. (6) Guru Kolabolator mencatat aktivitas siswa dengan belangko
observasi (7) Siswa mengerjakan tugas evaluasi dengan mengerjakan LKS yang
telah disusun oleh guru peneliti (9) Siswa saling bertukar catatan harian,
selanjutnya siswa menyunting catatan harian yang ditulis sesama siswa (9) Guru
dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran menulis catatan harian (10) Guru
menilai catatan harian dan merefleksi pembelajaran menulis catatan harian
bersama siswa dengan menjawab kuis yang disusun oleh guru peneliti dan
mewawancarai siswa tentang pembelajaran menulis catatan harian dengan metode
diskusi. Guru berdiskusi dengan kolabborator tentang keberhasilan, kegagalan,
dan hambatan pada saat pembelajaran. (11) Hasil evaluasi dan refleksi digunakan
29
3.7 Instrumen Penelitian, dan Validitas Realibilitas Instrumen Penelitian
a. Instrumen Penelitian
Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrumen (1) Tes tertulis
dalam bentuk uraian untuk mengevaluasi kemampuan siswa menulis catatan
harian (2) Lembar Observasi oleh guru kolaborator digunakan untuk
mengetahui aktivitas dan partisipasi siswa pada saat diskusi kelompok menulis
catatan catatan harian seperti keseriusan, kerja sama, mengobrol, dan saling
mengganggu, bertanya, menyanggah, dan memberi saran-saran (3) Kuis pada
kegiatan refleksi, digunakan untuk mengetahui sikap dan pendapat siswa
setelah mengikuti pembelajaran menulis catatan catatan harian dengan metode
diskusi. (4) Daftar wawancara dengan siswa untuk mengetahui kesulitan dan
hambatan menulis catatan harian dengan metode diskusi.
b. Validitas, Realibilitas Instrumen Penelitian
Tes validitas dan realibiltas instrumen penelitian dilakukan dengan mencontoh
instrumen penelitian yang telah dikembangkan oleh para penulis penelitian
tindakan kelas dan para peneliti tindakan kelas yang dimuat dalam jurnal
pendidikan yang diterbitakan oleh perguruan tinggi, Kantor Bahasa, dan LPMP,
Materi Penilaian Terintegrasi Bahasa Indonesia.
3.8 Teknik Analisis data
Data penelitian berupa data tertulis yang diperoleh dengan memanfaatkan
isntrumen pengumpulan data seperti observasi aktivitas siswa, dan nilai kuantitatif
30
ditafsirkan secara deskriptif dalam bentuk uraian kata-kata. Hal ini sejalan dengan
pendapat (Moleong 2001) untuk mengumpulkan data penelitian menggunakan
beberapa teknik yakni observasi (pengamatan), wawancara, dan studi
dokumentasi.
3.9 Contoh Instrumen Penelitian
a. Lembar Observasi aktivitas siswa
No. Nama Aktivitas Positif Serius Kerja Aktivitas Negatif
sama Mengobrol Mengganggu
Standar Kompetensi : 4. Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam catatan harian dan surat pribadi
31
1. Diskusikan dengan kelompokmu! tulislah 5 pokok-pokok pengalaman
pribadimu yang terjadi hari kemarin
1. ... 2. ... 3. ... 4. ... 5. ...
2. Diskusikan dengan kelompokmu ! Kembangkan pokok-pokok pengalaman pribadimu menjadi catatan harian.
Hari/tanggal...
3. Suntinglah catatan harian yang telah ditulis oleh kawan kamu!
1. ketidaktepatan kosa kata Ditemukan pada kalimat
nomor...
2. ketidakterpaduan hubungan
antarkalimat
3. ketidaktepatan ejaan
4. bahasa tidak ekspresif
c. Kuis Kegiatan Refleksi
Pilihlah salah satu jawaban soal di bawah ini :
………
………
………
32
1. Apakah kamu senang belajar menulis catatan harain dengan berdiskusi ?
a. Ya b. tidak
2. Apakah belajar menulis catatan harian dengan berdiskusi lebih mudah?
a. Ya b. tidak
3. Apakah belajar menulis catatan harian dengan berdiskusi lebih semangat
a. Ya b. tidak
d. Daftar wawancara
1. Apakah kamu pernah menulis catatan harian?
2. Apa saja yang menyulitkan kamu menulis catatan harian dengan diskusi kelompok?
3. Apa manfaat menulis catatan harian bagi kamu?
4. Apakah dengan diskusi kelompok dapat membantu kamu menulis catatan harian?
5. Apakah kamu ingin menulis catatan harian setelah mengetahui manfaat catatan harian?
e. Instrumen saling mengomentari presentasi hasil diskusi di depan kelas Jawablah pertanyaan di bawah dengan memilih salah jawab a,b,c,dan d yang kamu anggap benar dan beri alasan yang cuku serta logis!
1. Apakah catatan harian yang dibuat teman kamu sudah menggunakan bahasa ekspresif?
a. sangat ekspresif b. cukup ekspresif c. kurang ekspresif d. tidak ekspresif 2. Apakah catatan harian yang dibuat oleh teman kamu hubungan antarkalimatnya
sudah padau?
a. sangat padu b. cukup padu c. kurang padu d. tidak padu
3. Apakah pelafalan teman kamu saat presentasi di depan kelas sudah jelas? a. sangat jelas b. cukup jelas c. kurang jelas d. tidak jelas 4. Apakah suara teman kamu sudah jelas saat presentasi di depan kelas?
54
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan kelas VII SMP Negeri 6 Bandar
Lampung, dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran dengan metode diskusi
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII SMP Negeri 6 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2011/2012 dalam menulis catatan harian tergolong
sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran menulis catatan harian secara keseluruhan yaitu pada siklus
satu aktivitas siswa memperoleh nilai 60% pada siklus satu sedangkan pada sik
lus dua meningkat aktivitas siswa siswa menjadi 78%.
Melalui pembelajaran dengan metode diskusi, hasil kemampuan menulis catatan
harian siswa sangat baik terbukti dari hasil nilai rata-rata 65,06 pada siklus satu,
siswa yang tuntas adalah 68,75% sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah
31,25% pada siklus satu. Nilai rata-rata pada siklus dua adalah 75, siswa yang
tuntas 84,37% sedangkan siswa yang tidak tuntas 15,62%. Angka ini
mengindikasikan bahwa secara klasikal dari jumlah siswa 33 orang, siswa setuju
55
5.2 . Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran-saran yang dapat disampaikan oleh peneliti
sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada guru Bahasa Indonesia agar menerapkan metode diskusi
sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai
dengan rancangan tindakan yang telah dipaparkan dan dilaksanakan oleh
peneliti.
2. Pembelajaran dengan metode diskusi sudah terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam menulis catatan harian pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Diharapkan kepada peneliti lain agar mengadakan penelitian lebih
lanjut dengan metode diskusi pada keterampilan yang lain.
3. Guru bidang studi Bahasa Indonesia SMP Negeri 6 Bandar Lampung
hendaknya lebih sering memberikan pelatihan kepada siswa dalam menulis
catatan harian dan keterampilan menulis. Dengan banyaknya pelatihan yang
dilakukan siswa didalam maupun di luar kelas, akan lebih terlatih sehingga
7
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdikbud.
Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Harefa, Andrias. 2003. Agar Menulis-Menulis Bisa Gampang. Jakarta: Gramedia.
Hastuti, Sri. 1997. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Moleong, Lexy J.1991. Metodelogi Penelitian Kualitatf. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Permendiknas. 2009. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Yogyakarta: Pustaka Timur.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Fajar
Interpratama.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta.
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suparno dan Muhammad Yunus. 2007. Materi Pokok Keterampilan Dasar
Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, Hendry Guntur. 1992. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tim Pustaka. 2009. KBBI. Jakarta: PT. Media Pustaka Phonik.
Tim. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Unila.