ABSTRACK
THE ROLE OF THE DEPARTMENT OF CULTURE AND TOURISM
MANAGEMENT IN TOURIST AREA DISTRICT TANGGAMUS
In accordance with District Regulation No. 06 of 2008 Tanggamus About the
Organization and Administration of the Office - District Tanggamus hereinafter
set to the decree No. 34 of 2008 Tanggamus On Duty and Duty Position
Description Structural Department of Culture and Tourism Tanggamus District.
The Role of Culture and Tourism in protected area management and tourism in
the District Tanggamus are the bottlenecks in the development of Tourism by the
Department of Culture and Tourism in the District Tanggamus. Approaches the
problem in this research by using two ways, namely: Normative Approaches and
empirical approach. Normative approach is the approach taken by way of studying
the library materials that are closely related to the District government's role in
managing tourism Tanggamus, by reviewing the literature and legislation relating
to the issues discussed, while the empirical approach is performed by conducting
interviews with relevant officials working in the Department of Culture and
Tourism in the District and the guard spot Tanggamus Way Lalaan attractions, as
well as direct observation spaciousness to the fact that there is about the
management of the tourist attractions Tanggamus District Government through
the Department of Culture and Tourism.
Based on the results of research and discussion, the researchers conclude that the
role of Culture and Tourism Office in carrying out the duties in Article 9 of
Regulation Tanggamus District No.32 of 2008 on On the Organization and
Administration of the District Tanggamus Bureaus, namely: 1. Formulating
technical policy in the field of culture and tourism; 2. The provision of
government affairs and public services in the field of culture and tourism; 3.
Development and execution of tasks in the field of cultural tourism
Implementation of affairs in the field of potential options in the regions in the
field of tourism which aims to improve the welfare of the community in
accordance with the conditions, uniqueness, and potential of the regions in
question does not seem up to be implemented by local government to see the
development of tourism in the area today. Kemajuaan not be separated from the
field of tourism development planning and management of local government to
promote the welfare of the surrounding community. Based on the description
above and the importance of tourism development to support the livelihoods of
the area and see permasalahn in the development of tourism of today.
ABSTRAK
PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM
PENGELOLAAN KAWASAN PARIWISATA DI KABUPATEN
TANGGAMUS
Oleh
ROMA ROMANDA
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 06 Tahun 2008
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
–
Dinas Kabupaten Tanggamus yang
selanjutnya diatur ke dalam Peraturan Bupati Tanggamus Nomor 34 Tahun 2008
Tentang Tugas Pokok dan Uraian Tugas Jabatan Struktural Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Tanggamus.
Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengelolaan kawasan Pariwisata
di Kabupaten Tanggamus dan yang menjadi hambatan dalam pengembangan
Pariwisata oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Tanggamus.
Pendekatan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan
dua cara, yaitu: Pendekatan Normatif dan Pendekatan Empris.Pendekatan
Normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara mempelajari bahan
pustaka yang erat hubungannya dengan peran pemerintah Kabupaten Tanggamus
dalam mengelola pariwisata, dengan mengkaji literatur dan peraturan
perundang-undangan yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas, sedangkan
Pendekatan Empiris dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan
Pegawai terkait yang bekerja di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten
Tanggamus dan penjaga tempat Objek wisata Way Lalaan, serta melakukan
pengamatan langsung kelapangan untuk melihat kenyataan yang ada mengenai
pengelolaan tempat wisata oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus
melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Berdasarkan uraian diatas dan pentingnya pengembangan pariwisata guna
menunjang kesejahtraan daerah serta melihat permasalahn dalam pengembangan
pariwisata yang ada sekarang
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya mulai dari hasil laut maupun darat. Kekayaan inilah yang pada akhirnya membuat negara Indonesia diperhitungkan oleh negara-negara lain. Hasil dari alam ini juga yang pada akhirnya membuat Indonesia memiliki aset yang sangat berharga. Aset inilah yang oleh negara indonesia dijadikan sebagai sumber pendapat negara. Melihat begitu besarnya hasil pendapat yang didapat oleh negara dari hasil alam. Maka negara Indonesia melalui Pemerintah dituntut agar bisa mengelola hasil alam ini dengan baik, agar tetap mampu menyumbang untuk pendapat penerimaan negara.
2 Dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah UUD 1945 telah memuat ataupun menggariskan tentang pembagian kekuasaan baik kekuasaan vertikal maupun secara horisontal. Pada pemisahan kekuasaan secara horizontal (ke samping) melahirkan lembaga – lembaga negara di tingkat pusat yang berkedudukan sejajar yaitu legislatif, eksekutif dan yudikatif yang diatur dengan mekanisme chek and balance. Menunjuk pada pembagian fungsi – fungsi antara organ kenegaraan. Sedangkan pembagian kekuasaan secara vertikal lazim dikenal dengan pembagian kekuasaan secara teritoril, menunjuk pada pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan. Hal ini selanjutnya memunculkan konsep pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pembagian kewenangan antara daerah dan pusat terlihat jelas ketika undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disahkan. Dalam undang-undang pemerintahan daerah ditegaskan mana yang menjadi tugas dan kewenangan pusat dan mana yang merupakan tugas dan kewenangan daerah. Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No 32 Tahun 2004 menegaskan bahwa pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat sebagaimana yang termuat dalam Pasal 10 ayat (3) yaitu : politik luar negri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiscal nasional serta agama.
3 tersebut merupakan pelaksanan hubungan kewenangan antar pemerintah dan Pemerintah daerah. Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah diselenggaraan berdasarkan keriteria pembagian pembagaian penyelenggaraan urusan pemerintahan diatas. Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memiliki urusan wajib yaitu meliputi:pendidikan,kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perumahan, kepemudaan dan olahraga, penanaman modal, koperasi dan usaha kecil dan menengah, kependudukan dan catatan sipil, ketenagakerjaan, ketahanan pangan, ketahanan pangan, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, perhubungan, komunikasi dan informatika, pertanahan, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian,dan persandian, pemberdayaan masyarakat dan desa, sosial, kebudayaan, statistik, kearsipan dan perpustakaan.
4 yang berpotensi meningkatkan kesejahtraan masyarakat yang salah satunya adalah potensi unggulan yang dimiliki oleh daerah.
Potensi unggulan di daerah dapat berupa Sumber Daya Alam seperti tambang, selain itu Potensi Wisata adalah salah satu daari potensi unggulan yang dimiliki oleh daerah. Pengelolaan atas potensi unggulan tersebut ada pada daerah dan dilaksanakan oleh daerah sesuai dengan ketentuan undang-undang yang mengatur tentang pengelolaannya serta ketentuan undang-undang yang mengatur tentang pembagian urusan pemerintahan.
Pengelolaan dan pengembangan potensi unggulan yang dimiliki oleh daerah mencakup pengelolaan dan bagi hasil. Pengelolan dan pengembangan potensi unggulan daerah melibatkan pihak ketiga sebagai pengembang dari pengelolaan potensi unggulan seperti potensi wisata yang dimiliki oleh daerah. Pengembangan dan pengelolaan potensi unggalan tersebut jika melihat kilas balik pelaksanaan otonomi daerah maka banyak potensi unggulan dibidang pariwisata yang pengembangan dan pengelolaannya tidak maksimal sehingga kurang berkembang.
5 berkembangnya dan dimanfaatkanya potensi unggulan yang dimiliki oleh daerah untuk kemakmuran serta kesejahtran masyarakat.
Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kabupaten Tanggamus BAB IV Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Dalam Pasal 7 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata merupakan unsur pelaksana tugas bup[ati yang dipimpin Kepala Dinas yang Berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melelui Sekretaris Daerah. Tugas pokok Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melaksanakan urusan pemerinyah kabupaten dibidang kebudayaan dan pariwisataberdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Fungsi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam melaksanakan tugas dalam Pasal 9 Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus No.32 tahun 2008 tentang Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kabupaten Tanggamus yaitu:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata;
2. penyelengaraan urusan permintahdan pelayanan umum dibidang kebudayaan dan pariwisata;
3. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kebudayaan pariwisata.
6 tidak terlepas dari perencanaan pengembangan dan pengelolaan dari pemerintahan daerah untuk memajukan kesejahtraan masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas dan pentingnya pengembangan pariwisata guna menunjang kesejahtraan daerah serta melihat permasalahn dalam pengembangan pariwisata yang ada sekarang maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Dalam Pengelolaan Kawasan Pariwisata Di Kabupaten Tanggamus”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang diangkat dalam sekripsi ini adalah:
1. Bagaimana Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Dalam Pengelolaan Kawasan Pariwisata di Kabupaten Tanggamus?
2. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pengembangan pariwisata oleh Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata di Kabupaten Tanggamus?
C. Ruang Lingkup
7 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan pariwisata di Kabupaten Tanggamus.
b. Untuk mengetahui apa yang menjadi hambatan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Tanggamus.
2. Kegunaan Penelitian
Secara garis besar dan sesuai dengan tujuan penelitian maka kegunaan penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan cakrawala ilmu Hukum Administrasi Negara dalam bidang Pemerintahan Daerah khususnya tentang pengembangan dan pengelolaan potensi daerah bidang pariwisata untuk urusan pilihan daerah.
b. Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) sebagai informasi kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk kepentingan pengelolaan dan pengembangan pariwisata bidang urusan pilihan pemerintahan oleh pemerintah daerah.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Peran, Pemerintah Dan Pemerintahan Daerah
Menurut Soerjono Soekanto,’’peranan lebih banyak menunjukkan suatu fungsi,
penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang
menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu
peranan.’’(soekanto, 1987:221)
Kutipan dalam buku yang sama, lebih lanjut Soejono soekanto mengemukakan
aspek –aspek peranan sebagai berikut :
1. Peranan meliputi norma –norma yang di hubungkan dengan posisi
seseorang dalam masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dilakukan sebagai prilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Secara konseptual dan empirik di berbagai negara, kata local dalam kaitannya
dengan local government dan local autonomy tidak dicerna sebagai daerah, tetapi
merupakan masyarakat setempat. Urusan dan kepentingan yang menjadi perhatian
9 politiknya adalah lokalitas dan bukan bangsa. Pemerintahan lokal adalah
representasi dari eksistensi lokalitas, sekaligus sebagai agen negara (pemerintah
pusat).
Seperti yang tampak pada pengertian lokal government yang diberikan oleh
United Nation bahwa daerah otonom mengelola local affairs sebagaimana
dikemukakan oleh Hampton bahwa : local authority are elected bodies and
expected to develop policies appropriate to their localities whitin the framework
of national legislation. juga ditegaskan bahwa daerah otonom harus diberikan hak
untuk mengatur urusan-urusan yang bersifat lokal.
Daerah otonom adalah daerah di dalam suatu negara yang memiliki kekuasaan
otonom, atau kebebasan dari pemerintah di luar daerah tersebut. Biasanya suatu
daerah diberi sistem ini karena keadaan geografinya yang unik atau penduduknya
merupakan minoritas negara tersebut, sehingga diperlukan hukum-hukum yang
khusus, yang hanya cocok diterapkan untuk daerah tersebut. Menurut jenisnya,
daerah otonom dapat berupa otonomi teritorial, otonomi kebudayaan, dan otonomi
lokal.
Pengertian "otonom" secara etimologis adalah "berdiri sendiri" atau "dengan
pemerintahan sendiri"( Poerwadarminta,1999:542). Sedangkan daerah otonom
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 ayat (6), UU No.32
tahun 2004 Pemerintahan Daerah). Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa
10 mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri
mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk
pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat
daerah lingkungannya. Dengan kata lain, otonomi daerah memberikan keleluasan
kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri yang
disesuaikan dengan kondisi dalam daerah tersebut.
Pemerintah daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 adalah Gubernur, Bupati,
atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah. Sedangkan Pemerintahan daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
B. Pembagian Urusan Daerah
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat (2) menyatakan bahwa :
“Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur,
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan”.
Pemerintah daerah dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintah daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
11 umum, dan daya saing daerah. pemerintahan daerah dalam UU 32/2004 yaitu : (1)
Pemerintahan daerah provinsi yang terdiri dari pemerintah daerah provinsi dan
DPRD Provinsi; (2) Pemerintah daerah kabupaten/kota yang terdiri atas
pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD Kabupaten, sedangkan yang
dimaksud pemerintah daerah adalah kepala daerah dan perangkat daerah.
Penyelenggara urusan pemerintahan berdasarkan UU 32/2004 dibagi berdasarkan
criteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan
keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. Penyelenggaraan urusan
pemerintah yang dimaksud merupakan pelaksanaan hubungan kewenangan antara
pemerintah dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota atau antar
pemerintahan daerah yang saling terkait, tergantung dan sinergis sebagai satu
sistem.
Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah daerah terbagai dalam
urusan wajib dan urusan pilihan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimum dilaksanakan
secara bertahap dan ditetapkan oleh pemerintah.
Sebagai peraturan pelaksana dari UU No 32 Tahun 2004, dibuatlah Peraturan
Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota. Pasal 6 ayat (2) berbunyi bahwa Urusan pemerintahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan wajib Daerah sebagaimana dalam Pasal 7 ayat (2) meliputi:
12 b. kesehatan;
c. lingkungan hidup;
d. pekerjaan umum;
e. penataan ruang;
f. perencanaan pembangunan;
g. perumahan;
h. kepemudaan dan olahraga;
i. penanaman modal;
j. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
k. kependudukan dan catatan sipil;
l. ketenagakerjaan;
m. ketahanan pangan;
n. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
o. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
p. perhubungan;
q. komunikasi dan informatika;
r. pertanahan;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi
keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian,
dan persandian;
u. pemberdayaan masyarakat dan desa;
v. sosial;
13 x. statistik;
y. kearsipan; dan
z. perpustakaan.
Sedangkan yang menjadi urusan pilihan sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (4)
meliputi:
a. kelautan dan perikanan;
b. pertanian;
c. kehutanan;
d. energi dan sumber daya mineral;
e. pariwisata;
f. industri;
g. perdagangan; dan
h. ketransmigrasian.
C. Sumber Pendapatan Pemerintahan Daerah
Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pembentukan
undang-undang tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah dimaksudkan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan
urusan kepada pemerintahan daerah. Pendanaan tersebut menganut prinsip money
follows function, yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi
pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing masing
tingkat pemerintahan.
Kadjatmiko (Halim, 2007: 194) mengatakan, dalam rangka penyelenggaraan
14 desentralisasi, daerah diberikan kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi
(tax assignment) serta bantuan keuangan (grant transfer) atau dikenal dengan
dana perimbangan. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pasal 5 ayat 2
menjelaskan, Pendapatan daerah bersumber dari: 1) Pendapatan Asli Daerah; 2)
Dana Perimbangan; dan 3) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
Mardiasmo (2004: 97) mengatakan, pemberian otonomi hendaknya jangan
sekedar jargon politik semata sebagaimana pada masa-masa sebelumnya. Ketidak
seriusan pemerintah dalam memberikan otonomi dapat menimbulkan efek negatif
yang lebih parah lagi karena masyarakat sudah terlalu lama menunggu. Tim
Asistensin Menteri Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal (2008: 60)
menegaskan, desentralisasi sendiri tidak boleh dianggap selesai, bahkan apabila
urusan pembagian kewenangan dan keuangan antar daerah sudah dianggap beres.
Keberhasilan desentralisasi harus diukur dari kemampuan pemerintah daerah yang
lebih mandiri dalam mensejahterakan masyarakat lokal sekaligus menjamin
hak-hak politiknya.
D. Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti
banyak, berkali-kali, atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau bepergian.
Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat
dibagi ke dalam dua kategori, wisata alam dan wisata sosial budaya. Di dalam
15 saling berinteraksi satu sama lain. Komponen-komponen wisata tersebut dapat
dikelompokkan sebagai berikut : atraksi dan kegiatan-kegiatan wisata, akomodasi,
fasilitas dan pelayanan wisata, fasilitas dan pelayanan transportasi, infrastruktur,
elemen kelembagaan.
Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan pariwisata dan mencapai tujuan
pengembangan pariwisata, diperlukan pengelolaan dan pengembangan suatu
objek wisata. Pengelolaan pariwisata yaitu upaya perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan potensi alam dan budaya dengan memperhatikan aspek-aspek
pelestarian. Kepariwisataan memerlukan konsep-konsep pengelolaan atau
manajemen dan pemasaran ilmiah modern. Manajemen meliputi lima unsur pokok
yaitu, pengorganisasian, perencanaan, motivasi, penempatan personal dan
penggeraknya, koordinasi dan pengawasannya (Wahab, 2003). Sedangkan
pengembangan suatu kawasan objek wisata perlu diarahkan melalui perencanaan
untuk mencapai suatu keserasian dan keseimbangan dalam pemanfaatan potensi
wisata, apabila tidak dilakukan suatu rencana yang tepat maka akan menyebabkan
kurang optimalnya pengelolaan potensi objek wisata tersebut. Pengembangan
pariwisata adalah upaya peningkatan pemanfaatan potensi alam dan budaya,
dengan memperhatikan aspek-aspek pelestarian. Maksud dari pengembangan
suatu daerah tujuan wisata adalah untuk menawarkan produk wisatanya dan
pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola, maka jelas bahwa pengembangan
fisik dan non fisik dari daerah tujuan wisata harus mendukung dan memberikan
kesempatan untuk membentuk produk-produk serta pelayanan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta pelayanan pasar wisata. Hal ini
16 tetapi harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia. Wujud produk wisata
ditentukan oleh konsumen sendiri, yaitu wisatawan dan konsumen memperoleh
pengalaman dari perjalanan wisata.
Daerah pariwisata adalah lokasi atau tempat yang menjadi objek wisata.
Pariwisata itu sendiri merupakan suatu kegiatan dalam mengisi waktu selang
dikegiatan rutin. Untuk menarik wijatawan datang ke suatu objek wisata maka
objek wisata tersebut harus menarik sehingga perlu dilakukan untuk
pengembangannya. Basis pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya
keragaman budaya, seni, dan alam (pesona alam). Pengembangan sumber daya
tersebut dikelola melalui pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya
secara terpadu antara pengembangan produk pariwisata dan pengembangan
pemasaran pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal dalam
rangka pengembangan pariwisata.
Tujuan program ini adalah mengembangkan dan memperluas diversifikasi produk
dan kualitas pariwisata nasional yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat,
kesenian, dan kebudayaan, dan sumber daya alam (pesona alam) local dengan
tetap memperhatikan kelestarian seni dan budaya tradisional serta kelestarian
lingkungan hidup setempat, mengembangkan dan memperluas pasar pariwisata
terutama pasar luar negeri.
Berdasarkan hal diatas maka pembangunan kepariwisataan memiliki 3 fungsi
atau tri-fungsi, yaitu :
17 2. Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup,
dan
3. Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa
semangat, dan nilai-nilai luhur bangsa dalam memperkokoh persatuan dan
kesatuan nasional.
Di samping itu untuk tercapainya tri-fungsi tersebut diatas maka harus ditempuh 3
macam upaya atau tri-fungsinya, yaitu :
1. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata
2. Meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran, dan
3. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan. (Sunardi,2001 :
46)
Indonesia memiliki peluang yang besar dalam pengembangan pariwisata. Hal ini
dapat dirinci sebagai berikut :
1. Meskipun pernah terjadi krisis minyak dan resesi ekonomi yang
berkepanjangan ternyata wisatawan terus meningkat jumlahnya tidak
banyak berpengaruh,
2. Seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, anggaran untuk
berlibur cenderung meningkat,
3. Tersedianya waktu berlibur yang cukup panjang di negara-negara sumber
18 4. Kemajuan teknologi dibidang transportasi dan komunikasi mendorong
orang untuk bepergian jauh,
5. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Asia Pasifik memberikan peluang
bagi Indonesia untuk dikunjungi,
6. Diversifikasi produk wisata akan memperluas lingkup pilihan untuk
berlibur ke Indonesia,
7. Tingkat sadar wisata masyarakat semakin meningkat. Hal ini akan dapat
memberikan dukungan yang lebih nyata bagi pengembangan pariwisata,
8. Aksesibilitas ke Indonesia semakin bertambah luas akan mendorong arus
kunjungan wisatawan mancanegara,
9. Semakin mantapnya pengaturan dan kelembagaan di bidang pariwisata
akan mendukung pelaksanaan hal-hal yang berkaitan kerjasama lintas
sektoral baik disektor pemerintah maupun swasta. (Wagito,2001 :8)
Menurut Salah Wahab (2003 : 110) ada dua hal yang dapat ditawarkan kepada
wisatawan sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan
wisata, dimana kedua hal tersebut dapat berupa alamiah atau buatan manusia,
yaitu :
a. Sumber-sumber alam
19 2) Tata letak tanah dan pemandangan alam: dataran, pegunungan yang
berpanorama indah, danau, sungai, pantai, bentuk-bentuk yang unik,
pemandangan yang indah, air terjun, daerah gunung berapi, gua dan
lain-lain.
3) Unsur rimba: hutan-hutan lebat, pohon-pohon langka, dan sebagainya.
4) Flora dan fauna: tumbuhan aneh, barang-barang beragam jenis dan warna,
kemungkinan memancing, berburu dan bersafari foto binatang buas, taman
nasional dan taman suaka binatang buas dan sebagainya.
5) Pusat-pusat kesehatan: sumber air mineral alam, kolam lumpur berkhasiat
untuk mandi, sumber air panas alam untuk penyembuhan penyakit dan
sebagainya.
b. Hasil karya buatan manusia yang ditawarkan
Ada 5 (lima) kategori utama yang ditawarkan, yaitu :
1) Yang berciri sejarah, budaya dan agama :
a) Monumen-monumen dan peninggalan-peninggalan bersejarah dari
peradaban masa lalu
b) Tempat-tempat budaya seperti museum, gedung kesenian, tugu peringatan,
perpustakaan, pentas-pentas budaya rakyat, industri seni kerajinan tangan
dan lain-lain.
c) Perayaan-perayaan tradisional, pameran-pameran, eksibisi, karnaval,
20 d) Bangunan-bangunan raksasa dan biara-biara keagamaan.
2) Prasarana-prasarana
a) Prasarana umum yang meliputi : Sistem penyediaan air bersih, kelistrikan,
jalur-jalur lalu lintas, sistem pembangunan limbah, sistem telekomunikasi
dan lain-lain.
b) Kebutuhan pokok pola hidup modern misalnya Rumah sakit, apotik, bank,
pusat-pusat pembelanjaan, rumah-rumah piñata rambut, toko-toko bahan
makanan, kantor-kantor pemerintahan (polisi, penguasa setempat,
pengadilan dan sebagainya), toko-toko rokok, kedai-kedai obat, toko-toko
kacamata, warung-warung surat kabar, toko-toko buku, bengkel-bengkel
kendaraan bermotor, pompa-pompa bensin dan lain-lain.
c) Prasarana wisata yang meliputi :
(1) Tempat-tempat penginapan wisatawan : hotel, motel, pension, rumah
susun, kamar keluarga yang disewakan, bangunan-bangunan wisata sosial
(desa wisata, tempat-tempat kemah, tempat-tempat karavan, pondok
remaja dan sebagainya), rumah-rumah katering (restoran, kedai-kedai
minuman, rumahrumah makan sederhana, warung-warung sate dan
sebagainya)
(2) Tempat- tempat menemui wisatawan
21 Agen-agen perjalanan, badan usaha perjalanan, usaha sewa- menyewa
kendaraan serta agen-agen yang mengatur ekskursi dan jalan-jalan
keliling kota.
(b) Untuk menyampaikan informasi dan propaganda
Kantor-kantor penerangan wisata di pintu-pintu masuk suatu negara,
kota atau daerah tertentu
1. Organisasi- organisasi lokal atau sekitarnya yang mengurus
Pariwisata
2. Komite-komite upacara perayaan-perayaan khusus
(3) Tempat-tempat rekreasi dan sport : fasilitas sport untuk musim dingin dan
panas, fasilitas perlengkapan sport darat dan air dan lain-lain
3) Sarana pencapaian dan alat transportasi penunjang meliputi : pelabuhan
udara, laut bagi negara-negara yang berbatasan dengan laut, sungai,atau
danau multinasional, kereta api dan alat transportasi darat lainnya,
kapal-kapal, sistem angkutan udara, angkutan di pegunungan dan lain-lain.
4) Sarana pelengkap : seperti halnya prasarana, ,maka sarana pelengkap ini
berbeda menurut keadaan perkembangan suatu negara. Pada umumnya sarana
ini meliputi gedung-gedung yang menjadi sumber produksi jasa-jasa yang
cukup penting tetapi tidak mutlak diperlukan oleh wisatawan. Umumnya
sarana pelengkap ini bersifat rekreasi dan hiburan seperti misalnya :
gedung-gedung sandiwara, bioskop, kasino, nightclub, kedai-kedai minum,
22 5) Pola hidup masyarakat yang sudah menjadi salah satu khasanah wisata yang
sangat penting.
Cara hidup bangsa, sikap, makanan dan sikap pandangan hidup, kebiasaannya,
tradisinya, adat istiadatnya, semua itu menjadi kekayaan budaya yang menarik
wisatawan ke negara mereka. Hal ini berlaku khususnya bagi negara-negara
sedang berkembang yang masyarakat tradisionalnya berbeda dari masyarakat
tempat wisatawan itu berasal. Modal dasar yang penting lainnya yakni sikap
bangsa dari negara tersebut terhadap wisatawan; keramah tamahan, keakraban,
23 III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan
dua cara, yaitu : Pendekatan Normatif dan Pendekatan Empris.
1.Pendekatan Normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara
mempelajari bahan pustaka yang erat hubungannya dengan pendapatan asli
daerah (PAD) dan peran pemerintah Kabupaten Tanggamus dalam mengelola
pariwisata, dalam hal ini penelitian mengkaji literatur dan peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
2.Pendekatan Empiris adalah pendekatan masalah yang dilakukan dalam
pengamatan langsung ke lapangan untuk melihat kenyataan yang ada mengenai
pengelolaan tempat wisata oleh pemerintah daerah Kabupaten Tanggamus melalui
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
B. Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung sebagai hasil penelitian
lapangan yang berupa keterangan-keterangan dan penjelasan-penjelasan dari
24 2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian pustaka melalui
peraturan perundang-undangan, literatur, buku-buku dan dokumen-dokumen
resmi.
Data sekunder terdiri dari :
a. Bahan Hukum Primer atau bahan hukum yang mengikat, meliputi :
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
3) Undang-Undang nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil,
4) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
5) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 3 Tahun 2009 Tentang
Urusan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung.
6) Peraturan Daerah Kabupaten Tanggamus Nomor 32 Tahun 2008
Tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas- Dinas Kabupaten
25
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer, meliputi buku-buku ilmu hukum, serta hasil karya dari kalangan
hukum dan serta bahan lainnya yang berkaitan dengan pokok masalah.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum yang memberikan pentujuk ataupun penjelasan terhadap
bahan primer dan bahan sekunder meliputi kamus dan kamus besar Bahsa
Indonesia.
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Studi Kepustakaann
Dilakukan dengan membaca, mempelajari, dan mengutip buku-buku
literatur dan peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan obyek penelitian.
b. Studi Lapangan
Dilakukan dengan pengamatan langsung di tempat yang dijadikan obyek
penelitian, dengan melakukan wawancara langsung kepada informan
secara terbuka dengan berpaduan pada daftar pertanyaan yang telah
26 2. Prosedur Pengolahan Data
Data data yang telah terkumpul diolah dengan pengolahan data melalui
tahap-tahap sebagai berikut :
a. Editing
Data yang diperoleh diolah dengan cara pemilahan data dengan cermat dan selektif sehingga diperoleh data yang relevan dengan pokok masalah.
b. Klasifikasi
Menempatkan data-data dengan kelompok atau aturan yang ditetapkan
dalam pokok bahasan sehingga diperoleh data yang benar-benar
dibutuhkan dalam penelitian ini.
c. Sistematisasi
Menyusun data-data yang diperoleh menurut tata urutan yang telah
ditetapkan sesuai dengan konsep, tujuan dan harapan kemudian disusun
secara sistematis.
D. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriftif kualitatif, yaitu proses pengorganisasian
dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satu uraian dasar sehingga
dapat ditemukan dan dirumuskan sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan kata
lain analisis deskriftif kualitatif, yaitu menginterpretasikan atau mencari makna
kualitas tanggapan, pendapat, komentar, atau sikap responden. Analisi kualitatif
menghasilkan suatu temuan data termasuk dari hasil wawancara dan komentar
49 V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti memberikan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berpedoman pada peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam pengelolaan
kawasan pariwisata di Kabupaten Tanggamus dilakukan dengan cara
mengeluarkan kebijakan yang mengutamakan daerah melalui Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata tentang Kebersihan, Keamanan, Pengembangan
dan Pelestarian di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.
2. Faktor penghambat dalam pengelolaan kawasan Pariwisata di Kabupaten
Tanggamus antara lain : sarana prasarana yang ada masih belum memadai,
masih rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan ketersediaan anggaran
terutama yang dapat dialokasikan untuk sektor Kebudayaan dan Pariwisata
masih sangat terbatas, melihat masih banyaknya faktor penghambat maka
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata harus meningkatkan kinerjanya dalam
pengelolaan kawasan pariwisata di Kabupaten Tanggamus sesuai dengan tugas
50 B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas maka saran – saran yang
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan kerjasama dengan pihak ketiga yang dapat menyediakan sarana
prasarana untuk meningkatkan kinerja dibidang kebudayaan dan pariwisata di
Kabupaten Tanggamus, antara lain :
a. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melakukan kerjasama dengan pihak
Kepolisian, Satuan Polisi Pamong Praja (SatPol PP), kerjasama ini khususnya
dibidang Keamanan, baik itu keamanan di objek Kebudayaan dan Pariwisata,
lingkungan, sarana prasarana pendukung seperti fasilitas umum yang ada di
sekitar objek Pariwisata, kerjasama ini dilakukan untuk membuat calon
wisatawan merasa aman dan nyaman ketika sedang menikmati objek
kebudayaan maupun Pariwisata.
b. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melakukan kerjasama dengan Dinas
Kesehatan untuk ikut membantu dibidang kesehatan berupa bantuan di objek
Pariwisata misalnya bantuan mobil kesehatan dan bantuan dalam
menyehatkan Masyarakat dan objek Pariwisata.
c. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melakukan kerjasama dengan Dinas
Perhubungan terkait pemasangan rambu-rambu petunjuk objek Pariwisata.
2. Perlu dibuat desa binaan pariwisata di desa-desa yang memiliki potensi
51 a. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanggamus membuat desa
binaan dengan potensi yang ada di desa-desa yang memiliki potensi
pariwisata, dengan demikian keterlibatan masyarakat secara aktif akan
melestarikan budaya lokal dan sumber daya alam sebagai komoditas
pariwisata.
b. Adanya desa binaan pariwisata akan mempermudah kerja Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanggamus dalam mengelola
tempat pariwisata. Penghematan anggaran dengan tidak menambah jumlah
pegawai.
PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM
PENGELOLAAN KAWASAN PARIWISATA DI KABUPATEN
TANGGAMUS
(Skripsi)
Oleh:
ROMA ROMANDA
0612011246
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL... i
DAFTAR LAMPIRAN...
ii
1. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 6
C. Ruang Lingkup... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA...
9
A. Pengertian Peran, Pemerintah dan Pemerintahan Daerah...
9
B. Pembagian Urusan Daerah...
11
C. Sumber Pendapatan Pemerintah Daerah...
13
D. Pengelolaan dan Pengembangan Pariwisata...
14
III. METODE PENELITIAN...
23
A. Pendekatan Masalah...
23
B. Sumber Data...
24
1. Data Primer...
24
2. Data Sekunder...
24
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data...
25
1. Prosedur Pengumpulan Data...
25
a). Studi Kepustakaan...
25
b). Studi Lapangan...
25
2. Prosedur Pengolahan Data...
25
a). Editing...
26
b). Klasifikasi...
26
c). Sistematisasi...
26
D. Analisis Data...
26
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
27
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...
28
B. Peran Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Dalam Pengelolaan Kawasan
Pariwisata di Kabupaten Tanggamus...
40
2. Rencana Kinerja Tahunan...
43
3. Tugas Pokok Dinas Kebudayaan dan Pariwisata...
44
C. Hambatan-Hambatan Dalam Pengembangan Pariwisata Oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata di Kabupaten Tanggamus...
49
V. KESIMPULAN DAN SARAN...
50
A. Kesimpulan...
50
B. Saran...
51
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian