• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI IPA SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TP 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI IPA SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TP 2011/2012"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Ilmu kimia adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang berdasarkan pengamatan terhadap fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia,yaitu kimia sebagai produk , sebagai proses atau kerja ilmiah, serta sebagai sikap. Oleh sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan

karakteristik kimia sebagai proses, produk, dan sikap.

Namun, pembelajaran kimia siswa di sekolah cenderung hanya menghadirkan konsep, hukum-hukum, dan teori saja, tanpa menyuguhkan bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum-hukum, dan teori tersebut sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Akibatnya pembelajaran kimia menjadi kehilang-an daya tariknya dkehilang-an lepas relevkehilang-ansinya dengkehilang-an dunia nyata ykehilang-ang seharusnya menjadi obyek ilmu pengetahuan tersebut.

(2)

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, siswa harus memiliki keteram-pilan proses sains mengamati (observasi), inferensi, mengelompokkan, menaf-sirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomunikasikan. Keteram-pilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Melatihkan KPS bertujuan mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.Guru perlu melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesai-kan masalah serta menjelasmenyelesai-kan fenomena-fenomena yang ada dalam

kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada SMA Gajah Mada Bandar Lampung. diketahui bahwa rata-rata nilai ulangan harian kesetimbangan kimia siswa pada tahun pelajaran 2010-2011 adalah 60 dan siswa yang mendapat nilai ≥65 hanya mencapai 45 %. Nilai tersebut belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 100% siswa memperoleh nilai≥65. Dengan demikian kelas XI IPA SMA Gajah Mada tahun pelajaran 2009-2010 belum mencapai ketuntasan belajar.

(3)

mengajukan pertanyaan, menanggapi pertanyaan guru, mengutarakan pendapat, berdiskusi sesama teman, sehingga kurang terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun antar siswa.

Pembelajaran inkuiri terbimbing dimulai dengan memberikan pertanyaan dan ca-ra bagaimana menjawab pertanyaan tersebut. Melalui pertanyaan atau perma-salahan yang diajukan tersebut siswa dilatih merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, mengumpulkan data, dan kemudian menarik kesimpulan. Kegiatan seperti ini dapat melatih siswa membuka pikirannya sehingga mampu membuat hubungan antara kejadian, objek atau kondisi dengan kehidupan sehari-hari. Melalui model pembelajaran ini siswa diajak untuk bisa menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, selain itu model pembelajaran ini juga dapat membangkitkan semangat siswa, karena siswa dapat merasakan usaha keras mereka dalam penyelidikannya. Dengan demikian keterampilan proses sains maupun penguasaan konsep siswa dapat terlatih dengan baik.

(4)

mereka kuasai seutuhnya, meskipun sudah seringkali menerapkan keterampilan inferensi dalam pemecahan suatu masalah yang mereka hadapi.

Kurniasari (2010) yang melakukan penelitian kuasi eksperimen pada siswa kelas XI IPA Semester ganjil SMA Negeri 1 Kauman Tulungagung pada Materi Pokok Laju Reaksi, melaporkan bahwa (1). Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok laju reaksi telah berlangsung cukup baik; (2). Model inkuiri terbimbing lebih efektif dibandingkan pembelajara konvensional dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa; (3). Sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan siswa yang di-belajarkan dengan konvensional pada materi laju reaksi dengan persentase siswa kelas eksperimen yang memiliki sikap ilmiah sangat baik mencapai 32,6 % sedangkan kelas kontrol hanya mencapai 13,3%.

Dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat melatih keteram-pilan proses sains (KPS) dan menemukan konsepnya sendiri dari fakta dan data yang diperoleh siswa melalui keterampilan inferensi, konsep-konsep kimia akan lebih bermakna bagi siswa dan tidak hanya sekedar menjadi hafalan yang mem-bebani siswa. Berdasarkan hal-hal tersebut, dilakukanlah penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam mening-katkan keterampilan inferensi siswa pada pada materi pokok kesetimbangan kimia?

2. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok kesetimbangan kimia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: Memperoleh model pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep kesetimbangan kimia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa

Melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa memperoleh pengalaman dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

.

(6)

Sebagai model pembelajaran yang dipilih untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa.

3. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memahami gambaran penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan terhadap ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa, apabila secara statistic hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan setelah pembelajaran (gain yang signifikan)

2. Indikator keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini adalah keterampilan inferensi, yang meliputi siswa mampu membuat suatu kesimpu-lan tentang suatu benda atau fenomena setelah mengumpulkan, menginter-pretasi data dan informasi.

(7)

4. Konsep merupakan pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.

(8)

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu effectiveyang berarti berhasil, tepat atau manjur. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), defenisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat dari usaha atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah

dicanangkan (Satria, 2005).

Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada: a. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila

sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.

b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa, apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan setelah pembelajaran (gain yang signifikan)

c. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi, apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

(9)

statistik hasil belajar siswa me-nunjukan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran.

B. Pengajaran Inkuiri Terbimbing

Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu model pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan.

Inquiri yang dalam bahasa Inggris Inquiry yang berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.

Pembelajaran Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. (Triyanto 2010)

(10)

sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuri karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berpikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.

Peran guru dalam pembelajaran Inkuiri terbimbing adalah untuk memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri tidak sama dengan pertanyaan tebakan. Pertanyaan harus dapat dijawab “Ya” atau “Tidak” dan harus

diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan. Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.

Gulo (2002) menyatakan, bahwa kemampuan yang diperlukan untuk

Langkah-langkah pelaksanakan pembelajaran Inkuiri adalah sebagai berikut.

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

(11)

2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan pada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matriks, atau grafik.

4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelakan sesuai dengan proses Inkuiri yang telah dilakukannya.

5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran Inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh.

Menurut Roestiyah (1998),inquirymemiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaraninquiryantara lain:

(12)

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan.

Kelemahaninquirydapat diatasi dengan cara:

1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa terdorong mengajukan dugaan awal

2. Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi

3. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan meskipun gagasan tersebut belum tepat.

Sanjaya (2008) menyatakan, bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pembelajaran inkuiri:

1. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara

maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui

penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Artinya dalam pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktvitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, sehingga kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. 3. Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan

kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

C. Keterampilan Proses Sains

(13)

kemampuan proses berupa mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkomunikasikan hasil perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri peserta didik.

Prosedur yang dilakukan para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam usaha mendapatkan pengetahuan tentang alam biasa dikenal dengan istilah metode ilmiah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para ilmuwan untuk mendapatkan atau menemukan suatu ilmu pengetahuan membutuhkan kecakapan dan keterampilan dasar untuk melakukan kegiatan ilmiah tersebut. Kemampuan dasar tersebut dikenal dengan istilah keterampilan proses IPA/sains. Untuk mengenalkan alam pada siswa, perlu diajarkan bagaimana pengetahuan alam tersebut didapat, dengan melatihkan keterampilan proses IPA pada siswa. Keterampilan proses dapat berkembang pada diri siswa bila diberi kesempatan untuk berlatih menggunakan keterampilan berpikirnya. Dengan keterampilan proses siswa dapat mempelajari IPA sesuai dengan keinginannya.

Dimyati dan Mudjiono (2002) memuat alasan mengenai pendekatan KPS 1. Pendekatan KPS dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan

siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan. 2. Pembelajaran melalui KPS akan memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan.

(14)

Hartono (2007) mengemukakan bahwa:

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pembelajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya pro-ses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.

American Association for the Advancement of Science(1970) dalam Devi (2011), mengemukakan inferensi adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang ter-hadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.

D. Penguasaan Konsep

(15)

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini didukung oleh Djamarah dan Aswan (2002) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas, dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

F. Kerangka Pemikiran

(16)

Model pembelajaran inkuiri terbimbing memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan bantuan guru. Dalam hal ini siswa ditempatkan untuk belajar sendiri mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah dan siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek belajar. Pembelajaran inkuiri memungkinkan siswa untuk mengalami sendiri bagaimana caranya menemukan keterkaitan-keterkaitan baru dan bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan melalui kegiatan mandiri. Guru dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan cara memberikan pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan suatu pemikiran bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing mampu meningkatkan keterampilan proses inferensi dan penguasaan konsep siswa.

Sebagai variabel bebasnya adalah model pembelajaran (X) dan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep materi pokok kesetimbangan kimia siswa (Y). Semua data diambil dari dua kelas yang berbeda, satu kelas sebagai eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerap-kan pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangmenerap-kan kelas kontrol menggunamenerap-kan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru.

Masing-masing kelas diberi pretes yang sama dari materi yang mereka terima se-belumnya. Soal pretest yang diberikan disusun dalam dua bagian untuk meng-ungkap keterampilan proses inferensi dan penguasaan konsep dengan model pem-belajaran yang mereka alami sebelumnya.

(17)

X1 Y1

Y2> Y1

X2 Y2

Gambar 1. Model teoritis antara variabel bebas dan variabel terikat

Keterangan:

X1 = Pembelajaran konvensional X2 = Pembelajaran inkuiri terbimbing

Y1 = Keterampilan inferensi dan penguasaan konsep materi pokok kesetimbangan kimia yang menggunakan pembelajaran konvensional

Y2 = Keterampilan inferensi dan penguasaan konsep materi pokok kesetimbangan kimia yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 semester genap SMAGajah Mada Bandar Lampung T.P. 2011/2012 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

(18)

pada materi kesetimbangan kimia, semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.

4. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep materi kesetimbangan kimia siswa kelas XI IPA semester ganjil SMAGajah Mada Bandar Lampung T.P. 2011/2012 pada kedua kelas diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.

H. Hipotesis Umum

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi pokok kesetimbangan kimia akan menghasilkan keterampilan inferensi yang lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

(19)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam peneliti-an ini, maka dapat disimpulkpeneliti-an bahwa :

1. Model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia;

2. Model Pembelajaran inkuiri terbimbing tidak efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia; dan

3. Rata-rataN-gain pretes-postes keterampilan inferensi pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Namun, rata-rata N-gain pretes-postes penguasaan konsep pada kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

(20)

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran baik siswa maupun guru harus memiliki persiapan yang baik agar pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif ;

3. Untuk dapat memudahkan siswa dalam proses pembelajaran, hendaknya sekolah menambah referensi buku, alat dan bahan praktikum yang mendukung pembelajaran ; dan

4. Untuk melancarkan penelitian, disarankan agar peneliti lain mempersiapkan materi belajar untuk siswa sebagai bahan referensi siswa yang tidak memiliki buku

(21)

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Gajah Mada Ban-dar Lampung tahun pelajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 150 siswa yang tersebar ke dalam 4 kelas dan mempunyai rata-rata akademik yang sama

Sedangkan sampel dalam penelitian ditentukan dengan teknikpurposive sam-plingyaitu setiap unit/individu yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu. Teknik pengambilan sampel purposive sam-pling akan baik hasilnya ditangan seorang ahli yang mengenal populasi dan yang dapat segera mengetahui lokasi masalah-masalah yang khas. Dalam hal ini, pe-nentuan sampel dilakukan berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan bapak Drs. Faizaluddin selaku guru mata pelajaran kimia kelas XI IPA. Sampel yang diambil terdiri dari 2 kelas yaitu kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 2 sebagai eksperimen.

B. Jenis dan Sumber Data

(22)

Sumber data ini dibagi dalam dua kelompok, antara lain : a. Data hasil pretes dan postes pada kelas eksperimen b. Data hasil pretes dan postes pada kelas kontrol

C. Desain Penelitian

Penelitian inkuiri terbimbing ini menggunakannon equivalent control group designyang terdiri dari dua kelompok yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada rancangan ini dilakukan pretes untuk kedua kelas dengan soal yang sama kemudian pada proses pembelajaran di kelas eksperimen diajarkan materi ke-setimbangan kimia dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan pada kelas kontrol menerapkan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dan tidak membangun konsep. Selanjutnya, dilakukan postes pada kedua kelas untuk mengetahui efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan inferensi dan penguasaan konsep kesetimbangan kimia.

Ilustrasinon equivalent control group designdapat digambarkan seperti bagan di bawah ini:

(23)

D. Variabel Penelitian

Variabel- variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran inkuiri terbimbing.

2. Variabel terikat adalah variabel akibat atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan kon-sep dan keterampilan proses inferensi siswa pada materi kesetimbangan kimia.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan antara lain :

a. Soal-soal pretes dan soal-soal postes yang masing-masing terdiri dari dua bagian, yaitu soal-soal penguasaan konsep berupa pilihan jamak dan soal-soal keterampilan inferensi dalam bentuk esai. Soalpretestyang dibagikan adalah materi pokok sebelumnya yaitu laju reaksi yang telah diujicobakan serta divalidasi oleh saudari Anindya Puspa Hapsari di SMA N 12 Bandar Lampung terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 4 soal uraian yang mengandung keterampilan inferensi. Sedangkan soalposttestadalah materi pokok

(24)

diberikan telah diujicobakan oleh saudari Yuyun Dwi Kartika di SMA N 5 Bandar Lampung dan telah divalidasi.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran c. Lembar Kerja Siswa

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : a. Observasi pendahuluan

Tujuan observasi pendahuluan :

i. Peneliti memperoleh izin dari sekolah untuk melaksanakan penelitian pada sekolah yang telah ditentukan.

ii. Peneliti dapat menentukan populasi dan sampel b. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan dibagi dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan dalam dua kelas di kelas, yaitu kelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Dalam hal ini kelas XI IPA 1 diterapkan pembelajaran konvensional sedangkan pada kelas XI IPA 2 pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing.

(25)

1) Menyusun Silabus, RPP, LKS, dan soal pretes-postes.

2) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok kesetimbangan kimia sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

a) Kelas eksperimen

Sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran, guru mengelompokkan siswa dalam 6 kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan kognitif siswa yang telah teramati pada pembelajaran materi pokok sebelumnya, yaitu laju reaksi.

a) Tahap 1 : Merumuskan masalah

Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan sebagai langkah permasalahan bagi siswa.

b) Tahap 2 : Merumuskan hipotesis

Guru membimbing siswa untuk mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis.

c) Tahap 3 : Mengumpulkan data

1) Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan bersama dengan teman sekelompoknya

2) Memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat tabel hasil pengamatan.

d) Tahap 4 : Menganalisis data

(26)

teman sekelompoknya Meminta siswa pada setiap kelompok untuk mempersentasikan hasil dikusi dan pengamatannya.

2) Guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok.

3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan pendapat dan melengkapi jawaban.

e) Tahap 5 : Membuat kesimpulan

1) Guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusi siswa dan guru.

2) Guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa tentang materi yang telah dipelajari.

(1) Kelas kontrol

Sama halnya dengan kelas eksperimen, sebelum dilakukan kegiatan

pembelajaran, guru juga mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan kognitif siswa.

a) Kegiatan awal

Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran b) Kegiatan inti

1) Guru memberikan uraian materi

2) Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang uraian materi dan siswa memperhatikan penjelasan dari guru.

3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum mereka pahami.

(27)

5) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan contoh soal yang telah diberikan.

6) Guru memberikan respons terhadap hasil pekerjaan siswa dalam

menyelesaikan contoh soal dan meluruskan jawaban yang belum benar dengan membahas bersama-sama dengan siswa.

c) Kegiatan akhir

1) Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang baru saja mereka dapatkan.

2) Guru memberikan tugas kepada siswa.

3. Melakukanposttestdengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4. Tabulasi dan Analisis data

5. Penulisan pembahasan dan Simpulan

(28)

Gambar 3. Alur Penelitian

G. Teknik Analisis Data

Setelah proes penelitian dan pengumpulan data selesai maka tahap selanjutnya adalah pengolahan dan analisis data. Proses analisis data dilaksanakan dengan tujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpetasikan sehingga dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut :

(29)

1. Menghitung N-gain

Gain merupakan selisih data yang diperoleh dari pretes dan postes. Melalui perhitungan ini kita dapat mengetahui efektivitas inkuiri terbimbing dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan inferensi siswa, maka di-lakukan analisis skor gain ternormalisasi. Selanjutnya, didi-lakukan perhitungan rata-rata selisih perolehan nilai pretes dan postes tersebut untuk mendapatkan N-gain.

N- gain dirumuskan sebagai berikut:

N gain (g) = (NilaiPostes nilai Pretes) (Nilai Maksimum Ideal Nilai Pretes)

Dengan demikian didapatkan indeks gain untuk masing-masing kelompok. Kriteria interpretasi indeks gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu: g > 0,7 (indeks gain tinggi)

0,3 < g < 0,7 (indeks gain sedang)

g < 0,3 (indeks gain rendah)

2. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok terdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah :

(30)

H1: data tidak berdistribusi normal

Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2) dengan rumus:

χ = ( )

Keterangan :

χ2= uji Chi- kuadrat

Ei = frekuensi observasi

Oi = frekuensi harapan

Data akan berdistribusi normal jika χ2hitung≤ χ2tabel dengan taraf signifikan 5 %

3. Melakukan uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak, maka dilakukan langkah langkah-langkah sebagai sebagai berikut:

a. Rumusan hipotesis H0 =

H1

Keterangan:

(31)

=varians skor kelompok II

b. Rumus statistik yang digunakan adalah uji-F:

=

Terima H0jika Fhitung< Ftabel, dan tolak sebaliknya (Sudjana, 2002).

4. Pengujian Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik di mana hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Hl). Sehingga rumusan hipotesis menjadi :

Keterampilan inferensi

H0 : Rata-rataN-gain keterampilan inferensi kesetimbangan kimia

yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah daripada yang diterapkan pembelajaran konvensional.

: <

(32)

daripada yang diterapkan pembelajaran konvensional : >

Penguasaan konsep

H0 : Rata-rataN-gain penguasaan konsep siswa pada materi kesetimbangan Kimia yang diterapkan menggunakan pembelajaran inkuiri

terbimbing lebih rendah daripada yang diterapkan pembelajaran konvensional.

: <

Hl : Rata-rataN-gain penguasaan konsep siswa pada materi kesetimbangan kimia yang diterapkan menggunakan pembelajaran inkuiri

terbimbing lebih tinggi daripada yang diterapkan pembelajaran konvensional

: >

Keterangan :

μ1 : rata-rata (x,y) pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

μ2 : rata-rata (x,y) pada materi kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional

(33)

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, karena jika kedua varians kelas sampel homogen (σ12 = σ22), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

Rumus statistik yang digunakan adalah:

a) Untuk keterampilan inferensi, = (Sampel mempunyai varian yang homogen), maka :

=

1 + 1

=( 1) + ( 1)

+ 2

Keterangan:

= Rata-rataN-gain keterampilan inferensi materi pokok

Kesetimbangan kimia yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

= Rata-rataN-gain keterampilan inferensi materi pokok

kesetimbangan kimia yang diberi pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan

= Jumlah siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing.

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku siswa yang pembelarannya menggunakan model

(34)

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah : Terima H0jika : t < t(1-α)dan tolak harga-harga lainnya.

b) Untuk penguasaan konsep, = (Sampel mempunyai varian yang homogen), maka :

= = ( ) ( )

Keterangan:

1

X =Penguasaan konsep kesetimbangan kimia yang diterapkan model Inkuiri terbimbing

= Penguasaan konsep kesetimbangan yang diterapkan pembelajaran konvensional.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan model pembelajaran inkuiri

terbimbing

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Varians siswa yang diterapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing

= Varians siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(35)

KELAS XI IPA SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG

TP 2011/2012

Oleh Herlina Pratiwi

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(36)

INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP ASAM-BASA SISWA KELAS XI SMA N 1 NATAR TA 2010/2011

Nama Mahasiswa : Rendi Yazid Nomor Pokok Mahasiswa : 0713023038 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing

Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. Dr. Noor Fadiawati, M.Si. NIP 196608241991112002 NIP 196608241991112001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(37)

KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI IPA SMA GAJAH MADA

BANDAR LAMPUNG TP 2011/2012

(Skripsi)

Oleh Herlina Pratiwi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(38)

KIMIA KELAS XI IPA SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG

TP 2011/2012

(Skripsi)

Oleh Herlina Pratiwi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(39)

INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI KESETIMBANGAN

KIMIA KELAS XI IPA SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG TP 2011/2012

Nama Mahasiswa : Herlina Pratiwi Nomor Pokok Mahasiswa : 0713023027 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Dra. Nina Kadaritna, M.Si Dra. Chansyanah Diawati, M.Si NIP19600407 198503 2 003 NIP19660824 199111 2 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(40)

1. Tim Penguji

Ketua :Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ________________

Sekretaris: : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ________________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.S. NIP 196003151985031003

(41)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Inferensi dan Penguasaan Konsep Pada Materi Kesetimbangan Kimia Kelas XI IPA SMA Gajah Mada Bandar Lampung TP 2011/2012” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia, Pembimbing akademik, serta pembimbing I, terima kasih atas kesabarannya memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si., selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas bantuan dan kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik selama ini dalam proses penyelesaian skripsi.

(42)

8. Bapak Drs. Faizaluddin., selaku guru mitra, siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA2 TP 2011-2012, guru serta staf SMA Gajah Mada Bandar Lampung atas

bantuan dan kerjasamanya.

9. Sahabatku di pendidikan Kimia angkatan 2007 : Anindya puspa hapsari, Sari malida, Selvia Pandan sari, Yuyun dwi kartika, Wirasta utami, Erma febrianda dan Reza wintia Agustiana, yang selalu memberi semangat dalam masa-masa sulit menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuanganku di pendidikan Kimia angkatan 2007 : Reza wintia agustiana, Melya Santi, Edi riyanto,IGK Tri putra,Jullian hadi ferry, Meriantika, Siti destriyah, Ayu karunia lestari,Lekat dullah adi putra, Gusti wahyuning sari, dan kakak tingkat serta adik tingkat, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

11. Yogie El Anwar yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terima kasih atas dukungan, bantuan serta semangat yang telah diberikan. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua

Akhirnya penulis panjatkan doa dan syukur, semoga apa yang penulis sajikan dalam laporan ini, bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

Bandar Lampung, 20 Februari 2012

(43)

“Hidup terus berjalan, entah sesuai harapan kita atau tidak, yang penting kita harus selalu siapmenghadapinya”

“Selama kita mau berdoa dan berusaha, Allah pasti akan menunjukkan jalan, sesulit apapun itu”

“Ikhlas jalani hari ini, serahkan hal-hal yang berada di luar kemampuanmu pada Tuhan dan yakinlah bahwa yang kamu dapatkan adalah yang terbaik”

(44)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI

KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI IPA SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG

TP 2011/2012

Oleh

HERLINA PRATIWI

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada SMA Gajah Mada Bandar Lampung. diketahui bahwa rata-rata nilai ulangan harian kesetim-bangan kimia siswa pada tahun pelajaran 2009-2010 adalah 60 dan siswa yang mendapat nilai≥65 hanya mencapai 45 %. Pada proses pembelajaran kimia di sekolah masih berpusat pada guru. Selama proses pembelajaran, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat, dan. memberi kesem-patan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dijelaskan. Sehing-ga sebagian siswa merasa bosan dan mencari kegiatan lain.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep kesetimbangan kimia. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu inkuiri terbimbing.

(45)

penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, yang menggunakan rancangannon equivalent control group design. Variabel bebas dalam pene-litian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing.. Variabel terikat yaitu keterampilan inferensi dan penguasaan konsep materi kesetimbangan kimia. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji-t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih rendah daripada nilai rata-rata pe-nguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa dengan metode konvensional. Sedangkan nilai rata-rata keterampilan inferensi kesetimbangan kimia siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada nilai rata-rata keterampilan inferensi kesetimbangan kimia siswa dengan metode konvensional.

(46)

Alhamdulillah, dengan rasa syukurku ku persembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang telah mengisi hati penulis dengan cinta dan kasih sayang, merekalah orang-orang terkasih:

Teristimewa Ibu dan Bapak tercinta;

Sosok mulia yang telah membimbing dan mendidik penulis menemani penulis dengan kelembutan doa, kesabaran dan keikhlasan karena

Allah. Terimakasih, atas Jerih payah dan kerja keras beliau yang tidak akan terlupakan dan tidak mungkin dapat terbalaskan. Semoga

Allah SWT membalas semua jasa dan pengorbanan beliau.

Adikku Rizki, orang terkasih, dan para sahabatku Terima kasih atas dukungan, doa dan semangat

yang telah kalian berikan.

(47)

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 14 Juni 1989, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Ponirin Fathonie dan Ibu Latna Suri.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 2 Sukarame Bandar Lampung selesai pada tahun 2001. Pada tahun yang sama diterima di SMP Negeri 21 Bandar lampung selesai pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA Negeri 12 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SPMB.

Gambar

Gambar 1. Model teoritis antara variabel bebas dan variabel terikat
Gambar 2. Ilustrasi non equivalent control group design
Gambar 3. Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran   : Keputusan Bupati Barito Kuala       Nomor 188.45 /331 /KUM/2016

Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan dapat diketahui bahwa dalam melakukan pengendalian atas biaya overheadnya, PT ”X” belum menggunakan standar

Dalam riwayat as-Shahihain untuk hadits ini disebutkan, &#34;Barangsiapa yang berani melakukan sesuatu yang masih diragukan bahwa sesuatu itu berdosa, maka dia tidak

pembelajaran menggunakan LKS berbasis keterampilan proses terpadu dan pengetahuan baru siswa terhadap materi transpor membran sebelum melaksanakan kegiatan

dokumen yang sesuai dengan daftar isian dokumen kualifikasi perusahaan saudara pada. aplikasi SPSE, yang akan dilaksanakan

Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam, persentasenya mencapai 88%. Bahkan merupakan jumlah muslim terbesar di dunia. Berkaitan dengan harta dan

Berdasarkan data hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 4.5 maka dapat dibuat grafik hubungan antara torsi dengan kecepatan putaran kincir yang dihasilkan

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Akhir ini yang berjudul