• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh arus pada gerak gelombang soliter internal: studi kasus pada fluida dua lapisan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh arus pada gerak gelombang soliter internal: studi kasus pada fluida dua lapisan"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

RIDZAN DJAFRI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Arus pada Gerak Gelombang Soliter Internal adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

(3)

study for two- layer fluid. Under supervision of JAHARUDDIN and FARIDA HANUM.

Abstract

Internal waves are waves that appear at the boundary of two- layers of fluid with different density. The internal wave motion model is derived based on the assumption that the bottom boundary of fluid is slowly varying, thus the resulting of equations motion is KdV equation with variable coefficients. KdV equation coefficients also depend on the current velocity. Solitary wave formulation, carried out to determine the dependence of the wave variables to the physical variables. A case study on two-layers of fluid is discussed.

(4)

RIDZAN DJAFRI. Pengaruh Arus pada Gerak Gelombang Soliter Internal, Studi Kasus pada Fluida Dua Lapisan . Dibimbing oleh JAHARUDDIN dan FARIDA HANUM.

Gelombang internal merupakan gelombang yang terjadi pada batas dua lapisan fluida dengan rapat massa yang berbeda. Teori untuk gelombang internal pertama kali dikembangkan oleh Stokes, sedangkan teori umum untuk gelombang internal yang tidak tunak (unsteady) dengan rapat massa yang tidak konstan telah dikembangkan oleh Fjeldstand (1933). Kedua teori tersebut diterapkan pada fenomena yang terjadi pada bidang oseanografi. Salah satu gelo mbang internal yang banyak dikaji adalah gelombang soliter internal. Gelombang soliter internal terjadi di bawah permukaan fluida, sehingga keberadaannya tidak dapat dilihat secara langsung (kasat mata), namun dapat dideteksi melalui foto satelit berdasarkan pola gelap terang yang muncul di permukaan laut. Selain di laut, gelombang soliter juga terjadi di danau dan atmosfer.

Kebanyakan teori tentang gelombang soliter internal dikembangkan untuk kasus gerak gelombang yang hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi, sedangkan gerak pada arah horizontalnya berupa konstanta (Zhou 1985). Pada kenyataannya, gerak gelombang juga dipengaruhi oleh gerak pada arah horizontal, seperti yang terjadi pada gerak gelombang internal di selat dengan dasar tidak rata ataupun pengaruh topografi pada gerak gelombang soliter internal yang di bahas oleh (Grimshaw 1983). Pada gelombang internal di atmosfer, gerak pada arah horizontalnya berupa kecepatan angin. Berdasarkan kenyataan ini, para peneliti mengembangkan suatu model untuk menjelaskan persamaan gerak gelombang internal, dengan melibatkan va riabel arus dalam arah vertikal dan arah horizontal.

Untuk memprediksi pengaruh arus pada gerak gelombang soliter internal, terlebih dahulu ditinjau persamaan dasar untuk fluida ideal yang bersifat tak mampat (incompressible) dan takkental (inviscid) beserta syarat batas fluida, kemudian diturunkan persamaan lain untuk fluida yang telah diberi variabel arus. Persamaan dasar fluida dengan variabel arus merupakan masalah taklinear yang sulit diselesaikan, sehingga persamaan dasar dan syarat batasnya ini terlebih dahulu dibuat dalam uraian asimtotik. Kemudian untuk menyederhanakan, digunakan asumsi penyatuarahan. Asumsi ini berarti bahwa gelombang soliter internal yang diamati bergerak hanya searah dengan rambatan gelombang. Asumsi lain adalah bahwa gelombang yang diamati adalah fluida dangkal yaitu fluida yang memiliki panjang gelombang lebih besar dibandingkan dengan kedalamannya, sehingga dapat diterapkan persamaan Korteweg-de Vries (KdV).

(5)
(6)

Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya tulis ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor.

(7)

RIDZAN DJAFRI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Matematika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Nama : RIDZAN DJAFRI NRP : G551070401

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Jaharuddin, M.Si. Dra. Farida Hanum, M.Si. Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Matematika Terapan

Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

(9)

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2008 ini adalah gelombang internal, dengan judul Pengaruh Arus pada Gerak Gelombang Soliter Internal.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Jaharuddin, MS. dan Ibu Dra. Farida Hanum, M.Si. masing- masing selaku ketua dan anggota Komisi Pembimbing, serta ... selaku penguji luar Komisi yang telah banyak memberikan saran. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibunda Saerah Dg Sanga, Hasriani Hapid, dan Nurul Fitria serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)
(11)

H

Halaman I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………...………...…... 1

1.2 Tujuan Penelitian.……..………...………. 2

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Dasar Fluida..………...………... 3

2.2 Syarat batas.………...…………...………... 8

III METODOLOGI PENELITIAN IV PEMBAHASAN 4.1 Persamaan Gerak Gelombang...……...……….. 12

4.2 Penyelesaian Persamaan Gerak.………...………... 17

4.3 Fluida Dalam Keadaan Setimbang………...…………. 23

4.4 Contoh Kasus pada Fluida Dua Lapisan... 25

4.4.1 Kasus Pertama ?? ? ? ... 28

4.4.2 Kasus Kedua ?? ? ?... 30

4.5 Analisis Hasil... 33

V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan…………..………...………… 35

5.2 Saran………..………...……….. 36

DAFTAR PUSTAKA……….………... 37

LAMPIRAN……….………... 38

(12)

1 Laju perubahan massa pada elemen fluida... 3

2 Gaya kesetimbangan pada elemen fluida... 5

3 Batas fluida ... 9

4 Domain Fluida Dua Lapisan ... 26

(13)

Halaman

1. Penurunan persamaan 8.a dan 8.c ... 39

2. Penurunan persamaan 8.d dan 8.f... ... 41

3. Penurunan persamaan 10.a dan 10.d ... 42

4. Penurunan persamaan 12.a dan 12.b ... 45

5. Penurunan persamaan 12.d... 47

6. Penurunan persamaan 14.a dan 15... 48

7. Penurunan persamaan 16... 51

8. Penurunan persamaan 19 ... 53

9. Penurunan persamaan 21... 54

10. Penurunan persamaan 29... 61

11. Penurunan persamaan 31... 63

12. Penurunan persamaan 33.a dan 33.b ... 64

13. Penurunan persamaan 40 dan 42... 66

14. Penurunan persamaan 44.a,44.b, dan 44.c... .... 69

(14)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gelombang solit er adalah suatu gelombang taklinear yang memiliki sifat: (1)

terlokalisasi dan merambat tanpa perubahan bentuk maupun kecepatan, (2) stabil

melawan tumbukan dan mempertahankan identitasnya. Sifat pertama merupakan

kondisi gelombang soliter (solitary waves) yang dikenal dalam hidrodinamika sejak

abad ke-19. Sifat yang kedua berarti gelombang tersebut memiliki kelakuan sebagai

partikel.

Pengamatan gelombang soliter yang pertama kali terdokumentasi dengan baik

dilakukan pada 1834 oleh ilmuwan Skotlandia, John Scott-Russel. Ia mengamati

gerak sebuah perahu dari kudanya. Ketika perahu tiba-tiba berhenti, timbullah

gelombang air dengan sebuah puncak yang bergerak menjauh dari perahu. Pergerakan

gelombang air tersebut kemudian diamati dan ditelusuri olehnya hingga sekitar 2 mil.

Bentuk dan kecepatan gelombang air itu nyaris tidak berubah hingga akhirnya

menghilang dari pandangan karena masuk ke dalam terowongan air (Newell 1985).

Gelombang soliter internal biasanya muncul pada fluida dengan rapat massa

yang tidak konstan. Gelombang ini munc ul di selat dan di laut (Apel 1980) dan juga

muncul pada lapisan atmosfer (Clarke et al. 1981 ). Gelombang soliter internal dengan

amplitudo yang cukup besar disebabkan oleh bentuk taklinear yang muncul pada

persamaan dasar fluida. Persamaan yang dapat menjelaskan gerak gelombang ini

pada kedalaman yang dangkal adalah persamaan Korteweg de Vries (KdV),

sedangkan pada kedalaman yang cukup besar, gerak gelombang ini dapat dijelaskan

oleh persamaan Benjamin-Ono (BO).

Teori tentang gelombang soliter internal kebanyakan dikembangkan untuk

kasus gerak gelombang yang hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi, sedangkan gerak

(15)

gerak gelombang juga dipengaruhi oleh gerak arus pada arah horizontal yang tidak

berupa konstanta, seperti yang terjadi pada gerak gelombang internal di selat dengan

dasar tidak rata. Pengaruh topografi pada gerak gelombang soliter internal telah

dibahas dalam (Grimshaw 1983). Pada gelombang internal di atmosfer, gerak arus

pada arah horizontalnya berupa kecepatan angin. Berdasarkan kenyataan ini, para

peneliti mengembangkan suatu model untuk menjelaskan persamaan gerak

gelombang internal dengan melibatkan variabel arus dalam arah vertikal dan arah

horizontal.

1.2 Tujuan penelitian

Sebagai sebuah fenomena alam, gelombang soliter internal tentu harus dapat

dijelaskan secara fisis maupun matematis. Berdasarkan latar belakang di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah menurunkan suatu persamaan gerak gelombang

internal yang melibatkan variabel arus dalam arah horizontal dan vertikal. Kemudian

berdasarkan persamaan gerak yang diperoleh, akan diformulasikan gerak gelombang

soliter internal. Selain itu, tujuan penelitian ini juga antara lain menentukan

kebergantungan parameter gelombang soliter (amplitudo, panjang gelombang dan

kecepatan fase) terhadap variabel fisis (rapat massa, variabel arus dan kedalaman)

berdasarkan hukum konservasi massa. Kemudian simulasi numerik akan dilakukan

(16)

II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan dibahas beberapa teori yang mendukung. Teori-teori

tersebut meliputi persamaan dasar fluida yang disarikan dari (Billingham & King

2000).

2.1 Persamaan Dasar Fluida

Fluida adalah zat cair yang mengalir, artinya zat yang mengalir terhadap

sekitarnya. Persamaan dasar akan diturunkan berdasarkan hukum kekekalan massa

dan momentum. Hukum kekekalan massa berdasar pada kesetimbangan massa. Untuk

itu maka tinjau elemen fluida dengan sisi ? ? ?sisi ? ?, dan sisi ? (? adalah ketebalan

elemen fluida dengan arah tegak lurus dengan bidang gambar) yang dilalui fluida

dengan rapat massa ? ??????? seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.

?

?

Misalkan ? ?? ????? dan ? ?? ????? masing- masing adalah kecepatan fluida

pada arah ? dan ?G Pada arah horizontal laju perubahan massa pada elemen fluida

merupakan selisih antara massa yang masuk dan massa yang keluar yaitu

? ? ? ? ? ? ??? ? ? ?? ??

? ? ? ??? ?? ? ?

? ??? ?

?? ? ? ? ? ? G

Pada arah vertikal, laju perubahan massa elemen fluida tersebut adalah:

? ? ? ? ? ?? ? ?

? ? ? ??

? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? ?

? ? ?

? ?

(17)

? ? ? ? ? ? ??? ? ? ?? ? ?

? ? ???? ?? ? ?

? ?? ? ?

? ? ? ? ? ? ??

sehingga total laju perubahan massa pada elemen fluida per satuan waktu adalah

jumlah perubahan massa pada arah horizontal dan arah vertikal yaitu

??? ? ? ? ? ??

Selanjutnya diasumsikan bahwa fluida yang ditinjau takmampat

(incompressible), maka diperoleh

? ?

sehingga persamaan (1.b) memberikan

??

Dalam kesetimbangan momentum, tekanan ? dan gravitasi ? memengaruhi

(18)

antara momentum yang masuk dan momentum yang keluar, ditambah semua gaya

yang bekerja pada elemen tersebut.

Misalkan ?????? dan ?????? masing-masing adalah gaya ?ang bekerja pada arah ?

dan arah ? pada elemen fluida dengan sisi dx, dz dan ketebalan b seperti diperlihatkan

pada Gambar 2.a .

Gaya pada arah horizontal dan arah vertikal masing- masing adalah

?? ? ? ? ???

(19)

? ?

Persamaan gaya pada arah horizontal diperoleh dengan menyubstitusi persamaan

?? G? ? ke persamaan ??G? ? sehingga diperoleh

sedangkan persamaan gaya yang bekerja pada arah vertikal adalah

? ?? ?

gaya tekan (pressure force) dan gaya kekentalan (viscous force). Misalkan gaya

badan, gaya tekan, dan gaya kekentalan masing- masing dinyatakan dengan

? ?? ?? ? • ?. Misalkan ?????? ??• ?? ?????? masing masing adalah gaya badan pada arah? dan

???????? ??• ?? ?????adalah gaya tekan pada arah ? dan z, sedangkan ?????? ??• ?? ?????? adalah

gaya kekentalan pada arah ? dan ??? maka total gaya yang bekerja pada arah ? dan z

pada elemen fluida tersebut adalah

??

???? ? ??????? ?? ????? ?? ????? ?? ??G? ?

dan

??

???? ? ?????? ? ?? ???? ? ?? ????? G? ??G? ?

Gaya badan adalah gaya yang bekerja langsung pada massa fluida seperti gaya

gravitasi, gaya sentrifugal, gaya elektromagnetik dan lain- lain. Misalkan ? dan ?

masing-masing adalah komponen gaya pada sumbu ? dan z, sehingga gaya badan

pada elemen fluida tersebut adalah

??

(20)

??

????? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ??G? ?

dimana pada arah sumbu z, gaya badan dipengaruhi pula oleh gaya gravitasi dengan

? adalah percepatan gravitasi. Selanjutnya, gaya tekan pada arah ? dan z seperti pada

Gambar 2.b masing- masing adalah

????? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ?? ? ?

dengan P adalah tekanan pada fluida. Gaya kekentalan dianggap nol karena

diasumsikan fluida takkental (inviscid) sehingga diperoleh

??

dengan ? = ? ? merupakan total gaya elemen fluida pada arah horizontal, sedangkan

? ? ? ? ? ? dengan ? adalah frekuensi Buoyanc y yang merupakan suatu konstanta pada

(21)

Penurunan persamaan ?? G? ? dapat dilihat pada Lampiran 1. Konstanta ? juga biasa

digunakan pada frekuensi Brunt-Vaisala ? ??? dengan persamaan

?? ? ? ? ? ??? ? ??G? ?

untuk menggambarkan kepadatan fluida berlapis. Selanjutnya apabila persamaan

?? G? ?, ?? G? ? dan ?? G?? disubstitusikan ke persamaan ??G? ?, akan diperoleh gaya

elemen fluida pada arah vertikal yaitu

? ?? ? ?? ? ?

? ?

? ? ? ? ? ?

? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

????

? ?? ? ? ? ? ?

? ?

?? ? ?

? ?

? ?? ? ??? ? ? ?

? ?? ? ? ? ?

atau

??? ?? ? ?? ? ? ??? ? ?? ???? ? ?? ? ? ? ??G??

dengan ? ? ? ? merupakan total gaya pada arah vertikal, penurunan persamaan

?? G?? dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.2 Syarat batas

Selanjutnya akan dibahas masalah nilai batas yang harus dipenuhi gerak

partikel fluida, yaitu syarat batas kinematik yang disebabkan oleh adanya gerak

partikel fluida dan syarat batas dinamik yang disebabkan oleh tekanan partikel fluida.

Misalkan batas atas fluida adalah kurva permukaan fluida, sedangkan batas bawahnya

adalah dasar yang cukup keras sehingga tak ada partikel fluida yang menembus dasar,

(22)

Gambar 3 Batas fluida.

Misalkan kurva permukaan fluida adalah z = ? ( ). Persamaan ini dapat

ditulis dalam bentuk implisit sebagai

Misalkan pula tak ada partikel fluida yang menembus permukaan, maka syarat batas

kinematik pada permukaan fluida merupakan turunan total S terhadap waktu

sehingga diperoleh

Dengan operator sebagai simbol untuk turunan total terhadap waktu

maka turunan total S terhadap waktu t adalah

(lihat Lampiran 2).

Pada syarat batas dinamik diasumsikan bahwa tekanan permukaan sama

dengan tekanan udara yang dimisalkan sama dengan nol, sehingga

(23)

Pada batas bawah fluida dimisalkan bahwa dasar fluida mengikuti persamaan

? ? ? ? ?? ? atau

? ????? ? ? ? ? ??? ? ?G

Dengan asumsi tak ada fluida yang menembus dasar, maka batas bawah kinematik

adalah turunan total ? terhadap waktu ?G Dengan cara yang sama dengan persamaan

?? G? ? diperoleh

? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ??? ?G ??G? ?

Penurunan persamaan ?? G? ? dapat dilihat pada Lampiran 2.

Dengan demikian persamaan dasar fluida sebagai berikut:

??? ? ?? ? ? ?? ? ? ? ?? ? ?? ? ? ? ????? ? ??? ? ??? ? ?

? ?

?? ? ? ?

? ??? ? ? ?? ? ? ??? ? ?? ???

?? ? ? ? ? ??

? ? ? ?

?? G? ?

dengan syarat batas

??? ? ?? ? ? ? ? ???? ? ? ??? ????

P = 0 ? ? ? ? ? ? ??? ???,

(24)

III METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian ini dibahas tinjauan matematis mengenai gelombang internal.

Salah satu persamaan yang dapat menggambarkan perilaku gerak gelombang internal

adalah persamaan Korteweg de Vries (KdV), yang merupakan suatu persamaan bagi

gerak gelombang yang panjang gelombangnya jauh lebih besar daripada

amplitudonya (asumsi fluida dangkal). Persamaan KdV ini diturunkan dari

persamaan dasar fluida ideal, yaitu fluida yang takmampat (incompressible) dan

takkental (inviscid).

Analog dengan penurunan persamaan KdV, maka dalam penelitian ini

diasumsikan bahwa gelombang yang ditinjau memiliki panjang gelombang yang

cukup besar dibandingkan dengan kedalaman fluida. Metode yang digunakan dalam

penurunan persamaan gerak gelombang internal adalah metode asimtotik. Dalam hal

ini semua variabel takbebas yang muncul dalam persamaan dasar akan dinyatakan

dalam uraian asimtotik. Hasilnya diharapkan berupa persamaan KdV dengan

koefisien variabel yang bergantung pada variabel arus, baik dalam arah horizontal,

maupun dalam arah vertikal.

Berdasarkan persamaan KdV yang dihasilkan, diformulasikan gerak

gelombang soliter internal dengan mengasumsikan penyelesaian persamaan KdV

berupa gelombang berjalan (gelombang soliter). Hasil formulasi ini akan digunakan

untuk menentukan kebergantungan parameter gelombang soliter (amplitudo, panjang

gelombang, dan kecepatan fase) terhadap variabel arus. Hubungan ini akan

digambarkan dengan menggunakan software Mathematica, dengan meninjau kasus

fluida dua lapisan yang masing- masing memiliki rapat massa yang konstan.

(25)

IV PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dibahas penurunan persamaan gerak gelombang internal

pada fluida takmampat dan takkental yang melibatkan variabel- variabel fluida dalam

keadaan setimbang, berdasarkan alur penelitian pada(Zhou 1989). Apabila kecepatan

arus dan rapat massa dalam keadaan setimbang diketahui pada kondisi upstream yaitu

kondisi jauh di kiri dan di kanan dimana garis arus nya hampir berupa garis lurus,

maka kecepatan arus dan rapat massa pada keseluruhan domain fluida akan

ditentukan berdasarkan persamaan dasar fluida dalam keadaan setimbang. Rumusan

persamaan dasar pada fluida dalam keadaan setimbang berdasarkan pada alur

penelitian dalam (Grimshaw 1979).

4.1 Persamaan Gerak Gelombang

Tinjau persamaan dasar fluida ideal yang diperoleh pada bagian

sebelumnya:

??? ? ?? ? ? ?? ? ? ?

?? ? ?? ? ? ? ????? ? ??? ? ??? ? ? ? ?

?? ? ? ?

? ??? ? ? ?? ? ? ??? ? ?? ???

?? ? ? ? ? ???

? ? ?

?? G? ?

dengan syarat batas

??? ? ?? ? ? ? ? ???? ? ? ??? ????

P = 0 ? ? ? ? ? ? ??? ???,

? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ?G ??G? ?

Misalkan total kecepatan horizontal, kecepatan vertikal, rapat massa, tekanan

fluida dan batas permukaan masing- masing dinyatakan oleh ??? ? , ?? ? ? ? ?? ? ? ?

(26)

horizontal, rapat massa, tekanan fluida dan batas permukaan pada fluida dalam

keadaan setimbang. Selanjutnya diasumsikan bahwa gelombang yang ditinjau

memiliki amplitudo yang cukup kecil, sehingga didefinisikan

??? ??? dan ? ?? ??? (9.c)

dengan ? suatu parameter kecil dan total kecepatan partikel dalam arah vertikal

adalah ???? ? ? ? dengan ?? kecepatan vertikal dalam keadaan setimbang. Jika

dalam kondisi ini pengaruh gaya luar diabaikan, maka persamaan (9.a) dengan syarat

batas (9.b) memberikan

?? ? ??? ? ? ??? ? ????? ? ? ??? ? ? ?? ? ? ??? ?? ? ? ? ? ?

?? ? ?? ? ? ?

??? ? ? ????? ??? ? ? ??? ? ???? ? ? ? ??? ? ? ??? ? ??? ?? ???

? ???????? ?? ? ?

??? ?? ? ? ? ?

?? ? ? ?

??? ? ? ????? ???? ???? ? ??? ? ? ??? ? ??? ?? ? ? ??? ?????

? ??? ???? ???? ?

????? ? ? ? ???

? ? ? ? ? ? ? ?? ? G??

dengan syarat batas

?? ? ???? ? ???? ? ??? ?? ????? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ??? ? G? ?

?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ??

? ? ????? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? G

Penurunan persamaan (10.a-b) dapat dilihat pada Lampiran 3.

Selanjutnya didefinisikan variabel berikut :

? ? ?? ?? ? ? ???? ??• ? ? ? ? ? ?? ?

?

??

?

? ?? ? G? ?

dengan W(X’) adalah kecepatan fase gelombang linear.

Misalkan variabel–variabel takbebas pada persamaan ?? ?G?? dinyatakan oleh uraian

(27)

?

kemudian dari persamaan ??? G? ? diperoleh syarat batas

?? ?? ? ? ? ?? ? ? ? ???? ? ? ??

Penurunan persamaan (12.a) bagian pertama diberikan dalam Lampiran 4.

Selanjutnya persamaan ?? ? G? ? akan disederhanakan, untuk itu substitusikan

variabel ?? ? pada persamaan ?? ?G? G???? ke persamaan (? ?G? G?? kemudian diturunkan

terhadap ?, dan variabel ?? pada persamaan ?? ? G? G??? disubstitusi ke persamaan

?? ?G? G???, maka variabel ??? ? dapat dieliminasi sehingga diperoleh

?? ?????? ? ?? ? ? ? ???? ???? ? ? ????? ? ? ?G ?? ? G? ?

Penurunan persamaan (12.d) dapat dilihat pada Lampiran 5.

Selanjutnya dengan pemisahan peubah, misalkan :

?? ? ? ??? ? ??? ? G (13)

Jika ?? pada persamaan (13) disubstitusikan ke dalam persamaan (12.d) dan syarat

batas (12.b), maka diperoleh masalah nilai batas untuk ? berikut:

????? ??

???? ??? ?? ? ?G ?? ?G? ?

? ? • ??• ?????? ?????

(28)

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?G

Dari persamaan ??? G? ? diperoleh nilai ?? , ?? dan ?? masing- masing

?? ? ? ??? ? ?? , ?? ? ? ??? ??, ?? ? ? ???? ???? (15)

(lihat Lampiran 6) dengan fungsi ? ???? ? adalah suatu fungsi yang akan ditentukan

kemudian.

Selanjutnya dari koefisien ?? pada uraian asimtotik persamaan (10.a) dan

persamaan (10.b) diperoleh

????? ?? ? ? ? ???? ?? ? ?? ? ? ???

?? ? ? ?? ? ??? ?? ?? ??

?? ? ? ? ?? ? ? ? ?? ??

? ?? ?? ? ? ? ??? ?? ? ? ??? (16)

dengan

?? ? ? ?????????? ? ???? ? ? ? ??? ? ? ??? ??? ???? ?? ??

?? ?? ? ? ?? ? ? ? ? ????

?? ? ? ?????? ? ???? ?? ???? ?? ? ? ??? ? ????? ?

dan syarat batas berikut:

? ?? ?? ? ? ? ?? ? ??? ? ? ? ? ? ? ?? ,

? ?? ? ???? ? ?????? ?

?? ??? ??

?

?? ? ? ? ? ? ? ?

??

?? ? ? ? ? ?????? ? ? ? ? ? ? ? ? , (17)

dengan

? ? ? ? ????????? ??????? ? ???????? ? ???? ?? ?? ??? ????G

Penurunan persamaan (16) dapat dilihat pada Lampiran 7.

Selanjutnya ??? ?? ? ? • ?? dieliminasi pada persamaan (16), kemudian dimisalkan

? ?? ? ? ?? ?? ??? ?

maka diperoleh masalah nilai batas untuk ?? berikut :

????? ??? ??? ? ??? ??? ? ?? G

? ???? ??? ? ? ???? ? ?? ? ? ? ? ? ? ??

(29)

dengan

?? ? ? ?? ? ? ?? ? ??? ? ????? ?? ???? ???? ? ? ??? ? ? G

?? ? ? ?? ? ????? ? ? ?? ? ? ???? ?? ?? ? ??????? ? ? ??? ????? ?G

Penurunan persamaan (19) dapat dilihat pada Lampiran 8.

Persamaan (19) mempunyai penyelesaian, jika memenuhi syarat keterselesaian

? ??

(15), kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan (20), maka diperoleh suatu

persamaan untuk A(s,?) sebagai berikut

??? ? ? ? ?? ? ??? ?

koefisien ? diberikan oleh

? ? ?

sedangkan J merupakan matriks Jacobi dari transformasi koordinat yang diberikan

pada persamaan (11.a).

(30)

Persamaan (21) merupakan persamaan gerak gelombang dengan koefisien

yang bergantung pada variabel s. Persamaan ini sulit diselesaikan secara analitik dan

numerik. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa dasar fluida berupa permukaan yang

hampir rata (bervariasi dengan sangat lambat). Ini berarti dimisalkan koefisien ? = 0,

sehingga persamaan (21) menjadi

??? ? ? ? ?? ? ??? ?? ? ? ? ? G (24)

Persamaan (24) merupakan persamaan gerak gelombang internal yang mirip dengan

persamaan KdV pada permukaan dasar yang rata (Grimshaw 1971). Berikut ini akan

ditentukan penyelesaian persamaan (24) yang berupa gelombang soliter.

4.2 Penyelesaian Persamaan Gerak

Kar ena penyelesaian dar i per samaan gelombang d’Alem bert

???? ???? ? ? ? adalah ? ?? ? ??? dan ? ?? ? ??? dengan c kecepatan gelombang

( Str auss 1992) , m aka d ap at d iaju kan t ebakan u n t u k penyelesaian persamaan

( 2 4) yaitu

? ? ? ? ? ? ?? ?G? ?

sehingga

? ? ? ? ? ? ? • ? ? ? ? ? ? ?G

Notasi c pada penyelesaian per samaan d’Alembert diganti dengan ?, sedangkan

fungsi ? diganti dengan fungsi ? . Per samaan ?? ?G? ? disubstitusi ke per samaan

( 2 4) sehingga diper oleh

? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ?

? ? ? ?

?? ? ??

?? ? ? ? G ?? ?G? ?

Dengan mengintegr alkan per samaan ?? ?G? ? ter hadap ? diper oleh

? ?? ? ? ??? ?

? ? ??? ? ??

? ? ? ? ?? ?? ?G??

d en gan ?? mer upakan tetapan integr asi. Apabila diasumsikan bahwa

(31)

tu r unannya mendekati n o l untuk ? ? ? , maka ?? ? ? . Selanjutnya

Integr alkan kedua r uas ter hadap ? , diper oleh

? ??? ? ?

Kar ena diasum sikan penyelesaian per sam aan ( 2 5.d ) ber upa gelombang soliter ,

maka ?? ? ? sehingga dapat dituliskan dalam bentuk

Dengan pemisahan var iabel, per samaan ?? ? G?? dapat ditulis

? ? ? ? ?

Pemilihan 0 sebagai batas integr asi, tidak mengur angi sifat umum per masalahan

kar ena titik awal ini dapat ditr ansfor m asikan secar a linear . Integr al r uas kanan

dapat diselesaikan dengan melakukan tr ansfor masi ber ikut.

? ? ? ?

??

? ?????

?? ?? ? G? ?

(32)

?? ? ? ? ?

?? ? ??• ? ? ? ?

?????? ?

?? ? ?

? ? ? ? ? ? ???• ?

?? G

Jadi per samaan ?? ? G? ? member ikan

? ? ? ? ? ?

??

? ?G

Jika dilakukan tr ansfor masi balik dar i per samaan ?? ? G? ?, maka diper oleh

? ? ? ?

? ?

????? ? ? ? ? ? ??

atau

? ? ? ? ? ?????

? ???

? ?

atau

? ? ? ????? ? ? ?? ?G? ?

den gan

? ? ? ?

? ?? ? ? ?

?

? ???

atau

? ? ? ?? ?????G ???G??

Dengan demikian penyelesaian persamaan ?? ? ? dapat ditulis sebagai

? ? ? ????? ? ? ?? ?G??

(33)

? ? ? ? ? ?

Penurunan persamaan ?? ? G?? dapat dilihat pada Lampiran 10.

Berdasarkan persamaan (25.i) diperoleh tiga parameter gelombang internal

yaitu ?, ? dan ?. Jika salah satu parameter diketahui, maka dua parameter lainnya

dapat ditentukan. Parameter ? bergantung pada nilai ? yang merupakan koefisien

dari persamaan KdV dan nilainya bergantung pada rapat massa dan kedalaman fluida.

selain itu bergantung pada nilai parameter ?G

Persamaan (24) memenuhi hukum konservasi massa yang dinyatakan sebagai

berikut (Grimshaw 1971)

sehingga dengan menyub stitusi persamaan (25) ke persamaan ?? ? G?? diperoleh

? ???

Persamaan ?? ?G? ? digunakan untuk memperoleh amplitudo yang bergantung

pada variabel s. Untuk itu, misalkan

? ? ???

Jika kedua ruas pada persamaan (27) diintegralkan, maka diperoleh

(34)

Selanjutnya substitusikan persamaan ?? ?G? ? dan ?? ?G?? ke persamaan ?? ? G? ?,

Penurunan persamaan (29) dapat dilihat pada Lampiran 10.

Berdasarkan persamaan (29) dapat diperoleh hubungan antara amplitudo

gelombang dan kondisi fisis (seperti rapat massa, kecepatan arus dan ketebalan

fluida). Besaran µ dan ? adalah koefisien per samaan ( 2 4) yang nilainya

ber gan tun g p ad a kon d isi fisis fluid a. Ap abila kecep atan ar us d an r ap at m assa

fluida diketahui d i upstream, m aka ked u a b esar an t er seb u t d ap at d it en t u kan

ber dasar kan r um usan per sam aan dasar pada fluida dalam keadaan setim bang.

Rum usan per sam aan dasar fluida dalam keadaan setim ban g diber ikan ber ikut

ini.

4.3 Fluida dalam Keadaan Setimbang

Untuk penyederhanaan, misalkan dalam keadaan setimbang fluida ideal yang

ditinjau bersifat tunak. Fluida tunak adalah fluida yang dalam perambatannya tidak

bergantung pada waktu (time independent flow). Ilustrasi dari asumsi gelombang

tunak ini adalah dimisalkan suatu gelombang difoto, gelombang tersebut bergerak

seakan-akan bingkai foto yang bergerak, sehingga kecepatan gelombang sama dengan

(35)

kecepatan ?G Dalam hal ini ? disebut juga kecepatan fase atau cepat rambat

gelombang (Grimshaw et al. 2006), maka koordinat foto ? setelah ? detik adalah

? ? ? ? ? ?,

sehingga

?? ? ?? ? ? • ?? ? ? ? ??G

Akibatnya persamaan (9.a) bagian pertama

?? ? ??? ? ? ?? ? ??

dapat ditulis

? ??? ? ? ?? ? ? ?? ? ? ?

atau

? ?? ? ? ?? ? ? ? ?? ?G? ?

dengan ? ? ? ? ?.

Untuk memudahkan penulisan, notasi ? dan X pada persamaan ?? ?G? ? masing

masing ditulis dengan notasi ? ??• ?? sehingga diperoleh

? ?? ? ? ?? ? ?G ?? ?G? ?

Dengan cara yang sama, persamaan dasar fluida seperti pada persamaan ?? ? menjadi

? ?? ? ? ?? ? ? ? ??? ?? ? ?? ? ?? ?? ? ? ??? ? ?? ??

? ? ? ?

? ?? ?? ? ? ??? ? ?? ???? ? ?? ? ? ???

? ? ?

?? ? G? ?

dengan syarat batas

? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ??? ??

? ? ? ? ? ? ? ? ? ??? ??

? ? ? ?? ? ? ???? ? ? ? ? ????

? ?? ? G? ?

(lihat Lampiran 11).

Selanjutnya dalam keadaan setimbang, dimisalkan bahwa fluida yang ditinjau

memiliki rapat massa ???? ???? tekanan ???????, kecepatan partikel dalam arah

horizontal dan vertikal masing- masing adalah ??????? dan ??? ??? ???, sedangkan

(36)

?????????, dengan? ? ? adalah suatu parameter kecil yang digunakan sebagai

pendekatan pada gelombang linear (Grimshaw et al. 2006).

Misalkan pula

dengan syarat batas

? ? ? ??????? ? ? ? ? ? ? ? ???? ???

?? ? ? ? ? ? ? ? ? ???????

?? ? ?????? ? ???? ? ? ? ? ?????

? ?? ? G? ?

(lihat Lampiran 12).

Dalam kondisi setimbang, ?? dan ?? dapat dianggap sebagai gaya badan dari

elemen fluida atau sebagai gaya gesekan atau juga dapat dianggap sebagai gaya luar.

Dalam kondisi setimbang, persamaan dasar fluida dalam keadaan tunak diberikan

oleh persamaan ?? ? G? ?. Jika persamaan ?? ?G? G???? diturunkan terhadap ? dan

(37)

? Selanjutnya, misalkan fungsi ? merupakan fungsi arus yang memenuhi

?? ? ?? dan ?? ? ? ???

atau dapat ditulis sebagai

(38)

Jika gaya luar ?? ? ? • ?? diabaikan, maka penyelesaian persamaan (35) adalah

? ? ? ?? ?, yang merupakan penyelesaian dari persamaan Long untuk kondisi tunak

pada fluida dua dimensi (Long 1953). Syarat batas (33.b.i) dan (33.b.iii) menjadi

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ???????

? ? ? ? ? ???? ? ? ? ? ????? (36)

dengan ? ??? adalah fluks massa pada aliran setimbang, sehingga syarat batas

dinamik yang ditinjau adalah

???? ? ?? ? ?? ? ? ? ???

?

???

? ? ?

??

?? ?

??

? ? ??? ? ? ??? ? ? ??

??? ????

? ? ? ? ? ? ???? ???

??? ?

Dengan demikian fungsi ? dapat diperoleh berdasarkan persamaan dasar fluida yang

diberikan oleh persamaan (35) dengan syarat batas (36). Hasil dari fungsi ? ?

diperoleh kecepatan arus dalam keadaan setimbang, yaitu ??G Untuk penyederhanaan,

dapat digunakan pendekatan Boussinesq, yaitu ? ? ?. Hal ini dapat dilakukan karena

? memenuhi nilai ? antara ? ?? ? dan ? ?? ? (Holloway et al. 2002). Berikut ini akan

dikaji gerak gelombang soliter dengan meninjau suatu kasus tertentu, dimana ?? dan

?? diketahui.

4.4 Contoh Kasus pada Fluida Dua Lapisan

Tinjau suatu fluida dua lapisan yaitu suatu fluida yang terdiri atas dua lapisan

yang masing- masing lapisan mempunyai rapat massa yang konstan. Gelombang

internal muncul pada batas kedua lapisan tersebut. Gelombang ini biasa disebut

gelombang interfacial. Aliran air dan minyak dalam pipa, serta aliran lumpur di suatu

perairan adalah contoh dari gelombang interfacial.

Misalkan rapat massa fluida dua lapisan yang akan dibahas diberikan dalam

bentuk

????? ? ??? ? ??• ? ? ? ? ? ? ? ?? ??? ??• ? ? ?? ? ? ? ? G

(39)

seperti diperlihatkan pada Gambar 4.

Berdasarkan domain fluida pada persamaan (38.b), persamaan (14.a) dengan syarat

batas (14.b) dapat ditulis

Penyelesaian MNB adalah

dengan

(40)

yang diperoleh dari syarat ? ?? ? ? ? ?G

Penurunan persamaan (40.a) dapat dilihat pada Lampiran 14.

Nilai ?? dapat ditentukan sebagai berikut. Jika persamaan ?? G?? disubstitusi ke

maka persamaan ?? ? G? ? dapat dinyatakan sebagai

? ? ?

Persamaan (41) memberikan persamaan untuk ???? yaitu

?? ? ?

? ? ?? ? ? ? ? ? ?? ?? ? ? ??? ? ? ? ??? ? ? ?? ? ? ?? ? ? ?

(41)

Selanjutnya gunakan pendekatan Boussinesq yaitu ?? ? ?? atau ? yang cukup

kecil, maka deret Taylor dari ??? terhadap ? yang diberikan pada persamaan (42.a),

adalah

?? ? ? ?

? ? ?? ? ? ? ??? ? ? ? ? ? ? ? ??

?? ? ? ? ????G ?? ?G? ?

Penurunan persamaan (42.b) dapat dilihat pada Lampiran 14.

Kemudian akan ditentukan ? dan ? yang merupakan koefisien persamaan

(26). Nilai ???? dan ?? diperoleh dari persamaan (24) dan bergantung pada kecepatan

arus ??. Dalam tulisan ini akan ditinjau dua kasus, yaitu kasus dengan ?? ? ? (tidak

ada arus) dan ?? ? ? (kecepatan arus dinyatakan dalam fungsi linear).

4.4.1 Kasus Tidak Ada Arus ??? ? ? ?

Dalam kasus ini dimisalkan tidak ada arus sehingga dari persamaan (12.c)

dan (42.b) diperoleh

?? ? ? ? ? ?

? ? ?? ? ? ? ??? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

?? ? G ??? ?

Dari persamaan (22) diperoleh

?? ? ? ? ??? ? ?

?? ? ? ? ?? ?

? ?

?? ? ? ? ?? ??? ?? ?G??

?? ? ? ? ?

??

? ? ? ? ? ?

? ???? ? ? ? ? ?? ? ? ? ????

?? ? ? ?? ?? ? ?? ?G? ?

? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ?

? ?

?? ? ? ?? ??? G ?? ?G??

Besaran r menyatakan perbandingan rapat massa antara kedua fluida atau

? ? ??

?? G ??? ?

(42)

Dari persamaan (44.a-c) diperoleh koefisien ? dan ? sebagai berikut

Berikut ini akan ditentukan gerak gelombang interfacial berdasarkan pada

persamaan (29), tetapi dengan asumsi ? = 0, yaitu gaya gesekan diabaikan sehingga

persamaan (29) dapat dinyatakan sebagai

?? ? ? ?

? ??? ? G ?? ?G??

Jika ? ???? ??• ? masing-masing pada persamaan (46.a), (46.b), (44.a) dan (43)

disubstitusikan ke dalam persamaan (46.c), maka diperoleh

(43)

4.4.2 Kecepatan Arus Berupa Fungsi Linear (?? ? ?)

Misalkan ??? ?, maka persamaan (12.c) menjadi ?? ? ? ? ? sehingga ???? dan

?? pada persamaan (22) adalah sebagai berikut

? ? ?? ? ? ? ? ? ? ?? ? ?

? ? ? ? ? ?

? ? ? ?? ? ??

? ? ??

? ?? ? ? ?

?? ? ? ?? ?? ? ? ? ? ? ? ?? ?? ? ? ???

? ? ? ?? ? ?

? ? ??? ? ? ?? ??? ?? ?G??

?? ?

?? ? ? ?? ? ? ? ? ? ?? ? ?? ? ?? ? ? ?? ?

?? ? ? ?? ?

?? ? ? ? ?? ? ? ?? ? ? ?? ?? ?

?

?

? ??? ? ? ?? ? ? ? ? ?

?

??? ? ? ?? ? ? ? ??? ? ? ?? ? ? ??? ? ? ? ??? ?

? ? ?? ?? ? ? ???

?

?? ? ?? ? ? ?? ?? ? ? ?? ? ? ? ?? ? ? ? ? ?? ?? ? ? ?? ???? ?

? ? ?? ?? ? ? ???

? ?? ? ? ? ? ? ?

? ???? ? ? ?? ? ? ??? ? ? ? ??????

? ? ?? ?? ? ? ??? G ?? ?G? ?

?? ? ?

? ??? ? ? ? ? ? ?? ?

? ? ?? ? ? ?? ? ?? ? ?? ?? ?

? ?

? ?? ?? ? ? ?? ?? ? ? ? ? ? ?? ?

?? ? ?? ???

? ?? ? ?? ? ? ? ?

?

? ? ? ?? ? ? ? ? ?? ? ? ? ?? ?

(44)

? ?? ? ?

? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ?

? ? ?? ?? ? ? ?? ? ?? ?? ?G??

Penurunan persamaan (48.a-c) dapat dilihat pada Lampiran 16.

Koefisien? dan ? pada persamaan (29) adalah sebagai berikut.

? ? ?

?? ??

??? ? ??? ? ? ?? ? ? ???? ? ?? ? ? ? ? ? ?? ? ? ?? ? ? ?? ? ?

? ? ? ???? ? ?? ? ?? ? ? ? ?? ? ? ?? ? ?? ? ? ? ?? ? ? ?? ? ???

? ?

??

? ?? ??? ? ?? ?? ?? ??? ? ?? ? ?? ?? ? ?? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ????

? ? ? ??? ? ? ?? ?? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ?? ? ? ?? ??

? ? ? ?? ? ?? ? ? ?? ? ?? ? ?? ?? ? ? ?? ? ??

? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ?? ? ?? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ?? ? ? ?? ??

? ? ??? ??? ? ? ?? ? ? ? ? ? ???? ? ? ?? ??? ? ???? ? ? ? ???

? ? ?? ? ?? ? ? ??? ? ??? ? ? ? ? ???

? ? ? ?? ? ?? ? ? ??? ? ??? ?? ? ? ? ???? ?? ? G? ?

? ? ? ?? ? ? ?

?? ?? ? ? ?? ? ? ? ?? ? ? ??? ?? ? ? ? ?

??? ? ? ? ? ??

? ??? ? ? ??? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ?? ? ?

?? ?? ? ??

?? ? ?? ? ? ??? ? ? ???

? ? ?? ??? ? ? ???? ? ?? ?? ? ?? ? ? ??? ? ? ???? ? ? ? ??? ? ? ?? ? ? ? ? ??

? ? ??? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ???? ? ? ? ? ?? ? ?? ? ? ??? ? ?? ? ? ? ? ????

? ? ? ?? ? ?? ? ? ??? ? ? ? ??? ? ? ? ? ? ? ? ??? ? ? ??? ? ? ? ? ??? ? ? ? ? ?? ???

? ?? ? ? ???? ? ? ??? ? ??? ? ? ??? ? ? ? ? ? ? ? ??? ? ? ? ? ?? ? ? ??? ? ? ? ??

(45)

dengan

? ? ? ?? ? ?? ??? ? ? ? ? ?? ??? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ???? ? ? ? ? ?? ?? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

?? ? ? ??? ? ? ?? ? ? ??? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ?? ? ? ?? ??

? ? ? ? ? ? ??? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ?? ?

Dengan menyubstitusi persamaan (48.a), (49.a) dan (49.b) ke persamaan

(29) diperoleh hubungan amplitudo gelombang interfacial dengan kondisi fisis fluida,

yaitu

?? ?

? ?? ? ? ??? ? ? ? ? ?? ? ? ? ??? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ??? ? ? ? ? ??

? ? ??? ? ?? ? ? ??? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ??

? ?? ? ??? ?? ? ? ??? ? ??

? ?? ? ?? ? ? ? ???? ? ?? ?

??? ? ? ? ? ? ? ????

? ?? ? ??? ? ? ??? ? ?? ? ?? ? ?? ???? ? ? ? ? ?? ? ?? ?? ? ? ???

? ?? ? ?? ?? ???? ? ? ? ? ? ? ? ??? ? ?? ? ? ? ? ??? ? ? ?? ? ? ? ? ??

? ?? ? ? ? ??? ? ? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ???? ? ? ??? ? ? ? ? ??? ? ? ? ? ? ????

? ? ???? ? ??? ? ? ? ? ? ? ????? ????

dengan

(46)

4.5 Analisis Hasil

Kebergantungan amplitudo terhadap kondisi fisis fluida diberikan pada

persamaan (47) untuk kasus tak ada kecepatan arus dan pada persamaan

(50) untuk kecepatan arus berupa fungsi linear . Kedua kasus tersebut dapat

dijelaskan dalam Gambar 5.

Gambar 5 Grafik hubungan amplitudo dan perbandingan kedalaman fluida dua

lapisan untuk kasus (a) dan (b)

Pada kasus (tidak ada arus), gelombang interfacial dengan

amplitudo sangat kecil terjadi bilamana kedua lapisan fluida mempunyai ketebalan

yang hampir sama, sedangkan pada kasus (ada arus), amplitudo gelombang

sangat kecil bilamana lapisan bawah lebih tebal dari lapisan atasnya. Pada kedua

kasus, amplitudo gelombang cukup besar bilamana salah satu lapisan fluida sangat

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

?40

?20

0 20 40

h1 h

a

3

a

(47)

tipis atau mendekati fluida satu lapisan. Pada kasus ?? ? ? gelombang interfacial

berupa elevasi bilamana lapisan atas lebih tebal dari lapisan bawahnya. Sebaliknya

berupa depresi bila lapisan bawah lebih tebal dari lapisan atasnya. Pada kasus ?? ? ?

gelombang interfacial berupa elevasi bilamana perbandingan lapisan atas dengan

lapisan bawah lebih besar dari dua pertiga, sebaliknya gelombang interfacial berupa

depresi.

(48)

5.1 Simpulan

Gelombang internal dapat terjadi pada lapisan fluida dengan rapat massa yang

berbeda-beda. Persamaan dasar bagi gerak gelombang internal diturunkan

berdasarkan asumsi fluida ideal dengan menggunakan Hukum Kekekalan Massa dan

Hukum Kekekalan Momentum. Berdasarkan persamaan dasar fluida ideal yang

diperoleh, diturunkan persamaan gerak gelombang dengan melibatkan variabel arus.

Penurunan persamaan gerak gelombang internal dilakukan dengan menggunakan

metode asimtotik, dimana semua variabel tak bebas pada persamaan dasar fluida

ideal dinyatakan dalam uraian asimtotik terhadap suatu parameter kecil. Parameter

kecil tersebut menyatakan perbandingan antara ampitudo gelombang yang ditinjau

dengan kedalaman fluida (asumsi gelombang panjang dan amplitudo kecil).

Penyelesaian persamaan KdV standar dalam bentuk gelombang soliter menghasilkan

tiga parameter gelombang, yaitu amplitudo gelombang, panjang gelombang, dan

kecepatan fase gelombang. Jika salah satu parameter diketahui, maka dua parameter

lainnya dapat ditentukan. Ketiga besaran ini juga bergantung pada variabel arus

dalam arah horizontal.

Formulasi gelombang soliter internal persamaan KdV standar dengan

koefisien bergantung pada variabel arus diaplikasi pada fluida dua lapisan. Fluida dua

lapisan adalah fluida yang terdiri dari dua lapisan dengan rapat massa yang

masing-masing konstan. Dalam studi kasus ditinjau variabel arus berupa fungsi linear

terhadap kedalaman, sedangkan rapat massa dalam keadaan setimbang digunakan

rapat massa fluida dua lapisan. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan kasus tidak

ada arus. Dengan bantuan Software Mathematica diperoleh bahwa amplitudo

gelombang cukup besar bila salah satu lapisan cukup kecil (mendekati fluida satu

lapisam). Pada fluida tanpa variabel arus, gelombang soliter internal mempunyai

(49)

sangat kecil bilamana lapisan bawah lebih kecil dari lapisan fluida di atasnya. Pada

fluida yang melibatkan arus, gelombang soliter berupa elevasi bilamana perbandingan

lapisan atas dengan ketebalan fluida lebih besar dari sepertiga, sedangkan bila tanpa

arus gelombang soliter berupa elevasi bilamana perbandingan lapisan atas dengan

ketebalan fluidanya lebih besar dari setengah.

5.2 Saran

Pada penelitian ini hanya dibahas untuk kasus arus yang bergerak sejajar

dengan arah perambatan gelombang, sedangkan pada kenyataannya tidak selamanya

searah dengan perambatan gelombang. Fenomena alam ini tentu saja sangat mungkin

terjadi pada gelombang soliter internal, sehingga penelitian ini terbuka untuk

(50)

Apel JR. 1980. Satellite sensing of ocean surface dynamics. Ann. Rev. Earth Planet. Sci, 8: 308-342.

Billingham J, King AC. 2000, Wave Motion. Cambridge University Press.

Clarke S, Grimshaw R, Miller P, Pelinovsky E, Talipova T. 1981. On the Generation of soliton and breather in the modified Korteweg de-Vries equation. Chaos 10: 383-392.

Grimshaw R. 1971. The solitary wave in water of variable depth. Fluid Mech. 46: 611-622.

Grimshaw R. 1983. Evolution equations for nonlinear internal waves in stratified shear flows. Stud. Appl. Math. 65: 159-188.

Grimshaw R. 1979. Slowly varying solitary wave I. Korteweg-de Vries equation,

Proc. Roy. Soc. Ser. A. 368: 359-375.

Grimshaw R, Pelinovsky E, Talipova T. 2006 Modeling Internal Solitary Waves in the Coastal Ocean UK : Loughborough University.

Holloway P, Pelinovsky E, Talipova T. 2002. Internal tide transformation and oceanic internal solitary waves. USA: Dordrecht Kluwer.

Long RR. 1953. Some aspects of the flow of stratified fluids J. Tellus 5 : 42 – 58.

Newell A. 1985. Soliton in Mathematics and Physics. Pennsylvania: University of Arizona.

Strauss WA. 1992. Partial Differential Equations. USA: Malloy Lithographing Inc.

Zhou X. 1985. Effect of current on the fission of a solitary waves. Sci. Sinica. 28: 1278 – 1290.

(51)
(52)

? ? ? ? ? ?? ?

Persamaan ??G? ? disubstitusi ke persamaan ?? G?? diperoleh

? ? ? ? ? ? ?? ?

sehingga persamaan ??G?? dapat ditulis

(53)

? ?? ? ? ? ? ?

? ?

? ? ? ? ? ?

? ?? ? ? ? ? ? ? ?????G? ??G? ?

Karena

??

???? ? ?????? ? ?? ???? ? ?? ?????? ??G? ?

dengan

??

????? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ????? ? ??

? ?

? ?? ? ? ? ? ? ? ? • ??????? ?? ????? ? ? ??

maka diperoleh

????? ? ?? ? ? ??? ? ?? ???

?? ?? ? ? ? ??G??

(54)

Dari persamaan permukaan fluida

? ????? ? ?????? ? ? ? ? ?

diperoleh turunan total ? terhadap waktu ?

? ?

? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ????

atau

?

? ??? ? ?? ? ? ?

atau

?

? ??? ? ?? ? ? ?

? ?????? ? ?? ? ? ?

? ????? ? ? ?? ? ??

sehingga diperoleh

??? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ??? ???G ?? G? ?

Selanjutnya dari persamaan pada batas bawah fluida

? ?? ??? ? ? ? ? ?? ? ? ? ?

diperoleh turunan total ? terhadap waktu ? adalah

? ?

? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ??? ??

atau

?

? ??? ? ? ???? ? ?

atau

?

? ??? ? ? ?? ?? ? ? ?

? ??? ? ? ?? ?? ? ? ?

? ??? ? ? ???? ? ? ?

(55)

Dari persamaan (9.a)

??? ??? ? ? ?? ? ?? ???

?? ? ?? ? ?? ????

? ???? ??? ? ? ??? ? ?? ??

? ? ? ? ?????

? ???? ? ? ? ? ? ??? ? ?? ???

?? ? ? ? ? ????

dengan syarat batas (9.b)

??? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ??? ???? ???

? ? ? ? ? ? ? ? ? ??? ???? ?? ??

? ? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ???G ?????

Apabila kecepatan horizontal, kecepatan vertikal, rapat massa, dan tekanan

fluida masing- masing dinyatakan oleh ?? ? ? , ???? ? ? , ?? ? ? dan ?? ? ? ?

maka dari persamaan (9.a.i) dapat dinyatakan sebagai

??? ??? ? ????? ? ? ?? ? ? ???

? ? ? ???? ? ??? ? ? atau

?? ? ???? ???? ? ? ???? ???? ? ? ???? ? ? ??? ? ? ? ???? ? ? ??? ? ? G (9.a.i.i)

Dari persamaan (9.c) diperoleh ? ?? ? ??? ? ? sehingga persamaan (9.a.i.i) dapat

ditulis

?? ? ???? ???? ? ? ? ? ?

? ? ? ??? ? ???? ? ? ?

??

?? ? ??? ? ? ? ? ??

? ? ? ??? ? ?

atau

?? ? ???? ???? ? ??? ? ???? ? ??? ? ? ???? ? ? ??? ? ? ? ???? ? ? ??? ? ?

atau

?? ? ???????? ?? ?????? ? ???? ? ??? ?

? ???

? ? ? ??? ? ? ?? ? ? ? ?? ?

? ? ?? ?G (9.a.i.ii)

Apabila setelah t detik, kordinat gelombang ? dinyatakan dalam ? ? ? ? ? ?,

maka

(56)

? ??? ? ? ?? ? ? ?? ? ?

atau

???? ? ?? ? ? ?? ? ? G (9.a.i.iii)

Misalkan ? ? ? ? ?? sehingga persamaan (9.a.i.iii) dapat ditulis

? ?? ? ? ?? ? ?.

Untuk penyederhanaan ? ? ??? ??? ? sehingga

? ?? ? ? ?? ? ? G (9.a.i.iv)

Selanjutnya dimisalkan fluida yang ditinjau memiliki rapat massa ???????? , tekanan

???? ????, gaya badan arah horizontal adalah ?????????? dan gaya badan arah

horizontal adalah ?????? ????, sedangkan kecepatan partikel dalam arah horizontal

dan vertikal masing- masing adalah ???????? dan ???

??? ????, sehingga persamaan (9.a.i.iv) menjadi

?? ?? ? ? ??? ??? ? ? ? ?? G?G?G??

atau

?? ?? ? ??? ?

?? ? ?

??

??? ? ? ?

atau

???? ?? ? ?? ?????? ? ? ?

atau

???? ??? ???? ? ? ? G ??G? G?G???

Dengan menyubstitusi persamaan ?? G? G?G??? ke persamaan (9.a.i.ii) diperoleh

?? ? ???? ? ??? ? ? ???

? ? ? ??? ? ? ?? ? ? ??? ?? ? ? ? ?G

Dengan cara sama diperoleh

???G ? ???? ? ?? ? ? ??? ? ?? ??? ? ?

? ???? ??????? ???? ??? ? ?????? ??? ? ?????? ? ????? ????

(57)

? ???????? ?? ? ???? ?? ? ?? ??? ? ? G

?? G ? ??? ? ? ?? ? ? ??? ? ?? ????? ? ? ? ?

? ??

?? ? ??? ?? ???? ? ?? ? ? ??

? ? ? ??

?? ??? ?? ?? ???? ? ???

? ???????? ??? ?

?? ? ?? ? ? ? ???

? ? ?? ? ?? (G = 0).

? G ??? ? ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ??? ????

? ?? ? ???? ? ? ??? ? ??

? ? ? ? ??

(58)

Dari persamaan ??? G? ?

? ? ?? ?? ? ? ???? ??•

? ? ?? ?? ? ?? ? ?

? ????• ???

? ? ? ?? ?? ?? ? ? ? ? ?? ?? ??? ? ? ? ? ? ?? ? ?G

Dengan aturan rantai diperoleh

?? ? ?? ? ?

sehingga persamaan (10.a.iii) menjadi

??? ? ? ??? ????? ???? ? ??? ? ??? ? ???? ? ? ? ??? ? ? ?? ??

??? ?? ??? ?? ? ??

?????? ??? ? ? ???? ?? ? ?? ?

?? ? ??? ? ? ?? ? G? G???G??

Apabila uraian asimtotik pada persamaan (11.b) disubstitusikan ke persamaan

(59)

??? ? ??? ? ? ??? ? ???? ? ??? ? ??????? ? ? ??? ? ??????? ? ? ???????? ?

? ?? ? ??????? ? ? ?? ? ??????? ? ? ??? ? ????????? ?? ? ??????? ?

? ????? ???? ? ????? ??? ?? ?????? ?? ??? ? ??????? ?

? ??? ? ??

????? ? ? ? ??

????? ? ? ? ??

????? ?? ? ??

????? ?

? ??? ? ??????? ? ? ???????? ? ? ??? ? ? ??????? ?

? ?????? ??? ? ??? ??? ???? ? ??? ??? ??? ?

? ??? ? ??????? ?? ??? ???? ?? ??? ? ? ??????? ? ? ??? ? ? ??????? ?

? ??? ? ? ??????? ? ? ??? ??? ??? ? ? ??? ??? ??? ? ? ?????? ????

? ??? ???? ?? ?? ? ? ? ?? ? ? ? G

Dari koefisien ?? diperoleh

??? ? ???? ? ??? ? ??????? ? ? ????????? ? ? G ?? ? G?G???G???

Misalkan ?? ? ? ? ??,

dalam kondisi tunak ? = 0 sehingga persamaan ??? G? G???G??? menjadi

??? ? ??

? ? ? ??? ? ????? ??? ? ????????? ? ?

??? ? ???? ? ? ????? ??? ? ? ??????? ? ?

(60)

???? ?? ??? ? ? ??????? ?? ? ?? ? ? ?? (12.a.i)

?? ?? ?? ? ?? (12.a.ii)

??? ? ? ? ? ? ? ?? (12.a.iii)

? ?? ??? ? ? ?????

? ? ?? (12.a.iv) Substitusikan variabel ?? ? pada persamaan ?? ? G?G???? ke persamaan (? ? G?G??

sehingga diperoleh

?????? ?? ?? ?? ? ? ??????? ???? ?? ? ? ? ?

selanjutnya diturunkan terhadap ? sehingga diperoleh

?????? ? ?? ? ? ? ??????? ????? ?? ? ? ? ? G (12.a.v)

?? ? ? ? • ?? pada persamaan (12.a.ii) masing- masing diturunkan terhadap ? kemudian

disubstitusi ke persamaan (12.a.v) sehingga diperoleh

?? ?? ? ?? ? ?????

? ? ? G ?? ? G???

Selanjutnya dengan menyubstitusi persamaan (12.vi) ke persamaan (12.v) diperoleh

?? ?????? ? ??? ? ? ??????? ????? ? ??? ??

(61)

???? ?? ?? ? ? ? ??????? ?? ? ??? ? ?? (12.a.i)

?? ?? ?? ? ?? (12.a.ii)

??? ? ? ??? ? ?? (12.a.iii)

? ?? ?? ? ? ? ??? ??? ? ?? (12.a.iv)

Misalkan

? ? ? ? ??? ? ??? ? G (13)

Jika persamaan (13) disubstitusi ke pesamaan (12.a.iii), maka diperoleh

?? ? ? ? ???? ? ??? ? ? ? ? ? atau

?? ? ? ????? ? ??

kedua ruas diintegralkan terhadap ? sehingga diperoleh

?? ? ? ??? ? ??G (15.a)

Jika persamaan (15.a) disubstitusi ke pesamaan (12.a.iv), maka diperoleh

? ?? ?? ? ? ? ?????? ??? ? ??? ? ?

atau

?? ? ? ??? ?? ?? kedua ruas diintegralkan terhadap ? sehingga diperoleh

?? ? ? ??? ?? G (15.b)

Dengan menyubstitusi persamaan (15.b) ke persamaan (12.a.ii) diperoleh

?? ? ? ? ??? ?? ? ?

karena ?????????? ? ??? ?? ? ? maka ??? ? ?????????? , sehingga diperoleh

?? ? ? ??????? . (15.c)

Selanjutnya persamaan (13) disubstitusi ke persamaan (12.a.iv) sehingga diperoleh

?? ?????? ? ?? ??? ? ??? ? ??? ? ????? ??? ? ??? ? ????? ? ??? ??? ??? ? ??? ? ? ? ?

(62)

? ? ? ? ? ? ? ?

atau

????? ?? ??? ? ?? ? ????? ? ??? ? ??? ??. (12.a.v)

Karena

??? ? ?? ? ???? ? ????

atau

?? ??? ? ?? ? ?? ???? ? ???? ??

atau

? ???? ? ? ?? ?? ??? ? ?

? ? ????? ? ??

maka persamaan (12.a.v) dapat dinyatakan sebagai

?? ?????? ??? ? ??? ??

atau

?????????? ? ????? ? ?. (14.a)

Dengan menyubstitusi persamaan (15.c ) ke persamaan (12.b.ii) diperoleh

? ? ??????? ? ???? ? ?

atau

? ? ?? ??

? ? ?? ? ??yang apabila diturunkan terhadap ? maka diperoleh

? ???? ??

? ? ?? ?. (12.b.iv) Pada batas atas fluida di ? ? ??, substitusikan persamaan (13) ke persamaan (12.b.i)

sehingga diperoleh

?? ?? ? ? ? ?? ? ? ??? ?

atau

(63)

? ???? ??? ? ???

atau

? ????? ? ?

atau

? ????

(64)

Koefisien ?? dari uraian asimptotik pada persamaan (11.b) seperti pada halaman 46

adalah

?? ? ? ? ? ? ?? ? ???????? ? ?? ? ??????? ? ? ??? ? ????? ????

?? ? ??????? ?? ????? ????? ????? ??? ?? ?????? ?? ? ? ??? ?????? ??

??? ??? ??? ? ? ??? ? ??????? ?? ?? ? ? ? ? ? ?

• ? ? ? ? ???? ?????? ? ? • ??• ?? ? ? sehingga diperoleh

? ? ? ??????? ? ?????? ? ? ? ???? ??? ? ?????? ? ? ??? ???? ? ?????? ? ?

???? ?? ? ? ? ??? ??? ? ? ???? ??? ? ? ? ??????? ? ? ? ? ?

????

? ? ? ??? ???? ?? ???? ?? = ? ??? ? ??? ? ? ?? ?? ? ? ???? ? ? ???? ?? ? ? ?

? ? ??? ????? ? ? ??? ? ? ???? ??

atau

?? ? ??? ? ??? ? ? ???? ?? ? ?? (16.i)

dengan

?? ? ? ??? ? ??? ?? ?? ?? ? ? ???? ? ? ?????? ? ? ? ?

? ??? ?????? ? ??? ? ? ? ??? ??G

Bagian

? ??? ???? ?? ? ???? ? ? ??? ?? ? ??

???? ?? ???? ?? ? ?? ????? ?? ???? ?? ?? ? G???

dalam kondisi tunak persamaan (9.a.iii) adalah

???????? ?? ???? ?? ? ?? ?? ? ? ??

(65)

??

atau

? ??? ???? ?? ? ???? ? ? ??? ?? ? ??

???? ?? ? ??? ? ? ? ??

? ? ? ?

? ? ? ??

atau

? ??? ???? ?? ? ???? ? ? ??? ?? ? ??

???? ?? ? ??? ? ? ? ? ? ? ??

sehingga diperoleh

?? ? ? ??? ? ??? ?? ?? ?? ? ? ???? ? ? ?????? ? ? ? ? ??

???? ?? ? ??? ?? ? ? ?

? ??.

(66)

? ?? ?? ? ? ? ?? ? ??? ? ? ? ? ? ? ??? (17.a)

? ?? ? ???? ? ? ???? ? ?

?? ??? ??

?

?? ? ? ? ? ? ? ?

?, (17.b)

?? ? ? ? ? ?????? ? ? ? ? ? ? ? ? G (17.c)

Pada persamaan (17.a) ? ? • ?????• ??• ?? ?? variabel ?? dieliminasi sehingga

diperoleh

???? ? ? ???? ? ? ? ??

???G (17.d) Kedua ruas pada persamaan (17.b) diturunkan terhadap ?

? ?? ? ? ???? ? ? ? ??????? ? ? ??? ?? ? ???

??

? , nilai ???? ? disubstitusikan ke

persamaan (17.d) sehungga diperoleh

? ?? ? ? ???? ? ? ? ????? ? ? ??????? ? ? ???????? ?G (17.e)

Selanjutnya kedua ruas pada persamaan (17.a) dikalikan ? diperoleh

? ? ???? ?? ? ? ? ??? ???? ? ? ? ?? ? ? ? ??, kemudian disubstitusi ke persamaan

(17.e) sehingga diperoleh

? ?? ? ????? ?? ? ? ? ??? ???? ? ? ? ? ????? ? ???? ? ???????? ? ? ??? ????? ?

? ???? ?? ? ? ???? ? ?? (19.b)

dengan

?? ? ? ??? ??

??? ? ? ?? ? ? ???? ?? ?? ? ??????? ? ? ???????? ?G Selanjutnya dari persamaan (17.c)

?? ? ? ? ? ?????

atau

? ? ?? ? ????

atau

(67)

Pada bagian ini akan diformulasikan persamaan gerak gelombang internal. Untuk itu

substitusi variabel

?? ? ?? ?? ??? ? ? ? ? ?? ??? ? ??? ? ?? ?

? ? ?? ????? ?, ? ? ?? ???????? dari persamaan persamaan (13) dan (15), ke persamaan (16.i) sehingga diperoleh

?? ? ? ??????????? ???

Selanjutnya Jika variabel ?? pada persamaan (19) disubstitusi ke persamaan (20),

maka

Untuk memudahkan, maka ruas kanan persamaan (20.a) akan dievaluasi secara

(68)

? ? ?? ?

dengan ?? seperti pada persamaan (16) yaitu

(69)

? ? ? ?

Untuk memudahkan, maka koefisien ? dihilangkan sehingga

(70)

? ? ?

selanjutnya subtitusikan persamaan (14.b.i) ke persamaan (20.d) sehingga

persamaan (20.d) dapat ditulis sebagai

?

dengan menyubstitusi persamaan (14.a) ke persamaan (20.e) diperoleh

?

sehingga persamaan (20.f) menjadi

(71)
(72)
(73)

? ? ? ????? ?? ?? ??

? ?

? ? ?

atau

? ? ? ?? ? ?????? ?????

??

? ?

? ? ?

• ???? ? ? ?? ? ?? ? ?? ? ?? ? ???? ?

?? ? ??????????? ? ? ? ? ???? ???

sehingga

? ? ??? ?? ???? ??? ? ? ???????

??

? ?

?? ? ???? ?

atau

? ? ???? ? ?? ? ? ???? ???

??

? ?

(74)

Dari persamaan (26.b)

kedua ruas diintegralkan sehingga diperoleh

?? ? ? ? ? ? ?

Jika persamaan (25.j) disubstitusi ke persamaan (27.b), maka diperoleh

(75)

??

Jika persamaan (25. i) disubstitusi ke persamaan (28.d), maka diperoleh

Gambar

Gambar 1  Laju perubahan massa pada elemen fluida.
Gambar 2 Gaya kesetimbangan pada suatu elemen fluida
Gambar 4  Domain fluida dua lapisan.
Gambar 5   Grafik hubungan amplitudo dan perbandingan kedalaman fluida dua
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu adlah sebuah galeri yang mencoba menhidupkan kembali budaya dan menyesuaikandengan kebutuhan masa sekarang dan masa depan

Pada pengeringan kemoreaksi dengan menggunakan kapur api, efisiensi pengeringan dapat dilihat dari perbandingan antara besarnya energi yang dibutuhkan untuk penguapan

Bagian System Administrator sangat diperlukan pada perusahaan web hosting. Fungsi system administrator adalah mengelola dan menjaga situs yang dibuat agar tetap online, dan

ILOS for Computer Science dah cukup memadai untuk mengisi kegiatan mata kuliah / praktikum, karena dari segi fungsi dan tampilan cukup mirip dan tidak

Dalam penjumlahan tersebut, kalian akan mendapatkan sebuah vektor baru yang setiap komponen-komponennya diperoleh dengan mengalikan k dengan setiap komponen- komponen vektor

Dengan menyadari betapa besar dosa kita, kita dapat menyadari dan mengenal bahwa hanya Tuhan yang paling baik, yang mampu membawa kita pada pengenalan

Se vznikem jiné struktury vyučovacích předmětů na školách (vzdělávací oblasti podle rámcových vzdělávacích programů) lze předpoklá- dat reorganizaci těchto

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien, Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Klien, Fee Audit dan Opini