• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Objektivitas Berita Konflik Ambon pada Surat Kabar Kompas dan Republika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Objektivitas Berita Konflik Ambon pada Surat Kabar Kompas dan Republika"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN OBJEKTIFITAS BERITA KONFLIK AMBON

PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN REPUBLIKA

SUMARTONO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

KAJIAN OBJEK TIFITAS BERITA KONFLIK AMBON PADA SURAT

KABAR KOMPAS DAN REPUBLIKA

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah

dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan, diperoleh dari

hasil pencarian data pada pusat dokumentasi Kompas dan Republika, telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa akurasinya.

Jakarta, 25 Januari 2006

SUMARTONO P. 045010101

(3)

SUMARTONO. Kajian Objektifitas Berita Konflik Ambon Pada Surat Kabar

Kompas dan Republika. Di bawah bimbingan DEDI FARDIAZ, HADIYANTO,

dan GARDJITO

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis isi dengan tujuan untuk:(1) mengukur akurasi informasi yang mencakup kelengkapan data, pencantuman waktu dan kejelasan antara fakta dan opini, (2) mengukur kesesuaian judul dengan isi berita, (3) mengukur keseimbangan sumber berita, dan (4) mengukur sikap media pada pihak yang bertikai.

Penelitian ini dilakukan terhadap berita-berita mengenai konflik Ambon yang terbit pada hari dan tanggal yang sama pada dua surat kabar, Kompas dan Republika, dalam kurun waktu Januari 1999 sampai perjanjian Malino 15 Mei 2002 yang terbagi dalam lima fase.

Hasil penelitian pada kategori akurasi berita untuk unsur kelengkapan data menunjukkan bahwa berita di surat kabar Kompas pada fase satu sampai empat seluruhnya telah dilengkapi dengan data pendukung. Kelengkapan data di surat kabar Kompas pada fase lima sebesar 88.89%. Surat kabar Republika pada fase satu, fase tiga, fase empat, dan fase lima persentase seluruhnya dilengkapi dengan data pendukung. Kelengkapan data di surat kabar Republika pada fase dua sebesar 71.40%.

Pada unsur pencantuman waktu terjadinya peristiwa, seluruh berita di surat kabar Kompas telah terpenuhi. Surat kabar Republika pada fase satu, fase tiga, dan fase empat seluruhnya telah mencantumkan waktu terjadinya peristiwa. Pencatuman waktu pada fase dua sebesar 71.40%, dan fase lima sebesar 87.50%.

(4)

memisahkan fakta dan opini. Pemisahan fakta dan opini ada pada fase dua sebesar 28.58%, fase tiga 50% fase empat 20% dan fase lima 50%.

Untuk kategori kesesuaian judul dengan isi berita (relevansi), surat kabar Kompas pada fase satu persentase relevansi adalah 60%. Fase dua sampai empat berita konflik Ambon di surat kabar Kompas seluruhnya relevan. Releva nsi judul dan isi berita di surat kabar Republika pada fase satu, fase empat dan fase lima seluruhnya relevan. Tingkat relevansi pada fase dua adalah 85.70% dan fase tiga sebesar 83.30%.

Pada kategori keseimbangan sumber berita, surat kabar Kompas pada fase dua, fase tiga dan fase empat, seluruh sumber beritanya seimbang. Sedangkan persentase keseimbangan sumber berita pada fase satu sebesar 60% dan pada fase tiga sebesar 66.67%. Persentase keseimbangan sumber berita di surat kabar Republika ada pada fase satu 40%, fase dua 18.20%, fase tiga 50%, fase empat 60% dan fase lima 87.50%.

Untuk kategori netralitas, seluruh berita di surat kabar Kompas pada fase satu sampai empat pemberitaannya bersifat netral. Pada fase lima netralitas berita di surat kabar Kompas 88.89%. Netralitas berita di surat kabar Republika pada fase satu 40%, fase dua 85.70%, fase tiga 66.60% fase empat 100%, dan fase lima 75%.

(5)

KAJIAN OBJEKTIFITAS BERITA KONFLIK AMBON

PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN REPUBLIKA

SUMARTONO

Tesis

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Tesis : KAJIAN OBJEKTIFITAS BERITA KONFLIK AMBON

PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN REPUBLIKA

Nama Mahasiswa : Sumartono

Nomor Pokok : P 045010101

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc. Ketua

Ir. Gardjito, MSc. Ir. Hadiyanto, MS

Anggota Anggota

Mengetahui

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Komunikasi Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan

Dr. Ir. Sumardjo, MS. Prof. Dr. Ir Syafrida Manuwoto, MSc.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak bungsu dari enam bersaudara, pasangan Bapak

Moentono dan Ibu Umi Rahayu, lahir di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1968.

Tahun 1981 penulis menyelesaikan pendidikan SDN Pela Mampang 05,

Jakarta, lalu melanjutkan ke SMPN 141 Jakarta, dan lulus tahun 1984. Kemudian

penulis melanjutkan ke SMA Purnama, Jakarta dan lulus tahun 1987. Pada tahun

1989, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(IISIP) Jakarta, Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat,

dan lulus S1 tahun 1904. Mulai tahun 2001 penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Program Pascasarjana pada Institut Pertanian Bogor, Program Studi Komunikasi

Pembangunan

Penulis bekerja sebagai staf pengajar/dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik (STISIP), sekarang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Budi Luhur (FISIP UBL) tahun 1997. Sejak tahun 2000 penulis

dipercaya sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UBL. Pada tahun

2003 penulis pindah kerja ke Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonusa Esa

Unggul (FIKOM UIEU) sebagai dosen dan Ketua Jurusan Ilmu Hubungan

(8)

PRAKATA

Puji dan sukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan kasih, kurnia, dan anugerah-Nya yang senantiasa menyertai penulis

sehingga dapat menyelesaikan karya tesis ini.

Dengan menyadari kelemahan dan kekurangan diri sebagai manusia yang

tidak pernah luput dari segala kekeliruan dan kekhilafan, melalui karya ini penulis

berusaha memberi gambaran bagaimana obyektivitas pemberitaan surat kabar

Kompas dan Republika dalam memberitakan konlik Ambon dan Maluku Utara

yang terjadi sejak awal tahun 1999 sampai perjanjian Malino, April 2002.

Harapan penulis semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi siapa saja yang

mempunyai kepentingan bagi kemajuan teknik penulisan berita jurnalistik.

Disamping itu penulis menyadari pula bahwa karya ini dapat selesai tidak

lepas dari bimbingan para dosen. Sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc. (Ketua

Komisi Pembimbing), Ir. Hadiyanto, MS (Anggota Komisi Pembimbing) dan Ir.

Gardjito, MSc. (Anggota Komisi Pembimbing).

Terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada Drs. Jamiludin

Ritonga, MS., Drs Halomoan Harahap, MSi., dan Drs. Abdul Rahman, MSi yang

bersedia menjadi juri untuk uji kehandalan kategori penulis. Juga tak lupa penulis

sampaikan kepada Dekan FIKOM UIEU, Drs. Dani V. Noor, MSi., yang telah

memberikan dispensasi dan keringanan tugas-tugas kerja agar penulis dapat

(9)

Jurusan, dan dosen-dosen di lingkungan FIKOM UIEU yang selalu memberi

semangat untuk menyelesaikan tesis dan menjadi rekan diskusi juga penulis

ucapkan terima kasih

Secara khusus, terima kasih tak terhingga untuk ibunda dan istri atas

segala kesabaran, kesetiaan dalam memberikan dorongan kepada penulis untuk

menyelesaikan studi ini. Sebagai rasa terima kasih yang tak terhingga untuk

merekalah saya persebahkan karya ini. Tak lupa penulis juga ucapkan terima

kasih kepada seluruh kakak atas dorongan moril dan mereka pada penulis. Pada

Sdri Lia, di Sekretariat KMP penulis juga berterima kasih atas informasi dan

bantuan dalam menyelesaikan urusan administrasi.

Tidak ada yang sempurna di muka bumi yang bisa dibuat oleh seorang

manusia begitu juga dengan karya ini. Untuk itu dengan berlapang dada penulis

menerima saran dan kritik konstruktif yang dapat digunakan untuk

menyempurnakann karya ini sangat penulis hargai.

Jakarta, 25 Januari 2006.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Proses Pengolahan Berita ... 10

Berita Konflik... 11

Populasi dan Sampel... 17

Pengumpulan Data dan Instrumen... 19

Uji Reliabilitas... 22

Analisa Data... 23

Definisi Opersional... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

(11)

KAJIAN OBJEKTIFITAS BERITA KONFLIK AMBON

PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN REPUBLIKA

SUMARTONO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

KAJIAN OBJEK TIFITAS BERITA KONFLIK AMBON PADA SURAT

KABAR KOMPAS DAN REPUBLIKA

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah

dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan, diperoleh dari

hasil pencarian data pada pusat dokumentasi Kompas dan Republika, telah

dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa akurasinya.

Jakarta, 25 Januari 2006

SUMARTONO P. 045010101

(13)

SUMARTONO. Kajian Objektifitas Berita Konflik Ambon Pada Surat Kabar

Kompas dan Republika. Di bawah bimbingan DEDI FARDIAZ, HADIYANTO,

dan GARDJITO

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis isi dengan tujuan untuk:(1) mengukur akurasi informasi yang mencakup kelengkapan data, pencantuman waktu dan kejelasan antara fakta dan opini, (2) mengukur kesesuaian judul dengan isi berita, (3) mengukur keseimbangan sumber berita, dan (4) mengukur sikap media pada pihak yang bertikai.

Penelitian ini dilakukan terhadap berita-berita mengenai konflik Ambon yang terbit pada hari dan tanggal yang sama pada dua surat kabar, Kompas dan Republika, dalam kurun waktu Januari 1999 sampai perjanjian Malino 15 Mei 2002 yang terbagi dalam lima fase.

Hasil penelitian pada kategori akurasi berita untuk unsur kelengkapan data menunjukkan bahwa berita di surat kabar Kompas pada fase satu sampai empat seluruhnya telah dilengkapi dengan data pendukung. Kelengkapan data di surat kabar Kompas pada fase lima sebesar 88.89%. Surat kabar Republika pada fase satu, fase tiga, fase empat, dan fase lima persentase seluruhnya dilengkapi dengan data pendukung. Kelengkapan data di surat kabar Republika pada fase dua sebesar 71.40%.

Pada unsur pencantuman waktu terjadinya peristiwa, seluruh berita di surat kabar Kompas telah terpenuhi. Surat kabar Republika pada fase satu, fase tiga, dan fase empat seluruhnya telah mencantumkan waktu terjadinya peristiwa. Pencatuman waktu pada fase dua sebesar 71.40%, dan fase lima sebesar 87.50%.

(14)

memisahkan fakta dan opini. Pemisahan fakta dan opini ada pada fase dua sebesar 28.58%, fase tiga 50% fase empat 20% dan fase lima 50%.

Untuk kategori kesesuaian judul dengan isi berita (relevansi), surat kabar Kompas pada fase satu persentase relevansi adalah 60%. Fase dua sampai empat berita konflik Ambon di surat kabar Kompas seluruhnya relevan. Releva nsi judul dan isi berita di surat kabar Republika pada fase satu, fase empat dan fase lima seluruhnya relevan. Tingkat relevansi pada fase dua adalah 85.70% dan fase tiga sebesar 83.30%.

Pada kategori keseimbangan sumber berita, surat kabar Kompas pada fase dua, fase tiga dan fase empat, seluruh sumber beritanya seimbang. Sedangkan persentase keseimbangan sumber berita pada fase satu sebesar 60% dan pada fase tiga sebesar 66.67%. Persentase keseimbangan sumber berita di surat kabar Republika ada pada fase satu 40%, fase dua 18.20%, fase tiga 50%, fase empat 60% dan fase lima 87.50%.

Untuk kategori netralitas, seluruh berita di surat kabar Kompas pada fase satu sampai empat pemberitaannya bersifat netral. Pada fase lima netralitas berita di surat kabar Kompas 88.89%. Netralitas berita di surat kabar Republika pada fase satu 40%, fase dua 85.70%, fase tiga 66.60% fase empat 100%, dan fase lima 75%.

(15)

KAJIAN OBJEKTIFITAS BERITA KONFLIK AMBON

PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN REPUBLIKA

SUMARTONO

Tesis

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Judul Tesis : KAJIAN OBJEKTIFITAS BERITA KONFLIK AMBON

PADA SURAT KABAR KOMPAS DAN REPUBLIKA

Nama Mahasiswa : Sumartono

Nomor Pokok : P 045010101

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc. Ketua

Ir. Gardjito, MSc. Ir. Hadiyanto, MS

Anggota Anggota

Mengetahui

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Komunikasi Pembangunan Pertanian Dan Pedesaan

Dr. Ir. Sumardjo, MS. Prof. Dr. Ir Syafrida Manuwoto, MSc.

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak bungsu dari enam bersaudara, pasangan Bapak

Moentono dan Ibu Umi Rahayu, lahir di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1968.

Tahun 1981 penulis menyelesaikan pendidikan SDN Pela Mampang 05,

Jakarta, lalu melanjutkan ke SMPN 141 Jakarta, dan lulus tahun 1984. Kemudian

penulis melanjutkan ke SMA Purnama, Jakarta dan lulus tahun 1987. Pada tahun

1989, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(IISIP) Jakarta, Fakultas Ilmu Komunikasi, Jurusan Ilmu Hubungan Masyarakat,

dan lulus S1 tahun 1904. Mulai tahun 2001 penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Program Pascasarjana pada Institut Pertanian Bogor, Program Studi Komunikasi

Pembangunan

Penulis bekerja sebagai staf pengajar/dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik (STISIP), sekarang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Budi Luhur (FISIP UBL) tahun 1997. Sejak tahun 2000 penulis

dipercaya sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UBL. Pada tahun

2003 penulis pindah kerja ke Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonusa Esa

Unggul (FIKOM UIEU) sebagai dosen dan Ketua Jurusan Ilmu Hubungan

(18)

PRAKATA

Puji dan sukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan kasih, kurnia, dan anugerah-Nya yang senantiasa menyertai penulis

sehingga dapat menyelesaikan karya tesis ini.

Dengan menyadari kelemahan dan kekurangan diri sebagai manusia yang

tidak pernah luput dari segala kekeliruan dan kekhilafan, melalui karya ini penulis

berusaha memberi gambaran bagaimana obyektivitas pemberitaan surat kabar

Kompas dan Republika dalam memberitakan konlik Ambon dan Maluku Utara

yang terjadi sejak awal tahun 1999 sampai perjanjian Malino, April 2002.

Harapan penulis semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi siapa saja yang

mempunyai kepentingan bagi kemajuan teknik penulisan berita jurnalistik.

Disamping itu penulis menyadari pula bahwa karya ini dapat selesai tidak

lepas dari bimbingan para dosen. Sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc. (Ketua

Komisi Pembimbing), Ir. Hadiyanto, MS (Anggota Komisi Pembimbing) dan Ir.

Gardjito, MSc. (Anggota Komisi Pembimbing).

Terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada Drs. Jamiludin

Ritonga, MS., Drs Halomoan Harahap, MSi., dan Drs. Abdul Rahman, MSi yang

bersedia menjadi juri untuk uji kehandalan kategori penulis. Juga tak lupa penulis

sampaikan kepada Dekan FIKOM UIEU, Drs. Dani V. Noor, MSi., yang telah

memberikan dispensasi dan keringanan tugas-tugas kerja agar penulis dapat

(19)

Jurusan, dan dosen-dosen di lingkungan FIKOM UIEU yang selalu memberi

semangat untuk menyelesaikan tesis dan menjadi rekan diskusi juga penulis

ucapkan terima kasih

Secara khusus, terima kasih tak terhingga untuk ibunda dan istri atas

segala kesabaran, kesetiaan dalam memberikan dorongan kepada penulis untuk

menyelesaikan studi ini. Sebagai rasa terima kasih yang tak terhingga untuk

merekalah saya persebahkan karya ini. Tak lupa penulis juga ucapkan terima

kasih kepada seluruh kakak atas dorongan moril dan mereka pada penulis. Pada

Sdri Lia, di Sekretariat KMP penulis juga berterima kasih atas informasi dan

bantuan dalam menyelesaikan urusan administrasi.

Tidak ada yang sempurna di muka bumi yang bisa dibuat oleh seorang

manusia begitu juga dengan karya ini. Untuk itu dengan berlapang dada penulis

menerima saran dan kritik konstruktif yang dapat digunakan untuk

menyempurnakann karya ini sangat penulis hargai.

Jakarta, 25 Januari 2006.

(20)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Proses Pengolahan Berita ... 10

Berita Konflik... 11

Populasi dan Sampel... 17

Pengumpulan Data dan Instrumen... 19

Uji Reliabilitas... 22

Analisa Data... 23

Definisi Opersional... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

(21)

Akurasi Berita Konflik Ambon di Surat Kabar Kompas dan Republika ...

27

Relevansi Judul dan Isi Berita Pada Pemberitaan Konflik Ambon di Surat Kabar Kompas dan Republika

...

39

Keseimbangan Berita Konflik Ambon di Surat Kabar Kompas dan Republika...

42

Netralitas Berita Konflik Ambon di Surat Kabar Kompas dan Republika ...

44

Kendala dan Upaya Menjaga Objektifitas... 47

Kajian pada Topik-topik Konflik Ambon 52 SIMPULAN DAN SARAN... 53

Simpulan... 55

Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA... 58

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah Edisi Terpilih Mengenai Konflik Ambon di Surat Kabar

Kompas dan Republika Periode Januari 1999 sampai April 2002 18

2. Persentase Kategori Akurasi Berita Konflik Ambon di Surat Kabar

Kompas dan Republika... 28

3. Persentase Kategori Relavansi Berita Konflik Ambon di Surat

Kabar Kompas dan Republika... 39

4. Persentase Kategori Keseimbangan Berita Konflik Ambon di Surat

Kabar Kompas dan Republika ... 41

5. Persentase Kategori Netralitas Berita Konflik Ambon di Surat

(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Proses Pengolahan Berita Model Getekeeper Westley... 10

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Topik Terkait dengan Konflik Ambon Di Surat Kabar Kompas dan

Republika 60

2. Hasil Uji Reliabilitas Pada Tiga Orang Juri 61

3. Berita-berita Konf lik Ambon di Surat Kabar Kompas dan

Republika

(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara multi etnis yang memiliki aneka ragam suku, budaya, bahasa, dan agama. Pada permukaan orang-orang Indonesia tampak bersatu di bawah semboyan Bhineka Tunggal Ika, namun tidak demikian halnya pada kenyataan. Keanekaragaman dan perbedaan itu merupakan potensi terpendam pemicu konflik.

Pakar studi konflik dari Universitas Oxford, Steward, (Kompas 16/12/03) menyebutkan empat kategori negara yang berpotensi konflik. Keempat kategori adalah negara dengan tingkat pendapatan dan pembangunan manusianya rendah, negara yang pernah terlibat konflik serius dalam 30 tahun sebelumnya, negara dengan tingkat keanekaragaman suku, budaya yang tinggi, dan negara yang rezim politiknya berada dalam transisi rezim represif menuju rezim demokratis. Indonesia bisa masuk dalam keempat kategori tersebut sekaligus.

Pada era Orde Baru, tuntutan kemajemukan rakyat Indonesia dicoba disatukan dengan memanfaatkan media massa. Untuk menyatukan kemajemukan rakyat Indonesia ini media massa berperan sebagai salah satu pilar terbentuknya negara demokratis dan masyarakat madani. Media massa menjadi wadah perbedaan pendapat yang sehat; tidak bertendensi memojokkan kelompok yang

berseberangan dengan dirinya (Sudibyo, et al. 2001).

Dalam kungkungan rezim Orde Baru, media massa dipaksa untuk berhati-hati dalam pemberitaan atas kasus-kasus yang bernuansa Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA). Wacana tentang etnis, ras dan agama selama ini menjadi hal yang selalu ditutup-tutupi dan tabu di kalangan masyarakat. Namun seiring dengan runtuhnya rezim Orde Baru, berubah pula tatanan institusi media.

(26)

semakin dramatis diberitakan melalui liputan pers. Konflik Ambon dan Maluku Utara yang bernuansa agama memperlihatkan dengan jelas sikap dan posisi yang diambil oleh media massa tertentu dalam pemberitaannya.

Dibandingkan dengan topik -topik lain, para wartawan menganggap krisis, konflik, dan perang sebagai hal yang memenuhi banyak kriteria jurnalistik untuk membuat peristiwa menjadi berita. Karena menarik perhatian tentu saja peristiwa konflik tidak akan luput dari perhatian dan pemberitaan media massa. Di antara berbagai macam media massa yang menyiarkan berita mengenai konflik bernuansa agama adalah surat kabar Kompas dan surat kabar Republika. Kompas dikenal sebagai surat kabar yang membawa aspirasi dan suara umat Katolik, sedangkan surat kabar Republika banyak dikenal masyarakat sebagai medianya

umat Islam (Eriyanto, 2003).

Pemberitaan media mengenai konflik dapat membawa pengaruh pada dua hal. Pertama pemberitaan media justru memperluas eskalasi konflik. Kedua, pemberitaan media mengena i konflik dianggap sebagai wacana yang dapat

membantu meredakan dan menyelesaikan konflik (Siebert, et al. 1986)

Mencermati kedua kemungkinan tersebut tampaknya kemungkinan pertama lebih terbuka terjadi melalui pemberitaan suatu konflik oleh media massa (Ritonga dan Iskandar, 2002). Apalagi kondisi masyarakat Indonesia yang masih sangat heterogen mulai dari suku, agama, dan bahasanya. Fenomena ini dapat dicermati pada konflik Ambon, yang semula hanya terjadi di Pulau Ambon. Perkembangan berikutnya konflik meluas hingga ke Kepulauan Maluku. Perluasan konflik yang awalnya merupakan masalah lokal kemudian meluas menjadi isu nasional.

(27)

Sebagian masyarakat menilai berbagai kerusuhan yang terjadi di Ambon acapkali dilihat sebagai akibat pemberitaan media. Misalnya, Pusat Penanggulangan Krisis Persatuan Gereja Indonesia (PGI) pernah memprotes pemberitaan media. Menurut PGI (Eriyanto, 2003) pemberitaan media memutarbalikkan fakta dan penuh dengan kebohongan. Berita media menyebutkan ada warga Rinjani yang beragama Islam tertembak di dalam masjid oleh warga Ahuru yang beragama Kristen. Padahal, menurut PGI yang terjadi adalah korban sudah meninggal oleh tembakan aparat keamanan lalu dibawa oleh warga ke dalam masjid. Akibat kesalahan pemberitaan ini, terutama oleh media yang terbit di Jakarta menimbulkan kemarahan warga Ambon dan menyulut konflik menjadi besar.

Menurut McQuail (1989) media secara normatif harus bersikap netral. Berita di media massa adalah cermin realitas sosial yang merupakan refleksi dari kehidupan sosial. Namun, penyajian realitas oleh para komunikator media massa melalui berita dengan berbagai alasan teknis, ekonomis ataupun ideologis sudah diatur sedemikian rupa sehingga tidak mencerminkan realitas sesungguhnya. Dalam hal ini tugas wartawan menurut Muis (1999) adalah berupaya menemukan akurasi, di atas segala -galanya, dan menyajikan kepada pembaca-pembacanya.

Kewajiban lainnya adalah mengutamakan kejujuran atau keterbukaan (fairness),

berupaya menjauhi sikap berpihak atau berat sebelah dengan cara memberi tempat kepada pihak-pihak yang saling menentang untuk mengetengahkan pendapat mereka melalui surat kabar. Selain itu pers juga harus objektif dan akurat dalam membuat pemberitaan

Rumusan Masalah

Gejala yang menujukkan bahwa pemberitaan media massa tentang konflik Ambon menyimpan kecenderungan berpihak, membela kelompok tertentu, memunculkan pertanyaan, bagaimana objektifitas pemberitaan konflik Ambon yang dilakukan oleh surat kabar Kompas dan Republika dilihat dari faktor fakta,

dan data serta keseimbangan pemberit aan. Secara spesifik objektifitas

(28)

1. Bagaimana akurasi informasi dan data, apakah ada percampuran antara fakta dengan opini ?

2. Bagaimana kesesuaian judul berita dengan isi berita ?

3. Bagaimana keseimbangan jumlah sumber berita ?

4. Bagaimana keberpihakan media massa terhadap pihak-pihak yang berselisih

paham?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengukur objektifitas berita konflik Ambon pada surat kabar Kompas dan surat kabar Republika dilihat dari faktor fakta, dan data serta keseimbangan pemberitaan. Secara spesifik penelitian bertujuan untuk

1. Mengukur akurasi informasi, kelengkapan data , pencantuman waktu dan

kejelasan antara fakta dan opini

2. Mengukur kesesuaian judul berita dangan isi berita

3. Mengukur keseimbangan sumber berita

4. Mengukur keberpihakan media massa pada pihak-pihak yang berselisih paham

TINJAUAN PUSTAKA

(29)

Istilah Press berasal dari bahasa bahasa Belanda, yang dalam bahasa

inggris berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah

berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed

publication). Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, radio siaran, dan televisi siaran, sedangkan pers dalam pengertian sempit hanya terbatas pada media cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita (Susanto, 1995)

Surat kabar merupakan salah satu bentuk komunikasi massa. Fungsi

komunikasi massa menurut Dominic (Effendy, 2002) antara lain adalah:

(1) Pengawasan (surveillance), meliputi; (a) pengawasan peringatan (warning or

beware surveillance) yaitu, pengawasan terjadi jika media menyampaikan informasi mengenai ancaman taufan, letusan gunung api, kondisi ekonomi yang mengalami depresi, meningkatnya inflasi atau serangan militer, dan (b)

pengawasan instrumental (instrumental surveillance) yaitu penyebaran

informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari, seperti produk-produk baru, harga barang kebutuhan di pasar dan lain-lain.

(2) Interpretasi (interpretation) media massa tidak hanya menyajikan fakta dan

data, tetapi juga informasi berupa interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Fungsi interpretasi ini tidak selalu berbentuk tulisan, ada kalanya juga berbentuk kartun atau gambar lucu yang bersifat sindiran.

(3) Hubungan (linkage) media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang

terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perorangan. Fungsi hubungan yang dimiliki media itu sangat

berpengaruh terhadap masyarakat sehingga dijuluki “public making ability of

the mass media” atau kemampuan membuat sesuatu menjadi umum dari media massa.

(4) Sosialisasi (socialization). Transmisi nilai-nilai yang mengacu kepada

(30)

membaca, mendengarkan, dan menonton maka seseorang mempelajari cara-cara khalayak berperilaku dari nilai-nilai yang penting.

(5) Hiburan (entertaiment) Sarana hiburan jelas tampak pada televisi, film dan

rekaman suara. Media massa lainnya seperti surat kabar dan majalah, meskipun fungsi utamanya adalah informasi dalam bentuk pemberitaan, rubrik-rubrik hiburan selalu ada, misalnya cerita pendek, cerita panjang, atau cerita bergambar.

Pers senantiasa dituntut untuk menyampaikan berita secara obyektif. Informasi dapat dikatakan obyektif jika akurat, jujur, lengkap, sesuai dengan kenyataan, bisa diandalkan dan memisahkan fakta dengan opini.

Berita

Berita menurut Djuroto (2000) berasal dari bahasa sansekerta, vrit yang

dalam bahasa Inggris disebut write, arti sebenarnya adalah ada ata u terjadi.

Sebagian ada yang menyebutnya dengan vritta, artinya kejadian atau telah terjadi.

Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian berita adalah: 1) cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat; kabar; 2) laporan 3) pemberitahuan; pengumuman.

Menurut Pareno (2003), indikator -indikator yang terdapat dalam suatu berita yang harus diperhatikan antara lain adalah:

(1) Laporan: pernyataan atau gambaran tentang berbagai hal yang telah dikatakan,

dilihat, dikerjakan. Betapapun hebat dan pentingnya suatu peristiwa, tanpa diketahui, dilihat, dan dilaporkan wartawan kepada publik maka peristiwa tersebut bukan berita

(2) Informasi: fakta-fakta yang dikemukakan atau pengeta huan yang diperoleh

atau diberikan. Syarat dari informasi adalah harus ada fakta yang diperoleh wartawan, kemudian fakta tersebut disampaikan kepada khalayak.

(3) Baru: informasi atau berita yang disampaikan masih hangat dan segar, aktual

atau terkini. Deadlin e adalah batas waktu dalam mendapatkan fakta yang

(31)

(4) Benar: berita yang berupa fakta itu harus benar dalam arti mengandung dua dimensi yaitu, dimensi keberadaannya dan dimensi penyajiannya. Suatu peristiwa dikatakan benar bila peristiwa yang menjadi sumber berita memang benar-benar ada atau terjadi.

(5) Tidak memihak: menghindari “Trial by the Press” dan melakukan both side

covering yang dilaksanakan tidak sekedar mewawancarai kemudian memaparkan pernyataan berbagai pihak, melainkan juga menjaga rasa keadilan masing-masing pihak.

(6) Fakta: periatiwa yang terjadi yang telah diketahui dan dipercaya secara pasti

oleh wartawan baik langsung maupun tidak langsung. Suatu fakta akan tetap menjadi fakta apabila tidak ada intervensi kepentingan pribadi wartawan atau kepentingan perusahaan pers yang bersangkutan.

(7) Arti penting: menyangkut kepentingan umum, yaitu kepentingan yang dimiliki

oleh khalayak yang heterogen. Arti penting suatu berita selalu ditentukan oleh tiga hal, yaitu manusia, waktu, dan tempat.

(8) Menarik perhatian umum: publik akan tertarik untuk membaca, mendengarkan

atau menonton suatu berita apabila ketujuh indikator telah ada dalam suatu berita.

Berita bukan apa yang disepakati seluruh wartawan melainkan apa yang disiarkan para pemegang fungsi utama pers, yaitu “penjaga gawang” seperti reporter yang berpengaruh, editor berita, dan editor kawat. Berita menurut Nimmo (1989), adalah apa yang dikatakan, dilakukan, dan dijual wartawan dalam kerangka pembatasan institusional, ekonomi, teknologis, sosial dan psikologis.

(32)

Jenis Berita

Mengenai jenis berita, Romli (2000) membaginya ke dalam lima jenis,

yaitu : (1) Straight News, berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan

lugas (2) Depth News, berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman

terhadap hal-hal yang berada di bawah suatu permukaan (3) Investigation News,

berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai

sumber (4) Interpretative News, berita yang dikembangkan dengan pendapat atau

penilaian penulisnya/ reporter (5) Opinion News, berita mengenai pendapat

seseorang, biasanya cendekiawan, tokoh, ahli, atau pejabat mengenai suatu hal, peristiwa, dan sebagainya.

Straight News atau berita langsung adalah uraian fakta yang nilai beritanya kuat (penting), menarik dan harus disajikan secepatnya dengan minimal

mengandung what, who, where, when, why dan how (5W + 1H) serta dimulai dari

uraian terpenting ke kurang penting. Berita langsung dibuat dengan memindahkan hasil wawancara, fakta kejadian di lapangan ke dalam sebuah tulisan berita, tanpa ditambah atau dikurangi datanya oleh wartawan sebagai penulisnya. Opini wartawan juga harus dihindari dalam penulisan berita langsung.

Perbedaan antara berita langsung dan berita mendalam terletak pada isi uraian, kecepatan penyajian pada khalayak, serta kepadatan dan rincian fakta atau

pendapat yang disajikan. Uraian berita mendalam (depth news), apapun

bentuknya, akan memberikan informasi lebih lengkap dan menyeluruh bila dibandingkan dengan uraian berita langsung.

(33)

Berita investigatif, adalah uraian fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita, dengan membandingkan antara fakta di permukaan dan fakta yang tersembunyi, yang diperoleh dengan menyusuri jejak melalui suatu investigasi. Tujuan uraian investigatif adalah mengungkap fakta yang sengaja disembunyikan atau ditutupi oleh sumber informasi, karena jika dipublikasikan akan merugikan pihak tertentu. Penyusunan berita investigasi memerlukan kerja tim yang dikendalikan oleh tim redaktur berpengalaman. Reporter yang diterjunkan ke lapangan untuk melakukan pencarian fakta tersembunyi ditunjuk oleh tim redaktur dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah diarahkan, karena sasaran dari uraian investigasi sudah ditentukan dengan jelas (Wahyudi, 1996).

Berita interpreta tif adalah uraian fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita, dengan menempatkan fakta atau pendapat itu pada suatu mata rantai dan merefleksikannya dalam konteks permasalahan yang lebih luas. Penyusunan berita ini dilakukan berdasarkan interpretasi penulisnya, dengan memilih topik yang sedang hangat di tengah masyarakat, dan mencari fakta serta pendapat lain yang relevan dengan topik yang dipilih.

Berita opini, adalah jenis berita yang dikembangkan berdasarkan pendapat seseorang, atau hasil kutipan dari pendapat seseorang mengenai suatu hal, peristiwa, dan sebagainya. Dalam jenis berita ini narasumbernya biasanya terdiri dari orang-orang tertentu, seperti cendekiawan, tokoh masyarakat atau pejabat pemerintahan.

Penuangan informasi dalam bentuk berita di dalam surat kabar menurut Hasrullah (2001) selalu menghasilkan (1) isi berita yang merupakan produk dari pekerja media (2) pendapat masyarakat yang tertuang dalam bentuk tulisan populer (artikel) maupun penulisan tajuk rencana yang biasa ditulis oleh pekerja atau pihak media. Berita dan opini merupakan menu utama media cetak dalam melaporkan suatu peristiwa.

(34)

Berita di media massa sebelum dipublikasikan akan melalui beberapa fase

pemrosesan berita. Dengan menggunakan, memahami konsep gatekeeper kita

dapat memahami bagaimana cara kerja komunikasi massa. Seorang gatekeeper (Moss dan Tubs, 1996) adalah orang yang memilih, mengubah dan menolak pesan dapat mempengaruhi aliran informasi kepada seseorang atau sekelompok penerima.

Menurut White (McQuail, 1993) dalam sebuah studi tentang editor berita telegram pada sebuah surat kabar Amerika, yang dalam pekerjaan memilih berita

dianggap sebagai kegiatan gatekeeper. Model tersebut dapat dilihat pada gambar

di bawah ini.

Gambar 1. Model Gatekeeper dalam Proses Pengolahan Berita

Keterangan

N = Sumber Berita

N1; N2; …Nx = Berita yg diperoleh wartawan

N1; N5; N3 = Berita yg tidak terseleksi

N2’; N4’ = Berita yg dipublikasikan

M = Massa

Menurut Bitner (dalam Moss dan Tubs, 1996), keputusan gatekeeper

mengenai informasi mana yang harus dipilih dan ditolak dipengaruhi oleh banyak

variabel antara lain: ekonomi, pembatasan legal, batas waktu (deadline), etika,

kompetisi, nilai berita, dan reaksi terhadap umpan balik.

(35)

Hal-hal tersebut merupakan sebagian dari pertimbangan-pertimbangan yang menentukan berita-berita yang akan dibuang dan berita mana yang akan dipilih, disunting da n dipublikasikan kepada khalayak sasaran media massa.

Berita Konflik

Gil (1993) mengemukakan pengertian berita sebagai laporan tentang sesuatu yang menarik perhatian orang. Pihak yang menentukan apa yang menarik perhatian pembaca adalah tim redaksi berita.

Konflik menurut Fisher (2001) adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok), yang memiliki atau merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan.

Dari kedua pengertian diatas yang dimaksud dengan berita konflik dalam penelitia n ini adalah laporan tentang fakta, peristiwa mengenai dua pihak atau lebih, baik individu ataupun kelompok yang tidak sejalan atau saling bertentangan yang terpilih oleh staf redaksi untuk disiarkan karena dapat menarik perhatian khalayak. Berita konflik dalam konteks penelitian ini adalah peristiwa konflik yang terjadi di daerah Ambon.

(36)

berkurang dan hubungan mengarah ke lebih normal di antara kedua pihak. Namun jika isu-isu dan masalah-masalah penyebab pertentangan antara dua pihak tidak diatasi dengan baik, fase ini sering kembali lagi menjadi situasi prakonflik.

Sesuai dengan pendapat Fisher, hasil penelitian Eriyanto (2003) membagi konflik ambon pada lima fase. Fase pertama dimulai tanggal 19 Januari 1999. Konflik ini dimulai dari perkelahian antar warga pemuda kampung Batumerah dengan Mardika. Konflik ini menjalar dan membesar antara warga beda agama semakin tajam dengan pembakaran gereja dan masjid. Konflik ini baru menurun dibulan April.

Fase kedua berlangsung dari akhir Juli hingga Desember 1999 diawali dengan kejadian di perumahan Poka, ta nggal 24 Juli 1999. Sejak konflik kedua ini terjadi segregasi yang tegas. Penduduk yang beragama Islam pindah ke desa Islam, demikian juga penduduk beragama kristen pindah ke desa kristen.

Fase ketiga dimulai dari Januari hingga akhir Juni 2000. Empat Bulan di awal Fase ini kota Ambon (Januari sampai April) situasi kota Ambon relatif tenang. Bulan Mei 1999 Ambon yang sebelumnya aman kembali tegang dan menghangat. Dalam konflik fase ketiga ini konflik bukan lagi berlangsung secara sporadis, tetapi sudah terencana. Pada fase ini kelompok Islam dibantu oleh laskar Jihad dari Jawa, sedangkan pemuda kristen mengorganisasikan diri dalam laskar kristus dan kelompok Coker.

Fase ke empat dimulai dari 27 Juni 2000 hingga 10 Februari 2002. Fase ini dimulai dari diberlakukannya darurat sipil di Maluku dan berakhir akhir 10 Februari 2002 saat akan terjadinya perjanjian malino.

(37)

Objektifitas Berita

Objektifitas berasal dari kata objek menurut KBBI adalah mengenai keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi.

Sedangkan menurut Assegaf (1983), objektifitas (objectivity) adalah menceritakan

keadaan yang sebenar-benarnya dan bagaimana kejadian yang akan dituliskan itu berlangsung

Objektifitas berita menurut Djuroto (2000), artinya penulis berita hanya menyiarkan berita apa adanya. Jika materi berita itu berasal dari dua pihak yang berlawanan, harus dijaga keseimbangan informasi dari kedua belah pihak yang berlawanan. Penulis berita tidak memberi kesimpulan atas dasar pendapatnya sendiri. Dalam menulis berita, penulis berita harus membedakan antara fakta, interpretasi, dan opini.

Menurut Merril (1984) objektifitas berita dapat dicapai dengan tiga cara. Pertama pemisahan fakta dari pendapat. Kedua, menyajikan pandangan terhadap berita tanpa disetrtai dimensi emosional. Ketiga, memberikan kesempatan kepada seluruh pihak untuk menjawab dengan cara memberikan banyak informasi pada masyarakat

Dua komponen objektifitas yang harus dipertimbangan seperti dirumuskan Westerstahl (Mc Quail, 1989) mencakup faktor faktualitas dan faktor impartialitas. Faktualitas dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang peristiwa atau pernyataan yang dapat dicek akurasinya pada sumber dan disajikan tanpa komentar. Impartialitas dihubungan dengan sikap netral wartawan (reporter), suatu sikap yang menjauhkan penilaian pribadi (personal) dan subjektif demi pencapaian sasaran yang diinginkan.

Faktualitas

(38)

Pers juga dit untut melakukan pemberitaan yang akurat yang tidak boleh berbohong, menyatakan fakta sebagai fakta dan pendapat sebagai pendapat (Siebert et al., 1986)

Seorang pembuat berita harus menjaga objektifitas dalam pemberitaannya. Artinya penulis berita hanya me nyiarkan berita apa adanya. Penulis berita tidak memberi kesimpulan atas dasar pendapatnya sendiri. Dalam menulis berita, penulis harus membedakan antara fakta, interpretasi dan opini (Djuroto; 2000)

Impartialitas

Menurut Sudibyo (2001) Impartialitas adalah sikap netral dalam penyajian dan seimbang dalam penyajian fakta antara yang pro dan kontra. Keseimbangan juga berkaitan dengan pemberian waktu, ruang, dan penekanan yang proporsional oleh media

Salah satu syarat objektifitas berita yang lebih populer dikenal dengan

istilah pemberitaan dua sisi (cover both story), dimana pers menyajikan semua

pihak yang terlibat (Siebert et al., 1986)

(39)

KERANGKA PEMIKIRAN

Tugas wartawan adalah mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi berita mengharuskan wartawan untuk selalu mencari sumber-sumber berita. Namun tidak semua berita yang berhasil diperoleh wartawan dapat

disiarkan melalui media massa, tetapi harus melalui proses seleksi (gatekeeper)

dari redaksi media massa yang bersangkutan

Dalam menyusun berita wartawan dibekali dengan tuntunan jurnalisme (Sudibyo, 2001) yaitu, tunt unan teknis, tuntunan idealisme dan tuntunan pragmatisme. Tuntunan teknis menyangkut kelengkapan berita yang terangkum dalam rumusan 5W + 1H. Tuntunan idealisme menuntut pers untuk bersikap objektif dalam memperjuangkan akurasi. Tuntunan pragmatisme terkait dengan dinamika internal dan eksternal media. Motif ekonomi, politik, ideologis, dan lainnya akan mempengaruhi dalam proses proses pembuatan berita.

Media massa tidak mungkin menyajikan seluruh realitas sosial dalam medium yang terbatas sehingga ada proses seleksi ketika para editor sebagai gatekeeper memilih berita -berita mana saja yang akan dimuat dan tidak. Pemilihan ini jelas sangat subjektif dan bergantung pada misi, visi, nilai atau ideologi yang ingin disampaikan media massa itu kepada masyarakat

Undang-undang pers dan kode etik jurnalistik yang mengatur kegiatan media massa dalam kegiatan mencari, mengolah dan menyiarakan berita menuntut media massa untuk tidak mencampuradukan antara fakta dan opini. Pers dituntut untuk bersikap objektif dan profesional dalam menjalankan tugasnya.

(40)

Gambar 2. Kerangka Berpikir

Sumber Berita

Wartawan

Berita Objektif

Faktualitas Impartialitas

Akurasi

- kelengkapan data

- Pencant uman w akt u

- Pemisahan fakta& opini

Keseimbangan

- Jm l sum ber berit a Relevansi

Kesesuaian judul & isi

Netralitas

(41)

PROSEDUR PENELITIAN

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis isi. Analisis isi didefinisikan sebagai suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, penggambaran secara kuantitatif, dan manifest (Wimmer & Dominick, 2000)

Objektif adalah penekanan pada penganalisaan kategori yang mempunyai makna sama apabila dilakukan oleh orang lain, bebas dari subyektifitas dan bias peneliti. Sistematik mempunyai pengertian seperangkat prosedur dapat digunakan dengan cara yang sama dalam menganalisis isi pernyataan. Kuantitatif menekankan pada pencatatan dari hasil nilai bilangan atau frekwensi untuk menggambarkan berbagai jenis isi yang ditemukan. Manifest pengertiannya adalah isi pesan yang tampak, yaitu sesuai apa yang tertulis dan tercetak dalam surat kabar. Jadi pengertiannya betul-betul yang muncul dan tampak dipermukaan untuk dianalisis. Penekanan pada aspek manifes dimaksudkan untuk membaca seperti apa adanya, dan dinyatakan secara terbuka di dalam media yang diamati.

Metode analisis isi menurut Berger (1982) dapat digunakan untuk menjelaskan peristiwa terkini, lampau atau keduanya. Sedangkan kelemahan dari analisis isi adalah sulit untuk mendapatkan secara pasti sampel yang representa tif untuk dipelajari.

Populasi dan Sampel Populasi

Penelitian ini dilakukan terhadap berita konflik ambon pada surat kabar

Kompas dan Republika. Kedua surat kabar ini dipilih secara sengaja (purposive).

(42)

aspirasi intelektual Islam yang liberal dan sekular. Kompas mengesankan membawa aspirasi umat kristen. Hal ini dikarenakan surat kabar tersebut masih mengikatkan diri pada ikatan primordialisme.

Populasi penelitian adalah seluruh berita straight news dan opini mengenai

konflik di Ambon yang dipublikasikan di surat kabar Kompas dan Republika pada hari dan tanggal yang sama. Berita sebagai hasil kerja dan seleksi tim redaksi media massa memiliki karakteristik yang homogen.

Dalam kurun waktu empat tahun, berita mengenai konflik Ambon. menurut Eriyanto (2003) dapat dikelompokan dalan lima fase. Jumlah edisi terpilih mengenai konflik Ambon di surat kabar Kompas dan Republika yang terbit pada hari dan tanggal yang sama pada setiap fase selengkapnya disajikan pada Tabel 1:

Tabel 1. Jumlah Edisi Terpilih Mengenai Konflik Ambon di Surat Kabar Kompas dan Republika Periode Januari 1999 sampai April 2002

Fase Periode Edisi Berita di Kompas Berita Di Republika

Satu Januari 99 – Juli 99 11 14 18

Dua Juli 99 – Desember 99 10 11 12

Tiga Januari 00 – Juni 00 11 20 13

Empat Juli 00 – 10 Februari 02 10 12 12

Lima 11 Februari 02– 28 April 02 14 29 18

Sampel

(43)

Mengenai besaran sampel, menurut Ritonga (2004) bila sifat populasinya homogen, besar sampel tidak perlu terlalu dipersoalkan. Artinya, syarat presisi yang tinggi dapat diabaikan karena secara metodologis tidak dipersyaratkan penetapan sampel dalam jumlah besar.

Sampel pada metode analisis isi berdasarkan penelitian Stempel (dalam Krippendorf, 1980)yang membandingkan penelitian menggunakan 6, 12, 18, 24, dan 48, penambahan jumlah sampel lebih dari 12 tidak membuahkan hasil penelitian lebih akurat

Berdasarkan model dan penjelasan pada bagian Tinjaun Pustaka mengenai proses pencarian dan penulisan berita dapat disimpulkan bahwa berita yang berasal dari berbagai sumber berita memiliki karakteristik homogen. Karena berita yang dipublikasikan di surat kabar telah memenuhi standar kriteria berita yang telah ditetapkan oleh redaksi.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, jumlah sampel yang diambil pada setiap fase sebesar 50%. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). . Hasil penarikan sampel lima fase berita konflik Ambon di surat kabar Kompas dan Republika sebagai berikut; Fase pertama surat kabar Kompas dan Republika sampel berita mengenai konflik Ambon masing-masing 5 berita. Jumlah sampel pada fase dua untuk surat kabar Kompas adalah 5 berita, dan Republika 7 berita. Fase ketiga jumlah sampel di Kompas adalah 5 berita, dan Republika 6 berita. Fase keempat sampel masing-masing surat kabar adalah 5 berita. Pada fase kelima, sampel berita di surat kabar Kompas adalah 9 berita, dan surat kabar Republika 8 berita

Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini penulis lakukan dengan menggunakan

mengunakan data base yang terdapat pada komputer di Pusat Informasi dan

(44)

2002. Selanjutnya seluruh data yang diperoleh melalui komputer penulis sortir dengan kriteria berita mengenai konflik Ambon yang terbit pada hari dan tanggal yang sama di surat kabar Kompas dan Republika

Data yang diperoleh melalui prosedur di atas, penulis mengambil sampel

berita. Berita berbentuk soft copy dari komputer tersebut kemudian dibandingkan

dengan berita aslinya di surat kabar yang terdapat di Pusat Dokumentasi, Perpustakaan Kompas dan Republika.

Instrumen

Data mengenai berita-berita konflik di ambon yang ada di surat kabar Kompas dan surat kabar Republikaakan dianalisis dengan melihat frekwensi dan persentase kemunculan masing-masing kategori

Unit analisis dalam penelitian ini adalah butir berita konflik Ambon yang ada da lam surat kabar Kompas dan surat kabar Republika. Objektifitas berita akan dilihat dari akurasi informasi, data serta kejelasan antara fakta dan opini. Relevansi diukur berdasarkan adanya kesesuaian judul dengan isi berita, keseimbangan sumber berita dan netralitas berupa penilaian yang tidak memihak dari pihak media terhadap pihak-pihak yang berselisih. Definisi kategori dari unsur-unsur objektifitas berita (Ida, 2001) adalah:

1. Faktualitas Pemberitaan

A. Akurasi dalam pemberitaan yang meliputi

♦ Kelengkapan data pendukung atau kelengkapan informasi atas berita yang

ditampilkan berupa Tabel, statistik, foto, ilustrasi gambar, dan lain-lain. Konsep ini dibagi dua, yaitu:

- Ada data pendukung, yaitu apabila tulisan itu dilengkapi dengan

salah satu data pendukung, seperti foto peristiwa, Tabel, statistik, dan data referensi (buku, UU, Peraturan Pemerintah, dan lain -lain)

- Tidak ada data pendukung, yaitu apabila tulisan itu sama sekali

(45)

♦ Pencantuman waktu terjadinya peristiwa atau wawancara untuk melihat akurasi fakta atau opini. Ada dua kategori dalam konsep ini, yaitu:

- Dicantumkan waktu, apabila dalam tulisan mencantumkan waktu

berupa tanggal, kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya, yaitu mencantumkan tanggal dan kata-kata.

- Tidak dicantumkan waktu, apabila dalam tulisan tidak

mencantumkan baik tanggal ataupun kata -kata yang berkaitan dengan waktu

♦ Pemisahan fakta dan opini, yaitu menyangkut ada tidaknya pemisahan

fakta dengan opini wartawan yang menulis berita. Konsep ini dibagi dua, yaitu:

- Ada pemisahan fakta dan opini, yaitu apabila dalam berita terdapat

kata-kata yang bersifat opini, seperti: tampaknya, diperkirakan, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver, dan kata -kata yang bersifat opini lainnya.

- Tidak mencampur fakta dan opini, yaitu jika dalam tulisan berita

tersebut tidak terdapat kata -kata yang bersifat opini seperti yang telah disebutkan di atas.

B. Relevansi dalam pemberitaan berupa,

Kesesuain judul berita dengan isi berita dilihat dari kalimat judul yang merupakan bagian dari kutipan atau kalimat ada pada isi berita. Selain itu dalam judul atau isi beritanya apakah juga menggunakan kata atau kalimat denotatif serta tanda -tanda baca yang mengesankan makna ganda. Ketepatan menyangkut judul utama bukan sub judul. Dengan demikian konsep ini dibagi dalam dua kategori:

- Sesuai, apabila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada

isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita

- Tidak sesuai, apabila judul bukan merupakan bagian dari kalimat yang

sama pada isi berita atau bukan kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita

(46)

A. keseimbangan, dilihat dari sumber berita yang digunakan, yaitu:

- Seimbang, apabila masing-masing pihak yang diberitakan (dalam

penelitan ini adalah pihak Islam dan Kristen/ Katolik) diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya.

- Tidak seimbang, jika pihak-pihak yang berkepentingan langsung

dengan berita itu tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya.

B. Netralitas, dilihat dari sikap media terhadap sumber berita yaitu:

- Memihak, jika isi berita memihak, membela salah satu pihak di antara

pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa konflik (dalam penelitan ini adalah pihak Islam dan Kristen/ Katolik), atau memojokkan, menjelek-jelekkan, menghujat salah satu pihak di antara pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa konflik

- Netral, jika isi berita tidak memihak, tidak membela salah satu pihak di

antara pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa konflik

Uji Reliabilitas

Untuk menjamin objektifitas data yang akan dianalisis, perlu menentukan reliable (keterandalan) pada kategori yang dibuat. Untuk itu dilakukan uji coba kategori kepada tiga orang juri yang ahli dalam bidang kajian dan metodologi penelitan serta menguasai bidang penulisan dan penyuntingan berita. Juri pertama adalah Drs. Jamiludin Ritonga, MS, dosen mata kuliah Metode Penelitian di beberapa Perguruan Tinggi. Juri kedua adalah Drs. Halomoan Harahap, MSi, Pembantu Dekan I Bidang Akademik FIKOM Indonusa Esa Unggul. Drs A. Rahman, Msi. sebagai juri ketiga adalah seorang wartawan dan juga dosen di beberapa perguruan tinggi.

(47)

diketahui berapa yang disetujui bersama oleh peneliti dan juri. Jumlah berita yang diuji oleh peneliti dan hakim pada setiap kategori adalah 12 berita dari surat kabar Kompas dan Republika , atau 6 berita dari masing-masing surat kabar.

Perhitungan reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Holsty (Wimmer & Dominick; 2000) yaitu:

4M C.R = ---

NI + N2 Keterangan

C.R. = Coefficient Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh empat pengkode (peneliti

dan tiga orang hakim)

Ni, N2 = Jumlah penyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti

Untuk menghitung keandalan majemuk (composite Reliability), dihitung dengan

rumus:

N (koefisien keandalan)

Composite reliability = --- 1 + ( N - 1 ) (Koefisien keandalan)

Besarnya hasil penilaian juri tersebut dapat menujukkan kesepakatan antar juri dalam menentukan apakah kategori yang disusun dapat dipergunakan.

Hasil penghitungan yang telah dilakukan dari uji reliabilitas untuk kategori akurasi adalah 0.70. kategori Relevansi 0.71, kategori keseimbangan 0.71 dan kategori netralitas 0.70

Dari hasil penghitungan di atas, terlihat bahwa keandalan majemuk atau composite reliability dari masing-masing kategori mencapai 0,70 ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa kategorisasi yang telah disusun andal. Sebab walaupun belum ada standar reliabilitas yang mutlak, tetapi menurut Lasswell (Sutopo, 1989), nilai keandalan 70 - 80 % dapat diterima sebagai keandalan yang mencukupi.

(48)

Data yang terkumpul merupakan dasar untuk melakukan analisis, yaitu dengan melihat frekwensi dan persentase masing-masing kategori. Data kuantitatif dapat memberikan deskripsi secara lebih pasti, namun tidak dapat menjawab, menjelaskan lebih mendalam mengapa dan bagaimana fenomena terjadi. Seperti disinggung oleh Krippendorft (1991) bahwa analisis isi dapat saja dapat saja melanjutkan permainan hitung menghitung yang hanya bisa memberikan kegairahan tetapi bukan wawasan.

(49)

Definisi Operasional

1. Berita adalah laporan, uraian tentang peristiwa/fakta dan atau pendapat yang

ditulis oleh wartawan/redaksi media massa dan mengandung nilai berita

2. Konflik, hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok), yang

memiliki atau merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan.

3. Gatekeeper: proses pemilihan, penseleksian berita yang dilakukan oleh redaksi media massa sebelum berita dipublikasikan

4. Berita konflik adalah laporan, uraian tentang peristiwa/fakta dan atau pendapat

yang mengandung unsur pertentangan kepentingan

5. Objektivitas berita adalah adalah laporan, uraian tentang peristiwa/fakta dan

atau pendapat yang ditulis oleh wartawan/redaksi media massa dengan memberi tempat yang sama, seimbang antara dua pihak yang bertentangan, dan memisahkan fakta dengan opini.

6. Faktualitas: laporan tentang peristiwa atau pendapat yang dapat dicek

akurasinya kepada sumber, disajikan tanpa komentar, atau ada pemisahan antara fakta dan opini.

7. Impartialitas: adalah sikap netral dalam penyajian dan seimbang dalam

penyajian fakta dan opini antara yang pro dan kontra

8. Akurasi: adalah penyajian berita sesuai dengan realita yang ada dengan

didukung oleh data-data yang akurat, adanya pencantuman waktu, serta adanya pemisahan antara fakta dan opini

9. Relevansi: adalah adanya kesesuaian antara judul berita, sub judul dengan isi

berita

10. Keseimbangan: adalah pemberian waktu, ruang dan penekanan yang

(50)

11. Netralitas, adalah sikap tidak memihak dari media terhadap pihak yang terlibat dalam konflik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian Surat Kabar Kompas

Surat kabar Kompas dibangun pada tahun 1965 oleh Jacob Oetama sebagai prakarsa partai katolik dalam usaha mempresentasikan suara mereka pada kancah perpolitikan tahun 1960-an.

Ciri kepartaian muncul secara dominan pada Kompas sebagaimana surat kabar partai lain pada masa itu. Kompas dengan demikian menjadi juru bicara partai, meskipun dengan cara yang cukup halus. Pembaca dapat menjumpai pengumuman-pengumuman dari partai katolik, oganisasi-organisasi katolik, juga universitas katolik.

Kedekatan Kompas dengan Partai Katolik berlanjut sampai pada tahun 1971. Saat itu hubungan antara surat kabar dengan partai politik meningkat, sementara pemerintah berusaha memperkecil primordialisme. Dua tahun kemudian, pemerintah mengikis partai-partai politik dengan memaksa mereka (kecuali golongan Karya) melebur menjadi dua partai, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Akibat dari restrukturisasi ini, hubungan antara Kompas dan Partai Katolik semakin longgar sampai akhirnya kini Kompas menjadi institusi bisnis yang profesional dan beorientasi bisnis.

(51)

yang adil dan makmur. Sedangkan misi surat kabar Kompas adalah menjadi nomor satu dalam semua aspek usaha, diantara usaha-usaha lain yang sejenis dan dalam kelas yang sama. Meskipun demikian latar belakangnya sebagai koran yang dekat dengan kekuatan katolik mempengaruhi posisi Kompas dalam berbagai perdebatan politik, terutama bila perdebatan itu menyangkut atau menyinggung kekuatan politik Islam.

Surat Kabar Republika

Republika hadir dalam kancah pers nasional dengan latar belakang sosial politik yang sangat penting. Republika dilihat sebagai satu titik yang menandai kebangkitan politik Islam tahun 1990-an. Nama Republika sendiri berasal dari ide (mantan) Presiden Soeharto yang disampaikannya saat beberapa pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat menghadap untuk melaporkan rencana peluncuran harian umum tersebut

Republika dibangun ICMI melalui Yayasan Abdi Bangsa yang dikepalai Menteri Riset dan Teknologi BJ. Habiebie sekaligus pemilik PT. Abdi Bangsa. Dengan dukungan ICMI, Surat Izin Penerbitan Usaha Pers gampang diraih.

Manajemen awal Republika mencoba meretas persoalan klasik: Bagaimana mengedepankan misi Islam dalam sebuah negara. Dalam konteks jurnalisme, bagaimana menerpakan kaidah pemberitaan yang profesional tanpa meningalkan misi ke Islamannya.

Republika tidak hanya ditujukan untuk mendukung partai politik atau untuk orang Islam yang saleh saja, tetapi untuk orang-orang yang belum mantap imannya dan enggan dengan seruan moralistik. Republika secara teratur memuat artikel-artikel mengenai seni, televisi, sastra dan trend mode yang menarik bagi Muslim kelas menengah dan atas yang menjadi pembacanya. Republika adalah suatu upaya untuk menunjukan bahwa Islam bukan hanya sekedar persoalan untuk orang desa dan ulama, tetapi sebuah agama yang bisa mengilhami s uatu kesadaran sosial yang sesuai dengan aspirasi rakyat sebagai keterbukaan, dan pluralisme.

(52)

Kategori akurasi sebagai salah satu unsur objektifitas analisanya diarahkan untuk meneliti apakah dalam sebuah berita terdapat kelengkapan data pendukung, atau kelengkapan informasi atas berita yang ditampilkan. Kelengkapan data tersebut berupa Tabel, statistik, foto, ilustrasi gambar, dan lain-lain. Pencantuman waktu terjadinya peristiwa atau wawancara merupakan salah satu unsur dari kategori akurasi berita. Unsur kategori akurasi berita berikutnya adalah bagaimana pemisahan fakta dan opini dalam berita. Hasil analisis kategori Akurasi Berita dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2Persentase Akurasi Berita Konflik Ambon di Surat Kabar Kompas dan

Republika

Kelengkapan data Pencantuman Waktu Pemisahan Fakta/Opini

Fase

Kompas Republika Kompas Republika Kompas Republika

I 100 100 100 100 60 100

II 100 71.40 100 71.40 40 28.58

III 100 100 100 100 80 50

IV 100 100 100 100 40 20

V 88.89 100 100 87..50 55.56 50

Rataan 97.78 96 100 93.05 55.11 48

Kelengkapan Data

Pada fase pertama, kelengkapan data pada pemberitaan konflik Ambon di surat kabar Kompas dan Republika antara lain berupa data jumlah korban. Hal ini, misalnya dapat dilihat pada kutipan berita Kompas (21/01/99) berikut;

Kerusuhan itu mengakibatkan sedikitnya 11 orang tewas (di antaranya seorang

anggota polisi) dan 23 orang luka -luka. Perusuh juga membakar 45 rumah, lima

toko dan 75 kios, merusak 161 mobil (termasuk satu mobil Kepala Kepolisian

(53)

Pada hari yang sama kelengkapan data di surat kabar Republika pada berita mengenai konflik Ambon terlihat pada kutipan berita berikut:

Kapolda Maluku, Kolonel Pol Drs Karyono, mengatakan akibat kerusuhan itu,

sedikitnya 10 orang meninggal, lebih dari 100 orang luka-luka, empat tempat

ibadah dibakar, dan 30 rumah penduduk dibakar. Sedangkan kendaraan terbakar

masing-masing 15 mobil, 25 sepeda motor, serta ratusan becak. Sementara itu

75 kios dan lima toko terbakar.

Dari kedua kutipan berita di atas, kelengkapan data ada pada kalimat yang memerinci jumlah korban. Dalam perincian tersebut ada perbedaan jumlah korban antara surat kabar Kompas dan Republika. Perbedaan data tersebut antara lain; Kompas menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak 11 orang dan tidak ada tempat ibadah yang dibakar, sedangkan Republika menyebutkan 10 orang, dan empat tempat ibadah yang dibakar.

Kompas tidak menyebutkan dari mana (sumber) data tersebut diperoleh, sedangkan Republika menyebutkan Kapolda Maluku, Kolonel Polisi Drs Karyono sebagai sumber data. Jika Kompas memperoleh data jumlah korban dari pihak kepolisian, perbedaan ini tidak akan terjadi. Ishwara (2005) berpendapat bahwa sumber anonim bisa membahayakan atau menimbulkan kerugian bagi wartawan atau media.

Penggunaan sumber berita yang anonim menurut Kovach dan Rosenthal (dalam Ishwara; 2005) bisa menyesatkan kita, berbohong atau

menyembunyikan fakta penting yang mungkin bisa mengubah kesan kita tentang informasi itu

Pada fase dua seluruh berita di surat kabar Kompas menunjukkan adanya kelengkapan data. Kata dan kalimat yang menunjukkan kelengkapan data dan pencantuman waktu antara lain terlihat pada Kompas (02/09/99) yang berjudul “Ambon Masih Panas” seperti pada kutipan di bawah ini:

(54)

di wilayah Kepolisian Resor Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, Maluku, Rabu

(1/9). Rinciannya, empat di Way Lawa II di tepi kawasan Bandara Pattimura,

Pulau Ambon (Kodya Ambon), dan empat lagi di Sirisauni, Pulau Saparua

(Maluku Tengah).Hingga berita ini diturunkan pukul 18.00, Dusun Way Lawa

sudah dapat dikendalikan aparat, namun suasana masih tegang.

Kelengkapan data di surat kabar Republika pada berita konflik Ambon fase dua adalah 71.40%. Berita Republika yang menunjukkan adanya kelengkapan data misalya terlihat pada berita berjudul “Ambon dan Saparua Rusuh” (02/09/99) yang kutipannya dapat dilihat di bawah ini:

Korban tewas yang teridentifikasi melalui rumah-rumah sakit di Pulau Ambon

adalah Abdul Gani Ely, D Latumahina, Jainolan (50) dan John Kastanya (40)

sedangkan korban luka berat Abdul Rizal Rusdi (20) dan Felix Kastanya (20).

Fase tiga pemberitaan konflik Ambon, seluruh berita di surat kabar Kompas dan Republika telah lengkap datanya. Kelengkapan data pada surat kabar Kompas, berupa rincian jumlah dan jenis senjata misalnya, pada berita berjudul ”Ribuan Senjata Perang Dibuang Ke laut” (22/02/2000) seperti terlihat pada kutipan di bawah ini

Menurut laporan Komandan Sektor A, yang membawahkan wilayah Pulau

Ambon, Kolonel (Inf) Irwan Koesnadi, pemusnahan senjata rakitan dan

senjata tajam yang disita sejak 2 Januari sampai 19 Februari 2000 meliputi

11.980 unit, antara lain 8.517 anak panah panjang maupun pendek, kemudian

1.165 bom rakitan, 1.185 pucuk parang, 242 pelontar panah, 133 pucuk senjata

rakitan laras pendek, serta 322 senjata laras panjang. Ikut dimusnahkan pula 284

pucuk mortir modifikasi, enam pucuk senapan angin, 123 bazoka rakitan

(55)

Yonif 509 Kostrad, Yonif 506 Diponegoro, dan Pomdam Pattimura.

Pada surat kabar Republika (22/02/2000), berita yang menunjukkan kelengkapan data ada pada berita berjudul ”Setidaknya 12.044 Senjata Dimusnahkan” misalnya terlihat pada kutipan berikut ini:

Peralatan perang warga sipil yang dimusnahkan itu antara lain 322 pucuk

senjata rakitan laras panjang, 133 pucuk senjata rakitan laras pendek, 248 pucuk

mortir modifikasi, enam pucuk senapan angin, 191 pucuk senjata pelontar anak

panah, 123 pucuk bazoka rakitan, 8.517 awak panah berukuran panjang dan

pendek, 151 busur panah, 1.165 buah bom rakitan, 1.185 buah parang, dan tiga

buah senjata pipa sembur rakitan.

Seluruh berita mengenai konflik Ambon pada fase empat di surat kabar Kompas dan Republika menujukkan kelengkapan data. Berita di Kompas yang menunjukkan kelengkapan data, misalnya pada kutipan berita berjudul

“Ambon Tegang 10 Warga Tewas” (23/01/00) .

Sejumlah barang bukti berhasil diamankan dari tangan mereka, di antaranya dua

senjata organik jenis SS1, empat pucuk senjata Rogermini, empat pucuk pistol

Revolver, satu pistol FN serta ratusan butir peluru berbagai jenis dan sabu.

Berita mengenai konflik Ambon di surat kabar Republika yang menunjukkan kelengkapan data, misalnya ada pada berita berjudul “Yon Gab TNI Kembali Beraksi” (23/01/01). Pada berita ini dipaparkan sejumlah data seperti terlihat pada kutipan di bawah ini:

Tragedi tersebut berlangsung di kompleks rumah toko (Ruko) Batu Merah.Aksi

(56)

antara korban tewas termasuk seorang calon haji (calhaj) yang hendak menuju

Makassar.

Selain menembak mati 10 orang tadi, Yon Gab TNI -- Marinir (AL), Kopassus

(AD), dan Paskhas (AU) -- juga menganiaya 23 warga lainnya. Mereka bahkan

menyekap dan menganiaya empat perwira polisi dari Polda Maluku. Mereka

adalah Kolonel Saragih, Komandan Satuan (Dan Sat) Brimob Letkol Adi Dharma

Sitepu, Mayor Ricky Pays, dan Letda Saifuddin Anshori.

Kelengkapan data di surat kabar Kompas pada berita konflik Ambon fase lima sebesar 88.89%. Berita di Kompas yang berjudul “1718 Puc uk Senjata

dimusnahkan” (08/04/2002) menyebutkan jumlah dan jenis senjata yang dimusnahkan seperti terlihat pada kutipan berita berikut

Sebanyak 1.718 pucuk senjata rakitan dan 249 bom rakitan dimusnahkan di

Lapangan Merdeka Ambon, Minggu (7/4). Tumpukan senjata itu digilas

menggunakan mesin giling yang dinaiki dua orang perwakilan Muslim dan

Nasrani, Yusuf Ely dan Ferry Watimuri.

Sedangkan kelengkapan data di Surat kabar Republika pada fase lima pemberitaan konflik Ambon, seluruhnya terpenuhi. Berita di Republika yang mencantumkan data, misalnya pada berita berjudul “Pemusnahan Senjata Diiringi Teriakan Hidup RMS” (08/04/2002) seperti terlihat pada kutipan berikut;

Kemarin (7/4), sebanyak 9.257 senjata rakitan dibakar setelah digilas

dengan alat berat semacam ekskavator lebih dulu. Di antara senjata

yang dimusnahkan itu adalah 977 pucuk senjata laras panjang rakitan,

424 senjata laras pendek rakitan, bom rakitan 566 buah, bazoka 70

(57)

senjata tajam, 4.721 anak panah, dan sejumlah senjata tajam lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan data jumlah korban yang dimuat antara surat kabar Kompas dan Republika terlihat ada perbedaan jumlah data. Mengenai pengumpulan data yang dilakukan oleh wartawan, Markel (dalam Rivers dan Mathew; 1994) mengatakan, wartawan yang paling obyektif sekalipun mengumpulkan 50 fakta. Dari ke 50 fakta itu, ia memilih 12 fakta untuk disertakan dalam beritanya. Dari 12 fakta, redaktur atau wartawan itu akan memilih 11 fakta. Dikaitkan dengan hasil penelitian dan pendapat Markel, maka surat kabar Kompas terlihat telah melakukan

penyortiran data, antara lain tidak dicantumkannya rumah ibadah yang dibakar dalam kasus konflik Ambon. Penyortiran data ini dilakukan Kompas

merupakan kebijakan redaksional berkaitan dengan visi persatuan dan perbedaan. Tidak dicantumkannya rumah ibadah yang dibakar adalah untuk menghindari perpecahan anatara masyarakat Kristen dan Islam di Indonesia.

Pencantuman Waktu

Mengenai pencantuman waktu terjadinya peristiwa, seluruh berita berita pada fase pertama di masing-masing surat kabar (Kompas dan Republika)

menunjukkan terdapatnya pencantuman waktu terjadinya peristiwa.

Pencantuman waktu pada surat kabar Kompas misalnya ter lihat pada berita berjudul “Kota Ambon Diguncang keributan Antar Warga“ pada paragraf pertama tertulis

Kota Ambon hari Selasa (19/1) dilanda kerusuhan antarwarga. Sampai hari Rabu

situasi kota di Propinsi Maluku itu masih lumpuh total. Penerbangan komersial

dari dan ke Ambon juga dihentikan, kecuali pesawat ABRI. Penduduk dicekam

ketakutan karena sering terdengar bunyi tembakan pasukan keamanan untuk

Gambar

Gambar 1. Model Gatekeeper dalam Proses Pengolahan Berita
Tabel 1. Jumlah Edisi Terpilih Mengenai Konflik Ambon di Surat Kabar Kompas    dan Republika Periode Januari 1999 sampai April 2002
Tabel 2 Persentase Akurasi Berita Konflik Ambon di Surat Kabar Kompas dan Republika
Tabel 3.  Persentase Kategori Relevansi Berita Konflik Ambon di Surat Kabar
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya

Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil.. Soekarwati, Soeharjo

Sesuai dengan perjanjian kerja yang dibuat oleh PPTKIS dan telah disepakati oleh calon TKI/TKI dengan pengguna/ majikan (user) di luar negeri, maka di dalam

1. Keluarga: kedua orang tua saya yakni Made Riza Subiyanto dan Sri Harwiati, kedua kakak saya yakni Anam Pramudya Nirbaya dan Ardhi Widatama 3. Teman-teman pendidikan Fisika

53 Kelompok mata pelajaran kearifan pesantren sains (MPKPS) merupakan mata pelajaran utama yang menjadi ciri khas SMA Trensains Tebuireng, Pernyataan ini berdasarkan

Akhlak ialah ilmu yang mengajarkan tentang prilaku manusia tentang baik buruknya yang mencegah berbagai macam perbuatan jelek dalam pergaulan baik dengan tuhan,

Setelah itu, bermunculan permohonan untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dari seluruh Indonesia yaitu BPR Berkah Amal Sejahtera, dan BPR Dana Mardhatillah yang mendapat

 British dengan menggunakan nama Sultan telah menghantar tiga orang pembesar untuk mendapatkan semula Kuala Berang.  Rakyat akur kerana konsep tidak menderhaka