HUBUNGAN ANT ARA SIKAP TERHADAP AMAR MA' RUF
NAHi MUN KAR DAN NORMA SUBYEKTIF DENGAN INTENSI
UNTUK MENJALANKAN AMAR MA'RUF NAHi MUNKAR
MAHASISWA ANGGOTA LOK SYAHID
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Oleh:
Annisa Hasanah
NIM. 9919016096
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SKRIPSI
Diajuka11 kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai
Pembimbing I
\
gelar Sarjana Psikologi
Oleh Annisa Hasanah
9919016096
Di bawall bimbingan
セMセMMpセセ⦅⦅R⦅M
Dra. Fadllilah Sura/ag8. M. Si.
NIP.
150215283
Fakultas Psikologi
Pembimbing II
ani, Psi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
1424 H / 2004 M
• \PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul"Hubungan Antara Sikap Terhadap Amar Ma'ruf Nahi Munkar dan Norma Subyektif Oengan lntensi Untuk Menjalankan Amar Ma'ruf Nahi Munkar Mahasiswa LOK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"
telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Februari 2004
Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Sidang Munaqasah
Ketua merangkap anf)gota Sekretaris merangkap anggota
Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si. ah M.Si.
NIP. 150.021.5938
Penguji I Penguji II
db--Ors. A ul Mujib, M.Ag
Pembimbing I
dセセセNmsゥ@
セGBGNG@
Psi(C) Februari 2004
(D) HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP AMAR MA'RUF NAHi MUNKAR DAN NORMA SUBYEKTIF DENGAN INTENSI UNTUK MENJALANKAN AMAR MA'RUF NAHi MUNKAR MAHASISWA ANGGOTA LOK SYAHID UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(E) xii + 99 halaman
(F) Ougaan mengenai terhambatnya dakwah amar ma'ruf nahi munkar yang dilakukan oleh mahasisiwa anggota LOK Syahid dapat
dimungkinkan karena adanya pengaruh keyakinan (belief) tentang amar ma'ruf nahi munkar itu sendiri. Fishbein & Azjein (1975)
menyatakan bahwa keyakinan (belief) merupakan representasi dari apa yang manusia ketahui mengenai suatu objek dan sekaligus merupakan penghubung objek dengan atribut. Melalui belief ini nantinya seseorang akan membentuk sikap terhadap suatu objek dan pada akhirnya akan mempengaruhi intensi untuk berperilaku yang berkaitan dengan objek. Jadi dapat disimpulkan alasan lain yang menyebabkan terhambatnya dakwah amar ma'ruf nahi
munkar pada mahasiswa angota LOK Syahid karena adanya belief tertentu yang mungkin saja merupakan belief yang salah dalam pandangan agama terutama dalam konteks amar ma'ruf nahi munkar. Belief ini biasanya dapat terbentuk karena observasi dan pengalaman mereka dimasa lalu yang juga berkaitan dengan amar ma'ruf nahi munkar.
Pertanyaan yang diajukan untuk masalah di atas adalah : a. Seberapa besar intensi mahasiswa anggota LOK Syahid
untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar?
b. Apakah sikap mahasiswa anggota LOK Syahid terhadap amar ma'ruf nahi munkar mempunyai hubungan yang signifikan dengan intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar ?
d. Variabel manakah yang paling berperan terhadap intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi pada mahasiswa anggota LOK Syahid ?
e. Apakah hubungan antara sikap dengan intensi untuk
menjalankan amar ma'ruf nahi munkar lebih tinggi daripada hubungan norma subyektif dengan intensi untuk
menjalankan amar ma'ruf nahi munkar.
f. Bagaimanakah gambaran causal effect antara sikap, norma subyektif terhadap intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar
Untuk IT'engkaji permasalahan tersebut maka dilakukan studi kuantitat'f pada mahasiswa anggota LOK Syahid. Responden seluruhnya berjumlah 60 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah insidental sampling. lnstrumen yang digunakan adalah kuesioner atau skala, yang terrbagi menjadi 5 skala, yaitu : (a) skala behavior belief (b) skala evaluasi behavior belief (c) skala normative belief (d) skala motivation to comply (e) skala intensi. Kelima skala telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Koefisien
reliabilitas skala behavior belief adalah sebesar 0,5325, untuk skala evaluasi behavior belief adalah sebesar
o,
6473. Skala normative belief mempunyai alpha sebesar 0, 7955, skala motivation to comply sebesar 0,6719, dan skala intensi sebesar O, 9278. Data diolah · dengan prosedur statistik korelasi pearson product moment, analisamultiple regresi, Fishbein model, dan path analisis.
Dari hasil pengolahan data ditemukan bahwa intensi mahasiswa anggota LOK Syahid dalam amar ma'ruf nahi munkar tergolong tinggi. Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap intensi untuk men1alankan amar ma'ruf nahi munkar. Namun
terdapat hubungan yang signifikan antara norma subyektif
terhadap intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar. Yang juga berarti norma subyektif paling berperan dalam menentukan intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar pada
mahasiswa anggota LOK Syahid. Hubungan antara sikap dengan intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar tidak lebih tinggi daripada hubungan norma subyektif dengan intensi untuk
menjalankan amar ma'ruf nahi munkar. Berdasarkan path koefisien maka terdapat hubungan langsung yang bermakna antara norma subyektif terhadap intensi, dan hubungan tidak langsung melalui sikap.
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Sekalian Alam yang
telah Memberikan hambaNya limpahan nikmat dan ridho sehingga akhirnya
proses pembuatan skripsi yang merupakan salah satu sejarah hidup
terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam kepada
Nabiyullah Muhammad SAW yang se.lalu mengajarkan kepada umatnya
agar selalu memberikan yang terbaik bagi kehidupan. Semoga kita semua
mendapatkan syafaat dari Beliau di hari akhir nanti. Amin.
Proses pembuatan skripsi bagi penulis terasa begitu berwarna karena
selama proses inilah penulis mengalami hal-hal luar biasa. Kebahagiaan
cobaan dan rintangc.n benar-benar penulis rasakan selama proses
pembuatan skripsi ini. Mulai dari musibah keluarga yang harus diterima
dengan hati ikhlas, rasa malas yang harus dilawan, dan kebahagiaan
berupa datangnya seseorang dengan segala kasih sayangnya, serta
dukungan dari orang-orang terdekat tidak akan penulis lupakan, karena
1. lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si, Oekan Fakultas Psikologi UIN dan
lbu Ora. Hj. Zahratun Nihayah, M.Si, Pembantu Oekan Fakultas
Psikologi yang telah membimbing dan mengajar saya selama ini
2. lbu Ora. Hj. Fadhilah Suralaga, M.Si, dosen pembimbing I yang
telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran sampai akhir
pembuatan skripsi.
3. Ors. Asep Haerul Gani, Psi., dosen pembimbing II yang dengan
segala macam kritik membangu11nya, motivasinya, dan
saran-sarannya, membuat penulis menjadi lebih dewasa untuk
mengambil keputusan berharga untuk menjalani kehidupan.
4. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang telah mengajar, staf
akademik dan tata usaha Fakultas Psikologi yang telah memberikan
pelayanan dengan segala kesabaran.
5. Ayahanda H. Husni Thamrin, SE dan lbunda Ummi Sulha, S.Ag
yang selalu memberi dukungan lahir dan batin selama hidup ananda.
Ampuni segala kesalahan ananda, semoga Allah SWT senantiasa
memberikan limpahan rahmat dan kebahagiaan kepada beliau
6. Suamiku tercinta. H. Pirman Aswandi, Le., alas kehadirannya
dengan membawa seluruh cinta dan kasih sayang yang membuat
penulis lebih termotivasi untuk maju melangkah menatap masa
depan.
7. Adik-adikku tercinta, Dila, Arna, dan liq, yang banyak meng!libur
manakala hati sedang gundah dan malas, dan eka yang dengan rela
mengambil alih tugas rumah.
8. Sahabat Sejatiku Lusianne da1 Abdul Mugni Mubarak beserta
keluarganya yang banyak memberi dukungan moril dari dulu hingga
sekarang. "Wish You All The Best Friend".
9. Teman-temanku Anis, "Akhirnya Nis, after along time we found
them" Ari, Eva, lmah, Emma, Yani, A'i, "semoga kalian segera
menyusul aku dan Anis'', Mas Hudan yang sering dijadika11 teman
diskusi, Dian F yang sering menyegarkan ruhani penulis, Daniel,
Fikri, Asep, Linda, lta, Ila, Iqbal, mba Yuni, Novi, Eli dan seluruh
mahasiswa semester IX kelas A dan B yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
10. Komunitas gank Bacank yang sering bersama-sama menghadapi
segala macam ketakutan.
11.Adik-adik kelasf.u, Zizi, Ulfah, Anis, Sofa, Misan, Ziyah, dan yang
kebaikan kalian dengan pahala yang setimpal. Mudah-mudahan skripsi ini
dapat bermanfaat. Amin.
Jakarta, Februari 2004
Zulhijjah 1424 H
Daftar lsi ... vii
Daftar Tabel ... ix
BAB
1 PENDAHULUAN ... 1A
Latar Belakang Masai ah ...1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 15
C. Tujuan Penelitian ... 16
D. Manfaat Penelitian ... 17
E. Kaidah Penulisan ... 17
F. Sistematika Penulisan ... 18
BAB 2 KAJIAN TEORI ... 20
A TEORI SIKAP, NORMA SUBYEKTIF, DAN INTENSI. .... 20
1. P1::ngertiali Sikap ... 20
2. Hubungan Sikap dan Perilaku ... 22
::.>. Sikap, Norma subyektif, dan intensi menurut Fist1bein dan Ajzen (1975) ... 23
4. Keyakinan (Belief) ... 29
B. AMAR MA'RUF NAHi MUNKAR ... 32
1. Definisi Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 32
2. Hukum Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 35
3. Rukun dan Syarat Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 38
4. Tingkatan Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 41
5. Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 42
6. Metode Dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 45
C. DAKWAH ... . . . . . .. .. .... ... ... . . ... . . 48
1. Definisi Dakwah ... 48
2. Strategi dan Teknik Dalam Dakwah ... 50
3. Fiqhud Dakwah ... 56
D. PROFIL LOK SYAHID ... 59
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 64
A SUBYEK PENELITIAN ... 64
1. Karakteristik Subyek ... 64
2. Teknik Sampling ... 64
3. Populasi dan Sampel. ... 65
B. INSTRUMEN PENELITIAN ... 66
1. Skor Sikap ... 66
2. Skor Norma Subyektif ... 67
3. Skor lntensi ... 68
C. PROSEDUR PENELITIAN ... 68
1. Persiapan Penelitian ... 68
2.
Uji Coba Alat Ukur ...70
3. Pelaksanaan Pengambilan data ... 73
4. Metode Pengolahan Data ... 74
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 79
A GAMBARAN.UMUM SUBYEk ... 79
1. Jen is Kela min ... 79
2. Usia ... 80
3. Fakultas ... 80
4. Semester ... 82
5. Asal Sekolah ... 83
6. UKM Lain Yang Diikuti. ... 84
7. Ekstrakurikuler Luar Karnpus Yang Diikuti. ... 85
8. Kehadiran Dalam Kajian I Ta'lim ... 87
9. Kehadiran dalam Training ... 87
B. PENGLJJIAN HIPOTESIS ... 88
1. Hubungan Antara Sikap Dengan lntensi ... 90
2. Hubungan Antara Norma Subyektif Dengan lntensi .. 91
3. Hubungan Antara Sikap, Norma Subyektif Dengan lntensi ... 91
4. Uji !.. ... 92
5. Gambaran Kausal Efek ... 93
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, SARAI\!.. ... 96
A KESIMPULAN ... 96
B. DISKUSI ... 97
2. Tabel penyebaran Subyek berdasarkan usia 79
3. Tabel penyebaran subyek berdasarkan fakultas 79
4. Tabel penyebaran subyek berdasarkan semester 81
5. Tabel penyebaran subyek berdasarkan asal sekolah
82
6. Tabel penyebaran subyek berdasarkan ukm yang diikuti
selain LOK 83
7. Tabel penyebaran subyek· berdasarkan bergabung dengan
ekstrakurikuler luar kampus 84
8. Tabel.penyebaran subyek berdasarkan kehadiran di kajian 86
9. Tabel penyebaran subyek berdasarkan kehadiran di training 86
10. Tabel korelasi antar variabel 88
11. Tabel analisis multiple regresi 89
A. LAT AR BELAKANG MASALAH
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut : " Barang siapa melihat suatu kemunkaran maka
hendaklah ia merubafJ dengan tangannya. Apabi/a tidak mampu hendaklah dengan lidahnya (ucapannya), dan apabi/a tidak mampu juga hendaklah dengan hatinya dan itulah keimanan yang paling lemah "(Al Math, 1995).
Hadits yang disampaikan oleh Rasulullah SAW di atas adalah sebagai
salah satu dalil yang menyatakan betapa per.itingnya untuk berdakwah
amar ma'ruf nahi munkar diantara sesama manusia. Hadits tersebut
menyampaikan bahwa siapa saja orang muslim yang mengetahui ada
kemunkaran di sekitarnya, yaitu segala kemunkaran yang sekiranya dapat
diketahui oleh dirinya, maka dengan segala kemampuan ia harus berusaha
untuk mengubahnya kembali menjadi sesuatu yang ma'ruf atau baik lagi.
Hadits di atas juga menyebutkan bagaimana tahapan-tahapan dalam
berdakwah amar ma'ruf nahi munkar yang harus dijalani oleh kaum muslim.
Diawali dengan usahanya mengubah kemunkaran dengan mengerahkan
segala kemampuan yang ada, yaitu dalam artian dengan menggunakan
hingga jalan terakhir apabila tidak mampu juga maka dapat dengan
menggunakan hati, yaitu menolak dengan hati segala kemunkaran yang
terjadi.
2
Mengajak orang lain kepada jalan yang benar dan rnencegahnya dari pada
jalan yang munkar bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, selalu ada
saja aral melintang dihadapannya, terlebih lagi kini dengan seiring
masukny;;. era globalisasi hidup yang dijalani manusia semakin kompleks.
Dengan segala kemudahan dan kemajuan yang ditawarkannya takjarang
manusia dengan seenaknya menjungkirbalikkan antara yang ma'ruf dan
munkar. Bahkan kini segala yang buruk dan ュセョォ。イ@ telah menemukan
bahasanya sendiri yang terkesan modern, elegan dan berkelas untuk
sebuah kenistaan. Menjadi jujur, berkata benar, menjauhi kebohongan dan
kecurangan, menjaga kehormatan diri dari hal-hal yang haram dianggap
sebagai perbuatan yang sok bersih, sok alim, malah tak jarang dikatakan
munafik. Sedar.gkan menyuap, berzina, berbohong malah dianggap
sebagai suatu yang wajar dan pantas untuk dilakukan (Tarbawi, 2003).
Menegakkan suatu kebenaran akan terasa sangat sulit bila tidak diimbangi
dengan menekan pintu-pintu kepada jalan keburukan. Karena sesuatu yang
berdampingan, apalagi merelakan yang satu alas yang lainnya. Dengan
kata lain setiap kali ada seruan untuk melakukan kebajikan maka harus
juga dibarengi dengan upaya pencegahan kemunkaran. Karena
bagaimanapun juga Islam tidak saja memerintahkan untuk melakukan
kebaikan tetapi juga mengajarkan umatnya tentang betapa pentingnya
peduli terhadap pencegahan pada hal-hal yang munkar (Tarbawi, 2003).
Fenomena kehidupan inanusia yang tidak pernah lepas dari adanya
kemunkaran ini agaknya tak dapat dihindari lagi. Karena bagaimanapun
juga sejak zaman Rasulul/ah SAW segala yang munkar sebagai sesuatu
yang dibisikkan oleh syaitan selalu ada dan tidak akan pernah musnah
hingga akhir dunia. Oleh karenanya seruan オョエオセ@ berbuat ma'ruf dan
mencegah dari perbuatan yang munkar diwajibkan kepada seluruh umat
Islam dimananapun dirinya berada (Natsir, 2003). Namun demikian
agaknya untuk melakukan hal itu semua akan terasa sangat sulit dan berat
bagi kaum muslim bila diri mereka tidak dibekali dengan ilmu pengetahuan
tentang apa dan bagaimana sesuatu yang ma'ruf dan munkar. Oleh karena
itu kiranya kehadiran para pendakwah atau "da'i" yang senantiasa
berusaha meyerukan kepada kebaikan dan mencegah daripada
4
Akan tetapi syarat rnenjadi da'i yang handal tidaklah semudah apa yang
dikatakan. Karena bagaimanapun juga zaman yang telah kompleks ini
sangat membutuhkan da'i-da'i yang kuat iman dan mentalnya sehingga
tidak akan berguguran di tengah jalan walau badai yang menerpa
perjuangan dakwahnya begitu berat menghadang. Para da'i ini diharapkan
agar dapat terus memperjuangkan kebenaran walaupun banyak
masyarakat yang menolak dakwahnya. Karenanya sangnt penting bagi da'i
memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang sesuatu yang di
dakwahkannya, hal-hal yang berkaitan dengan yang akan didakwahkannya,
serta kebutuhan apa saja yang dibutuhkan oleh orang yang menjadi
sasaran dakwahnya. Sehingga pada akhirnya nanti ia dapat bertindak dan
berperilaku secara tepat manakala menyerukan kepada yang benar dan
mencegah daripada yang munkar kepada orang lain.
Betapa pentingnya keberadaan seorang da'i ataupun kelompok yang
menyerukan amar. ma'ruf nahi munkar, sebagaimana yang dikutip oleh
Mohammad Natsir (2000) dari hadits Rasulullah SAW adalah karena :
1. Agar terhindar dari jatuhnya siksa dari Allah SWf secara kolektif
kepada seluruh ummat manusia
3. Agar sesuatu yang benar akan selalu terlihat benar, dan salah akan
selalu terlihat salah.
Fakta yang menceritakan betapa memprihatinkannya kehidupan beragama,
moral dan akhlak manusia kini tidak hanya terdengar dari dunia-dunia
malam yang ada di kota-kota besar saja. Akan tetapi kini kabar
memprihatinkan yang menceritakan fakta tentang kebobrokan nilai
beragama justru datang dari suatu institusi yang notabene berlandaskan
keislaman. Pada bulan Mei tahun 2002 majalah Sabili menurunkan
headline "Selamatkan IAIN" memberitakan bahwa pada kampus yang telah
berubah statusnya dari lnstitut menjadi Universitas ini mulai banyak terjadi
perilaku yang melanggar ajaran-ajaran agama. Misaln)la meninggalkan
shalat, puasa, bahkan berzina (Sabili,2002). Di UIN sendiri terjadi hal
yang sangat kontroversial yang dilakukan oleh Forum Mahasiswa Ciputat
(Formaci) yang menolak pemberlakuan jilbab di IAIN. Pemberitaan tentang
gugatan protes pemberlakuan jilbab membuat pihak di luar kampm• ini
terkejut. Apalagi aksi protes ini justru datang dari pihak dalam kampus dan
dari mahasiswa yang seharusnya mentaati segala norma dan kode etik di
kampus. Serita lain yang tak kalah mengejutkan publik adalah akibat yang
muncul dRri kebebasan pemikiran mahasiswanya yaitu adanya budaya
disampaikan penuturan salah seorang ibu kos yang menyatakan bahwa
sudah beberapa kali disekitar tempat tinggalnya warga menggerebek
mahasiswa yang sedang berbuat mesum.
Sebenarnya sebelum majalah Sabili menurunkan berita tentang keadaBn
yang memprihatinkan tentang lingkungan kampus terutama dari segi
pergaulan bebasnya, AM. Masruri mahasiswa Psikologi dalam hasil
penelitian skripsinya tahun 2001 di IAIM, menyampaikan bahwa dari 84
responden mahasiswa sebanyak 22 orang termasuk ke dalam kategori
berperilaku seksual tinggi dalam berpacaran, dimana sebanyak 2 orang
mengaku pernah berhubungan seksual. Sedangkan sisanya mengaku
pernah melakukan perilaku seksual kepada pasangannya mulai dari
berpegangan tangan, berciuman, berpelukan sarnpai meraba-raba bagian
tubuh dan alat kelamin (Masruri, 2001 ).
6
Semakin meningkatnya perilaku immoral mahasiswa UJN seharusnya
dicermati oleh berbagai pihak baik dari para dosen maupun dari para
mahasiswa UIN sendiri, karena apabila ha! ini didiamkan maka akan
semakin membuat citra buruk tentang UJN dan menjauhkan UIN dari tujuan
kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan dan
mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan agama Islam
(Buku Pedoman JAIN, 2000).
Melihat kurang nyatanya pelaksanaan dakwah dari mata kuliah yang telah
diperoleh di kampus maka dibentuklah Lembaga Oakwah Kampus (LOK)
Syahid yang termasuk ke dalam salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) UJN Jakarta. Tujuan didirikannya LOK Syahid adalah membangun
kekokohan spiritual dan intelektual anggotanya yang tercermin pada
realitas amar ma'ruf nahi munkar, didukung oleh perwujudan kampus yang
islami (Panduan Latihan Kader Oakwah, 2002).
Melalui LOK Syahid inilah para mahasiswa UIN yang memiliki perhatian
besar akan keselamatan ummat umumnya dan mahasiswa UIN khususnya
berusaha untuk selalu menegakkan amar ma'ruf nahi munkar dimanapun
mereka berada. Hal ini diwujudkan oleh para anggota LOK Syahid dengan
rutin mengadakan pengajian mingguan, mengadakan pelatihan-pelatihan
kader dakwah, bakti sosial, dan pembinaan ummat melalui antara lain
8
Sekalipun demikian ternyata keberadaan LOK Syahid belum mampu
membendung arus era globalisasi dan kebebasan pemikiran dan pergaulan
yang berkembang di dalam kampus UIN. Contohnya, mahasiswa anggota
LOK Syahid manakala berada dalam perkuliahan yang dilaksanakan
sehari-hari cenderung mendiamkan perilaku munkar yang muncul dari
teman-teman kuliah yang tidak melaksanakan shalat atau mencontek ketika
ujian. Jarang sekali terdengar ajakan dari mahasiswa anggota LOK Syahid
yang secara nyata menyeru kepada temannya yang tidak melakukan shalat
agar bersedia melakukan shalat atau menegur agar tidak melakukan
perbuatan mencontek. Mahasiswa anggota LOK Syahid juga jarang secara
aktif menegur teman-temannya yang berperilaku mengarah kepada
pergaulan bebas sehingga kasus-kasus tentang pergaulan bebas pun mulai
terdengar gencar terjadi di sekitar lingkungan UIN.
Berdasarkan kabar yang terdengar selama ini dalam kurun waktu 3 tahun
kebelakang mahasiswa anggota LOK Syahid yang juga banyak bergabung
dengan mahasiswa pergerakan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim
Indonesia (KAMM!) malah secara lantang disibukkan dengan melakukan
dakwah amar ma'ruf nahi munkarnya di lingkungan luar kampus misalnya
kasus-kasus negara seperti kolusi, korupsi dan nepotisme dengan mengadakan
berbagai macam aksi prates mengerahkan massa melalui demonstrasi.
Oakwah yang dilakukan oleh mahasiswa anggota LOK Syahid ke
lingkungan luar kampus tentunya merupakan keharusan, karena
bagaimanapun juga para anggotanya tetap melakukan dakwah dalam
koridor amar ma'ruf nahi munkar. Akan tetapi sangat disayangkan jika
mahasiswa anggota LOK Syahid lebih mementingkan mengubah
kemunkaran yang terjadi di luar kampusnya ketimbang merubah
kemunkaran di sekitar kampusnya. Jika mahasiswa anggotanya lebih
memfokuskan diri pada amar ma'ruf nahi munkar kepada hal-hal di luar
kampusnya sudah barang tentu akan membuat LOK Syahid jauh dari upaya
mewujudkan kampus yang islami.
Pada prakteknva dakwah amar ma'ruf nahi munkar tidak terbatas pada satu
tempat. Akan tetapi jika dalam konteks permasalahan yang dihadapi UIN
maka akan terasa sangat penting kegiatan dakwah LOK Syahid khususnya
bila dimulai dari lingkungan kampus daripada di luar kampus. Jika UIN
dianalogikan sebagai satu keluarga maka akan timbul pertanyaan mengapa
mahasiswa anggota LOK Syahid malah mementingkan urusan di luar
10
nyata banyak anggota keluarga yang harus diselamatkan melalui
dakwahnya. Hal ini tentunya bertentangan dengan perintah Allah SWT
yang menyuruh hamba-Nya untuk menjaga diri dan keluarga dari panasnya
api neraka. Bila dihubungkan dengan konteks amar ma'ruf nahi munkar
maka ketidakacuhan mahasiswa anggota LOK Syahid terhadap
kemunkaran di sekitar kampusnya, akan berakibat timbulnya bencana yang
tidak hanya rnenimpa 'Tiahasiswa yang berbuat munkar saja, akan tetapi
juga akan berimbas kepada mahasiswa anggota LOK Syahid. Bila keadaan
ini terus dibiarkan maka bukan tidak mungkin dapat menghambat
efektifitas dakwah yang dilakukan anggotanya di luar lingkungan kampus.
Menyeru teman kepada kebaikan dan mencegahnya dari jalan keburukan
merupakan usaha yang cukup sulit untuk dilakukan. Berbeda-bedanya latar
belakang keluarga, pendidikan, dan cara pandang manusia terhadap
sesuatu hal adalah salah satu kendala yang dihadapi dalam dakwah amar
ma'ruf nahi munkar mahasiswa anggota LOK Syahid. Karenanya seringkali
ditemukan fakta bahwa mahasiswa anggota LOK terkesan eksklusif dalam
dakwahnya, mereka lebih menyenangi berdakwah kepada sesama
anggota yang notabene satu visi, misi, tujuan. Selain itu kendala yang juga
sering muncul adalal1 perdebatan dari dalam diri anggota LOK Syahid
individu mahasiswa anggota LOK Syahid sering timbul bayangan ditolak
atau dicela dari orang yang diserunya. Tidak jarang alasan tidak ingin
melanggar hak azasi manusia juga merupakan hambatan untuk terus
berdakwah amar ma'ruf nahi munkar pada anggota LOK Syahid.
Sungguh sangat disayangkan jika hambatan tersebut menyebabkan
dakwah amar ma'ruf nahi munkar di lingkungan kampus UIN terhenti.
Karena bila perinasalahan hak azasi manusia dijadikan alasan maka
sudah barang tentu tidak akan pernah ada dal<wah amar ma'ruf nahi
munkar bagaimanapun bentuknya. Padahal apabila mahasiswa anggota
LOK Syahid mempelajari secara mendalam perintah amar ma'ruf nahi
munkar pada Al Quran maupun Assunnah maka mereka akan menemukan
kesimpulan bahwa inti perintah untuk berdakwah yang disampaikan oleh
Rasulullah hanyalah menyampaikan (balligh) secara nyata dan jelas saja.
"Sampaikanlah olehmu daripadaku walau satu ayat sekalipun "
(Darussalam, 1996 ). Adapun orang yang didakwahi (mad'u) menerima
atau menolak maka bukanlah menjadi tanggung jawab orang yang
menyampaikan dakwah (da'i).
Selain itu jika permasalahan hak azasi manusia ini tidak dapat ditolak oleh
akan lahir orang-orang munafik yang dengan mudah akan mematahkon
argumen-argumen para pendakwah a mar ma'ruf nahi munkar. Karena 1ya
anggapan ini harus segera dihapuskan dari nilai-nilai dakwah yang
dilakukan oleh LOK Syahid.
12
Ougaan lain mengenai terhambatnya dakwah amar ma'ruf nahi munkar
yang dilakukan cleh mahasisiwa anggota LOK Syahid dapat dimungkinkan
karena adanya pengaruh keyakinan (beliet) tentang amar ma'ruf nahi
munkar itu sendiri. Fishbein & Azjein (1975) menyatakan bahwa keyakinan
(belief) merupakan perwujudan dari apa yang manusia kelahui mengenai
suatu objek dan sekaligus merupakan penghubung objek dengan atribut.
Melalui belief ini nantinya seseorang akan membentuk sikap terhadap
suatu objek dan pada akhirnya akan mempengaruhi intensi untuk
berperilaku yang berkaitan dengan objek. Jadi dapat disimpulkan alasan
lain yang menyebabkan terhambatnya dakwah amar ma'ruf nahi munkar
pada mahasiswa angota LOK Syahid karena adanya belief tertentu yang
mungkin saja merupakan belief yang salah dalam pandangan agama
terutama dalam konteks amar ma'ruf nahi munkar. Belief ini biasanya
dapat terbentuk karena observasi dan pengalaman mereka di masa lalu
Berikul beberapa milos yang mendukung belief seseorang dan merui:;akan
alasan belapa sulilnya menegakkan amar ma'ruf nahi munkar dan
menyerukannya kepada orang lain (Tarbawi, 2003), yaitu :
1. Milos bahwa dengan menyerukan amar ma'ruf nahi munkar akan
membuat cilra diri penyerunya セオイ。ョァ@ baik di mala orang lain
2. Milos bahwa penyeru amar ma'ruf nahi munkar lidak akan
meperoleh keunlungan sedikitpun alas seruan yang dilakukannya
3. Milos bahwa bila seseorang melakukan amar ma'ruf nahi munkar
maka akan mengurangi keluwesan dirinya dalam bergaul dengan
orang lain
4. Milos enggan melakukan amar ma'ruf nahi munkar karena adanya
pertimbangan untuk menyenangkan orang lain
5. Mitos bahwa diri seorang individu tidak layak dan pantas untuk
menyerukan amar ma'ruf nahi munkar
6. Mitos bahwa dengan amar ma'ruf nahi munkar maka individu
dianggap telah mencampuri urusan orang lain
7. Mitos bahwa keburukan boleh dilakukan seorang individu asalkan
tidak terlalu besar dan berulang kali dilakukan
8. Mitos adanya ketakutan salah langkah dalam menyeru amar ma'ruf
14
Mitos-mitos ini agaknya banyak dipercayai oleh mahasiswa anggota LOK
Syahid, sehing9a karenanya banyak mahasiswa anggota LOK Syahid yang
enggan melakukan amar ma'ruf nahi munkar terutama kepada temannya
sendiri di lingkungan kampus. Apabila mitos ini terus menerus dipercayai
dan tidak segera dihilangkan dari pikiran atau kognisi para anggota
lembaga dakwah seperti LOK Syahid maka dapat dibayangkan betapa
sulitnya menemukan da'i dan ulama yang konsisten menegakkan ajaran
agama dan amar ma'ruf nahi munkar di dunia ini.
Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul "HUBUNGAN ANTARA SIKAP
TERHADAP AMAR MA'RUF NAHi MUNKAR DAN NORMA SUBYEKTIF
DENGAN INTENSI UNTUK MENJALANKAN AMARMA'RUF NAHi
MUNKAR MAHASISVVA ANGGOTA LDK SYAHID UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA"
B. PEMBAT ASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
1. Perumusan Masalah
a. Seberapa besar intensi mahasiswa anggota LOK Syahid untuk
b. Apakah sikap mahasiswa anggota LOK Syahid terhadap amar
ma'ruf nahi munkar mempunyai hubungan yang signifikan dengan
intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar?
c. Apakah norma subyektif mahasiswa anggota LOK Syahid tentang
amar ma'ruf nahi munkar mempunyai hubungan yang signifikan
dengan intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar ?
d. Variabel manakah yang paling berperan terhadap intensi untuk
menjalankan a1 nar ma'ruf nahi pada mahasiswa anggota LOK
Syahid?
e. Apakah hubungan antara sikap dengan intensi untuk menjalankan
amar ma'ruf nahi munkar lebih tinggi daripada hubungan norma
subyektif dengan intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi
munkar.
f. Bagaimanakah garnbaran causal effect antara sikap, norma
subyektif terhadap intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi
munkar?
2. Pembatasan masalah
a. Sikap adalah evaluasi terhadap perasaan suka atau tidak suka
pada suatu obyek, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk
b. Norma Subyektif adalah keyakinan normatif yang ada pada diri
seseorang untuk sejauhmana ia bersedia melakukan suatu
perilaku berdasarkan orang-orang yang berati bagi dirinya.
c. /ntensi adalah suatu prediktor yang kuat bagi munculnya suatu
perilaku. lntensi untuk berperilaku dipengaruhi oleh sikap dan
norma subyektif tentang perilaku tersebut.
d. Perilaku arnar ma'ruf nahi munkar adalah kegiatan menyeru,
mengajak orang lain kepada jalan kebaikan yang sesuai dengan
perintah agama dan mencegah daripada jalan keburukan yang
bertentangan dengan perintah agama
e. LOK Syahid adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
yang didirikan berdasarkan nilai-nilai keagamaan dan berusaha
terus menegakkan amar ma'ruf nahi munkar demi terwujudnya
kampus yang islami.
C.
TUJUAN PENELITIAN
16
Memperoleh gambaran mengenai peri/aku amar ma'ruf nahi munkar
mahasiswa anggota LOK Syahid di dalam lingkungan kampus UIN Jakarta
dalam kaitannya dengan penghayatan akan amar ma'ruf nahi munkar. Dari
sini akan diperoleh informasi apakah belief yang mempengaruhi sikap dan
berhubungan dengan intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar
mahasiswa anggota LDK Syahid di UIN Jakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dan penelitian ini adalah :
a. Secara teoritis : dapat memberikan kontribusi teoritis kepada instansi
terkait tentang belief yang berhubungan dengan sikap dan norma
subyektif pada mahasiswa anggota LDK Syahid mengenai amar
ma'ruf nahi munkar yang sekaligus dapat berhubungan dengan
intensi untuk berperilaku amar ma'ruf nahi munkar oleh mahasiswa
anggota LOK Syahid UIN Syarif Hdayatullah Jakarta.
b. Secara praktis : memberi masukan kepada para pihak yang
berkepentingan di dalam LOK Syahid tentang pentingnya amar
ma'ruf nahi munkar.
E.
KAIDAH PENULISAN
Pada penulisan skripsi ini penulis menggunakan kaidah American
F. SISTEMATIKA PENUUSAN
BABIPENDAHULUAN
18
Pada bagian pertama ini penulis membciginya ke dalam beberapa bagian,
yaitu latar belakang masalah, permasalahan penelitian, pembatasan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kaidah penulisan,
dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bagian kedua ini merupakan kerangka berpikir dari penulis yang
berisi tentang pengertian sikap, norma subyektif, dan intensi, teori belief,
teori tentang amar ma'ruf nahi munkar, definisi amar amar ma'ruf nahi
munkar, hukum, syarat dan rukun dalam amar ma'ruf nahi munkar, urgensi
amar ma'ruf nahi munkar, tingkatan dalam amar ma'ruf nahi munkar, teori
tentang dakwah, konsep dakwah islam, strategi dan teknik dalam dakwah,
fiqhud dakwah, profil tentang LOK Syahid dan hipotesis penelitian.
BAB Ill METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian ini penulis membaginya ke dalam beberapa bagian, yaitu
pendekatan penelitian, metode pengumpulan , prosedur penelitian, dan
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bagian ini akan dijelaskan dan dideskripsikan semaksimal mungkin
hal-hal yang berkaitan dengan jalannya penelitian dan hasil penelitian,
seperti pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan analisis data.
BAB V KES!MPULAN
Pada bagian terakhir ini penulis membaginya menjadi bagian penting, yaitu
A.
TEORI SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN INTENSI
1. Pengertian Sikap
Sikap yang disampaikar oleh Skinner dan Fishbein (1965) dalam buku
Current Studies in Social Psychology dinyatakan sebagai
" ... are learned predisposition to respond to an object or class of object in
a favourable or unfavourable way".
"atttitude .... as a learned predisposition to respond in a consistenly
favourable or unfavourable manner with respect to an given object".
Sedangkan oleh Krech dan Krutchfield (1948) sikap didefinisikan sebagai:
"attitude ... as enduring organization of motivational, emotional, perceptual,
Sikap didefinisikan oleh Chave (1928) sebagai:
"attitude is a complex feelings, desires, fears, conviction, prejudices, or
other tendencies that have given a set of readiness to act to a person
because of varied experiences''.
Menurut Thurstone (1931) sikap adalah:
"Attitude as a disposition to react favourably or unfavourably to a class of
objects".
21
Berdasarkan pengertian sikap yang telah dikemukakan di alas maka dapat
disimpulkan bahwa sikap adalah :.
1. Sikap merupakan evaluasi terhadap perasaan suka atau tidak suka
pada suatu obyek, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk
favourable dan unfavourable.
2. Sikap berhubungan erat dengan kecenderungan untuk menampilkan
perilaku tertentu terhadap obyek.
3. Sikap merupakan perasaan yang kompleks yang dapat terdiri dari
rasa suka, takut, prasangka, curiga, atau berbagai kecenderungan
lainnya yang membuat seorang individu mempersiapkan diri untuk
2. Hubungan Sikap dan Perilaku
Berdasarkan pengertian sikap yang telah disampaikan oleh para ahli di atas
maka dapat disimpulkan bahwa sikap pada diri seseorang berhubungan
dengan kecenderungan dirinya untuk menampilkan perilaku yang sesuai
dengan sikapnya. Namun demikian para ahli berpendapat bahwa
kadangkala seseorang dapat menampilkan perilaku yang tidak sesuai
dengan sikap pada dirinya. Hal ini dapat disebabkan karena perilaku
dipengaruhi oleh faktor lain selain sikap.
" ... attitudes always produce pressure to behave consistently with them,
but external pressures and extraneous considerations can cause people
to bel1ave inconsistenly with their attitudes. Any attitude or change in
attitude tends to produce behaviour that corresponds with it. However the
correspondence often doesn't appear because of other factors that are
involved in the situations"(Fishbein &Ajzein, 1975).
Oleh karena itu dalam meramalkan tampilrwfl p$ril91<u pada diri
'
seseorang maka tid<J.k hanya cukup dengan memperh9tikan faktor sikap
saja, akan tetapi harus memberikan perhatian akan pengaruh faktor Juar
3. Sikap, Norma Subyektif, dan lntensi menurut Fishbein dan
Ajzein (1975).
Permasalahan tentang sikap oleh Fi;;hbein dan Ajzen (1975) dibahas
dengan menggunakan trilogi yaitu afek, kognisi, dan konasi. Menurut
keduanya afek merupakan suatu perasaan dan evaluasi terhadap objek.
Kognisi adalah sebagai tempat pengetahuan, pendapat, keyakinan, dan
pikiran tentang suatu obyek. Sedangkan konasi adalah intensi untuk
berperilaku yang akan ditampilkan terhadap suatu obyek. Pada tataran ini
Fishbein dan Ajzein (1975) membedakan antara intensi berperilaku
dengan perilaku aktual.
Berdasarkan penje1asan diatas maka Fishbein dan Ajzein (1975)
membuat klasifikasi sebagai berikut :
a. Kognisi meliputi opini dan keyakinan (belief)
b. Afek meliputi perasaan dan evaluasi
c. Konasi merupakan intensi untuk berperilaku
d. Perilaku merupakan tindakan nyata.
Sehingga sel;:mjutnya kognisi dalam penjelasan Fishbein dan Ajzein
dan konasi dengan intensi. Sedangkan perilaku dinyatakan sebagai overt
behavior, yang pemunculannya akan ditentukan oleh intensi.
Lebih lanjut dikatakan bahwa intensi untuk berperilaku merupakan
prediktor yang paling kuat bagi munculnya suatu perilaku. lntensi untuk
bertingkah laku sendiri dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku dengan
norma subyektif tentang perilaku tersebut.
Beliefs about
consequences of
behavior "X"
Nonnat:ve belief about behavior
"X"
Attitude toward
behavior "X"
Subjective nonn
concerning
behavior "X
Intention to perf onn
Behavior "X"
Model perilaku menurut Fishbein dan Ajzein (1975, hal 16)
Bagan di alas menerangkan bahwa perilaku ditentukan oleh intensi untuk
berperilaku. lntensi perilaku sendiri merupakan fungsi dari dua faktor yaitu
sikap terhadRp perilaku dan norma subyektif mengenai perilaku. Dalam
ha! ini intensi merupakan suatu indikasi akan munculnya suatu perilaku
25
dan norma subyektif seseorang. Sikap dalam hal ini merupakan faktor
personal sedangkan norma subyektif merupakan faktor sosial.
Komponen sikap dan norma subyektif banyak memberikan pengaruh bagi
pembentukan intensi untuk berperilaku. Adapun masing-masing besarnya
sumbangan dapat bermacam-macam, dan berdasarkan pada tiga hal
berikut:
a) Jenis tingkah laku.
Pada tataran ini perilaku yang dimaksud biasanya berhubungan
dengan target yang hendak dicapai atau dengim seberapa besar
pentingnya perilaku bagi seorang individu.
b) Kondisi ketika perilaku ditampilkan
Kondisi sekitar individu ternyata mempunyai pengaruh yang besar
bagi munculnya intensi perilaku pada individu. Dalam hal ini pada
keadaan tertentu seseorang dapat mendorong intensi untuk
bertingkah laku. Jadi, lebih dikarenakan faktor sosial, namun
demikian ada juga yang lebih dikarenakan faktor personalnya.
c) lndividu yang melakukan perilaku
lntensi untuk berperilaku dalam kategori ini sangat berkaitan dengan
karakteristik masing-masing individu sebagai pelakunya, baik dari
Dari bagan di atas juga dilihat bahwa sebelum membentuk suatu sikap
maka individu terlebih dahulu mengawalinya dengan keyakinan bahwa
suatu perilaku mempunyai konsekuensi tertentu. Keyakinan mengenai
suatu perilaku dapat dibentuk melalui pengalaman langsung individu
dengan objek sikap. Mengenai keyakinan ini Fishbein dan Ajzein (1975i
menyatakan bahwa keyakinan mengenai konsekuensi dari perilaku
ditentukan oleh lima sampai sembilan keyakinan utama (salient belief).
Artinya intensi untuk memunculkan suatu perilaku pada diri individu
biasanya terlebih dahulu diawali dengan mengevaluasi beliefnya, dan
biasanya hanya lima sampai sembilan belief saja yang akan mempengaruhi
intensinya.
Faktor lain yang juga mempengaruhi intensi untuk berperilaku menurut
bagan di alas adalah norma subyektif. Norma subyektif terbentuk setelah
individu mempunyai keyakinan normatif yaitu sejauhmana individu bersedia
melakukan suatu perilaku berdasarkan orang-orang yang berarti baginya.
Dengan demikian untuk menentukan keyakinan normatifnya maka individu
mempertimbangkan pendapat orang lain tentang perilakunya. Deter minan
lain yang turut menentukan norma subyektif adalah "motivation to comply'
tekanan normatif yang disebut dengan norma subyektif
(Fishbein & Ajzein , 1975).
27
Uraian di atas dapat dinyatakan dengan rumus dari Fishbein (1975) untuk
memprediksi imensi yaitu :
B - I
=
(AB) w1 + (SN) w2Keterangan :
B
=
perilaku (behavior)=
lntensi untuk menampilkan perilaku B (intention)AB
=
sikap terhadap perilaku BSN
=
Norma subyektif (subjective norm)w1
=
bobot yang diperoleh secara empiris yang menunjukkan besarnyasumbangan sik1p pada intensi untuk beperilaku
w2
=
bobot yang diperoleh secara empiris yang menunjukkan besarnyasumbangan norma subyektif pada intensi untuk beperilaku
Untuk melihat sikap terhadap perilaku dirumuskan sebagai berikut :
n
AB =
I
bieii=1
Keterangan :
AB = sikap terhadap tingkah laku B (attitude)
bi
=
keyakinan individu bahwa tampilnya perilaku akan mengarahpada konsekuensinya "i" (belief)
ei
=
evaluasi terhadap konsekuensi "i" (evaluation)n = keyakinan individu tentang perilaku "b" (number of belief)
Sedangkan norma subyektif terhadap perilaku oleh Fishbein (1975)
dirumuskan sebagai berikut :
n
SN
=I
bimii = 1
Keterangan :
SN
=
norma subyektif (subjective norm)bi = keyakinan normatif, yaitu keyakinan individu mengenai pendapat
kelompok "i" atau individu "i" mengenai harus tidaknya ia
menampilkan perilaku "B" (normative belief)
mi = motivasi untuk menuruti individu "i" atau kelompok "i"
4. Keyakinan (Belief)
Belief oleh para bebrapa ahli Psikologi didefinisikan sebagai berikut :
" The type of judgement may be viewed as ameasure of probability
dimension of concept, or more specially as a belief" (Fishbein, 1965).
" belief represent information he has about the object, specially a belief
links an object to some attribute "(Fishbein & Ajzein, 1975).
29
Berdasarkan definisi belief di alas maka dapat disimpulkan bahwa belief
adalah apa yang dipercayai o/eh seseorang tentang suatu objek psiko/ogis
yang bersifat subyektif. Belief juga merupakan representasi dari apa yang
manusia ketahui tentang suatu objek dan seka/igus merupakan
penghubung antara suatu objek dengan atribut tertentu. Objek dari belief
dapat berupa manusia, perilaku, kejadian, di/. Sedangkan atribut yang
dihubungkan dengan objek tersebut dapat berupa sifat, kualitas, ciri,
karakteristik, objek lain, akibat, di/ (Fishbein & Ajzein, 1975 ha/ 12).
Belief merupakan faktor yang penting bagi terbentuknya suatu sikap pada
diri seseorang. Manakala seseorang telah membentuk suatu belieftentang
suatu objek maka secara otomatis dan simultan ia akan membentuk sikap
beberapa atribut dan sikap seseorang terhadap objek merupakan fungsi
dari evaluasinya akan atribut-atribut tersebut. Belief yang mendorong
terbentukya sikap maka disebut dengan "behavioral belief'. Akan tetapi
dalam membentuk suatu sikap diperlul<an beberapa belief utama yang
biasa disebut dengan "salient belief'. Salient belief dalam :nenentukan
suatu sikap pada diri seseorang sangat tergantung pada seberapa penting
suatu belief dan seberapa besar kekuatan hubungan antara belief dan
evaluasi (fishbein & Ajzen, 1975 hal 14 ).
Derajat belief seseorang tentang suatu objel< dapat berbeda-beda. Ada
belief yang sangat dipercayai namun adapula belief yang sama sekali tidak
dipercaya. Adal<alanya belief dapat berubah dari tidak dipercayai sama
sekali menjadi benar-benar dipercaya. Perubahan belief ini terjadi
tergantung pada seberapa al<urat persepsi seseorang terhadap suatu
objek, siapa yang menyampaikan informasinya, dan berapa banyak bukti
yang mendukur.g belief tersebut (Knop, 1980).
Pembentul<ari belief dapat terjadi karena observasi langsung atau adanya
informasi yang datang dari luar dirinya atau dengan proses-proses
penyimpulan . Dari sinilah seseorang akan mengasosiasikan objek-objek
31
belief tentang dirinya, orang lain, kejadian, perilaku, dan sebagainya.
Totalitas dari belief akan menentukan sikap seseorang, intensi dan
perilakunya. Belief pada diri seseorang merupakan dasar bagi dirinya untuk
membuat penilaian, evaluasi, dan mengambil keputusan. Berikut
pembagian belief yang dibagi oleh Fishhein dan Ajzen (1975, hal 132)
berdasarkan cara memperolehnya :
1. Descriptive Belief : keyakinan tentang suatu objek yang tebentuk
berdasarkan informasi yang diperoleh melalui observasi langsung
terhadap objek. Lewat observasi ini individu mempersepsikan bahwa
objek memiliki ciri-ciri tertentu.
2 Inferential Belief: Keyakinan yang dibentuk berdasarkan penarikan
kesimpulan yang didasari pada hubungan-hubungan yang
sebelumnya sudah dipelajari atau melalui suatu proses penalaran
dengan menggunakan hukum-hukum berfikir (formal coding system)
3. Informational Belief: keyakinan yang dibentuk berdasarkan informasi
yang telah disediakan dari dunia luar. lnformasi tersebut berasal dari
berbagai media, teman, kuliah, dan sebagainya. Namun tidak semua
informasi yang ada akan menjadi belief bagi diri seseorang. Untuk
menjadi suatu belief informasi yang diterima akan tergantung pada
Untuk mengetahui belief pada diri seorang individu mengenai sikapnya
terhadap suatu objek maka dapat digali mela/ui tahapan elisitasi. Pada
elisitasi ini seseorang diminta untuk membentuk respon secara bebas dan
membuat daftar karakteristik, kualitas, dan atribut-atribut dari suatu objek
atau konsekuensi dari perilakunya (Fishbein, 1975).
Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar belief yang ada pada
individu dapat dilakukan dengan cara meminta individu tersebut untuk
menunjukkan seberapa jauh (derajat pengetahuannya) atau apa yang
dipercayainya dalam suatu ska/a. Yaitu dari suatu pernyataan yang
mengandung atribut dari objek tersebut (Fishbein & Ajzen, 1975).
8. AMAR MA'RUF
NAHi MUNKAR
1. Definisi Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Amar ma'ruf nahi munkar merupakan perintah utama dalam agama Islam
yang diwajibkan kepada se/uruh umat manusia. Kedua konsep tersebut
disampaikan Allah SWT pada 9 tempat di dalam Al Quran, antara lain pada
surat Ali lmran ayat 104, 11 O dan 114, surat Al-A'raf ayat 157, surat
At-Taubah ayat 67, 71, dan 112, surat Al-Hajj ayat 41 dan surat Luqman ayat
33
Kata amar mer<Jpakan asal dari bahasa arab amara -ya'muru dan ta'muru
yang memiliki arti menyuruh, atau memerintah. Secara dzahiriah kata ini
bermakna pengwajiban ( Hasan, 2002). Sedangkan kata ma'ruf diambil dari
kata urufyang berarti dikenal atau dapat dimengerti dan dipahami serta
diterima oleh masyarakat. Perbuatan yang ma'ruf apabila dikerjakan dapat
diterima oleh manusia karena perbuatan tersebut masuk akal dan tentunya
sesuai dengan ajaran agama. Lawan kata ma'ruf adalah munkar, artinya
sesuatu yang dibenci, tidak disukai dan ditolak oleh masyarakat. Sehingga
karenanya perbuatan yang munkar ditolak oleh akal manusia selain karena
perbuatan tersebut jauh .nelenceng dari ajaran agama (Hamka, 1987).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amar ma'ruf berarti menyu·uh,
memerintah, mengajak, atau menyeru orang lain kepada sesuatu yang
baik, halal, dan bagus. Sedangkan nahi munkar adalah usaha untuk
mencegah, melarang dari perbuatan yang keji, buruk, dan jelek. Amar
ma'ruf sama dengan artinya menghalall;an semua yang baik, dan nahi
munkar berarti mengharamkan alas segala sesuatu yang buruk, yaitu
segala sesuatu yang dilarang oleh AllRh SV\/T.
Terdapat dua pendapat pada ulama tentang kedudukan amar ma'ruf nahi
mengajak orang lain kepada yang ma'ruf dan menjauhi dari yang munkar
disebut dengar, dakwah. Amar ma'ruf nahi munkar dalam hal ini disebutkan
sebagai salah satu bentuk dakwah Islam yang bertujuan untuk
membimbing dan mengarahkan umat manusia kepada kehidupan yang
diridhoi oleh Allah SWT. Di lain pihak Abdullah bin Abdurrahim Al Jibrin
(1998} memisahkan antara amar ma'ruf nahi munkar dengan dakwah.
Menurutnya dakwah adalah nasihat, petunjuk dan himbauan kepada
kebaikan dan peringatan akan kejahatan , menerangkan
pengaruh-pengaruh ketaatan dan kemaksiatan. Menurutnya hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Al Quran surat An-Nahl ayat 125: "Serulah manusia
kepada ja/an Tuhanmu dengan penuh hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik". Sedangkan amar ma'ruf nahi
munkar adalah menyuruh manusia dengan bermacam ketaatan baik yang
fardhu maupun yang sunnah, dan melarang rnereka dari perbuatan maksiat
baik besar maupun kecil (Abdillah, 1998)
Namun demikian pada hakikatnya maksud dari keduanya,yaitu dakwah dan
amar ma'ruf nahi munkar mempunyai tujuan yang sama. Keduanya
sama-sama melakukan himbauan atau seruan kepada kebaikan yaitu
penyembahan dan ketaatan kepada Allah SWT serta menolak daripada
35
2. Hukum Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Seluruh ulama yang berijtihad sepakat bahwa amar ma'ruf nahi munkar
adalah perintah yang wajib dilakukan oleh setiap umat manusia. Hanya
saja para ulama ini berbeda pendapat tentang kedudukan wajib pada
perintah ini apakah hukumnya fardhu 'ain atau fardhu kifayah ?. Perbedaan
penentuan kedudukan hukum wajib ini disebabkan karena berbedanya para
ulama dalam menafsirkan kata "MIN" pada surat Ali Im ran Ayat 104 :
Artinya:
"Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru
kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung".
Ulama yang bersepakat bahwa hukum amar ma'ruf nahi munkar adalah
fardhu 'ain bagi setiap umat manusia menafsirkan kata "MIN" dalam ayat
tersebut adalah untuk menerangkan dan bukan untuk menunjukkan
"sebagian" (At-Tab'idl). Oleh para ulama pendapat ini diperkuat oleh hadits
Rasulullah SAW yang telah disebutkan pada awal bab ini. Sedangkan
adalah fardhu kifayah l<etika menafsirkan kata "MIN" pada ayat tersebut
mengandung arti At-Tab'idliyah (sebagian). Ulama ini berpendapat bahwa
tugas tersebut tidak diberikan kepada keseluruhan orang, tetapi jika sudah
ada orang yang melaksanakannya maka orang lainnya tidak berdosa
(Ghoffar, 1996).
Menurut Ghoffar (1996) walaupun para ulama berbeda pendapat dalam
menentukan kedudukan amar ma'ruf nahi munkar apakah fardhu 'ain atau
fardhu kifayah, kedua belah pihak sepakat hukum kewajiban pelaksanaan
amar ma'ruf nahi munkar menjadi fardhu 'ain pada beberapa hal, yaitu :
1) Amar ma'ruf nahi munkar menjadi fardhu 'ain manakala seseorang
melakukan penolakan terhadap kemunkaran dengan hati. Pada
keadaan ini Rasulullah SAW menyatakan bahwa manusia berada
pada tingkatan yang paling lemah dari inkarul munkar. Artinya,
setiap orang muslim dalam keadaan apapun wajib menolak dengan
hatinya setiap kemunkaran yang terjadi dihadapan dirinya.
2) Amar ma'ruf nahi munkar menjadi fardhu 'ain bagi orang-orang yang
memiliki kekuasaan menurut syariat. Kata kekuasaan disini dapat
diumpamakan seperti kekuasaan yang dimiliki oleh suami untuk
mencegah istrinya, orang tua untuk melarang anaknya, atau
37
yang menyimpang dari agama. Universalitas dari kekuasaan
tergambarkan dari hadits Rasulullah SAW: "Setiap orang dari kalian
adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas
kepemimpinannya".
3) Amar ma'ruf nahi munkar kedudukannya menjadi fardhu 'ain ketika
seseorang berada dalam posisi tidak adanya seorangpun yang
melihat kemunkaran kecuali hanya dirinya saja, sedangkan dari segi
syarat-syarat amar ma'ruf nahi munkar dia telah memenuhi
kemampuan untuk melakukannya. Keadaan yang seperti ini
membuat seseorang berada dalam posisi mukallaf (orang yang
terbebani) untuk melakukan seruan atau pencegahan.
4) Amar ma'ruf nahi munkar menjadi fardhu 'ain apabila tidak ada
orang yang mampu mengubah kemunkaran kecuali orang-orang
tertr,intu, dimana fardhu kifayah tidak sempurna pelaksanaannya
kecuali oleh mereka
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya amar ma'ruf nahi
munkar hukumnya fardhu 'ain bagi setiap umat manusia. Namun bila
dalam pelaksanaannya terdapat orang-orang yang telah
menjalankannya secara sempurna maka hukum ini berubah menjadi
maka umat manusia yang berada di sekitar lingkungan dimana terjadi
kemunkaran terbetJas dari dosa. Ak,in tetapi tentu saja kedudukan
orang yang ber-amar ma'ruf nahi munkar akan berbeda dengan orang
yang sama sekali berdiam diri manakal2 melihat kemunkaran.
3. Rukun dan Syarat Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Rukun - rukun yang harus dipenuhi dalam melaksanakan amar ma'ruf
nahi munkar sebagaimana yang disampaikan oleh Abdullah (1998),
adalah:
1) Amir: orang yang senantiasa menyerukan amar ma'ruf nahi munkar
kepada orang lain. Jika amar ma'ruf nahi munkar pengertiannya
disamakan dengan dakwah maka Amir dapat pula disebut sebagai
da'i atau muballigh.
2) Amrun : sighah citau ibarat yang dengan dikatakannya sighah
tersebut menunjukkan perintah yang menginginkan ditegakkannya
apa-apa yang ma'ruf atau menginginkan ditinggalkannya
kemunkaran.
3) Ma'mur: orang セQ。ョァ@ menjadi objek amar ma'ruf nahi munkar atau
orang yang diminta untuk melakukan hal-hal yang ma'ruf dan
39
4) Ma'mur bihi : perbuatan atau perkataan yang dimaksudkan agar
tercapainya suatu perbuatan ma'ruf atau dijauhinya suatu perbuatan
yang munkar.
Sedangkan syarat-syarat yang kedudukannya tak kalah penting dalam
pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar dan harus dimiliki oleh seorang
Amir atau da'i menurut Abdullah (1998), adalah:
1) Islam
Disini mengandung pengertian bahwa hanya setiap muslim yang
diwajibkan untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Orang kafir dan ahli
bid'ah tidak wajib melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar karena
sesungguhnya kedua golongan tsrsebut berkewajiban untuk
memperbaiki dirinya terlebih dahulu.
2) Berakal
Hal ini wajib dipenuhi karena dengan akal yang dianugerahi Allah
SWT kepada manusia maka seseorang mampu membedakan mana
perbuatan yang ma'ruf dan mana perbuatan yang munkar.
3) Berpengetahuan
Setiap orang yang menyerukan kepada sesuatu yang baik dan
mencegah dari sesuatu yang buruk harus mengetahui secara jelas
dengan jelas halal dan haramnya sesuatu, bahkan pengetahuan ini
diperkuat dengan dukungan dalil-dalil baik dari Al Quran maupun
Assunnah.
4) Berakhlak baik
Akhlak yang baik pada diri seorang amir atau da'i akan memiliki
pengaruh yang besar dalam penerimaan orang lain terhadap seruan
amar ma'ruf nahi munkar.
5) Bertutur kata yang baik
Lemah lembut dalam berkata-kata menyampaikan amar ma'ruf nahi
munkar dapat menyentuh hati dan menenangkan jiwa orang lain
(ma'mur) yang menerima seruan amar ma'ruf nahi munkar.
6) Memberi contoh yang baik
Amir yang senantiasa melakukan segala sesuatu yang dikatakannya
baik tentang melaksanakan amal kebaikan atau menjauhi perbuatan
munkar dan syubhat akan dijadikan panutan bagi orang lain yang
mendapatkan seruan amar ma'ruf nahi munkar
Syarat sebelum seorang amir melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar
selain syarat-syarat yang telah disebutkan di atas, Ghazali (1975)
41
1) Perbuatan yang dicegah adalah benar-benar suatu kemunkaran
yaitu melanggar segala larangan Allah SWT atau sesuatu yang telah
jelas hukum haramnya.
2) Kemunkaran yang hendak dicegah, pada saat terjadinya dapat
dilihat secara kasat mata. Artinya seorang amir benar-benar melihat
kemunkaran secara langsung dihadapannya.
3) Kemunkaran yang terjadi di hadapan amir adalah sesuatu yang
bukan nierupakan masalah khilafah (perbedaan) antar ulama,
melainkan sesuatu disepakati oleh ulama sebagai hal yang munkar
yang harus ditolak keberadaannya.
4. Tingkatan dalam amar ma'ruf nahi munkar
Pada permulaan bab ini disampaikan hadits yang menyatakan bagaimana
seharusnya sikap dan perilaku seseorang muslim manakala melihat
kemunkaran. Berdasarkan hadits tersebut maka dapat disimpulkan
tingkatan atau level-level dalam menjalankan amar ma'ruf nahi munkar
(Abdullah, 1998) :
a. Menginkari kemunkaran awalnya diwajibkan dengan menggunakan
tangan atau kekuatan fisik. Pada tingkatan ini setiap muslim yang
kemunkaran maka dikenai kewajiban untuk menjalankan amar
ma'ruf nahi munkar.
b. Pada kenyataannya tidak semua muslim memiliki kemampuan untuk
menginkari sesuatu yang buruk dan munkar dengan tangannya.
Oleh karena itu tingkatan kedua yang dapat dilakukan seorang
muslirn adalah dengan berusaha mengubah kemunkaran dengan
lisannya. Pada tingkatan ini para pelaku maksiat diberikan anjuran
atau nasihat agar meninggalkan perbuatannya, misalnya dapat
dengan menerangkan betapa kejinya suatu perbuatan maksiat dan
beratnya siksa yang akan diterima apabila dihisab pada hari
perhitungan nanti.
c. Tingkatan terakhir adalah menolak kemunkaran dengan hati. Pada
tingkatan ini seorang muslim yang merasa tidak mampu
menggunakan tangan dan lisannya untuk merubah kemunkaran
cukup menginkari perbuatan maksiat yang terjadi dengan hatinya
saJa.
5. Pentingnya Arna,· Ma'ruf Nahi Munkar
Orang-orang yang menyerukan amar ma'ruf nahi munkar mempunyai
kedudukan lebih di sisi Allah AWT ,dan di antara manusia lainnya,
43
yang telah diwajibkan kepada kauni muslimin. Memberi perhatian
kepada penyeruan untuk mengajak orang lain kepada kebaikan dan
pencegahan dari terjadinya sesuatu yang buruk dan munkar begitu
penting kedudukannya dalam tataran kehidupan sosial manusia. Berikut
alasan betapa pentingnya amar ma'ruf nahi munkar bagi kehidupan
manusia (Abdillah, 1998) :
1) Dengan adanya amar ma'ruf nahi munkar maka agama akan aman
dan perbaikan akan menjadi menyeluruh (Al Quran 24 : 55). Artinya
dengan adanya orang-orang yang melakukan amar ma'ruf nahi
munkar menyebabkan ajaran agama yang dibawa oleh Rasulullah
SA1N terjaga dari penyelewengan.
2) Pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar menghindarkan manusia dari
azab kolektif (Al Quran 11 : 116-117). Perbuatan yang munkar
apabila tidak segera dicegah maka diibaratkan seperti penyakit yang
menular dan dapat menjadi wabah yang mengerikan. Akan tetapi
bila kemunkaran tersebut segera dicegah maka akan
menyelamatkan manusia dari azab kolektif ,atau azab yang
menimpa bukan hanya kepada pembuat maksiat atau dosa saja
akan tetapi kepada seluruh manusia di sekitar terjadinya
3) Pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar menyebabkan datangnya
pertolongan dari Allah SWT (Al Quran 22 : 40-41 ).
4) Amar ma'ruf nahi munkar merupakan penghapus kesalahan dan
dosa. Dalam hadits rasulullah yang dikutip oleh Abdullah (1998)
disebutkan : "fitnah (bencana) seseorang pada ke/uarganya,
hartanya, jiwanya, anak-anaknya, dan tetangganya dapat ditebus
dengan puasa, shalat, sedekah dan amar ma'ruf nahi munkar".
5) Menyeru orang lain untuk berbuat ma'ruf dan menjauhi perbuatan
munkar dapat menjauhkan orang yang melakukannya (amir) dari api
neraka.
6) Dengan amar ma'ruf nahi munkar merupakan penyebab
dikabulkannya doa oleh Allah SWT. Rasulullah bersabda dalam
hadits sebagaimana yang dikuti Abdullah (1998) : "suruhlah
kebaikan dan cegahlah kemunkaran sebelum kamu sekalian
memohon kepa<.la Allah SWT dan tidak dikabulkan doamu apabila
kamu membiarkan kemunkaran meraja/e/a".
7) Pahala dari amar ma'ruf nahi munkar sama dengan pahala yang
diperoleh dari berjihad Al Quran 9: 91). Elahkan dalam hadits yang
dikutip oleh Ghoffar (1996) dinyatakan bahwa jihad yang paling
utama adalah menyampaikan sesuatu yang haq dan benar kepada
45
8) Orang-orang yang menyerukan kepada kebaikan dan mencegah
daripada keburukan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang
mendapat keberu.1tungan dan kemenangan besar baik di dunia
maupun di akhirat (Al Quran 3 : 104, 9 ; 112).
9) Amar ma'ruf nahi munkar akan mendatangkan rahmat dari Allah
SWT (Al Quran 9 : 71 ).
6. Metode dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Dalam melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar setia!) muslim hendaknya
mengetahui metode yang tepat untuk digunakan dalam dakwahnya. Karena
bagaimanapun juga ketika berdakwah maka orang yang menyerukan
kepada yang benar dan mencegah daripada yang buruk berhadapan
dengan manusia yang beragam kepribadian, suku, dan kebiasannya.
Hasan (2002) menyebutkan beberapa metode yang dapat digunakan dalam
ber-amar ma'ruf nahi munkar, antara lain :
a. Lemah lembut dengan kasih sayang.
Tidak semua kemunkaran dan keburukan harus disikapi dengan
kekerasan. Karena ketika seseorang melakukan pencegahan
terhadap kemunkaran maka pada saat yang sama ia juga
menawarkan kepada suatu alternatif yang baik sebagai penutup
kemunkaran sangat diperlukan, hal ini dikarenakan mencegah
kemunkaran di satu sisi tidal< boleh melahirkan kemunkaran baru di
sisi lain, apalagi lebih besar. Sofyan Ats-Tsauri pernah berkata
bahwa orang yang melakukan amar ma'ruf nahi munkar tidak lepas
dari tiga kriteria : seorang yang /embut dalam menyuruh dan
melarang, berlaku adil dengan apa yang ia suruh dan larang, dan
mengetahui apa yang ia suruh dan /arang (Tarbawi, 2002). Metode
yang /emah lembut dalam amar ma'ruf nahi munkar sekaligus akan
membangun opini di masyaraka! bahwa Islam adalah agama yang
lembut dan damai.
b. Jika bersifat rahasia maka dise/esaikan secara diam-diam.
Pelaksanaan amc.r ma'ruf nahi munkar dengan metode ini
dimaksudkan untuk menjaga nama bail< seseorang. Sehingga orang
yang mendapatkan seruan untuk berbuat ma'ruf dan menghindari
dari yang munkar !idak akan merasa dipermalukan dengan apa
yang telah diperbuatnya.
c. Disesuaikan dengan kadar kemampuan dan kondisi setempat.
Agar tercapainya tujuan amar ma'ruf nahi munkar maka manakala
seseorang yang ber-amar ma'ruf nahi munkar sebciiknya
47
d. Demonstrasi atau unjuk rasa
Pada zaman era globalisasi dan reformasi di Indonesia berkembang
satu metode baru dalam amar ma'ruf nahi munkar yaitu dengan
metode unjuk rasa dan demonstrasi. Metode ini sebenarnya
mempu:iyai konsep yang berbeda, namun mempunyai pengertian
yang sama dalam aplikasinya. Demonstrasi sebagaimana dikutip
oleh Kamaluddin (2001) dari Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah pernyataan prates yang dikemukakan secara massal.
Sedangkan unjuk rasa adalah sekelompok orang yang
berbondong-bondong mengajukan tuntutan atau mengadakan aksi menentang
kebijakan pemerintah. Konsep ini pada hakekatnya mengandung
makna yang sama yaitu pernyataan tuntutan. Pernyataan tuntutan
ini ditujukan kepada berbagi hal yang kurang relevan dengan
ketentuan yang berlaku.
Demonstrasi atau unjuk rasa dalam konteks amar ma'ruf nahi
munkar dalarn keadaan apapun harus tetap memperhatikan
kemaslahatan umat dan menghindari dampak negatif dari
pelaksanaan arnar ma'ruf nahi munkar secara keseluruhan. Oleh
karena itu sangat perlu diperhatikan oleh pihak yang berdemonstrasi
atau berunjuk rasa agar menghindari tindakan brutal dan emosional.
dilaksanakan tanpa didasari oleh suatu dasar yang otentik
(Kamaluddin, 2001).
C. DAKWAH
1. Definisi Dakwah
Dakwah secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab yaitu da'a
-yad'u-da'watun, yang berarti ajakan, seruan, dan panggilan (Darussalam,
1996). Dakwah secara bahasa juga berarti An-Nida (panggilan), atau
Addu'a ila Syai'i (menyuruh dan mendorong pada sesuatu), dan ad-dakwah
ila qadhiyah (menegaskan sesuatu yang baik dan bathil). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa dakwah secara bahasa sebagai ajakan, seruan,
dan panggilan kepada Islam.
Secara terminologis dakwah yang dikutip oleh Nadlifah dari Sayyid Quthb
adalah mengajak atau menyeru orang lain ke dalam sabilillah (jalan Allah),
bukan untuk mengikuti da'i atau sekelompok orang.
Dilain pihak H. Endang S. Anshari didefinisikan sebagai penyampaian Islam
kepada manusia secara lisan maupun tulisan ataupun lukisan. Lebih lanjut
menurutnya dakwah adalah penjabaran , penterjemahan dan pelaksanaan
Dakwah oleh Omar (1971) juga adalah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat (Tasmara, 1997).
49
Dakwah dapat juga diartikan denga