• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara sikap terhadap amar ma'rufnahi munkar dan norma subyektif denganb intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar mahasiswa anggota LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara sikap terhadap amar ma'rufnahi munkar dan norma subyektif denganb intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar mahasiswa anggota LDK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANT ARA SIKAP TERHADAP AMAR MA' RUF

NAHi MUN KAR DAN NORMA SUBYEKTIF DENGAN INTENSI

UNTUK MENJALANKAN AMAR MA'RUF NAHi MUNKAR

MAHASISWA ANGGOTA LOK SYAHID

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Oleh:

Annisa Hasanah

NIM. 9919016096

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

SKRIPSI

Diajuka11 kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai

Pembimbing I

\

gelar Sarjana Psikologi

Oleh Annisa Hasanah

9919016096

Di bawall bimbingan

セMセMMpセセ⦅⦅R⦅M

Dra. Fadllilah Sura/ag8. M. Si.

NIP.

150215283

Fakultas Psikologi

Pembimbing II

ani, Psi.

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

1424 H / 2004 M

• \
(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul"Hubungan Antara Sikap Terhadap Amar Ma'ruf Nahi Munkar dan Norma Subyektif Oengan lntensi Untuk Menjalankan Amar Ma'ruf Nahi Munkar Mahasiswa LOK Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Februari 2004

Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Sidang Munaqasah

Ketua merangkap anf)gota Sekretaris merangkap anggota

Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si. ah M.Si.

NIP. 150.021.5938

Penguji I Penguji II

db--Ors. A ul Mujib, M.Ag

Pembimbing I

dセセセNmsゥ@

セGBGNG@

Psi
(4)

(C) Februari 2004

(D) HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP AMAR MA'RUF NAHi MUNKAR DAN NORMA SUBYEKTIF DENGAN INTENSI UNTUK MENJALANKAN AMAR MA'RUF NAHi MUNKAR MAHASISWA ANGGOTA LOK SYAHID UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(E) xii + 99 halaman

(F) Ougaan mengenai terhambatnya dakwah amar ma'ruf nahi munkar yang dilakukan oleh mahasisiwa anggota LOK Syahid dapat

dimungkinkan karena adanya pengaruh keyakinan (belief) tentang amar ma'ruf nahi munkar itu sendiri. Fishbein & Azjein (1975)

menyatakan bahwa keyakinan (belief) merupakan representasi dari apa yang manusia ketahui mengenai suatu objek dan sekaligus merupakan penghubung objek dengan atribut. Melalui belief ini nantinya seseorang akan membentuk sikap terhadap suatu objek dan pada akhirnya akan mempengaruhi intensi untuk berperilaku yang berkaitan dengan objek. Jadi dapat disimpulkan alasan lain yang menyebabkan terhambatnya dakwah amar ma'ruf nahi

munkar pada mahasiswa angota LOK Syahid karena adanya belief tertentu yang mungkin saja merupakan belief yang salah dalam pandangan agama terutama dalam konteks amar ma'ruf nahi munkar. Belief ini biasanya dapat terbentuk karena observasi dan pengalaman mereka dimasa lalu yang juga berkaitan dengan amar ma'ruf nahi munkar.

Pertanyaan yang diajukan untuk masalah di atas adalah : a. Seberapa besar intensi mahasiswa anggota LOK Syahid

untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar?

b. Apakah sikap mahasiswa anggota LOK Syahid terhadap amar ma'ruf nahi munkar mempunyai hubungan yang signifikan dengan intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar ?

(5)

d. Variabel manakah yang paling berperan terhadap intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi pada mahasiswa anggota LOK Syahid ?

e. Apakah hubungan antara sikap dengan intensi untuk

menjalankan amar ma'ruf nahi munkar lebih tinggi daripada hubungan norma subyektif dengan intensi untuk

menjalankan amar ma'ruf nahi munkar.

f. Bagaimanakah gambaran causal effect antara sikap, norma subyektif terhadap intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar

Untuk IT'engkaji permasalahan tersebut maka dilakukan studi kuantitat'f pada mahasiswa anggota LOK Syahid. Responden seluruhnya berjumlah 60 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah insidental sampling. lnstrumen yang digunakan adalah kuesioner atau skala, yang terrbagi menjadi 5 skala, yaitu : (a) skala behavior belief (b) skala evaluasi behavior belief (c) skala normative belief (d) skala motivation to comply (e) skala intensi. Kelima skala telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Koefisien

reliabilitas skala behavior belief adalah sebesar 0,5325, untuk skala evaluasi behavior belief adalah sebesar

o,

6473. Skala normative belief mempunyai alpha sebesar 0, 7955, skala motivation to comply sebesar 0,6719, dan skala intensi sebesar O, 9278. Data diolah · dengan prosedur statistik korelasi pearson product moment, analisa

multiple regresi, Fishbein model, dan path analisis.

Dari hasil pengolahan data ditemukan bahwa intensi mahasiswa anggota LOK Syahid dalam amar ma'ruf nahi munkar tergolong tinggi. Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap intensi untuk men1alankan amar ma'ruf nahi munkar. Namun

terdapat hubungan yang signifikan antara norma subyektif

terhadap intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar. Yang juga berarti norma subyektif paling berperan dalam menentukan intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar pada

mahasiswa anggota LOK Syahid. Hubungan antara sikap dengan intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar tidak lebih tinggi daripada hubungan norma subyektif dengan intensi untuk

menjalankan amar ma'ruf nahi munkar. Berdasarkan path koefisien maka terdapat hubungan langsung yang bermakna antara norma subyektif terhadap intensi, dan hubungan tidak langsung melalui sikap.

(6)
(7)

KATA

PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Sekalian Alam yang

telah Memberikan hambaNya limpahan nikmat dan ridho sehingga akhirnya

proses pembuatan skripsi yang merupakan salah satu sejarah hidup

terselesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam kepada

Nabiyullah Muhammad SAW yang se.lalu mengajarkan kepada umatnya

agar selalu memberikan yang terbaik bagi kehidupan. Semoga kita semua

mendapatkan syafaat dari Beliau di hari akhir nanti. Amin.

Proses pembuatan skripsi bagi penulis terasa begitu berwarna karena

selama proses inilah penulis mengalami hal-hal luar biasa. Kebahagiaan

cobaan dan rintangc.n benar-benar penulis rasakan selama proses

pembuatan skripsi ini. Mulai dari musibah keluarga yang harus diterima

dengan hati ikhlas, rasa malas yang harus dilawan, dan kebahagiaan

berupa datangnya seseorang dengan segala kasih sayangnya, serta

dukungan dari orang-orang terdekat tidak akan penulis lupakan, karena

(8)

1. lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si, Oekan Fakultas Psikologi UIN dan

lbu Ora. Hj. Zahratun Nihayah, M.Si, Pembantu Oekan Fakultas

Psikologi yang telah membimbing dan mengajar saya selama ini

2. lbu Ora. Hj. Fadhilah Suralaga, M.Si, dosen pembimbing I yang

telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran sampai akhir

pembuatan skripsi.

3. Ors. Asep Haerul Gani, Psi., dosen pembimbing II yang dengan

segala macam kritik membangu11nya, motivasinya, dan

saran-sarannya, membuat penulis menjadi lebih dewasa untuk

mengambil keputusan berharga untuk menjalani kehidupan.

4. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang telah mengajar, staf

akademik dan tata usaha Fakultas Psikologi yang telah memberikan

pelayanan dengan segala kesabaran.

5. Ayahanda H. Husni Thamrin, SE dan lbunda Ummi Sulha, S.Ag

yang selalu memberi dukungan lahir dan batin selama hidup ananda.

Ampuni segala kesalahan ananda, semoga Allah SWT senantiasa

memberikan limpahan rahmat dan kebahagiaan kepada beliau

(9)

6. Suamiku tercinta. H. Pirman Aswandi, Le., alas kehadirannya

dengan membawa seluruh cinta dan kasih sayang yang membuat

penulis lebih termotivasi untuk maju melangkah menatap masa

depan.

7. Adik-adikku tercinta, Dila, Arna, dan liq, yang banyak meng!libur

manakala hati sedang gundah dan malas, dan eka yang dengan rela

mengambil alih tugas rumah.

8. Sahabat Sejatiku Lusianne da1 Abdul Mugni Mubarak beserta

keluarganya yang banyak memberi dukungan moril dari dulu hingga

sekarang. "Wish You All The Best Friend".

9. Teman-temanku Anis, "Akhirnya Nis, after along time we found

them" Ari, Eva, lmah, Emma, Yani, A'i, "semoga kalian segera

menyusul aku dan Anis'', Mas Hudan yang sering dijadika11 teman

diskusi, Dian F yang sering menyegarkan ruhani penulis, Daniel,

Fikri, Asep, Linda, lta, Ila, Iqbal, mba Yuni, Novi, Eli dan seluruh

mahasiswa semester IX kelas A dan B yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

10. Komunitas gank Bacank yang sering bersama-sama menghadapi

segala macam ketakutan.

11.Adik-adik kelasf.u, Zizi, Ulfah, Anis, Sofa, Misan, Ziyah, dan yang

(10)

kebaikan kalian dengan pahala yang setimpal. Mudah-mudahan skripsi ini

dapat bermanfaat. Amin.

Jakarta, Februari 2004

Zulhijjah 1424 H

(11)
(12)

Daftar lsi ... vii

Daftar Tabel ... ix

BAB

1 PENDAHULUAN ... 1

A

Latar Belakang Masai ah ...

1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Manfaat Penelitian ... 17

E. Kaidah Penulisan ... 17

F. Sistematika Penulisan ... 18

BAB 2 KAJIAN TEORI ... 20

A TEORI SIKAP, NORMA SUBYEKTIF, DAN INTENSI. .... 20

1. P1::ngertiali Sikap ... 20

2. Hubungan Sikap dan Perilaku ... 22

::.>. Sikap, Norma subyektif, dan intensi menurut Fist1bein dan Ajzen (1975) ... 23

4. Keyakinan (Belief) ... 29

B. AMAR MA'RUF NAHi MUNKAR ... 32

1. Definisi Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 32

2. Hukum Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 35

3. Rukun dan Syarat Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 38

4. Tingkatan Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 41

5. Pentingnya Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 42

6. Metode Dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar ... 45

C. DAKWAH ... . . . . . .. .. .... ... ... . . ... . . 48

1. Definisi Dakwah ... 48

2. Strategi dan Teknik Dalam Dakwah ... 50

3. Fiqhud Dakwah ... 56

D. PROFIL LOK SYAHID ... 59

(13)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 64

A SUBYEK PENELITIAN ... 64

1. Karakteristik Subyek ... 64

2. Teknik Sampling ... 64

3. Populasi dan Sampel. ... 65

B. INSTRUMEN PENELITIAN ... 66

1. Skor Sikap ... 66

2. Skor Norma Subyektif ... 67

3. Skor lntensi ... 68

C. PROSEDUR PENELITIAN ... 68

1. Persiapan Penelitian ... 68

2.

Uji Coba Alat Ukur ...

70

3. Pelaksanaan Pengambilan data ... 73

4. Metode Pengolahan Data ... 74

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 79

A GAMBARAN.UMUM SUBYEk ... 79

1. Jen is Kela min ... 79

2. Usia ... 80

3. Fakultas ... 80

4. Semester ... 82

5. Asal Sekolah ... 83

6. UKM Lain Yang Diikuti. ... 84

7. Ekstrakurikuler Luar Karnpus Yang Diikuti. ... 85

8. Kehadiran Dalam Kajian I Ta'lim ... 87

9. Kehadiran dalam Training ... 87

B. PENGLJJIAN HIPOTESIS ... 88

1. Hubungan Antara Sikap Dengan lntensi ... 90

2. Hubungan Antara Norma Subyektif Dengan lntensi .. 91

3. Hubungan Antara Sikap, Norma Subyektif Dengan lntensi ... 91

4. Uji !.. ... 92

5. Gambaran Kausal Efek ... 93

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, SARAI\!.. ... 96

A KESIMPULAN ... 96

B. DISKUSI ... 97

(14)

2. Tabel penyebaran Subyek berdasarkan usia 79

3. Tabel penyebaran subyek berdasarkan fakultas 79

4. Tabel penyebaran subyek berdasarkan semester 81

5. Tabel penyebaran subyek berdasarkan asal sekolah

82

6. Tabel penyebaran subyek berdasarkan ukm yang diikuti

selain LOK 83

7. Tabel penyebaran subyek· berdasarkan bergabung dengan

ekstrakurikuler luar kampus 84

8. Tabel.penyebaran subyek berdasarkan kehadiran di kajian 86

9. Tabel penyebaran subyek berdasarkan kehadiran di training 86

10. Tabel korelasi antar variabel 88

11. Tabel analisis multiple regresi 89

(15)
(16)

A. LAT AR BELAKANG MASALAH

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut : " Barang siapa melihat suatu kemunkaran maka

hendaklah ia merubafJ dengan tangannya. Apabi/a tidak mampu hendaklah dengan lidahnya (ucapannya), dan apabi/a tidak mampu juga hendaklah dengan hatinya dan itulah keimanan yang paling lemah "(Al Math, 1995).

Hadits yang disampaikan oleh Rasulullah SAW di atas adalah sebagai

salah satu dalil yang menyatakan betapa per.itingnya untuk berdakwah

amar ma'ruf nahi munkar diantara sesama manusia. Hadits tersebut

menyampaikan bahwa siapa saja orang muslim yang mengetahui ada

kemunkaran di sekitarnya, yaitu segala kemunkaran yang sekiranya dapat

diketahui oleh dirinya, maka dengan segala kemampuan ia harus berusaha

untuk mengubahnya kembali menjadi sesuatu yang ma'ruf atau baik lagi.

Hadits di atas juga menyebutkan bagaimana tahapan-tahapan dalam

berdakwah amar ma'ruf nahi munkar yang harus dijalani oleh kaum muslim.

Diawali dengan usahanya mengubah kemunkaran dengan mengerahkan

segala kemampuan yang ada, yaitu dalam artian dengan menggunakan

(17)

hingga jalan terakhir apabila tidak mampu juga maka dapat dengan

menggunakan hati, yaitu menolak dengan hati segala kemunkaran yang

terjadi.

2

Mengajak orang lain kepada jalan yang benar dan rnencegahnya dari pada

jalan yang munkar bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, selalu ada

saja aral melintang dihadapannya, terlebih lagi kini dengan seiring

masukny;;. era globalisasi hidup yang dijalani manusia semakin kompleks.

Dengan segala kemudahan dan kemajuan yang ditawarkannya takjarang

manusia dengan seenaknya menjungkirbalikkan antara yang ma'ruf dan

munkar. Bahkan kini segala yang buruk dan ュセョォ。イ@ telah menemukan

bahasanya sendiri yang terkesan modern, elegan dan berkelas untuk

sebuah kenistaan. Menjadi jujur, berkata benar, menjauhi kebohongan dan

kecurangan, menjaga kehormatan diri dari hal-hal yang haram dianggap

sebagai perbuatan yang sok bersih, sok alim, malah tak jarang dikatakan

munafik. Sedar.gkan menyuap, berzina, berbohong malah dianggap

sebagai suatu yang wajar dan pantas untuk dilakukan (Tarbawi, 2003).

Menegakkan suatu kebenaran akan terasa sangat sulit bila tidak diimbangi

dengan menekan pintu-pintu kepada jalan keburukan. Karena sesuatu yang

(18)

berdampingan, apalagi merelakan yang satu alas yang lainnya. Dengan

kata lain setiap kali ada seruan untuk melakukan kebajikan maka harus

juga dibarengi dengan upaya pencegahan kemunkaran. Karena

bagaimanapun juga Islam tidak saja memerintahkan untuk melakukan

kebaikan tetapi juga mengajarkan umatnya tentang betapa pentingnya

peduli terhadap pencegahan pada hal-hal yang munkar (Tarbawi, 2003).

Fenomena kehidupan inanusia yang tidak pernah lepas dari adanya

kemunkaran ini agaknya tak dapat dihindari lagi. Karena bagaimanapun

juga sejak zaman Rasulul/ah SAW segala yang munkar sebagai sesuatu

yang dibisikkan oleh syaitan selalu ada dan tidak akan pernah musnah

hingga akhir dunia. Oleh karenanya seruan オョエオセ@ berbuat ma'ruf dan

mencegah dari perbuatan yang munkar diwajibkan kepada seluruh umat

Islam dimananapun dirinya berada (Natsir, 2003). Namun demikian

agaknya untuk melakukan hal itu semua akan terasa sangat sulit dan berat

bagi kaum muslim bila diri mereka tidak dibekali dengan ilmu pengetahuan

tentang apa dan bagaimana sesuatu yang ma'ruf dan munkar. Oleh karena

itu kiranya kehadiran para pendakwah atau "da'i" yang senantiasa

berusaha meyerukan kepada kebaikan dan mencegah daripada

(19)

4

Akan tetapi syarat rnenjadi da'i yang handal tidaklah semudah apa yang

dikatakan. Karena bagaimanapun juga zaman yang telah kompleks ini

sangat membutuhkan da'i-da'i yang kuat iman dan mentalnya sehingga

tidak akan berguguran di tengah jalan walau badai yang menerpa

perjuangan dakwahnya begitu berat menghadang. Para da'i ini diharapkan

agar dapat terus memperjuangkan kebenaran walaupun banyak

masyarakat yang menolak dakwahnya. Karenanya sangnt penting bagi da'i

memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang sesuatu yang di

dakwahkannya, hal-hal yang berkaitan dengan yang akan didakwahkannya,

serta kebutuhan apa saja yang dibutuhkan oleh orang yang menjadi

sasaran dakwahnya. Sehingga pada akhirnya nanti ia dapat bertindak dan

berperilaku secara tepat manakala menyerukan kepada yang benar dan

mencegah daripada yang munkar kepada orang lain.

Betapa pentingnya keberadaan seorang da'i ataupun kelompok yang

menyerukan amar. ma'ruf nahi munkar, sebagaimana yang dikutip oleh

Mohammad Natsir (2000) dari hadits Rasulullah SAW adalah karena :

1. Agar terhindar dari jatuhnya siksa dari Allah SWf secara kolektif

kepada seluruh ummat manusia

(20)

3. Agar sesuatu yang benar akan selalu terlihat benar, dan salah akan

selalu terlihat salah.

Fakta yang menceritakan betapa memprihatinkannya kehidupan beragama,

moral dan akhlak manusia kini tidak hanya terdengar dari dunia-dunia

malam yang ada di kota-kota besar saja. Akan tetapi kini kabar

memprihatinkan yang menceritakan fakta tentang kebobrokan nilai

beragama justru datang dari suatu institusi yang notabene berlandaskan

keislaman. Pada bulan Mei tahun 2002 majalah Sabili menurunkan

headline "Selamatkan IAIN" memberitakan bahwa pada kampus yang telah

berubah statusnya dari lnstitut menjadi Universitas ini mulai banyak terjadi

perilaku yang melanggar ajaran-ajaran agama. Misaln)la meninggalkan

shalat, puasa, bahkan berzina (Sabili,2002). Di UIN sendiri terjadi hal

yang sangat kontroversial yang dilakukan oleh Forum Mahasiswa Ciputat

(Formaci) yang menolak pemberlakuan jilbab di IAIN. Pemberitaan tentang

gugatan protes pemberlakuan jilbab membuat pihak di luar kampm• ini

terkejut. Apalagi aksi protes ini justru datang dari pihak dalam kampus dan

dari mahasiswa yang seharusnya mentaati segala norma dan kode etik di

kampus. Serita lain yang tak kalah mengejutkan publik adalah akibat yang

muncul dRri kebebasan pemikiran mahasiswanya yaitu adanya budaya

(21)

disampaikan penuturan salah seorang ibu kos yang menyatakan bahwa

sudah beberapa kali disekitar tempat tinggalnya warga menggerebek

mahasiswa yang sedang berbuat mesum.

Sebenarnya sebelum majalah Sabili menurunkan berita tentang keadaBn

yang memprihatinkan tentang lingkungan kampus terutama dari segi

pergaulan bebasnya, AM. Masruri mahasiswa Psikologi dalam hasil

penelitian skripsinya tahun 2001 di IAIM, menyampaikan bahwa dari 84

responden mahasiswa sebanyak 22 orang termasuk ke dalam kategori

berperilaku seksual tinggi dalam berpacaran, dimana sebanyak 2 orang

mengaku pernah berhubungan seksual. Sedangkan sisanya mengaku

pernah melakukan perilaku seksual kepada pasangannya mulai dari

berpegangan tangan, berciuman, berpelukan sarnpai meraba-raba bagian

tubuh dan alat kelamin (Masruri, 2001 ).

6

Semakin meningkatnya perilaku immoral mahasiswa UJN seharusnya

dicermati oleh berbagai pihak baik dari para dosen maupun dari para

mahasiswa UIN sendiri, karena apabila ha! ini didiamkan maka akan

semakin membuat citra buruk tentang UJN dan menjauhkan UIN dari tujuan

(22)

kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan dan

mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan agama Islam

(Buku Pedoman JAIN, 2000).

Melihat kurang nyatanya pelaksanaan dakwah dari mata kuliah yang telah

diperoleh di kampus maka dibentuklah Lembaga Oakwah Kampus (LOK)

Syahid yang termasuk ke dalam salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) UJN Jakarta. Tujuan didirikannya LOK Syahid adalah membangun

kekokohan spiritual dan intelektual anggotanya yang tercermin pada

realitas amar ma'ruf nahi munkar, didukung oleh perwujudan kampus yang

islami (Panduan Latihan Kader Oakwah, 2002).

Melalui LOK Syahid inilah para mahasiswa UIN yang memiliki perhatian

besar akan keselamatan ummat umumnya dan mahasiswa UIN khususnya

berusaha untuk selalu menegakkan amar ma'ruf nahi munkar dimanapun

mereka berada. Hal ini diwujudkan oleh para anggota LOK Syahid dengan

rutin mengadakan pengajian mingguan, mengadakan pelatihan-pelatihan

kader dakwah, bakti sosial, dan pembinaan ummat melalui antara lain

(23)

8

Sekalipun demikian ternyata keberadaan LOK Syahid belum mampu

membendung arus era globalisasi dan kebebasan pemikiran dan pergaulan

yang berkembang di dalam kampus UIN. Contohnya, mahasiswa anggota

LOK Syahid manakala berada dalam perkuliahan yang dilaksanakan

sehari-hari cenderung mendiamkan perilaku munkar yang muncul dari

teman-teman kuliah yang tidak melaksanakan shalat atau mencontek ketika

ujian. Jarang sekali terdengar ajakan dari mahasiswa anggota LOK Syahid

yang secara nyata menyeru kepada temannya yang tidak melakukan shalat

agar bersedia melakukan shalat atau menegur agar tidak melakukan

perbuatan mencontek. Mahasiswa anggota LOK Syahid juga jarang secara

aktif menegur teman-temannya yang berperilaku mengarah kepada

pergaulan bebas sehingga kasus-kasus tentang pergaulan bebas pun mulai

terdengar gencar terjadi di sekitar lingkungan UIN.

Berdasarkan kabar yang terdengar selama ini dalam kurun waktu 3 tahun

kebelakang mahasiswa anggota LOK Syahid yang juga banyak bergabung

dengan mahasiswa pergerakan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim

Indonesia (KAMM!) malah secara lantang disibukkan dengan melakukan

dakwah amar ma'ruf nahi munkarnya di lingkungan luar kampus misalnya

(24)

kasus-kasus negara seperti kolusi, korupsi dan nepotisme dengan mengadakan

berbagai macam aksi prates mengerahkan massa melalui demonstrasi.

Oakwah yang dilakukan oleh mahasiswa anggota LOK Syahid ke

lingkungan luar kampus tentunya merupakan keharusan, karena

bagaimanapun juga para anggotanya tetap melakukan dakwah dalam

koridor amar ma'ruf nahi munkar. Akan tetapi sangat disayangkan jika

mahasiswa anggota LOK Syahid lebih mementingkan mengubah

kemunkaran yang terjadi di luar kampusnya ketimbang merubah

kemunkaran di sekitar kampusnya. Jika mahasiswa anggotanya lebih

memfokuskan diri pada amar ma'ruf nahi munkar kepada hal-hal di luar

kampusnya sudah barang tentu akan membuat LOK Syahid jauh dari upaya

mewujudkan kampus yang islami.

Pada prakteknva dakwah amar ma'ruf nahi munkar tidak terbatas pada satu

tempat. Akan tetapi jika dalam konteks permasalahan yang dihadapi UIN

maka akan terasa sangat penting kegiatan dakwah LOK Syahid khususnya

bila dimulai dari lingkungan kampus daripada di luar kampus. Jika UIN

dianalogikan sebagai satu keluarga maka akan timbul pertanyaan mengapa

mahasiswa anggota LOK Syahid malah mementingkan urusan di luar

(25)

10

nyata banyak anggota keluarga yang harus diselamatkan melalui

dakwahnya. Hal ini tentunya bertentangan dengan perintah Allah SWT

yang menyuruh hamba-Nya untuk menjaga diri dan keluarga dari panasnya

api neraka. Bila dihubungkan dengan konteks amar ma'ruf nahi munkar

maka ketidakacuhan mahasiswa anggota LOK Syahid terhadap

kemunkaran di sekitar kampusnya, akan berakibat timbulnya bencana yang

tidak hanya rnenimpa 'Tiahasiswa yang berbuat munkar saja, akan tetapi

juga akan berimbas kepada mahasiswa anggota LOK Syahid. Bila keadaan

ini terus dibiarkan maka bukan tidak mungkin dapat menghambat

efektifitas dakwah yang dilakukan anggotanya di luar lingkungan kampus.

Menyeru teman kepada kebaikan dan mencegahnya dari jalan keburukan

merupakan usaha yang cukup sulit untuk dilakukan. Berbeda-bedanya latar

belakang keluarga, pendidikan, dan cara pandang manusia terhadap

sesuatu hal adalah salah satu kendala yang dihadapi dalam dakwah amar

ma'ruf nahi munkar mahasiswa anggota LOK Syahid. Karenanya seringkali

ditemukan fakta bahwa mahasiswa anggota LOK terkesan eksklusif dalam

dakwahnya, mereka lebih menyenangi berdakwah kepada sesama

anggota yang notabene satu visi, misi, tujuan. Selain itu kendala yang juga

sering muncul adalal1 perdebatan dari dalam diri anggota LOK Syahid

(26)

individu mahasiswa anggota LOK Syahid sering timbul bayangan ditolak

atau dicela dari orang yang diserunya. Tidak jarang alasan tidak ingin

melanggar hak azasi manusia juga merupakan hambatan untuk terus

berdakwah amar ma'ruf nahi munkar pada anggota LOK Syahid.

Sungguh sangat disayangkan jika hambatan tersebut menyebabkan

dakwah amar ma'ruf nahi munkar di lingkungan kampus UIN terhenti.

Karena bila perinasalahan hak azasi manusia dijadikan alasan maka

sudah barang tentu tidak akan pernah ada dal<wah amar ma'ruf nahi

munkar bagaimanapun bentuknya. Padahal apabila mahasiswa anggota

LOK Syahid mempelajari secara mendalam perintah amar ma'ruf nahi

munkar pada Al Quran maupun Assunnah maka mereka akan menemukan

kesimpulan bahwa inti perintah untuk berdakwah yang disampaikan oleh

Rasulullah hanyalah menyampaikan (balligh) secara nyata dan jelas saja.

"Sampaikanlah olehmu daripadaku walau satu ayat sekalipun "

(Darussalam, 1996 ). Adapun orang yang didakwahi (mad'u) menerima

atau menolak maka bukanlah menjadi tanggung jawab orang yang

menyampaikan dakwah (da'i).

Selain itu jika permasalahan hak azasi manusia ini tidak dapat ditolak oleh

(27)

akan lahir orang-orang munafik yang dengan mudah akan mematahkon

argumen-argumen para pendakwah a mar ma'ruf nahi munkar. Karena 1ya

anggapan ini harus segera dihapuskan dari nilai-nilai dakwah yang

dilakukan oleh LOK Syahid.

12

Ougaan lain mengenai terhambatnya dakwah amar ma'ruf nahi munkar

yang dilakukan cleh mahasisiwa anggota LOK Syahid dapat dimungkinkan

karena adanya pengaruh keyakinan (beliet) tentang amar ma'ruf nahi

munkar itu sendiri. Fishbein & Azjein (1975) menyatakan bahwa keyakinan

(belief) merupakan perwujudan dari apa yang manusia kelahui mengenai

suatu objek dan sekaligus merupakan penghubung objek dengan atribut.

Melalui belief ini nantinya seseorang akan membentuk sikap terhadap

suatu objek dan pada akhirnya akan mempengaruhi intensi untuk

berperilaku yang berkaitan dengan objek. Jadi dapat disimpulkan alasan

lain yang menyebabkan terhambatnya dakwah amar ma'ruf nahi munkar

pada mahasiswa angota LOK Syahid karena adanya belief tertentu yang

mungkin saja merupakan belief yang salah dalam pandangan agama

terutama dalam konteks amar ma'ruf nahi munkar. Belief ini biasanya

dapat terbentuk karena observasi dan pengalaman mereka di masa lalu

(28)

Berikul beberapa milos yang mendukung belief seseorang dan merui:;akan

alasan belapa sulilnya menegakkan amar ma'ruf nahi munkar dan

menyerukannya kepada orang lain (Tarbawi, 2003), yaitu :

1. Milos bahwa dengan menyerukan amar ma'ruf nahi munkar akan

membuat cilra diri penyerunya セオイ。ョァ@ baik di mala orang lain

2. Milos bahwa penyeru amar ma'ruf nahi munkar lidak akan

meperoleh keunlungan sedikitpun alas seruan yang dilakukannya

3. Milos bahwa bila seseorang melakukan amar ma'ruf nahi munkar

maka akan mengurangi keluwesan dirinya dalam bergaul dengan

orang lain

4. Milos enggan melakukan amar ma'ruf nahi munkar karena adanya

pertimbangan untuk menyenangkan orang lain

5. Mitos bahwa diri seorang individu tidak layak dan pantas untuk

menyerukan amar ma'ruf nahi munkar

6. Mitos bahwa dengan amar ma'ruf nahi munkar maka individu

dianggap telah mencampuri urusan orang lain

7. Mitos bahwa keburukan boleh dilakukan seorang individu asalkan

tidak terlalu besar dan berulang kali dilakukan

8. Mitos adanya ketakutan salah langkah dalam menyeru amar ma'ruf

(29)

14

Mitos-mitos ini agaknya banyak dipercayai oleh mahasiswa anggota LOK

Syahid, sehing9a karenanya banyak mahasiswa anggota LOK Syahid yang

enggan melakukan amar ma'ruf nahi munkar terutama kepada temannya

sendiri di lingkungan kampus. Apabila mitos ini terus menerus dipercayai

dan tidak segera dihilangkan dari pikiran atau kognisi para anggota

lembaga dakwah seperti LOK Syahid maka dapat dibayangkan betapa

sulitnya menemukan da'i dan ulama yang konsisten menegakkan ajaran

agama dan amar ma'ruf nahi munkar di dunia ini.

Berdasarkan fenomena yang terjadi diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul "HUBUNGAN ANTARA SIKAP

TERHADAP AMAR MA'RUF NAHi MUNKAR DAN NORMA SUBYEKTIF

DENGAN INTENSI UNTUK MENJALANKAN AMARMA'RUF NAHi

MUNKAR MAHASISVVA ANGGOTA LDK SYAHID UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA"

B. PEMBAT ASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

1. Perumusan Masalah

a. Seberapa besar intensi mahasiswa anggota LOK Syahid untuk

(30)

b. Apakah sikap mahasiswa anggota LOK Syahid terhadap amar

ma'ruf nahi munkar mempunyai hubungan yang signifikan dengan

intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar?

c. Apakah norma subyektif mahasiswa anggota LOK Syahid tentang

amar ma'ruf nahi munkar mempunyai hubungan yang signifikan

dengan intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar ?

d. Variabel manakah yang paling berperan terhadap intensi untuk

menjalankan a1 nar ma'ruf nahi pada mahasiswa anggota LOK

Syahid?

e. Apakah hubungan antara sikap dengan intensi untuk menjalankan

amar ma'ruf nahi munkar lebih tinggi daripada hubungan norma

subyektif dengan intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi

munkar.

f. Bagaimanakah garnbaran causal effect antara sikap, norma

subyektif terhadap intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi

munkar?

2. Pembatasan masalah

a. Sikap adalah evaluasi terhadap perasaan suka atau tidak suka

pada suatu obyek, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk

(31)

b. Norma Subyektif adalah keyakinan normatif yang ada pada diri

seseorang untuk sejauhmana ia bersedia melakukan suatu

perilaku berdasarkan orang-orang yang berati bagi dirinya.

c. /ntensi adalah suatu prediktor yang kuat bagi munculnya suatu

perilaku. lntensi untuk berperilaku dipengaruhi oleh sikap dan

norma subyektif tentang perilaku tersebut.

d. Perilaku arnar ma'ruf nahi munkar adalah kegiatan menyeru,

mengajak orang lain kepada jalan kebaikan yang sesuai dengan

perintah agama dan mencegah daripada jalan keburukan yang

bertentangan dengan perintah agama

e. LOK Syahid adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

yang didirikan berdasarkan nilai-nilai keagamaan dan berusaha

terus menegakkan amar ma'ruf nahi munkar demi terwujudnya

kampus yang islami.

C.

TUJUAN PENELITIAN

16

Memperoleh gambaran mengenai peri/aku amar ma'ruf nahi munkar

mahasiswa anggota LOK Syahid di dalam lingkungan kampus UIN Jakarta

dalam kaitannya dengan penghayatan akan amar ma'ruf nahi munkar. Dari

sini akan diperoleh informasi apakah belief yang mempengaruhi sikap dan

(32)

berhubungan dengan intensi untuk menjalankan amar ma'ruf nahi munkar

mahasiswa anggota LDK Syahid di UIN Jakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dan penelitian ini adalah :

a. Secara teoritis : dapat memberikan kontribusi teoritis kepada instansi

terkait tentang belief yang berhubungan dengan sikap dan norma

subyektif pada mahasiswa anggota LDK Syahid mengenai amar

ma'ruf nahi munkar yang sekaligus dapat berhubungan dengan

intensi untuk berperilaku amar ma'ruf nahi munkar oleh mahasiswa

anggota LOK Syahid UIN Syarif Hdayatullah Jakarta.

b. Secara praktis : memberi masukan kepada para pihak yang

berkepentingan di dalam LOK Syahid tentang pentingnya amar

ma'ruf nahi munkar.

E.

KAIDAH PENULISAN

Pada penulisan skripsi ini penulis menggunakan kaidah American

(33)

F. SISTEMATIKA PENUUSAN

BABIPENDAHULUAN

18

Pada bagian pertama ini penulis membciginya ke dalam beberapa bagian,

yaitu latar belakang masalah, permasalahan penelitian, pembatasan

masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kaidah penulisan,

dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bagian kedua ini merupakan kerangka berpikir dari penulis yang

berisi tentang pengertian sikap, norma subyektif, dan intensi, teori belief,

teori tentang amar ma'ruf nahi munkar, definisi amar amar ma'ruf nahi

munkar, hukum, syarat dan rukun dalam amar ma'ruf nahi munkar, urgensi

amar ma'ruf nahi munkar, tingkatan dalam amar ma'ruf nahi munkar, teori

tentang dakwah, konsep dakwah islam, strategi dan teknik dalam dakwah,

fiqhud dakwah, profil tentang LOK Syahid dan hipotesis penelitian.

BAB Ill METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini penulis membaginya ke dalam beberapa bagian, yaitu

pendekatan penelitian, metode pengumpulan , prosedur penelitian, dan

(34)

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bagian ini akan dijelaskan dan dideskripsikan semaksimal mungkin

hal-hal yang berkaitan dengan jalannya penelitian dan hasil penelitian,

seperti pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, dan analisis data.

BAB V KES!MPULAN

Pada bagian terakhir ini penulis membaginya menjadi bagian penting, yaitu

(35)
(36)

A.

TEORI SIKAP, NORMA SUBYEKTIF DAN INTENSI

1. Pengertian Sikap

Sikap yang disampaikar oleh Skinner dan Fishbein (1965) dalam buku

Current Studies in Social Psychology dinyatakan sebagai

" ... are learned predisposition to respond to an object or class of object in

a favourable or unfavourable way".

"atttitude .... as a learned predisposition to respond in a consistenly

favourable or unfavourable manner with respect to an given object".

Sedangkan oleh Krech dan Krutchfield (1948) sikap didefinisikan sebagai:

"attitude ... as enduring organization of motivational, emotional, perceptual,

(37)

Sikap didefinisikan oleh Chave (1928) sebagai:

"attitude is a complex feelings, desires, fears, conviction, prejudices, or

other tendencies that have given a set of readiness to act to a person

because of varied experiences''.

Menurut Thurstone (1931) sikap adalah:

"Attitude as a disposition to react favourably or unfavourably to a class of

objects".

21

Berdasarkan pengertian sikap yang telah dikemukakan di alas maka dapat

disimpulkan bahwa sikap adalah :.

1. Sikap merupakan evaluasi terhadap perasaan suka atau tidak suka

pada suatu obyek, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk

favourable dan unfavourable.

2. Sikap berhubungan erat dengan kecenderungan untuk menampilkan

perilaku tertentu terhadap obyek.

3. Sikap merupakan perasaan yang kompleks yang dapat terdiri dari

rasa suka, takut, prasangka, curiga, atau berbagai kecenderungan

lainnya yang membuat seorang individu mempersiapkan diri untuk

(38)

2. Hubungan Sikap dan Perilaku

Berdasarkan pengertian sikap yang telah disampaikan oleh para ahli di atas

maka dapat disimpulkan bahwa sikap pada diri seseorang berhubungan

dengan kecenderungan dirinya untuk menampilkan perilaku yang sesuai

dengan sikapnya. Namun demikian para ahli berpendapat bahwa

kadangkala seseorang dapat menampilkan perilaku yang tidak sesuai

dengan sikap pada dirinya. Hal ini dapat disebabkan karena perilaku

dipengaruhi oleh faktor lain selain sikap.

" ... attitudes always produce pressure to behave consistently with them,

but external pressures and extraneous considerations can cause people

to bel1ave inconsistenly with their attitudes. Any attitude or change in

attitude tends to produce behaviour that corresponds with it. However the

correspondence often doesn't appear because of other factors that are

involved in the situations"(Fishbein &Ajzein, 1975).

Oleh karena itu dalam meramalkan tampilrwfl p$ril91<u pada diri

'

seseorang maka tid<J.k hanya cukup dengan memperh9tikan faktor sikap

saja, akan tetapi harus memberikan perhatian akan pengaruh faktor Juar

(39)

3. Sikap, Norma Subyektif, dan lntensi menurut Fishbein dan

Ajzein (1975).

Permasalahan tentang sikap oleh Fi;;hbein dan Ajzen (1975) dibahas

dengan menggunakan trilogi yaitu afek, kognisi, dan konasi. Menurut

keduanya afek merupakan suatu perasaan dan evaluasi terhadap objek.

Kognisi adalah sebagai tempat pengetahuan, pendapat, keyakinan, dan

pikiran tentang suatu obyek. Sedangkan konasi adalah intensi untuk

berperilaku yang akan ditampilkan terhadap suatu obyek. Pada tataran ini

Fishbein dan Ajzein (1975) membedakan antara intensi berperilaku

dengan perilaku aktual.

Berdasarkan penje1asan diatas maka Fishbein dan Ajzein (1975)

membuat klasifikasi sebagai berikut :

a. Kognisi meliputi opini dan keyakinan (belief)

b. Afek meliputi perasaan dan evaluasi

c. Konasi merupakan intensi untuk berperilaku

d. Perilaku merupakan tindakan nyata.

Sehingga sel;:mjutnya kognisi dalam penjelasan Fishbein dan Ajzein

(40)

dan konasi dengan intensi. Sedangkan perilaku dinyatakan sebagai overt

behavior, yang pemunculannya akan ditentukan oleh intensi.

Lebih lanjut dikatakan bahwa intensi untuk berperilaku merupakan

prediktor yang paling kuat bagi munculnya suatu perilaku. lntensi untuk

bertingkah laku sendiri dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku dengan

norma subyektif tentang perilaku tersebut.

Beliefs about

consequences of

behavior "X"

Nonnat:ve belief about behavior

"X"

Attitude toward

behavior "X"

Subjective nonn

concerning

behavior "X

Intention to perf onn

Behavior "X"

Model perilaku menurut Fishbein dan Ajzein (1975, hal 16)

Bagan di alas menerangkan bahwa perilaku ditentukan oleh intensi untuk

berperilaku. lntensi perilaku sendiri merupakan fungsi dari dua faktor yaitu

sikap terhadRp perilaku dan norma subyektif mengenai perilaku. Dalam

ha! ini intensi merupakan suatu indikasi akan munculnya suatu perilaku

(41)

25

dan norma subyektif seseorang. Sikap dalam hal ini merupakan faktor

personal sedangkan norma subyektif merupakan faktor sosial.

Komponen sikap dan norma subyektif banyak memberikan pengaruh bagi

pembentukan intensi untuk berperilaku. Adapun masing-masing besarnya

sumbangan dapat bermacam-macam, dan berdasarkan pada tiga hal

berikut:

a) Jenis tingkah laku.

Pada tataran ini perilaku yang dimaksud biasanya berhubungan

dengan target yang hendak dicapai atau dengim seberapa besar

pentingnya perilaku bagi seorang individu.

b) Kondisi ketika perilaku ditampilkan

Kondisi sekitar individu ternyata mempunyai pengaruh yang besar

bagi munculnya intensi perilaku pada individu. Dalam hal ini pada

keadaan tertentu seseorang dapat mendorong intensi untuk

bertingkah laku. Jadi, lebih dikarenakan faktor sosial, namun

demikian ada juga yang lebih dikarenakan faktor personalnya.

c) lndividu yang melakukan perilaku

lntensi untuk berperilaku dalam kategori ini sangat berkaitan dengan

karakteristik masing-masing individu sebagai pelakunya, baik dari

(42)

Dari bagan di atas juga dilihat bahwa sebelum membentuk suatu sikap

maka individu terlebih dahulu mengawalinya dengan keyakinan bahwa

suatu perilaku mempunyai konsekuensi tertentu. Keyakinan mengenai

suatu perilaku dapat dibentuk melalui pengalaman langsung individu

dengan objek sikap. Mengenai keyakinan ini Fishbein dan Ajzein (1975i

menyatakan bahwa keyakinan mengenai konsekuensi dari perilaku

ditentukan oleh lima sampai sembilan keyakinan utama (salient belief).

Artinya intensi untuk memunculkan suatu perilaku pada diri individu

biasanya terlebih dahulu diawali dengan mengevaluasi beliefnya, dan

biasanya hanya lima sampai sembilan belief saja yang akan mempengaruhi

intensinya.

Faktor lain yang juga mempengaruhi intensi untuk berperilaku menurut

bagan di alas adalah norma subyektif. Norma subyektif terbentuk setelah

individu mempunyai keyakinan normatif yaitu sejauhmana individu bersedia

melakukan suatu perilaku berdasarkan orang-orang yang berarti baginya.

Dengan demikian untuk menentukan keyakinan normatifnya maka individu

mempertimbangkan pendapat orang lain tentang perilakunya. Deter minan

lain yang turut menentukan norma subyektif adalah "motivation to comply'

(43)

tekanan normatif yang disebut dengan norma subyektif

(Fishbein & Ajzein , 1975).

27

Uraian di atas dapat dinyatakan dengan rumus dari Fishbein (1975) untuk

memprediksi imensi yaitu :

B - I

=

(AB) w1 + (SN) w2

Keterangan :

B

=

perilaku (behavior)

=

lntensi untuk menampilkan perilaku B (intention)

AB

=

sikap terhadap perilaku B

SN

=

Norma subyektif (subjective norm)

w1

=

bobot yang diperoleh secara empiris yang menunjukkan besarnya

sumbangan sik1p pada intensi untuk beperilaku

w2

=

bobot yang diperoleh secara empiris yang menunjukkan besarnya

sumbangan norma subyektif pada intensi untuk beperilaku

Untuk melihat sikap terhadap perilaku dirumuskan sebagai berikut :

n

AB =

I

biei

i=1

(44)

Keterangan :

AB = sikap terhadap tingkah laku B (attitude)

bi

=

keyakinan individu bahwa tampilnya perilaku akan mengarah

pada konsekuensinya "i" (belief)

ei

=

evaluasi terhadap konsekuensi "i" (evaluation)

n = keyakinan individu tentang perilaku "b" (number of belief)

Sedangkan norma subyektif terhadap perilaku oleh Fishbein (1975)

dirumuskan sebagai berikut :

n

SN

=I

bimi

i = 1

Keterangan :

SN

=

norma subyektif (subjective norm)

bi = keyakinan normatif, yaitu keyakinan individu mengenai pendapat

kelompok "i" atau individu "i" mengenai harus tidaknya ia

menampilkan perilaku "B" (normative belief)

mi = motivasi untuk menuruti individu "i" atau kelompok "i"

(45)

4. Keyakinan (Belief)

Belief oleh para bebrapa ahli Psikologi didefinisikan sebagai berikut :

" The type of judgement may be viewed as ameasure of probability

dimension of concept, or more specially as a belief" (Fishbein, 1965).

" belief represent information he has about the object, specially a belief

links an object to some attribute "(Fishbein & Ajzein, 1975).

29

Berdasarkan definisi belief di alas maka dapat disimpulkan bahwa belief

adalah apa yang dipercayai o/eh seseorang tentang suatu objek psiko/ogis

yang bersifat subyektif. Belief juga merupakan representasi dari apa yang

manusia ketahui tentang suatu objek dan seka/igus merupakan

penghubung antara suatu objek dengan atribut tertentu. Objek dari belief

dapat berupa manusia, perilaku, kejadian, di/. Sedangkan atribut yang

dihubungkan dengan objek tersebut dapat berupa sifat, kualitas, ciri,

karakteristik, objek lain, akibat, di/ (Fishbein & Ajzein, 1975 ha/ 12).

Belief merupakan faktor yang penting bagi terbentuknya suatu sikap pada

diri seseorang. Manakala seseorang telah membentuk suatu belieftentang

suatu objek maka secara otomatis dan simultan ia akan membentuk sikap

(46)

beberapa atribut dan sikap seseorang terhadap objek merupakan fungsi

dari evaluasinya akan atribut-atribut tersebut. Belief yang mendorong

terbentukya sikap maka disebut dengan "behavioral belief'. Akan tetapi

dalam membentuk suatu sikap diperlul<an beberapa belief utama yang

biasa disebut dengan "salient belief'. Salient belief dalam :nenentukan

suatu sikap pada diri seseorang sangat tergantung pada seberapa penting

suatu belief dan seberapa besar kekuatan hubungan antara belief dan

evaluasi (fishbein & Ajzen, 1975 hal 14 ).

Derajat belief seseorang tentang suatu objel< dapat berbeda-beda. Ada

belief yang sangat dipercayai namun adapula belief yang sama sekali tidak

dipercaya. Adal<alanya belief dapat berubah dari tidak dipercayai sama

sekali menjadi benar-benar dipercaya. Perubahan belief ini terjadi

tergantung pada seberapa al<urat persepsi seseorang terhadap suatu

objek, siapa yang menyampaikan informasinya, dan berapa banyak bukti

yang mendukur.g belief tersebut (Knop, 1980).

Pembentul<ari belief dapat terjadi karena observasi langsung atau adanya

informasi yang datang dari luar dirinya atau dengan proses-proses

penyimpulan . Dari sinilah seseorang akan mengasosiasikan objek-objek

(47)

31

belief tentang dirinya, orang lain, kejadian, perilaku, dan sebagainya.

Totalitas dari belief akan menentukan sikap seseorang, intensi dan

perilakunya. Belief pada diri seseorang merupakan dasar bagi dirinya untuk

membuat penilaian, evaluasi, dan mengambil keputusan. Berikut

pembagian belief yang dibagi oleh Fishhein dan Ajzen (1975, hal 132)

berdasarkan cara memperolehnya :

1. Descriptive Belief : keyakinan tentang suatu objek yang tebentuk

berdasarkan informasi yang diperoleh melalui observasi langsung

terhadap objek. Lewat observasi ini individu mempersepsikan bahwa

objek memiliki ciri-ciri tertentu.

2 Inferential Belief: Keyakinan yang dibentuk berdasarkan penarikan

kesimpulan yang didasari pada hubungan-hubungan yang

sebelumnya sudah dipelajari atau melalui suatu proses penalaran

dengan menggunakan hukum-hukum berfikir (formal coding system)

3. Informational Belief: keyakinan yang dibentuk berdasarkan informasi

yang telah disediakan dari dunia luar. lnformasi tersebut berasal dari

berbagai media, teman, kuliah, dan sebagainya. Namun tidak semua

informasi yang ada akan menjadi belief bagi diri seseorang. Untuk

menjadi suatu belief informasi yang diterima akan tergantung pada

(48)

Untuk mengetahui belief pada diri seorang individu mengenai sikapnya

terhadap suatu objek maka dapat digali mela/ui tahapan elisitasi. Pada

elisitasi ini seseorang diminta untuk membentuk respon secara bebas dan

membuat daftar karakteristik, kualitas, dan atribut-atribut dari suatu objek

atau konsekuensi dari perilakunya (Fishbein, 1975).

Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar belief yang ada pada

individu dapat dilakukan dengan cara meminta individu tersebut untuk

menunjukkan seberapa jauh (derajat pengetahuannya) atau apa yang

dipercayainya dalam suatu ska/a. Yaitu dari suatu pernyataan yang

mengandung atribut dari objek tersebut (Fishbein & Ajzen, 1975).

8. AMAR MA'RUF

NAHi MUNKAR

1. Definisi Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Amar ma'ruf nahi munkar merupakan perintah utama dalam agama Islam

yang diwajibkan kepada se/uruh umat manusia. Kedua konsep tersebut

disampaikan Allah SWT pada 9 tempat di dalam Al Quran, antara lain pada

surat Ali lmran ayat 104, 11 O dan 114, surat Al-A'raf ayat 157, surat

At-Taubah ayat 67, 71, dan 112, surat Al-Hajj ayat 41 dan surat Luqman ayat

(49)

33

Kata amar mer<Jpakan asal dari bahasa arab amara -ya'muru dan ta'muru

yang memiliki arti menyuruh, atau memerintah. Secara dzahiriah kata ini

bermakna pengwajiban ( Hasan, 2002). Sedangkan kata ma'ruf diambil dari

kata urufyang berarti dikenal atau dapat dimengerti dan dipahami serta

diterima oleh masyarakat. Perbuatan yang ma'ruf apabila dikerjakan dapat

diterima oleh manusia karena perbuatan tersebut masuk akal dan tentunya

sesuai dengan ajaran agama. Lawan kata ma'ruf adalah munkar, artinya

sesuatu yang dibenci, tidak disukai dan ditolak oleh masyarakat. Sehingga

karenanya perbuatan yang munkar ditolak oleh akal manusia selain karena

perbuatan tersebut jauh .nelenceng dari ajaran agama (Hamka, 1987).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amar ma'ruf berarti menyu·uh,

memerintah, mengajak, atau menyeru orang lain kepada sesuatu yang

baik, halal, dan bagus. Sedangkan nahi munkar adalah usaha untuk

mencegah, melarang dari perbuatan yang keji, buruk, dan jelek. Amar

ma'ruf sama dengan artinya menghalall;an semua yang baik, dan nahi

munkar berarti mengharamkan alas segala sesuatu yang buruk, yaitu

segala sesuatu yang dilarang oleh AllRh SV\/T.

Terdapat dua pendapat pada ulama tentang kedudukan amar ma'ruf nahi

(50)

mengajak orang lain kepada yang ma'ruf dan menjauhi dari yang munkar

disebut dengar, dakwah. Amar ma'ruf nahi munkar dalam hal ini disebutkan

sebagai salah satu bentuk dakwah Islam yang bertujuan untuk

membimbing dan mengarahkan umat manusia kepada kehidupan yang

diridhoi oleh Allah SWT. Di lain pihak Abdullah bin Abdurrahim Al Jibrin

(1998} memisahkan antara amar ma'ruf nahi munkar dengan dakwah.

Menurutnya dakwah adalah nasihat, petunjuk dan himbauan kepada

kebaikan dan peringatan akan kejahatan , menerangkan

pengaruh-pengaruh ketaatan dan kemaksiatan. Menurutnya hal ini sesuai dengan

firman Allah dalam Al Quran surat An-Nahl ayat 125: "Serulah manusia

kepada ja/an Tuhanmu dengan penuh hikmah dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik". Sedangkan amar ma'ruf nahi

munkar adalah menyuruh manusia dengan bermacam ketaatan baik yang

fardhu maupun yang sunnah, dan melarang rnereka dari perbuatan maksiat

baik besar maupun kecil (Abdillah, 1998)

Namun demikian pada hakikatnya maksud dari keduanya,yaitu dakwah dan

amar ma'ruf nahi munkar mempunyai tujuan yang sama. Keduanya

sama-sama melakukan himbauan atau seruan kepada kebaikan yaitu

penyembahan dan ketaatan kepada Allah SWT serta menolak daripada

(51)

35

2. Hukum Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Seluruh ulama yang berijtihad sepakat bahwa amar ma'ruf nahi munkar

adalah perintah yang wajib dilakukan oleh setiap umat manusia. Hanya

saja para ulama ini berbeda pendapat tentang kedudukan wajib pada

perintah ini apakah hukumnya fardhu 'ain atau fardhu kifayah ?. Perbedaan

penentuan kedudukan hukum wajib ini disebabkan karena berbedanya para

ulama dalam menafsirkan kata "MIN" pada surat Ali Im ran Ayat 104 :

Artinya:

"Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan umat yang menyeru

kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung".

Ulama yang bersepakat bahwa hukum amar ma'ruf nahi munkar adalah

fardhu 'ain bagi setiap umat manusia menafsirkan kata "MIN" dalam ayat

tersebut adalah untuk menerangkan dan bukan untuk menunjukkan

"sebagian" (At-Tab'idl). Oleh para ulama pendapat ini diperkuat oleh hadits

Rasulullah SAW yang telah disebutkan pada awal bab ini. Sedangkan

(52)

adalah fardhu kifayah l<etika menafsirkan kata "MIN" pada ayat tersebut

mengandung arti At-Tab'idliyah (sebagian). Ulama ini berpendapat bahwa

tugas tersebut tidak diberikan kepada keseluruhan orang, tetapi jika sudah

ada orang yang melaksanakannya maka orang lainnya tidak berdosa

(Ghoffar, 1996).

Menurut Ghoffar (1996) walaupun para ulama berbeda pendapat dalam

menentukan kedudukan amar ma'ruf nahi munkar apakah fardhu 'ain atau

fardhu kifayah, kedua belah pihak sepakat hukum kewajiban pelaksanaan

amar ma'ruf nahi munkar menjadi fardhu 'ain pada beberapa hal, yaitu :

1) Amar ma'ruf nahi munkar menjadi fardhu 'ain manakala seseorang

melakukan penolakan terhadap kemunkaran dengan hati. Pada

keadaan ini Rasulullah SAW menyatakan bahwa manusia berada

pada tingkatan yang paling lemah dari inkarul munkar. Artinya,

setiap orang muslim dalam keadaan apapun wajib menolak dengan

hatinya setiap kemunkaran yang terjadi dihadapan dirinya.

2) Amar ma'ruf nahi munkar menjadi fardhu 'ain bagi orang-orang yang

memiliki kekuasaan menurut syariat. Kata kekuasaan disini dapat

diumpamakan seperti kekuasaan yang dimiliki oleh suami untuk

mencegah istrinya, orang tua untuk melarang anaknya, atau

(53)

37

yang menyimpang dari agama. Universalitas dari kekuasaan

tergambarkan dari hadits Rasulullah SAW: "Setiap orang dari kalian

adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas

kepemimpinannya".

3) Amar ma'ruf nahi munkar kedudukannya menjadi fardhu 'ain ketika

seseorang berada dalam posisi tidak adanya seorangpun yang

melihat kemunkaran kecuali hanya dirinya saja, sedangkan dari segi

syarat-syarat amar ma'ruf nahi munkar dia telah memenuhi

kemampuan untuk melakukannya. Keadaan yang seperti ini

membuat seseorang berada dalam posisi mukallaf (orang yang

terbebani) untuk melakukan seruan atau pencegahan.

4) Amar ma'ruf nahi munkar menjadi fardhu 'ain apabila tidak ada

orang yang mampu mengubah kemunkaran kecuali orang-orang

tertr,intu, dimana fardhu kifayah tidak sempurna pelaksanaannya

kecuali oleh mereka

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya amar ma'ruf nahi

munkar hukumnya fardhu 'ain bagi setiap umat manusia. Namun bila

dalam pelaksanaannya terdapat orang-orang yang telah

menjalankannya secara sempurna maka hukum ini berubah menjadi

(54)

maka umat manusia yang berada di sekitar lingkungan dimana terjadi

kemunkaran terbetJas dari dosa. Ak,in tetapi tentu saja kedudukan

orang yang ber-amar ma'ruf nahi munkar akan berbeda dengan orang

yang sama sekali berdiam diri manakal2 melihat kemunkaran.

3. Rukun dan Syarat Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Rukun - rukun yang harus dipenuhi dalam melaksanakan amar ma'ruf

nahi munkar sebagaimana yang disampaikan oleh Abdullah (1998),

adalah:

1) Amir: orang yang senantiasa menyerukan amar ma'ruf nahi munkar

kepada orang lain. Jika amar ma'ruf nahi munkar pengertiannya

disamakan dengan dakwah maka Amir dapat pula disebut sebagai

da'i atau muballigh.

2) Amrun : sighah citau ibarat yang dengan dikatakannya sighah

tersebut menunjukkan perintah yang menginginkan ditegakkannya

apa-apa yang ma'ruf atau menginginkan ditinggalkannya

kemunkaran.

3) Ma'mur: orang セQ。ョァ@ menjadi objek amar ma'ruf nahi munkar atau

orang yang diminta untuk melakukan hal-hal yang ma'ruf dan

(55)

39

4) Ma'mur bihi : perbuatan atau perkataan yang dimaksudkan agar

tercapainya suatu perbuatan ma'ruf atau dijauhinya suatu perbuatan

yang munkar.

Sedangkan syarat-syarat yang kedudukannya tak kalah penting dalam

pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar dan harus dimiliki oleh seorang

Amir atau da'i menurut Abdullah (1998), adalah:

1) Islam

Disini mengandung pengertian bahwa hanya setiap muslim yang

diwajibkan untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Orang kafir dan ahli

bid'ah tidak wajib melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar karena

sesungguhnya kedua golongan tsrsebut berkewajiban untuk

memperbaiki dirinya terlebih dahulu.

2) Berakal

Hal ini wajib dipenuhi karena dengan akal yang dianugerahi Allah

SWT kepada manusia maka seseorang mampu membedakan mana

perbuatan yang ma'ruf dan mana perbuatan yang munkar.

3) Berpengetahuan

Setiap orang yang menyerukan kepada sesuatu yang baik dan

mencegah dari sesuatu yang buruk harus mengetahui secara jelas

(56)

dengan jelas halal dan haramnya sesuatu, bahkan pengetahuan ini

diperkuat dengan dukungan dalil-dalil baik dari Al Quran maupun

Assunnah.

4) Berakhlak baik

Akhlak yang baik pada diri seorang amir atau da'i akan memiliki

pengaruh yang besar dalam penerimaan orang lain terhadap seruan

amar ma'ruf nahi munkar.

5) Bertutur kata yang baik

Lemah lembut dalam berkata-kata menyampaikan amar ma'ruf nahi

munkar dapat menyentuh hati dan menenangkan jiwa orang lain

(ma'mur) yang menerima seruan amar ma'ruf nahi munkar.

6) Memberi contoh yang baik

Amir yang senantiasa melakukan segala sesuatu yang dikatakannya

baik tentang melaksanakan amal kebaikan atau menjauhi perbuatan

munkar dan syubhat akan dijadikan panutan bagi orang lain yang

mendapatkan seruan amar ma'ruf nahi munkar

Syarat sebelum seorang amir melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar

selain syarat-syarat yang telah disebutkan di atas, Ghazali (1975)

(57)

41

1) Perbuatan yang dicegah adalah benar-benar suatu kemunkaran

yaitu melanggar segala larangan Allah SWT atau sesuatu yang telah

jelas hukum haramnya.

2) Kemunkaran yang hendak dicegah, pada saat terjadinya dapat

dilihat secara kasat mata. Artinya seorang amir benar-benar melihat

kemunkaran secara langsung dihadapannya.

3) Kemunkaran yang terjadi di hadapan amir adalah sesuatu yang

bukan nierupakan masalah khilafah (perbedaan) antar ulama,

melainkan sesuatu disepakati oleh ulama sebagai hal yang munkar

yang harus ditolak keberadaannya.

4. Tingkatan dalam amar ma'ruf nahi munkar

Pada permulaan bab ini disampaikan hadits yang menyatakan bagaimana

seharusnya sikap dan perilaku seseorang muslim manakala melihat

kemunkaran. Berdasarkan hadits tersebut maka dapat disimpulkan

tingkatan atau level-level dalam menjalankan amar ma'ruf nahi munkar

(Abdullah, 1998) :

a. Menginkari kemunkaran awalnya diwajibkan dengan menggunakan

tangan atau kekuatan fisik. Pada tingkatan ini setiap muslim yang

(58)

kemunkaran maka dikenai kewajiban untuk menjalankan amar

ma'ruf nahi munkar.

b. Pada kenyataannya tidak semua muslim memiliki kemampuan untuk

menginkari sesuatu yang buruk dan munkar dengan tangannya.

Oleh karena itu tingkatan kedua yang dapat dilakukan seorang

muslirn adalah dengan berusaha mengubah kemunkaran dengan

lisannya. Pada tingkatan ini para pelaku maksiat diberikan anjuran

atau nasihat agar meninggalkan perbuatannya, misalnya dapat

dengan menerangkan betapa kejinya suatu perbuatan maksiat dan

beratnya siksa yang akan diterima apabila dihisab pada hari

perhitungan nanti.

c. Tingkatan terakhir adalah menolak kemunkaran dengan hati. Pada

tingkatan ini seorang muslim yang merasa tidak mampu

menggunakan tangan dan lisannya untuk merubah kemunkaran

cukup menginkari perbuatan maksiat yang terjadi dengan hatinya

saJa.

5. Pentingnya Arna,· Ma'ruf Nahi Munkar

Orang-orang yang menyerukan amar ma'ruf nahi munkar mempunyai

kedudukan lebih di sisi Allah AWT ,dan di antara manusia lainnya,

(59)

43

yang telah diwajibkan kepada kauni muslimin. Memberi perhatian

kepada penyeruan untuk mengajak orang lain kepada kebaikan dan

pencegahan dari terjadinya sesuatu yang buruk dan munkar begitu

penting kedudukannya dalam tataran kehidupan sosial manusia. Berikut

alasan betapa pentingnya amar ma'ruf nahi munkar bagi kehidupan

manusia (Abdillah, 1998) :

1) Dengan adanya amar ma'ruf nahi munkar maka agama akan aman

dan perbaikan akan menjadi menyeluruh (Al Quran 24 : 55). Artinya

dengan adanya orang-orang yang melakukan amar ma'ruf nahi

munkar menyebabkan ajaran agama yang dibawa oleh Rasulullah

SA1N terjaga dari penyelewengan.

2) Pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar menghindarkan manusia dari

azab kolektif (Al Quran 11 : 116-117). Perbuatan yang munkar

apabila tidak segera dicegah maka diibaratkan seperti penyakit yang

menular dan dapat menjadi wabah yang mengerikan. Akan tetapi

bila kemunkaran tersebut segera dicegah maka akan

menyelamatkan manusia dari azab kolektif ,atau azab yang

menimpa bukan hanya kepada pembuat maksiat atau dosa saja

akan tetapi kepada seluruh manusia di sekitar terjadinya

(60)

3) Pelaksanaan amar ma'ruf nahi munkar menyebabkan datangnya

pertolongan dari Allah SWT (Al Quran 22 : 40-41 ).

4) Amar ma'ruf nahi munkar merupakan penghapus kesalahan dan

dosa. Dalam hadits rasulullah yang dikutip oleh Abdullah (1998)

disebutkan : "fitnah (bencana) seseorang pada ke/uarganya,

hartanya, jiwanya, anak-anaknya, dan tetangganya dapat ditebus

dengan puasa, shalat, sedekah dan amar ma'ruf nahi munkar".

5) Menyeru orang lain untuk berbuat ma'ruf dan menjauhi perbuatan

munkar dapat menjauhkan orang yang melakukannya (amir) dari api

neraka.

6) Dengan amar ma'ruf nahi munkar merupakan penyebab

dikabulkannya doa oleh Allah SWT. Rasulullah bersabda dalam

hadits sebagaimana yang dikuti Abdullah (1998) : "suruhlah

kebaikan dan cegahlah kemunkaran sebelum kamu sekalian

memohon kepa<.la Allah SWT dan tidak dikabulkan doamu apabila

kamu membiarkan kemunkaran meraja/e/a".

7) Pahala dari amar ma'ruf nahi munkar sama dengan pahala yang

diperoleh dari berjihad Al Quran 9: 91). Elahkan dalam hadits yang

dikutip oleh Ghoffar (1996) dinyatakan bahwa jihad yang paling

utama adalah menyampaikan sesuatu yang haq dan benar kepada

(61)

45

8) Orang-orang yang menyerukan kepada kebaikan dan mencegah

daripada keburukan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang

mendapat keberu.1tungan dan kemenangan besar baik di dunia

maupun di akhirat (Al Quran 3 : 104, 9 ; 112).

9) Amar ma'ruf nahi munkar akan mendatangkan rahmat dari Allah

SWT (Al Quran 9 : 71 ).

6. Metode dalam Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Dalam melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar setia!) muslim hendaknya

mengetahui metode yang tepat untuk digunakan dalam dakwahnya. Karena

bagaimanapun juga ketika berdakwah maka orang yang menyerukan

kepada yang benar dan mencegah daripada yang buruk berhadapan

dengan manusia yang beragam kepribadian, suku, dan kebiasannya.

Hasan (2002) menyebutkan beberapa metode yang dapat digunakan dalam

ber-amar ma'ruf nahi munkar, antara lain :

a. Lemah lembut dengan kasih sayang.

Tidak semua kemunkaran dan keburukan harus disikapi dengan

kekerasan. Karena ketika seseorang melakukan pencegahan

terhadap kemunkaran maka pada saat yang sama ia juga

menawarkan kepada suatu alternatif yang baik sebagai penutup

(62)

kemunkaran sangat diperlukan, hal ini dikarenakan mencegah

kemunkaran di satu sisi tidal< boleh melahirkan kemunkaran baru di

sisi lain, apalagi lebih besar. Sofyan Ats-Tsauri pernah berkata

bahwa orang yang melakukan amar ma'ruf nahi munkar tidak lepas

dari tiga kriteria : seorang yang /embut dalam menyuruh dan

melarang, berlaku adil dengan apa yang ia suruh dan larang, dan

mengetahui apa yang ia suruh dan /arang (Tarbawi, 2002). Metode

yang /emah lembut dalam amar ma'ruf nahi munkar sekaligus akan

membangun opini di masyaraka! bahwa Islam adalah agama yang

lembut dan damai.

b. Jika bersifat rahasia maka dise/esaikan secara diam-diam.

Pelaksanaan amc.r ma'ruf nahi munkar dengan metode ini

dimaksudkan untuk menjaga nama bail< seseorang. Sehingga orang

yang mendapatkan seruan untuk berbuat ma'ruf dan menghindari

dari yang munkar !idak akan merasa dipermalukan dengan apa

yang telah diperbuatnya.

c. Disesuaikan dengan kadar kemampuan dan kondisi setempat.

Agar tercapainya tujuan amar ma'ruf nahi munkar maka manakala

seseorang yang ber-amar ma'ruf nahi munkar sebciiknya

(63)

47

d. Demonstrasi atau unjuk rasa

Pada zaman era globalisasi dan reformasi di Indonesia berkembang

satu metode baru dalam amar ma'ruf nahi munkar yaitu dengan

metode unjuk rasa dan demonstrasi. Metode ini sebenarnya

mempu:iyai konsep yang berbeda, namun mempunyai pengertian

yang sama dalam aplikasinya. Demonstrasi sebagaimana dikutip

oleh Kamaluddin (2001) dari Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah pernyataan prates yang dikemukakan secara massal.

Sedangkan unjuk rasa adalah sekelompok orang yang

berbondong-bondong mengajukan tuntutan atau mengadakan aksi menentang

kebijakan pemerintah. Konsep ini pada hakekatnya mengandung

makna yang sama yaitu pernyataan tuntutan. Pernyataan tuntutan

ini ditujukan kepada berbagi hal yang kurang relevan dengan

ketentuan yang berlaku.

Demonstrasi atau unjuk rasa dalam konteks amar ma'ruf nahi

munkar dalarn keadaan apapun harus tetap memperhatikan

kemaslahatan umat dan menghindari dampak negatif dari

pelaksanaan arnar ma'ruf nahi munkar secara keseluruhan. Oleh

karena itu sangat perlu diperhatikan oleh pihak yang berdemonstrasi

atau berunjuk rasa agar menghindari tindakan brutal dan emosional.

(64)

dilaksanakan tanpa didasari oleh suatu dasar yang otentik

(Kamaluddin, 2001).

C. DAKWAH

1. Definisi Dakwah

Dakwah secara etimologis berasal dari kata bahasa Arab yaitu da'a

-yad'u-da'watun, yang berarti ajakan, seruan, dan panggilan (Darussalam,

1996). Dakwah secara bahasa juga berarti An-Nida (panggilan), atau

Addu'a ila Syai'i (menyuruh dan mendorong pada sesuatu), dan ad-dakwah

ila qadhiyah (menegaskan sesuatu yang baik dan bathil). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa dakwah secara bahasa sebagai ajakan, seruan,

dan panggilan kepada Islam.

Secara terminologis dakwah yang dikutip oleh Nadlifah dari Sayyid Quthb

adalah mengajak atau menyeru orang lain ke dalam sabilillah (jalan Allah),

bukan untuk mengikuti da'i atau sekelompok orang.

Dilain pihak H. Endang S. Anshari didefinisikan sebagai penyampaian Islam

kepada manusia secara lisan maupun tulisan ataupun lukisan. Lebih lanjut

menurutnya dakwah adalah penjabaran , penterjemahan dan pelaksanaan

(65)

Dakwah oleh Omar (1971) juga adalah mengajak manusia dengan cara

bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk

kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat (Tasmara, 1997).

49

Dakwah dapat juga diartikan denga

Gambar

Tabel 3.1 lndeks diskriminasi item skala behavior belief
lndeks Tabel 3.3 diskriminai item skala normative belief
Tabel 3.5 lndeks diskriminasi item skala intensi
Tabel4.1 Penyebaran subyek berdasarkan jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Koklea terdiri dari tiga saluran yang sejajar, yaitu: saluran vestibulum yang berhubungan dengan jendela oval, saluran tengah dan saluran timpani yang berhubungan dengan jendela

Penambahan data estimasi curah hujan dari citra satelit dapat menambah kerapatan dan sebaran curah hujan di Provinsi Bengkulu dengan menggunakan koreksi linier, sehingga

Alat yang digunakan dalam terapi BCT ini sama dengan alat yang ada pada pemeriksaan Bio Resonance Scanning dan menggunakan gelombang yang sama, namun pada terapi

Dikatakan dalam Hasyiyah Ibni ‘Abidin, “Sesunggunya siapa yang mengatakan ‘Fudhuli (orang yang berbicara tidak karuan)’ kepada pihak yang menyuruh berbuat

Tujuan utama penetapan kawasan lindung dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Merangin adalah untuk melindungi sumberdaya alam atau buatan yang

Untuk itu, menelusuri pandangan hidup para pembaharu pendidikan Islam, lewat Ahmad Dahlan dan Wahab Khasbullah merupakan usaha untuk menyingkap pandangan kedua

Selain itu, berdirinya lembaga pendidikan al-Falah Tropodo 2 adalah untuk menjawab kekhawatiran orang tua tentang pendidikan anaknya di era globalisasi ini, yang penuh dengan

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Jika amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan kewajiban dan amalan sunah yang sangat agung (mulia) maka sesuatu yang wajib dan