• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh personality trait, konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh personality trait, konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di Kota Bogor"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)

Oleh:

Awliya Nurmayasari

NIM: 109070000116

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

AWLIYA NURMAYASARI NIM: 109070000116

Pembimbing I Pembimbing II

Mulia Sari Dewi, M.si., Psi Nia Tresniasari,M.Si NIP.197805022008012026 NIP.198410262009122004

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

PENGUNJUNG MALL DI KOTA BOGOR” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Maret 2015. Skirpsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, Maret 2015

Sidang Munaqasyah

Dekan / Ketua Wakil Dekan

Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abdul Rahman Shaleh,M.Si NIP. 196806141997041001 NIP. 19561223 198303 2 001

Anggota :

Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi Miftahuddin, M.Si NIDN.0315054701 NIP.197303172006041001

(4)

NIM : 109070000116

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH PERSONALITY TRAIT, KONFORMITAS DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP IMPULSIVE BUYING PENGUNJUNG MALL DI KOTA BOGOR” adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah dicantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, Maret 2015

(5)

Janganlah kamu

menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu

adalah saudara setan.

(QS. Al-Isra [17] : 26-27)

PERSEMBAHAN

(6)

(D) Pengaruh personality trait, konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di kota Bogor

(E) xii + 74 halaman + 18 lampiran

(F) Fenomena berbelanja saat ini sudah berkembang menjadi gaya hidup. Banyak konsumen melakukan pembelian tanpa disertai pertimbangan terlebih dahulu atau disebut dengan impulsive buying. Impulsive buying

adalah pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh personality trait , konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di kota Bogor. Adapun variabel personality trait dalam penelitian ini terdiri atas tiga dimensi (control, stress reaction, absorption), konformitas dua dimensi (compliance dan acceptance), faktor demografi (jenis kelamin dan usia). Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dan jumlah sampel penelitian ini mencangkup 210 orang dari pengunjung mall di kota Bogor. Adapun uji validitas penelitian menggunakan CFA (Comfirmatory Factor Analysis) dan analisis data menggunakan uji regresi berganda.

.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

(7)

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh personality trait, konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di Kota Bogor”. Shalawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Abd. Mujib, M.Si.. Wakil Dekan Bidang akademik Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dra. Diana Mutiah, M.Si dan Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Ikhwan Luthfi, M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Dosen pembimbing skripsi Mulia Sari Dewi, M.Si.,Psi dan Nia Tresniasari, M.Si. Penulis sangat berterimakasih dan merasa sangat beruntung dibimbing oleh keduanya. Bimbingan beliau telah membuka wawasan serta menambah pengetahuan penulis mengenai banyak hal. Bekerja keras dan jujur dalam bekerja merupakan semangat yang beliau berikan untuk penulis. Terima kasih atas segala arahan, masukan, kritik serta koreksi dalam pengerjaan skripsi ini.

(8)

5. Keluarga penulis, ibu Een Nuraini dan ayah Sirodjuddin. Kakak Doddy dan Sholikah, Debby dan Willita serta keponakan-keponakan Aurelia, Euginia, Nabilla, Nara, Hilmi beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dan mendoakan. Terima kasih atas do’a pada setiap ibadahnya, masukan, semangat, cinta, kasih sayang yang tulus kepada penulis. Kalianlah yang telah membuat penulis bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan penelitian ini.

6. Motivator M. Bowo yang tidak pernah lelah memberikan motivasi, semangat, do’a dan dukungan agar tidak mudah menyerah dalam mengerjakan penulisan ini. Terimakasih segala yang sudah diberikan sangat bermanfaat bagi penulis. 7. Sahabat-sahabat penulis : Eva, Rani, Dana, Putria, Nilam, Syifa, Dewi, Fikri,

Erla terimakasih untuk kebahagiaan dan semangat yang sudah kalian ciptakan untuk penulis.

8. Mentor skripsi Farhanah Murniasih dan Wiwi Euismawati yang selalu memberi masukan dan arahan dalam penulisan ini, terima kasih atas segala waktu yang telah diberikan.

9. Psikologi UIN C 2009 yang telah menjadi keluarga baru bagi penulis yang telah memberikan banyak cerita selama ini.

10. Semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih.

Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis sendiri, para pembaca dan seluruh pihak terkait.

(9)

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

2.1.2. Dimensi Impulsive Buying ……….………….. 14

(10)

3.3. Pengumpulan Data ………. 34

3.4. Pengujian Validitas Konstruk ……….………….…... 37

3.4.1. Uji Validitas Konstruk Impulsive Buying .... 40

3.4.2. Uji Validitas Konstruk Personality Trait …….….. 41

3.4.3. Uji Validitas Konstruk Konformitas ...... 47

3.5. Metode Analisis Data ………..……...… 50

BAB 4 HASIL PENELITIAN ………..……... 53-66 4.1. Gambaran Subjek Penelitian ……….… 53

4.2. Hasil Analisis Deskriptif …………..……….. 54

4.2.1. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian …… 56

4.3. Uji Hipotesis Penelitian …………..……….. 58

4.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ……… 58

4.3.2. Pengujian Proporsi Varians Independen Variabel.. 63

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ……….…….…... 67-74 5.1. Kesimpulan ………... 67

5.2. Diskusi………..………….….….……. 67

5. 3. Saran ……….……….……….... 72

5. 3. 1. Saran Teoritis ……….……..…... 73

(11)

Tabel 3.2 Blue Print Impulsive Buying………..36

Tabel 3.3 Blue Print Personality Trait………..38

Tabel 3.4 Blue Print Konformitas……….39

Tabel 3.5 Muatan Factor Item Impulsive Buying………...44

Tabel 3.6 Muatan Factor Item Control………..46

Tabel 3.7 Muatan Factor Item Stress Reaction………..48

Tabel 3.8 Muatan Factor Item Absorption……….50

Tabel 3.9 Muatan Factor Item Compliance………...52

Tabel 3.10 Muatan Factor Item Acceptance………53

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian……….57

Tabel 4.2 Deskripsi Data Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia...58

Tabel 4.3 Analisis Deskriptif...59

Tabel 4.4 Pedoman Interpretasi Skor...60

Tabel 4.5 Kategorisasi Impulsive Buying...60

Tabel 4.6 Kategorisasi Personality Trait...61

Tabel 4.7 Kategorisasi Konformitas...62

Tabel 4.8 Model Summary Analisis Regresi...63

Tabel 4.9 Tabel Anova...64

Tabel 4.10 Koefisien Regresi...65

(12)

Gambar 3.1 Uji Validitas Konstruk Impulsive Buying……….43

Gambar 3.2 Uji Validitas Konstruk Control……….…45

Gambar 3.3 Uji Validitas Konstruk Stress Reaction………47

Gambar 3.4 Uji Validitas Konstruk Absorption………49

Gambar 3.5 Uji Validitas Konstruk Compliance………..51

Gambar 3.6 Uji Validitas Konstruk Acceptance………...53

(13)

Lampiran 1 : Angket Penelitian

Lampiran 2 : Syntax dan Path Diagram Lampiran 3 : Output SPSS

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab satu ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Belanja merupakan kebutuhan bagi setiap individu, masing-masing mempunyai

kebutuhan hidup yang berbeda. Individu merencanakan pengeluaran uang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan berapa

banyak uang yang akan dikeluarkan. Belanja bukan hanya sekedar memenuhi

kebutuhan sehari-hari, tetapi belanja juga sebagai suatu keinginan.

Fenomena berbelanja dilakukan oleh setiap orang, yang kemudian

berkembang menjadi gaya hidup. Bukan hanya gaya hidup, saat ini belanja juga

menjadi trend di kalangan masyarakat. Gaya hidup merupakan sebuah

penyelarasan dengan era modernisasi yang tumbuh perlahan menuruti tingkatan

sosial. Gaya hidup merupakan pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu

serta uang (Engel& Blackwell, 1994).

Semakin banyaknya tempat-tempat perbelanjaan seperti pertokoan, ruko,

maupun mall memudahkan konsumen untuk mendapatkan barang yang

diinginkan. Lokasi yang tidak terlalu berjauhan pun memudahkan konsumen

(15)

Penelitian yang dilakukan marketing research (MARS) Indonesia

(Indonesian Consumer Profile) menunjukkan 82,2% konsumen khususnya di

Jabodetabek gemar berbelanja di mall. Dalam sebulan mereka minimal sekali

sampai dua kali mengunjungi tempat tersebut. Ini artinya, demam mall semakin

menggejala di masyarakat. Kunjungan mereka ke pusat perbelanjaan tersebut

74,3% pada hari libur dan 25,7% pada hari kerja (Zumar,, 2009).

Long weekend merupakan puncak tertinggi peningkatan pengunjung pusat

perbelanjaan. Penelitian yang dilakukan di Cibinong City Mall (CCM) pada masa

weekdays pengunjung mencapai 8.000 orang per hari sedangkan long weekend

pengunjung bisa mencapai 10.000 orang per hari atau naik 20% dari biasanya.

Meningkatnya jumlah kunjungan, berimbas juga pada meningkatnya pendapatan

di pusat perbelanjaan (Hidayat, 2013).

Banyak orang yang melakukan pembelian tanpa disertai pertimbangan terlebih dahulu. Mereka membeli karena apa yang mereka “lihat”, bukan yang

mereka “butuhkan”. Keinginan membeli semakin kuat ketika melihat barang

-barang yang berpenampilan menarik, warna yang indah, serta tampilan toko yang

unik (Youn & Faber, 2000).

Pembelian menjadi tidak wajar ketika seseorang tidak dapat mengontrol

apa yang harus dan tidak penting untuk dibeli. Hal tersebut dapat menyebabkan

seseorang menjadi pembeli yang impulsive. Verplanken & Herabadi (2001)

mendefinisikan impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan

(16)

adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Pembeli yang impulsive

seringkali menjadi tidak sadar ketika melakukan pembelian, hal ini dikarenakan

dorongan yang tiba-tiba ketika seseorang melakukan impusive buying sehingga

tanpa sadar seseorang akan melakukannya.

Dari penjelasan di atas banyak dampak negatif dari impulsive buying bagi

generasi muda penerus bangsa. Salah satunya sikap pemborosan, karena

sebenarnya konsumen membeli barang tanpa perencanaan sebelumnya yang

mengakibatkan tidak terpakainya barang tersebut. Oleh karena itu perlu untuk

dilakukan penelitian terhadap impulsive buying untuk mengetahui hal-hal apa saja

yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan hal tersebut khususnya dari segi

personality trait dan konformitas.

Rook (1987) menguraikan impulsive buying adalah sesuatu yang hedonis

dan mungkin menimbulkan konflik emosional. Impulsive buying mudah hilang

tergantung konsekuensi yang didapat ketika seseorang melakukan hal tersebut.

Impulsive buying lebih ingin memiliki seluruh barang daripada memilih salah satu

dari barang tersebut. Spontanitas yang lebih utama dibandingkan kehati-hatian

untuk membeli suatu barang. Dalam impulsive buying berpikir emosional lebih mendominasi daripada rasional dan dipersepsikan seperti “buruk” daripada

“baik”, akhirnya konsumen merasa kehilangan kontrol saat melakukannya.

Impulsive buying dapat terjadi dalam kondisi apapun, konsumen adalah subjek

(17)

Sebuah penelitian terdahulu menunjukkan bahwa keputusan konsumen

untuk membeli saat berada didalam toko semakin meningkat, karena adanya

dorongan untuk membeli dan menyebabkan jumlah pembelian yang cukup besar.

Sebagian besar diantaranya pembelian dilakukan tanpa perencanaan atau disebut

dengan impulsive buying (Jalan, 2006).

Peneliti melakukan survey awal terhadap 10 pengunjung Mall pada bulan

Mei 2014 di salah satu Mall yang berada di kota Bogor, dari hasil wawancara

dengan pengunjung didapatkan informasi bahwa 7 dari 10 pengunjung sering

melakukan pembelian tanpa perencanaan.

Konsumen cenderung melakukan impulsive buying karena dilatarbelakangi

oleh beberapa faktor, salah satunya adalah personality trait. Jalan (2006)

menyebutkan dalam personality trait terdapat tiga hal yang berkaitan dengan

impulsive buying yaitu control, stress reaction, dan absorption. Control berkaitan

dengan pengaruh diri sendiri terhadap emosi, kognisi,dan perilaku seseorang. Hal

ini membuat konflik psikologis dalam diri konsumen saat melakukan pembelian.

Tidak mudah bagi konsumen untuk menahan keinginannya dalam berbelanja, ini

membuat konsumen mengatakan kepada dirinya “saya tidak akan melakukannya”.

Konflik psikologis dalam pembelian seringkali terjadi apabila seseorang tidak

dapat mengontrol dirinya.

Faktor selanjutnya yaitu stress reaction, hal ini mewakili perbedaan

individu dalam menangkap respon yang diterimanya dengan keadaan emosi yang

(18)

2000). Jalan (2006) mengatakan, bahwa emosi negatif yang dialami individu

merupakan kondisi sehari-hari yang dialami setiap orang. Emosi ini melibatkan

seseorang untuk melakukan impulsive buying. Gardner & Rook (1988) dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa konsumen merasa bahwa dirinya lebih baik

jika melakukan impulsive buying.

Youn & Faber (2000) mengatakan bahwa seseorang jika dalam keadaan

stres yang tinggi melakukan impulsive buying maka seseorang tersebut

mendapatkan kepuasan jangka pendek yang disertai dengan perasaan diri yang

positif dan perubahan mood yang membuat dirinya jauh lebih baik. Konsumen

yang merasa jenuh akan rutinitasnya setiap hari merasa lebih baik jika dirinya

melakukan pembelian yang tidak direncanakan kerena menurutnya hal itu bisa

mengubah suasana hati konsumen tersebut.

Faktor berikutnya yakni absorption, dalam hal ini konsumen cenderung

menahan keterlibatan dirinya dalam hal yang menarik perhatiannya dari stimulus

eksternal maupun imajinasi yang didapatnya. Absorption berperan penting untuk

konsumen sebagai penentu pengambilan keputusan terhadap stimulus yang di

dapat (Youn & Faber, 2000).

Kesimpulan penelitian yang dilakukan Jalan (2006) menunjukkan hasil

yang berbeda berdasarkan faktor personality trait. Control lebih tinggi

kecenderungannya dibandingkan dengan stress reaction dan absorption dalam

(19)

literature yang ada menegaskan bahwa konsumen bertindak impulsive karena

kurangnya akan kontrol diri mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari orang terdekat sangat mempengaruhi

keputusan kita dalam melakukan pembelian, bahkan tidak jarang barang yang kita

beli sebenarnya tidak kita butuhkan. Pada dasarnya individu mudah terbujuk

untuk mengikuti saran orang lain agar dapat mengikatkan diri pada suatu

kelompok. Hal ini dikarenakan setiap kelompok mempunyai tuntutan yang harus

bisa dipenuhi oleh setiap individu yang ingin bergabung. Jika individu ingin

diakui eksistensinya dalam kelompok, individu harus berusaha untuk menjadi

bagian dari kelompoknya dengan jalan mengikuti peraturan yang ada dalam

kelompok. Usaha tersebut dapat berupa kesepahaman dalam membeli produk

tertentu (Myers, 2005).

Banyak orang tidak menyadari bahwa masukan dari teman itu sebenarnya

tidak baik. Tetapi apabila tidak mengikuti apa yang disarankan oleh mereka ada

perasaan tidak enak atau takut tidak ditemani. Hal ini disebut dengan konformitas.

Konformitas ini rentan menjadi penyebab impulsive buying. Bujukan dan rayuan

dari pelayan saat berbelanja sangat mempengaruhi keputusan seseorang untuk

membeli barang yang tidak direncanakan. Tekanan kelompok memaksa seseorang

berperilaku sesuai keinginan kelompoknya. Seseorang yang tidak berniat membeli

suatu barang, akhirnya menjadi membeli barang yang padahal tidak diperlukan.

Pembelian juga tidak selalu berpengaruh dari luar saja, dalam diri seseorang juga

terdapat dorongan untuk membeli yang diperkuat dengan suasana dari luar diri

(20)

Yang & Huang (2011) menyatakan bahwa faktor demografi juga

mempengaruhi impulsive buying selain dari personality trait dan konformitas.

Faktor demografi merupakan faktor-faktor kependudukan yang menunjukan

keadaan dan karakter penduduk. Faktor demografi yang mempengaruhi impulsive

buying yaitu, jenis kelamin dan usia.

Faktor jenis kelamin juga sering digunakan untuk penelitian impulsive

buying. Faktor ini digunakan sebagai bahan perbandingan. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam

melakukan impulsive buying. Perempuan berbelanja untuk menunjukkan identitas

diri mereka dalam lingkungannya, sedangkan laki-laki melakukan impulsive

buying lebih kepada kegunaan atau fungsi dari barang tersebut (Lee, 2002).

Penelitian Abdillah (2013) menunjukkan bahwa 75% pria juga melakukan

impulsive buying yang didasari karena kecintaannya pada tim sepak bola, setiap

melihat barang-barang yang bernuansa tim sepak bola yang mereka gemari pasti

akan dibeli nya.

Pada faktor usia, 18 hingga 39 tahun merupakan usia yang mengalami

peningkatan hasrat untuk berbelanja (Verplanken & Herabadi,2011). Hasil

penelitian Yang & Huang (2011) menyatakan bahwa pada usia 40 tahun individu

memiliki kecenderungan untuk melakukan impulsive buying yang lebih tinggi

dikarenakan mereka telah memiliki pendapatan yang tetap. Perkembangan fisik

manusia yaitu ada pada masa usia dewasa, hal inilah yang semakin membuat

(21)

Penelitian dilakukan di Mall yang berada di kota Bogor, karena kota

Bogor termasuk kota yang besar dan maju dalam perekonomiannya, dan

banyaknya mall dan outlet di kawasan tersebut. Penelitian akan dilakukan pada

tiga tempat yang berbeda, yaitu Mall Ekalokasari, Botani Square dan Cibinong

City Mall karena lokasi tersebut merupakan pusat perbelanjaan yang cukup ramai

dan terdapat berbagai karakter pengunjung yang bisa menjadi objek penelitian.

Dari uraian tersebut maka peneliti ingin menggunakan Personality Trait,

Konformitas dan Faktor Demografi sebagai independent variable (IV) dan

Impulsive Buying sebagai dependent variabel (DV). Oleh karena itu, peneliti

tertarik untuk meneliti “ Pengaruh Personality Trait, Konformitas dan Faktor

Demografi terhadap Impulsive Buying Pengunjung Mall di kota Bogor “.

1.2Batasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Batasan masalah

Agar fokus pembahasan lebih terarah, penelitian ini dibatasi mengenai masalah

pengaruh personality trait, konformitas, dan faktor demografi terhadap impulsive

buying pengunjung mall di kota Bogor. Didapatkan mengenai batasan masalah

yang dijadikan variabel adalah sebagai berikut :

1. Impulsive buying adalah pembelian yang tidak rasional dan

diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan,

diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Adapun

dimensi-dimensi impulsive buying yaitu cognitive dan affective

(22)

2. Personality trait adalah struktur psikologi yang mendasari watak dan

perilaku individu yang bersifat abadi, yakni kecenderungan untuk

merespon dengan cara tertentu ketika berada dalam situasi tertentu.

Pada penelitian ini menggunakan dimensi personality trait yang

relevan untuk studi impulsive buying yaitu, control, stress reaction,

dan absorption (Tellegen, 1982).

3. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil

nyata akibat dari tekanan kelompok. Dimensi-dimensi yang digunakan

yaitu, compliance dan acceptance (Myers, 2005).

4. Faktor demografi adalah faktor-faktor kependudukan yang

menunjukkan keadaan dan karakter penduduk. Pada penelitian ini,

Faktor demografi dibatasi menjadi beberapa faktor, yaitu :

a) Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan permpuan.

b) Usia pada saat responden mengisi kuesioner dikelompokkan

kedalam empat bagian yaitu : 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50

tahun, 51-60 tahun.

1.2.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan, dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh personality trait (control, stress reaction,

absorption), konformitas (compliance, acceptance) dan variabel

(23)

2. Apakah ada pengaruh dimensi control pada variabel personality trait

terhadap impulsive buying?

3. Apakah ada pengaruh dimensi stress reaction pada variabel

personality trait terhadap impulsive buying?

4. Apakah ada pengaruh dimensi absorption pada variabel personality

trait terhadap impulsive buying?

5. Apakah ada pengaruh dimensi compliance pada variabel konformitas

terhadap impulsive buying?

6. Apakah ada pengaruh dimensi acceptance pada variabel konformitas

terhadap impulsive buying?

7. Apakah variabel demografis jenis kelamin memiliki pengaruh secara

signifikanterhadap impulsive buying?

8. Apakah variabel demografis usia memiliki pengaruh secara signifikan

terhadap impulsive buying?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel personality

trait (control, stress reaction, absorption), variabel konformitas (compliance,

acceptance) dan faktor demografi (jenis kelamin dan usia) terhadap impulsive

buying.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

(24)

1.4.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu psikologi,

khususnya di bidang Psikologi Konsumen. Juga sebagai bahan pertimbangan serta

pedoman untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya mengenai

pengaruh personality trait (control, stress reaction, absorption), konformitas

(compliance, acceptance), faktor demografis (jenis kelamin dan usia) pada

individu terhadap impulsive buying.

1.4.2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pembeli agar membeli

sesuatu dengan memakai akal rasional dan tidak hanya membeli dengan emosi

saja, sehingga barang tersebut nantinya hanya akan menjadi barang yang tidak

terpakai. Juga individu agar tidak membeli suatu barang karena terpengaruh oleh

faktor luar dari dirinya dan dapat membeli sesuai dengan kebutuhan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan

APA (American Psychology Association) style dan penyusunan penulisan skripsi

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan peneliti ini dibagi

(25)

BAB 1 : PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat teoritis maupun praktis, dan

sistematika penulisan.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Dalam bab kajian pustaka akan dibahas mengenai teori impulsive buying,

personality trait, konformitas, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Dalam bab metode penelitian ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel,

variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, instrument

pengumpulan data dan metode analisis data.

BAB 4 : HASIL PENELITIAN

Dalam bab hasil penelitian akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah

dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis deskriptif dan

pengujian hipotesis penelitian.

BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

Dalam bab lima akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran dari hasil

(26)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Pada bab dua ini akan dibahas mengenai landasan teori penelitian yang berisi

tentang teori impulsive buying, personality trait dan konformitas. Selanjutnya

dalam bab ini juga akan dibahas mengenai kerangka berpikir dan hipotesis

penelitian

2.1 Impulsive Buying

2.1.1 Definisi impulsive buying

Menurut Rook (1987) impulsive buying didefinisikan sebagai perilaku belanja

tanpa perencanaan, diwarnai oleh keinginan kuat untuk membeli yang muncul

secara tiba-tiba dan seringkali sulit untuk ditahan, yang dipicu secara spontan

pada saat berhadapan dengan produk, dan diiringi oleh perasaan menyenangkan

serta penuh gairah.

Sementara itu dari sisi psikologis perilaku impulsive buying menimbulkan

perilaku yang tidak disadari dan disertai dengan respon emosi yang kuat serta

konflik interpersonal (Beaty & Ferrel, 2003).

Namun berdasarkan pendapat Verplanken & Herabadi (2001)

menunjukkan bahwa dorongan emosional tersebut terkait dengan adanya perasaan

yang intens yang ditunjukkan dengan melakukan pembelian karena adanya

(27)

setelah melakukan pembelian tersebut. Konsumen hanya ingin merasa puas

dengan membeli barang yang konsumen inginkan.

Perilaku impulsive buying dari Verplanken & Herabadi (2001) ini

melibatkan dua system inti yaitu affective (emosi) dan cognitive. Affective dan

cognitive dapat melakukan prosesnya sendiri-sendiri dan ada kalanya mereka

bekerja secara bersama. Namun, dalam beberapa hal sisi emosi sering menjadi hal

utama bahkan mendahulu dan mampu mempengaruhi cognitive. Emosi bisa

terjadi secara otomatis tanpa peran active dari cognitive, yaitu kesadaran. Engel &

Blackwell (1995), menambahkan impulsive buying atau unplanned purchase

merupakan suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan terlebih

dahulu dan keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko.

Dari berbagai teori diatas peneliti menggunakan teori Verplanken &

Herabadi (2001), yaitu impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional

dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti

oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Teori ini dipilih karena

memiliki definisi yang paling sesuai untuk menjabarkan pengertian impulsive

buying.

2.1.2 Dimensi-dimensi impulsive buying

Verplanken & Herabadi (2001) membagi impulsive buying menjadi dua dimensi,

(28)

a. Cognitive : proses psikologis seseorang yang merujuk kepada struktur dan

proses mental yang meliputi pemikiran, pemahaman dan

penginterpretasian. Proses ini terdiri dari tiga komponen, yaitu :

1. Cognitive deliberation, suatu keadaan dimana (calon) konsumen

merasakan adanya desakan untuk bertindak tanpa adanya

pertimbangan mendalam atau memikirkan konsekuensinya.

2. Unplanned buying, suatu keadaan dimana (calon) konsumen tidak

memiliki rencana yang jelas dalam berbelanja.

3. Disregard for the future, suatu keadaan dimana (calon) konsumen

melakukan impulsive buying tidak menghiraukan masa depan.

b. Affective : proses psikologis dalam diri seseorang yang merujuk kepada

emosi, perasaan maupun suasana hati (mood). Proses ini terdiri dari tiga

komponen, yaitu:

1. Irresistible urge to buy, suatu keadaan dimana (calon) konsumen

memiliki keinginan yang instan, terus menerus dan begitu memaksa,

sehingga (calon) konsumen tidak dapat menahan dirinya.

2. Positive buying emotion, suatu keadaan dimana (calon) konsumen

memiliki suasana hati positif yang berasal dari motivasinya untuk

memuaskan diri melalui impulsive buying.

3. Mood management, suatu keadaan dimana muncul keinginan (calon)

konsumen untuk mengubah atau menata perasaannya melalaui

(29)

Rook (1987) membagi impulsive buying menjadi beberapa dimensi, yaitu :

a. Spontanitas : Belanja ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen

untuk membeli sekarang. Sering sebagai respon terhadap stimulus visual

yang langsung ditempat penjualan.

b. Kekuatan, Kompulsi, dan intensitas. Mungkin ada motivasi untuk

mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.

c. Kegairahan dan stimulasi: Desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan emosi yang diberikan sebagai “menggairahkan” ,

“menggetarkan”, atau “liar”.

d. Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi

begitu sulit untuk ditolak sehingga akibat yang mungkin negative

diabaikan.

Peneliti menggunakan dimensi dari Verplanken & Herabadi (2001) karena

dimensi ini merupakan dimensi yang paling baru dan diadaptasi dari Rook

(1987)

Loudon& Bitta (1993) membagi impulsive buying kedalam empat tipe, yaitu:

1. Pure Impulsive yaitu dorongan untuk membeli produk baru, mencari

variasai baru, atau pembelian terhadap produk diluar kebiasaan

pembeliannya.

2. Suggestion impulse yaitu dorongan yang didasarkan stimulus pada toko

dan ditunjang dengan pemberian saran, baik dari sales promotion,

(30)

3. Reminder impuls yaitu dorongan yang muncul saat melihat barang pada

rak toko, display atau teringat iklan dan informasi lainnya tentang suatu

produk.

4. Planned impulse yaitu pembelian yang terjadi apabila kondisi penjualan

tertentu diberikan. Dorongan berupa intensi membeli berdasarkan harga

khusus, kupon, diskon dan lain sebagainya tanpa merencanakan produk

yang akan dibelinya.

2.1.3 Alat ukur impulsive buying

Skala impulsive buying dari Rook (1987) terdiri dari sembilan item.

Masing-masing item hanya satu atau dua yang mewakili tiap dimensi dari impulsive

buying tersebut. Sedangkan Verplanken & Herabadi (2001) dalam alat ukurnya

memiliki 20 item yang dibagi menjadi dua dimensi, yakni cognitive dan affective.

Pengukuran impulsive buying dalam penelitian ini menggunakan skala

baku dari Verplanken & Herabadi (2001). Skala impulsive mengukur dua dimensi

yaitu dimensi cognitive dan affective. Koefisien alpha dari dua subskala ini adalah

.91 untuk dimensi cognitive dan .83 untuk dimensi affective. Dimensi cognitive

melihat mengenai kurangnya perencanaan dan kehati-hatian, sedangkan pada

dimensi affective nya mengukur perasaan menyenangkan, kegairahan, tekanan,

kontrol yang rendah dan rasa penyesalan.

2.1.4 Faktor- faktor yang memicu impulsive buying

(31)

1. Variabel Situasional a) Lingkungan toko

Beberapa variable yang ada di lingkungan toko antara lain adalah penampilan

fisik produk, cara menampilkannya, atau adanya tembahan seperti harumnya

toko, warna yang indah atau music yang menyenangkan. Isyarat ini dapat

menarik perhatian, menimbulkan motivasi untuk membeli, dan menimbulkan

suasana hati yang positive. Dimana keduanya merupakan karakteristik dari

impulsive buying.

b) Ketersediaan waktu dan uang

Variabel situasional lain juga dapat mempengaruhi impulsive buying adalah

tersedianya waktu dan uang, baik benar-benar tersedia (benar-benar memiliki

waktu dan uang), maupun hanya perasaan saja (hanya merasa memiliki waktu

dan uang).

c) Karakteristik Produk

Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi impulsive buying.

Faktor-faktor tersebut antara lain adalah karakteristik produk dan marketing.

Karakteristik produk yang mempengaruhi impulsive buying adalah:

1. Memiliki harga yang rendah

2. Adanya sedikit kebutuhan terhadap produk tersebut

3. Siklus kehidupan produk pendek

(32)

5. Mudah disimpan

d) Faktor Marketing

1. Adanya distribusi massa untuk self-service outlet

2. Iklan yang besar

3. Posisi display dan lokasi yang menonjol turut mempengaruhi belanja

impulsive.

2. Variabel Person-related

Impulsive buying berada dalam batas yang berhubungan dengan manusia,

yaitu :

a) Emosi. Verplanken & Herabadi (2001) mengemukakan perilaku

impulsive buying berhubungan dengan suasana hati tertentu. Sebagai

contoh adanya percampuran rasa senang, kegairahan dan kekuasaan

menimbulkan kecenderungan untuk melakukan impulsive buying.

Salah satu alasan konsumen melakukan impulsive buying adalah

menghilangkan depressed mood .

b) Konformitas. Aronson (1992) mengemukakan bahwa konformitas

merupakan faktor internal terbentuk dari lingkungan sosial yang dapat

mempengaruhi munculnya impulsive buying. Perilaku ini muncul

akibat pembelajaran atau pengaruh dari lingkungan sosial.

c) Sex. Rook & Hoch (1985) mengatakan bahwa perempuan membeli

barang dengan tingkat emosi yang lebih tinggi dibanding laki-laki.

(33)

perempuan memiliki perbedaan kerentanan untuk melakukan impulsive

buying.

d) Motif hedonis. Rook (1987) menyebutkan bahwa impulsive buying

berkaitan dengan kepuasan hedonis. Sifat dasar hedonis itu sendiri

yaitu, kesenangan, kejutan, kepuasan, sesuatu yang baru,

menyenangkan dan keakraban. Konsumen melakukan impulsive

buyingpada saat mereka sedang termotivasi oleh kebutuhan hedonis

nya.

e) Karakteristik konsumen yang mempengaruhi impulsive buying adalah

demografis (usia dan jenis kelamin).

2.2 Personality Trait

2.2.1 Definisi personality trait

Personality merupakan suatu bagian yang khas dari setiap individu. Hal tersebut

yang membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Feist & Feist

(2009) menyatakan bahwa personality adalah sebuah pola dari sifat yang relatif

menetap dan karakteristik unik, dimana memberikan konsistensi dan

individualitas pada perilaku seseorang. Trait menunjukan perbedaan individual

dalam berperilaku, perilaku yang konsistensi sepanjang waktu, dan stabilitas

perilaku dalam berbagai situasi.

Tokoh lain mengatakan bahwa personality trait adalah struktur psikologi

(34)

kecenderungan untuk merespon dengan cara tertentu ketika berada dalam situasi

tertentu (Tellegen, 1982).

Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai personality maka penulis

menggunakan teori Tellegen (1982) yang mengatakan bahwa personality trait

adalah struktur psikologi yang mendasari watak dan perilaku individu yang

bersifat abadi, yakni kecenderungan untuk merespon dengan cara tertentu ketika

berada dalam situasi tertentu.

2.2.2 Dimensi-dimensi personality trait

Terdapat tiga dimensi yang membentuk personality trait pada individu yang

mempengaruhi pembelian impulsive yaitu control, stress reaction, absorpstion

(Tellegen 1982).

a) Control

Control berkaitan dengan karakteristik individu ketika memonitor impuls yang

berlebihan yang diterima oleh individu tersebut. Pada dimensi ini seseorang

mendapatkan tekanan yang cukup dikarenakan individu tersebut mampu atau

tidak untuk menahan kepuasan atau kebahagiaan. Individu yang memiliki control

cenderung berhati-hati, mempersiapkan rencana dengan matang, merenungkan

kembali tindakan yang telah dilakukan, memiliki pola pemikiran yang rasional,

(35)

b) Stress reaction

Perbedaan individu yang sistematis dalam frekuensi dan intensitas respon

terhadap isyarat yang bersifat situasional bersamaan dengan kondisi emosi

negative. Reaksi stress dikarakteristikan dengan mudah marah, perubahan emosi

yang tidak diprediksi, gugup, tegang, merasa bersalah, merasa cemas.

c) Absorption

Kecenderungan untuk memendam keterlibatan diri yang dipicu oleh gabungan

dari stimulus external dan stimulus imaginal. Seseorang yang memiliki tingkat

absorption yang tinggi cenderung berfikir menggunakan imajinasi, dapat

melepaskan masa lalu, menikmati pikiran sendiri, memiliki penglaman yang bersifat “cross-modal”.

Peneliti menggunakan dimensi dari Tellegen, (1982) karena dimensi

tersebut merupakan dimensi yang berhubungan langsung dengan impulsive

buying.

2.2.3 Alat ukur personality trait

Big five faktor merupakan salah satu alat ukur untuk personality trait. Alat ukur

ini mengukur lima dimensi yaitu, opennese, conscientiousness, extraversion,

agreeableess, neuroticism.. Dalam penelitian ini tidak menggunakan big five

dikarenakan perbedaan dimensi yang digunakan oleh peneliti.

Berdasarkan penelitian terdahulu peneliti memodifikasi alat ukur MPQ

(36)

pada dimensi-dimensi yang ada di alat ukur MPQ tersebut, dikarenakan alat ukur

MPQ tidak mempublikasikan item-item nya, MPQ hanya mencantumkan dimensi

nya saja. Alasan lain peneliti memodifikasi MPQ dikarenakan dimensi yang ada

pada MPQ sesuai dengan dimensi yang akan peneliti ukur.

2.3 Konformitas

2.3.1 Definisi konformitas

Konformitas adalah tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya

tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan (Wade & Tavris,

2007). Sedangkan konformitas menurut Baron & Byrne (2003) diartikan sebagai

suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku

mereka sesuai dengan norma sosial yang ada. Pendapat lain dikemukakan oleh

Wiggins (1994) menjelaskan konformitas sebagai perilaku yang muncul akibat

norma dari orang lain.

Pendapat berbeda diungkapkan oleh Myers (2005), menyatakan bahwa

konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata

akibat dari tekanan kelompok. Ditambahkan oleh Wills (dalam Sarwono, 2006)

dengan pendapatnya bahwa konformitas itu adalah usaha terus menerus dari

individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh

kelompok. Jika persepsi individu tentang norma kelompok (standard sosial)

berubah, maka ia akan mengubah pola tingkah lakunya.

(37)

dibayangkan oleh mereka. Definisi konformitas lainnya bahwa konformitas adalah

ketika seseorang melakukan sebuah perilaku yang disebabkan orang lain

melakukan perilaku tersebut (Freedman, dkk,1978).

Berdasarkan definisi diatas peneliti menggunakan teori Myers, (2005)

menyatakan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan

sebagai hasil nyata akibat dari tekanan kelompok.

2.3.2 Dimensi-dimensi konformitas

Myers (2005) membedakan konformitas ke dalam dua tipe yaitu compliance dan

acceptance.

1. Compliance

Konformitas compliance adalah ketika seseorang bersama-sama dengan yang

orang lain inginkan atau harapkan, tetapi hanya untuk mendapatkan hadiah yang

ditawarkan jika mereka melakukanya, atau menghindari hukuman bila dipaksa

melakukannya. Konformitas ini terjadi dimana individu bertingkah laku sesuai

dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok sementara secara pribadi ia tidak

menyetujui perilaku tersebut. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh sosial

normatif yang didasarkan pada keinginan individu untuk diterima atau disukai

oleh orang lain.

2. Acceptance

Konformitas acceptance adalah suatu bentuk konformitas dimana tingkah laku

maupun keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterima nya.

(38)

informasi penting yang dimiliki oleh individu (informational influence). Jadi

acceptance adalah konformitas yang didasari oleh penerimaan seseorang

terhadap bukti realitas yang diberikan orang lain. Dengan kata lain jika individu

tidak tahu harus berbuat apa maka ia akan menjadikan perilaku kelompok

sebagai pedoman perilaku dan meyakini hal tersebut yang benar.

2.3.3 Alat ukur konformitas

Pengukuran yang akan peneliti gunakan untuk mengukur konformitas dalam

penelitian ini yaitu berdasarkan pada dimensi-dimensi konformitas yang telah

dijelaskan di teori menurut Myers (2005), yaitu compliance dan acceptance. Akan

tetapi, Myers (2005), tidak mencantumkan item-item dari alat ukur konformitas

tersebut. Oleh karena itu peneliti berusaha mencari alat ukur baku lainnya yang

berkaitan dengan konformitas, namun sejauh ini peneliti belum menemukan alat

ukur baku yang sesuai untuk mengukur konformitas.

Peneliti selanjutnya memutuskan untuk membuat alat ukur sendiri yang

sesuai dengan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Myers (2005). Alat ukur

tersebut terdiri atas 10 item yang berisi 5 item dari dimensi compliance dan 5 item

dari dimensi acceptance.

2.4 Kerangka Berpikir

Pada umumnya belanja adalah sebuah perilaku yang menjadi kebiasaan dalam

kehidupan bermasyarakat. Belanja adalah bagian dari keseharian anggota

(39)

keseharian mereka. Secara umum tidak menyetujui jika perilaku impulsive buying

bagian dari sebuah gaya hidup. Harus diakui bahwa masyarakat memang

terkadang suka melakukan belanja yang berlebih.

Wanita biasanya lebih menikmati waktu berbelanja karena saling memberi

masukan tentang barang-barang yang akan dibeli. Tidak menutup kemungkinan

bahwa laki-laki pun berusaha memenuhi kebutuhannya dengan berbelanja. Saat

ini dari fenomena yang ada terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara

kegemaran pria maupun wanita dalam hal berbelanja.

Faktor personality trait juga mempengaruhi konsumen untuk melakukan

impulsive buying. Tidak mampunya konsumen untuk menahan impuls membuat

dirinya melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. Suasana hati

konsumen mendorong terjadinya impulsive buying karena konsumen merasa puas

setelah berbelanja. Faktor lain yaitu pertentangan antara konsumen dengan

keinginan yang mendesak dalam dirinya untuk berbelanja, yang sering dipicu oleh

stimulus yang didapat konsumen tersebut. Tidak jarang konsumen mengabaikan

kegunaan dari barang yang dibelinya, sehingga timbul penyesalan saat konsumen

sudah membeli brang tersebut.

Saat berbelanja biasanya konsumen tidak pergi sendirian, teman maupun

keluarga yang biasa menemani. Konsumen dalam berbelanja kadang meminta

pendapat dari temannya. Hal demikian bisa menimbulkan impulsive buying karena

konsumen yakin apa yang disarankan teman tersebut merupakan yang paling baik.

(40)

semula, bahkan apa yang sebenarnya konsumen ingin beli berubah menjadi

barang yang konsumen tidak butuhkan. Ini terjadi ketika konsumen merasa

percaya pada apa yang disarankan teman. Dalam kehidupan, kita tidak ingin

merasa tersaingi dalam hal apapun. Maka dari itu timbullah konformitas di

kehidupan. Kehidupan konsumen harus sama dengan orang lain agar eksistensi

nya diakui di masyarakat.

Variabel demografi dalam penelitian Robertson, Bellenger, & Hirschman,

(1978) memiliki pengaruh terhadap impulsive buying. Variabel demografi tersebut

meliputi jenis kelamin dan usia. Untuk demografi usia, konsumen berusia muda

yakni 19-39 tahun cenderung sering melakukan impulsive buying (dalam

Verplanken & Herabadi, 2001) dibandingkan dengan konsumen yang berusia

lebih dari 39 tahun. Kemudian untuk demografi jenis kelamin, konsumen

perempuan lebih sering melakukan impulsive buying daripada konsumen laki-laki.

Hal ini dikarenakan perempuan berbelanja untuk menunjukkan identitas sosial

mereka, sedangkan laki-laki berbelanja lebih kepada fungsi atau kegunaan barang

(41)

Dari kerangka berpikir diatas dapat diilustrasikan kedalam bagan sebagai

berikut:

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

Berdasarkan gambar diatas dalam penelitian ini peneliti ingin mencari pengaruh

personality trait, konformitas, usia dan jenis kelamin terhadap impulsive buying.

Selanjutnya peneliti juga ingin mencari pengaruh dimensi-dimensi personality Control

Stress Reaction

Absorption

Compliance

Acceptance

Jenis Kelamin

Usia Personality Trait

Konformitas

Faktor Demografi

(42)

trait yang terdiri atas control, stress reaction dan absorption terhadap impulsive

buying. Kemudian juga ingin mencari pengaruh dimensi-dimensi konformitas

yang terdiri atas compliance dan acceptance terhadap impulsive buying.

Selanjutnya juga ingin melihat pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap

impulsive buying pada pengunjung Mall di kota Bogor.

a. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua hipotesis yaitu hipotesis mayor dan hipotesis

minor, yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut :

Hipotesis Mayor

Ada pengaruh yang signifikan personality trait (control, stress reaction,

absorption), konformitas (compliance, acceptance), dan faktor demografi

(jenis kelamin dan usia) terhadap impulsive buying pengunjung Mall di

kota Bogor.

Hipotesis Minor

H1 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi control pada variabel

personality trait terhadap impulsive buying.

H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi stress reaction pada

variabel personality trait terhadap impulsive buying..

H3 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi absorption pada

(43)

H4 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi compliance pada

variabel konformitas terhadap impulsive buying.

H5 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi acceptance pada

variabel konformitas terhadap impulsive buying.

H6 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi jenis kelamin pada

variabel demografi terhadap impulsive buying.

H7 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi usia pada variabel

(44)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai populasi, sampel, variabel penelitian,

instrument pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian.

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi penelitian ini adalah pengunjung mall besar di kota Bogor. Jumlah

populasi tidak diketahui dikarenakan jumlah pengunjung yang tidak tetap.

Penelitian ini dilakukan di 3 lokasi, yaitu Mall Ekalokasari, Botani Square dan

Cibinong City Mall. Salah satu alasan mengapa peniliti mengambil lokasi

tersebut, karena ke-3 Mall merupakan Mall besar yang strategis dan mudah

dijangkau pengunjung. Alasan tersebut didasari oleh hasil observasi yang peneliti

lakukan.

Sampel pada penelitian ini berjumlah 210 responden, masing-masing

lokasi terdiri dari 70 responden yang akan menjadi subjek penelitian. Sampel pada

penelitian ini dipilih dengan menggunakan non probability sampling technique,

artinya peluang terpilihnya dari setiap reponden anggota populasi tidak diketahui.

Responden dipilih berdasarkan kesediaan dengan alasan tidak adanya data yang

diperoleh mengenai jumlah populasi. Peneliti meminta kesediaan responden yang

ditemui untuk mengisi angket, jika responden bersedia peneliti segera

memberikan angket tersebut dan memberikan instruksi untuk mempermudah

(45)

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Identifikasi variabel penelitian

Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu :

1. Impulsive buying

2. Control

3. Stress reaction

4. Absorption

5. Compliance

6. Acceptance

7. Jenis kelamin

8. Usia

Pada penelitian ini impulsive buying adalah DV sedangkan sisanya adalah IV.

3.2.2 Definisi operasional variabel

Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Impulsive buying

Impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan

pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran

(46)

Secara operasional impulsive buying terdiri atas dua dimensi (cognitive dan

affective) sebagaimana yang dikemukakan oleh Verplanken & Herabadi (2001).

Definisi operasional untuk setiap dimensi sebagai berikut yang akan diukur oleh

peneliti :

2. Control : tinggi rendahnya kontrol diri seseorang ketika menerima

impuls yang diterima.

3. Stress reaction : tingkat stress seseorang yang bersifat situasional.

4. Absorption : kecenderungan diri seseorang yang dipicu stimulus dari

luar dan imajinasi individu tersebut.

5. Compliance : tingkat kesesuaian seseorang dengan orang lain yang

bertujuan agar orang tersebut dapat diakui atau diterima

oleh orang lain.

6. Acceptance : keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu karena

percaya kepada teman.

7. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan.

(47)

3.3Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner adalah

salah satu jenis alat pengumpul data berupa sejumlah daftar yang berisi suatu

rangkaian pernyataan mengenai suatu bidang untuk memperoleh data berupa

jawaban-jawaban dari responden dalam suatu penelitian. Kuesioner yang digunakan

pada penelitian ini berbentuk model skala likert, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),

tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).

Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang

masing-masing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan

yang dirasakan oleh subjek. Model skala likert ini terdiri atas pernyataan positif

(favorable). Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Skor Pengukuran Skala

Pilihan Pernyataan

Favorable Sangat Setuju

Setuju

4 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga skala, yaitu:

(48)

1. Skala Impulsive buying

Pada skala ini, peneliti menggunakan skala baku impulsive buying dari

Verplanken & Herabadi (2001). Alat ukur terdiri dari 20 item yang terbagi

menjadi 2 dimensi, yaitu dimensi cognitive yang berjumlah 10 item dan dimensi

affective yang berjumlah 10 item. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2

dibawah ini. Peneliti tidak mengambil keseluruhan item dari alat ukur tersebut,

dikarenakan item yang diambil oleh peneliti sudah cukup mewakili dari

keseluruhan item yang ada. Peneliti mengambil 4 dimensi cognitive dan 9 dimensi

affective yang bersifat favorable.

Tabel 3.2.

Blue Print Impulsive buying

No. Dimensi Indikator Item Jumlah

1 Cognitive Desakan membeli tanpa ada pertimbangan

(49)

2. Skala Personality Trait

Pada skala ini, peneliti memodifikasi alat ukur MPQ dari Tellegen (1982). Peneliti

membuat item-item yang disesuaikan dan mengacu pada dimensi-dimensi yang

ada di alat ukur MPQ, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini.

Tabel 3.3. 3 Absorption Dapat berimajinasi

(50)

3. Skala Konformitas

Pada skala ini, peneliti menggunakan skala yang disusun sendiri oleh peneliti

berdasarkan dimensi-dimensi konformitas Myers (2005) yang untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini.

Tabel 3.4.

Blue Print Konformitas

3.4 Pengujian Validitas Konstruk

Semua instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini diuji validitasnya.

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan confirmatory factor analysis (CFA)

menggunakan program LISREL 8.7 (Linear Structural Relationship). Adapun

logika dari CFA (Umar dalam Adiyo, 2010) adalah:

1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling

berkorelasi (hipotesis unidimensional item). Hipotesis ini diuji dengan

chi-square. Untuk memutuskan apakah memang tidak ada perbedaan antara

matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang

dihitung menurut teori/model. Jika hasil chi-square tidak signifikan

No. Dimensi Indikator Item Jumlah

1 Compliance Mendapatkan reward

(51)

(p>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan

antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model” diterima, yang

artinya, item yang diuji mengukur satu faktor saja (unidimensional).

Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p<0.05), artinya item-item yang

diuji mengukur lebih dari satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan

demikian maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara

memperbolehkan item-item saling berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga

bahwa item hanya mengukur satu faktor (unidimensional). Jika sudah

diperoleh model yang fit (tetapi tetap unidimensional) maka dilakukan

langkah selanjutnya.

2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana

yang menjadi sumber tidak fit, yaitu:

a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-

masing item dengan menggunakan t-test. jika nilai t yang diperoleh pada

sebuah item tidak signifikan (t>1.96) maka item tersebut akan didrop

karena dianggap tidak signifikan sumbangannya terhadap pengukuran

yang sedang dilakukan.

b. Melihat arah koefisien maupun muatan faktor (factor loading). Jika suatu

item memiliki muatan negatif, maka item tersebut didrop karena tidak

sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item tersebut

(52)

c. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya

korelasi parsial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran

pada suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada

item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini

(lebih dari tiga), maka item tersebut akan didrop. Alasannya adalah item

yang demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur

hal lain (multidimensional item).

3. Menghitung faktor skor

Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item-item yang

valid untuk mengukur apa yang diukur. Item-item inilah yang kemudian

diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian

perbedaan kemampuan yang masing-masing item dalam mengukur apa yang

hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (true score).

True score inilah yang dianalisis dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan raw score / skor mentah

(hasil menjumlahkan skor item). Oleh karena itu sebenarnya tidak diperlukan

informasi tentang reliabilitas masing-masing alat ukur (misalnya, cronbach

alpha) karena true score itu reliabilitasnya sama dengan satu (100%). Untuk

kemudahan didalam penafsiran hasil analisis maka penulis mentransformasikan

faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi T score yang

memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak ada

(53)

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Impulsive Buying

Skala impulsive buying terdiri atas 13 item. Peneliti menguji apakah 13 item yang

ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur impulsive buying. Dari

hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,

dengan Chi-Square = 327.57, df = 65 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.139. Oleh

karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka,

diperoleh model fit dengan Chi-Square = 57.39 df = 47, P-value = 0.14248

RMSEA = 0.033, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor

yaituimpulsive buying maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Uji validitas konstruk impulsive buying

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut

(54)

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai

t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item Impulsive Buying

No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model impulsive

buying signifikan (t>1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan

(disertakan dalam analisis perhitungan faktor).

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Personality Trait 1. Control

Skala terdiri atas 8 item. Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat

unidimensional artinya benar hanya mengukur control. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =

(55)

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model

fit dengan Chi-Square = 22.56 df = 16, P-value = 0.12602, RMSEA = 0.044, nilai

tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu control maka

diperoleh model fit seperti pada gambar 3.2

Gambar 3.2 Uji validitas konstruk control

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut

valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai

(56)

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item Control

No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan

1 0.61 0.07 9.11 √

2 0.71 0.06 10.97 √

3 0.78 0.07 11.73 √

4 0.63 0.07 9.74 √

5 0.42 0.07 6.05 √

6 0.57 0.07 8.54 √

7 0.67 0.07 8.54 √

8 0.53 0.07 7.38 √

Keterangan : tanda = signifikan (t > 1.96)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model control

signifikan (t>1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan

(disertakan dalam analisis perhitungan faktor).

2. Sress Reaction

Skala terdiri atas 7 item. Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat

unidimensional artinya benar hanya mengukur stress reaction. Dari hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan

Chi-Square = 91.20, df = 14 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.162. Oleh karena itu,

peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran

pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh

model fit dengan Chi-Square = 17.97 df = 10, P-value = 0.05549, RMSEA =

(57)

faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu stress

reaction maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.3

Gambar 3.3 Uji validitas konstruk stress reaction

Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut

valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang

koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t

bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai

t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7

(58)

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Stress Reaction

No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan

1 0.54 0.07 7.46 √

2 0.63 0.07 9.20 √

3 0.59 0.07 8.50 √

4 0.54 0.07 7.63 √

5 0.56 0.07 7.74 √

6 0.59 0.07 7.98 √

7 0.77 0.06 11.83 √

Keterangan : tanda = signifikan (t > 1.96)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model stress reaction

signifikan (t >1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan

(disertakan dalam analisis perhitungan faktor).

3. Absorption

Skala terdiri atas 5 item. Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat

unidimensional artinya benar hanya mengukur absorption. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =

40.98, df = 5 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.186. Oleh karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model

fit dengan Chi-Square = 7.26 df = 4, P-value = 0.12280, RMSEA = 0.062, nilai

Gambar

Gambaran Subjek Penelitian ………………………….…   53
Gambar 2.1      Kerangka Berpikir………………………………………29
Gambar 2.1 Kerangka berpikir
Tabel 3.1 Skor Pengukuran Skala
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Nasabah dalam Menggunakan Tabungan Pendidikan pada Bank Syariah Mandiri di Kota

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Kecil dan Menengah Produk Roti dan Kue di Kota Bogor untuk Memiliki Sertifikat

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Awareness Masyarakat Muslim Kota Bogor Terhadap Produk Olahan Pangan Halal adalah

Berkenaan dengan pelaksanaan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Literasi Keuangan Dan Faktor Demografi Terhadap Minat