SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Oleh:
Awliya Nurmayasari
NIM: 109070000116FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
AWLIYA NURMAYASARI NIM: 109070000116
Pembimbing I Pembimbing II
Mulia Sari Dewi, M.si., Psi Nia Tresniasari,M.Si NIP.197805022008012026 NIP.198410262009122004
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGUNJUNG MALL DI KOTA BOGOR” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Maret 2015. Skirpsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, Maret 2015
Sidang Munaqasyah
Dekan / Ketua Wakil Dekan
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abdul Rahman Shaleh,M.Si NIP. 196806141997041001 NIP. 19561223 198303 2 001
Anggota :
Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi Miftahuddin, M.Si NIDN.0315054701 NIP.197303172006041001
NIM : 109070000116
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH PERSONALITY TRAIT, KONFORMITAS DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP IMPULSIVE BUYING PENGUNJUNG MALL DI KOTA BOGOR” adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah dicantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Maret 2015
Janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara setan.
(QS. Al-Isra [17] : 26-27)
PERSEMBAHAN
(D) Pengaruh personality trait, konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di kota Bogor
(E) xii + 74 halaman + 18 lampiran
(F) Fenomena berbelanja saat ini sudah berkembang menjadi gaya hidup. Banyak konsumen melakukan pembelian tanpa disertai pertimbangan terlebih dahulu atau disebut dengan impulsive buying. Impulsive buying
adalah pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh personality trait , konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di kota Bogor. Adapun variabel personality trait dalam penelitian ini terdiri atas tiga dimensi (control, stress reaction, absorption), konformitas dua dimensi (compliance dan acceptance), faktor demografi (jenis kelamin dan usia). Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dan jumlah sampel penelitian ini mencangkup 210 orang dari pengunjung mall di kota Bogor. Adapun uji validitas penelitian menggunakan CFA (Comfirmatory Factor Analysis) dan analisis data menggunakan uji regresi berganda.
.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh personality trait, konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di Kota Bogor”. Shalawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Abd. Mujib, M.Si.. Wakil Dekan Bidang akademik Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dra. Diana Mutiah, M.Si dan Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum Ikhwan Luthfi, M.Si yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Dosen pembimbing skripsi Mulia Sari Dewi, M.Si.,Psi dan Nia Tresniasari, M.Si. Penulis sangat berterimakasih dan merasa sangat beruntung dibimbing oleh keduanya. Bimbingan beliau telah membuka wawasan serta menambah pengetahuan penulis mengenai banyak hal. Bekerja keras dan jujur dalam bekerja merupakan semangat yang beliau berikan untuk penulis. Terima kasih atas segala arahan, masukan, kritik serta koreksi dalam pengerjaan skripsi ini.
5. Keluarga penulis, ibu Een Nuraini dan ayah Sirodjuddin. Kakak Doddy dan Sholikah, Debby dan Willita serta keponakan-keponakan Aurelia, Euginia, Nabilla, Nara, Hilmi beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dan mendoakan. Terima kasih atas do’a pada setiap ibadahnya, masukan, semangat, cinta, kasih sayang yang tulus kepada penulis. Kalianlah yang telah membuat penulis bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan penelitian ini.
6. Motivator M. Bowo yang tidak pernah lelah memberikan motivasi, semangat, do’a dan dukungan agar tidak mudah menyerah dalam mengerjakan penulisan ini. Terimakasih segala yang sudah diberikan sangat bermanfaat bagi penulis. 7. Sahabat-sahabat penulis : Eva, Rani, Dana, Putria, Nilam, Syifa, Dewi, Fikri,
Erla terimakasih untuk kebahagiaan dan semangat yang sudah kalian ciptakan untuk penulis.
8. Mentor skripsi Farhanah Murniasih dan Wiwi Euismawati yang selalu memberi masukan dan arahan dalam penulisan ini, terima kasih atas segala waktu yang telah diberikan.
9. Psikologi UIN C 2009 yang telah menjadi keluarga baru bagi penulis yang telah memberikan banyak cerita selama ini.
10. Semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih.
Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis sendiri, para pembaca dan seluruh pihak terkait.
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
2.1.2. Dimensi Impulsive Buying ……….………….. 14
3.3. Pengumpulan Data ………. 34
3.4. Pengujian Validitas Konstruk ……….………….…... 37
3.4.1. Uji Validitas Konstruk Impulsive Buying .... 40
3.4.2. Uji Validitas Konstruk Personality Trait …….….. 41
3.4.3. Uji Validitas Konstruk Konformitas ...... 47
3.5. Metode Analisis Data ………..……...… 50
BAB 4 HASIL PENELITIAN ………..……... 53-66 4.1. Gambaran Subjek Penelitian ……….… 53
4.2. Hasil Analisis Deskriptif …………..……….. 54
4.2.1. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian …… 56
4.3. Uji Hipotesis Penelitian …………..……….. 58
4.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ……… 58
4.3.2. Pengujian Proporsi Varians Independen Variabel.. 63
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ……….…….…... 67-74 5.1. Kesimpulan ………... 67
5.2. Diskusi………..………….….….……. 67
5. 3. Saran ……….……….……….... 72
5. 3. 1. Saran Teoritis ……….……..…... 73
Tabel 3.2 Blue Print Impulsive Buying………..36
Tabel 3.3 Blue Print Personality Trait………..38
Tabel 3.4 Blue Print Konformitas……….39
Tabel 3.5 Muatan Factor Item Impulsive Buying………...44
Tabel 3.6 Muatan Factor Item Control………..46
Tabel 3.7 Muatan Factor Item Stress Reaction………..48
Tabel 3.8 Muatan Factor Item Absorption……….50
Tabel 3.9 Muatan Factor Item Compliance………...52
Tabel 3.10 Muatan Factor Item Acceptance………53
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian……….57
Tabel 4.2 Deskripsi Data Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia...58
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif...59
Tabel 4.4 Pedoman Interpretasi Skor...60
Tabel 4.5 Kategorisasi Impulsive Buying...60
Tabel 4.6 Kategorisasi Personality Trait...61
Tabel 4.7 Kategorisasi Konformitas...62
Tabel 4.8 Model Summary Analisis Regresi...63
Tabel 4.9 Tabel Anova...64
Tabel 4.10 Koefisien Regresi...65
Gambar 3.1 Uji Validitas Konstruk Impulsive Buying……….43
Gambar 3.2 Uji Validitas Konstruk Control……….…45
Gambar 3.3 Uji Validitas Konstruk Stress Reaction………47
Gambar 3.4 Uji Validitas Konstruk Absorption………49
Gambar 3.5 Uji Validitas Konstruk Compliance………..51
Gambar 3.6 Uji Validitas Konstruk Acceptance………...53
Lampiran 1 : Angket Penelitian
Lampiran 2 : Syntax dan Path Diagram Lampiran 3 : Output SPSS
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab satu ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Belanja merupakan kebutuhan bagi setiap individu, masing-masing mempunyai
kebutuhan hidup yang berbeda. Individu merencanakan pengeluaran uang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan berapa
banyak uang yang akan dikeluarkan. Belanja bukan hanya sekedar memenuhi
kebutuhan sehari-hari, tetapi belanja juga sebagai suatu keinginan.
Fenomena berbelanja dilakukan oleh setiap orang, yang kemudian
berkembang menjadi gaya hidup. Bukan hanya gaya hidup, saat ini belanja juga
menjadi trend di kalangan masyarakat. Gaya hidup merupakan sebuah
penyelarasan dengan era modernisasi yang tumbuh perlahan menuruti tingkatan
sosial. Gaya hidup merupakan pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu
serta uang (Engel& Blackwell, 1994).
Semakin banyaknya tempat-tempat perbelanjaan seperti pertokoan, ruko,
maupun mall memudahkan konsumen untuk mendapatkan barang yang
diinginkan. Lokasi yang tidak terlalu berjauhan pun memudahkan konsumen
Penelitian yang dilakukan marketing research (MARS) Indonesia
(Indonesian Consumer Profile) menunjukkan 82,2% konsumen khususnya di
Jabodetabek gemar berbelanja di mall. Dalam sebulan mereka minimal sekali
sampai dua kali mengunjungi tempat tersebut. Ini artinya, demam mall semakin
menggejala di masyarakat. Kunjungan mereka ke pusat perbelanjaan tersebut
74,3% pada hari libur dan 25,7% pada hari kerja (Zumar,, 2009).
Long weekend merupakan puncak tertinggi peningkatan pengunjung pusat
perbelanjaan. Penelitian yang dilakukan di Cibinong City Mall (CCM) pada masa
weekdays pengunjung mencapai 8.000 orang per hari sedangkan long weekend
pengunjung bisa mencapai 10.000 orang per hari atau naik 20% dari biasanya.
Meningkatnya jumlah kunjungan, berimbas juga pada meningkatnya pendapatan
di pusat perbelanjaan (Hidayat, 2013).
Banyak orang yang melakukan pembelian tanpa disertai pertimbangan terlebih dahulu. Mereka membeli karena apa yang mereka “lihat”, bukan yang
mereka “butuhkan”. Keinginan membeli semakin kuat ketika melihat barang
-barang yang berpenampilan menarik, warna yang indah, serta tampilan toko yang
unik (Youn & Faber, 2000).
Pembelian menjadi tidak wajar ketika seseorang tidak dapat mengontrol
apa yang harus dan tidak penting untuk dibeli. Hal tersebut dapat menyebabkan
seseorang menjadi pembeli yang impulsive. Verplanken & Herabadi (2001)
mendefinisikan impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan
adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Pembeli yang impulsive
seringkali menjadi tidak sadar ketika melakukan pembelian, hal ini dikarenakan
dorongan yang tiba-tiba ketika seseorang melakukan impusive buying sehingga
tanpa sadar seseorang akan melakukannya.
Dari penjelasan di atas banyak dampak negatif dari impulsive buying bagi
generasi muda penerus bangsa. Salah satunya sikap pemborosan, karena
sebenarnya konsumen membeli barang tanpa perencanaan sebelumnya yang
mengakibatkan tidak terpakainya barang tersebut. Oleh karena itu perlu untuk
dilakukan penelitian terhadap impulsive buying untuk mengetahui hal-hal apa saja
yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan hal tersebut khususnya dari segi
personality trait dan konformitas.
Rook (1987) menguraikan impulsive buying adalah sesuatu yang hedonis
dan mungkin menimbulkan konflik emosional. Impulsive buying mudah hilang
tergantung konsekuensi yang didapat ketika seseorang melakukan hal tersebut.
Impulsive buying lebih ingin memiliki seluruh barang daripada memilih salah satu
dari barang tersebut. Spontanitas yang lebih utama dibandingkan kehati-hatian
untuk membeli suatu barang. Dalam impulsive buying berpikir emosional lebih mendominasi daripada rasional dan dipersepsikan seperti “buruk” daripada
“baik”, akhirnya konsumen merasa kehilangan kontrol saat melakukannya.
Impulsive buying dapat terjadi dalam kondisi apapun, konsumen adalah subjek
Sebuah penelitian terdahulu menunjukkan bahwa keputusan konsumen
untuk membeli saat berada didalam toko semakin meningkat, karena adanya
dorongan untuk membeli dan menyebabkan jumlah pembelian yang cukup besar.
Sebagian besar diantaranya pembelian dilakukan tanpa perencanaan atau disebut
dengan impulsive buying (Jalan, 2006).
Peneliti melakukan survey awal terhadap 10 pengunjung Mall pada bulan
Mei 2014 di salah satu Mall yang berada di kota Bogor, dari hasil wawancara
dengan pengunjung didapatkan informasi bahwa 7 dari 10 pengunjung sering
melakukan pembelian tanpa perencanaan.
Konsumen cenderung melakukan impulsive buying karena dilatarbelakangi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah personality trait. Jalan (2006)
menyebutkan dalam personality trait terdapat tiga hal yang berkaitan dengan
impulsive buying yaitu control, stress reaction, dan absorption. Control berkaitan
dengan pengaruh diri sendiri terhadap emosi, kognisi,dan perilaku seseorang. Hal
ini membuat konflik psikologis dalam diri konsumen saat melakukan pembelian.
Tidak mudah bagi konsumen untuk menahan keinginannya dalam berbelanja, ini
membuat konsumen mengatakan kepada dirinya “saya tidak akan melakukannya”.
Konflik psikologis dalam pembelian seringkali terjadi apabila seseorang tidak
dapat mengontrol dirinya.
Faktor selanjutnya yaitu stress reaction, hal ini mewakili perbedaan
individu dalam menangkap respon yang diterimanya dengan keadaan emosi yang
2000). Jalan (2006) mengatakan, bahwa emosi negatif yang dialami individu
merupakan kondisi sehari-hari yang dialami setiap orang. Emosi ini melibatkan
seseorang untuk melakukan impulsive buying. Gardner & Rook (1988) dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa konsumen merasa bahwa dirinya lebih baik
jika melakukan impulsive buying.
Youn & Faber (2000) mengatakan bahwa seseorang jika dalam keadaan
stres yang tinggi melakukan impulsive buying maka seseorang tersebut
mendapatkan kepuasan jangka pendek yang disertai dengan perasaan diri yang
positif dan perubahan mood yang membuat dirinya jauh lebih baik. Konsumen
yang merasa jenuh akan rutinitasnya setiap hari merasa lebih baik jika dirinya
melakukan pembelian yang tidak direncanakan kerena menurutnya hal itu bisa
mengubah suasana hati konsumen tersebut.
Faktor berikutnya yakni absorption, dalam hal ini konsumen cenderung
menahan keterlibatan dirinya dalam hal yang menarik perhatiannya dari stimulus
eksternal maupun imajinasi yang didapatnya. Absorption berperan penting untuk
konsumen sebagai penentu pengambilan keputusan terhadap stimulus yang di
dapat (Youn & Faber, 2000).
Kesimpulan penelitian yang dilakukan Jalan (2006) menunjukkan hasil
yang berbeda berdasarkan faktor personality trait. Control lebih tinggi
kecenderungannya dibandingkan dengan stress reaction dan absorption dalam
literature yang ada menegaskan bahwa konsumen bertindak impulsive karena
kurangnya akan kontrol diri mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari orang terdekat sangat mempengaruhi
keputusan kita dalam melakukan pembelian, bahkan tidak jarang barang yang kita
beli sebenarnya tidak kita butuhkan. Pada dasarnya individu mudah terbujuk
untuk mengikuti saran orang lain agar dapat mengikatkan diri pada suatu
kelompok. Hal ini dikarenakan setiap kelompok mempunyai tuntutan yang harus
bisa dipenuhi oleh setiap individu yang ingin bergabung. Jika individu ingin
diakui eksistensinya dalam kelompok, individu harus berusaha untuk menjadi
bagian dari kelompoknya dengan jalan mengikuti peraturan yang ada dalam
kelompok. Usaha tersebut dapat berupa kesepahaman dalam membeli produk
tertentu (Myers, 2005).
Banyak orang tidak menyadari bahwa masukan dari teman itu sebenarnya
tidak baik. Tetapi apabila tidak mengikuti apa yang disarankan oleh mereka ada
perasaan tidak enak atau takut tidak ditemani. Hal ini disebut dengan konformitas.
Konformitas ini rentan menjadi penyebab impulsive buying. Bujukan dan rayuan
dari pelayan saat berbelanja sangat mempengaruhi keputusan seseorang untuk
membeli barang yang tidak direncanakan. Tekanan kelompok memaksa seseorang
berperilaku sesuai keinginan kelompoknya. Seseorang yang tidak berniat membeli
suatu barang, akhirnya menjadi membeli barang yang padahal tidak diperlukan.
Pembelian juga tidak selalu berpengaruh dari luar saja, dalam diri seseorang juga
terdapat dorongan untuk membeli yang diperkuat dengan suasana dari luar diri
Yang & Huang (2011) menyatakan bahwa faktor demografi juga
mempengaruhi impulsive buying selain dari personality trait dan konformitas.
Faktor demografi merupakan faktor-faktor kependudukan yang menunjukan
keadaan dan karakter penduduk. Faktor demografi yang mempengaruhi impulsive
buying yaitu, jenis kelamin dan usia.
Faktor jenis kelamin juga sering digunakan untuk penelitian impulsive
buying. Faktor ini digunakan sebagai bahan perbandingan. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam
melakukan impulsive buying. Perempuan berbelanja untuk menunjukkan identitas
diri mereka dalam lingkungannya, sedangkan laki-laki melakukan impulsive
buying lebih kepada kegunaan atau fungsi dari barang tersebut (Lee, 2002).
Penelitian Abdillah (2013) menunjukkan bahwa 75% pria juga melakukan
impulsive buying yang didasari karena kecintaannya pada tim sepak bola, setiap
melihat barang-barang yang bernuansa tim sepak bola yang mereka gemari pasti
akan dibeli nya.
Pada faktor usia, 18 hingga 39 tahun merupakan usia yang mengalami
peningkatan hasrat untuk berbelanja (Verplanken & Herabadi,2011). Hasil
penelitian Yang & Huang (2011) menyatakan bahwa pada usia 40 tahun individu
memiliki kecenderungan untuk melakukan impulsive buying yang lebih tinggi
dikarenakan mereka telah memiliki pendapatan yang tetap. Perkembangan fisik
manusia yaitu ada pada masa usia dewasa, hal inilah yang semakin membuat
Penelitian dilakukan di Mall yang berada di kota Bogor, karena kota
Bogor termasuk kota yang besar dan maju dalam perekonomiannya, dan
banyaknya mall dan outlet di kawasan tersebut. Penelitian akan dilakukan pada
tiga tempat yang berbeda, yaitu Mall Ekalokasari, Botani Square dan Cibinong
City Mall karena lokasi tersebut merupakan pusat perbelanjaan yang cukup ramai
dan terdapat berbagai karakter pengunjung yang bisa menjadi objek penelitian.
Dari uraian tersebut maka peneliti ingin menggunakan Personality Trait,
Konformitas dan Faktor Demografi sebagai independent variable (IV) dan
Impulsive Buying sebagai dependent variabel (DV). Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk meneliti “ Pengaruh Personality Trait, Konformitas dan Faktor
Demografi terhadap Impulsive Buying Pengunjung Mall di kota Bogor “.
1.2Batasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Batasan masalah
Agar fokus pembahasan lebih terarah, penelitian ini dibatasi mengenai masalah
pengaruh personality trait, konformitas, dan faktor demografi terhadap impulsive
buying pengunjung mall di kota Bogor. Didapatkan mengenai batasan masalah
yang dijadikan variabel adalah sebagai berikut :
1. Impulsive buying adalah pembelian yang tidak rasional dan
diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan,
diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Adapun
dimensi-dimensi impulsive buying yaitu cognitive dan affective
2. Personality trait adalah struktur psikologi yang mendasari watak dan
perilaku individu yang bersifat abadi, yakni kecenderungan untuk
merespon dengan cara tertentu ketika berada dalam situasi tertentu.
Pada penelitian ini menggunakan dimensi personality trait yang
relevan untuk studi impulsive buying yaitu, control, stress reaction,
dan absorption (Tellegen, 1982).
3. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil
nyata akibat dari tekanan kelompok. Dimensi-dimensi yang digunakan
yaitu, compliance dan acceptance (Myers, 2005).
4. Faktor demografi adalah faktor-faktor kependudukan yang
menunjukkan keadaan dan karakter penduduk. Pada penelitian ini,
Faktor demografi dibatasi menjadi beberapa faktor, yaitu :
a) Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan permpuan.
b) Usia pada saat responden mengisi kuesioner dikelompokkan
kedalam empat bagian yaitu : 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50
tahun, 51-60 tahun.
1.2.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan, dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh personality trait (control, stress reaction,
absorption), konformitas (compliance, acceptance) dan variabel
2. Apakah ada pengaruh dimensi control pada variabel personality trait
terhadap impulsive buying?
3. Apakah ada pengaruh dimensi stress reaction pada variabel
personality trait terhadap impulsive buying?
4. Apakah ada pengaruh dimensi absorption pada variabel personality
trait terhadap impulsive buying?
5. Apakah ada pengaruh dimensi compliance pada variabel konformitas
terhadap impulsive buying?
6. Apakah ada pengaruh dimensi acceptance pada variabel konformitas
terhadap impulsive buying?
7. Apakah variabel demografis jenis kelamin memiliki pengaruh secara
signifikanterhadap impulsive buying?
8. Apakah variabel demografis usia memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap impulsive buying?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel personality
trait (control, stress reaction, absorption), variabel konformitas (compliance,
acceptance) dan faktor demografi (jenis kelamin dan usia) terhadap impulsive
buying.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu psikologi,
khususnya di bidang Psikologi Konsumen. Juga sebagai bahan pertimbangan serta
pedoman untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya mengenai
pengaruh personality trait (control, stress reaction, absorption), konformitas
(compliance, acceptance), faktor demografis (jenis kelamin dan usia) pada
individu terhadap impulsive buying.
1.4.2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pembeli agar membeli
sesuatu dengan memakai akal rasional dan tidak hanya membeli dengan emosi
saja, sehingga barang tersebut nantinya hanya akan menjadi barang yang tidak
terpakai. Juga individu agar tidak membeli suatu barang karena terpengaruh oleh
faktor luar dari dirinya dan dapat membeli sesuai dengan kebutuhan.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan
APA (American Psychology Association) style dan penyusunan penulisan skripsi
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan peneliti ini dibagi
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat teoritis maupun praktis, dan
sistematika penulisan.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Dalam bab kajian pustaka akan dibahas mengenai teori impulsive buying,
personality trait, konformitas, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Dalam bab metode penelitian ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel,
variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, instrument
pengumpulan data dan metode analisis data.
BAB 4 : HASIL PENELITIAN
Dalam bab hasil penelitian akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis deskriptif dan
pengujian hipotesis penelitian.
BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN
Dalam bab lima akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran dari hasil
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab dua ini akan dibahas mengenai landasan teori penelitian yang berisi
tentang teori impulsive buying, personality trait dan konformitas. Selanjutnya
dalam bab ini juga akan dibahas mengenai kerangka berpikir dan hipotesis
penelitian
2.1 Impulsive Buying
2.1.1 Definisi impulsive buying
Menurut Rook (1987) impulsive buying didefinisikan sebagai perilaku belanja
tanpa perencanaan, diwarnai oleh keinginan kuat untuk membeli yang muncul
secara tiba-tiba dan seringkali sulit untuk ditahan, yang dipicu secara spontan
pada saat berhadapan dengan produk, dan diiringi oleh perasaan menyenangkan
serta penuh gairah.
Sementara itu dari sisi psikologis perilaku impulsive buying menimbulkan
perilaku yang tidak disadari dan disertai dengan respon emosi yang kuat serta
konflik interpersonal (Beaty & Ferrel, 2003).
Namun berdasarkan pendapat Verplanken & Herabadi (2001)
menunjukkan bahwa dorongan emosional tersebut terkait dengan adanya perasaan
yang intens yang ditunjukkan dengan melakukan pembelian karena adanya
setelah melakukan pembelian tersebut. Konsumen hanya ingin merasa puas
dengan membeli barang yang konsumen inginkan.
Perilaku impulsive buying dari Verplanken & Herabadi (2001) ini
melibatkan dua system inti yaitu affective (emosi) dan cognitive. Affective dan
cognitive dapat melakukan prosesnya sendiri-sendiri dan ada kalanya mereka
bekerja secara bersama. Namun, dalam beberapa hal sisi emosi sering menjadi hal
utama bahkan mendahulu dan mampu mempengaruhi cognitive. Emosi bisa
terjadi secara otomatis tanpa peran active dari cognitive, yaitu kesadaran. Engel &
Blackwell (1995), menambahkan impulsive buying atau unplanned purchase
merupakan suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan terlebih
dahulu dan keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko.
Dari berbagai teori diatas peneliti menggunakan teori Verplanken &
Herabadi (2001), yaitu impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional
dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti
oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Teori ini dipilih karena
memiliki definisi yang paling sesuai untuk menjabarkan pengertian impulsive
buying.
2.1.2 Dimensi-dimensi impulsive buying
Verplanken & Herabadi (2001) membagi impulsive buying menjadi dua dimensi,
a. Cognitive : proses psikologis seseorang yang merujuk kepada struktur dan
proses mental yang meliputi pemikiran, pemahaman dan
penginterpretasian. Proses ini terdiri dari tiga komponen, yaitu :
1. Cognitive deliberation, suatu keadaan dimana (calon) konsumen
merasakan adanya desakan untuk bertindak tanpa adanya
pertimbangan mendalam atau memikirkan konsekuensinya.
2. Unplanned buying, suatu keadaan dimana (calon) konsumen tidak
memiliki rencana yang jelas dalam berbelanja.
3. Disregard for the future, suatu keadaan dimana (calon) konsumen
melakukan impulsive buying tidak menghiraukan masa depan.
b. Affective : proses psikologis dalam diri seseorang yang merujuk kepada
emosi, perasaan maupun suasana hati (mood). Proses ini terdiri dari tiga
komponen, yaitu:
1. Irresistible urge to buy, suatu keadaan dimana (calon) konsumen
memiliki keinginan yang instan, terus menerus dan begitu memaksa,
sehingga (calon) konsumen tidak dapat menahan dirinya.
2. Positive buying emotion, suatu keadaan dimana (calon) konsumen
memiliki suasana hati positif yang berasal dari motivasinya untuk
memuaskan diri melalui impulsive buying.
3. Mood management, suatu keadaan dimana muncul keinginan (calon)
konsumen untuk mengubah atau menata perasaannya melalaui
Rook (1987) membagi impulsive buying menjadi beberapa dimensi, yaitu :
a. Spontanitas : Belanja ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen
untuk membeli sekarang. Sering sebagai respon terhadap stimulus visual
yang langsung ditempat penjualan.
b. Kekuatan, Kompulsi, dan intensitas. Mungkin ada motivasi untuk
mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.
c. Kegairahan dan stimulasi: Desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan emosi yang diberikan sebagai “menggairahkan” ,
“menggetarkan”, atau “liar”.
d. Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi
begitu sulit untuk ditolak sehingga akibat yang mungkin negative
diabaikan.
Peneliti menggunakan dimensi dari Verplanken & Herabadi (2001) karena
dimensi ini merupakan dimensi yang paling baru dan diadaptasi dari Rook
(1987)
Loudon& Bitta (1993) membagi impulsive buying kedalam empat tipe, yaitu:
1. Pure Impulsive yaitu dorongan untuk membeli produk baru, mencari
variasai baru, atau pembelian terhadap produk diluar kebiasaan
pembeliannya.
2. Suggestion impulse yaitu dorongan yang didasarkan stimulus pada toko
dan ditunjang dengan pemberian saran, baik dari sales promotion,
3. Reminder impuls yaitu dorongan yang muncul saat melihat barang pada
rak toko, display atau teringat iklan dan informasi lainnya tentang suatu
produk.
4. Planned impulse yaitu pembelian yang terjadi apabila kondisi penjualan
tertentu diberikan. Dorongan berupa intensi membeli berdasarkan harga
khusus, kupon, diskon dan lain sebagainya tanpa merencanakan produk
yang akan dibelinya.
2.1.3 Alat ukur impulsive buying
Skala impulsive buying dari Rook (1987) terdiri dari sembilan item.
Masing-masing item hanya satu atau dua yang mewakili tiap dimensi dari impulsive
buying tersebut. Sedangkan Verplanken & Herabadi (2001) dalam alat ukurnya
memiliki 20 item yang dibagi menjadi dua dimensi, yakni cognitive dan affective.
Pengukuran impulsive buying dalam penelitian ini menggunakan skala
baku dari Verplanken & Herabadi (2001). Skala impulsive mengukur dua dimensi
yaitu dimensi cognitive dan affective. Koefisien alpha dari dua subskala ini adalah
.91 untuk dimensi cognitive dan .83 untuk dimensi affective. Dimensi cognitive
melihat mengenai kurangnya perencanaan dan kehati-hatian, sedangkan pada
dimensi affective nya mengukur perasaan menyenangkan, kegairahan, tekanan,
kontrol yang rendah dan rasa penyesalan.
2.1.4 Faktor- faktor yang memicu impulsive buying
1. Variabel Situasional a) Lingkungan toko
Beberapa variable yang ada di lingkungan toko antara lain adalah penampilan
fisik produk, cara menampilkannya, atau adanya tembahan seperti harumnya
toko, warna yang indah atau music yang menyenangkan. Isyarat ini dapat
menarik perhatian, menimbulkan motivasi untuk membeli, dan menimbulkan
suasana hati yang positive. Dimana keduanya merupakan karakteristik dari
impulsive buying.
b) Ketersediaan waktu dan uang
Variabel situasional lain juga dapat mempengaruhi impulsive buying adalah
tersedianya waktu dan uang, baik benar-benar tersedia (benar-benar memiliki
waktu dan uang), maupun hanya perasaan saja (hanya merasa memiliki waktu
dan uang).
c) Karakteristik Produk
Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi impulsive buying.
Faktor-faktor tersebut antara lain adalah karakteristik produk dan marketing.
Karakteristik produk yang mempengaruhi impulsive buying adalah:
1. Memiliki harga yang rendah
2. Adanya sedikit kebutuhan terhadap produk tersebut
3. Siklus kehidupan produk pendek
5. Mudah disimpan
d) Faktor Marketing
1. Adanya distribusi massa untuk self-service outlet
2. Iklan yang besar
3. Posisi display dan lokasi yang menonjol turut mempengaruhi belanja
impulsive.
2. Variabel Person-related
Impulsive buying berada dalam batas yang berhubungan dengan manusia,
yaitu :
a) Emosi. Verplanken & Herabadi (2001) mengemukakan perilaku
impulsive buying berhubungan dengan suasana hati tertentu. Sebagai
contoh adanya percampuran rasa senang, kegairahan dan kekuasaan
menimbulkan kecenderungan untuk melakukan impulsive buying.
Salah satu alasan konsumen melakukan impulsive buying adalah
menghilangkan depressed mood .
b) Konformitas. Aronson (1992) mengemukakan bahwa konformitas
merupakan faktor internal terbentuk dari lingkungan sosial yang dapat
mempengaruhi munculnya impulsive buying. Perilaku ini muncul
akibat pembelajaran atau pengaruh dari lingkungan sosial.
c) Sex. Rook & Hoch (1985) mengatakan bahwa perempuan membeli
barang dengan tingkat emosi yang lebih tinggi dibanding laki-laki.
perempuan memiliki perbedaan kerentanan untuk melakukan impulsive
buying.
d) Motif hedonis. Rook (1987) menyebutkan bahwa impulsive buying
berkaitan dengan kepuasan hedonis. Sifat dasar hedonis itu sendiri
yaitu, kesenangan, kejutan, kepuasan, sesuatu yang baru,
menyenangkan dan keakraban. Konsumen melakukan impulsive
buyingpada saat mereka sedang termotivasi oleh kebutuhan hedonis
nya.
e) Karakteristik konsumen yang mempengaruhi impulsive buying adalah
demografis (usia dan jenis kelamin).
2.2 Personality Trait
2.2.1 Definisi personality trait
Personality merupakan suatu bagian yang khas dari setiap individu. Hal tersebut
yang membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Feist & Feist
(2009) menyatakan bahwa personality adalah sebuah pola dari sifat yang relatif
menetap dan karakteristik unik, dimana memberikan konsistensi dan
individualitas pada perilaku seseorang. Trait menunjukan perbedaan individual
dalam berperilaku, perilaku yang konsistensi sepanjang waktu, dan stabilitas
perilaku dalam berbagai situasi.
Tokoh lain mengatakan bahwa personality trait adalah struktur psikologi
kecenderungan untuk merespon dengan cara tertentu ketika berada dalam situasi
tertentu (Tellegen, 1982).
Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai personality maka penulis
menggunakan teori Tellegen (1982) yang mengatakan bahwa personality trait
adalah struktur psikologi yang mendasari watak dan perilaku individu yang
bersifat abadi, yakni kecenderungan untuk merespon dengan cara tertentu ketika
berada dalam situasi tertentu.
2.2.2 Dimensi-dimensi personality trait
Terdapat tiga dimensi yang membentuk personality trait pada individu yang
mempengaruhi pembelian impulsive yaitu control, stress reaction, absorpstion
(Tellegen 1982).
a) Control
Control berkaitan dengan karakteristik individu ketika memonitor impuls yang
berlebihan yang diterima oleh individu tersebut. Pada dimensi ini seseorang
mendapatkan tekanan yang cukup dikarenakan individu tersebut mampu atau
tidak untuk menahan kepuasan atau kebahagiaan. Individu yang memiliki control
cenderung berhati-hati, mempersiapkan rencana dengan matang, merenungkan
kembali tindakan yang telah dilakukan, memiliki pola pemikiran yang rasional,
b) Stress reaction
Perbedaan individu yang sistematis dalam frekuensi dan intensitas respon
terhadap isyarat yang bersifat situasional bersamaan dengan kondisi emosi
negative. Reaksi stress dikarakteristikan dengan mudah marah, perubahan emosi
yang tidak diprediksi, gugup, tegang, merasa bersalah, merasa cemas.
c) Absorption
Kecenderungan untuk memendam keterlibatan diri yang dipicu oleh gabungan
dari stimulus external dan stimulus imaginal. Seseorang yang memiliki tingkat
absorption yang tinggi cenderung berfikir menggunakan imajinasi, dapat
melepaskan masa lalu, menikmati pikiran sendiri, memiliki penglaman yang bersifat “cross-modal”.
Peneliti menggunakan dimensi dari Tellegen, (1982) karena dimensi
tersebut merupakan dimensi yang berhubungan langsung dengan impulsive
buying.
2.2.3 Alat ukur personality trait
Big five faktor merupakan salah satu alat ukur untuk personality trait. Alat ukur
ini mengukur lima dimensi yaitu, opennese, conscientiousness, extraversion,
agreeableess, neuroticism.. Dalam penelitian ini tidak menggunakan big five
dikarenakan perbedaan dimensi yang digunakan oleh peneliti.
Berdasarkan penelitian terdahulu peneliti memodifikasi alat ukur MPQ
pada dimensi-dimensi yang ada di alat ukur MPQ tersebut, dikarenakan alat ukur
MPQ tidak mempublikasikan item-item nya, MPQ hanya mencantumkan dimensi
nya saja. Alasan lain peneliti memodifikasi MPQ dikarenakan dimensi yang ada
pada MPQ sesuai dengan dimensi yang akan peneliti ukur.
2.3 Konformitas
2.3.1 Definisi konformitas
Konformitas adalah tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya
tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan (Wade & Tavris,
2007). Sedangkan konformitas menurut Baron & Byrne (2003) diartikan sebagai
suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku
mereka sesuai dengan norma sosial yang ada. Pendapat lain dikemukakan oleh
Wiggins (1994) menjelaskan konformitas sebagai perilaku yang muncul akibat
norma dari orang lain.
Pendapat berbeda diungkapkan oleh Myers (2005), menyatakan bahwa
konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata
akibat dari tekanan kelompok. Ditambahkan oleh Wills (dalam Sarwono, 2006)
dengan pendapatnya bahwa konformitas itu adalah usaha terus menerus dari
individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh
kelompok. Jika persepsi individu tentang norma kelompok (standard sosial)
berubah, maka ia akan mengubah pola tingkah lakunya.
dibayangkan oleh mereka. Definisi konformitas lainnya bahwa konformitas adalah
ketika seseorang melakukan sebuah perilaku yang disebabkan orang lain
melakukan perilaku tersebut (Freedman, dkk,1978).
Berdasarkan definisi diatas peneliti menggunakan teori Myers, (2005)
menyatakan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan
sebagai hasil nyata akibat dari tekanan kelompok.
2.3.2 Dimensi-dimensi konformitas
Myers (2005) membedakan konformitas ke dalam dua tipe yaitu compliance dan
acceptance.
1. Compliance
Konformitas compliance adalah ketika seseorang bersama-sama dengan yang
orang lain inginkan atau harapkan, tetapi hanya untuk mendapatkan hadiah yang
ditawarkan jika mereka melakukanya, atau menghindari hukuman bila dipaksa
melakukannya. Konformitas ini terjadi dimana individu bertingkah laku sesuai
dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok sementara secara pribadi ia tidak
menyetujui perilaku tersebut. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh sosial
normatif yang didasarkan pada keinginan individu untuk diterima atau disukai
oleh orang lain.
2. Acceptance
Konformitas acceptance adalah suatu bentuk konformitas dimana tingkah laku
maupun keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterima nya.
informasi penting yang dimiliki oleh individu (informational influence). Jadi
acceptance adalah konformitas yang didasari oleh penerimaan seseorang
terhadap bukti realitas yang diberikan orang lain. Dengan kata lain jika individu
tidak tahu harus berbuat apa maka ia akan menjadikan perilaku kelompok
sebagai pedoman perilaku dan meyakini hal tersebut yang benar.
2.3.3 Alat ukur konformitas
Pengukuran yang akan peneliti gunakan untuk mengukur konformitas dalam
penelitian ini yaitu berdasarkan pada dimensi-dimensi konformitas yang telah
dijelaskan di teori menurut Myers (2005), yaitu compliance dan acceptance. Akan
tetapi, Myers (2005), tidak mencantumkan item-item dari alat ukur konformitas
tersebut. Oleh karena itu peneliti berusaha mencari alat ukur baku lainnya yang
berkaitan dengan konformitas, namun sejauh ini peneliti belum menemukan alat
ukur baku yang sesuai untuk mengukur konformitas.
Peneliti selanjutnya memutuskan untuk membuat alat ukur sendiri yang
sesuai dengan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Myers (2005). Alat ukur
tersebut terdiri atas 10 item yang berisi 5 item dari dimensi compliance dan 5 item
dari dimensi acceptance.
2.4 Kerangka Berpikir
Pada umumnya belanja adalah sebuah perilaku yang menjadi kebiasaan dalam
kehidupan bermasyarakat. Belanja adalah bagian dari keseharian anggota
keseharian mereka. Secara umum tidak menyetujui jika perilaku impulsive buying
bagian dari sebuah gaya hidup. Harus diakui bahwa masyarakat memang
terkadang suka melakukan belanja yang berlebih.
Wanita biasanya lebih menikmati waktu berbelanja karena saling memberi
masukan tentang barang-barang yang akan dibeli. Tidak menutup kemungkinan
bahwa laki-laki pun berusaha memenuhi kebutuhannya dengan berbelanja. Saat
ini dari fenomena yang ada terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kegemaran pria maupun wanita dalam hal berbelanja.
Faktor personality trait juga mempengaruhi konsumen untuk melakukan
impulsive buying. Tidak mampunya konsumen untuk menahan impuls membuat
dirinya melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. Suasana hati
konsumen mendorong terjadinya impulsive buying karena konsumen merasa puas
setelah berbelanja. Faktor lain yaitu pertentangan antara konsumen dengan
keinginan yang mendesak dalam dirinya untuk berbelanja, yang sering dipicu oleh
stimulus yang didapat konsumen tersebut. Tidak jarang konsumen mengabaikan
kegunaan dari barang yang dibelinya, sehingga timbul penyesalan saat konsumen
sudah membeli brang tersebut.
Saat berbelanja biasanya konsumen tidak pergi sendirian, teman maupun
keluarga yang biasa menemani. Konsumen dalam berbelanja kadang meminta
pendapat dari temannya. Hal demikian bisa menimbulkan impulsive buying karena
konsumen yakin apa yang disarankan teman tersebut merupakan yang paling baik.
semula, bahkan apa yang sebenarnya konsumen ingin beli berubah menjadi
barang yang konsumen tidak butuhkan. Ini terjadi ketika konsumen merasa
percaya pada apa yang disarankan teman. Dalam kehidupan, kita tidak ingin
merasa tersaingi dalam hal apapun. Maka dari itu timbullah konformitas di
kehidupan. Kehidupan konsumen harus sama dengan orang lain agar eksistensi
nya diakui di masyarakat.
Variabel demografi dalam penelitian Robertson, Bellenger, & Hirschman,
(1978) memiliki pengaruh terhadap impulsive buying. Variabel demografi tersebut
meliputi jenis kelamin dan usia. Untuk demografi usia, konsumen berusia muda
yakni 19-39 tahun cenderung sering melakukan impulsive buying (dalam
Verplanken & Herabadi, 2001) dibandingkan dengan konsumen yang berusia
lebih dari 39 tahun. Kemudian untuk demografi jenis kelamin, konsumen
perempuan lebih sering melakukan impulsive buying daripada konsumen laki-laki.
Hal ini dikarenakan perempuan berbelanja untuk menunjukkan identitas sosial
mereka, sedangkan laki-laki berbelanja lebih kepada fungsi atau kegunaan barang
Dari kerangka berpikir diatas dapat diilustrasikan kedalam bagan sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Kerangka berpikir
Berdasarkan gambar diatas dalam penelitian ini peneliti ingin mencari pengaruh
personality trait, konformitas, usia dan jenis kelamin terhadap impulsive buying.
Selanjutnya peneliti juga ingin mencari pengaruh dimensi-dimensi personality Control
Stress Reaction
Absorption
Compliance
Acceptance
Jenis Kelamin
Usia Personality Trait
Konformitas
Faktor Demografi
trait yang terdiri atas control, stress reaction dan absorption terhadap impulsive
buying. Kemudian juga ingin mencari pengaruh dimensi-dimensi konformitas
yang terdiri atas compliance dan acceptance terhadap impulsive buying.
Selanjutnya juga ingin melihat pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap
impulsive buying pada pengunjung Mall di kota Bogor.
a. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua hipotesis yaitu hipotesis mayor dan hipotesis
minor, yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut :
Hipotesis Mayor
Ada pengaruh yang signifikan personality trait (control, stress reaction,
absorption), konformitas (compliance, acceptance), dan faktor demografi
(jenis kelamin dan usia) terhadap impulsive buying pengunjung Mall di
kota Bogor.
Hipotesis Minor
H1 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi control pada variabel
personality trait terhadap impulsive buying.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi stress reaction pada
variabel personality trait terhadap impulsive buying..
H3 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi absorption pada
H4 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi compliance pada
variabel konformitas terhadap impulsive buying.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi acceptance pada
variabel konformitas terhadap impulsive buying.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi jenis kelamin pada
variabel demografi terhadap impulsive buying.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi usia pada variabel
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai populasi, sampel, variabel penelitian,
instrument pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian.
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi penelitian ini adalah pengunjung mall besar di kota Bogor. Jumlah
populasi tidak diketahui dikarenakan jumlah pengunjung yang tidak tetap.
Penelitian ini dilakukan di 3 lokasi, yaitu Mall Ekalokasari, Botani Square dan
Cibinong City Mall. Salah satu alasan mengapa peniliti mengambil lokasi
tersebut, karena ke-3 Mall merupakan Mall besar yang strategis dan mudah
dijangkau pengunjung. Alasan tersebut didasari oleh hasil observasi yang peneliti
lakukan.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 210 responden, masing-masing
lokasi terdiri dari 70 responden yang akan menjadi subjek penelitian. Sampel pada
penelitian ini dipilih dengan menggunakan non probability sampling technique,
artinya peluang terpilihnya dari setiap reponden anggota populasi tidak diketahui.
Responden dipilih berdasarkan kesediaan dengan alasan tidak adanya data yang
diperoleh mengenai jumlah populasi. Peneliti meminta kesediaan responden yang
ditemui untuk mengisi angket, jika responden bersedia peneliti segera
memberikan angket tersebut dan memberikan instruksi untuk mempermudah
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi variabel penelitian
Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu :
1. Impulsive buying
2. Control
3. Stress reaction
4. Absorption
5. Compliance
6. Acceptance
7. Jenis kelamin
8. Usia
Pada penelitian ini impulsive buying adalah DV sedangkan sisanya adalah IV.
3.2.2 Definisi operasional variabel
Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Impulsive buying
Impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan
pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran
Secara operasional impulsive buying terdiri atas dua dimensi (cognitive dan
affective) sebagaimana yang dikemukakan oleh Verplanken & Herabadi (2001).
Definisi operasional untuk setiap dimensi sebagai berikut yang akan diukur oleh
peneliti :
2. Control : tinggi rendahnya kontrol diri seseorang ketika menerima
impuls yang diterima.
3. Stress reaction : tingkat stress seseorang yang bersifat situasional.
4. Absorption : kecenderungan diri seseorang yang dipicu stimulus dari
luar dan imajinasi individu tersebut.
5. Compliance : tingkat kesesuaian seseorang dengan orang lain yang
bertujuan agar orang tersebut dapat diakui atau diterima
oleh orang lain.
6. Acceptance : keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu karena
percaya kepada teman.
7. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan.
3.3Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner adalah
salah satu jenis alat pengumpul data berupa sejumlah daftar yang berisi suatu
rangkaian pernyataan mengenai suatu bidang untuk memperoleh data berupa
jawaban-jawaban dari responden dalam suatu penelitian. Kuesioner yang digunakan
pada penelitian ini berbentuk model skala likert, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang
masing-masing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan
yang dirasakan oleh subjek. Model skala likert ini terdiri atas pernyataan positif
(favorable). Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skor Pengukuran Skala
Pilihan Pernyataan
Favorable Sangat Setuju
Setuju
4 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga skala, yaitu:
1. Skala Impulsive buying
Pada skala ini, peneliti menggunakan skala baku impulsive buying dari
Verplanken & Herabadi (2001). Alat ukur terdiri dari 20 item yang terbagi
menjadi 2 dimensi, yaitu dimensi cognitive yang berjumlah 10 item dan dimensi
affective yang berjumlah 10 item. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2
dibawah ini. Peneliti tidak mengambil keseluruhan item dari alat ukur tersebut,
dikarenakan item yang diambil oleh peneliti sudah cukup mewakili dari
keseluruhan item yang ada. Peneliti mengambil 4 dimensi cognitive dan 9 dimensi
affective yang bersifat favorable.
Tabel 3.2.
Blue Print Impulsive buying
No. Dimensi Indikator Item Jumlah
1 Cognitive Desakan membeli tanpa ada pertimbangan
2. Skala Personality Trait
Pada skala ini, peneliti memodifikasi alat ukur MPQ dari Tellegen (1982). Peneliti
membuat item-item yang disesuaikan dan mengacu pada dimensi-dimensi yang
ada di alat ukur MPQ, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 3.3. 3 Absorption Dapat berimajinasi
3. Skala Konformitas
Pada skala ini, peneliti menggunakan skala yang disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan dimensi-dimensi konformitas Myers (2005) yang untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini.
Tabel 3.4.
Blue Print Konformitas
3.4 Pengujian Validitas Konstruk
Semua instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini diuji validitasnya.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan confirmatory factor analysis (CFA)
menggunakan program LISREL 8.7 (Linear Structural Relationship). Adapun
logika dari CFA (Umar dalam Adiyo, 2010) adalah:
1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling
berkorelasi (hipotesis unidimensional item). Hipotesis ini diuji dengan
chi-square. Untuk memutuskan apakah memang tidak ada perbedaan antara
matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang
dihitung menurut teori/model. Jika hasil chi-square tidak signifikan
No. Dimensi Indikator Item Jumlah
1 Compliance Mendapatkan reward
(p>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan
antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model” diterima, yang
artinya, item yang diuji mengukur satu faktor saja (unidimensional).
Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p<0.05), artinya item-item yang
diuji mengukur lebih dari satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan
demikian maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara
memperbolehkan item-item saling berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga
bahwa item hanya mengukur satu faktor (unidimensional). Jika sudah
diperoleh model yang fit (tetapi tetap unidimensional) maka dilakukan
langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana
yang menjadi sumber tidak fit, yaitu:
a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-
masing item dengan menggunakan t-test. jika nilai t yang diperoleh pada
sebuah item tidak signifikan (t>1.96) maka item tersebut akan didrop
karena dianggap tidak signifikan sumbangannya terhadap pengukuran
yang sedang dilakukan.
b. Melihat arah koefisien maupun muatan faktor (factor loading). Jika suatu
item memiliki muatan negatif, maka item tersebut didrop karena tidak
sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item tersebut
c. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya
korelasi parsial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran
pada suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada
item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini
(lebih dari tiga), maka item tersebut akan didrop. Alasannya adalah item
yang demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur
hal lain (multidimensional item).
3. Menghitung faktor skor
Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item-item yang
valid untuk mengukur apa yang diukur. Item-item inilah yang kemudian
diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian
perbedaan kemampuan yang masing-masing item dalam mengukur apa yang
hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (true score).
True score inilah yang dianalisis dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan raw score / skor mentah
(hasil menjumlahkan skor item). Oleh karena itu sebenarnya tidak diperlukan
informasi tentang reliabilitas masing-masing alat ukur (misalnya, cronbach
alpha) karena true score itu reliabilitasnya sama dengan satu (100%). Untuk
kemudahan didalam penafsiran hasil analisis maka penulis mentransformasikan
faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi T score yang
memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak ada
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Impulsive Buying
Skala impulsive buying terdiri atas 13 item. Peneliti menguji apakah 13 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur impulsive buying. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,
dengan Chi-Square = 327.57, df = 65 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.139. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka,
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 57.39 df = 47, P-value = 0.14248
RMSEA = 0.033, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor
yaituimpulsive buying maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Uji validitas konstruk impulsive buying
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai
t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Impulsive Buying
No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model impulsive
buying signifikan (t>1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan
(disertakan dalam analisis perhitungan faktor).
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Personality Trait 1. Control
Skala terdiri atas 8 item. Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat
unidimensional artinya benar hanya mengukur control. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model
fit dengan Chi-Square = 22.56 df = 16, P-value = 0.12602, RMSEA = 0.044, nilai
tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu control maka
diperoleh model fit seperti pada gambar 3.2
Gambar 3.2 Uji validitas konstruk control
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut
valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Control
No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan
1 0.61 0.07 9.11 √
2 0.71 0.06 10.97 √
3 0.78 0.07 11.73 √
4 0.63 0.07 9.74 √
5 0.42 0.07 6.05 √
6 0.57 0.07 8.54 √
7 0.67 0.07 8.54 √
8 0.53 0.07 7.38 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model control
signifikan (t>1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan
(disertakan dalam analisis perhitungan faktor).
2. Sress Reaction
Skala terdiri atas 7 item. Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat
unidimensional artinya benar hanya mengukur stress reaction. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi-Square = 91.20, df = 14 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.162. Oleh karena itu,
peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 17.97 df = 10, P-value = 0.05549, RMSEA =
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu stress
reaction maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.3
Gambar 3.3 Uji validitas konstruk stress reaction
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut
valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai
t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Stress Reaction
No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan
1 0.54 0.07 7.46 √
2 0.63 0.07 9.20 √
3 0.59 0.07 8.50 √
4 0.54 0.07 7.63 √
5 0.56 0.07 7.74 √
6 0.59 0.07 7.98 √
7 0.77 0.06 11.83 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model stress reaction
signifikan (t >1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan
(disertakan dalam analisis perhitungan faktor).
3. Absorption
Skala terdiri atas 5 item. Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat
unidimensional artinya benar hanya mengukur absorption. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =
40.98, df = 5 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.186. Oleh karena itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model
fit dengan Chi-Square = 7.26 df = 4, P-value = 0.12280, RMSEA = 0.062, nilai