PENGARUH HARDINESS, BEBAN KERJA, DAN FAKTOR
DEMOGRAFI TERHADAP STRES KERJA GURU SMA
NEGERI DI TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disusun Oleh : Nia Wahdaniyah NIM : 11140700000129
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iv Nama: Nia Wahdaniyah
NIM : 11140700000129
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH HARDINESS, BEBAN KERJA, DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP STRES KERJA GURU SMA NEGERI DI TANGERANG SELATAN adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada pada penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Jakarta, 16 Juli 2018
NIA WAHDANIYAH NIM: 11140700000129
v
MOTTO & PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN : Ku persembahkan skripsi ini untuk Ibu, Bapa, Adik, serta Almarhuman Nenek dan orang-orang yang ku cintai, juga untuk diriku dan masa depanku, serta para orang yang ingin berusaha menjadikan dirinya
lebih baik.
Allah SWT selalu ada
dalam menit pertama nafasmu dihembuskan,
berjalan bersamamu dalam proses, dan
menemani dalam capaian terakhirmu.
Orang tua dan sahabatmu perantara-Nya
vi ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta B) Juni 2018
C) Nia Wahdaniyah
D) Pengaruh Hardiness, Beban Kerja, dan Faktor Demografi terhadap Stres Kerja Guru SMA Negeri di Tangerang Selatan
E) 78 Halaman + 15 Lampiran
F) Daftar Bacaan: 54; 7 Buku, 43 Jurnal, 3 Skripsi, 1 Disertasi, 1 Link
G) Stres kerja adalah kesadaran individu atau perasaan disfungsi pribadi sebagai akibat dari kondisi yang dirasakan atau kejadian ditempat kerja (Parker & DeCotiis, 1983).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh hardiness (komitmen, kontrol, dan tantangan), beban kerja (beban kerja fisik dan beban kerja negatif), dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian) terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan. Subjek penelitian ini berjumlah 217 orang guru SMA Negeri di Tangerang Selatan yang diambil dengan teknik non-probability sampling yaitu accidental sampling. CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan multiple regression analysis digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan hardiness (komitmen, kontrol, dan tantangan), beban kerja (beban kerja fisik dan beban kerja negatif), dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian) terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa komitmen dan tantangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja. Sementara itu, kontrol, beban kerja fisik, beban kerja mental, jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja. Hasil penelitian juga menunjukan proporsi varians dari stres kerja yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah 21.6% sedangkan 78.4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti stres kerja dengan variabel lain, misalnya perubahan kurikulum, kepuasan kerja, lingkungan, dan kejenuhan yang dapat memberikan pengaruh kepada stres kerja.
vii ABSTRACT
A) Faculty of Psychology Jakarta Islamic State University B) Juny 2018
C) Nia Wahdaniyah
D) The Effect of Hardiness, Workload, and Demographic Factors towars Job Stress SHS Teachers in South Tangerang
E) 78 pages +15 appendix
F) Reading List: 54; 7 Books, 43 Journals, 3 Skripsi, 1 Dissertation, 1 Link G) Job stress it is a feeling of discomfort that is separate and distinct from
second-level outcomes or consequences of job stress (Parker & DeCotiis, 1983).
This study was conducted to determine the significance of the influence of hardiness (commitment, control, and challenge), workload (physiological workload and psychological workload), and demographic factors (sex, experience to work, age, and employeement status) to job stress among senior high school teachers in South Tangerang. The subject in this research were 217 teachers in South Tangerang were taken by non-probability sampling technique which is accidental sampling. CFA (Confirmatory Factor Analysis) was used to test the validity of instrument and multiple regression analysis was used to test the research hypothesis.
The result showed that there is an effect of hardiness (commitment, control, and challenge), workload (physiological workload and psychological workload), and demographic factors (sex, experience to work, age, and employeement status) to job stress. Minor hypothesis test result indicated that commitment and challenge have a significant effect on compulsive internet use. Meanwhile, control physiological workload, psychological workload, sex, experience to work, age, and employeement status have no significant effect on job stress. The result also showed the proportion of the variance of job stress use described by all independent variables was 21.6%, while 78,4% was influenced by other variables outside of this research. For future research is suggested to investigate job stress use with other variables, such as curriculum change, job satisfaction, environment, and saturation because according to previous research those variables have an impact on job stress.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur yang luar biasa peneliti panjatkan khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Hardiness, Beban Kerja, dan Faktor Demografi terhadap Stres Kerja Guru SMA Negeri di Tangerang Selatan”. shalawat serta salam peneliti limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita pada alam yang serba canggih ini dibwah naungan islam.
Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh kaw1rena itu, perkenankanlah peneliti untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Bidang Akademik Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dr. Diana Mutiah, M.Si, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Miftahuddin, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing. Peneliti sangat berterima kasih dan sangat beruntung dibimbing oleh beliau. Bimbingan beliau telah membuka wawasan dan menambah pengetahuan peneliti mengenai berbagai hal. Terima kasih atas segala arahan, masukan, kritik, serta koreksi dalam pengerjaan skripsi ini.
3. Sitti Evangeline I. Suaidy, M.Si., Psi sebagai dosen Pembimbing Akademik. Terimakasih atas bimbingan, masukan serta ilmu bermanfaat yang telah diberikan selama menjalani perkuliahan ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak membantu saya dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi terutama Pak Dedy dan Mba Ida yang selalu memberikan peneliti informasi mengenai administrasi perkuliahan.
ix
5. Ibuku Sariyah dan Ayahku Subarianto, adikku Fadhlil Jamal, nenekku Hj. Saunah (Rahimahullah) dan kakekku H. Abdul Halim (Rahimahullah), mamang Usup, Nana & Caca serta adik-adik sepupuku, tante-tante ku serta para om, dan keluarga besarku yang tak pernah putus memberikan dukungan, do’a, cinta, dan kasih sayang tulus kepada peneliti.
6. Terimakasih untuk sahabat-sahabatku Dian, Mifta, Anna, Febi, Rena, Wilda, Dina, Rinto, Niki, Henny, Naufal, Seno, Ade, Ilman, Pila, Afifatus, Uyun, Dimas, Sabir, Remon, Nabila, Ima, Mahda, dan Lele yang tidak pernah lelah mengisi hari-hariku dengan kegembiraan, keharuan, tangisan, dan juga kasih sayang serta semangat.
7. Grup Pejuang 2018 (Indri, Pira, Inay, Gio, Nopi, Ziah, Eno, Diday, Salsa, Sahida, Desri, Ica), Psikologi UIN Kelas E 2014, Psikologi UIN Angkatan 2014 terimakasih atas semangat yang selama ini diberikan, terimakasih telah menjadi partner yang setia dalam berdiskusi selama ini, atas berbagi kasih, tawa dan tangis yang kita lalui bersama serta segala bentuk dukungan yang selam ini telah dicurahkan kepada peneliti.
8. Kelompok OPAK Ivan Pavlov dengan penanggung jawab ka Widya dan mentor ka Dara serta ka Uli, UKM LDK Syahid dan Komda Psikologi, Komunitas Excellant Indonesia, dan Team KKL Pustekkom Kemdikbud serta grup semprop dan skripsi.
9. Pihak sekolah dan Guru-guru yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, tanpa bantuan dari bapak dan ibu guru penelitian ini tidak akan dapat berjalan. Terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan. Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Harapan peneliti semoga skripsi ini memberikan manfaat, khususnya bagi peneliti sendiri, para pembaca dan seluruh pihak yang terkait.
Jakarta, Juli 2018
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………...…………... i
HALAMAN PERSETUJUAN………..………... ii
LEMBAR PENGESAHAN………..………... iii
PERNYATAAN………..………... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1-8 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5
1.2.1 Pembatasan masalah... 5
1.2.2 Perumusan masalah... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7
1.4 Manfaat Penelitian... 7
BAB 2 KAJIAN TEORI... 9-23 2.1 Stres Kerja ... 9
2.1.1 Definisi stres kerja... 9
2.1.2 Dimensi stres kerja... 10
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja... 11
2.1.4 Pengukuran stres kerja... 14
2.2 Hardiness... 15
2.2.1 Definisi hardiness... 15
2.2.2 Dimensi hardiness... 16
2.2.3 Pengukuran hardiness... 16
2.3 Beban Kerja... 17
2.3.1 Definisi Beban Kerja... 17
2.3.2 Dimensi Beban Kerja... 18
2.3.3 Pengukuran Beban Kerja... 19
2.4 Kerangka Berfikir... 20
2.5 Hipotesis Penelitian... 23
BAB 3 METODE PENELITIAN... 24-43 3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel... 24
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 26
3.3 Instrumen Pengumpulan Data... 27
3.3.1 Teknik pengumpulan data... 27
3.3.2 Instrumen penelitian... 27
xi
3.4.1 Uji validitas konstruk stres kerja... 33
3.4.2 Uji validitas konstruk hardiness... 36
3.4.3 Uji validitas konstruk variabel beban kerja... 38
3.5 Teknik Analisis Data... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN... 44-54 4.1 Gambaran Subjek Penelitian... 44
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 45
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian... 46
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian... 48
4.6 Proporsi Varians... 52
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN... 55-61 5.1 Kesimpulan... 55 5.2 Diskusi... 55 5.3 Saran... 59 5.3.1 Saran metodelogis... 60 5.3.2 Saran Praktis... 60 DAFTAR PUSTAKA... 62-66 LAMPIRAN... 67-99
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 24
Tabel 3.2 Format Skoring Skala Likert ... 27
Tabel 3.3 Blueprint Skala Stres Kerja... 28
Tabel 3.4 Blue Print Skala Hardiness... 29
Tabel 3.5 Blur Print Skala Beban Kerja... 30
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Stres Kerja... 34
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Komitmen... 35
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Kontrol... 37
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Tantangan... 38
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Beban Kerja Fisik... 39
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Beban Kerja Mental... 41
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian... 44
Tabel 4.2 Gambaran Descriptive Statistics Variable... 46
Tabel 4.3 Pedoman Intepretasi Skor... 47
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel... 47
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi... 49
Tabel 4.6 Gambaran Sig.Keseluruhan Independent Varaiable... 49
Tabel 4.7 Koef Regresi IV yang Memengaruhi Stres Kerja... 50
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Syntax dan diagram path stres kerja ... 67
Lampiran 2 : Syntax dan diagram path komitmen... 68
Lampiran 3 : Syntax dan diagram path kontrol... 69
Lampiran 4 : Syntax dan diagram path tantangan... 70
Lampiran 5 : Syntax dan diagram path beban kerja mental... 71
Lampiran 6 : Syntax dan diagram path stres beban kerja fisik... 72
Lampiran 7 : Inform Concent... 73
Lampiran 8 : Kuesioner... 74
Lampiran 9 : Item stres kerja jurnal Parker & DeCotiis (1983) ... 81
Lampiran 10 : Item hardiness jurnal Bartone., et al (2010) ... 82
Lampiran 11 : Item beban kerja penelitian Priyanti (2015)... 83
Lampiran 12 : Kategorisasi... 84
Lampiran 13 : Tabel R-Square dan Tabel Analisis Deskriptif ... 85
Lampiran 14 : Tabel Anova dan Tabel Koefisien Regresi ... 86
Lampiran 15 : Tabel Proporsi Varians ... 87
Lampiran 16 : Surat ijin penelitian SMAN 1 Tangerang Selatan... 88
Lampiran 17 : Surat ijin penelitian SMAN 2 Tangerang Selatan... 89
Lampiran 18 : Surat ijin penelitian SMAN 3 Tangerang Selatan... 90
Lampiran 19 : Surat ijin penelitian SMAN 4 Tangerang Selatan... 91
Lampiran 20 : Surat ijin penelitian SMAN 5 Tangerang Selatan... 92
Lampiran 21 : Surat ijin penelitian SMAN 6 Tangerang Selatan... 93
Lampiran 22 : Surat ijin penelitian SMAN 7 Tangerang Selatan... 94
Lampiran 23 : Surat ijin penelitian SMAN 8 Tangerang Selatan... 95
Lampiran 24 : Surat ijin penelitian SMAN 9 Tangerang Selatan... 96
Lampiran 25 : Surat ijin penelitian SMAN 10 Tangerang Selatan... 97
Lampiran 26 : Surat ijin penelitian SMAN 11 Tangerang Selatan... 98
1
Profesi guru adalah pekerjaan paling menantang, karena menghadapi banyak orang dengan kepribadian yang berbeda. Ravidchandran dan Rajendran (2007) mengatakan bahwa pekerjaan guru dianggap sebagai salah satu profesi yang paling menegangkan karena laju perubahan pendidikan yang cepat dan semakin berkembang, sehingga menyebabkan stres yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Parker dan DeCotiis (1983) menjelaskan bahwa stres kerja merupakan kesadaran individu atau perasaan disfungsi pribadi sebagai akibat dari kondisi yang dirasakan atau kejadian ditempat kerja. Stres kerja guru dapat dipicu oleh urusan administrasi sekolah dan perubahan kurikulum 2013 yang dijadikan sebagai kebijakan-kebijakan yang harus dilaksanakan oleh guru. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain, guru sekolah SMA harus memenuhi minimal 24 jam/minggu tatap muka, sertifikasi, pembayaran tunjangan profesi, uji kompetensi guru, dan implementasi kurikulum. Tidak hanya itu, sistem kenaikan jabatan dan pangkat guru, rekruitmen guru PNS, honorer dan swasta, serta data pokok pendidik (Undang – undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Mangkunegara dan Puspitasari (2015) menyebutkan banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan dan diselesaikan oleh seorang guru, adanya konflik peran, hubungan dengan rekan kerja, perubahan kurikulum yang cepat, serta rutinitas pekerjaan yang sama setiap harinya dapat memicu terjadinya stres kerja pada
guru. Ambarsari (2013) menambahkan bahwa tenaga pendidik atau guru yang mengajar di sekolah dengan waktu kerja pagi sampai siang sering kali mengeluh cepat lelah dan bosan. Guru mendapat tuntutan kinerja yang tinggi dan tanggung jawab yang besar dengan ekspektasi yang luar biasa dari orang tua siswa.
Menurut Khilmiyah (2012) terdapat dua bentuk stres kerja yang dialami guru yaitu stres fisik dan stres psikis. Stres kerja fisik seperti mudah lelah, pusing, sakit perut, dan administrasi yang menumpuk. Stres psikis seperti kesal, bingung, dan mudah marah. Jika hal tersebut terjadi akan memengaruhi kinerja (Bachroni dan Asnawi, 1999).
Stres yang tidak diatasi dengan baik, berakibat pada ketidakmampuan individu berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan pekerjaan maupun di luar pekerjaan (Rahmawati, 2009). Aryani (2016) mengungkapkan bahwa stres dalam arti positif yakni keadaan yang dapat memotivasi dan berdampak menguntungkan, dimana artinya seseorang yang mengalami suatu masalah dalam pekerjaannya lalu merasakan stres, namun ia memandang stres yang dialaminya tersebut sebagai suatu situasi atau kondisi yang justru dapat dijadikan motivasi atau inspirasi.
Penyebab stres kerja sangat beragam dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi stres kerja yaitu adanya faktor internal, faktor eksternal, dan faktor demografi. Faktor internal meliputi hardiness, kepuasan kerja, dan kejenuhan (Wallnas dan Jendle, 2017; Syah dan Indrawati, 2016; Putranto, 2013). Faktor eksternal meliputi beban kerja, dukungan sosial, dan perubahan kebijakan pemerintah (Rizki, Hamid, dan Mayowan, 2016; Setiawan
dan Darminto, 2013; Kyriacou dan Chien, 2004). Faktor demografi meliputi jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian (Wallnas dan Jendle, 2017; Robbins dan Judge, 2008; Sadeghi dan Sa’adatpourvahid, 2016; Dwijayanti, 2008). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tidak banyak menemukan studi literatur yang mengukur hardiness, beban kerja, dan faktor demografi, khususnya kepada guru. Sehingga peneliti memilih ketiga variabel tersebut menjadi fokus dalam penelitian ini.
Hardiness dapat memengaruhi stres kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Sihontang (2011) menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antara hardiness dengan stress kerja. Sejalan dengan penelitian sebelumnya, studi Bala dan Kaur (2017) menemukan hubungan negatif yang signifikan antara kepribadian hardiness dan stres kerja pada guru. Nagra dan Arora (2013) menjelaskan bahwa guru yang bebas akan stres dapat mengajar lebih efektif di kelas dan memberikan lingkungan berkualitas lebih baik, sehingga menjadikan sekolah tempat yang menantang dan menarik bagi siswa.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi stres kerja adalah beban kerja. Stres kerja dipengaruhi oleh beban kerja secara signifikan (Omondi dan Kariuki, 2016). Sejalan dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan Kusnadi (2014) menunjukkan adanya hubungan positif antara beban kerja dengan stres kerja.
Selain itu terdapat faktor demografi yang mempengaruhi stres kerja yaitu jenis kelamin. Terdapat perbedaan jenis kelamin pada stres kerja (Antoniou, Polychroni, dan Vlachakis, 2006). Faktor demografi kedua yaitu masa kerja,
menurut Robbins dan Judge (2008) seseorang yang memiliki masa kerja lama akan mudah mengatasi stres yang dirasakan pada pekerjaannya.
Faktor demografi lain yang mempengaruhi stres kerja adalah usia, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadeghi dan Sa’adatpourvahid (2016) bahwa usia guru berkontribusi terhadap tingkat stres dan gejalanya. Faktor demografi berikutnya adalah status kepegawaian guru yang dalam penelitian Dwijayanti (2008) menyatakan bahwa status kepegawaian, yaitu pegawai honorer ataupun PNS memiliki pengaruh terhadap stres.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada hari Senin, 18 Desember 2017 kepada guru-guru SMA Negeri di Tangerang Selatan diperoleh bahwa stres kerja yang dirasakan oleh guru diakibatkan oleh beban kerja yang diberikan. Beban kerja tersebut terjadi karena perubahan kurikulum sehingga sistem penilaian dan sistem pembelajaran menjadi berubah, dan guru harus beradaptasi dengan hal tersebut.
Beranjak dari penjelasan dan keterangan yang telah dipaparkan, stres kerja dianggap penting untuk diteliti. Sejauh ini, peneliti tidak banyak menemukan studi literatur yang mengukur hardiness, beban kerja, dan faktor demografi terhadap stres kerja, khusunya pada guru. Penelitian-penelitian terdahulu tidak meneliti pengaruh independen variabel tersebut secara bersamaan.
Dari apa yang sudah peneliti jelaskan di atas, dapat diketahui bahwa guru memiliki potensi besar merasakan stres kerja. Berdasarkan fenomena yang ada akan membawa dampak yang tidak sedikit dan berkesinambungan bagi aspek-aspek kehidupan. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja yang dialami oleh profesi guru dengan judul “Pengaruh Hardiness, Beban Kerja, dan Faktor Demografi terhadap Stres Kerja Guru SMA Negeri di Tangerang Selatan”. 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Agar permasalahan tidak meluas maka dari itu perlu adanya pemabatasan penelitian. Penelitian ini dibatasi pada pengaruh variabel hardiness (komitmen, kontrol, dan tantangan), beban kerja (beban kerja fisik dan beban kerja mental), dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian). Untuk lebih jelasnya, maka peneliti membatasi hanya kepada:
1. Stres kerja
Stres kerja (job stress) dalam penelitian ini dibatasi pada kesadaran individu atau perasaan disfungsi pribadi sebagai akibat dari kondisi yang dirasakan atau kejadian di tempat kerja dengan mengacu kepada teori Parker dan DeCotiis (1983), yang memiliki dua dimensi time stress dan anxiety.
2. Hardiness
Hardiness (tahan banting) dalam penelitian ini dibatasi pada karakteristik kepribadian yang muncul untuk melindungi individu dari negatif stres pada kesehatan mental dan fisik dengan mengacu pada teori Bartone et al. (2015), yang memiliki tiga dimensi yaitu komitmen, kontrol, dan tantangan.
3. Beban kerja
Beban kerja dalam penelitian ini dibatasi pada perbedaan antara kemampuan individu dengan tuntutan kerja yang diterima dengan mengacu pada teori Hart dan
Staveland (1988), yang memiliki dua dimensi yaitu beban kerja fisik dan beban kerja mental.
4. Faktor demografi
Faktor demografi dalam penelitian ini dibatasi pada jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian.
5. Sampel
Sampel dalam penelitian ini dibatasi pada guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan variabel hardiness, beban kerja, dan faktor demografi terhadap stres kerja guru?
2 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi komitmen terhadap stres kerja guru?
3 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kontrol terhadap stres kerja guru?
4 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi tantangan terhadap stres kerja guru?
5 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi beban kerja fisik terhadap stres kerja guru?
6 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi beban kerja mental terhadap stres kerja guru?
7 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi jenis kelamin terhadap stres kerja guru?
8 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi lama bekerja terhadap stres kerja guru?
9 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi usia terhadap stres kerja guru?
10 Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dimensi status kepegawaian terhadap stres kerja guru?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji, mengetahui dan menjelaskan pengaruh hardiness (komitmen, kontrol, dan tantangan), beban kerja (beban kerja fisik dan beban kerja mental), dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian) terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: a. Manfaat teoritis
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan mampu memberikan sumbangan keilmuwan pada psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi yang berhubungan dengan stres kerja terhadap guru SMA Negeri di Tangerang Selatan selain itu penelitian ini juga dapat digunakan untuk bahan pertimbangan penelitian selanjutnya.
b. Manfaat praktis
Untuk dapat mengaplikasikan teori psikologi yang terkait dengan konsep psikologi industri dan organisasi khususnya teori stres kerja, hardiness, dan beban kerja.
Bagi guru dapat menjadi bahan informasi untuk mempersiapkan diri secara fisik maupun mental agar mampu menghadapi tekanan saat kerja, meminimalisir stres kerja yang dirasakan, dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
9
2.1.1 Definisi stres kerja
Robbins dan Judge (2008) mendefinisikan stres kerja merupakan suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya tidak pasti dan penting. Menurut McShane (2005) stres kerja merupakan respon adaptif terhadap situasi yang dirasakan sebagai tantangan atau ancaman atas kehidupan individu.
Definisi stres kerja kemudian ditambahkan pula oleh organisasi The Health and Safety Executive (2014) dalam bukunya yang berjudul Stress at Work yang mendefinisikan stres kerja sebagai reaksi buruk seseorang terhadap tekanan yang berlebihan atau permintaan lainnya yang diajukkan kepada mereka. Margianti (1999) menjelaskan bahwa stres kerja merupakan tanggapan "patologis" manusia terhadap tekanan psikologis dan sosial, baik dalam hubungannya dengan pekerjaan maupun dengan lingkungan sekitarnya.
Parker dan DeCotiis (1983) mendefinisikan stres kerja adalah kesadaran individu atau perasaan disfungsi pribadi sebagai akibat dari kondisi yang dirasakan atau kejadian ditempat kerja. Luthans (2011) menyederhanakan bahwa stres kerja merupakan respons adaptif ke situasi eksternal yang mengakibatkan penyimpangan fisik, psikologis, dan / atau perilaku untuk peserta organisasi.
Dari berbagai definisi diatas peneliti menggunakan teori dari Parker dan DeCotiis (1983), stres kerja sebagai disfungsi pribadi dari akibat dari kejadian ditempat kerja. Peneliti menyimpulkan yang dimaksud stres kerja adalah kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, tantangan terhadap tekanan yang berlebihan akibat dari kondisi yang dirasakan atau kejadian ditempat kerja dan lingkungan sekitar.
2.1.2 Dimensi stres kerja
Parker dan DeCotiis (1983) membagi dimensi stres kerja menjadi dua yaitu: 1. Time Stress (Tekanan waktu)
Perasaan berada dibawah tekanan waktu yang subtansial. Tekanan waktu berkaitan dengan persepsi individu terhadap tidak cukupnya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.
2. Anxiety (Kecemasan)
Kecemasan adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang memiliki konsekuensi adaptif dan maladaptif. Perasaan cemas yang berkaitan dengan tekanan atau ketegangan yang dialami individu disebabkan oleh pekerjaannya.
Menurut Robbins dan Judge (2013), stres kerja memiliki tiga dimensi yaitu:
1. Lingkungan
Lingkungan sosial turut berpengaruh terhadap stres kerja. Dimana dukungan sosial berperan dalam mendorong seseorang dalam pekerjaannya. Ketidakpastian lingkungan merupakan alasan individu memiliki masalah dalam menghadapi
perubahan yang terjadi di lingkungan. Terdapat tiga jenis utama ketidakpastian lingkungan yaitu ekonomi, politik, dan teknologi.
2. Organisasi
Semua aktivitas di dalam organisasi berhubungan dengan karyawan. Seperti tuntutan kerja atau beban kerja yang terlalu berat, kerja yang membutuhkan tanggung jawab tinggi, rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dan semua itu dikategorikan menjadi tiga jenis yaitu tugas, peran, dan antarpribadi.
3. Personal
Terdapat tiga kategori dalam dimensi personal yaitu masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, dan kepribadian yang dimiliki oleh individu.
Peneliti memilih untuk menggunakan pernyataan yang dikemukakan oleh Parker dan DeCotiis (1983) bahwa stres kerja memiliki dua dimensi, yakni time stress dan anxiety karena sesuai dengan populasi penelitian yang dipilih oleh peneliti, guru. Dalam hal ini guru memiliki time stress dan anxiety terkait dengan pekerjaan.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stres kerja, diantaranya: 1. Faktor Internal
a. Hardiness
Variabel kepribadian lain yang mungkin menjelaskan perbedaan individu dalam kerentanan terhadap stres kerja adalah hardiness. Ciri orang yang memiliki kepribadian hardiness kuat adalah memiliki sifat lebih tahan terhadap stres kerja yang dirasakan (Schultz dan Schultz, 2006).
b. Kepuasan Kerja
Penelitian yang dilakukan oleh Syah dan Indrawati (2016) menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap stres kerja. Individu dapat memenuhi mengolah dan mengevaluasi perasaan yang sedang mereka rasakan sehingga perilaku yang muncul menjadi positif. Pada saat terjadi masalah dalam pekerjaan mereka, tidak dipungkiri pasti mereka sejenak merasa stres namun mereka dapat mengelolanya dengan baik sehingga hal tersebut dapat meminimalisir tingkat stres yang terjadi.
c. Kejenuhan
Penelitian yang dilakukan oleh Putranto (2013) menjelaskan bahwa kejenuhan merupakan penyebab stres kerja.
2. Faktor Eksternal a. Beban Kerja
Dalam penelitian yang dilakukan Pertiwi, Denny, dan Widjasena (2017) terdapat hubungan antara beban kerja mental dengan stres kerja. Kemudian Antoniou, Ploumpi, dan Ntalla (2013) juga menjelaskan bahwa beban kerja merupakan salah satu variabel yang menyebabkan stres kerja.
b. Dukungan Sosial
Dukungan sosial sebagai pertolongan, bantuan yang diterima oleh individu dari interaksinya dengan lingkungan. Dengan diterimanya dukungan sosial maka individu akan lebih sehat fisik dan psikisnya daripada individu yang tidak menerima dukungan sosial (Setiawan dan Darminto, 2013).
c. Perubahan Kebijakan
Kyriacou dan Chien (2004) melaporkan bahwa 26% dari 203 guru di sekolah dasar Taiwan menjadi guru adalah sangat stress dan sumber utama pada stress yang diidentifikasi adalah perubahan kebijakan pemerintah.
3. Faktor Demografi a. Jenis Kelamin
Penelitian yang dilakukan Wallnas dan Jendle (2017) menunjukkan bahwa wanita lebih cenderung mencari dukungan sosial selama situasi stres daripada pria, memperkuat pengertian tentang perbedaan jenis kelamin yang berkaitan dengan teori kecenderungan dan pertemanan.
b. Masa Kerja
Penelitian yang dilakukan Robins dan Judge (2008) menyatakan bahwa pengalaman kerja berhubungan negatif dengan stres kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pengalaman kerja individu, maka semakin kecil stres kerja yang dirasakan.
c. Usia
Sadeghi dan Sa’adatpourvahid (2016) menyatakan bahwa usia guru berkorelasi dengan stres kerja yang dialami guru. Hal ini dapat disebabkab oleh fakta bahwa guru yang lebih muda memiliki motivasi tinggi dan energik dalam menghadapi situasi yang menekan dan, dan karenanya, mereka dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan situasi baru.
d. Status Kepegawaian
Dwijayanti (2008) yang menyatakan bahwa status kepegawaian, yaitu pegawai honorer ataupun PNS memiliki pengaruh terhadap stres.
Dari berbagai faktor penyebab stres kerja yang telah disebutkan, faktor internal yang peneliti pilih untuk diteliti adalah variabel hardiness. Faktor eksternal adalah beban kerja, dan faktor demografi yaitu jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian.
2.1.4 Pengukuran stres kerja
Terdapat beberapa pengukuran yang digunakan dalam mengukur stres kerja, diantaranya:
1. Job Stress Scale (JSS) alat ukur yang dikembangkan oleh Parker dan DeCotiis (1983). Alat ukur ini mengukur time stress (tekanan waktu) dan anxiety (kecemasan) yang terdiri atas 15 item pernyataan. Koefisien alpha dari time stress (tekanan waktu) adalah 0.86 dan anxiety (kecemasan) adalah 0.74. 2. Stres in General (SIG) alat ukur yang dikembangkan oleh Shanton et. al.
(2001). Alat ukur ini mengukur stressor pada individu yaitu stres kronis, pekerjaan umum, dan intensi untuk keluar dari pekerjaan yang terdiri atas 15 item. Masing-masing koefisien alpha sebesar 0.99, 0.56, dan 0.70
3. Job Stressors Questionnaire alat ukur yang dikembangkan oleh Dua (1994). Alat ukur ini mengukur stresor yang ada seperti signifikansi pekerjaan, beban kerja, politik kerja, hubungan interpersonal, kondisi kerja, dan reorganisasi.
Untuk mengukur stres kerja peneliti menggunakan Job Stress Scale (JSS) alat ukur dari Parker dan DeCotiis (1983) mengukur dua dimensi yang terdapat pada stres kerja yakni time stress (tekanan waktu) dan anxiety (kecemasan). Alat ukur yang terdiri atas 15 item pernyataan dan diukur dengan menggunakan skala likert. 2.2 Hardiness
2.2.1 Definisi hardiness
Menurut Bartone et al. (2015) hardiness merupakan sekumpulan karakteristik kepribadian yang muncul untuk melindungi individu dari negatif stres pada kesehatan fisik dan mental. Sementara menurut Eschleman, Bowling, dan Alarcon (2010), hardiness adalah ciri kepribadian multidimensi yang dihipotesiskan dapat melindungi individu dari dampak stres.
Menurut Kobasa, Maddi, dan Khan (1982) mendefinisikan hardiness sebagai suatu kumpulan karakteristik kepribadian yang berfungsi sebagai sumber daya tahan dalam menghadapi berbagai peristiwa hidup yang menyebabkan stres. Schultz dan Schultz (2006) menjelaskan hardiness merupakan sebuah variabel kepribadian yang dapat membuat individu berbeda dalam menghadapi stres kerja, seseorang yang memiliki kepribadian hardy yakin mereka dapat mengontrol kegiatan apapun dalam kehidupan mereka dan bisa lebih menghadapi stres yang dirasakan. Mereka sangat berkomitmen pada pekerjaan mereka dan untuk aktivitas lain yang mereka senangi, serta mereka melihat perubahan sebagai tantangan.
Dari berbagai definisi diatas peneliti menggunakan teori Bartone et. al. (2015), hardiness sebagai karakteristik kepribadian yang melindungi individu dari
stres. Peneliti menyimpulkan yang dimaksud hardiness adalah karakteristik kepribadian yang dapat melindungi individu sebagai sumber daya tahan dalam menghadapi berbagai peristiwa hidup yang menyebabkan stres.
2.2.2 Dimensi hardiness
Menurut Bartone (2010) hardiness memiliki tiga dimensi yaitu: 1. Komitmen
Komitmen (commitment) adalah melibatkan dalam keadaan apapun yang individu lakukan. Maddi (2013) menyatakan individu yang memiliki komitmen meyakini bahwa dalam keadaan buruk sekalipun, individu akan tetap bertahan dalam situasi tersebut.
2. Kontrol
Kontrol (control) merupakan kepercayaan dan tindakan yang dapat mempengaruhi peristiwa dalam kehidupannya.
3. Tantangan
Tantangan (challenge) merupakan kemampuan individu untuk menerima bahwa kehidupan tidak lepas dari kejadian-kejadian yang menyebabkan stres. Kejadian yang menyebabkan stress dianggapanya sebagai tantangan dalam hidup.
2.2.3 Pengukuran hardiness
Terdapat beberapa pengukuran yang digunakan dalam mengukur hardiness, diantaranya:
1. Dispositional Resilience Scale (DRS-15 –R) alat ukur yang dikembangkan oleh Bartone et. al. (2010). Alat ukur ini terdiri atas 15 pernyataan positif dan negatif untuk mengukur komitmen (commitment), kontrol (control), dan
tantangan (challenge). Koefisien alpha dari komitmen adalah 0.743, kontrol 0.796, dan tantangan 0.411.
2. Personal Views Survey III- R alat ukur yang dikembangkan oleh Maddi et. al. (2006). Alat ukur ini mengukur komitmen (commitmet), kontrol (control), Tantangan (challenge). Koefisien alpha keseluruhan adalah 0.740.
3. A Short Hardiness Scale alat ukur yang dikembangkan oleh Bartone (1995). Alat ukur ini terdiri atas 15 pernyataan untuk mengukur kepribadian hardiness dengan karakteristik komitmen (commitmet), kontrol (control), Tantangan (challenge). Koefisien alpha komitmen yaitu 0.77, kontrol 0.71, dan tantangan 0.70.
Peneliti menggunakan alat ukur DRS-15-R terdiri atas 15 pernyataan positif dan negatif untuk dimensi komitmen, kontrol, dan tantangan. Dimana masing-masing memiliki koefisien alpha sebesar 0.743, 0.796, dan 0.411.
2.3 Beban Kerja
2.3.1 Definisi beban kerja
Menurut O’Donnel dan Eggermeier (1986) beban kerja merupakan sebagian dari kapasitas kemampuan pekerja yang diberikan untuk mengerjakan tugasnya. Kemudian menurut Hart dan Staveland (1988) beban kerja adalah berpusat pada individu bukan pada tugas yang artinya bagaimana individu menghadapi beban kerja yang diterimanya. Beban kerja yang dipaksakan mengacu pada situasi yang dihadapi oleh orang tersebut. Maksudnya adalah tuntutan tugas disusun berdasarkan tujuan, durasi, dan strukturnya, dan sumber daya sistem yang
disediakan. Beban kerja sebagai perbedaan antara kemampuan individu dengan tuntutan tugas yang diterima.
Rubio et. al. (2004) juga mendefinisikan beban kerja sebagai perbedaan antara tuntutan kognitif pekerjaan atau tugas tertentu dan sumber daya yang di miliki pekerja tersebut. Definisi lain menurut DiDomenico (2003), beban kerja adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh seseorang dengan memberikan kapasitas mereka dalam mencapai tingkat performasi dari suatu pekerjaan dengan tuntutan yang spesifik. Tuntutan dari suatu pekerjaan atau kombinasi pekerjaan diantaranya adalah menjaga stabilitas sikap, melakukan aksi fisik, dan melakukan pekerjaan cognitive (performing cognitive task).
Dari berbagai definisi diatas peneliti menggunakan teori dari Hart dan Staveland (1988), beban kerja sebagai yang berpusat pada manusia bukan pada tugas yang artinya bagaimana individu menghadapi beban kerja yang diterimanya. Peneliti menyimpulkan yang dimaksud beban kerja adalah kapasitas kemampuan pada manusia antara tuntutan kognitif pekerjaan atau tugas tertentu dan sumber daya yang di miliki pekerja dalam mencapai tingkat performa.
2.3.2 Dimensi beban kerja
Hart dan Staveland (1988) membagi beban kerja menjadi dua, yaitu:
1. Beban kerja fisik. Beban pekerjaan yang berkaitan dengan aktivitas fisik serta usaha yang dilakukan dalam menyelesaikan pekerjaannya tersebut.
2. Beban kerja mental. Aktivitas dan perseptual yang dibutuhkan termasuk juga tekanan waktu selama pekerjaan, perasaan tidak aman, dan keberhasilan yang dicapai dalam pekerjaannya.
Reid dan Nygren (1988) membagi beban kerja menjadi tiga dimensi yaitu time load, mental effort load, dan psychological stress load.
1. Time load adalah yang menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring tugas. Banyak memiliki waktu luang, tidak ada tumpang tindih antar kegiatan yang dilakukan; sedikit memiliki waktu luang, ada beberapa jadwal kegiatan yang tumpang tindih; dan tidak memiliki waktu luang, karena memiliki kegiatan yang banyak dan sering mengalami tumpang tindih.
2. Mental effort load adalah menduga atau memperkirakan seberapa banyak usaha mental dalam perencanaan yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas.
3. Psychological stress load adalah mengukur jumlah resiko, kebingungan, dan frustasi yang dihubungkan dengan performansi atau penampilan tugas (Suhanto dalam Simanjuntak dan Situmorang, 2010).
Peneliti memilih untuk menggunakan dimensi Hart dan Staveland (1988) yang membagi beban kerja menjadi dua yakni beban kerja fisik dan beban kerja mental. 2.3.3 Pengukuran beban kerja
Terdapat beberapa pengukuran yang digunakan dalam mengukur beban kerja, diantaranya:
1. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) alat ukur yang dikembangkan oleh Reid dan Nygren (1988). Alat ukut ini terdiri atas pernyataan untuk mengukur time load, mental effort load, dan psychological stres load.
2. NASA-Task Load Index (TLX) alat ukur yang dikembangkan oleh Hart dan Staveland (1998). Alat ukur ini membagi beban kerja menjadi dua dimensi dan masing-masing dimensi memiliki sub yaitu beban kerja fisik (physical demand dan effort) dan beban kerja mental (mental demand, temporal demand, frustration level, dan performance).
Untuk mengukur beban kerja peneliti menggunakan NASA-Task Load Index (TLX) alat ukur dari Hart dan Staveland (1988) mengukur dua dimensi yang terdapat pada stres kerja yakni beban kerja fisik dan beban kerja mental. 2.4 Kerangka Berpikir
Guru yang mengalami stres kerja dan mengalami tekanan mungkin akan merasa tidak nyaman saat menjalankan aktivitasnya ketika mengajar, terlebih guru berhadapan dengan orang-orang berkepribadian berbeda. Hal ini membuat profesi guru juga perlu diperhatikan ketika mengalami stres kerja, terutama jika stres kerja yang dirasakan sudah menganggu aktivitas dalam pekerjaannya.
Stres akibat pekerjaan yang tidak bisa diatasi dengan baik berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungan kerjanya. Selain itu guru memiliki tanggung jawab yang besar untuk memberikan pengajaran yang layak bagi para murid sebagai perkembangan penerus bangsa. Tanggung jawab tersebut juga mengakibatkan terjadinya stres kerja pada guru.
Guru yang stres karena pekerjaannya dapat mengalami stres fisik (lelah, mudah keringat dingin, pusing, dan sakit perut) atau stres psikis (mudah marah, kesal, sering bingung, merasa tidak puas, tidak nyaman dengan lingkungan kerja,
dan mudah emosional) sehingga menyebabkan seseorang memiliki kinerja yang kurang maksimal.
Di sisi lain, stres kerja dapat dilihat secara positif dalam arti bahwa individu memandang stres dalam pekerjaannya tersebut untuk memacu diri agar berbuat lebih baik atau termotivasi. Masalah dipandang sebagai hal yang harus diselesaikan. Pandangan positif terhadap suatu masalah yang dialami ditempat kerja berkaitan dengan hardiness (tahan banting). Guru yang memiliki kepribadian hardiness (tahan banting) adalah mereka yang tahan terhadap stres pada pekerjaannya atau cara seseorang menghadapi stres pekerjaan yang dirasakannya. Individu akan melakukan respon ketika terjadi masalah yang berkaitan dengan pekerjaannya sesuai dengan komitmen, kontrol, dan tantangan yang dimiliki. Jika guru tersebut memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaannya, maka sesulit apapun keadaannya tetap menjalankan peran dan tugas sebagai guru. Guru yang dapat mengontrol dapat mengatasi rasa stres akibat pekerjaan yang dirasakannya, dan guru yang menyukai tantangan akan mudah menerima tugas dan peran menjadi sebuah tantangan yang harus dilakukan dengan baik.
Stres kerja yang dirasakan bergantung pada tugas-tugas yang diterima oleh guru, yang disebut sebagai beban kerja. Ada dua beban kerja yang diterima oleh profesi guru yakni beban kerja fisik (tugas yang menumpuk, koreksian yang banyak, input nilai siswa/i) dan beban kerja mental (keamanan, kepuasan, emosi yang dirasakan saat mengajar, kegiatan yang membutuhkan pemikiran yang keras, ingatan, dan hal yang berkaitan dengan waktu).
Selain itu, peneliti juga berasumsi bahwa jenis kelamin dapat mempengaruhi stres kerja. Perempuan memiliki stres kerja yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki, selain itu perempuan lebih membutuhkan dorongan dalam menghadapi permasalahan yang ada ditempat kerjanya. Pengalaman individu dalam mengajar juga berpengaruh terhadap stres kerja yang dirasakannya, guru yang berpengalaman lebih lama dalam mengajar dan menjadi guru disebutkan dapat menghadapi stres kerja dengan baik dan sebaliknya. Selain itu usia dan status kepegawaian yang dalam hal ini terbagi menjadi dua yaitu honorer dan PNS (pegawai negeri sipil) juga menjadi pembeda seseorang dalam menghadapi stres kerja yang dirasakannya.
2.5 Hipotesis Penelitian
Ha: Ada pengaruh yang signifikan dari variabel hardiness (komitmen, kontrol, dan tantangan), beban kerja (beban kerja fisik dan beban kerja mental), dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian)
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi komitmen pada variabel hardiness terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H2: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi kontrol pada variabel hardiness terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H3: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi tantangan pada variabel hardiness terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H4: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi beban kerja fisik pada variabel beban kerja terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan. H5: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi beban kerja mental pada variabel
beban kerja terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan. H6: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi jenis kelamin terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H7: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi masa kerja terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H8: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi usia terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
H10: Terdapat pengaruh yang signifikan dimensi status kepegawaian terhadap stres kerja guru SMA Negeri di Tangerang Selatan.
24
Populasi dalam penelitian ini adalah adalah Guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Tangerang Selatan yang berjumlah 1.311 guru (sumber: dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 217 guru. Berikut penyebaran kuesioner pada tiap sekolah:
Tabel 3.1
Sampel Penelitian
Nama Sekolah Jumlah Responden Persentase
SMAN 1 Tangerang Selatan 17 7.8%
SMAN 2 Tangerang Selatan 21 9.7%
SMAN 3 Tangerang Selatan 15 6.9%
SMAN 4 Tangerang Selatan 9 4.1%
SMAN 5 Tangerang Selatan 21 9.7%
SMAN 6 Tangerang Selatan 18 8.3%
SMAN 7 Tangerang Selatan 15 6.9%
SMAN 8 Tangerang Selatan 5 2.3%
SMAN 9 Tangerang Selatan 32 14.7%
SMAN 10 Tangerang Selatan 18 8.3%
SMAN 11 Tangerang Selatan 23 10.6%
SMAN 12 Tangerang Selatan 23 10.6%
Total 217 100%
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa jumlah sampel sebanyak 217 guru. dengan rincian sampel tiap sekolah, SMAN 1 Tangerang Selatan sebanyak 17 responden atau 7.8%, SMAN 2 Tangerang Selatan sebanyak 21 responden atau 9.7%, SMAN 3 Tangerang Selatan sebanyak 15 responden atau 6.9%, SMAN 4 Tangerang Selatan sebanyak 9 responden atau 4.1%, SMAN 5 Tangerang Selatan sebanyak 21 responden atau 9.7%, SMAN 6 Tangerang Selatan sebanyak 18 responden atau 8.3%, SMAN 7 Tangerang Selatan sebanyak 15 responden atau 6.9%, SMAN 8 Tangerang Selatan sebanyak 5 responden atau 2.3%, SMAN 9
Tangerang Selatan sebanyak 32 responden atau 14.7%, SMAN 10 Tangerang Selatan sebanyak 18 responden atau 8.3%, SMAN 11 Tangerang Selatan sebanyak 23 responden atau 10.6%, SMAN 12 Tangerang Selatan sebanyak 23 responden atau 10.6%.
Pada teknik pengambilan sampel peneliti menggunakan non probability sampling dimana populasi yang telah ditentukan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden. Teknik yang digunakan adalah accidental sampling. Peneliti menentukan karakteristik populasi dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu dari segi biaya waktu, dan keterjangkauan sampel.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling yaitu dimana sampel yang terpilih karena berada pada waktu dan tempat yang tepat (Suryadi, dkk, 2014). Peneliti memilih guru yang bekerja di SMA Negeri Tangerang Selatan, dimana SMA Negeri di Tangerang Selatan terdiri atas dua belas SMA Negeri. Dengan kriteria sebagai berikut:
1. Guru PNS/Honorer.
2. Jenis kelamin perempuan dan laki-laki. 3. Memiliki masa kerja minimal 1 tahun.
4. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan secara langsung oleh peneliti. Hal ini didasarkan pada subjek yang peneliti ambil yakni guru, sehingga peneliti dirasa harus menjelaskan sendiri untuk apa penelitian ini dilakukan.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
a. Variabel dalam penelitian ini adalah stres kerja sebagai dependent variable. b. Variabel hardiness (komitmen, kontrol, tantangan), beban kerja (beban kerja
fisik dan beban kerja mental), dan faktor demografi (jenis kelamin, masa kerja, usia, dan status kepegawaian) sebagai independent variable.
Adapun definisi operasional dari variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Stres kerja adalah kesadaran individu atau perasaan disfungsi pribadi sebagai akibat dari kondisi yang dirasakan atau kejadian di tempat kerja, yang diukur dengan menggunakan skala Job Stress Scale yang terdiri atas dua dimensi: a. Time stress (tekanan waktu) adalah tidak cukupnya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan.
b. Anxiety (kecemasan) adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan. 2. Hardiness merupakan karakteristik kepribadian yang muncul untuk melindungi
individu dari negatif stres pada kesehatan mental dan fisik, yang diukur dengan menggunakan skala DRS 15-R terdiri atas tiga dimensi:
a. Komitmen adalah melibatkan dalam keadaan apapun yang individu lakukan. b. Kontrol adalah kepercayaan dan tindakan yang dapat mempengaruhi peristiwa dalam kehidupannya.
c. Tantangam adalah menganggap kejadian sebagai tantangan.
3. Beban kerja adalah perbedaan antara kemampuan individu dengan tuntutan kerja yang diterima, yang diukur dengan menggunakan NASA-TLX terdiri atas dua dimensi:
a. Beban kerja fisik adalah tugas yang diberikan berkaitan dengan energi fisik.
b. Beban kerja mental adalah tugas yang diberikan berkaitan dengan batin dan kemampuan intelek.
3.3 Instrumen Pengumpulan Data 3.3.1 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Adapun skala likert ini terdapat empat alternatif jawaban dari sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Dalam menjawab, subjek memilih satu alternatif jawaban yang paling menggambarkan dirinya dengan memberikan tanda checklist (√) pada kotak yang disediakan. Selain itu pernyataan terbagi atas kategori positif atau favorable dan kategori negatif unfavorable. Jika digambarkan dalam bentuk tabel, maka akan seperti tabel 3.2: Tabel. 3.2
Format skoring skala likert
3.3.2 Instrumen penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert yang memiliki empat alternatif jawaban mulai dari sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga alat ukur, yaitu:
No Kategori Respon SS S TS STS
1. Favorable 4 3 2 1
a. Instrumen stres kerja
Instrumen stres kerja didapatkan berdasarkan penelitian dari Parker & DeCotiis (1983) yaitu Job Stress Scale (JSS). Instrument ini mengukur stres kerja yang terdiri dari dua dimensi yaitu time stress dan anxiety. Alat ukur ini berjumlah 15 item dengan menggunakan skala likert empat pilihan jawaban mulai dari sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Peneliti melakukan adaptasi dengan menerjemahkan alat ukur yang sudah ada. Selanjutnya peneliti meminta bantuan kepada dua orang yang ahli untuk mengecek hasil dari terjemahan yang peneliti lakukan, setelah itu peneliti melakukan uji keterbacaan kepada tiga orang guru dan menunjukkan bahwa pada skala stres kerja tidak ada perbaikan bahasa, karena guru sudah mengerti dengan pernyataan yang ada.
Tabel 3.3
Blue Print Skala Stres Kerja
Dimensi Indikator F U Jumlah
Time stress a. Meluangkan cukup banyak waktu untuk pekerjaan
11, 15
- 5
b. Tidak memiliki waktu untuk kegiatan lain
3, 13, 7
Anxiety a. Merasakan perasaan cemas mengenai pekerjaan 1, 4, 8, 12, 14 - 10 b. Merasakan perasaan tertekan karena persyaratan pekerjaan 2, 5, 6, 9, 10 Total 15
b. Instrumen hardiness
Instrumen hardiness didapatkan berdasarkan penelitian dari Bartone et al. (2010) yaitu Dispositional Resilience Scale 15 Revisy (DRS 15-R). Instrument ini mengukur hardiness yang terdiri dari tiga dimensi yaitu komitmen, kontrol, dan tantangan. Alat ukur ini berjumlah 15 item dengan masing-masing dimensi terdiri atas lima pernyataan dengan pernyataan favorable dan unfavorable. Penelitian ini menggunakan skala likert empat pilihan jawaban mulai dari sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Alat ukur ini berjumlah 15 item dengan dengan pernyataan favorable.
Peneliti melakukan adaptasi dengan menerjemahkan alat ukur yang sudah ada. Selanjutnya peneliti meminta bantuan kepada dua orang yang ekspert untuk mengecek hasil dari terjemahan yang peneliti lakukan, setelah itu peneliti melakukan uji keterbacaan kepada tiga orang guru dan menunjukkan bahwa pada skala hardiness tidak ada perbaikan bahasa, karena guru sudah mengerti dengan pernyataan yang ada.
Tabel 3.4
Blue Print Skala Hardiness
Dimensi Indikator F U Jumlah
Komitmen a. Memiliki kebermaknaan 1 4 5
b. Terlibat penuh dan antusias dalam berbagai kegiatan hidup
7, 10 13
Kontrol a. Memiliki keyakinan untuk mencapai tujuan dengan diri sendiri
2, 6 5
b. Percaya bahwa diri sendiri bisa mengendalikan peristiwa dalam hidup
12, 15
8
Tantangan a. Perubahan dalam aktivitas 9 3, 5, 5
b. Menyukai resiko dalam berbagai
kegiatan yang dikerjakan 11, 14
b. Instrumen beban kerja
Instrumen beban kerja didapatkan berdasarkan kuesioner Prijayanti (2015) yang mengacu pada teori Hart & Staveland (1988). Instrument ini mengukur hardiness yang terdiri dari dua dimensi yaitu beban kerja fisik dan beban kerja mental. Alat ukur ini berjumlah 24 item dengan pernyataan favorable dan unfavorable.
Peneliti melakukan modifikasi dengan menyesuaikan pernyataan yang sudah ada menjadi konteks yang sesuai dengan subjek penelitian. Selain itu peneliti juga memodifikasi skala yang digunakan, dari skala rating menjadi skala likert empat pilihan jawaban mulai dari sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Terakhir, peneliti melakukan uji keterbacaan kepada tiga orang guru dan menunjukkan bahwa pada skala beban kerja terdapat perbaikan bahasa, kemudian peneliti merevisi.
Tabel 3.5
Blue Print Skala Beban Kerja
Dimensi Indikator F U Jumlah
Beban kerja fisik
a. Tuntutan fisik (seperti mendorong, menarik, mengontrol, menata, mengoperasikan, dan lain-lain)
2, 4 1, 3 8
b. Menjalankan job description 6, 8 5, 7
Beban kerja mental
a. Tuntutan mental dan perceptual (seperti berpikir, memutuskan, mempekirakan)
10, 12 9, 11 16
b. Pekerjaan berpacu dengan waktu 15, 16 13, 14 c. Tidak aman dan nyaman dalam
pekerjaan
18, 20 17, 19 d. Keberhasilan dan rasa puas dalam
pekerjaan
22, 24 21, 23
3.4 Uji Validitas Konstruk
Semua instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini diuji validitasnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan confirmatory factor analysis (CFA) menggunakan program LISREL 8.70 (Linear Structural Relationship). Berikut ialah prosedur CFA (Umar, 2011):
1. Menguji apakah hanya ada satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling berkorelasi (hipotesis unidimensional item). Hipotesis ini diuji dengan chi-square. Untuk memutuskan apakah memang tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang dihitung menurut teori/model. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari data model diterima, yang artinya item yang diuji mengukur satu faktor saja (unidimensional). Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p<0.05), artinya item-item yang diuji mengukur lebih dari satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan demikian peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara memperbolehkan item-item saling berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga bahwa item hanya mengukur satu faktor (unidimensional) maka dilakukan langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana yang menjadi sumber tidak fit, yaitu:
a. Melakukan uji signifikan terhadap koefisien muatan faktor dari masing-masing item dengan menggunakan t-test, jika nilai t yang diperoleh pada
sebuah item tidak signifikan (t > 1.96) maka item tersebut akan di drop karena dianggap tidak signifikan seumbangannya terhadap pengukuran yang sedang dilakukan.
b. Melihat arah koefisien maupun muatan faktor (factor loading). Jika suatu item memiliki muatan negatif, maka item tersebut di drop karena tidak sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item tersebur semakin rendah nilai pada faktor yang diukur).
c. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya korelasi parsial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran pada suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini (lebih dari tiga), maka item tersebut di drop. Alasannya adalah item yang demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur hal lain (multidimensional item). 3. Menghitung faktor-faktor
Jika langkash-langkah diatas telah dilakukan, maka diperileh item-item yang valid untuk mengukur apa yang diukur. Item-item inilah yang kemudian diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian perbedaan kemampuan masing-masing item dalam mengukur apa yang hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (true skor). True score inilah yang dianalisis dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakaan raw scoe/ skor mentah (hasil menjumlahkan skor item). Oleh karena itu sebenarnya tidak diperlukan informasi tentang reliabilitas masing-masing alat ukur (misalnya cronbach alpha)
karena true score itu reliabilitasnya sama dengan satu (100%). Untuk kemudahan didalam penafsirah hasil analisis maka peneliti mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi T score yang memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak ada responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score adalah:
3.4.1 Uji validitas konstruk variabel stres kerja
Pada uji validitas konstruk variabel stres kerja, peneliti melakukan uji validitas 15 item dengan model CFA first order. Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari variabel stres kerja diperoleh skor perhitungan awal Chi-Square = 407.18, df = 90, value = 0.00000, RMSEA = 0.128. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0,00000 < 0,05 sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Maka peneliti melakukan modisikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi.
Setelah melalui 27 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 79.77, df = 63, P-value = 0.07536, RMSEA = 0.035, dengan P-value = 0.07536 > 0.05 yang artinya, model ini sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel stres kerja hanya mengukur satu faktor saja, yaitu stres kerja.
Setelah mendapatkan model yang fit, peneliti melihat muatan faktor dari variabel stres kerja dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien muatan item dilakukan dengan melihat t-value dan melihat muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor, jika nilai t > 1.96
artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran stres kerja.
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Stres Kerja
No Item Koefisien Standar Eror Nilai t Valid
1 0.48 0.07 6.87 √ 2 0.04 0.07 0.53 × 3 0.56 0.06 8.71 √ 4 0.50 0.07 7.48 √ 5 0.63 0.07 9.31 √ 6 0.55 0.07 8.16 √ 7 0.68 0.07 10.43 √ 8 0.52 0.07 7.81 √ 9 0.58 0.07 8.65 √ 10 0.31 0.07 4.10 √ 11 0.62 0.07 9.29 √ 12 0.59 0.06 9.15 √ 13 0.64 0.06 9.91 √ 14 -0.06 0.07 -0.83 × 15 0.65 0.07 9.96 √
Keterangan: tanda √ = Signifikan (t > 1.96), x = tidak signifikan
Dari hasil tabel diatas, peneliti dapat melihat item yang memiliki muatan faktor negatif. Berdasarkan tabel diatas, pada kolom koefisien terlihat bahwa item yang memiliki muatan negatif dan item yang memiliki t-value dibawah 1.96 (t < 1.96) adalah item nomor 2 dan item nomor 7. Item-item tersebut harus dieliminasi atai di-drop dan tidak disertakan dalam pengolahan selanjutnya.
3.4.2 Uji validitas kostruk hardiness a. Komitmen
Pada uji validitas konstruk variabel komitmen, peneliti melakukan uji validitas 5 item dengan model CFA first order. Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari variabel hardiness, yakni komitmen diperoleh skor perhitungan awal
Chi – Square = 83.81, df = 5, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.270. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0,00000 < 0,05 sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi.
Setelah melalui 2 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 2.96, df = 3, P-value = 0.39783, RMSEA = 0.00000, dengan P-P-value = 0.39783 > 0.05 yang artinya, model ini sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel komitmen hanya mengukur satu faktor saja, yaitu komitmen.
Setelah mendapatkan model yang fit, peneliti melihat muatan faktor dari variabel komitmen dengan melakukan uji hipotesis nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien muatan item dilakukan dengan melihat t-value dan melihat muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran komitmen.
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Komitmen
No Item Lamda Standar
Eror Nilai t Signifikan
1 0.91 0.07 12.61 √
4 0.54 0.07 7.46 √
7 0.74 0.07 10.40 √
10 0.44 0.07 6.20 √
13 0.52 0.07 7.45 √
Keterangan: tanda √ = Signifikan (t > 1.96), x = tidak signifikan
Dari hasil tabel diatas, peneliti dapat melihat item yang memiliki muatan faktor negatif. Berdasarkan tabel diatas, pada kolom koefisien terlihat bahwa seluruh item yang memiliki muatan negatif dan t-value dibawah 1.96 (t < 1.96)
tidak ada, sehingga seluruh item dari variabel komitmen digunakan dalam pengolahan selanjutnya.
b. Kontrol
Pada uji validitas konstruk variabel kontrol, peneliti melakukan uji validitas 5 item dengan model CFA first order. Dalam perhitungan data CFA model satu faktor dari variabel hardiness, yakni kontrol diperoleh skor perhitungan awal Chi – Square = 27.75, df = 5, P-value = 0.00004, RMSEA = 0.145. Dari hasil tersebut nilai P-value = 0,00000 < 0,05 sehingga dikatakan bahwa model ini belum fit. Maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model ini, yaitu dengan membebaskan setiap item untuk berkorelasi.
Setelah melalui 1 kali modifikasi, diperoleh nilai Chi-Square = 2.96, df = 3, P-value = 0.39783, RMSEA = 0.00000, dengan P-P-value = 0.39783 > 0.05 yang artinya, model ini sudah fit. Dengan demikian item-item yang ada pada variabel kontrol hanya mengukur satu faktor saja, yaitu kontrol.
Setelah mendapatkan model yang fit, peneliti melihat muatan faktor dari variabel kontrol dengan melakukan uji hipotesi nihil dari setiap item. Dalam menentukan nilai koefisien muatan item dilakukan dengan melihat t-value dan melihat muatan positif atau negatif dari data tabel muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran kontrol.