• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Unsur Intrinsik dalam Kumpulan Puisi 6 Tirani dan B enteng" Karya Taufiqlsmail

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Unsur Intrinsik dalam Kumpulan Puisi 6 Tirani dan B enteng" Karya Taufiqlsmail"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : SYAIFUL ANWAR

(2)
(3)
(4)
(5)

ii

BENTENG KARYA TAUFIQ ISMAIL

Kata kunci : Analisis Unsur Intrinsik Puisi Tirani dan Benteng

Berdasarkan masalah mengenai unsur intrinsik puisi Tirani dan Benteng maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang bagaimana menganalisis unsur intrinsik kumpulan puisi Tirani dan Benteng. Untuk mendapat memahami karya sastra khususnya puisi diperlukan adanya kemampuan tentang penguasaan unsur-unsur yang membangun puisi. Dalam memahami suatu karya sastra khususnya puisi tidak hanya cukup dengan melakukan apresiasi terhadap puisi tersebut, tetapi mengetahui unsur-unsur yang membangun puisi mengingat betapa besarnya manfaat dan peranan puisi dalam kehidupan sehari-hari, maka penelitian berupa apresiasi langsung dari sebuah karya sastra (puisi) yaitu dari unsur intrinsik dari puisi tersebut harus digalakkan dan digiatkan. Maka peneliti tertarik untuk mengadakan apresiasi langsung dari karya sastra (puisi) dari unsur puisi tersebut.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, penelitian yang membahas masala-masalah atau fakta-fakta yang ada. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan penulis melakukan penelitian yang bersifat kajian pustaka, dengan langkah-langkah menelaah buku-buku yang ada dalam perpustakaan, yang ada hubungannya dengan judul penelitian yang dilakukan setelah data-data terkumpul kemudian dianalisis lalu di deskrpsikan.

(6)

iii

mengemukakan dalam penelitiannya yaitu dalam puisi Tirani ada 18 Puisi dan Puisi Benteng ada 24 Puisi namun peneliti hanya sebagian puisi yang diteliti Tirani menjadi 9 Puisi, dan Benteng 12 Puisi.

Kesimpulan yang diambil dari peneliti dalam kumpulan puisi Tirani dan Benteng untuk menganalisis unsur intrinsik adalah Diksi, Gaya Bahasa, Aliterasi, Asonasi, Ritme, Rima.

(7)

iv

Asslamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, segala puji serta syukur saya limpahkan kepada Allah Swt. Atas rahmat dan hidayah-Nya, serta segala nikmat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw beserta istri, keluarga, sahabat dan umatnya yang selalu mengikuti risalah serta ajarannya Saw.

Skripsi sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan S1, (Strata Satu), dipandang sebagai salah satu proses pendidikan dalam hal kemampuan meneliti puisi atau obyek yang dipandang bermanfaat dari aspek keilmuan dan penerapannya kelak, pada proses skripsi juga merupakan salah satu hal yang mendorong dan melatih penulis untuk berpikir secara kritis dalam bidang unsur intrinsik dalam kumpulan puisi, yang selama ini penulis dalami, dengan dukungan teoretis yang telah penulis dapatkan selama waktu pekuliahan yang akhirnya penulis rasakan sangat bermanfaat.

Dalam penulisan skripsi ini terkadang penulis mendapat hambatan yang memang menjadi bagian dari sebuah perjuangan untuk mencapai sebuah tujuan. Namun penulis menyadari bahwa ini merupakan proses yang harus dijalani. Oleh karena itu, banyak pihak yang terlibat memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak/Ibu tercinta yaitu Achmad Baung dan Arsawati yang telah melahirkan saya, merawat, dan mendidik saya dengan kasih sayangnya sehingga menjadi seperti sekarang. Terima kasih kami ucapkan

atas bantuan, pengorbanan, dan kerja keras kalian. Tanpa do’a dan usaha

(8)

v

3. Istri dan anak-anak saya yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kementrian Agama yang telah memberikan beasiswa kepada saya yang Alhamdulillah tanpa bantuannya kami tidak akan menyelesaikan studi kami yang akan mendapatkan gelar Sarjana.

5. Bapak/Ibu Dosen yang selalu memberikan pengetahuan kepada saya hingga pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman yang selalu membantu saya supaya menyelesaikan skripsi ini.

7. Saudara-saudara saya yang selalu memberikan semangat kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga mereka selalu mendapat rahmat Allah Swt. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Oleh kerena itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan untuk membuat perubahan yang lebih baik. Walaupun masih jauh dari kata yang sempurna penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis, maupun bagi pihak-pihak lain.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, Juli 2012

Penulis

(9)

vi

(10)

vi LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN………... i

ABSTRAK………... ii

KATA PENGANTAR……… iv

DAFTAR ISI……….. vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Identifikasi Masalah……… 4

C. Pembatasan Masalah………... 4

D. Rumusan Masalah………... 4

E. Tujuan Penelitian.……… 5

F. Manfaat Penelitian………... 5

BAB II LANDASAN TEORETIS A. Pengertian Analisis………... 8

B. Pengertian Unsur Intrinsik………... 9

C. Pengertian Puisi……… 12

D. Jenis-jenis Puisi………..….. 26

E. Metode dalam Puisi……….. 28

F. Tujuan Pengajaran Puisi………... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Disain Penelitian………... 34

B. Populasi dan Sampel………. 35

C. Variabel dan Indikator……….. 37

D. Instrumen Penelitian………. 37

E. Alat Pengumpulan Data……… 38

(11)

vii

B. Analisis dan Pembahasan Puisi Kelompok Benteng………. 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan……… 74

B.Saran……….. 74

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu dari hasil kebudayaan. Bahasa Indonesia tidak terlepas dari kesusastraan. karena bahasa Indonesia merupakan wujud dari kesusastraan atau karya sastra itu sendiri. Oleh karena itu, bahasa Indonesia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kesusastraan atau karya sastra.

Kesusastraan mempunyai peranan dan manfaat yang besar dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kesusastraan merupakan salah satu dari hasil budaya manusia yang perlu mendapatkan perhatian dari kita semua. Kesusastraan merupakan refleksi dari kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Realita yang terjadi di tengah masyarakat tersebut kemudian dituangkan oleh pengarang atau penyair berdasarkan pada imajinasi dalam bentuk karya sastra. Dengan demikian karya sastra dapat memberikan solusi atau alternatif pemecahan masalah yang terjadi di masyarakat. Dengan membaca karya sastra tersebut, pembaca akan mendapatkan manfaat dari karya sastra tersebut. Sangat sulit untuk membedakan bahasa sastra dan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat.

Puisi sebagai karya seni sastra yang dapat dikaji bermacam-macam aspeknya. Puisi juga dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam -macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan.

(13)

pembaharuan. Puisi selalu berubah-ubah sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetiknya.

“Karya sastra adalah fenomena unik. Ia juga fenomena organik di dalamnya penuhnya serangkaian makna dan fungsi makna dan fungsi ini sering kabur dan tak jelas. Oleh karena, karya sastra memang syarat dengan imajinasi itulah sebabnya, peneliti sastra memiliki tugas untuk mengungkap kekaburan itu menjadi jelas. Peneliti sastra akan mengungkap elemen-elemen dasar pembentuk sastra dan menafsirkan sesuai paradigma dan atau teori yang digunakan, Tugas demikian, akan menjadi bagus apabila peneliti memulai kerjanya atas dasar masalah. Tanpa masalah yang jelas dari karya sastra yang dihadapi, tentu kerja penelitian juga akan kabur. manakala penelitian kabur dan karya satra itu sendiri sebagai fenomena yang kabur, tentu hasilnya tidak akan optimal. Itulah sebabnya kepekaan peneliti sastra untuk mengangkat sebuah persoalan menjadi penting.”1

Tujuan karya sastra yaitu untuk membantu manusia menyingkap rahasia keadaannya, untuk memberi makna pada eksistensinya, serta untuk membuka jalan kebenaran. Adapun yang membedakan antara karya sastra dengan seni lainnya adalah dari segi bahasa.

Sastra merupakan institusi sosial yang memakai bahasa sebagai mediumnya. Teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme dan matra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula sastra menyajikan kehidupan dan kehidupan yang sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga "meniru" alam dan dunia subjektif manusia.

Penyair merupakan warga masyarakat yang memiliki status khusus. Penyair mendapat pengakuan dan penghargaan masyarakat dan mempunyai masa, walaupun hanya secara teoretis. Sastra sering memiliki kaitan dengan institusi sosial tertentu. Sastra mempunyai fungsi sosial atau manfaat yang tidak sepenuhnya bersifat pribadi. Jadi, permasalahan studi sastra menyiratkan atau merupakan masalah sosial; masalah tradisi, konvensi, norma, jenis sastra, symbol, dan mitos.

(14)

Salah satu bentuk dari karya sastra adalah puisi. Puisi merupakan salah bentuk karya sastra yang paling tua. Banyak karya sastra di dunia ini yang ditulis dalam bentuk puisi. Di dalam puisi tersebut penyair sering menuangkan ide dan gagasannya tentang peristiwa atau kejadian yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat. Dengan demikian puisi mempunyai hubungan yang erat dengan kehidupan dalam masyarakat.

Puisi merupakan rangkaian kata-kata yang perlu dan enak dibaca, yang di dalamnya terkandung makna, tema dan sebagainya. Pengetahuan dan pengalaman tentang unsur dari bentuk dan isi yang membangun puisi tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan perkembangan puisi. Bentuk dan isi puisi mempunyai perkembangan yang berbeda antara masa sekarang dengan masa sebelumnya. Hal tersebut disebabkan perbedaan latar belakang sosial, filsafat, agama, pandangan hidup dan juga latar belakang pemikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi dari masa atau saat puisi tersebut diciptakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk dapat memahami karya sastra khususnya puisi diperlukan adanya kemampuan tentang penguasaan tentang unsur-unsur yang membangun puisi tersebut dan unsur yang berhubungan dengan puisi tersebut. Selama ini penelitian yang banyak dilakukan oleh para mahasiswa dalam menyelesaikan studinya dalam bentuk mengapresiasi karya sastra. Adapun penelitian yang langsung meneliti unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri masih jarang dilakukan. Padahal dalam memahami suatu karya sastra khususnya puisi tidak hanya cukup dengan melakukan apresiasi terhadap puisi tersebut tetapi juga mengetahui unsur-unsur yang membangun puisi tersebut.

(15)

B. Identifikasi Masalah

“Identifikasi masalah memuat faktor-faktor penyebab terjadinya suatu masalah. Identifikasi menjelaskan hal-hal dominan apa yang menjadi penyebab terjadinya suatu masalah. Penelitian pada dasarnya bertujuan untuk mengungkapkan keterkaitan antara fenomena. Sekali fenomena terjadi dan kita selidiki maka pasti ada fenomena lain yang terkait atau menjadi penyebabnya. Dengan demikian jika terjadi suatu masalah maka pasti ada penyebabnya. Tentu saja masalah yang menjadi tema atau fokus penelitian penyebabnya tidak tunggal tetapi terdiri dari beberapa faktor yang terkait."2 Berdasarkan uraian dan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah merupakan salah satu elemen dalam suatu penelitian. dengan demikian identifikasi masalah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan penelitian, seperti juga halnya dengan elemen penelitian lainnya. Ketajaman atau ketepatan seorang penelitian dalam mengidentifikasi masaalah sangat memegang peranan yang penting. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: Analisis unsur intrinsik dalam kumpulan puisi “Tirani dan Benteng” karya Taufiq Ismail.

C. Pembatasan Masalah

Memuat penjelasan dan argumentasi mengenai berbagai faktor atau variabel yang berkaitan dengan masalah peneliti yang tidak mungkin semua dapat diteliti dalam kurung waktu tertentu. Oleh karena itu, menetapkan atau membatasi variabel atau faktor yang akan dijadikan fokus kajian. Pembatasan masalah dalam suatu penelitian juga akan lebih memudahkan peneliti dalam melakukan penyelidikan. Selain itu juga akan lebih menghemat tenaga, waktu dan biaya yang diperlukan dalam menyelesaikan penyelidikan atau penelitian tersebut. penyelidikan atau penelitian tersebut.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah skripsi ini sebagai berikut. Bagaimana menganalisis unsur intrinsik dalam kumpulan puisi “Tirani dan Benteng” karya Taufiq Ismail.

2Mahmudah, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

(16)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk member jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dibuat dalam bentuk rumusan masalah. Tujuan penelitian dinyatakan dalam kalimat yang sifatnya menggali atau mendalami unsur intrinsik puisi. Kata-kata yang dapat digunakan antara lain: untuk mempelajari, mengeksplorasi, mengkaji, menemukan, atau mengungkapkan.

Untuk mengetahui Analisis Unsur Intrinsik Dalam Kumpulan Puisi Tirani dan Benteng Karya Taufiq Ismail yaitu:

1. Diksi

2. Gaya Bahasa 3. Aliterasi 4. Asonasi 5. Ritme 6. Rima

F. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian harus mempunyai berorientasi kepada manfaat atau kegunaan yang hendak diinginkan berdasarkan hasil penelitian tersebut. Manfaat atau kegunaan dari hasil suatu penelitian diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi peneliti itu sendiri, tetapi juga kepada lembaga tempat kajian atau organisasi profesi dan ilmu pengetahuan.

(17)

sebagai persyaratan utama.”3

Hal di atas sesuai dengan pendapat ahli berikut yang mengatakan sebagai berikut:

"Sebenarnya penjelasan tentang kegunaan hasil penelitian ini tidak mutlak harus ada. Rumusan tentang kegunaan hasil penelitian adalah kelanjutan dari tujuan penelitian. Apabila peneliti telah selesai mengadakan penelitian dan memperoleh hasil, ia diharapkan dapat menyumbangkan hasil itu kepada Negara, atau khususnya kepada bidang yang sedang diteliti. Pembicaraan tentang kegunaan hasil penelitian ini menjadi penting setelah beberapa peneliti tidak dapat mengadakan sebenarnya hasil bapa yang diharapkan, dan sejauh mana sumbangannya terhadap kemajuan ilmu pengetahuan."4

.

Berdasarkan pendapat di atas, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Dapat memperkaya khasanah perkembangan ilmu kesusastraan khususnya hasil karya sastra yang berbentuk puisi;

2. Dapat meningkatkan kecintaan masyarakat akan karya sastra Indonesia khususnya puisi;

3. Dapat memberikan bahan acuan kepada guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia tentang apresiasi puisi;

4. Dapat memperkaya wawasan atau pengetahuan penulis tentang karya puisi yang dihasilkan oleh penyair bangsa sendiri;

3Siswantoro, Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi,( Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, cet. ke-1, 2010), hlm. 92

(18)

7

BAB II

LANDASAN TEORETIS

Dalam melakukan analisis atau penelitian tentang suatu karya sastra, salah satu yang dapat dilakukan peneliti adalah menggunakan berbagai buku tentang karya sastra atau kesusastraan yang terdapat di dalam perpustakaan. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli yang mengatakan.

"Seorang ahli ilmu pengetahuan tidak hanya bertujuan menemukan fakta, tetapi menemukan prnsip-prinsip yang terletak dibalik fakta prinsip utama yang dicari ialah dalil, yakni generalisasi atau kesimpulan yang berlaku umum. Dengan dalil ini ahli tersebut melanjutkan penyelidikanya untuk meramalkan rangkaian peristiwa berikutnya. Tentu saja diperlukan sejumlah data untuk dipakai sebagai pertimbangan penyimpulan sebuah dalil."1

Adapun pendapat ahli mengatakan bahwa : “Perkataan kesusastraan itu berasal dari bahasa sansekerta susastra. Su berarti baik atau bagus, sastra berarti : buku, tulisan atau huruf. Jadi kesusastraan adalah himpunan buku-buku yang mempunyai bahasa yang indah serta isi yang baik pula. Dalam kesusastraan khusus, karangan itu harus meliputi :

 Bahasa yang terpelihara baik.

 Isinya yang baik, indah, yaitu yang benar-benar menggambarkan kebenarandalam hehidupan manusia.

Cara menyajikannya menarik, sehingga berkesan dihati pembaca.”2

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa mempalajari buku-buku yang berhubungan dengan karya sastra di perpustakaan akan sangat membantu peneliti dalam membuat tinjauan pustaka. Dengan begitu keberhasilan penelitian akan sangat ditentukan oleh kemampuan penulis dalam membuat tinjauan pustaka.

1Winarno Surakmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, dan Dasar Metode Teknik, (Bandung : Tarsito, cet. ke-7, 1985), hlm. 63.

(19)

8

A. Pengertian Analisis

Kata analisis berasal dari bahasa Yunani yaitu analyein yang berarti menyelesaikan, menguraikan, adapun menurut Derrida:

“Analisis merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penelitian, sebab kegiatan menguraikan ini, yaitu memisah-misahkan sesuatu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil didalam suatu entitas dengan cara mengidentifikasi, membanding-bandingkan, menemukan hubungan berdasarkan parameter tertentu adalah suatu upaya menguji atau membuktikan kebenaran.”3

“Krikitik dan kajian sastra memiliki hubungan sangat erat karena keduanya merupakan tanggapan terhadap karya sastra. Pengkajian (sastra) adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan antar unsur dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu kegiatan mempelajari dlam pemahaman awalnya adalah menganalisis. Inti dari kegiatan mengkaji adalah menganalisis. Sementara itu, kritik dalam pemahaman awalnya adalah penilaian atau pertimbangan baik atau buruk sesuatu hasil kesusastraan dengan memberikan alas an-alasan mengenai isi dan bentuk hasil kesusastraan.”4

Adapun pendapat lain ,menegaskan istilah bahasa sastra adalah :

 “Bahasa sastra dan uraian falsafah bersifat simbolik, puitik, dan konseptual.

 Dalam bahasa sastra pasangan rasa dan kesadaran menghasilkan objek estetikyang terikat pada dirinya.

 Bahasa sastra berpeluang menerbitkan pengalaman fiksional dan pada hakikatnya lebih kuat dalam menggambarkan ekspresi kehidupan.”5

Kebenaran di dalam ilmu pengetahuan termasuk ilmu sastra, baru dapat diakui kalau ada bukti atau tanda-tanda kebenaran. Bukti itu adalah adanya kesesuaian antara pengetahuan dengan objeknya. Kebenaran itu disebut objektivitas. Akan tetapi, sebab suatu objek, katakanlah sebuah puisi, memiliki beragam fenomena, dengan sendirinya kebenaran menghadapi kesulitan untuk menjangkau seluruh aspek atau fenomena. Kegiatan untuk menguak kebenaran itu dilakukan dengan cara melakukan analisis, yaitu memilah-memilih, atau membuat segmentasi sebuah puisi. Dengan kata lain sebuah puisi yang untuk dipotong-potong kedalam segmen atau bagian yang kecil-kecil berdasarkan

3Siswantoro, Metodologi Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet. ke-1, 2010 ), hlm. 10.

4Sumiyadi, Pengkajian Puisi Analisis Romantik, Fenomenologis, Stilistik, dan semiotik,

(Bandung: Pusat Studi Literasi, cet. ke-1, 2005), hlm. 1.

(20)

9

unsur-unsur intrinsiknya dalam perspektif strukturalisme. Selain memotong-motong, kegiatan analisis juga memberi tafsir terhadap segmen-segmen puisi tersebut atas dasar fungsi dan hubungan antar segmen atau unsur-unsur instrinsik tersebut untuk sampai kepada efek. Adapun “Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan sebenarnya atau penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya,

pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenaranya.”6 B. Pengertian Unsur Intrinsik

Unsur-unsur intrinsik adalah khas puisi, yang mencakup: diksi, gaya bahasa, pencitraan, nada suara, ritme, rima, bentuk puisi, aliterasi, asonasi, konsonansi, hubungan makna dan bunyi. Abram mengatakan bahwa:

“masih ada lagi studi lain yaitu studi objektif, yang pada dasarnya memandang

karya sastra adalah karya yang mencukupi diri sendiri, terbebaskan dari faktor-faktor eksternal sebagai rujukan. Karya sastra dibangun dari bagian-bagiannya dan relasi internalnya, sehingga member penilaian terhadap karya sastra adalah berdasar kriteria intrinsiknya sebagai unsur-unsur pembentukan struktur.”7 Secara singkat kompetensi sastra dapat dipahami sebagai pengetahuan tentang konvensi sastra, yang dalam konteks ini adalah puisi, yang telah disepakati oleh masyarakat sastra. Konvensi itu antara lain meliputi fungsi yang tergantung pada jenis-jenis puisi, unsur-unsur internal dan hukum rasional antara unsur-unsur internal tersebut sehingga makna atau nilai sebuah unsur tergantung pada unsur lain. Dengan pengetahuan sastra yang demikian itu analisis tersebut mampu memberi makna, serta mampu memberi tafsir sebuah karya atau lebih. Dengan sifat puisi yang demikian itu sudah barang tentu unsur intrinsik yang membentuknya pun berbeda dengan unsur intrinsik yang berbentuk karya sastra prosa. Unsur intrinsik tersebut adalah tema, amanat, musikalitas, korespondensi, diksi, simbolisasi, tipografi, dan gaya bahasa.

6Qonita Alya, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT. Indah Jaya Adipratama, cet, edisi April, 2011 ), hlm. 27.

(21)

10 a) Tema

“Tema adalah pokok persoalan atau pokok pikiran yang mendasari terbentuknya sebuah puisi. Pokok persoalan itulah yang hendak disampaikan kepada pembaca. Pokok persoalan ini bisa bermacam-macam bisa masalah ketuhanan, cinta, keadaan, kebencian, rindu, keadilan, kemanusiaan dan lain-lain. Tidaklah mudah untuk mengetahui tema sebuah puisi, karena tema puisi terselubung dalam kata-kata perlambangan. Berbeda dengan tema karangan prosa yang serba terurai. Itulah sebabnya untuk dapat menangkap tema suatu puisi paling tidak kita harus tahu tentang diksi, makna konotasi, dan perlambangan atau simbolisasi.”8

b) Amanat

“Amanat adalah sesuatu yang hendak disampaikan oleh penyair kepada pembaca lewat puisinya. Bedanya dengan tema, kalau tema adalah persoalan yang dikemukakan sedangkan amanat adalah sesuatu yang disampaikan lewat persoalan itu. Dengan pengertian diatas jelas bahwa amanat biasanya berada dibalik tema atau tersirat dibalik rangkaian kata puisi itu. Oleh karena itu tafsiran terhadap amanat ini bisa bermacam-macam, sangat subjektif. Namun kesubjektivan itu dapat diperkecil dengan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pribadi penyairnya.”9

Dengen pengertian di atas jelas bahwa amanat biasanya berada dibalik tema atau tersirat dibalik rangkaian kata puisi itu. Oleh karena itu, tafsiran terhadap amanat ini bisa bermacam-macam, sangat subjektif.

c) Simbolisasi

“Pengertian simbolisasi atau perlambangan dalam puisi tidak mengacu pada gambar atau benda yang menggantikan pengertian tertentu akan tetapi mengacu pada kata atau lambang kebahasaan lain yang digunakan untuk menggantikan suatu pengertian atau hal lain. Simbolisasi diperlukan oleh penyair untuk lebih mengkonkretkan hal-hal yang akan disampaikan. Kata-kata penjelas dirasakanya kurang mewakili sesuatu yang akan diungkapkannya, karena itu ia mempergunakan lambang-lambang. Menurut Herman J. Waluyo: “macam-macam lambang ditentukan oleh keadaan atau peristiwa apa yang digunakan oleh penyair untuk menggantikan keadaan atau peristiwa itu. Ada lambang warna, lambang benda, lambang bunyi, lambang suasana dan sebagainya.”10

8Suroto, Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia, (Jakarta: Erlangga, cet. ke-6, 1989), hlm. 99.

9Ibid. hlm. 101. 10Ibid. hlm. 103.

(22)

11 d) Musikalitas

“Yang dimaksud dengan musikalitas adalah hal-hal yang berbubungan dengan pengucapan bunyi. Unsur musikalitas sangat penting dalam puisi. Tanpa memperhatikan unsur ini efek puitisnya akan berkurang, bahkan mungkin sekali puisi itu menjadi hambar. Unsur ini meliputi rima dan bunyi. Rima adalah persamaan bunyi yang terdapat pada kata-kata dalam puisi. Sedangkan bunyi disini dimaksudkan adalah bunyi bahasa yang terdapat dalam kata-kata pada puis.”11

e) Korespondensi

“Korespondensi adalah perhubungan yang terdapat dalam puisi. Perhubungan tersebut bisa bermacam-macam, meliputi perhubungan antara kata dengan kata, frase dengan frase, kalimat dengan kalimat, bait dengan bait, atau campuran diantara unsur-unsur tersebut. Untuk dapat memahami sebuah puisi secara lebih baik dengan pengertian yang benar kita dapat mengabaikan unsur ini. Karangan bentuk puisi merupakan karangan yang pekat dan padu hubungan antar katanya. Itulah sebabnya mengetahui hubungan tersebut menjadi sangat penting.”12

f) Diksi

“Diksi menurut Kamus Istilah Sastra kata diksi berarti pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Diksi yang baik berhubungan dengan pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras, yang penggunaannya cocok dengan pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar. Dari keterangan itu jelas bahwa diksi adalah ketetapan pemilihan dan penggunaan kata. Tentu saja itu bisa bersifat lisan maupun tulisan. Dalam puisi, diksi memegang peranan yang sangat penting.”13

g) Tipografi

Tipografi disebut juga ukuran bentuk. Dalam sebuah puisi diartikan sebagai tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan suasana.

(23)

12

Dengan gaya bahasa gagasan yang terungkap akan terasa lebih konkret dan penuh. Dengan gaya bahasa, puisi akan lebih hidup. Gaya bahasa yang biasa dipergunakan dalam puisi antara lain personifikasi, metafora, simile, asosiasi, dan perulangan. Untuk itu uraian gaya bahasa akan didasarkan menurut Prof.Dr.H.G. Tarigan:

“Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara

khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Karena gaya bahasa berkaitan erat dengan bahasa maka dengan sendirinya segala unsur kebahasaan akan terkait di dalamnya. Unsur kebahasaan itu antara lain pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Selain itu gaya bahasa juga menyangkut warna pribadi penutur. Itulah sebabnya gaya bahasa juga

bersifat individual.”14

“Menurut Gorys Keraf gaya bahasa adalah penggunaan bahasa pada

hakikatnya kegiatan berbahasa juga. Kegiatan bahasa ini ada yang baik ada yang kurang baik. Demikian juga penggunaan gaya bahasa. Sebuah gaya bahasa dikatakan baik bila mengandung tiga dasar yakni: kejujuran, sopan santun, dan menarik.”15

Jadi, unsur intrinsik yang akan penulis uraikan dalam definisi ini yaitu :

 Diksi

 Gaya bahasa

 Aliterasi

 Asonasi

 Ritme

 Rima

C. Pengertian Puisi

Kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya

menjadi “hasil seni sastra” yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat yang tertentu dengan mengunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata kiasan. Dalam bahasa Inggris kata puisi adalah poetry yang erat berhubungan dengan kata

14Suroto, Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia, (Jakarta: Erlangga, cet. ke- 6, 1989), hlm.114.

(24)

13 imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpengelihatan tajam, orang suci; yang sekaligus merupakan seorang filusuf, negarawan, guru,

orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.”16

Selanjutnya pendapat pengarang terkenal Edgar Allan Poe membatasi:

“Puisi kata sebagai kreasi keindahan yang berirama (the rhythmical creation of beauty). Ukuran satu-satunya ialah rasa dengan intelek ataupun dengan kesadaran, puisi itu hanyalah memiliki hubungan-hubungan sekunder saja. Kalau tidaklah bersifat insindental, maka puisi itu tidaklah mempunyai hubungan apa-apapun baik dengan kewajiban maupun dengan

kebenaran.”17

Beberapa pendapat yang mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman manusia, antara lain pendapat Watts-Dutton dan Lascelles Abercrombie. Adalah:

“Puisi adalah ekspresi yang kongkrit dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama”, kata Watts-Dunton,

sedangkan Lescelles Abercrombie mengatakan bahwa “Puisi adalah

ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang memanfaatkan setiap rencana dengan matang dan tepat guna.”18

Adapun pendapat lain mengatakan bahwa: “puisi sebagai salah satu sebuah karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi di kaji jenis-jenis atau ragam-ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu juga, puisi dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dari waktu kewaktu puisi selalu ditulis dan selalu dibaca orang. Sepanjang zaman puisi selalu mengalami perubahan, perkembangan. Hal ini

16Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa Bandung, cet, ke- 10, 1993), hlm. 4.

17Ibid. hlm. 4.

(25)

14

mengingat hakikatnya sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan

antara konvensi dan pembaharuan.”19

a) Beberapa Batasan Puisi

“Slamet Muljana menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan kata itu menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas. Batasan yang diberikan Slamet Muljana tersebut berkaitan dengan struktur fisiknya saja. James Reeves juga memberikan batasan yang berhubungan dengan struktur fisik dengan menyatakan bahwa puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat. Bahasa puisi menurut Coleridge adalah bahasa pilihan, yakni bahasa yang benar-benar diseleksi penentuannya secara ketat oleh penyair. Karena bahasanya harus bahasa pilihan, maka gagasan yang harus dicetuskan harus diseleksi dan dipilih yang terbagus pula. Clive Sansom memberikan batasan puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis, yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan

emosional.”20

“Jika pengertian itu ditinjau dari segi bentuk batin puisi maka Herbert Spencer menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Sedangkan Samuel Johnson menyatakan bahwa puisi adalah peluapan yang sepontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal pada emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian. Sementara itu P.B. Shelley menyatakan bahwa puisi merupakan rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling menyenangkan. Selanjutnya Thomas Carlyle menyatakan bahwa puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal. Dan T.S. Eliot menambahkan bahwa yang di ungkapkan dalam puisi adalah kebenaran.”21 Kedua pengertian yang diuraikan di atas berkenaan dengan bentuk fisik puisi dan bentuk batin puisi. Bentuk fisik dan bentuk batin lazim disebut pula dengan bahasa dan isi atau tema dan struktur atau bentuk dan isi. Marjorie Boulton menyebut kedua unsur pembentuk puisi itu dengan bentuk fisik (physical form) dan bentuk mental (mental form). Bentuk fisik dan bentuk mental itu bersatu padu menyatu raga. Namun demikian keduanya dapat dianalisis karena bentuk fisik dan

(26)

15

bentuk batin itu juga didukung oleh unsur-unsur yang secara fungsional membentuk puisi.

Jika dihubungkan dengan makna yang harus dikemukakan oleh penyair, Mattew Arnold menyatakan bahwa puisi hendaknya mengemukakan kritik terhadap kehidupan. McNaire menyatakan bahwa kritik itu merupakan reaksi penyair terhadap dunia. Ekspresi imajinasi penyair itu baru bernilai sastra jika penyair mampu mengungkapkannya dalam bentuk bahasa yang cermat dan tepat. Ini berarti bahwa pilihan kata-kata ungkapan, bunyi, dan irama harus benar-benar mendapat perhatian penyair.

Didalam puisi harus terjelmakan perasaan dan cita rasa penyair. Sedangkan auden menyatakan bahwa yang diungkapkan penyair adalah perasaan yang kacau. Pengalaman yang diungkapkan penyair disamping bersifat emosional juga harus bersifat imajinatif.

Selanjutnya, dinyatakan pula bahwa “seorang seniman dapat menghasilkan kretivitas jika sedang dalam “passion” yang berarti suasana jiwa yang luar biasa.

Pengalaman jiwa dalam “passion” betul-betul disertai emosi yang mendalam yang menghasilkan semangat luar biasa dan mampu menghasilkan “ego integritas.”22 dengan “passion” puisi mampu mempengaruhi siapapun yang membacanya.

passion” itu terjadi diatas tingkat kreativitas penyair, yakni pada saat seseorang mengalami kedalaman emosi luar biasa melebihi “mood”. Tingkat perkembangan psikologis seseorang berada pada tingkat psikedelik dan iluminasi. Seluruh kesadaran penyair tertumpah pada kedalaman emosi yang ingin disampaikan itu.

Ada pula pendapat lain yang menyatakan bahwa: “menelaah puisi, hendaknya diperhatikan tiga aspek utama, yakni: (1) aspek struktur luar karya puisi (externe strukturrelation); (2) aspek struktur batin (interne strukturrelation); (3) aspek dunia sekunder yang kompleks dan bersusun-susun.”23 S. Effendi menyatakan bahwa dalam puisi terdapat bentuk permukaan yang berupa larik,bait,dan pertalian makna larik dan bait. Kemudian penyair berusaha mengkonkretkan pengertian-pengertian dan konsep-konsep abstrak dengan

22Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Bandung: Erlangga, cet. ke-5, 1987), hlm.

24.

(27)

16

menggunakan pengimajian pengiasan, dan pelambangan. Dalam mengungkapkan

pengalaman jiwanya,bertitik tolak pada “mood” atau “atmosfer” yang dijelmakan oleh lingkungan fisik dan psikologis dalam puisi. Dalam memilih kata-kata, diadakan perulangan bunyi yang mengakibatkan adanya kemerduan atau eufoni. Jalinan kata-kata harus mampu memadukan kemanisan bunyi dengan makna.

Adapun menurut I.A Richards menyebutkan adanya hakekat puisi untuk mengganti bentuk batin atau isi puisi dan metode puisi untuk mengganti bentuk fisik puisi. Diperinci pula bentuk batin yang meliputi perasaan (feeling), tema (sense), nada (tode),, dan amanat (intention). Sedangkan bentuk fisik atau metode puisi terdiri atas diksi (diction) kata konkret (the concrete word), majas atau bahasa figurative (figurative language) dan bunyi yang menghasilkan rima dan ritma (rhyme and rhytm).

Dari batasan kedua tokoh tersebut, dapat dijelaskan bahwa unsur bahasa yang diperbagus dan diperindah itu dapat diterangkan melalui kata konkret dan majas (bahasa figurative). Secara terperinci majas dan kata konkret itu dijelaskan oleh Effend menjadi: pengimajian, pelambangan, dan pengiasan. Uraian di atas bermaksud menjelaskan bahwa bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa

konotatif yang “multiinterpretable”. Makna yang dilukiskan dalam puisi dapat makna lugas, namun lebih banyak makna kias melalui lambang dan kiasan. Makna itu diperinci lagi menjadi tema dan amanat yang didasarkan atas perasaan dan nada (suasana batin) penyairnya. Tema berhubungan dengan arti karya satra, sedangkan amanat berhubungan dengan makna karya. Tema bersifat lugas, obyektif, dan khusus, sedangkan amanat bersifat kias, subyektif, dan umum. Untuk memberikan pengertian puisi secara memuaskan cukup sulit. Namun beberapa pengertian yang tidak dapat dirangkum dalam satu kalimat dapat dipaparkan di sini. Beberapa pengertian di atas jika didata dapat disebutkan sebagai berikut :

 “Dalam puisi terjadi pengkonsentrasian atau pemadatan segala unsur kekuatan bahasa;

(28)

17

 Puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan mood atau pengalaman jiwa dan bersifat imajinatif;

 Bahasa yang dipergunakan bersifat konotatif; hal ini ditandai dengan kata konkret lewat pengimajian, pelambangan, dan pengiasan, atau dengan kata lain dengan kata konkret dan bahsa figurative.bentuk fisik dan bentuk batin puisi merupakan kesatuan yang bulat dan utuh menyatu raga tidak dapat dipisahkan dan merupakan kesatuan yang padu. Bentuk fisik dan bentuk batin itu dapat ditelaah unsur-unsurnya hanya dalam kaitannya dengan keseluruhan. Unsur-unsur itu hanyalah berarti dalam totalitasnya

dengan keseluruhannya.”24

Adapun pendapat Suzanne Said and Monique Trede Translated by Trista Selous and others dengan karangannya yang berjudul A Short History Of Greek

Literature mengemukakan puisi hesoid adalah:

The poetry of Hesiod. Hesiod

“Apart from the so-called `Homeric' poetry heroic narratives and the hymns

that introduced them - the other important poet of the period was Hesiod. The

Ancients always coupled and contrasted the two names. The Contest of Homer

and Hesiod (Certamen Homeri et Hesiodi), which has come down to us, opposed

the two poets, each reciting the finest passages from his work, and, in the fifth

century BC, the historian Herodotus considered them to be the founders of Greek

theology (11, 53). Hesiod's poetry uses the same m rre and language as that of

Homer; yet, despite these formal similarities, it is the differences between the two

poetic worlds that are most striking. Not for Hesiod the pleasure of relating

heroic adventures; instead he codifies traditions, both mythological and

agricuitural, describing the world of the farmers of Boeotia rather than that of

Ionia or the aristocratic courts. Nor is he an anonymous poet simply echoing the

words of the god. In the two works which have come down to us, Theogony and

Works and Days, he talks about himself.

(29)

18

At the start of the Theogony Hesiod tells how, when he was grazing his

lambs below Helicon, he received the rhapsodic staff and was consecrated as a

poet by the Muses. In Works and Days he relates his quarrel with his brother

Perses, refers to his father, who left the Aeolian city of Cyme for Ascra, a village

in Boeotia, where he worked hard to cultivate the poor soil, and mentions the

prize that he himself won for his song in Chalcis at Amphidamas' funeral games

(this event, which historians tend to place in the last third of the eighth century sc,

gives an approximate date for the poet's most active period). Hesiod is present in

his work, seemingly confident in the belief that his poems will be transmitted to

posterity under his name and in the form he has given them. This suggests that

their texts were fixed in writing.

Hesiod was the first author to introduce his work in this way, bringing a new

tone to poetry. Yet in other ways his work is surprising for its archaism. This is

particularly true of the Theogony. PuisiHesiod.”25

Dari tulisan di atas dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah: Terlepas dari apa yang disebut puisi Homer kisah heroik dan himne yang memperkenalkan mereka penyair penting pada zaman itu Hesiod. The Ancients selalu ditambah dan kontras dua nama. Kontes dari Homer dan Hesiod (Certamen Homeri et Hesiodi), yang telah sampai kepada kita, menentang dua penyair,

masing-masing membacakan ayat-ayat terbaik dari karyanya, dan, pada abad kelima SM, Herodotus sejarawan menganggap mereka sebagai pendiri teologi Yunani (11, 53). Puisi Hesiod yang menggunakan RRE m yang sama dan bahasa seperti yang dilakukan Homer, namun, meskipun kesamaan formal, itu adalah perbedaan antara dua dunia puitis yang paling mencolok. Bukan untuk Hesiod kenikmatan berhubungan petualangan heroik, melainkan ia codifies tradisi, baik mitologi dan agricuitural, menggambarkan dunia petani Boeotia bukan dari Ionia atau pengadilan aristokrat. Juga tidak ia sebuah anony penyair MoU hanya menggemakan kata-kata dewa. Dalam dua karya yang telah sampai kepada kita, Theogony dan Pekerjaan sehari-hari, ia Berbicara tentang dirinya sendiri.

(30)

19

Pada awal dari Hesiod Theogony menceritakan bagaimana, ketika dia merumput domba-nya di bawah Helicon, ia menerima staf kagum dan ditahbiskan sebagai penyair oleh Muses. Dalam Pekerjaan dan Hari-hari ia berkaitan pertengkaran dengan Perses saudaranya, mengacu pada ayahnya, yang meninggalkan kota Aeolian dari Cyme untuk Ascra, sebuah desa di Boeotia, di mana ia bekerja keras untuk mengolah tanah yang buruk, dan menyebutkan hadiah yang dia sendiri menang untuk lagu di Chalcis di game pemakaman Amphidamas '(ini acara, yang sejarawan cenderung untuk menempatkan pada

sepertiga terakhir abad kedelapan, memberikan tanggal perkiraan untuk periode penyair yang paling aktif). Hesiod hadir dalam karyanya, tampaknya confi penyok dengan keyakinan bahwa puisi-puisinya akan ditularkan ke anak cucu di bawah nama dan dalam bentuk yang telah dia berikan kepada mereka. Hal ini menunjukkan bahwa teks-teks mereka yang tetap secara tertulis.

Hesiod adalah penulis pertama yang memperkenalkan karyanya di pedoman

ini, membawa nada baru untuk puisi. Namun dengan cara lain karyanya adalah mengejutkan bagi arkaismenya. Hal ini terutama berlaku dari theogony.

Adapun pendapat lain mengatakan bahwa: “pembagian kesusastraan menurut zamannya memperlihatkan pula bentuk-bentuk tertentu puisi tiap zaman

itu.”26Jadi puisi pun menurut zamannya dapat kita bedakan atas: 1. Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi peningggalan sastra melayu. Ada yang asli dan ada pula berasal dari puisi-puisi asing yaitu Arab, Parsi, dan India. Puisi baru ialah bentuk puisi Indonesia, dipengaruhi puisi Barat, puisi baru banyak dipengaruhi oleh puisi Belanda terutama angkatan 80-nya (De Tachtigers). Sedangkan puisi

modern (mulai dari angkatan ’45) dipengaruhi oleh puisi dunia (Inggris, Prancis,

Rusia, Italia, Spanyol, dan lain-lain) perbedaan utama puisi tiga zaman ini terletak pada sifat keterikatan dan kebebasan dalam mencipta.”27

Adapun menurut Herman J. Waluyo puisi lama kita mengenal gurindam, pantun, syair, dan talibun. Yaitu:

26J.S.Badudu, Sari Kesusastraan Indonesia, ( Bandung: Pustaka Prima, cet. ke-40, 1986 ), hlm. 5.

(31)

20

 Gurindam

Gurindam adalah jenis puisi lama yang terdiri atas dua baris, semuanya merupakan isi dan menunjukan hubungan sebab akibat.

 Pantun

Pantun adalah jenis puisi lama yang terdiri atas empat baris, memiliki rima, dengan baris pertama dan kedua merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi.

 Syair

Syair adalah puisi lama yang terdiri atas empat baris perbait, memiliki rima. Semua baris merupakan isi dan biasanya tidak selesai dalam satu bait karena digunakan untuk bercerita.”28

2. Puisi Baru

Puisi baru adalah puisi yang mengalami perkembangan yang sangat pesat sekali. Perubahan-perubahan yang terjadi sangat bertentangan dengan puisi lama jika dilihat dari motif dan dasarnya. Tentunya dalam puisi baru memancarkan kehidupan masyarakat yang baru, baru dalam corak hidupnya, baru dalam pandangan dan baru pula kriteria-kriteria puisinya. Karya dalam puisi baru bukan hanya merupakan karya dalam permainan bahasa saja, melainkan dalam puisi-puisi baru terlihat adanya konsentrasi yang penuh dan teliti dari penyairnya. Adapun menurut J.S. Badudu “Puisi baru di Indonesia lahir dalam tahu dua puluhan. Sebenarnya bukan angkatan pujangga baru yang memulai melahirkan bentuk-bentuk puisi baru, melainkan beberapa pengarang yang lebih tua dari pada mereka yang biasanya disebut juga angkatan pra-pujangga baru.”29

3. Puisi Modern

Puisi Indonesia modern bermula sejak zaman pendudukan jepang. Dipelopori oleh Chairil anwar almarhum. Puisi baru pujangga baru, juga dengan bentuk sonetanya tidak lagi menarik angkatan muda yang kemudian dinamakan

angkatan ’45 itu. Bagi mereka puisi baru masih belum bebas seratus persen.

28Herman J. Waluyo, Apresiasi Puisi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, cet. ke- revisi, 2002), hlm. 46-49-50.

(32)

21

Bentuk haruslah sesuai dengan irama jiwa dan gerak sukma yang hendak dicetuskan. Pencipta tidak boleh terikat dan terkungkung oleh ketentuan-ketentuan yang sudah disediakan lebih dahulu.

Selain pembagian menurut bentuk, puisi pun dibeda-bedakan menurut isinya, misalnya:

“Puisi yang melukiskan keindahan alam,

Puisi yang membayangkan kasih sayang kepada kekasih; Puisi yang berisi semangat cinta tanah air;

Puisi yang menerima pujaan kepada Zat Yang Maha Tinggi atau kepada seseorang yang berjasa.”30

Selain itu puisi barat membeda-bedakan beberapa jenis puisi yang dinamakan: balada, romance, elegy, ode, himne, epigram, satire.

 Balada ialah puisi yang berisi kisah. Cerita; boleh berbentuk epik, boleh juga lirik.

 Romance ialah puisi yang berisi luapan perasaan kasih sayang terhadap kekasih.

 Elegi ialah sajak bersedih-sedih, suara sukma yang meratap-ratap batin yang Merintih.

 Ode ialah sajak yang berisi pujian dan sanjungan terhadap seseorang yang besar

jasanya dalam masyarakat, seorang yang dianggap pahlawan bangsa karena darma baktinya kepada nusa dan bangsa.

 Himne ialah sajak pujaan kepada Tuhan atau sajak keagamaan.

 Epigram ialah sajak yang berisi ajaran hidup, semangat perjuangan.

 Satire ialah sajak yang berisi kritik atau sindiran yang pedas atas kepincangan-kepincangan yang terlihat dalam masyarakat.

Puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya, dan sebagainya. Sesuai dengan pendapat ahli mengatakan :

(33)

22

"Slamet Mulyana memberi batasan puisi dengan menggunakan pendekatan psikolinguistik, karena puisi merupakan karya seni yang tidak saja berhubungan dengan masalah jiwa. Dengan pendekatan itu Slamet Mulyana menyimpulkan bahwa puisi adalah sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamanya, tersusun dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk."31

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk membuat batasan tentang puisi bukanlah suatu pekerjaan yang gampang dan amat sukar. Hal tersebut dikarenakan batasan tersebut harus diungkapkan dalam kalimat yang efektif, efesien dan harus singkat sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Namun demikian, berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat ahli mengenai batasan puisi antara lain: "puisi merupakan kekaguman yang bersatu dengan pikiran atau dengan kata lain emosi pikiran bersatu dengan cara nyata dalam situasi yang imajinatif sifatnya.Sedangkan pendapat lain mengenai batasan puisi mengatakan sebagai

berikut:

"Sebuah karya puisi merupakan pancaran kehidupan sosial, gejala aspek yang ditimbulkan oleh adanya interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung, secara sadar maupun tidak sadar dalam suatu masa atau periode tertentu. Sehingga pancaran itu tadi berlangsung untuk sepanjang masa selama nilai pancaran itu berlaku, setama nilai estetis dari sebuah karya puisi itu berlaku dalam masyarakat."32

“Adapun yang jelas dalam pengertian puisi sekarang bahwa ketradisian itu hilang, dalam arti sebuah karya puisi tidak hanya berlaku bagi suatu daerah tertentu melainkan berlaku universal bagi bangsa ataupun bagi setiap umat dimuka bumi ini. Dengan demikian setiap persoalan penyair adalah merupakan sample dari persoalan umat manusia."33

(34)

23

yang lebih ditonjolkan dari kedua pendapat di atas adalah isi dari puisi tersebut. Sedangkan pendapat Effendy lebih menyangkut kepada bentuk puisi. Di dalam batasan tersebut hanya menyoroti tentang bentuk fisik di mana batasan ini hanya menyoroti dari sudut bah-asa yang digunakan oleh sipenyair.

Untuk mendapatkan batasan yang lebih tentang batasan puisi tersebut, maka berikut ini dikutip pendapat ahli yang mengatakan, Puisi adalah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur bathin.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan puisi adalah puisi adalah sebuah karya sastra yang mengungkapkan ide, perasaan dan pikiran seorang penyair atau pengalaman jiwanya yang bersifat imajinatif. Puisi merupakan pancaran kehidupan sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

”Untuk memperoleh gambaran bagi kita betapa sulitnya memperoleh kata sepakat untuk membatasi kata puisi itu disebabkan oleh perbedaan pandangan serta konsepsi, maka ada baiknya terapkan lagi beberapa

pendapat: Samuel Johnson berpendapat bahwa “puisi adalah peluapan

spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya; dia bercakal-cakal dari

emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian”dan bagi Byron “puisi merupakan lava imajinasi, yang letusanya mencegah gempa bumi” sedangkan bagi Percy Byssche Shelley “puisi adalah rekaman dari saat -saat yang paling baik dan paling menyenangkan dari pikiran-pikiran yang paling baik dan paling menyenangkan.”34

2. Hakikat puisi

“Struktur fisik puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang hendak disampaikan penyair. I.A Richard menyebutkan makna atau struktur batin itu dengan istilah hakikat puisi."35Ada empat unsur hakikat puisi. Yakni: tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca

34Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Angkasa Bandung, cet. ke-10, 1993), hlm. 5.

(35)

24

(tone), dan amanat (intention). Keempat unsur itu menyatu dalam ujud penyampaian bahasa penyair. Dari empat unsur di atas akan diuraikan yakni: a) Tema (sense)

Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh pemyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka puisinya bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belaskasih atau kemanusiaan, maka puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk memprotes ketidakadilan, maka tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan cinta atau patah hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta atau tema kedudukan hati karena cinta. Dengan latar belakang pengetahuan yang sama, penafsir-penafsir puisi akan memberikan taesiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas, obyektif, dan khusus. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan.

b) Perasaan (feeling)

Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula. Dalam menghadapi tema keadilan social atau kemanusiaan, penyair banyak menampilkan kehidupan pengemis atau orang gelandangan.

c) Nada (tone)

(36)

25

yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Jiika kita bicara tentang sikap penyair, maka kita berbicara tentang nada; jika kita bicara tentang sikap suasana jiwa pembaca yang timbul setelah membaca puisi, maka kita berbicara tentang suasana. Nada dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap membacanya. Nada duka yang diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Nada religius dapat menimbulkan suasana khusyus. Begitu seterusnya. Berikut ini dikutip puisi dengan nada menyindir yang bersifat sinis. Namun nada sinis itu bersifat filosofis juga karena merenungkan hakikat hidup kita. Pembaca harus merenungkan makna puisi ini, agar mampu menghayati pesan yang hendak disampaikan subagio satrowardojo.

d) Amanat (pesan)

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapt ditelaah setelah kita memahami tema,rasa, dan nada puisi itu. Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan.banyak penyair yang tidak menyadari apa amanat puisi yang ditulisnya. Mereka yang berada dalam situasi demikian biasanya merasa bahwa menulis puisi merupakan kebutuhan untuk berekspresi atau kebutuhan untuk berkomunikasi atau kebutuhan untuk aktualisasi diri. Bagaimanapun juga, karena penyair adalah manusia yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan manusia biasa dalam hal menghayati kehidupan, maka karyanya pasti mengandung amanat yang berguna bagi manusia dan kemanusiaan.

(37)

26

dalam meremuskan amanat itu, tema harus dilengkapi dengan perasaan dan nada yang dikemukakan penyair. Jadi, tema ketuhanan yang sama mungkin mengandung amanat yang berbeda karena penyair mempunyai perasaan, nada dan suasana hati yang berbeda pula.

D. Jenis-Jenis Puisi

Puisi dapat dibedakan atas beberapa macam. Macam-macam puisi itu dapat dibagi menurut isi, bentuk, dan ketersuratan serta ketersiratan makna puisi. Berdasarkan isi secara garis besar puisi dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu (1) puisi, (2) puisi naratif, dan (3) puisi dramatis.

 Puisi Liris, adalah puisi yang berisi curahan perasaan pribadi dan yang diutamakan ialah lukisan perasaan. Pelukisan perasaan sebagai akibat adanya kontak antara si pembuat puisi dengan alam sekitar, dengan manusia lain baik sebagai indivindu maupun sebagai kelompok, dan dengan pencipta.

 Puisi Naratif, puisi dramatis puisi yang menjelaskan atau menceritakan sesuatu.dengan lebih intens, lebih kuat dalam gaya pengungkapan atau penceritaan. Dalam puisi dramatis ada kesan pergolakan jiwa.

 Puisi Dramatis, adalah puisi yang memenuhi persyaratan drama. Kualitas dramatis diperoleh dengan menggunakan dialog, monolog, diksi yang kuat, ataupun dengan menekankan pertikaian emosional atau situasi tegang. Berbeda dengan puisi liris atau puisi naratif, puisi dramatis mengungkapkan atau menceritakan sesuatu dengan lebih intens, lebih kuat dalam gaya pengungkapan atau penceritaan.”36

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis puisi tersebut dapat dibagi atas tiga golongan besar, yaitu: Puisi liris, puisi naratif, dan puisi dramatis.

Ditinjau dari segi periodisasi kelahiran puisi kita mengenal adanya istilah puisi lama dan puisi baru atau sering pula dibedakan atas puisi tradisional dan puisi modern. Dalam puisi tradisional kita jumpai pula berbagai bentuk syair,

(38)

27

pantun, gurindam, pribahasa, sonata, dan lain-lain. Ditinjau dari segi gaya penulisan, dapat membagi puisi atas dua jenis:

a) Puisi diaphaan (polos)

Puisi diaphaan adalah puisi yang menyatakan suatu maksud dengan sedikit sekali memakai lambing-lambang atau symbol-simbol. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang denotative, yaitu kata-kata yang masih mendukung arti yang dikenal secara umum dalam pemakaiannya sehari-hari. Dengan demikian puisi tersebut disampaikan secara polos tanpa lambing-lambang; karenanya puisi tersebut tidak banyak menggunakan atau meminta asosiasi mental dalam memahaminya. Dengan kata lain, puisi tersebut dapat ditangkap makna atau maksudnya dengan mudah. Pada umumnya puisi tradisional dapat digolongkan ke dalam jenis puisi diaphaan ini. Sunggupun demikian puisi modern pun masih banyak yang dapat digolongkan ke dalam jenis ini. Dalam arti bahwa puisi tersebut tidak terlalu ditangkap maksudnya. Pada umumnya puisi yang digolongkan ke dalam jenis ini adalah puisi-puisi yang bersifat naratif, yang bersifat membeberkan atau bercerita tentang sesuatu.

b) Puisi Prismatik (membias).

Puisi ini menyatakan sesuatu maksud atau pengertian dengan menggunakan lambing-lambang, dengan kiasan-kiasan, dan dengan kalimat yang tidak langsung menyatakan maksud. Kata-kata yang dipakai pada umumnya adalah kata-kata yang konotatif.

Puisi bila ditinjau dari bentuk mentalnya dapat pula dibagi atas jenis utama, yaitu epic, lirik, dramatik, atau naratif. Yakni:

 Epik adalah salah satu jenis puisi yang panjang. Ia menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya menyangkut tokoh-tokoh yang gagah perkasa, pemberani dalam membela kebenaran. Pada umumnya epik menyuguhkan sebagian besar tentang konflik fisik atau spiritual

(39)

28

 Lirik ialah puisi yang sangat pendek yang mengepresikan emosi. Lirik ini diartikan juga sebagai puisi yang dinyanyikan, karena itu ia disusun dalam susunan yang sederhana dan mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula. Pada umumnya puisi yang pendek dapat digolongkan kedalam jenis ini. c) Puisi Dramatik

Yaitu puisi yang berbentuk dialog. Ia biasanya dibaca oleh lebih dari satu orang agar lebih dapat dihayati atau ditangkap pesanya secara baik.

“Menurut majorie Boulton membagi anatomi puisi atas dua bagian, yaitu

bentuk fisik dan bentuk mental. Namun Boulton mengaku bahwa adalah tidak mungkin untuk membedakan bentuk fisik dengan bentuk mental secara komplit karena kedua bentun berinterrelasi satu dengan yang lain. Oleh sebab itu bila kita harus membicarakan bentuk fisik dan bentuk mental sebuah puisi maka dalam pembicaraan tidak dapat dilihat pertalian satu sama lain.”37

E. Metode dalam Puisi

Untuk menghasilkan puisi yang baik atau berhasil memikat pembacanya haruslah mempunyai persyaratan-persyaratan. Salah satunya adalah tentang metode puisi. Adapun metode puisi adalah sebagai berikut:

 Diksi atau Pilihan Kata

 Imajinasi atau Imagery

 Kata-Kata Konkrit

 Gaya Bahasa

 Ritme dan Irama

Untuk lebih jelasnya tentang kelima metode puisi tersebut, berikut ini akan dibahas satu per satu sebagai berikut:

a) Diksi atau Pilihan Kata

Diksi atau pilihan kata adalah pilihan kata yang dilakukan oleh seorang penyair di dalam proses penciptaan sebuah puisi. Kata-kata yang digunakan oleh seorang penyair di dalam menciptakan sebuah puisi tersebut harus benar-benar dilakukan secara cermat dan teliti. Hal tersebut perlu dilakukan karena erat hubungannya dengan keberhasilan penyair dalam mengungkapkan perasaan dan

(40)

29

pikirannya dalam bentuk puisi dapat dipahami dan dimengerti oleh pembacanya. Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat ahli yang mengatakan sebagai berikut: "Diksi (diction) adalah pilihan kata yang dipergunakan oleh penyair dengan cermat dan teliti, bagaimana memilih kata-kata yang benarbenar mengandung arti yang sesuai dengan maksud puisinya, baik dalam makna denotatifnya maupun dalam artinya konotatif.”38

Berdasarkan uraian dan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan seorang penyair dalam memilih kata-kata yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan proses pembuatan puisi yang dilakukannya tersebut. b) Imajinasi atau Imagery

Dalam menyampaikan pengalaman, perasaan atau pikirannya dan dapat menarik perhatian pembacanya, maka salah satu cara penyair melakukannya adalah dengan pemilihan dan penggunaan kata-kata yang tepat. Hal tersebut dilakukan untuk dapat memperjelas daya bayang para pembaca atau menjelma dalam gambaran yang nyata. Dalam menciptakan sebuah puisi, seorang penyair berusaha agar puisinya tersebut dapat dirasakan, dialami atau bahkan dilihat oleh pembaca. Dengan kata lain imajinasi merupakan daya bayang yang dipergunakan oleh penyair untuk menggugah perasaan dan pikiran pembacanya.

Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat ahli yang mengatakan sebagai berikut:"Pilihan kata serta penggunaan kata-kata yang tepat itu dapat memperkuat, serta memperjelas daya bayang pikiran, namun dapat pula mendorong imajinasi kita memperjelas gambaran yang nyata."39

c) Kata-Kata Konkrit

Untuk dapat menarik perhatian ataupun untuk meningkatkan daya imajinasi pembaca, maka seorang penyair harus dapat menggunakan kata-kata yang konkrit. Semakin tepat seorang penyair dalam memilih kata-kata yang konkrit, maka semakin baik pula dia menjelmakan puisinya tersebut kepada pembaca.

38Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung: Fkks, Ikip, cet. Ke- 1, 1985), hlm. 29.

(41)

30

Uraian tersebut di atas sesuai dengan pendapat ahli yang mengatakan sebagai berikut:

"Salah satu cara untuk membangkitkan daya bayang atau imajinasi para penikmat sesuatu sajak adalah dengan mempergunakan katakata yang tepat. Kata-kata yang konkrit, yang dapat menyarankan suatu pengertian secara menyeluruh. Semakin tepat seorang penyair menempatkan kata-kata yang penuh asosiasi dalam karyanya, maka semakin baik pulalah dia menjelmakan imajinasi, sehingga para penikmat, bahwa mereka benar-benar melihat, mendengar, merasakan, pendeknya mengalami segala sesuatu yang dialami sang penyair."40

Berdasarkan uraian dan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seorang penyair dalam menciptakan sebuah puisi harus dapat melakukan pemilihan kata-kata yang konkrit. Karena dengan kata-kata yang konkrit tersebut akan dapat menjelmakan imajinasi para pembacanya.

d) Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan salah satu cara penyair dalam menggunakan bahasa untuk melukiskan pikiran dan perasaanya, sehingga puisinya tersebut dapat membangkitkan imajinasi dan menarik perhatian pembacanya. Dengan kata lain berbagai gaya bahasa yang digunakan oleh seorang penyair di dalam memperjelas maksud dan makna yang terkandung di dalam puisinya tersebut.

Untuk lebih jelas tentang pemakaian gaya bahasa tersebut, berikut ini dikutip pendapat ahli yang mengatakan sebagai berikut:

"Gaya bahasa majas (Figurative Language) adalah merupakan bahasa kiasan atau gaya bahasa. Setiap orang tentu ingin mengeluarkan pikiran dan pendapat dengan sejelas-jelasnya kepada orang lain, kadang-kadang dengan kata-kata belumlah begitu jelas untuk menerangkan sesuatu, oleh karena itu dipergunakanlah persamaan, perbandingan, serta kata-kata kiasan lainnya."41

Adapun pendapat lain mengatakan bahwa : “gaya atau khususnya gaya bahasa

dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian

menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan

40Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra, (Bandung : Fkks-Ikip, cet. ke-1, 1985),hlm. 31-32.

(42)

31

tadi. Kelak pada waktu penekanan dititik beratkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergukan kata-kata secara indah.”42 Adapun pendapat lain mengatakan tentang gaya bahasa yaitu:“Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang timbul

dari pengarang atau pembicara, baik disengaja maupun tidak disengaja yang menimbulkan kesan tertentu. Cara melahirkan perasaan dan pikiran itu memberikan gaya kepada bahasa pengarang. Pada umumnya kepada gaya itulah

bergantung tercapai atau tidaknya maksud yang ingin di ungkapkan.”43

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara pengarang dalam mempergunakan bahasa dalam menyampaikan perasaan dan pikirannya. Dalam menyampaikan perasaan dan pikirannya tersebut, kadang-kadang dengan kata-kata belumlah begitu jelas bagi pembaca dalam menerangkan sesuatu, sehingga digunakanlah kata-kata persamaan, perbandingan ataupun kata-kata kiasan lainnya.

e) Ritme dan Irama

Irama adalah tinggi atau rendah, cepat atau lambatnya sebuah puisi tersebut dibaca dengan bersuara. Sedangkan ritme adalah persamaan bunyi yang kita temukan pada akhir baris atau di awal setiap bait puisi dan pada katakata tertentu pada setiap baris puisi. Ritme dan irama mempunyai hubungan yang sangat erat dengan keempat hakekat puisi yang telah dibahas di atas, sehingga apabila terjadi perubahan pada ritme dan irama dalam sebuah puisi akan menimbulkan pula perubahan pada keempat hakekat puisi tersebut. Untuk lebih jelas tentang ritme dan irama tersebut, berikut ini dikutip pendapat ahli yang mengatakan sebagai berikut: "Dengan demikian jumlah bahwa kita barulah dapat mengetahui kaki sanjak yang terdapat pada setiap lirik atau bait sebuah puisi, setelah kita mendengar atau pembaca puisi tersebut. bahkan kadang-kadang untuk menangkap isi sebuah puisi kita harus membacanya secara nyaring dan indah berulang-ulang

42Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, cet. ke-10, 1999), hlm. 112.

(43)

32

dengan memperhatikan apakah iramanya tepat atau tidak. Dan bertambah yakinlah kita betapa erat hubungan antara puisi dengan seni suara."44

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mengetahui kaki sanjak yang terdapat dalam setiap lirik atau bait dalam sebuah puisi, maka kita harus mendengar atau membaca puisi tersebut secara berulang-ulang.

F. Tujuan Pengajaran Puisi

Salah satu materi pengajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah tentang pengajaran puisi. Pengajaran bahasa dan sastra Indonesia tersebut telah dilaksanakan dari tingkat sekolah dasar sampai pada tingkat perguruan tinggi. Adapun tujuan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia tersebut adalah agar siswa dapat mampu menghargai dan menikmati karya sastra tersebut sesuai dengan kemampuan dan penalaran siswa.

Adapun pengajaran puisi merupakan salah satu dari bagian dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka membicarakan tujuan pengajaran apresiasi sastra berarti juga membicarakan tentang tujuan apresiasi puisi. Karena puisi merupakan salah satu dari hasil karya sastra.

Untuk lebih jelasnya tentang tujuan pengajaran apresiasi sastra atau puisi tersebut, berikut ini dikutip pendapat ahli yang mengatakan sebagai berikut:

 Menanamkan apresiasi seni pada anak.

 Membangkitkan kegemaran kepada anak didik.

 Memberikan dorongan dan memupuk bakat anak didik yang berbakat menjadi deklamator atau pemain sandiwara.

 Membuka jalan bimbingan kepada anak didik, yang berbakat untuk mampu menyusun sajak, cerita pendek, drama dan lain-lain.

 Menunjukkan bahwa dalam karya sastra banyak hal-hal yang sejalan dengan Pancasila, keutuhan, perihal-perihal kemanusiaan dan seterusnya.

Referensi

Dokumen terkait

diperlukan pula riset historis baik mengenai sejarah puisi maupun sejarah mengenai Hafis. Berkaitan dengan hal tersebut, dipilih hermeneutik Dilthey sebagai landasan

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan memberikan konstibusi berarti terhadap khazanah sastra Indonesia kita tentang puisi yang

Tujuan penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui hubungan antara penguasaan unsur intrisik puisi dengan kemampuan menulis puisi, (2) Untuk mengetahui hubungan

Berdasarkan kutipan puisi di atas muncul kesan suatu ikhwal tentang kepadatan sebuah hal yang melahirkan keutuhan, sehingga sajak-sajak yang ditulis Nirwan

Analisis unsur intrinsik puisi pada aspek perasaan ini siswa yang dapat menggambarkan amanat secara jelas dalam isi puisi yang dibuat dari 36 orang siswa yang

Dalam kesempatan kali ini akan dijelaskan unsur unsur bunyi bahasa dalam puisi "kita saksikan" karya Sapardi Djoko Damono.Penggunaan aspek asonansi dan alitrasi akan dibahas akan

Untuk dapat mudah memahaminya dapat dilihat pada penjelasan berikut ini: Hasil Analisis Unsur Batin kumpulan puisi Luka Kata karya Candra Malik Berdasarkan hasil analisis ditemukan

Unsur Diksi dalam Kumpulan Puisi Percintaan dan 365 Hari Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada puisi Kumpulan Puisi Percintaan KPP dan 365 Hari jika ditinjau dari unsur