• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis (TBC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis (TBC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

KERJA PUSKESMAS PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

Skripsi Diajukan sebagai Tugas Akhir untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH : MARIA ULFAH NIM : 106104003497

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

KERJA PUSKESMAS PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

OLEH : MARIA ULFAH NIM : 106104003497

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)

iii

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh : Nama : Maria Ulfah

NIM : 106104003497

(5)
(6)

v Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2013

(7)

vi Nama : Maria Ulfah

TTL : Tangerang, 01 Maret 1989

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : JL. Raya Serang Rt 003/01 KM. 13,8 No. 111 Kec. Cikupa, Tangerang 15710

E-mail : Paul_psik@yahoo.co.id

PENDIDIKAN FORMAL

1994 – 2000 : SDN Cirewed 1

2000 – 2003 : Madrasah Tsanawiyah Al-Falahiyah 132 (Tangerang)

2003 – 2006 : Madrasah Aliyah Al-Falahiyah 132 (Tangerang)

2006 – 2013 : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PENDIDIKAN NON FORMAL

1995 – 2000 : Madrasah Ibtidaiyah Thoriqotul Huda (Tangerang)

2000 – 2006 : Pondok Pesantren Al-Falahiyah 132 (Tangerang)

(8)

vii

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1.

Kedua orang tuaku, Setiap tetesan keringat, pengorbanan, cinta, kasih

sayang, pelajaran hidup serta do’a tulus kepada ananda seperti air yang

yang pernah berhenti terus mengalir telah Bapak dan Ibu berikan

2.

My family, kakakQ Sueb dan Suherman, ade2Q Aep dan Febti. Terima

kasih atas do’

a dan motivasi yang tak terbatas.

3.

Dosen-dosenku di PSIK, terimakasih telah membimbing, memberi arahan

pada penulis dan membekali penulis dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat

bagi penulis, jasamu tiada tara.

4.

Teman-teman PSIK 2006 yang tidak bisa penulis sebutkan namanya

satu persatu, terimakasih atas do’a, support, bantuan dan kebersamaan

(9)

viii Skripsi, Juli 2013

Maria Ulfah, NIM : 106104003497

Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis (TBC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

xv + 75 Halaman + 5 Tabel + 5 Lampiran

ABSTRAK

Pengobatan Tuberkulosis (TBC) memerlukan waktu lama sehingga dukungan keluarga penting diberikan dan salah satu yang dapat disebabkan karena kurangnya dukungan keluarga adalah kurangnya kepatuhan minum obat. Belum adanya penelitian yang menggambarkan dukungan keluarga membuat peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain Cross-sectional. Sampel berjumlah 68 pasien Tuberkulosis yang sudah menjalani pengobatan selama 3-6 bulan. Teknik pengambilan sampel secara Simple Random Sampling. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pamulang tanggal 30 Juni sampai 12 Agustus 2011. Pengumpulan data dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk melihat dukungan keluarga, sedangkan untuk melihat kepatuhan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh peneliti saat berkunjung kerumah pasien untuk memastikan jumlah obat yang tersisa. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat (chi square, regresi logistik sederhana dan uji korelasi) pada : 0,05.

Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir sebagian besar pasien Tuberkulosis, yaitu 54 responden (79.4%) patuh minum obat. Berdasarkan analisis bivariat menunjukan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis ( P value=1,000).

Peneliti menyarankan pada petugas kesehatan untuk memberikan pengarahan dan informasi kepada pasien Tuberkulosis, diharapkan pengarahan dan informasi mengenai penyakit Tuberkulosis tersebut juga diberikan kepada keluarga.

Kata kunci : Dukungan Keluarga, Tuberkulosis dan Kepatuhan minum obat

(10)

ix Undergraduated Thesis, July 2013

Maria Ulfah, Id : 106104003497

The Related of Family Support with The Medication Adherence In Tuberculosis Patients (TB) in the Work Area of Pamulang Health Center, City of South Tangerang in 2011.

xv + 78 Pages + 5 Tables + 5 Attachments

ABSTRACT

Treatment of Tuberculosis (TB) takes a long time, therefore a family support is important to given and one that can be caused due to the lack of family support is the lack compliance on medication. Yet the existence of research that illustrates family support makes the researches interested in that research.

This research is quantitative with Cross-sectional design. The total sample is 68 Tuberculosis patients who have undergone treatment for 3-6 months. This Research used Simple Random Sampling which conducted at the Pamulang health center from June 30 until August 12, 2011. The collection of data was by delivering questionnaires to respondents to see family support, whereas to see the compliance is using the observation sheets which is completed by researchers during a visit home patients to ensure the amount of drug remaining. The analysis of the data used is the univariate and bivariate analysis (chi square, simple logistic regression and correlation test) at : 0.05.

The result showed that most TB patients, 54 respondents (79.4%) are medication adherence. Based on bivariate analysis showed no relationship between family support with medication adherence in tuberculosis patients (P value = 1.000).

Researcher suggest the health workers to provide guidance and information to Tuberculosis patients and expected the directions and informations about Tuberculosis disease is also given to the family.

(11)

x

Senandung puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah yang maha Rahman seiring dengan selesainya proses penulisan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi akhir zaman, nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Skripsi dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan

Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas

Pamulang Tangerang Selatan Tahun 2011” disusun sebagai persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyusunan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi dan semangat. Untuk itu penulis merasa pantas berterima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Keluarga tercinta, Ayahanda Madsupi, Ibunda Siti Munawaroh, kakakQ

Sueb dan Suherman, ade2Q Aep dan Febti. Terima kasih atas do’a dan

motivasi yang tak terbatas.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Waras Utomo, selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ita Yuanita, selaku Dosen Pembimbing I, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. 5. Ibu Yuli Amran, selaku Dosen Pembimbing II, yang senantiasa

(12)

xi

Hidayatullah Jakarta, yang telah membagikan ilmunya sehingga penulis bisa menjadi seperti sekarang ini.

7. Kepala Puskesmas Pamulang beserta staff, yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

8. Kepala Puskesmas Ciputat beserta staff, yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Ibu Nur, selaku ketua bagian Paru di Puskesmas Pamulang, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian.

10.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca lain.

Jakarta, Juli 2013

(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1

B. Rumusan Masalah ……….. 6

C. Pertanyaan Peneliti ………. 7

D. Tujuan Penelitian ………... 7

E. Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis (TBC) ………. 10

1. Pengertian Tuberkulosis (TBC) ………. 10

2. Penyebab Tuberkulosis (TBC) ………... 10

3. Komplikasi Tuberkulosis (TBC) ……… 11

4. Cara Penularan Tuberkulosis (TBC) ……….. 11

5. Perjalanan Penyakit Tuberkulosis (TBC) ………... 13

6. Gejala dan Diagnosis Tuberkulosis (TBC) ……… 14

(14)

xiii

B. Kepatuhan ……… 18

1. Pengertian Kepatuhan ……… 18

2. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan ……….. 20

C. Konsep Keluarga ……….. 23

1. Pengertian Keluarga ………... 23

2. Struktur Kekuatan Keluarga ………... 23

3. Sistem Keluarga ………. 24

4. Tugas Kesehatan Keluarga ………. 25

5. Fungsi Keluarga ………. 26

6. Peran Keluarga ………... 27

D. Dukungan Keluarga ……… 28

1. Pengertian Dukungan Keluarga ………. 28

2. Sumber Dukungan ……….. 29

3. Jenis Dukungan ……….. 29

4. Manfaat Dukungan Keluarga ………. 31

5. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan ………. 32

(15)

xiv

D. Metode Pengumpulan Data ……….. 44

1. Jenis Data ………... 44

2. Instrumen Penelitian ………... 44

3. Prosedur Pengumpulan data .………. 47

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……….. 48

F. Pengolahan Data ………... 50

1. Editing……… 50

2. Coding ……… 50

3. EntryData……….. 50

4. CleaningData……… 51

G. Analisis Data Statistik ……….. 51

H. Etika Penelitian ……… 52

1. InformedConsent (Lembar Persetujuan) ………... 52

2. Anonymity (Tanpa Nama) ……….. 52

3. Confidentiality (Kerahasiaan) ……… 53

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian ………... 54

1. Gambaran Umum Puskesmas Pamulang ………... 54

a. Visi ………... 55

b. Misi ……….. 55

c. Motto ……… 55

d. Program Puskesmas ………. 55

2. Sumber Daya Kesehatan ……… 56

B. Hasil Analisa Univariat ……… 57

1. Gambaran Kepatuhan Minum Obat ………... 57

2. Gambaran Dukungan Keluarga ……….. 58

3. Gambaran Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi dan Instrumental ……… 58

(16)

xv

2. Hubungan Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi dan Instrumental Dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien

Tuberkulosis (TBC) ………... 62

BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat dan Bivariat ……… 65

1. Kepatuhan Minum Obat ………. 65

2. Dukungan Keluarga dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ……… 66

a. Dukungan Emosional dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ………. 67

b. Dukungan Penghargaan dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ………. 69

c. Dukungan Informasi dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ……….. 71

d. Dukungan Instrumental dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ………. 72

B. Keterbatasan Penelitian ……… 74

1. Rancangan Penelitian ………. 74

2. Instrumen Penelitian ………... 74

3. Metode Pengambilan Data ………. 75

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 76

B. Saran ………. 77

1. Untuk Pendidikan Keperawatan ……… 77

2. Untuk Puskesmas Pamulang ……….. 77

3. Untuk Peneliti Selanjutnya ………. 77

(17)

xvi

No. Tabel

Tabel 2.1 Efek Samping Ringan dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ………… 17

Tabel 2.2 Efek Samping Berat dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT) …………... 17

Tabel 3.1 Definisi Operasional ……… 37

Tabel 5.1 Gambaran Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis …….. 57

Tabel 5.2 Gambaran Dukungan Keluarga ……… 58

Tabel 5.3 Gambaran Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi dan

Instrumental ……….. 58

Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat pada

Pasien Tuberkulosis ………. 61

(18)

xvii

No. Bagan

Bagan 2.1 Kerangka Teori ………... 34

(19)

xviii 1. Surat ijin penelitian

2. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent) 3. Lembar Kuesioner

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu masalah kesehatan bagi

bangsa Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) dalam

Annual report on global TB control 2003 menyatakan terdapat 22 negara

dikategorikan sebagai hight-burden countries terhadap TBC (WHO dalam

Nisa, 2007). WHO juga memperkirakan terjadinya kasus TBC sebanyak 9

juta per tahun di seluruh dunia pada tahun 1999, dengan jumlah kematian

sebanyak 3 juta orang per tahun. Dari seluruh kematian tersebut, 25%

terjadi di negara berkembang salah satunya termasuk Indonesia (Depkes

RI, 2008).

Indonesia merupakan negara berkembang yang menyumbang penyakit

TB nomor tiga di dunia setelah India dan China. Menurut laporan nasional

dalam Riset Kesehatan Dasar 2007, tuberkulosis paru klinis tersebar di

seluruh Indonesia dengan prevalensi 12 bulan terakhir adalah 1,0%, dan 12

Provinsi diantaranya dengan prevalensi di atas angka nasional, tertinggi di

Provinsi Papua Barat (2,5%) dan terendah di Provinsi Lampung (0,3%).

Prevalensi TB paru sebanyak 20% lebih tinggi diderita laki-laki

dibandingkan perempuan (RISKESDAS, 2007). Sedangkan dalam profil

kesehatan 2007, Banten merupakan urutan nomor tiga tertinggi pada

cakupan penemuan kasus TB paru yaitu sebesar 74,62% dari angka

(21)

di Kabupaten Tangerang pada tahun 2009 didapatkan jumlah kasus TBC

Paru BTA positif diperkirakan 2638 orang, dari jumlah tersebut dilakukan

pemeriksaan dan pengobatan pada 1927 orang sehingga diperoleh Case

Detection rate (CDR) sebesar 73%, angka ini meningkat dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yaitu 71,1% (BPS Kabupaten Tangerang, 2009).

Laporan data dasar dari Dinkes Kota Tangerang Selatan (2010) di

Wilayah Kecamatan Pamulang, jumlah kasus TB paru di Puskesmas

Pamulang pada tahun 2010 didapatkan 225 orang yang sudah melakukan

pemeriksaan dan sedang menjalankan pengobatan, dari jumlah tersebut

diperkirakan 112 orang termasuk dalam kasus TB Paru BTA positif.

Saat ini pemerintah telah menyediakan panduan obat yang efektif untuk

membunuh kuman tuberkulosis dalam waktu yang relatif singkat sekitar

enam bulan secara cuma-cuma. Walaupun panduan obat yang digunakan

adalah yang paling baik, tetapi bila penderita tidak berobat dengan teratur

atau tidak memenuhi jangka pengobatan maka umumnya hasil pengobatan

akan mengecewakan, sehubungan dengan itu untuk mencapai kesembuhan

diperlukan keteraturan, kelengkapan dan kepatuhan berobat bagi setiap

penderita (Depkes RI, 2008).

Kepatuhan atau ketaatan terhadap pengobatan medis adalah suatu

kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang telah ditentukan

(Notoatmodjo, 2003). Brunner & Suddarth (2002) menyatakan bahwa

kepatuhan yang buruk atau terapi yang tidak lengkap adalah faktor yang

(22)

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga

menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.

Dukungan keluarga dan masyarakat mempunyai andil besar dalam

meningkatkan kepatuhan pengobatan yaitu dengan adanya pengawasan

dan pemberi dorongan kepada penderita (Niven, 2002).

Menurut Friedman (1998) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan

dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam

pengobatan TBC. Pemberian obat TBC menimbulkan kesembuhan klinis

yang lebih cepat dari kesembuhan bakteriologik dan keadaan ini

menyebabkan penderita mengabaikan penyakit dan pengobatannya.

Pengobatan ini tidak cukup 1-2 bulan saja tetapi memerlukan waktu lama

sehingga dapat menyebabkan penderita menghentikan pengobatannya

sebelum sembuh, apalagi bila selama pengobatan timbul efek samping.

Tanpa adanya dukungan keluarga program pengobatan TBC ini sulit

dilakukan sesuai jadwal (Depkes RI, 2007). Dalam hal ini dukungan

keluarga sangat diperlukan untuk memotivasi anggota keluarganya yang

menderita TBC untuk tetap melanjutkan pengobatan sesuai dengan anjuran

pengobatan.

Dukungan keluarga yang didapatkan seseorang akan menimbulkan

(23)

kesehatannya dengan baik. Ketika memiliki dukungan keluarga

diharapkan seseorang dapat mempertahankan kondisi kesehatan

psikologisnya dan lebih mudah menerima kondisi serta mengontrol

gejolak emosi yang timbul. Dukungan keluarga terutama dukungan yang

didapatkan dari orang terdekat akan menimbulkan ketenangan batin dan

perasaan dalam diri seseorang (Dagun, 1991).

Menurut Friedman (1998) dan Bomar (2004) ada 4 jenis dukungan

keluarga, diantaranya adalah : a. dukungan emosional, jenis dukungan ini

dilakukan melibatkan ekspresi rasa empati, peduli terhadap seseorang

sehingga memberikan perasaan nyaman, membuat individu merasa lebih

baik. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh social support jenis

ini akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang

menyenangkan pada dirinya. b. dukungan instrumental, jenis dukungan ini

mengacu pada penyediaan barang, atau jasa yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah-masalah praktis. c. dukungan informasi, jenis

dukungan ini mengacu pada pemberian nasehat, usulan, saran, petunjuk

dan pemberian informasi. d. dukungan penghargaan, jenis dukungan ini

terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif untuk individu, dorongan

maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu lain.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akmaludin (2002) dalam

skripsi yang berjudul gambaran tingkat kepatuhan berobat penderita

tuberkulosis paru di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta tahun

2002 menyatakan bahwa pasien yang merasa keluarganya kurang

(24)

Kecamatan Tanjung Priok Jakarta ternyata lebih banyak yang tidak patuh

yaitu sebanyak 55,6% dibandingkan dengan keluarganya yang mendukung

yaitu sebesar 18,9%. Tahan P. Hutapea dalam tesis yang berjudul

pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2006

didapatkan bahwa 26,9% penderita menyatakan anggota keluarga

mendorong untuk berobat secara teratur, sedangkan 73,1% penderita

menyatakan anggota keluarga kurang mendorong untuk berobat secara

teratur dan Basaria Hutabarat dalam tesis yang berjudul pengaruh faktor

internal dan eksternal terhadap kepatuhan minum obat penderita

tuberkulosis di kabupaten Asahan tahun 2007 didapatkan hasil bahwa

73,5% keluarga berperan dalam kepatuhan minum obat pada pasien

tuberkulosis dan 40,9% keluarga kurang berperan dalam kepatuhan minum

obat penderita tuberkulosis.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang

pada tanggal 16 Juni 2011, dari 10 responden yang diwawancarai

diperoleh hasil sebagai berikut, 8 (80%) orang responden patuh minum

obat dan menyatakan keluarga kurang mendukung pengobatan karena

tidak diingatkan untuk minum obat dan tidak pernah menanyakan tentang

perkembangan pengobatannya. Menurut 8 (80%) responden tersebut hal

ini terjadi karena keluarga tidak mendapatkan informasi tentang

penyakitnya. Dua (20%) dari responden yang putus obat menyatakan

dukungan keluarga kurang, bentuk dukungan keluarga yang dimaksud

(25)

Kurangnya kepatuhan minum obat salah satunya disebabkan karena

kurangnya dukungan keluarga yang diberikan kepada salah satu anggota

keluarganya yang menderita TBC. Selain hal demikian, belum

diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat yang diberikan kepada pasien TBC di Puskesmas tersebut,

serta belum pernah ada penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC) di

Puskesmas Pamulang.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan

penelitian di Puskesmas Pamulang dengan judul “Hubungan Dukungan

Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis

(TBC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan

Tahun 2011”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan alasan bahwa didapatkan 8 (80%) dari

10 orang responden patuh minum obat dan menyatakan keluarga kurang

mendukung pengobatan karena tidak diingatkan untuk minum obat dan

tidak pernah menanyakan tentang perkembangan pengobatannya dan

terdapat 2 (20%) orang dari responden yang putus obat menyatakan

dukungan keluarga kurang di Puskesmas Pamulang. Dilakukannya

penelitian ini karena belum diketahuinya hubungan antara dukungan

(26)

TBC. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota

Tangerang Selatan Tahun 2011.

C. Pertanyaan Peneliti

Melihat rumusan permasalah di atas, maka yang menjadi pertanyaan

penelitian adalah :

1. Bagaimana gambaran dukungan emosional yang diberikan keluarga

pada pasien Tuberkulosis (TBC)?

2. Bagaimana gambaran dukungan penghargaan yang diberikan keluarga

pada pasien Tuberkulosis (TBC)?

3. Bagaimana gambaran dukungan informasi yang diberikan keluarga

pada pasien Tuberkulosis (TBC)?

4. Bagaimana gambaran dukungan instrumental yang diberikan keluarga

pada pasien Tuberkulosis (TBC)?

5. Adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada pasien Tuberkulosis (TBC)?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja

Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran dukungan emosional yang diberikan

(27)

b. Mengetahui gambaran dukungan penghargaan yang diberikan

keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC).

c. Mengetahui gambaran dukungan informasi yang diberikan

keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC).

d. Mengetahui gambaran dukungan instrumental yang diberikan

keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC).

e. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC).

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Pamulang

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang objektif

mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC) khususnya bagi

Puskesmas Pamulang.

2. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu keperawatan

keluarga dalam menangani pasien Tuberkulosis (TBC) dan mengetahui

hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

pada pasien Tuberkulosis (TBC). Selain itu, diharapkan penelitian ini

dapat memperkaya dunia kepustakaan pendidikan keperawatan

Indonesia khususnya mata ajar Keperawatan Medikal Bedah dan

Keperawatan Keluarga.

(28)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi mengenai

kajian Tuberkulosis khususnya terhadap kepatuhan minum obat pada

pasien Tuberkulosis, serta dijadikan informasi untuk mengembangkan

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis (TBC)

1. Pengertian Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) sebagian besar kuman TB

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman

ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap

asam pewarnaan, oleh karena itu disebut pula Basil Tahan Asam atau

BTA (Depkes RI, 2006).

2. Penyebab Tuberkulosis (TBC)

Penyebab Tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium

tuberculosis. Kuman tersebut merupakan kelompok bakteri gram

positif, berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 µ dan tebal

0,3-0,6 µ. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid

inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan tahan

terhadap gangguan kimia dan fisik. Oleh karena itu, disebut pula

sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman tersebut dapat tahan hidup

pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan

bertahun-tahun dalam lemari es), hal ini terjadi karena kuman berada

dalam sifat dormant. Kuman yang bersifat dormant dapat bangkit

(30)

Kuman hidup didalam jaringan sebagai parasit intraseluler yakni

dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman tersebut adalah aerob.

Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada

bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain, sehingga

bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit Tuberkulosis

(Depkes RI, 2006).

3. Komplikasi Tuberkulosis (TBC)

Nisa (2007) menyatakan bahwa komplikasi yang sering terjadi

pada penderita stadium lanjut adalah sebagai berikut :

a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau

tersumbatnya jalan nafas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

c. Bronkietasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis

(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau retraktif)

pada paru.

d. Pneumothorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan,

kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain.

f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

4. Cara Penularan Tuberkulosis (TBC)

Mycobacteriumtuberculosis ditularkan dari orang ke orang melalui

(31)

menderita TB Paru batuk, maka akan dikeluarkan 3000 droplet infektif

(memiliki kemampuan menginfeksi). Partikel infeksi ini dapat

menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, bahkan dapat bertahan

berhari-hari sampai berbulan-bulan tergantung pada ada tidaknya sinar

ultra violet. Setelah kuman tuberkulosis masuk kedalam tubuh

manusia melalui pernapasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat

menyebar ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah,

sistem saluran limfe, saluran pernapasan/menyebar langsung ke

bagian-bagian tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang ditularkan dari parunya, makin tinggi derajat positif hasil

pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Hasil

pemeriksaan dahak negative (tidak terlihat kuman) maka penderita

tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi

tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan

lamanya menghirup udara tersebut. Kemungkinan seseorang menjadi

penderita tuberkulosis adalah daya tahan tubuh yang rendah

(Budianto, 2003).

Tidak semua pasien TB Paru akan menularkan penyakitnya, pasien

TB Paru yang dapat menularkan penyakitnya ke orang lain adalah

seseorang pasien yang pada pemeriksaan dahak secara mikroskopik

ditemukan BTA sekurang-kurangnya 2 kali dari 3 kali pemeriksaan

atau disebut BTA Positif. Seorang pasien TB yang pada pemeriksaan

(32)

pemeriksaan radiologi ditemukan kelainan yang mengarah pada TB

aktif maka disebut BTA Negatif, BTA Negatif yang telah diobati

selama 2 minggu kecil kemungkinannya menularkan penyakitnya ke

orang lain. BTA Negatif diperkirakan akan menjadi BTA Positif

dalam jangka waktu 2 tahun bila tidak diobati (Depkes RI, 2007).

5. Perjalanan Penyakit Tuberkulosis (TBC)

a. Tuberkulosis primer (infeksi primer)

Tuberkulosis primer terjadi pada individu yang tidak

mempunyai imunitas sebelumnya terhadap Mycobacterium

tuberculosis. Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman

dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam

udara. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali

dengan kuman tuberkulosis (Irman, 2007). Infeksi dimulai saat

kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara

pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan terjadinya infeksi

sampai pembentukan komplek primer adalah 4-6 minggu. Adanya

infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi

tuberculin dari negative menjadi positif (Nisa, 2007). Menurut

Soeparman (2005) komplek primer ini selanjutnya dapat

berkembang menjadi beberapa bagian :

1) Sembuh sama sekali tanpa menimbulkan cacat

2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas tanpa garis-garis

fibrotic, klasifikasi di hilus atau sarang.

(33)

(a)Perkontinuiatum yakni dengan menyebar ke sekitarnya.

(b)Secara bronkogen ke paru sebelahnya, kuman tertelan

bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.

(c)Secara limfogen ke organ tubuh lainnya.

(d)Secara hematogen ke organ tubuh lainnya.

b. Tuberkulosis pasca primer

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa

bulan/tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan

tubuh menurun akibat infeksi HIV/status gizi yang buruk. Ciri khas

dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas

dengan terjadinya kavitas/efusi pleura (Nisa, 2007).

6. Gejala dan Diagnosis Tuberkulosis (TBC)

a. Gejala Tuberkulosis

Gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak

selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala

tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,

badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,

malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam

meriang lebih dari satu bulan (Nisa, 2007).

b. Diagnosis Tuberkulosis

Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakan

dengan ditemukannya BTA (Basil Tahan Asam) pada pemeriksaan

dahak secara mikroskopis selain tidak memerlukan biaya mahal,

(34)

merupakan teknologi diagnostik yang paling sesuai karena

mengidentifikasikan derajat penularan. Hasil pemeriksaan

dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS

(sewaktu-pagi-sewaktu) BTA hasilnya positif (Depkes RI, 2006).

7. Pencegahan Tuberkulosis (TBC)

Menurut Purworejo (2007) pencegahan tuberkulosis dapat berupa :

a. Hindari saling berhadapan saat berbicara dengan penderita.

b. Cuci alat makan dengan desinfektan (misalnya : lysol, kreolin dan

lain-lain yang dapat diperoleh di apotik), atau jika tidak yakin

pisahkan alat makan penderita.

c. Olah raga teratur untuk menjaga daya tahan tubuh.

d. Memberikan penjelasan pada penderita untuk menutup mulut

dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah atau

mengeluarkan dahak di sembarang tempat dan menyediakan

tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dan

mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

8. Pengobatan Tuberkulosis (TBC)

Menurut Depkes RI (2006), penderita TBC harus diberikan Obat

Anti Tuberkulosis (OAT) yang terdiri dari kombinasi beberapa obat.

Diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Isoniasid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh

kuman 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama

(35)

metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis

harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan

intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.

b. Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant

(persister) yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10

mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun

intermiten 3 kali seminggu.

c. Pirasinamid (Z)

Bersifat bakterisid, yang dapat membunuh kuman yang berada

dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25

mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali

seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.

d. Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB

sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan

dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya

0,75g/hari, sedangkan untuk berumur 60 atau lebih diberikan

0,50g/hari.

e. Etambutol (E)

Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15

mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali

(36)

9. Efek Samping Obat

Sebagian besar penderita Tuberkulosis dapat menyelesaikan

pengobatan tanpa efek samping, namun sebagian kecil dapat mengalami

efek samping. Oleh karena itu pemantauan efek samping diperlukan

selama pengobatan dengan cara :

a. Menjelaskan kepada pasien tanda-tanda efek samping obat

b. Menanyakan adanya gejala efek samping pada waktu penderita

mengambil obat.

Tabel 2.1 Efek Samping Ringan dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat Efek Samping Penanganan

Rifampisin

Tidak ada nafsu makan, mual, sakit

perut, warna kemerahan pada air

seni (urine)

Perlu penjelasan kepada

penderita dan obat

diminum malam sebelum

tidur

Pirasinamid Nyeri sendi Beri aspirin

INH Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki

Beri vitamin B

6 (piridoxin)

100mg per hari

Tabel 2.2 Efek Samping Berat dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat Efek Samping Penanganan

Streptomisin Tuli, gangguan keseimbangan Streptomisin dihentikan,

ganti Etambutol

(37)

Rifampisin Purpura dan rejatan (syok) Hentikan Rifampisin

Semua jenis OAT Gatal dan kemerahan kulit Diberi antihistamin

Hampir semua OAT Ikterus tanpa panyebab lain,

Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat

pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan

oleh dokternya atau orang lain (Smet, 1994).

Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis

dari dokter yang mengobatinya (Caplan, 1997). Menurut Haynes

(1997), kepatuhan adalah secara sederhana sebagai perluasan perilaku

individu yang berhubungan dengan minum obat, mengikuti diet dan

merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk medis.

Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai

dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan (Niven,

2002). Sedangkan Gabit (1999) mendefinisikan kepatuhan atau

ketaatan terhadap pengobatan medis adalah suatu kepatuhan pasien

terhadap pengobatan yang telah ditentukan.

Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan

(38)

6 bulan sampai 9 bulan. Penderita dikatakan lalai jika tidak datang

lebih dari 3 hari sampai 2 bulan dari tanggal perjanjian dan dikatakan

Droup Out jika lebih dari 2 bulan berturut-turut tidak datang berobat

setelah dikunjungi petugas kesehatan (Depkes RI, 2000).

Menurut Cuneo dan Snider (1999) pengobatan yang memerlukan

jangka waktu yang panjang akan memberikan pengaruh-pengaruh

pada penderita seperti :

a. Merupakan suatu tekanan psikologis bagi seorang penderita tanpa

keluhan atau gejala penyakit saat dinyatakan sakit dan harus

menjalani pengobatan sekian lama.

b. Bagi penderita dengan keluhan atau gejala penyakit setelah

menjalani pengobatan 1-2 bulan atau lebih, keluhan akan segera

berkurang atau hilang sama sekali penderita akan merasa sembuh

dan malas untuk meneruskan pengobatan kembali.

c. Datang ke tempat pengobatan selain waktu yang tersisa juga

menurunkan motivasi yang akan semakin menurun dengan

lamanya waktu pengobatan.

d. Pengobatan yang lama merupakan beban dilihat dari segi biaya

yang harus dikeluarkan.

e. Efek samping obat walaupun ringan tetap akan memberikan rasa

tidak nyaman terhadap penderita.

f. Sukar untuk menyadarkan penderita untuk terus minum obat

(39)

Karena jangka waktu yang ditetapkan lama maka terdapat beberapa

kemungkinan pola kepatuhan penderita yaitu penderita berobat teratur

dan memakai obat secara teratur, penderita tidak berobat secara teratur

(defaulting) atau penderita sama sekali tidak patuh dalam pengobatan

yaitu putus berobat atau droupout (Depkes RI, 2006). Oleh karena itu

menurut Cramer (2001) kepatuhan penderita dapat dibedakan menjadi

:

a. Kepatuhan penuh (Totalcompliance)

Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur

sesuai batas waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh memakai

obat secara teratur sesuai petunjuk.

b. Penderita yang sama sekali tidak patuh (Noncompliance)

Yaitu penderita yang putus berobat atau tidak menggunakan obat

sama sekali.

2. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2005) bahwa kepatuhan

penderita TBC minum obat secara teratur adalah merupakan tindakan

yang nyata dalam bentuk kegiatan yang dapat dipengaruhi oleh faktor

dalam diri penderita (faktor internal) maupun dari luar (eksternal).

Faktor internal yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan. Sedangkan faktor

eksternal yaitu, dukungan keluarga, peran petugas, lama minum obat,

efek samping obat, tersedianya obat serta jarak tempat tinggal yang

(40)

Sementara itu menurut Niven (2002) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan adalah :

a. Faktor penderita atau individu

1)Sikap atau motivasi individu ingin sembuh

Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dari individu

sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan

kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol

penyakitnya.

2)Keyakinan

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani

kehidupan. Penderita yang berpegangan teguh terhadap

keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah

putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara

perilaku akan lebih baik. Kemampuan untuk melakukan kontrol

penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita,

dimana penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih

tabah terhadap anjuran dan larangan jika mengetahui akibatnya

(Niven, 2002).

b. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang

paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa

senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari

(41)

kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola

penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti

saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang

pengelolaan penyakitnya (Niven, 2002).

c. Dukungan sosial

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari

anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam

kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat

mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan

dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan (Niven, 2002).

d. Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat

mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama

berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru

tersebut merupakan hal penting, begitu juga mereka dapat

mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan

antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara

terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien

yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya

(Niven, 2002).

Pengobatan dilakukan setiap hari dan dalam jangka panjang,

sehingga kepatuhan minum obat (adherence) juga sering menjadi

(42)

yang tidak rutin terbukti telah menyebabkan resistensi obat yang dapat

menyebabkan kegagalan pengobatan (Depkes RI, 2006).

C. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah bentuk sosial yang utama yang merupakan tempat

untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit (Campbell,

1994 dalam Potter & Perry, 2005). Sedangkan menurut Friedman

(1998) keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh

ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang

mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.

Adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seseorang

anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada

sistem keluarga, khususnya pada struktur perannya dan pelaksanaan

fungsi-fungsi keluarga. Sebaliknya, efek menghancurkan, secara

negatif bisa mempengaruhi hasil dari upaya-upaya pemulihan atau

rehabilitasi (Friedman, 1998).

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Menurut Friedman (1998), terdapat struktur kekuatan keluarga yaitu

terdiri dari pola dan proses komunikasi dalam keluarga, struktur peran,

struktur kekuatan keluarga dan nilai-nilai dalam keluarga. Keluarga

yang mempunyai struktur kekuatan keluarga yang masing-masing

berjalan dengan baik maka sistem didalamnya akan berjalan dengan

(43)

a. Tipe struktur kekuatan:

1) Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang

tua terhadap anak).

2) Referent power (seseorang yang ditiru).

3) Resource or expert power (pendapat ahli).

4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang

akan diterima).

5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya).

6) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses

persuasi).

7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi

dengan cinta kasih).

b. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara

sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam suatu

budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan

pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah

pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai

dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang

dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk

menyelesaikan masalah (Friedman, 1998).

3. Sistem Keluarga

Keluarga dipandang sebagai sistem sosial terbuka yang ada dan

(44)

masyarakat (misalnya : politik, agama, sekolah dan pemberian

pelayanan kesehatan). Sistem keluarga terdiri dari bagian yang saling

berhubungan (anggota keluarga) yang membentuk berbagai macam

pola interaksi (subsistem). Seperti pada seluruh sistem, sistem

keluarga mempunyai tujuan yang berbeda berdasarkan tahapan dalam

siklus hidup keluarga, nilai keluarga dan kepedulian individual

anggota keluarga (Friedman, 1998).

4. Tugas Kesehatan Keluarga

Menurut Friedman (1998), keluarga dipandang sebagai suatu

sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga

dapat mempengaruhi seluruh sistem. Keluarga juga sebagai suatu

kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau

memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. Untuk

itu, keluarga mempunyai beberapa tugas kesehatan yang harus

dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan anggota keluarga,

yaitu :

a. Mengenal gangguan kesehatan setiap anggotanya : keluarga

mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang

mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b. Mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat : keluarga

mengetahui mengenai sifat dan luasnya masalah sehingga keluarga

mampu mengambil keputusan yang tepat untuk menyelesaikan

(45)

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya ketika sakit :

keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, manfaat

pemeliharaan lingkungan, pentingnya sikap keluarga terhadap

pemeliharaan kesehatan.

d. Mempertahankan suasana yang menguntungkan untuk kesehatan.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga

dan lembaga kesehatan.

5. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman et.al (2003), terdapat lima fungsi dasar keluarga

yaitu fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan

keluarga.

a. Fungsi afektif : berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan

psikososial keluarga. Setiap anggota keluarga akan

mengembangkan sikap saling menghormati, saling menyayangi

dan mencintai, dan akan mempertahankan hubungan yang akrab

dan intim sesama anggota keluarga sehingga masing-masing

anggota keluarga akan dapat mengembangkan konsep diri yang

positif. Kebahagiaan dan kegembiraan mengindikasikan bahwa

fungsi afektif keluarga berhasil dicapai.

b. Fungsi sosialisasi : adalah proses perkembangan dan perubahan

yang dilalui individu sepanjang kehidupannya, sebagai respon

terhadap situasi yang terpola dari lingkungan sosial. Fungsi ini

(46)

sesama anggota keluarga. Sehingga masing-masing anggota

keluarga mampu menerima suatu tugas dan peran dalam keluarga.

c. Fungsi reproduksi : keluarga berfungsi untuk menjaga

kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk menyediakan

sumber-sumber ekonomi yang memadai dan mengalokasikan

sumber-sumber dana atau keuangan yang cukup, maka tidak jarang

keluarga tidak membawa penderita ke pelayanan kesehatan.

e. Fungsi perawatan kesehatan adalah bagaimana kemampuan

keluarga untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada

pasien dan kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit.

6. Peran Keluarga

Menurut Friedman et.al (2003), peran keluarga dibagi menjadi dua

bagian peran yaitu, peran formal dan informal :

a. Peran formal

Peran formal keluarga antara lain provider/penyedia, pengatur

rumah tangga, perawatan anak, sosialisasi anak, rekreasi,

persaudaraan, terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif) dan

seksual.

b. Peran informal

Peran informal biasanya untuk memenuhi kebutuhan emosional

individu dan menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran

(47)

pendamai, penghalang, dominator, penyalah, pengikut, pencari

pengakuan, perawat keluarga, pioneer keluarga, koordinator

keluarga, penghubung keluarga dan saksi.

Peran keluarga dilakukan secara bersama-sama dengan anggota

dari suatu kelompok/keluarga dan tidak dilakukan secara terpisah.

Akan tetapi pada kenyataannya, terkadang peran itu berubah

seiring dengan terjadinya perubahan kondisi dan situasi. Hal ini

dapat diketahui apabila salah satu anggota keluarga sakit. Maka

dibutuhkan kemampuan keluarga dalam hal pengetahuan,

pembuatan keputusan tentang kesehatan, tindakan untuk mengatasi

penyakit atau perawatan dan penggunaan layanan kesehatan

(Friedman et.al, 2003).

D. Dukungan keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan

kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang

mana membuat penerima dukungan akan merasa disayangi, dihargai,

dan tentram (Taylor, 2006). Dukungan keluarga sangat dibutuhkan

dalam menentukan kepatuhan pengobatan, jika dukungan keluarga

diberikan pada pasien TB Paru maka akan memotivasi pasien tersebut

untuk patuh dalam pengobatannya dan meminum obat yang telah

diberikan oleh petugas kesehatan. Sejumlah orang lain yang potensial

(48)

misalnya sebagai seorang istri significant other nya adalah suami,

anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara.

Friedman (1998), berpendapat orang yang hidup dalam lingkungan

yang bersifat suportif, kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka

yang tidak memiliki lingkungan suportif. Dalam hal ini, penting sekali

bagi pasien TB Paru untuk berada dalam lingkungan keluarga yang

mendukung kesehatannya, sehingga pasien TB Paru akan selalu

terpantau kesehatannya. Dukungan keluarga mengacu kepada

dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai

suatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan bisa

digunakan atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan).

2. Sumber Dukungan

Sumber dukungan keluarga dapat berupa :

a. Dukungan keluarga internal : seperti dukungan dari suami

(memberikan kepedulian, cinta dan memberikan kenyamanan),

orang tua, mertua dan dukungan dari keluarga kandung.

b. Dukungan keluarga eksternal : yaitu dukungan keluarga eksternal

bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga).

3. Jenis Dukungan

(49)

a. Dukungan emosional : yaitu mengkomunikasikan cinta, peduli,

percaya pada anggota keluarganya (pasien TBC). Keluarga sebagai

sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan

serta membantu penguasaan terhadap emosi. Jenis dukungan ini

dilakukan melibatkan ekspresi rasa empati, peduli terhadap

seseorang sehingga memberikan perasaan nyaman, membuat

individu merasa lebih baik. Individu memperoleh kembali

keyakinan diri, merasa dimiliki serta merasa dicintai pada saat

mengalami stres. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh

social support jenis ini akan merasa lega karena diperhatikan,

mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

b. Dukungan instrumental : yaitu membantu orang secara langsung

mencakup memberi uang dan tugas rumah. Dukungan instrumental

ini mengacu pada penyediaan barang, atau jasa yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Taylor

(2006) menyatakan pemberian dukungan instrumental meliputi

penyediaan pertolongan finansial maupun penyediaan barang dan

jasa lainnya. Jenis dukungan ini relevan untuk kalangan ekonomi

rendah. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis

dan konkrit. diantaranya : kesehatan pasien TBC dalam hal

ketaatan pasien TBC dalam berobat dengan membantu biaya

berobat, istirahat, serta terhindarnya pasien TBC dari kelelahan.

c. Dukungan Informasi : aspek-aspek dalam dukungan ini adalah

(50)

informasi. Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan

tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan

untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi

yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus

pada individu. Keluarga menceritakan cara menolong agar dapat

mendefinisikan suatu informasi untuk mengetahui hal-hal untuk

orang lain. Diantaranya : memberikan nasehat terkait pentingnya

pengobatan yang sedang dijalani dan akibat dari tidak patuh dalam

minum obat.

d. Dukungan penghargaan : jenis dukungan ini terjadi lewat ungkapan

penghargaan yang positif untuk individu, dorongan maju atau

persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu lain. Dalam hal

ini keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi perpecahan masalah dan sebagai

sumber dan validator identitas keluarga. Membantu orang belajar

tentang dirinya sendiri dan menjadi seseorang pada situasi yang

sama atau pengalaman yang serupa, mirip dalam berbagai cara

penting atau membuat perasaan dirinya didukung oleh karena

berbagai gagasan dan perasaan.

4. Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi

(51)

berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian,

dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga

membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan

akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi

keluarga (Friedman, 1998).

Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik

efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari

stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara

langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan.

Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial

terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan.

Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat

terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah

sembuh dari sakit (Ryan dan Austin dalam Friedman, 1998).

5. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan

Sarafino (2006), menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan atau tidak.

Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :

b. Faktor dari penerima dukungan (recipient)

Seseorang tidak akan menerima dukungan dari orang lain jika

tidak suka bersosialisasi, tidak suka menolong orang lain, dan tidak

ingin orang lain tahu bahwa dia membutuhkan bantuan. Beberapa

orang terkadang tidak cukup asertif untuk memahami bahwa dia

(52)

bahwa dia seharusnya mandiri dan tidak mengganggu orang lain,

atau merasa tidak nyaman saat orang lain menolongnya, dan tidak

tahu kepada siapa dia harus meminta pertolongan.

c. Faktor dari pemberi dukungan (providers)

Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan kepada orang

lain ketika ia sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk menolong

orang lain, atau tengah menghadapi stress, harus menolong dirinya

sendiri, atau kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga tidak

(53)

A. Kerangka Teori

Bagan 2.3 Kerangka Teori

Berdasarkan Teori Skiner (1998), Friedman (1998) dan Bomar (2004).

(54)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, kepatuhan

seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah :

1. Variabel bebas (independen) : Dukungan keluarga dan 4 aspek

dukungan keluarga yaitu : dukungan emosional, dukungan

penghargaan, dukungan informasi dan dukungan instrumental.

2. Variabel terikat (dependen) : Kepatuhan minum obat pada pasien

Tuberkulosis.

Sedangkan variabel lain tidak diteliti. Alasan variabel lain tidak

diikutsertakan karena ada beberapa variabel yang sudah merupakan bagian

dari dukungan keluarga (sudah termasuk variabel yang diteliti).

Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan

peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang. Sehingga kerangka

(55)

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

B. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas

Pamulang 2011. Dukungan Keluarga :

- Dukungan emosional

- Dukungan penghargaan

- Dukungan informasi

- Dukungan instrumental

Kepatuhan minum obat pada pasien

(56)
(57)
(58)
(59)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan strategi pembuktian atau pengujian atas

variabel dilingkup penelitian. Jenis penelitian yang digunakan untuk

penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi

cross-sectional (potong lintang), dimana pengukuran terhadap variabel dapat

dilakukan dalam waktu bersamaan sehingga cukup efektif dan efisien

(Hidayat, 2008). Dengan metode ini diharapkan dapat diketahuinya

hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien

Tuberkulosis (TBC).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang

tahun 2011. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena di

Puskesmas Pamulang belum ada data secara rinci mengenai bentuk

dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TBC,

serta belum pernah ada penelitian mengenai hubungan dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TBC. Karena

adanya masalah yang terjadi pada pasien TBC seperti adanya pasien

TBC yang mengalami masalah tidakpatuh minum obat yang disebabkan

(60)

obat, beberapa pasien yang putus obat menyatakan memiliki dukungan

keluarga yang kurang dan belum pernah ada penelitian tentang

Dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TBC

yang telah menjalani pengobatan TBC selama 3-6 bulan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Juni-12 Agustus tahun 2011.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2004 dalam Alimul Aziz, 2008). Populasi pada penelitian

ini adalah pasien TBC yang sudah menjalani pengobatan TBC.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien TBC

yang berobat di Puskesmas Pamulang, dengan kriteria :

a. Semua pasien TBC yang telah menjalani pengobatan TBC selama

3-6 bulan di Puskesmas Pamulang.

b. Bersedia dijadikan responden.

c. Dapat berkomunikasi dengan baik.

(61)

e. Tidak terganggu pendengaran dan penglihatannya

3. Teknik Pengambilan Sampel

Tehnik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel

yang digunakan dalam penelitan dari populasi yang ada, sehingga

jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat,

2008). Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah tehnik Simple random Sampling yaitu pengambilan secara acak

pasien TBC yang berkunjung ke Puskesmas Pamulang, kemudian

mengisi kuesioner. Sampel ditentukan secara acak sederhana dimana

setiap pasien TBC memiliki peluang yang sama untuk terpilih, sehingga

akan didapatkan sampel yang representatif.

4. Besar Sampel

Untuk menentukan besar sampel, peneliti menggunakan rumus uji

hipotesis beda dua proporsi sebagai berikut :

n = √ ̅ ̅ √

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Z1- /2 = 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval

dengan ( ) sebesar 5%)

Z 1- = 0,84 (Kekuatan uji sebesar 80%)

P1 = 0,73 (proporsi keluarga berperan dalam kepatuhan minum obat

(62)

P2 = 0,40 (proporsi keluarga kurang berperan dalam kepatuhan

minum obat dari penelitian yang dilakukan oleh Basaria Hutabarat

tahun 2007)

P = (P1 + P2)/2 = (0,73 + 0,40)/2 = 0,56

n = √ ̅ ̅ √

=

√ √

= √ √

= √ √

=

=

= 30,85654046 = 31 responden

Karena penelitian ini menggunakan uji beda dua proporsi maka

jumlah sampel dikalikan dua, sehingga sampel yang terpilih sebanyak

62 orang. Untuk menghindari sampel yang drop out dan sebagai

cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel

minimal.

(63)

Total = 62 orang + 6 orang = 68 responden

Jadi, jumlah sampel keseluruhan responden yang diambil untuk

keperluan penelitian ini adalah 68 responden.

D. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data

sekunder. Pengumpulan data primer yang diperoleh dengan cara

mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner tentang dukungan

keluarga yang akan dijawab oleh pasien Tuberkulosis (TBC), lembar

observasi untuk mengukur kepatuhan minum obat. Tabel observasi

yang terdiri dari : tanggal, tahap pengobatan, jumlah obat yang

diberikan, tanggal harus kembali dan sisa obat. Sedangkan data

sekunder didapatkan dari puskesmas melalui buku register pasien

Tuberkulosis (TBC) sebagai data dasar dalam menentukan sasaran

pasien yang akan diberikan kuesioner.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar

memperkuat hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah dibuat oleh

peneliti dan mengacu pada kepustakaan yang terdiri atas beberapa

pertanyaan di mana responden mengisi kuesioner sendiri atau dengan

Gambar

Tabel 2.1 Efek Samping Ringan dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ………… 17
Tabel 2.2 Efek Samping Berat dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
tabel kontingensi.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang “ Pemetaan Kepatuhan Minum Obat Tuberkulosis Paru Berdasarkan Dukungan Keluarga (Studi pada penderita

Pernyataan tersebut bila dikaitkan dengan kepatuhan minum obat anti tuberkulosis pada pasien TB paru dewasa yang tidak patuh dalam minum obat anti tuberkulosis akan susah

Berdasarkan hasil penelitian dinya- takan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit

1) Dukungan keluarga yang diberikan keluarga terhadap pasien Skizofrenia sebagian besarnya tergolong baik. 2) Kepatuhan minum obat pada pasien Skizofrenia mayoritas

pekerjaan) mempengaruhi kepatuhan pasien minum obat tuberkulosis paru. apakah terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan

Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap pasien, motivasi pasien, dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis paru

2-tailed menunjukkan nilai p= 0,016 < 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat pasien hipertensi di Puskesmas Airmadidi Kabupaten

v ABSTRAK Nama : Rizki Amanah Program Studi : Kedokteran Judul : Hubungan Antara Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis OAT Dengan kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis Paru