KERJA PUSKESMAS PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011
Skripsi Diajukan sebagai Tugas Akhir untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH : MARIA ULFAH NIM : 106104003497
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
KERJA PUSKESMAS PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011
OLEH : MARIA ULFAH NIM : 106104003497
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
iii
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011
Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh : Nama : Maria Ulfah
NIM : 106104003497
v Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2013
vi Nama : Maria Ulfah
TTL : Tangerang, 01 Maret 1989
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : JL. Raya Serang Rt 003/01 KM. 13,8 No. 111 Kec. Cikupa, Tangerang 15710
E-mail : Paul_psik@yahoo.co.id
PENDIDIKAN FORMAL
1994 – 2000 : SDN Cirewed 1
2000 – 2003 : Madrasah Tsanawiyah Al-Falahiyah 132 (Tangerang)
2003 – 2006 : Madrasah Aliyah Al-Falahiyah 132 (Tangerang)
2006 – 2013 : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDIDIKAN NON FORMAL
1995 – 2000 : Madrasah Ibtidaiyah Thoriqotul Huda (Tangerang)
2000 – 2006 : Pondok Pesantren Al-Falahiyah 132 (Tangerang)
vii
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1.
Kedua orang tuaku, Setiap tetesan keringat, pengorbanan, cinta, kasih
sayang, pelajaran hidup serta do’a tulus kepada ananda seperti air yang
yang pernah berhenti terus mengalir telah Bapak dan Ibu berikan
2.
My family, kakakQ Sueb dan Suherman, ade2Q Aep dan Febti. Terima
kasih atas do’
a dan motivasi yang tak terbatas.
3.
Dosen-dosenku di PSIK, terimakasih telah membimbing, memberi arahan
pada penulis dan membekali penulis dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat
bagi penulis, jasamu tiada tara.
4.
Teman-teman PSIK 2006 yang tidak bisa penulis sebutkan namanya
satu persatu, terimakasih atas do’a, support, bantuan dan kebersamaan
viii Skripsi, Juli 2013
Maria Ulfah, NIM : 106104003497
Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis (TBC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011
xv + 75 Halaman + 5 Tabel + 5 Lampiran
ABSTRAK
Pengobatan Tuberkulosis (TBC) memerlukan waktu lama sehingga dukungan keluarga penting diberikan dan salah satu yang dapat disebabkan karena kurangnya dukungan keluarga adalah kurangnya kepatuhan minum obat. Belum adanya penelitian yang menggambarkan dukungan keluarga membuat peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain Cross-sectional. Sampel berjumlah 68 pasien Tuberkulosis yang sudah menjalani pengobatan selama 3-6 bulan. Teknik pengambilan sampel secara Simple Random Sampling. Penelitian dilakukan di Puskesmas Pamulang tanggal 30 Juni sampai 12 Agustus 2011. Pengumpulan data dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk melihat dukungan keluarga, sedangkan untuk melihat kepatuhan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh peneliti saat berkunjung kerumah pasien untuk memastikan jumlah obat yang tersisa. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat (chi square, regresi logistik sederhana dan uji korelasi) pada : 0,05.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir sebagian besar pasien Tuberkulosis, yaitu 54 responden (79.4%) patuh minum obat. Berdasarkan analisis bivariat menunjukan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis ( P value=1,000).
Peneliti menyarankan pada petugas kesehatan untuk memberikan pengarahan dan informasi kepada pasien Tuberkulosis, diharapkan pengarahan dan informasi mengenai penyakit Tuberkulosis tersebut juga diberikan kepada keluarga.
Kata kunci : Dukungan Keluarga, Tuberkulosis dan Kepatuhan minum obat
ix Undergraduated Thesis, July 2013
Maria Ulfah, Id : 106104003497
The Related of Family Support with The Medication Adherence In Tuberculosis Patients (TB) in the Work Area of Pamulang Health Center, City of South Tangerang in 2011.
xv + 78 Pages + 5 Tables + 5 Attachments
ABSTRACT
Treatment of Tuberculosis (TB) takes a long time, therefore a family support is important to given and one that can be caused due to the lack of family support is the lack compliance on medication. Yet the existence of research that illustrates family support makes the researches interested in that research.
This research is quantitative with Cross-sectional design. The total sample is 68 Tuberculosis patients who have undergone treatment for 3-6 months. This Research used Simple Random Sampling which conducted at the Pamulang health center from June 30 until August 12, 2011. The collection of data was by delivering questionnaires to respondents to see family support, whereas to see the compliance is using the observation sheets which is completed by researchers during a visit home patients to ensure the amount of drug remaining. The analysis of the data used is the univariate and bivariate analysis (chi square, simple logistic regression and correlation test) at : 0.05.
The result showed that most TB patients, 54 respondents (79.4%) are medication adherence. Based on bivariate analysis showed no relationship between family support with medication adherence in tuberculosis patients (P value = 1.000).
Researcher suggest the health workers to provide guidance and information to Tuberculosis patients and expected the directions and informations about Tuberculosis disease is also given to the family.
x
Senandung puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah yang maha Rahman seiring dengan selesainya proses penulisan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi akhir zaman, nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Skripsi dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Minum Obat pada Pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas
Pamulang Tangerang Selatan Tahun 2011” disusun sebagai persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyusunan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi dan semangat. Untuk itu penulis merasa pantas berterima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Keluarga tercinta, Ayahanda Madsupi, Ibunda Siti Munawaroh, kakakQ
Sueb dan Suherman, ade2Q Aep dan Febti. Terima kasih atas do’a dan
motivasi yang tak terbatas.
2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Waras Utomo, selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ita Yuanita, selaku Dosen Pembimbing I, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. 5. Ibu Yuli Amran, selaku Dosen Pembimbing II, yang senantiasa
xi
Hidayatullah Jakarta, yang telah membagikan ilmunya sehingga penulis bisa menjadi seperti sekarang ini.
7. Kepala Puskesmas Pamulang beserta staff, yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
8. Kepala Puskesmas Ciputat beserta staff, yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
9. Ibu Nur, selaku ketua bagian Paru di Puskesmas Pamulang, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penelitian.
10.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca lain.
Jakarta, Juli 2013
xii
DAFTAR LAMPIRAN ……….... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………... 1
B. Rumusan Masalah ……….. 6
C. Pertanyaan Peneliti ………. 7
D. Tujuan Penelitian ………... 7
E. Manfaat Penelitian ………. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis (TBC) ………. 10
1. Pengertian Tuberkulosis (TBC) ………. 10
2. Penyebab Tuberkulosis (TBC) ………... 10
3. Komplikasi Tuberkulosis (TBC) ……… 11
4. Cara Penularan Tuberkulosis (TBC) ……….. 11
5. Perjalanan Penyakit Tuberkulosis (TBC) ………... 13
6. Gejala dan Diagnosis Tuberkulosis (TBC) ……… 14
xiii
B. Kepatuhan ……… 18
1. Pengertian Kepatuhan ……… 18
2. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan ……….. 20
C. Konsep Keluarga ……….. 23
1. Pengertian Keluarga ………... 23
2. Struktur Kekuatan Keluarga ………... 23
3. Sistem Keluarga ………. 24
4. Tugas Kesehatan Keluarga ………. 25
5. Fungsi Keluarga ………. 26
6. Peran Keluarga ………... 27
D. Dukungan Keluarga ……… 28
1. Pengertian Dukungan Keluarga ………. 28
2. Sumber Dukungan ……….. 29
3. Jenis Dukungan ……….. 29
4. Manfaat Dukungan Keluarga ………. 31
5. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan ………. 32
xiv
D. Metode Pengumpulan Data ……….. 44
1. Jenis Data ………... 44
2. Instrumen Penelitian ………... 44
3. Prosedur Pengumpulan data .………. 47
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……….. 48
F. Pengolahan Data ………... 50
1. Editing……… 50
2. Coding ……… 50
3. EntryData……….. 50
4. CleaningData……… 51
G. Analisis Data Statistik ……….. 51
H. Etika Penelitian ……… 52
1. InformedConsent (Lembar Persetujuan) ………... 52
2. Anonymity (Tanpa Nama) ……….. 52
3. Confidentiality (Kerahasiaan) ……… 53
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian ………... 54
1. Gambaran Umum Puskesmas Pamulang ………... 54
a. Visi ………... 55
b. Misi ……….. 55
c. Motto ……… 55
d. Program Puskesmas ………. 55
2. Sumber Daya Kesehatan ……… 56
B. Hasil Analisa Univariat ……… 57
1. Gambaran Kepatuhan Minum Obat ………... 57
2. Gambaran Dukungan Keluarga ……….. 58
3. Gambaran Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi dan Instrumental ……… 58
xv
2. Hubungan Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi dan Instrumental Dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien
Tuberkulosis (TBC) ………... 62
BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat dan Bivariat ……… 65
1. Kepatuhan Minum Obat ………. 65
2. Dukungan Keluarga dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ……… 66
a. Dukungan Emosional dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ………. 67
b. Dukungan Penghargaan dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ………. 69
c. Dukungan Informasi dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ……….. 71
d. Dukungan Instrumental dan Hubungannya dengan Kepatuhan Minum Obat ………. 72
B. Keterbatasan Penelitian ……… 74
1. Rancangan Penelitian ………. 74
2. Instrumen Penelitian ………... 74
3. Metode Pengambilan Data ………. 75
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 76
B. Saran ………. 77
1. Untuk Pendidikan Keperawatan ……… 77
2. Untuk Puskesmas Pamulang ……….. 77
3. Untuk Peneliti Selanjutnya ………. 77
xvi
No. Tabel
Tabel 2.1 Efek Samping Ringan dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ………… 17
Tabel 2.2 Efek Samping Berat dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT) …………... 17
Tabel 3.1 Definisi Operasional ……… 37
Tabel 5.1 Gambaran Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis …….. 57
Tabel 5.2 Gambaran Dukungan Keluarga ……… 58
Tabel 5.3 Gambaran Dukungan Emosional, Penghargaan, Informasi dan
Instrumental ……….. 58
Tabel 5.4 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Pasien Tuberkulosis ………. 61
xvii
No. Bagan
Bagan 2.1 Kerangka Teori ………... 34
xviii 1. Surat ijin penelitian
2. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent) 3. Lembar Kuesioner
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu masalah kesehatan bagi
bangsa Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) dalam
Annual report on global TB control 2003 menyatakan terdapat 22 negara
dikategorikan sebagai hight-burden countries terhadap TBC (WHO dalam
Nisa, 2007). WHO juga memperkirakan terjadinya kasus TBC sebanyak 9
juta per tahun di seluruh dunia pada tahun 1999, dengan jumlah kematian
sebanyak 3 juta orang per tahun. Dari seluruh kematian tersebut, 25%
terjadi di negara berkembang salah satunya termasuk Indonesia (Depkes
RI, 2008).
Indonesia merupakan negara berkembang yang menyumbang penyakit
TB nomor tiga di dunia setelah India dan China. Menurut laporan nasional
dalam Riset Kesehatan Dasar 2007, tuberkulosis paru klinis tersebar di
seluruh Indonesia dengan prevalensi 12 bulan terakhir adalah 1,0%, dan 12
Provinsi diantaranya dengan prevalensi di atas angka nasional, tertinggi di
Provinsi Papua Barat (2,5%) dan terendah di Provinsi Lampung (0,3%).
Prevalensi TB paru sebanyak 20% lebih tinggi diderita laki-laki
dibandingkan perempuan (RISKESDAS, 2007). Sedangkan dalam profil
kesehatan 2007, Banten merupakan urutan nomor tiga tertinggi pada
cakupan penemuan kasus TB paru yaitu sebesar 74,62% dari angka
di Kabupaten Tangerang pada tahun 2009 didapatkan jumlah kasus TBC
Paru BTA positif diperkirakan 2638 orang, dari jumlah tersebut dilakukan
pemeriksaan dan pengobatan pada 1927 orang sehingga diperoleh Case
Detection rate (CDR) sebesar 73%, angka ini meningkat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yaitu 71,1% (BPS Kabupaten Tangerang, 2009).
Laporan data dasar dari Dinkes Kota Tangerang Selatan (2010) di
Wilayah Kecamatan Pamulang, jumlah kasus TB paru di Puskesmas
Pamulang pada tahun 2010 didapatkan 225 orang yang sudah melakukan
pemeriksaan dan sedang menjalankan pengobatan, dari jumlah tersebut
diperkirakan 112 orang termasuk dalam kasus TB Paru BTA positif.
Saat ini pemerintah telah menyediakan panduan obat yang efektif untuk
membunuh kuman tuberkulosis dalam waktu yang relatif singkat sekitar
enam bulan secara cuma-cuma. Walaupun panduan obat yang digunakan
adalah yang paling baik, tetapi bila penderita tidak berobat dengan teratur
atau tidak memenuhi jangka pengobatan maka umumnya hasil pengobatan
akan mengecewakan, sehubungan dengan itu untuk mencapai kesembuhan
diperlukan keteraturan, kelengkapan dan kepatuhan berobat bagi setiap
penderita (Depkes RI, 2008).
Kepatuhan atau ketaatan terhadap pengobatan medis adalah suatu
kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang telah ditentukan
(Notoatmodjo, 2003). Brunner & Suddarth (2002) menyatakan bahwa
kepatuhan yang buruk atau terapi yang tidak lengkap adalah faktor yang
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga
menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.
Dukungan keluarga dan masyarakat mempunyai andil besar dalam
meningkatkan kepatuhan pengobatan yaitu dengan adanya pengawasan
dan pemberi dorongan kepada penderita (Niven, 2002).
Menurut Friedman (1998) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam
pengobatan TBC. Pemberian obat TBC menimbulkan kesembuhan klinis
yang lebih cepat dari kesembuhan bakteriologik dan keadaan ini
menyebabkan penderita mengabaikan penyakit dan pengobatannya.
Pengobatan ini tidak cukup 1-2 bulan saja tetapi memerlukan waktu lama
sehingga dapat menyebabkan penderita menghentikan pengobatannya
sebelum sembuh, apalagi bila selama pengobatan timbul efek samping.
Tanpa adanya dukungan keluarga program pengobatan TBC ini sulit
dilakukan sesuai jadwal (Depkes RI, 2007). Dalam hal ini dukungan
keluarga sangat diperlukan untuk memotivasi anggota keluarganya yang
menderita TBC untuk tetap melanjutkan pengobatan sesuai dengan anjuran
pengobatan.
Dukungan keluarga yang didapatkan seseorang akan menimbulkan
kesehatannya dengan baik. Ketika memiliki dukungan keluarga
diharapkan seseorang dapat mempertahankan kondisi kesehatan
psikologisnya dan lebih mudah menerima kondisi serta mengontrol
gejolak emosi yang timbul. Dukungan keluarga terutama dukungan yang
didapatkan dari orang terdekat akan menimbulkan ketenangan batin dan
perasaan dalam diri seseorang (Dagun, 1991).
Menurut Friedman (1998) dan Bomar (2004) ada 4 jenis dukungan
keluarga, diantaranya adalah : a. dukungan emosional, jenis dukungan ini
dilakukan melibatkan ekspresi rasa empati, peduli terhadap seseorang
sehingga memberikan perasaan nyaman, membuat individu merasa lebih
baik. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh social support jenis
ini akan merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya. b. dukungan instrumental, jenis dukungan ini
mengacu pada penyediaan barang, atau jasa yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah praktis. c. dukungan informasi, jenis
dukungan ini mengacu pada pemberian nasehat, usulan, saran, petunjuk
dan pemberian informasi. d. dukungan penghargaan, jenis dukungan ini
terjadi lewat ungkapan penghargaan yang positif untuk individu, dorongan
maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu lain.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akmaludin (2002) dalam
skripsi yang berjudul gambaran tingkat kepatuhan berobat penderita
tuberkulosis paru di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta tahun
2002 menyatakan bahwa pasien yang merasa keluarganya kurang
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta ternyata lebih banyak yang tidak patuh
yaitu sebanyak 55,6% dibandingkan dengan keluarganya yang mendukung
yaitu sebesar 18,9%. Tahan P. Hutapea dalam tesis yang berjudul
pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum Obat Anti
Tuberkulosis (OAT) di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tahun 2006
didapatkan bahwa 26,9% penderita menyatakan anggota keluarga
mendorong untuk berobat secara teratur, sedangkan 73,1% penderita
menyatakan anggota keluarga kurang mendorong untuk berobat secara
teratur dan Basaria Hutabarat dalam tesis yang berjudul pengaruh faktor
internal dan eksternal terhadap kepatuhan minum obat penderita
tuberkulosis di kabupaten Asahan tahun 2007 didapatkan hasil bahwa
73,5% keluarga berperan dalam kepatuhan minum obat pada pasien
tuberkulosis dan 40,9% keluarga kurang berperan dalam kepatuhan minum
obat penderita tuberkulosis.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang
pada tanggal 16 Juni 2011, dari 10 responden yang diwawancarai
diperoleh hasil sebagai berikut, 8 (80%) orang responden patuh minum
obat dan menyatakan keluarga kurang mendukung pengobatan karena
tidak diingatkan untuk minum obat dan tidak pernah menanyakan tentang
perkembangan pengobatannya. Menurut 8 (80%) responden tersebut hal
ini terjadi karena keluarga tidak mendapatkan informasi tentang
penyakitnya. Dua (20%) dari responden yang putus obat menyatakan
dukungan keluarga kurang, bentuk dukungan keluarga yang dimaksud
Kurangnya kepatuhan minum obat salah satunya disebabkan karena
kurangnya dukungan keluarga yang diberikan kepada salah satu anggota
keluarganya yang menderita TBC. Selain hal demikian, belum
diketahuinya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat yang diberikan kepada pasien TBC di Puskesmas tersebut,
serta belum pernah ada penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC) di
Puskesmas Pamulang.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian di Puskesmas Pamulang dengan judul “Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis
(TBC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan
Tahun 2011”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan alasan bahwa didapatkan 8 (80%) dari
10 orang responden patuh minum obat dan menyatakan keluarga kurang
mendukung pengobatan karena tidak diingatkan untuk minum obat dan
tidak pernah menanyakan tentang perkembangan pengobatannya dan
terdapat 2 (20%) orang dari responden yang putus obat menyatakan
dukungan keluarga kurang di Puskesmas Pamulang. Dilakukannya
penelitian ini karena belum diketahuinya hubungan antara dukungan
TBC. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota
Tangerang Selatan Tahun 2011.
C. Pertanyaan Peneliti
Melihat rumusan permasalah di atas, maka yang menjadi pertanyaan
penelitian adalah :
1. Bagaimana gambaran dukungan emosional yang diberikan keluarga
pada pasien Tuberkulosis (TBC)?
2. Bagaimana gambaran dukungan penghargaan yang diberikan keluarga
pada pasien Tuberkulosis (TBC)?
3. Bagaimana gambaran dukungan informasi yang diberikan keluarga
pada pasien Tuberkulosis (TBC)?
4. Bagaimana gambaran dukungan instrumental yang diberikan keluarga
pada pasien Tuberkulosis (TBC)?
5. Adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada pasien Tuberkulosis (TBC)?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja
Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran dukungan emosional yang diberikan
b. Mengetahui gambaran dukungan penghargaan yang diberikan
keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC).
c. Mengetahui gambaran dukungan informasi yang diberikan
keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC).
d. Mengetahui gambaran dukungan instrumental yang diberikan
keluarga pada pasien Tuberkulosis (TBC).
e. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC).
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Pamulang
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang objektif
mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada pasien Tuberkulosis (TBC) khususnya bagi
Puskesmas Pamulang.
2. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu keperawatan
keluarga dalam menangani pasien Tuberkulosis (TBC) dan mengetahui
hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat
pada pasien Tuberkulosis (TBC). Selain itu, diharapkan penelitian ini
dapat memperkaya dunia kepustakaan pendidikan keperawatan
Indonesia khususnya mata ajar Keperawatan Medikal Bedah dan
Keperawatan Keluarga.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi mengenai
kajian Tuberkulosis khususnya terhadap kepatuhan minum obat pada
pasien Tuberkulosis, serta dijadikan informasi untuk mengembangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis (TBC)
1. Pengertian Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman
ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pewarnaan, oleh karena itu disebut pula Basil Tahan Asam atau
BTA (Depkes RI, 2006).
2. Penyebab Tuberkulosis (TBC)
Penyebab Tuberkulosis adalah kuman Mycobacterium
tuberculosis. Kuman tersebut merupakan kelompok bakteri gram
positif, berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 µ dan tebal
0,3-0,6 µ. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik. Oleh karena itu, disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman tersebut dapat tahan hidup
pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es), hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dormant. Kuman yang bersifat dormant dapat bangkit
Kuman hidup didalam jaringan sebagai parasit intraseluler yakni
dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain kuman tersebut adalah aerob.
Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada
bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lain, sehingga
bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit Tuberkulosis
(Depkes RI, 2006).
3. Komplikasi Tuberkulosis (TBC)
Nisa (2007) menyatakan bahwa komplikasi yang sering terjadi
pada penderita stadium lanjut adalah sebagai berikut :
a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c. Bronkietasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau retraktif)
pada paru.
d. Pneumothorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan,
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain.
f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
4. Cara Penularan Tuberkulosis (TBC)
Mycobacteriumtuberculosis ditularkan dari orang ke orang melalui
menderita TB Paru batuk, maka akan dikeluarkan 3000 droplet infektif
(memiliki kemampuan menginfeksi). Partikel infeksi ini dapat
menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, bahkan dapat bertahan
berhari-hari sampai berbulan-bulan tergantung pada ada tidaknya sinar
ultra violet. Setelah kuman tuberkulosis masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernapasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran limfe, saluran pernapasan/menyebar langsung ke
bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya
kuman yang ditularkan dari parunya, makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Hasil
pemeriksaan dahak negative (tidak terlihat kuman) maka penderita
tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi
tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut. Kemungkinan seseorang menjadi
penderita tuberkulosis adalah daya tahan tubuh yang rendah
(Budianto, 2003).
Tidak semua pasien TB Paru akan menularkan penyakitnya, pasien
TB Paru yang dapat menularkan penyakitnya ke orang lain adalah
seseorang pasien yang pada pemeriksaan dahak secara mikroskopik
ditemukan BTA sekurang-kurangnya 2 kali dari 3 kali pemeriksaan
atau disebut BTA Positif. Seorang pasien TB yang pada pemeriksaan
pemeriksaan radiologi ditemukan kelainan yang mengarah pada TB
aktif maka disebut BTA Negatif, BTA Negatif yang telah diobati
selama 2 minggu kecil kemungkinannya menularkan penyakitnya ke
orang lain. BTA Negatif diperkirakan akan menjadi BTA Positif
dalam jangka waktu 2 tahun bila tidak diobati (Depkes RI, 2007).
5. Perjalanan Penyakit Tuberkulosis (TBC)
a. Tuberkulosis primer (infeksi primer)
Tuberkulosis primer terjadi pada individu yang tidak
mempunyai imunitas sebelumnya terhadap Mycobacterium
tuberculosis. Penularan tuberkulosis paru terjadi karena kuman
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam
udara. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali
dengan kuman tuberkulosis (Irman, 2007). Infeksi dimulai saat
kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara
pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan terjadinya infeksi
sampai pembentukan komplek primer adalah 4-6 minggu. Adanya
infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberculin dari negative menjadi positif (Nisa, 2007). Menurut
Soeparman (2005) komplek primer ini selanjutnya dapat
berkembang menjadi beberapa bagian :
1) Sembuh sama sekali tanpa menimbulkan cacat
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas tanpa garis-garis
fibrotic, klasifikasi di hilus atau sarang.
(a)Perkontinuiatum yakni dengan menyebar ke sekitarnya.
(b)Secara bronkogen ke paru sebelahnya, kuman tertelan
bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.
(c)Secara limfogen ke organ tubuh lainnya.
(d)Secara hematogen ke organ tubuh lainnya.
b. Tuberkulosis pasca primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa
bulan/tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan
tubuh menurun akibat infeksi HIV/status gizi yang buruk. Ciri khas
dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas
dengan terjadinya kavitas/efusi pleura (Nisa, 2007).
6. Gejala dan Diagnosis Tuberkulosis (TBC)
a. Gejala Tuberkulosis
Gejala utama pasien tuberkulosis paru adalah batuk berdahak
selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam
meriang lebih dari satu bulan (Nisa, 2007).
b. Diagnosis Tuberkulosis
Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakan
dengan ditemukannya BTA (Basil Tahan Asam) pada pemeriksaan
dahak secara mikroskopis selain tidak memerlukan biaya mahal,
merupakan teknologi diagnostik yang paling sesuai karena
mengidentifikasikan derajat penularan. Hasil pemeriksaan
dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS
(sewaktu-pagi-sewaktu) BTA hasilnya positif (Depkes RI, 2006).
7. Pencegahan Tuberkulosis (TBC)
Menurut Purworejo (2007) pencegahan tuberkulosis dapat berupa :
a. Hindari saling berhadapan saat berbicara dengan penderita.
b. Cuci alat makan dengan desinfektan (misalnya : lysol, kreolin dan
lain-lain yang dapat diperoleh di apotik), atau jika tidak yakin
pisahkan alat makan penderita.
c. Olah raga teratur untuk menjaga daya tahan tubuh.
d. Memberikan penjelasan pada penderita untuk menutup mulut
dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah atau
mengeluarkan dahak di sembarang tempat dan menyediakan
tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dan
mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
8. Pengobatan Tuberkulosis (TBC)
Menurut Depkes RI (2006), penderita TBC harus diberikan Obat
Anti Tuberkulosis (OAT) yang terdiri dari kombinasi beberapa obat.
Diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh
kuman 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama
metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis
harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.
b. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant
(persister) yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid. Dosis 10
mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun
intermiten 3 kali seminggu.
c. Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid, yang dapat membunuh kuman yang berada
dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25
mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali
seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
d. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid. Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan
dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya
0,75g/hari, sedangkan untuk berumur 60 atau lebih diberikan
0,50g/hari.
e. Etambutol (E)
Bersifat sebagai bakteriostatik. Dosis harian yang dianjurkan 15
mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali
9. Efek Samping Obat
Sebagian besar penderita Tuberkulosis dapat menyelesaikan
pengobatan tanpa efek samping, namun sebagian kecil dapat mengalami
efek samping. Oleh karena itu pemantauan efek samping diperlukan
selama pengobatan dengan cara :
a. Menjelaskan kepada pasien tanda-tanda efek samping obat
b. Menanyakan adanya gejala efek samping pada waktu penderita
mengambil obat.
Tabel 2.1 Efek Samping Ringan dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Obat Efek Samping Penanganan
Rifampisin
Tidak ada nafsu makan, mual, sakit
perut, warna kemerahan pada air
seni (urine)
Perlu penjelasan kepada
penderita dan obat
diminum malam sebelum
tidur
Pirasinamid Nyeri sendi Beri aspirin
INH Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki
Beri vitamin B
6 (piridoxin)
100mg per hari
Tabel 2.2 Efek Samping Berat dari Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Obat Efek Samping Penanganan
Streptomisin Tuli, gangguan keseimbangan Streptomisin dihentikan,
ganti Etambutol
Rifampisin Purpura dan rejatan (syok) Hentikan Rifampisin
Semua jenis OAT Gatal dan kemerahan kulit Diberi antihistamin
Hampir semua OAT Ikterus tanpa panyebab lain,
Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat
pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan
oleh dokternya atau orang lain (Smet, 1994).
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis
dari dokter yang mengobatinya (Caplan, 1997). Menurut Haynes
(1997), kepatuhan adalah secara sederhana sebagai perluasan perilaku
individu yang berhubungan dengan minum obat, mengikuti diet dan
merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk medis.
Kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai
dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan (Niven,
2002). Sedangkan Gabit (1999) mendefinisikan kepatuhan atau
ketaatan terhadap pengobatan medis adalah suatu kepatuhan pasien
terhadap pengobatan yang telah ditentukan.
Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan
6 bulan sampai 9 bulan. Penderita dikatakan lalai jika tidak datang
lebih dari 3 hari sampai 2 bulan dari tanggal perjanjian dan dikatakan
Droup Out jika lebih dari 2 bulan berturut-turut tidak datang berobat
setelah dikunjungi petugas kesehatan (Depkes RI, 2000).
Menurut Cuneo dan Snider (1999) pengobatan yang memerlukan
jangka waktu yang panjang akan memberikan pengaruh-pengaruh
pada penderita seperti :
a. Merupakan suatu tekanan psikologis bagi seorang penderita tanpa
keluhan atau gejala penyakit saat dinyatakan sakit dan harus
menjalani pengobatan sekian lama.
b. Bagi penderita dengan keluhan atau gejala penyakit setelah
menjalani pengobatan 1-2 bulan atau lebih, keluhan akan segera
berkurang atau hilang sama sekali penderita akan merasa sembuh
dan malas untuk meneruskan pengobatan kembali.
c. Datang ke tempat pengobatan selain waktu yang tersisa juga
menurunkan motivasi yang akan semakin menurun dengan
lamanya waktu pengobatan.
d. Pengobatan yang lama merupakan beban dilihat dari segi biaya
yang harus dikeluarkan.
e. Efek samping obat walaupun ringan tetap akan memberikan rasa
tidak nyaman terhadap penderita.
f. Sukar untuk menyadarkan penderita untuk terus minum obat
Karena jangka waktu yang ditetapkan lama maka terdapat beberapa
kemungkinan pola kepatuhan penderita yaitu penderita berobat teratur
dan memakai obat secara teratur, penderita tidak berobat secara teratur
(defaulting) atau penderita sama sekali tidak patuh dalam pengobatan
yaitu putus berobat atau droupout (Depkes RI, 2006). Oleh karena itu
menurut Cramer (2001) kepatuhan penderita dapat dibedakan menjadi
:
a. Kepatuhan penuh (Totalcompliance)
Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur
sesuai batas waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh memakai
obat secara teratur sesuai petunjuk.
b. Penderita yang sama sekali tidak patuh (Noncompliance)
Yaitu penderita yang putus berobat atau tidak menggunakan obat
sama sekali.
2. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan
Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2005) bahwa kepatuhan
penderita TBC minum obat secara teratur adalah merupakan tindakan
yang nyata dalam bentuk kegiatan yang dapat dipengaruhi oleh faktor
dalam diri penderita (faktor internal) maupun dari luar (eksternal).
Faktor internal yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan. Sedangkan faktor
eksternal yaitu, dukungan keluarga, peran petugas, lama minum obat,
efek samping obat, tersedianya obat serta jarak tempat tinggal yang
Sementara itu menurut Niven (2002) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan adalah :
a. Faktor penderita atau individu
1)Sikap atau motivasi individu ingin sembuh
Motivasi atau sikap yang paling kuat adalah dari individu
sendiri. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan
kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol
penyakitnya.
2)Keyakinan
Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani
kehidupan. Penderita yang berpegangan teguh terhadap
keyakinannya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah
putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara
perilaku akan lebih baik. Kemampuan untuk melakukan kontrol
penyakitnya dapat dipengaruhi oleh keyakinan penderita,
dimana penderita memiliki keyakinan yang kuat akan lebih
tabah terhadap anjuran dan larangan jika mengetahui akibatnya
(Niven, 2002).
b. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang
paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa
senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari
kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola
penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti
saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk menunjang
pengelolaan penyakitnya (Niven, 2002).
c. Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari
anggota keluarga lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam
kepatuhan terhadap program-program medis. Keluarga dapat
mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan
dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan (Niven, 2002).
d. Dukungan petugas kesehatan
Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat
mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama
berguna saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru
tersebut merupakan hal penting, begitu juga mereka dapat
mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan
antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara
terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien
yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya
(Niven, 2002).
Pengobatan dilakukan setiap hari dan dalam jangka panjang,
sehingga kepatuhan minum obat (adherence) juga sering menjadi
yang tidak rutin terbukti telah menyebabkan resistensi obat yang dapat
menyebabkan kegagalan pengobatan (Depkes RI, 2006).
C. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah bentuk sosial yang utama yang merupakan tempat
untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit (Campbell,
1994 dalam Potter & Perry, 2005). Sedangkan menurut Friedman
(1998) keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Adanya suatu penyakit yang serius dan kronis pada diri seseorang
anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada
sistem keluarga, khususnya pada struktur perannya dan pelaksanaan
fungsi-fungsi keluarga. Sebaliknya, efek menghancurkan, secara
negatif bisa mempengaruhi hasil dari upaya-upaya pemulihan atau
rehabilitasi (Friedman, 1998).
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Menurut Friedman (1998), terdapat struktur kekuatan keluarga yaitu
terdiri dari pola dan proses komunikasi dalam keluarga, struktur peran,
struktur kekuatan keluarga dan nilai-nilai dalam keluarga. Keluarga
yang mempunyai struktur kekuatan keluarga yang masing-masing
berjalan dengan baik maka sistem didalamnya akan berjalan dengan
a. Tipe struktur kekuatan:
1) Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang
tua terhadap anak).
2) Referent power (seseorang yang ditiru).
3) Resource or expert power (pendapat ahli).
4) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang
akan diterima).
5) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya).
6) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses
persuasi).
7) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi
dengan cinta kasih).
b. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam suatu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah
pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang
dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah (Friedman, 1998).
3. Sistem Keluarga
Keluarga dipandang sebagai sistem sosial terbuka yang ada dan
masyarakat (misalnya : politik, agama, sekolah dan pemberian
pelayanan kesehatan). Sistem keluarga terdiri dari bagian yang saling
berhubungan (anggota keluarga) yang membentuk berbagai macam
pola interaksi (subsistem). Seperti pada seluruh sistem, sistem
keluarga mempunyai tujuan yang berbeda berdasarkan tahapan dalam
siklus hidup keluarga, nilai keluarga dan kepedulian individual
anggota keluarga (Friedman, 1998).
4. Tugas Kesehatan Keluarga
Menurut Friedman (1998), keluarga dipandang sebagai suatu
sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga
dapat mempengaruhi seluruh sistem. Keluarga juga sebagai suatu
kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. Untuk
itu, keluarga mempunyai beberapa tugas kesehatan yang harus
dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan anggota keluarga,
yaitu :
a. Mengenal gangguan kesehatan setiap anggotanya : keluarga
mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat : keluarga
mengetahui mengenai sifat dan luasnya masalah sehingga keluarga
mampu mengambil keputusan yang tepat untuk menyelesaikan
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya ketika sakit :
keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, manfaat
pemeliharaan lingkungan, pentingnya sikap keluarga terhadap
pemeliharaan kesehatan.
d. Mempertahankan suasana yang menguntungkan untuk kesehatan.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga
dan lembaga kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman et.al (2003), terdapat lima fungsi dasar keluarga
yaitu fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan
keluarga.
a. Fungsi afektif : berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
psikososial keluarga. Setiap anggota keluarga akan
mengembangkan sikap saling menghormati, saling menyayangi
dan mencintai, dan akan mempertahankan hubungan yang akrab
dan intim sesama anggota keluarga sehingga masing-masing
anggota keluarga akan dapat mengembangkan konsep diri yang
positif. Kebahagiaan dan kegembiraan mengindikasikan bahwa
fungsi afektif keluarga berhasil dicapai.
b. Fungsi sosialisasi : adalah proses perkembangan dan perubahan
yang dilalui individu sepanjang kehidupannya, sebagai respon
terhadap situasi yang terpola dari lingkungan sosial. Fungsi ini
sesama anggota keluarga. Sehingga masing-masing anggota
keluarga mampu menerima suatu tugas dan peran dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi : keluarga berfungsi untuk menjaga
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk menyediakan
sumber-sumber ekonomi yang memadai dan mengalokasikan
sumber-sumber dana atau keuangan yang cukup, maka tidak jarang
keluarga tidak membawa penderita ke pelayanan kesehatan.
e. Fungsi perawatan kesehatan adalah bagaimana kemampuan
keluarga untuk mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada
pasien dan kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
6. Peran Keluarga
Menurut Friedman et.al (2003), peran keluarga dibagi menjadi dua
bagian peran yaitu, peran formal dan informal :
a. Peran formal
Peran formal keluarga antara lain provider/penyedia, pengatur
rumah tangga, perawatan anak, sosialisasi anak, rekreasi,
persaudaraan, terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif) dan
seksual.
b. Peran informal
Peran informal biasanya untuk memenuhi kebutuhan emosional
individu dan menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran
pendamai, penghalang, dominator, penyalah, pengikut, pencari
pengakuan, perawat keluarga, pioneer keluarga, koordinator
keluarga, penghubung keluarga dan saksi.
Peran keluarga dilakukan secara bersama-sama dengan anggota
dari suatu kelompok/keluarga dan tidak dilakukan secara terpisah.
Akan tetapi pada kenyataannya, terkadang peran itu berubah
seiring dengan terjadinya perubahan kondisi dan situasi. Hal ini
dapat diketahui apabila salah satu anggota keluarga sakit. Maka
dibutuhkan kemampuan keluarga dalam hal pengetahuan,
pembuatan keputusan tentang kesehatan, tindakan untuk mengatasi
penyakit atau perawatan dan penggunaan layanan kesehatan
(Friedman et.al, 2003).
D. Dukungan keluarga
1. Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan bantuan yang dapat diberikan
kepada keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat, yang
mana membuat penerima dukungan akan merasa disayangi, dihargai,
dan tentram (Taylor, 2006). Dukungan keluarga sangat dibutuhkan
dalam menentukan kepatuhan pengobatan, jika dukungan keluarga
diberikan pada pasien TB Paru maka akan memotivasi pasien tersebut
untuk patuh dalam pengobatannya dan meminum obat yang telah
diberikan oleh petugas kesehatan. Sejumlah orang lain yang potensial
misalnya sebagai seorang istri significant other nya adalah suami,
anak, orang tua, mertua, dan saudara-saudara.
Friedman (1998), berpendapat orang yang hidup dalam lingkungan
yang bersifat suportif, kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka
yang tidak memiliki lingkungan suportif. Dalam hal ini, penting sekali
bagi pasien TB Paru untuk berada dalam lingkungan keluarga yang
mendukung kesehatannya, sehingga pasien TB Paru akan selalu
terpantau kesehatannya. Dukungan keluarga mengacu kepada
dukungan-dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai
suatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan bisa
digunakan atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan).
2. Sumber Dukungan
Sumber dukungan keluarga dapat berupa :
a. Dukungan keluarga internal : seperti dukungan dari suami
(memberikan kepedulian, cinta dan memberikan kenyamanan),
orang tua, mertua dan dukungan dari keluarga kandung.
b. Dukungan keluarga eksternal : yaitu dukungan keluarga eksternal
bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga).
3. Jenis Dukungan
a. Dukungan emosional : yaitu mengkomunikasikan cinta, peduli,
percaya pada anggota keluarganya (pasien TBC). Keluarga sebagai
sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan
serta membantu penguasaan terhadap emosi. Jenis dukungan ini
dilakukan melibatkan ekspresi rasa empati, peduli terhadap
seseorang sehingga memberikan perasaan nyaman, membuat
individu merasa lebih baik. Individu memperoleh kembali
keyakinan diri, merasa dimiliki serta merasa dicintai pada saat
mengalami stres. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh
social support jenis ini akan merasa lega karena diperhatikan,
mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.
b. Dukungan instrumental : yaitu membantu orang secara langsung
mencakup memberi uang dan tugas rumah. Dukungan instrumental
ini mengacu pada penyediaan barang, atau jasa yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Taylor
(2006) menyatakan pemberian dukungan instrumental meliputi
penyediaan pertolongan finansial maupun penyediaan barang dan
jasa lainnya. Jenis dukungan ini relevan untuk kalangan ekonomi
rendah. Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis
dan konkrit. diantaranya : kesehatan pasien TBC dalam hal
ketaatan pasien TBC dalam berobat dengan membantu biaya
berobat, istirahat, serta terhindarnya pasien TBC dari kelelahan.
c. Dukungan Informasi : aspek-aspek dalam dukungan ini adalah
informasi. Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan
tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan
untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi
yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus
pada individu. Keluarga menceritakan cara menolong agar dapat
mendefinisikan suatu informasi untuk mengetahui hal-hal untuk
orang lain. Diantaranya : memberikan nasehat terkait pentingnya
pengobatan yang sedang dijalani dan akibat dari tidak patuh dalam
minum obat.
d. Dukungan penghargaan : jenis dukungan ini terjadi lewat ungkapan
penghargaan yang positif untuk individu, dorongan maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu lain. Dalam hal
ini keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi perpecahan masalah dan sebagai
sumber dan validator identitas keluarga. Membantu orang belajar
tentang dirinya sendiri dan menjadi seseorang pada situasi yang
sama atau pengalaman yang serupa, mirip dalam berbagai cara
penting atau membuat perasaan dirinya didukung oleh karena
berbagai gagasan dan perasaan.
4. Manfaat Dukungan Keluarga
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi
berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian,
dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga
membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan
akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi
keluarga (Friedman, 1998).
Wills (1985) dalam Friedman (1998) menyimpulkan bahwa baik
efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari
stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara
langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan.
Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial
terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan.
Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat
terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah
sembuh dari sakit (Ryan dan Austin dalam Friedman, 1998).
5. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan
Sarafino (2006), menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan atau tidak.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
b. Faktor dari penerima dukungan (recipient)
Seseorang tidak akan menerima dukungan dari orang lain jika
tidak suka bersosialisasi, tidak suka menolong orang lain, dan tidak
ingin orang lain tahu bahwa dia membutuhkan bantuan. Beberapa
orang terkadang tidak cukup asertif untuk memahami bahwa dia
bahwa dia seharusnya mandiri dan tidak mengganggu orang lain,
atau merasa tidak nyaman saat orang lain menolongnya, dan tidak
tahu kepada siapa dia harus meminta pertolongan.
c. Faktor dari pemberi dukungan (providers)
Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan kepada orang
lain ketika ia sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk menolong
orang lain, atau tengah menghadapi stress, harus menolong dirinya
sendiri, atau kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga tidak
A. Kerangka Teori
Bagan 2.3 Kerangka Teori
Berdasarkan Teori Skiner (1998), Friedman (1998) dan Bomar (2004).
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, kepatuhan
seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah :
1. Variabel bebas (independen) : Dukungan keluarga dan 4 aspek
dukungan keluarga yaitu : dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan informasi dan dukungan instrumental.
2. Variabel terikat (dependen) : Kepatuhan minum obat pada pasien
Tuberkulosis.
Sedangkan variabel lain tidak diteliti. Alasan variabel lain tidak
diikutsertakan karena ada beberapa variabel yang sudah merupakan bagian
dari dukungan keluarga (sudah termasuk variabel yang diteliti).
Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan
peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang. Sehingga kerangka
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
B. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesa dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada pasien Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Kerja Puskesmas
Pamulang 2011. Dukungan Keluarga :
- Dukungan emosional
- Dukungan penghargaan
- Dukungan informasi
- Dukungan instrumental
Kepatuhan minum obat pada pasien
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan strategi pembuktian atau pengujian atas
variabel dilingkup penelitian. Jenis penelitian yang digunakan untuk
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi
cross-sectional (potong lintang), dimana pengukuran terhadap variabel dapat
dilakukan dalam waktu bersamaan sehingga cukup efektif dan efisien
(Hidayat, 2008). Dengan metode ini diharapkan dapat diketahuinya
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien
Tuberkulosis (TBC).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang
tahun 2011. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena di
Puskesmas Pamulang belum ada data secara rinci mengenai bentuk
dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TBC,
serta belum pernah ada penelitian mengenai hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TBC. Karena
adanya masalah yang terjadi pada pasien TBC seperti adanya pasien
TBC yang mengalami masalah tidakpatuh minum obat yang disebabkan
obat, beberapa pasien yang putus obat menyatakan memiliki dukungan
keluarga yang kurang dan belum pernah ada penelitian tentang
Dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien TBC
yang telah menjalani pengobatan TBC selama 3-6 bulan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Juni-12 Agustus tahun 2011.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2004 dalam Alimul Aziz, 2008). Populasi pada penelitian
ini adalah pasien TBC yang sudah menjalani pengobatan TBC.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2002). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien TBC
yang berobat di Puskesmas Pamulang, dengan kriteria :
a. Semua pasien TBC yang telah menjalani pengobatan TBC selama
3-6 bulan di Puskesmas Pamulang.
b. Bersedia dijadikan responden.
c. Dapat berkomunikasi dengan baik.
e. Tidak terganggu pendengaran dan penglihatannya
3. Teknik Pengambilan Sampel
Tehnik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel
yang digunakan dalam penelitan dari populasi yang ada, sehingga
jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat,
2008). Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah tehnik Simple random Sampling yaitu pengambilan secara acak
pasien TBC yang berkunjung ke Puskesmas Pamulang, kemudian
mengisi kuesioner. Sampel ditentukan secara acak sederhana dimana
setiap pasien TBC memiliki peluang yang sama untuk terpilih, sehingga
akan didapatkan sampel yang representatif.
4. Besar Sampel
Untuk menentukan besar sampel, peneliti menggunakan rumus uji
hipotesis beda dua proporsi sebagai berikut :
n = √ ̅ ̅ √
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Z1- /2 = 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence Interval
dengan ( ) sebesar 5%)
Z 1- = 0,84 (Kekuatan uji sebesar 80%)
P1 = 0,73 (proporsi keluarga berperan dalam kepatuhan minum obat
P2 = 0,40 (proporsi keluarga kurang berperan dalam kepatuhan
minum obat dari penelitian yang dilakukan oleh Basaria Hutabarat
tahun 2007)
P = (P1 + P2)/2 = (0,73 + 0,40)/2 = 0,56
n = √ ̅ ̅ √
=
√ √
= √ √
= √ √
=
=
= 30,85654046 = 31 responden
Karena penelitian ini menggunakan uji beda dua proporsi maka
jumlah sampel dikalikan dua, sehingga sampel yang terpilih sebanyak
62 orang. Untuk menghindari sampel yang drop out dan sebagai
cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel
minimal.
Total = 62 orang + 6 orang = 68 responden
Jadi, jumlah sampel keseluruhan responden yang diambil untuk
keperluan penelitian ini adalah 68 responden.
D. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer yang diperoleh dengan cara
mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner tentang dukungan
keluarga yang akan dijawab oleh pasien Tuberkulosis (TBC), lembar
observasi untuk mengukur kepatuhan minum obat. Tabel observasi
yang terdiri dari : tanggal, tahap pengobatan, jumlah obat yang
diberikan, tanggal harus kembali dan sisa obat. Sedangkan data
sekunder didapatkan dari puskesmas melalui buku register pasien
Tuberkulosis (TBC) sebagai data dasar dalam menentukan sasaran
pasien yang akan diberikan kuesioner.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar
memperkuat hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah dibuat oleh
peneliti dan mengacu pada kepustakaan yang terdiri atas beberapa
pertanyaan di mana responden mengisi kuesioner sendiri atau dengan