ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Septian Fahrudin NIM: 109082000197
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGANTIAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
SEPTIAN FAHRUDINNIM: 109082000197
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si, CA, BKP Soliyah Wulandari, SE., M.Sc NIP. 1973061250 05011 009 NIDN. 2002018501
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, 13 Februari 2014 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Septian Fahrudin
2. NIM : 109082000197
3. Jurusan : Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergantian
Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2008-2012)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Februari 2014
1. Zaenal Muttaqin, MPP ( ) NIP. 19790503 20110 1 006 Penguji 1
2. Yessi Fitri, SE., M. Si., Ak ( ) NIP.19760924 200604 2 002 Penguji 2
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Selasa, 21 Oktober 2014 dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : Septian Fahrudin
NIM : 109082000197
Jurusan : Akuntansi/ Audit
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Oktober 2014
1. Yulianti, SE., M.Si. ( )
NIP. 19820318 201101 2 011 Ketua
2. Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA ( )
NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris
3. Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak ( )
NIP. 19760924 200604 2 002 Penguji Ahli
4. Dr. Amilin, M.Si.,Ak.,BKP.,CA. ( )
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Septian Fahrudin
No Induk Mahasiswa : 10908200197
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungiawab atas karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, temyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, September 2014
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Septian Fahrudin
2. Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 6 September 1989
3. Alamat : Jl. Warakas V Gg. IX No. 91A Rt/Rw. 003/010
Kec. Tanjung Priok, Jakarta Utara
4. Telepon : 089604383295
5. Email : sfiluvislam@gmail.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri Warakas 02 Petang Jakarta : Tahun 1996 - 2002
2. SMP Negeri 129 Jakarta : Tahun 2002 - 2005
3. SMA Negeri 72 Jakarta : Tahun 2005 - 2008
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah : Tahun 2009 - 2014
III. PENDIDIKAN NON-FORMAL
1. Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) Ittihadul Muslimat, 1998 – 2002 2. Ta‟limul Qur‟an Lil Aulad (TQA) PLUS Ittihadul Muslimat, 2002-2004 3. Bimbingan Belajar Bimbingan Tes Alumni (BTA), 2007-2008
4. Training Public Speaking “Champions Training Center”, Communicative Speaking School, 2012.
3. Anggota Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) UIN Jakarta, 2012.
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Training Motivasi oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Gak Sekedar Ngampus”, 3 September 2009.
2. Talkshow Pemberantasan Korupsi bersama KPK oleh BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009.
3. Training Enterprenership oleh KAMMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Mahasiswa Sukses Dengan Jiwa Enterprenership Islami, 11 September
2009.
4. Seminar Nasional oleh Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”, 20 Mei
2010.
5. Seminar Terbuka oleh Iran Corner Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Pemikiran Khomeini tentang Dunia Islam”, 3 Juni
2010.
6. Seminar Kewirausahaan oleh Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “Green Entrepreneurship, Potensi Industri Kreatif Berbasis Lingkungan”, 9 Juni 2010.
8. Seminar Internasional oleh Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidatullah Jakarta, “Insan Kamil salam Arus Pemikiran Islam Kajian Pemikiran Murtadha Muthahhari, Allamah Thaba thaba‟ie dan Imam Khomeini”, 3
November 2010.
9. Workshop of Indonesian Nasheed oleh Forkat An-Najm LDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 14 Mei 2011.
10.Public Lecture oleh Lazuardi Biru, “Pakistani Youth Role In Preventing Pro-Violence Ideology, 13 Maret 2013.
VI.LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Darodji
2. Tempat Tanggal Lahir: Klaten, 30 Oktober 1948
3. Ibu : Murtini
4. Tempat Tanggal Lahir: Klaten, 11 Agustus 1952
5. Alamat : Jl. Warakas V Gg. IX No. 91A Rt/Rw. 003/010
Kec. Tanjung Priok, Jakarta Utara
6. Telepon : (021) 43910215
ABSTRACT
The Analysis of Factors That Effect Auditor Switching
(Empirical Study on Manufacturing Companies that Listed at Indonesian Stock Exchange Period 2008-2012)
The purpose of this research is to examine the effect of going concern opinion, change in management, auditor reputation, financial distress and firm size on the auditor switching. This research used the sample of manufacturing industry which listed in Indonesian Stock Exchange during 2008-2012 period. The number of manufacturing industries that were became in this study were 40 companies with 4 years observation. Based on purposive sampling method, sample consist of 160 financial statements in this research. Hypothesis in this research are tested by logistic regression analytical method.
Result of this research indicates that going concern opinion, change in management, auditor reputation, financial distress and firm size do not have significantly effect on the auditor switching.
ABSTRAK
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, kesulitan keuangan perusahaan, dan, ukuran perusahaan klien terhadap pergantian kantor akuntan publik. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2012. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 40 perusahaan dengan pengamatan selama 4 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 160 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa opini going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, kesulitan keuangan perusahaan dan ukuran perusahaan klien tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan pergantian kantor akuntan publik.
KATA PENGANTAR
Assalaamu „alaykum Wr. Wb.
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Yang
Maha Pengasih Yang Maha Penyayang, Sumber Segala Ilmu Pengetahuan yang
telah memberikan karunia dan rahmatNya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat bertaburkan salam tak lupa
penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, penghulu alam, yang telah
membimbing umatNya dari jalan kegelapan menuju jalan penuh cahaya, jalan
kebenaran. Semoga kita mendapatkan syafa‟atnya di yaumil akhir nanti. Skripsi
ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan
doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Kedua orangtuaku tercinta yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan
sayang, semangat, dukungan serta doa tiada lelah yang tertuju hanya untuk
ananda, semoga semakin hari ananda semakin mampu membuat bangga ayah
dan ibunda.
2. Kakak-kakakku Ichwanudin Hari Purnomo, Agus Ichwan Dwiyanto, Tatie
Damayantie dan Tuti Amaliah yang selalu memberikan do‟a, dukungan dan
3. Adik-adikku Siti Khoiriyah dan Muhammad Albir Abad, terima kasih atas
do‟a, dukungan dan semangatnya kepada Penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Ibu Dr. Rini, M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak selaku Sekretaris Jurusan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7. Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si, CA, BKP selaku Dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi,
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
Terimakasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
8. Ibu Soliyah Wulandari, SE., Ak., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan
memberikan pengarahan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang
Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang
skripsi.
9. Kepada seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan
kepada penulis.
10.Kepada sahabat seperjuangan, penghuni kostan, Reza Arga Putra, Asep
silaturrahim yang indah, banyak warna yang telah tercipta dari kebersamaan
kita. Semoga hubungan persaudaraan kita senantiasa terjaga.
11.Kepada teman-teman seangkatan, Wildan Gumelar, Wira Ahmad Jabbar,
Agus Sukocco, Asaduddin Wahid, Risyad Adam, Siti Maryam, Meisya Magi
Annisa, Frida Aurora Prahartari, Andri Budiaji, yang telah memberikan
dukungan, saran dan masukan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.
12.Kepada seniorku, Kak Febrian, Kak Ipul, Kak Rahman, Kak Nadiyya yang
telah memberikan saran, dukungan kepada saya dalam penulisan skripsi ini.
13.Teman-teman angkatan 2009 akuntansi yang tidak bisa penulis sebutkan satu
per satu, terima kasih atas semua persahabatan, doa, dan motivasinya.
14.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya
dalam terselesainya penyusunan skripsi ini. Semoga amal kebaikan kalian
semua dapat dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang sempurna.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran, masukan, maupun kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalaamu „alaykum Wr. Wb.
Jakarta, September 2014
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya ... iv
Daftar Riwayat Hidup ... v
Abstract ... viii
Abstrak ... ix
Kata Pengantar ... x
Daftar Isi ... xiii
Daftar Tabel ... xvii
Daftar Gambar ... xviii
Daftar Lampiran ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 15
C. Tujuan Penelitian ... 16
D. Manfaat Penelitian ... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18
A.Teori yang Mendasari Penelitian ... 18
3. Opini Audit Going Concern… ... 24
4. Pergantian Manajemen……… ... 26
5. Reputasi Auditor……… ... 26
6. Kesulitan Keuangan Perusahaan………. ... 27
7. Ukuran Perusahaan Klien ... 28
B.Hasil Penelitian Sebelumnya ... 30
C.Kerangka Pemikiran ... 35
D.Dasar Perumusan Hipotesis ... 37
1. Opini Going Concern dengan Pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 37
2. Pergantian Manajemen dengan Pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 38
3. Reputasi Auditor dengan Pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 39
4. Kesulitan Keuangan dengan Pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 39
5. Ukuran Perusahaan Klien dengan Pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42
A.Ruang Lingkup Penelitian ... 42
B.Metode Penentuan Sampel ... 42
C.Metode Pengumpulan Data ... 43
1. Definisi Regresi Logistik ... 44
2. Tahapan Regresi Logistik ... 45
a. Statistik Deskriptif ... 45
b. Pengujian Hipotesis penelitian... 45
E.Operasional Variabel Penelitian ... 50
1. Pergantian Kantor Akuntan Publik (Y1) ... 50
2. Opini Going Concern (X1) ... 50
3. Pergantian Manajemen (X2) ... 51
4. Reputasi Auditor (X3) ... 51
5. Kesulitan Keuangan (X4) ... 52
6. Ukuran Perusahaan Klien (X5) ... 52
BAB IV PEMBAHASAN ... 55
A.Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 55
1. Deskripsi Objek Penelitian ... 55
2. Deskripsi Sampel Penelitian ... 58
B.Hasil Uji Analisis Data Penelitian ... 59
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif... 60
2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 61
a.Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 61
b.Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 62
e.Hasil Matriks Klasifikasi ... 64
f. Hasil Uji Regresi Logistik... 65
1)Pengaruh Opini Going Concern (OGC) terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik... 67
2)Pengaruh Pergantian Manajemen (PM) terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik... 67
3)Pengaruh Reputasi Auditor (RA) terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik ... 68
4)Pengaruh Kesulitan Keuangan (KK) terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik... 69
5)Pengaruh Ukuran Perusahaan Klien (SIZE) terhadap Pergantian Kantor Akuntan Publik... 71
BAB V PENUTUP ... 73
A.Kesimpulan ... 73
B.Saran ... 74
Daftar Pustaka ... 76
DAFTAR TABEL
NO. Keterangan Halaman
2.1 Penelitian – Penelitian Terdahulu... 30
3.1 Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 53
4.1 Tahapan Seleksi Berdasarkan Kriteria ... 57
4.2 Sampel Penelitian ... 58
4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha ... 59
4.4 Statistik Deskriptif ... 60
4.5 Menilai Model Keseluruhan ... 62
4.6 Koefisien Determinasi ... 62
4.7 Menguji Kelayakan Model Regresi ... 63
4.8 Hasil Uji Multikolonieritas ... 64
4.9 Matriks Klasifikasi ... 65
4.10 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ... 66
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman 1. Data Sampel ... 82
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang
mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam
periode tertentu kepada pihak yang berkepentingan. Laporan ini menampilkan
sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter (Kieso et, al.,
2011). Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan
untuk pengambilan keputusan baik oleh para stakeholder baik dari pihak
eksternal maupun pihak internal. Pemegang saham perseroan dapat menilai pengelolaan dana yang dilakukan oleh manajemen atas modal yang sudah ditanamkan. Kreditor dapat menilai tingkat kelancaran pelunasan hutang perusahaan. Calon investor dan kreditor dapat menilai besar potensi keuntungan dan risiko apabila berinvestasi di perusahaan. Organisasi buruh dapat menilai apakah gaji yang diberikan sudah sesuai dengan kinerja perusahaan. Kantor pelayanan pajak dapat menghitung besarnya pajak penghasilan badan dan pajak lain.
Oleh karena banyaknya pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan, maka informasi yang ada di dalam laporan keuangan tersebut
haruslah wajar, dapat dipercaya dan tidak menyesatkan sehingga dapat
digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
tersebut. Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen
yaitu kantor akuntan publik (KAP) sebagai pihak ketiga yang independen.
Hal ini penting karena jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan
keuangan tersebut mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak
disengaja.
Pihak eksternal ingin memperoleh informasi yang andal dari
manajemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka
investasikan. Kebutuhan akan pentingnya keandalan informasi inilah yang
mendorong dibutuhkannya jasa pihak ketiga yaitu auditor independen untuk
memberi jaminan bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen
perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar keputusan-keputusan yang diambil
oleh merekA. Jaminan akan laporan keuangan yang diberikan auditor
independen diawali dengan proses audit laporan keuangan yang terdiri dari
upaya memahami bisnis dan industri klien serta mendapatkan dan
mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan manajemen.
Menurut Boynton et. al., (2003) tujuan utama audit laporan keuangan
bukan untuk menciptakan informasi baru, melainkan untuk menambah
keandalan laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen. Keandalan
dari informasi inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, peran akuntan
publik sebagai pihak yang independen untuk menengahi kedua belah pihak
(agen dan prinsipal) dengan kepentingan berbeda, dengan cara memberi
Kunci utama untuk melihat kewajaran suatu laporan keuangan adalah
independensi. Menurut Boynton et. al., (2003) independensi merupakan tidak
adanya kepentingan yang menciptakan risiko penyimpangan material yang
tidak dapat diterima berkenaan dengan mutu atau konteks informasi yang
menjadi pokok dari penugasan keyakinan. Hal ini juga berarti bahwa auditor
harus bersikap jujur dalam mengungkapkan fakta yang terjadi dalam
perusahaan yang diauditnya, termasuk tindakan kecurangan yang mungkin
dilakukan oleh kliennya. Sikap independensi auditor selalu dipertanyakan
mengingat bahwa antara auditor dan kliennya memiliki hubungan timbal
balik yang saling menguntungkan, di satu sisi auditor mendapatkan fee dari
klien untuk jasa auditnya dan di sisi lain klien membutuhkan auditor untuk
mendapatkan hasil audit. Hilangnya independensi auditor dikarenakan auditor
terlibat dalam hubungan pribadi dengan klien, hal ini dapat mempengaruhi
sikap mental dan opini mereka. Independensi auditor terancam ketika auditor
dan klien menjadi semakin dekat. Dimana kedekatan tersebut dapat
mengembangkan hubungan nyaman antara auditor dan klien. Untuk menjaga
sikap obyektif dan independen dari auditor serta kepercayaan dari
masyarakat, maka perlu dilakukan rotasi auditor.
Nasser et al. (2006) menganjurkan untuk dapat mempertahankan sikap
obyektif auditor diperlukan rotasi wajib auditor, karena rotasi auditor dapat
meningkatkan kemampuan auditor dalam melindungi publik melalui
peningkatan kewaspadaan terhadap setiap kemungkinan ketidaklayakan,
dengan klien. Rotasi auditor adalah pergantian atau perputaran auditor yang
harus dilakukan oleh perusahaan, dengan tujuan untuk menghasilkan kualitas
dan menegakkan independensi (Nabila, 2011). Adanya kewajiban rotasi
auditor mendorong perusahaan untuk melakukan pergantian kantor akuntan
publik (untuk selanjutnya disebut pergantian KAP). Pergantian KAP secara
umum memiliki dua sifat, yaitu pergantian KAP yang bersifat wajib
(mandatory) dan pergantian KAP yang bersifat sukarela (voluntary).
Pergantian KAP yang bersifat wajib adalah pergantian KAP dalam kurun
waktu yang terjadi karena adanya peraturan yang ditetapkan yang membatasi
antara klien dengan auditor.
Myers et al. (2003) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan
kewajiban rotasi auditor itu penting jika kualitas laba dan kualitas audit
perusahaan memburuk. Pengawasan auditor atas pengelolaan perusahaan
selama satu periode akuntansi menjadi alat yang penting bagi investor untuk
mendapatkan jaminan atas kewajaran laporan keuangan. Chi et al. (2009)
menunjukkan investor menerima kewajiban rotasi patner auditor karena bisa
meningkatkan kualitas audit. Bluoin et al. (2007) mengemukakan bahwa
pergantian auditor oleh klien dengan tujuan untuk memperbaiki sistem
pengawasan.
Profesi akuntan publik telah mendapat banyak pengakuan dari
berbagai kalangan baik dari dunia usaha, pemerintah, bahkan masyarakat
pihak-pihak yang menyorot kantor akuntan publik mengingat sering
ditemukannya kasus kelalaian maupun kesalahan dalam proses audit yang
dilakukan oleh KAP. Karena banyaknya kasus-kasus yang berkembang, maka
profesionalisme dan kinerja auditor pun sering dipertanyakan.
Belakangan kasus besar yang sangat kencang gaungnya pun menimpa
profesi ini, “Satyam”, yang merupakan perusahaan teknologi informasi
outsourcing terbesar keempat di India. Mempunyai 50 ribu karyawan yang
tersebar di berbagai pusat pengembangan IT-nya di negara-negara Asia,
Amerika, Eropa, dan Australia. Menjadi rekanan dari 654 perusahaan global,
termasuk General Electric, Nestle, Qantas Airways, Fujitsu, dan 185
perusahaan Fortune 500 lainnya luluh lantah.
Satyam diketahui telah melakukan fraud terhadap laporan keuangan.
Pada awalnya, fraud dilakukan dengan menggelembungkan nilai keuntungan
perusahaan. Setelah dilakukan selama beberapa tahun, selisih antara
keuntungan yang sebenarnya dan yang dilaporkan dalam laporan keuangan
semakin lama semakin besar.
Keruntuhan Satyam ikut menyeret kantor akuntan publik Price
Waterhouse Coopers (PWC) selaku KAP yang mengaudit Satyam selama 8
tahun terakhir. Pada 14 Januari 2009, Price Waterhouse Coopers (PWC)
mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi tidak akurat dan tidak
reliable karena dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari
meminta KAP Price Waterhouse Coopers memberikan jawaban resmi dalam
21 hari terkait skandal Satyam.
Ini bukan pertama kalinya KAP Price Waterhouse Coopers tersangkut
masalah di India. Pada 2005, The Reserve Bank of India melarang KAP Price
Waterhouse Coopers untuk mengaudit bank selama 8 tahun karena
melakukan audit yang tidak memadai atas non-performing asset dari Global
Trust Bank. KAP Price Waterhouse Coopers menghadapi investigasi terkait
kegagalannya mengidentifikasi fraud senilai 21 juta euro di divisi air mineral
grup perusahaan Greencore.
Selanjutnya, kasus besar baru-baru ini menghebohkan dunia
perbankan, terkait gugatan yang diajukan 6 bank besar di Jepang terhadap
penipuan yang dilakukan Olympus. Olympus adalah sebuah perusahaan
terkemuka di Jepang yang memproduksi kamera dan alat-alat rumah sakit.
Bank tersebut menggugat atas nama kliennya yang tertipu karena selama 11
tahun laporan keuangan Olympus selalu mencantumkan laba yang besar,
sebelum akhirnya ketahuan keropos pada tahun 2011. Olympus sudah
mengakui bahwa pihaknya telah melakukan kesalahan dalam menutupi
kerugiannya selama 20 tahun. Keenam bank besar asal Jepang tersebut
mengajukan gugatan atas Olympus sebesar USD 273 juta. Keenam bank asal
Jepang tersebut di antaranya Mitsubishi UFJ Trust & Banking Corp, Master
Trust Bank of Japan Ltd, Japan Trustee Services Bank Ltd, Trust & Custody
Kasus pemalsuan investasi keuangan yang dilakukan oleh Olympus
ini, cukup mencoreng namanya dan menjadi skandal penipuan korporasi
paling besar di negeri sakura itu. Olympus telah menyembunyikan
kerugiannya selama puluhan tahun, tepatnya sekitar tahun 1980-an.
Pemalsuan data keuangan tersebut akhirnya mulai terbongkar pada kuartal
empat 2011, dimana salah seorang mantan Chief Executive Olympus,
Michael Woodford, mempertanyakan kerugian yang disembunyikan oleh
Olympus sebesar USD 1,7 miliar serta biaya usaha ilegal lainnya. Beberapa
mantan petinggi Olympus yang sempat dilaporkan lolos dari jeratan hukum,
akhirnya terseret kembali, termasuk mantan Presiden dan Komisaris Olympus
Tsuyoshi Kikukawa. Selain itu, Olympus juga didenda sekitar USD 7 juta
atas pelanggaran undang-undang sekuritas.
Di Indonesia, fenomena kasus Great River mencuat setelah adanya
temuan auditor investigasi Aryanto, Amir Jusuf, dan Mawar, yang
menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang, dan aset
hingga ratusan miliar rupiah di Great River. Akibatnya, Great River
mengalami kesulitan arus kas dan gagal membayar utang. Bapepam
menyatakan telah menemukan adanya indikasi konspirasi dalam penyajian
laporan keuangan perusahaan tekstil tersebut. Dalam kasus ini, akuntan
dengan emitennya terlibat konspirasi dalam penyajian laporan keuangan
Great River itu. Bapepam menyidik akuntan publik yang mengaudit laporan
keuangan Great River tahun buku 2003. Bapepam telah menemukan adanya:
Keuangan GRIV per 31 Desember 2003; dan
b. Penambahan aktiva tetap perseroan, khususnya yang terkait dengan
penggunaan dana hasil emisi obligasi, yang tidak dapat dibuktikan
kebenarannya.
Sehingga perusahaan tekstil tersebut mengalami kelebihan pendapatan
(overstatement) yang seharusnya justru merugi. Kasus PT Great River
International, Tbk di atas, yang melibatkan akuntan publik Justinus Aditya
Sidharta, dianggap telah menyalahi aturan mengenai kode etik profesi
akuntan, terutama yang berkaitan dengan integritas dan objektivitas. Akuntan
publik Justinus Aditya Sidharta dianggap telah melakukan tindak
kebohongan publik, dimana dia tidak melaporkan kondisi keuangan PT Great
River International, Tbk secara jujur.
Selanjutnya, pada tahun 2012 Allianz yang diaudit oleh KAP
Siddharta dan Widjaja diduga melakukan penyuapan terhadap pejabat
BUMN. SEC (Securities and Exchange Commission) menduga sebanyak 295
kontrak asuransi terkait proyek pemerintah berhasil diperoleh Allianz dengan
menyuap oknum pejabat di beberapa instansi pemerintah hingga $ 650.626
atau sekitar Rp 6.270.000.000, dengan melakukan penyuapan tersebut
perusahaan meraup laba sebesar lebih dari US$ 5.300.000, penyuapan
tersebut dilakukan selama kurun waktu 2001-2008.
Banyaknya fenomena pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan
auditor dalam mengaudit suatu entitas atau klien. Di Indonesia sendiri,
pemerintah telah mengatur kewajiban rotasi auditor dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 359/KMK.06/2003
pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” (perubahan atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002). Peraturan ini menyatakan bahwa
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat
dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan
oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku
berturut-turut. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008
tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan yang dilakukan di antaranya
adalah, pertama, pemberian jasa audit umum menjadi 6 (enam) tahun
berturut-turut oleh kantor akuntan dan 3 (tiga) tahun berturut-turut oleh
akuntan publik kepada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan
publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu
tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas (pasal 3
ayat 2 dan 3). Kemudian pada 3 Mei 2011 di sahkan RUU No. 5 Tahun 2011
menjadi UU No. 5 Tahun 2011 tentang jasa akuntan publik, di mana pada
pasal 4 ayat 1 dan 2 disebutkan tentang pembatasan pemberian jasa akuntan
publik yakni pada ayat 1 berbunyi, pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik
dan/atau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku
yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu. Ayat 2
informasi keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah. UU tersebut
tidak menyebutkan lamanya jangka waktu pemberian jasa audit oleh KAP
melainkan mengacu pada Peraturan Pemerintah, yang dalam hal ini adalah
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008
karena hingga saat ini tidak ada produk peraturan terbaru tentang jasa akuntan
publik yang dihasilkan pemerintah, dalam hal ini Menteri Keuangan selain
PMK.01/2008. Sebagaimana diketahui UU bukanlah produk yang dihasilkan
eksekutif melainkan produk legislatif dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) RI.
Pembatasan jangka waktu perikatan dianggap perlu dilakukan. Hal
ini disebabkan jangka waktu perikatan yang panjang dapat menyebabkan
auditor independen atau akuntan publik menjalin hubungan kekeluargaan
yang berlebihan, loyalitas yang kuat, atau hubungan emosional dengan klien.
Hubungan ini pada tahap tertentu dapat mengancam independensi, juga
penurunan kualitas dan kompetensi auditor saat mereka mulai mengevaluasi
bukti audit (Nasser, et al., 2006). Oleh karena itu, kualitas laporan audit yang
dihasilkan dapat menurun, sehingga keputusan yang diambil oleh para pihak
yang berkepentingan berdasarkan laporan audit, dan laporan keuangan
auditan dapat pula keliru atau tidak tepat.
Pemilihan KAP adalah keputusan penting dalam perusahaan dan
keputusan untuk berpindah KAP seharusnya tidak dibuat secara gegabah.
Pergantian auditor oleh perusahaan terjadi ketika lingkungan perusahaan
berubah, ketika ingin mendapatkan auditor yang lebih efektif atau jasa yang
berbeda, ketika ingin menaikkan image perusahaan, dan ketika ingin
mengurangi biaya audit (William, 1988).
Fenomena mengenai pergantian auditor atau KAP memang sangat
menarik untuk dikaji, hal ini dikarenakan banyak faktor yang dapat
mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan pergantian auditor
atau KAP. Faktor-faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor klien maupun
faktor yang berasal dari auditor. Menurut Febrianto (2009), pergantian auditor
bisa terjadi secara voluntary (sukarela) atau secara mandatory (wajib). Jika
pergantian auditor terjadi secara voluntary, maka faktor-faktor penyebabnya
bisa dari sisi klien (misalnya kesulitan keuangan, manajemen yang gagal,
perubahan ownership, Initial Public Offering, dan sebagainya) dan dari sisi
auditor (misalnya fee audit, kualitas audit, dan sebagainya). Sebaliknya, jika
pergantian terjadi secara mandatory, hal itu terjadi karena adanya peraturan
yang mewajibkan.
Sumarwoto (2006) berpendapat bahwa rotasi KAP bisa bersifat
mandatory karena peraturan yang mengharuskan tetapi juga bisa secara
voluntary. Bukti empiris menunjukkan, bahwa perusahaan yang merotasi
KAP secara voluntary, disebabkan karena KAP yang terdahulu bertindak
konservatif dan tidak sejalan dengan kepentingan manajemen perusahaan,
sehingga perusahaan merotasi KAP secara voluntary. Menurut Sinarwati
maka menimbulkan pertanyaan bahkan kecurigaan dari investor sehingga
penting untuk diketahui faktor penyebabnya. Jadi, yang perlu diteliti adalah
jika pergantian KAP bersifat voluntary (diluar Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 17/PMK.01/2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiarini dan Sudarno (2012)
menggunakan variabel ukuran KAP, kesulitan keuangan perusahaan,
kepemilikan oleh publik, pergantian manajemen, serta pergantian komite
audit terhadap pergantian kantor akuntan publik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesulitan keuangan dan pergantian manajemen
berpengaruh positif terhadap pergantian kantor akuntan publik.
Penelitian yang dilakukan oleh Chadegani, et.al., (2011) menguji 6
faktor (opini audit, kualitas audit, perubahan fee audit, pergantian manajemen,
financial distress, dan ukuran perusahaan klien) yang dianggap berpengaruh
terhadap auditor switching di Tehran Stock Exchange, dan hasilnya
menunjukkan bahwa kesulian keuangan dan pergantian manajemen
berpengaruh positif terhadap auditor switching.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratitis (2011) menguji pengaruh
ukuran kantor akuntan publik, ukuran klien, dan kesulitan keuangan terhadap
pergantian kantor akuntan publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran klien dan kesulitan keuangan tidak berpengaruh terhadap pergantian
kantor akuntan publik.
kantor akuntan publik terhadap pergantian kantor akuntan publik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kesulitan keuangan dan pergantian
manajemen berpengaruh terhadap pergantian kantor akuntan publik.
Penelitian yang dilakukan oleh Suparlan dan Andayani (2010)
menguji pengaruh Investor Institusional, Kepemilikan Publik, Share Growth,
ukuran dewan komisaris, pergantian manajemen, Leverage, ROE, dan ukuran
perusahaan sebagai variabel independen terhadap pergantian kantor akuntan
publik sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap pergantian kantor akuntan
publik.
Penelitan yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2007)
menguji pengaruh pergantian manajemen perusahaan, opini akuntan, fee
audit, kesulitan keuangan perusahaan, ukuran KAP, dan persentase perubahan
ROA terhadap perusahaan go public di Indonesia berpindah kantor akuntan
publik. Penelitian ini membuktikan bahwa pengaruh pergantian manajemen
dan kesulitan keuangan perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap
pergantian kantor akuntan publik.
Penelitian yang dilakukan oleh Sinarwati (2010) menguji pengaruh
opini audit going concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan
kesulitan keuangan perusahaan sebagai variabel independen, terhadap
pergantian kantor akuntan publik (KAP) sebagai variabel dependen.
Penelitian ini membuktikan bahwa opini audit going concern, pergantian
pergantian kantor akuntan publik, sedangkan reputasi auditor memiliki
pengaruh negatif terhadap pergantian kantor akuntan publik (KAP).
Penelitian yang dilakukan oleh Nasser, et al,. (2006) menguji
pengaruh ukuran kantor akuntan publik, ukuran perusahaan klien,
pertumbuhan klien, financial distress, lamanya audit tenure terhadap
pergantian kantor akuntan publik. Penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan klien dan financial distress berpengaruh signifikan terhadap
pergantian kantor akuntan publik.
Karena hasil yang berbeda-beda tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012).”
Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sinarwati
(2010). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan variabel-variabel yang ada pada penelitian yang dilakukan
Sinarwati (2010). Variabel-variabel yang digunakan adalah opini going
concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, kesulitan keuangan. Selain
itu, peneliti juga menmbahkan variabel independen lain dalam penelitiannya,
yaitu variabel ukuran perusahaan klien karena dalam penelitian yang
dilakukan Nasser et al. (2006) variabel tersebut berpengaruh signifiksan
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah perusahaan
manufaktur go public, merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia yang
terdaftar selama periode tahun 2008-2012, sedangkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Sinarwati (2010) menggunakan periode tahun 2003 – 2007. Alasan penggunaan data lima tahun mulai tahun 2008-2012 adalah karena
tahun 2008-2012 merupakan data perusahaan yang dapat memberikan
gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan setelah rotasi audit dilakukan
sesuai dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik dan
rotasi audit dilakukan secara sukarela (voluntary) dari sisi klien. Pemilihan
satu jenis industri bertujuan untuk menghindari adanya resiko bisnis yang
mungkin terjadi antara jenis industri yang berbeda. Peneliti memilih industri
manufaktur karena industri manufaktur bersifat heterogen dan terdapat
berbagai jenis perusahaan dari perusahaan kecil hingga perusahaan besar.
Selain itu industri manufaktur juga memiliki populasi terbesar.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah opini going concern berpengaruh positif terhadap pergantian
kantor akuntan publik pada perusahaan manufaktur?
2. Apakah pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap pergantian
kantor akuntan publik pada perusahaan manufaktur?
3. Apakah reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap pergantian kantor
4. Apakah kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap
pergantian kantor akuntan publik pada perusahaan manufaktur?
5. Apakah ukuran perusahaan klien berpengaruh positif terhadap pergantian
kantor akuntan publik pada perusahaan manufaktur?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Pengaruh opini going concern terhadap pergantian kantor akuntan publik
pada perusahaan manufaktur.
b. Pengaruh pergantian manajemen terhadap pergantian kantor akuntan
publik pada perusahaan manufaktur.
c. Pengaruh reputasi auditor terhadap pergantian kantor akuntan publik pada
perusahaan manufaktur.
d. Pengaruh kesulitan keuangan perusahaan terhadap pergantian kantor
akuntan publik pada perusahaan manufaktur.
e. Pengaruh ukuran perusahaan klien terhadap pergantian kantor akuntan
publik pada perusahaan manufaktur.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Secara Praktis
Menjadi bahan informasi pada profesi akuntan publik tentang praktik
pergantian KAP yang dilakukan di perusahaan.
b. Bagi Regulator
Menjadi salah satu sumber bagi pembuat regulasi yang berkaitan dengan praktik perpindahan KAP oleh perusahaan go public yang sangat erat kaitannya dengan UUPT dan UUPM.
2. Secara Teoritis
a. Bagi akademisi
Memberikan pandangan dan wawasan terhadap pengembangan
pengauditan khususnya mengenai pergantian KAP pada perusahaan
manufaktur
b. Bagi peneliti berikutnya
Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan
penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
c. Bagi penulis
Sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi
mengenai auditing, terutama tentang alasan perusahaan yang
memutuskan untuk melakukan pergantian KAP sehingga diharapkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori yang Mendasari Penelitian 1. Teori Agensi
Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen Meckling (1976) menjelaskan adanya konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan
shareholder (principal) dan konflik tersebut menjadi pemicu pergantian
manjemen. Manajemen pengganti umumnya menerapkan metode
akuntansi yang baru sehingga manajemen baru berharap lebih dapat
bekerjasama dengan KAP pengganti dan berharap nantinya mendapatkan
opini yang sesuai dengan keinginan manajemen sehingga mendorong
manajemen dalam RUPS untuk mengganti KAP (Sinarwati, 2010).
Manajer sebagai orang yang tepat dalam menjalankan perusahaan,
umumnya, memiliki informasi yang lebih banyak mengenai posisi laporan
keuangan yang dan hasil operasi perusahaan daripada pemegang saham.
Pelaporan informasi keuangan pada pemilik (pemegang saham) umumnya
mengikuti prinsip-prinsip akuntansi. Oleh sebab itu, untuk menghindari
manipulasi akan pelaporan keuangan oleh manajer, kebutuhan akan
auditor meningkat (Ismail, 2008).
Manajer (agent) yang memiliki informasi yang lebih banyak
laporan keuangan. Permasalahan akan muncul saat informasi yang
diterima pihak yang berkepentingan tidak sama dengan keadaan
perusahaan yang sesungguhnya. Keadaan ini dikenal sebagai asimetri
informasi yang terjadi karena agent lebih unggul dalam mengetahui dan
memahami informasi dibanding dengan principal. Principal menginginkan
pengembalian secepatnya serta menguntungkan atas investasi yang telah
dilakukannya terhadap perusahaan. Sedangkan agent memiliki tujuan
untuk memperoleh kesempatan menerima bonus dan insentif yang lebih
besar atas pencapaian kinerjanya.
Penilaian prestasi agent dinilai oleh principal berdasarkan
kemampuan agent memperbesar keuntungan yang akan dibagikan pada
pembagian dividen. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh
perusahaan, maka agent dianggap sukses sehingga dapat memperoleh
bonus dan insentif yang lebih besar. Oleh karena itu, agent berusaha untuk
memenuhi tuntutan principal untuk memperoleh insentif yang memadai.
Jika tidak dilakukan pengawasan yang cukup, agent bisa melakukan
berbagai cara sehingga seolah-olah target perusahaan tercapai. Agent dapat
melakukan perubahan-perubahan di beberapa kondisi perusahaan untuk
membuat laba yang seolah-olah naik, padahal pada kenyataannya
perusahaan merugi ataupun mengalami penurunan laba.
Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai penengah
kedua belah pihak (agent dan principle) yang berbeda kepentingan.
timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer).
Berbeda dengan auditor yang lalu yang mungkin telah memahami aspek
bisnis klien, auditor yang baru dapat jadi sama sekali tidak paham tentang
bisnis klien. Mereka mungkin juga belum mengetahui reputasi klien
mereka di masa lalu sehubungan dengan laporan keuangan.
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada
pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di
perusahaan tersebut sedangkan agen diasumsikan akan menerima
kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan
yang terlibat dalam hubungan suatu agensi, seperti memutuskan untuk
melakukan auditor switching karena adanya ketidaksepakatan atas praktik
akuntansi tertentu, maka agen akan pindah ke auditor yang dapat
bersepakat dengan agen.
Teori ini digunakan sebagai dasar hipotesis pertama, kedua, ketiga
dan kelima dimana opini audit going concern, pergantian manajemen,
reputasi auditor, dan ukuran perusahaan klien pergantian manajemen dan
ukuran perusahaan klien dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk
melakukan pergantian KAP.
2. Pergantian Kantor Akuntan Publik
Setiap pelaku suatu bisnis atau usaha selalu berkompetisi dengan
akuntan publik lainnya. Mereka harus dapat menghimpun sebanyak
mungkin klien, untuk mempertahankan eksistensinya. Persaingan itu harus
dihadapi tanpa melanggar kode etik profesi.
Dalam profesi akuntan publik, terdapat persaingan yang ketat antar
kantor akuntan untuk mendapatkan klien, klien tersebut temasuk klien
yang meminta audit untuk pertama kali maupun klien yang meminta
pergantian auditor. Auditor harus mempertimbangkan secara matang setiap
permintaan auditing atau penugasan audit dari klien. Untuk klien baru
yang sama sekali belum pernah diaudit tidak timbul masalah berpindahnya
atau beralihnya KAP yang ditunjuk. Pada klien baru, pergantian KAP
tersebut merupakan masalah karena menyangkut etika profesional, untuk
itu perlu diketahui alasan mengapa seorang klien mengganti KAP.
Dalam suatu perusahaan pemilihan suatu KAP untuk mengaudit
laporan keuangan perusahaan dilakukan dengan berbagai cara sesuai
kebijakan perusahaan. Pemilihan suatu KAP untuk mengaudit laporan
keuangan perusahaan dapat dilakukan melalui rapat umum pemegang
saham, atau atas dasar keputusan manajemen puncak, atau direktur utama
perusahaan.
Auditor switching merupakan perpindahan auditor (KAP) yang
dilakukan oleh perusahaan klien. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yang bisa berasal dari faktor klien maupun faktor auditor (Kadir,
1994 dalam Wijayanti, 2010). Mardiyah (2002) juga menyatakan dua
(Client-related Factors), yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang
gagal, perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor
auditor (Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan kualitas audit. Pada
kondisi dimana tidak ada aturan yang mewajibkan pergantian auditor
(auditor switching hanya bersifat sukarela), terdapat dua kemungkinan
yang akan terjadi ketika klien mengganti auditornya yaitu, auditor
mengundurkan diri atau auditor diberhentikan oleh klien. Apapun
kemungkinan yang akan terjadi, perhatian utama tetap pada alasan apa saja
yang mendasari terjadinya peristiwa auditor switching tersebut dan ke
mana klien tersebut akan berpindah auditor. Jika alasan tersebut karena
ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka diekspektasi klien
akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien.
Menurut Boynton et. al., (2006) pergantian auditor perusahaan dapat
diakibatkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah: (1) merger antara perusahaan yang memiliki auditor independen
yang berbeda, (2) kebutuhan akan jasa profesional yang lebih luas, (3)
ketidakpuasan terhadap KAP tertentu, (4) keinginan untuk mengurangi
biaya audit, (5) merger antara KAP. Menurut Halim (2008) ada beberapa
penyebab klien berganti KAP antara lain: (1) merger dua perusahaan yang
kantor akuntan publiknya berbeda, (2) ketidakpuasan terhadap KAP lama,
dan (3) merger antar KAP. Perusahaan yang berskala besar akan memilih
besar akan mendapat keuntungan dengan menggunakan auditor yang
memiliki reputasi baik, dan hal itu umumnya dimiliki oleh KAP yang juga
tergolong besar.
Menurut Wijayanti (2010), ketika klien mencari auditor baru terjadi
ketidaksimetrisan informasi antara auditor dan klien. Hal ini terjadi karena
informasi yang dimiliki klien lebih besar dibandingkan informasi yang
dimiliki auditor. Pada saat itu klien pasti mencari auditor yang
kemungkinan besar akan sepakat dengan praktik akuntansi perusahaan.
Sehingga ada dua kemungkinan yang terjadi jika auditor bersedia
menerima klien baru. Kemungkinan pertama adalah auditor telah memiliki
informasi yang cukup lengkap tentang usaha klien. Kemungkinan kedua
auditor sebenarnya tidak memiliki informasi yang cukup tentang klien
tetapi menerima klien hanya untuk alasan lain, misalnya alasan finansial.
Febrianto (2009) menyatakan bahwa pergantian auditor secara wajib
dengan secara sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang
menjadi fokus perhatian dari isu tersebut. Jika pergantian auditor terjadi
secara sukarela, maka fokus perhatian utama adalah pada sisi klien.
Sebaliknya, jika pergantian terjadi secara wajib, fokus perhatian utama
beralih kepada auditor. Indonesia adalah salah satu negara yang
mewajibkan pergantian kantor akuntan dan partner audit yang
diberlakukan secara periodik.
Diterbitkannya peraturan mengenai pergantian KAP secara wajib oleh
pergantian KAP setelah enam tahun mengaudit (berdasarkan peraturan
terbaru yakni UU No. 5 Tahun 2011) tidak akan menimbulkan kejanggalan
dan juga pertanyaan dari berbagai pihak karena hal itu bersifat mandatory
(wajib) dan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Yang perlu
diteliti adalah jika pergantian KAP dilakukan secara voluntary (sukarela)
yaitu di luar UU No. 5 Tahun 2011..
3. Opini Audit Going Concern
Opini auditor merupakan sumber informasi bagi pihak luar
perusahaan untuk pedoman dalam pengambilan keputusan. Dalam
melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas
laporan keuangan perusahaan. Menurut Standar Professional Akuntan
Publik (2001) dalam Sinarwati (2010), opini going concern merupakan
suatu opini yang dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah perusahaan
dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Peneliti akuntansi dan
pengguna laporan keuangan khususnya menganggap sebuah opini going
concern sebagai sebuah peringatan bahwa kesulitan keuangan yang
dihadapi oleh klien auditor akan mengarahkan klien untuk melakukan
pencegahan dari kebangkrutan (Tiras et al., 2005).
Penerimaan opini audit going concern sangat berguna bagi para
pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam
berinvestasi. Hal itu penting karena ketika seorang investor akan
Pengeluaran opini audit going concern oleh auditor didasarkan pada
kesangsian auditor tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Auditor harus mengevaluasi kesangsian besar
mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu pantas dengan cara sebagai berikut.
a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan
dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan
audit, dan penyelesaian auditnya dapat mengidentifikasi keadaan atau
peristiwa, yang secara keseluruhan menunjukkan adanya kesangsian
besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas, maka auditor harus melakukan hal-hal di
bawah ini.
1) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang
ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa
tersebut.
2) Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat
secara efektif dilaksanakan.
c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, auditor mengambil
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam jangka waktu pantas.
4. Pergantian Manajemen
Pergantian kantor akuntan publik dapat disebabkan adanya pergantian
manajemen yang baru. Damayanti dan Sudarma (2008) menyatakan
bahwa pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan
yang dapat disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham
atau direksi berhenti karena kemauan sendiri. Adanya manajemen yang
baru mungkin juga diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang
akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Joher et al., (2000) dalam
Wijayanti (2011), menyatakan bahwa manajemen memerlukan auditor
yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan
perusahaan yang cepat.
5. Reputasi Auditor
Reputasi auditor adalah potensi dan kepercayaan publik yang
disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut
(Sinarwati, 2010). Reputasi yang disandang auditor terkait akan dua hal
yang dilakukannya, pertama auditor yang kompeten adalah auditor yang
bisa menemukan adanya pelanggaran. Sedangkan auditor yang
independen adalah auditor yang "bersedia" melaporkan" pelanggaran
tersebut. Selain dengan dasar apa yang telah dilakukan oleh KAP di masa
dimilikinya. Sumber daya yang lebih besar diharapkan memiliki
hubungan dengan kualitas audit yang baik (Febrianto,2009). Suatu
perusahaan yang berkembang maju cenderung akan mengganti auditornya
dengan auditor yang sudah bereputasi karena sejalan dengan perubahan
kebijakan akuntansi yang dipakai perusahaan. Auditor lama mungkin
tidak bisa mengikuti perubahan tersebut sehingga perusahaan cenderung
mengganti auditornya dengan auditor yang mampu mengikuti perubahan
kebijakan akuntansi yang diterapkan perusahaan. Perusahaan akan
cenderung mengganti auditornya dengan yang baru sesuai dengan
reputasi yang telah dipegangnya dan diharapkan mampu untuk mengikuti
kebijakan akuntansi yang telah diterapkan. Peneliti tertarik untuk
mengambil variabel penelitian yaitu reputasi KAP dikarenakan bahwa
reputasi KAP masih sedikit yang meneliti, yaitu Sinarwati (2010) yang
menemukan bahwa reputasi auditor tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pergantian auditor.
6. Kesulitan Keuangan Perusahaan
Kesulitan keuangan perusahaan (financial distress) merupakan
kondisi perusahaan yang sedang dalam keadaan kesulitan keuangan.
Kesulitan keuangan (financial distress) sebenarnya mempunyai berbagai
definisi, tergantung pada cara pengukurannya. Baldwin dan Scott (1983)
dalam Wijayanti (2011), menyatakan bahwa suatu perusahaan mengalami
financial distress apabila perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi
mengalami financial distress jika melakukan pemberhentian tenaga kerja.
Tanda-tanda perusahaan yang mengalami financial distress dapat dilihat
dari laporan keuangannya.
7. Ukuran Perusahaan Klien
Perusahaan besar lebih banyak disorot oleh investor dibandingkan
perusahaan kecil. Idealnya, ukuran perusahaan audit harus sesuai dengan
ukuran perusahaan klien dan jenis layanan yang dibutuhkan. Sebuah
ketidaksesuaian ukuran antara perusahaan klien yang besar diaudit oleh
perusahaan audit yang kecil dapat menyebabkan berakhirnya keterlibatan
audit (Hudaib dan Cooke, 2005), yaitu auditor switching. Oleh karena itu,
perusahaan besar cenderung menjaga citra perusahaan dengan cara
memilih kantor akuntan publik besar untuk mengaudit laporan
keuangannya.
Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi dan pemisahan
fungsi antara manajemen dan kepemilikan, sangat membutuhkan KAP
yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam
Nasser et al., 2006) dan ancaman kepentingan pribadi auditor (Hudaib
dan Cooke, 2005). Selain itu, sebagai ukuran peningkatan perusahaan,
kemungkinan bahwa jumlah konflik agensi juga meningkat dan ini
mungkin akan meningkatkan permintaan untuk membedakan kualitas
auditor (Palmrose, 1984 dalam Nasser et al., 2006).
kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi
pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar
aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak
penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar
kapitalisasi pasar maka semakin besar pula perusahaan dikenal dalam
masyarakat (Wijayani, 2011). Dari ketiga variabel ini, nilai aktiva relatif
lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan
dalam mengukur ukuran perusahaan. Oleh karena itu dalam penelitian ini
B. Hasil Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1
Penelitian –Penelitian Terdahulu No Peneliti
(Tahun)
Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Metode sampling: - 4. Metode analisis:
Regresi logistik
1. Variabel: Ukuran KAP, pertumbuhan klien, lamanya audit tenure 2. Populasi: 810 perusahaan
yang terdaftar di Kuala Lumpur Stock Exchange 10 Juni 2002
3. Metode sampling: Randomly selected 4. Metode analisis: -
Ukuran KAP,
3. Metode sampling: - 4. Metode analisis:
1. Variabel: Ukuran KAP, opini akuntan, audit fee, persentase perubahan ROA 2. Populasi: Perusahaan yang terdaftar di BEI 2003-2005 3. Metode sampling:
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Variabel: Ukuran klien, financial
distress, pergantian
manajemen 2. Populasi : -
3. Metode sampling: 4. Metode analisis:
Regresi logistik
1. Variabel: Ukuran KAP, audit opinion, audit fee.
2. Populasi: Perusahaan yang terdaftar di London Stock Exchange 1986-1995
3. Metode sampling: Stratified sampling
4. Metode analisis: -
Audit opinion
1. Variabel: Ukuran perusahaan, pergantian manajemen
2. Populasi: -
3. Metode sampling: Purposive sampling 4. Metode analisis:
Regresi logistik
1. Variabel: Kepemilikan institusional, kepemilikan oleh publik, share growth, ukuran dewan komisaris.
2. Populasi: Perusahaan yang terdaftar di BEI 2006-2008 3. Metode sampling: - 4. Metode analisis: -
Share growth dan
1. Variabel: Ukuran klien, pergantian manajemen
2. Populasi: -
3. Metode sampling: - 4. Metode analisis:
Regresi logistic
3. Metode sampling: Random sampling
4. Metode analisis: -
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Variabel: Pergantian manajemen, opini going
concern, reputasi
auditor, kesulitan keuangan
2. Populasi: -
3. Metode sampling: Purposive sampling 4. Metode analisis:
Regresi Logistik
1. Variabel: -
2. Populasi: Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2003-2007
3. Metode sampling: - 4. Metode analisis: -
Pergantian yang terdaftar di Tehran Stock Exchange 2003-2007
3. Metode sampling: Purposive sampling
1. Variabel: ukuran KAP, opini audit.
2. Populasi: -
3. Metode sampling: - 4. Metode analisis: -
Hanya ukuran auditor yang berpengaruh
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Variabel: Kesulitan keuangan, pergantian manajemen
2. Populasi: -
3. Metode sampling: Purposive Sampling
4. Metode analisis: Regresi logistik 3. Metode sampling: - 4. Metode analisis: -
Ukuran KAP dan
1. Variabel: Opini going concern, pergantian manajemen
2. Populasi: -
3. Metode sampling: Purposive Sampling
4. Metode analisis: Regresi logistic 4. Metode analisis: -
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun)
Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3. Metode sampling: Purposive sampling
4. Metode analisis: Regresi logistik 3. Metode sampling: - 4. Metode analisis: -
Opini auditor,
1. Variabel: opini audit going concern, reputasi KAP, pergantian manajemen, kesulitan keuangan 2. Populasi: -
3. Metode sampling: Purposive sampling 3. Metode sampling: -
C. Kerangka Pemikiran
Menurut Hamid (2007) mendefinisikan kerangka berpikir sebagai
berikut: “Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan”.
Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting. Faktor-faktor tersebut yaitu opini going concern (X1),
pergantian manajemen (X2), reputasi auditor (X3), kesulitan keuangan (X4),
serta ukuran perusahaan klien (X5) terhadap pergantian kantor akuntan publik
(Y).
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang
mengangkat penelitian mengenai pengaruh yang terjadi pada pergantian KAP.
Gambar 2.1
Adanya Skandal Akuntansi dan Pelanggaran yang dilakukan oleh Akuntan Publik
Dikeluarkannya dan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 423/KMK.06/2002 tentang pembatasan praktik jasa akuntan publik yang diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntan publik dan UU No. 5 Tahun 2011 tentang jasa akuntan publik
Basis Teori: Teori Keagenan (Agency Theory)
Variabel Independen Variabel Dependen
Opini Going Concern (XІ)
Pergantian Manajemen (XЇ)
Reputasi Auditor (XЈ)
Kesulitan Keuangan (XЉ)