(ALIYAH) PESANTREN PERSIS TAROGONG GARUT
SKRIP SI
Diajukan Kepada Fak:ultas Psikologi Sebagai Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
WIDAAD RIFQIANA
NIM: 1050700023•1'(}dOI,
cbu; : QᄋZ[MᄋZZNᄋᄋtGゥZZᄋセᄋᄋG|jャBIBBBGGGGBGBGM
! gl. '
··01:0"·.::T'L:.;··ttTTcr
:\,1. !:-1r.1\:t: : '"'''"""•"'""'····"'···'"···:. ;· ·,. __ [イセᄋLL⦅MN[G@ i : .. . ... '" ... .
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
SELF'-REGULATED LEARNING
SANTRI MU' ALLIMIEN
(ALIYAH) PESANTREN PERSIS TAROGONG GARUT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I
NIP. I 9620724 I 98903 2 001
Oleh:
WIDAAD RIFQIANA Niiv!: 105070002310
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
NIP.150408702
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF I-IIDA Y ATULLAH
JAKARTA
REGULATED Ln""'ARNING
SANTRI MU' ALLIMIEN (ALIYAH) PESANTREN PERSIS T AROGONG GAR UT telah diujikan dalarn sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 November 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Psikologi.Jakarta, 26 November 2009
Ketua Merangkap Anggota,
/ ·
セ@
t:
-Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
di
I,Hmtati M.Si 002 198303 2 001
Pembimbing I,
Ora. Zahrotun a ah M.Si NIP. 19620724 198903 2 001
Sidang Munaqasyah
Anggota:
Sekretaris Merangkap Anggota,
dイ。Nエ、セmNsゥ@
NIP. 19561223 198303 2 001
Penguji II,
Dra Fadhilah Sura! a M.Si NIP.19561223198303 2001
Pembimbing II,
If Better is Possible, Good is Not Enough!!
"Barang siapa yang sungguh-sungguh, Ia Pasti dapat! maka
bersungguh-sunguhlah, dan berusahalah untuk selalu melakukan
yang terbaik!"
Karya ini ku persembahkan untuk:
Orang Tuaku Tercinta,
orientation dengan self-regulated learning dengan sumbangan goal orientation
terhadap srl sebesar 5, l %. Hasil analisis korelasi juga menunjukkan ada hubungan yang positif antara mastery goal orientation dengan self-regulated learning yang berarti semakin tinggi mastery goal orientation maka semakin baik self-regulated learning, begitu pun sebaliknya. Hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan yang negatif antara pe1formance goal orientation dengan selj:regulated learning
yang artinya semakin tinggi performance goal orientation maka semakin rendah self-regulated learningnya, begitu pun sebaliknya.
Saran yang dapat diberikan adalah agar peneliti berikutnya lebih memperbanyak literatur dan menliti lebih dalam dimensi dari setiap variabel, terutama dimensi goal orientation agar dapat lebih baik dalam mebedakan mastery goal orientation dengan performance goal orientation. Untuk para santri agar dapat menentukan goal
belajarnya sehingga selj:regulatednya juga lebih baik. Untuk asatidz, guru; dan orang tua untuk dapat memotivasi santri serta dapat menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang lebih baik.
The results also show there are positive correlation between mastery goal
orientation and self-regulated learning; there are also negative correlation between performance goal orientation and self-regulated learning.
This study suggest next researcher to take more literature to explain the variables and more intensify research dimension of both variables especially dimension of goal orientation in order to discriminate mastery goal orientation and performance goal orientation. Students determine their learning goal in the beginning of learning process so they have good self-regulate learning. For teacher, parents and dormitory leader to motivate students and create better learning enviromnent.
Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan_ limpahan rizkinya hingga penulis dapat menyelesaikan karya ini.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rosululloh Muhan1mad SAW teladan bagi seluruh umat.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: _
!. Dekan Fakultas Psikologi Jabja Umar, Ph.D, seluruh jajaran dekanat, dan seluruh stafpengajar Fakultas Psikologi UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang telah membimbing penulis selama menjalani studi di fakultas ini.
2. Pembimbing I Ibu Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si dan Pembimbing II Ibu Mulya Sari Dewi, M.Psi yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya serta dengan sabar dan pengertian memberikan bimbingan, arahan, saran, dan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Si selaku pembimbing akademik; Ibu Solicha, Msi, dan Ibu Yunita, M.Psi yang telah meluangkan waktunya untuk diskusi mengenai skripsi dan lainnya.
4. Bapak dan ibu bagian akademik dan tata usaha: Ibu Faozah, Ibu Syariah, Ibu Sri, Ibu Ida, Pak Deden, Pak Ayung, !bu 'Mpok' Nur, K'Rini; Untuk Pak Chaidir dan Pak Badawi sebagai petugas perpustakaan; dan semuanya yang sudah banyak membantu penulis selama kuliah di Falcultas Psikologi ini.
5. Kedua orang tuaku tersayang dan tercinta, bapak M. LatiefNurdin dan Ibu Rahmi Fauziah, untuk semua cinta, kasih sayang, kesabaran, perhatian, pengertian, dukungan, dan terutama do'a yang tak pemah putus untuk penulis. Maaf, kalau teteh masih sering mengecewakan.
Modi, Irfan dan bibi buat penerimaan yang amat sangat baik selama Neng tinggal disana.
8. Sahabat-sahabat terbaikku Bode, Denot, Boay, Fitri, Thifa, Ilma, Rohilah buat persahabatan yang never ending.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2005 khususnya kelas B. Buat Hana dan Syifa trimakasih selalu setia membantu, mendukung dan menemani. Iha, Eka, Indah, Syakillah, Lia, Fifah, Arsy, Latif and the gank, Risti, Dian, Rika, dan semuanya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu buat semangat yang selalu ditularkan hingga skripsi ini selesai. Tetap semangat dan semoga persaudaraan kita akan selalu te1jaga.
I 0. Ust. Saeful Hayat dan Asatidz Pesantren PERSIS Tarogong untuk bantuan dan dukungannya selama penulis melakukan penelitian. Adik-adikku santri
Mu'allimien Pesantren PERSIS Tarogong yang dengan senang hati membantu penelitian dengan mengisi angket yang diberikan. Terimakasih kerjasamanya. 11. Teman-temanfacebook yang selalu menyemangati dengan komentar-komentar
yang bikin ketawa, makasih banyak ya ..
Penulis memohon maaf atas semua kekurangan dalam penulisan karya ini, mudal1-mudahan karya ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang terutanm bagi para pembaca.
Wassalam,
Halaman Persetujuan
Motto
Abstrak
··· ... ···
... ]Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vu Daftar Tabel ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN I . I Latar Belakang Masai ah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Batasan dan Rumusan Masalah ... & 1.3. I Batasan Masalah ... 8
1.3 .2 Rumusan Masalah
... 9
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 1 O 1.4.1 Tujuan Penelitian ... 10
1.4.2 Manfaat Penelitian ... 11
1.4.2.1 Manfaat Teoritis ... 11
1.4.2.2 Manfaat Praktis ... 12
2.1.2 Karakteristik Siswa yang Memiliki Self-Regulated Learning ... 17
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Self-Regulated Learning ... 18
2.1.4 Komponen Self-Regulated Learning ... 20
2.1.5 Proses Self-Regulated Learning ... 25
2.2 Goal Orientation ... 27
2.2.1 Pengertian Goal Orientation 2.2.2 Klasifikasi Goal Orientation ... .28
... 30
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Goal Orientation ... 34
2.2.4 Dimensi Goal Orientation ... .3 7 2.3 Kerangka Berpikir 2.4 Hipotesis Penelitian ... 40
... 42
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... .43
3. l. l Pendekatan dan Metode Penelitian ... .43
3.1.2 Variabel Penelitian ... .44
3.1.2.1 Definisi Konseptual ... 45
3.1.2.2 Definisi Operasional ... .45
3.2 Pengambilan Sampel ... 50
3.3.1 Metode dan Instrumen Penelitian ... 51
3.3.2 Tehnik Uji Instrumen Penelitian ... 58
3.4 Hasil Uji Instrumen ... 59
3.4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 59
3 .4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 68
3.5 Tehnik Analisis Data 3.6 Prosedur Penelitian ... 68
... 69
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DAT A 4.1 Gamba.ran Umum Subjek Penelitian ... 72
4.2 Kategorisasi Penyebaran Skor Responden ... ?? 4.3 Uji Korelasi ... 81
4.4 Uji Analisis Tambahan ... : ... 84
4.4.1 Uji Analisis Regresi ... 84
4.4.2 Uji Perbedaan ... 85
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. I Kesimpulan ... 92
5.2 Diskusi ... 94
Tabel 2.1 : Dimensi Goal Orientation ... 38
Tabel 3.1 : Indikator Self-Regulated Learning ... .46
Tabel 3.2 : Indikator Goal Orientation ... 48.
Tabel 3.3 : Blue Print Skala Self-Regulated Learning ... 53
Tabel 3.4 : Nilai Skor Jawaban Skala Self-Regulated Learning ... 55
Tabel 3.5 : Blue Print Skala Goal Orientation ... 55
Tabel 3.6 : Nilai Skor Jawaban Skala Goal Orientation ... 57
Tabel 3.7 : Blue Print Skala Se(f-Regulated Learning (Try Out) ... 60
Tabel 3.8 : Blue Print Skala Self-Regulated Learning (Penelitian) ... 62
Tabel 3.9 : Blue Print Skala Goal Orientation ... 64
Tabel 3.10 : Blue Print Penelitian Skala Goal Orintation ... 66
Tabel 3.11 : Kriterian Reliabilitas ... 68
Tabel 4.1 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 73
Tabel 4.2 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia ... 74
Tabel 4.3 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua ... 75
Tabel 4.4 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tempat Tinggal ... 76
Tabel 4.5 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Kelas ... 76
Tabel 4.6 : Kategorisasi Self-Regulated Learning ... 77
Tabel 4.7 : Kategorisasi Goal Orientation ... 80
[image:13.521.9.436.172.638.2]Tabel 4.11 : Model Summary ... 85
Tabel 4.12 :Independent Sample Test ... 86
Tabel 4.13 : Anova ... 87
Tabel 4.14: Anova ... 88
Tabel 4.15 : Anova ... 89
BABl
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Di era globalisasi sekarang ini, persaingan di dunia semakin kuat sehingga menuntut setiap orang untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih baik. Hal ini mendorong sekolah atau lembaga pendidikan untuk membuat kurikulum dan rencana pendidikan yang dapat menunjang dan memenuhi semua kebutuhan tersebut.
Sekolah atau lembaga pendidikan sekarang ini memberikan materi pendidikan yang lebih padat dengan waktu belajar di sekolah yangjuga lebih panjang. Siswajuga lebih banyak diberi tugas dan latihan untuk mengasal1 kemampuannya dengan lebih baik. Untuk membantu mereka dalam mencapai kurikulum dan mendapatkan prestasi yang baik, banyak siswa yang mengikuti bimbingan belajar atau kursus tambahan di luar sekolah.
baik. Mengatur cara belajar dapat dilakukan dengan membuat jadwal belajar, membuat catatan, mengerjakan latihan - latihan, dan berbagai cara lainnya.
Dalam Psikologi Pendidikan, bagaimana siswa mengatur cara belajarnya disebut self-regulated learning. Zimmerman (1989) self-regulated learning (pengaturan diii dalan1 berlajar) adalah "taraf dimana seorang siswa secara metakognisi, motivasional, dan perilaku berpartisipasi aktif dalam proses belajar mereka". Wolters (1998) mengatakan bahwa self-regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajamya sendiri didalam berbagai cara, sehingga mencapai basil belajar yang optimal. Sedangkan menurut Frank dan Robert (1988, dalam Nugroho, 2003) self-regulated learning adalah kemampuan diri untuk memonitor pemahamannya, memutuskan kapan dia sanggup diuji, dan kemampuan untuk memilih strategi pengolahan informasi.
academic materials. Pengaturan diri ini terjadi sebelum, selama dan setelah
melaksanakan proses belajar.
Banyak faktor yang mempengaruhi self-regulated learning siswa, yaitu personal, lingkungan, dan perilaku. Selain faktor-faktor tersebut tujuan atau goal seseorang juga mempengaruhi bagaimana siswa mengatur cara belajarnya. Goal adalah suatu yang spesifik, cukup sulit, dan mungkin untuk dicapai dalam waktu dekat yang meningkatkan motivasi dan ketekunan (Pintrich & Schunk, 2002; Stipek, 2002 dalam Woolfolk, 2004).
Perbedaan goal ini seringkali disebut dengan goal orientation. Goal orientation
sering kali dilihat sebagai salah satu aspek motivasi individual. Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa goal orientation seseorang menunjukkan goal yang dipilihnya dan metode yang ia gunakan untuk mencapai goal tersebut. Dweck & Leggett (1988); dan Ames & Archer (1987) (dalam Svinicki, 2004). Goal orientation meliputi alasan siswa mencapai goal dan standar yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan dalam mencapai goal tersebut (Woolfolk, 2004).
Pada umumnya goal orientation dibagi menjadi dua, yaitu mastery goal orientation danpe1formance goal orientation. Masteiy goal orientation adalah bagaimana individu mengembangkan kemampuan dan belajar, tidak peduli seberapa buruk penan1pilannya. Sedangkan pe1formance goal orientation adalah bagaimana individu bisa terlihat mampu atau tampil baik di depan orang lain (Woolfolk, 2004 ).
Siswa akan berusalrn sebaik mungkin dengan self-regulated learning yang
dimilikinya untuk mencapai goal yang sudah ditetapkannya. ウ・ャェセイ・ァオャ。エ・、@ learning
Sehingga pengamh lingkungan masih sangat kuat mempengarnhi self-regulated learning dan goal orientation siswa.
Pesantren adalah sekolah Islam berasrama (Islamic boarding school). Para pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar di sekolah ini, sekaligus tinggal pada (lsrama yang disediakan oleh pesantren. Namun ada juga Pesantren yang membebaskan siswanya untuk tinggal di asrama atau di Jura asrama bersama keluarganya. Pesantren adalah sekolah pendidikan umum yang persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu wnum. Pesantren untuk tingkat SMP dikenal dengan nan1a Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk tingkat SMA dikenal dengan
nama Madrasah Aliyah. Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut pesantren salafi (Wikipedia). Pesantren menyediakan asrama atau pondok sebagai tempat tinggal untuk para siswa atau santrinya agar pengamalan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari lebih optimal.
Berdasarkan uraian dan hasil penelitian di atas penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara goal orientation dengan self-regulated learning pada santri Mu'allimien (Aliyah) Pesantren PERSIS Tarogong Garut. Oleh karena itu penulis memberi judul penelitian ini "Hubungan Goal orientation dengan
Self-regulatetl learning Santri Mu'allimien (Aliyah) Pesantren PERSIS Tarogong
Ga rut".
1.2 IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran goal orientation santri Pesantren PERSIS Taro gong Garut?
2. Bagaimana gambaran self-regulated learning santri Pesantren PERSIS Tarogong Garut?
3. Apakah ada hubungan antara goal orientation dengan self-regulated learning
santri Pesantren PERSIS Tarogong Garut?
5. Apakah ada hubungan antara peiformance goal orientation dengan self-regulated learning pada santri Mu'allirnien (Aliyah) Pesantren PERSIS Tarogong Garut?
6. Berapa besar surnbangan goal orientation terhadap self-regulated learning?
7. Apakah ada perbedaan goal orientation santri yang tinggal di asrama dengan santri yang tinggaI di luar asrama?
8. Apakah ada perbedaan self-regulated learning santri yang tinggal di asrarna dengan santri yang tinggal di luar asrarna?
1.3 BATASAN DAN RUMUSAN MASALAH
1.3.1 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi menjadi hal-hal berikut ini:
2. Self-regulated learning merupakan kegiatan belajar yang menggunakan aspek metakognisi, motivasi dan perilaku untuk mencapai goal yang telah ditetapkan dengan segigih mungkin, melalui caranya sendiri yang
diperoleh dari pengalaman. Self-regulated learning yg diungkap dalam penelitian ini meliputi 14 strategi yang dikemukakan Zimmerman (!989).
3. Santri Mu'allirr.ien (Aliyah) Pesantren PERSIS Tarogong Garut yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh santri Mu'allimien (Aliyah) yang tinggal di asrama dan yang tinggal di luar asrama.
1.3.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas rnaka penulis merurnuskan masalah menjadi:
1. Bagaimana gambaran goal orientation santri Pesantren PERSIS Tarogong Garut?
2. Bagaimana gambaran self-regulated learning santri Pesantren PERSIS Tarogong Garut?
4. Apakah ada hubungan yang signifikau antara mastery goal orientation
dengan self-regulated learning santri Mu'allimien (Aliyah) Pesantren PERSIS Tarogong Garut?
5. Apakah ada hubungan yang signifikan antara peiformance goal orientation dengan self-regulated learning pada santri Mu'allimjen
(Aliyah) Pesantren PERSIS Tarogong Garut?
6. Berapa besar sumbangan goal orientation terhadap self-regulated learning?
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
I. Mengetahui gambaran goal orientaion santri Pesantren PERSIS Tarogong Garut.
3. Mengetahui bubungan antara goal orientation dengan self-regulated
learning santri Pesantren PERSIS Tarogong Garut.
4. Mengetahui bubungan antara mastery goal orientation dengan self-regulated learning santri Mu'allimien (Aliyah) Pesantren PERSIS Tarogong Garut.
5. Mengetahui bubungan antarapetformance goal orientation dengan self-regulated learning pada santri Mu'allimien (Aliyah) Pesantren PERSIS Tarogong Garut.
6. Mengetahui sumbangan goal orientation terhadap self-regulated learning.
1.4.2 Manfaat Panelitian
a. Manfaat secara teoritis:
b. Manfaat secara praktis:
Basil penelitian ini 'diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pembaca terutama para santri untuk mcngembangkan goal
orientation dan self-regulated learning. Kepada para guru (asatidz) agar dapat membantu dan mengarahkan goal orientation dan self-regulated learning santrinya.
1.5 Sistematika Penulisan
Tulisan ini terdiri dari lima bab yang masing-masing memiliki sub-sub bab dengan penyusunan sebagai berikut:
Bab I: merupakan bab pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, goal penelitian dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2: merupakan kajian pustaka, meliputi: self-regulated learning.
regulated learning, dan proses self-regulated learning; goal orientation: pengertian goal orientation, klasifikasi goal orientation, faktor yang mempengaruhi goal orientation, dan dimensi goal orientation; kerangka berpikir; dan hipotesis penelitian.
Bab 3: merupakan uraian mengenai metodologi penelitian, meliputi jenis penelitian, pengambilan sample, pengumpulan data, hasil uji instrument, dan prosedur penelitian.
Bab 4: merupakan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum subjek penelitian, uji hipotesis, dan uji analisis tambahan.
BAB2
KAJIAN PUST AKA
Pada bab II ini akan dibahas teori dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini
yang meliputi: self-regulated learning: pengertian seif-re15'1lated learning,
karakteristik siswa dengan self-regulated learning, faktor yang mempengaruhi self--regulated learning, kornponen self-regulated learning, dan proses self-regulated learning; goal orientation: pengertian goal orientation, klasifikasi goal orientation,
faktor yang rnernpengaruhi goal orientation, dan dirnensi goal orientation.
2.1
SELF-REGULATED LEARNING
2.1.1 Pengertian Self-regulated learning
Self-regulated learning memiliki definisi yang beragam dari para ahli sesuai dengan kepentingan dan konsentrasi mereka. Menurut Zimmerman (1989) self-regulated learning adalah "kemampuan seorang siswa secara metakognisi, motivasional, dan perilaku berpartisipasi aktif dalam proses belajar".
Wolters (1998) mengatakan bahwa self-regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri didalam berbagai cara, sehingga mencapai basil belajar yang optimal. Sedangkan menurut Frank dan Robert (1988, dalam Nugroho, 2003) self-regulated learning adalah kemampuan diri untuk memonitor pemahamannya, memutuskan kapan dia sanggup diuji, dan kemampuan untuk memilih strategi pengolahan informasi. Pengaturan diri ini terjadi sebelum, selama dan setelah melaksanakan proses belajar.
Zimmerman & Pons (1990) mengatakan, secara metakognisi, siswa yang
mengatur diri adalah yang dapat merencanakan, mengatur, menginstruksikan diri
belajar berlangsung. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat untuk belajar mempunyai otonomi atas dirinya untuk memilih, menyusun, dan menciptakan Iingkungan yang dapat mendukung proses belajarnya secara optimal.
Santrock (2007) mengatakan bahwa self-regulated learning meliputi pembangkitan diri (self-generation) dan pemantauan diri (self-monitoring) terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai goal.
Siswa secara pribadi mengatur dan mengarahkan perilakunya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan tanpa tergantung kepada perintah guru, orangtua atau yang lainnya. Siswa harus menggunakan strategi khusus untuk mencapai goal akademis berdasarkan persepsi keyakinan dirinya (self-efficacy).
Self-regulated learning mengacu pada proses siswa menggerakkan dan
kemampuan seseorang, nilai belajar, fak'tor-faktor yang mempengaruhi belajar dan perkiraan basil yang dapat dicapai; dan merasakan penghargaan dan kepuasan dari usaha yang telah dilakukannya.
Dari apa yang sudah diungkapkan diatas dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning merupllkan kegiatan belajar yang menggunakan aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dengan segigih mnngkin, melalui keyakinan dan caranya sendiri mengarahkan dirinya untuk mencapai goal yang telah ditetapkan.
2.1.2 Karakteristik Siswa Yang Mempnnyai Self-Regulated Learning
Menurut Paris dan Winograd ( 1998) karakteristik pelajar yang menggnnakan self-regulated learning adalah mereka yang memiliki tiga hal pokok dalam dirinya yaitu kesadaran terhadap pikirannya (mengenai cara berpikir yang efektif dan analisis yang sesuai dengan kebiasaan berpikirnya), menggunakan strategi (pemahaman siswa terhadap strategi dalam belajar, mengontrol emosi, dan Iain-lain), dan motivasi yang tinggi.
a. bertujuan memperluas pengetabuan dan meajaga motivasi
b. menyadari keadaan emosi mereka dan memiliki strategi untuk mengelola
emosmya
c. secara periodik memonitor kemajuan mereka dalam mencaapai goal
d. menyesuaikan dan memperbaiki strategi berdasarlrnn kemajuan yang merekabuat
e. mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan penyesuaian yang dibutuhkan
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Self-regulated learning
Bandura (1986, dalarn Zimmerman, 1989) menganggap bahwa kuatnya hubungan timbal balik antara pribadi, lingkungan, dan perilaku dapat terjadi melalui usaha seseorang untuk mengatur dirinya, kinerja dari perilakunya, dan perubahan dari
konteks lingkungannya.
Tingkat pengaturan diri siswa dalam mencapai goal akademisnya tergantung pada bagaimana dia menggunakan strategi-strategi yang dipengaruhi faktor pribadi, lingkungan, dan perilaku. Jika seorang siswa sebagai pribadj mampu
menggunakan pengawasan strategi terhadap ketiga faktor tadi, maka dia
dinyatakan telah mampu mengatur diri dalam belajar. Sebaliknya, jika siswa tidak mampu menggunakan strategi pengaturan diri dengan baik, maka pengaruh Iingkungan dan perilaku akan lebih dominan (Zimmerman, I 989).
Faktor pribadi terdiri dari kepercayaan diri, pengetahuan, proses metakognisi, goal, dan afeksi. Keyakinan diri atau rasa percaya diri adalah pandangan
seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan menerapkan tindakan untuk memperoleh keterampilan yang diharapkan dalam tu gas tertentu. Persepsi
f''
kepercayaan diri siswa tergantung pada empat faktor lainnya. Tingkat
siswa dalam menentukan goal akhir,juga dalam menentukan bagaimana, kapan dan mengapa dia menggunakan strategi tertentu (Bandura dan Cervone, I 983).
Dalam menentukau strategi self-regulated learning, berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya siswa juga melalui proses metakognisi. Menurut Zimmerman (1989) proses metakognisi berupa analisis tugas dan perencanaan untuk memilih strategi-strategi pengaturan diri. Perencanaan dilakukan berdasarkan pada tugas-tugas yang dihadapi melalui proses pengontrolan periiaku sebagai pedoman dalam melakukan, menekuni, dan memantau respon-respon penggunaan strategi belajar dalam konteks tertentu. Proses metakognisi siswa tergantung pada goal yang ingin dicapai. Penetapan goal atau target merupakan ha] yang penting karena akan mempengaruhi pemilihan strategi.
2.1.4 Komponen Self-regulated /earni11g
Zimmerman (1989) menjelaskan bahwa self-regulated learning memiliki tiga komponen penting yaitu strategi pengaturan diri (self-regulated learning
a. Strategi self-regulated learning
Strategi pengaturan diri adalah tindakan dan proses yang diarahkan untuk memperoleh informasi atau keterampilan yang terkait dengan agency, goal, dan persepsi siswa tentang cara bagaimana mencari, mengatur, dan menyerap informasi, menghafal atau menggunakan bantuan ingatan. Bandura (1986) mengatakan bahwa sangat penting bagi seorang siswa untuk menggunakan strategi pengaturan diri. Menurutnya penerapan strategi akan meningkatkan nilai pengetahuan keyakinan diri siswa, yang pada gilirannya diharapkan dapat menentukan pilihan dan penetapan strategi maupun tindakan berikutnya.
Menurut Zimmerman (1989) strategi self-regulation terdiri dari beberapa kategori:
1. Seif-evaluation. Siswa berinisiatif untuk mengevaluasi kualitas atau kemajuan belajar mereka.
3. Goal setting and planning.
Siswa berinisiatif menentukangoal
dansubgoal
juga merencanakan secara berkelanjutan, waktu dan penyelesaiankegiatan apa saja yang sesuai dengan
goal
tesebut.4. Seeking information.
Siswa beri;saha untuk m"!ncari informasi dP.ri berbagai sumber non sosial seperti perpustakaan, internet, dan lainnya dalam menyelesaikan tugas sekolahnya.5.
Keeping records and monitoring.
Usaha siswa untuk merekam setiapkc;jadian maupun hasil 「・ャ。ェ。セN@
6. Environmental structuring.
Siswa berinisiatifuntuk memilih danmenata tempat dan lingkungan belajamya untuk mempermudah proses belajarnya.
7.
Self-consequating.
Siswa merencanakan atau membayangkan imbalanatau hukuman yang akan dia peroleh jika menga!an1i keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajamya.
8. Rellearsing and memorizing.
Usaha siswa untuk menghafal materipelajaran dengan latihan dan pengulangan.
9-11.
Seeking social assistance.
Usaha siswa untuk mencari bantuan12-14.
Reviewing record.
Usaha siswa untuk memeriksa kembalicatatan (12), hasil ulangan (13), atau buku pelajaran (14) ketika mempersiapkan diri menghadapi ulangan atau tes
Penerapan strategi di atas terkait dengan apa yang dinyatakan Bandura (1986, dalam Zimmennan 1989) bahwa proses pengaturan diri meliputi tiga taliap, yaitu: pertama self observation, di mana individu memandang diri dan perilakunya kemudian menerapkannya dalam tindakan mereka. Kedua self judgement, individu membandingkan pandangan hasil observasinya dengan
standard yang dibuatnya sendiri atau berupa aturan dalam masyarakatnya. Ketiga self response atau self reaction, jika perilakunya sesuai dengan target dia memberi reward pada responnya sendiri, dan sebaliknya jika perilakunya tidak sesuai dia memberi punishment. Ketiga hal ini saling berinteraksi self observation akan mempengaruhi seffjudgement dan selanjutnya self
judgement menyebabkan terjadinya self reaction.
b. Keyakinan diri (self efficacy)
keterampilan yang diharapkan dalam tugas tertentu. Para ahli sosial kognitif beranggapan bahwa keyakinan diri merupakan variabel kunci yang
mempengarubi pengaturan diri. Menurut Bandura (1986) rasa keyakinan diri menentukan penilaian bagaimana seseorang dapat melakukan tindakan yang diperlukan dalam mengbadapi kemungkinan situasi. Menurutnya keyakinan diri juga mempengaruhi pola berpikir dan reaksi emosional seseorang dalam berbubungan dengan lingkungannya.
Persepsi keyakinan diri berkaitan dengan penggunaan strategi belajar dan pe!Ilantauan diri (self-monitoring). Menurut Kurtz dan Borkowski ( dalam Zimmerman, l 989) siswa yang memiliki kepereayaan diri tinggi
c. Goal akademis
Goal akademis adalah goal akhir yang ingin dicapai siswa dalam proses belajarnya seperti prestasi, peringkat, kepercayaan sosial, atau gelar yang akan digunakannya dalam memperoleh pekerjaan.
2.1.5 Proses self-regulated leaming
Markus dan Wurf <lalam Brown (i 998) membedakan tiga komponen proses pengaturan diri yaitu: memilih goal akhir (goal selection), persiapan pelaksanaan (preparation for action), dan cybernetic cycle of behavior.
Brown (l 998) menguraikan ha! di atas dengan memperinci tahapan tersebut sebagai berikut:
a. Pemilihan goal akhir, Sebelum secara efektif dapat mengatur perilakunya, seseorang harus menentukan goal dan menetapkan apa yang akan mereka lakukan untuk mencapai goalnya tersebut.
c. cybernetic cycle of action, cybernetic adalah suatu studi bagaimana suatu kesatuan menggunakan informasi untuk mengatur diri mereka (Wiener dalam Brown 1998) atau disebut juga teori kontrol.
Lebih lanjut Brown ( 1998) mengungkapkan bahwa ketiga proses di atas harus dikaitkan dengan pertimbangan di mana dan bagaimana proses penyesuaian diri tersebut terjadi, dan bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku motivasi. Hal ini terkait dengan keyakinan pada kemampuau diri (self-efficacy belief), possible selves dan self-awareness.
Bandura (1986, dalam Brown, 1998) menggabungkan filosofi perilaku dan kognisi untuk membentuk teori modelingnya. Ia mengatakan bahwa seseorang mampu mengontrol perilakunya melalui proses yang dikenal sebagai self-regulation. Proses ini meliputi tiga tahap, yaitu:
a. self-observation, di mana individu memandang diri dan perilakunya kemudian menerapkannya dalam tindakan mereka
b. self-judgement, individu membandingkan pandangan hasil observasinya dengan standard yang dibuatnya sendiri atau berupa aturan dalam
c. self-response, jika perilakunya sesuai dengan targetnya dia memberi reward pada responnya sendiri, dan sebaliknya jika perilakunya tidak sesuai dia memberi punishment.
Bandura menambahkan, self-regulated learning tidak semata-mata merupakan proses perorangan secara pribadi, namun merupakan proses yang dipengaruhi oleh lingkungan dan kejadian-kejadian perilaku secara timbal balik. Ketiga unsur (pribadi, lingkungan, dan perilaku) yang saling mempengaruhj ini digambarkan sebagai triadic reciprocality. Tentang triadic ini Bandura (1986, dalam Brown 1998) menyatakan: "Perilaku merupakan basil dari pengaruh diri sendiri dan sumber di luar diri ".
2.2 GOAL ORIENTATION
Banyak teori mengenai goal yang menunjukkan bagaimana perilaku manusia, dan teori goal orientation dikembangkan untuk secara khusus menjelaskan perilaku manusia dalam berprestasi. Goal orientation dikembangkan dalam psikologi
2.2.1 Pengertian Goal Orienta/on
Goal adalah hasil dari apa yang individu kerjakan untuk kesempumaan (Locke dan Latham, 1990, dalam Woolfolk, 2004). Dalam mencapai goal, siswa sadar pada kondisi yang terjadi sekarang, kondisi ideal, dan ketidaksesuaian antara kejadian sekarang dengan kondisi ideal (Woolfolk, 2004). Goal-goal yang kita buat mempengaruhi motivasi kita untuk mencapainya.
Dweck and Leggett ( 1988); dan Ames and Archer (l 987) ( dalam Svinicki, 2004) mendefinisikan "achievement goal orientation adalah teori umum motivasi yang menunjukkan fakta bahwa tipe goal yang sedang dicapai oleh seseorang sangat besar pengaruhnya pada bagaimana mereka mencapai goal tersebut."
Goal orientatition merupakan pola keyakinan mengenai goal berhubungan dengan prestasi di sekolah. Goal orientation meliputi alasan siswa mencapai goal dan standar yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan dalam mencapai goal tersebut (Woolfolk, 2004). Sebagai contoh, siswa memiliki target mendapatkan nilai A dalam pelajaran Matematika. Apakah ia akan berusaha agar dapat
terlihat baik di depan teman, orang tua dan keluarganya (peiformance orientation).
Goal orientation menggambarkan pola keyakinan terintegrasi yang akan mempengaruhi cara pendekatan, keterlibatan dan respons individu dalam berprestasi (Ames, 1992 dalam Pintrich & Schunk, 1996), dan berkaitan erat dengan standar individu dalam memberikan penilaian pada dirinya (Pintrich &
Schunk, 1996).
Goal orientation juga dapat menggambarkan standar individu dalam menilai penampilan dan kesuksesannya. Jika teori goal-setting yang dikemukakan oleh Locke dan Latham (1990, dalam Pintrich & Schunk, 1996) fokus pada goal yang spesifik (misalnya, mendapat I 0 jawaban benar), teori goal orientation fokus pada mengapa seseorang ingin mendapat 10 jawaban benar dan bagairnana pendekatan atau cara mereka pada tugas tersebut (Pintrich & Schunk, 1996).
2.2.2 Klasifikasi Goal orientation
Para peneliti berbeda-beda dalam mendefinisikan dan mengklasifikasi goal orientation. Istilah yang umum digunakan dalam klasifikasi goal orientation adalah learning dan peiformance goals (Dweck dan Legget, 1988; Elliot dan Dweck, 1988), atau task- involved dan ego- involved goals (Nicholls, 1984), atau maste1y dan peiformance goals (Ames, l 992b; Ames dan Archer, 1987, 1988), atau task.focused dan ability.focused goals (Maehr dan Midgley, 1991) (Pintrich
& Schunk, 1996). Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan istilah mastery
dan pe1formance goal orientation.
a. Mastery goal orientation
Mastery orientation menggambarkan bahwa seorang siswa berharap untuk cakap dalam suatu masalah dengan kemampuan terbaik mereka. Kepuasan siswa dalam pekerjaannya tidak dipengaruhi penilaian dari luar. Mastery orientation berhubungan dengan usaha yang keras dalam mengejakan tugas dan ketekunan dalam menghadapi kemunduran (Ames, 1992, dalam Wikipedia).
kesulitan karena mereka fokus pada tugas yang sedang dikerjakan dan tidak khawatir dengan bagaimana penampilan mereka dinilai dan dibandingkan orang lain (Woolfolk, 2004).
Karakteristik siswa dengan mastery goal orientation diantaranya adalah:
1. Memusatkan perhatian pada penguasaan materi berdasarkan standar pribadi, mengembangkan keterampilan baru, mencoba untuk mengerjakan sesuatu yang menantang, meningkatkan kompetensi, dan berusaha
memahami materi yang dipelajari (Ames, I 992b; Dweck dan Legget, 1988; Maehr dan Midgley, 1991; Nicholls, 1984; cf. Harter, l98lb, dalam Pintrich & Schunk, 1996)
2. Menggunakan masalah sebagai sarana untuk mempelajari sesuatu, walaupun terasa sulit dan akan mengalami banyak kesalahan (Dweck, dalam Pintrich & Schunk, 1996).
3. Berusaha keras untuk belajar dan menganggap kesalahan adalah bagian dari belajar (Ames, dalam Pintrich & Schunk, 1996).
5. Bangga dan puas karena usaha yang sukses, merasa bersalah karena usaha yang kurang, bersikap positif untuk belajar, dan memilki ketertarikan intrinsik pada belajar.
6. Menggunakan strategi yang mendalam, menggunakan strategi pengaturan yang meliputi perencanaan, kesadaran dan monitor diri.
7. Memilih tugas yang menantang, mengambil resiko, terbuka pada tugas barn, pencapaian prestasi lebih tinggi.
b. Performance goal orientation
Dalam kamus Wikipedia,peiformance orientation menggambarkan harapan siswa untuk mendapatkan penghargaan yang tinggi dengan menggunakan indikator kesuksesan dari luar dirinya. Kepuasan siswa dipengaruhi oleh nilai yang ia dapat dan ia akan putus asa ketika mendapat nilai yang rendah.
Peiformance goal orientation adalah bagaimana individu bisa terlihat mampu atau tampil baik di depan orang lain (Woolfolk, 2004). Siswa dengan
Karakteristik siswa dengan pelformance goal orientation diantaranya adalah:
l. Perhatian terpusat pada kemampuan yang dimiliki dan bagaimana
kemampuan tadi dinilai oleh orang lain (Ames, dalam Pintrich & Schunk, 1996).
2. Menggunakan masalah sebagai sarana untuk menunjukkan kemampuan (Dweck, dalam Pintrich & Schunk, 1996).
3. Kerja keras untuk mendapatkan nilai tinggi dan sangat tidak menyukai membuat masalah (Ames, dalam Pintrich & Schunk, 1996).
4. Sukses adalah mendapat nilai tinggi, prestasi lebih baik dari siswa lain, menang, dan diakui.
5. Mencoba menyelesaikan tugas secepat mungkin tanpa bernsaha terlalu keras dan sangat menghindari berbuat kesalahan.
Deborah Stipek (2002) mengungkapkan ciri-ciri siswa dengan peiformance goal orientation adalah:
I. Mencontek atau menyalin tugas, dan mencari jalan pintas untuk menyelesaikan tugas.
2. Mencari perhatian dcngan penampilan yang baik.
3. Hanya bekerja keras pada tugas ang dinilai.
4. Marah dan menyembunyikan nilai yangjelek.
5. Membandingkan nil&i dengau teman sekelasnya.
6. Memilih tugas yang lebih memungkinkannya mendapat nilai yang positif.
7. Tidak nyaman dengan tugas yang tidak jelas kriteria penilaianr.ya dan yang berulang kali diperiksa oleh guru.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Goal orientation
Goal orientation adalah suatu kecenderungfill, bukan sesuatu yang dapat dipisah-pisahkan. Tiap orang memiliki kecenderungan yang berbeda termasuk dalam
secara garis besar dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor-fuktor individual dan faktor situasionaL Perbedaan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor Individual
1. Ability Perceptio11
Suatu penilitian yang dilakukan oleh Harter (1981, dalam Meece, Blumenfeld dan Hoyle, 1988) memperlihatk&n bahwa peserta didik yang memiliki high
perceived ability (persepsi yang tinggi terhadap kompetensi diri) dalam bidang akademis pada umumnya mengembankan orientasi goal yang bersifat intrinsik. Mereka lebih menyukai tugas-tugas yang menantang, selalu
berusaha untuk memuaskan rasa in gin tahu dan berusaha untuk selalu mampu mengatasi tugas-tugasnya. Sedangkan peserta didik yang memiliki low perceived ability (persepsi rendah terhadap kemampuan diri) lebih
2. Pengalaman
Harapan akan keberhasilan di masa akan datang dipengaruhi oleh
pengalaman-pengalaman di masa lalu (Stipek dan Hoffman, 1980, dalam Meece, Blume:ifeld dan Hoyle, 1988). Pengalaman di masa 1.alu yang clialami terns menerus (konsisten) akan diatribusikan sebagai akibat dari faktor yang tetap (stable), sehingga cenderung menimbulkan harapan-harapan yang konsisten dengan pengalaman masa lalu tersebuut. Seorang peserta didik yang seringkali mendapat nilai buruk dalam ujian-ujian ceuderung akan memiliki harapan kecii untuk berhasil dalam ujian berikutnya.
b. Faktor Situasional
Karakteristik situasi belajar dalam kelas diasumsikan dapat mempengaruhi
goal peserta didik (Ames dan Ames, 1984, dalam Nani, 2004). Sebuah penilitian yang dilakukan oleh Ecceles, Midgley, dan Alder ( dalam Meece, Hoyle dan Blumenfeld, 1988) memperlihatkan bahwa aktifitas di dalam kelas cenderung bersifat tacher controlled, formal, dan kompetitif.
Dalam situasi seperti ini peserta didik cenderung mementingkan ability,
tugas), meskipun mereka memiliki self-concept yang tinggi terhadap kemampuan serta memiliki motivasi interinsik dalam belajar. Sedangkan kelas dalam skala yang kecil dan bersifat tidak formal serta tidak terlalu terikat aturan ketat, akan memberikan situasi yang lebih leluasa bagi peserta didik untuk mengatur belajar dan aktifitasnya. Sehingga peserta didik mampu melakukan kontrol dan membuat pilihan-piihan sendiri. Menurut Ames dan Archer (dalam Meece, Hoyle, dan Blumenfeld, 1988), dengan mengurangi hal-hal yang bersifat evaluatif akan mempermudah untuk menimbulkan motivasi interinsik bagi peserta didik.
2.2.4 Dimensi Goal orientation
Kritcria
Dcf"misi sukscs
Nilai (value)
terdapat pada Alasan berusaha Kriteria evaluasi Pandangan terhadap kesalahan/kegagalan Pola atribusi Tabcl 2.1
Dimcnsi Goal orientation Mastery/Learning Orientation
Pcningkatan, kemajuan,
penguasaan, kreatifitas, inovasi, belajar
Usaha, mencoba tugas yang menantang, tekun
Aktifitas yang be::makna intrinsik dan pribadi, penguasaan
Absolut (standar), menunjukkan kemajuan
Bagian dari proses belajar, sebagai informasi
Adaptif, kegagalan karena kurangnya usaha, keberhasilan dihubungkan pada usaha
Performance Orientation
Nilai tinggi, prestasi lebih baik dari siswa lain, menang, diakui
Menghindari kegagalan, sukses dengan usaha yang minimal
Menunjukkan kemampuan da.'I hargadiri
Norrnatif, perbandingan sosial dengan siswa lain
Kegagalan, bukti tidak mampu atau tidak pantas
Afeksi Bangga dan puas karena usaha S ikap negatif pada kegagalan yang sukses, merasa bersalah
karena kurang usaha, sikap positif untuk belaja;, ketertarikan intrinsik
untuk belajar
Kognisi Menggunakan strategi yang Menggunakan strategi beajar mendalam, menggunakan strategi yang dangkal
pengaturan yang meliputi perencanaan, kesadaran, dan monitor diri
Perilaku Memilih tugas yang menantang, Memilih tugas yang lebih
mengambil resiko, terbuka pada mudah, tidak ingin mengambil tugas baru, pencapaian prestasi resiko, mencoba tu gas barn, lebih tinggi pencapaian prestasi yang
rendah
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan teori-teori yang sudah dikemukakan diatas terlihat bahwa goal siswa dalam belajar berbeda. Ada siswa yang belajar karena ia merasa senang belajar, dan ia ingin menguasai materi dengan baik yang disebut dengan mastery goal orientation.
Ada juga siswa yang belajar karena ingin menunjukkan kemampuannya, dan ia ingin mendapatkan pujian dari orang di sekitarnya yang disebut dengan performance goal orientation.
MASTERY GOAL ORIENTATION:
I. sukses dalam belajar jika dapat menguasai materi 2. menyukai tugas yang menantang
3. belajar untuk kepuasan diri sendiri
4. mengevaluasi hasil belajar dengan kemajuan yang didapatkan 5. kegagalan merupakan bagian dari proses belajar
6. kesuksesan ;nerupakan hasil kerja keras 7. merasa puas karena usaha yang sukses 8. menggunakan 3trategi dalam belajar 9. senang mengambil resiko
PERFORMANCE GOAL ORIENTATION:
1. sukses dalam belajar jika mendapat nilai tinggi 2. tidak menyukai tugas yang menantang
3. belajar untuk menunjukkan kemampuan dah harga diri
4. mengevaluasi basil belajar dengan membandingkan dengan siswa lain 5. kegagalan merupakan bukti ketidakmampuan
6. kegagalan karena kemampuan tidak stabil 7. bersikap negatif pada kegagalan
8. menggunakan strategi yang dangkal dalam belajar 9. tidak ingin mengambil resiko
SELF-REGULATED LEARNING:
Mengevaluasi kualitas dan kemajuan belajar
Mengatur cara belajar untuk meningkatkan kemampuan belajar Menentukan goal dan merencankan kegiatan untuk mencapai goal
Mencari infonnasi dari berbagai sumber untuk menyelesaikan tugas Mencatat materi dan memantau basil belajar
Membangun dan mengatur lingkungan belajar
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 JENIS
PENELITIAN
3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2007) adalah penelitian yang datanya berupa angka-angka, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
3.1.2 Variabel Penelitian
Menurut Kerlinger (2000) variabel adalah suatu sifat yang memiliki nilai, ia juga menyebut variabel sebagai sesuatu yang bervariasi. Jadi variabel adalah objek pernelitian yang menjadi perhatian suatu penelitian.
Dalam penelitfon ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini variabel-variabelnya adalah:
Variabel Bebas (Independent Variable): goal orientation (orientasi tujuan).
3.1.2.1 Definisi Konseptual
a. Goal orientation
Goal orientation merupakan pola keyakinan mengenai tujuan
berhubungan dengan prestasi. Goal orientation meliputi alasan siswa mencapai tujuan dan standar yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan dalam mencapai tujuan tersebut (Woolfolk, 2004). Yang meliputi mgo dan pgo.
b. Self-regulated learning
Self-regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajamya sendiri baik secara metakognisi, motivasional, dan perilaku berpartisipasi aktif dalam proses belajar mereka sehingga mencapai hasil belajar yang optimal.
3.1.2.2 Definisi Operasional
a. Self-regulated learning
Secara operasional, self-regulated learning didefmisikan sebagai skor
mengukur 14 strategi
self-regulated learning
dengan indikator sebagai berikut:Tabet 3.1
lndikator
Self-regulated learning
Strategi lndikato!"1.
self-evaluatio11
Mengevaluasi kualitas dan kemajuan belajar2. orga11izi11g dan
Mengatur kegiatan belajar untuk meningkatkantransforming
kemampuan belajarnya·
3. goal setti11g and
Menentukan tuj1.1an dan merencakan kegiatan untukpla1111ing
mencapai tujuan4. seeking
Mencari informasiinformation
5. keepi11g records
Mencatat dan memantau hasil belajarand mo11itori11g
6. environme11tal
Membangun dan mengatur lingkunganstructuring
7.
self-consequences
Merencanakan dan membayangkan imbalan dan8. rehearsing and Mengulang dan menghafal materi belajar memorizing
9-11. seeking social - mencari bantuan teman assistance
- mencari bantuan gu:u
- mencari bantuan orang dewasa lain
12-14. reviewing - mempelajari catatan records
- mempelajari ujian sebelumnya
- mempelajari buku pelajaran
b. Goal orientation
Secara operasional goal orientation adalah skor yang diperoleh dari angket skala goal orientation yang menggunakan 9 dimensi mastery goals orientation
Kriteria
Definisi snkses
Nilai (value) terdapat pada
Alasan berusaha
[image:60.532.58.478.108.678.2]Kriteria evaluasi
Tabel 3.2
Indikator Goal orientation
Indikator
Mastery/Learning
Orientation
-
Menganggap suksesdalam belajar jika dapat menguasai materi
-
Menganggap suksesdalam belajar jika ada peningkatan
-
menyukai tugas yang menantang-
Belajar untuk kepuasandiri sendiri
-
mengevaluasi basilbelajar dengan kemajuan
Indikator
Performance Orientation
-
Menganggap suksesdalam belajar jika mendapat nilai tinggi
-
Menganggap suksesdala;n belajar jika dipuji orang lain
-
tidak menyukai tugasyang menantang
-
belajar untukmenunjukkan
kemampuan dan barga diri
yang didapatkan belajar dengan
membandingkan dengan siswa lain
-
Menganggap kegagalan-
MenganggapPandangan terhadap
sebagai bagian dari kegagalan sebagai
kesalahan/kegagalan
proses belajar bukti
-
Menganggap kegagalan ketidakmampuansebagai pengalaman
-
Menganggapkegagalan sebagai bukti ketidakpantasan
-
Kesuksesan merupakan-
kegagalan karenaPola atribusi
basil kerja keras kemampuan yang tidak stabil
-
merasa bersalah jika-
Bersikap negatif padaAfeksi
kurang berusaha kegagalan
-
menggunakan strategi-
menggunakan strategiKognisi
-
senang mengambil - tidak ingin mengambil Perilakuresiko resiko
3.2 PENGAMBILAN SAMPEL
3.2.1 Populasi Penelitian
Dalam metode penelitian, populasi <ligunakan untuk menycbut sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karena itu populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Adapun populasi dalam penilitian ini adalah delapan belas (18) kelas Mu'allimien (Aliyah) Pesantren PERSIS Tarogong Garut mulai dari kelas X, XI, XH yang berjumlah 465 orang santri.
3.2.2 Tehnik Pengambilan Sampei
Dalam penelitian ini tehnik pengambilan sampel yang dignnakan adalah cluster random sampling, yaitu tehnik pengambilan sampel di mana popnlasinya dibagi menjadi beberapa cluster dengan menggnnakan aturan-aturan tertentu.(Hasan,
Pengambilan sampel clilakukan dengan mengundi delapan belas (18) kelas untuk mengambil enam (6) kelas sebagai sampel. Enam kelas tersebut terdiri dari masing-masing dua kelas dari tiap tingkatannya.
3.2.3 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jeas dan lengkap yang dianggap dapat
mewakili populasi (Hasan, 2002).
Adapun sampel pada penelitian adalah 140 santri kelas X, XI, XII Mu'allimien (Aliyah) yang diambil dari enam kelas, untuk tiap tingkatannya dua 2 kelas. Jumlah sampel yang diambil sesuai dengan jumlah santri yang hadir ketika penelitian dilakukan.
3.3 PENGUMPULAN DATA
3.3.1 Metode dan Instrnmen Penelitian
pertanyaan atau pemyataan tertulis kepada responden untulc dijawabnya (Sugiyono, 2007). Sejumlah pemyataan tertulis digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang merupakan laporan tentang pribadinya, sikapnya terhadap sesuatu atau hal yang diketahui.
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah skala model likert.
Skala model Ii/cert ini merupakanjenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Variabel penelitian yang diukur dengan skala ini dijabarkan meajadi indikator variabel yang kemudian dijadikan sebagai titik tolak
penyusunan item-item (Hasan, 2002).
Instrumen penelitian ini memiliki 5 kategori pilihan jawaban untuk memberi keleluasaan responden dalam menjawab pemtanyaan, yaitu tidak pemah (TP), jarang (JR), kadang-kadang (KD), sering (SR), dan selalu (SL).
Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua (2), yaitu:
1. Skala self-regulated learning
siswa. Angket ini penulis buat berdasarkan 14 strategi self-regulated learning
yang dikemukakan oleh Zimmerman (1989). Tabel3.3
Blue Print Skala Self-regulated learning
Strategi Indikator Favorable Unfavorable .Tumlah
I
1. self-evaluation Mengevaluasi l, 29 2, 30 4 kualitas ;:Ian
kemajuan belajar
2. organizing t!an Mengatur kegiatan 3, 31 4,32 4
transforming belajar untuk meningkatkan kemampuan belajarnya
3. goal setting Menentukan
s,
33 6,34 4and planning tujuan dan merencakan kegiatan untuk mencapai tujuan
4. seeking Mencari informasi 7, 35 8, 36 4
information
5. keeping records Mencatat dan 9,37 10, 38 4
and monitoring memantau hasil belajar
[image:65.531.28.441.163.669.2]structuring mengatur lingkungan
7. self- Merencanakan dan
13, 41
14, 42
4
consequences membayangkan in1balan dan hukuman dari proses belajar
8. rehearsing and Mengulang dan
15, 43
16, 44
4
memorizing menghafal materi belajar
9-11. seeking - mencari bantuan
17,45
18,46
4
social assistance tern an- mencari bantuan
19, 47
20,48
4
guru
- mencari bantuan
orang dewasa Iain
21, 49
22,50
4
12-14. reviewing - mcrnpelajari23,51
24,52
4
records catatan- mempelajari
25,53
26, 54
4
ujian sebelumnya - mempelajari
buku pelajaran
27, 55
28,56
4
Nilai skor jawaban pada skala regulated learning ini adalah sebagai berikut:
Tabe13.4
Nilai Skor Jawaban Skala Self-re ·ulated learnin •
Pernyataan Selalu Sering Jarang Ka dang" Tidak
(SL) (SR) (JR) Ka dang Pernah
(KD) (TP)
Favorable 5 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4 5
2. Skala Goal orientation
[image:67.528.25.467.140.642.2]Skala goal orientation ini dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang akan melihat goal orientation siswa dalam belajar. Skala ini penulis buat berdasarkan 9 dimensi goal orientation yang dikemukakan Pintrich dan Schunk (1996).
Tabel 3.5
Blue Print Skala Goal orientation
Kriteria Indikator Indikator
Mastery/Learning Orientation Performance Orientation
Definisi snkses
-
Menganggap sukses dalam-
Menganggap sukses belajar jika dapat dalam belajar jika menguasai materi mendapat nilai tinggi-
Menganggap sukses dalam-
Menganggap sukses belajar jika ada dalam belajar jika dipujipeningkatan orang lain
(no. Item: 10, 28)
Nilai (value)
-
Menyukai tugas yang-
tidak menyukai tugasterdapat pada menantang yang menantang
(no. item: 2, 20)
(no.item: 11, 29) Alasan berusaba
-
Belajar untuk kepuasan diri-
belajar untuksendiri menunjukkan
kemampu<:n dah harga (no.item: 3, 21)
din
(no.item: 12, 30) Kriteria evaluasi
-
mengevaluasi basil belajar-
mengevaluasi basildengan kemajuan yang belajar dengan
didapatkan membandingkan dengan
siswa lain (no.item: 4, 22)
(no. Item: 13, 31)
Pandangan
-
Mengar.ggap kegagalan-
Menganggap kegagalan terhadap sebagai bagfan dari proses sebagai buktikesalahan/kegagalan belajar ketiJakmampuan
-
Menganggap kegagalan (no. Item: 14, 32) sebagai pengalaman(no. Item: S, 23)
Pola atribusi
-
kesuksesan rnerupakan basil-
kegagalan karenakerja keras kemampuan yang tidak
stab ii (no.item: 6, 24)
Afeksi
-
merasa bersalah jika kurang-
Bersikap negatif pada berusaha kegagalan(no. item: 7, 25) (no. item: 16, 34)
Kognisi
-
menggunakan strategi dalam-
menggunakan strategi belajar yailg dangkal dalambelajar (no. item: 8, 26)
(no. item: 17, 35)
Perilaku
-
senang mengambil resiko - tidak ingin mengambil resiko(no. item: 9, 27)
(no. item: 18, 36)
TOTAL
18
18Nilai skor jawaban pada skalagoal orientation ini adalah sebagai berikut: Tabel3.6
Nilai Skor Jawaban Skala Goal orientation
Pernyataan Selalu Sering Jarang Ka dang- Tidak (SL) (SR) (JR) Kadang Pernah
(KD) (TP)
Mastery goal
orientation 5 4 3 2 1
Performance goal
[image:69.532.33.477.100.654.2]3.3.2 Tehnik Uji Instrnmen Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas sebuah instrumen menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa
baik tes itu dapat mengukur (Anastasi dan Urbina, 2006). Perhitungan ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total menggunakan rumus Pearson's Product Moment. Validitas suatu item pernyataan dapat dilihat pada hasil output SPSS versi 15.0. validitas masing-masing item pernyataan dapat dilihat dai nilai c01rected item-toral correlation ma:;ing-masing item pernyataan.
2. Uji Reliabilitas
3.4 HASIL UJI INSTRUMEN
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan uji instrumen terlebih dahulu kepada 48 orang santri Mu'allimien Pesantren PERSIS Tarogong Garut dengan total item sebanyak 92 item dari 2 (dua) skala, yaitu 56 item untuk skala self-regulated Imming dan 36 item untuk skala goal orientation.
llji instrumen pada penelitian ini dilakukan kepada 48 orang santri Mu'allimien (Aliyah) Pesantren PERSIS Tarogong Garut. Hasil uji instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen
1. Skala Self-regulated learning
[image:72.564.67.450.171.681.2]Dari 56 item yang diujicobakan dalam try out terdapat 20 item yang gugur, yaitu item nomor 3, 4, 5, 6, 8, IO, 13, 14, 15, 17, 21, 24, 30, 38, 41, 45, 46, 47, 48, 52 dan sisanya 36 item yang valid. Untuk lebih jelasnya dapat dlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.7
Blue Print Skala Self-regulated learning (try out)
Strategi lndikator Favorable Unfavorable
J. self- Mengevaluasi I, 29 2, 30"
evaluation k:ialitas can kemajuan belajar
2. organizing Mengatur kegiatan 3", 31 4", 32
don belajar untuk
transforming meningkatkan kemampuan belajamya
3. goal setting Menentukan tujuan 5", 33 6", 34
and planning dan merencakan kegiatan untuk mencapai tujuan
4. seeki11g Mencari informasi 7, 35 8"' 36
information
5. keeping Mencatat dan 9, 37 10", 38"
recurds and memantau hasil
6. Membangun dan 11, 39 12,40
environmental mengatur lingkungan structuring
7. self- Merencanakan dan 13'', 41" 14", 42
consequences membayangkan imbalan dan
hukuman dari proses belajar
8. rehearsing Mengulang dan 15", 43 16,44
and mengbafal materi memorizing belajar
9•11. seeking - mencari bantuan 17'', 45" 18, 46"
social teman
assistance - mencari bantuan 19, 47" 20, 48"
guru
- mencari bantuan 21 '', 49 22,50
orang dewasa lain
12-14. - mempelajari catatan 23, 51 24", 52"
reviewing - mempelajari ujian
records sebelum11ya 25,53 26,54
- mempelajari buln1
pelajaran 27,55 28,56
Sehinga blue print skaJa self-regulated learning untuk penelitian menjadi sebagai berikut:
Tabel 3.8
Blue Print Skala Self-regulated learning (Penelitian)
I
Strategi lndikator Favorable Unfavorable Jumlah 1. self-eva/uatio11 Mengevaluasi I, 17 2 セ@
.)
kualitas dan kemajuan belajar
2. orga11izing da11 Mengatur kegiatan 18 19 2
transf0Hni11g belajar untuk meningkatkan kemampuan belajarnya
3. goal setti11g Menentukan 20 21 2
and pla1111ing tujuan dan merencakan kegiatan untuk mencapai tujuan
4. seeki11g Mencari informasi 3,22 23 3
i11fonnatio11
5. keepi11g Mencatat dan 4,24 3
records and memantau hasil
mo11itori11g belajar
6. e11viro111ne11tal Membangun dan 5, 25 6,26 4
stmcturing mengatur lingkungan
consequences membayangkan imbalan dan hukuman dari proses belajar
8. rehearsing and Mengulang dan 28 7,29 3 memorizing menghafal materi
belajar
9-11. seeking - mencari bantuan 8 2
social assistance tern an
- mencari bantuan 9 IO 2 guru
- mencari bantuan 30 11, 31 3 orang dewasa lain
12-14. reviewing - mempelajari 12, 32 3
records ca ta tan
- mempelajari 13, 33 14,34 4 ujian sebelumnya
- mempelajari 15,35 16,36 4 buku pelajaran
TOTAL i9 17 36
2. Skala Goal orientation
dan sisanya sebanyak 19 item. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.9
Blue Print Skala Goal orientation (try out)
Kriteria lDdikator Indikatllr
Mastery/Learning Orientation Performance Orientation
Definisi sukses
-
Menganggap sukses dalam-
Menganggap sukses belajar jika dapat dalam belajar jika menguasai materi mendapat nilai tinggi-
Menganggap sukses dalam-
Menganggap suksesbelajar jika ada dalam belajar jika dipuji
peningkatan omng lain
(no. item:1, 19")
(no. Item: 10", 28") Nilai (value)
-
Menyukai tugas yang-
tidak menyukai tugasterdapat pada menantang yang menantang
(no. item: 2, 20")
(no.item: 11 ", 29) Alasan berusaha
-
Belajar untuk kepuasan diri-
belajar untuksendiri meuunjukkar.
(no.item: 3, 21) kemampuan dah barga
diri
(no.item: 12", 30") Kriteria evaluasi
-
mengevaluasi basil belajar-
mengevaluasi basildengan kemajuan yang belajar dengan
didapatkan membandingkan dengan
(no. Item: 13", 31 ")
Pandangan
-
Menganggap kegagalan - Menganggap kegagalanterhadap sebagai bagian dari proses sebagai bukti
kesalahan/kegagalan belajar ketidakmampuan
-
Mengiuiggap kegagalansebagai pengalaman (no. Item: 14, 32)
(no. Item: 5, 23)
Pola atribusi
-
kesuksesan merupakan basil-
kegagalan karena kerja keras kemampuan yang tidak(no.item: 6, 24) stabil
(no. Item: 15", 33")
Afeksi
-
merasa bersalah jika kurang-
Bersikap negatif padaberusaha kegagalan
(no. item: 7", 25")
(no. item: 16, 34")
Kognisi
-
menggunakan strategi dalam-
menggunakan strategibelajar yang dangkal dalam
(no. item:&", 26) be la jar
(no. item: 17", 35)
Perilaku
-
senang mengambil resiko-
tidak ingin mengambil(no. item: 9, 27) resiko
(no. item: 18, 36)
TOTAL 12 7
Sehingga blue print penelitian ini menjadi sebagai berikut: Tabet 3.10
Blue Print Skala Goal orientation (Penelitian)
Kriteria Indikator lndikator
Mastery/Learning Orientation Performance Orientation
De fin isi snkses
-
Menganggap sukses dalam-
Menganggap sukses belajar jika dapat dalam belajar jika menguasai materi mendapat nilai tinggi - Menganggap sukses dalam-
Menganggap suksesbelajar jika ada dalam belajar jika dipnji
peningkatan orang lain
(no. item:l)
(no. Item:-)
Nilai (value)
-
Menyukai tugas yang-
tidak menyukai tugasterdapat pada menantang yang menantang
(no. item: 2)
(no.item: 16) Alasan bernsaha
-
Belajar untuk kepuasan diri-
Belajar untuksendiri menunjukkan
(no.item: 3,11) kemampuan dah harga
diri
(no.item:-)
Kriteria evaluasi - mengevaluasi hasil belajar
-
mengevaluasi hasil dengan kemajuan yang belajar dengandidapatkan membandingkan dengan
3.4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dilakukan pada 48 orang santri Mu'allimien Pesantren PERSIS Tarogong Garut. Uji reliabilitas kedua skala ini menggunakan uji statistic Alpha Cronbach dengan menngunakan SPSS versi 15.00.
Hal ini berdasarkan norma reliabilitas yang dikemukakan Guilford seperti dikutip oleh Hasan (2002) dalam table berikut ini:
Tabel 3.11
Kriterian Reliabilitas
KRITERIA
KOEFISIEN RELIABILITASSangat Reliabel > 0,9 Reliabel 0,7 -0,9
Cukup Reliabel 0,4-0,7 Kurang Reliabel 0,2-0,4
Tidak Reliabel <0,2
3.5 TEHNIK ANALISIS DATA
[image:79.549.55.439.184.567.2]diperoleh dan mengetahui ada tidaknya korelasi antar dua variabel penelitian, maka digunakan tehnik korelasi Pearson's Product Moment.
Hasil penelitian dihitung dengan menggunakan SPSS versi 15.00. Hasil penelitian akan diinterpretasikan dengan menunjuk pada tabel nilai r, dan mengacu pada kelompok signifikan sebesar 0.5 %. Jika hasil perhitungan lebih besar dari r tabel maka korelasi dianggap signifikan atau Ho ditolak dan Ha diterima. Namun jika hasil perhitungan lebih kecil dari r tabel, korelasi dianggap tidak sig;iifikan atau Ho diterima dan Ha ditolak.Untuk melihat seberapa besar sumbangan go terhadap self-regulated learning dilakukan uji analisis regn:!si.
3.6 PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. merumuskan masalah, menentukan variabel yang akan diteliti, melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran landasan teoritis yang tepat mengenai variabel penelitiau