• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama di Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama di Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN STRATEGI SELF REGULATED LEARNING

SISWA SMP DI MASYARAKAT PESISIR PERCUT SEI TUAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

ZAHRA AFIFA

091301048

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

SKRIPSI

GAMBARAN STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING SISWA SMP

DI MASYARAKAT PESISIR PERCUT SEI TUAN

Dipersiapkan dan disusun oleh :

ZAHRA AFIFA

091301048

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 03 Oktober 2014

Mengesahkan Dekan Falkultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, Psikolog NIP. 195301311980032001

Tim Penguji

1. Fasti Rola M.Psi., Psikolog

NIP. 198103142005012003 Penguji I/ Pembimbing

2. Filia Dina Anggaraeni, M.Pd

NIP. 196910142000042001 Penguji II

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa SMP Di

Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperolehgelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2014

(4)

Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama Di Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan

Zahra Afifa dan Fasti Rola

ABSTRAK

Pada umumnya rumah tangga di masyarakat pesisir kurang mempunyai perencanaan yang matang terhadap pendidikan anak-anaknya. Pendidikan untuk sebagian besar keluarga di masyarakat pesisir masih menjadi kebutuhan nomor sekian dalam rumah tangga. Hal ini tentunya berimplikasi kepada kelangsungan pendidikan anak-anaknya. Kondisi kehidupan mereka selalu dalam kondisi yang memprihatinkan, terutama secara ekonomi. Anak-anak mereka harus menerima kenyataan untuk mengenyam tingkat pendidikan yang rendah, karena ketidakmampuan ekonomi orangtuanya. Keterbatasan penghasilan atau kemiskinan yang dialami oleh masyarakat pesisir tidak jarang membuat isteri maupun anak-anak mereka ikut terlibat mencari nafkah tambahan guna memenuhi kebutuhan keluarga. Masalah yang perlu diwaspadai oleh siswa yang bekerja membantu orangtua guna memenuhi tambahan kebutuhan keluarga yaitu tidak mudah membagi waktu antara sekolah, kerja, istirahat dan urusan-urusan lain. Agar mendapatkan prestasi akademis yang memuaskan diperlukan adanya kesiapan belajar di sekolah yang mencakup kesiapan mental dan kesiapan keterampilan belajar. Salah satu keterampilan belajar yang mempunyai peran penting dalam menentukan kesuksesan di sekolah adalah kemampuan meregulasi diri dalam belajar atau disebut juga dengan self regulated learning. Oleh karena itu, seorang siswa harus memiliki tujuan dalam belajar agar dapat mencapai prestasi akademis yang baik dengan cara mampu mengoptimalkan penerapan strategi self regulated learning. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik subjek yang diteliti. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random

sampling, subjek dalam penelitian ini berjumlah 200 siswa SMP di masyarakat

pesisir Percut Sei Tuan. Alat ukur yang digunakan berupa skala self regulated

learning (Zimmerman, 1998). Data yang diolah dalam penelitian ini adalah nilai

mean, standar deviasi, skor minimum, dan skor maksimum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum strategi self regulated learning siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan berada pada kategorisasi tidak terkategorikan. Hasil data juga menunjukkan bahwa yang memiliki kemampuan strategi belajar yang tinggi yaitu, pada strategi mengulang catatan.

Kata kunci : Strategi Self Regulated Learning, Siswa SMP, Masyarakat Pesisir

(5)

Description of Self Regulated Learning Strategies inJunior High School Students Percut Sei Tuan Coastal Communities

Zahra Afifa dan Fasti Rola

ABSTRACT

In general,householdsincoastal communitieshave lesscareful planningfortheir children's education. Educationforthe majority offamiliesincoastal communitiesis still become the first priorityin the household. This of coursehas implications forthe education oftheir children. Withincomeis alwaysdependentonnatural conditions. Their living conditionsare alwaysin poor condition, especiallyeconomically. Their childrenhave to acceptto acquire alow level of education, becausetheir parents' economicincompetence. Limitations ofincomeorpovertyexperienced bycoastal communitiesoftenmakewivesandtheir childrenwere involvedseekadditionalincometo meetfamilyneeds. The problem thatneeds to be wary of studentswhoworkto helpparentsto meet theadditionalneeds ofthe familythat isnoteasy todivide their time betweenschool, work, restandother matters. In order to obtainsatisfactoryacademicperformance isrequiredreadinessto learnatschoolthat includesmental readiness learning readiness skills.Therefore students must have the determination that have an important role to be success at school by optimallyapplying the strategy of self-regulated learning.This study is a quantitative descriptive study that aims to explain and describe the characteristics of the subject under study. The sampling technique of this study are usingcluster

randomsampling, the subjects in this study amounted to 200junior high school

studentsPercutSei Tuancoastal communities.Measuring devices usedin this study are scaleof self-regulated learning(Zimmerman, 1998). The data are processedin this studyisthe mean, standarddeviation, minimumscores, andmaximumscore.The results ofthis study indicatethatin generalself-regulated learninginjunior high school studentsPercutSei Tuancoastal communitiesare inthe categorization ofuncategorized. Furthermore, additional results also showed hasa high learningability that is, thestrategy ofreview notes.

Keywords: Self-RegulatedLearningStrategies, Junior High SchoolStudents, Coastal Communities.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya karya ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan.

Proses penyelesaian karya ini memerlukan kerja keras, kesabaran, yang tentunya juga tidak terlepas dari setiap pihak yang mendukung dan memberi bantuan. Peneliti mempersembahkan karya ini untuk keluarga tersayang kedua orangtua saya, abang, adik, dan teguh satwiko,terima kasih atas segala cinta, kasih sayang, doa dan dukungannya. Peneliti juga berterimakasih dan sangat menghargai setiap bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini dengan tulus peneliti mengucapkan :

1. Terima kasih kepada Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Irmawati, Psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi USU.

2. Terima kasih kepada Kak Fasti Rola, M.Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing peneliti yang telah sepenuh hati, sabar dan ikhlas membimbing,memberikan saran, dukungan, serta perhatian sehingga peneliti mendapatkan banyak pembelajaran dari setiap proses pengerjaan penelitian ini.

3. IbuFiliaDina Anggaraeni,M.Pddan Kak Rahmi Putri

Rangkuti,M.Psi selaku dosen penguji yang sudah sangat teliti dalam mengkoreksi hasil penelitian saya. Terima kasih telah

(7)

memberi saran-saran yang sangat membangun serta untuk kesempurnaan hasil penelitian saya.

4. Terima kasih untuk seluruh dosen pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara atas ilmu, arahan, dan nasehat yang diberikan. Semoga apa yang telah peneliti pelajari dapat diterapkan dengan baik.

5. Terima kasih kepada para narasumber wawancara pra-penelitian, ibu Hanum selaku Sekdes Percut Sei Tuan yang sudah banyak membantu memudahkan proses pengambilan data, seluruh Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMP Percut Sei Tuan beserta Guru, dan seluruh subjek penelitian atas segala informasi dan bantuan terkait penelitian ini.

6. Terima kasih untuk para sahabat tersayang Nana, Inu, Dita yang rela menemani dan membantu untuk pengambilan data. Dan jugauntuk Chika, Holy, BCM, SPHAIY, beserta teman seperjuangan stambuk 2009 untuk setiap suka, duka, pelukan, dan kehadiran kalian yang membuat saya semangat untuk terus mengerjakan proses penyelesaian penelitian ini.

7. Seluruh pegawai Fakultas Psikologi USU atas bimbingan, bantuan, dan kekeluargaannya selama ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan sehingga dengan kerendahan hati peneliti mengharapkan saran dan

(8)

kritik yang dapat membantu menyempurnakan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Oktober 2014

Zahra Afifa

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR………..iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR……… xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D.Manfaat Penelitian ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II.LANDASAN TEORI ... 11

A.SELF REGULATED LEARNING ... 11

1. Definisi Self Regulated Learning ... 11

2. Perkembangan Self Regulated Learning ... 12

3. Strategi Self Regulated Learning ... 12

4. Aspek- aspek dari Self Regulated Learning ... 16

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Regulated Learning 18

B. SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ... 19

C. MASYARAKAT PESISIR ... 20

(10)

2. Pendidikan di Masyarakat Pesisir ... 23

3. Kemiskinan Masyarakat Pesisir ... 25

4. Permasalahan di Masyarakat Pesisir ... 26

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

A.Identifikasi Variabel Penelitian ... 28

B. Definisi Operasional Variabel ... 29

C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel ... 29

1. Populasi Penelitian ... 29

2. Sampel dan Teknik Sampling ... 30

D.Metode pengambilan data ... 31

1. Skala Self Regulated Learning... 33

E. Validitas, Uji Daya Beda, dan Reliabilitas Alat Ukur ... 35

1.Validitas ... 35

2.Reliabilitas Alat Ukur ... 36

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 36

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 39

1. Tahap persiapan ... 39

2. Tahap pelaksanaan ... 41

3. Tahap Pengolahan Data ... 41

G.Metode Analisis Data ... 41

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43

A.Analisis Data ... 43

(11)

a. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

b. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku ... 44

c. Gambaran Subjek BerdasarkanPekerjaan Orangtua ... 44

d. Gambaran Subjek Berdasarkan Penghasilan Orangtua ... 45

2. Hasil Penelitian ... 46

a. Hasil Utama ... 46

i.Gambaran Umum Strategi Self Regulated Learning Siswa SMP di Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan ... 46

ii.Gambaran Berdasarkan Strategi Self Regulated Learning Siswa SMP di Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan 48 iii.Kategorisasi Strategi Self Regulated Learning Siswa SMP di Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan ... 50

b. Hasil Tambahan Penelitian ... 54

i.Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan berdasarkan jenis kelamin ... 55

ii.Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan berdasarkan suku ... 56

iii.Gambaran StrategiSelf Regulated Learning Siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan berdasarkan pekerjaan orangtua ... 58

(12)

iv. GambaranStrategiSelf Regulated Learning Siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan

berdasarkan penghasilan orangtua ... 60

B. Pembahasan ... 61

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar penilaian skala bentuk pernyataan ... 33

Tabel 2. Blue Print Skala Self Regulated Learning Sebelum Uji Coba... 34

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning Setelah Uji Coba ... 37

Tabel 4. Blue Print Skala Self Regulated Learning ... 38

Tabel 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 6. Penyebaran Subjek Berdasarkan Suku ... 44

Tabel 7. Penyebaran Subjek Berdasarkan Pekerjaan Orangtua ... 44

Tabel 8. Penyebaran Subjek Berdasarkan Penghasilan Orangtua ... 45

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Skala Self Regulated Learning ... 46

Tabel 10.Mean Empirik dan Mean Hipotetik Self Regulated Learning ... 47

Tabel 11. Pengkategorian Strategi Self Regulated Learning... 47

Tabel12. Pengkategorian Strategi Self Regulated Learning berdasarkan Skor Skala Self Regulated Learning ... 48

Tabel 13. Gambaran Strategi Self Regulated Learning berdasarkan empat belas strategi Self Regulated Learning ... 49

Tabel 14. Pengkategorian Strategi Self Regulated Learningberdasarkan strategi Self Regulated Learning ... 50

Tabel 15. Gambaran Strategi Self Regulated LearningBerdasarkan Jenis Kelamin .. 55

Tabel16. Gambaran Strategi Self Regulated LearningBerdasarkan Suku ... 56

(14)

Tabel 17.Gambaran Strategi Self Regulated Learning Berdasarkan Pekerjaan Orangtua ... 58 Tabel 18.Gambaran Strategi Self Regulated Learning Berdasarkan Penghasilan

Orangtua ... 60

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Strategi Self Regulated LearningBerdasarkan Jenis Kelamin ... 56 Gambar 2. Grafik Strategi Self Regulated LearningBerdasarkan Suku ... 57 Gambar 3. Grafik Strategi Self Regulated LearningBerdasarkan Pekerjaan

Orangtua ... 59 Gambar 4. Grafik Strategi Self Regulated LearningBerdasarkan Penghasilan

Orangtua ... 61

(16)

Gambaran Strategi Self Regulated Learning Siswa Sekolah Menengah Pertama Di Masyarakat Pesisir Percut Sei Tuan

Zahra Afifa dan Fasti Rola

ABSTRAK

Pada umumnya rumah tangga di masyarakat pesisir kurang mempunyai perencanaan yang matang terhadap pendidikan anak-anaknya. Pendidikan untuk sebagian besar keluarga di masyarakat pesisir masih menjadi kebutuhan nomor sekian dalam rumah tangga. Hal ini tentunya berimplikasi kepada kelangsungan pendidikan anak-anaknya. Kondisi kehidupan mereka selalu dalam kondisi yang memprihatinkan, terutama secara ekonomi. Anak-anak mereka harus menerima kenyataan untuk mengenyam tingkat pendidikan yang rendah, karena ketidakmampuan ekonomi orangtuanya. Keterbatasan penghasilan atau kemiskinan yang dialami oleh masyarakat pesisir tidak jarang membuat isteri maupun anak-anak mereka ikut terlibat mencari nafkah tambahan guna memenuhi kebutuhan keluarga. Masalah yang perlu diwaspadai oleh siswa yang bekerja membantu orangtua guna memenuhi tambahan kebutuhan keluarga yaitu tidak mudah membagi waktu antara sekolah, kerja, istirahat dan urusan-urusan lain. Agar mendapatkan prestasi akademis yang memuaskan diperlukan adanya kesiapan belajar di sekolah yang mencakup kesiapan mental dan kesiapan keterampilan belajar. Salah satu keterampilan belajar yang mempunyai peran penting dalam menentukan kesuksesan di sekolah adalah kemampuan meregulasi diri dalam belajar atau disebut juga dengan self regulated learning. Oleh karena itu, seorang siswa harus memiliki tujuan dalam belajar agar dapat mencapai prestasi akademis yang baik dengan cara mampu mengoptimalkan penerapan strategi self regulated learning. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik subjek yang diteliti. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random

sampling, subjek dalam penelitian ini berjumlah 200 siswa SMP di masyarakat

pesisir Percut Sei Tuan. Alat ukur yang digunakan berupa skala self regulated

learning (Zimmerman, 1998). Data yang diolah dalam penelitian ini adalah nilai

mean, standar deviasi, skor minimum, dan skor maksimum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum strategi self regulated learning siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan berada pada kategorisasi tidak terkategorikan. Hasil data juga menunjukkan bahwa yang memiliki kemampuan strategi belajar yang tinggi yaitu, pada strategi mengulang catatan.

Kata kunci : Strategi Self Regulated Learning, Siswa SMP, Masyarakat Pesisir

(17)

Description of Self Regulated Learning Strategies inJunior High School Students Percut Sei Tuan Coastal Communities

Zahra Afifa dan Fasti Rola

ABSTRACT

In general,householdsincoastal communitieshave lesscareful planningfortheir children's education. Educationforthe majority offamiliesincoastal communitiesis still become the first priorityin the household. This of coursehas implications forthe education oftheir children. Withincomeis alwaysdependentonnatural conditions. Their living conditionsare alwaysin poor condition, especiallyeconomically. Their childrenhave to acceptto acquire alow level of education, becausetheir parents' economicincompetence. Limitations ofincomeorpovertyexperienced bycoastal communitiesoftenmakewivesandtheir childrenwere involvedseekadditionalincometo meetfamilyneeds. The problem thatneeds to be wary of studentswhoworkto helpparentsto meet theadditionalneeds ofthe familythat isnoteasy todivide their time betweenschool, work, restandother matters. In order to obtainsatisfactoryacademicperformance isrequiredreadinessto learnatschoolthat includesmental readiness learning readiness skills.Therefore students must have the determination that have an important role to be success at school by optimallyapplying the strategy of self-regulated learning.This study is a quantitative descriptive study that aims to explain and describe the characteristics of the subject under study. The sampling technique of this study are usingcluster

randomsampling, the subjects in this study amounted to 200junior high school

studentsPercutSei Tuancoastal communities.Measuring devices usedin this study are scaleof self-regulated learning(Zimmerman, 1998). The data are processedin this studyisthe mean, standarddeviation, minimumscores, andmaximumscore.The results ofthis study indicatethatin generalself-regulated learninginjunior high school studentsPercutSei Tuancoastal communitiesare inthe categorization ofuncategorized. Furthermore, additional results also showed hasa high learningability that is, thestrategy ofreview notes.

Keywords: Self-RegulatedLearningStrategies, Junior High SchoolStudents, Coastal Communities.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia. Munandar (2002), pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung pada cara kebudayaan tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota masyarakatnya kepada peserta didik. Sejalan dengan arus perubahan yang tiada henti, maka sumber daya manusia (SDM) yang diciptakan harus inovatif dan berkualitas. Peningkatan mutu pendidikan, terutama untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas atau minimal setingkat dengan kebutuhan.

Dengan adanya pendidikan, anak-anak diasah melalui seperangkat pengetahuan untuk memiliki kesadaran dan kemauan yang positif dalam menemukan tujuan untuk dirinya di masa yang akan datang. Perkembangan pendidikan di Indonesia telah menunjukkan keberhasilan yang cukupbesar. Wajib belajar enam tahun dan pembangunan infrastruktur sekolah, lalu diteruskan dengan wajib belajar sembilan tahun adalah program pendidikan yang diakui cukup sukses(Latief, 2009).

(19)

oleh bangsa Indonesia, yaitu masih tingginya angka putus sekolah. Berdasarkan data BKKBN tahun 2010, angka putus sekolah di Indonesia mencapai 13.685.324 siswa dengan usia sekolah 7-15 tahun. Jumlah total angka putus sekolah tersebut, sekitar 627.947 siswa putus sekolah berada di propinsi Sumatera Utara (Kiroyan, 2010). Siswa yang putus sekolah di propinsi Sumatera Utara banyak berasal dari masyarakat pesisir. Peneliti mendapatkan informasi bahwa terdapat kurang lebih 20.000 nelayan di Medan yang didapati 3.000 anak nelayan tersebut putus sekolah. Dari jumlah itu umumnya mereka hanya mengecap pendidikan di bangku sekolah menengah pertama (SMP) (Nusajaya, 2011).

Pada umumnya rumah tangga di masyarakat pesisir kurang mempunyai perencanaan yang matang terhadap pendidikan anak-anaknya. Pendidikan untuk sebagian besar keluarga di masyarakat pesisir masih menjadi kebutuhan nomor sekian dalam rumah tangga. Dapat dikatakan bahwa antusias terhadap pendidikan di masyarakat pesisir relatif masih rendah (Anggraini, 2000). Hal ini tentunya berimplikasi kepada kelangsungan pendidikan anak-anaknya (Pangemanan, 2002).

(20)

ekonomi. Dengan penghasilan yang selalu tergantung pada kondisi alam (Winengan, 2007). Kondisi alam tersebut yang membuat sulit bagi mereka untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Kondisi yang memprihatinkan tersebut yang menyebabkan rendahnya kemampuan dan ketrampilan masyarakat pesisir (Winengan, 2007). Kemiskinan yang melanda rumah tangga masyarakat pesisir telah mempersulit mereka dalam hal menyekolahkan anak-anaknya. Anak-anak mereka harus menerima kenyataan untuk mengenyam tingkat pendidikan yang rendah, karena ketidakmampuan ekonomi orangtuanya.Keterbatasan penghasilan atau kemiskinan yang dialami oleh masyarakat pesisir tidak jarang membuat isteri maupun anak-anak mereka ikut terlibat mencari nafkah tambahan guna memenuhi kebutuhan keluarga (Kusnadi, 2003).

Selain itu berbicara tentang karakteristik budaya masyarakat pesisir yang menyangkut gaya hidup. Gaya hidup masyarakat pesisir ingin mengikuti gaya hidup masyarakat diperkotaan namun tidak sepenuhnya dapat terikuti. Dimana ada istilah “biar rumah condong asal gulai belomak”. Pepatah ini memberikan makna bahwa meskipun kondisi rumahmu tumbang asalkan tetap makan enak. Selain itu juga ada gambaran lain kecenderungan masyarakat pesisir untuk hidup boros. Penghasilan hari ini dihabiskan hari ini. Dengan penghasil yang selalu tergantung pada kondisi alam, maka hal tersebut membuat sulit bagi masyarakat pesisir untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik (Nikijuluw, 2001).

(21)

pertama yang tetap ingin melanjutkan sekolah sambil bekerja membantu orangtua guna memenuhi tambahan kebutuhan keluarga. Hal ini diungkap oleh H, seorang siswa SMPN Percut Sei Tuan :

“Saya sekolah, juga kerja bantu-bantu orangtua. Bahkan sewaktu saya masi SD sampai sekarang pun saya sudah membantu orangtua kerja, pulang saya sekolah saya langsung kerja itu rasanya capek kali, kadang kalau ada pr untuk dikumpul besok tidak saya kumpul, karena udah capek bermain dan membantu orangtua saya langsung tidur.”(Komunikasi Personal, 9 April 2013)

Data lain yang mendukung dari temuan dilapangan siswa sekolah menengah pertama yang tetap ingin melanjutkan sekolah sambil bekerja membantu orangtua guna memenuhi tambahan kebutuhan keluarga.Hal ini diungkap oleh S, seorang siswa SMP Percut Sei Tuan :

“Kalau saya ikut melaut mencari ikan dengan ayah, kami biasanya berangkat malam dan itu selesainya bisa sampai jam empat pagi, dan akhirnya saya merasa capek, ditambah lagi kalau ada tugas yang harus dikumpulkan,saya memutuskan untuk tidak masuk sekolah.”(Komunikasi Personal, 9 April)

Dan dari pengamatan secara tidak terstruktur dan hasil komunikasi personal dengan salah satu guru di sekolah SMP Percut Sei Tuan, mengenai kondisi beberapa siswa yang ikut terlibat membantu pekerjaan orangtuannya sebagai nelayan :

(22)

Selain itu, data lain yang mendukung berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fani Daulay dan Rola (2009) pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang bekerja dengan tidak bekerja, hasil penelitian menyatakan bahwa ada perbedaan self regulated learningpada mahasiswa yang bekerja dengan yang tidak bekerja. Bila dilihat dari nilairata-rata subjek penelitian, diperoleh bahwa self regulated learning mahasiswayang tidak bekerja lebih tinggi daripada mahasiswa yang bekerja.

Berdasarkan petikan wawancara di atas dan hasil penelitian terdahulu, terlihat bahwa siswa tersebut mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara sekolah,kerja sambil membantu orangtua, dan belajar. Kondisi tersebut tidak mudah untuk dijalani dalam hal membagi waktu antara sekolah, kerja, istirahat, dan urusan-urusan lain.

Sukadji (2001) menambahkan bahwa agar sukses dalam pendidikan danberhasil menerapkan ilmu yang diperolehnya, peserta didik harus menggunakanseluruh potensi yang dimilikinya serta mengatur strategi belajar yang jitu. Suhana (2006) juga menyatakan bahwa di dalam proses belajar, seseorang akan memperoleh prestasi belajar yang baik bila ia menyadari, bertanggung jawab dan mengetahui cara belajar yang efisien. Hal ini tentu membutuhkan pengaturan diri yang baik pada siswa atau dengan kata lain kemampuan meregulasi diri dalam belajar atau disebut juga dengan self regulated

learning.

Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) menyatakan bahwa self regulated

(23)

menjadipengatur bagi belajarnya sendiri. Schunk (dalam Schunk & Zimmerman, 1998)menyatakan bahwa self regulated learning dapat dikatakan berlangsung bilapeserta didik secara sistematik mengarahkan perilaku dan kognisinya dengan caramemberi perhatian pada instruksi tugas-tugas, melakukan proses danmengintegrasikan pengetahuan, mengulang-ulang informasi untuk diingat serta mengembangkan dan memelihara keyakinan positif tentang kemampuan belajar (self efficacy) dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya.

Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) menambahkan bahwa self regulated

learning merupakan sebuah proses dimana seorang peserta didik mengaktifkandan

mendorong kognisi (cognition), perilaku (behaviour) dan perasaannya (affect) yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan belajar. Agarmencapai tujuan belajar tersebut, peserta didik yang menerapkan self

regulated learning mendekati tugas belajar dengan berbagai strategi manajemen

sumberdaya seperti memilih atau mengatur lingkungan fisik untuk mendukung belajardan mengatur waktu mereka secara efektif (Wahyono, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) ditemukan empat belas strategi self regulated

learning yaitu: 1) melakukan evaluasi diri dalam belajar, 2)mengatur dan

(24)

yang tidak dimengerti, 12) mengkaji/mempelajari ulang tugas atau tes sebelumnya. 13) membaca ulang catatan, 14) membaca ulang buku pelajaran. Strategi tersebut digunakan peserta didik ketika belajar dan berkaitan dengan performansi akademik.

Penelitian yang dilakukan Pintrich dan De Groot (dalam Wolter, 1998) menemukan bahwa peserta didik yang menerapkan strategi self regulated learning menunjukkan motivasi intrinsik dan self efficacy serta prestasi yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Spitzer (2000) juga menunjukkan bahwa

selfregulated learning berkaitan erat dengan performansi akademik pada

mahasiswa dimana mahasiswa yang menerapkan strategi self regulated learning mengambil alih afeksi, pikiran dan tingkah lakunya sehingga menunjang prestasi belajar yang baik.

Pada siswa yang bekerja, melakukan kegiatan akademis sekaligus mencari uang bukanlah hal yang mudah, karena dapat menyebabkan stres. Hal ini diungkapkan oleh Furr dan Elling (2000) bahwa peserta didik yang bekerja cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang tidak bekerja dan juga jarang terlibat pada aktivitas akademik dan aktivitas sosial. Jika hal tersebut terus terjadi tentunya dapat mempengaruhi afeksi, pikiran dan tingkah laku peserta didik dalam penerapan strategi self-

regulatedlearning untuk menunjang prestasi belajar yang memuaskan.

(25)

membantu siswa dalam mengatur, merencanakan dan mengarahkan dirinya untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini pencapaian prestasi yang maksimal. Adanya self regulated learning, anak akan mampu menunjukkan atau menahan perilaku tertentu secara tepat sesuai dengan kondisi yang dihadapinya dalam usaha mencapai prestasinya (Fajar, 2007).

Siswa dikatakan telah menerapkan self-regulated learning apabila siswa tersebut memiliki strategi untuk mengaktifkan metakognisi, motivasi, dan tingkah laku dalam proses belajar mereka sendiri (Zimmerman, 1990). Kebiasaan mengatur dan mengarahkan diri sendiri diharapkan dapat terbentuk dalam belajar.

Self-regulated learning menempatkan pentingnya kemampuan seseorang untuk

belajar disiplin mengatur dan mengendalikan diri sendiri, terutama bila menghadapi tugas-tugas yang sulit. Pada sisi lain, self-regulated learning menekankan pentingnya inisiatif karena self-regulated learning merupakan belajar yang terjadi atas inisiatif sundiri. Siswa yang memiliki inisiatif menunjukkan kemampuan untuk mempergunakan pemikiran - pemikirannya, perasaan-perasaannya, strategi dan tingkah lakunya untuk mencapaitujuan (Zimmerman, 2002). Dengan demikian dapat dikatakan betapa efektifnya belajar jika siswa memiliki keterampilan strategi self-regulated learning. Oleh sebab itu, sebaiknya sejak dini siswa perlu diajarkan bagaimana menerapkan strategi

self-regulatedlearning dalam belajar agar siswa mampu mencapai prestasi maksimal

(26)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai ‘‘Bagaimanakah gambaranstrategi self-regulated

learning siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan?”

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaranstrategi self- regulated

learningsiswa SMP di masyarakat pesisir.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu psikologi pendidikan, khususnya pada psikologi pendidikan yang berkaitan dengan strategi

self-regulated learning, sehingga dapat dijadikan tambahan refrensi bagi

penelitian-penelitian sejenis oleh peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini mampu memberikan gambaran mengenai strategi self-

regulated learningpada siswa SMP yang khususnya tinggal di wilayah pesisir

(27)

learningdalam kegiatan akademiknya sehingga siswa dapat mencapai kesuksesan akademiknya.

E. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Bab ini berisi teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti, yaitu strategi self-regulated learning siswa SMP di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, instrumen atau alat ukur yang digunakan, dan prosedur penelitian serta metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.

Bab IV Analisis Data Dan Pembahasan

Terdiri dari analisis data dan pembahasan yang berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan/diskusi.

Bab V Kesimpulan Dan Saran

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Self Regulated Learning

1. Definisi Self Regulated Learning

Zimmerman (Woolfolk, 2004) mengatakan bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut meliputi pengetahuan maka yang dibicarakan adalah self-regulated learning.

Self-regulated learningmerupakan suatu proses pengaturan diri dan

strategi yang melibatkanmetakognisi, motivasional, dan behavioral dalam mengoptimalkan proses pembelajaran (Zimmerman, 1990). Secara metakognisi, siswa membuatperencanaan, mengatur, mengorganisir, mengontrol, dan mengevaluasi tujuan.Siswa bertanggung jawab dalam keberhasilan dan kegagalan, memilikiketertarikan intrinsik dalam menghadapi tugas yang mengacu kepadamotivasional. Serta secara behavioral, siswa mencari bantuan dan masukan, menciptakan lingkungan belajar yang optimal, dan memberikan instruksi sertapenguatan terhadap dirinya (Aronson, 2002).

(29)

menginterpretasikan pengetahuan, mengulang-ulang informasi untuk mengingatnya serta mengembangkan dan memelihara keyakinannya positif tentang kemampuan belajar dan mampu mengantisipasi hasil belajarnya (Zimmerman dalam Schunk & Zimmerman, 1989).

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning adalah proses bagaimana seorang peserta didik mengatur pembelajarannya sendiri dengan mengaktifkan kognitif, afektif dan perilakunya sehingga tercapai tujuan belajar.

2. Perkembangan Self-Regulated Learning

Schunk dan Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) mengemukakan model perkembangan self-regulated learning. Berkembangnya kompetensi self-regulated

learning dimulai dari pengaruh sumber sosial yang berkaitan dengan kemampuan

akademik dan kemudian berkembang secara bertahap dimana awalnya dipengaruhi oleh lingkungan dan akhirnya dipengaruhi oleh diri sendiri.

a. Level pengamatan (observasional)

(30)

b. Level persamaan (emultive)

Pada level ini peserta didik menunjukkan performansi yang hampir sama dengan kondisi umum dari model. Peserta didik tidak secara langsung meniru model, namun berusaha menyamai gaya atau pola-pola umum saja. Oleh karena itu, mungkin saja menyamai tipe pertanyaan model tapi tidak meniru kata-kata yang digunakan oleh model.

c. Level kontrol diri (self controlled)

Peserta didik sudah menggunakan dengan sendiri strategi-strategi belajar ketika mengerjakan tugas. Strategi-strategi yang digunakan sudah terinternalisasi, namun masih dipengaruhi oleh gambaran standar performansi yang ditujukan oleh model dan sudah menggunakan proses self reward.

d. Level pengaturan diri (self regulated)

Merupakan level terakhir dimana peserta didik mulaimenggunakan strategi-strategi yang disesuaikan dengan situasi dan termotivasi oleh tujuan serta self efficacy untuk berprestasi. Peserta didik memilih kapan menggunakan strategi- strategi khusus dan mengadaptasi untuk kondisi yang berbeda dengan sedikit petunjuk dari model atau tidak ada.

3. StrategiSelf-Regulated Learning

(31)

Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) ditemukan empat belas strategi

self-regulated learning sebagai berikut:

1. Evaluasi terhadap diri (self –evaluating)

Merupakan inisiatif peserta didik dalam melakukan evaluasi terhadap kualitas dan kemajuan pekerjaannya.

2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming) Peserta didik mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan efektivitas proses belajar. Perilaku ini dapat bersifat covert dan overt. 3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)

Strategi ini merupakan pengaturan peserta didik terhadap tugas, waktu dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut.

4. Mencari informasi (seeking information)

Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas.

5. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)

Peserta didik berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan topik yang dipelajari.

6. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)

Peserta didik berusaha mengatur lingkungan belajar dengan cara tertentu sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik.

7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating)

(32)

8. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)

Peserta didik berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku overt dan covert.

9. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)

Bila menghadapi masalah yang berhubungan dengan tugas yang sedang dikerjakan, peserta didik meminta bantuan teman sebaya.

10.Meminta bantuan guru/pengajar (seek teacher assistance)

Bertanya kepada guru di dalam atau pun di luar jam belajar dengan tujuan untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik.

11.Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance)

Meminta bantuan orang dewasa yang berada di dalam dan di luar lingkungan belajar bila ada yang tidak dimengerti yang berhubungan dengan pelajaran.

12.Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)

Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan tugas yang telah dikerjakan dijadikan sumber infoemasi untuk belajar.

13.Mengulang catatan (review notes)

Sebelum mengikuti tujuan, peserta didik meninjau ulang catatan sehingga mengetahui topik apa saja yang akan di uji.

14.Mengulang buku pelajaran (review texts book)

(33)

4. Aspek- Aspek dari Self-Regulated Learning

Menurut Borkowski dan Throp (dalam Boekaerts, 1996) bahwa banyak penelitian sepakat bahwa aspek yang paling mendasar dari self-regulated learning adalah keterfokusan pada tujuan. Sedangkan menurut Zimmerman (1990)

self-regulated learning terdiri dari 3 aspek umum dalam pembelajaran akademis,

yaitu:

a. Kognisi dalam self-regulated learning adalah kemampuan siswamerencanakan, menetapkan tujuan, mengatur, memonitor diri, danmengevaluasi diri pada berbagai sisi selama proses penerimaan. Proses inimemungkinkan mereka untuk menjadi menyadari diri, banyak mengetahuidan menentukan pendekatan dalam belajar.

b. Motivasi dalam self-regulated learning yaitu dimana siswa merasakan

self-efficacy yang tinggi, atribusi diri dan berminat pada tugas intrinsik.

c. Perilaku dalam self regulated learning ini merupakan upaya siswa untuk memilih, menstruktur, dan menciptakan lingkungan yang mengoptimalkan belajar. Mereka mencari nasihat, informasi dan tempat di mana mereka yang paling memungkinkan untuk belajar.

(34)

elaborasi (elaboration), dan organisasi (organization) dapat digunakan individu untuk mengontrol kognisi dan proses belajarnya.

Kedua, strategi untuk meregulasi motivasi melibatkan aktivitas yang penuh tujuan dalam memulai, mengatur, atau menyelesaikan aktivitas tertentu atau sesuai tujuan. Regulasi motivasi adalah semua pemikiran, tindakan atau perilaku dimana siswa berusaha mempengaruhi pilihan, usaha, dan ketekunan tugas akademisnya. Regulasi motivasi meliputi mastery self-talk,

extrinsicself-talk,relative self-talk,relevance enhancement,situasional

interestenhancement,self-consequating, dan penyusunan lingkungan (environment

structuring).

(35)

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Regulated Learning

Cobb (2003) menyatakan bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah self efficacy, motivasi dan tujuan.

a. Self efficacy

Self efficacymerupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau

kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, atau mengatasi hambatan dalam belajar (Bandura dalam Cobb, 2003). Self efficacy dapat mempengaruhi peserta didik dalam memilih suatu tugas, usaha, ketekunan, dan prestasi. Peserta didik yang memiliki self efficacy yang tinggi akan meningkatkan penggunaan kognitif dan strategi self regulated learning. Peserta didik yang merasa mampu menguasai suatu keahlian atau melaksanakan suatu tugas akan lebih siap untuk berpartisipasi, bekerja keras, lebih ulet dalam menghadapi kesulitan, dan mencapai level yang lebih tinggi. b. Motivasi

(36)

(extrinsic). Walaupun demikian bukan berarti motivasi dari luar diri (extrinsic) tidak penting. Kedua jenis motivasi ini sangat berperan dalam proses belajar. Peserta didik kadang termotivasi belajar oleh keduanya, misalnya mereka mengharapkan pemenuhan kepuasan atas keingintahuannya dengan belajar giat, namun mereka juga mengharapkan ganjaran (reward) dari luar atas prestasi yang mereka capai.

c. Tujuan (goals)

Menurut Cobb (2003) goal merupakan penetapan tujuan apa yang hendak dicapai seseorang. Goal merupakan kriteria yang digunakan peserta didik untuk memonitor kemajuan mereka dalam belajar. Goal memiliki dua fungsi dalam self

regulated learning yaitu menuntun peserta didik untuk memonitor dan mengatur

usahanya dalam arah yang spesifik. Selain itu goal juga merupakan kriteria bagi peserta didik untuk mengevaluasi performansi mereka.

B.Siswa Sekolah Menengah Pertama ( Tahap Operasional Formal)

(37)

kesimpulan. Konsep berpikir seperti ini bisa disebut dengan hypothetical-deductive reasoning.

Menurut Lefrancois (1993) kemampuan yang juga mulai berkembang pada tahap operasional formal adalah kemampuan metakognitif. Pada tahap perkembangan kognitif sebelumnya yaitu tahap operasional konkrit, kemampuan kognitif sama sekali belum ada. Seiring dengan berkembangnya kemampuan kognitif maka individu juga bisa menganalisa performansi mereka, memprediksi kemungkinan kesuksesan mereka, serta mampu mengubah strategi jika diperlukan, mengevaluasi tugas, dan memonitor kegiatan mereka, khususnya dalam belajar.

C.Masyarakat Pesisir

1. Definisi Masyarakat Pesisir

(38)

anggota yang satu dengan yang lainnya. e) Menghasilkan suatu kebudayaan tertentu (Audiyahira, 2011).

Masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan, pengolah ikan. Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa transportasi dan lain-lain (Nikijuluw, 2001).

Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang memiliki tempramental dan karakter watak yang keras dan tidak mudah di atur. Realitas pendidikan di masyarakat pesisir mengalami proses kemunduran, anak-anak menjadi putus sekolah dan lebih memilih bekerja sebagai nelayan untuk mencari nafkah (Audiyahira, 2011).

1. Karakteristik Masyarakat Pesisir

(39)

Selain itu karakteristik masyarakat pesisir dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya aspek pengetahuan, kepercayaan (teologis), dan posisi nelayan sosial. Dilihat dari aspek pengetahuan, masyarakat pesisir mendapat pengetahuan dari warisan nenek moyangnya misalnya mereka untuk melihat kalender dan penunjuk arah maka mereka menggunakan rasi bintang. Sementara, dilihat dari aspek kepercayaan, masyarakat pesisir masih menganggap bahwa laut memilki kekuatan magic sehingga mereka masih sering melakukan adat pesta laut atau sedekah laut. Namun, dewasa ini sudah ada dari sebagian penduduk yang tidak percaya terhadap adat-adat seperti pesta laut tersebut. Mereka hanya melakukan ritual tersebut hanya untuk formalitas semata. Begitu juga dengan posisisosial nelayan, pada umumnya nelayan tergolong kasta rendah(Nikijuluw, 2001).

Karateristik sosial ekonomi masyarakat pesisir dapat dilihat dari faktor mata pencaharian dan lingkungan pemukiman. Mata pencaharian sebagian besar penduduk di wilayah pesisir adalah di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan, seperti nelayan, petani ikan (budidaya tambak dan laut), penambangan pasir, kayu mangrove dll. Sebagian besar penduduk wilayah pesisir memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Lingkungan pemukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum tertata dengan baik dan terkesan kumuh (Fakhrudin, 2008).

(40)

kondisi rumahmu tumbang asalkan tetap makan enak. Ini merupakan sebuah gambaran penilaian yang sering diberikan oleh pihak luar kepada masyarakat pesisir. Gambaran lain tentang masyarakat pesisiradalah masyarakat pesisirkecenderungan untuk hidup boros. Penghasilan hari ini dihabiskan hari ini juga, sehingga akhirnya nelayan tetap berada dalam keadaan yang tidak baik karena tidak pasti penghasilan yang mereka peroleh dan apakah hari ini atau esok mereka akan memperoleh penghasilan atau tidak terkadang tidak begitu dipikirkan(Nikijuluw, 2001).

Masyarakat pesisir merupakan suatu komunitas yang hidup di wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya dengan sumberdaya pesisir. Masyarakat pesisir termasuk masyarakat yang masih terbelakang dan berada dalam posisi marginal, masyarakat pesisir tidak mempunyai banyak cara dalam mengatasi masalah yang hadir. Masalah kompleks yang dihadapi masyarakat pesisir adalah kemiskinan, keterbatasan pengetahuan untuk pengelolaan sumberdaya dan teknologi.

2. Pendidikan Masyarakat Pesisir

(41)

a. Faktor Ekonomi

Kurangnya informasi dan pengetahuan yang menjadikan pola ekonomi masyarakat pesisir menjadi stagnan (tetap pada posisi), sehingga perkembangan ekonomi masyarakat pesisir kurang berkembang. Hal ini disebabkan karena cara mendapatkan penghasilan yang singkat, dalam hal ini adalah sebagai seorang nelayan (untuk mendapatkan penghasilan tanpa harus membutuhkan ijazah atau legalitas dari akademika) dan penghasilan yang selalu digantungkan setiap hari, sehingga mempengaruhi pola keuangan dalam keluarga. Secara sederhananya (pendapatan satu hari dihabiskan untuk satu hari itu) hal ini terjadi karena pemikiran bahwa kekayaaan laut yang terus tersedia setiap harinya, sehingga tidak terlalu untuk memikirkan hari esok. Pola tersebut sulit untuk dikembangkan secara jangka panjang, dengan pola seperti itu kebutuhan pokok lebih dipentingkan daripada kebutuhan pendidikan.Anggapan kurang pentingnya pendidikan dipengaruhi oleh masa depan yang sudah pasti bagi masyarakat pesisir yaitu bekerja sebagai seorang nelayan, selain itu kurangnya berkembanganya ekonomi keluarga membuat anak-anak di masyarakat pesisir untuk mandiri (bekerja mencari uang sendiri)daripadamenempuh pendidikan.

b. Faktor Lingkungan

(42)

pendidikan yang seharusnya dialami oleh anak-anak di masyarakat pesisir berubah menjadi perilaku selayaknya orang dewasa yang berusaha untuk menghasilkan uang sendiri. Lingkungan anak-anak lebih terbiasa untuk melakukan perilaku orang dewasa. Pola seperti ini mengarahkan anak-anak untuk mengisi kesibukanya dengan kegiatan menghasilkan uang sendiri daripada mengisi keseharianya dengan pendidikan.

c. Faktor Keluarga

Pentingnya peran keluarga dalam melihat pendidikan sebagai hal yang penting terhadap masa depan anaknya. Dalam masyarakat pesisir orang tua menganggap pendidikan kurang penting. Hal ini dapat dilihat ketika anak-anak yang sudah menginjak usia produktif atau 17 tahun ke atas banyak yang disuruh untuk bekerja daripada melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh pola pikir orangtua yang secara turun-temurun yang lebih mementingkan mencari uang. Selain itu, faktor ekonomi yang kurang membuat orangtua berpikir dua kali untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.

3. Kemiskinaan Masyarakat Pesisir

(43)

masyarakat miskin semakin lemah. Pada saat yang sama, kebijakan Pemerintah selama ini kurang berpihak pada masyarakat pesisir sebagai salah satu pemangku kepentingan di wilayah pesisir.

4. Permasalahan di Masyarakat Pesisir

Menurut Dahuri (2001), di dalam pembangunan masyarakat pesisir, sesuai sifat, situasi dan kondisi yang ada, ditemukan berbagai permasalahan sebagai berikut:

1. Desa pantai pada umumnya terisolasi.

2. Sarana pelayanan dasar termasuk prasarana fisik masih terbatas. 3. Kondisi lingkungan kurang terpelihara.

4. Air bersih dan sanitasi jauh dari cukup.

5. Keadaan perumahan umumnya masih jauh dari layak huni.

6. Keterampilan yang dimiliki penduduk umumnya terbatas pada masalah penangkapan ikan sehingga kurang mendukung diversifikasi kegiatan. 7. Pendapatan penduduk rendah.

8. Peralatan melaut yang dimiliki terbatas. 9. Permasalahan modal.

10. Waktu dan tenaga yang tersita untuk kegiatan penangkapan ikan cukup besar sehingga kurang mempunyai kesempatan untuk mencari usaha tambahan maupun memperhatikan keluarga.

(44)

12. Pada umumnya keadaan lingkungan alam sekitar pantai kurang mendukung usaha pengembangan kegiatan pertanian.

13. Karena kurangnya waktu senggang, umumnya mereka kurang bergaul, kekeluargaan lemah dan kurang perhatian pada lembaga-lembaga masyarakat di desa maupun dalam pembangunan desanya.

14. Kegiatan ekonomi masyarakat umumnya masih tradisional, terbatas pada satu produk saja yaitu ikan.

(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam mengumpulkan data, analisa data, pengambilan kesimpulan penelitian dan dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel, populasi, metode pengambilan sampel, metode dan alat pengumpulan data, serta metode analisa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Menurut Suryabrata (2003) metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta dan sifat- sifat populasi atau daerah tertentu. Data yang akan dikumpulkan semata- mata bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Dimana penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran strategi self- regulated learning pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan.

A.Identifikasi Variabel Penelitian

(46)

learningsiswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan, maka penelitian ini hanya memiliki 1 (satu) variabel yang akan diukur yaitu strategi Self-Regulated Learning.

B.Definisi Operasional Variabel

Self regulated learning dalam penelitian ini adalah strategi yang

digunakan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar dengan cara memonitor, meregulasi, dan mengontrol aspek kognisi, motivasi, dan perilaku. Pengukuran self- regulated learning dievaluasi melalui pemakaian strategi belajar dalam setiap aspeknya.Skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dalam setiap strategi pada skala self regulated learning menunjukkan tingkat self-regulated learning siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan. Apabila perolehan skor pada skala self

regulated learningsemakin tinggi berarti subjek memilikiself-regulated learning

yang semakin efektif. Sebaliknya, apabila skor skala self-regulated

learningsemakin rendah berarti subjek memilikiself-regulated learning yang

semakin tidak efektif.

C.Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

(47)

karakteristik bersama yang membedakan dari kelompok subjek yang lain. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dikenakan dalam penelitian (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di masyarakat pesisir Percut Sei Tuan.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian dari populasi sehingga sampel harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya (Azwar, 2010). Mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel (Hadi, 2002). Sugiarto (2003) berpendapat bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisa dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah 30 subjek, walaupun ia juga mengakui bahwa sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum. Menurut Azwar (2010), secara tradisional statistika jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek dianggap sudah cukup banyak. Kekuatan tes akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampel, maka jumlah sampel yang direncanakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 orang siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di Percut Sei Tuan. Siswa- siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dilibatkan dalam proses uji coba adalah sebanyak 125 orang.

(48)

berdasar pada anggapan bahwa setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel, pengambilannya harus dengan teknik random atau acak (Hadi, 2000).

Teknik pengambilan sampel dengan cara cluster random samplingpada penelitian ini adalah dengan terlebih dahulu populasi dibagi atas dasar himpunan-himpunan dimana populasi tersebut menyebar. Dalam hubungan ini, yang dirandom adalah himpunannya, himpunan yang terpilih sebagai sampel adalah seluruh siswa SMP kelas VIII yang berada di sekolah SMPN 3 Percut Sei Tuan, SMPN 4 Percut Sei Tuan, SMPS Ar-Rahman Percut Sei Tuan, dan SMPS Citra Harapan Percut Sei Tuan. Cara merandom untuk mendapatkan himpunan yang akan menjadi sampel bisa dengan cara undian ataupun tabel bilangan random. Misalnya yang menjadi populasi adalah siswa SMP Swasta Harapan di Percut Sei Tuan yang duduk dikelas VIII. Siswa masing-masing terdiri dari laki-laki dan perempuan. Random tidak dilakukan langsung pada semua murid, tetapi kelas tersebut sebagai kelompok atau cluster. Dari sejumlah kelas yang sudah dirandom, dihitung jumlah unit sampel sampai memenuhi ukuran sampel minimun yang telah ditetapkan yang kemudian menjadi sampel penelitian ini dan begitu juga selanjutnya untuk memilih sampel pada seluruh siswa SMP kelas VIII di ketiga sekolah berikutnya.

D.Metode pengumpulan data

(49)

pengumpulan data yang berisikan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis (Hadi, 2000). Skala merupakan kumpulan pernyataan- pernyataan mengenai suatu objek. Skala merupakan suatu bentuk pengukuran terhadap performansi tipikal individu yang cenderung dimunculkan dalam bentuk respon terhadap situasi- situasi tertentu yang sedang dihadapi (Azwar, 2009). Skala yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala self regulated learning. Skala self regulated learning terdiri dari 53 aitem yang telah diuji coba.

Metode skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rating dijumlahkan atau dikenal dengan skala Likert (Azwar, 2010). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self regulated learning yang diberikan kepada siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) di daerah Percut Sei Tuan, dengan menggunakan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS).

Prosedur dengan penskalaan dengan metode likert didasari dua asumsi yaitu: 1) Setiap pernyataan sikap yang disepakati termasuk pernyataan yang

favorable (mendukung) atau tidak favorable (tidak mendukung).

2) Jawaban dari individu yang mempunyai sikap positif harus dioberi bobot (nilai) yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negaitif.

(50)

Tabel 1. Daftar penilaian skala Bentuk Pernyataan

Semakin tinggi nilai yang diperoleh siswa- siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam penerapan strategi skala Self Regulated Learning, maka semakin tinggi self regulated learning siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan semakin rendah nilai yang diperoleh siswa- siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP), maka semakin rendah self regulated learning siswa- siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP).

1. Skala Self Regulated Learning

Skala ini disusun berdasarkan 14 strategi self regulated learning yang dikemukakan oleh Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) sebagai berikut : Evaluasi terhadap diri (self –evaluating), Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming), Membuat rencana dan tujuan belajar

(goal setting & planning), Mencari informasi (seeking information), Mencatat hal

penting (keeping record & monitoring), Mengatur lingkungan belajar

(environmental structuring), Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self

consequating), Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing), Meminta

bantuan teman sebaya (seek peer assistance), Meminta bantuan guru/pengajar

(seek teacher assistance), Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance),

Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work),Mengulang catatan

(51)

blue print skala self regulated learning. Berikut dalam Tabel 2 akan dirangkumkan blue print skala sebelum uji coba :

Tabel 2. Blue PrintSkala Self Regulated Learning Sebelum Uji Coba

No. Strategi Aitem

Favorable

Aitem

Unfavorable Jumlah

1. Evaluasi terhadap diri

sendiri 15, 1, 29 57, 43, 58 6 3. Membuat rencana dan

tujuan belajar 45, 3, 17 31, 75, 60 6 4. Mencari informasi 46, 4, 32 18, 61, 76 6 5. Mencatat hal penting 33, 5, 47 19, 77, 62 6 6. Mengatur lingkungan

belajar 20, 63, 6 48, 78, 34 6

7. Konsekuensi setelah

mengerjakan tugas 35, 21, 64 7, 49, 79 6 8. Mengulang dan

mengingat 36, 65, 22 8, 80, 51 6

9. Meminta bantuan

teman sebaya 51, 9, 37 66, 23, 81 6

10. Meminta bantuan

guru 38, 52, 24 67, 10, 82 6

11. Meminta bantuan

orang dewasa 11, 53, 25 68, 39, 83 6

12. Mengulang tugas atau

tes sebelumnya 26, 69, 12 54, 70, 40 6 13. Mengulang catatan 27, 41, 70 13, 84, 55 6 14. Mengulang buku

pelajaran 42, 72, 14 28, 56, 73 6

(52)

E.Validitas, Uji Daya Beda dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya.. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem- aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes tersebut. Isi tes harus tetap relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran. Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistik tetapi menggunakan validitas rasional atau lewat professional judgment (Azwar, 2009).

Pertama sekali aspek-aspek dan karakteristik yang akan diukur ditentukan terlebih dahulu. Selanjutnya peneliti akan menyusun aitem-aitem yang mengacu pada blue print yang telah dibuat sebelumnya. Setelah itu, peneliti meminta pertimbangan professional judgment sebelum aitem-aitem dijadikan alat ukur.

(53)

maka pernyataan- pernyataan pada skala diuji daya diskriminasinya dengan menggunakan Pearson Product Moment (Azwar, 2010).

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil dari suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2009). Reliabilitas penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal. Pada pendekatan ini skala psikologi hanya diberikan satu kali saja pada sekelompok subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antara aitematau antara bagian dalam skala psikologi itu sendiri (Azwar, 2009). Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama- sama. Koefisien reliabilitas memiliki rentang angka 0 hingga 1, dimana semakin mendekati angka 1, maka reliabilitas yang ditunjukkan akan semakin tinggi. Reliabilitas alat ukur dihitung pada setiap dimensi. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien Reliabilitas Alpha

Cronbach. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan mengolah data- data pada

program SPSS versi 20.0.

3. Hasil Uji Coba Alat Ukur

(54)

besar sama dengan 0.30. Pada perhitungan pertama, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.925 dan terdapat 30 buah aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi aitem di bawah 0.30. Pada perhitungan kedua, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.937 dan terdapat satu buah aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi aitem di bawah 0.30. Pada perhitungan ketiga, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0.937 dan semua aitem memiliki indeks daya diskriminasi aitem di atas 0.30.

Berdasarkan perhitungan sebanyak tiga kali putaran, diperoleh 53 aitem yang dapat digunakan di dalam penelitian dengan reliabilitas alat ukur sebesar 0.937 dan daya diskriminasi aitem yang bergerak dari rentang 0.304 – 0.628. Distribusi aitem setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3 :

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning Setelah di Uji Coba

No. Strategi Aitem

Favorable

Aitem

Unfavorable Jumlah 1. Evaluasi terhadap diri

sendiri - 57, 58 2

3. Membuat rencana dan

tujuan belajar 17 31, 75, 60 4

4. Mencari informasi 46 18, 61, 76 4

5. Mencatat hal penting 33, 47 19, 77, 62 5 6. Mengatur lingkungan

belajar - 48, 78 2

7. Konsekuensi setelah

mengerjakan tugas 35, 21 49, 79 4

8. Mengulang dan

mengingat 36, 65 80, 51 4

9. Meminta bantuan

teman sebaya - 66,81 2

10. Meminta bantuan

(55)

11. Meminta bantuan

orang dewasa 25 68, 83 3

12. Mengulang tugas atau

tes sebelumnya 26, 12 54, 70, 40 5

13. Mengulang catatan 27, 41, 70 13, 84, 55 6 14. Mengulang buku

pelajaran 42, 72 28, 56, 73 5

Jumlah 53

Peneliti melakukan penomoran aitem yang baru setelah memperoleh aitem- aitem dengan daya diskriminasi baik dan reliabilitas yang memenuhi standard ukur. Distribusi aitem pada skala penelitian dapat dilihat pada tabel 4 :

Tabel 4. Blue Print Skala Self Regulated Learning

No. Strategi Aitem

Favorable

Aitem

Unfavorable Jumlah 1. Evaluasi terhadap diri

sendiri - 52(57), 45(58) 2

2. Mengatur dan mengubah

materi pelajaran 8(30)

18(16), 46(44),

21(74) 4

3. Membuat rencana dan

tujuan belajar 16(17)

38(31), 19(75),

6. Mengatur lingkungan

belajar - 50(48), 13(78) 2

7. Konsekuensi setelah

mengerjakan tugas 22(35), 4(21) 44(49), 11(79) 4 8. Mengulang dan

mengingat 24(36), 37(65) 9(80), 42(50) 4 9. Meminta bantuan teman

sebaya - 35(66), 7(81) 2

10. Meminta bantuan guru 30(38) 33(67), 5(82) 3 11. Meminta bantuan orang

dewasa 6(25) 31(68), 3(83) 3

12. Mengulang tugas atau

tes sebelumnya 12(26), 2(12)

53(54), 29(70),

48(40) 5

13. Mengulang catatan 10(27), 40(41), 27(71)

51(13), 1(84),

(56)

14. Mengulang buku

pelajaran 36(42), 25(72)

14(28), 49(56),

23(73) 5

Jumlah 53

Ket: nomor yang berada pada dalam kurung merupakan penomoran yang lama

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Persiapan

Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, antara lain :

a. Rancangan alat dan instrumen penelitian

Alat ukur yang digunakan di dalam penelitian berupa skala self regulated

learning yang terdiri dari 53 (lima puluh tiga) pernyataan yang disusun

berdasarkan 14 kategori strategi self regulated learning yang dikemukakan oleh Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998). Skala disusun sendiri oleh peneliti dengan empat pilihan respon yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala yang telah disusun akan diuji coba validitas melalui professional judgment (dosen pembimbing). Skala dibuat dalam bentuk buku dengan huruf Times New Roman ukuran 16.

b. Perizinan

(57)

menengah pertama(SMP), setelah itu mendatangi satu persatu sekolah agar diizinkan untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

c. Uji Coba Alat Ukur

Skala kemudian diuji cobakan kepada sampel yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Uji coba dilakukan pada tanggal 24 Februari 2014 sampai dengan 4 Maret 2014. Sampel yang ikut dalam uji coba adalah siswa-siswi kelas 2 (dua) Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di daerah Percut Sei Tuan yang berjumlah 125 orang.

d. Revisi Alat Ukur

Setelah aitem diperiksa oleh professional judgment dan telah diujicobakan kepada siswa-siswi kelas 2 (dua) Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di daerah Percut Sei Tuan, data uji coba dianalisis daya diskriminasi aitem dan reliabilitasnya menggunakan bantuan program SPSS version 20.00 for windows. Daya diskriminasi aitem dihitung dengan menggunakan korelasi pearson product

moment dimana akan dilakukan penseleksian terhadap aitem yang memiliki daya

(58)

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah alat ukur direvisi maka dilakukan pengambilan data terhadap subjek penelitian. Penelitian dilakukan pada tanggal 23 April 2014 sampai dengan 25 April 2014 dengan memberikan alat ukur berupa skala self regulated learning kepada 200 subjek penelitian. Peneliti mendatangi beberapa sekolah yang berada di daerah Percut Sei Tuan untuk meminta kesediaan subjek penelitian mengisi skala. Dari 200 skala yang dibagikan, semua skala yang datanya bisa diolah dalam penelitian.

3. Tahap Pengolahan Data

Keseluruhan data yang didapat pada tahap pelaksanaan selanjutnya diolah dengan menggunakan SPSS for windows 20.00 version.

G.Metode Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan skor dari self

regulated learning yang berupa data statistik. Analisa data bertujuan untuk

(59)
(60)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab berikut ini akan diuraikan mengenai keseluruhan penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian dilanjutkan dengan hasil penelitian, analisa dan interpretasi data penelitian serta pembahasan.

A.Anilasa Data

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian terdiri dari 200 orang siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di daerah masyarakat pesisir Percut Sei Tuan. Dari 200 orang siswa-siswi yang menjadi sampel penelitian, didapatkan gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin, suku, pekerjaan orangtua, dan penghasilan orangtua perbulan.

a. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian maka diperoleh data subjek sebagai berikut :

Tabel 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (N) Persentase

Perempuan 118 59%

Laki- laki 82 41%

Total 200 100%

(61)

b. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku

Berdasarkan suku subjek penelitian maka diperoleh data subjek sebagai berikut :

Tabel 6. Penyebaran Subjek Berdasarkan Suku

Suku Frekuensi (N) Persentase

Jawa 90 45 %

Tabel 6menunjukkan subjek yang bersuku Jawa yang paling banyak, yaitu 90 orang (45%), kemudian yang bersuku Batak sebanyak 43 orang (21.5%),bersuku Melayu sebanyak 36 orang (18%), suku Mandailing sebanyak 18 orang (9%), suku Karo sebanyak 4 orang (2%), suku Sunda sebanyak 6 orang (3%), dan suku Nias sebanyak 3 orang (1.5%).

c. Gambaran Subjek Berdasarkan Pekerjaan Orangtua

Berdasarkan pekerjaan orangtua subjek penelitian maka diperoleh data subjek sebagai berikut:

Tabel 7. Penyebaran Subjek Berdasarkan Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan Orangtua Frekuensi (N) Persentase

Gambar

Tabel 1. Daftar penilaian skala Bentuk Pernyataan
Tabel 2. Blue PrintSkala Self Regulated Learning Sebelum Uji Coba
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Self Regulated Learning Setelah di
Tabel 4. Blue Print Skala Self Regulated Learning
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa guru kurang maksimal dalam menjelaskan kembali semua materi yang diberikan, siswa kurang memperhatikan dan menanggapi

Telah dilakukan penelitian mengenai pembuatan edible film dari campuran tapioka, kitosan, gliserin, dan ekstrak kulit manggis ( Garciniae mangostana ) untuk

Analisis indeks kemiskinan material terhadap rumah tangga mustahik dilakukan tanpa dan dengan adanya bantuan dana zakat yang diberikan oleh BAZNAS Provinsi Jawa

Suatu informasi rahasia adalah suatu informasi yang tidak terbuka untuk umum, dalam arti kata orang luar, dan bersifat tidak rahasia bagi mereka yang terlibat

Hasil Penelitian: Perilaku tentang penggunaan oralit dan zink pada anak usia balita terhadap kejadian diare di Puskesmas Mirit Kabupaten Kebumen menggunakan Uji

*Alat Peraga Pendidikan *Elektrikal Mekanikal *Komputer *Laboratorium *Percetakanb. DAFTAR HARGA ALAT PERAGA

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kepatuhan perawat dalammelakukan hand hygiene dengan kejadian flebitis memiliki keeratan hubungan

Mendeskripsikan keputusan bersama sebagai cerminan penerapan Hak Asasi Manusia Keputusan bersama sebagai cerminan penerapan HAM  Pengertian keputusan bersama 