• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVALIDASI PENGARUH VARIASI KOMPOSISI MEDIUM KULTUR TERHADAP PRODUKSI ENZIM AMILASE DARI Bacillus sp. STRAIN LTE-6 REVALIDASI EFFECT OF MEDIUM COMPOSITION VARIATIONS OF CULTURE OF PRODUCTION enzyme amylase Bacillus sp. STRAIN LTE-6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REVALIDASI PENGARUH VARIASI KOMPOSISI MEDIUM KULTUR TERHADAP PRODUKSI ENZIM AMILASE DARI Bacillus sp. STRAIN LTE-6 REVALIDASI EFFECT OF MEDIUM COMPOSITION VARIATIONS OF CULTURE OF PRODUCTION enzyme amylase Bacillus sp. STRAIN LTE-6"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

REVALIDASI PENGARUH VARIASI KOMPOSISI MEDIUM KULTUR TERHADAP PRODUKSI ENZIM

AMILASE DARI Bacillus sp. STRAIN LTE-6 (Skripsi)

Oleh:

Okta Riyani

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Mulyono, Ph.D

NIP.197406112000031002

Dian Septiani Pratama, M.Si NIP.198009082009122003

2. Ketua Jurusan Kimia

Andi Setiawan, Ph.D NIP.195809221988111001

Judul Skripsi : REVALIDASI PENGARUH VARIASI

KOMPOSISI MEDIUM KULTUR TERHADAP PRODUKSI ENZIM AMILASE DARI Bacillus sp STRAIN LTE-6

Nama Mahasiswa : Okta Riyani

No. Pokok Mahasiswa : 0517011047

Jurusan : Kimia

(3)

ABSTRAK

REVALIDASI EFFECT OF MEDIUM COMPOSITION

VARIATIONS OF CULTURE OF PRODUCTION enzyme

amylase Bacillus sp. STRAIN LTE-6

Oleh

Okta Riyani

(4)

ABSTRAK

REVALIDASI PENGARUH VARIASI KOMPOSISI

MEDIUM KULTUR TERHADAP PRODUKSI ENZIM

AMILASE DARI

Bacillus

sp.

STRAIN

LTE-6

Oleh

Okta Riyani

(5)

REVALIDASI PENGARUH VARIASI KOMPOSISI MEDIUM KULTUR TERHADAP PRODUKSI ENZIM

AMILASE DARI Bacillus sp. STRAIN LTE-6

Oleh

Okta Riyani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Mulyono, Ph.D. …………....

Sekretaris : Dian Septiani Pratama, M.Si …………....

Penguji

Bukan Pembimbing : Andi Setiawan, Ph.D. …………....

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Prof. Suharso, Ph.D. NIP 196905301995121001

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 30 Oktober

1987, sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, putri dari Azhar Dairi dan

Samiyati.

Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Teluk Betung

diselesaikan pada tahun 1999. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri

3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) di SMA Negeri 8 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005. Tahun

2005, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Unila melalui

jalur SPMB ( Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru)

Pada tahun 2011 Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan di Laboratorium

Analitik Jurusan Kimia FMIPA Univers Lampung di Bandar Lampung. Selama

menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Dasar I dan

Biokimia I

Penulis mulai aktif mengikuti organisasi sejak SMA yaitu pada organisasi Rohis

(Rohani Islam) sebagai Wakil Ketua Umum kepengurusan 2003/2004. Penulis

juga aktif di Rois serta Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) FMIPA Unila

sebagai anggota Kader Muda kepengurusan 2005/2006, selain itu penulis aktif dan

(8)

menjadi sekretaris Umum Tim Kerja Dakwah Sekolah (TKS) kepengurusan

2008-2010 serta Bendahara umum Tim Kerja Dakwah Sekolah pada periode 2008-

(9)

اًرسي رسعلا عم نإف

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)

Jangan pernah lari dari masalah, mereka akan selalu mengikuti kita. Hadapilah itu karena

masalah akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat.

Jangan pernah menyerah atas impianmu. Rintangan memang kadang menjatuhkan, namun

anda harus bangkit dan terus melangkah.

Berlarilah mengejar impian dan cita-cita tanpa kenal lelah hingga lelah itu berhenti

mengikutimu

Kesuksesan bermula pada saat kita menjaga pikiran agar tetap FOKUS pada hasil yang kita

inginkan, bukan pada keterbatasan-keterbatasan kita.

Seberapapun kecilnya nilai kesuksesan tersebut, kalau kita menikmati dan merasakannya,

tentu akan membuahkan kebahagiaan dan kepuasan, itulah inti sebenarnya dari

(10)

Dengan segala kerendahan hati serta rasa syukurku kepada Allah SWT pemilik

jiwaku, dan Muhammad SAW sebagai suri teladanku

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang kucintai dan

kusayangi.

Ayahku tercinta A. Dairi dan ibuku tercinta Samiyati yang tak henti-hentinya

selalu memberikan kasih sayang,serta doa dalam perjalanan hidupku

Ayuk mila, Ayuk Fitri, Kak Fredi, dan mbak desti serta seluruh keluarga besarku

tersayang yang selalu menemaniku serta mendoakan keberhasilan untukku

Seseorang yang kelak mendampingi hidupku

(11)

SANWACANA

Assalamu’alaykum Wr. Wb.

Alhamdulilah Puji dan syukur Penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “ Revalidasi Pengaruh Variasi Komposisi Medium Kultur Terhadap Produksi Enzim Amilase dari Bacillus sp. Strain LTE-6” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan rintangan, namun itu

semua dapat penulis lalui berkat rahmat dan ridha Allah SWT serta bantuan dan dorongan

semangat dari orang-orang di sekitar penulis. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan

terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Mulyono, Ph.D., selaku pembimbing utama yang telah banyak memberikan ilmu

pengetahuan, gagasan, bimbingan, bantuan, dukungan, saran dan kritik kepada penulis

dalam proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian, serta dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dian Septiani Pratama, M.Si., selaku pembimbing kedua atas kesediaan memberikan

(12)

3. Bapak Andi Setiawan, Ph.D., selaku pembahas dan Ketua Jurusan yang telah meluangkan

waktu, memberikan kritik, saran, dan arahan yang diberikan kepada penulis sehingga

skripsi ini terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Dra Aspita Laila, M.S., selaku Pembimbing Akademik atas kesediaannya untuk

memberikan bimbingan, bantuan, nasehat, dan informasi yang bermanfaat kepada

penulis.

5. Segenap dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis

selama kuliah.

6. Bapak Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Lampung.

7. Kedua orang tuaku yang teramat aku cintai. Ibunda Samiyati dan Azhar Dairi yang telah

memberikan kasih sayang dan cintanya untukku, selalu mendoakan demi keberhasilanku,

memberikan perhatian dan tauladan terbaik untukku. Semua jasa yang telah diberikan

kepadaku takkan bisa ku ganti dengan apapun.

8. Saudara-saudara ku tersayang Mila Andriyani (Ayunda), Fitri Astuti (Ayunda) Desti

Yanti (Mbak), Fredi Antoni (Kakak). Kalian yang tak henti-hentinya memberikan

motivasi, dukungan dan semangat kepadaku bahwa aku bisa menyelesaikan studi ini.

9. Sahabat-sahabat terbaikku : Riya Adlaila, S.Si., Nelda Susanti S.Pd., Vonny Apriati,S.Si.,

Mira Mustika,S.Si., Hafizah Helma,S.Si., Nuraida terimakasih atas segala dukungan,

kasih sayang, rasa kebersamaan, dan keceriaan yang selalu kalian hadirkan disetiap

hari-hariku, aku bangga mengenal kalian.

(13)

11. Teman- teman Biochemistry. Adek Purnawati S.Si, M Ramdhan S.Si.,Tyas R., Miftah,

Fatma, Fitri, Vivi, M Amin,

12. Tutik, S.Si., Nurjannah Harun, Mustika, S.Si., Reni Astari,S.Pd., yang bersedia

menemani ataupun menjemputku di Laboratorium Biokimia tanpa mengenal

waktu.Terima Kasih

13. Teman-teman Kimia’04,’05’06,’07, ’08, ’09, ’10,11 FMIPA UNILA terimakasih atas

segala dukungannya.

14. terimakasih atas segala semangat, motivasi, perhatian, keceriaan, kesabaran dan cinta

kasih yang telah diberikan selama ini.

15. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi

ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi

dengan segala kerendahan dan keikhlasan yang ada dalam hati, penulis berharap semoga skripsi

yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 28 Desember 2012

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

Mekanisme Kerja Enzim……… 6

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reaksi Enzim... ... 8

Kinetika Reaksi Enzim……….. 9

Enzim Amilase………. .. 10

Amilum………. 13

Nutrien Mikroba ... 14

Fase Pertumbuhan Bakteri ... 15

Karakterisasi bakteri isolat LTE-6 ... 17

Spektrofotometer ... 18

(15)

ii

Penentuan Kadar Protein Metode Lowry ... 26

Penentuan Aktivitas Enzim Metode Fuwa ... 26

Variasi Komposisi Produksi Enzim Amilase ... 27

Variasi Komposisi Sumber C ... 27

Variasi Komposisi Sumber N ... 27

Variasi Komposisi Ion Logam ... 27

Variasi pH terhadap Pertumbuhan dan Produksi Enzim ... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Peremajaan Isolat LTE-6………. 29

Monitoring Pertumbuhan dan Produksi Enzim Amilase……….. 29

Pengaruh Variasi komposisi Medium Kultur……... 31

SIMPULAN DAN SARAN………. .. 43

Simpulan………... 44

Saran……… . 45

DAFTAR PUSTAKA……….. 46

(16)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Model kunci dan anak kunci ... 6

2 Model induced fit ... 8

Kurva Lineweaver-Burk ... 10

4 Struktur Kimia dari Amilosa dan Amilopektin ... 14

5. Bakteri Isolat LTE-6……… 16

6. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan sumber karbon glukosa……….. 28

7. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan sumber karbon fruktosa……… 28

8. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan sumber karbon Arabinosa………. 28

9. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan sumber karbon gula………... 28

10 Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan sumber nitrogen pepton………. 30

11. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan sumber nitrogen NaNO3……… 30

12. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan sumber nitrogen NH4Cl………. 30

13. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan sumber nitrogen Ekstrak Ragi……… 30

(17)

iv

15. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan sumber ion logam MgSO4……… 33

16. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan sumber ion logam MnSO4……….. 34

17. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan sumber ion logam ZnSO4………. 34

18. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan pH 5……… 34

19. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan pH 6……… 36

20. Profil pertumbuhan sel dan Aktivitas Unit pada medium pati singkong dengan pH 7………. 36

(18)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Pertumbuhan sel dan produksi enzim isolat LTE-6 pada berbagai medium dengan variasi sumber Karbon ……… 33

2. Pertumbuhan sel dan produksi enzim isolat LTE-6 pada berbagai medium dengan variasi sumber Nitrogen………... 33

3. Pertumbuhan sel dan produksi enzim isolat LTE-6 pada berbagai medium dengan variasi sumber Ion Logam ……….. 36

4. Pertumbuhan sel dan produksi enzim isolat LTE-6 pada berbagai medium dengan variasi sumber pH ………... 36

5. Absorbansi Sel (OD600), Aktivitas Unit, Kadar Protein dan Aktivitas Spesifik enzim amilase dari isolat LTE-6 pada variasi

komposisi sumber karbon………. . 41

6. Absorbansi Sel (OD600), Aktivitas Unit, Kadar Protein dan Aktivitas Spesifik enzim amilase dari isolat CP-2 pada variasi

komposisi sumber karbon……… .. 42

7. Absorbansi Sel (OD600), Aktivitas Unit, Kadar Protein dan Aktivitas Spesifik enzim amilase dari isolat LTE-6 ada variasi

komposisi sumber Nitrogen ………. . 43

8. Absorbansi Sel (OD600), Aktivitas Unit, Kadar Protein dan Aktivitas Spesifik enzim amilase dari isolat CP-2 pada variasi

komposisi sumber Nitrogen……… ... 44

9. Absorbansi Sel (OD600), Aktivitas Unit, Kadar Protein dan Aktivitas Spesifik enzim amilase dari isolat LTE-6 pada variasi

komposisi sumber Ion Logam……… 45

10. Absorbansi Sel (OD600), Aktivitas Unit, Kadar Protein dan Aktivitas Spesifik enzim amilase dari isolat CP-2 pada variasi

(19)

vi

11. Absorbansi Sel (OD600), Aktivitas Unit, Kadar Protein dan Aktivitas Spesifik enzim amilase dari isolat LTE-6 pada variasi

komposisi sumber pH……….. .. 47

12. Absorbansi Sel (OD600), Aktivitas Unit, Kadar Protein dan Aktivitas Spesifik enzim amilase dari isolat LTE-6 pada variasi

komposisi sumber pH……… 48

(20)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Enzim adalah katalis yang memiliki keunggulan sifat dapat membantu

proses-proses kimia kompleks pada kondisi percobaan yang lunak dan lebih ramah

lingkungan (Mateo et al., 2007).

Kelebihan enzim sebagai katalisator antara lain enzim memiliki spesifitas tinggi,

mempercepat reaksi kimiawi spesifik tanpa pembentukan senyawa samping,

produktivitas tinggi, dan umumnya produk akhir yang terbentuk tidak

terkontaminasi sehingga mengurangi biaya purifikasi (Chaplin dan Bucke, 1990).

Produksi dan perdagangan enzim didominasi oleh kelompok enzim hidrolitik

seperti amilase, protease, katalase dan lipase. Kebutuhan amilase di dunia sangat

tinggi yaitu mencapai 300 ton enzim murni pertahun yang diproduksi oleh

Bacillus lichineformis dan Aspergillus sp (Sivaramkrisnan et al., 2006).

Amilase merupakan enzim yang bekerja menghidrolisis pati yang dapat

dihasilkan oleh bakteri, fungi, tumbuhan dan hewan. Amilase yang

dihasilkan oleh bakteri banyak dimanfaatkan dalam industri, terutama industri

makanan, minuman, tekstil, farmasi, dan detergen. Hal ini karena umumnya

(21)

2

dibandingkan yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Sebagian besar industri,

seperti industri makanan dan minuman menggunakan amilase tahan asam

(Whittaker, 1994).

Pada penelitian sebelumnya (Mulatasih, 2010) diperoleh kondisi optimum pada

isolat LTE-6 dengan nilai aktivitas unit 5,47 U/mL dan aktivitas spesifik 349,29

U/mg. Kemudian dilakukan variasi komposisi medium kultur terhadap produksi

enzim amilase dari isolat LTE-6 (Fandika, 2011) dengan variasi komposisi berupa

variasi sumber N, variasi sumber C, variasi Ion Logam, serta variasi pH sehingga

diperoleh hasil dengan nilai aktivitas unit berturut-turut 9,8 U/mL; 10,83 U/mL;

9,5 U/mL; 8,7 U/mL serta dengan aktifitas spesifik berturut-turut 130,70 U/mg;

55,00 U/mg; 15,04 U/mg; 20,90 U/mg. Setelah dilakukan variasi komposisi

tersebut, pada ion logam dan pH 6 terjadi penurunan nilai aktivitas unit

berturut-turut menjadi 9,5 U/mL; 8,7 U/mL. Hal itu dapat terlihat bahwa terjadinya

penurunan produksi enzim amilase dari bacillus sp strain LTE-6. Untuk

meyakinkan data hasil penelitian tersebut maka perlu dilakukan penelitian

kembali.

Pada penelitian ini telah dilakukan variasi komposisi pada medium kultur

menggunakan bakteri isolat LTE-6. Sumber karbon yang digunakan adalah pati

singkong kering 1% (w/v). Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometer untuk

mengetahui pertumbuhan sel dan uji aktivitas enzim menggunakan metode fuwa

(22)

3

I.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk uji ulang data hasil penelitian

sebelumnya (Fandika, 2012) tentang bagaimana pengaruh variasi komposisi

medium kultur terhadap produksi enzim amilase dari Bacillus sp strain LTE-6.

I.3 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi optimum medium

kultur terhadap produksi enzim amilase Bacillus sp strain LTE-6 sehingga dapat

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Enzim

Enzim merupakan biokatalisator yang diproduksi oleh jaringan makhluk hidup

digunakan untuk mengkatalisis reaksi yang terdapat pada makhluk hidup dan

dapat meningkatkan laju reaksi yang terdapat pada jaringan. Enzim juga dapat

dikaitkan sebagai unit fungsional dari metabolisme sel, bekerja dengan urutan

tertentu, mengkatalisis reaksi bertahap yang berjumlah hingga ratusan yang

menyimpan dan mentransformasikan energi kimiawi dan membuat makromolekul

dari prekursor yang sederhana (Lehninger, 1990).

1. Klasifikasi Enzim

Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing

enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan

lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama

misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain.

International Union of Biochemistry and Molecular Biology (IUBMB)

mengklasifikasi enzim berdasarkan tipe reaksi yang dikatalisisnya. Berdasarkan

tipe reaksi yang dikatalisis itu, enzim dibagi menjadi 6 kelas dan masing-masing

kelas terbagi lagi menjadi subkelas (4-13 subkelas) dan dari subkelas dibagi lagi

(24)

5

1. Oksidoreduktase, mengkatalisis oksidasi dan reduksi. Contoh : alkohol

dehidrogenase (EC1.1.1.1)

2. Transferase, mengkatalisis pemindahan gugus seperti : Glikosil, Metil,

fosforil, aldehid dan keton. Contoh: ATP

(D-heksosa-6-fosfotransferase/heksokinase) (EC2.7.1.1)

3. Hidrolase, mengkatalisis pemutusan hidrolitik dalam ikatan C-C, C-O, C-N

dan ikatan lain. Contoh: Beta-Galaktosidase (EC3.2.1.23).

4. Liase, mengkatalisis pemutusan ikatan C-C, C-O, C-N, dan ikatan lain

dengan eliminasi atom yang menghasilkan ikatan rangkap. Contoh : Fumarat

hidratase (Fumarase) (EC4.2.1.2).

5. Isomerase, mengkatalisis perubahan geometrik atau struktural di dalam satu

molekul. Contoh: triosafosfat isomerase (EC5.3.1.1).

6. Ligase, mengkatalisis penyatuan dua molekul yang dikaitkan dengan

hidrolisis ATP.Contoh: Asetil-KoA-karboksilase (EC6.4.1.2).

Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya

holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim

adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim

adalah enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus

yang bukan protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang

terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus

prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai

yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim, keduanya

merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat

(25)

6

Secara disingkat, sifat-sifat enzim tersebut antara lain (Dwidjoseputro, 1992)

berfungsi sebagi biokatalisator, merupakan suatu protein, bersifat khusus atau

spesifik, merupakan suatu koloid, jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak,

serta tidak tahan panas.

Fungsi enzim sebagai katalis untuk reaksi kimia dapat terjadi baik didalam

maupun di luar sel. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat

tertentu. Suatu enzim dapat bekerja 108 sampai 1011 kali lebih cepat

dibandingkan laju reaksi tanpa katalis. Enzim bekerja sebagai katalis dengan cara

menurunkan energi aktivasi, sehingga laju reaksi meningkat (Poedjadi, 2006).

2. Mekanisme Kerja Enzim

Prinsip kerja enzim berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama, enzim (E)

bergabung dengan substrat (S) membentuk kompleks enzim substrat (E-S). Tahap

kedua, kompleks enzim-substrat terurai menjadi produk dan enzim bebas.

Terdapat dua model yang diusulkan pada kegiatan enzim dalam mempengaruhi

substrat sehingga diperoleh zat hasil, yaitu model kunci dan anak kunci, dan

(26)

7

Gambar 1. Model Kunci dan Anak Kunci (Santoso, 2010)

Pada model kunci dan anak kunci (Gambar 1), substrat atau bagian substrat harus

mempunyai bentuk yang sangat tepat dengan sisi katalitik enzim. Substrat ditarik

oleh sisi katalitik enzim yang cocok untuk substrat tersebut sehingga terbentuk

kompleks enzim substrat.

Pada model induced fit (Gambar 2), lokasi aktif beberapa enzim mempunyai

konfigurasi yang tidak kaku. Enzim berubah bentuk menyesuaikan diri dengan

bentuk substrat setelah terjadi pengikatan. Jadi, tautan yang cocok pada keduanya

(27)

8

Gambar 2. Model Induced Fit (Santoso, 2010).

3. Faktor faktor yang dapat mempengaruhi enzim

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim diantaranya adalah

(Dwidjoseputro, 1992) :

a. Suhu

Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakan

katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah

suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif

enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.

b. pH

Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya

berkisar antara pH 4,5-8,0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah

umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi

(28)

9

c. Konsentrasi enzim

Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim

tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat

tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.

d. Konsentrasi substrat

Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan

menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan

reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.

e. Zat-zat penghambat

Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap penggabungan

substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan.

4. Kinetika Reaksi Enzim

Kinetika enzim adalah salah satu cabang enzimologi yang membahas faktor-faktor

yang mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatis. Salah satu faktor yang

mempengaruhi aktivitas enzim adalah konsentrasi substrat. Konsentrasi substrat

dapat divariasikan untuk mempelajari mekanisme suatu reaksi enzim, yakni

bagaimana tahap-tahap terjadinya pengikatan substrat oleh enzim maupun

pelepasan produknya (Suhartono, 1989).

Untuk mempermudah menghitung konsentrasi substrat yang diperlukan dalam

mencapai kecepatan maksimum, digunakan tetapan Michaelis-Menten (KM).

Berdasarkan pada grafik laju reaksi-konsentrasi substrat diperoleh suatu

(29)

10

Cara lain untuk menentukan harga Vmaks dan KM adalah membuat grafik antara

1/V dengan 1/S. Persamaan Michaelis-Menten menjadi:

Persamaan tersebut dikenal dengan Lineweaver-Burk yang yang digunakan untuk

menentukan Vmaks dan KM (Poedjadi, 1994). Grafik persamaan Lineweaver-Burk

dapat dilihat pada gambar berikut (Gambar 3).

Gambar 3. Lineweaver-Burk

B. Amilase

Amilase merupakan enzim pemecah pati, glikogen dan polisakarida lain dengan

cara menghidrolisis ikatan glikosidik α-1,4 atau ikatan glikosidik α-1,6. Amilase

dibagi menjadi empat golongan, yaitu: α-amilase, -amilase, glukoamilase dan

enzim pemutus cabang. Berdasarkan produk akhir hidrolisisnya, enzim amilase

(30)

11

memberikan produk akhir gula bebas sedangkan golongan kedua adalah enzim

yang memecah pati tetapi tidak menghasilkan gula bebas, kedua golongan amilase

ini dibedakan secara eksperimen (Crueger, 1984).

Enzim α-amilase (α-1,4 glukan-glukanhidrolase), termasuk enzim pemecah dari

dalam molekul, bekerja menghidrolisis dengan cepat ikatan α-1,4 glukosida pada

pati. Berat molekul α-amilase ± 50 kDa (Suhartono, 1989). Enzim ini banyak

digunakan pada industri sirup, sari buah, dan selai. Enzim α-amilase mengandung

paling sedikit 1 atom kalsium permolekul dan melekat dengan erat pada molekul

enzim. Adanya kalsium tersebut menyebabkan enzim ini disebut “calcim metal

coenzyme” (Judoamidjojo dkk., 1989). Ion kalsium ini penting untuk stabilitas

dan aktivitas enzim. Afinitas ion kalsium pada α-amilase lebih kuat dari

kation lain. Masih belum jelas apakah ion kalsium dapat diganti oleh

kation-kation lain (Vihinen and Mantsala, 1989).

Mekanisme kerja enzim α-amilase pada amilosa dibagi dalam dua tahap, pertama

degradasi secara cepat molekul amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang

terjadi secara acak. Pada tahap ini terjadi penurunan kekentalan dengan cepat.

Tahap kedua, degradasi α-amilase pada amilosa menghasilkan glukosa dan

maltosa dengan laju lebih lambat dan tidak secara acak (Winarno, 1995).

Aktivitas α-amilase dapat diukur berdasarkan penurunan kadar pati yang larut,

kadar dekstrin yang terbentuk, dan pengukuran viskositas atau jumlah gula

pereduksi yang terbentuk (Judoamidjojo dkk., 1989).

-amilase ( -1,4 glukan maltohidrolase), memutus dari luar molekul dan

(31)

12

Bila tiba pada ikatan α-1,6 glikosida seperti yang dijumpai pada amilopektin atau

glikogen, aktivitas enzim ini akan terhenti. Enzim ini bekerja pada ikatan α-1,4

dengan menginversi konfigurasi posisi atom C (1) atau atom C nomor 1 molekul

glukosa dari α menjadi . Enzim -amilase memiliki pH optimum antara 5-6

(Judoamidjojo dkk., 1989).

Gamma amilase ( –amilase), EC.3.2.1.3. disebut juga glukan 1,4-α–glukosidase,

amiloglukosidase, ekso-1,4-α–glukosidase, lisosomal α-glukosidase,

glukoamilase, 1,4-α-D-glukan glukohidrolase. Merupakan pemutus terakhir

ikatan glikosida pada bagi ujung nonreduksi dari amilosa dan amilopektin untuk

menghasilkan unit glukosa.

Pullulanase, EC.3.2.1.41. merupakan enzim pemutus cabang, menghidrolisis

hanya pada ikatan α-1,6 glikosida, seperti pullulan 6-glukanohydrolase. α

-Glukosidase, EC.γ.β.1.β0. Memutus ikatan α-1,4 glikosida dari molekul amilosa

ataupun amilopektin menjadi rantai-rantai pendek oligosakarida (Hagihara et al.,

2001).

Berdasarkan arah memutusnya ikatan glikosida dari amilum, maka enzim amilase

dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok (Reddy et al., 2003) yaitu endoamilase

dan ektoamilase. Endoamilase melakukan hidrolisis secara acak dari bagian

depan molekul amilum sehingga menghasilkan molekul oligosakarida dalam

bentuk rantai lurus maupun bercabang dengan panjang rantai yang bervariasi

sedangkan ektoamilase melakukan hidrolisis dari ujung nonreduksi dan dengan

(32)

13

Komposisi dan konsentrasi media sangat mempengaruhi produksi dari enzim

amilase ekstraseluler pada bakteri, yeast, dan Aspergillus sp. Shinke dalam

Srivastava (2008) menyatakan bahwa komposisi medium sangat mempengaruhi

produksi amilase, seperti halnya sporulasi pada Bacillus cereus. Keberadaan pati

akan menginduksi produksi amilase. Keadaan lingkungan dan sumber nitrogen

pada media kultur juga akan mempengaruhi pertumbuhan produksi amilase.

Disamping karbon dan nitrogen, sodium dan garam potassium, ion metal, dan

detergen juga akan mempengaruhi produksi amilase dan pertumbuhan

mikroorganisme (Srivastava, 2008).

Aktivitas enzim α-amilase ditentukan dengan mengukur penurunan kadar pati

yang larut dengan menggunakan substrat jenuh. Kejenuhan pati berpengaruh

terhadap laju reaksi enzimatis. Apabila larutan pati terlalu jenuh maka enzim sulit

terdifusi ke dalam larutan sehingga kerja enzim akan terhambat (Winarno, 1995).

C. Pati atau Amilum

Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Pati terdiri dari

dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa

dan fraksi tidak larut disebut amilopektin (Winarno, 1984). Struktur amilosa

merupakan struktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa. Amilopektin terdiri

dari struktur bercabang dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa dan titik percabangan

amilopektin merupakan ikatan α-(1,6). Berat molekul amilosa dari beberapa ribu

hingga 500.000, begitu pula dengan amilopektin (Lehninger, 1982).

Amilopektin, suatu polisakarida yang jauh lebih besar daripada amilosa,

(33)

14

amilosa, rantai utama dari amilopektin mengandung 1,4-α-D-glukosa. Tidak

seperti amilosa, amilopektin bercabang sehingga terdapat satu glukosa ujung

untuk kira-kira tiap 25 satuan glukosa. Ikatan pada titik percabangan adalah

1,6-α-glikosida. Bila amilopektin dihidrolisis lengkap maka akan terbentuk

D-glukosa. Hidrolisis tak lengkap menghasilkan suatu campuran disakarida atau

campuran oligosakarida. Campuran disakarida hasil hidrolisis berupa maltosa dan

isomaltosa sedangkan campuran oligosakarida berupa dekstrin (Fessenden dan

Fessenden, 1982).

Gambar 4. Struktur amilosa dan amilocpektin.

Pati termasuk karbohidrat jenis polisakarida. Polisakarida ini banyak terdapat di

(34)

15

tumbuhan, pati merupakan simpanan karbohidrat yang dihasilkan dari proses

fotosintesis. Bagi hewan dan manusia, pati merupakan sumber karbohidrat utama

yang banyak dikonsumsi sebagai sumber energi yang penting.

Pati atau amilum bersifat tidak larut dalam air pada suhu kamar, berwujud bubuk

putih, tidak berasa dan tidak berbau. Di dalam tumbuhan, pati disimpan dalam sel

sebagai granula kecil yang dapat dilihat di bawah mikroskop. Bentuk granula pati

berbeda-beda tergantung dari tumbuhan sumber patinya. Pati singkong memiliki

granula dengan ukuran 5-35 μm dengan rata-rata ukurannya diatas 17 μm

(Samsuri, 2008).

Pati bereaksi dengan iodium membentuk kompleks berwarna biru kehitaman.

Kompleks warna ini terjadi bila molekul iodium masuk ke dalam bagian kosong

pada molekul zat pati (amilosa) yang berbentuk spiral. Proses iodinisasi zat pati

menghasilkan molekul yang mengabsorbsi semua cahaya, kecuali warna biru.

Bila zat pati telah diuraikan menjadi maltose atau glukosa, warna biru tidak terjadi

lagi karena tidak adanya bentuk spiral pati (Lay, 1994)

D. Bakteri

Ada tiga bentuk dasar bakteri, yaitu bentuk bulat atau kokus, bentuk batang

silindris, bentuk lengkung atau vibri. Bentuk bulat atau kokus dapat dibedakan

dalam : mikrokokus, diplokokus, streptokokus, tetrakokus, sarsina dan stafilo

kokus. Bakteri berbentuk batang dapat dibedakan ke dalam bentuk batang

panjang dan batang pendek dengan ujung datar atau lengkung. Bakteri berbentuk

(35)

16

dari setengah lingkaran. Bentuk bakteri dipengaruhi oleh umur dan syarat

pertumbuhan tertentu (Hidayat dkk., 2006).

1. Nutrien untuk Pertumbuhan Bakteri

Kebutuhan nutrien harus meliputi unsur makro esensial dan mikro esensial yang

terlibat baik dalam proses metabolisme sel juga untuk mengaktifkan enzim,

mensintesis vitamin dan berperan dalam sporulasi. Nutrien dasar bagi

mikroorganisme harus mengandung sumber energi untuk tumbuh seperti unsur

karbon, nitrogen, dan logam. Nutrien yang tergolong sumber energi adalah

senyawa hasil oksidasi dari lemak, protein, amonium, karbohidrat, dan gula

sederhana. Kebutuhan sumber karbon dapat dipenuhi dengan adanya CO2 atau

senyawa seperti gula, pati, dan karbohidrat lain. Kebutuhan akan nitrogen dapat

dipenuhi oleh NH4+ atau senyawa nitrat organik/anorganik. Untuk pertumbuhan

normal mikroorganisme membutuhkan ion logam yang berfungsi sebagai kofaktor

(Suhartono, 1989).

Histidin, ditiotreitol dan merkaptoetanol merupakan senyawa yang berperan

sebagai kofaktor enzim ini. Selain itu beberapa logam juga dapat berperan

sebagai kofaktor antara lain Ca2+, Ba2+, Mn2+, Ag+, dan Fe2+. Sedangkan Hg2+,

Cu2+, Mg2+, Rb2+, Fe3+, Al3+, Cd2+ dan Ni2+merupakan inhibitor enzim α-amilase

(Schomburg and Salzmann, 1991).

2. Fase Pertumbuhan Bakteri

Suatu mikroorganisme mempunyai siklus pertumbuhan tertentu tergantung

produk yang akan dihasilkan. Pertumbuhan mikroorganisme dibagi dalam

(36)

17

dan fase kematian. Fase adaptasi, sel-sel bakteri mulai membesar namun belum

mengadakan pembiakan. Pada fase ini bakteri baru menyesuaikan diri dengan

lingkungan baru. Fase lag, bakteri mulai membelah diri, tetapi waktu generasinya

masih panjang. Fase statisioner, jumlah bakteri yang dihasilkan sama dengan

jumlah bakteri yang mati sehingga jumlah sel bakteri yang hidup menjadi konstan.

Fase kematian, jumlah bakteri yang mati makin banyak sedangkan kecepatan

pembelahannya jadi nol (Irianto, 2006).

3. Karakteritik Bakteri Isolat LTE-6

Hasil penelitian yang telah dilakukan (Mulatasih, 2010) pada isolat LTE-6 di

bawah mikroskop, isolat tersebut berbentuk basil dan merupakan bakteri dengan

Gram negatif. Bakteri Gram negatif mampu mengikat cat warna utama dengan

tidak kuat sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur cat dan dapat diwarnai oleh

cat lawan. Pada pengamatan mikroskopik sel-sel bakteri ini akan berwarna

merah.

(37)

18

Metode yang digunakan Fuwa (1954), Marshall dan Lauda (1975), dan Xiao et al.

(β006) dalam mengukur aktivitas enzim α-amilase adalah dengan mengukur

warna kompleks iodin dengan pati. Semakin besar aktivitas penghambatan

phaseolamin, maka jumlah pati yang terhidrolisis semakin sedikit sehingga

komplek iodin dengan pati yang terbentuk semakin banyak dan menghasilkan

warna biru. Warna kompleks tersebut dapat dikuantifikasi dengan pengukuran

menggunakan spektrofotometer.

f. Spektrofotometer

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis yang didasarkan pada

pengukuran serapan sinar makromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada

panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi

difraksi dengan fototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah

spektrofotometer, yaitu suatu alat yang di gunakan untuk menentukan suatu

senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan

atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada titrasi

spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya

tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam

kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini

dapat disebut juga spektrofotometri adsorbsi atomic (Hardjadi, 1990).

Spektrofotometer menghasilkan sinar dan spectrum dengan panjang gelombang

tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan

(38)

19

adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh

dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer

filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang

gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang

gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang

yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya

seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak

yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel blanko dan

suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun

pembanding (Khopkar, 2002).

Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam

larutan tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang

ada, konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi

suatu senyawa dalam larutan, makin banyak sinar yang diserap.

Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasar sumber cahaya yang

digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Spektrofotometri Visible

Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah

cahaya tampak (visible). Cahaya variable termasuk spektrum elektromagnetik

yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak

adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang didapat berwarna putih, merah,

biru, hijau, apapun itu, selama ia dapat dilihat oleh mata. Maka sinar tersebut

(39)

20

dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga

dengan nama Wolform merupakan unsur kimia dengan simbol W dan nomor atom

74. Tungsten memiliki titik didih yang tinggi (34 22oC) dibanding logam lainnya.

Karena sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu. Sampel yang dapat

dianalisa dengan metode ini hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi

kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu, untuk

sampel yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan

menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna.

Reagen yang digunakan harus benar-benar spesifik hanya bereaksi dengan analat

yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna yang dihasilkan

harus benar-benar stabil.

2. Spektrofotometri UV (Ultraviolet)

Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan

interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang

190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium

disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang

terdapat berlimpah dilaut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu

proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu proton dan tidak

memiliki neutrron. Nama deuterium diambil dari bahasa Yunani, deuteras yang

berarti dua, mengacu pada intinya yang memiliki 2 partikel. Karena sinar UV

tidak dapat dideteksi dengan mata kita maka senyawa yang dapat menyerap sinar

ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening dan

transparan. Oleh karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna

(40)

21

meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sampel keruh tetap harus dibuat

jernih dengan filtrasi atau sentifungi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah

sampel harus jernih dan larut sempurna. Tidak ada partikel koloid/ suspensi.

3. Spektrofotometri UV Vis

Merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar

tampak. Alat ini digunakan mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak

oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis

sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan

tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan hubungan antara

serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan. Dibawah ini adalah

persamaan Lamber beer:

A = - log T = ε.b.c

Dimana :

A = Absorbansi

T = Transmitan

ε = absorvitas molar (Lcm-4

. mol-1)

c = panjang sel (cm)

b = konsentrasi zat (mol/jam)

Pada spektrofotometer UV-Vis, warna yang diserap oleh suatu senyawa atau

unsur adalah warna komplementer dari warna yang teramati. Hal tersebut dapat

diketahui dari larutan berwarna yang memiliki serapan maksimum pada warna

(41)

22

putih, maka radiasi tersebut pada panjang gelombang tertentu, akan secara selektif

(42)

23

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain spektrofotometer

UV-Vis, sentrifuga, mikropipet, shaker (orbit environ shaker), laminar air flow,

pH meter, pH universal, autoklaf, jarum ose, pembakar spiritus, neraca analitik

dan alat-alat gelas laboratorium lainnya.

Bahan-bahan yang akan digunakan adalah pati singkong, glukosa, fruktosa,

arabinosa, gula, pepton, Yeast Ekstrak, NH4Cl, NaCl, K2HPO4, KH2PO4,

MgSO4.7H2O, MnSO4.H2O, FeSO4, (NH4)2HPO4,ZnSO4, NaOH, pereaksi iodin,

BSA (Bovine Serum Albumin), Na2CO3, Na-K- tartarat, CuSO4.5H2O, reagen folin

(43)

24

C. Prosedur Penelitian

1. Peremajaan Isolat LTE-6

Peremajaan isolat LTE-6 dilakukan dengan cara memasukan 2,8 gram Nutrien

Agar (NA) dalam 100 ml air. Larutan dipanaskan hingga larutan jernih dan

dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL. kemudian dilakukan

sterilisasi,dimiringkan dan didiamkan pada suhu kamar. Setelah media memadat

dilakukan inokulasi bakteri isolat LTE-6 pada media agar miring. Kemudian

diinkubasi selama 3 hari dalam inkubator.

2. Penyiapan Medium dan Pereaksi a. Penyiapan Medium Kultur

Medium yang digunakan adalah medium yangdalam setiap 100 ml mengandung

1% (w/v) pati singkong, 0,05% (w/v) K2HPO4, dan 0,05% (w/v) KH2PO4,

kemudian medium diatur pada pH 6.0

b. Pembuatan Pereaksi untuk Pengukuran Aktivitas Enzim Amilase Metode Fuwa (Fuwa, 1954)

Pembuatan pereaksi iodin yaitu dengan cara melarutkan 3 g KI dengan sedikit

akuades di dalam labu takar 100 mL, lalu ditambahkan 0,3 g I2 dan ditambahkan

dengan akuades hingga tanda batas.

Pembuatan larutan pati yaitu dengan cara memasukkan 0,5 gram pati ke dalam

labu takar 100 mL kemudian ditambahkan 0,1 M buffer asetat hingga tanda batas,

(44)

25

c. Pembuatan Pereaksi Lowry untuk Pengukuran Kadar Protein (Lowry et al., 1951).

Pereaksi Lowry terdiri atas 4 macam, yang meliputi pereaksi A,B,C, dan D.

Pereaksi A dapat dibuat dengan cara melarutkan 2 g Na2CO3 dengan 100 mL

NaOH 0,1N. Pereaksi B dapat dibuat dengan cara menambahkan 5 ml

CuSO4.5H2O 1% (w/v) ke dalam 5 mL larutan Na-K-tartarat 1%. Pereaksi C

dapat dibuat dengan cara menambahkan 2 mL pereaksi B dengan 100 mL pereaksi

A. Pereaksi D dapat dibuat dengan cara mengencerkan reagen folin-ciocelteau

dengan akuades 1:1.

3. Pembuatan Medium Nutrien Broth (NB)

Medium NB dibuat dengan komposisi 0,3% (w/v) ekstrak ragi, 0,5% (w/v) pepton

dan 0,5 % NaCl, kemudian disterilisasi. Medium NB digunakan sebagai

penyiapan inokulum (starter) dengan cara menginokulasikan 1 ose mikroba dari

isolat LTE-6 masing-masing ke dalam erlenmeyer yang telah berisi medium NB

cair steril yang telah berusia 3 hari kedalam masing-masing erlenmeyer yang

berisi 5 mL medium NB. Setelah diinokulasi, biakan diinkubasi pada shaker

dengan kecepatan 95 rpm pada suhu 37oC selama 1 malam (overnight: 16-20

jam).

4. Penentuan Pertumbuhan Sel (OD)

Penentuan Pertumbuhan sel bakteri digunakan untuk mengetahui pertumbuhan

dari sel bakteri. Sebanyak 0,3 mL kultur dimasukkan kedalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan 2,7 mL akuades lalu diukur serapannya menggunakan

(45)

26

5. Penentuan Kadar Protein

Metode Lowry digunakan untuk mengetahui kadar protein (Lowry et al., 1951).

Sebanyak 0,1 mL enzim ditambahkan 0,9 mL akuades lalu direaksikan dengan 5

mL pereaksi C. Campuran diaduk secara merata dan dibiarkan selama 10 menit

pada suhu kamar. Kemudian ditambahkan dengan cepat 0,5 mL pereaksi D dan

diaduk dengan sempurna. Setelah itu didiamkan selama 30 menit pada suhu

kamar. Untuk kontrol sama dengan perlakuan pada sampel. Pengukuran serapan

dilakukan pada 600 nm. Konsentrasi protein enzim ditentukan dengan

menggunakan kurva standar Bovine Serum Albumin (BSA).

6. Penentuan Aktivitas Enzim

Aktivitas α-amilase ditentukan oleh metode iodin (Fuwa, 1954). Pati soluble

0,5% di dalam buffer asetat 0,1 M sebanyak 300 L ditambahkan dengan enzim

sebanyak 100 L dipanaskan pada suhu 55oC selama 10 menit lalu ditambahkan

0,2 M HCl sebanyak 4 mL, ditambahkan larutan iodin 0,5 mL, dan ditambahkan

H2O hingga volumenya 10 mL, lalu diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada

max 700 nm. Kontrol dibuat dengan cara memanaskan enzim pada suhu 100oC

selama 30 menit. Aktivitas unit dihitung dari jumlah enzim yang mereduksi

warna biru 10% permenit.

7. Variasi komposisi a. Sumber Karbon (C)

Sumber C yang digunakan adalah glukosa, fruktosa, arabinosa, dan gula.

Masing-masing sumber C sebesar 0,5% (w/v) ditambahkan ke dalam medium standar.

(46)

27

dan ditumbuhkan seperti yang dijelaskan pada prosedur 4. Sampling dilakukan

pada rentang waktu 12, 24, 36, 48, 60, dan 72 jam. Sampel kultur diukur nilai

OD, kadar protein, dan aktivitas enzim seperti pada prosedur 4, 5 dan 6.

b. Sumber Nitrogen (N)

Sumber N yang digunakan adalah pepton, NaNO3, NH4Cl,dan ekstrak ragi.

Masing-masing sumber N sebanyak 0,5% (w/v) ditambahkan ke dalam medium

tanpa perlakuan Medium kultur dengan komposisi tersebut kemudian diinokulasi

dengan starter dan ditumbuhkan seperti yang dijelaskan pada prosedur 4.

Sampling dilakukan pada setiap 12 jam selama 72 jam. Sampel kultur diukur nilai

OD, kadar protein, dan aktivitas enzim seperti pada prosedur 4, 5 dan 6.

c. Ion Logam

Sumber ion logam yang digunakan adalah MgSO4, ZnSO4, MnSO4, dan FeSO4.

Masing-masing sumber ion logam sebanyak 0,01 % (w/v) ditambahkan ke dalam

medium tanpa perlakuan. Medium kultur dengan komposisi tersebut kemudian

diinokulasi dengan starter dan ditumbuhkan seperti yang dijelaskan pada prosedur

4. Sampling dilakukan pada rentang waktu 12, 24, 36, 48, 60, dan 72 jam.

Sampel kultur diukur nilai OD, kadar protein, dan aktivitas enzim seperti pada

prosedur 4, 5 dan 6. Untuk sumber ion logam terbaik kemudian dilakukan uji

variasi pH.

d. Variasi pH

Medium yang digunakan untuk menginokulasi bakteri divariasikan pHnya yaitu

pH 5, pH 6, pH 7 dan pH 8. Medium kultur dengan komposisi tersebut kemudian

(47)

28

4. Sampling dilakukan pada rentang waktu 12, 24, 36, 48, 60, 72 jam. Sampel

kultur diukur nilai OD, kadar protein dan aktivitas enzim seperti pada prosedur 3,

(48)

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Kondisi optimum isolat LTE-6 dalam memproduksi enzim amilase berada

pada pH 7 dengan nilai aktivitas unit dan spesifik yang dihasilkan secara

berurutan yaitu 9,961 U/ml dan 36,11 U/mg

2. Pada medium pati singkong setelah dilakukan variasi komposisi sumber

Karbon, Nitrogen, Ion logam dan pH terjadi peningkatan pertumbuhan dan

aktivitas unit enzim amilase.

3. Pada sumber variasi sumber Karbon, Nitrogen, ion logam dan pH

berturut-turut terbaik terdapat pada gula, pepton, Mg dan pada pH 7.

B. SARAN

Kondisi optimum yang diperoleh pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Crueger, W. and A. Crueger. 1984. Biotechnology A Text Book of Industrial Microbiology. Translated by Caroline Haessly. Science Tech. Madison.

De Carvalho, R.V., Correa,T and da Silva, J. 2008. Properties of An Amylase From Thermophillic Bacillus sp. Brazillian Journal of Microbiology. 39: 102-107.

Chaplin, M.F., and Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University

Dwidjoseputro, D. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Fuwa, H. 1954. A New Method For Microdetermination of Amylase Activity by The Use of Amylose As The Substrate. J Biochem. Tokyo. 41. 583-603.

Fandika, K. 2011. Pengaruh Beberapa Faktor pada Medium Kultur Terhadap Produksi Enzim Amilase dari Bakteri Amilolitik Isolat Lokal. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Hagihara, H., Igarashi, K and Hayashi, Y. 2001. Novel α-amylase that is highlyn Resistant to chelating reagents and chemical oxidants from the Alkaliphilic Bacillus Isolate KSM-K38. Applied and Environmental Microbiology. 67:1744–1750.

Hidayat, N., M.C Padaga dan S. Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Judoamidjojo, R. M., Gumbira, Hartoto. L. 1989. Biokonversi. Depdikbud Dirjen Dikti. PAU Bioteknologi IPB. Bogor.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Lehninger, A.L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Penerjemah: Maggy Thenawidjaya. Erlangga. Jakarta.

Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 168.

(50)

Mateo, C,, JM. Palomo, GF, lorente, J.M. Guisan and R.F. Lafuente, 2007, “ Impovement of Enzyme Activity and Selectivity via Immobilization

Techniquez” Enzym Microb Techmol 40, 1451 – 1463.

Meryandini, A. 2009. Isolasi bakteri selulolitik dan karakterisasi enzimnya. Makara Sains 2009; 13: 33-38.

Mulatasih, E.R. 2010. Penapisan dan Optimasi Bakteri Amilolitik Isolat Lokal dari Pabrik Tapioka untuk degradasi Pati Singkong Segar.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Page, D.S. 1997. Prinsip-Prinsip Biokimia. Erlangga. Jakarta. 465.

Palmer, T. 1985. Understanding Enzyme. Ellishorwood Publisher.

Poedjadi, A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.

Reddy, N.S., Nimmagadda, A. and Rao,K.R. 2003. An Overview of

Themicrobial α-Amylase Family. African Journal of Biotechnology. 2: 645–648.

Schomburg, D and Salzmann, M. 1991. Enzyme Handbook 4. Springer. Verlag Berlin Heidelberg.

Sivaramakrishnan, S. Gangadharan, D. Nampoothiri, K.D. Sossol, C.R. and Pandey, A. 2006. Α-amylase from microbial sources an overview on recent developments. Food. Technol. Biotechnol. 44:173-184.

Reddy, N.S., Nimmagadda, A. and Rao,K.R. 2003. An Overview of

Themicrobial α-Amylase Family. African Journal of Biotechnology. 2: 645–648

Santoso. 2010. Enzimologi. Seri Buku Kuliah Biokimia Kedokteran I. Semarang.

Suhartono, M.T. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Depdikbud Dirjen Dikti Antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor.

Underwood, A. L., Day, R. A. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.

Vihinen, M. and P. Manstala. 1989. Site-directed Mutagenesis of a

Thermostable α-amylase from Bacillus stearothermophillus: Putative Role of Three Coserved Residues, Crit. Rev. Biochem. Mol. Biol., 24: 329-415.

Winarno, F.G. 1995. Enzim Pangan. PT Gramedia Pustaka Umum. Jakarta. 115.

(51)

Gambar

Gambar 1. Model Kunci dan Anak Kunci (Santoso, 2010)
Gambar 2. Model Induced Fit (Santoso, 2010).
Gambar 3.  Lineweaver-Burk
Gambar 4. Struktur amilosa dan amilocpektin.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Faktor-faktor apa yang ada apada kualitas pelayanan pada Bank Jateng di Semarang, maka dapat ditarik kesimpulan

Formulir Pemesanan Pembelian Unit Penyertaan beserta bukti pembayaran yang diterima secara lengkap dan disetujui oleh Manajer Investasi atau Agen Penjual Efek Reksa Dana yang

[r]

Berdasarkan pemaparan data tersebut masih ada masalah pada kinerja pegawai yang mana masih ada kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan oleh bagian-bagian yang ada di

Hal ini karena perusahaan dengan struktur kepemilikan keluarga memiliki pengaruh positif signifikan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bisnis intip menggunakan pendekatan Business Model Canvas , selain mengembangkan bisnis menggunakan BMC penelitian

46/PUU-VIII/2010 adalah menyangkut masalah yang timbul akibat perkawinan siri, namun jika dicermati kembali uraian pertimbangan Makamah Konstitusi, maka sebenarnnya

Alokasi anggaran pada sebuah perpustakaan tidaklah seragam karena tergantung pada sifat, besar dan kecilnya serta jenis masing-masing perpustakaan. Anggaran untuk