• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA RINGAN TERHADAP PERKARA PENJUALAN MINUMAN KERAS (Studi Polisi Resor Kota Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA RINGAN TERHADAP PERKARA PENJUALAN MINUMAN KERAS (Studi Polisi Resor Kota Bandar Lampung)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA RINGAN TERHADAP PERKARA

PENJUALAN MINUMAN KERAS (Studi Polisi Resor Kota Bandar Lampung)

Oleh

ANDHITA MEGA PUSPITA

Di Indonesia minuman beralkohol diawasi peredarannya oleh negara, terutama minuman impor. Jenis minuman beralkohol seperti, anggur, bir brendi, tuak, vodka, wiski dan lain-lain. Makin maraknya peredaran penjualan minuman keras sehingga mengakibatkan banyak korban yang berjatuhan. Permasalahan yang diangkat adalah: (1) Bagaimanakah peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana ringan terhadap perkara penjualan minuman keras ? dan (2). Apakah faktor-faktor yang menghambat peranan Kepolisian dalam penyidikan tindak pidana ringan terhadap perkara penjualan minuman keras ?

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah data primer yang diproleh langsung dari hasil penelitian yang berupa pendapat dan cara kerja aparat penegak hukum yang menjadi responden dan data sekumder yang diperoleh dari studi kepustakaan. Data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif guna mendapatkan suatu kesimpulan.

(2)

Andhita Mega puspita pelaku tindak pidana ringan minuman keras untuk memudahkan pemeriksaan pelaku tindak pidana minuman keras. Peran Kepolisian dalam hasil penelitian ini menggunakan teori peran yang ideal dan peran yang seharusnya dimana peranan tersebut harus berpatokan pada undang-undang tertulis sebagaimanan pihak kepolisian merupakan penegak hukum yang telah ditetapkan oleh undang-undang.Faktor-faktor yang menghambat dalam penyidikan tindak pidana ringan terhadap penjualan minuman keras didasarkan atas kurangnya informasi masyarakat kepada aparat penegak hukum atas tempat peredaran penjualan minuman keras serta faktor kebudayaan, faktor masyarakat atau individu yang tidak tahu akan hukum serta bagaimana dampaknya terhadap diri sendiri dan orang lain atas peredaran penjualan minuman keras tersebut.

Adapun saran yang diberikan peneliti adalah kinerja aparat kepolisian khususnya sabhara Polresta Bandar Lampung harus ditingkatkan, pengawasan terhadap penjualan minuman keras yang tidak mempunyai izin yang lengkap harus ditindak secara tegas. Serta perlu adanya bentuk koordinasi yang baik antara pihak sat Pol PP Kota Madya Bandar Lampung dengan pihak Kepolisian Polresta Bandar Lampung dalam penegakan Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan Pengendalian Pengedaran Penjualan Minuman Beralkohol selain itu, Perlu ditingkatkanya kepedulian masyarakat akan penegak hukum terhadap upaya penanggulangan terhadap peredaran penjualan minuman keras dengan cara penyuluhan hukum dari aparat kepolisian kepada masyarakat.

(3)
(4)

ANALISIS PERAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA RINGAN TERHADAP PERKARA

PENJUALAN MINUMAN KERAS (Studi Polisi Resor Kota Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Andhita Mega Puspita

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup...5

C. Tujuan dan Kegunaan Penulis...6

D. Kerangka Teori dan Konseptual...7

E. Sistematika Penulisan...12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Kepolisian...14

B. Tindak Pidana Ringan...15

C. Tahap Penyidikan Oleh Kepolisian...19

D. Pengertian Minuman Keras dan Akibatnya...22

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah...28

B. Jenis dan Sumber Data...28

C. Penentuan Populasi dan Sampel...30

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data...31

(8)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden...33

B. Peran Kepolisian dalam Penyidikan Tindak Pidana Ringan terhadap Perkara Penjualan Munuman Keras di Bandar Lampung...35

C. Faktor-faktor yang menghambat dalam penyidikan tindak pidana ringan terhadap perkara penjualan minuman keras...46

V. PENUTUP

A. Kesimpulan...54

B. Saran...55

DAFTAR PUSTAKA

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia minuman beralkohol diawasi peredarannya oleh negara, terutama minuman impor. Jenis minuman beralkohol seperti, anggur, bir brendi, tuak, vodka, wiski dan lain-lain. Sering dijumpai pemberitaan, baik media cetak maupun media elektronik mengenai dampak negatif dari mengkonsumsi minuman keras ditambah lagi dengan munculnya minuman keras oplosan yang banyak dijumpai di kios-kios pinggir jalan. Banyak orang yang mengkonsumsi minuman keras kemudian harus berurusan dengan pihak kepolisian oleh karena tidak terkendalinya manusia ketika ia telah mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan. Masyarakat awam pun pasti tahu bahwa ketika mengkonsumsi minuman beralkohol tanpa batas, maka manusia menjadi tak terkendali dan senantiasa berbuat semaunya saja. Banyak kasus-kasus hukum yang terjadi akibat dari minuman keras.

Sebagai contoh yang terjadi di kabupaten Mojokerto pada tanggal 3 januari 2004 puul 23.40 WIB, sedikitnya 14 orang tewas setelah meneggak miras nyawa mereka tidak tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto.1

Berbagai contoh kasus dampak minuman keras cukup banyak, yaitu terjadinya berbagai jenis tindak pidana kekerasan antara lain misalnya penganiayaan, pencurian, zina/cabul/susila, pengrusakan, perkosaan, pembunuhaan, membuat keributan di malam

1

(10)

2

hari dsb. Aspek pengaturan minuman keras banyak menimbulkan pendapat yang pro dan kontra. Disatu pihak menilai bahwa adanya ketentuan yang mengatur minuman keras berkenaan dengan izin penjualan minuman keras, maka dengan sendirinya turut melegalkan minuman keras itu untuk dikonsumsi masyarakat.2

Hal seperti itulah yang akan menimbulkan suatu akibat negatif dan bertentangan

dengan hukum. Untuk mengembalikan suasana dan kehidupan yang baik, diperlukan suatu pertanggungjawaban dari pelaku tersebut. Pertanggungjawaban

itu berupa suatu hukuman yang disebut pemidanaan. Bagi seseorang yang dipidana berarti dirinya menjalankan suatu hukuman untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya yang dikenal kurang baik dan

membahayakan kepentingan umum.

Perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai atau melanggar suatu aturan hukum yang disertai sanksi pidana yang

mana aturan dan sanksi pidana tersebut ditujukan kepada orang yang melakukan atau orang yang menimbulkan kejadian tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh

Moeljatno tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu , bagi barang siapa melanggar larangan tersebut.3

Dalam ilmu hukum acara pidana, salah satu bagian pokok dari peraturan hukum

acara pidana ialah mengenai pengaturan proses perkara pidana yang dilakukan apabila timbul dugaan terjadinya tindak pidana dan ada orang yang melakukan

2

Penyalahgunaan minuman beralkohol, diakses dari http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/5f520, pada tanggal 26 september 2013 pukul 09.16

3

(11)

3

tindak pidana untuk diperiksa, dibuktikan mendapat keputusan berdasarkan

hukum oleh aparat penegak hukum yang berwenang.4

Menjalankan peraturan hukum pidana telah diatur dalam suatu hukum acara pidana. Hukum acara pidana yang berlaku sekarang adalah Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana yang selanjutnya disingkat KUHAP yang mengatur mekanisme acara pidana mulai dari tahap penyidikan oleh penyidik, penuntutan oleh penuntut umum dan pemeriksaan perkara di pengadilan.

Dari prosedur-prosedur yang telah dijelaskan tersebut dalam proses pemeriksaan perkara pidana dalam KUHAP mengatur tiga macam acara pemeriksaan perkara. Salah satunya acara pemeriksaan cepat yang mencakup acara pemeriksaan perkara

tindak pidana ringan yang selanjutnya disingkat Tipiring. Dasar hukum Tipiring dapat diperiksa cepat berdasarkan ketentuan Pasal 205 Ayat (1) KUHAP yaitu:

“Yang diperiksaan menurut acara pemeriksa tindak pidana ringan ialah perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama

tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus dan penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam paragraf 2 (dua) bagian

ini.”5

Pengedaran dan penjualan minuman keras telah diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian

Minuman Beralkohol. Sebagai contoh kasus yang terjadi adalah Pengadilan

4

Bambang Poernomo, Pandangan Terhadap Azas-Azas Umum Hukum Acara Pidana, Liberty, Yogyakarta, 1982, hlm. 2

5

(12)

4

Negeri yang berwenang memeriksa perkara kasus Tipiring atas nama terdakwa

Elvi Verawati Binti Butar Butar adalah Pengadilan Negeri Tanjung Karang karena tempat terjadi/dilakukannya tindak pidana yang disangkakan kepadanya dan

tempat paling dekat dengan saksi-saksi tindak pidana.

Terdakwa Elvi Verawati Binti Butar Butar, dinyatakan bersalah dengan dakwaan

telah melanggar Pasal 17 Ayat (1) dan (2) Perda Kota Bandar Lampung No 11 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan Pengendalian Pengedaran Penjualan

Minuman Beralkohol oleh Hakim Pengadilan Tanjung Karang.

Pengadilan Negeri Tanjung Karang yang memeriksa dan mengadili perkara Tipiring (Tindak Pidana Ringan) yang dilakukan oleh tersangka Elvi Verawati Binti Butar Butar.6 Pengadilan Negeri Tanjung Karang menjatuhkan putusan

Nomor. 06./PID.R/2011/2011/PN.TK Atas nama Elvi Verawati Binti Butar Butar yang dipidana berdasarkan Pasal 17 ayat (1) Perda Kota Bandar Lampung Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan Pengendalian Pengedaran Penjualan

Minuman Beralkohol. Yang pada intinya adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa : Elvi Verawati Binti Butar Butar telah terbukti bersalah melakukan pelanggaran “Menjual minuman beralkohol tanpa

surat izin dari pihak yang berwenang”;

2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap terdakwa tersebut dengan

pidana denda sebesar Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah)

6

(13)

5

dengan ketentuan jika denda tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan

selama 3 (tiga) hari;

3. Menyatakan barang bukti berupa :

- 5 (lima) botol besar minuman beralkohol (miras) Merk Sempurna dan 5 (lima) botol kecil minuman beralkohol (miras) Merk Sempurna dirampas untuk dimusnahkan;

4. Membebankan biaya perkara terhadap terdakwa sebesar Rp. 2.000.- (dua ribu rupiah);

Pasal 17 Ayat (1) Perda Kota Bandar Lampung:

(1) Barangsiapa melanggar Pasal 3 Ayat (1) dan Pasal 7 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling tinggi sebesar Rp. 50.000.000, (Lima Puluh Juta Rupiah).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Peran Kepolisian dalam Penyidikan Tipiring Terhadap Perkara Penjualan Minuman Keras (Studi Pada Polisi Resor Kota Bandar

Lampung)”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

(14)

6

a. Bagaimanakah peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana ringan

terhadap perkara penjualan minuman keras?

b. Apakah faktor-faktor yang menghambat peranan Kepolisian dalam

penyidikan tindak pidana ringan terhadap perkara penjualan minuman keras?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah hukum pidana dan hukum acara pidana yang terfokus

kepada peran lembaga Kepolisian dalam menanggulangi perkara tindak pidana ringan

penjualan minuman keras kemudian akan dikaitkan dengan faktor-faktor penghambat

peranan Kepolisian dalam menangani kasus tindak pidana penjualan minuman keras.

Sedangkan ruang lingkup waktu dan tempat yakni penelitian skripsi ini dilakuakan pada

tahun 2013, di wilayah Polresta Bandar Lampung.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adanya penelitian ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan

permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan menggambarkan peran kepolisian dalam penyidikan

tindak pidana ringan yang berkaitan dengan minuman keras.

b. Untuk mengetahui dan menggambarkan hambatan penyelesaian tindak pidana

(15)

7

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat berguna untuk perkembangan ilmu hukum

acara pidana dengan acuan yang disesuaikan dengan disiplin ilmu hukum khususnya hukum pidana dan juga memperluas cakrawala berpikir tentang acara

pemeriksaan terhadap perkara tindak pidana ringan.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunaan untuk sumbangan pikiran pada

ilmu hukum pidana dan penegakan hukum khususnya serta dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi para pihak yang ingin mengetahui dan memahami tentang tindak pidana ringan tersebut yang berkaitan dengan

tindak pidana ringan terhadap perkara penjualan minuman keras.

D. Kerangka Teoritis dam Kerangka Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep yang merupakan ekstrak dari hasil pemikiran atau

kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian.7

Teori yang digunakan untuk menganalisa permasalahan dalam skripsi ini adalah teori

peranan. Peranan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu pristiwa.

7

(16)

8

Soerjono Soekanto menyatakan suatu peranan tertentu dapat dijabarkan kedalam

dasar-dasar sebagai berikut:

1. Peranan yang ideal(ideal role).

2. Peranan yang seharusnya (expected role).

3. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role).

4. Perana yang sebenarnya dilakukan (actual role)8

Berkaitan dengan penegakan hukum, peranan ideal dan peranan yang

seharusnya adalah memang peranan yang dikehendaki dan diharapkan oleh

hukum dan telah di tetapkan oleh undang-undang. Sedangkan peran yang

dianggap oleh diri sendiri dan peran yang sebenarnya dilakukan adalah peran

yang telah mempertimbangkan antara kehendak hukum yang tertulis dengan

kenyataan-kenyataan, dalam kehendak ini kehendak hukum harus menentukan

kemampuannya berdasarkan kenyataan yang ada.

Berdasarkan teori tersebut Sunarto mengambil suatu pengertian bahwa:9

1. Peranan yang telah ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peranan

normatif, dalam penegakan hukum mempunyai arti penegakan hukum

secara total, yaitu penegakan hukum yang bersumber pada subtansi

(substantive of criminal law).

2. Peranan ideal dapat diterjemahkan sebagai peranan yang diharapkan

dilakukan oleh pemegang peranan tersebut. Kepolisian sebagai suatu

8

Soerjono Soekamto,Sosiologi Suatu Pengantar edisi baru, Rajawali Pers, Jakarta, 2009, hlm.213. 9

(17)

9

organisasi formal tertentu diharapkan berfungsi dalam penegakan hukum

dapat bertindak sebagai pengayom bagi masyarakat dalam rangka

mewujudkan ketertiban dan keamanan yang mempunyai tujuan akhir

untuk kesejahterahan.

3. Interaksi kedua peranan yang telah diuraikan di atas, akan membentuk

peranan faktual yang dimiliki kepolisian.

Mengingat bahwa kepolisian dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenang

dalam penyidikan tindak pidana ringan yang berkaitan dengan minuman keras

tidak selalu dapat berjalan lancar dan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Dalam perakteknya, banyak terdapat kekurangan dan hambatan

dalam penyidikan tindak pidana ringan yang berkaitan dengan minuman keras.

Berdasarkan teori di atas, penulis akan menerapkan dengan analisis peranan

kepolisian secara normatif dan empiris, yaitu kepolisian dalam perannya

melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya sesuai dengan kenyataan atau

yang terjadi dilapangan berdasarkan penelitian.

Teori yang digunakan dalam membahas faktor-faktor penghambat dalam peranan

kepolisian dalam penyidikan Tipiring yang berkaitan dengan minuman keras adalah teori yang digunakan Soerjono Soekanto mengenai penghambat penegakan

hukum yaitu: 10

a. Faktor hukumnya sendiri.

10

(18)

10

Terdapat beberapa asas dalam berlakunya undang-undang yang tujuannya

adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampak positif. Artinya, agar undang-undang tersebut mencapai tujaanya secara efektif dalam

kehidupan masyarakat. b. Faktor penegak hukum.

Penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role).

Seorang yang mempunyai kedudukan tertentu lazimnya dinamakan pemegang peranan (role occupant). Suatu hak sebenarnya wewenang

untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas.

c. Faktor sarana dan prasarana

Penegakan hukum tidak mungkin berlangsung lancar tanpa adanya faktor sarana dan prasarana. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik,

peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan seharusnya. d. Faktor masyarakat.

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian didalam masyarakat. Oleh karna itu, dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum

tersebut.

e. Faktor kebudayaan.

(19)

konsepsi-11

konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianut) dan

apa yang di anggap buruk (sehingga dihindari),

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan dari arti yang berkaitan

dengan istilah yang diteliti11

Adapun pengertian dasar dari istilah-istilah yang akan digunakan dalam penulisan

skripsi ini adalah:

1. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelahaan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. 12 2. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.13

3. Kepolisian adalah lembaga pemerintahan yang memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat dalam rangka terpeliharanya

keamanan dalam negeri.( Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia)

4. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti

11

Soerjono Soekanto., Pengantar Penelitian Huku, I Press, Jakarta, 1986, hlm 132 12

Poerwandaminta, W,J,S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995., hlm. 116

13

(20)

12

yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan

guna menemukan tersangkanya.( Pasal 1 angka 2 KUHAP)

5. Tindak pidana adalah kelakuan yang diancam dengan pidana, yang bersifat

melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggungjawab.14

6. Tipiring (Tindak Pidana Ringan) adalah tindak pidana yang diancam

dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan atau denda Rp.7500.15

7. Minuman keras/ minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung kerbonhidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa

destilas, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambah bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara

mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran.16

E. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan pemahaman terhadap skripsi ini secara keseluruhan, maka disajikan sistematika penulisan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang Analisis Peran Kepolisian dalam Penyidikan Tipiring Terhadap Perkara Penjualan Minuman Keras (Studi Pada

14

Moeljatno, Perbuatan dan Pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana, Seksi Kepidanaan Fakultas Hukum UGM, 1987, Yogyakarta, hlm 56

15

Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana, Sinar Grafika, 1992, Jakarta, hlm 360 16

(21)

13

Polisi Resor Kota Bandar Lampung), Permasalahan-permasalahan dengan dibatasi ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan pengertian mengenai pemahaman pada pengertian-pengertian umum serta pokok bahasan. Dalam uraian bab ini lebih bersifat teoritis yang nantinya digunakan sebagai bahan studi perbandingan antara teori yang berlaku dengan kenyataan yang terdapat dalam praktek. Adapun garis besar penjelasan dalam bab ini adalah menjelaskan mengenai peran Kepolisian dalam penyidikan Tipiring.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan prosedur penelitian meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penuntutan responden, prosedur pengumpulan data dan pengolahan data serta analisa data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisikan uraian tentang peran kepolisian dalam penyidikan Tipiring serta faktor apa yang menghambat penyelesaian Tipiring bagi penyidik.

V. PENUTUP

(22)

14

(23)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Pendekatan Secara Yuridis Normatif

Merupakan pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah peraturan

peraturan, teori-teori, kosep-konsep, serta asas-asas hukum yang ada

hubungannya dengan peran kepolisian dalam penyidikan Tipiring .

b. Pendekatan Secara Yuridis Empiris

Merupakan pendekatan yang dilakukan dengan cara melihat fakta-fakta

yang ada dilapangan penelitian mengenai analisis peran kepolisian dalam

penyidikan Tipiring terhadap perkara penjualan minuman keras.

B. Sumber dan Jenis Data

(24)

29

1. Sumber data

a. Data Primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari narasumber data

atau orang yang berhubungan langsung dengan objek penelitian lapangan

dengan mengadakan wawancara kepada kepolisian dan orang-orang yang

terkait mengenai peran Kepolisian dalam penyidikan tindak pidana ringan

terhadap perkara penjualan minuman keras.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan perpustakaan

dengan cara menelusuri literatur yang berhubungan dengan masalah sesuai

pokok permasalahan yang akan diteliti dalam skripsi ini

1. Bahan hukum primer, terdiri atas:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

b. Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP (Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana)

c. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Pengawasan dan pengendalian Minuman Beralkohol.

d. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia.

e. Perda Kota Bandar Lampung Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pengawasan

(25)

30

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberi penjelasan

mengenai bahan-bahan primer. Berupa peraturan pelaksanaan dan

peraturan teknis yang berkaitan dengan pokok bahasan.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang berupa buku hukum pelengkap yang

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti kamus besar bahasa Indonesia.

2. Jenis data

Karna penelitian ini bersifat normatif-empiris,maka jenis data yang digunakan

adalah data primer dan sekunder :

a. Data Primer

Adalah data yang diperoleh langsung dari studi lapangan, berupa

perbuatan nyata dalam proses penyelesaian hukum Tipiring di

wilayah Polresta Bandar Lampung

b. Data Sekunder

data sekunder dalam penelitian ini berupa perturan perundang

undangan, peraturan daerah, keputusan Presiden, Literatur dan buku

buku hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau

kerakteristik yang sama.1 Sehubung dengan penelitian pada skripsi ini, maka

1

(26)

31

yang dijadikan populasi adalah aparat penegak hukum yang terdiri dari aparat

kepolisian serta yang berkaitan dengan penelitian ini.

Sedangkan sampel adalah objek yang jumlahya kurang dari populasi2. Sesuai

dengan metode pengambilan sampel dari populasi yang akan diteliti adalah

proportional purposive sampling,yaitu metode pengambilan sampel yang dalam

penentuan dan pengambilan anggota sampel berdasarkan atas pertimbangan

dan tujuan penulis dalam rangka mencapai tujuan dan dianggap telah mewakili

masalah yang diteliti. oleh karena itu sampel dalam membahas skripsi ini

meliputi:

1. Penyidik POLRI dari Polresta Bandar Lampung : 2 orang

2. Dosen pada bagian Hukum Pidana Unila : 1 orang

3. Masyarakat Kota Bandar Lampung : 1 orang

Jumlah : 4 orang

D. Metode Pengumpulan dan Pengelolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam menulis skripsi ini, mengumpulkan data yang dilakukan dengan

dua cara, yaitu:

a. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara

Studi kepustakaan(library research) dilakukan untuk memperoleh data

skunder melalui serangkaian kegiatan membaca, mencatat dan

2

(27)

32

menganalisa buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang

akan diteliti pada literatur, peraturan perundang-undangan dan bahan

tulis lainya.

b. Pengumpulan Data Primer dilakukan dengan cara :

Studi lapangan (field research) ini dilakukan untuk memperoleh data

primer dengan mempergunakan teknik wawancara terhadap para

responden untuk dapat mengungkapkan pendapatnya tentang apa

yang dianggapnya benar terhadap objek yang akan diteliti

2. Pengolahan Data

Setelah data tekumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai

berikut

a. Seleksi data, yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejelasan

dan kebenaran data dengan permasalahan yang akan dibahas.

b. Evaluasi, yaitu kegiatan memeriksa atas kelengkapan data, kejelasannya,

konsistennya dan relevansinya terhadap topik penulisan skripsi ini.

c. Sistematisasi data, yaitu berupa penyajian uraian dalam bentuk kalimat

secara sistematik sehingga memiliki arti dan gambaran yang jelas tentang

masalah yang diteliti. Untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan yang

menjawab pertanyaan.

(28)

33

Data yang telah terkumpul secara sistematis kemudian dianalisis secara kualitatif

yaitu dengan cara menguraikan dalam kalimat-kalimat yang disusun secara

sistematis sehingga akan memudahkan dalam melakukan penarikan suatu

kesimpulan dengan menggunakan metode induktif, yaitu suatu metode

penarikan data yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum, untuk

kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus, guna menjawab

(29)

V. PENUTUP

A. Simpulan

Dari analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat dibuat

simpulan sebagai berikut:

1. Peran kepolisian dalam penyidikan tindak pidana ringan terhadap perkara

penjualan minuman keras di Bandar Lampung termasuk dalam peran yang

ideal dan peran yang seharusnya dimana peranan tersebut harus berpatokan

pada undang-undang tertulis sebagaimanan pihak kepolisian merupakan

penegak hukum yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Peran

kepolisian dimulai dari penggeledahan pelaku tindak pidana ringan

minuman keras, penyitaan barang bukti tindak pidana ringan minuman

keras dan penangkapan pelaku tindak pidana ringan minuman keras untuk

memudahkan pemeriksaan pelaku tindak pidana minuman keras. Peran

kepolisian sebagaimana dengan adanya Operasi Pekat yang di

koordinasikan dengan pihak Satpol PP, serta Giat rutin patroli dan bantuan

dari Babinkamtibnas dalam penyelesaian perkara tindak pidana ringan yang

bersangkutan dengan miras.

2. Faktor-faktor yang menghambat dari peran kepolisian dalam penyidikan

tipiring terhadap minuman keras di Bandar lampung adalah kurangnya

(30)

58

penjualan minuman keras serta faktor kebudayaan, faktor masyarakat atau

individu yang tidak tahu akan hukum serta bagaimana dampaknya terhadap

diri sendiri dan orang lain atas peredaran penjualan minuman keras

tersebut. Dalam hal ini faktor penegak hukum bersifat sentral, hal ini

disebabkan karena undang-undang yang disusun oleh penegak hukum,

penerapanya dilaksanakan oleh penegak hukum itu sendiri dan penegak

hukum dianggap sebagai golongan panutan hukum oleh masyarakat luas,

diharapkan pengadilan dapat memaksa para pengedar penjualan miras itu

untuk menghadiri sidang. Jika sudah tiga kali panggilan tidak hadir, maka

dilakukan penjemputan paksa dan hukuman lebih berat. Namun, hukuman

tetap merujuk pada Perda No. 11 Tahun 2008.

B. saran

1. Kinerja aparat kepolisian khususnya sabhara Polresta Bandar Lampung

harus ditingkatkan, pengawasan terhadap penjualan minuman keras yang

tidak mempunyai izin yang lengkap harus ditindak secara tegas serta perlu

adanya bentuk koordinasi yang baik antara pihak sat Pol PP Kota Madya

Bandar Lampung dengan pihak Kepolisian Polresta Bandar Lampung

dalam penegakan Perda Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan

Pengendalian Pengedaran Penjualan Minuman Beralkohol guna

terwujudnya cita-cita hukum yang diharapkan serta demi terwujudnya

ketertiban dan keamanan di wilayah kota Bandar Lampung. Agar nantinya

di Bandar Lampung terciptanya daerah yang bebas akan peredaran

(31)

59

2. Perlu ditingkatkanya kepedulian masyarakat akan penegak hukum

terhadap upaya penanggulangan terhadap peredaran penjualan minuman

keras dengan cara penyuluhan hukum dari aparat kepolisian kepada

masyarakat. Meningkatkan kerjasama yang baik antara aparat kepolisian

dengan masyarakat di daerah Bandar Lampung. Dengan adanya interaksi

yang baik dalam masyarakat dan aparat kepolisian di harapkan hambatan

yang ada didalam penyidikan tindak pidana ringan dalam perkara

minuman keras dapat dikendalikan serta dapat menciptakan situasi yang

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri. 2011. Hukum Pidana (Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum

Hukum Pidana Indonesia).Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Departemen Kehakiman Republik Indonesia, 2012. Pedoman Pelaksanaan Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Jakarta.

Hamzah, Andi. 1996. Hukum Acara Pidana Indonesia. CV. Sapta Artha Jaya. Jakarta.

Harahap , Yahya. 2006. Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Penyidikan Dan Penuntutan. Sinar Grafika. Jakarta.

Marpaung, Leden. 1992. Proses Penanganan Perkara Pidan. Sinar Grafika. Jakarta.

Maryland. 1984.National trends in drug use and related factors. U.S. Department of Health and Human.

Moeljatno. 1987. Perbuatan dan Pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana.

Fakultas Hukum UGM. Yogyakarta.

Poernomo, Bambang. 1982. Pandangan Terhadap Azas-Azas Umum Hukum Acara Pidana. Liberty. Yogyakarta

Poerwandaminta, W,J,S, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesi., Balai Pustaka. Jakarta.

(33)

_______________.2009 Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi. Rajawali Pers Jakarta.

Soerodibroto, R. Soenarto . 2005. KUHP dan KUHAP edisi kelima, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan pengendalian Minuman Beralkohol

Perda Kota Bandar Lampung No. 11 Tahun 2008 tentang Pengawasan dan Peredaran Minuman Keras.

http://www.radarlampung.co.id.

Referensi

Dokumen terkait

keaktifan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas. IV semester 1 di kelas IV SDN 1 Nangsri, Manisrenggo

UNSUR – UNSUR LINGKUNGAN HIDUP LINGKUNGAN ALAM HAYATI LINGKUNGAN ALAM NONHAYATI LINGKUNGAN BUATAN LINGKUNGAN SOSIAL RUANG EKOSISTEM :4. Susunan organisme hidup di mana di

Provision of copepod nauplii as food increases larval survival in many fish species that are difficult to rear using standard practices. Gladioferens imparipes is a temperate

LAPORAN PUBLIKASI (BULANAN)/CONDENSED FINANCIAL STATEMENT (MONTHLY) KOMITMEN KONTIJENSI/OFF BALANCE SHEET. PT BANK DINAR

Practical reason makes Kant’s theory different from ethical theories like utili- tarianism (which you can read about in Chapter 7), which aims at making other people — and animals —

Jauh sebelum industri kayu lapis diproduksi secara luas di Indonesia, pemenuhan akan kebutuhan kayu lebih ditujukan kepada keperluan akan bahan konstruksi

Weigley, The American Way of War: A History of United States Military Strategy and Policy , Bloomington, IN: Indiana University Press, 1973,

[r]