• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN TINDAKAN IBU TENTANG PENCEGAHAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI POSYANDU DESA NATAR KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN TINDAKAN IBU TENTANG PENCEGAHAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI POSYANDU DESA NATAR KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013

Oleh

ADELIA MERDIANA DEWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

Rellation Between the Levels of Parent’s Education, Knowledge, and Also Parent’s Prevention Act to the Disease of Diarrhea Towards Cases of

Toddlers Diarrhea on Natar’s Village PosyanduNatarSubdistrict South Lampung of Regency 2013

By

ADELIA MERDIANA DEWI

Diarrhea it is also becoming one of the diseases that we can easily find in society. There are many factors that make influence to this diarrhea to could possibly get into the children, they are ; the level of parent’s education, the level of parent’s knowledge, and also the level of parent’s prevention act towards diarrhea. The aim of this research is to knowing rellation between the levels of parent’s education, knowledge, and also parent’s prevention act to the disease of diarrhea towards cases of toddlers diarrhea on Natar’s Village Posyandu.

The design of this research is using the Descriptive-Analitical method with Cross Sectional approach. This research is take date on December 2013, and also involves 161 samples of respondents. The with drawal of those samples on each posyandu has been done using proportional simple random sampling method. respondents whose low preventional acts towards diarrhea.

From the analysis using Fisher's Exact test p-value of 0.000 obtained for the level of education with prevention act to the disease of diarrhea towards cases precautions with p-value of 0.000, while knowledge of the incidence of diarrhea using Chi-square test with p-value 0.000. So the conclusion of this research is there are connections between the level of parent’s education, and knowledge, towards the amount of cases of toddlers diarrhea on Natar’s Village Posyandu.

(3)

ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN TINDAKAN IBU TENTANG PENCEGAHAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI POSYANDU DESA NATAR

KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2013

Oleh

ADELIA MERDIANA DEWI

Diaremerupakansalahsatupenyakit yang seringdijumpai di masyarakat.Faktor yang dapatmempengaruhiterjadinyadiarepadabalitaantaralain tingkat pendidikan,

pengetahuandan tindakanpencegahanibuterhadapdiare. 161 responden.Pengampilansampeldaritiapposyandudilakukansecaraproportional simple random sampling.Keseluruhan data didapatkanmelaluiwawancaraterbimbing.

Dari hasilanalisismenggunakanujiFisher's Exact didapatkan p-value 0.000 untuktingkatpendidikandengankejadiandiaredanuntuktindakanpencegahandengankejadian diarenilai p-value 0,000, sementarapengetahuandengankejadiandiaremenggunakanujiChi-square dengannilai p-value 0.000.Kesimpulanpadapenelitianiniadalahtingkatpendidikan, pengetahuandantindakanpencegahanberhubungandengankejadiandiarepadabalita (p-value <0,05).

(4)
(5)
(6)

Halaman

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti ... 6

1.4.2 Manfaat Bagi Responden... 7

1.4.3 Manfaat Bagi Pemerintah dan Ilmu Pengetahuan ... 7

1.5 Kerangka Teori... 8

2.1.3 Cara Penularan dan Faktor Resiko ... 11

2.1.4 Klasifikasi ... 13

2.1.5 Patofisiologi ... 13

2.1.6 Manifestasi Klinis ... 15

(7)

2.1.7.3 Laboratorium ... 19

2.1.9.2 Pemberian Makanan Pendamping ASI... 24

2.1.9.3 Penggunaan Air Bersih Yang Cukup... 25

2.1.9.4 Mencuci Tangan ... 26

2.1.9.5 Menggunakan Jamban ... 26

2.1.9.6 Membuang Tinja Bayi Yang Benar... 27

2.1.9.7 Pemberian Imunisasi Campak ... 28

2.2 Pengetahuan ... 29

2.2.1 Pengertian Pengetahuan... 29

2.2.2 Tingkat Pengetahuan ... 30

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 32

2.3 Tingkat Pendidikan Formal... 33 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 37

3.2 Lokasi dan Waktu... 37

3.3 Populasi dan Sampel ... 37

(8)

3.4.1 Variabel Bebas... 40

3.4.2 Variabel Terikat ... 40

3.5 Definisi Oprasional ... 41

3.6 Uji Instrumen Data ... 43

3.6.1 Uji Validasi ... 43

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 43

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 43

3.8 Prosedur Penelitian... 44

3.9 Pengolahan dan Analisis Data... 45

3.9.1 Pengolahan Data ... 45

3.9.2 Analisis data... 46

3.9.2.1 Analisis Univariat ... 46

3.9.2.2 Analisis Bivariat ... 46

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 47

4.2 Hasil Penelitian ... 48

4.2.1 Analisis Univariat ... 48

4.2.1.1 Tingkat Pendidikan ... 48

4.2.1.2 Pengetahuan ... 49

4.2.1.3 Tindakan Pencegahan ... 49

4.2.1.4 Kejadian Diare Pada Balita... 50

4.2.2 Analisis Bivariat ... 51

4.2.2.1 Hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diare 51 4.2.2.2 Hubungan Pengetahuan dengan kejadian diare ... 52

4.2.2.3 Hubungan Pencegahan dengan kejadian diare ... 53

4.3 Pembahasan ... 54

4.3.1 Analisis Univariat ... 54

4.3.1.1 Tingkat Pendidikan ... 54

4.3.1.2 Pengetahuan ... 55

(9)

4.3.2.1 Hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian diare. 57 4.3.2.2 Hubungan Pengetahuan dengan kejadian diare ... 59 4.3.2.3 Hubungan Pencegahan dengan kejadian diare... 61 V. SIMPULAN DAN SARAN

(10)

✎✏✑ ✒✏✓ ✔✏ ✕✏✑ ✏✖

✗✘ ✙✚✓ ✏✖ ✛✜✏✢ ✚✣✓ ✤✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✥✦

✧✘ ✙✚✓ ✏✖ ✛✜✏✙✣✖ ★ ✚✩ ✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✘ ✘✘✘✥✪

(11)

✸✹✺✻✼ ✽ ✹✼ ✹✾ ✹✿ ❀❁ ❂✻❃✹❄✹❅❂✻❆❇❈ ❃✹❉❇❊✹❈✹❋✿ ✹●❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❀❍

■❁ ❂❇ ❉❅ ❃❇✺❏ ❉❇❑❏✾✼ ✹❆▲✹✾▼✻✼❂❇❉✻❅❇✹▼❊◆ ❉❖✹✿❈ ❏❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁P◗

❘❁ ❂✻ ❙❇✿❇ ❉❇❚▼ ❃✹❉❇◆✿ ✹✼❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁P ❀

P ❁ ❂❇ ❉❅ ❃❇✺❏ ❉❇ ❃✻▼◆✿❈✻ ✿❅✻ ✿❅✹✿❯❅❇✿❯●✹❅❊✻ ✿❈ ❇❈❇●✹✿❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁P❱

❲❁ ❂❇ ❉❅ ❃❇✺❏ ❉❇ ❃✻❉▼◆✿❈✻ ✿❅✻ ✿❅✹✿❯▼✻ ✿❯✻❅✹❆❏✹✿❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁P❳

❍ ❁ ❂❇ ❉❅ ❃❇✺❏ ❉❇ ❃✻❉▼◆✿❈✻ ✿❅✻ ✿❅✹✿❯❅❇✿❈✹●✹✿▼✻ ✿❨✻ ❯ ✹❆✹✿❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁P❳

❩❁ ❂❇ ❉❅ ❃❇✺❏ ❉❇❃✻▼◆✿❈✻ ✿❅✻ ✿❅✹✿❯●✻❄✹❈❇✹✿❈❇✹❃✻▼✹❈✹✺ ✹✼❇❅✹❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❲◗

❱❁ ❂❇ ❉❅ ❃❇✺❏ ❉❇✽❏✺❏✿❯✹✿❅❇✿❯●✹❅▼✻ ✿❈ ❇❈❇●✹✿❈✻ ✿❯ ✹✿●✻❄✹❈❇✹✿❈❇✹❃✻❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❲❀

❳❁ ❋✿ ✹✼❇ ❉❇ ❉✽❏✺❏✿❯ ✹✿❅❇✿❯●✹❅ ▼✻ ✿❈❇❈ ❇●✹✿❈✻ ✿❯ ✹✿●✻❄✹❈❇✹✿❈ ❇✹❃✻❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❲■

❀◗❁❂❇ ❉❅ ❃❇✺❏ ❉❇✽❏✺❏✿❯✹✿▼✻ ✿❯✻❅✹❆❏✹✿❈✻ ✿❯✹✿●✻❄✹❈ ❇✹✿❈❇✹❃✻❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❲❘

❀ ❀❁ ❋✿ ✹✼❇ ❉❇ ❉✽❏✺❏✿❯ ✹✿▼✻ ✿❯ ✻❅✹❆❏✹✿❈✻ ✿❯ ✹✿●✻❄✹❈ ❇✹✿❈ ❇✹❃✻❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❲P

❀ ■❁ ❂❇ ❉❅ ❃❇✺❏ ❉❇✽❏✺❏✿❯✹✿❅❇✿❈✹●✹✿▼✻ ✿ ❨✻❯ ✹❆✹✿❈✻ ✿❯✹✿●✻❄✹❈ ❇✹✿❈ ❇✹❃✻❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❁ ❁❁❁❲❲

(12)

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di masyarakat.

Penyakit ini terutama disebabkan oleh makanan dan minuman yang

terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

2,5 miliar orang mempunyai akses kebersihan yang buruk. Faktor ibu berperan

sangat penting dalam kejadian diare pada balita. Ibu adalah sosok yang paling

dekat dengan balita. Jika balita terserang diare maka tindakan- tindakan yang ibu

ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan tersebut dipengaruhi

berbagai hal, antara lain adalah tingkat pendidikan, pengetahuandan tindakan

pencegahan tentang diare.

Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di

dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari

tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya

meninggal, dan sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Meskipun diare

membunuh sekitar 4 juta orang/tahun di negara berkembang, ternyata diare juga

(13)

mengalami 7-15 episode diare dengan rata-rata usia 5 tahun. Di negara

berkembang rata-rata tiap anak dibawah usia 5 tahun mengalami episode diare 3

sampai 4 kali pertahun (WHO, 2009). Sampai saat ini kasus diare di Indonesia

masih cukup tinggi dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan

balita. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Depkes RI, 2008).

Diare menyebabkan kematian pada bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Sekitar

162.000 balita meninggal akibat diare setiap tahun atau sekitar 460 balita per hari.

Sedangkan dari hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia dalam

Depkes RI diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor

tiga bagi pada bayi, dan nomor lima bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia

mengalami episode diare sebanyak 1,6 2 kali pertahun (Kemenkes RI, 2011).

Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan RI

dari tahun 2000 - 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000

Insiden Rate (IR) penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi

374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun

2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih

sering terjadi, dengan Case Fatality Rate (CFR) yang masih tinggi. Pada tahun

2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian

239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan

jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan

tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204

(14)

Hasil survey Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009 menunjukkan jumlah

kasus diare di Indonesia sebanyak 143.696 kasus rawat inap dan 172.013 kasus

rawat jalan. Kematian akibat diare di Indonesia pada tahun 2009 mempunyai

presentase 1,74%. Sementara kasus diare di Provinsi Lampung pada balita tahun

2011 yaitu 2.534 dan pada tahun 2012 yaitu 6.027 balita yang mengalami diare.

(Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2012) pada Puskesmas Natar kejadian diare

pada 3 bulan terahir yaitu sebanyak 84 orang, sementara pada Desa Natar dalam 3

bulan terahir terdapat 19 balita yang mengalami diare yaitu sebanyak 22% kasus

diare di Puskesmas Natar diperoleh dari balita yang bertempat tinggal di Desa

Natar.

Berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare maupun meningkatkan

risiko rawat inap anak dengan diare. Faktor risiko yang berhubungan dengan diare

pada anak antara lain tingkat pendidikan, pengetahuan dan tindakan pencegahan

terhadap diare (Kamalia, 2005; Sinthamurniwati, 2006; Bintoro, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Khalili di Iran tahun 2006, menemukan

peningkatan risiko rawat inap pasien diare akut disebabkan oleh adanya

darah dalam tinja, dehidrasi, ASI yang diberikan kurang dari 6 bulan,

riwayat rawat inap sebelumnya, kurangnya akses terhadap air bersih,

mempunyai hewan peliharaan. Khalili juga menjelaskan bahwa salah satu

faktor risiko yang menyebabkan pasien diare dirawat di rumah sakit di negara

berkembang adalah tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan serta tindakan

pencegahan orang tua yang rendah tentang diare. Handayani (2008) dan

Asiddiqi (2010) menggambarkan tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan

(15)

Menurut Dewi (2008), tingkat pendidikan formal adalah tingkat dalam pendidikan

formal yang telah tercapai, dinyatakan dengan tahun sukses. Tingkat pendidikan

mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak perubahan, khususnya

pengetahuan dibidang kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal

semakin mudah menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan, semakin

tinggi pula kesadaran untuk berperilaku hidup sehat. (Notoadmodjo, 2003)

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

atau praktik seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Praktik itu

sendiri merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa yang diketahui

atau yang disikapinya (dinilai baik)(Notoatmodjo, 2007). Suatu sikap belum

otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior).

Pengetahuan ibu mengenai diare meliputi pengertian, penyebab, gejala klinis,

pencegahan, dan cara penanganan yang tepat dari penyakit diare pada balita,

berperan penting dalam penurunan angka kematian dan pencegahan kejadian diare

serta malnutrisi pada anak. Pengetahuan juga mempengaruhi tindakan ibu tentang

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Di Indonesia penyakit diare masih merupakan penyakit yang sering menyerang

pada balita. Walaupun Angka mortalitas diare menurun namun angka morbiditas

diare pada balita masih cukup tinggi. Seriusnya dampak akibat penyakit diare

pada balita, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita

akibat kehilangan cairan yang sering serta terganggunya proses absopsi makanan

dan zat nutrien yang dibutuhkan balita untuk pertumbuhan bahkan bisa

mengakibatkan kematian pada anak.Di Provinsi Lampung kejadian diare pada

balita pada tahun 2011 sebanyak2.534 dan pada tahun 2012 sebanyak 6.027. Dan

pada kecamatan Natar kejadian diare dalam 3 bulan terahir yaitu 84 balita dan 19

di antaranya bertempat tinggal di Desa Nartar. Dalam hal ini peran ibu sangat

penting untuk mencegah terjadinya diare pada balita. Diantaranya yang berperan

adalah tingkat pendidikan, pengetahuan dan tindakan ibu tentang pencegahan

diare.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian

diare pada balita di posyandu Desa Natar?

2. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare pada

balita di posyandu Desa Natar?

3. Apakah terdapat hubungan antara tindakan pencegahan ibu tentang diare

(17)

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

Mendapatkan hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan tindakan

ibu tentang pencegahan diare dengan kejadian diare pada balita di posyandu

Desa Natar.

1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mendapatkan gambaran tingkat pendidikan ibu di posyandu.

2. Mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu di posyandu dengan

kejadian diare pada balita.

3. Mendapatkan gambaran tindakan ibu tentang pencegahan diare.

4. Mendapatkan gambaran kejadian diare pada balita di Desa Natar.

5. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan

tindakan ibu tentang pencegahan diare dengan kejadian diare pada balita

di posyandu Desa Natar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Peneliti

1. Mengasah kemampuan untuk melaksanakan penelitian yang memiliki

tingkat objektiviti yang tinggi.

2. Melatih kemampuan berinteraksi dengan masyarakat.

(18)

dan pengetahuan ibu di posyandu dengan kejadian diare pada balita.

4. Sebagai alat atau bahan untuk mengurangi angka kejadian diare pada

balita.

1.4.2 Manfaat bagi Responden

Agar responden dapat mengetahui dan mencegah kejadian diare pada

balita.

1.4.3 Manfaat bagi Pemerintah dan Ilmu Pengetahuan

1. Sebagai bahan masukan terhadap pemerintah melakukan penyuluhan

tentang diare pada balita.

2. Sebagai data awal untuk penelitian-penelitian selanjutnya guna

(19)

1.5 Kerangka Teori

Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah akan berdampak pada

ketidakmampuan ibu dalam mencegah maupun merawat anak dengan diare.

Warman (2008) menemukan bahwa pengetahuan ibu memberikan kontribusi

paling kuat dibandingkan faktor lingkungan dan sosial ekonomi dalam

mempengaruhi kejadian diare akut pada balita.

Gambar 1 : Kerangka Teori

Dikutip dari: Ni Luh Kompyang Sulisnadewi, 2011; Subagyo & Santoso, 2011;

(20)

1.6 Kerangka Konsep

Diare merupakan salah satu masalah yang sering di jumpai pada anak-anak.

Prevalensi diare pada anak di indonesia masih cukup tinggi. Beberapa hal yang

mempengaruhi kejadian diare pada anak adalah karena tingkat pendidikan dan

pengetahuan ibu yang rendah.

Gambar 2 : Kerangka Konsep

1.7 Hipotesis

Berdasarkan Perumusan Masalah yang telah di sebutkan, maka hipotesis

penelitian ini adalah :

4. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian diare pada

balita di posyandu Desa Natar

5. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare pada balita

di posyandu Desa Natar

6. Terdapat hubungan antara tindakan pencegahan ibu tentang diare dengan

(21)

❡ ❭❢❭❣❤✐ ❥❦

❡❭❢ ❭❢❭❣ ❦❧inisi

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau

lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.

Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran

tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi

sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi

feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan diare bila feses

lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau

buang air besar berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes, 2009).

❡❭❢ ❭❡ ❭♠tiologi

Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005,

etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:

1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,

Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas

(22)

3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium

coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis

4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan

motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll. (Nelson, 2000)

♥ ♦♣ ♦q ♦rst s✉✈nulst s✇①s✇② s③tor④⑤⑥ ⑤③o

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau

minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau

tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).

Faktor risiko terjadinya diare adalah:

1. Faktor perilaku

2. Faktor lingkungan

Faktor perilaku antara lain:

a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan

Makanan Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak

terhadap kuman.

b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit

diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.

c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum

memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah

membersihkan BAB anak.

(23)

Faktor lingkungan antara lain:

a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan

Mandi Cuci Kakus (MCK).

b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang

dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang

gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit

imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak, selain faktor penderita

peranan orang tua dalam pencegahan dan perawatan anak dengan diare

sangatlah penting. Faktor yang mempengaruhinya yaitu umur ibu, tingkat

pendidikan, dan pengetahuan ibu mengenai hidup sehat dan pencegahan

terhadap penyakit. Rendahnya tingkat pendidikan ibu dan kurangnya

pengetahuan ibu tentang pencegahan diare dan perawatan anak dengan diare

merupakan penyebab anak terlambat ditangani dan terlambat mendapatkan

pertolongan sehingga beresiko mengalami dehidrasi. (Kemenkes RI, 2011).

Sementara itu dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) (2007)

terhadap pengetahuan ibu tentang diare didapatkan data bahwa pengetahuan

ibu tentang pemberian paket oralit lebih rendah pada wanita dengan kelompok

umur 15-19 tahun dibandingkan dengan wanita yang lebih tua. Sementara itu

pendidikan ibu mempunyai hubungan yang positif dengan pengetahuan ibu

(24)

⑦ ⑧⑨ ⑧⑩ ⑧❶l❷ ❸❹❺❷ik❸❹

Terdapat beberapa pembagian diare:

1. Berdasarkan lamanya diare:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan

kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)

selama masa diare tersebut (Suraatmaja, 2007).

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:

a. Diare sekresi (secretory diarrhea)

b. Diare osmotik (osmotic diarrhea)(Suraatmaja, 2007)

⑦ ⑧⑨ ⑧❻ ⑧❼❷ ❽❾ ❺isiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme

dibawah ini:

1. Diare sekretorik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari

usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis

ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini

akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum (IDAI ,

(25)

2. Diare osmotik

Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus

halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik

malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus missal pada

defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa (IDAI , 2011).

3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak

Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle

empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (IDAI , 2011).

4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit

Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+K+

ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal (IDAI , 2011)

5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus

sehingga menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya

antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid (IDAI , 2011).

6. Gangguan permeabilitas usus

Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan

adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (IDAI ,

(26)

7. Diare inflamasi

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa

keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, Tekanan

hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,

mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk

dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe

diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik (Juffrie, 2010).

8. Diare infeksi

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut

kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak

mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang

disekresikan oleh bakteri tersebut (IDAI , 2011).

❿ ➀➁ ➀➂➃➄➅i➆➇➄ ➈ ➉st klinis

Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila

terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala

gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan

manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah

ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini

bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas.

(27)

Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat

menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak

diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat

berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik atau dehidrasi hipotonik.

Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi

sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

➊ ➋➌ ➋➍ ➋➎i➏➐ ➑osis

➊ ➋➌ ➋➍ ➋➌ ➒n➏➓nsis

Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung

penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15

hari. Diare karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air,

dan sering berhubungan dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan.

Diare karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah

kecil tetapi sering, bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien

dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu mual, muntah,

nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, malabsorptif, atau berdarah

tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, patogen usus halus

tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang

mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada

(28)

→ ➣↔ ➣↕ ➣→ ➙➛mrik➜ ➝ ➝➞➟➠➜➠ ➡

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi

denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari

tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen

dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata:

cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah

kering atau basah (Juffrie, 2010).

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising

usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan

ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refilldapat menentukan derajat

dehidrasi yang terjadi (Juffrie, 2010).

Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara:

obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama

diare. Subyektif dengan menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan

(29)

Tabel 1 : Derajat Dehidrasi pada anak

➢➤nil➥ ➦➥ ➧ ➨ ➩ ➫

Keadaan Umum Baik , Sadar *Gelisah, Rewel Lesu, lunglai atau

tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung dan

kering

Air Mata Ada Tidak Ada

Mulut dan Lidah Basah Kering Sangat Kering

(30)

Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi :

a. Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C ke A)

b. Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentukan dari adanya 1 gejala

kunci (yang diberi tanda bintang) ditambah minimal 1 gejala yang lain

(minimal 1 gejala) pada kolom yang sama.

➵ ➸➺ ➸➻ ➸➼ ➽➾ ➚➾ ➪or orium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak

diperlukan, Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya

penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut

atau pada penderita dengan dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

➵ ➸➺ ➸➶ ➸➹➘➾ ➪➾ ➴➾ ➷➬➾ ➮➾ ➾ ➮n

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah

Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE), yang didukung oleh Ikatan

Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan

satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta

mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak

kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun

program LINTAS DIARE yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah

(31)

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

➱ ✃❐ ✃❒ ✃❐❮r❰Ïit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah

tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia

berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit

saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas

yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit

merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan

yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana

kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus✃Pemberian oralit

didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).

a. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan

(32)

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas

untuk di infus. (Kemenkes RI, 2011)

Ð ÑÒ ÑÓÑÐ Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc

dapat menghambat enzim Inducible Nitric Oxide Synthase(INOS), dimana

ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi

epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang

mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes

RI, 2011).

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat

keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume

tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.

Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak

mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara

pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau

(33)

Ô ÕÖ Õ× ÕØ ÙÚmÛÚriÜÝÞßàáâ Üã ÜÝ ÜÝ

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di

beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari

biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan

makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan

sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian

makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan

berat badan (Kemenkes RI, 2011).

Ô ÕÖ Õ× Õä ÙÚâ ÛÚråÜÝÜÝtåÛååã Üot æÜÝç ÜÜè Üéånêåã Ü éå

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare

pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada

penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek

kolera (Kemenkes RI, 2011).

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita

diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan

kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun

meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek

samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa

digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia)

(34)

ë ìí ìî ìï ðñmòñrióôõóö ÷hóø

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat

dengan balita harus diberi nasehat tentang:

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a. Diare lebih sering

b. Muntah berulang

c. Sangat haus

d. Makan/minum sedikit

e. Timbul demam

f. Tinja berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari.

ë ìí ìù ìðñnú ñû óü óô

Pencegahan diare menurut Pedoman Tatalaksana Diare Depkes RI (2006)

adalah sebagai berikut:

ë ìí ìù ìí ðñýòñr÷óôþÿ

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi

dan zat- zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan

terhadap diare pada bayi yang baru lahir. Pemberian ASI eksklusif

mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian

ASI yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada bayi-bayi yang disusui

(35)

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama

kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu

formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu

formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga bisa

mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006).

✁ ✂✄ ✂☎ ✂✁ ✆✝m✞✝ri✟✠✡ ✟☛✟✠ ✟✠✆✝n☞ ✟✌ping✍✎✏

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap

mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut

merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian

makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko

terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian

(Depkes RI, 2006).

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian makanan

pendamping ASI yang lebih baik yaitu :

a. Memperkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi

masih meneruskan pemberian ASI. Menambahkan macam makanan

sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Memberikan makanan lebih

sering (4 kali sehari) setelah anak berumur 1 tahun, memberikan semua

makanan yang dimasak dengan baik 4-6 kali sehari dan meneruskan

pemberian ASI bila mungkin

(36)

untuk energi. Menambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang

kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.

Mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak, serta

menyuapi anak dengan sendok yang bersih.

c. Memasak atau merebus makanan dengan benar, menyimpan sisa makanan

pada tempat yang dingin dan memanaskan dengan benar sebelum diberikan

kepada anak (Depkes RI, 2006)

✑ ✒✓ ✒✔ ✒✕ ✖✗✘ ✙✘ ✚nggun ✘ ✛r✜✗rsih✢✘ ✚✣✤uup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur

fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut,

cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari

tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar

(Depkes RI, 2006).

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih

mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan

masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan

menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi

mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah (Depkes RI, 2006).

(37)

a. Air harus diambil dari sumber terbersih yang tersedia.

b. Sumber air harus dilindungi dengan menjauhkannya dari hewan, membuat

lokasi kakus agar jaraknya lebih dari 10 meter dari sumber yang digunakan

serta lebih rendah, dan menggali parit aliran di atas sumber untuk menjauhkan

air hujan dari sumber.

c. Air harus dikumpulkan dan disimpan dalam wadah bersih. Dan gunakan

gayung bersih bergagang panjang untuk mengambil air.

d. Air untuk masak dan minum bagi anak harus dididihkan (Depkes RI, 2006)

✥ ✦✧ ✦★ ✦✩ ✪✫✬n✬✭u ✮✯ ✰✱✯ ✰

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan

dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja

anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan

sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI,

2006).

✥ ✦✧ ✦★ ✦✲ ✪✫n✱✱✳✯ ✴✯✰n ✵✯ ✶✷✯ ✰

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap

penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat

jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban (Depkes RI, 2006).

(38)

a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh anggota keluarga.

b. Bersihkan jamban secara teratur.

c. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat

buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah, jalan

setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10 meter dari

sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki. (Depkes RI, 2006)

✸ ✹✺ ✹✻ ✹✼ ✽✾✿m❀ ❁u g❂❀inj ❃ ❀ ❄❅ ❄❀❁❆❃ ✾❀ ❇n

Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini

tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada

anak-anak dan orangtuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar,

berikut hal-hal yang harus diperhatikan:

a. Kumpulkan tinja anak kecil atau bayi secepatnya, bungkus dengan

daun atau kertas koran dan kuburkan atau buang di kakus.

b. Bantu anak untuk membuang air besarnya ke dalam wadah yang

bersih dan mudah dibersihkan. Kemudian buang ke dalam kakus dan bilas

wadahnya atau anak dapat buang air besar di atas suatu permukaan seperti

kertas koran atau daun besar dan buang ke dalam kakus.

c. Bersihkan anak segera setelah anak buang air besar dan cuci

tangannya(Depkes RI, 2006)

(39)

Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak

juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera

setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).

Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9

bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak

yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai

akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak,

anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG

untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit

diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam

pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006).

Pencegahan terhadap diare atau pencarian terhadap pengobatan diare pada

balita termasuk dalam perilaku kesehatan. Adapun perilaku kesehatan

menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari

batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance). Adalah

perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

(40)

(health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau

tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik

maupun sosial budaya, dan sebagainya.

Untuk menilai baik atau tidaknya perilaku kesehatan seseorang, dapat dinilai

dari domain-domain perilaku. Domain-domain tersebut adalah pengetahuan,

sikap, dan tindakan. Dalam penelitian ini domain sikap tidak dinilai, karena

merupakan perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup merupakan

persepsi seseorang terhadap suatu stimulus, yang mana persepsi ini tidak

dapat diamati secara jelas. Sementara tindakan termasuk perilaku terbuka,

yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Hal ini dapat secara jelas diamati oleh orang lain (Notoadmodjo,

2003).

❏❑ ❏❑▲▼ngt◆❖u◆P

❏❑❏❑ ◗❑▲▼ng▼◆ Ptir p▼❘▼n t◆❖u◆P

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

(41)

penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

❙ ❚❙ ❚❙❚❯ingk❱❲ ❱❳ p❨❩ ❨n t❱❬❱ ❳u

Ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yakni :

1. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya.

termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemempuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menybutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya.

3. Menerapkan (application)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di

pelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

(42)

sebagainya dalam konteks atau situasi yang nyata.

4. Analisa (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam

komponen komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih

ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesa (Synthesis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi

formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

criteria criteria yang telah ada.

(43)

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara

umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai

pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat

pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa mempengaruhi pengetahuan

seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.

Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu

untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

(44)

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

❜❝❞❡ingk❢ ❣❤✐n❥❥iikn❦❢ ❧orm

❜❝ ❞❝♠♥✐ ❦inisi

Menurut Tirtarahadja dan S. L. La Sulo (2005), pendidikan formal sering juga

disebut dengan pendidikan persekolahan, yang berupa rangkaian jenjang

pendidikan yang telah baku, misalnya SD, SMP, SMA, dan PT (Perguruan

Tinggi).

Menurut Dewi (2008), tingkat pendidikan forrmal adalah tingkat dalam

pendidikan formal yang telah tercapai, dinyatakan dengan tahun sukses.Tingkat

pendidikan mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak perubahan,

khususnya pengetahuan dibidang kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

formal semakin mudah menyerap informasi termasuk juga informasi

kesehatan, semakin tinggi pula kesadaran untuk berperilaku hidup sehat.

(Notoadmodjo, 2003)

Menurut kusumawati (2004) seperti dikutip Widyawati (2009), pendidikan

dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual

ini berpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baik dalam cara mengambil

keputusan maupun dalam pembuatan kebijakan, jadi semakin tinggi pendidikan

formal akan semakin baik pengetahuan tentang kesehatan.

(45)

pendidikan formal terdiri atas:

1. Pendidikan Dasar, terdiri atas : Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

2. Pendidikan Menengah, terdiri atas : SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK

3. Pendidikan tinggi, terdiri atas : Akademi, Institut, Sekolah Tinggi dan

Universitas.

♦ ♣q ♣♦ rujust✉✈n✇✇iikst(Sukardjo, 2009) :

1. Menurut Plato

Tujuan pendidikan sesungguhnya adalah penyadaran terhadap self knowing

dan self realization kemudian inguiry dan reasening and logic. Jelas bahwa

tujuan pendidikan memberikan penyadaran terhadap apa yang diketahuinya,

kemudian pengetahuan tersebut harus direalisasikan sendiri dan selanjutnya

mengadakan penelitian serta mengetahui hubungan kausal, yaitu alasan dan

alur pikirannya.

2. Menurut Aristoteles

Tujuan pendidikan adalah penyadaran terhadap self realization, yaitu kekuatan

efektif untuk mencapai kebahagiaan hidup melalui kebiasaan dan kemampuan

berfikir rasional.

3. Tujuan Pendidikan Nasional

Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dikatakan : Pendidikan nasional

bertujuan untuk berkembanya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

(46)

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis,

serta bertanggung jawab.

①②③ ④in⑤⑥k⑥⑦ ⑥⑧ ⑥⑨⑩r⑥❶tik

①② ③②❷⑩❸❸ng⑥⑦rti

Praktik merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa yang diketahui

atau yang disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo, 2007). Suatu sikap belum

otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior).

①② ③② ① ④ingk⑥⑧ tingkat praktek :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya, seorang

ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.

2. Respons Terpimpin ( Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. Misalnya, seorang ibu

dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan

memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya, dan sebagainya.

3. Mekanisme (Mecanism)

(47)

otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah

mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu tanpa menunggu

perintah atau ajakan orang lain.

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang

bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.

(48)

❾❿➀➁ ➂➃i➄➅➆ ➃ R➆➃➇➆ ➃g➆ ➃ P➂➃➂➈ii➆➃

➊ ➋➌➍s ➎ ➋➌➋➏➍t➍ ➐➌➍ ➌➍ ➐➑ ➐➏➐➒ ➑ ➋s➓➔➍ ➎t➍→ ➐➌➐➏➍t➍ ➓ ➑ ➋➌➣ ➐➌ ➎➋➌➑ ➋➓ ➐t➐➌ ↔↕ ➙➛ ➛ ➛ ➜↔ ➝➞➙➟ ➠➡.

➢➋➌➑ ➋➓ ➐t➐➌ ↔↕ ➙➛ ➛ ➛ ➜↔ ➝➞➙➟ ➠➡ ➐➑➐➏➐➒ su➐tu ➎ ➋➌➋➏➍t➍ ➐➌ ➌➤➌-➋➓➥ ➎ ➋r➍➦➋➌➧➐➏ u➌➧u➓

➦➋➦➎ ➋➏➐➨ ➐r➍ ➑➍ ➌ ➐➦➍ ➓➐ ➓➤➔➋➏➐s➍ ➐➌➧➐r➐ → ➐➓➧➤➔-→➐➓t➤➔ r➋s➍ ➓➤ ➑ ➋➌➣ ➐➌ ➋→➋➓➩ ➑ ➋➌➣ ➐➌

➫➐r➐➎ ➋➌➑➋➓➐t➐➌➤ ➭➥ ➋rv➐s➍➐t➐u ➎ ➋➌➣u➦➎➯➏➐➌➑➐t➐ s➋➓ ➐➏➍➣us ➎ ➐➑ ➐ su➐tu s➐ ➐t y➐➌➣

➭➋rs➐➦➐➲➳➤ ➧➤➐t➦➤➑➨➤➩➵➸ ➺➸ ➻.➼ ➐t➐➑ ➍ ➐➦➭➍ ➏➎➐➑➐ s➐➐t➎➤➥y➐ ➌➑➯➭➋r➏➐➌➥➯➌➣.

❾❿➽➾ ➚➪ ➆➄ ➶➅➆ ➃ W➆➪➉ ➹

➢➋➌ ➋➏➍t➍ ➐➌➍ ➌➍ ➑➍ ➏➐➓➯➓➐➌ ➑➍ ➢➤➥y➐➌➑➯ y➐ ➌➣ ➭➋rt➋➦➎ ➐t ➑➍ ➼ ➋s➐ ➳ ➐t➐r ➘➋➫ ➐➦➐t➐➌

➳ ➐t➐r ➘➐➭ ➯➎ ➐t➋➌ ➴➐➦➎➯➌➣ ➷➋➏➐t➐➌ y➐➌➣ ➐➓➐➌ ➑➍ ➏➐➓➥ ➐➌ ➐➓➐➌ ➎ ➐➑➐ ➭ ➯➏➐➌

➼ ➋s➋➦➭➋rt➐➒➯➌2013.

❾❿ ❾➬ ➚➮➹➈ ➆ ➄➶➅➆➃ S➆➱ ➮➂➈

❾❿❾❿➀➬ ➚ ➮➹➈ ➆ ➄ ➶

➢➤➎➯➏➐s➍➑➐➏➐➦➎➋➌ ➋➏➍t➍ ➐➌➍➌➍ ➐➑ ➐➏➐ ➒ s➋➏uru➒➍➭ ➯-➍➭ ➯y➐➌➣➦➋➦➍ ➏➍ ➓➍ ➭➐➏➍t➐y➐➌➣

(49)

✃❐❒❮t❮❰ ÏÐ wÐ❒❮y❮Ñ Ò❐rÓ❮ ÔusÒ❐sÕ❮s Ö❮t❮r y❮❰ × Ø ❐rÓuÕ❒❮Ñ s❐Ø❮❰y❮ Ò 270

Ù ÚÙ Û❒❮sÐ.

3.3.2 SÜ ÝÞßà

✃❮ ÕÙ❐❒ ❮ Ï❮❒❮Ñ Ø❮ ×Ð❮❰ Ï❮rÐ Ù ÚÙ Û❒❮sÐ y❮❰ × ÏÐÙÐ❒ÐÑ s❐á❮r❮ t❐rt❐❰âu s❐ÑÐ ❰ × ×❮

ÏÐ❮❰××❮ÙÕ❐w❮ ÒÐ❒Ð Ù ÚÙ Û❒❮sÐ❰y❮.

ã❐s❮r s❮ ÕÙ❐❒ Ï❮❒❮ Õ Ù❐❰❐❒ÐtÐ❮❰ Õ❐❰Ûäut ÖÚtÚ❮tÕÚÏÓÚå æ2007ç ÏÐ❮ ÕØÐ❒

Ø❐rÏ❮s❮rÒ❮❰äuÕus Ø ❐rÐ Òut :

Ö ❰ è

1 + N(d2) Keterangan :

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

d : tingkat kepercayaan / ketepatan (0,05)

270 n =

1 + 270(0.052)

=161,19

(50)

Pengambilan sampel dilakukan secaraé êëé ë ê ìíë î ïð ê ïî ñë òó ïòé ð íî ô.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam waktu pengambilan sampel :

a. Menentukan populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu dan balitanya yang

terdaftar di posyandu Desa Natar Kecamatam Natar Kabupaten Lampung

Selatan di wilayah kerja puskesmas Natar.

b. Dihitung jumlah ibu-ibu dari masing-masing posyandu kemudian

ditentukan berapa besar jumlah ibu-ibu yang dianggap mewakili

kelompoknya.

c. Mengambil dari setiap posyandu untuk menjadi perwakilan dari setiap

posyandu tersebut. Penelitian ini membutuhkan sampel sebanyak 161 sampel.

d. Pengampilan sampel dari tiap desa dilakukan secara proportional simple

random sampling, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Ni

ni = X

n

N

Keterangan :

ni : Proporsi Tiap Posyandu

Ni : Jumlah Subpopulasi

N : Total Populasi

(51)

Table 2 : Distribusi jumlah sampel di setiap posyandu

Nama Posyandu Jumlah tiap

posyandu

Proporsi tiap

posyandu

Kelompok Posyandu 1 38 23

Kelompok Posyandu 2 42 25

Kelompok Posyandu 3 35 21

Kelompok Posyandu 4 24 14

Kelompok Posyandu 5 24 14

Kelompok Posyandu 6 27 16

Kelompok Posyandu 7 27 16

Kelompok Posyandu 8 26 16

Kelompok Posyandu 9 27 16

3.4Võ öiõ ÷øù Pø úøùiûiõú

ü ýþ ýÿ Võöiõ÷øù ø÷õ✁

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, pengetahuan

dan tindakan ibu tentang pencegahan diare.

ü ýþ ý✂ Võöiø÷øù Tø öi✄õ û

Variebel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada balita di Desa

(52)

3.5☎✆✝ ✞✟✞✠ ✞ O✡✆ ☛☞ ✠ ✞✌ ✟☞✍

Tabel 3 : Definisi Operasional

Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah :

(53)
(54)

3.6 ✔✕✖ Iu✘ ✙✗str ✚✛ ✜✛

3.6.1 ✔✕✖ V✛ ✢i✣✛ ✤✖

Uji validasi bertujuan untuk memastikan apakah kuesioner yang dipakai untuk

mengukur variabel penelitian valid atau tidak. Dalam penelitian ini Uji

Validasi yang digunakan korelasi ✥ ✦✧ ★✩ ✪✫ ✬ ✧ ✭✮✯instrumen dikatakan valid

apabila r hitung > r tabel yang digunakan adalah kuesioner yang dipakai dalam

penelitian sebelumnya yaitu oleh Yeni Iswari (2011)

✰ ✱✲ ✱✳✔✕✖✴✙✢✖✛✵✖✢✖t✛ ✤

Untuk melihat apakah rangkaian kuesioner yang dipergunakan sudah reliable

atau tidak ada kecenderungan tertentu, dilakukan uji reliabilitas dengan

menggunakan metode ✶✷✸ ✹✺ ✻ ✦✧ ✯✼✺ ✪ ✹dengan cara membandingkan nilai r

hasil dan nilai r tabel. Nilai r hasil dilihat dari nilai ✶✷✸✹✺✻ ✦✧ ✯✼✺ ✪ ✹bila r

alpha > r tabel, maka pertanyaan dalam kuesoner ini reliabel. Pada penelitian

sebelumnya didapatkan nilai r hasil (alpha) adalah 0,968 kemudian

dibandingkan dengan nilai r tabel yaitu r = 0,632 maka kuesioner ini layak

untuk digunakan.

3.7 ✽✙t✾✣✙✿✙✗ ❀❁✘✢✛ ✗pu ✚✛✜✛

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh

(55)

dan data sekunder yang diperoleh dari puskesmas mengenai angka kejadian diare

pada balita.

3.❂❃❄❅ ❆ ❇❈❉❄ P❇❊ ❇❋●❍●■❊

Gambar 3 : Alur Penelitian

Meminta izin untuk melakukan penelitian di Posyandu Desa Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Menyiapkan Kuesioner yang sesuai dengan tujuan penelitian

Hasil dan Kesimpulan

Wawancara terbimbing untuk melakukan pengisian kuesioner

Pengisian lembar persetujuan/informed consent oleh responden

(56)

3.P❑▲▼ ◆❖P ◗P ▲❘P▲ A▲P ❖❙❚ ❙❚❯P ❱P

❲ ❳ ❏❳❨❩❑▲▼ ◆❖P ◗P ▲ DP ❱P

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan akan diolah menggunakan

program pengolah data statistik❬ Proses pengolahan data terdiri dari beberapa

hal:

1. ❭❪❫❴❫❵ ❛

Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan

penulisan jawaban, dan relevansi dengan pertanyaan. Jika ditemukan

pengisian kuesioner tidak lengkap, tidak jelas, atau tidak relevan dengan

pertanyaan, peneliti mengklarifikasi kepada responden.

2. Coding

Coding dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mengolah berbagai

data yang masuk. Pengkodean dilakukan dengan cara memberi kode pada

setiap lembar kuisioner atau setiap item pertanyaan berdasarkan ketentuan

yang ditetapkan peneliti untuk mempermudah analisis.

3. Processing

Peneliti memproses data dengan cara meng-entrydata dari hasil pengkodean

dengan bantuan komputer menggunakan program pengolahan data statistik.

(57)

Peneliti melakukan pengecekan kembali data yang telah di-❜❝ ❞❡ ❢❣ Setelah

dipastikan tidak ada kesalahan, dilakukan tahap analisis data sesuai jenis data.

3.❤✐ ❥❦❧♠ ♥♦♣ ♦♣q♠ r♠

s✐ ❤✐ ❥✐t❦❧♠ ♥♦♣ ♦♣✉❧ ♦✈♠ ✇ ♦♠ r

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran variabel yang

diteliti yaitu tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan tindakan ibu di

posyandu sebagai varibel bebas dan kejadian diare pada balita sebagai

variabel terikat.

s✐ ❤✐ ❥✐ ❥ ❦❧♠ ♥♦♣ ♦♣①♦✈♠ ✇ ♦♠r

Bertujuan untuk menguji hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan

dan tindakan ibu di posyandu terhadap kejadian diare pada balita dengan

menggunakan statistik ② ③ ④⑤⑥⑦ ⑧⑨❡❜ dengan menggunakan bantuan program

pengolahan data statistik.

Untuk kemaknaan digunakan digunakan batas kemaknaan yaitu sebesar 5%

(a=0.05). Hasil uji dikatakan ada hubungan yang bermakna jika nilai P a

(P 0.05), hasil uji dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna jika P > a

(58)

➀➁➂❶➃➄ ➅➆➇➈➉

➊ ➋➌➍ ➎➏ ➎➌➐ ➎➑ ➒ ➎➏➓➔ → ➋➑ ➋➔➓ ➣➓ ➎➑ ➍ ➎➑ → ➋↔ ↕ ➎➒ ➎➏ ➎➑ ➍ ➎→➎➣ ➍➓ ➏➓↔ →➙➔ ➐➎➑ ➏ ➋↕ ➎➛ ➎➓

↕➋➌➓➐➙ ➣➜

➝ ➞ ➟➓➑ ➛ ➐ ➎➣ → ➋➑ ➍➓ ➍➓ ➐ ➎➑ ➍ ➎➔ ➎↔ → ➋➑ ➋➔➓ ➣➓ ➎➑ ➓➑ ➓ ➍➓ ↕➎➛➓ ↔➋➑ ➠ ➎➍➓ ➡ (➍➙➎) ➍➎➑

➍➓ ➍➎→ ➎➣➐➎➑ ➒➎➏➓➔ → ➎➍ ➎ ➣➓➑ ➛ ➐➎➣ → ➋➑ ➍➓ ➍➓ ➐ ➎➑ ➌ ➋➑ ➍ ➎➒ ➏ ➋↕➎➑➢➎➐ ➤➥ ➌➋➏ →➦➑ ➍ ➋➑ (➧ ➨ ➞➩ ➫) ➍➎➑ → ➎➍➎ ➣➓➑➛➐➎➣ →➋➑➍➓ ➍➓ ➐➎➑ ➣➓➑➛ ➛➓ ➏ ➋↕ ➎➑➢➎➐ ➝ ➨➭ ➌➋➏→➦➑➍➋➑

(➤➯➞➡➫)➞

➡➞ ➲➋➑ ➛ ➋➣➎➒ ➙ ➎➑ ➍➎➔ ➎↔ →➋➑➋➔➓ ➣➓ ➎➑ ➓➑ ➓ ➍➓ ↕ ➎➛➓ ↔ ➋➑➠➎➍➓ ➧ (➣➓➛➎) ➍➎➑ ➍➓ ➍➎→ ➎➣➐➎➑

➒➎➏➓➔ ➢➎➓ ➣➙ →➋➑ ➛ ➋➣➎➒ ➙ ➎➑ ↕ ➎➓ ➐➏➋↕ ➎➑➢➎➐➳➝➌➋➏ →➦➑➍➋➑ (➧ ➝ ➞➭ ➫)➵ →➋➑ ➛➋➣➎➒➙➎➑

➸➙➐➙→➏ ➋↕➎➑➢➎ ➐➳ ➩ ➌ ➋➏→➦➑ ➍ ➋➑ (➧➤➞➯➫) ➍ ➎➑ → ➋➑➍➓ ➍➓ ➐➎➑ ➌➋➑ ➍ ➎➒ ➏➋↕ ➎➑➢➎➐➳➡

➌ ➋➏→➦➑➍➋➑ (➧➡➞➧%)➞

➧ ➞ ➟➓➑➍➎➐ ➎➑ → ➋➑➸➋➛ ➎➒➎➑ ➍ ➎➔ ➎↔ →➋➑➋➔➓ ➣➓ ➎➑ ➓➑➓ ➍➓ ↕➎➛➓ ↔➋➑ ➠➎➍➓ ➧ (➣➓➛ ➎) ➍➎➑

➍➓ ➍➎→ ➎➣➐➎➑ ➒➎➏➓➔ ➢➎➓ ➣➙ ➣➓ ➑ ➍ ➎➐➎➑ → ➋➑➸➋➛ ➎➒➎➑ ↕➎➓ ➐ ➏ ➋↕ ➎➑➢➎➐ ➳➳ ➌➋➏ →➦➑ ➍ ➋➑ (➧➥➞➡➫)➵ ➣➓➑ ➍ ➎➐ ➎➑ →➋➑➸➋➛ ➎➒➎➑ ➸➙➐➙→ ➏➋↕ ➎➑➢➎➐ ➧➥ ➌➋➏ →➦➑➍➋➑ (➡➝➞➝%) ➍ ➎➑

➣➓➑➍➎➐ ➎➑→ ➋➑➸➋➛ ➎➒➎➑➌➋➑➍➎➒ ➏ ➋↕➎➑➢➎➐➭➡➌ ➋➏→➦➑➍➋➑ (➥ ➥➞➭ ➫)➞

➥➞ ➺➋➠➎➍➓ ➎➑ ➍➓ ➎➌ ➋ → ➎➍➎ →➋➑➋➔➓ ➣➓ ➎➑ ➓➑➓ ➍➓ ↕ ➎➛➓↔➋➑ ➠➎➍➓ ➡ (➍➙ ➎) ➍➎➑ ➍➓ ➍➎→ ➎➣➐ ➎➑

➒➎➏➓➔ ➢➎➓ ➣➙ ➣➓ ➍ ➎➐➍➋➑ ➛➎➑ ➍➓ ➎➌➋ ➏ ➋↕ ➎➑➢➎➐➤ ➯ ➌➋➏ →➦➑➍➋➑ (➧ ➭ ➞➧➫) ➍ ➎➑ ➍ ➋➑➛➎➑

(59)

➻ ➼ ➽➾➚➪ ➶➹ ➶➘ ➴ ➷➬ ➷➮ ➱ ➶➮ ➶➮➘ ➶➚ ➶ ➘✃➮ ➱❐ ➶➘ ➹➾➮ ➪✃➪ ✃ ❐➶➮ ➪ ➶➮ ❐➾❒ ➶➪✃ ➶➮ ➪ ✃ ➶➚➾ ➪ ➾➮ ➱ ➶➮

➮ ✃❮➶✃❰ ÏÐÑ ÒÓÔÕ➾➬➾Õ➶➚Ö ×Ö Ö Ö➪➾➮➱➶➮➮✃❮➶✃ØÙÚ➼ÛÖ❐ ➶❮✃ ➼

Û➼ ➽➾➚➪ ➶➹ ➶➘ ➴ ➷➬ ➷➮ ➱ ➶➮ ➶➮ ➘ ➶➚➶➹➾➮ ➱➾➘ ➶➴ ➷ ➶➮ ➪ ➶➮ ❐➾❒ ➶➪ ✃ ➶➮ ➪✃ ➶➚➾ ➪ ➾➮➱➶➮ ➮✃❮➶✃ ❰ Ï

ÐÑÒÓÔÕ➾➬ ➾Õ➶➚Ö×Ö ÖÖ➼

Ü ➼ ➽➾➚➪ ➶➹ ➶➘ ➴ ➷➬ ➷➮ ➱ ➶➮ ➶➮ ➘ ➶➚➶➘✃➮➪➶❐➶➮ ➹➾➮ Ý➾ ➱➶➴➶➮ ➪➶➮ ❐➾❒ ➶➪ ✃ ➶➮➪ ✃ ➶➚➾➪ ➾➮ ➱ ➶➮

➮ ✃❮➶✃❰ ÏÐÑ ÒÓÔÕ➾➬➾Õ➶➚Ö ×ÖÖ Ö➪➾➮➱➶➮➮✃❮➶✃ØÙÞß➼Ü❐ ➶❮✃ ➼

àáâãä åä æ

ç➼ è➶➱✃ é✃➮➶Õ ê➾Õ➾➴➶➘ ➶➮ ë➶ì➹ ➷➮➱ í➾❮➶➘➶➮ ➘➾➚➷➘ ➶ì➶ î➷Õ❐➾Õ ì➶Õ ï➶➘ ➶➚×

➪ ✃➴ ➶➚ ➶➹ ❐➶➮ì➾ì➬ ➾➚✃ ❐ ➶➮ ➹➾➮ð➷❮➷➴➶➮ ➶➘ ➶➷✃➮ñò➚ì➶Õ✃➘➾➮ ➘ ➶➮ ➱ ➹➾➮ð➶❐✃➘ ➪✃ ➶➚ ➾

Õ➾Õ➷➶✃ ➪ ➾➮ ➱ ➶➮ ➘✃➮ ➱❐ ➶➘ ➹➾➮➪ ✃➪✃ ❐ ➶➮ ➹➾Õ➾➚➘ ➶ ❐ ➶➚➾➮➶ ➘✃➮ ➱❐ ➶➘ ➹➾➮➪ ✃➪✃ ❐ ➶➮

ì➾ì➹➾➮ ➱ ➶➚ ➷➴ ✃ Ý ➾ ➹➶➘➮ð➶ ì➾➮➶➮ ➱ ❐➶➹ Õ➷ ➶➘ ➷ ✃➮ñò➚ì➶Õ✃ ➶➘ ➶➷ ➹➾➮➱➾➘ ➶➴ ➷ ➶➮

➬➶➚ ➷Õ➾➴ ✃➮➱➱➶➪ ➶➹ ➶➘ì➾➮Ý➾➱➶➴❐➾❒ ➶➪ ✃ ➶➮➪ ✃ ➶➚➾➪✃ó✃❮➶ð➶➴➘➾➚Õ➾➬➷➘ ➼

Þ➼ è➶➱✃ ➹ò Õ ð➶➮➪➷ é➾Õ➶ ï➶➘ ➶➚ ➪ ✃➴➶➚ ➶➹❐ ➶➮ ➪➶➹➶➘ ì➾➮ ❒ ➶➪ ✃ ➘➾ì➹➶➘ ➷➮ ➘ ➷❐

➪ ✃❮➶❐➷ ❐➶➮ ➮ð➶ ➹➾➮ð➷❮➷➴➶➮ ➶➘ ➶➷➹➾ì➬➾ ➚✃ ➶➮✃➮ñò➚ì➶Õ✃➘➾➮ ➘ ➶➮ ➱ ❐➾❒ ➶➪ ✃ ➶➮➪ ✃ ➶➚➾

Õ➾➴✃➮➱➱ ➶➪➶➹➶➘ì➾➮ ➷➚ ➷➮❐➶➮ ❐➾❒ ➶➪ ✃ ➶➮➪ ✃ ➶➚➾➹➶➪➶➬➶❮✃➘ ➶➪ ✃ é➾Õ➶ï➶➘ ➶➚ ➼

ô➼ è➶➱✃ ➹➾➮ ➾❮✃➘✃ ❮➶✃➮ ➪✃➴➶➚ ➶➹ ❐➶➮ ➹➾➮ ➾❮✃➘✃ ➶➮ ✃➮✃ ➪ ➶➹ ➶➘ ì➾➮ ❒➶➪ ✃ ➪ ➶Õ➶➚ ➷➮ ➘ ➷ ❐

➪ ✃❮➶❐➷ ❐➶➮ ➮ð➶ ➹➾➮ ➾❮✃➘✃ ➶➮ Õ➾❮➶➮ ❒ ➷➘➮ð➶ ì➾➮➱➾➮➶✃ ñ➶❐➘ò➚ õñ➶❐➘ò➚ ❮➶✃➮ ❐➾❒ ➶➪✃ ➶➮

Gambar

Gambar 1 : Kerangka Teori
Gambar 2 : Kerangka Konsep
Tabel 1 : Derajat Dehidrasi pada anak
Table 2 : Distribusi jumlah sampel di setiap posyandu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan diare dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja

Tujuan Penelitian: untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam pencegahan diare pada balita,serta

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare dengan kejadian diare pada balita di kelurahan Korong Gadang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih terdapat ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Kota Gede II Yogyakarta yang berperilaku negatif dalam pencegahan diare yaitu sebanyak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare dengan kejadian diare pada balita di kelurahan Korong Gadang

Berdasarakan hasil penelitian mengenai perbandingan antara pengetahuan ibu mengenai pencegahan diare dengan insidensi diare pada balita, didapatkan hasil bahwa :

Dengan hal tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare pada kelompok umur balita

Factor-faktor : Usia Pendidikan Pengalaman Pekerjaan Pengetahuan ibu kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun Cara penularan diare Penyebab diare Cara mencegah diare Cara