• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR 009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TUGAS AKHIR 009"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Psikologi lintas Budaya merupakan cabang ilmu psikologi yang berusaha untuk memahami perilaku individu dari beragam budaya, sehingga dapat dipahami pengaruh masing-masing budaya terhadap perilaku mereka. Beberapa pokok materi yang dibahas di antaranya : karakteristik umum psikologi lintas budaya; hubungan dan kedudukan psikologi lintas budaya dengan disiplin ilmu lain; hubungan budaya, bahasa dan perilaku; pendekatan penelitian lintas budaya; pengaruh budaya terhadap konsep tentang diri, kognisi, Persepsi, emosi, Intelegensi, perilaku, perkembangan individu, dan kesehatan mental; pengertian relativisme, absolutisme, dan universalisme; serta pengertian akulturasi dan multikulturalisme.

Suku Tidung. Begitulah nama suku yang tanah asalnya berada di bagian utara Kalimantan Timur (Kaltim). Kini, suku Tidung hanya bisa ditemui diwilayah pesisir dan beberapa di kawasan pegunungan sebelah barat Pulau Sebatik, yang merupakan bagian dari Kabupaten Nunukan (Republika,2011). Suku ini juga merupakan anak negeri di Sabah, Malaysia.

(2)

2

Pemahaman tentang intelegensi yang inklusif itu dapat berguna bagi para psikolog lintas kultural, sebab ia memungkinkan mereka untuk memasukan faktor-faktor kultural dalam diskusi intelegensi. Orang hidup di lingkungan yang berbeda-beda dan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengejar tujuan dan beradaptasi dalam setting kultural yang berbeda (Shiraev dan Levy 2012)

Intelegensi juga tidak bisa dipisahkan dari kognisi, sebuah proses yang dengan individu mendapatkan dan mengapilkasikan pengetahuan. Kogisi biasanya mencakup proses seperti rekognisi,kategorisasi, berfikir dan memori.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep kecerdasan yang dimiliki oleh etnis Tidung ? 2. Bagaimana kecerdasan itu dieproleh oleh etnis Tidung ?

3. Apa saja yang dibutuhkan etnis Tidung untuk menjadi cerdas ? 4. Perilaku apa yang harus muncul pada orang cerdas menurut etnis

Tidung?

5. Seberapa penting kecerdasan menurut etnis Tidung ? C. Tujuan

1. Mengetahui tentang bagaimanakah konsep kecerdasan yang dimiliki oleh etnis Tidung.

2. Menegtahui tentang bagaimana kecerdasan itu dieproleh oleh etnis Tidung.

3. Mengetahui tentang apa saja yang dibutuhkan etnis Tidung untuk menjadi cerdas.

4. Mengetahui tentang perilaku apa yang harus muncul pada orang cerdas menurut etnis Tidung.

(3)

3 D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Psikologi Lintas Budaya, serta untuk mengetahui tentang persepsi Konsep Kecerdasan yang dimiliki oleh Etnis Tidung, yang ada ki kota Malang.

E. Landasan Teori

1. Etnis Tidung

Suku-suku besar yang ada di nusantara ini umumnya berawal dari sebuah kerajaan. Begitu pula suku Tidung. Suku ini semula memiliki kerajaan yang disebut Kerajaan Tidung. Kerajaan ini akhirnya punah akibat politik adu domba pihak Belanda. Sejak punahnya kerajaan itulah, mereka berpindah ke pulau-pulau di Indonesia dan Malaysia. Berdasar sejumlah dokumen tertulis, dahulu di kawasan Kalimantan Timur belahan utara terdapat dua bentuk pemerintahan. Kerajaan dari kaum suku Tidung dan kesultanan dari kaum suku Bulungan. Kerajaan dari kaum suku Tidung berkedudukan di Pulau Tarakan. Sedangkan, Kesultanan Bulungan berkedudukan di Tanjung Palas. Riwayat tentang kerajaan maupun pemimpin (Raja) yang pernah memerintah di kalangan suku Tidung terbagi atas beberapa tempat yang sekarang sudah terpisah menjadi beberapa daerah kabupaten, antara lain Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan dan lain-lain hingga ke daerah Sabah (Malaysia) bagian selatan. (Republika,2011)

(4)

4

abad XI. Selang 15 musim setelah Menjelutung runtuh, seorang keturunan Benayuk bernama Yamus mengangkat diri sebagai raja yang kemudian memindahkan pusat permukiman ke Binalatung (Tarakan). Dari situlah awal mula muncul dan berkembangnya Kerajaan Tidung di Tarakan. Yamus kemudian memerintah selama 44 musim, dan setelah wafat ia digantikan salah seorang cucunya bernama Ibugang (Aki Bugang). Begitu seterusnya, kerajaan ini silih berganti dipimpin oleh anak keturunan sang raja, Benayuk (Republika,2011)

Kini suku Tidung semakin bergeser ke wilayah pesisir barat Pulau Sebatik. Jumlah mereka pun tak banyak, sekitar sepertiga dari jumlah penduduk Sebatik. Makin berkurangnya orang-orang Tidung yang mendiami pulau ini karena banyaknya pendatang yang mayoritas adalah suku Bugis-Makassar. Perkawinan antarsuku juga salah satu faktor yang membuat suku ini makin berkurang mendiami Sebatik. Apalagi jika perkawinan tersebut berlangsung antara perempuan suku Tidung dengan lelaki dari luar suku tersebut. Meski kian terpinggirkan, kata Zainal, orang-orang Tidung tidak merasa tergusur. Suku Tidung ini, menurutnya, punya tradisi berpindah pindah. Banyak di antara mereka yang memiliki tanah atau ladang lalu menjualnya kepada pendatang. (Republika,2011)

(5)

5

pengobatan tradisional lainnya yang masih sering dilakukan warga suku Tidung adalah menggunakan tumbuhan dan buah-buahan. (Republika,2011)

Wilayah Sebatik Barat yang dihuni kebanyakan suku Tidung merupakan kawasan perbukitan terjal di bagian barat, perbukitan sedang di bagian tengah, dan daratan bergelombang dan landai di bagian timur yang memanjang hingga ke pantai. Perbukitan terjal di sebelah barat merupakan jalur pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1.500 meter di atas permukaan laut. Sedangkan, perbukitan di sebelah selatan bagian tengah ketinggiannya berkisar 500 meter di atas permukaan laut.

2. Kecerdasan

Intelegensi tidak dapat dipahami dengan baik diluar konteks kulturalnya. Sebagai misal riset lintas kultural yang dilakukan selama beberapa decade terakhir, menunjukan bahwa intelegensi dipahami secara berbeda-beda di berbagai konteks kultural. Studi-studi juga menunjukan bahwa anak memiliki keterampilan praktis yang maju dan tidak dikenali pada tes akademik. Selain itu Stenberg dalam (Shiraev dan Levy 2012) menyatakan bahwa kesehatan fisik anak mungkin mempengaruhi performa anak pada tes intelegensi.

a) Perbedaan Etnis Dalam Skor IQ

(6)

6

kemiskinan dan problem sosial lainnya mempengaruhi kecerdasan ? apakah sekolah formal adalah kunci untuk mencapai persamaan intelektual ? apakah kesamaan dan kesetaraan itu dapat dicapai ?

b) Lingkungan dan Intelegensi

Bandingkan diri anda dengan orang lain dikelas. Anda mungkin mendapati orang dengan usia, tinggi, berat badan, kebangsaan, pendapatan, dan bahkan gaya hidup yang sama dengan anda. Tetapi kita tidak tinggal di lingkungan yang identik. Stenberg dalam (Shiraev dan Levy 2012) menyatakan bahwa Diversitas kita ditentukan oleh faktor natural, seperti lingkungan individu, professional, pendidikan, sosial, dan kultural. Ini adalah pendapat popular yang diterima oleh para psikolog lintas kultural, yang mengakui bahwa keterampilan intelektual manusia dapat dipengaruhi oleh faktor lingungan eksternal.

c) Kognisi Umum : Ada Apa Dibalik Intelegensi

Banyaknya fakta tentang diversitas kultural dan banyaknya bukti empiris, tentang prinsip kognisi universal. Telah memberi kontribusi bagi dasar-dasar banyak teori, yang mengkaji hubungan antara kultur dengan intelegensi (kecerdasan). Ada beberapa proses kognitif- rekognisi,kategorisasi, pemikiran dan memori. Analisis terhadap beberapa proses itu dapat menjelaskan beberapa perbedaan dan persamaan dalam fungsi intelektual di berbagai macam kelompok etnis.

d) Keterampilan Kognitif, Sekolah, Nilai, dan Sistem Pendidikan

(7)

7

lebih tinggi daripada John, maka diperkirakan Ali di bidang Matematika,Sains,Literatur, dan Studi Sosial akan lebih bagus ketimbang John. Dapatkah kita mengatakan bahwa skor kecerdasan yang tinggi, akan menentukan nilai sekolah yang lebih tinggi. Ya, asusmsi ini benar, namun ia juga mengandung kesalahan logika. Mengapa? Sebab, nilai bagus disekolah boleh jadi didapat berkat usaha, motivasi, dan minat belajar, serta disiplin belajar. Karakteristik ini, pada gilirannya mungkin lebih banyak dipengaruhi oleh keluarga, pengaruh teman, usaha dan komitmen guru, serta ketersediaan sumberdasa kependidikan di sekolah dan rumah, semuanya mungkin mempengaruhi skor tes individu.

3. Teori Intelegensi

Azwar (2004) menguraikan secara ringkas mengenai teori-teori intelegensi, antara lain:

a) Alfred Binet

(8)

8

dimaksud dengan komponen arah, adaptasi dan kritik dalam definisi intelegensi.

b) Thurstone

(dalam Heru Basuki, 2005) Thurstone berpendapat bahwa intelegensi terdiri dari faktor yang jamak (multiple factors), mencakup tujuh kemampuan mental utama (primary mental abilities), yaitu:

1) Pemahaman verbal (verbal comprehension)

Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes kosakata, termasuksinonim dan lawan kata, dan testes kemampuan menyimak bacaan.

2) Kecepatan verbal (verbal fluency)

Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut menghasilkan kata-kata secara cepat dan tepat, misalnya dalam waktu yang singkat mampu menghasilkan sebanyak mungkin kata yang berawal dengan huruf d.

3) Bilangan (number)

Kemampuan ini biasanya diukur melalui pemecahan masalahmasalah aritmatika. Dalam tes ini sangat ditekankan tidak hanya masalah-masalah perhitungan dan pemikiran, tetapi juga penguasaan atau pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.

4) Visualisasi spasial (spatial visualization)

Kemampuan ini biasanya diukur dengan tes-tes yang menuntut manipulasi mental atas symbol-simbol atau bangun-bangun geometris.

(9)

9

Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes mengingat kembali kata-kata atau kalimat yang dihafal dari gambar-gambar yang disertai keterangan gambar (katakata)

6) Pemikiran (reasoning)

Kemampuan ini biasanya diukur melalui te-tes analogi-analogi (misalnya: pengacara, klien, dokter, ..., dan lain-lain), atau rangkaian huruf atau angka untuk diselesaikan (2, 4, 7, 11, ..., ..., ..., ...)

7) Kecepatan persepsi (perceptual speed)

Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut pengenalan simbol secara cepat, misalnya kecepatan menyilang atau memberi tanda pada huruf f yang terdapat dalam deretan huruf-huruf.

c) Raymond Bernard Cattell

Dalam teorinya mengenai organisasi mental, Cattell mengklasifikasikan kemampuan menjadi dua macam, yaitu:

1) Intelegensi Fluid (gf), yang merupakan faktor bawaan biologis. Sangat penting artinya untuk melakukan tugas yang menuntut kemampuan adaptasi pada situasisituasi baru. Intelegensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 atau 15 tahun.

2) Intelegensi Crystallized (gc), yang merefleksikan

adanya pengaruh pengalaman, pendidikan dan

(10)

10

terus dapat berkembang sampai usia 30 sampai 40 tahun.

(11)

11

BAB II

Metode Penelitian

A. Metode Penelitian

Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menentukan cara mencari, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data hasil penelitian tersebut. Penelitian kualitatif ini dapat digunakan untuk memahami persepsi sosial, misalnya dengan wawancara mendalam sehingga akan ditemukan pola-pola yang jelas.

B. Penelitian Kualitatif

Secara teoritis format penelitian kualitatif berbeda dengan format penelitian kuantitatif. Perbedaan tersebut terletak pada kesulitan dalam membuat desain penelitian kualitatif, karena pada umumnya penelitian kualitatif yang tidak berpola.

Format desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format deskriptif, format verifikasi, dan format grounded research. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993:89).

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

(12)

12 D. Sumber Data

Penentuan subjek dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan pendekatan purposif yaitu subjek yang memiliki karakteristik dan kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian (Poerwandari, 2001). Adapun subjek dalam penelitian ini adalah mereka yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Individu saat ini berdomisili di Kota Malang, baik kos maupun tidak kos.

2) Berasal dari Kalimantan utara atau Kalimantan Timur 3) Ber Etnis Tidung

Dari kriteria tersebut terpilih 5 orang yang dianggap layak untuk menjadi subjek penelitian ini. Subjek merupakan mahasiswa dari 2 Universitas ternama di Kota Malang, Yaitu UMM dan UM, rasio perbandingannya adalah 4 Mahasiswa UMM yang bertempat tinggal di Asrama Mandau dan 1 Mahasiswa UM yang betempat tinggal di Kos-Kosan Peneliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

Observasi menurut Kusuma (1987:25) adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi tersebut diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi tak terstruktur, observasi partisipan, dan observasi nonpartisipan.

(13)

13 2) Wawancara

Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama dengan kuesioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara mendalam (in-depth interview).

Namun disini peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi, Sulistyo-Basuki (2006:173).

Untuk menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta ijin kepada informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum dilangsungkan wawancara mendalam, peneliti menjelaskan atau memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara ringkas dan jelas mengenai topik penelitian.

F. Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus dengan menggunakan teknik metode deskriptif. Menurut Johnson & Christensen (dalam Hanurawan, 2012) teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif jenis studi kasus adalah teknik metode kualitatif deskriptif. Setelah data yang berkaitan dengan penelitian terkumpul lalu disusun dan diklasifikasikan dengan menggunakan kata-kata atau dengan data-data yang diperoleh untuk menggambarkan hasil jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan. Selanjutnya setelah konstruksi tema-tema terbentuk maka peneliti dapat.

G. Pengecekan Keabsahan Data

(14)

14

kesesuaian dengan hasil observasi dan pengkaitan latar belakang Etnis serta teori yang dijadikan acuan.

H. Tahap-Tahap Penelitian

Pendapat lain dari Dr. Endang S Sedyaningsih Mahamit (2006) tahapan penelitian kualitatif meliputi;

1) Menentukan permasalahan 2) Melakukan studi literatur 3) Penatapan lokasi

4) Studi pendahuluan

5) Penetapan metode pengumpulan data; observasi, wawancara, dokumen, diskusi terarah

6) Analisa data selama penelitian

7) Analisa data setelah; validasi dan reliabilitas

(15)

15

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Hasil Observasi

Hasil observasi singkat yang dilakukan oleh peneliti di asrama dan kos-kosan adalah, peneliti menemukan bahwa baik Etnis tidung maupun etnis lainnya tidak memiliki perbedaan perilaku yang signifikan, perbedaan yang sangat mencolok dari mereka adalah logat bicaranya yang agak cepat dan jauh sekali berbeda dengan masyarakat kota malang pada umumnya. Selebihnya perilaku mereka sama saja dengan perilaku mahasiswa pada umumnya pada umumnya

1 Menurut Anda, bagaimana orang disebut “cerdas”?

2 Dari mana kecerdasan seseorang diperoleh?

3 Apa saja yang diperlukan/dibutuhkan untuk bisa menjadi cerdas? 4 Perilaku apa saja yang seharusnya muncul pada orang-orang yang

Anda anggap cerdas?

5 Seberapa penting kecerdasan menurut Anda?

1. Subjek 1

a) Subjek 1 menganggap bahwa kecerdasan itu ketika seseorang mampu menjadi seorang yang sukses.

(16)

16

c) Subjek 1 percaya bahwa kecerdasan seseorang tidak bisa berkembang selamanya. Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda.

d) Subjek 1 percaya bahwa kecerdasan adalah kemampuan

beradaptasi dengan lingkungannya.

e) Subjek 1 percaya kecerdasan adalah santun dan mampu menjaga nama baik keluarga.

f) Subjek 1 Percaya Kecerdasan sangat diperlukan oleh seseorang dan lebih baik jika berasal dari pengalaman hidup sendiri.

2. Subjek 2

a) Subjek 2 percaya Kecerdasan adalah mampu berperilaku dan memiliki pengetahuan untuk melakukan hal baik.

b) Subjek 2 percaya Kecerdasan itu adalah ketika seseirang bisa mengambil nilai-nilai kehidupan dari pengalamannya.

c) Subjek 2 percaya Kecerdasan itu saat orang tanggap mengambil kesimpulan dengan tepat

d) Subjek 2 percaya Perilaku yang muncul pada orang cerdas adalah mampu berkomunikasi, bertata krama, mengambil nilai dalam masyarakat

e) Subjek 2 percaya Perilaku yang muncul pada orang cerdas adalah mampu berkomunikasi, bertata krama, mengambil nilai dalam masyarakat

f) Subjek 2 percaya Kecerdasan sangat penting untuk seseorang untuk mengambil nilai-nilai dari pengalaman agar berperilaku baik.

(17)

17 3. Subjek 3

a) Subjek 3 percaya Kecerdasan tidak diukur dari tingkat pendidikan, melainkan dari kemampuan menghasilkan materi.

b) Subjek 3 percaya Kecerdasan itu adalah ketika seseorang mampu mampu meneruskan apa yang di wariskan kepadanya.

c) Subjek 3 percaya Kecerdasan itu dari alam dan diajarkan langsung oleh orang tua

d) Subjek 3 percaya Kecerdasan itu dilihat dari sikap yang dimilikinya dan apa yang dia perbuat.

e) Subjek 3 percaya Cerdas itu penting tapi jangan hanya

d) Subjek 4 percaya Kecerdasan muncul dari perilaku.

e) Subjek 4 percaya Kecerdasan itu harus tegas untuk menjaga kesolidtan keluarga.

5. Subjek 5

a) Subjek 5 percayaKecerdasan itu kalau bisa sukses dari bidangnya ataupun hobinya.

b) Subjek 5 percaya Kecerdasan itu diperoleh dari orang tua dan sekolah.

c) Subjek 5 percaya Kecerdasan itu ketika tidak mudah putus asa, dan nurut sama orang tua.

(18)

18

e) Subjek 5 percaya Kecerdasan itu saat mampu sukses dari bidang dan hobinya serta mampu melihat peluang.

(19)

19

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kaitan Antara Sejarah Etnis, Teori, dan Hasil Wawancara

Berdasarkan sejarah dari Etnis tidung sendiri, etnis ini adalah etnis yang sudah sejak lama berada di Indonesia, ada beberapa kerajaan yang sempat berada dibawah kepemimpinan orang-orang tidung, kebiasaan mereka sejak dulu adalah melakukan barter untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, dan kebiasaanya itu masih ada sampai saat ini. Jika dikaitkan dengan hasil wawancara tentang konsep Kecerdasan, sejarah tadi memang tidak ada sangkut pautnya dengan teori-teori kecerdasan karena memang persepsi kecerdasan yang ingin diungkap pada penelitian ini, bukanlah prinsip kecerdasan yang umum atau universal, melainkan persepsi konsep kecerdasan yang memang unik dan hanya dimiliki oleh etnis tersebut. berdasarkan hasil wawancara dengan 5 subjek orang tidung yang berdomisili di kota Malang saat ini akhirnya menemukan beberapa konsep kecerdasan yang dimiliki oleh etnis tidung. Dari paparan data pada bab sebelumnya, mayoritas subjek yang diwawancarai oleh peneliti mengatakan bahwa:

1. 3 dari 5 subjek yang diwawancarai oleh peneliti menyatakan bahwa kecerdasan itu adalah ketika kita mampu menjadi sukses atau menghasilkan sesuatu entah itu berupa materi.

2. 3 dari 5 subjek yang diwawancarai oleh peneliti menyatakan bahwa kecerdasan itu diperoleh secara turun menurun dari orang tua untuk diwariskan kepada generasi penerusnya yang akan dilanjutkan lagi oleh generasi itu ke generasi selanjutnya.

(20)

20

4. 4 dari 5 subjek yang diwawancarai oleh peneliti menyatakan bahwa perilaku yang muncul pada orang cerdas biasanya adalah mampu beradaptasi dan memiliki tata krama yang benar dalam berhadapan dengan orang yang lebih tua maupun keluarga.

(21)

21

BAB V

Penutup

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari hasil wawancara peneliti dengan ke-5 subjek etnis tidung tersebut mengungkap bahwasannya tidak selalu kecerdasan itu dinilai dari tingkat IQ ataupun nilai yang di dapatkan disekolah hanya sekitar 2 dari 5 subjek yang mengatakan bahwa sekolah juga sebagai sarana seseorang untuk mendapatkan kecerdasan tetapi juga tidak menekan hal itu hampir semua subjek percaya bahwa kecerdasan yang utama itu adalah yang berasal dari pengalam Pribadi,Tata Krama kepada orang tua,dan Kesuksesan. Namun yang lebih utama dari etnis tidung tentang konsep kecerdasan adalah bagaimana cara mereka menjaga nama baik keluarga agar tetap solid sebagai keluarga.

Kesimpulan besarnya adalah :

1. Etnis Tidung tidak memandang kecerdasan semata-mata kemampuan akademik atau prestasi yang dimilikinya tapi lebih kepada Nilai-nilai kehidupan yang ada pada dirinya seperti, tata krama, hubungan baik dengan keluarga, dan menjadi sukses. Mayoritas subjek wawancara mengatakan demikian Nilai-nilai ini penting untuk regenerasi etnis tidung berikutnya, etnis ini adalah etnis yang selalu secara turun-menurun turun-menurunkan apa yang dimiliki.

2. Kecerdasan pada etnis tidung diperoleh dari hubungan baiknya dengan orang tua dan keluarga, serta pengalaman-pengalaman pribadinya, tidak semata-mata dari ilmu yang di dapatkannya disekolah. Mayoritas subjek wawancara mengatakan demikian

(22)

22

orang tua, karena tanpa ketiga hal itu etnis tidung tidak akan bisa bertahan

4. Perilaku yang harusnya muncul pada orang yang cerdas menurut etinis tidung adalah, mayoritas menjawab, mampun beradaptasi dengan lingkungannya, dan mampu memposisikan dirinya di manapun dia berada secara tepat. Tidak bertindak sesuka hatinya.

5. Kecerdasan juga sangat peting pada etnis tidung terutama untuk mengambil nilai-nilai kehidupan yang ada pada kehidupan mereka, dan untuk mencapai sukses dengan cara melihat peluang-peluang yang ada.

B. Saran

(23)

23

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Andi Nur. 5 Januari 2011.”Tersingkirnya Orang-Orang Tidung”. Republika Teraju, Halaman 25.

Shiraev, EB., dan Levy DA. (2012). Psikologi Lintas Budaya. Pemikiran Kritis dan Terapan Modern. Edisi Keempat. Kencana Prenada Media Group.Jakarta

Azwar, S. (2004). Pengantar psikologi intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. (1993). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta, Indonesia: PT. Gramedia.

Ananta Kusuma Seta. 1987. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Jakarta: Kalam Mulia.

Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Poerwandari, E. K. 2001. Pendekatan kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : Lembaga Pengembanagn Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

(24)

24

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Bapak Ahmad Zanin Nu’man selaku guru mata pelajaran al-Qur’an Hadis yang dengan sabar meluangkan waktu pada saat observasi berlangsung, kepada keluarga besar SMK

Sejak adanya Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) penghasilan masyarakat Desa Kalikurmo mengalami peningkatan yang berpengaruh terhadap kemampuan

Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana

b) Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal

Dari hasil pengujian sistem penggunaan teknologi computer vision yang digunakan untuk mengenali sampah dibawah laut bisa dimplementasikan dengan menguji jenis

Luaran yang kami harapkan dari program kreativitas mahasiswa kewirausahaan (PKM-K) yang kami jalankan adalah terciptanya inovasi produk berupa Mukenah-In-Rok yaitu

Analisis harga pokok produksi yang meliputi pembebanan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead yang digunakan oleh perusahaan untuk menghitung

 Orang luar hanya akan bermanfaat dalam pengembangan masyarakat apabila mau bekerja dengan menghargai keunikan masyarakat yang ada, mendorong terjadinya komunikasi yang lebih