• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENG ARUH PENGGUNAAN MODEL P EMBELAJARAN VISUAL AUDITORI K INESTETIK (VAK) TER HADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS SIS WA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PR INGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENG ARUH PENGGUNAAN MODEL P EMBELAJARAN VISUAL AUDITORI K INESTETIK (VAK) TER HADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS SIS WA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PR INGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh Herlina Aprianti

Untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas, salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui pendidikan. Oleh karena itu pendidikan perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Salah satu ukuran keberhasilan pencapaian pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Dan oleh sebab itu guru harus menerapkan suatu model pembelajaran yang mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa di SMP N 02 Pringsewu. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah Visual Auditori Kinestetik (VAK). VAK adalah model pembelajaran yang difokuskan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Pringsewu?” 2. Sejauh mana taraf signifikansi pengaruh penggunaan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VIII di SMP Negeri 2 Pringsewu ?”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pringsewu tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 291 orang. Sampel diambil menggunakan teknik Purposive Random Sampling (sampling pertimbangan) ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pertimbangan sampelnya untuk tujuan tertentu. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest Posttest Design dengan data hasil belajar siswa yang diperoleh melalui Pretest pada awal pembelajaran dan posttest pada akhir pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model Visual Auditori Kinestetik (VAK) sebagai berikut: 1. Berdasarkan uji hipotesis diketahui bahwa nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata pretest. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen pada saat pretest 61, dan nilai rata-rata pada kelas posttest 67,43. Hal ini berarti nilai rata-rata pada saat posttest lebih tinggi dibadingkan dengan rata-rata pada saat pretest. Dilihat dari pencapaian tahapan kognitif yang berhasil dicapai pada penerapan pembelajaran Visual Auditori Kinestetik rata-rata pencapaian kognitifnya sebesar 67,72%. 2. Setelah dilakukan analisis data pada nilai pretest dan posttest kelas eksperimen dan dengan menggunakan uji signifikansi , yaitu dengan uji parametrikT, Dari uji kesamaan dua rata-rata yang telah dilakukan diperoleh nilai dari hasil perhitunganya itu nilai thitung= 9.3017 >ttabel= 2.042 sehingga H0 ditolak yang berarti

(2)

yaitu r = 0.861742 dan kadar determinasi sebesar 14,227% H0 ditolak dan H1 diterima,

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 April 1991 di Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak ke-5 dari 5 bersaudara dari pasangan Bapak Baheramsyah Said dan Ibu Laksmiharti.

Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-kanak Aisyiyah 1 Pringsewu, dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 1 Pringsewu dan tamat belajar pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan kejenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Pringsewu dan selesai pada tahun 2006 dan dilanjutkan kejenjang sekolah menengah atas di SMA Muhammadiyah 1 Pringsewu dan tamat belajar pada tahun 2009.

(8)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

dengan kerendahan hati dan rasa syukur, kupersembahkan sebuah karya kecil ini sebagai tanda cinta dan sayangku kepada :

Bapakku Baheramsyah said dan Ibuku tercinta Laksmiharti yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, pengorbanan, dan kesabaran.

Terimakasih atas setiap tetes air mata dan tetes keringat, dan yang selalu membimbing dan mendoakan keberhasilanku,

sungguh semua yang Bapak dan Ibu berikan tak mungkin terbalaskan.

Terima kasih pada Saudara-saudariku :

Indra Ashari, Rizki Apriyanto, Kholid Muhardi, dan Syahrudin Syah, terimakasih atas doa, semangat, dan kasih sayang yang selalu diberikan selama ini.

Bapak Ibu dosen, Bapak/Ibu guru, sahabat, kekasih, dan teman-teman yang telah mengukir sebuah sejarah dalam kehidupanku,

serta almamater yang aku banggakan.

Sekali lagi, terimakasih banyak untuk kedua orang tuaku,

(9)

Seorang guru yang mengajar tanpa berusaha menghidupkan

keinginan dan antusiasme belajar pada murid-muridnya sama halnya dengan orang menempa besi yang dingin.

Horace Mann

Ketika kita dihadapkan kepada kesulitan tetaplah berusaha untuk maju agar mendapatkan hasil yang terbaik

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil ’aalamin,

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA

PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2013/2014” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Toha B.S. Jaya, M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(11)

6. Bapak Drs. Maskun, M.H., selaku ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, sekaligus sebagai Pembimbing 1 skripsi penulis, terima kasih Bapak atas saran, bimbingannya, dan rasa simpati selama penulis menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah Unila.

7. Bapak Suparman Arif, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, terima kasih Bapak atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik yang membangun selama proses penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum, Bapak Drs. Wakidi, M.Hum, Bapak Drs. Syaipul M, M.Si, Ibu Dr. Risma Sinaga, M.Hum, Bapak Drs. Tantowi, M.S, Bapak Muhammad Basri, S.Pd, M.Pd dan Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum selaku Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang penulis banggakan dan pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung.

9. Keluarga tercinta Om Har, Om Yum, Ante Erni Sahri, Ante Zur, Uni Inda Monita, Tante Nurida Wati, dan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan dukungan, doa, dan saran kepada penulis.

10. Bapak Salamun selaku guru Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri 2 Pringsewu terimakasih atas bimbingan dan bantuannya kepada penulis.

(12)

Aulia R.N, Agung Nugroho, Dela Hapmita, Adit, Lilis Suryana, Nurul Anwar, Tila Paulina dan seluruh teman-teman angkatan 2010 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

13.Teman-teman KKN dan PPL Kusworo, May Benedekta, Bambang Irawan, Rani, Vani, Arif, Mba nuy, Weni Nisma, Septi, dan Kak Yose Pratama Terimakasih semangat dan dukungannya selama ini.

14. Keluarga besar Pendidikan Sejarah, terima kasih atas segala kekeluargaan dan kebersamaannya selama ini.

Semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas segala bantuannya, semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan atas semua yang telah kalian berikan.

Pringsewu, Mei 2014

(13)

DAFTAR ISI

1.2Identifikasi Masalah ... 6

1.3Pembatasan Masalah ... 7

1.4Rumusan Masalah ... 7

1.5Tujuan Penelitian ... 7

1.6Kegunaan Penelitian ... 8

1.7Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 10

2.1.1. Konsep Model Pembelajaran... 10

2.1.2. Konsep Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik ... 11

2.1.3. Konsep Hasil Belajar ... 14

2.1.4. Konsep Pembelajaran IPS ... 16

2.2 . Penelitian yang Relevan ... 19

2.3. Kerangka Pikir ... 20

2.4. Paradigma ... 21

2.5. Hipotesis Penelitian ... 21

III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang Digunakan ... 23

3.2. Desain Penelitian ... 24

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.4. Populasi dan Sampel... 25

3.4.1. Populasi ... 25

3.4.2. Teknik Pemilihan Sampel ... 26

3.4.3. Sampel ... 27

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28

3.5.1. Variabel Penelitian ... 28

3.5.2. Definisi Operasional Variabel ... 29

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 30

(14)

3.7. Langkah-langkah Penelitian ... 32

3.8. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran... 33

3.9. Instrumen Penelitian ... 34

3.10. Uji Validitas dan Reliabilitas... 36

3.10.1. Uji Validitas ... 36

3.10.2. Uji Reliabilitas ... 37

3.10.3. Tingkat Kesukaran ... 38

3.10.4. Daya Pembeda ... 39

3.11. Teknik Analisis Data ... 40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 44

4.2. Hasil Penelitian ... 51

4.2.1. Data Hasil Belajar Kemampuan Awal (Nilai Pretest Siswa) ... 51

4.2.2. Data Hasil Belajar Kemampuan Akhir (Nilai Posttest Siswa) ... 56

4.3. Analisis Data Penelitian ... 62

4.3.1. Uji Hipotesis ... 63

4.3. Pembahasan ... 68

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 73

5.2. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Jumlah Anggota Populasi Desain Penelitian... 25

2 Sampel Penelitian... 28

3 kisi-kisi soal... 34

4 Koefisien Reliabilitas... 38

5 Interpretasi tingkat kesukaran... 38

6 Interpretasi daya pembeda... 39

7 Rakapitulasi Persentase hasil belajar... 40

8 Taraf Signifikan... 43

9 Daftar Nama Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Pringsewu... 45

10 Daftar Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 2 Pringsewu... 48

11 Hasil Kemampuan Awal... 52

12 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest... 53

13 Hasil Kemampuan Akhir………... 56

14 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest... 58

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Data Validitas 2. Data Reabilitas

3. Data tingkat kesukaran 4. Data daya pembeda 5. Data nilai Pretest 6. Data nilai Posttest 7. Uji Normalitas Pretest 8. Uji Normalitas Posttest 9. Uji taraf Signifikansi 10.Data hasil belajar kognitif 11.Perangkat Pembelajaran RPP 12.Silabus Pembelajaran

13.Kisi-kisi Soal 14.Soal Pretest 15.Soal Posttest

16.Kunci Jawaban Soal Pretest 17.Kunci Jawaban Soal Posttest

18.Lembar Rencana Judul Kaji Tindakan/ Skripsi Makalah 19.Lembar Pengesahan Susunan Komisi Pembimbing 20.Lembar Penelitian Pendahuluan

21.Lembar Izin Penelitian

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas, salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui pendidikan. Oleh karena itu pendidikan perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak.

Dalam proses pendidikan terdapat unsur-unsur usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar, ada pendidik atau pembimbing atau penolong, ada yang dididik atau si terdidik, dan bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan (Hasbullah, 1999:3).

(18)

dikembangkan. Dalam proses pembelajaran, pengembangan potensi-potensi siswa harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu.

Peranan guru sangat penting dalam upaya membentuk watak siswa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Karenanya dalam proses pembelajaran di kelas, guru tidak cukup hanya berbekal pengetahuan berkenaan dengan bidang studi yang diajarkan saja, akan tetapi seorang guru perlu memperhatikan aspek-aspek pembelajaran secara menarik untuk mendukung terwujudnya hasil belajar siswa yang memuaskan seperti penggunaan model pembelajaran.

Salah satu ukuran keberhasilan pencapaian pendidikan dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa menurut Winkel”Ada tiga ranah hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik”Winkel (1999). Lebih terperinci lagi dijelaskan oleh Bloom ada tiga taksonomi yang dipakai untuk mempelajari jenis perilaku dan kemampuan internal akibat belajar, yaitu;

a. Ranah Kognitif, terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah Afektif, terdiri dari lima perilaku, yaitu penerima-an, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. c. Ranah Psikomotor, terdiri dari tujuh jenis perilaku, yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian gerakan, dan kreativitas.(Bloom dalam Dimyati, 2002: 26)

(19)

siswa harus bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses belajar yang berlangsung di sekolah. Namun, pada kenyataannya, tidak semua peserta didik dapat berhasil dengan baik, ada juga yang mengalami hambatan. Hambatan-hambatan belajar yang muncul dalam diri siswa dapat disebabkan oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa misalnya lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, metode yang digunakan oleh guru sangat sedikit, guru kurang menarik dalam membuat media pembelajaran yang baik dan lain sebagainya. Sedangkan faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa misalnya intelegensi siswa, motivasi belajar dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang optimal.

(20)

Dalam menunjang hasil belajar siswa bukan hanya guru yang perlu mendapatkan perhatian tetapi dari pihak sekolah pun perlu mendapat perhatian. Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal hendaknya memperhatikan setiap aspek yang dapat menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Misalnya, kelengkapan sarana dan prasarana dalam belajar mengajar, kondisi serta situasi sekolah dan lain sebagainya.

Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara penyampaian model-model tersebut dalam proses pembelajaran. Model yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa-siswi dikelas. Tanpa pemahaman terhadap berbagai kondisi, model yang dikembangkan guru cenderung tidak dapat meningkatkan peran serta siswa secara optimal dalam pembelajaran, dan pada akhirnya tidak dapat memberi sumbangan yang besar terhadap pencapaian hasil belajar siswa.

(21)

lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.

Berdasarkan pra penelitian secara faktual yang telah penulis lakukan di SMP Negeri 2 hasil belajar siswa di kelas belum optimal. Hal ini diduga faktor penyebabnya adalah berkaitan dengan kompentensi guru dalam menggunakan metode atau model pembelajaran yang kurang tepat. Berdasarkan penelitian awal di SMP Negeri 2 Pringsewu prilaku siswa pada saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) antara lain:

1. Motivasi yang kurang terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru 2. Kondisi siswa yang kurang kondusif

3. Tidak adanya konsentrasi saat proses belajar mengajar

4. Tidak bertanggung jawab terhadap penyelesaian tugas tertulis yang diberikan oleh guru

Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa belum tumbuh secara optimal karena siswa belum mengikuti proses belajar mengajar secara maksimal. Dan oleh sebab itu masalah tersebut harus segera diatasi, dan guru harus menerapkan suatu model pembelajaran yang mampu mengoptimalkan hasil belajar siswa di SMP N 2 Pringsewu.

(22)

yang modalitas visual belajar melalui apa yang mereka lihat, Siswa yang modalitasnya auditori belajar melalui apa yang mereka dengar. Siswa yang modalitasnya kinestetik belajar melalui apa yang dapat mereka sentuh dan gerakkan”.(Kartikasari, 2011: 18)

Berdasarkan uraian maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah model pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK) dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar SiswaMata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014”.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) terhadap hasil belajar berdasarkan ranah kognitif pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa SMP Negeri 2 Pringsewu kelas VIII

2. Pengaruh penggunaan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) terhadap hasil belajar berdasarkan ranah psikomotor pada mata pelajarn IPS Terpadu siswa SMP Negeri 2 Pringsewu kelas VIII

(23)

1.3. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini tidak meluas maka peneliti membatasi masalah pada “Pengaruh penggunaan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) terhadap hasil belajar berdasarkan ranah kognitif pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa SMP Negeri 2 Pringsewu kelas VIII.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Pringsewu?” 2. Sejauh mana taraf signifikansi pengaruh penggunaan model pembelajaran

Visual Auditori Kinestetik terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS terpadukelas VIII di SMP Negeri2 Pringsewu?”

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan penggunaan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 2 Pringsewu?”

(24)

siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 2 Pringsewu?”

1.6.Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi siswa : Membantu siswa dalam proses belajar didalam kelas guna meningkatkan hasil belajar yang optimal dan lebih menarik. 2. Bagi guru : Memberikan informasi tentang model pembelajaran Visual

Auditori Kinestetik (VAK) sebagai alternatif dalam pengajaran pada peserta didik agar dapat melaksanakan proses belajar dengan optimal didalam kelas.

3. Bagi Penulis : Memberikan pengalaman bagi peneliti untuk memperbaiki proses belajar mengajar di dalam kelas yang menggunakan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami materi pelajaran IPS yang disampaikan.

1.7. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi :

1) Ruang lingkup ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan 2) Ruang lingkup subjek

(25)

3) Ruang lingkup objek

Objek penelitian adalah penggunaan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 2 Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014.

4) Ruang lingkup wilayah

Tempat peneliatian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Pringsewu . 5) Ruang lingkupn waktu

(26)

REFERENSI

Hasbullah. 1999.Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Gravindo Persada. hlm. 3.

Winkel, W. S. 1999. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.hlm.26.

Rusman. 1980. Model-model Pembelajaran. Cetakan ke-5. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hlm. 1.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsep Model Pembelajaran

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka tersusun yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam memberikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Model-model pembelajaran yang dipilih guru dan dikembangkan oleh guru hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mengembangkan potensi yang mereka miliki secara optimal. Model-model pembelajaran dikembangkan karena adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik siswa. Siswa memiliki berbagai karakteristik dari kepribadian, kebiasaan-kebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

Menurut Brady Model pembelajaran dapat diartikan sebagai bluprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran (Brady, 1985:7 dalam Aunurrahman).

(28)

membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce & Weil, 1980:1 dalam Rusman).

Adapun Soekamto, dkk mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: “ kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar” (Trianto, 2009:22).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran digunakan atau diterapkan di dalam proses pembelajaran yang disederhanakan untuk menjadikan guru lebih kreatif dalam proses belajar mengajar di kelas guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Selanjutnya model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, diskusi, dan learning strategi.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru atau perancang pembelajaran untuk memberikan suatu alternatif pembelajaran di dalam kelas untuk meningkatkan aktivitas siswa.

2.1.2. Konsep Model Pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK)

(29)

akan memberikan bakat mereka. Bagi guru yang mempunyai siswa yang menggunakan lebih dari satu modalitas dapat menggunakan model pembelajaran VAK. Menurut Meier "Model VAK merupakan suatu model pembelajaran yang menggabungkan unsur visual, auditori, dan kinestetik” (Kartikasari, 2011: 18). Menurut Meier "Siswa dapat belajar dengan baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar, dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar" (dalam Kartikasari, 2011: 18). Pendapat Meier di atas didukung pendapat Deporter (2004:168). Siswa visual membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka karena siswa visual belajar terbaik pada saat mereka mulai dengan gambaran keseluruhan, melakukan tinjauan umum mengenai bahan pelajaran yang akan sangat rnembantu.

Siswa belajar visual dapat dilatih dengan meminta mereka mengamati situasi dunia nyata lalu memikirkan, membicarakan situasi tersebut, menggambarkan proses, prinsip. Berikan dorongan pada siswa untuk menggambarkan informasi dengan menggunakan peta, garnbar, dan warna.

Menurut Astuti cara belajar yang dilakukan siswa auditori adalah sebagai berikut: 1) Mengajak siswa untuk rnembaca dengan keras,

2) Mengajak siswa aktif saat berdiskusi dalam memecahkan masalah, 3) Meminta siswa membicarakan apa yang sudah mereka alami, 4) Meminta siswa untuk mempraktekkan suatu keterampilan atau

memperagakan sesuatu sambil mengucapkan secara terperinci apa yang sedang mereka kerjakan(dalam Kartikasari, 2011: 18-19).

(30)

Berdasarkan pendapat di atas belajar auditori lebih menekankan aspek auditori yang dimiliki siswa sehingga cara belajarnya dirancang agar siswa aktif dalam berkomunikasi dan berdiskusi di kelas.

Belajar kinestetik adalah cara belajar yang melibatkan aktivitas fisik dan menggerakkan/menggunakan tubuh pada saat belajar. Dalam belajar kinestetik siswa belajar dengan menggerakkan anggota badan, dimana siswa belajar dengan mengalami dan melakukan. Hal ini didukung pendapat Deporter (2004:86) untuk merangsang hubungan pikiran dan tubuh, maka ciptakanlah suasana belajar yang dapat membuat siswa bangkit dan berdiri dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu.

Jadi pembelajaran kinesterik merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, misalnya pada pembelajaran IPS siswa dapat melakukan demonstrasi. Melalui pengamatan, percobaan, dan demontrasi ini siswa akan mengalami langsung rnateri pelajaran yang sedang dipelajari sehingga siswa akan lebih memahami materi.

Tahapan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK). Tahapan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) menurut Deporter (2004:85-86) adalah sebagai berikut:

a) Model pembelajaran visual melalui siswa mengamati Iingkungan sekitar, menyampaikan hasil pengamatan pada kartu pengamatan,demonstrasi media benda-benda kongkret, percobaan.

b) Model pembelajaran auditorial melalui menyimak petunjuk kegiatan percobaan, diskusi kelompok, tukar pikiran, dan memecahkan masalah.

(31)

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran VAK

1. Kelebihan model pembelajaran VAK

a. Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan ketiga gaya belajar.

b. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.

c. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

d. Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif.

e. Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.

f. Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.

2. Kelemahan model pembelajaran VAK

Kelemahan dari model pembelajaran VAK yaitu tidak banyak orang mampu mengkombinasikan satu gaya belajar, hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah satu gaya belajar yang didominasi.

(http://janghyunita.blogspot.com/2012/10/model-pembelajaran-visual-auditori.html.)

2.1.3. Konsep Hasil Belajar

(32)

belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3).

Hal senada juga disampaikan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006),“Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi atas tindak belajar dan tindak mengajar”.

Sukardi dalam Amali (2001: 34) menyatakan bahwa,

Hasil belajar merupakan pencapaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Pencapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan pengukuran.Menurut pendapat Sukardi ini, untuk mengetahui hasil belajar maka perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara memerintahkan siswa mengerjakan soal, menilai kegiatan siswa dalam kegiatan praktikum, menilai hasil laporan yang dikerjakan siswa dan cara-cara lain untuk mengukur hasil belajar tersebut.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu tindak belajar dan mengajar yang diakhiri evaluasi dengan menggunakan pengukuran untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Menurut Suryosubroto (1997:2), hasil belajar adalah ”Penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari disekolah yang menyangkut pengetahuan dan kecakapan atau keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian”. Sedangakan menurut Oemar Hamalik (2003:43), “Menyatakan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diharapakan yang dimilki murid setelah dilakukan kegiatan belajar mengajar”.

Hasil belajar dalam penelitian ini yaitu, pada ranah kognitif. Menurut Sudijono (2008:50-52), “Tujuan ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :

(33)

nama istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.

2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

3. Penerapan atau aplikasi (Application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret. 4. Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci

atau menguraikan suatu suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.

5. Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6. Penilaian atau evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada”.

Perubahan hasil belajar dilihat setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK). Hasil belajar berupa nilai yang diperoleh oleh siswa dengan mengerjakan soal test berupa pilihan ganda pada materi IPS terpadu kelas VIII yang telah ditentukan.

2.1.4. Konsep Pembelajaran IPS

(34)

dasar. Ilmu pengetahuan sosial diharapkan akan dapat membina kesadaran dan sikap mental bahwa untuk menjaga kelestarian kehidupan dewasa ini, bahkan kalau bisa ilmu pengetahuan sosial ini sudah harus ditanamkan dari masa pra-sekolah guna menanamkan sikap mental yang positif dan penuh rasa tanggung jawab.

Menurut Nasution Sumaatmadja (2002: 123) menyatakan bahwa IPS adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dan lingkungan alam fisik maupun lingkungan sosialnya yang bahannya di ambil dari berbagai ilmu sosial seperti: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi.

(http:/awaliyahhasanah.blogspot.com/2013/06/definisi-pendidikan-ips-dan-pendidikan.html.)

Sedangkan menurut winataputra (2003: 132) menyatakan bahwa pendidikan IPS adalah suatu penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan di sajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar menengah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah suatu pembelajaran yang menekankan kepada sikap sosial, nilai, moralnya dan masalah sosialnya. Ilmu pengetahuan sosial dirancang guna menjadikan setiap individu memiliki sikap, nilai, moral yang tinggi.

(35)

pengetahuannya selalu segar dan relevan dengan kondisi sosial-budaya disekitarnya (Nursid Sumaatmadja, 1980:3).

Pengajaran IPS yang telah dilaksanakan sampai ini, baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi, tidak menekankan kepada aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih ditekankan kepada segi praktis mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial, yang tentu saja bobotnya sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing (Nursid Sumaatmadja, 1980: 9). Dilihat dari pembelajaran IPS terdapat 14 konsep yaitu sebagai berikut :

1. Interaksi

Dilihat dari konsep diatas bahwa pembelajarn IPS adalah suatu pembelajaran yang mengarah kepada proses interaksi menuju kesinambungan dan perubahan setiap individu untuk mencapai suatu rasa nasionalisme yang penuh rasa tanggung jawab.

Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut.

(36)

berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih, 1994).

Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada peserta didik. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya mencecoki atau menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswaagar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa (Kosasih, 1994; Hamid Hasan, 1996).

2.2. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:

(37)

2.3. Kerangka Pikir

Keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai. Untuk mencapai hasil belajar yang yang optimal dan memuaskan siswa harus bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses belajar yang berlangsung disekolah, selain itu siswa perlu mendapatkan suasana pelajaran yang menyenangkan agar dapat meningkatkan efektifitas belajar dan motivasi belajar siswa yang nantinya akan mempengaruhi hasil belajar siswa, hasil belajar siswa dibagi menjadi 3 ranah yaitu : ranah kognitif, ranah psikomotor dan ranah afektif, dalam penelitian ini menggunakan ranah kognitif yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal dan untuk menciptakan suasana pelajaran yang menyenangkan guru melakukan pendekatan-pendekatan pengajaran yang baru dan menerapkan model pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan kondisi dan situasi sekolah.

(38)

2.4. Paradigma

Keterangan :

= Garis Kegiatan

= Garis Pengaruh

2.5. Hipotesis Penelitian

Menurut Prof. Dr. S. Nasution definisi hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya (Nasution:2000).

Zikmund (1997:112) mendefinisikan hipotesis sebagai proposisi atau dugaan yang belum terbukti yang secara tentative menerangkan fakta-fakta atau fenomena tertentu dan juga merupakan jawaban yang memungkinkan terhadap suatu

Pembelajaran IPS terpadu

Model pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK)

(39)

pertanyaan riset. (Http://anjas-beeblogspot.com/2012/04/variabel-dan-hipotesis-penelitian.html)

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah pertanyaan atau dugaan sementara yang belum terbukti secara tentative terhadap suatu masalah yang kebenaran nya masih perlu diuji.

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah : H0 : Tidak ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model

pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK) terhadap peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPSTerpadu kelas VIII di SMP Negeri 2 Pringsewu.

H1 : Ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model

pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK) terhadap peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 2 Pringsewu.

Sedangkan untuk menguji hipotesis kedua digunakan pasangan hipotesis, sebagai berikut :

1. Ho = Taraf signifikansi dari pengaruh penggunaan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) lemah terhadap hasil belajar kognitif pada mata pelajaran IPS Terpadu kelas VIII di SMP Negeri 2 Pringsewu

2. H1 = Taraf signifikansi dari pengaruh penggunaan model pembelajaran

(40)

REFRENSI

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan ke-4. Bandung: Alfabeta. hlm.7.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Cetakan ke-5. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hlm. 1.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. hlm. 22.

Kartikasari, Retno. 2011. Upaya Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas V Melalui Penerapan Model VAK Di SDN Merjosari 1 Malang. Skripsi tidak diterbitkan Malang: Universitas Negri Malang. hlm. 18.

Deporter, Bobby, dkk. 2004. Quantum Teaching, Bandung: Kaifa. hlm. 168. Op.Cit. Kartikasari, Retno. Hal 18-19

Deporter, Bobby, dkk. 2004. Quantum Teaching, Bandung: Kaifa. hlm. 85. Ibid. Deporter, Bobby, dkk. Hal 86

DimyatidanMudjiono. 2006. BlajardanPembelajaran. Jakarta:RinekaCipta. Amali, Riski. 2001. Penerapan Model Pembelajaran ModifiedInquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK. Skripsi. PPS UPI. Bandung. [Tidak Diterbitkan]. Diunduh melalui: repository. UPI. Edu. hlm. 34.

Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di sekolah. Jakarta :Rineka Cipta. hlm. 2.

(41)

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. hlm. 50-52.

Imamatul, Awaliyah. 2013. Definisi pendidikan IPS dan pendidikan IPS menurut para ahli. diunduh tanggal 21 Mei 2014, pukul 09:56)

Sudrajat, Akhmad.2011.karakteristik mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS).

Tersediadihttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/03/12/karakt eristik mata pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips/ (diunduh tanggal 21Mei 2014, pukul 10:35)

(42)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian

Penelitian ilmiah membutuhkan metode yang sistematis, gradual, dan fungsional. Menurut Akhmad Sudrajat (2010) metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan (Jamal Ma’mur Asmani,2011:38).

Jamal Ma’ruf Asmani (2011:40) metode penelitian menggambarkan rancangan

penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis. Metodologi penelitian tersebut meliputi penentuan populasi dan sampel, variabel penelitian, metode dan desain penelitian, data dan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis instrumen penelitian, data dan teknik analisis data, dan pengujian hipotesis.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Jamal Ma’ruf Asmani dianggap sebagai metode penelitian yang paling canggih

(43)

3.2. Desain Penelitian

Metode penelitian eksperimen memiliki banyak jenis desain. Metode eksperimen dalam penelitian ini menggunakan jenis desain penelitian dengan metode One Group Pretest Posttest Design . Dalam desain ini, Sugiyono menyatakan “bahwa dalam design ini terdapat pretest, sebelum diberi perlakuan”. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Untuk lebih jelasnya tentang desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain penelitian One Group Pretest Posttest Design

Keterangan :

Y1 = Pengukuran awal tentang hasil belajar siswa Y2 = Pengukuran akhir tentang hasil belajar siswa

X = Perlakuan (model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik) Sumber : (sugiono,2008:111)

Tujuan dari penelitian eksperimen ini adalah untuk mengetahui dan menyelidiki ada tidaknya pengaruh dan hubungan sebab akibat suatu model atau metode mengajar yang dilakukan atau yang diujikan oleh peneliti dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok yang diujikan, yaitu pada kelompok eksperimen yang telah ditentukan.

(44)

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Pringsewu yang beralamatkan di Jln Pelita I Pringsewu Timur, Pringsewu. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April, yaitu pada Semester Genap tahun ajaran 2013/2014.

3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi

Pengertian populasi menurut Babbie, 1983 (dalam Sukardi,2009:53) menjelaskan bahwa populasi adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target penelitian. Jadi, populasi pada dasarnya merupakan kelompok manusia, binatang, tumbuhan, benda, peristiwa, yang tinggal bersama dalam suatu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari suatu penelitian. Populasi dapat berupa guru, siswa, kurikulum, fasilitas, lembaga sekolah, karyawan perusahaan, dan lain-lain.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP N 02 Pringsewu pada tahun ajaran 2013/2014, seperti tampak pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Anggota Populasi siswa kelas VIII di SMP N 02 Pringsewu

No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. VIII A 13 17 30

2. VIII B 15 15 30

3. VIII C 17 15 32

4. VIII D 21 12 33

5. VIII E 17 18 35

(45)

7. VIII G 19 14 33

8. VIII H 21 14 35

9. VIII I 18 11 29

Jumlah 156 135 291

Sumber : Tata Usaha SMP N 02 Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014

Dari tabel di atas, dapat diketahui yang menjadi populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMP N 02 Pringsewu tahun ajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam 9 kelas (VIII A,VIII B, VIIIC, VIIID, VIIIE, VIIIF,VIIIG,VIIIH,VIIII) dengan jumlah keseluruhan sebanyak 291orang siswa yang terdiri dari 156 orang siswa laki-laki dan 135 orang siswa perempuan.

3.4.2. Teknik Pemilihan Sampel

Teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Purposive Random Sampling. Menurut Riduwan (2010:63), “Purposive Random Sampling (sampling pertimbangan) ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pertimbangan sampelnya untuk tujuan tertentu”.

Pemilihan kelas sebagai sampel dilakukan dengan pertimbangan berdasarkan rata-rata nilai ujian mid semester, dengan mengambil dua kelas yang memiliki rata-rata nilai yang relative sama. Hal ini dilakukan agar tidak terdapat perbedaan kemampuan awal yang cukup signifikan pada kedua kelas sampel.

(46)

Ada beberapa pengertian sampel dikutip oleh Herman ( 1992 : 51)

1. Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data dalam suatu penelitian. Artinya sampel adalah sampel adalah sebagian dari populasi (nawawi, 1983) 2. Sampel adalah sebagian individu yang di selidiki (sutrisno Hadi,

1983).

Karena peneliti memiliki keterbatasan waktu, tenaga, maupun biaya, serta populasi dalam penelitian ini sangat luas maka, Dan peneliti juga sudah melakukan teknik pengambilan sampel. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII E Sebagai kelas eksperimen mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik dan kelas VIII F Sebagai kelas Try Out Test.

3.4.3 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti.

Sukardi (dalam Johni,2013:56) memberi pengertian sampel sebagai bagian dari jumlah populasi yang akan diambil datanya. Sebagian dari jumlah populasi yang akan diambil atau dipilih sebagai sumber data disebut sampel atau cuplikan.

Suharsimi Arikunto (dalam Johni,2013:56) menjelaskan sampel adalah sebagian dari populasi. Bila peneliti akan mengambil subjek penelitian dengan melalui pengambilan sampel, maka penelitian seperti ini disebut “penelitian sampel”,

(47)

sudah melakukan teknik pengambilan sampel. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII E Sebagai kelas eksperimen mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik dan kelas VIII F Sebagai kelas Try Out Test.

Tabel 3.2Anggota penelitian kelas VIII E

No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. VIII E 17 18 35

2. VIII F 15 19 34

Jumlah 32 37 69

Sumber: Tata Usaha SMP N 02 Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014

3.5.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

Pengertian variabel menurut Sugiyono (2008: 60) adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Hatch dan Farady:1981, (dalam sugiyono,2008:60) mengatakan bahwa variabel merupakan atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan

objek lain.

Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, sebagai berikut :

(48)

belajar siswa pada materi pelajaran IPS yang telah ditentukan. Model pembelajaran ini akan diujicobakan kepada siswa kelas VIII SMP N 02 Pringsewu. Sampel dalam penelitian ini siswa kelas VIII E, yakni kelas eksperimen Kelas eksperimen akan diberikan perlakuan dengan model pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK).

3.5.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu cara untuk menggambarkan dan mendiskripsikan variabel sedemikian rupa sehingga variabel tersebut bersifat spesifik dan terukur. Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan

digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya. Definisi

operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran visual auditori kinestetik (VAK) yang dilakukan dalam kelas eksperimen. Model pembelajaran ini merupakan hal sangat penting untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal. Dalam model pembelajaran ini guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK.

(49)

diperoleh oleh siswa setelah mengerjakan prettest dan posttest berbentuk pilihan ganda pada materi pelajaran sejarah yang telah ditentukan.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

3.6.1. Teknik Tes

Pengertian tes menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Sedangkan menurut Sudijono (2011: 67), tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.

(50)

3.6.2. Teknik Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas (Nasution, 1988 dalam Sugiyono, 2008: 308). Teknik observasi dalam tulisan ini adalah dengan cara memperoleh data secara langsung ke sekolah di mana penulis mengadakan penelitian langsung. Dalam penelitian ini data difokuskan kepada hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP N 02 Pringsewu.

3.6.3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan-peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Nawawi, 1991:133).

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data penelitian mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, atau suatu teknik untuk mendapatkan data dengan cara mencatat data yang sudah ada. Pada penelitian dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil data yang sudah ada, seperti data siswa kelas VIII SMP N 02 Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014.

3.6.4. Teknik Kepustakaan

(51)

yang melalui buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Hadari Nawawi, 1993:133).

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penulisan dalam penelitian ini, seperti: teori yang mendukung, konsep-konsep dalam penelitian, serta data-data pendukung yang diambil dari berbagai referensi.

3.7. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi awal untuk melihat kondisi lokasi atau tempat penelitian seperti: jumlah kelas, jumlah siswa, dan cara guru bidang studi mengajar.

2. Menentukan populasi dan sampel.

3. Menyusun dan menetapkan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.

4. Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 5. Membuat instrumen tes penelitian.

6. Mengujicobakan instrumen. 7. Melakukan validasi instrumen 8. Melakukan perbaikan instrument tes.

9. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. 10.Mengadakan tes awal (prettest).

11.Mengadakan tes akhir (posttest). 12.Menganalisis data.

(52)

3.8. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan

Pada awal pembelajaran guru memeriksa kehadiran siswa, memberikan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan merupakan model Visual Auditori Kinestetik (VAK) menurut Deporter (2004:85-86), yaitu: a. Mengamati Video

Guru membimbing siswa untuk mengamati video yang berkaitan dengan peristiwa sekitar kemerdekaan Indonesia.

b. Pembagian masalah

Guru memberikan beberapa masalah tentang pelajaran sejarah yang akan didiskusikan siswa.

c. Pemecahan masalah

Siswa melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah yang telah ditentukan.

d. Penyelesaian

(53)

3. Kegiatan Akhir

Pada akhir pembelajaran guru bersama-sama dengan peserta didikmembuat rangkuman atau simpulan materi yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

3.9. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006:160, dalam Johni Dimyati) adalah alat atau sarana yang digunakan peneliti agar kegiatan penelitiannya dapat memperoleh data secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Sugiyono instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,2012:148). Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan peneliti untuk memperoleh data sehingga membantu penulis untuk mendapatkan data yang ingin diamati. Jumlah instrument penelitian tergantung pada jumlah variable penelitian yang ditetapkan dalam sebuah penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif, yaitu tes hasil belajar siswa (nilai prettest) dan (nilai posttest) pada pembelajaran IPS setelah diberikan perlakuan (treatment) yaitu diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) sesuai dengan materi yang telah ditentukan.

(54)

yang telah ditentukan. Kisi-kisi instrumen tes hasil belajar siswa dapat kita lihat bersama pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Prettest dan Posttest

NO JENJANG NOMOR SOAL JUMLAH

1. Pengetahuan (C1) 1,9,12,3,11,6,2,19,15 9

2. Pemahaman (C2) 5,4,8,14 4

3. Penerapan (C3) 13,17,16 3

4. Analisis (C4) 18,10,20,7 4

JUMLAH KESELURUHAN 20

Sumber : olah data peneliti

Dari tiap jenjang memiliki skor yang berbeda-bedapengetahuan C1 skor 3, pemahaman C2 skor 5, penerapan C3 skor 7, analisis C4 skor 8, maka pengsekoran jawaban dari masing-masing jenjang sebagai berikut :

Jenjang = jumlah soal x skor C1= 3 x 9 = 27

C2= 5 x 4 = 20 C3= 7 x 3 = 21 C4= 8 x 4 = 32 Jumlah Skor 100

Berdasarkan kisi-kisi instrumen tes hasil belajar di atas, diketahui bahwa pokok bahasan dalam penelitian ini adalah tentang “Usaha Persiapan Kemerdekaan

(55)

kriteria tes yang baik dan benar. Oleh karena itu, sebelum instrument penelitian digunakan sebaiknya dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, butir soal tes pada instrument penelitian ini.

3.10. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 3.10.1. Uji Validitas

Surasmi Arikunto (2008:64), berpendapat “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat valid dari suatu instrumen. Suatu instrumen valid mempunyai validitas yang tinggi. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang di inginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. ciri suatu tes yang baik adalah apabila tes itu mampu untuk mengukur apa yang akan diukur atau istilahnya valid. Penelitian ini digunakan disusun dan disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran khusus”.

Menurut Arikunto (2008 : 79), Teknik korelasi point biserial mempunyai pola rumus :

Keterangan :

rpbis = Kopefisien korelasi point biserial

Mp = Skor rata-rata hitung untuk butir yang dijawab benar

Mt = Skor rata-rata dari skor total

Sdt = Standar deviasi skor total

p = Proporsi siswa yang menjawab betul pada butir yang diuji validitas

(56)

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rpbis (korelasi point biserial). Menurut Arikunto (2008 : 80), “Makin tinggi koefisien korelasi yang dimiliki makin valid butir instrument tersebut. Secara umum, jika koefisien korelasi sudah lebih besar dari 0,3 maka butir instrumen tersebut sudah dikategorikan valid”.

3.10.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu kata yang berhubungan dengan sebuah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Menurut Suharsimi Arikunto, reliabilitasadalah“ketetapan suatu tes yang dapat diteskan padaobjek yang sama, dan untuk mengetahui ketetapan ini padadasarnya harus melihat kesejajaran hasil” (SuharsimiArikunto, 2011: 86).

Suatu alat ukur itu mempunyai reliabilitas, jika hasil pengukurannya dilakukan tidak jauh berbeda walaupun alat ukur tersebut diukur pada situasi lain, maksudnya adalah suatu objek yang di tes atau diujikan akan mendapat skor atau hasil yang sama bila tes uji tersebut diuji dengan alat uji yang sama pula. Oleh karena itu untuk mengetahui alat ukur dapat dikatakan reliabel ataupun tidak, maka sebelumnya harus dilakukan uji coba terlebih dahulu.

Salah satu rumus untuk menguji atau mengetahui reliabilitas suatu tes, adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(57)

11

r : koefisien reliabilitas instrumen (tes) k : banyaknya item

2

b

 : jumlah varians dari tiap-tiap item tes

2 t

 : varians total

Taraf reliabilitas suatu tes butir soal dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien reliabilitas. Untuk menentukan tingkat reliabilitas suatu alat ukur adalah dengan menggunakan criteria sebagai berikut:

Tabel 3.5. KoefisienReliabilitastes

Instrumen tes dapat dikatakan mempunyai reliable yang baik, apabila nilai criteria soal yang digunakan dalam instrument antara 0,6 sampai dengan 1,00.

3.10.3. Tingkat Kesukaran

Untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P : angka indeks kesukaran item

Np : banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul

(58)

Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran suatu butir soal dapat ditentukan dengan menggunakan kriteria indeks kesukaran yang dapat dilihat seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6 interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Besarnya P Interpretasi

Kurang dari 0,30 Sangat Sukar

0,30 - 0,70 Cukup (Sedang)

Lebih dari 0,70 Mudah

Sumber :Sudijono (2008:372) 3.10.4 Daya Pembeda

Sebelum menghitung daya pembeda, terlebih dahulu data diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah.Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).Sudijono mengungkapkan bahwa menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

D = PA - PB ;dimana PA= BA dan PB = BB

JA JB

Keterangan:

D : indeks diskriminasi satu butir soal

PA : proporsi kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir soal

Yang diolah

PB : proporsi kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir soal

yang diolah

BA : banyaknya kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar butir soal

yang diolah

BB : banyaknya kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar butir

(59)

JA : jumlah kelompok atas

JB : jumlah kelompok bawah

(Sudijono, 2008:389)

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera pada tabel berikutini:

Tabel 3.7 interpretasi nilai daya pembeda

Nilai Interpretasi

Kurang dari 0,20 Buruk

0,21 - 0,40 Sedang

0,41 - 0,70 Baik

0,71- 1,00 Sangat Baik

Bertanda negatif Buruk sekali

Sumber :Sudijono (2008:389)

3.11. Teknik Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, kemudian dilakukan analis data. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif karena penelitian ini merupakan penelitian eksperimen.

1. Pencapaian Indikator Hasil Belajar Kognitif Siswa

Untuk mendeskripsikan indikator hasil belajar kognitif siswa dengan menghitung persentase, berdasarkan pendapat Arikunto, (2008:251) rumus menghitung presentase sebagai berikut:

a. Persentase frekuensi siswa diperoleh dengan rumus:

P =

Sumber : Arikunto (2008:251) Keterangan:

(60)

N = Jumlah seluruh siswa

Tabel 3.6 Persentase Kemampuan Hasil Belajar Nilai (%) Katagori kemampuan 81 – 100% Sumber : Arikunto, (2008:245)

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data yang diambil dari sampel penelitian yang terpilih merepresentasikan populasinya, maka biasanya dilakukan uji normalitas terhadap data tersebut. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273). Langkah-langkah uji normalitasnya adalah sebagai berikut.

a) Hipotesis

H0 : kedua kelompok data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : kedua kelompok data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi

normal

(61)

d) Keputusan Uji

Tolak H0 jika dengan taraf  = taraf nyata untuk

pengujian. Dalam hal lainnya H0 diterima.

2. Uji Hipotesis

Setelah data penelitian diperoleh, kemudian dilakukan analisis data untuk mengetahui hasil belajar siswa. Peneliti melakukan uji regresi yang menggunakan “uji signifikan”. Dalam perkembangannya Uji regresi sering

digunakan dalam rancangan penelitian yang menggunakan percobaan atau eksperimen. Uji Regresidapat menganalisis bagaimana pengaruh perlakuan terhadap kelompok. Peneliti menggunakan uji t atau uji signifikansi untuk mengetahui pengaruh dan kaidah pengujian atau kriteria uji regresi linier sederhana.

Untuk menguji signifikansi digunakan uji t menurut Syofian Siregar, M.M, (2013: 387) dengan rumus sebagai berikut.

Thitung = r√n-2

√1-(r)2 Keterangan

r = Nilai korelasi n = jumlah responden

Kriteria pengujian hipotesis Kriteria uji T menurut Rusman,( 2011: 80) sebagai berikut.

1. Apabila t hitung>t tabel dengan dk = n-2 dan

0.05, maka H0 ditolak.

Sebaliknya H1 diterima.

(62)

model Visual Auditori Kinestetik terhadap peningkatan hasil belajar kognitif siswa, mengunakan rumus korelasi, pendapat Syofian Siregar, M.M, (2013: 387) rumus korelasi adalah sebagai berikut :

R = n(∑xy)-(∑x.∑y)

√(n∑x2-(∑x)2) (n∑y2-(∑y)2)

Yang akan dilihat menggunakan tabel signifikan antara hubungan kedua variabel menggunakan korelasi ( r ) menurut Syofian Siregar, M.M, (2013: 337) sebagai berikut :

Tabel 3.7 Taraf Signifikansi

No Nilai Korelasi ( r) Taraf Signifikansi 1 0,00 – 0,199 Sangat Lemah 2 0,20 – 0,399 Lemah

3 0,40 – 0,599 Cukup 4 0,60 – 0,799 Kuat

5 0,80 – 0,100 Sangat Kuat Sumber :Syofian Siregar, M.M, (2013: 337)

Menurut Syofian Siregar, M.M, (2013: 337), “Nilai koefesien korelasi berada di

(63)

REFERENSI

Ma’mur, Jamal, A. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Jogjakarta: DIVA Press. hlm. 38

Ibid. Ma’mur, Jamal, A. 2011. Hlm. 40

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. hlm. 111

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 53

Dimyati, Johni. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. hlm. 58

Ibid. Dimyati, Johni.Hlm 58

Ibid. Dimyati, Johni.Hlm 56

Op. Cit. Sugiyono.Hlm. 60

Ibid. Sugiyono. Hlm. 60

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. hlm. 53

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. hlm. 67

Deporter, Bobby, dkk. 2004. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa. hlm. 85-86

Op.Cit. Dimyati, Johni.Hlm 160

Op.Cit. Sugiyono. Hlm. 148

(64)

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. hlm. 157

Op. Cit. Arikunto, Suharsimi. Hlm. 72

Ibid. Arikunto, Suharsimi. Hlm. 86

Ibid. Arikunto, Suharsimi. Hlm. 195

Op. Cit. Sudijono, Anas.Hlm.372 Ibid. Hlm.389

Ibid. Sudijono, Anas.Hlm.43

Arikunto, Suharsimi.2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 251

Sudjana.2005. Metode Statistik.Bandung: Tarsito. Halaman 273

Ibid,Halaman 249

Ibid,Halaman 239

Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta. PT. Bumi Aksara. 387 halaman.

(65)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diketahui bahwa Pengaruh model Visual Auditori Kinestetik (VAK) terhadap kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 2 Pringsewu tahun pelajaran 2013/2014 dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS terpadu SMP Negeri2 Pringsewu, dapat dilihat dari nilai Thitung (9.3017)

>Ttabel (2.042) sehingga H0 ditolak. Nilai rata-rata pada kelas eksperimen

yang diberikan model pembelajaran Visual Auditori Kinsetetik lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat pretest sebelum diberikan model pembelajaran Visual Auditori Kinsetetik , dapat dilhat dari hasil rata-rata kelas eksperimen pada saat posttest adalah , dan nilai rata-rata pada saat pretest .

Gambar

Tabel
Tabel 3.1 Anggota Populasi siswa kelas VIII di SMP N 02 Pringsewu
Tabel 3.2Anggota penelitian kelas VIII E
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Prettest dan Posttest
+4

Referensi

Dokumen terkait

8 Diharapkan dengan adanya PPTKIS ini, pemerintah terbantu dalam proses pelayanan, pemberangkatan, penempatan dan lain lain yang dibutuhkan oleh calon tenaga kerja yang

[r]

Dengan disampaikannya Sur at Penaw ar an ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang ter cantum dalam Dokumen Pengadaan ser ta

4) Pearce dan Robinson (2007) menyatakan manajemen strategi adalah; satu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang

Pendekatan ini didasarkan pada prinsip syariah yang sesuai dengan ajaran Islam dan persoalan masyarakat. yang akuntansi syariah mungkin dapat membantu menyelesaikannya

Papyrus Photo sebagai salah satu studio foto yang ingin menyediakan pelayanan yang lebih baik dari studio foto lain di Bandung, memiliki visi dan misi

Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit pohon faloak (Sterculia sp.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus

Sebelum melihat berapa besar tingkat efektifitas pajak reklame dan kontribusinya terhadap PAD di Kota Manado tahun 2011-2015, peneliti menjabarkan data realisasi penerimaan